DAFTAR PUSTAKA. Bellanti JA Immunology III. Wahab AS, penerjemah. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR PUSTAKA. Bellanti JA Immunology III. Wahab AS, penerjemah. Yogyakarta. Gajah Mada University Press."

Transkripsi

1 DAFTAR PUSTAKA Anonimous Bruselosis. Mayo clinic com tools for health lives. [27 September 2007] Bellanti JA Immunology III. Wahab AS, penerjemah. Yogyakarta. Gajah Mada University Press. Budiarta S dan Suardana IW Epidemiologi dan Ekonomi Veteriner. Ed I. Bali. Udayana Press. Canning PC, Roth JA, Deyoe BL Release of 5-guanosine monophosphate and adenine by B. abortus and their role in the intracellular survival of the bacteria. J. Infect. Dis 154: [CDC] Center for Disease Control and Prevention Bruselosis (Brucella melitensis, Brucella abortus, Brucella suis and Brucella canine) [27 Sept 2007]. Davis and Danelle BW Bruselosis. The centre for food security & public health (CFSPH). Lowa State University. [27 September 2007]. Enright FM The pathogenesis and pathobiology of Brucella infection in domestic animal. Nielsen K, Ducan R. penerjemah. Boca Raton Boston CRC Perss. Fedik AR Metode Imunologi. Surabaya. Airlangga University Press. Frenchick PJ, Markham RJF, Cochrane AH Inhibition of phagosome lysosome fusion in macrophages by soluble extract of virulent Brucella abortus. Am. J. Vet. Res. 46: Ghaffar A Zoonoses, Listeria, Francella, Brucella, Bacillus and Yersinia. Microbiology and Immunology on line. University of South Care School Medicine. [26 September 2007]. Gomez M, Moriyon MJ Demontration of a peptidoglycon-linked lipoprotein and characterization of its trypsin fragment in the outer membrane of Brucella sp. Infect. Immun. 53:678. He Yongqun Induction of protection, antibodi and cell mediated immune responses by Brucella abortus strain RB 51, Ochrobacterium anthtropi

2 and recombinan there of [Disertation]. Virginia. Institute and University Virginia. Hirsh DC, Maclachlan NJ, Walker RL Veterinary Microbiology. 2 sd Ed. Australia. Blackwell publishing. Ko Jinkyung, Splitter AG Molekuler host pathogen interaction in Brucellosis current understanding and future approches to vaccine development for mice and human [Reviews]. J Clinical Microbiology 16: Misra DS, Kumar A, Sethi MS Effect of erytrithol and sex hormones on the growth of brucella spesies. J. Experimental Biology 14,1: Moreno E, Jones LM, Berman DT Immunochemical characterization of rough Brucella lipopolysaccharides. Infect. Immunol 43:777. Moreno E, Rojas N, Nielsen, Gall D Comparison of different serological assay for the differential diagnosis of Bruselosis. J. Immunol 123: Nassir W, Lisgaris M, Salata RA Brucellosis. [15 Desember 2008] Nassir W Brucellosis. [25 September 2007]. Ocholi RA, Keaga JKP, Ajogi I, Bale JOO antibodiortion due to Brucella abortus in sheep in Negeria.[ Rev] J. Sci Tech Epiz 3: Osman E, Hadii H, Hasan S, Corlu M Comparasion of Rose Bengal Plate Test antigens prepared from B. abortus, B. millitensis and B. suis. J. Bull Vet Inst Pulawy 49: Plommet M, Fensterbank R Vaccination against bovine brucellois with low dose of strain 19 administrated by the conjunctival route. III. serological response and immunity in pregnant cow. Annu. Res Vet 7:9-23. Quinn P.J., B.K. Markey, M.E. Carter, W.J.Donnelly, F.C. Leonard Veterinary Microbiology and Microbial Disease. Blackwell publishing Rojas X, Alonso O LISA for diagnosis and epidemiology of B. abortus infection In cattle in Chile [Editorial]. Clinical Diag Lab Immunol 1:1-5.

3 Sudibyo A Studi Brucellosis dan Karakterisasi Protein Antigenik B. abortus Isolat Lapang pada Sapi Perah [Tesis]. Istitut Pertanian Bogor. Indonesia. Thrusfield M Veterinary Epidemiology. 3 rd Ed. Veterinary Clinical Studies Royal (DICK) Shool of Veterinary Studies. University of Edinburgh Tittarelli et al Use of chemiluminascence for the serological diagnosis of bovine and ovine Bruselosis with indirect and competitive Enzym Linked Immunosorbent (ELISA). Veterinaria Italiana 44: Tizard I Immunologi Veteriner. Partadireja M., penerjemah. Surabaya. Airlangga University Press. Terjemahan dari: An Introduction to Veterinary Immunology. Verstreate DR, Creay MT, Caveney NT, Baldwin CL, Bald MW, Winter AJ Outer membrane protein of B. abortus: Isolation and characterization. Infect. Immun.35:

4 Lampiran 1. Tabel data lalulintas sapi dan kambing di pelabuhan penyeberangan Merak tahun No Tahun Sapi (ekor) Kambing (ekor) ,777 65, ,804 69, ,313 59, ,093 23, ,002 12, ,493 33, ,280 15, ,729 69,632 Lampiran 2. Prosedur pemeriksaan 1. Metode Rose Bengal Test (RBT) Pengambilan contoh serum dari sapi dan kambing potong menggunakan spuit 3 (Trumo) yang sucihama. Serum dipengumpulan dalam tabung kecil (Eppendorf) dan dilabel. Contoh serum dan antigen harus disesuaikan dengan suhu kamar sebelum pemeriksaan dimulai. Metode ini harus dilakukan di kaca jernih berupa plastik, porselin atau kotak persegi yang bersih dan steril. Sebaiknya menggunakan cawan atau plate (WHO hemagglutination tray).serum sapi dan kambing potong sebesar 25 μl atau 30 μl dengan menggunakan singlechannel pipet μl (Wiegthex) dan reagen RBT (BBALITVET) sebesar 25 μl (1 tetes) diletakan di sumur plat atau cawan (WHO hemagglutination tray) kemudian dicampur hingga rata dengan menggunakan pengaduk yang sucihama atau goyang plate menurut arah jarum jam dan kemudian dengan arah berlawanan atau menggunakan rotary agglutinator (Shaker) (Biotek). Setelah 4-5 menit reaksi agglutinasi dapat diamati. Hasil RBT positif terdiri dari hasil metode RBT positif () yaitu; agglutinasi sempurna, cairan jernih dan tampak jelas. RBT positif () yaitu; agglutinasi berupa pasir halus, cairan agak jernih batas cukup jelas. RBT positif () yaitu; aglutinasi berupa pasir halus, cairan tidak jernih batas garis. 2. Complement Fixation Test (CFT) Prosedur Pembuatan Reagen Komplemen adalah serum normal marmot. Komplemen (konsentrasi 10%) terdiri dari serum normal marmot sebanyak 200 ul dan ditambah phosfate buffer

5 salin (PBS) (Promega) sebanyak 1,8. Hemolisin adalah serum dari kelinci yang telah disuntik RBC domba (konsentrasi 4%) (1 domba/kg BB, IV). Hemolisin (perbandingan 1:100) terdiri dari hemolisin stok sebanyak 100 µl dan ditambah PBS sebanyak 9,9. Hemolisin (perbandingan 1:150) terdiri dari hemolisin (perbandingan 1:100) sebanyak 2 dan ditambah PBS sebanyak 1. RBC domba sebanyak 4 dicuci dengan NaCl fisiologis (Oshaka), kemudian sentrifuse (Hae) kecepatan 1500 rpm selama 10 menit. Dilakukan pengulangan sebanyak dua kali untuk menghilangkan antikoagulan Na sitrat (Sigma) (konsentrasi 3,85%). Supernatan dibuang hingga tinggal RBC murni. Untuk RBC ( konsentrasi 4%) terdiri dari RBC domba sebanyak 200ul dan NaCl fisiologis (Oshaka) sebanyak 4,8. Sistem hemolitik adalah campuran antara RBC domba (konsentrasi 4%) dengan hemolisin bertiter 4 unit, disebut juga sistem indikator. Satu unit hemolisin adalah pengenceran tertinggi yang menunjukkan hemolisis lengkap. A. Titrasi Hemolisin Tabung reaksi (Pyrex) sebanyak dua belas disusun menjadi dua baris ( A dan B). Baris A nomor ganjil yaitu 1, 3, 5, 7, 9 dan 11 dan Baris B nomor genap yaitu 2, 4, 6, 8, 10 dan 12. Baris A dan baris B merupakan gambaran titrasi hemolisin. Larutan dari ke enam tabung dihomogenkan dengan cara menggoyang rak tabung reaksi, kemudian di inkubasikan (Memmert) dalam penangas air selama 30 menit, 37 o C. Pada masing-masing tabung kemudian ditambahkan komplemen (konsentrasi 10%), diikuti dengan menambahkan RBC domba (konsentrasi 4%). Tabung reaksi (Pyrex) disusun kembali menjadi satu baris dengan nomor yang berurutan (1-12), larutan dihomogenkan dan diinkubasikan kembali selama 30 menit, 37 o C. Membaca titer hemolisin, yaitu pengenceran tertinggi yang masih menyebabkan terjadinya lisis sempurna RBC domba. Hasil lisisnya RBC terjadi pada tabung ke-4, sehingga titer hemolisis adalah perbandingan 1:600. Membuat sistem indikator (sistem hemolitik) RBC domba (konsentrasi 4%) dicampur dengan 4 unit titer hemolisin (4 kali konsentrasi 1:600). Pembuatan larutan hemolisin 4 unit adalah hemolisin (perbandingan 1:100) sebanyak 2 dan ditambah PBS1. Skema terinci sebagai berikut.

6 µl NaCl Buan Pengenceran akhir hemolisin 1:200 1:40 1:80 1:1600 1:3200 1: Hemolisi n Buan Pengenceran akhir hemolisin 1:300 1:60 1:1200 1:2400 1:4800 1:9600 B. Titrasi Komplemen Tabung reaksi (Pyrex) sebanyak enam buah disusun dalam satu baris dan diberi nomor berurut dari 1 sampai 6. Larutan dihomogenkan dengan cara menggoyang rak tabung reaksi, kemudian diinkubasikan dalam penangas air (Memmert) selama 10 menit 37 o C. Hasil lisis RBC pada tabung ke-6 sehingga titrasi komplemen adalah (konsentrasi 6%).

7 Prosedur titrasi komplemen sebagai berikut 10% Komplemen Lar. buffer agar menjadi 0,025 0,225 0,050 0,200 0,075 0,175 0,100 0,150 0,125 0,125 0,150 0,100 pengganti antigenantibodi 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 C. Metode Spesifitas Serum Serum metode yang telah diinaktivasi dengan pemanasan selama 30 menit 56 o C di penangas air (Memmert) antigen ND, NaCl fisiologis (Oshaka) (konsentrasi 0,95 %), komplemen (konsentrasi 6%) dan sistem hemolitik. Dua seri masing-masing terdiri dari enam buah tabung reaksi disusun dalam satu baris dan diberi nomor berurut satu sampai enam. Pada seri pertama komplemen yang digunakan adalah komplemen yang masih baru, sedangkan pada seri kedua digunakan komplemen yang sudah disimpan satu malam. Hasil yang di harapkan adalah terjadi hemolisis pada tabung ke-4 yaitu kontrol antigen sehingga yang dimetode adalah benar serum yang mengandung antibodi terhadap antigen. Pada tabung keenam tidak terjadi lisis berarti serum yang dimetode mengandung antibodi terhadap ND.

8 Tabel metode uji spesifisitas serum (CFT) Tabung T 1 T 2 T 3 T 4 T 5 T6 Pengenceran akhir hemolisin Serum yang di metode Serum metode Antigen (BSA) Kontrol Serum Kontrol Serum Kontrol Antigen (BSA) NaCl fis Komplemen 6% Kontrol Antigen Kontrol Antigen (ND) (BSA) (ND) Larutan dihomogenkan dengan cara menggoyang rak tabung reaksi dan diinkubasi selama 30 menit 37 ºC pada penangas air. Sistem hemolitik Larutan dihomogenkan dengan cara menggoyang rak tabung reaksi dan diinkubasi selama 30 menit 37 ºC 3. Enzym Linked Immuno Assay (I-ELISA) Prosedur I-ELISA Plat yang telah dicoating disimpan pada suhu 4 o C. Cuci plat dengan buffer pencuci I-ELISA (SERELISA Brucella OCB antibodi Mono Indirect) beberapa kali sebelum dipakai. Selanjutnya ditambahkan 50 ui serum (pengencera 1 : 200) dalam PBS Tween (SERELISA Brucella OCB antibodi Mono Indirect) pada setiap sumur. Gunakan serum kontrol positif dan negatif (SERELISA Brucella OCB antibodi Mono Indirect) pada setiap plat. Kemudian diinkubasikan (Memmert, Jerman) selama 1 jam dalam suhu kamar. Cuci plat dengan buffer pencuci I-ELISA atau PBS Tween (SERELISA Brucella OCB antibodi Mono Indirect). Tambahkan 50 ui (pengenceram 1 : 4000) konjugat (SERELISA Brucella OCB antibodi Mono Indirect) pada setiap sumur untuk menguatkan kerja dalam PBS Tween (SERELISA Brucella OCB antibodi Mono Indirect). Kemudian diinkubasikan selama 1 jam dalam suhu kamar. Plat dicuci dengan buffer pencuci I-ELISA atau PBS Tween (SERELISA Brucella OCB antibodi

9 Mono Indirect). antibodisorbents (SERELISA Brucella OCB antibodi Mono Indirect) ditambahkan sebanyak 100 ui larutan penguat subtrat (SERELISA Brucella OCB antibodi Mono Indirect). Kemudian dinkubasikan selama menit dalam suhu kamar. Pembacaan hasil dalam gelombang menggunakan I- ELISA reader (Biotek ELX 808) dengan bicromatic pada 450 nm dan 630 nm atau monocromatic pada 450 nm. I-ELISA positif, jika OD lebih dari nilai alfa (α). Nilai α adalah hasil perkalian 0,6 dengan OD positif. Tatacaranya Penyiapan larutan untuk metode dijelaskan secara rinci pada bagian reagen I-ELISA (SERELISA Brucella OCB antibodi Mono Indirect). Hanya gelas air suling dipergunakan untuk test, sebab tipe lain dari air suling mungkin mengakibatkan tidak aktifnya enzim konjugat (SERELISA Brucella OCB antibodi Mono Indirect). Satu plat microtitre cukup untuk 40 contoh termasuk contoh kontrol. Contoh test ditambahkan dari kolom 1 ke kolom 10, sedangkan untuk kolom 11 dan 12 dipergunakan untuk contoh kontrol. Contoh ditambahkan secara duplikat pada baris A1 A2, A3 A4, A5 A6 dan seterusnya. Contoh Serum Larutkan serum test (perbandingan 1 : 200) pada PBS Tween (SERELISA Brucella OCB antibodi Mono Indirect) ( 5 ui/1 atau 10 ui/2 ). Larutkan kontrol negative (perbandingan 1 : 200) dengan PBS Tween. Larutkan kontrol positif pada larutan awal yang disarankan dan kemudian larutkan 2 fold pada 5 pengenceran berikutnya. Sebagai contoh : 1: 2000, 4000, 8000, 16000, 32000, Tambahkan 50 ui dari setiap serum secara duplikat pada plat. Tambahkan 50 ui PBS-Tween pada sumur A11 A12 untuk kontrol konjugat (SERELISA Brucella OCB antibodi Mono Indirect). Serum negatif ditambahkan pada sumur B11 B12 (kontrol negatif). Serum control positif ditambahkan pada kolom 11 dan 12 dengan pengenceran terendah dalam baris H dan tertinggi pada baris C. Pastikan tidak ada gelembung udara dalam sumur tersebut. Inkubasi selama 15 menit pada suhu kamar. Cuci plat dengan buffer pencuci I-ELISA (SERELISA Brucella OCB antibodi Mono Indirect).

10 Konjugat Pengenceran konjugat (SERELISA Brucella OCB antibodi Mono Indirect) untuk penguat kerja dalam PBS-T/casein. Tambahkan 50 ui pada larutan kerja pada setiap sumur. Pastikan tidak ada gelembung udara dalam setiap sumur, diinkubasi selama 60 menit pada suhu kamar. Cuci plat dengan buffer pencuci I- ELISA. (SERELISA Brucella OCB antibodi Mono Indirect). Larutan substrat (SERELISA Brucella OCB antibodi Mono Indirect) disiapkan dan biarkan sampai mencapai suhu kamar. Substrat Substrat (SERELISA Brucella OCB antibodi Mono Indirect) sebanyak 100 ui ditambahkan pada setiap sumur. Pastikan tidak ada gelembung udara dalam setiap sumur, Inkubasi selama 60 menit pada suhu kamar. I-ELISA reader (Biotek ELX 808) dihidupkan untuk dipanaskan sebelum pembacaan. Pembacaan Plat dengan hati-hati dimasukan dan dipastikan tidak terdapat gelembung udara. Serum kontrol di cek sebelum metode dilakukan. Serum kontrol mampu memberikan angka yang berada dalam selang batasan, bila tidak batalkan test tersebut dan diulang kembali. Catat nilai absorpsi dari setiap contoh serum. Pembacaan hasil dalam gelombang menggunakan I-ELISA reader (Biotek ELX 808) denga bicromatic pada 450 nm dan 630 nm atau monocromatic pada 450 nm. I-ELISA positif, jika OD lebih dari nilai alfa (α). Nilai α adalah hasil perkalian 0,6 dengan OD positif. Hasil yang diperoleh perlu dianalisa dengan mengalihkan unit absorpsi menjadi unit I-ELISA dengan mempergunakan program komputer (SERELISA Brucella OCB antibodi Mono Indirect). Interprestasi Setiap contoh dibandingkan dengan contoh kontrol pada plat. Setiap contoh harus dibandingkan dengan contoh kontrol pada plat yang bersangkutan. Cut-off adalah merupakan serapan pada (pengenceran 1:32000) dari serum kontrol. pabila contohkontrol positif yang lain dipergunakan, hasilnya harus dibandingkan dengan referensi kontrol positif. Pembacaan contoh test yang lebih besar dari rata-rata nilai potong adalah positif, tetapi apabila lebih rendah artinya negatif.

11 Antibodisorpsi dari contoh duplikat seharusnya tidak berbeda lebih 20% dari satu dengan lainnya. Apabila absorpsi dekat dengan nilai potong (dalam 1 titre dari nilai potong), sebaiknya dilakukan metode ulang. antibodisorpsi dari kontrol positif harus dimetode disetiap laboratorium dalam kondisi setempat, paling tidak 10 kali pelaksanaan untuk memastikan reaksinya. Sebagai pegangan bahwa absorpsi dari sampai dari larutan potong (Reference ve 1:32.000) dapat terjadi. Nilai potong ini diberi tanda sebagai unit I-ELISA. Contoh positif atau negative dapat terjadi, periksa ulang hasil yang berbeda pada variasi dari hasil metode yang lain (seperti RBT dan CFT ) untuk memastikan hasilnya. Pada waktu melakukan metode sediakan dan simpan sisa larutan konjugat dan substrat sampai metode diselesaikan. Apabila warnanya tidak timbul dengan baik, maka dilakukan pengecekan apakah konjugat dan substrat bekerja yaitu dengan cara menambahkan larutan konjugat ke dalam substrat. Untuk itu perlu ditambahkan 10 ui konjugat kedalam 1 substrat, dan ini akan memberikan warna yang kuat dalam waktu 5 menit. Apabila warna tetap tidak timbul maka dicek pengenceran substrat dan konjugat. Pastikan bahwa hydrogen peroxide masih segar dan aktif. Bila meragukan buatlah larutan baru. Pastikan bahwa gelas air suling dipergunakan pada setiap tahapan dalam test ini. Air suling mengandung metal akan membuat enzim ini aktif dan akan mengakibatkan reaksi warna yang lemah dalam metode. Apabila latar belakang nampak tinggi, harap dicek larutan pencuci untuk meyakinkan bahwa PBS Tween telah ditambahkan, cek prosedur pencucian. Pastikan bahwa larutan PBS Tween diganti secara teratur. Larutan dan cuci botolnya dibuang apabila dianggap bahwa larutan mengalami kontaminasi. Cairan yang terkontaminasi akan mengakibatkan reaksi warna yang lemah. Apabila serum kontrol positif secara tetap memberikan bacaan yang rendah, di cek ulang kerja larutan konjugat dengan cara melakukan titrasi antigen dan konjugat. Plat mungkin perlu diganti, plat lain yang telah coating dengan antigen.

12 4. Elektroforesis Metode SDS Page Persiapan reagen SDS PAGE Acrylamide/Bis (Sigma Chemical) (30% T, 2,67% C) terdiri dari acrylamide(sigma Chemical) sejuah 140 gr, NN Methylene-bis- Acrylamide(Sigma Chemical) sejuah 4 gr, larutkan dalam akuabides sampai volume 500 simpan pada suhu 4 o C dalam wadah gelap. Masa pakai 30 hari. Tris HCl (Sigma Chemical) (1,5 M ph 8,8) terdiri dari Tris base (Sigma Chemical) (ph 8,8) sejuah 54,25 gr, larutkan dalam akuabides sampai 150 dengan HCl, kemudian tambahkan aquabides sampai volume 300. Tris-HCl (Sigma Chemical) (0,5 M ph 6,8) terdiri dari Tris base (Sigma Chemical) (ph 6,8) sejuah 6 gr, dilarutkan dalam akuabides sampai 60 dengan HCl kemudian tambahkan akuabides sampai volume 100. SDS (Sigma Chemical) (konsentrasi 10%) terdiri dari larutkan SDS (Sigma Chemical) 10 gr dalam 60 akuabides dengan stirer, kemudian tambahkan akuabides sampai volume 100. Ammonium Persulfat (Sigma Chemical) (konsentrasi 10%) terdiri dari larutkan 10 gr ammonium persulfate (Sigma Chemical) dalam 100 akuabides. Contoh buffer terdiri dari akuabides 3, Tris HCl (Sigma Chemical) (0,5 M ph 6,8) sebanyak 1,0, Glycerol (Sigma Chemical) 1,6, SDS (Sigma Chemical) (konsentrasi 10%) sejuah 1,6, β-merkaptoetanol (Sigma Chemical, USA) sejuah 0,4, bromophenol blue (Sigma Chemical) (konsentrasi 0,5%) dalam akuabides sejuah 0,4, dilute sampai dengan (perbandingan 1 : 4). Selanjutnya dipanaskan pada 95 o C selama 4 menit (contoh buffer) dapat diganti dengan contoh buffer komersil. Contoh buffer komersil (Promega) dan contoh buffer adalah (perbandingan 1 : 1).

13 Persiapan Gel Tabel persiapan pembuatan gel Uraian Gel Pemisah Gel Pengumpul (375 M Tris, ph 8,8) (125 M Tris, ph 6,8) Monomer concentration 12% 4% (%T, 2,67% C) Acrylamide/Bis (30% T, 2,67% C) 2,4 260 µl Akuabides 2 1, 22 1,5 M Tris HCl ph 8,8 1,5-0,5 M Tris HCl ph 6,8-0,5 10% (w/v) SDS 60 µl 20 µl 10% (w/v) Ammonium Persulfate 30 µl 10 µl TEMED 3 µl 2 µl Konsentrasi gel pengumpul (stacking gel) (konsentrasi 4%) dan gel pemisah (separating gel) (konsentrasi 12%). Volume gel pemisah dan pengumpul dapat diperbesar atau diperkecil sesuai ukuran cetakan gel yang tersedia (umumnya setiap merk elektroforesis berbeda volume). Dapat dibuat kelipatannya. Elektroforesis yang digunakan (Sigma). Persiapan pewarnaan gel SDS Page dapat diwarnai dengan metode pewarnaan coomasie blue(sigma Chemical) atau silver staining (Sigma Chemical). Larutan coomasie blue(sigma Chemical) terdiri dari larutkan gr coomasie blue (Sigma Chemical) dalam 125 metanol(sigma Chemical), 25 asam asetat glasial (Sigma Chemical) dan 100 akuabides. Larutan pemucat dihomogenkan 100 metanol (Sigma Chemical)100, asam asetat glasial (Sigma Chemical) dan 800 akuabides. Pembuatan agar akrilamid (Sigma Chemical) dilakukan dengan bantuan dua buah lempeng kaca yang berukuran 18 x 15,5 cm (Pharmacia Biotech) yang telah dibersihkan dengan alkohol (konsentrasi 70%), pada kedua sisi tepi bagian dalam diberi spacer, kedua lempeng kaca dihimpitkan dan selanjutnya dijepit. Di bagian atas lempeng kaca disisipkan sisir pembuat jalur dan kemudian diisi gel pemisah (konsentrasi 12% poliakrilamid) sampai 1 cm di bawah ujung sisir

14 dengan bantuan mikropipet dan dibiarkan sekitar 30 menit kemudian diisi gel pengumpul (konsentrasi 4% poliakrilamid) hingga mencapai permukaan lempeng kaca. Elektroforesis Contoh Contoh dilarutkan dengan larutan buffer (Sigma Chemical) contoh dengan (perbandingan 1 : 1) dan campuran ini kemudian diinaktifkan dalam water bath (Memmert) pada suhu 60 o C selama 5 menit sebelum dimasukkan ke dalam sumur gel elektroforesis. Sebanyak 10µl contoh dimasukkan kedalam masing-masing sumur, kemudian perangkat elektroforesis (Sigma) dijalankan dengan arus 50 ma dengan tegangan 100 Volt, kurang lebih selama 3 jam. Elektroforesis berakhir apabila pewarna sampai mencapai batas 0,5 cm dari bagian bawah gel. Setelah elektroforesis berakir, gel diangkat dari lempeng kaca (Parmacia-Biotech) dan direndam dalam pewarnaan coomasie blue (Sigma Chemical Co.) selama 3 jam pada suhu ruang sambil diagitasi perlahan. Pewarna yang tidak terikat pada protein dihilangkan dengan merendam gel pada larutan pemucat metanol dan asam asetat sehingga gel berwarna bening atau pita-pita protein yang telah terbentuk terlihat jelas. Mobilitas relatif protein dihitung dengan membandingkan jarak migrasi protein dihitung dari garis awal separating gel sampai ujung protein yang dibandingkan dengan jarak migrasi tracking gel.

15 Lampiran 3. Tabel hasil positif RBT, CFT dan I-ELISA serum sapi potong dari Kabupaten di Jawa Timur No Asal Contoh RBT CFT I-ELISA 1 Pasuruan Lumajang () 0 3 Ngawi () 0 4 Banyuwangi () 0 5 Tulung antigenung Blitar Madiun Bondowoso Sukohardjo Probolinggo Magetan Juah () 0 Keterangan RBT:Rose Bengal Test, CFT: Complement Fixation Test I-ELISA: Enzym Linked Immuno Assay Lampiran 4. Tabel Hasil positif RBT, CFT dan I-ELISA serum sapi potong dari Kabupaten di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogya No Asal Contoh RBT CFT I-ELISA 1 Blora () 0 2 Banjar Negara Kebumen () 0 4 Bumi Ayu () 0 5 Wonosobo () 0 6 Brebes () 0 7 Purwokerto () 0 8 Wonogiri () 0 9 Salatiga Sleman Boyolali () 0 12 Klaten Sleman Grobokan Purbalingga Gunung Kidul Juah () 0 Keterangan RBT:Rose Bengal Test, CFT: Complement Fixation Test I-ELISA: Enzym Linked Immuno Assay

16 Lampiran 5. Tabel hasil positif RBT, CFT dan I-ELISA serum sapi potong dari Kabupaten di Jawa Barat No Asal Contoh RBT CFT I-ELISA 1 Bogor () 0 2 Bekasi () 1 () 3 Subang () 0 4 Lembang () 0 5 Purwakarta () 0 6 Sumedang Tasikmalaya Depok Jonggol Juah () 1 () Keterangan RBT:Rose Bengal Test, CFT: Complement Fixation Test I-ELISA: Enzym Linked Immuno Assay Lampiran 6. Tabel hasil positif pemeriksaan RBT, CFT dan I-ELISA serum sapi potong dari Jakarta No Asal Contoh RBT CFT I-ELISA 1 Jakarta Keterangan RBT:Rose Bengal Test, CFT: Complement Fixation Test I-ELISA: Enzym Linked Immuno Assay Lampiran 7. Tabel hasil positif RBT, CFT dan I-ELISA serum sapi potong dari Kabupaten di Banten No Asal Contoh RBT CFT I-ELISA 1 Serang () 0 2 Merak () 0 Juah () 0 Keterangan RBT:Rose Bengal Test, CFT: Complement Fixation Test I-ELISA: Enzym Linked Immuno Assay Lampiran 8. Tabel hasil positif RBT, CFT dan I-ELISA serum kambing potong dari Kabupaten di Jawa Timur No Asal Contoh RBT CFT I-ELISA 1 Banyuwangi () 0 2 Tulung antigenung () 0 3 Kediri Ngawi 1 0 1() 0 5 Nganjuk Juah () 0 Keterangan RBT:Rose Bengal Test, CFT: Complement Fixation Test I-ELISA: Enzym Linked Immuno Assay

17 Lampiran 9. Tabel hasil positif RBT, CFT dan I-ELISA serum kambing potong dari Kabupaten di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta No Asal Contoh RBT CFT I-ELISA 1 Purwokerto Purbalingga Semarang () 0 4 Purworejo () 0 5 Boyolali Salatiga () 0 7 Wonosobo () 0 8 Sleman Kulon Progo Juah () 0 Keterangan RBT:Rose Bengal Test, CFT: Complement Fixation Test I-ELISA: Enzym Linked Immuno Assay Lampiran 10. Tabel hasil positif RBT, CFT dan I-ELISA serum kambing potong dari Kabupaten di Jawa Barat No Asal Contoh RBT CFT I-ELISA 1 Majalengka () 0 2 Bogor Juah 4 0 1() 0 Keterangan RBT:Rose Bengal Test, CFT: Complement Fixation Test I-ELISA: Enzym Linked Immuno Assay Lampiran 11. Tabel hasil positif RBT, CFT dan I-ELISA serum kambing potong dari Jakarta No Asal Contoh RBT CFT I-ELISA 1 Jakarta Keterangan RBT:Rose Bengal Test, CFT: Complement Fixation Test I-ELISA: Enzym Linked Immuno Assay Lampiran 12. Tabel hasil positif RBT, CFT dan I-ELISA serum kambing potong dari Kabupaten di Banten No Asal Contoh RBT CFT I-ELISA 1 Cilegon () 0 Juah () 0 Keterangan RBT:Rose Bengal Test, CFT: Complement Fixation Test I-ELISA: Enzym Linked Immuno Assay

18 Lampiran 13. Laporan hasil pengujian laboratorium terhadap brusellosis di FKH IPB

19 Lampiran 14. Laporan hasil pengujian laboratorium terhadap brusellosis di BBUSKP

20 Lampiran 15. Laporan hasil pengujian laboratorium terhadap brusellosis di BBALITVET

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian telah dilaksanakan di laboratorium BKP Kelas II Cilegon untuk metode pengujian RBT. Metode pengujian CFT dilaksanakan di laboratorium

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Sebanyak 173 dan 62 contoh serum sapi dan kambing potong sejumlah berasal dari di provinsi Jawa Timur, Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Barat, Jakarta dan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pembuatan Medium Kultur DMEM Lampiran 2 Pembuatan Larutan PBS Lampiran 3 Prosedur Pewarnaan HE

Lampiran 1 Pembuatan Medium Kultur DMEM Lampiran 2 Pembuatan Larutan PBS Lampiran 3 Prosedur Pewarnaan HE LAMPIRAN Lampiran 1 Pembuatan Medium Kultur DMEM Medium kultur DMEM merupakan medium Dulbecco s Modified Eagle s Medium (DMEM; Sigma) yang telah dimodifikasi dengan penambahan asam amino non-esensial (AANE;

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur Rotofor

Lampiran 1 Prosedur Rotofor Lampiran 1 Prosedur Rotofor Kalibrasi Membran Ion Membran ion terdiri dari membran kation yang berkorelasi dengan elektrolit H 3 PO 4 0,1 N terpasang pada elektroda anoda sebagai pembawa ion positif, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green House dan Laboratorium Genetika dan Molekuler jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, mulai Maret 2010 sampai dengan Agustus 2010 di laboratorium Terpadu Bagian Mikrobiologi Medik dan laboratorium Bakteriologi

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN SPESIFIK TEMBAKAU SRINTHIL. Disusun oleh : Nama : Slamet Haryono NIM :

ANALISIS PROTEIN SPESIFIK TEMBAKAU SRINTHIL. Disusun oleh : Nama : Slamet Haryono NIM : ANALISIS PROTEIN SPESIFIK TEMBAKAU SRINTHIL Disusun oleh : Nama : Slamet Haryono NIM : 412000011 FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2004 1. PENDAHULUAN Tembakau srinthil merupakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Buffer untuk Dialisa Larutan buffer yang digunakan pada proses dialisa adalah larutan buffer Asetat 10 mm ph 5,4 dan

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Buffer untuk Dialisa Larutan buffer yang digunakan pada proses dialisa adalah larutan buffer Asetat 10 mm ph 5,4 dan 39 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Buffer untuk Dialisa Larutan buffer yang digunakan pada proses dialisa adalah larutan buffer Asetat 10 mm ph 5,4 dan buffer Asetat 20 mm ph 5,4. Larutan buffer asetat 10

Lebih terperinci

3 METODE. Bahan. Alat

3 METODE. Bahan. Alat 9 3 METODE Penelitian ini dilaksanakan selama 14 bulan, yaitu dari April 2013 sampai Mei 2014 di Laboratorium Biokimia Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, Seafast Center, Pusat Studi Satwa Primata

Lebih terperinci

s - soluble fraction i - insoluble fraction p - post-ni 2+ column

s - soluble fraction i - insoluble fraction p - post-ni 2+ column METODE SDS- PAGE Oleh: Susila Kristianingrum susila.k@uny.ac.id SDS-PAGE Trx-STS Trx-CHS s i p s i p 97 66 45 60 K 31 22 14 s - soluble fraction i - insoluble fraction p - post-ni 2+ column Langkah SDS-PAGE

Lebih terperinci

KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI

KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang 11 MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2010 sampai dengan Juni 2011. Penelitian dilakukan di kandang FKH-IPB. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2009 hingga Februari 2010. Penelitian dilakukan di kandang pemeliharaan hewan coba Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Lebih terperinci

umum digunakan untuk brucellosis yang di Indonesia umumnya menggunakan teknik Rose Bengal Plate Test (RBPT), Serum Agglutination Test (SAT), dan Compl

umum digunakan untuk brucellosis yang di Indonesia umumnya menggunakan teknik Rose Bengal Plate Test (RBPT), Serum Agglutination Test (SAT), dan Compl DIAGNOSA PENYAKIT BRUCELLOSIS PADA SAP] DENGAN TEKNIK UJI PENGIKATAN KOMPLEMEN Yusuf Mukmin Balai Penelitian Veteriner, Jalan R.E. Martadinata 30, Bogor 11614 PENDAHULUAN Brucellosis adalah penyakit bakterial

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN 17 METODELOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH IPB, kandang hewan percobaan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Januari 2016 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Januari 2016 di 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015 - Januari 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Fakultas Peternakan dan Pertanian, dan Laboratorium Terpadu Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi Veteriner dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi Veteriner dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi Veteriner dan Laboratorium Biomolekuler Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2012 hingga September 2012. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengembangan Teknologi Industri Agro dan Biomedika

Lebih terperinci

Komposisi per liter: Pancreatic digest of casein Enzymatic digest of soya bean Sodium chloride

Komposisi per liter: Pancreatic digest of casein Enzymatic digest of soya bean Sodium chloride 59 Lampiran 1 Media triptone soya agar (TSA) Komposisi per liter: Pancreatic digest of casein Enzymatic digest of soya bean Sodium chloride Agar Contains papain 15,0 g 5.0 g 5,0 g 15,0 g Sebanyak 20 gr

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 8 BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai Juli sampai dengan Agustus 2010. Pemeliharaan ayam broiler dimulai dari Day Old Chick (DOC)

Lebih terperinci

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya 10 MATERI DAN METODA Waktu Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Terpadu FKH-IPB, Departemen Ilmu Penyakit Hewan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

20,0 ml, dan H 2 O sampai 100ml. : Tris 9,15 gram; HCl 3ml, dan H 2 O sampai 100ml. : ammonium persulfat dan 0,2 gram H 2 O sampai 100ml.

20,0 ml, dan H 2 O sampai 100ml. : Tris 9,15 gram; HCl 3ml, dan H 2 O sampai 100ml. : ammonium persulfat dan 0,2 gram H 2 O sampai 100ml. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Contoh darah diambil dari koleksi contoh yang tersedia di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Ternak Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat 21 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, mulai Maret sampai dengan Agustus 2010 di laboratorium Mikrobiologi Medis, laboratorium Terpadu unit pelayanan mikrobiologi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN. Gambar 19. Kurva Standar Protein

7. LAMPIRAN. Gambar 19. Kurva Standar Protein 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Kurva Standar Protein Larutan Bardfrod Commasive blue ditimbang sebanyak 0,01 gram kemudian dilarutkan ke dalam 5 ml etanol 95% dan ditambah dengan 10 ml asam fosfor. Larutan selanjutnya

Lebih terperinci

KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI

KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April November 2011 di laboratorium Biokimia Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, laboratorium Bioteknologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada Januari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, IPB, dari bulan Oktober 2011 Mei 2012. Bahan Isolasi untuk memperoleh isolat B. thuringiensis

Lebih terperinci

Serodeteksi Brucella abortus pada Sapi Bali di Timor Leste

Serodeteksi Brucella abortus pada Sapi Bali di Timor Leste Serodeteksi Brucella abortus pada Sapi Bali di Timor Leste Reny 1 Septyawati, Nyoman Sadra Dharmawan 2, Nyoman Suartha 1 1) Lab Penyakit Dalam Veteriner, 2) Lab Patologi Klinik Veteriner Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Sampel yang akan diuji kemudian dimasukkan ke dalam sumuran-sumuran cawan ELISA sesuai dengan pola yang telah ditentukan. Setiap sumuran cawan berisi sebanyak 100 μl sampel. Cawan ELISA kemudian diinkubasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. DATA SHEET : RIBAVIRIN (Bertrand 2000 dalam McEvoy 2005)

Lampiran 1. DATA SHEET : RIBAVIRIN (Bertrand 2000 dalam McEvoy 2005) 36 LAMPIRAN 37 Lampiran 1. DATA SHEET : RIBAVIRIN (Bertrand 2000 dalam McEvoy 2005) Nilai toksisitas Non-Manusia : Rat LD50 oral 5,3 g / kg; Mouse LD50 oral 2 g / kg; Ip Mouse LD50 0,9-1,3 g / kg; LD50

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA 15 BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA 3.1 BAHAN Lactobacillus acidophilus FNCC116 (kultur koleksi BPPT yang didapatkan dari Universitas Gajah Mada), Bacillus licheniformis F11.4 (kultur koleksi BPPT yang didapatkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia

Lebih terperinci

RPMI 1640 medium. Kanamisin 250 µg. Coomassie brilliant blue G-250

RPMI 1640 medium. Kanamisin 250 µg. Coomassie brilliant blue G-250 86 Lampiran 1. Larutan yang digunakan pada medium RPMI 1640 RPMI 1640 medium 10,4 g Penisilin G 100.000 IU Streptomisin 100 mg Gentamisin 5 mg Kanamisin 250 µg Semua bahan tersebut dilarutkan kedalam 1000

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September 21 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September 2014 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia, Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 17 3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Produksi dan Karakterisasi Enzim Transglutaminase dari Streptoverticillium ladakanum dengan Media yang Disubstitusi Limbah Cair Surimi dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari empat primer yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari empat primer yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari empat primer yang digunakan hanya primer GE 1.10 dengan suhu annealing sebesar 49,5 o C yang dapat dianalisis

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Pembuatan Reagen Bradford dan Larutan Standar Protein

LAMPIRAN 1. Pembuatan Reagen Bradford dan Larutan Standar Protein 49 7. LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Pembuatan Reagen Bradford dan Larutan Standar Protein 1.1. Pembuatan Reagen Bradford Commasive Blue sebanyak 0,01 gram dilarutkan ke dalam 5 ml etanol 95% kemudain ditambah asam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. digunakan diantaranya N2 cair, alkohol 70 %, yodium tinkture, kapas dan tissue.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. digunakan diantaranya N2 cair, alkohol 70 %, yodium tinkture, kapas dan tissue. III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian 3.1.1. Bahan Penelitian Penelitian ini menggunakan 10 sampel darah sapi Pasundan bahan yang digunakan diantaranya N2 cair, alkohol 70 %, yodium tinkture,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur uji aktivitas protease (Walter 1984, modifikasi)

Lampiran 1 Prosedur uji aktivitas protease (Walter 1984, modifikasi) 76 Lampiran Prosedur uji aktivitas protease (Walter 984, modifikasi) Pereaksi Blanko (ml) Standard (ml) Contoh ml) Penyangga TrisHCl (.2 M) ph 7. Substrat Kasein % Enzim ekstrak kasar Akuades steril Tirosin

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1 Metode Pengumpulan Data 2.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di UPT Laboratorium Biosain dan Bioteknologi Universitas Udayana. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

3 Metode Penelitian Alat

3 Metode Penelitian Alat 3 Metode Penelitian 3.1. Alat Penelitian dilakukan di Laboratorium KBK Protein dan Enzim dan Laboratorium Biokimia, Program Studi Kimia ITB. Peralatan gelas yang digunakan terdiri atas labu erlenmeyer,

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan Bahan penelitian

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan Bahan penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan 3.1.1 Bahan penelitian Cacing tanah P. excavatus diperoleh dari peternakan cacing milik Ir. Bambang Sudiarto. Substrat koagulan darah diambil dari darah milik S. Krisnawati

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Tempat dan Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

3 Percobaan. 3.1 Tempat dan Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan 3 Percobaan 3.1 Tempat dan Bahan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Biokimia milik Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung. Ragi Saccharomyces cerevisiae yang mengandung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari Januari sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 2 dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah, selain itu daun anggrek merpati juga memiliki kandungan flavonoid yang tinggi, kandungan flavonoid yang tinggi ini selain bermanfaat sebagai antidiabetes juga

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian 13 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur, gelas kimia, labu erlenmeyer, tabung reaksi bertutup, spatula, batang pengaduk, tabung mikro,

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN SIFAT-SIFAT PROTEIN ANTIGENIK SEL BRUCELLA ABORTUS ISOLAT LAPANG DENGAN TEKNIK ELEKTROFORESIS DANIMMUNOBLOTTING

STUDI PERBANDINGAN SIFAT-SIFAT PROTEIN ANTIGENIK SEL BRUCELLA ABORTUS ISOLAT LAPANG DENGAN TEKNIK ELEKTROFORESIS DANIMMUNOBLOTTING STUDI PERBANDINGAN SIFAT-SIFAT PROTEIN ANTIGENIK SEL BRUCELLA ABORTUS ISOLAT LAPANG DENGAN TEKNIK ELEKTROFORESIS DANIMMUNOBLOTTING AOUS SUDIBYO I, FAcHRIYAN H. PASARIBU 2, I.W.T. WIBAwAN 2, dan ENDHIE

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan dan Rumah Kaca University Farm, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung dari bulan Juni 2011 sampai dengan Januari 2012

Lebih terperinci

3. METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3. METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3. METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2009 sampai Bulan September 2009 di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perikanan, Laboratorium Bioteknologi 2 Hasil

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 1 I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium Biokimia, Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UJI HI DAN ELISA UNTUK MENGUKUR MATERNAL ANTIBODI ND PADA ANAK AYAM

PERBANDINGAN UJI HI DAN ELISA UNTUK MENGUKUR MATERNAL ANTIBODI ND PADA ANAK AYAM PERBANDINGAN UJI HI DAN ELISA UNTUK MENGUKUR MATERNAL ANTIBODI ND PADA ANAK AYAM COMPARISON OF HI TEST AND ELISA FOR DETECTING ANTIBODY MATERNAL ND ON DAY OLD CHICK Oleh : Rahaju Ernawati* ABSTRACT This

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN D. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan adalah rendang iradiasi yang memiliki waktu penyinaran yang berbeda-beda (11 November 2006, DIPA 14 Juni 2007, dan no label 14 Juni

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di Laboratorium Instrumentasi dan Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bahan-bahan yang digunakan untuk pengujian aktivitas enzim (Grossowicz et al., 1950) (a). Reagen A 1. 0,2 M bufer Tris-HCl ph 6,0 12,1 gr

Lampiran 1. Bahan-bahan yang digunakan untuk pengujian aktivitas enzim (Grossowicz et al., 1950) (a). Reagen A 1. 0,2 M bufer Tris-HCl ph 6,0 12,1 gr 46 47 Lampiran 1. Bahan-bahan yang digunakan untuk pengujian aktivitas enzim (Grossowicz et al., 1950) (a). Reagen A 1. 0,2 M bufer Tris-HCl ph 6,0 12,1 gr Tris base dilarutkan dalam 200 ml akuades, kemudian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat 19 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian berlangsung dari bulan Mei 2011 sampai November 2012 di Laboratorium Bagian Mikrobiologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2006 hingga Agustus 2007. Penangkapan polen dilakukan di kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan dan analisa

Lebih terperinci

Y ij = µ + B i + ε ij

Y ij = µ + B i + ε ij METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2008 sampai bulan September 2009. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Bagian Teknologi Hasil Ternak Perah dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Biologi FPMIPA UPI dan protease Bacillus pumilus yang diperoleh

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Biologi FPMIPA UPI dan protease Bacillus pumilus yang diperoleh 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah proteas Bacillus subtilis diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi Jurusan

Lebih terperinci

PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER. DKI JAKARTA Kota Jakarta Barat Jakarta Barat

PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER. DKI JAKARTA Kota Jakarta Barat Jakarta Barat PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER DKI JAKARTA Kota Jakarta Barat Jakarta Barat 13.000 Kota. Jakarta Pusat Jakarta Pusat 13.000 Tidak Ada Other Kota. Jakarta Selatan Jakarta

Lebih terperinci

Lokakarya Fungsional Non Penelib' mycoplasma broth base (oxoid), D-glucose (BDH Chemicals), L.cystein HCI (BDH Chemicals), Thallous acetate (BDH Chemi

Lokakarya Fungsional Non Penelib' mycoplasma broth base (oxoid), D-glucose (BDH Chemicals), L.cystein HCI (BDH Chemicals), Thallous acetate (BDH Chemi TEKNIK UJI AGLUTINASI CEPAT DAN ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) UNTUK MENDETEKSI ANTIBODI MYCOPLASMA GALLISEPTICUM Zulqoyah Layla dan M.B. Poerwadikarta Balai Penelitian Veteriner, Bogor PENDAHULUAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di Laboratorium Instrumentasi dan Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia Pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor selama 3 bulan, terhitung

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN UAS MATA KULIAH KETRAMPILAN DASAR LABORATORIUM BIOMEDIK. Bentuk UAS tahun ini: Ada 3 bagian:

SOAL LATIHAN UAS MATA KULIAH KETRAMPILAN DASAR LABORATORIUM BIOMEDIK. Bentuk UAS tahun ini: Ada 3 bagian: SOAL LATIHAN UAS MATA KULIAH KETRAMPILAN DASAR LABORATORIUM BIOMEDIK Bentuk UAS tahun ini: Ada 3 bagian: 1. CARA KERJA Soal praktek pada UAS lebih rumit dari pada UTS di mana Anda akan diuji atas sebagian

Lebih terperinci

III. Bahan dan Metode

III. Bahan dan Metode III. Bahan dan Metode A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Mei-Juli 2011 yang dilakukan di LPPT UGM Yogyakarta. B. Bahan Penelitian Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM. Dokumen nomor : CCRC Tanggal : 21 Mei 2015 Mengganti nomor : - Tanggal : -

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM. Dokumen nomor : CCRC Tanggal : 21 Mei 2015 Mengganti nomor : - Tanggal : - Hal. 1 dari 8 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf CCRC Staf CCRC Supervisor CCRC Pimpinan CCRC Paraf Nama Sri Handayani Edy Meiyanto Tanggal 21 Mei 2015 PROTOKOL

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana,

II. METODOLOGI PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana, II. METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Metode Pengumpulan Data 2.1.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

III. METODE KERJA. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

III. METODE KERJA. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas 14 III. METODE KERJA A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari 2015

Lebih terperinci

3. METODOLOGI 3.1 Pelaksanaan Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian

3. METODOLOGI 3.1 Pelaksanaan Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3. METODOLOGI 3.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, Laboratorium Biokiomia Hasil Perairan, Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan meliputi tahu dari pasar, bahan untuk solubilisasi, bahan untuk analisis metode Kjeldahl dan metode Bradford, dan bahan untuk analisis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan April Bahan dan Alat.

METODE PENELITIAN. Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan April Bahan dan Alat. 23 METODE PENELITIAN Tempat Penelitian Pengambilan sampel daging sapi impor untuk penelitian ini dilakukan di Instalasi Karantina Produk Hewan (IKPH). Pengujian sampel dilakukan di laboratorium Balai Besar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2006 sampai dengan Januari 2008. Penelitian bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini terdapat kontrol sebagai acuan antara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

Analisis kadar protein

Analisis kadar protein LAMPIRAN Lampiran 1 Bagan alir penelitian Biawak air bagian duodenum, jejenum, ileum, kolon Cuci dengan akuades dan kerok lapisan atasnya (mukosa Ekstraksi enzim protease Analisis kadar protein Pencirian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Genetika Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and 23 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and Cancer Biology of the University of Indonesia (IHVCB-UI), Jl. Salemba

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml 36 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. Pembuatan Larutan Stok Tris HCL 1 M ph 8.0 (100 ml) : Timbang Tris sebanyak 12,114 g. Masukkan Tris ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 80 ml aquades.

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Isolasi DNA, Teknik PCR dan Elektroforesis Agarose

Laporan Praktikum Isolasi DNA, Teknik PCR dan Elektroforesis Agarose Laporan Praktikum Isolasi DNA, Teknik PCR dan Elektroforesis Agarose Hari / Tanggal Praktikum : Kamis / 1 November dan 22 November 2012 Nama Praktikan : Rica Vera Br. Tarigan dan Jekson Martiar Siahaan

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Peralatan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, beaker glass, cool box, labu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3 perlakuan, sedangkan

Lebih terperinci

3 Metodologi Percobaan

3 Metodologi Percobaan 3 Metodologi Percobaan 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia, FMIPA Institut Teknologi Bandung. Waktu penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer 1. Pembuatan Larutan Stok a. CTAB 5 % Larutan dibuat dengan melarutkan : - NaCl : 2.0 gr - CTAB : 5.0 gr - Aquades : 100 ml b. Tris HCl

Lebih terperinci