PARAMETER METABOLIK DALAM PEMBUATAN PENISILING MAYA SARAH, S.T,M.T. FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PARAMETER METABOLIK DALAM PEMBUATAN PENISILING MAYA SARAH, S.T,M.T. FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA"

Transkripsi

1 PARAMETER METABOLIK DALAM PEMBUATAN PENISILING MAYA SARAH, S.T,M.T. FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Abstrak Penisilin merupakan salah satu produk antibiotik yang meningkat penggunaannya dewasa ini. Peningkatan kebutuhan medis akan pensilin telah membuka peluang bagi pengembangan industri pembuatan penisilin secara komersial yang menuntut peningkatan kualitas dan kuantitas dari penisilin yang dihasilkan. Perbaikan kualitas dan kuantitas penisilin dapat tercapai apabila parameter-parameter metabolik dari proses fermentasi adalah optimum. Righelato (1968), Pirt (1974), serta Rhu dan Hospodka (1977) telah memaparkan hubungan antara produktivitas penisilin dengan variabel fisiologi seperti laju pertumbuhan spesifik. Laju pertumbuhan spesifik kapang Penicillium chrysogenum harus dipertahankan pada kondisi yang optimum agar biosintesa penisilin dapat menghasilkan produk penisilin G yang maksimum. Pembuatan penisilin dipengaruhi juga oleh parameter-parameter metabolik seperti penggunaan sumber karbon, nitrogen, oksigen, phospat, sulfat dan precursor yang mendorong laju produksi maksimum. Parameter-parameter metabolik yang optimum menurut Ryu dan Haspodka untuk mennghasiklan penisilin G yang maksimum adalah sebagai berikut : laju pertumbuhan sel spesifik = jam 1, laju penggunaan karbon spesifik yang dibutuhkan untuk produksi penisilin dan pemeliharaan sel secara berturut-turut adalah 60 mg heksosa/g sel/jam dan 24 mg heksosa/g sel/jam, lalu penggunaan oksigen spesifik = 1,6 mmol O 2 /g sel/jam, sedangkan laju penggunaan nitrogen, phospat, sulfat dan phenylacetic acid spesifik secara berturut-turut adalah 2 mg NH- 3N/g sel/jam, 0,6 mg PO 4 -phosphorus/g sel/jam,2,8 mg SO 4 -sulfur/g sel/jam dan 1,8 mg phenylacetic acid/g sel/jam. PENDAHULUAN Terminologi antibiotik didefinisikan sebagai suatu senyawa organik hasil metabolisme dari mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan dan bahkan mematikan mikroorganisme lain akibat aktivitas sejumlah kecil senyawa antibiotik tersebut (Waksman, 1949). Antibiotik memiliki kegunaan yang sangat luas dibidang farmasi dan pertanian dan dibedakan atas antibiotik yang bersifat anti 2002 digitized by USU digital library 1

2 bakteri atau anti mikroba, anti jamur dan anti tumor. Penisilin, tetrasiklin, eritromisin dan streptomisin merupakan contoh-contoh antibiotik yang bersifat anti bakteri Latar Belakang Penisilin merupakan salah satu antibiotik yang paling efektif selama empat dekade ini. Peningkatan kebutuhan medis akan penisilin telah membuka peluang bagi pengembangan industri pembuatan penisilin secara komersial yang menuntut peningkatan kualitas dan kuantitas dari penisilin yang dihasilkan. Perbaikan kualitas dan kuantitas penisilin dapat tercapai apabila parameter-parameter metabolik dari proses fermentasi adalah optimum Perumusan Masalah Beberapa peneliti seperti Righelato (1968), Pirt (1974), serta Rhu dan Hospodka (1977) memaparkan hubungan antara produktivitas penisilin dengan variabel fisiologi seperti laju pertumbuhan spesifik. Laju pertumbuhan spesifik kapang Penicillium chrysogenum harus dipertahankan pada kondisi tertentu agar biosintesa penisilin dapat berlangsung secara optimal. Fermentasi untuk pembuatan penisilin juga sangat dipengaruhi oleh parameter-parameter metabolik seperti laju penggunaan sumber karbon, nitrogen, oksigen, phospat, sulfat dan precursor yang mendorong laju produksi maksimum (Rhu & Hospodka, 1980) Tujuan Karya tulis ini bertujuan untuk mengkaji parameter-parameter metabolik optimum yang dapat diaplikasikan bagi kepentingan peningkatan yield penisilin G dan pengendalian proses fermentasi yang lebih baik. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penisilin merupakan antibiotik pertama yang ditemukan secara tidak sengaja oleh Alexander Fleming pada tahun Penisilin bersifat non toksik dan merupakan salah satu dari agen anti mikroba yang paling aktif Penisilin Penisilin merupakan campuran asam organik berstruktur komplek yang diisolasi sebagai garam-garam natrium, kalium dan kalsium, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1. Pensilin dihasilkan selama pertumbuhan dan metabolisme kapang Penicillium notatum dan P. chrysogenum. Kultur yang sama dapat menghasilkan beberapa macam molekul penisilin antara lain penisilin G dan penisilin V (Husein, 1982). Dewasa ini dikenal 5 jenis penisilin hasil proses fermentasi seperti yang tertera pada tabel 2.1 Penisilin G merupakan penisilin yang paling banyak diproduksi secara komersial dewasa ini. Penisilin dapat menjadi non aktif apabila terkena pengaruh panas, sistein, NaOH, penicilinase (enzim yang terdapat dalam banyak bakteri yang dapat merusak penisilin) dan asam hidroklorat, seperti yang terdapat dalam lambung (Husein, 2002 digitized by USU digital library 2

3 1982). Zat lain yang dapat merusak Penisilin antara lain adalah logam-logam berat seperti Cu, Ag, Fe, dan Zn (Poerwodhiredjo, 1983) Biosintesa Penisilin G. Penisilin merupakan produk biosintesa dari α-aminoadipic acid, cysteine dan valine. Asam α-aminoadipic merupakan produk antara dalam biosintesa lysine. Biosintesa ini dimediasi oleh aktivitas 3 buah enzim yaitu ACV-synthetase (ACVS), isopenicillin-n synthase (IPNS) dan acyl-coa : isopenicillin-n acyltransferase (AT) (Christense & Henriksen, 1995). Hasil biosintesa tersebut akan dikondensasikan menjadi tripeptide δ- (α-aminoadipyl) cysteinylvaline. Cincin lactam dan thiaolidine pada senyawa tripeptide δ- (αaminoadipyl) cysteinylvaline kemudian akan menutup, sehingga dihasilkan isopenisilin N. Biosintesa tersebut lalu dilanjutkan dengan pertukaran bagian α-aminoadipyl dari isopenisilin N dengan asam phenylacetic atau asam phenoxyacetic yang akan menghasilkan penisilin G (Hersbach & Beek, 1984). Proses biosintesis penisilin ini diterangkan pada gambar 2.2. Penisilin G dapat dihasilkan melalui 6 rute biosintesis yang berbeda-beda berdasarkan asal α-aminoadipic acid dan cysteine serta bentuk transformasi α- ketobutyrate, seperti yang tercantum pada tabel 2.2. Rute biosintesis penisilin dengan konversi yield maksimum secara teoritis adalah rute dengan recycle α- aminoadipic acid, sedangkan cysteine yang digunakan berasal dari serine Bahan Baku Pembuatan Penisilin Penisilin diproduksi secara komersial dengan menggunakan bahan baku utama berupa glokosa, laktosa, dan cairan rendaman jagung. Mineral-mineral yang digunakan adalah NaNO 3, Na 2 SO 4, CaCO 3, KH 2 PO 4, MgSO 4, 7H 2 O, ZnSO 4, 7H 2 O dan MnSO 4. Untuk meningkatkan yield dan modifikasi tipe penisilin yang akan dihasilkan, maka kedalam media fermentasi ditambahkan juga precursor, misalnya phenylacetic acid yang digunakan untuk memproduksi penisilin G. Secara umum jumlah dan komposisi bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan penisilin G tercantum pada tabel 2.3. Cairan rendaman jagung adalah media fermentasi dasar yang terdiri dari asam amino, polipeptida, asam laktat dan mineral-mineral. Kualitas cairan rendaman jagung sangat bergantung pada derajat pengenceran hingga diperoleh konsentrasi yang diinginkan, sedangkan besarnya jumlah nutrient dan alkali yang ditambahkan kedalam media dasar disesuaikan dengan jumlah media fermentasi dasar ini Deskripsi Proses Pembuatan penisilin Proses fermentasi penisilin didahului oleh tahapan seleksi strain Penicillium chrysogenum pada media agar di laboratorium dan perbanyakan pada tangki seeding. Penicillium chrysogenum yang dihasilkan secara teoritis dapat mencapai konversi yield maksimum sebesar %. Media fermentasi diumpankan ke dalam fermentol pada suasana asam (ph 5,5). Proses fermentasi ini diawali dengan sterilisasi media fermentasi melalui pemanasan dengan steam bertekanan sebesar 15 lb (120 0 C) selama ½ jam. Sterilisasi ini dilanjutkan dengan proses pendinginan fermentol dengan air pendingin yang masuk ke dalam fermentol melalui coil pendingin. Fermentol yang digunakan merupakan 2002 digitized by USU digital library 3

4 fessel vertikal bertekanan yang terbuat dari carbon steel dan dilengkapi dengan coil pemanas, coil pendingin, pengaduk tipe turbin dan sparger yang berfungsi untuk memasukkan udara steril. Saat temperatur mencapai 75 o F (24 o C), media ini diinokulasi pada kondisi aseptik dengan mengumpankan spora-spora kapang Penicillium chrysogenum. Selama proses fermentasi berlangsung dilakukan pengadukan, sementara udara steril dihembuskan melalui sparger kedalam fermentol. Proses fermentasi ini akan berlangsung secara batch terumpani selama jam dengan tekanan operasi 5 15 psig. Temperatur operasi dijaga konstan selama fermentasi penisilin berlangsung dengan cara mensirkulasikan air pendingin melalui coil. Busa-busa yang terbentuk dapat diminimalkan dengan penambahan agen anti-foam. Kapang aerobik dibiarkan tumbuh selama 5 6 hari saat gas CO 2 mulai terbentuk. Ketika penisilin ini dihasilkan jumlahnya telah maksimum, maka cairan hasil fermentasi tersebut didinginkan hingga 28 o F (2 o C), dan diumpankan kedalam rotari vacum filter untuk memisahkan miselia dan penisilin. Miselia akan dibuang, sehingga diperoleh filtrat berupa cairan jernih yang mengandung penisilin. Untuk mendapatkan penisilin yang siap dikomsumsi, maka tahapan dilanjutkan dengan proses ekstraksi dan kristalisasi Pengaruh Faktor Lingkungan Fermentasi pensilin sangat dipengaruhi oleh kondisi operasi proses dan lingkungannya. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam proses pembuatan penisilin ini antara lain adalah : Temperatur, ph, Sistem Aerasi, Sistem Pengadukan, Penggunaan zat anti busa, dan upaya pencegahan kontaminasi pada medium Temperatur Fermentasi untuk pembuatan penisilin akan menghasilkan produk yang maksimum apabila temperatur operasi dijaga pada 24 0 C. Temperatur berkaitan erat dengan pertumbuhan mikroorganisme, karena kenaikan temperatur dapat meningkatkan jumlah sel mikroorganisme baru. Apabila temperatur sistem meningkat melebihi temperatur optimumnya, maka produk yang dihasilkan akan berkurang, karena sebagian dari media fermentasi akan digunakan oleh mikroorganisme untuk mempertahankan hidupnya ph Pengaturan ph dilakukan untuk mencegah terjadinya fluktuasi ph sistem. Menurut Moyet dan Coghill kehilangan penisilin dapat terjadi pada ph dibawah 5 atau ph diatas 7,5. PH medium dipengaruhi oleh jenis dan jumlah karbohidrat (glukosa atau laktosa) dan buffer. Karbohidrat akan difermentasi menjadi asam-asam organik. Fermentasi glukosa yang berlangsung cepat akan menurunkan ph, sedangkan laktosa terfermentasi dengan sangat lambat sehingga perubahan ph berlangsung lambat pula. Konsentrasi gula hasil fermentasi ini berfungsi mempertahankan kenaikan ph agar tetap lambat. Larutan buffer dapat digunakan untuk mempertahankan ph sistem. Kalsium karbonat merupakan senyawa yang sering digunakan untuk tujuan ini. Kalsium karbonat mempunyai kemampuan untuk meningkatkan ph sistem saat ditambahkan media fermentasi Sistem Aerasi 2002 digitized by USU digital library 4

5 Aerasi yang cukup merupakan hal penting untuk memaksimalkan penisilin, sebab aerasi dapat menghasilkan oksigen yang dihasilkan oleh kapang Penicillum chrysogenum untuk metabolismenya. Aerasi pada fermento diberikan melalui proses pengadukan atau dengan tekanan sebesar 20 lb/in 2 akan mengurangi penisilin yang dihasilkan Pengadukan Pemilihan jenis pengaduk dan kecepatan pengadukan yang sesuai akan memperbaiki hasil penisilin ketika laju aerasi konstan. Kecepatan pengadukan proses fermentasi umumnya berkisar pada range cm/detik. Pembentukan busa yang berlebihan selama proses fermentasi dapat dieliminasi dengan penambahan tributinit sutrat. Secara umum, busa akan menurunkan ph apabila konsentrasinya terus bertambah Sterilisasi Kontaminasi dapat dihindarkan dengan cara sterilisasi sistem perpipaan, fermentol, dan peralatan lain yang kontak langsung dengan penisilin. Uap panas umumnya digunakn untuk sterilisasi media fermentasi dan peralatan tersebut. Zat anti busa dan udara untuk aerasi juga hasus disterilkan terlebih dahulu sebelum diumpankan kedalam media fermentasi Parameter Metabolik Penisilin dikategorikan sebagai metabolik sekunder yang disintesa oleh kapang Penicillium chrysogenum. Metabolik sekunder adalah hasil metabolisme yang bukan merupakan kebutuhan pokok mikroorganisme untuk hidup dan pertumbuhannya. Tetapi dalam kondisi kritis metabolik sekunder dapat juga berfungsi sebagai nutrien darurat bagi mikroorganisme untuk bertahan hidup. Netabolik ini biasanya disintesis pada akhir siklus pertumbuhan sel mikroorganisme (pada fase idiofase) ketika nutrient sudah mulai habis pada fase ini sel mikroorganisme lebih tahan terhadap keadaan ekstrim seperti temperatur yang terlalu tinggi, radiasi, bahan-bahan kimia dan produk metabolisme sekunder yang dihasilkannya sendiri. Pembentukan produk metabolik dan pertumbuhan sel-sel berhubungan erat dengan penggunaan nutrien dan pengaturan metabolik. Laju pertumbuhan spesifik merupakan salah satu variabel terpenting dalam sistem biologis dan merupakan parameter yang dapat mempengaruhi produktivitas penisilin. Laju pertumbuhan spesifik mikroorganisme dapat dikontrol secara dini oleh parameter-parameter metabolik seperti laju pembentukan produk, laju penggunaan karbon, laju penggunaan oksigen, nitrogen, phospat, sulfat dan precursor phenylacetic acid. Biosintesa penisilin dapat dihambat oleh penggunaan nutrien yang sangat cepat oleh kapang Penicillium chrysogenum seperti fermentasi yang memannfaatkan glukosa sebagai sumber karbon. Untuk itu proses fermentasi untuk pembuatan penisilin menggunakan 2 buah sumber karbon, yaitu glukosa dan laktosa. Glukosa akan dikonsumsi secara cepat oleh kapang Penicillium chrysogenum selama fase tropofase. Setelah glukosa habis, penekanan terhadap penggunaan laktosa menjadi hilang, dan mikroorganisme memasuki idiofase dengan mengkonsumsi laktosa secara lambat digitized by USU digital library 5

6 Pengetahuan mengenai laju suplai nutrien tersebut akan digunakan untuk mendisain proses fermentasi penisilin yang lebih baik dengan minimalisasi jumlah precursor yang digunakan hingga tingkat kebutuhan yang dilanjutkan oleh laju metabolik selular. Pengetahuan tersebut menjadi dasar bagi peningkatan produktivitas proses fermentasi penisilin. BAB 3 PEMBAHASAN Produktivitas dari proses pembuatan penisilin sangat dipengaruhi oleh parameterparameter metaboliknya Ryu dan Hospodka (1980) meneliti hubungan antara laju pertumbuhan spesifik dan laju produksi spesifik penisilin dengan proses batch terumpani. Esperimen tersebut bertujuan untuk menentukan tingkat laju pertumbuhan spesifik yang harus dipertahankan selama proses produksi berlangsung agar produktifitas penisilin maksimum tercapai. Untuk itu dilakukan kajian terhadap laju penggunaan spesifik karbon, nitrogen, phospat, sulfat, precursor yang optimum untuk mendukung laju produksi tersebut Laju Produksi Maksimum Menurut Ryu dan Hospodka, laju produksi spesifik penisilin akan maksimum apabila laju pertumbuhan sel mencapai nilai optimum sebesar 0,015 jam -1 seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.1. Proses penggantian fraksi sel tua oleh sel baru hasil biosintesis berlangsung dengan bersamaan laju degenerasi sel yang masih aktif. Hal tersebut menunjukkan bahwa biosintesis penisilin secara langsung berhubungan dengan aktivitas anabolik dan siklus hidup dari sel. Laju pertumbuhan spesifik harus dipertahankan pada nilai optimumnya selama proses fermentasi berlangsung sehingga tidak mengakibatkan peningkatan konsentrasi sel secara berlebihan. Peningkatan tersebut dapat menyebabkan viskositas media fermentasi menjadi tinggi, sehingga terjadi penurunan koefesien (K L a). Apabila kebutuhan oksigen atau laju penggunaan oksigen volumetrik melebihi laju perpindahan oksigen, kondisi sel akan memburuk, sehingga laju pertumbuhan spesifik dari penisilin akan menurun. Hubungan antara laju pertumbuhan spesifik dari penisilin dan konsentrasi sel, laju penggunaan oksigen dan laju perpindahan oksigen tertera pada gambar Laju Penggunaan Senyawa Karbon Peningkatan laju pertumbuhan spesifik akan mengakibatkan peningakatan laju penggunaan senyawa karbon. Semua karbon yang dikomsumsi pada awal fermentasi sebesar 24 mg atau 0,13 mmol ekivalen heksosa (ekivalen/g sel/jam) (BM heksosa = 180) hanya digunakan untuk pemeliharaan sel saja, sedangkan laju pertumbuhan spesifik pada kondisi ini adalah nol seperti yang diilustrasikan gambar 3.3. Harga konstanta yield untuk sumber karbon, Y adalah sebesar 80 mg sel/mmol heksosa atau 450 mg sel/g heksosa. Karena laju pertumbuhan spesifik harus dijaga pada 0,015 jam -1 agar diperoleh laju produksi spesifik yang maksimum, maka laju 2002 digitized by USU digital library 6

7 penggunaan laju spesifik sumber karbon yang optimum adalah 0,33 mmol heksosa/g sel/jam atau 60 mg heksosa/g sel/jam. Nilai ini termasuk laju komsumsi minyak atau sumber karbon lain yang digunakan Laju Penggunaan Oksigen Laju penggunaan spesifik oksigen yang optimum dapat ditentukan berdasarkan hubungan antara laju produksi spesifik dan laju penggunaan oksigen spesifik. Berdasarkan gambar 3.4. maka dibutuhkan laju penggunaan oksigen sebesar 1,6 mmol O 2 /g sel/jam agar laju produksi penisilin menjadi maksimum. Kapang Penisilium chrysogenum juga menentukan oksigen untuk pertumbuhannya sebesar 1,2 mmol O2/g sel/jam untuk mendapatkan laju produksi penisilin yang maksimum. Karena kebutuhan oksigen untuk produktivitas penisilin maksimum lebih besar dari kebutuhan oksigen untuk laju pertumbuhan spesifik, maka biosintesis penisilin menunjukkan energi sebesar 0,4 (= 1,6 1,2) mmol 0 2 /g sel/jam. Dari gambar 3.5. bahwa konstanta yield rata-rata dari oksigen adalah 40 mg sel/mmol O 2 atau 1,1 g sel/g O Laju Penggunaan N,P, Sulfat dan Procesor Laju penggunaan spesifik untuk nitrogen, phospat, sulfat dan phenylacetic acid yang optimum menurut Ryu dan Haspodka secara berturut-turut adalah 2 mg NH 3 -N/g sel/jam, 0,6 mg PO 4 -phosphours/g sel/jam, 2,8 SO 4 -sulfur/g sel/jam dan 1,8 mg phenylacetic acid/g sel/jam. Laju penggunaan spesifik untuk masing-masing spesifik untuk strain Penicillium chrysogenum akan berbeda-beda misalnya muatan dari suatu strain yang memiliki laju produksi penisilin spesifik yang lebih tinggi akan membutuhkan komponen nitrogen, phospat, sulfat dan precursor phenylacetic acid yang lebih banyak pula. Harga yeild, Y, rasio maintenance, M, dan laju pertumbuhan spesifik kritis, µ c, untuk strain Penicillium chrysogenum yang ditentukan berdasarkan eksperimen Ryu dan Hospodka ini ternyata mendekati hasil eksperimen beberapa penelitian terdahulu. Laju penggunaan spesifik dapat digunakan untuk mendisain pengembangan proses fermentasi untuk pembuatan penisilin. Besarnya laju suplai nutrein dan precursor yang optimal tergantung pada laju penggunaan spesifik yang digunakan. Besarnya parameter-parameter metabolik untuk suatu proses dengan konsentrasi sel aktif sebesar 40 g/liter disajikan pada 3.1. Peningkatan produktivitas penisilin yang signifikan untuk proses batch terumpani ini tercapai dalam periode fermentasi sel, 140 hari dan penisilin yang terbentuk adalah sebesar 7,5 unit (U) penisilin/mg sel/jam. Profil konsentrasi tipikal untuk fermentasi penisilin dengan proses batch terumpani yang dikontrol dengan baik diilustrasikan pada gambar digitized by USU digital library 7

8 BAB 4 KESIMPULAN Produktivitas penisilin G sangat dipengaruhi oleh parameter-parameter metabolik seperti laju pembentukan produk, laju penggunaan karbon, oksigen, nitrogen, phospat, sulfat dan precursor phenylacetic acid. Untuk mendapatkan produk penisilin G yang maksimum, maka proses fermentasi harus dilakukan dengan parameter-parameter metabolik yang optimum. Parameterparameter metabolik yang optimum menurut Ryu dan Haspodka adalah sebagai berikut : 1. Laju produksi spesifik penisilin G menjadi maksimum apabila laju pertumbuhan spesifik sel mencapai nilai optimumnya sebesar 0,015 jam Laju penggunaan spesifik karbon optimum yang dibutuhkan : Untuk produksi penisilin yang maksimum = 60 mg heksosa/g sel/jam. Untuk pemeliharaan sel saat produksi penisilin maksimum = 24 mg heksosa/g sel/jam. 3. Laju penggunaan spesifik oksigen optimum untuk mendapatkan laju produksi penisislin G yang maksimum adalah 1,6 mmol O 2 /g sel./jam dengan rincian : Untuk pertumbuhan spesifik = 1,2 mmol O 2 /g sel/jam Untuk pembentukan energi selama biosintesis berlangsung = 0,4 mmol O 2 /g sel/jam. 4. Laju penggunaan spesifik nitrogen, phospat, sulfat dan phenylacetic acid yang optimum untuk mendapatkan laju produksi penisilin G yang maksimum adalah : Laju penggunaan nitrogen optimum = 2 mg NH 3 -N/g sel/jam Laju penggunaan phospat optimum = 0,6 mg PO 4 -phosphorus/g sel/jam Laju penggunaan sulfat optimum = 2,8 mg SO 4 -sulfur/g sel/jam Laju penggunaan precursor phenylacetic acid = 1,8 mg phenylacetic acid/g sel/jam Parameter-parameter metabolik optimum tersebut dapat diaplikasikan untuk kepentingan peningkatan yeild penisilin hingga dihasilkan produk penisilin G yang maksimum dan pengendalian proses fermentasi yang lebih baik digitized by USU digital library 8

9 DAFTAR PUSTAKA Austin, T, Shreve s chemical proces industries, edisi 5, McGraw-Hill Book Co, Singapore Hersbach, G. J.M. van Beek, C.P., van Dijck, P.W.M., Biotechnology of industrial antibiotics. The penicillins : properties, biosynthesis, and fermentation, edisi 1, Marcel Dekker, Inc, New York, Ryu D.D., Hospodka, Quantitative physiology of Penicillium chrysogenum in penicillin fermentation, Biotechnology and Bioengineering, vol XXII, hal , John Wiley and Sons, Jnc, Christensen, L.H., Henriksen,C.M., Nielsen, J., Villadsen, J., Egel-Mitani, M., Continuous cultivation of Penicillium chrysogenum. Growth on glucose and penicillin production, Journal of Biotechnology, vol 42, hal , Henriksen, C.M., Christensen, L.H., Nielsen, J., Villadsen, J., Growth energetics and metabolic fluxes in continuous cultures of Penicillium chrysogenum, Journal of Biotechnology, vol 45, hal , digitized by USU digital library 9

10 Tabel 2.1 Jenis-jenis penisilin hasil proses fermentasi (Diolah dari sumber : Faith, Keyes dan Clark, 1955 dan Judoamidjojo, Darwis dan Sa id, 1992) Gugus R Nama Kimia Nama Trivial BM Aktifitas (unit/mg) C 6 H 6- CH 2-6- (phenyllacetamido) Penisilin G CH 3 CH 2 = CHCH 2-6-(2-hexenamido) penicilin Penisilin F CH 3 (CH 2 )CH 2-6 (hexenamido) penicilin Penisilin dihidro CH 3 (CH 2 )CH 2-6- (heptamamido) penicilin Penisilin K HO - CH 2-6 (p-hydroxyphenlyacetamido) penicilin Penisilin X Tabel 2.3 Komposisi bahan baku umum untuk pembuatan penisilin G (Sumber: Hersbach, Beek dan Dijk, 1984) No Komposisi Jumlah 1 Glukosa 0 10 kg/m 3 2 Laktosa kg/m 3 3 Padatan Cairan Rendaman kg/m 3 Jagung 4 NaNO kg/m 3 5 Na 2 SO kg/m 3 6 CaCO kg/m 3 7 KH 2 PO 4 8 MgSO 4.7H 2 O 9 ZnSO 4. 7H 2 O 10 MnSO 4 11 Precursor : Phenylacetic acid Tabel 3.1 Laju Penggunaan sepsifik suatu mutan strain P. chrysogenum KAIS (Sumber : Ryu dan Haspodka, 1980) Laju umpan Nutrien Laju penggunaan spesifik, Q (µ optimum = 0,015 jam -1) ( optimum = 0,015 jam -1 dan X = 40 g/liter Karbon (basis heksosa) 0, 33 mmol/g sel/jam 13,2 mmol/liter/jam Oksigen 1,6 mmol/g sel/jam 64 mmol/liter/jam (optimum) 1,2 mmol/g sel/jam Nitrogen (basis NH 3 ) 0,2 mg/g sel/jam 80 mg/liter/jam Phospat (basis PO 4 ) 2,8 mg/g sel/jam 24 mg/liter/jam Sulfur (basis SO 4 ) 2 mg/g sel/jam 112 mg/liter/jam Precursor (basis phenylacetic acid) 2 mg/g sel/jam 72 mg/liter/jam digitized by USU digital library 10

5 SINTESIS OBAT SECARA BIOLOGI

5 SINTESIS OBAT SECARA BIOLOGI 5 SINTESIS OBAT SECARA BIOLOGI 5.1 PENDAHULUAN Bioteknologi adalah pemanfaatan mikroorganisme untuk memproduksi produk-produk penting dan bermanfaat seperti protein dan enzim tertentu. Rekayasa genetika

Lebih terperinci

Pendahuluan PRODUKSI ASAM SITRAT SECARA FERMENTASI. Sejarah Asam sitrat. Kegunaan asam sitrat

Pendahuluan PRODUKSI ASAM SITRAT SECARA FERMENTASI. Sejarah Asam sitrat. Kegunaan asam sitrat Pendahuluan PRODUKSI ASAM SITRAT SECARA FERMENTASI Asam sitrat merupakan asam organik Berguna dalam industri makanan, farmasi dan tambahan dalam makanan ternak Dapat diproduksi secara kimiawi, atau secara

Lebih terperinci

molase sebagai medium pertumbuhan Penicillium chrysogenum. Menurut

molase sebagai medium pertumbuhan Penicillium chrysogenum. Menurut I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awal abad 20-an, telah muncul gagasan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang bersifat patogen, dengan dihasilkannya metabolit sekunder yang mampu menghambat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN JASAD RENIK

PERTUMBUHAN JASAD RENIK PERTUMBUHAN JASAD RENIK DEFINISI PERTUMBUHAN Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Pada organisme multiselular, yang disebut pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pengobatan saat ini semakin

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pengobatan saat ini semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pengobatan saat ini semakin berkembang dengan pesat, terutama perkembangan antibiotik yang dihasilkan oleh mikrobia. Penisilin

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kimia yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat membunuh atau

I. PENDAHULUAN. kimia yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat membunuh atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengobatan saat ini, perkembangan antibiotik untuk mengontrol pertumbuhan mikroorganisme patogen juga semakin berkembang. Menurut Madigan

Lebih terperinci

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan didefenisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan

Lebih terperinci

Produksi Antibiotik (Manufacture Of Antibiotics) Marlia Singgih Wibowo Sekolah Farmasi ITB Klasifikasi antibiotik berdasarkan mekanisme aksi nya

Produksi Antibiotik (Manufacture Of Antibiotics) Marlia Singgih Wibowo Sekolah Farmasi ITB Klasifikasi antibiotik berdasarkan mekanisme aksi nya Pendahuluan Produksi Antibiotik (Manufacture Of Antibiotics) Marlia Singgih Wibowo Sekolah Farmasi ITB Definisi antibiotik pd awalnya adalah suatu senyawa (substance) yg dihasilkanolehsatu mikroba, yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

TIN 330 (2 3) DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN 2010

TIN 330 (2 3) DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN 2010 m. k. TEKNOLOGI BIOINDUSTRI TIN 330 (2 3) DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN 2010 PENDAHULUAN Bioreaktor : peralatan dimana bahan diproses sehingga terjadi transformasi biokimia yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB

PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB Winardi Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura, Pontianak Email: win@pplh-untan.or.id ABSTRAK Reaktor batch

Lebih terperinci

III. NUTRISI DAN MEDIUM KULTUR MIKROBA

III. NUTRISI DAN MEDIUM KULTUR MIKROBA III. NUTRISI DAN MEDIUM KULTUR MIKROBA Medium pertumbuhan (disingkat medium) adalah tempat untuk menumbuhkan mikroba. Mikroba memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energi dan untuk bahan pembangun

Lebih terperinci

Pembiakan dan Pertumbuhan Bakteri

Pembiakan dan Pertumbuhan Bakteri Pembiakan dan Pertumbuhan Bakteri A. Pertumbuhan Sel Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau subtansi atau masa zat suatu organisme, Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih diartikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Molase Molase adalah hasil samping dari proses pembuatan gula tebu. Meningkatnya produksi gula tebu Indonesia sekitar sepuluh tahun terakhir ini tentunya akan meningkatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Biogas Analisis bahan baku biogas dan analisis bahan campuran yang digunakan pada biogas meliputi P 90 A 10 (90% POME : 10% Aktivator), P 80 A 20

Lebih terperinci

TEKNIK FERMENTASI (FER)

TEKNIK FERMENTASI (FER) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA TEKNIK FERMENTASI (FER) Disusun oleh: Jasmiandy Dr. M. T. A. P. Kresnowati Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING Aris Kurniawan dan Haryanto Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Fenil Asetat Asam fenil asetat disebut dengan nama lain asam α-toluic, asam benzen asetat, asam alfa tolylic dan asam 2-fenil asetat (Wikipedia, 2012b). Asam fenil asetat

Lebih terperinci

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh :

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh : Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh : Rizka Dwi Atika Arinda Dwi Apsari 2309 105 006 2309 105 010 Page 1 LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOKIMIA JURUSAN

Lebih terperinci

Zat-zat hara yang ditambahkan kedalam media tumbuh suatu mikroba adalah :

Zat-zat hara yang ditambahkan kedalam media tumbuh suatu mikroba adalah : 1. DEFINISI MEDIA Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan mempergunakan bermacammacam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan,

Lebih terperinci

Rancangan Penelitian

Rancangan Penelitian Bab III Rancangan Penelitian Pada bagian ini dijelaskan tentang penelitian yang dilaksanakan meliputi metodologi penelitian, bahan dan alat yang digunakan, alur penelitian dan analisis yang dilakukan.

Lebih terperinci

ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI GLUKOSA PADA SOYGURT

ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI GLUKOSA PADA SOYGURT Laporan Tugas Akhir ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI GLUKOSA PADA SOYGURT (Analysis Of Optimum ph For Lactobacillus bulgaricus Growth In Glucose

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

Proses Nitrifikasi Dan Denitrifikasi Dalam Pengolahan Limbah

Proses Nitrifikasi Dan Denitrifikasi Dalam Pengolahan Limbah Proses Nitrifikasi Dan Denitrifikasi Dalam Pengolahan Limbah Salmah Fakultas Teknik Program Studi Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara BAB I 1.1 Nitrifikasi yang Menggunakan Proses Lumpur Aktif Dua

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Oksalat dari Tetes dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Oksalat dari Tetes dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Produksi gula indonesia dari tahun 2010 2012 terus mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan kebutuhan nasional akan gula, seperti tergambar dalam tabel di bawah

Lebih terperinci

TEKNOLOGI FERMENTASI DAN ENZIM. Universitas Mercu Buana Yogyakarata

TEKNOLOGI FERMENTASI DAN ENZIM. Universitas Mercu Buana Yogyakarata TEKNOLOGI FERMENTASI DAN ENZIM Universitas Mercu Buana Yogyakarata BAB VIII KINETIKA FERMENTASI. Tipe - tipe fermentasi 1. Berdasarkan produk yang dihasilkan : a. Biomassa b. Enzim c. Metabolit ( primer

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembuatan mesin pada awalnya bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. dapat menghemat energi dan aman untuk lingkungan. Enzim merupakan produk. maupun non pangan (Darwis dan Sukara, 1990).

BAB I PENGANTAR. dapat menghemat energi dan aman untuk lingkungan. Enzim merupakan produk. maupun non pangan (Darwis dan Sukara, 1990). BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Enzim menjadi primadona industri bioteknologi karena penggunaanya dapat menghemat energi dan aman untuk lingkungan. Enzim merupakan produk yang mempunyai nilai ekonomis

Lebih terperinci

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar LOGO Stoikiometri Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar Konsep Mol Satuan jumlah zat dalam ilmu kimia disebut mol. 1 mol zat mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah partikel dalam 12 gram C 12,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah Bakteri Anaerob pada Proses Pembentukan Biogas dari Feses Sapi Potong dalam Tabung Hungate. Data pertumbuhan populasi bakteri anaerob pada proses pembentukan biogas dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Tepung Onggok Karakterisasi tepung onggok dapat dilakukan dengan menganalisa kandungan atau komponen tepung onggok melalui uji proximat. Analisis proximat adalah

Lebih terperinci

Produksi Etanol Proses Sinambung dengan Schizosaccharomyces Pombe

Produksi Etanol Proses Sinambung dengan Schizosaccharomyces Pombe Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 7, No., hal. 6-69, 9 ISSN 11-56 Produksi Etanol Proses Sinambung dengan Schizosaccharomyces Pombe Panca Nugrahini Febriningrum Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Limbah Limbah deidefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Limbah adalah bahan buangan yang tidak terpakai yang berdampak negatif jika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etanol merupakan salah satu sumber energi alternatif yang dapat dijadikan sebagai energi alternatif dari bahan bakar nabati (BBN). Etanol mempunyai beberapa kelebihan

Lebih terperinci

SKL 2 RINGKASAN MATERI. 1. Konsep mol dan Bagan Stoikiometri ( kelas X )

SKL 2 RINGKASAN MATERI. 1. Konsep mol dan Bagan Stoikiometri ( kelas X ) SKL 2 Menerapkan hukum-hukum dasar kimia untuk memecahkan masalah dalam perhitungan kimia. o Menganalisis persamaan reaksi kimia o Menyelesaikan perhitungan kimia yang berkaitan dengan hukum dasar kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan

Lebih terperinci

PROSES FERMENTASI. Iman Rusmana. Departemen Biologi FMIPA IPB

PROSES FERMENTASI. Iman Rusmana. Departemen Biologi FMIPA IPB PROSES FERMENTASI 2 Iman Rusmana Departemen Biologi FMIPA IPB Proses Fermentasi sintesis produk & metabolisme primer 3 Tipe : 1. Produk disintesis langsung dari metabolisme primer 2. Produk disintesis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK OLEH: NAMA : ISMAYANI STAMBUK : F1 F1 10 074 KELOMPOK : III KELAS : B ASISTEN : RIZA AULIA JURUSAN FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Perubahan Konsetrasi N-NH 3 Fermentasi pakan di dalam rumen ternak ruminansia melibatkan aktifitas mikroba rumen. Aktifitas fermentasi tersebut meliputi hidrolisis komponen bahan

Lebih terperinci

Sulfur dan Asam Sulfat

Sulfur dan Asam Sulfat Pengumpulan 1 Rabu, 17 September 2014 Sulfur dan Asam Sulfat Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S. Ayu Diarahmawati (135061101111016)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. pertumbuhan dan kurva produksi yang menunjukkan waktu optimum produksi xilitol.

HASIL DAN PEMBAHASAN. pertumbuhan dan kurva produksi yang menunjukkan waktu optimum produksi xilitol. 8 pertumbuhan dan kurva produksi yang menunjukkan waktu optimum produksi xilitol. Optimasi Konsentrasi Substrat (Xilosa) Prosedur dilakukan menurut metode Eken dan Cavusoglu (1998). Sebanyak 1% Sel C.tropicalis

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 1 I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium Biokimia, Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biogas Biogas menjadi salah satu alternatif dalam pengolahan limbah, khususnya pada bidang peternakan yang setiap hari menyumbangkan limbah. Limbah peternakan tidak akan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Bakteri Penitrifikasi Sumber isolat yang digunakan dalam penelitian ini berupa sampel tanah yang berada di sekitar kandang ternak dengan jenis ternak berupa sapi,

Lebih terperinci

Macam macam mikroba pada biogas

Macam macam mikroba pada biogas Pembuatan Biogas F I T R I A M I L A N D A ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 6 ) A N J U RORO N A I S Y A ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 7 ) D I N D A F E N I D W I P U T R I F E R I ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 9 ) S A L S A B I L L A

Lebih terperinci

MIKROBIOLOGI PANGAN TITIS SARI

MIKROBIOLOGI PANGAN TITIS SARI MIKROBIOLOGI PANGAN TITIS SARI Ilmu yang mempelajari kehidupan makhluk mikroskopik Mikroorganisme atau jasad renik MIKROBIOLOGI Ukuran sangat kecil, hanya dapat diamati dengan bantuan mikroskop Spoilage

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17. Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.

Lebih terperinci

ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI FRUKTOSA PADA SUSU MENJADI ASAM LAKTAT

ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI FRUKTOSA PADA SUSU MENJADI ASAM LAKTAT TUGAS AKHIR ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI FRUKTOSA PADA SUSU MENJADI ASAM LAKTAT (Analysis Of Optimum ph For Lactobacillus Bulgaricus Growth

Lebih terperinci

Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT BAHAN BAKU DAN PRODUK BIOINDUSTRI Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya Email :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di kayu-kayu yang sudah lapuk. Jamur ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kimia memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat dikarenakan industri kimia banyak memproduksi barang mentah maupun barang jadi untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pisang merupakan buah yang umum ditemui di Indonesia. Badan Pusat statistik mencatat pada tahun 2012 produksi pisang di Indonesia adalah sebanyak 6.189.052 ton. Jumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Mandalam & Palsson (1998) ada 3 persyaratan dasar untuk kultur mikroalga fotoautotropik berdensitas tinggi yang tumbuh dalam fotobioreaktor tertutup. Pertama adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada penelitian ini, proses pembuatan monogliserida melibatkan reaksi gliserolisis trigliserida. Sumber dari trigliserida yang digunakan adalah minyak goreng sawit.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 yang bertempat di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

Pokok Bahasan V RANCANG BANGUN BIOREAKTOR

Pokok Bahasan V RANCANG BANGUN BIOREAKTOR Pokok Bahasan V RANCANG BANGUN BIOREAKTOR Deskripsi singkat Bioreaktor (fermentor) merupakan bejana fermentasi aseptis untuk produksi senyawa oleh mikrobia melalui fermentasi. Kendala yang timbul adalah

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. Bab 4

Kesetimbangan Kimia. Bab 4 Kesetimbangan Kimia Bab 4 Standar Kompetensi 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang memengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri Kompetensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kerangka Teori Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan Limbah Cair Industri Tahu Bahan Organik C/N COD BOD Digester Anaerobik

Lebih terperinci

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR Oleh : MARTINA : AK.011.046 A. PENGERTIAN AIR senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya karena fungsinya

Lebih terperinci

APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA

APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA 1. Pembuatan sodium Sitrat (C 6 H 5 Na 3 O 7 2H 2 O) 0,1 M 1. Mengambil dan menimbang sodium sitrat seberat 29.4 gr. 2. Melarutkan dengan aquades hingga volume 1000

Lebih terperinci

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama PENGAWETAN PANGAN I. PENDAHULUAN Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pisang merupakan buah yang tumbuh di daerah-daerah di Indonesia. Menurut data Direktorat Jendral Hortikultura produksi pisang pada tahun 2010 adalah sebanyak 5.755.073

Lebih terperinci

BAB IV METABOLISME. Proses pembentukan atau penguraian zat di dalam sel yang disertai dengan adanya perubahan energi.

BAB IV METABOLISME. Proses pembentukan atau penguraian zat di dalam sel yang disertai dengan adanya perubahan energi. BAB IV METABOLISME Proses pembentukan atau penguraian zat di dalam sel yang disertai dengan adanya perubahan energi METABOLISME ANABOLISME Proses Pembentukan Contoh: Fotosintesis, Kemosintesis Sintesis

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

Inokulum adalah bahan padat/cair yang mengandung mikrobia/spora/enzim yang ditambahkan kedalam substrat/media fermentasi

Inokulum adalah bahan padat/cair yang mengandung mikrobia/spora/enzim yang ditambahkan kedalam substrat/media fermentasi INOKULUM Inokulum adalah bahan padat/cair yang mengandung mikrobia/spora/enzim yang ditambahkan kedalam substrat/media fermentasi Kriteria inokulum untuk industri : 1. Kultur mikrobia sehat dan aktif (dalam

Lebih terperinci

Isolasi dan Perbaikan. Kultur. Rancang Media. Rancang Media 3/3/2016. Nur Hidayat Materi Kuliah Mikrobiologi Industri

Isolasi dan Perbaikan. Kultur. Rancang Media. Rancang Media 3/3/2016. Nur Hidayat Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Isolasi dan Perbaikan Kultur 3/3/2016 Nur Hidayat Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Rancang Media 1. Buat kisaran medium dengan nutrien pembatas berbeda (misal C, N, P atau O). 2. Untuk tiap tipe nutrien

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA 1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar natrium karbonat dan natrium hidrogen karbonat dengan titrasi

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand)

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand) Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) COD atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat

Lebih terperinci

BAB IV Pemilihan Jamur untuk Produksi Lakase

BAB IV Pemilihan Jamur untuk Produksi Lakase BAB IV Pemilihan Jamur untuk Produksi Lakase Abstrak Jamur pelapuk putih merupakan mikroorganisme yang mampu mendegradasi lignin pada proses pelapukan kayu. Degradasi lignin melibatkan aktivitas enzim

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan. Batik merupakan salah satu kekayaan

Lebih terperinci

khususnya dalam membantu melancarkan sistem pencernaan. Dengan kandungan

khususnya dalam membantu melancarkan sistem pencernaan. Dengan kandungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri nata de coco di Indonesia saat ini tumbuh dengan pesat dikarenakan nata de coco termasuk produk makanan yang memiliki banyak peminat serta dapat dikonsumsi

Lebih terperinci

Kuliah ke-1. Dr.oec.troph.Ir.Krishna Purnawan Candra, M.S. Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman. PS Teknologi Hasil Pertanian September 2011

Kuliah ke-1. Dr.oec.troph.Ir.Krishna Purnawan Candra, M.S. Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman. PS Teknologi Hasil Pertanian September 2011 Kuliah ke-1 Dr.oec.troph.Ir.Krishna Purnawan Candra, M.S. Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman PS Teknologi Hasil Pertanian September 2011 TEKNOLOGI FERMENTASI Sejarah dan perkembangan fermentasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama fermentasi berlangsung terjadi perubahan terhadap komposisi kimia substrat yaitu asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, selain itu juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum melakukan pengamatan terhadap bakteri dan jamur di laboratorium, telebih dahulu kita harus menumbuhkan atau membiakan bakteri/jamur tersebut. Mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amonia dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/Tahun

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amonia dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Amonium sulfat [(NH 4 ) 2 SO 4 ] atau yang juga dikenal dengan nama Zwavelzure Ammoniak (ZA) merupakan garam anorganik yang digunakan sebagai pupuk nitrogen selain pupuk

Lebih terperinci

MAKALAH KIMIA ANALITIK

MAKALAH KIMIA ANALITIK MAKALAH KIMIA ANALITIK Aplikasi COD dalam Pengolahan Limbah Cair Industri Disusun oleh : Ulinnahiyatul Wachidah ( 412014003 ) Ayundhai Elantra ( 412014017 ) Rut Christine ( 4120140 ) Universitas Kristen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012 Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012 Sel disusun oleh berbagai senyawa kimia, seperti karbohidrat, protein,lemak, asam nukleat dan berbagai senyawa atau unsur anorganik.

Lebih terperinci

Koordinasi metabolisme mikrobial dan biokonversi

Koordinasi metabolisme mikrobial dan biokonversi Koordinasi metabolisme mikrobial dan biokonversi Nutrien masuk ke dalam tubuh sel melalui : 1. Difusi pasif Pemasukan nutrien melalui pergerakan molekuler secara acak dan tidak memerlukan energi (ATP).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci