ASIA SAMUDRA PASIFIK SAMUDRA HINDIA AUSTRALIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ASIA SAMUDRA PASIFIK SAMUDRA HINDIA AUSTRALIA"

Transkripsi

1 Indonesia dilahirkan sebagai negara maritim dengan karakter fisik yang mencerminkan sebuah negara maritim. Indonesia yang mendapat julukan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki luas wilayah laut hingga 2/3 luas total wilayah negara. Selain itu Indonesia juga terdiri dari 18 ribu pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Tak hanya itu, posisi Indonesia di peta dunia berada di posisi silang antara dua benua dan dua samudra yang menjadikan Indonesia memiliki posisi sangat strategis di dunia Internasional. ASIA SAMUDRA PASIFIK SAMUDRA HINDIA AUSTRALIA Akan tetapi, secara non fisik, kapasitas sumber daya manusia Indonesia saat ini belum mencerminkan sebuah bangsa pelaut. Dari segi niaga maupun militer, Indonesia belum mampu mengelola kekayaan laut yang dimilikinya secara maksimal serta belum sepenuhnya menguasai teknologi di bidang maritim. Berbanding terbalik dengan potensi yang dimiliki Indonesia sebagai negara maritim, kualitas sumber daya manusia Indonesia masih rendah dalam mengelola potensi tersebut. Kualitas sumber daya tersebut dapat ditingkatkan dengan partisipasi dari berbagai stakeholder (pemangku kepentingan) terkait dari skala mikro hingga makro. Pemerintah sebagai stakeholder dengan kedudukan tertinggi memiliki peran penting dalam mendongkrak kualitas sumber daya manusia dengan program-program dan kebijakan-kebijakan dari segi infrastruktur, fasilitas ekonomi, hingga edukasi sumber daya.

2 Pemerintahan Jokowi-JK pada masa kepemimpinan mengusung Visi dan Misi 1 yang sangat berorientasi maritim, dengan visi Mewujudkan Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong dan misi sebagai berikut: a. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan. b. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan berlandaskan negara hukum c. Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim d. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera e. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing f. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional g. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan Visi dan misi itu disertai dengan berbagai agenda pelaksanaan melalui Nawacita 1 (sembilan agenda prioritas) yang mendukung bidang kemaritiman. Agenda pelaksanaan itu diwujudkan dalam berbagai program nyata seperti program Tol Laut dan program Sekaya Maritim. Tol laut bukanlah jalan tol yang dibangun diatas laut atau di bawah laut. Menurut Tim ahli ekonomi Jokowi-JK 2, tol laut adalah jalur kapal-kapal besar yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan utama Indonesia dan memiliki jadwal yang rutin dan teratur dari Sumatera ke Papua dan kembali. Tol laut ini dibuat dengan tujuan untuk menciptakan efisiensi dan efektivitas dalam sistem transportasi laut. Selama ini sistem transportasi laut memiliki jadwal kapal berangkat, tiba, dan penurunan barang yang tidak pasti sehingga menyebabkan mahalnya biaya logistik di Indonesia. Pada tahun 2013, biaya logistik Indonesia mencapai 27 persen dari produk domestik bruto (PDB), sementara pada tahun 2011 mencapai 24,6 % dari PDB 2. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Singapura yang hanya sebesar 8 persen, Malaysia 13 persen, Thailand 20 persen dan bahkan masih lebih tinggi dari Vietnam yang hanya 25 persen PDB. Dengan adanya pengaturan jadwal kapal kontainer, maka bisa dipastikan biaya logistik akan dapat ditekan. Tol Laut dikembangkan dari konsep Pendulum Nusantara yang digagas oleh Pelindo II 3, yang membedakan adalah pendulum nusantara hanya menekankan pada enam pelabuhan yang dimiliki Pelindo II. 1 Tim Jokowi-JK Visi Misi dan Program Aksi Jokowi Jusuf Kalla Diakses pada 3 Oktober 2015 pukul 6.45

3 Menurut catatan Bappenas, Tol Laut akan menyelenggarakan perbaikan sarana prasarana fisik serta fasilitas 24 pelabuhan utama dengan dua di antaranya menjadi pelabuhan hub internasional dan 22 pelabuhan pengumpul yang mampu mendistribusikan barang ke kota-kota kecil 4. Pelabuhan Belawan menjadi salah satu pelabuhan yang akan dikembangkan dalam program Tol Laut ini dengan alokasi biaya kurang lebih 3 triliun karena posisinya yang strategis, berada di pintu masuk jalur Tol Laut. Selain itu juga akan ada pembangunan infrastruktur penunjang tol laut, short sea shipping, fasilitas kargo umum dan bulk, pengembangan pelabuhan komersial dan non komersial, pembangunan transportasi multi moda untuk mencapai pelabuhan, revitalisasi industri galangan kapal, fasilitas kapal dan kapal patroli, serta program pemeliharaan reguler yang secara keseluruhan memakan biaya 900 triliun dengan 498 triliun dialokasikan dari APBN 4. Pembangunan tol laut ini akan mendongkrak ekonomi kawasan di sekitar pelabuhan-pelabuhan yang akan direvitalisasi. Selain itu akan tumbuh kota-kota tepian air yang berbasis pada kegiatan kepelabuhanan. Tak hanya pelabuhannya sendiri, namun pendukung pelabuhan juga perlu dikembangkan untuk mendukung perkembangan pelabuhan di Indonesia. 3 Diakses pada 3 Oktober 2015 pukul Diakses pada 3 Oktober 2015 pukul 6.45

4 Program Sekaya Maritim merupakan program yang diluncurkan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) pada tahun Program Sekaya Maritim sendiri merupakan singkatan dari Pembangunan Seribu Kampung Nelayan yang Mandiri, Tangguh, Indah, dan Maju. Tujuan dari program ini adalah membangun dan mengembangkan perekonomian serta kualitas hidup nelayan terutama nelayan skala kecil 5. Program ini dilakukan bekerjasama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan target 1000 kampung nelayan yang tersebar di seluruh Indonesia hingga tahun Untuk tahun 2015 sendiri, program ini akan difokuskan pada 31 lokasi dengan jumlah kampung total 100 kampung nelayan 5. Dari 31 lokasi tersebut, 10 dari kawasan nelayan kumuh akan dijadikan proyek percontohan, di antaranya kawasan Belawan, Tegal, dan Pekalongan. Program Sekaya Maritim mencakup beberapa sub-program yang dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas hidup nelayan, yaitu pembangunan infrastruktur, penyediaan sarana kesehatan, penerbitan sertifikat tanah atas nama nelayan, pemberian bantuan alat tangkap ikan (jaring dan kapal), perbaikan perumahan, revitalisasi tempat pelelangan ikan (TPI), pembangunan sumber daya manusia, dll 6. Diluncurkannya program ini merupakan bentuk perhatian pemerintah terhadap pembangunan di sektor kemaritiman di Indonesia. Nelayan kecil di seluruh Indonesia merupakan potensi yang sangat kuat dalam membentuk ekonomi maritim di Indonesia apabila dipertahankan dan dibimbing dengan benar. Stigma masyarakat terhadap mata pencaharian nelayan yang selama ini diidentikkan dengan kemiskinan dapat dihapuskan apabila sumber daya manusia nelayan itu sendiri dapat berkembang terutama dengan kemajuan teknologi yang memudahkan pencarian ikan oleh nelayan. Pelabuhan Belawan berada di dalam wilayah Kotamadya Medan yang terletak ±27 km dari pusat Kota Medan. Pelabuhan ini berada di sisi Muara Sungai Belawan dan Sungai Deli yang pantainya labil dan berlumpur. Pelabuhan ini menghadap langsung ke Selat Malaka, selat yang menghubungkan Pulau Sumatra dengan Semenanjung Malaysia. 5 Diakses pada 28 September 2015 pukul Diakses pada 28 September 2015 pukul 14.30

5 Pelabuhan Belawan memiliki sejarah panjang yang telah ada sebelum datangnya penjajah di Indonesia. Pelabuhan Belawan sendiri awal mulanya disebut Labuhan Deli yang merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Deli. Pelabuhan ini pada mulanya berada di tepian Sungai Deli, yang kemudian dipindahkan ke Sungai Belawan karena pendangkalan di Sungai Deli 7. Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, Pelabuhan Belawan dikembangkan dan pernah menjadi pelabuhan terbesar di wiliyah Hindia-Belanda pada tahun Sampai sekarang, Pelabuhan Belawan terus dikembangkan di bawah operasional PT Pelindo II, namun perkembangannya tidak semaju pelabuhan-pelabuhan lain di sekitarnya, seperti Singapura atau Tanjung Priok. Pelabuhan Belawan memang memiliki posisi yang sangat strategis bila dilihat dari kegiatan pelabuhan dunia, yaitu berada di jalur perdagangan dunia sejak jaman nenek moyang bahkan hingga sekarang di jaman modern. Pelabuhan ini digadang-gadang juga akan dikembangkan untuk menjadi tempat bersandar kapal-kapal besar sebelum menuju pelabuhan besar berikutnya, yaitu Singapura. Potensi ini menjadikan Kawasan Pelabuhan Belawan sebagai kawasan yang patut dikembangkan untuk memajukan perekonomian lokal maupun sampai taraf nasional. 7 Diakses pada 28 September 2015 pukul 5.09

6 Terdapat enam titik kawasan kampung nelayan di sekitar Pelabuhan Belawan, yaitu: a. Kampung Nelayan Seberang b. Kampung Nelayan Belawan I c. Kampung Nelayan Belawan Bahagia d. Kampung Nelayan Belawan Bahari e. Kampung Nelayan Bagan Deli f. Kampung Nelayan Indah Dari seluruh kampung di sekitar Pelabuhan Belawan, hampir seluruhnya merupakan permukiman kumuh dengan tingkat kemiskinan yang cukup tinggi, dengan presentase di kisaran angka 50 % (lihat Tabel I.1). No. Kelurahan Jumlah Penduduk (jiwa) Di Bawah Garis Kemiskinan (jiwa) Presentase (%) 1. Pulau Sicanang ,20 2. Belawan Bahagia ,73 3. Belawan Bahari ,68 4. Belawan I ,63 5. Belawan II ,70 6. Bagan Deli ,45 Kemiskinan ini bertolak belakang dengan potensi kawasan Pelabuhan Belawan yang merupakan salah satu Pelabuhan Nasional. Pendapatan yang rendah sering dikaitkan dengan pekerjaan nelayan yang banyak menjadi tumpuan hidup masyarakat di kawasan ini. Stigma yang buruk oleh masyarakat bahwa pekerjaan nelayan adalah pekerjaan miskin ini muncul karena memang kebanyakan nelayan hidup miskin dengan uang seadanya.

7 No. Kelurahan Nelayan (Jiwa) Pulau Sicanang Belawan Bahagia Belawan Bahari Belawan I 1,367 1,367 1,377 1,296 5 Belawan II Bagan Deli 1,685 1,685 1,689 1,474 Medan Belawan 5,188 5,188 5,238 4,877 Di antara kampung-kampung Nelayan di atas (lihat Gambar I.4), Kelurahan Bagan Deli merupakan kelurahan dengan jumlah nelayan terbanyak. Salah satu faktor penyebabnya adalah letak Pelabuhan Ikan yang terletak di muara Sungai Deli. Dengan karakteristik tersebut, Kelurahan Bagan Deli cocok untuk dikembangkan menjadi kampung nelayan terpadu untuk dijadikan percontohan bagi kampung nelayan di sekitarnya. Selain potensi kawasan sebagai pelabuhan besar dan komunitas nelayan yang cukup besar dan kuat, banyak isu-isu permukiman di Belawan seperti kemiskinan yang merajalela dan isu-isu lingkungan serta kebencanaan. Muara Sungai Deli dan Sungai Belawan merupakan daerah rawa-rawa yang menjadi habitat bagi mangrove. Hutan mangrove di area pesisir ini secara ekologis berperan sebagai penghambat abrasi pantai dan penahan angin pantai untuk kawasan di belakangnya. Menurut Peta Dasar Kota Medan tahun 2007, lahan kosong, rawa dan kawasan lindung di Kelurahan Bagan Deli pada tahun 2005 masih di atas batas normal, yaitu 33,5% dari luas keseluruhan lahan. Namun presentase ini terus menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, lahan hijau yang tersisa tinggal 27,89% yang berarti sudah di bawah ambang batas normal (30% sesuai peraturan Kota Medan). Dalam waktu 6 tahun saja, lahan hijau ini sudah berkurang lebih dari 15%. Hal ini dipicu oleh perkembangan kawasan sebagai pelabuhan yang menarik pendatang untuk bermukim di sini. Selain itu kawasan Belawan sebagai kawasan industri hilir juga terus berkembang dengan

8 munculnya banyak industri baru dibangun di kawasan ini. Perkembangan permukiman dan industri ini otomatis mengambil lahan hijau yang seharusnya untuk habitat mangrove 8. Alih fungsi lahan ini bila dibiarkan terus menerus akan mengancam eksistensi habitat mangrove terutama di Kelurahan Bagan Deli. Diperlukan suatu konservasi dan solusi untuk mengurangi atau justru menghentikan laju degradasi lahan hijau di Kelurahan Bagan Deli. Degradasi lahan hijau memberikan dampak yang luas bagi keseimbangan ekologis. Permukiman di Belawan setiap tahunnya rutin menghadapi bencana rob air laut di mana ketinggian pasang air laut mencapai puncaknya. Semakin tingginya degradasi lahan hijau di sekitar Belawan akhir-akhir ini membuat banjir rob yang datang tak lagi mengenal musim. Hampir setiap bulan selalu terjadi rob. Banjir rob ini memberikan dampak buruk bagi permukiman, seperti merusak konstruksi jalan dan struktur rumah akibat terendam zat kerosin (garam). Menurut SID Pengendalian Banjir Rob di Belawan Kota Medan, ketinggian banjir rob rata-rata setelah dilihat dari banjir tahunan hingga banjir 100 tahunan adalah 0,6 m dari elevasi jalan di sisi Sungai Deli 9. Diperlukan strategi yang tepat untuk mengatasi permasalahan bencana yang setiap tahun menghantui warga di permukiman Belawan. Selain dengan konservasi lahan hijau untuk mempercepat penyerapan saat terjadi rob, solusi dari desain permukiman juga perlu diperhatikan agar lingkungan permukiman tidak mati saat terjadi banjir. Dengan berbagai isu permasalahan tadi, pengembangan permukiman nelayan perlu diarahkan untuk dapat menanggapi isu-isu permasalahan permukiman yang ada di daerah Belawan. Lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini meliputi permasalahan umum (non arsitektural) dan permasalahan khusus (arsitektural) antara lain sebagai berikut: Permasalahan non arsitektural merupakan tanggapan terhadap kebutuhan kawasan akan fasilitas yang mampu berperan aktif dalam pengembangan kawasan pelabuhan agar mampu memberi dampak positif bagi perekonomian kawasan dan penghuninya. a. Bagaimana nelayan sebagai sektor makro mampu mendukung kegiatan maritim di Kota Pelabuhan Belawan mulai dari aktivitas nelayan hingga pasar perikanan di tingkat nasional? 8 Terdapat satu lingkungan permukiman Di Kelurahan Bagan Deli yang baru saja muncul dan mengambil lahan di hutan mangrove yang dinamakan Bagan Tambahan (BaTam). 9 SID Pengendalian Banjir ROB (Pasang) Belawan Kota Medan, Analisa Debit Banjir dan Tinggi Muka Air Banjir. Hal IV-29

9 b. Bagaimana kampung nelayan dapat terintegrasi dengan sarana transportasi untuk mendukung mobilitas penghuni seperti pelabuhan, stasiun kereta, dan jaringan angkutan umum darat lainnya serta terintegrasi dengan sarana ekonomi seperti pasar ikan dan tempat pelelangan ikan yang akan menjadi penggerak ekonomi makro? Permasalahan arsitektural merupakan tanggapan terhadap isu-isu terkait permukiman kampung dan ekologi kawasan sehingga kampung nelayan dapat memenuhi kebutuhan dan melindungi penghuninya serta dapat menjadi solusi bagi degradasi lahan hijau yang terjadi di sekitar permukiman. a. Bagaimana kampung nelayan mampu memenuhi kebutuhan akan hunian, ruang sosial, ruang ekonomi, dan ruang hijau bagi nelayan maupun penghuni kawasan permukiman di sekitar Pelabuhan Belawan? b. Bagaimana mendesain kampung nelayan yang merespon isu-isu ekologi serta kebencanaan di lingkungan permukiman? c. Bagaimana desain kampung mampu mengangkat arsitektur tradisional dalam desain hunian dan kawasan hunian? Tujuan dari penulisan karya ini adalah mendapatkan konsep perencanaan dan perancangan Kampung Nelayan di Belawan yang mampu merespon isu-isu kebutuhan permukiman, ekologi, potensi maritim dan kebencanaan, dengan tetap mempertahankan arsitektur vernakular dalam desain hunian dan kawasan. Sasaran dalam penulisan karya ini adalah: a. Identifikasi potensi dan masalah perancangan b. Identifikasi masalah tipologi desain permukiman sejenis. c. Identifikasi kebutuhan hunian serta sarana-sarana pendukung lainnya. d. Studi mengenai karakteristik kegiatan nelayan. e. Identifikasi standar permukiman nelayan serta sarana-sarana pendukungnya. Pembahasan perancangan ditinjau dari disiplin ilmu arsitektur dan disiplin ilmu lain yang berkaitan dengan permasalahan. Pembahasan non arsitektural ditekankan pada fungsi desain sebagai sebuah kawasan kampung nelayan dengan memperhatikan kajian teoritis mengenai arsitektur tepian air, pola aktivitas di

10 dalam permukiman khususnya permukiman nelayan, serta hubungannya dengan pelabuhan sebagai moda ekonomi masyarakat. Sedangkan pembahasan arsitektural dititikberatkan pada pemecahan masalah dalam menghasilkan kawasan yang mempu mendukung kegiatan dan mendukung ekonomi masyarakat nelayan yang tinggal di dalamnya dengan tetap memperhatikan konteks kawasan. Dalam perencanaan Kampung Nelayan ini, ada beberapa tahap desain yang ditempuh untuk mencapai sebuah keberhasilan perancangan. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut. a. Pengumpulan Data Merupakan proses paling penting dalam memahami permasalahan desain. Berdasarkan cara pengumpulannya, data dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu: i. Data Primer; berupa hasil pengukuran dan pengamatan langsung melalui metode survei, yang terdiri dari: Data Site; data yang didapatkan berupa fisik (dimensi lahan, batas lahan, vegetasi eksisting, kontur, dll) dan non fisik (pola kehidupan masyarakat) Studi kasus; dilakukan untuk mendapatkan referensi langsung dari lapangan mengenai desain bangunan dan karakteristik arsitektur nelayan sesuai dengan karakteristik masyarakat Belawan. ii. Data Sekunder Studi Pustaka; teori-teori mengenai Arsitektur Tangguh (Resilient Architecture) untuk konsep penataan hunian serta sirkulasi antara hunian dengan sarana prasarana pendukung lainnya dari sumber pustaka buku atau penelitian. Studi Literatur; dilakukan untuk memperkuat teori dari studi pustaka. Data yang didapatkan berupa alternatif desain. Data Site; berupa Building Code, peraturan-peraturan yang mengikat perencanaan bangunan dan kawasan di wiliyah site dan kondisi geografis site. b. Analisis Data Merupakan proses analisis faktor-faktor penting yang mendasari terjadinya isu permukiman di Kecamatan Belawan dan standar-standar permukiman nelayan dalam perancangan kampung nelayan. c. Sintesis Data Merupakan proses sintesis data yang telah dianalisis untuk dimasukkan ke dalam konteks perancangan yang akan dilakukan pada site. d. Skematik Desain Merupakan tahapan integrasi pengumpulan data antara data lapangan dengan studi yang telah dikaji pada tahap sebelumnya, yang dirumuskan menjadi sebuah konsep perencanaan dan

11 perancangan. Rumusan konsep digunakan untuk mendapatkan konsep yang dapat menjawab permasalahan yang ada sebagai dasar di dalam perencanaan dan perancangan Kampung Nelayan Berkelanjutan di Belawan dengan Pendekatan Arsitektur Tangguh. Sistematika pembahasan yang akan digunakan pada landasan konseptual perencanaan dan perancangan ini dibagi menjadi lima bab. Adapun garis besar dari setiap bab adalah sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan merupakan kumpulan dasar-dasar urgensi penelitian dan teknis yang digunakan dalam penulisna. Berisi Latar Belakang Permasalahan dan Isu, Rumusan Masalah, Tujuan dan Sasaran, Batasan Lingkup Pembahasan, Metode Penelitian yang digunakan, Sistematika Pembahasan, Kerangka Pola Pikir serta Keaslian Penulisan. BAB II KAJIAN TEORITIS Bab kajian teoriris merupakan kumpulan dasar-dasar teori dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian untuk menjadi landasan analisa dalam merumuskan konsep. Pada umumnya berisi tentang permukiman, khususnya permukiman nelayan. Menjelaskan pola aktivitas, standar-standar, serta studi kasus permukiman nelayan sebagai pembanding. Dijelaskan pula mengenai arsitektur tangguh yang menjadi pendekatan dalam perancangan. BAB III KAJIAN EMPIRIS Bab kajian empiris berisi tentang tinjauan dan analisis terhadap tapak yang dipilih. Secara umum menjelaskan mengenai kondisi site terpilih, potensi site terpilih, kebijakan setempat, permasalahn pada site, dan analisa SWOT pada lokasi yang telah terpilih. BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN Bab analisis dan sintesis pendekatan konsep berisi tentang pendekatan konsep perencanaan yang didapat dari analisa permasalahan dan lokasi site pada bab sebelumnya yang kemudian dilakukan pendekatan-pendekatan konsep beserta analisa-analisa yang dibutuhkan untuk menghasilkan konsep. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Bab konsep perencanaan dan perancangan merupakan hasil rumusan dari pendekatan-pendekatan dan analisa yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Berisi konsep-konsep dasar dalam perencanaan dan perancangan Kampung Nelayan Berkelanjutan yang mendasari desain dan digunakan sebagai acuan transformasi dari desain yang akan diwujudkan.

12 INDONESIA SEBAGAI NEGARA MARITIM PERLU DIDUKUNG SUMBER DAYA MANUSIA YANG MAMPU MENGOLAHNYA SECARA MAKSIMAL MATA PENCAHARIAN NELAYAN IDENTIK DENGAN KEMISKINAN PERMUKIMAN NELAYAN DIPANDANG SEBAGAI KAWASAN KUMUH KARENA PENGELOLAAN YANG UMUMNYA KURANG BAIK BELAWAN SEBAGAI KAWASAN PELABUHAN BESAR DI SUMATERA PERLU DUKUNGAN DARI MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN BAB I KAMPUNG NELAYAN BAGAN DELI (TERBESAR DI BELAWAN) PERMASALAHAN FUNGSI (PERMUKIMAN, NELAYAN) BAB II BAB III PERMASALAHAN KONTEKS (PESISIR, RAWA) BAB IV ARSITEKTUR TANGGUH BENTUK, STRUKTUR, FUNGSI, SIRKULASI KONSEP: KAMPUNG ADAPTIF BAB V

13 Penulisan Tugas Akhir ini mengambil judul Kampung Nelayan Berkelanjutan di Belawan dengan Pendekatan Arsitektur Tangguh (Resilient Architecture) dengan penekanan permasalahan yang tidak terdapat pada penulisan sebelumnya. Keaslian penulisan ini mempunyai beberapa kesamaan konteks dengan beberapa tugas akhir yang terlebih dahulu disusun, namun terdapat perbedaan dalam pembahasan dan konsep desain. Di bawah ini terdapat beberapa karya sejenis yang memiliki konteks hampir sama dengan tema dan penekanan yang berbeda. No. Judul Penulis Perbedaan 1 Penataan Kawasan Tepian Air (Waterfront Stefanus Widyamurdani Lokasi, pendekatan Development) di Kawasan Benteng Kuto Besak di Palembang 2 Kampung City Block di Kawasan Bantaran Sungai Code dengan Pendekatan Green Architecture Irfan Nurdin Jenis waterfront, pola penghuni, pendekatan 3 Kampung Vertikal Bantaran Sungai Code, Yogyakarta dengan Pendekatan Arsitektur Organik 4 Redesain Rumah Susun Grha Bina Harapan Kampung Juminahan, Tegal Panggung, Yogyakarta dengan Pendekatan Perilaku Sosial Masyarakat Kampung Juminahan 5 Kampung Susun di Yogyakarta dengan Pendekatan Arsitektur Berkelanjutan Cherya Mayndra Nurfeta Jenis waterfront, pola penghuni, pendekatan M. Suva Nugraha Konteks kawasan, pola penghuni, pendekatan Abdul Razak Noval Konteks kawasan, pola penghuni

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah kampung berasal dari bahasa Melayu, digunakan sebagai terminologi yang dipakai untuk menjelaskan sistem permukiman pedesaan. Istilah kampung sering dipakai

Lebih terperinci

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 17.506 pulau besar dan kecil, dengan total garis pantai yang diperkirakan mencapai 81.000 Km, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 26 Oktober 2010 : Ribuan rumah warga Kecamatan Medan Belawan,

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 26 Oktober 2010 : Ribuan rumah warga Kecamatan Medan Belawan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekilas tentang Kelurahan Sicanang Kecamatan Medan Belawan menjadi sasaran banjir rob yang rutin setiap tahunnya, Seperti diberitakan dalam surat kabar harian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang lebih dari 2/3 wilayahnya berupa perairan. Dari zaman nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengenal dan menggunakan transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan atau archipelago terbesar di dunia dengan lebih dari 2/3 luasnya terdiri dari wilayah perairan. Indonesia dikenal sebagai negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. 1. Tingginya Mobilitas Penggunaan Jalan di Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. 1. Tingginya Mobilitas Penggunaan Jalan di Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Latar belakang permasalahan merupakan beberapa isu yang membutuhkan solusi melalui perancagan sebuah fasilitas bangunan untuk memecahkan masalah tersbut.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Struktur penelitian ini berhubungan dengan ekologi-arsitektur yaitu hubungan interaksi ekosistem mangrove dengan permukiman pesisir Desa Tanjung Pasir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan

Lebih terperinci

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi perikanan yang sangat besar dan tempat aktivitas manusia paling banyak dilakukan; bahkan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Tata Ruang Nasional menempatkan metropolitan Mebidang- Ro (Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo) sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sekaligus sebagai Kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan 1.1 Latar Belakang Perencanaan BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, hal ini dilihat dari banyaknya pulau yang tersebar di seluruh wilayahnya yaitu 17.504

Lebih terperinci

REDESAIN PELABUHAN ULEE LHEUE SEBAGAI PELABUHAN FERRY INTERNASIONAL DI BANDA ACEH

REDESAIN PELABUHAN ULEE LHEUE SEBAGAI PELABUHAN FERRY INTERNASIONAL DI BANDA ACEH LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REDESAIN PELABUHAN ULEE LHEUE Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : RAMADHANI GURUH PRASETYO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Banda Aceh merupakan salah satu kota yang dilanda bencana alam Tsunami pada Desember Tahun 2004. Pasca bencana Tsunami, kota Banda Aceh kembali di bangun oleh Pemerintah

Lebih terperinci

VI. REKOMENDASI 6.1. Analisis dan Rekomendasi Penggunaan Lahan berdasar RTRW Rekomendasi Kebijakan untuk RTRW

VI. REKOMENDASI 6.1. Analisis dan Rekomendasi Penggunaan Lahan berdasar RTRW Rekomendasi Kebijakan untuk RTRW 232 VI. REKOMENDASI 6.1. Analisis dan Rekomendasi Penggunaan Lahan berdasar RTRW 6.1.1 Rekomendasi Kebijakan untuk RTRW Dengan menggabungkan hasil simulasi model, Multi Dimensional Scaling dan Analytical

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan dunia yang terus bergerak dinamis dan kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata dalam berbagai pola yang berbeda merupakan

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I BAB 5 I VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pengertian visi secara umum adalah gambaran masa depan atau proyeksi terhadap seluruh hasil yang anda nanti akan lakukan selama waktu yang ditentukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan tepi air ataupun kawasan tepi sungai di Indonesia sebenarnya berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad telah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kebijakan Tata Ruang Nasional menempatkan Metropolitan Mebidang-Ro sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sekaligus sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 88 I. PENDAHULUAN Kawasan pesisir memerlukan perlindungan dan pengelolaan yang tepat dan terarah. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi tujuan akhir yang berkelanjutan. Telah

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN 2.1 VISI DAN MISI PRESIDEN Presiden Joko Widodo menetapkan Visi dan Misi pembangunan Tahun 2015-2019 yang secara politik menjadi bagian dari tujuan tercapainya

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TERMINAL ANGKUTAN SUNGAI DANAU DAN PENYEBERANGAN LINTAS BATAS DI SUNGSANG Penekanan Desain Arsitektur Moderu Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitek pada jaman ini memiliki lebih banyak tantangan daripada arsitekarsitek di era sebelumnya. Populasi dunia semakin bertambah dan krisis lingkungan semakin menjadi.

Lebih terperinci

Gambar 6.1 Alternatif Gambar 6.2 Batara Baruna. 128 Gambar 6.3 Alternatif Gambar 6.4 Alternatif Gambar 6.

Gambar 6.1 Alternatif Gambar 6.2 Batara Baruna. 128 Gambar 6.3 Alternatif Gambar 6.4 Alternatif Gambar 6. DAFTAR ISI Contents HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi ABSTRAKSI... xii BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Kondisi Umum Kelautan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN dan luas perairannya Indonesia adalah Negara

BAB 1 PENDAHULUAN dan luas perairannya Indonesia adalah Negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara maritim yang mempunyai belasan ribu pulau dengan teritori laut yang sangat luas. Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil diantara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses BAB III METODE PERANCANGAN Secara umum kajian perancangan dalam tugas ini, merupakan paparan dari langkah-langkah dalam proses merancang. Sedangkan analisis data dilakukan dengan metode berdasarkan logika,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan, perumahan, dan pemukiman pada hakekatnya merupakan pemanfaatan lahan secara optimal, khususnya lahan di perkotaan agar berdaya guna dan berhasil guna sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang merupakan Ibu Kota Jawa Tengah yang sekaligus memiliki potensi sebagai kota pesisir yang terletak di tepian Laut Jawa. Potensi pesisir tersebut berimplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di dunia. Wilayah kepulauan Indonesia sangat luas, luas daratannya adalah 1,92 Juta Km 2, dan

Lebih terperinci

L2B Ahmad Farid R Museum Armada TNI AngkatanLaut Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

L2B Ahmad Farid R Museum Armada TNI AngkatanLaut Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dua pertiga wilayahnya berupa perairan. Nenek moyang bangsa Indonesia juga pada mulanya bermigrasi dari daratan China Selatan

Lebih terperinci

Karena Ikan tidak punya Passport

Karena Ikan tidak punya Passport KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Karena Ikan tidak punya Passport Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 26 January 2016 Ruang Hidup Bangsa Indonesia Wawasan Nusantara Perlu Langkah Fundamental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kota pastinya memiliki nilai sejarah tersendiri, dimana nilai sejarah ini yang menjadi kebanggaan dari kota tersebut. Peristiwa peristiwa yang telah terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak abad ke-18, pertumbuhan penduduk di dunia meningkat dengan tajam. Lahan lahan dengan potensi untuk dipergunakan sebagai tempat bermukim pun beragam. Besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tegal terletak di pantai utara Jawa Tengah dengan wilayah pantai dan laut yang berbatasan dengan Kabupaten Tegal oleh Sungai Ketiwon di sebelah timur dan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas : BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1. Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perancangan Dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas di Desa Jomblang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainabel development) merupakan alternatif pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainabel development) merupakan alternatif pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan mengandung pengertian suatu perubahan besar yang meliputi perubahan fisik wilayah, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang didukung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di Yogyakarta Kampung Ngampilan RW I secara geografis terletak di daerah strategis Kota Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar tradisional merupakan salah satu tempat untuk melakukan transaksi jual beli dengan masih menggunakan sistem secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sujarto (dalam Erick Sulestianson, 2014) peningkatan jumlah penduduk yang tinggi dan perpindahan penduduk ke daerah perkotaan, merupakan penyebab utama pesatnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam rangka memberikan kontribusi untuk

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sarana dan Prasarana Transportasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sarana dan Prasarana Transportasi di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Sarana dan Prasarana Transportasi di Indonesia Karakteristik transportasi Indonesia dihadapkan pada kualitas pelayanan yang rendah, dan kuantitas atau cakupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina dan dikembangkan

Lebih terperinci

Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir

Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir Daerah peralihan (interface area) antara ekosistem daratan dan laut. Batas ke arah darat: Ekologis: kawasan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tual adalah salah satu kota kepulauan yang ada di Provinsi Maluku dengan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang cukup melimpah serta potensi pariwisata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Palembang, sebagai ibukota Provinsi Sumatera Selatan saat ini menjadi salah satu kota tujuan di tanah air. Hal ini dikarenakan kondisi kota Palembang yang dalam

Lebih terperinci

HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R Oleh : Andreas Untung Diananto L 2D 099 399 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Pemukiman dan perumahan adalah merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan dan pemukiman tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Aerotropolis adalah pengembangan dari konsep aerocity, yang merupakan konsep paling modern dalam pembangunan dan pengelolaan bandara dewasa ini. Pada konsep aerotropolis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota negara dan pusat pemerintahan sejak abad ke- 17 telah menjadi kota Bandar, karena memiliki posisi sangat strategis secara geopolitik dan geostrategis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan, ibukota propinsi Sumatera Utara, merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia. Dengan posisi strategis sebagai pintu gerbang utama Indonesia di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan framework penyusunan laporan secara keseluruhan. Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran. Selain itu dibahas pula ruang lingkupnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut 2/3 dari total seluruh luas negara Indonesia. Luas wilayah laut Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki ± 18.110 pulau dengan garis pantai sepanjang 108.000 km, serta

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total

BAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total panjang keseluruhan 95.181

Lebih terperinci

Medan, Desember 2015 Pejabat Rektor. Prof. Subhilhar, Ph.D

Medan, Desember 2015 Pejabat Rektor. Prof. Subhilhar, Ph.D KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa dan atas HidayahNya, Naskah Akademik dengan judul Menegakkan Negara Maritim Bermartabat, dapat diselesaikan dengan baik. Naskah Akademik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.791 km (Supriharyono, 2007) mempunyai keragaman

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH Bab IV tediri dari ; Konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh sampai dengan pencapaian kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah pesisir merupakan kawasan yang memiliki potensi memadai untuk dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa.

BAB I PENDAHULUAN. ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa. Koordinatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi luas perairan 3,1 juta km 2, terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai ± 81.000 km. (Dishidros,1992).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota kota besar di Indonesia bahkan kota-kota besar di negara berkembang lainnya. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

Sentra Pengolahan Hasil Perikanan Terpadu

Sentra Pengolahan Hasil Perikanan Terpadu BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia dengan ± 17.508 buah pulau, sekitar 5.8 juta km2 laut, dan 81.000 km pantai, memiliki potensi sumber daya ikan yang sangat besar dan beragam. Peningkatan peran

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Isu akan dihidupkannya kembali jalur kereta api Bandung Ciwidey memiliki keuntungan tersendiri bagi sektor pariwisata disepanjang jalur tersebut. Dukungan infrastruktur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk semakin meningkat dan tidak terkendali. Hal ini menyebabkan kebutuhan permukiman meningkat. Dengan kebutuhan permukiman yang meningkat,

Lebih terperinci

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya hingga Laporan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu (Integrated Coatal Managemen-ICM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG

BAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara administratif Kupang adalah sebuah kotamadya yang merupakan ibukota dari propinsi Nusa Tenggara Timur, dan secara geografis terletak antara 10º39 58

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seolah tidak pernah berhenti membangun. mengubah pula susunan alamiah yang mendominasi sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. seolah tidak pernah berhenti membangun. mengubah pula susunan alamiah yang mendominasi sebelumnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pantura atau Pantai Utara Pulau Jawa yang merupakan bagian dari kawasan pesisir, telah menjadi pusat berbagai kegiatan manusia sejak jaman kerajaan mendominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern. BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern. B. PENGERTIAN JUDUL v Terminal : Perhentian (bus, kereta api, dan sebagainya) penghabisan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Papua terdiri dari Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua dengan luas total 42,22 juta ha merupakan provinsi terluas dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki luas perairan lebih besar dari pada luas daratan. Hal ini berakibat pada luasnya bentang pantai yang membujur di seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai Timur dan Pantai Barat. Salah satu wilayah pesisir pantai timur Sumatera Utara adalah Kota Medan.

Lebih terperinci

KUESIONER. Lampiran 1. Judul Penelitian : Analisis kesesuaian Lahan dan Kebijakan Permukiman Kawasan Pesisir Kota Medan

KUESIONER. Lampiran 1. Judul Penelitian : Analisis kesesuaian Lahan dan Kebijakan Permukiman Kawasan Pesisir Kota Medan Lampiran 1. KUESIONER Judul Penelitian : Analisis kesesuaian Lahan dan Kebijakan Permukiman Kawasan Pesisir Kota Medan Nama : Rabiatun NIM : 097004004 Institusi : Mahasiswa Pascasarjana, Program Studi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pelabuhan merupakan sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Perkembangan pelabuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. Dimana pada masa perkembangan peradaban kota badan air merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon bakau yang mampu

Lebih terperinci

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA Wilayah Pekanbaru dan Dumai berada di Provinsi Riau yang merupakan provinsi yang terbentuk dari beberapa kali proses pemekaran wilayah. Dimulai dari awal

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam hayati, sumberdaya alam non hayati dan sumberdaya buatan, merupakan salah satu aset pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir Lolita Maharani ( ) Redesain Terminal Terboyo 1

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir Lolita Maharani ( ) Redesain Terminal Terboyo 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul 1.Re-desain : Merencanakan Kembali, ulang, balik. 1 2.Terminal : Prasarana untuk angkutan jalan raya guna mengatur kedatangan, pemberangkatan, dan pangkalannya kendaraan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL , Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana UNDIP JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume, Issue : () ISSN ANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL Dzati Utomo

Lebih terperinci

Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang BAB I PENDAHULUAN. commit to user

Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini, akan dibahas mengenai, pengertian dan esensi judul, latar belakang munculnya gagasan atau ide dan judul, tujuan dan sasaran perencanaan dan perancangan, permasalahan

Lebih terperinci

SULTAN BACHTIAR NAJAMUDIN MUJIONO

SULTAN BACHTIAR NAJAMUDIN MUJIONO SULTAN BACHTIAR NAJAMUDIN MUJIONO VISI MISI VISI BENGKULU TANGGUH, BERSATU BERSAMA MENGGAPAI UNGGUL BENGKULU TANGGUH, BERSATU BERSAMA LANJUTKAN INOVASI PEMBANGUNAN UNTUK RAKYAT BENTANG RATU AGUNG BENTANG

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 9 BAB II ISU KAWASAN TERPADU HAMDAN 2.1. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalan perencanaan perancangan Kawasan Terpadu Hamdan, Medan Maimun Sumatera Utara ini adalah: 1. Bagaimana merancang suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah yang letaknya berada di pesisir utara Pulau Jawa. Kota ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sisi utara.

Lebih terperinci

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA TUGAS AKHIR Oleh: FARIDAWATI LATIF L2D 001 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

1.1 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

1.1 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN BAB I LATAR BELAKANG Indonesia terletak pada koordinat 6 0 LU 11 0 08LS dan 95 0 BB 141 0 45 BT serta terletak diantara benua Asia dan benua Australia, yang mana di lalui garis khatulistiwa yang kaya akan

Lebih terperinci