BAB 2 LANDASAN TEORI
|
|
- Doddy Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Pola Asuh Definisi Pola Asuh Menurut Santrock (2007:163), pola asuh merupakan suatu cara atau metode pengasuhan yang digunakan para orang tua untuk mendidik anakanaknya menjadi pribadi yang dewasa secara sosial. Orang tua yang mengasuh anaknya dengan baik akan memberikan teladan yang baik juga terhadap anaknya. Hal itu terjadi karena secara sadar atau tidak sadar, perilaku orang tua lebih banyaknya akan ditiru oleh anaknya baik secara langsung, maupun tidak langsung. Sosok orang tua merupakan sosok yang paling dekat dengan anak sehingga anak akan cepat mengikuti tingkah laku orang tua. Seperti yang dikatakan Hurlock yang menyatakan bahwa perlakuan orang tua terhadap anak akan mempengaruhi sikap anak dan perilakunya. Adanya pola asuh atau pengasuhan yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya diharapkan mampu membentuk kepribadian anak dalam bersosialisasi. Dalam masyarakat Jepang, mengasuh anak dikenal dengan istilah Ikuji. Kata Ikuji terdiri dari dua kanji, yaitu 育 (iku) yang artinya membesarkan atau mengasuh, serta kanji 児 (ji) artinya anak (Nelson, 2008:114, 168) Jenis-Jenis Pola Asuh Menurut Reiko, Setsuko dan Nachiko (2008:36), di Jepang terdapat kriteria utama dalam pengasuhan anak yaitu: a. Besarnya peran ibu Besarnya peran ibu di Jepang dipengaruhi oleh kepercayaan terhadap mitos San Sai Ji Shinwa, yang mengatakan jika anak yang berusia sampai tiga tahun akan mengalami dampak negatif pada proses pertumbuhannya jika tidak diasuh oleh ibu. Oleh karena itu, dengan adanya kepercayaan terhadap mitos tersebut, membuat sosok ibu berperan besar dalam pengasuhan anak. Selain itu besarnya peran ibu 9
2 10 membuat sosok ayah tidak berpengaruh besar terhadap anak sehingga menyebabkan kurangnya kedekatan antara ayah dan anak. b. Ayah tidak banyak terlibat dalam pengasuhan Sebelumnya peran ayah di Jepang yaitu sebagai pencari nafkah dan mendidik anak anaknya. Namun, peran ayah mengalami perubahan bersamaan dengan berkembangnya keluarga modern di Jepang. Selain itu, pandangan mengenai wanita juga mengalami perubahan, seperti peran wanita sebagai ibu yang bertanggung jawab dalam mendidik anak anaknya atau lebih dikenal dengan sebutan kyouiku mama. Dari hal tersebut, peran ayah hanya sebagai pencari nafkah sehingga tidak terlibat dalam pengasuhan anak. Kurangnya keterlibatan sosok ayah dalam pengasuhan anak membuat ayah tidak mengetahui banyak hal yang dibutuhkan oleh anak, misalnya kasih sayang. c. Dalam mengasuh anak kurang mendapat dukungan dari keluarga Ibu sebagai sosok yang mempunyai peran besar menjadikan dirinya sebagai satu satunya sosok yang bertanggung jawab dalam mengasuh anak. Hal ini menyebabkan dalam pengasuhan anak sosok ibu kurang mendapat dukungan dari sang ayah atau keluarga lainnya. d. Kurangnya penggunaan jasa pembantu rumah tangga Pada umumnya orang Jepang tidak menggunakan jasa pembantu rumah tangga untuk membantu mereka. Hal ini dikarenakan orang Jepang beranggapan jika dalam pengasuhan anak merupakan tanggung jawab mereka, bukan tanggung jawab pembantu. e. Pada kedua orang tuanya yang bekerja, fasilitas houikuen berperan sampai batas waktu tertentu Houikuen merupakan fasilitas penitipan anak yang biasa digunakan oleh para orang tua Jepang yang bekerja. Anak anak yang dititipkan di houikuen diasuh oleh pengasuh di tempat tersebut. Oleh karena itu, orang tua tidak begitu banyak berperan dalam mengasuh anak dalam hal ini. Menurut Baumrind dalam Shaffer (2008:376), terdapat empat macam pola asuh orang tua, yaitu:
3 11 1. Pola Asuh Otoriter Pola asuh otoriter merupakan salah satu dari ketiga pola pengasuhan yang dikemukakan oleh Diana Baumrind. Orang tua dengan pola asuh ini lebih memberikan banyak aturan yang sangat ketat dan mengharapkan anaknya agar mematuhi peraturan yang diberikannya. Pola asuh orang tua otoriter ini jarang memberikan penjelasan kepada anak mereka dalam mematuhi peraturan yang telah diberikan. Selain itu, pada pola asuh ini, orang tua lebih memberikan hukuman dan taktik yang kuat, seperti kekuasaan sehingga anak menjadi patuh terhadap orang tua. Pada pola asuh ini, orang tua sensitif terhadap hal yang bertentangan dengan keinginan mereka sehingga jika anak tidak mematuhi aturan akan diberikan hukuman. 2. Pola Asuh Demokratis Pada pola asuh ini, orang tua tetap membuat tuntutan atau permintaan untuk anak mereka. Tetapi orang tua pada pola asuh ini lebih bersifat waspada, seperti memberikan alasan kepada anak dalam mematuhi aturan yang diberikannya, dan memastikan bahwa anak mereka dapat mengikuti aturan tersebut. Selain itu, orang tua lebih menerima dan responsif dibandingkan pada pola asuh otoriter. Orang tua demokratis memberikan kesempatan untuk anak dalam pengambilan keputusan keluarga dan berpendapat. Orang tua demokratis juga melakukan kontrol secara rasional, dengan cara yang mengakui dan menghormati perspektif anak-anak mereka. Orang tua yang responsif terhadap anak dapat dilihat dari sikapnya yang bersedia mendengar pertanyaan dari anak. Ketika anak gagal dalam memenuhi harapannya, orang tua memilih untuk memaafkan daripada menghukum anaknya. 3. Pola Asuh Permisif Pola asuh permisif merupakan jenis pola asuh yang memberikan sedikit tuntutan dan mengizinkan anak-anak mereka untuk bebas mengekpresikan perasaan dan impuls mereka. Selain itu, orang tua dengan pola pengasuhan seperti ini tidak memantau kegiatan anak- anak mereka dan jarang melakukan kontrol yang kuat terhadap perilaku anak mereka. Orang tua ini juga jarang mendisiplinkan anak-anak mereka serta antara orang tua dan anak kurang adanya komunikasi.
4 12 4. Pola Asuh Penelantaran Pola asuh penelantaran atau tidak terlibat adalah jenis pola asuh orang tua yang tidak memperdulikan anak secara fisik maupun psikis. Orang tua dengan pola asuh ini lebih menolak anak dan tidak punya waktu dan energi untuk mengasuh dan membesarkan anak mereka (Maccoby dan Martin dalam Shaffer, 2008:378). Orang tua tersebut lebih mementingkan dirinya atau pekerjaaannya dibandingkan dengan keadaan anak mereka. Orang tua tetap memberikan beberapa tuntutan namun komunikasi orang tua terhadap anak lebih sedikit dan tanggapan mereka rendah. Orang tua masih memenuhi kebutuhan dasar anak, tapi mereka tidak memperdulikan kehidupan anak mereka Pengaruh Pola Asuh Terhadap Anak Menurut Baumrind 1. Pola Asuh Otoriter Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua dengan pola asuh otoriter cenderung menjadi anak yang mudah murung, tidak bahagia dengan keadaannya, mudah kesal, dan tidak ramah terhadap orang-orang disekitarnya. Selain itu, mereka merasa tidak senang bila berada di lingkungan, dan mereka umumnya tidak memiliki tujuan hidup. Hal tersebut disebabkan oleh orang tua yang memberikan aturan ketat kepada mereka, dan mengharapkan mereka mematuhi aturan itu. Namun terdapat pengaruh positif dari pola asuh ini, yaitu dengan adanya aturan ketat, anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang taat dan mahir. 2. Pola Asuh Demokratis Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua dengan pola asuh demokratis memiliki perkembangan sosial yang baik, seperti adanya keceriaan atau kebahagiaan, bertanggung jawab, mandiri, berprestasi, dan kooperatif baik dengan teman, maupun orang lain. Anak-anak yang diasuh secara demokratis ini juga menunjukkan orisinalitas dalam berpikir, memiliki motivasi yang tinggi untuk berprestasi, menyukai tantangan intelektual, dan memiliki keterampilan sosial seperti bergaul dengan orang lain dan aktif berpastisipasi dalam kelompok.
5 13 3. Pola Asuh Permisif Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua dengan pola asuh permisif cenderung bersikap agresif dan impulsif. Selain itu, anak tersebut juga tidak terampil dalam pergaulan dengan teman atau sekitarnya. Mereka yang diasuh dengan pola asuh permisif menjadi anak yang kurang bahagia, tidak bisa mengatur diri, dan cenderung bermasalah dengan teman atau orang lain. Untuk anak laki-laki, anak tersebut akan menjadi sosok yang suka memerintah, mau menang sendiri, kontrol diri yang rendah, egois, tidak mandiri dan berprestasi di sekolah. 4. Pola Asuh Penelantaran Anak- anak yang dibesarkan oleh orang tua dengan pola asuh penelantaran atau ketidaklibatan ini cenderung menjadi pribadi yang kurang bisa mengontrol diri, memiliki harga diri yang rendah, dan kurang kompeten dibandingkan dengan teman-temannya (Maccoby dan Martin dalam Shaffer, 2008:378). Harga diri rendah merupakan perasaan seseorang yang berpikir negatif terhadap dirinya sendiri, tidak percaya diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung, dan menarik diri secara sosial. 2.2 Teori Fathering Perceraian merupakan hal yang sulit bagi setiap keluarga, terutama pada pasangan itu sendiri. Ketika pasangan memutuskan untuk berpisah, hal yang menjadi masalah tidak hanya kesejahteraan anak saja, namun juga peran orang tua itu sendiri. Orang tua yang mendapat hak asuh anak harus berperan ganda. Orang tua tunggal selain bertugas dalam mengurus anak, ia juga harus mencari nafkah. Peran orang tua tunggal lebih sering ditujukan kepada sosok perempuan daripada laki-laki. Namun banyak juga sosok laki-laki yang menjadi ayah tunggal. Seperti halnya di negara Jepang, selain ibu tunggal, terdapat pula ayah tunggal. Seiring dengan meningkatnya tingkat perceraian, maka jumlah orang tua tunggal meningkat di Jepang. Menurut kementerian dalam negeri dan komunikasi, dari tahun 2005 sampai tahun 2010, keluarga yang terdiri dari ayah tunggal meningkat tajam, dari jumlahnya yang mencapai orang meningkat menjadi orang (Krieger, 2012).
6 14 Peran ayah dalam keluarga dikenal dengan istilah Fathering, yaitu suatu peran yang dilakukan seorang ayah dalam memberikan pengarahan kepada anak menjadi sosok yang lebih dewasa dan mandiri baik secara fisik, maupun biologis. Di Jepang, terdapat organisasi peran ayah yang didirikan pada tahun Organisasi ini bertujuan untuk membantu ayah yang berperan dalam mengurus dan membesarkan anak-anaknya. Organisasi ini bernama Not Profit Organizations (NPO), didirikan pada tahun Berdasarkan hasil dari organisasi tersebut, ayah Jepang dapat berinteraksi dengan anak-anak mereka, seperti dengan memberikan dorongan, pujian serta emosi yang positif terhadap anaknya dibandingkan dengan ayah Jepang yang tidak menjadi anggota NPO. Menurut Berk (2009), kesediaan ayah dalam tanggung jawab kepada keluarga merupakan faktor yang penting. In dual earner families, the father s willingness to share responsibilities is a crucial factor. If he is uninvolved, the mother will carry a double load, at home, and work, which leads to fatigue, distress, and little time and energy for children Terjemahan : Dalam keluarga dengan dua pencari nafkah, kesediaan bapak untuk berbagi tanggung jawab merupakan faktor penting. Jika dia tidak terlibat, ibu akan membawa beban ganda, di rumah, dan bekerja sehingga menyebabkan kelelahan, kesulitan serta sedikit waktu dan energi untuk anak-anak. Oleh karena itu, dengan adanya kesediaan ayah membuat hubungan antara ayah dan anak menjadi lebih harmonis. Selain itu, antara suami dan istri harus ada kerja sama dalam mengurus dan membesarkan anak. Pentingnya kesediaan ayah dalam tanggung jawab juga disebutkan oleh Ishii Kuntz yang membahas mengenai faktor yang mempengaruhi keterlibatan ayah dalam tanggung jawab pengasuhan. Menurut Ishii Kuntz (2009:17), faktor yang mempengaruhi keterlibatan ayah Jepang dalam tanggung jawab pengasuhan anak, yaitu: a. Ketersediaan waktu b. Sumber daya relatif antara suami dan istri
7 15 c. Ideologi gender d. Identitas ayah e. Jaringan dukungan keluarga, kerabat dan teman-teman f. Tuntutan rumah tangga g. Keterampilan perawatan anak dan standar. 2.3 Teori Single Parent Single Parent merupakan istilah bahasa asing yang sering disebut banyak orang kepada orang tua tunggal yang membesarkan anaknya sendiri tanpa adanya pasangan hidup. Menurut Algozzine dan Ysseldyke dalam Duncan (2014) single parent didefinisikan dengan istilah single parenting yaitu: Single parenting means one person managing the affairs of a family without the benefit of a partner. It happens when a spouse is away for an extended period of time (e.g., in military service), when a family experiences a divorce, when parents do not marry and one parent chooses to raise children, or when a spouse dies. Single parenting is common and accepted in today s society. Single parents face many concerns that are often economic, social, emotional, and practical in nature. Terjemahan: Orang tua tunggal berarti seseorang yang mengelola urusan keluarga tanpa manfaat/bantuan pasangan. Ini terjadi ketika pasangan sedang pergi untuk jangka waktu tertentu (misalnya, dalam dinas militer), ketika sebuah keluarga mengalami perceraian, ketika orang tua tidak menikah dan satu orang tua memilih untuk membesarkan anak-anak, atau ketika pasangan meninggal. Orang tua tunggal merupakan hal yang umum dan diterima di masyarakat saat ini. Orang tua tunggal menghadapi banyak masalah yang kebanyakan seputar ekonomi, sosial, emosional, dan sifat. Menurut Algozzine dan Ysseldyke dalam Duncan (2014) secara umum peran sebagai single parent tetap diterima oleh masyarakat, menjadi seorang
8 16 single parent merupakan hal yang tidak mudah karena banyak masalah yang harus dihadapi di kemudian hari seperti masalah sosial, emosional dan ekonomi. Di Jepang, beberapa tahun belakangan ini keluarga dengan orang tua tunggal mengalami kenaikan. Menurut Departemen Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan Jepang dalam Hiranuma (2011:51) yang melakukan penyelidikan pada tahun 2003, disimpulkan bahwa peran ibu tunggal dan ayah tunggal meningkat 28,3 % dan 6,4%. Namun penelitian mengenai peran ibu tunggal lebih banyak dipelajari dibandingkan dengan peran ayah tunggal di Jepang. Peran ayah yang membesarkan anak sebagai pengasuh utama mendapat kesulitan dalam membesarkan anak yang seperti ibu lakukan. Selain itu, kesulitan juga terjadi pada saat penyesuaian kerja, dan hal itu menimbulkan bebagai macam masalah. Pada situasi seperti ini, peran ayah tunggal membutuhkan pemahaman dan kerja sama dari orang-orang yang terlibat pada kehidupannya. Menurut Hiranuma (2011:52) yang meneliti tentang single father menyimpulkan beberapa masalah yang dihadapi oleh ayah tunggal, yaitu: 1) Kehidupan dan pengasuhan anak Dari wawancara terhadap ayah tunggal, ditunjukan adanya beban mental dan fisik yang terjadi, seperti halnya ayah harus menanggung kestabilan finansial. Selain itu, ayah berperan ganda dalam membesarkan anak dan pekerjaan rumah tangga. Kemudian berdasarkan catatan seorang ayah tunggal, walaupun ayah menghadapi berbagai kesulitan, peran dalam mengasuh anak dapat memberikan dampak positif bagi ayah. Hal itu terlihat pada ayah tunggal yang mampu menyeimbangkan antara pekerjaan, rumah tangga, dan pengasuhan anak, adanya perkembangan pada rasa tanggung jawab ayah sebagai orang tua. 2) Anak-anak Dalam mengasuh anak, orang tua tunggal merasa khawatir terhadap masalah pendidikan dari usia kanak-kanak sampai remaja. Selain itu, orang tua tunggal juga merasa khawatir terhadap masa depan dari anaknya. 3) Dukungan Dalam pengasuhan anak sebagai ayah tunggal, diperlukan pemahaman dan kerja sama di sekitarnya. Oleh karena itu, orang tua yang mengasuh anak perlu mendapatkan keterlibatan dan dukungan dari keluarga ayah tunggal.
9 17 Dalam menyikapi masalah yang dihadapi para ayah tunggal diperlukan adanya solusi. Oleh karena itu, jika ayah tunggal dapat menghadapi masalah sebagai orang tua tunggal, maka dia sukses dalam mengasuh anak. Menurut Duncan (2014), karakteristik orang tua tunggal yang sukses dalam membesarkan anaknya adalah: a. Tanggung jawab: Orang tua tunggal yang sukses dapat dilihat dari penerimaan akan tanggung jawab dalam mengasuh anak mereka. b. Masalah: Orang tua tunggal yang sukses dapat dilihat dari orang tua yang dapat menemukan solusi untuk memecahkan suatu masalah tanpa membesarkan atau mengecilkan masalah tersebut. c. Kenali kesulitan: Tanpa mengasihani diri sendiri atau kepahitan, orang tua tunggal yang sukses dapat menerima pengorbanan yang akan mereka lakukan kepada anak-anak mereka. d. Komitmen: Orang tua tunggal yang sukses dapat dilihat dari prioritas yang diutamakan adalah anak-anak mereka. e. Komunikasi: Orang tua tunggal yang sukses dapat dilihat dari komunikasi yang dilakukan dengan anak sehingga anak menjadi orang yang ekspresif dan terbuka terhadap mereka. f. Mengurus diri sendiri: Orang tua tunggal yang sukses dapat dilihat dari kesadaran mengenai kesehatan fisik dan emosional dirinya snediri. g. Dorongan: Orang tua yang sukses dalam mengasuh anaknya dapat dilihat dari adanya dorongan yang diberikan kepada anak untuk membangun hubungan yang baik dengan anggota keluarga yang lain. h. Waktu: Orang tua tunggal yang sukses dapat dilihat dari pemanfaatan waktu bersama dengan anak-anak mereka. Orang tua mengetahui bahwa waktu berkumpul bersama anak selalu lebih baik daripada memberikan barang- barang.
10 18
BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan
BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengasuh anak merupakan tugas orang tua dalam sebuah keluarga yang berada di lingkungan masyarakat. Di dalam keluarga merupakan tempat utama, dimana anak berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan single parent adalah perempuan yang telah bercerai dengan pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi, membimbing, dan merawat
Lebih terperinciPEMECAHAN MASALAH PADA WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL S K R I P S I
PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL S K R I P S I Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh: ARTANTO RIDHO LAKSONO F 100
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan pada Remaja yang dibesarkan oleh OrangTua Tunggal
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan pada Remaja yang dibesarkan oleh OrangTua Tunggal 1. Kebahagiaan a. Pengertian Kebahagiaan Aprilianto (2008) mengungkapkan bahwa bahagia adalah kondisi internal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam masyarakat, seorang remaja merupakan calon penerus bangsa, yang memiliki potensi besar dengan tingkat produktivitas yang tinggi dalam bidang yang mereka geluti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan kearah yang lebih baik tetapi perubahan ke arah yang semakin buruk pun terus berkembang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas hidup anak yang diwakili oleh dimensi pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan cerminan kualitas bangsa dan peradaban dunia. Pertumbuhan anak, dapat dilihat dari
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pola Asuh a. Pengertian Pola Asuh Orang tua hendaknya selalu memberikan kasih sayang kepada anaknya. Yusuf (2010:37) menyatakan bahwa orang tua bertanggung jawab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkawinan pria dan wanita. Menurut data statistik yang didapat dari BKKBN,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti menginginkan memiliki keluarga yang bahagia. Menurut Sigmund Freud, pada dasarnya keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self regulated learning. (Najah, 2012) mendefinisikan self regulated learning adalah proses aktif dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self regulated learning 1. Pengertian Self regulated learning Menurut Zimmerman dan Martinez-Pons (1990) self regulated learning adalah tingkatan dimana partisipan secara aktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, seiring harapan untuk memiliki anak dari hasil pernikahan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa menjadi orang tua merupakan masa yang alamiah terjadi dalam kehidupan seseorang, seiring harapan untuk memiliki anak dari hasil pernikahan. Menjadi orangtua membutuhkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Santrock, 2012). Remaja merupakan usia
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama (Sugono, 2008). Menurut pendapat Anastasia (2007:
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Dinamika Personal Growth periode anak anak dewasa muda pada individu yang mengalami masa perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa kehidupan yang penting dalam rentang hidup manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional (Santrock,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Gaya Pengasuhan. Gaya pengasuhan atau yang dalam istilah lain disebut parenting style
BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Gaya Pengasuhan A. Gaya Pengasuhan Gaya pengasuhan atau yang dalam istilah lain disebut parenting style terjadi dalam sebuah keluarga. Keluarga adalah lembaga pertama
Lebih terperinciHASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi
43 HASIL Karakteristik Keluarga Tabel 20 menunjukkan data deskriptif karakteristik keluarga. Secara umum, usia suami dan usia istri saat ini berada pada kategori dewasa muda (usia diatas 25 tahun) dengan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1. Pengertian Motivasi Berprestasi Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi adalah penting karena dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Impian setiap pasangan adalah membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Dalam menjalani rumah tangga setiap pasangan pasti memiliki berbagai keinginan yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas
Lebih terperinciV. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dari hasil analisis distribusi frekuensi tentang perhatian ibu single parent yang
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data pembahasan hasil penelitian khususnya analisis data seperti yang telah diuraikan dalam pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Emosi Chaplin (2011) mengartikan kematangan (maturation) sebagai: (1) perkembangan, proses mencapai kemasakan/usia masak, (2) proses perkembangan, yang dianggap berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri kehidupan. Komitmen laki-laki dan perempuan untuk menjalani sebagian kecil
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak
7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang
Lebih terperinciPERAN KELUARGA STRATEGIS DAN KRUSIAL
PERAN KELUARGA STRATEGIS DAN KRUSIAL Belum memiliki budi pekerti tertentu, belum memiliki bentuk jiwa yang tetap dan masih bersifat global. Anak masih mudah menerima pengaruh dari lingkungan POTENSI KELUARGA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman yang bertambah modern ini nilai-nilai yang bersifat baik atau nilai moral menjadi semakin berkurang didalam kehidupan bermasyarakat. Pergaulan yang salah dan terlalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran dan fungsi ibu dalam kehidupan seorang anak sangat besar. Anak akan lebih merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal dengan berbagai macam penyebab yang berbeda. Tidak ada ibu rumah tangga yang menginginkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Di dalam keluarga inti, khususnya orang tua berperan penuh dalam proses tumbuh kembang anak melalui pemberian hak pengasuhan secara optimal. Hak-hak tersebut
Lebih terperinciPOLA ASUH KELUARGA BROKEN HOME DALAM PROSES PERKEMBANGAN ANAK DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN MADIUN, KABUPATEN MADIUN ABSTRAK
1 POLA ASUH KELUARGA BROKEN HOME DALAM PROSES PERKEMBANGAN ANAK DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN MADIUN, KABUPATEN MADIUN ABSTRAK Oleh: Santi Puspita Sari dan Poerwanti Hadi Pratiwi, M.Si Keluarga tidak akan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap makhluk hidup didunia memiliki keinginan untuk saling berinteraksi. Interaksi social yang biasa disebut dengan proses sosial merupakan syarat utama terjadinya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara berpikir remaja mengarah pada tercapainya integrasi dalam hubungan sosial (Piaget dalam Hurlock, 1980).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh tertentu. Penggunaan pola asuh ini memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap
Lebih terperinciBAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor
BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT 6.1 Pendahuluan Fenomena work-family conflict ini juga semakin menarik untuk diteliti mengingat banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan, baik terhadap wanita dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang giatgiatnya membangun. Agar pembangunan ini berhasil dan berjalan dengan baik, maka diperlukan partisipasi
Lebih terperinciSM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA
1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Pada tahun 1980-an di Amerika setidaknya 50 persen individu yang lahir menghabiskan sebagian masa remajanya pada keluarga dengan orangtua tunggal dengan pengaruh
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu
BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan individu dan sudah pasti tidak dapat dipisahkan. Secara umum, keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN
HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONTEKS MASALAH Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Kita mengetahui bahwa manusia merupakan makhluk yang
Lebih terperinciS A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y
PERKEMBANGAN SOSIAL : KELUARGA S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y PENGANTAR Keluarga adalah tempat dan sumber perkembangan sosial awal pada anak Apabila interaksi yang terjadi bersifat intens maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluarga juga tempat dimana anak diajarkan paling awal untuk bergaul dengan orang lain.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu tempat dimana anak bersosialisasi paling awal, keluarga juga tempat dimana anak diajarkan paling awal untuk bergaul dengan orang lain. Keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan jenjang awal pembentukan masyarakat, dari suatu parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di dalamnya akan lahir
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan
BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan kemudian dipertahankan oleh individu dalam memandang dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil dalam masyarakat, tetapi menempati kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear
Lebih terperinciNur Isma Pendidikan Sosiologi FIS-UNM
PERANAN ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT) DALAM PENDIDIKAN MORAL ANAK (STUDI KASUS DELAPAN ORANG AYAH DI DESA SONGING KECAMATAN SINJAI SELATAN KABUPATEN SINJAI) Nur Isma Pendidikan Sosiologi FIS-UNM ABSTRAK
Lebih terperinciPERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK UNTUK MEWUJUDKAN KELUARGA SEJAHTERA
BAB II PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK UNTUK MEWUJUDKAN KELUARGA SEJAHTERA 2.1 Keluarga Sejahtera Secara tradisional, keluarga diartikan sebagai dua atau lebih orang yang dihubungkan dengan pertalian
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Keluarga adalah institusi pertama yang dibangun, ditetapkan dan diberkati Allah. Di dalam institusi keluarga itulah ada suatu persekutuan yang hidup yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Beban Pengasuhan Orang Tua Kepada Anak Intellectual Disability
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Beban Pengasuhan Orang Tua Kepada Anak Intellectual Disability Beban pengasuhan orang tua dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dirasakan orang tua akibat
Lebih terperinciMenurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia
57 PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan menikah dan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah. Penelitian ini dilakukan pada keluarga yang memiliki anak
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL ANAK DI DESA WONOSARI KECAMATAN KARANGANYAR
BAB IV ANALISIS PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL ANAK DI DESA WONOSARI KECAMATAN KARANGANYAR Atas dasar hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab tiga, maka akan dilakukan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Interaksi Ayah-Anak
TINJAUAN PUSTAKA Interaksi Ayah-Anak Dalam kehidupan berkeluarga, ayah biasanya diidentikkan sebagai orang tua yang banyak meninggalkan rumah, menghukum, mempunyai pengetahuan yang lebih luas, berkedudukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses pematangan dan belajar (Wong, 1995) fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman pertumbuhan dan perkembangan anak diperlukan suatu kepekaan terhadap kebutuhan anak, karena dengan kepekaan tersebut pemahaman dapat mudah diperoleh. Pertumbuhan
Lebih terperinciFENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Banyak di tayangkan kasus kekerasan rumahtangga yang di lakukan baik ayah kepada anak, suami kepada istri, istri kepada suami yang mengakibatkan penganiyayaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit terkecil masyarakat yang terjalin hubungan darah, ikatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal ini di jelaskan dalam Al-Qur an : Kami telah menjadikan kalian berpasang-pasangan (QS.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, ilmu psikologi lebih menekankan kepada aspek pemecahan masalah yang dialami individu dan cenderung lebih memusatkan perhatian kepada sisi negatif perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tantangan pembangunan dimasa yang akan datang. Pembentukan sumber daya. yang saling berhubungan dalam pembentukan kualitas manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara yang maju, kuat dan makmur tidak hanya membutuhkan kekayaaan alam yang banyak dan pemimpin yang hebat, tetapi yang terpenting adalah sumber daya manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Formal Ibu 1. Pengertian Ibu Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada pada diri anaknya dalam hal mengasuh, membimbing dan mengawasi
Lebih terperinciSTRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI
STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Noorfi Kisworowati F 100 050 234
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.
Lebih terperinciBABI. Kehidupan modem saat ini belum memungkinkan orangtua. sepenuhnya mencurahkan perhatian kepada anak. Kebutuhan ekonomi
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan modem saat ini belum memungkinkan orangtua sepenuhnya mencurahkan perhatian kepada anak. Kebutuhan ekonomi memaksa orangtua lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi wanita yang berada di bawah bayang-bayang pria, dewasa ini telah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi wanita yang berada di bawah bayang-bayang pria, dewasa ini telah sangat asing terdengar. Sejak tercetusnya gerakan emansipasi wanita oleh R.A Kartini
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
47 BAB V HASIL PENELITIAN A. Analisis Data 1. Uji Asumsi Uji asumsi merupakan uji data pertama yang dilakukan sebelum menggunakan teknik analisis korelasi product moment untuk menguji hipotesis. Uji asumsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakter setiap manusia. John Dewey (Hasbullah, 2005:2) mengatakan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan modal dasar pertumbuhan dan perkembangan karakter setiap manusia. John Dewey (Hasbullah, 2005:2) mengatakan, Pendidikan adalah pembentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam memenuhi kewajiban maupun tanggung jawab kepada anak-anaknya. Pengasuhan dan pendidikan pertama
Lebih terperinciPENYESUAIAN DIRI MENJADI SINGLE PARENT. Studi Kasus: Terhadap Janda di Nagari Abai Siat Kecamatan Koto Besar Kabupaten Dharmasraya ARTIKEL E JURNAL
PENYESUAIAN DIRI MENJADI SINGLE PARENT Studi Kasus: Terhadap Janda di Nagari Abai Siat Kecamatan Koto Besar Kabupaten Dharmasraya ARTIKEL E JURNAL YULIZA ANGGRAINI NPM. 10070051 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tujuan yang ingin dicapai oleh anak dapat terwujud. Motivasi anak dalam meraih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi anak dalam meraih prestasi di sekolah sangat penting, sehingga tujuan yang ingin dicapai oleh anak dapat terwujud. Motivasi anak dalam meraih prestasinya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Siswa 1. Pengertian Siswa Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses di dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualiatas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Orang tua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah dan ibu, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan sah yang dapat membentuk sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi
Lebih terperinciKesiapan menikah hasil identifikasi dari jawaban contoh mampu mengidentifikasi tujuh dari delapan faktor kesiapan menikah, yaitu kesiapan emosi,
61 PEMBAHASAN Hampir seluruh dewasa muda dalam penelitian ini belum siap untuk menikah, alasannya adalah karena usia yang dirasa masih terlalu muda. Padahal ketentuan dalam UU No.1 tahun 1974, seharusnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat pada laki-laki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia, khususnya dalam setiap dunia pendidikan, sehingga tanpa belajar tak pernah ada pendidikan. Belajar
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI & REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI & REKOMENDASI 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tersebut, didapat kesimpulan sebagai berikut : Pertama, karakteristik keluarga TKW yang menjadi responden penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan di mana ia harus menyelesaikan tugastugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak, masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan ke dunia dengan misi menjalankan kehidupan sesuai dengan kodrat ilahi yakni tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, setiap orang harus
Lebih terperinciPENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN
PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak adalah harapan dan merupakan aset keluarga dan bangsa, anak diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psychological well-being (kesejahteraan psikologis) merupakan suatu kondisi tertinggi yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Merujuk dari rumusan masalah pada penelitian ini, dan dari hasil serta pembahasan yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan bahwa, 1. Bentuk KDRT pada keluarga muslim
Lebih terperinci