SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT BERPORI DARI CANGKANG KERANG DARAH (Anadara granosa Linn.) DENGAN POROGEN LILIN LEBAH YOLA WALENDRA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT BERPORI DARI CANGKANG KERANG DARAH (Anadara granosa Linn.) DENGAN POROGEN LILIN LEBAH YOLA WALENDRA"

Transkripsi

1 SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT BERPORI DARI CANGKANG KERANG DARAH (Anadara granosa Linn.) DENGAN POROGEN LILIN LEBAH YOLA WALENDRA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 ABSTRACT YOLA WALENDRA. Synthesis and Characterization Porous Hydroxyapatite from Cockle (Anadara granosa Linn.) Shell with Beeswax as Porous Agent. Supervised by KIAGUS DAHLAN and SULISTIOSO GIAT SUKARYO. Calcium phosphate compound is ceramic material that is used as good biomaterial for bones because of its bioactive and good biocompatibility which the composition is same as pure bone. The most stable calcium phosphate compound is hydroxyapatite (HAp) (Ca 10 (PO 4 ) 6 OH 2 ). But HAp has low dissolving level, thus porous HAp was made. HAp was synthesized by sol gel methods with main calcium material was provided by Cockle (A. granosa ) and as the porous agent was used beeswax dissolved by ethanol 96%. This research was done by 5 difference concentrations of beeswax, i.e. 10%, 20%, 30%, 40%, and 50%. Synthesis result was analyzed with X-ray diffractometer, scanning electron microscopy, and Fourier transform infrared. The result from X-ray diffractometer analysis showed the best porous HAp in this research used 30% beeswax as porous agent. Scanning microscopy electron analysis result showed big porous formed by using 50% beeswax with average macro porous size was about 1,74 μm and average micro porous size was about 0,245 μm. Calcium phosphate compound was sintered on the temperature 900 o C for 5 hours. Key word: Calcium phosphate, Porous HAp, Cockle (Anadara granosa Linn.) shell, Beeswax, and X-ray diffractometer.

3 3 ABSTRAK YOLA WALENDRA. Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit Berpori dari Cangkang Kerang Darah (Anadara granosa Linn.) dengan Porogen Lilin Lebah dibimbing oleh KIAGUS DAHLAN dan SULISTIOSO GIAT SUKARYO. Senyawa kalsium fosfat merupakan bahan keramik yang digunakan sebagai biomaterial yang baik untuk tulang karena bersifat bioaktif dan memiliki biokompatibilitas yang baik karena memiliki komposisi yang sama dengan tulang. Senyawa kalsium fosfat yang paling stabil adalah hidroksiapatit dengan rumus kimia (Ca 10 (PO 4 ) 6 OH 2 ). Namun, HAp memiliki tingkat kelarutan yang lambat, maka dibuatlah HAp berpori. Sintesis HAp berpori dibuat menggunakan metode sol gel dengan bahan utamanya kalsium yang bersumber dari cangkang kerang darah (A. granosa ) dengan porogen lilin lebah serta etanol 96% sebagai media pelarut. Penelitian ini dilakukan dengan 5 variasi porogen lilin lebah, yaitu 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%. Hasil sintesis dianalisis dengan X-ray diffractometer, scanning microscopy electron, dan spektroskopi Fourier transform infrared. Pola yang terbentuk dari hasil analisis X-ray diffractometer menunjukkan bahwa HAp berpori yang paling baik dalam penelitian ini adalah ketika penambahan porogen lilin pada konsentrasi 30%, sedangkan pada analisis scanning microscopy electron menunjukkan pori yang besar ketika penambahan porogen lilin lebah 50% dengan ukuran rata-rata pori makro yang terbentuk sekitar 1,74 μm dan ukuran ratarata pori mikro yang terbentuk sebesar 0,245 μm. Senyawa kalsium fosfat berpori diperoleh dengan sintering pada suhu 900 o C selama 5 jam. Kata kunci: Kalsium fosfat, HAp berpori, cangkang kerang darah (Anadara granosa Linn.), lilin lebah, dan X-ray diffractometer. 3

4 4 SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT BERPORI DARI CANGKANG KERANG DARAH (Anadara granosa Linn.) DENGAN POROGEN LILIN LEBAH YOLA WALENDRA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Fisika DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

5 i Judul Nama NIM : Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit Berpori dari Cangkang Kerang Darah (Anadara granosa Linn.) dengan Porogen Lilin Lebah : Yola Walendra : G Disetujui Pembimbing I Pembimbing II Dr. Kiagus Dahlan NIP Drs. Sulistioso Giat Sukaryo, MT NIP Diketahui Ketua Departemen Fisika Dr. Akhiruddin Maddu NIP Tanggal lulus : i

6 ii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit Berpori dari Cangkang Kerang Darah (Anadara granosa Linn.) dengan Porogen Lilin Lebah adalah benar-benar hasil karya saya sendiri di bawah bimbingan Dr. Kiagus Dahlan dan Drs. Sulistioso Giat Sukaryo, MT. dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Februari 2012 Yola Walendra ii

7 iii KATA PENGANTAR Puji syukur tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan nikmat-nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit Berpori dari Cangkang Kerang Darah (Anadara granosa Linn.) dengan Porogen Lilin Lebah. Terwujudnya tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga maupun ide. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada 1. Ayahanda Saswandi dan Ibunda Wilpa Indra yang telah mendoakan dan memberikan dukungan yang luar biasa kepada penulis. 2. Bapak Dr. Kiagus Dahlan dan Bapak Drs. Sulistioso Giat Sukaryo, MT. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, motivasi, dan bimbingan. 3. Bapak Abdul Jamil M.Si dan ibu Dr. Siti Nikmatin selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran untuk perbaikan skripsi ini. 4. Seluruh dosen, staf, dan laboran departemen fisika yang membantu dan memberikan semangat dalam penyelesaian tugas akhir ini. 5. Willa Ervina, Sadham, Hifzi Nazalia, dan keluarga besar atas doa dan motivasi kepada penulis. 6. Nicko Surya SP yang selalu membantu dan memberikan semangat dalam penyelesaian tugas akhir ini. 7. Teman-teman fisika khususnya angkatan 44 serta teman-teman sepermainan yang telah banyak membantu penulis dan selalu memberikan semangat. 8. Rahma, Wezia, Handra, Santo, uni Ojha, bg Nopen, dan genk Cir yang telah memberi motivasi kepada penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini. 9. Teman-teman Wisma Pelangi 73 dan teman teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas semangat yang diberikan kepada penulis. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan bagi pembaca yang ingin meneliti lebih lanjut. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk pengembangan yang lebih baik. Bogor, Februari 2012 Penulis iii

8 iv RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 24 Juni 1989 di Sialang Atas, Payakumbuh, Sumatera Barat sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Saswandi dan Ibu Wilpa Indra. Penulis dianugerahi nama Yola Walendra. Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat kanakkanak 1995 di TK Pertiwi Sialang Atas, kemudian penulis melanjutkan ke sekolah dasar dan menyelesaikan pada tahun 2001 di SDN 05 Sialang Atas, kemudian melanjutkan ke SMPN 2 Sialang Atas. Tahun 2007 penulis telah lulus dari SMAN 1 Kapur IX dan diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun yang sama melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam untuk pendidikan sarjana strata satu (S1). Penulis menjadi asisten laboratorium Fisika dasar IPB Tingkat Persiapan Bersama (TPB) pada semester 8 tahun iv

9 v DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Perumusan Masalah... 2 TINJAUAN PUSTAKA Senyawa Kalsium Fosfat Hidroksiapatit Berpori Cangkang Kerang Darah (Anadara granosa Linn.) Lilin Lebah X-Ray Diffraction (XRD) Scanning Electron Microscopy (SEM) Fourier Transform InfraRed (FTIR)... 8 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Alat dan Bahan Alat Bahan Prosedur Penelitian Preparasi lilin lebah Preparasi cangkang kerang darah (Anadara granosa Linn) Sintesis kalsium fosfat Sintesis kalsium fosfat dengan porogen lilin lebah Karakterisasi XRD Karakterisasi SEM Karakterisasi FTIR HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Lilin Lebah Preparasi Cangkang Kerang Darah (Anadara granosa Linn.) Sintesis dan Karakterisasi XRD Senyawa Kalsium Fosfat Sintesis dan Karakterisasi XRD Senyawa Kalsium Fosfat Berpori dengan Porogen Lilin Lebah Karakterisasi SEM Senyawa Kalsium Fosfat Berpori dengan Porogen Lilin Lebah Karakterisasi FTIR Senyawa Kalsium Fosfat Berpori dengan Porogen Lilin Lebah KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi v

10 vi DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Komposisi kimia serbuk cangkang kerang darah (Anadara granosa Linn.)... 3 Tabel 2 Parameter kisi sampel Tabel 3 Ukuran butiran kristal sampel vi vii

11 vii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Cangkang kerang darah (Anadara granosa Linn.)... 2 Gambar 2 Lilin lebah... 3 Gambar 3 Skema difraksi sinar-x berdasarkan hukum Bragg... 4 Gambar 4 Pola XRD cangkang kerang darah (Anadara granosa Linn.)... 7 Gambar 5 Pola XRD senyawa kalsium fosfat kontrol (tanpa porogen lilin lebah 8 Gambar 6 Pola XRD senyawa kalsium fosfat dengan penambahan lilin lebah (a) 10%, (b) 20%, (c) 30%, (d) 40%, (e) 50%... 8 Gambar 7 Hasil SEM senyawa kalsium fosfat dengan penambahan lilin lebah (a) 10%, (b) 20%, (c) 30%, (d) 40% pada perbesaran 3500x Gambar 7 Hasil SEM senyawa kalsium fosfat dengan penambahan lilin lebah (e) 50% pada perbesaran 3500x Gambar 8 Hasil FTIR (a) lilin lebah, (b) senyawa kalsium fosfat 30% viii vii

12 viii DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Diagram alir penelitian Lampiran 2 Keterangan pembuatan senyawa kalsium fosfat Lampiran 3 Data JCPDS fase (a) CaO, (b) CaCO3, (c) HAp, (d) TKF, (e) AKA, dan (f) AKB Lampiran 4 Hasil pengolahan data sampel kontrol Lampiran 5 Hasil pengolahan data sampel 10% Lampiran 6 Hasil pengolahan data sampel 20% Lampiran 7 Hasil pengolahan data sampel 30% Lampiran 8 Hasil pengolahan data sampel 40% Lampiran 9 Hasil pengolahan data sampel 50% Lampiran 10 Hasil perhitungan parameter kisi sampel kontrol Lampiran 11 Hasil perhitungan parameter kisi sampel 10% Lampiran 12 Hasil perhitungan parameter kisi sampel 20% Lampiran 13 Hasil perhitungan parameter kisi sampel 30% Lampiran 14 Hasil perhitungan parameter kisi sampel 40% Lampiran 15 Hasil perhitungan parameter kisi sampel 50% Lampiran 16 Hasil perhitungan ukuran butiran kristal viii ix

13 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerusakan pada jaringan tubuh manusia dapat disebabkan oleh banyak hal. Salah satu diantaranya adalah kecelakaan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari seperti, kecelakaan kerja, kecelakaan lalu lintas, dan kecelakaan lainnya yang kerap menimbulkan luka dan hilangnya beberapa serpihan tulang. Berdasarkan laporan statistik (Murugan dan Ramakrishna, 2005), setiap tahunnya kasus patah tulang yang terjadi di USA sekitar 6,3 juta dan sekitar kasus membutuhkan grafting tulang. [1] Untuk mengatasi berbagai kerusakan tulang tersebut, maka dikembangkan teknologi biomaterial sejak tahun [2] Biomaterial merupakan bahan inert yang diimplantasikan ke dalam jaringan hidup sebagai pengganti fungsi dari jaringan hidup dan organ. [3] Biomaterial yang diimplantasikan ke dalam tulang harus bersifat biokompatibel atau sesuai dengan jaringan keras dalam komposisi dan morfologi, bioaktif, osteokonduktif, tidak beracun, dan tidak korosif. Saat ini biomaterial yang paling banyak digunakan untuk pengganti atau grafting (pencangkokan) tulang adalah hidroksiapatit (HAp) dengan rumus kimia Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 dan trikalsium fosfat (TKF) yang memiliki rumus kimia Ca 3 (PO 4 ) 2. HAp memiliki biokompatibilitas yang baik terhadap kontak langsung dengan tulang. HAp merupakan senyawa mineral apatit yang memiliki sifat fase paling stabil, tidak korosi, tidak beracun, dan bioaktif. [4] Namun, HAp memiliki tingkat kelarutan yang lama sehingga memperlambat proses perbaikan tulang. Menurut penelitian Dewi, HAp memiliki tingkat kelarutan yang lebih lama dibandingkan TKF dan apatit karbonat. [5] Oleh karena itu, dikembangkanlah biomaterial HAp berpori. Pori memiliki pengaruh langsung dalam perbaikan tulang. Pori dari HAp tersebut berfungsi agar sel dari jaringan tulang masuk melalui pori dan berinteraksi dengan HAp sehingga memiliki ikatan yang kuat dengan jaringan tulang. [6] Umumnya, ukuran pori minimal untuk mendukung pertumbuhan tulang yang baik adalah µm. [7] HAp berpori diperoleh dengan penambahan porogen. Pada penelitian ini digunakan lilin lebah yang dihasilkan dari sarang lebah madu sebagai porogennya. Penggunaan lilin lebah diharapkan dapat menghasilkan HAp berpori yang biokompatibel. Sintesis HAp dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu metode presipitasi, hidrolisis, dan metode sol gel. [8] Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sol gel. Proses sol gel diawali dengan pembentukan koloid yang memiliki padatan tersuspensi di dalam larutannya. Sol ini kemudian akan mengalami perubahan fase menjadi gel, yaitu koloid yang memiliki fraksi solid yang lebih besar daripada sol. Gel ini kemudian akan mengalami kekakuan dan dapat dipanaskan untuk membentuk keramik. [9] Selanjutnya dilakukan pencirian dengan X-ray diffraction (XRD), scanning electron microscopy (SEM), dan Fourier transform infrared (FTIR). 1.2 Tujuan 1. Membuat senyawa HAp berpori dengan kalsium dari cangkang kerang darah (Anadara granosa Linn.) dan porogen lilin lebah menggunakan metode sol gel 2. Menganalisis HAp berpori yang dihasilkan dengan perangkat analisis X-ray diffraction (XRD), scanning electron microscopy (SEM), dan Fourier transform infrared (FTIR). 1.3 Perumusan Masalah 1. Apakah cangkang kerang darah (Anadara granosa Linn.) dan lilin lebah dapat menghasilkan HAp

14 2 berpori dengan menggunakan metode sol gel? 2. Bagaimana struktur dan komposisi HAp berpori yang dihasilkan? TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Senyawa Kalsium Fosfat Senyawa kalsium fosfat adalah komponen utama mineral penyusun tulang. Senyawa kalsium fosfat tersebut merupakan material anorganik yang banyak digunakan untuk implant tulang karena memiliki sifat bioaktif dan biokompatibel. [10] Senyawa kalsium fosfat yang dihasilkan bisa dalam fase kristal dan bisa juga dalam fase amorf. Trikalsium fosfat (Ca 3 (PO 4 ) 2 ) dan hidroksiapatit (Ca 10 (PO 4 ) 6 OH 2 ) merupakan senyawa kalsium fosfat yang sering digunakan untuk grafting tulang pada saat ini. Bentuk kalsium fosfat yang paling stabil adalah hidroksiapatit (HAp). [11] Senyawa kalsium fosfat dapat disintesis dengan berbagai cara. Salah satu diantaranya dengan menggunakan metode sol gel. Lapisan senyawa apatit yang dihasilkan dengan metode sol gel dapat diperoleh dalam bentuk kristal atau amorf. [12] Sol merupakan dispersi partikel padat atau polimer dalam suatu larutan dengan tingkat stabilitas tertentu. Tahap berikutnya adalah gel. Gel merupakan proses polimerisasi sol dengan tingkat kekentalan tertentu. Tahap akhir adalah pengeringan gel. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting karena dapat mengakibatkan terjadinya perubahan fase atau struktur kimia yang kompleks, sehingga dapat membentuk material dengan kerapatan yang tinggi dan dapat menentukan produk material dalam bentuk serbuk, serat, lapisan tipis maupun padat. [13] Gel ini kemudian akan mengalami kekakuan dan dapat dipanaskan untuk membentuk keramik. [9] Metode sol gel akan menghasilkan campuran dengan kemurnian dan homogenitas lebih tinggi. [14] 2.2 Hidroksiapatit Berpori Hidroksiapatit (HAp) merupakan bagian dari kelompok senyawa kalsium fosfat dengan struktur heksagonal dengan parameter kisi a = b = 9,419 Å dan c = 6,88 Å serta rasio Ca/P sekitar 1,67. Hidroksiapatit merupakan material implant yang penting karena memiliki sifat biokompatibel, bioaktif, tidak mengandung racun, dan osteokonduktif. [4] Namun, HAp memiliki laju degradasi yang lambat maka dikembangkanlah HAp berpori. Pori dari HAp tersebut berfungsi agar sel dari jaringan tulang masuk melalui pori dan berinteraksi dengan HAp sehingga memiliki ikatan yang kuat dengan jaringan tulang. [6] Ukuran pori sel yang optimal dalam infiltrasi dan memacu pertumbuhan jaringan: 5-15 µm untuk fibroblas, µm untuk jaringan kulit mamalia dewasa, dan µm untuk jaringan tulang. [7] 2.3 Cangkang Kerang Darah (Anadara granosa Linn.) Kerang darah (Anadara granosa) adalah hewan lunak (Mollusca) kelas Bivalvia atau Pelecypoda, famili Arcidae, dan subfamili Anadarinae. [15] Kerang darah merupakan sumber protein yang penting sehingga banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Kerang darah biasanya hidup pada substrat yang berlumpur di muara sungai dengan topografi pantai yang landai sampai kedalaman 20 m. [16] Gambar 1 Cangkang kerang darah (Anadara granosa) 2

15 3 Dinamakan kerang darah karena kelompok kerang ini memiliki pigmen darah merah/hemoglobin yang disebut bloody cockles. Kerang darah mempunyai 2 keping cangkang yang tebal dan kedua sisi sama, cangkang berwarna putih ditutupi periostrakum yang berwarna kuning kecoklatan sampai coklat kehitaman, ukuran kerang dewasa 6-9 cm. [16] Cangkang kerang jika dipanas-kan pada suhu di bawah 500 o C tersusun atas kalsium karbonat (CaCO 3 ) pada phase aragonite dengan struktur kristal orthorombik. Sedangkan pada suhu di atas 500 o C berubah menjadi fase kalsit dengan struktur kristal heksagonal. [17] Banyaknya kandungan mineral kalsium sebagai pembentuk tulang dan mineral (Cu, Fe, Zn, dan Si) yang berfungsi sebagai antioksidan serta proksimat dari kerang darah (Anadara granosa) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Komposisi kimia serbuk cangkang kerang darah (Anadara granosa Linn.) No. Komponen Kandungan (% berat) 1 CaCO 3 98,7 2 Na 0,9 3 P 0,02 4 Mg 0,05 5 Fe, Cu, Ni, B, Zn, dan Si 0,2 2.4 Lilin Lebah Lilin lebah merupakan lilin yang dibentuk oleh lebah madu di sisiran sarangnya sebagai bahan utama dan diperkuat dengan bahan perekat yang disebut propolis. Propolis juga merupakan resin lengket yang berasal dari batang pohon atau kulit kayu, dikumpulkan, dan diproses dengan sekresi cairan ludah lebah. Setiap jenis lebah memiliki sumber resin tertentu yang ada di daerah masing-masing sehingga komposisi propolis sangat bervariasi. [18] Lilin lebah memiliki rumus kimia C 13 H 27 CO 2 C 26 H 53, titik lebur yang berkisar antara C, tidak larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol dingin. Propolis berasal dari bahasa Yunani yaitu pro yang berarti sebelum dan polis yang berarti kota. Istilah ini menggambarkan propolis sebagai pelindung sarang lebah dari hal-hal di luar sarang agar sarang dan isinya yang mengandung koloni larva lebah madu terlindungi dari bahaya dan senantiasa bersih steril dengan tujuan agar telur dapat menetas dan berkembang dengan sempurna. Gambar 2 menunjukkan lilin lebah yang akan digunakan dalam penelitian ini. Gambar 2 Lilin lebah 2.5 X-Ray Diffraction (XRD) Teknik difraksi sinar-x merupakan teknik umum yang dipakai untuk mengidentifikasi struktur, ukuran kristal, unsur, parameter kisi, dan derajat kristalisasi suatu material melalui puncak-puncak intensitas yang muncul. [19] Awalnya difraksi sinar-x hanya digunakan untuk menentukan struktur kristal suatu material. Sekarang penggunaannya telah dikembangkan, tidak hanya digunakan untuk menentukan struktur, tetapi juga untuk berbagai masalah seperti, analisis kimia, perubahan fase, dan menentukan ukuran partikel. [20] X-ray powder diffraction (XRD) juga mempunyai kemampuan untuk menganalisa jenis-jenis dari berbagai bahan material yang berbeda seperti, bahan organik, anorganik, dan bahan logam. [21] Perangkat difraktometer terdiri atas X-ray tube, collimating slits, sample holder, dan detektor. X-ray tube 3

16 4 berada dalam kondisi vakum yang berperan untuk menghasilkan sinar-x. Ketika filamen-filamen yang berada di dalam X-ray tube dihubungkan dengan power supply bertegangan tinggi, maka akan mengeluarkan elektron-elektron di sekitar permukaannya. Elektron yang dipancarkan dengan tegangan tinggi akan menumbuk target (Cu, Mo, W, dan Mn). [22] Energi kinetik elektron yang menumbuk target berubah menjadi sinar-x. Sinar-X yang dihasilkan akan melewati collimating slits yang mengarah ke sample holder yang di dalamnya telah dimasukkan sampel yang akan dianalisa. Ketika detektor diputar, maka intensitas dari sinar-x pantul akan direkam. Detektor akan merekam dan memproses hasil difraksi dan mengubahnya menjadi pola difraksi yang dapat dilihat pada layar komputer. [23] Data yang diperoleh dari karakterisasi XRD menggambarkan grafik antara sudut hamburan (2θ) dengan intensitas. Peristiwa difraksi akan terjadi apabila memenuhi hukum Bragg sehingga akan membentuk interferensi konstruktif dan suatu puncak. Seperti yang terlihat pada Gambar 3. AB+BC = mutiples nλ Gambar 3 Skema difraksi sinar-x berdasarkan hukum Bragg n λ = 2 d sin θ..(1) Ket : n = orde pembiasan bilangan bulat, 1,2,3... d = jarak antar bidang (m) θ = sudut difraksi ( o ) λ = panjang gelombang radiasi (nm) 2.6 Scanning Electron Microscopy (SEM) Scanning electron microscopy (SEM) digunakan untuk mengamati morfologi suatu sampel. Prinsip kerja SEM mirip dengan mikroskop optik, namun memiliki perangkat yang berbeda. Prinsipnya adalah difraksi pada sudut yang sangat kecil. Elektron dapat dihamburkan oleh sampel yang bermuatan. Sampel yang tidak memiliki muatan maka dilapisi emas sebagai bahan konduktor yang biasa digunakan. Cara terbentuknya gambar pada SEM pertama berkas elektron disejajarkan dan difokuskan oleh magnet yang didesain khusus yang berfungsi sebagai lensa. Spesimen sasaran sangat tipis sehingga berkas yang dihantarkan tidak diperlambat atau dihamburkan terlalu banyak. Bayangan akhir diproyeksikan ke dalam layar pendar atau film. Berbagai distorsi terjadi akibat masalah pemfokusan dengan lensa magnetik membatasi resolusi hingga sepersepuluh nanometer. [3] 2.7 Fourier Transform InfraRed (FTIR) Fourier transform infrared (FTIR) merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis ikatan kimia dalam senyawa kalsium fosfat, tetapi tidak dapat digunakan untuk menentukan unsur-unsur penyusunnya. Pada sebuah spektroskopi infra merah, radiasi infra merah akan dilewati oleh sebuah sampel. Sebagian dari infra merah tersebut akan diserap (absorbs) dan sebagian lagi akan dipancarkan/diteruskan (transmitted) oleh sampel. Sampel akan menyerap infra merah jika ada kesesuaian antara frekuensi radiasi infra merah dengan frekuensi vibrasional molekul sampel dan perubahan momen dipol selama bervibrasi. [24] FTIR memanfaatkan energi vibrasi gugus fungsi penyusun senyawa kalisum fosfat, yaitu gugus PO 4, gugus CO 3, dan gugus OH. Gugus PO 4 memiliki 4 mode vibrasi, yaitu: 4

17 5 Vibrasi stretching (ν 1 ), dengan bilangan gelombang sekitar 956 cm - 1. Pita absorpsi ν 1 ini dapat dilihat pada bilangan gelombang 960 cm -1. Vibrasi bending (ν 2 ), dengan bilangan gelombang sekitar 363 cm -1. Vibrasi asimetri stretching (ν 3 ), dengan bilangan gelombang sekitar 1040 sampai 1090 cm -1. Pita absorpsi ν 3 ini mempunyai dua puncak maksimum. yaitu pada bilangan gelombang 1090 cm -1 dan 1030 cm -1. Vibrasi antisimetri bending (ν 4 ), dengan bilangan gelombang sekitar 575 sampai 610 cm -1. Bentuk pita ν 3 dan ν 4 yang tidak simetri membuktikan bahwa senyawa kalsium fosfat tidak semuanya dalam bentuk amorf. Spektrum senyawa kalsium fosfat juga dapat dilihat pada pita ν 4, yang terbelah dengan bilangan gelombang maksimum 562 cm -1 dan 602 cm -1. Pita absorpsi OH - dapat juga terlihat dalam spektrum kalsium fosfat, yaitu pada bilangan gelombang sekitar 3576 cm -1 dan 632 cm -1. Pita absorpsi CO 3 (karbonat) terlihat pada bilangan gelombang 1545 cm -1, 1450 cm -1, dan 890 cm -1. Kristal apatit tipe B mempunyai daerah bilangan gelombang sekitar 1465 cm -1, 1412 cm -1, dan 873 cm -1. [25] BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Sintesis HAp berpori dilakukan di Laboratorium Biofisika Material, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Karakterisasi SEM dan XRD dilakukan PTBIN BATAN-PUSPIPTEK Serpong, sedangkan karakterisasi FTIR dilakukan di Biofarmaka IPB. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Mei 2011 sampai Januari Alat dan Bahan Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur 10 ml, labu ukur 100 ml, gelas kimia 250 ml, magnetic stirrer, termometer digital, furnace, timbangan analitik, hot plate, mortar, sonikasi, sudip, aluminium foil, perangkat XRD, perangkat SEM, dan perangkat FTIR Bahan Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah serbuk kalsium dari cangkang kerang darah (Anadara granosa Linn.), larutan H 3 PO 4, etanol 96%, lilin lebah, dan aquades. 3.3 Prosedur Penelitian Penelitian ini terbagi atas beberapa tahap, yaitu tahap pertama preparasi lilin lebah, tahap kedua preparasi cangkang kerang darah (A. granosa), tahap ketiga sintesis hidroksiapatit, tahap keempat sintesis hidroksiapatit berporogen lilin lebah, tahap kelima pencirian dengan XRD, tahap keenam karakterisasi SEM dan yang terakhir karakterisasi FTIR Preparasi Lilin Lebah Penelitian ini diawali dengan pengambilan lilin dari sarang lebah dengan cara merebus sarang lebah pada suhu o C lebih kurang 10 menit sampai lilin yang ada pada sarang lebah terpisah. Lilin yang telah terpisah tersebut akan mengapung dan menempel pada dinding wadah. Lilin yang dihasilkan lalu diambil dan disimpan Preparasi Cangkang Kerang Darah (Anadara granosa) Cangkang kerang darah (A. granosa) yang telah didapatkan, terlebih dahulu dibersihkan dari lumpur yang menempel pada cangkang kerang tersebut kemudian dikeringkan pada suhu kamar. Cangkang kerang yang sudah dikeringkan seterusnya dikalsinasi pada suhu 1000 o C selama 5 jam, setelah itu dihaluskan menggunakan mortar. Untuk mengetahui fase yang terkandung 5

18 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk CaO hasil kalsinasi dari cangkang kerang darah (A. granosa) dengan H 3 PO 4. Metode sintesisnya yaitu CaO ditambahkan etanol 96% sebanyak 100 ml di dalam beaker glass dan selanjutnya dicampurkan dengan H 3 PO 4 yang dilarutkan dengan etanol 96% sebanyak 100 ml dilakukan dengan cara penetesan dari buret. Campuran larutan H 3 PO 4 dan larutan CaO diaduk pada suhu 37 C menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 300 rpm dengan laju alir 3,0 ml/menit. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan (aging) selama 24 jam pada suhu kamar. Setelah itu dipanaskan lagi pada suhu 60 C sampai membentuk gel. Gel tersebut disintering dengan suhu 900 o C selama 5 jam. Hasilnya dikarakterisasi dengan menggunakan XRD, SEM, dan FTIR Sintesis Kalsium Fosfat Berpori dengan Porogen Lilin Lebah Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk CaO hasil kalsinasi dari cangkang kerang darah (A. granosa) dengan H 3 PO 4. Metode sintesisnya yaitu CaO ditambahkan etanol 96% sebanyak 100 ml di dalam beaker glass dan selanjutnya dicampurkan dengan H 3 PO 4 yang dilarutkan dengan etanol 96% sebanyak 100 ml dilakukan dengan cara penetesan dari buret. Campuran larutan H 3 PO 4 dan larutan CaO diaduk pada suhu 37 C menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 300 rpm dengan laju alir 3,0 ml/menit. Selanjutnya campuran tersebut ditambahkan lilin lebah sebagai porogennya lalu disonikasi selama 15 menit. Besarnya variasi konsentrasi lilin yang digunakan sebagai porogen HAp berpori dalam penelitian ini yaitu 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan (aging) selama 24 jam pada suhu kamar. Setelah itu dipanaskan lagi pada suhu 60 C sampai membentuk gel. Gel tersebut disintering dengan suhu 900 o C selama 5 jam. Hasilnya dikarakterisasi dengan menggunakan XRD, SEM, dan FTIR Karakterisasi XRD Sampel senyawa kalsium fosfat berupa serbuk sebanyak 200 mg ditempatkan di dalam plat aluminium berukuran 2 x 2 cm. Setelah itu dikarakterisasi menggunakan XRD XD- 610 SHIMADZU dengan sumber CuKα. Tegangan yang digunakan sebesar 40 kv dan arus generatornya sebesar 20 ma. Pengambilan data difraksi dilakukan dalam rentang sudut difraksi 2θ = 10 o sampai 2θ = 70 o Karakterisasi SEM Sampel yang sudah terbentuk dan berbentuk serbuk diambil sebanyak 2 gram, diletakkan pada plat logam tembaga yang berbentuk bulat (sample holder) yang berdiameter ± 5 cm, dan dilakukan proses pelapisan atau coating sampel agar sampel memiliki sifat konduktif. Setelah itu dikarakterisasi dengan menggunakan SEM JSM-6360 LA dengan perbesaran 3.500x Karakterisasi FTIR Sampel yang berupa serbuk sebanyak 2 mg dicampur dengan 100 mg KBr, kemudian dibuat pelet. Setelah itu, sampel dikarakterisasi dengan menggunakan FTIR Bruker Tensor 37 pada jangkauan bilangan gelombang cm -1. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Preparasi Lilin Lebah Sintesis senyawa kalsium fosfat dapat dilakukan dengan mencampurkan kalsium oksida (CaO) yang bersumber dari cangkang kerang darah (Anadara granosa Linn.) dan asam fosfat (H 3 PO 4 ) serta etanol 96% sebagai media pelarut. 6

19 7 Sedangkan untuk membuat porinya ditambahkan porogen lilin lebah dengan menggunakan metode sonikasi untuk mendapatkan pori yang lebih rata dan seragam. Lilin lebah yang digunakan terlebih dahulu direbus menggunakan aquades sehingga lilin lebah terpisah dari sarangnya. Sarang lebah dengan berat 21,6794 gram yang direbus di dalam 100 ml aquades dapat menghasilkan 4,6905 gram lilin lebah. 4.2 Preparasi Cangkang Kerang Darah (Anadara granosa Linn.) Cangkang kerang darah dapat diperoleh dengan mudah karena jumlahnya yang berlimpah. Komposisi mineral dari cangkang kerang darah (A. granosa) terdiri dari 98,7% kalsium karbonat (CaCO 3 ) berdasarkan penelitian Awang et al. [26] Hal tersebut mendorong penggunaan cangkang kerang darah (A. granosa) dalam bidang sains terutama sebagai sumber kalsium untuk pembuatan senyawa kalsium fosfat. Sebelum menjadi serbuk CaO, cangkang kerang darah (A. granosa) terlebih dahulu dibersihkan dari lumpur yang menempel pada cangkangnya lalu dikeringkan, seterusnya dikalsinasi pada suhu 1000 o C selama 5 jam. Serbuk CaO cangkang kerang sebanyak 80,7667 gram dihasilkan dari kalsinasi cangkang kerang sebanyak 165,3860 gram. Reaksi yang terjadi akibat proses kalsinasi tersebut adalah sebagai berikut: CaCO 3 CaO + CO 2 Keberadaan ion karbonat akan berpengaruh dalam pembuatan senyawa kalsium fosfat. Ion karbonat akan menempati dua posisi dalam struktur HAp, pertama menggantikan gugus OH - membentuk apatit karbonat tipe-a (AKA) dengan rumus kimia (Ca 10 (PO 4 ) 6 CO 3 ) sedangkan posisi kedua menggantikan gugus PO 4 3- membentuk apatit karbonat tipe-b (AKB) dengan rumus kimia (Ca 10 (PO 4 ) 3 (CO 3 ) 3 (OH) 2 ) [27]. = CaO Gambar 4 Pola XRD cangkang kerang darah (Anadara granosa Linn.) Hasil kalsinasi serbuk cangkang kerang dianalisis menggunakan XRD. Analisis XRD dilakukan untuk mengetahui fase kalsium yang terdapat di dalam cangkang kerang darah (A. granosa). Gambar 4 memperlihatkan pola XRD dari cangkang kerang darah (A. granosa). Pola XRD untuk hasil Pola XRD untuk hasil cangkang kerang darah (A. granosa) menunjukkan fase CaO untuk keseluruhan puncak dan terlihat dua puncak tertinggi yaitu pada sudut 2θ = 37,251 o dan 53,748 o. Hal ini mengacu pada data JCPDS (Joint Committee of Powdered Diffraction Standard). Data JCPDS yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran Sintesis dan Karakterisasi XRD Senyawa Kalsium Fosfat Pembuatan senyawa kalsium fosfat dapat dilakukan dengan menggunakan metode sol gel. Bahan utama pembuatan senyawa kalsium fosfat yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk CaO cangkang kerang darah sebanyak 5,6 gram yang dicampurkan dengan 3,5 ml H 3 PO 4 yang masing-masing dicampur sampai dengan 100 ml etanol 96%. Perbandingan nilai Ca/P yang digunakan sebesar 1,67. Hasil sintesis senyawa kalsium fosfat tersebut dianalisa menggunakan XRD sehingga fase yang terbentuk di dalam sampel dapat diketahui. Pola XRD senyawa kalsium fosfat pada sampel kontrol (Gambar 5) memperlihatkan bahwa 7

20 8 tidak semua puncak yang muncul menunjukkan fase HAp. = HAp = TKF Gambar 5 Pola XRD senyawa kalsium fosfat kontrol (tanpa porogen lilin lebah) Fase HAp ditunjukkan oleh puncak-puncak dengan intensitas tertinggi yaitu pada sudut 2θ = 25,88 o ; 31,78 o ; dan 32,94 o. Namun, masih terdapat dua puncak yang bukan milik HAp dengan intensitas yang rendah, yaitu pada 2θ = 17,98 o dan 39,8 o. Mengacu pada data JCPDS, sudut 2θ tersebut merupakan fase dari senyawa trikalsium fosfat (TKF). 4.4 Sintesis dan Karakterisasi XRD Senyawa Kalsium Fosfat Berpori dengan Porogen Lilin Lebah Senyawa kalsium fosfat yang memiliki tingkat kestabilan paling tinggi adalah HAp, tetapi mempunyai tingkat kelarutan yang lama sehingga membutuhkan pori untuk mengatasi hal tersebut. Senyawa kalsium fosfat berpori dapat dibuat dengan penambahan suatu bahan yang tidak memberikan bahaya terhadap tubuh. Pembuatan senyawa kalsium fosfat berpori dalam penelitian ini menggunakan lilin lebah sebagai bahan porogennya. Lilin lebah dimasukkan ke dalam campuran CaO dan H 3 PO 4, dengan cara sonikasi kemudian diendapkan. Selanjutnya dipanaskan dan diaduk sampai membentuk gel, lalu disintering pada suhu 900 o C. Saat temperatur mencapai 900 o C, campuran CaO dan H 3 PO 4 membentuk cluster, karena lilin lebah tidak larut di dalam campuran CaO dan H 3 PO 4, maka lilin lebah terjebak di dalam cluster-cluster tersebut. Selama proses pemanasan campuran CaO dan H 3 PO 4 akan bereaksi membentuk fase stabil HAp, dan lilin lebah akan menguap. Pada suhu 69 o 70 o C lilin lebah akan berubah fase menjadi gas dan akan meninggalkan pori-pori pada HAp. Lilin lebah yang ditambahkan dalam penelitian ini bervariasi, yaitu 10% - 50%. Identifikasi fase hasil sintesis senyawa kalsium fosfat dapat dianalisa menggunakan XRD sedangkan untuk menentukan fase yang muncul mengacu pada data JCPDS. Hasil analisa XRD sampel senyawa kalsium fosfat berpori dapat dilihat pada gambar berikut. (a) (b) (c) (d) (e) 2θ = HAp = TKF = AKB = AKA Gambar 6 Pola XRD senyawa kalsium fosfat dengan penambahan lilin lebah (a) 10%, (b) 20%, (c) 30%, (d) 40%, (e) 50% 8

21 9 Pola XRD yang terbentuk dari hasil sintesis senyawa kalsium fosfat berpori dengan menambahkan porogen lilin lebah dengan konsentrasi yang bervariasi 10% - 50% memperlihatkan bahwa di setiap sampel terdapat senyawa HAp. Namun demikian, pada beberapa sampel terdapat senyawa selain senyawa HAp, yaitu TKF, apatit karbonat tipe-a (AKA), dan apatit karbonat tipe-b (AKB). Penentuan fase yang terbentuk pada setiap sampel mengacu pada data JCPDS. Pola XRD pada Gambar 6(a) senyawa kalsium fosfat dengan porogen lilin lebah 10% memperlihatkan pola XRD yang hampir sama dengan pola sampel kontrol. Fase yang dominan adalah fase HAp dengan tiga puncak tertingginya, yaitu pada sudut 2θ = 31,96 o ; 32,36 o ; dan 33,06 o. Pada Gambar 6(a) terdapat satu puncak milik TKF. Puncak tersebut memiliki intensitas yang rendah yaitu pada 2θ = 18,14 o. Hasil XRD sampel dengan porogen lilin 20% (Gambar 6(b)) menunjukkan bahwa puncak tertinggi yang terbentuk adalah fase AKB dengan sudut 2θ = 32,04 o. Fase TKF terbentuk pada sudut 2θ = 18,2 o ; 34,28 o ; 40,04 o ; dan 46,92 o. Sedangkan fase HAp terbentuk antara lain pada sudut 2θ = 32,44 o ; 33,16 o ; dan 33,16 o. Pola XRD yang terbentuk pada sampel senyawa kalsium fosfat dengan porogen lilin lebah 30% (Gambar 6(c)) memperlihatkan bahwa semua puncak yang terbentuk adalah milik HAp tanpa ada fase lain, dengan puncak tertinggi pada sudut 2θ = 31,865 o. Hasil XRD pada sampel senyawa kalsium fosfat dengan porogen lilin lebah 40% (Gambar 6(d)) menunjukkan bahwa puncak tertinggi adalah fase AKB pada sudut 2θ = 32,131 o. Pada sampel ini terdapat dua fase AKB lainnya dengan sudut 2θ = 29,341 o dan 40,258 o, sedangkan fase yang paling banyak muncul adalah TKF dengan sudut 2θ antara lain 22,163 o ; 32,538 o ; 34,732 o ; 35,544 o ; 43,942 o ; 50,795 o, dan 53,531 o. Fase HAp antara lain terbentuk pada sudut 2θ = 26,199 o; 28,122 o ; 33,269 o ; 47,03 o ; dan 49,847 o. Selain fase HAp, TKF, dan AKB juga terdapat satu puncak yang menunjukkan fase AKA yaitu pada 2θ = 31,4 o. Pola XRD pada sampel senyawa kalsium fosfat dengan porogen lilin 50% (Gambar 6(e)) memperlihatkan bahwa fase yang dominan terbentuk adalah TKF dengan puncak tertinggi pada sudut 2θ = 31,21 o. Puncak tertinggi fase TKF berikutnya adalah pada 2θ = 13,847 o ; 17,097 o ; dan 34,569 o. Fase HAp memiliki tiga puncak tertinggi, yaitu pada 2θ = 25,982 o ; 28,014 o ; dan 31,942 o. Hasil XRD semua sampel dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa senyawa kalsium fosfat dengan porogen lilin 30% yang paling stabil karena semua puncaknya menunjukkan senyawa HAp. Sedangkan pada sampel lainnya masih terdapat senyawa kalsium fosfat yang belum stabil dan fase karbonat. Fase AKA dapat terbentuk pada suhu tinggi dan menggantikan posisi OH - dalam struktur HAp sedangkan fase AKB dapat terbentuk pada suhu rendah dan menggantikan ion (PO 4 ) 3-. Berdasarkan penelitian Deepak et al fase TKF dapat terbentuk mulai dari suhu 600 o C dengan bahan kalsium yang digunakan bersumber dari kalsium nitrat tetrahidrat (Ca(NO 3 ) 2 4H 2 O) yang direaksikan dengan di-ammonium hidrogen ortofosfat ((NH 3 ) 2 HPO 4 ). [28] Hasil parameter kisi sampel dapat dilihat pada Tabel 2. Parameter kisi dapat dihitung dengan menggunakan metode Cohen yang dapat dilihat pada Lampiran 10. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 2 menunjukkan tingginya persentase ketepatan yang dihasilkan dalam setiap sampel sehingga dapat dikatakan bahwa fase yang terkandung dalam sampel pada umumnya adalah HAp. Besarnya persentase ketepatan parameter kisi a pada kisaran 83,720 99,859, sedangkan untuk persentase ketepatan pada parameter kisi c pada kisaran 75,670 99,874. 9

22 10 Tabel 2 Parameter kisi sampel Parameter Ketepatan Kode Kisi (Å) (%) Sampel a=b c a=b c Kontrol 9,41 6,87 99,86 99,87 10% 9,44 6,89 99,81 99,83 20% 9,57 7,00 98,38 98,26 30% 9,48 6,93 99,34 99,32 40% 7,89 5,21 83,72 75,67 50% 9,51 6,96 99,02 98,80 Tabel 3 Ukuran kristal sampel 2θ β (deg) β (rad) D (nm) 25,88 0,178 0,003 45,776 26,04 0,212 0,004 38,447 26,14 0,205 0,004 39,768 26,012 0,136 0,002 59,929 26,199 0,379 0,007 21,513 25,982 0,352 0,006 23,153 Ukuran kristal pada bidang dihitung menggunakan persamaan Scherrer. Pada Tabel 3 memperlihatkan ukuran kristal sampel berkisar antara 21,513 59,929 nm. Ukuran kristal yang diperoleh berbanding terbalik dengan nilai FWHM (full width at half maximum). Berdasarkan hasil perhitungan terlihat bahwa sampel dengan porogen lilin 30% memiliki ukuran kristal yang paling besar. 4.5 Karakterisasi SEM Senyawa Kalsium Fosfat Berpori dengan Porogen Lilin Lebah Morfologi sampel senyawa kalsium fosfat dengan porogen lilin lebah dapat dilihat dengan menggunakan scanning electron microscopy (SEM). Gambar 7(a) 7(e) menunjukkan hasil SEM dari sampel dengan porogen lilin lebah yang disinterring pada suhu 900 o C. a) b) c) d) 10

23 11 e) Gambar 7 Hasil SEM senyawa kalsium fosfat dengan penambahan lilin lebah (a) 10%, (b) 20%, (c) 30%, (d) 40%, (e) 50% Keterangan gambar : : contoh pori mikro (pori yang terdapat di dalam butiran senyawa kalsium fosfat). : contoh pori makro (pori yang terdapat di antara butiran senyawa kalsium fosfat). Morfologi sampel senyawa kalsium fosfat dengan porogen lilin lebah 10% terlihat membentuk butirbutir senyawa kalsium fosfat dan pori. Ukuran pori makro yang terbentuk ratarata mempunyai diameter 1,62 μm, sedangkan ukuran pori mikro yang terbentuk sekitar 0 0,5 μm. Senyawa kalsium fosfat dengan porogen lilin lebah 20% (Gambar 7(b)) tidak menunjukkan perubahan yang signifikan terhadap Gambar 7(a). Pori yang terbentuk hanya di tempat tertentu saja tidak menyebar dengan rata. Ukuran diameter pori makro yang terbentuk rata-rata sekitar 1,1 μm dan pori mikronya berukuran sekitar 0 0,5 μm. Morfologi senyawa kalsium fosfat dengan porogen 30% (Gambar 7(c)) memperlihatkan bentuk permukaan yang lebih kasar dan butir-butir senyawa kalsium fosfat mengelompok membentuk granula. Ukuran rata-rata pori makro yang terbentuk sekitar 1,2 μm dan ukuran pori mikro yang terbentuk berukuran 0 0,5 μm. Permukaan sampel dengan porogen lilin lebah 40% membentuk granula dan kasar dengan ukuran rata-rata pori makro yang terbentuk sekitar 1,14 μm, sedangkan ukuran pori mikro yang terbentuk berukuran sekitar 0 0,5 μm. Permukaan sampel dengan porogen lilin lebah 50% (Gambar 7(e)) memperlihatkan pori yang terbentuk lebih banyak. Permukaan sampel terlihat membentuk bongkahan atau granula dengan ukuran pori yang lebih besar dan lebih banyak dibandingkan dengan sampel 10%, 20%, 30%, dan 40%. Ukuran rata-rata pori makro yang terbentuk sekitar 1,74 μm dan ukuran rata-rata pori mikro yang terbentuk sekitar 0,245 μm. Semakin banyak porogen lilin lebah yang ditambahkan maka semakin besar pori yang terbentuk. 4.6 Karakterisasi FTIR Senyawa Kalsium Fosfat Berpori dengan Porogen Lilin Lebah Data hasil XRD didukung oleh data spektrokopi FTIR (Fourier transform infrared). Analisa FTIR digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi OH -, PO , dan CO 3 yang terbentuk pada sampel. Hasil spektroskopi FTIR untuk porogen lilin lebah dapat dilihat pada Gambar 8(a) dapat diketahui dari pita transmitansi FTIR. Berdasarkan hasil analisa FTIR terlihat bahwa pada lilin lebah terdapat gugus fosfat (v 1 ) terdapat pada bilangan gelombang 968 cm -1 dan 984 cm -1, pada bilangan gelombang 432 cm -1 dan 470 cm -1 terdapat gugus fungsi fosfat (v 2 ). Gugus fungsi fosfat (v 3 ) ditunjukkan oleh bilangan gelombang 1032 cm -1, 1055 cm -1, 1116 cm -1, dan 1196 cm -1, sedangkan gugus fungsi fosfat (v 4 ) terdapat pada bilangan gelombang 585 cm -1. Bilangan gelombang 720 menunjukkan gugus fungsi NH. Gugus fungsi C-OH terdapat pada bilangan gelombang 891 cm -1. Gugus fungsi amino bebas primer (NH 2 ) dan vibrasi CH 2 ditunjukkan oleh bilangan gelombang 1220 cm -1 dan 1330 cm -1, 1346 cm -1, 1377 cm -1, dan 1398 cm -1, sedangkan bilangan gelombang

24 12 cm -1, 1471 cm -1, dan 1311 menunjukkan gugus fungsi CO 3 (v 3 ). Bilangan gelombang 1737 cm -1 menunjukkan gugus fungsi C=O. Gugus fungsi CH 3 terdapat pada bilangan gelombang cm -1. Bilangan gelombang 3368 cm -1 menunjukkan gugus fungsi OH. Hasil analisis FTIR menunjukkan bahwa pada sampel kalsium fosfat dengan porogen lilin lebah 30% telah terbentuk gugus fungsi PO 3-4, CO 2-3, dan OH - masing-masing pada panjang gelombang tertentu. Pita serapan untuk vibrasi fosfat (v 1 ) terdapat pada bilangan gelombang 961,98 cm -1, 1040,78 cm -1 dan 1092,79 cm -1 untuk vibrasi fosfat (v 3 ) sedangkan vibrasi fosfat (v 4 ) terdapat pada bilangan gelombang 570,58 cm -1 dan 601,91 cm -1. Keberadaan pita serapan gugus fosfat pada Gambar 8(b) menunjukkan HAp pada sampel telah terbentuk. Pita 2- serapan CO 3 terdapat pada bilangan gelombang 1458,28 cm -1. Keberadaan ion karbonat merupakan inhibitor dalam pembuatan senyawa kalsium fosfat. Gugus fungsi OH - terbentuk pada bilangan gelombang 632,34 cm -1, 3434,84 cm -1, 3572,14 cm -1, dan 3643,18 cm -1. Munculnya gugus fungsi OH - pada sampel menunjukkan bahwa di dalam sampel masih terkandung H 2 O. a) b) Gambar 8 Hasil FTIR (a) lilin lebah, (b) senyawa kalsium fosfat 30% Hasil spektroskopi FTIR pada sampel senyawa kalsium fosfat berpori dengan penambahan porogen lilin lebah 30% tidak menyebabkan perubahan fase pada senyawa kalsium fosfat yang terbentuk. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Senyawa kalsium fosfat merupakan salah satu biomaterial yang banyak digunakan dalam bidang medis. Senyawa kalsium fosfat berporogen lilin lebah dapat disintesis menggunakan metode sol gel dengan mereaksikan CaO sebagai sumber kalsium dan H 3 PO 4 sebagai sumber fosfat serta etanol 96% sebagai pelarut. Sedangkan penambahan porogen lilin lebah dengan senyawa kalsium fosfat yang dilakukan dengan metode sonikasi ditujukan agar pori yang terbentuk lebih menyebar dan seragam. CaO yang digunakan bersumber dari cangkang kerang darah (Anadara granosa Linn.) yang dikalsinasi pada suhu 1000 o C selama 5 jam. Penambahan porogen lilin lebah yang digunakan adalah sebanyak 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%. Hasil analisa XRD menunjukkan bahwa sampel dengan porogen lilin lebah 30% 12

25 13 memiliki tingkat stabilitas yang paling tinggi karena semua fase yang terbentuk adalah fase HAp. Sampel dengan porogen 10% masih terdapat satu fase lain yaitu fase TKF. Sampel dengan porogen 20% puncak tertingginya menunjukkan fase AKB. Sedangkan dengan porogen 40% dan 50% fase yang dominan muncul menunjukkan fase TKF. Berdasarkan hasil analisa SEM menunjukkan bahwa senyawa kalsium fosfat dengan porogen 50% memiliki ukuran pori yang lebih rata dan seragam dibandingkan dengan sampel yang lainnya. Sampel senyawa kalsium fosfat dengan porogen lilin lebah 50% memiliki ukuran pori paling banyak dan besar. 5.2 Saran Perlu penelitian lebih lanjut dan diharapkan dapat menghasilkan senyawa kalsium fosfat dengan pori yang lebih seragam, rata, dan ukuran pori lebih besar. Selain itu, pada saat melakukan presipitasi, suhu larutan, dan kecepatan tetesan larutan H 3 PO 4 harus tetap stabil sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA 1. Ficai A. Andronescu E. Voicu G. Ficai D. Advances in Collagen/Hydroxyapatite Composite Materials. Adv in Composite Mater for Medicine and Nanotechnol 2011; Jaffe WL, Scott DF. Current concepts review - total hip arthroplasty with hydroxyapatitecoated prostheses. J Bone Joint Surg Am 1996;78: Samsiah, Robiatul. Karakteristik biokomposit apatit-kitosan dengan XRD (X-ray diffraction), FTIR (Fourier transform infrared), SEM (scanning electron microscopy) dan uji mekanik. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor; Raucci MG, Guarino V, Ambrosio L Polymeric Composites, Prepared by Sol-Gel Method, with Spatial Gradients of Hydroxyapatite Bioactive Signals. Italy: IMCB- CNR. 5. Dewi, SU. Pembuatan komposit kalsium fosfat-kitosan dengan metode sonikasi. [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor; Sopyan I, Mel M, Ramesh S, Khalid KA. Porous hidroxyapatite for artificial bone application. Sci and Technol of Adv Mater 2007; 8: Komlev VS, Barinov SM. Porous hidroxyapatite ceramics of bimodal pore size distribution. J of Mater Sci: Mater in Madicine 2007; 13: Bingol OR, Durucan C. Hydrothermal synthesis of hydroxyapatite from calcium sulfate hemihydrate. Am J of Biomed Sci 2011; 4(1): Dawnay EJC Growth and Characterization of Semiconductor Nanoparticles in Porous Sol-Gel Film. Departement of Electrical and Electronic Engineering, Imperial College. 10. Muflikhah Perhitungan Ab initio interaksi antara trikalsium fosfat dan hidroksiapatit dengan segmen molekul selulosa. nal_muflikhah.pdf. [14 Januari 2012] 11. Ahmiatri SS, Soejoko DS. Pengaruh ion karbonat dalam proses presipitasi senyawa kalsium fosfat. Makara Sains 2002; 6(2): Kim HS, Kim JT, Jung YJ. Preparation of porous chitosan/ fibroin-hydroxyapatite composite matrix for tissue engineering. Macromolecular Res 2007; 15(1): Brinker CJ, GW Scherer Sol-Gel Science, The Physics and Chemistry of Sol-Gel Processing. Academic Press Inc. San Diego. 14. Vijayalakshmi U, Rajeswari S. Preparation and characterization of microcrystalline hydroxyapatite 13

26 14 using sol gel method. Trends Biomater Artificial Organs 2006; 19(2): Broom MJ The Biology And Culture Of Marine Bivalve Molluscs Of The Genus Anadara. Manila: ICLARM. 16. Nurjanah, Zulhamsyah, Kustiyariyah. Kandungan mineral dan proksimat kerang darah (Anadara granosa) yang diambil dari Kabupaten Boalemo, Gorontalo. Bul Teknol Hasil Perikanan 2005; VIII(2): Balgies Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit dari Cangkang Kerang (Chicoreusramosus) [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 18. Riyanti E, Hadidjah D, Iswari AP. Pemakaian propolis sebagai antibakteri pada pasta gigi. Pustaka.unpad.ac.id. 2009: Wahyuni MS, Hastuti E. Karakterisasi cangkang kerang menggunakan XRD dan X-ray physics basic unit. J Neutrino 2010; 3(1): Culliti BD Element of X- Ray Diffraction, Ed ke-3. New Jersey: Prentice Hall. 21. Rendle DF. X-ray diffraction in forensic science. The Rigaku J 2003; 19(2) dan 20(1): Prasetyanti F Pemanfaatan cangkang telur ayam untuk sintesis hidroksiapatit dengan reaksi kering [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 23. Connolly JR. Introduction to X-ray powder diffraction. Spring 2007; Chatwall G Spectroscopy Atomic and Molecule. Himalaya Publ House: Bombay. 25. Nurbainah E. Pelapisan hidroksiapatit (HAp) pada permukaan logam stainless steel 316l dengan metoda deposisi elektroforesis (EPD) [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor; Hazmi AJA, Zuki ABZ, Noordin MM, Jalila A, Norimah Y. Mineral composition of the cockle (Anadara granosa) shells of West coast of peninsular Malaysia and it s potential as biomaterial for use in bone repair. J of Anim and Veterinary Adv 2007; 6(5): Aoiki H Science and Medical Applications of Hydroxyapatite. Institute for Medical and Dental Engineering. Tokyo Medical and Dental University. 28. Deepak K, Pattanayak, Divya P, Upadhyay S, Prasad RC, Rao BT, Rama Mohan TR. Synthesis and evaluation of hydroxyapatite ceramics. Trends Biomater. Artif. Organs 2005; 18 (2):

27 LAMPIRAN

28 16 Lampiran 1 Diagram alir penelitian Mulai Persiapan alat dan bahan Siap? ya Preparasi lilin lebah tidak Kalsinasi cangkang kerang Karakterisasi XRD Pembuatan larutan CaO dan H 3 PO 4 dalam 100 ml etanol 96% Presipitasi Sonikasi dengan penambahan lilin lebah sebanyak 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% Aging Pengadukan dan dipanaskan Sintering Serbuk sampel Karakterisasi XRD Karakterisasi SEM Karakterisasi FTIR Analisis Hasil Penyusunan Laporan Selesai 16

29 17 Lampiran 2 Keterangan pembuatan senyawa kalsium fosfat (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) 17

30 18 Lanjutan Lampiran 2 (i) (j) (l) (k) Keterangan gambar : (a). Sarang lebah (b). Lilin lebah (c). Cangkang telur ayam yang sudah dibersihkan dan dikeringkan (d). Cangkang telur ayam yang sudah dikalsinasi (e). Serbuk CaO cangkang kerang darah (f). Presipitasi (g). Sonikasi (h). Aging (i). Pengadukan dan dipanaskan (j). Membentuk gel (k). Sintering (l). Serbuk senyawa kalsium fosfat 18

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis 7 konsentrasi larutan Ca, dan H 3 PO 4 yang digunakan ada 2 yaitu: 1) Larutan Ca 1 M (massa 7,6889 gram) dan H 3 PO 4 0,6 M (volume 3,4386 ml) 2) Larutan Ca 0,5 M (massa 3,8449) dan H 3 PO 4 0,3 M (volume

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah KH 2 PO 4 pro analis, CaO yang diekstraks dari cangkang telur ayam dan bebek, KOH, kitosan produksi Teknologi

Lebih terperinci

Pengaruh Sintering dan Penambahan Senyawa Karbonat pada Sintesis Senyawa Kalsium Fosfat

Pengaruh Sintering dan Penambahan Senyawa Karbonat pada Sintesis Senyawa Kalsium Fosfat Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Pengaruh Sintering dan Penambahan Senyawa Karbonat pada Sintesis Senyawa Kalsium Fosfat Kiagus Dahlan, Setia Utami Dewi Departemen Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL 4.1.1. Difraksi Sinar-X Sampel Analisis XRD dilakukan untuk mengetahui fasa apa saja yang terkandung di dalam sampel, menghitung derajat kristalinitas sampel, parameter

Lebih terperinci

Keywords: Blood cockle shell, characterization, hydroxyapatite, hydrothermal.

Keywords: Blood cockle shell, characterization, hydroxyapatite, hydrothermal. Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit dari Cangkang Kerang Darah dengan Proses Hidrotermal Variasi Suhu dan ph Bona Tua 1), Amun Amri 2), dan Zultiniar 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia 2) Dosen

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

Potensi Kerang Ranga sebagai Sumber Kalsium dalam Sintesis Biomaterial Substitusi Tulang

Potensi Kerang Ranga sebagai Sumber Kalsium dalam Sintesis Biomaterial Substitusi Tulang Potensi Kerang Ranga sebagai Sumber Kalsium dalam Sintesis Kiagus Dahlan Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan IPA, Institut Pertanian Bogor Kampus IPB Darmaga, Bogor E-mail: kiagusd@yahoo.com Abstrak.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Serapan Fourier Transform Infrared (FTIR) Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis FTIR. Analisis serapan FTIR dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Morfologi Analisis struktur mikro dilakukan dengan menggunakan Scanning Electromicroscope (SEM) Philips 515 dengan perbesaran 10000 kali. Gambar 5. menunjukkan morfologi hidroksiapatit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

Konversi Kulit Kerang Darah (Anadara granosa) Menjadi Serbuk Hidroksiapatit

Konversi Kulit Kerang Darah (Anadara granosa) Menjadi Serbuk Hidroksiapatit TPM 14 Konversi Kulit Kerang Darah (Anadara granosa) Menjadi Serbuk Hidroksiapatit Silvia Reni Yenti, Ervina, Ahmad Fadli, dan Idral Amri Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE DARI CANGKANG TELUR AYAM DENGAN VARIASI SUHU SINTERING

SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE DARI CANGKANG TELUR AYAM DENGAN VARIASI SUHU SINTERING Jurnal Biofisika 8 (2): 42-48 SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE DARI CANGKANG TELUR AYAM DENGAN VARIASI SUHU SINTERING Hardiyanti, K. Dahlan Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas 29 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. Analisis difraksi sinar-x dan analisis morfologi permukaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas Lampung. Analisis XRD di Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus 2012. Penelitian dilakukan di beberapa tempat yaitu preparasi sampel dan uji fisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE BERBASIS CANGKANG KERANG RANGA PADA VARIASI SUHU SINTERING

SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE BERBASIS CANGKANG KERANG RANGA PADA VARIASI SUHU SINTERING Jurnal Biofisika 8 (1): 42-53 SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE BERBASIS CANGKANG KERANG RANGA PADA VARIASI SUHU SINTERING N. Selvia,* K. Dahlan, S. U. Dewi. Bagian Biofisika, Departemen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian terhitung sejak bulan Maret 2015 sampai dengan Mei 2015. Tempat penelitian dilaksanakan dibeberapa tempat yang berbeda

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012 26 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012 sampai Desember 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CANGKANG TELUR AYAM UNTUK SINTESIS HIDROKSIAPATIT DENGAN REAKSI KERING FITRIANI PRASETYANTI

PEMANFAATAN CANGKANG TELUR AYAM UNTUK SINTESIS HIDROKSIAPATIT DENGAN REAKSI KERING FITRIANI PRASETYANTI PEMANFAATAN CANGKANG TELUR AYAM UNTUK SINTESIS HIDROKSIAPATIT DENGAN REAKSI KERING FITRIANI PRASETYANTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat BAB III EKSPERIMEN 1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Ca(NO 3 ).4H O (99%) dan (NH 4 ) HPO 4 (99%) sebagai sumber ion kalsium dan fosfat. NaCl (99%), NaHCO 3 (99%),

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG KERANG RANGA BALGIES

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG KERANG RANGA BALGIES SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG KERANG RANGA BALGIES DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK BALGIES. Sintesis

Lebih terperinci

PELAPISAN HIDROKSIAPATIT BERBASIS CANGKANG TELUR PADA LOGAM STAINLESS STEEL 316 DENGAN METODE DEPOSISI ELEKTROFORETIK CARYONO

PELAPISAN HIDROKSIAPATIT BERBASIS CANGKANG TELUR PADA LOGAM STAINLESS STEEL 316 DENGAN METODE DEPOSISI ELEKTROFORETIK CARYONO PELAPISAN HIDROKSIAPATIT BERBASIS CANGKANG TELUR PADA LOGAM STAINLESS STEEL 316 DENGAN METODE DEPOSISI ELEKTROFORETIK CARYONO DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Uji Mikrostruktur dengan SEM HASIL DAN PEMBAHASAN Cangkang Telur Hidroksiapatit

Uji Mikrostruktur dengan SEM HASIL DAN PEMBAHASAN Cangkang Telur Hidroksiapatit 3 Uji Mikrostruktur dengan SEM Sampel ditempelkan pada cell holder kemudian disalut emas dalam keadaan vakum selama waktu dan kuat arus tertentu dengan ion coater. Sampel dimasukkan pada tempat sampel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi sampel dan uji sifat fisis akan dilakukan di Laboratorium Fisika Material

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

SINTESIS β-tricalcium PHOSPHATE DENGAN SUMBER KALSIUM DARI CANGKANG TELUR AYAM MAYA KUSUMA DEWI

SINTESIS β-tricalcium PHOSPHATE DENGAN SUMBER KALSIUM DARI CANGKANG TELUR AYAM MAYA KUSUMA DEWI SINTESIS β-tricalcium PHOSPHATE DENGAN SUMBER KALSIUM DARI CANGKANG TELUR AYAM MAYA KUSUMA DEWI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 sampai April 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian terhidung sejak bulan Juni 2013 sampai dengan

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian terhidung sejak bulan Juni 2013 sampai dengan 29 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian terhidung sejak bulan Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat yaitu di Laboratorium

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI

SPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI SPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KAJIAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG DISINTESIS DENGAN METODE HIDROTERMAL NURUL YULIS FA IDA

KAJIAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG DISINTESIS DENGAN METODE HIDROTERMAL NURUL YULIS FA IDA KAJIAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG DISINTESIS DENGAN METODE HIDROTERMAL NURUL YULIS FA IDA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang meliputi dua tahap. Tahap pertama dilakukan identifikasi terhadap komposis kimia dan fase kristalin

Lebih terperinci

SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DARI CANGKANG TELUR AYAM DAN POROGEN DARI KITOSAN INDRI PUTRI SITORESMI

SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DARI CANGKANG TELUR AYAM DAN POROGEN DARI KITOSAN INDRI PUTRI SITORESMI SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DARI CANGKANG TELUR AYAM DAN POROGEN DARI KITOSAN INDRI PUTRI SITORESMI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium Riset (Research Laboratory) dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

1.2. Tujuan Penelitian 1.3. Tempat dan Waktu Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cangkang Telur 2.2. Mineral Tulang

1.2. Tujuan Penelitian 1.3. Tempat dan Waktu Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cangkang Telur 2.2. Mineral Tulang 2 diharapkan mampu memberikan kemudahan dan nilai ekonomis bagi masyarakat yang nantinya membutuhkan produk dari biomaterial untuk kesehatan. 1.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas 39 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas Lampung. Analisis distribusi ukuran partikel dilakukan di UPT. Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidroksiapatit adalah sebuah molekul kristalin yang intinya tersusun dari fosfor dan kalsium dengan rumus molekul Ca10(PO4)6(OH)2. Molekul ini menempati porsi 65% dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tulang dan gigi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan sel-sel yang akan

I. PENDAHULUAN. tulang dan gigi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan sel-sel yang akan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan bahan rehabilitas cukup besar, sehingga berbagai upaya dikembangkan untuk mencari alternatif bahan rehabilitas yang baik dan terjangkau,

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI LIMBAH CANGKANG KERANG BULU (Anadara antiquata) SKRIPSI SRI ANUGRAH WATI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI LIMBAH CANGKANG KERANG BULU (Anadara antiquata) SKRIPSI SRI ANUGRAH WATI SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI LIMBAH CANGKANG KERANG BULU (Anadara antiquata) SKRIPSI SRI ANUGRAH WATI 100801026 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ampas Tebu Ampas tebu adalah bahan sisa berserat dari batang tebu yang telah mengalami ekstraksi niranya pada industri pengolahan gula pasir. Ampas tebu juga dapat dikatakan

Lebih terperinci

SINTESIS HIDROKSIAPATIT DARI TULANG SAPI DENGAN METODE BASAH- PENGENDAPAN ABSTRAK ABSTRACT

SINTESIS HIDROKSIAPATIT DARI TULANG SAPI DENGAN METODE BASAH- PENGENDAPAN ABSTRAK ABSTRACT KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol. 1, No. 1, pp. 92-97, UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received 13 March 2014, Accepted 18 March 2014, Published online 18 March 2014 SINTESIS HIDROKSIAPATIT DARI TULANG SAPI DENGAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 2. TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN 2. TINJAUAN PUSTAKA 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan pada organ tulang merupakan masalah kesehatan yang serius karena tulang merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting bagi manusia. Betapa pentingnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu : preparasi sampel dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DENGAN POROGEN KITOSAN DAN KARAKTERISASINYA

SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DENGAN POROGEN KITOSAN DAN KARAKTERISASINYA SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DENGAN POROGEN KITOSAN DAN KARAKTERISASINYA (SYNTHESIS OF HYDROXYAPATITE POROUS WITH CHITOSAN POROGEN AND ITS CHARACTERIZATION) Sulistioso GS 1, Deswita 1, Armi Wulanawati

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) (www.fda.gov).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) (www.fda.gov). pati. Selanjutnya, pemanasan dilanjutkan pada suhu 750 ºC untuk meningkatkan matriks pori yang telah termodifikasi. Struktur pori selanjutnya diamati menggunakan SEM. Perlakuan di atas dilakukan juga pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan periodontal, yaitu jaringan yang menghubungkan antara gigi dan tulang alveolar. Di Indonesia, penyakit

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 10 bulan, yaitu pada bulan Februari 2015 hingga bulan Desember 2015. Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu Laboratorium

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di lab. Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian 28 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terbagi dalam empat tahapan kerja, yaitu : Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan film tipis ZnO yang terdiri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan data di Asia, Indonesia adalah negara dengan jumlah penderita patah tulang tertinggi. Pada tahun 2015 RS. Orthopedi Prof. Dr. Soeharso terdapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 - Juni 2011 di Laboratorium Biofisika dan Laboratorium Fisika Lanjut, Departemen Fisika IPB.

Lebih terperinci

Bab III Metoda Penelitian

Bab III Metoda Penelitian 28 Bab III Metoda Penelitian III.1 Lokasi Penelitian Sintesis senyawa target dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik dan Laboratorium Kimia Fisik-Material Departemen Kimia, Pengukuran fotoluminesens

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR AYAM RAS (Gallus gallus) MENGGUNAKAN METODE PENGENDAPAN BASAH

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR AYAM RAS (Gallus gallus) MENGGUNAKAN METODE PENGENDAPAN BASAH UNESA Journal of Chemistry, Vol. 6, No. 2, May 2017 SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR AYAM RAS (Gallus gallus) MENGGUNAKAN METODE PENGENDAPAN BASAH SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION

Lebih terperinci

Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Binawidya Jl. HR Subrantas Km 12,5 Pekanbaru ABSTRACT

Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Binawidya Jl. HR Subrantas Km 12,5 Pekanbaru ABSTRACT APLIKASI SHRINKING CORE MODEL PADA SINTESIS HIDROKSIAPATIT DARI KULIT KERANG DARAH (Anadara granosa) DENGAN MENGGGUNAKAN METODE HIDROTERMAL SUHU RENDAH Ervina 1, Ahmad Fadli 2, Idral Amri 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 Penganalisa Ukuran Partikel (PSA) (Malvern 2012) Analisis ukuran partikel, pengukuran ukuran partikel, atau hanya ukuran partikel adalah nama kolektif prosedur teknis, atau teknik laboratorium yang

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT (HAp) DARI KULIT KERANG DARAH (Anadara granosa) DENGAN PROSES HIDROTERMAL

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT (HAp) DARI KULIT KERANG DARAH (Anadara granosa) DENGAN PROSES HIDROTERMAL SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT (HAp) DARI KULIT KERANG DARAH (Anadara granosa) DENGAN PROSES HIDROTERMAL Mukhlis Khoirudin, Yelmida, dan Zultiniar Laboratorium Teknik Reaksi Kimia Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental dan pembuatan keramik film tebal CuFe 2 O 4 dilakukan dengan metode srcreen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

SINTESIS DAN PENCIRIAN HIDROKSIAPATIT DARI LIMBAH CANGKANG KERANG HIJAU DENGAN METODE KERING CHAECAR HIMAWAN SISWANTO

SINTESIS DAN PENCIRIAN HIDROKSIAPATIT DARI LIMBAH CANGKANG KERANG HIJAU DENGAN METODE KERING CHAECAR HIMAWAN SISWANTO SINTESIS DAN PENCIRIAN HIDROKSIAPATIT DARI LIMBAH CANGKANG KERANG HIJAU DENGAN METODE KERING CHAECAR HIMAWAN SISWANTO DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

OBSERVASI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG TERBUAT DARI CANGKANG TELUR AYAM KAMPUNG DAN AYAM RAS CUCU CAHYATI

OBSERVASI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG TERBUAT DARI CANGKANG TELUR AYAM KAMPUNG DAN AYAM RAS CUCU CAHYATI i OBSERVASI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG TERBUAT DARI CANGKANG TELUR AYAM KAMPUNG DAN AYAM RAS CUCU CAHYATI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. fosfat dan kalsium hidroksida (Narasaruju and Phebe, 1996) dan biasa dikenal

I. PENDAHULUAN. fosfat dan kalsium hidroksida (Narasaruju and Phebe, 1996) dan biasa dikenal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biokeramik hidroksiapatit adalah keramik berbasis kalsium fosfat dengan rumus kimia ( ) ( ), yang merupakan paduan dua senyawa garam trikalsium fosfat dan kalsium hidroksida

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Anorganik Program Studi Kimia ITB. Pembuatan pelet dilakukan di Laboratorium Kimia Organik dan di Laboratorium Kimia Fisik

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat - Panci tahan panas Cosmo - Cawan porselen - Oven Gallenkamp - Tanur Thermolyne - Hotplate stirrer Thermo Scientific - Magnetic bar - Tabung reaksi - Gelas ukur Pyrex

Lebih terperinci

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar dilapisi bahan konduktif terlebih dahulu agar tidak terjadi akumulasi muatan listrik pada permukaan scaffold. Bahan konduktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon. Permukaan scaffold diperbesar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomassa, Lembaga Penelitian Universitas Lampung. permukaan (SEM), dan Analisis difraksi sinar-x (XRD),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2014 sampai November 2014 di laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas Lampung, Kalsinasi di

Lebih terperinci

SINTESIS HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG KERANG KEPAH (Polymesoda erosa) DENGAN VARIASI WAKTU PENGADUKAN

SINTESIS HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG KERANG KEPAH (Polymesoda erosa) DENGAN VARIASI WAKTU PENGADUKAN JKK,Tahun 2014,Volum 3(1), halaman 22-26 ISSN 2303-1077 SINTESIS HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG KERANG KEPAH (Polymesoda erosa) DENGAN VARIASI WAKTU PENGADUKAN Rini Purwo Ningsih 1*, Nelly Wahyuni 1, Lia

Lebih terperinci

STUDI PENGUJIAN SEM DAN EDX HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG DENGAN 0

STUDI PENGUJIAN SEM DAN EDX HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG DENGAN 0 TUGAS AKHIR STUDI PENGUJIAN SEM DAN EDX HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG DENGAN 0.5 M DIAMONIUM HIDROGEN FOSFAT SEBELUM DAN SESUDAH KALSINASI DAN SINTERING Disusun : AMIN MUSTOFA NIM : D 200 05

Lebih terperinci

KAJIAN STRUKTUR DAN MORFOLOGI HIDROKSIAPATIT YANG DISINTESIS MENGGUNAKAN METODE HIDROTERMAL BAGOES PERMADA

KAJIAN STRUKTUR DAN MORFOLOGI HIDROKSIAPATIT YANG DISINTESIS MENGGUNAKAN METODE HIDROTERMAL BAGOES PERMADA KAJIAN STRUKTUR DAN MORFOLOGI HIDROKSIAPATIT YANG DISINTESIS MENGGUNAKAN METODE HIDROTERMAL BAGOES PERMADA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material dan Laboratorium Kimia Instrumentasi FMIPA Universitas

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 1. Hydroxyapatite

BAB II TEORI DASAR. 1. Hydroxyapatite BAB II TEORI DASAR 1. Hydroxyapatite Apatit adalah istilah umum untuk kristal yang memiliki komposisi M 10 (ZO 4 ) 6 X 2. Unsur-unsur yang menempati M, Z dan X ialah: (Esti Riyani.2005) M = Ca, Sr, Ba,

Lebih terperinci

Sintesis dan Karakterisasi Bone Graft dari Komposit Hidroksiapatit/Kolagen/Kitosan (HA/Coll/Chi) dengan Metode Ex-Situ sebagai Kandidat Implan Tulang

Sintesis dan Karakterisasi Bone Graft dari Komposit Hidroksiapatit/Kolagen/Kitosan (HA/Coll/Chi) dengan Metode Ex-Situ sebagai Kandidat Implan Tulang Sintesis dan Karakterisasi Bone Graft dari Komposit Hidroksiapatit/Kolagen/Kitosan (HA/Coll/Chi) dengan Metode Ex-Situ sebagai Kandidat Implan Tulang Synthesis and Characteritation of Bone Graft from Hydroxyapatite/Collagen/Chitosan

Lebih terperinci

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 3 Pendahuluan ZnO merupakan bahan semikonduktor tipe-n yang memiliki lebar pita energi 3,37 ev pada suhu ruang dan 3,34 ev pada temperatur rendah dengan nilai

Lebih terperinci