Pengaruh Site dan Situation Terhadap Aktivitas Pengunjung Taman Kota di Medan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh Site dan Situation Terhadap Aktivitas Pengunjung Taman Kota di Medan"

Transkripsi

1 Pengaruh Site dan Situation Terhadap Aktivitas Pengunjung Taman Kota di Medan Samuel Marulam K Tambunan, M.H. Dewi Susilowati, Widyawati Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia samuel.marulam@gmail.com Abstrak Kota Medan memiliki enam taman kota dimana setiap taman memiliki perbedaan pada kondisi fisik dan aktivitas pengunjung. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu bagaimana perbedaan kondisi fisik yang dibedakan menjadi site dan situation antar taman, aktivitas pengunjungnya yang dibagi atas karakteristik pengunjung dan kegiatan pengunjung, dan apakah karakteristik site dan situation taman kota memberikan pengaruh terhadap aktivitas pengunjung taman. Metode penelitian ini adalah dengan menemukan karakteristik site dan situation, aktivitas pengunjung, serta perbandingan antara keduanya. Karakteristik site dilihat berdasarkan ukuran dan status, sarana dan prasarana, serta penggunaan ruang. Karakteristik situation dilihat berdasarkan jaringan jalan dan akses, penggunaan tanah, dan hubungan taman dengan objek lain. Pada penelitian ini ditemukan keragaman pada karakteristik site dan situation. Karakteristik site dan situation mempengaruhi aktivitas pengunjung. Penggunaan ruang dan sarana adalah karakter site yang mempengaruhi frekuensi kunjungan dan kegiatan pengunjung, sementara karakter situation penggunaan tanah mempengaruhi kegiatan pengunjung. Walaupun karakteristik pengunjung seragam, namun kegiatan pengunjung taman yang dominan beragam. Site and Situation Influence on Urban Park Visitor Activities in Medan Abstract The City of Medan has six urban parks which each park has its own uniqueness in physical condition and visitor activities. This research aim is to figure if there are differences among urban parks by its physical condition which is divided into site and situation, by its visitor activities which are divided into visitor characters and what they do during the visits, and also if site and situation of parks are effecting its visitor activities. Methode used in this research is by observing site, situation, and visitor activities characteristic and compared each. Site will be analyzed by its size, status, facilities, and space usage, while situation will be analyzed by its accessibility, relation with other objects, roads, and land use that surrounded the park. This research indicating that site and situation characteristics are both various. Site and situation characteristics affecting visitor activities. Space utilizing and facilities are part of site characters that influencing visitor activities and frequency,, while land use as part of situation character give influence to activities. While visitor characters are uniform among parks, they seems to have different majority activity for each park. Keywords: Urban park, site, situation, visitor activities Pendahuluan Kota merupakan pusat berbagai aktivitas ekonomi, perdagangan, maupun pendidikan, sehingga menjadikan sebagian besar kegiatan manusia berada di perkotaan. Dengan kepadatan penduduk dan mobilitas yang lebih tinggi dari pedesaan, pelayanan publik menjadi salah satu isu penting di kawasan perkotaan. Salah satu bentuk pelayanan publik yang mengemuka di perkotaan adalah kebutuhan akan ruang terbuka.

2 Taman kota sebagai bagian dari ruang terbuka hijau (RTH) menjadi salah satu bentuk ruang terbuka yang umum ditemukan di perkotaan. Kota Medan memiliki setidaknya enam taman kota yang kerap dikunjungi masyarakat. Keenam taman kota ini sekilas memiliki kondisi fisik yang berbeda. Perbedaan tersebut misalnya tampak dari keberadaan sarana lapangan olahraga di sebuah taman, dimana sarana tersebut tidak ditemukan di taman lainnya. Taman kota yang baik hendaknya dapat mengakomodir berbagai aktivitas pengunjung. Menjadi pertanyaan apakah perbedaan kondisi fisik antar taman memiliki hubungan aktivitas pengunjung. Dalam menjawab pertanyaan tersebut, terlebih dahulu harus diketahui perbedaan kondisi fisik setiap taman. Penelitian ini mencoba menggunakan teori site dan situation dalam mengungkap kondisi fisik taman. Bagaimana kondisi site, situation, dan aktivitas pengunjung, serta apa hubungan antara site dan situation terhadap aktivitas pengunjung. Jika kondisi fisik terbukti memiliki hubungan, maka kondisi fisik yang lebih statis menjadi sebab yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas pengunjung yang dinamis. Tinjauan Teoritis Taman kota adalah suatu ruang milik bersama tempat melakukan aktivitas (Carr. 1992), sementara menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008, dinyatakan bahwa RTH taman kota adalah taman untuk melayani penduduk kota atau bagian dari wilayah perkotaan. Taman kota ini merupakan lapangan hijau yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi, dan olahraga dengan minimal RTH 80%-90%. RTH taman kota dapat dimanfaatkan penduduk untuk melakukan berbagai kegiatan sosial yang dilengkapi fasilitas olahraga, taman bermain anak, fasilitas rekreasi lainnya. Setiap taman kota memiliki karakteristik site dan situation. Site adalah kondisi aktual dari sebuah objek yang menjelaskan dimana tempat itu berada. Site menjelaskan karakteristik internal dari sebuah objek, yang biasanya merupakan ciri fisik dari objek tersebut (Cronon, 1991). Karakteristik Site yang diterapkan pada taman kota adalah yang termasuk bentuk fisik di dalam taman kota, yaitu ukuran, sarana dan prasarana, penggunaan ruang, dan status taman (Uthama, 2013). Penggunaan ruang adalah bagaimana area di dalam taman didominasi oleh kegiatan yang berbeda.situation adalah lokasi objek relatif terhadap objek lain di sekitarnya, menjelaskan bagaimana hubungan suatu objek dengan objek lain. Karakteristik situation yang diterapkan pada taman kota adalah penggunaan tanah, jaringan jalan, akses, dan hubungan taman dengan tempat lain. Hubungan taman kota dengan objek lain menggambarkan

3 bagaimana hubungan yang terbentuk antara taman dengan objek sekitarnya, apakah mendukung terjadinya kunjungan atau malah mengurangi minat pengunjung untuk datang. Sebagai ruang terbuka hijau, taman kota memiliki fungsi ekologis dan estetika. Namun fungsi utama taman kota adalah fungsi sosial, dimana menurut studi dari Liverpool City Council (2011), fungsi sosial taman kota adalah bagaimana taman kota sebagai ruang publik menjadi lokasi kerabat bertemu dan merayakan sesuatu, menjadi ruang masyarakat untuk melakukan beragam kegiatan, seperti festival, kegiatan komunitas, dan kegiatan olahraga. Kunjungan ke taman kota dapat meningkatkan kesegaran mental dan memperbaiki semangat sesorang untuk siap kembali bekerja. Berdasarkan protokol System for Observing Play and Recreation Communities (SOPARC), terdapat tiga jenis aktivitas yang dilakukan di taman kota, yaitu berdiam diri, berjalan, dan aktivitas menengah-berat (McKenzie, dkk. 2006). Dalam penelitian ini, klasifikasi tersebut dimodifikasi menjadi empat kegiatan, yaitu bersantai, olahraga nonpermainan, olahraga permainan, dan edukasi anak. Sarana prasarana di setiap taman akan diperhatikan apakah dapat memenuhi empat kegiatan tersebut. Olahraga permainan seharusnya membutuhkan sarana berupa lapangan olahraga. Olahraga non-permainan membutuhkan sarana berupa jogging track atau instalasi olahraga. Edukasi anak membutuhkan sarana berupa area bermain anak dan papan nama pemberi informasi. Kegiatan bersantai membutuhkan lapangan rumput, lapangan keras, pusat atraksi, pepohonan yang memberi efek teduh, tanaman berbunga indah, tempat duduk, dan pusat atraksi. Metode Penelitian Objek penelitian ini adalah taman kota di Kota Medan yang merupakan ruang terbuka hijau, memiliki sarana dan prasarana yang mendukung aktivitas pengunjung, memiliki luas lebih dari 5000 m!, dan dikelola oleh Dinas Pertamanan Kota Medan. Taman yang memenuhi keenam kriteria tersebut adalah Lapangan Merdeka, Taman Beringin, Taman Gajah Mada, Taman Cadika, Taman Teladan, dan Taman Ahmad Yani. Pada keenam taman tersebut dikumpulkan data setiap hari jumat, sabtu, dan/atau minggu pada pagi pukul dan sore pukul di hari cerah. Pengumpulan data berupa kuesioner dibagikan pada minimal lima responden pada setiap taman.

4 Taman Kota Bentuk Fisik Taman Kota Pengunjung Site: Ukuran dan Status Sarana dan prasarana Penggunaan ruang Site dan Situation Taman Situation: Jaringan Jalan dan akses Penggunaan tanah Hubungan taman dengan objek lain Karakteristik Pengunjung Aktivitas pengunjung taman Kegiatan Pengunjung Pengaruh site dan situation terhadap akitvitas pengunjung taman kota di Medan Gambar 1. Alur pikir penelitian Taman kota memiliki dua komponen utama, yaitu bentuk fisik taman dan pengunjung taman kota itu sendiri. Bentuk fisik taman akan dibahas menggunakan teori site dan situation. Aktivitas pengunjung melihat bagaimana karakteristik dan kegiatannya di setiap taman. Kedua komponen ini menjadi variabel penelitian yaitu adalah karakteristik site dan situation, serta aktivitas pengunjung. Pola aktivitas yang ditemukan akan dibandingkan dengan site dan situation taman kota, dimana hipotesisnya adalah terdapat pengaruh antara site dan situation terhadap aktivitas pengunjunng. Alur pikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1. Data primer yang dikumpulkan adalah karakteristik pengunjung melalui kuesioner, sarana prasarana, penggunaan ruang, karakter penggunaan tanah dan akses dikumpulkan dengan observasi, sementara aktivitas pengunjung dan hubungan taman dengan objek lain diperoleh dengan perpaduan kusioner dan observasi. Data sekunder yang dikumpulkan adalah peta administrasi dan peta ruang terbuka hijau Kota Medan, informasi umum taman kota dan penggunaan tanah dan jaringan jalan di sekitarnya. Data yang dikumpulkan diolah secara spasial dan non-spasial. Data non-spasial akan diolah dalam beragam bentuk, mulai dari grafik untuk sebaran umur pengunjung, diagram karakteristik dan kegiatan pengunjung, serta tabel crossing antara site dengan aktivitas dan

5 situation dengan aktivitas pengunjung. Data spasial akan diolah dalam bentuk sketsa sebaran sarana prasarana taman, serta peta situation setiap taman. Analisis pengaruh karakteristik site dan situation terhadap aktivitas pengunjung akan diketahui dengan melakukan perbandingan karakter site dengan aktivitas pengunjung di setiap taman, serta antara karakter situation dengan aktivitas pengunjung di setiap taman. Jika terdapat kesamaan antara baik site dan situation dengan aktivitas pengunjung, akan membentuk pola hubungan antar variabel. Beberapa pola yang ditemukan selanjutnya dibandingkan, jika pola yang ditemukan tidak saling bertentangan, maka terbukti kedua variabel berhubungan. Hasil Penelitian Taman kota di Medan memiliki luas total m2, dimana taman dengan ukuran terbesar adalah Taman Cadika, dan ukuran paling kecil adalah Taman Gajah Mada. Sebagian besar taman kota memiliki bentuk menyerupai segi empat, dimana hanya Taman Teladan yang berbentuk elips. Status taman kota yang diteliti terbagi atas tiga, yaitu taman kelurahan, taman kecamatan, dan hutan kota. Karakteristik site kondisi sarana prasarana di setiap taman beragam. Sarana yang mendukung olahraga permainan hanya terdapat di Lapangan Merdeka dan Taman Gajah Mada. Sarana untuk olahraga non-permainan dimiliki lengkap oleh Lapangan Merdeka dan Taman Ahmad Yani, dimiliki sebagian oleh Taman Teladan dan Taman Gajah Mada, dan tidak dimiliki oleh Taman Cadika dan Taman Beringin. Sarana yang mendukung edukasi anak dimiliki lengkap oleh Taman Ahmad Yani dan Taman Beringin, dimiliki sebagian oleh Lapangan Merdeka dan Taman Gajah Mada, serta tidak dimiliki oleh Taman Teladan dan Cadika. Taman Teladan memiliki lengkap seluruh sarana prasarana untuk bersantai, dimana kelima taman lain memiliki lima dari total enam sarana. Dari total lima sarana prasarana untuk kebutuhan dasar, Lapangan Merdeka, Taman Cadika, dan Taman Ahmad Yani memiliki semuanya, Taman Beringin punya empat, sedangkan Taman Teladan dan Gajah Mada masing-masing hanya punya dua. Gambar 2 menjelaskan sebaran sarana prasarana secara spasial. Kondisi penggunaan ruang di keenam taman juga beragam. Lapangan Merdeka terdiri dari tiga area yang berbeda berdasarkan waktu keramaian pengunjung, dimana semakin ke utara maka semakin tidak ramai. Taman Beringin dibagi atas dua ruang, dipisahkan oleh kolam air

6 mancur dimana sebelah utara lebih rindang daripada sebelah selatan. Taman Cadika terdiri atas tiga area berdasarkan tutupan lahan. Taman Ahmad Yani memiliki empat area dipisahkan oleh koridor jalan, berdasarkan keramaian pengunjung. Taman Gajah Mada memiliki dua area dimana area utara didominasi pengguna jogging track, sementara sebelah selatan untuk menonton dan bermain sepak bola. Terakhir, Taman Teladan memiliki penggunaan ruang yang seragam atau tidak ada perbedaan penggunaan ruang yang signifikan.

7 Gambar 2. Sketsa situation (dari kiri atas searah jarum jam) Taman Ahmad Yani, Taman Cadika, Taman Gajah Mada, Lapangan Merdeka, Taman Teladan, Taman Beringin (sumber: pengolahan data, 2014) Karakteristik situation berupa jaringan jalan setiap taman adalah seragam, yaitu merupakan tingkatan jalan kolektor, yang terdapat di Taman Beringin, Cadika, Ahmad Yani, dan Gajah Mada. Lapangan Merdeka sebagai titik nol Kota Medan memiliki tingkatan jaringan jalan arteri, sementara Taman Teladan memiliki tingkatan jalan lokal. Hubungan taman dengan objek lain sebagian besar tidak mendukung kunjungan ke taman. Taman Teladan dicap sebagai rawan pencurian, Taman Cadika dianggap mistis, sementara Taman Gajah Mada sebagai lokasi prostitusi berpotensi mengurangi jumlah kunjungan pengunjung. Di saat Taman Beringin dan Taman Ahmad Yani tidak memiliki hubungan yang mendukung ataupun tidak, kelengkapan sarana dan prasarana di sekitar Lapangan Merdeka sebagai titik pusat Kota Medan membuat taman ini memiliki hubungan taman yang mendukung adanya kunjungan.

8 Gambar 3. Peta situation enam taman di Kota Medan (sumber: pengolahan data, 2014) Terdapat tiga jenis penggunaan tanah yang mendominasi taman di Kota Medan, yaitu permukiman, perdagangan, dan perkantoran. Taman Cadika dan Teladan hanya dikelilingi oleh permukiman, Lapangan Merdeka oleh perkantoran dan perdagangan, Taman Gajah Mada oleh permukiman dan perdagangan, Taman Beringin dan Ahmad Yani didominasi oleh perkantoran, perdagangan, dan permukiman. Gambar 3 menunjukkan peta situation setiap taman. Aktivitas pengunjung terdiri atas karakteristik pengunjung dan kegiatan pengunjung. Karakteristik pengunjung terdiri dari umur rata-rata, frekuensi, durasi, dan waktu kunjungan. Kondisi karakteristik pengunjung adalah seragam dimana umur rata-rata mulai dari tahun, frekuensi satu sampai enam kali seminggu, durasi satu sampai dua jam, dan waktu

9 kunjungan pada sore hari. Anomali frekuensi kunjungan terdapat pada Taman Beringin dan Cadika. Anomali durasi kunjungan terdapat pada Taman Beringin dan Taman Teladan, sedangkan anomali pada waktu kunjungan dominan terdapat pada Taman Merdeka. Persentase kegiatan pengunjung Kegiatan Pengunjung Taman 100% 80% 60% 40% 20% 0% merdeka beringin cadika ahmad yani gajah mada teladan Taman or- permainan non- permainan edukasi anak bersantai Gambar 4. Kegiatan pengunjung taman kota di Medan Kondisi kegiatan pengunjung di taman kota adalah beragam. Kegiatan yang dominan ditemukan di taman kota Medan seperti yang terlihat di gambar 4 adalah bersantai, dimana tiga taman memiliki persentase kegiatan pengunjung terbanyak pada bersantai, dan pada tiga taman lain bersantai merupakan kegiatan kedua terbanyak. Dua taman didominasi oleh olahraga non-permainan, dan satu lagi oleh olahraga permainan. Edukasi anak tidak menjadi kegiatan yang mendominasi taman manapun, namun persentasenya cukup besar pada Taman Teladan, yang menariknya, tidak memiliki sarana yang mendukung. Pembahasan Tabel 1. Crossing site dan aktivitas pengunjung Taman Status Penggunaan ruang Sarana (total 16) Umur Frekuensi Waktu Durasi Kegiatan Utama Merdeka Taman kecamatan Keramaian pengunjung x seminggu Pagi 1-2 jam O.Non-permainan Beringin Hutan kota tutupan pohon Setiap hari Sore < 1 jam Bersantai Cadika Hutan kota tutupan lahan x sebulan Sore 1-2 jam Bersantai Ahmad Yani Taman kelurahan Keramaian pengunjung, tutupan lahan x seminggu Sore O.Non-permainan

10 Gajah Mada Teladan Taman kelurahan Taman kelurahan Kegiatan pengunjung x seminggu Sore 1-2 jam O.permainan x seminggu > 2 jam Bersantai Taman yang tidak memiliki sarana yang mendukung olahraga permainan hanya memiliki persentase pengunjung yang melakukan olahraga permainan yang kecil, tentu saja. Sebaliknya, Taman Gajah Mada, yang kelengkapan sarananya hanya ditemukan pada sarana yang mendukung olahraga permainan, pengunjungnya lebih banyak melakukan olahraga permainan. Semua taman memiliki sarana yang mengakomodasi kegiatan bersantai. Hal ini sesuai dengan ditemukannya kegiatan bersantai di setiap taman. Dari tiga taman dengan kegiatan dominan adalah bersantai, semuanya memiliki sarana pusat atraksi. Sebaliknya, dari tiga taman dimana bersantai bukan merupakan kegiatan dominan, dua diantaranya hanya tidak memiliki pusat atraksi, dan memiliki sarana lain yang mendukung kegiatan bersantai. Selain itu, ketiga taman yang didominasi kegiatan bersantai ini sama-sama memiliki pusat atraksi yang berkaitan dengan air (kolam air mancur dan danau). Ada kemungkinan pusat atraksi yang berkaitan dengan air memiliki pengaruh kepada banyaknya jumlah pengunjung yang bersantai lebih besar daripada pusat atraksi bukan air (patung). Pusat atraksi berupa patung ini terdapat pada Taman Ahmad Yani yang bersantai bukan menjadi kegiatan paling banyak dilakukan. Sarana yang mendukung edukasi anak ditemukan lengkap di du ataman, tidak lengkap di dua taman, dan tidak ditemukan sama sekali di dua taman. Namun demikian, kegiatan edukasi anak tetap ditemukan di semua taman, termasuk taman yang tidak memiliki sarana edukasi anak. Hal ini menunjukkan kegiatan edukasi anak tidak membutuhkan suatu sarana khusus. Sebaran taman dengan sarana yang mendukung olahraga non-permainan serupa dengan edukasi anak. Perbedaannya adalah, pada dua taman yang tidak punya sarana, tidak ditemukan kegiatan olahraga non-permainan. Hal ini menunjukkan, berbeda dari edukasi anak, olahraga non-permainan membutuhkan sarana khusus. Pada tabel crossing site dapat ditemukan dua pola. Pertama, Taman Beringin dan Taman Cadika memiliki kesamaan dalam karakteristik site, dimana keduanya merupakan hutan kota dengan penggunaan ruang didasarkan atas tutupan lahan dan memiliki sarana dan prasarana terbatas (masing-masing punya sebelas dan sepuluh sarana). Pola ini berlanjut pada aktivitas pengunjung di kedua taman. Taman Cadika dan Taman Beringin adalah hanya dua taman

11 yang dimana frekuensi pengunjung dominan tidak satu sampai enam kali seminggu. Kedua taman juga lebih sering dikunjungi pada sore hari, dan kegiatan utama pengunjung adalah bersantai. Kesamaan pola pada karakterisitik site dan aktivitas pengunjung menunjukkan ada hubungan antara keduanya. Jika status taman berupa hutan kota, dengan penggunaan ruang didasarkan pada tutupan lahan dan memiliki sarana yang kurang lengkapmaka pengunjung akan berkunjung dengan frekuensi bukan satu sampai enam kali seminggu, pada sore hari, dan dengan kegiatan utama ialah bersantai. Pola kedua ditemukan pada Lapangan Merdeka, Taman Ahmad Yani, dan Taman Gajah Mada. Kesamaan pada karakteristik site di ketiga taman ini terdapat pada pengunaan ruang yang didasarkan pada keramaian atau kegiatan pengunjung, dan sarana yang lengkap (dimana Taman Gajah Mada memiliki sarana yang tidak lengkap secara jumlah, namun mendukung kegiatan yang lengkap). Pola ini berlanjut pada aktivitas pengunjung taman dimana frekuensi kunjungan dominan adalah satu sampai enam kali seminggu dan kegiatan utama berupa olahraga permainan atau non permainan. Di luar ketiga taman ini, kegiatan utama pengunjung taman adalah bersantai. Jika penggunaan ruang didasarkan pada keramaian atau kegiatan pengunjung dan sarana yang lengkap, maka frekuensi kunjungan adalah satu sampai enam kali seminggu dengan kegiatan utama berupa olahraga permainan atau non permainan. Kedua pola memiliki kesamaan, yaitu karakter site berupa sarana dan prasarana dan penggunaan ruang disebutkan mempengaruhi aktivitas pengunjung. Pola pertama juga menyebutkan status taman juga mempengaruhi, namun status ini tidak berlaku pada pola kedua. Dapat dilihat bahwa kegiatan bersantai tidak hanya ditemukan pada taman dengan status hutan kota, sehingga lebih dimungkinkan pada pola pertama, aktivitas pengunjung lebih dipengaruhi oleh penggunaan ruang dan sarana daripada status taman, serupa dengan pola kedua. Kesamaan selanjutnya antar kedua pola terletak pada aktivitas pengunjung. Kedua pola menunjukkan karakteristik site mempengaruhi frekuensi kunjungan serta kegiatan pengunjung. Pada pola pertama disebutkan bahwa waktu kunjungan terkena pengaruh, namun tidak ditemukan di pola kedua. Ketidakberlanjutan ini membuat waktu kunjungan tidak serta merta dipengaruhi oleh karakteristik site. Setelah membandingkan kedua pola, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik site penggunaan ruang serta sarana dan prasarana mempengaruhi aktivitas pengunjung berupa frekuensi kunjungan dan kegiatan pengunjung. Tabel 2. Crossing situation terhadap aktivitas pengunjung Taman Jalan penggunaan tanah Hubungan Taman Umur Frekuensi Waktu Durasi Kegiatan

12 Merdeka Arteri perkantoran perdagangan Mendukung x seminggu Pagi 1-2 jam Beringin Kolektor perkantoran, Netral 30 Setiap hari Sore < 1 perdagangan jam permukiman Cadika Kolektor permukiman Tidak mendukung Ahmad Kolektor Yani perkantoran, perdagangan permukiman x sebulan Netral x seminggu Sore 1-2 jam Sore Bersantai Utama O.Nonpermainan Bersantai O.Nonpermainan Gajah Mada Kolektor permukiman perdagangan Tidak mendukung Teladan Lokal permukiman Tidak mendukung x seminggu x seminggu Sore 1-2 jam > 2 jam O.permainan Bersantai Faktor situation berupa jaringan jalan mempengaruhi karakteristik pengunjung. Lapangan Merdeka yang memiliki tingkatan jaringan jalan paling baik diantara taman lain dipilih oleh komunitas senam dan bela diri sebagai lokasi melakukan kegiatan. Sebaliknya Taman Cadika sebagai taman yang paling sulit diakses membuat taman ini jarang dikunjungi secara berkala oleh pengunjung. Taman Cadika menjadi satu-satunya taman dimana frekuensi kedatangan pengunjung yang dominan adalah sekali sampai tiga kali dalam sebulan. Terdapat kecenderungan taman kota yang dikelilingi permukiman memiliki kegiatan dominan berupa bersantai dan taman yang dikelilingi perkantoran memiliki kegiatan olahraga nonpermainan. Dari tiga taman kota yang kegiatan bersantai mendominasi kegiatan pengunjung semuanya dikelilingi oleh penggunaan tanah berupa pemukiman. Sebaliknya, taman yang dikelilingi penggunaan tanah berupa perkantoran, dimana pada tiga taman tersebut kegiatan berupa olahraga non-permainan cukup banyak ditemukan. Pada Taman Beringin, salah satu taman yang dikelilingi perkantoran, kegiatan olahraga non-permainan tetap ditemukan (tetapi tidak mendominasi) walaupun fasilitas yang mendukung kegiatan tersebut tidak ada. Pada tabel crossing situation terdapat sebuah pola yang ditemukan. Pola tersebut menghubungkan Lapangan Merdeka dan Taman Gajah Mada. Keduataman memiliki penggunaan tanah yang mendominasi berupa perdagangan dan perkantoran. Kesamaan karakteristik situation antara kedua taman yang lain adalah hubungan antar taman yang mendukung atau netral. Pola ini berlanjut pada aktivitas pengunjung, dimana frekuensi

13 kunjungan adalah satu sampai enam kali seminggu dengan kegiatan dominan adalah olahraga non-permainan. Pola menunjukkan bahwa karakter situation berupa penggunaan tanah dan hubungan taman mempengaruhi frekuensi kunjungan dan kegiatan pengunjung. Perlu diperhatikan bahwa frekuensi kunjungan pada pola, yaitu satu hingga enam kali seminggu, juga ditemukan pada taman yang dikelilingi pemukiman dan hubungan taman yang tidak mendukung, seperti di Taman Teladan. Karena itu, diyakini frekuensi kunjungan tidak mendapat pengaruh besar dari karakteristik situation, Terdapat dua kemungkinan mengenai frekuensi, pertama, yaitu frekuensi lebih dipengaruhi oleh karakterisitik site, seperti telah dibuktikan sebelumnya, atau memang frekuensi kunjungan tidak terpengaruh, karena sifatnya yang seragam sesuai dengan karakteristik pengunjung taman. Selain itu, dalam penelitian ini, hubungan taman tidak digali secara mendalam. Di awal telah disebutkan bahwa hubungan taman lebih berupa informasi tambahan melengkapi karakteristik situation lain. Karena itu, hubungan taman juga tidak dapat dipercaya turut memberikan pengaruh kepada aktivitas pengunjung. Kesimpulannya adalah karakteristik situation berupa penggunaan tanah mempengaruhi aktivitas pengunjung berupa kegiatan pengunjung. Dari pola yang ditemukan pada perbandingan karakteristik site dan situation terhadap aktivitas pengunjung, dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, karakteristik site berupa penggunaan ruang dan sarana mempengaruhi aktivitas pengunjung berupa frekuensi kunjungan dan kegiatan pengunjung. Kesimpulan kedua, sebagai penjelasan dari kesimpulan sebelumnya, dimana taman dengan penggunaan ruang didasarkan pada tutupan lahan dan sarana yang tidak lengkap, cenderung menghasilkan karakteristik aktivitas pengunjung berupa frekuensi kunjungan bukan satu sampai enam kali seminggu, dengan kegiatan utama ialah bersantai. Sementara taman dengan penggunaan ruang didasarkan pada keramaian atau kegiatan pengunjung dan sarana yang lengkap, cenderung menghasilkan karakteristik aktivitas pengunjung taman berupa frekuensi kunjungan adalah satu sampai enam kali seminggu dengan kegiatan utama berupa olahraga permainan atau non permainan. Ketiga, penggunaan tanah di sekitar taman mempengaruhi kegiatan pengunjung, dimana taman dengan penggunaan tanah dominan di sekitar berupa perdagangan dan perkantoran, cenderung menghasilkan karakter aktivitas pengunjung berupa kegiatan dominan adalah olahraga nonpermainan. Kesimpulan

14 Site dan situation taman kota di Medan memiliki karakteristik beragam di sarana, penggunaan ruang, dan penggunaan tanah. Terdapat taman yang memiliki sembilan hingga empat belas dari total enam belas sarana, dan berjumlah satu hingga empat penggunaan ruang. Penggunaan tanah beragam berupa permukiman, perdagangan, dan perkantoran. Karakteristik yang seragam ditemukan pada status taman berupa taman kelurahan, jaringan jalan berupa kolektor, dan hubungan taman yang tidak mendukung kunjungan. Aktivitas pengunjung taman kota seragam pada karakteristik pengunjung yaitu frekuensi kunjungan satu hingga enam kali seminggu, pada sore hari, dan durasi satu hingga dua jam, namun beragam pada kegiatan pengunjung, yaitu antara bersantai, olahraga permainan, dan olahraga non-permainan Karakteristik site dan situation mempengaruhi aktivitas pengunjung, dimana karakteristik site penggunaan ruang dan sarana mempengaruhi frekuensi kunjungan dan kegiatan pengunjung, sementara karakteristik situation penggunaan tanah mempengaruhi kegiatan pengunjung. Daftar Referensi Carr, S., Leanne G.R., Mark F., Andrew M.S. (1992). Public Space. Cambridge: Cambridge University Press Cronon, W. (1991). Nature s Metropolis: Chicago and The Great West. New York & London: W.W. Norton & Company Liverpool City Council. (2011). The Value of Urban Parks and Greenspaces. Liverpool: Parks and Greenspaces Business Unit McKenzie, T.L., dkk. (2006). System 74 for Observing Play and Leisure Activity in Communities (SOPARC): Reliability and feasibility measures. J. Phys. Act. Health, 1, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan Purnomohadi, Ning. (2006). Ruang Terbuka Hijau Sebagai Unsur Utama Tata Ruang Kota. Jakarta: Direktorat Jenderal Penataan Ruang ISBN:

15 Standar Nasional Indonesia SNI mengenai Persyaratan Umum Sistem Jaringan dan Geometrik Jalan Perumahan Uthama, Ida Bagus Putu Arga. (2013). Upaya Peningkatan Pemanfaatan Taman Kota di Kota Tabanan. Denpasar: Universitas Udayana Zulkarnain. (2013). Rencana Aksi Kota Hijau. Medan: Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Pemerintah Kota Medan

16

Penetuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarakan Preferensi Masyarakat

Penetuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarakan Preferensi Masyarakat C38 Penetuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarakan Preferensi Masyarakat Bagiar Adla Satria dan Prananda Navitas Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di

Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di Perumahan Bukit Sejahtera Palembang Tutur Lussetyowati Laboratorium Kota dan Permukiman, Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

Studi Home Range Penggunaan Taman Kota Studi Kasus Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala, Denpasar, Bali

Studi Home Range Penggunaan Taman Kota Studi Kasus Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala, Denpasar, Bali Studi Home Range Penggunaan Taman Kota Studi Kasus Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala, Denpasar, Bali NI PUTU ARI CANDRA MANI GEDE MENAKA ADNYANA NANIEK KOHDRATA *) PS Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau atau RTH merupakan salah satu komponen penting perkotaan. Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota adalah sebuah sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomis yang heterogen

Lebih terperinci

KEBUTUHAN TAMAN KOTA RAMAH LANSIA DI KOTA BOGOR Eneng Dayu Saidah 1) ; Indarti Komala Dewi 2) ; Ni Made Esti Nurmani 3).

KEBUTUHAN TAMAN KOTA RAMAH LANSIA DI KOTA BOGOR Eneng Dayu Saidah 1) ; Indarti Komala Dewi 2) ; Ni Made Esti Nurmani 3). KEBUTUHAN TAMAN KOTA RAMAH LANSIA DI KOTA BOGOR Eneng Dayu Saidah 1) ; Indarti Komala Dewi 2) ; Ni Made Esti Nurmani 3). Abstrak Pada tahun 2050 penduduk perkotaan dunia didominasi oleh penduduk lansia,

Lebih terperinci

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD Oleh : Linda Dwi Rohmadiani Abstrak Proporsi Ruang Terbuka Hijau sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 tahun

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG ANALYSIS OF PUBLIC GREEN OPEN SPACE IN BITUNG CITY Alvira Neivi Sumarauw Jurusan Perencanaan Wilayah, Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:3). Metode penelitian yang

III. METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:3). Metode penelitian yang 38 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:3). Metode penelitian yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Dalam penelitian ini, peran ruang terbuka hijau dibagi menjadi fungsi utama dan fungsi tambahan. Fungsi utama terkait dengan fungsi ekologis, sedangkan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik.

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kota merupakan sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang C534 Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang Dian Fajar Novitasari dan Ardy Maulidy Navastara Departemen Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya perkembangan kota, membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang berbagai aktivitas masyarakat kota. Meningkatnya aktivitas

Lebih terperinci

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-188 Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian. Februari Maret April Mei Juni. Kegiatan. 1. Penyusunan Proposal. 2. Persiapan. 3. Inventarisasi Data

LAMPIRAN. Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian. Februari Maret April Mei Juni. Kegiatan. 1. Penyusunan Proposal. 2. Persiapan. 3. Inventarisasi Data LAMPIRAN 0 1 0 Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian LAMPIRAN No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni 1 3 4 1 3 4 1 3 3 1 3 4 1 3 4 1. Penyusunan Proposal. Persiapan 3. Inventarisasi Data 4. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan di Indonesia tahun terakhir ini makin terus digalakkan dan ditingkatkan dengan sasaran sebagai salah satu sumber devisa andalan di samping

Lebih terperinci

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta) Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta) Hapsari Wahyuningsih, S.T, M.Sc Universitas Aisyiyah Yogyakarta Email: hapsariw@unisayogya.ac.id Abstract: This research

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota adalah sebuah tempat dimana manusia hidup, menikmati waktu luang, berkomunikasi, dan bersosialisasi dengan manusia lain. Kota juga merupakan wadah dimana keseluruhan

Lebih terperinci

Pola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang

Pola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang Pola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang Adisty Yoeliandri Putri 1, Jenny Ernawati 2 dan Subhan Ramdlani 2 1Mahasiswa, Jurusan arsitektur/ Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen,

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA DENPASAR DALAM HAL PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA DENPASAR oleh A.A Sagung Istri Pramita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ruang terbuka publik merupakan salah satu fasilitas yang dibutuhkan kota.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ruang terbuka publik merupakan salah satu fasilitas yang dibutuhkan kota. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang terbuka publik merupakan salah satu fasilitas yang dibutuhkan kota. Ruang terbuka publik merupakan lahan yang tidak terbangun dengan penggunaan tertentu, tidak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan perekonomian di kota-kota besar dan metropolitan seperti DKI Jakarta diikuti pula dengan berkembangnya kegiatan atau aktivitas masyarakat perkotaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap merupakan suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berkembangnya suatu kota membawa konsekuensi terhadap perubahan fisik kota yang biasanya juga dibarengi pertumbuhan penduduk dan pembangunan fasilitas ekonomi yang cukup

Lebih terperinci

Konsep Pengembangan Ruang Terbuka Publik Pantai Bahari, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat

Konsep Pengembangan Ruang Terbuka Publik Pantai Bahari, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Konsep Pengembangan Ruang Terbuka Publik Pantai Bahari, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat Melia W. Pratiwi, Marly V. Patandianan, Bambang Heryanto Laboratoratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberadan ruang terbuka publik di dalam suatu kota semakin terbatas. Pembangunan gedung-gedung tinggi dan kawasan industri yang merupakan trademark dari kemajuan suatu

Lebih terperinci

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terbitnya Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang seiring dengan makin menguatnya keprihatinan global terhadap isu pemanasan global dan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu gerakan olah tubuh yang memberikan efek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu gerakan olah tubuh yang memberikan efek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu gerakan olah tubuh yang memberikan efek pada tubuh secara keseluruhan. Olahraga membantu merangsang otot-otot dan bagian tubuh lainnya

Lebih terperinci

OPTIMALISASI FUNGSI RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN MELIHAT POLA SEBARAN PENGUNJUNG STUDI KASUS: TAMAN TABEBUYA, JAGAKARSA

OPTIMALISASI FUNGSI RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN MELIHAT POLA SEBARAN PENGUNJUNG STUDI KASUS: TAMAN TABEBUYA, JAGAKARSA Volume 4, Nomor 2, 2017, hlm 121-127 p-issn: 2302 6073, e-issn: 2579-4809 Journal Home Page: http://journal.uin-alauddin.ac.id DOI: https://doi.org/10.24252/nature.v4i2a4 OPTIMALISASI FUNGSI RUANG TERBUKA

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) PADA PERMUKIMAN STUDI KASUS : RPTRA GANDARIA SELATAN

PENERAPAN KONSEP RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) PADA PERMUKIMAN STUDI KASUS : RPTRA GANDARIA SELATAN PENERAPAN KONSEP RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) PADA PERMUKIMAN STUDI KASUS : RPTRA GANDARIA SELATAN MUHAMMAD SEGA SUFIA PURNAMA ages125@gmail.com 085695606085 Program Studi Arsitektur Fakultas

Lebih terperinci

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta yang memiliki tingkat perkembangan yang tinggi mendorong minat investor untuk berinvestasi di kota metropolitan ini. Dengan kondisi yang demikian, DKI

Lebih terperinci

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota Hindra K. P. Handana Mahasiswa Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung.

Lebih terperinci

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai TEMU ILMIAH IPLBI 0 Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai Binar T. Cesarin (), Chorina Ginting () () Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

A Study on the Difference of Visitation Level to Urban Park as Public Space at Tarakan City

A Study on the Difference of Visitation Level to Urban Park as Public Space at Tarakan City Volume (7). Desember 2011. 203-211 Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota A Study on the Difference of Visitation Level to Urban Park as Public Space at Tarakan City Beny Yonter Forman Nahampun 1 ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan kerangka awal dan tahapan pelaporan pelaksanaan penelitian untuk memberikan gambaran mengenai apa dan

BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan kerangka awal dan tahapan pelaporan pelaksanaan penelitian untuk memberikan gambaran mengenai apa dan BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan kerangka awal dan tahapan pelaporan pelaksanaan penelitian untuk memberikan gambaran mengenai apa dan bagaimana penelitian ini dengan menjabarkan latar belakang,

Lebih terperinci

Kriteria Taman Kota Sebagai Sistem Rona

Kriteria Taman Kota Sebagai Sistem Rona TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Kriteria Taman Kota Sebagai Sistem Rona Dosen pada Jur. Ars. Lansekap Fakulatas Arsitektur Lansekap dan Teknik Lingkungan Universitas Trisakti Abstrak Taman kota sebagai ruang publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan yang terjadi di wilayah perkotaan sedang mengalami perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan yang terjadi lebih banyak

Lebih terperinci

SEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU JAGAKARSA

SEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU JAGAKARSA Available online through http://ejournal.undip.ac.id/index.php/modul Sebaran Ruang Terbuka Hijau Jagakarsa SEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU JAGAKARSA Nia Rachmawati *) *) Jurusan Arsitektur Univeristas Pancasila,

Lebih terperinci

SEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU JAGAKARSA

SEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU JAGAKARSA SEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU JAGAKARSA Nia Rachmawati * Jurusan Arsitektur Univeristas Pancasila Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa Jakarta 12640 Percepatan pembangunan di perkotaan berdampak pada perubahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dunia era sekarang ini begitu cepat, ditandai dengan banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang sebelumnya kota telah berkembang menjadi

Lebih terperinci

ANALISA PERTUMBUHAN KOTA DAN PERUBAHAN FUNGSI LAHAN DI KELURAHAN SIDOMULYO BARAT, PEKANBARU. Afdi Gustiawan, Rian Trikomara, dan Manyuk Fauzi

ANALISA PERTUMBUHAN KOTA DAN PERUBAHAN FUNGSI LAHAN DI KELURAHAN SIDOMULYO BARAT, PEKANBARU. Afdi Gustiawan, Rian Trikomara, dan Manyuk Fauzi ANALISA PERTUMBUHAN KOTA DAN PERUBAHAN FUNGSI LAHAN DI KELURAHAN SIDOMULYO BARAT, PEKANBARU Afdi Gustiawan, Rian Trikomara, dan Manyuk Fauzi Abstract Physical development of urban areas need to be carefully

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Riksa Alhadi, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Riksa Alhadi, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota pada dasarnya adalah tempat bermukim bagi suatu komunitas dalam jumlah yang besar. Namun selain tempat bermukim suatu komunitas, kota juga merupakan tempat dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan merupakan pemaparan dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan uraian tentang konteks permasalahan dengan

Lebih terperinci

REKREASI PANTAI DAN RESTORAN TERAPUNG

REKREASI PANTAI DAN RESTORAN TERAPUNG P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REKREASI PANTAI DAN RESTORAN TERAPUNG Dengan penekanan desain arsitektur waterfront Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

Studi Kepuasan Pengunjung Terhadap Pusat Kegiatan Olah Raga (PKOR) Way Halim Sebagai Ruang Publik

Studi Kepuasan Pengunjung Terhadap Pusat Kegiatan Olah Raga (PKOR) Way Halim Sebagai Ruang Publik Studi Kepuasan Pengunjung Terhadap Pusat Kegiatan Olah Raga (PKOR) Way Halim Sebagai Ruang Publik Dian Perdana (1) Shofia Islamia Ishar (2) (1) Dian Perdana, Mahasiswa Arsitektur Universitas Bandar Lampung

Lebih terperinci

Rizqi Agung Wicaksono Zuharnen Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ABSTRACT

Rizqi Agung Wicaksono Zuharnen Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ABSTRACT PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH RESOLUSI TINGGI DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK MENENTUKAN LOKASI PRIORITAS PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA SURAKARTA Rizqi Agung Wicaksono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan yang signifikan merupakan wujud nyata pembangunan dalam perkembangan kawasan perkotaan. Perkembangan kawasan perkotaan tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA LAMPIRAN-A STUDI KENYAMANAN PENGGUNA TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK PADA RUMAH SUSUN SUKARAMAI MEDAN DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 Tanggal: Waktu : (Pagi/

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG KORIDOR JALAN LETJEND S. PARMAN - JALAN BRAWIJAYA DAN KAWASAN SEKITAR TAMAN BLAMBANGAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A 34202006 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

NILAI EKONOMI WISATA TAMAN KOTA BERDASARKAN METODE BIAYA PERJALANAN (Travel Cost Methode) DI PEKANBARU

NILAI EKONOMI WISATA TAMAN KOTA BERDASARKAN METODE BIAYA PERJALANAN (Travel Cost Methode) DI PEKANBARU NILAI EKONOMI WISATA TAMAN KOTA BERDASARKAN METODE BIAYA PERJALANAN (Travel Cost Methode) DI PEKANBARU ECONOMIC VALUE OF CITY PARK TOUR BASED ON TRAVEL COSTS METHODE (TCM) IN PEKANBARU Bayu Dewanto 1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pusat kota, terutama kawasan bantaran sungai di tengah kota. Status kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. pusat kota, terutama kawasan bantaran sungai di tengah kota. Status kepemilikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan pertumbuhan yang kini sedang dirasakan sebagian besar kotakota di Indonesia salah satunya adalah pertumbuhan permukiman informal di kawasan pusat kota,

Lebih terperinci

ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI DAN KOLEKTOR DI KECAMATAN DEPOK DAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN

ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI DAN KOLEKTOR DI KECAMATAN DEPOK DAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI DAN KOLEKTOR DI KECAMATAN DEPOK DAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN Di susun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa public space/ruang publik

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa public space/ruang publik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang publik sebagai salah satu elemen penting perkotaan dapat menjadi petunjuk dan mencerminkan karakter khusus suatu masyarakat. Secara umum ruang publik/public

Lebih terperinci

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung Devi Johana Tania, Witanti Nur Utami Program Studi Magister Rancang Kota, Sekolah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1 Gambaran Umum Proyek Judul Proyek Tema Lokasi Sifat Luas Tapak : Pusat Kebugaran dan Spa : Arsitektur Tropis : Jl. Gandul Raya, Krukut, Depok : Fiktif : ± 15.000 m² (1,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya akan memberikan konsekuensi terhadap kebutuhan ruang. Pertumbuhan penduduk di kota besar

Lebih terperinci

STUDI KENYAMANAN PENGGUNA TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK PADA RUMAH SUSUN SUKARAMAI MEDAN

STUDI KENYAMANAN PENGGUNA TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK PADA RUMAH SUSUN SUKARAMAI MEDAN STUDI KENYAMANAN PENGGUNA TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK PADA RUMAH SUSUN SUKARAMAI MEDAN SKRIPSI OLEH ELBERT 100406057 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab I. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab I. Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia yang beragam tidak terlepas dari berbagai aktifitas yang membutuhkan tempat untuk mewadahinya. Dalam arsitektur sering dikenal istilah space, atau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan terjadinya penurunan kwantitas ruang terbuka publik,

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan terjadinya penurunan kwantitas ruang terbuka publik, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecenderungan terjadinya penurunan kwantitas ruang terbuka publik, terutama ruang terbuka hijau (RTH) pada 30 tahun terakhir sangat signifikan. Di kota-kota besar

Lebih terperinci

EVALUASI PERKEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MADIUN

EVALUASI PERKEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MADIUN EVALUASI PERKEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MADIUN Ulul Albab Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya, feverboss@gmail.com Dr. Sukma Perdana

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 4. Arsitektural Aspek arsitektural mengarah pada bagaimana RTH tersebut menarik untuk dikunjungi dan indah dipandang. RTH publik di Kota Malang sebagian besar tidak ada yang mengalami renovasi bagian dalam

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh atraksi wisata terhadap minat berkunjung wisatawan di Curug Pelangi, maka dapat disimpulkan

Lebih terperinci

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN...

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang publik atau public space adalah tempat orang berkumpul untuk melakukan aktivitas dengan tujuan dan kepentingan tertentu serta untuk saling bertemu dan berinteraksi,

Lebih terperinci

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan Medhiansyah P. Prawira Program Studi Rancang Kota, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Berolahraga merupakan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stearns dan Montag (1974) dalam Irwan (2005) menjelaskan bahwa kota merupakan suatu areal dimana terdapat atau terjadi pemusatan penduduk dengan kegiatannya dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pembuka dari laporan penulisan tugas akhir. Isi dari bab ini adalah hal-hal yang berkaitan langsung dengan kegiatan penelitian yang telah dilakukan, yaitu meliputi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK LOKASI GERAI KULINER BAGI KONSUMEN MAHASISWA DI JALAN MARGONDA DAN SEKITARNYA

KARAKTERISTIK LOKASI GERAI KULINER BAGI KONSUMEN MAHASISWA DI JALAN MARGONDA DAN SEKITARNYA KARAKTERISTIK LOKASI GERAI KULINER BAGI KONSUMEN MAHASISWA DI JALAN MARGONDA DAN SEKITARNYA Triyoga Widiastomo MH Dewi Susilowati Ratna Saraswati Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 Abstrak

Lebih terperinci

PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI SKALA SEDANG DAN BESAR YANG TERAGLOMERASI TERHADAP PERMUKIMAN DI MOJOSONGO-TERAS, KABUPATEN BOYOLALI

PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI SKALA SEDANG DAN BESAR YANG TERAGLOMERASI TERHADAP PERMUKIMAN DI MOJOSONGO-TERAS, KABUPATEN BOYOLALI TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI SKALA SEDANG DAN BESAR YANG TERAGLOMERASI TERHADAP PERMUKIMAN DI MOJOSONGO-TERAS, KABUPATEN BOYOLALI Oleh: RIKY DONY ARDIAN I 0610027 Diajukan Sebagai Syarat

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI TAMAN PENYEMBUHAN (HEALING GARDEN) DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH SRI HARTINI

KAJIAN POTENSI TAMAN PENYEMBUHAN (HEALING GARDEN) DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH SRI HARTINI KAJIAN POTENSI TAMAN PENYEMBUHAN (HEALING GARDEN) DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH SRI HARTINI 100406004 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 KAJIAN POTENSI

Lebih terperinci

Kriteria Ruang Terbuka menurut Persepsi Masyarakat di Kota Palembang

Kriteria Ruang Terbuka menurut Persepsi Masyarakat di Kota Palembang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Kriteria Ruang Terbuka menurut Persepsi Masyarakat di Kota Palembang Karina 1, Hanson E. Kusuma 2, Laras Primasari 3 1 Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi

Lebih terperinci

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR Cesaria Wahyu Lukita, 1, *), Joni Hermana 2) dan Rachmat Boedisantoso 3) 1) Environmental Engineering, FTSP Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang terbuka publik merupakan tempat di mana berbagai kalangan dengan berbagai macam latar belakang berkumpul untuk melakukan interaksi sosial, mulai dari masyarakat

Lebih terperinci

Kriteria Ruang Terbuka menurut Persepsi Masyarakat di Kota Palembang

Kriteria Ruang Terbuka menurut Persepsi Masyarakat di Kota Palembang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Kriteria Ruang Terbuka menurut Persepsi Masyarakat di Kota Palembang Karina (1), Hanson E. Kusuma (2), Laras Primasari (2) karinaamelia29@gmail.com (1) Program Studi Magister Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang publik merupakan ruang terbuka maupun tertutup yang berfungsi sebagai tempat terjadinya interaksi sosial, ekonomi dan budaya. Di wilayah perkotaan, ruang publik

Lebih terperinci

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG 4.1 Sejarah Kawasan Kambang Iwak Palembang Menurut Ir. Ari Siswanto, MCRP, pengamat perkotaan dari Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Sriwijaya,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Shopping mall atau biasa disebut juga dengan mal adalah salah satu pusat perbelanjaan yang cepat berkembang di kota-kota besar di Indonesia. Mal merupakan bagian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Masterplan Universitas Riau Universitas Riau terletak di 0 o 28 35,37 N 101 o 22 52,39 E. Misi yang diusung Universitas Riau (UNRI) adalah Towards A Research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Ruang terbuka merupakan ruang publik yang digunakan masyarakat untuk berinteraksi, berolahraga, dan sebagai sarana rekreatif. Keberadaan ruang terbuka juga bermanfaat

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN TINGKAT RISIKO BANJIR ANTARA KAWASAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN PADA ASPEK TATA GUNA LAHAN. (Kasus: Sub DAS Bengawan Solo Hulu)

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN TINGKAT RISIKO BANJIR ANTARA KAWASAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN PADA ASPEK TATA GUNA LAHAN. (Kasus: Sub DAS Bengawan Solo Hulu) TUGAS AKHIR PERBANDINGAN TINGKAT RISIKO BANJIR ANTARA KAWASAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN PADA ASPEK TATA GUNA LAHAN (Kasus: Sub DAS Bengawan Solo Hulu) Oleh: MAIDA SINTA MAWADDATI I0611013 Diajukan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota adalah daerah terbangun yang memiliki jumlah penduduk dan intensitas penggunaan ruang yang cenderung tinggi sehingga kota senantiasa menjadi pusat aktivitas bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring majunya perkembangan jaman, seiring itu pula perkembangan terjadi di

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring majunya perkembangan jaman, seiring itu pula perkembangan terjadi di 1 PENGATURAN HUKUM DAN DAMPAK PENGKAPLINGAN LIAR BAGI PEMBELI TANAH DI KOTA DENPASAR oleh Birgita Anggun Putrirosari I Ketut Sujana Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract The title

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kota Per Kecamatan Kota yang terdiri dari enam kecamatan memiliki proporsi jumlah penduduk yang tidak sama karena luas masing-masing kecamatan

Lebih terperinci

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB VI DATA DAN ANALISIS BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Cikapundung adalah salah satu sungai yang membelah Kota Bandung melewati 9 kecamatan yang mencakup 13 kelurahan. Sungai Cikapundung memiliki fungsi dan peran

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN TEGALREJO DAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN

ANALISIS PERUBAHAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN TEGALREJO DAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANALISIS PERUBAHAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN TEGALREJO DAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2007 2017 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara langsung dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun waktu tidak tertentu.

Lebih terperinci

Karakteristik Pengguna Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Perumahan di Kecamatan Rungkut

Karakteristik Pengguna Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Perumahan di Kecamatan Rungkut JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-322 Karakteristik Pengguna Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Perumahan di Kecamatan Rungkut Kezia Irene Yosefa dan Ardy Maulidy

Lebih terperinci