KATA PENGANTAR 4 JREC ANALISIS OPTIMASI MENARA SELULER. Pembaca yang terhormat,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR 4 JREC ANALISIS OPTIMASI MENARA SELULER. Pembaca yang terhormat,"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Pembaca yang terhormat, Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-nya kami dapat menyelesaikan Jurnal Ilmiah yang berjudul JREC untuk edisi Mei 2013 volume 1 number 2. Pada JREC ini terdapat beberapa artikel yang membahas hasil penelitian dan kajian dari bidang elektronika, kendali dan telekomunikasi. Kami menghimbau kepada pembaca yang berasal dari universitas atau lembaga diluar UNISMA untuk turut menyumbangkan artikel serta hasil penelitian ke jurnal JREC pada edisi-edisi yang akan datang. Selamat membaca, Redaksi xeti_a@yahoo.com ANALISIS OPTIMASI MENARA SELULER 4 JREC

2 DI KOTA BEKASI Studi Kasus Wilayah Kecamatan Rawalumbu Abdul Hafid Paronda Seta Samsiana Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Islam 45 (UNISMA) Jl. Cut Meutia No. 83 Bekasi, Indonesia Telp , Ext paronda@yahoo.co.uk xeti_a@yahoo.com ABSTRAK Pertambahan jumlah pengguna telekomunikasi bergerak seluler yang semakin tinggi berimplikasi pada kian banyaknya menara seluler di berbagai wilayah. Upaya setiap operator untuk meningkatkan kualitas layanan BTS (Base Transceiver Station) mensyaratkan penempatan antenna secara strategis sesuai karakteristik sinyal dan propagasi telekomunikasi. Kecenderungan pe rlombaan operator untuk mengamankan daerah layanan dan pelanggan mereka berakibat pada munculnya fenomena hutan menara di wilayah yang bersangkutan. Pada gilirannya, optimasi menara seluler merupakan solusi yang dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan model optimasi menara seluler yang berkaitan dengan jumlah menara, radius layanan komunikasi, dan banyaknya operator yang dapat memfungsikan sebuah menara bersama secara efektif. Penelitian ini akan dilakukan dengan mendata jumlah dan sebaran pengguna di sekitar menara, mengukur kualitas sinyal komunikasi melalui survei lapangan dan eksperimentasi. Hasil yang diperoleh akan menjadi pengayaan dalam kajian dan pengembangan aplikasi teknik telekomunikasi seluler pada umumnya. Namun secara khusus diharapkan sebagai rujukan aktual bagi para operator telekomunikasi seluler dan pemerintah daerah (kota dan kabupaten) untuk menopang pengembangan bisnis telekomunikasi dan penataan pembangunan wilayah secara terpadu dan sinergis. Kata Kunci : Optimasi menara, Penataan menara seluler bersama, Telekomunikasi bergerak. 5 JREC

3 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan bisnis telekomunikasi seluler berdampak pada realitas planologis berupa sebaran menara (tower) yang makin banyak di setiap kota. Hal ini perlu direspons dengan upaya regulasi sistemik yang mengakomodasi pertimbangan multidimensi dan multidisiplin ilmu untuk mengawal proses penetapan kebijakan (policy making process) oleh pihak eksekutif dengan melibatkan pihak legislatif. Peran ilmu teknik telekomunikasi yang strategis pada posisi tedepan dalam analisis dan perancangan infrastruktur tidak berarti harus mengabaikan disiplin ilmu yang lain. Oleh karena itu dibutuhkan integrasi sejumlah aspek dan bidang terkait untuk mendukung sebuah rancang bangun dan penataan yang menyeluruh. Teknologi telekomunikasi telah berkembang sangat pesat, baik karena keberhasilan riset ilmu pengetahuan dan penerapan sistem yang cukup sukses dan berkelanjutan, maupun karena kebutuhan pemanfaatan telekomunikasi yang kian bertambah secara signifikan. Sistem komunikasi bergerak seluler (mobile cellular communication system) merupakan tolok ukur yang riil, di mana jumlah penggunanya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat secara berkala. Angka teledensitas (jumlah pengguna telepon seluler setiap 100 jiwa penduduk) beberapa tahun terakhir menunjukkan kecenderungan itu (13% : 2004, 29% : 2006, 50% : 2008, 60,18% : 2009). Mobilitas kegiatan manusia seiring dengan perkembangan teknologi telekomunikasi. Bahkan, dalam beberapa bidang kegiatan tertentu, fasilitas teknologi telekomunikasi dilibatkan sebagai pilar utama pendukung manajemen dan sistem kelembagaan. Misalnya: pemanfaatan , sms (short message service), dan internet dalam dunia perbankan ; rancang bangun aplikasi perangkat lunak yang dilakukan oleh content provider/developer untuk pengembangan usaha (marketing, advertising, dan Sistem Informasi Manajemen SIM, e commerce, dsb). Salah satu dampak tak terhindarkan dari kecenderungan tersebut adalah tantangan bagi operator sistem dan teknologi telekomunikasi bergerak seluler untuk meningkatkan pelayanan, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Pemilihan perangkat dan pengembangan sistem ditekankan pada orientasi peningkatan kepuasan pengguna dan daya tahan serta keandalan sistem yang makin tangguh. Untuk menanggulangi peningkatan jumlah pengguna, maka operator sistem dan teknologi telekomunikasi seluler harus menambah sel (satuan area layanan) yang berarti juga harus menambah jumlah menara BTS (Base Transceiver System), dengan asumsi bahwa setiap menara BTS digunakan oleh hanya satu operator. Profit oriented business (usaha berorientasi keuntungan) sudah barang tentu akan menggunakan segenap fasilitas untuk meraih keuntungan yang seoptimal mungkin. Dalam kaitan ini, operator telekomunikasi seluler akan membangun sebanyak mungkin menara pada wilayah yang teridentifikasi sebagai lokasi pengguna terpadat. Konsekuensinya, di berbagai kota, kabupaten atau daerah ditemukan jumlah menara seluler yang sangat banyak dan relatif terkonsentrasi pada titik tertentu, sementara sangat jarang atau bahkan tidak ada pada titik atau bagian wilayah lainnya. Fenomena hutan menara di beberapa kota di Indonesia merupakan implikasi dari kecenderungan ini, yang karena itu kemudian direspon dengan kebijakan penggunaan menara seluler bersama (Peraturan Bersama Menteri dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi dan Informatika dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor : 18 Tahun 2009, Nomor : 07/PRT/M/2009, Nomor : 19/PER/M/KOMINFO/03/2009 dan Nomor : 3/P/2009 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara Telekomunikasi). 6 JREC

4 Hal ini dimaksudkan agar pemberian ruang tumbuh kembang bagi kemajuan teknologi telekomunikasi dan tingginya animo masyarakat untuk memanfaatkannya tidak melahirkan efek samping (side effect) tak terkendali dalam pengelolaan tata ruang wilayah. Diharapkan bahwa keindahan kota tetap terpelihara dengan baik (estetika planologis) walaupun pada saat yang bersamaan pembangunan menara seluler tidak dapat dihindari, dan bahkan harus bertambah. Terkait dengan beberapa pertimbangan tersebut, maka optimasi pemanfaatan menara seluler bersama perlu dilakukan. Ruang Lingkup Penelitian yang akan dilakukan meliputi menara seluler yang berada pada wilayah kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi. Menara yang berada di sekitar pengguna terpadat akan dipilih sebagai obyek penelitian. Masalah Penelitian Permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut : a. Berapa jumlah menara efektif yang dibutuhkan pada wilayah obyek/target penelitian. b. Berapa jumlah pengguna efektif yang dapat dilayani oleh menara seluler bersama. Batasan Masalah Penelitian akan dibatasi hanya pada 1 3 menara seluler yang memenuhi syarat dengan penekanan utama pada kualitas layanan komunikasi ( QoS: Quality of Services dan GOS : Grade of Service) Menara yang dijadikan obyek penelitian diasumsikan memenuhi segenap kelayakan teknis operasional dalam teknik telekomunikasi seluler. TINJAUAN PUSTAKA Keberadaan menara telekomunikasi di kota Bekasi terkait dengan beberapa hal, yakni : penggunaan lahan untuk pembangunan, jumlah dan fungsi, legalitas, serta kebutuhan. Jumlah menara eksisting paling banyak terdapat di Kecamatan Bekasi Timur, sementara kecamatan dengan jumlah menara paling sedikit adalah Medan Satria; meskipun termasuk wilayah dengan kepadatan penduduk kelompok ketiga. Rincian jumlah menara telekomunikasi di Kota Bekasi sampai dengan 1 Oktober 2010 ditunjukkan dalam tabel berikut (Paronda, 2011): Tabel 1. Jumlah Menara Eksisiting di Kota Bekasi Per Kecamatan Sampai Oktober 2010 No Kecamatan Jumlah 1 Bekasi Barat 45 2 Bekasi Timur 47 3 Bekasi Selatan 30 4 Bekasi Utara 22 5 Mustikajaya 31 6 Jati Asih 29 7 Rawa Lumbu 32 8 Bantar Gebang 22 9 Jati Sampurna Pondok Gede Pondok Melati Medan Satria 11 Jumlah 326 Dari tabel di atas, terlihat bahwa jumlah menara di Kecamatan Bekasi Timur yang memiliki luas wilayah Ha. sudah mencapai 47 buah. Sedangkan Kecamatan Medan Satria yang memiliki luas wilayah Ha, memiliki menara sebanyak 11 buah. Dengan jumlah penyebaran menara per kecamatan yang ada saat ini, tampak adanya inefisiensi penggunaan menara. Hal ini terutama disebabkan karena kenyataan bahwa menara yang banyak tersebut dimiliki oleh beberapa operator, padahal jika menara 7 JREC

5 tersebut digunakan bersama, maka sangat mungkin dilakukan pengurangan jumlah menara. Di samping aspek teknis, pembatasan jumlah menara memang juga terkait dengan peraturan lain, seperti adanya beberapa zona terlarang untuk dibanguni menara. Di antara zona yang terlarang dibanguni menara telekomunikasi di antaranya adalah area cagar alam, pemakaman, taman kota, dan sebagainya. 1. Analisis Optimasi Menara Menara dibutuhkan untuk menempatkan antena seluler yang berfungsi memancarkan atau menrima sinyal komunikasi pada BTS. Posisinya pada pusat sel (cell site) yang berkenaan dengan bentuk, ukuran dan wilayah cakupan (coverage area) tertentu. Dengan demikian, pelaksanaan pekerjaan konstruksi menara merupakan aktivitas akhir dari penetapan sel dalam sebuah sistem komunikasi seluler. Dengan pendekatan yang menyeluruh, sebuah studi kelayakan perlu dilakukan sebelumnya untuk mengawali kegiatan perancangan wilayah layanan telekomunikasi. Penetapan wilayah layanan secara global (bagian1) dikaitkan hasil survey trafik telekomunikasi yang besarnya ditentukan oleh kuantitas user (pengguna) pada wilayah yang ditetapkan. Ada 2(dua) kegiatan utama yang harus dilakukan, yakni perencanaan penentuan cell (cell planning) dan radio survey. Yang pertama berhubungan dengan kondisi fisik wilayah yang dibagi bagi menjadi wilayah cakupan (coverage area) pelayanan sinyal komunikasi sesuai parameter komunikasi tertentu (daya pancar, luas dan bentuk sel, jenis wilayah: pusat kota urban, sub urban atau pedesaan, dll). Sementara yang kedua bekenaan dengan jalur lintasan sinyal komunikasi yang harus dilalui ketika komunikasi timbal balik tejadi antar BTS atau antara BTS dan pengguna bergerak (mobile station). Dalam hal ini, analisis redaman lintaan (path loss), karakteristik jalur 8 JREC komunikasi langsung LOS (Line Of Sight), penguatan (gain) antenna dll, harus dilakukan. Dalam radio survey diukur kuat medan (level) sinyal yang dipancarkan pada daerah tertentu yang ditetapkan. Hal ini merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pemilihan pusat sel atau penentuan posisi BTS dalam komunikasi seluler [1,4,5]. Radio survey dibutuhkan sebagai bantuan perancangan dan juga sebagai sarana pemeliharaan. Sebagai bantuan perancangan, kegiatan ini membantu menentukan cakupan potensial dari BTS yang diinginkan, sedangkan sebagai sarana pemeliharaan akan menguatkan kesinambungan kepuasan pengguna yang berada dalam cakupan layanan BTS tersebut. Dalam kegiatan ini biasa digunakan penerima yang ditempatkan pada sebuah kendaraan untuk mengukur kuat medan. Terkadang, alur lintasan balik juga diukur (dari stasiun/pengguna bergerak ke BTS). Kedua pengukuran tersebut dilakukan secara matematis, di mana besaran yang terukur berupa variabel statistik. Radio Survey adalah proses pengukuran level sinyal penerimaan di dalam service area suatu sitem selular dengan tujuan : 1. Mengukur kuat medan sinyal penerimaan di setiap titik yang akan menjadi service are dari sistem mobile selular, 2. Menentukan coverage area atau daerah cakupan sebuah BTS termasuk daerah-daerah yang tidak dapat menerima sinyal (daerah blank spot) 3. Memberikan informasi akurat kepada pelanggan mengenai peta sinyal penerimaan sistem selular (Boucher, 1995). Dengan melakukan radio survey maka akan diketahui data penting mengenai sinyal komunikasi yang sangat dibutuhkan untuk menentukan cakupan sel site. Juga sekaligus menjadi bahan evaluasi apakah hasil rancangan yang dilakukan pada periode tertentu sebelumnya masih memenuhi syarat. Ada 3(tiga) faktor yang bekerja bersama sama menghasilkan kuat medan

6 yang terukur, yakni : free path loss (free space), log normal fading dan Rayleigh (multipath) fading. Free path loss terjadi dalam komunikasi seluler di mana antara antenna BTS dan Mobile Station tidak terdapat penghalang sama sekali (unobstructed), seperti pada gambar 1. Ini dapat dinyatakan dengan rumus matematis berikut : P L = 20 log (42. d. f ) db P L = 32, log d + 20 log f db. (1) Di mana : P L = rugi / redaman lintasan dalam db d = jarak dalam kilometer (km) f = frekuensi dalam MegaHertz (MHz). d = jarak dalam km h 1 = Tinggi antena BTS dalam meter (m) \h 2 = tinggi antena penerima MS (m) a(h 2 ) = (1,1 log f 0,7)h 2 (1,56 log f 0,8) : koreksi tinggi antena penerima MS. Diasumsikan sekitar 15 % wilayah yang dimaksud ditempati oleh bangunan (daerah urban Gambar 2. Log normal fading Gambar 1. Rugi Lintasan Bebas Apabila di antara antena BTS dan stasiun atau pengguna bergerak terdapat penghalang, maka akan terjadi layangan (fading) sinyal yang mengakibatkan terjadinya rugi lintasan yang kurva matematisnya merupakan distribusi normal. Karena itu, ia disebut log normal fading, dengan kuat medan yang diukur secara logaritmik. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 2. Sedangkan manakala pengguna atau stasiun bergerak menerima sinyal dari BTS disertai dengan interfernsi dari beberapa sinyal lainnya, maka kondisinya disebut multipath (Rayleigh) fading. Seperti yang diperlihatkan pada gambar 3. Dalam Rekomendasi dan Laporan CCIR tahun 1982, Volume V, Report 567-2, efek kumulatif dari ketiga jenis lintasan tersebut dinyatakan dengan persamaan brikut : P L =69,55+26,16 log f 13,82 log h 1 a(h 2 ) +(44,9 6,55 log h 1 ) log d..(2) di mana : f = frekuensi dalam MHz 9 JREC Gambar 3. Multipath fading Penentuan Radius Coverage BTS Untuk menentukan radius coverage dipakai persamaan Okumura Hata. Model ini merupakan salah satu model yang terkenal dan paling banyak digunakan untuk melakukan prediksi sinyal di daerah urban. Model ini sangat cocok bila diterapkan pada daerah urban dan suburban. Persamaan model Okumura Hatta adalah : (3) dimana : f = frekuensi (MHz) h b = tinggi antena BTS (m) h m = tinggi antena mobile station (m) R KM = jarak antara MS dan BTS (km) C 1 = 69,55 untuk 400 <=f <=1500 (MHz) ; 46,30 untuk 1500 <=f<=2000 (MHz)

7 C 2 = 26,16 untuk 400 <=f <=1500 (MHz) ; 33,90 untuk 1500 <=f< =2000 (MHza(h m ) = (1,1 log f 0,7)h m (1,56 log f 0,8) Untuk L H = L M, maka : Daerah Urban dengan segenap fungsi telekomunikasinya, terutama berkenaan dengan kualifikasi, spesifikasi dan karakteristik konstruksi. Hanya saja, perancangan tekniknya merupakan pekerjaan tersendiri yang tidak perlu dimasukkan pada bagian ini... (4) Daerah Sub Urban (5) Daeah Rural...(6) dengan Setelah radio survey selesai dilaksanakan, maka persyaratan perancangan sel dapat dipenuhi. Pusat sel (cell site), daerah layanan beserta cakupan BTS dapat ditentukan. Dengan memasukkan data jumlah pengguna dengan kapasitas trafik yang dibutuhkan, frekuensi pembawa (carrier) yang digunakan serta tingi antenna berdasarkan kategori pengwilayahan sesuai kepadatan penduduk, maka ukuran dan jumlah sel (jumlah BTS) dapat dihitung. Namun demikian, disain konstruksi menara merupakan pekerjaan penting yang juga mendukung stabilitas keberadaan BTS dengan perangkat antenanya. Oleh karena itu, perancangan pembangunan atau pelaksanaan pekerjaan konstruksi menara harus disesuaikan dengan tujuan pemanfaatannya sebagai tempat pemasangan perangkat BTS 2. Analisis Kebutuhan Menara Dalam analisis optimasi menara disimpulkan bahwa jumlah BTS atau menara komunikasi sama dengan jumlah sel, karena setiap sel membutuhkan sebuah menara. Oleh karena itu jumlah menara yang dibutuhkan dapat diketahui dengan menghitung banyaknya sel yang tersebar dalam seluruh bagian wilayah dengan luasan yang sudah ditetapkan. Untuk melakukannya, diperlukan data sebagai berikut: 1. Traffic Demand, yakni angka yang menunjukkan besarnya lalu lintas (trafik) pembicaraan yang dibutuhkan dalam suatu wilayah secara keseluruhan (total) serta besarnya trafik dalam setiap sel yang diinginkan. Misalkan : A Total dan A Sel yang satuannya dinyatakan dalam Erlang (E). 2. Jumlah pengguna (user) komunikasi seluler 3. Luas wilyah yang ditetapkan METODELOGI PENELITIAN Dalam kaitan ini penelitian akan dilakukan dengan mengacu pada 2(dua) aspek pendekatan sebagai berikut : 1. Melakukan survey jumlah pelanggan (local dan roaming) Hasilnya akan dijadikan bahan analisis untuk mengetahui korelasi antara jumlah pelanggan, kepadatan trafik, dan ukuran sel yang dibutuhkan. Hal ini bersesuaian dengan metode Cell Planning. Sebagai contoh, sebuah wilayah yang akan dirancang sebagai area layanan komunikasi seluler memiliki data sebagai berikut:

8 Jumlah pengguna = orang, Trafik rata rata tiap pengguna = 11 me, Trafik per sel = 62,95 E, Luas wilayah = 21,35 km 2 Dari data di atas, jumlah, luas dan jari jari sel dapat dihitung dengan urutan sbb [1,4]: Trafik Total ; A T = x = 4345,275 E Jumlah Sel = Trafik total dibagi dengan trafik per sel Sel = 4345,275: 62,95 = 69,027 = 70 Luas Sel = Luas wilayah : Jumlah Sel = 21,35 : 70 = 0,305 km 2 a(h m ) = (1,1 log f 0,7)h m (1,56 log f 0,8) = (1,1 log 900 0,7) 1,5 (1,56 log 900 0,8) = 0,02 Jari jari sel : Atau C 1 = 69,55 untuk 400 <=f <=1500 (MHz) C 2 = 26,16 untuk 400 <=f <=1500 (MHz) = 0,132 km.= 132 m 2. Mengukur jarak komunikasi efektif yang dapat dijangkau oleh antenna pada menara dengan ketinggian tertentu. Kegiatan ini dapat dikaitkan dengan metode Okumura Hatta ( penerapan variasi ketinggian antenna berdasarkan intensitas pengguna dalam cakupan layanan coverage area BTS) Dengan model Okumura Hatta, yakni persamaan (3 ) atau persamaan (4) yang sebenarnya tidak berbeda dengan peramaan (2), dilakukan perhitungan yang diperuntukkan bagi wilayah metropolitan atau urban. Dalam hal ini tinggi antena ditentukan berdasarkan hasil survei lapangan, yakni: 30, 42, 60 dan 72 (dalam satuan meter) berturut turut untuk daerah : pusat kota (metropolitan atau CBD: Center Business Density), urban (perkotaan), suburban (pinggiran kota) dan rural (pedesaan). Misalnya untuk daerah urban, dengan data spesifikasi perangkat komunikasi radio sebagai berikut (kondisi ideal): L M = 94 db, f=900 MHz, h b =42 m, h m =1,5 m Jumlah sel (S) = Luas wilayah (L W ) / Luas sel (L S ), yang dinyatakan sbb: (7) Dengan pendekatan kategori sel berdasarkan besarnya radius, di wilayah sekitar Jabodetabek operator telekomunikasi seluler umumnya menerapkan sel mini (picocell) dengan ketentuan radius lebih kecil atau sama dengan 3 km, dengan jarak aman interferensi antar BTS minimal 200 meter (juga tetap disesuaikan dengan karakteristik perangkat komunikasi radio). Untuk Kota Bekasi (Luas wilayah: ha = 210,49 km 2 ), dengan teledensitas telepon seluler = 60 % (Depkominfo, 2009), dan jenis area : Urban dan Suburban, diperoleh hasil sebagai berikut Tabel 2. Perhitungan Jumlah Menara Seluler Untuk Kota Bekasi N O KECAMAT AN Luas (km 2 ) Jumlah Sel / Menara R = R = R=15

9 1 2 Pondok Gede Jati sampurna 3 Jati Asih Bantar Gebang Bekasi Timur Rawa Lumbu Bekasi Selatan Bekasi Barat Medan Satria Bekasi Utara Mustika Jaya Pondok Melati Kota Bekasi 16,2 9 14,4 9 22,0 0 17,0 4 13,4 9 15,6 7 14,9 6 18,8 9 14,7 1 19,6 5 24,7 4 18, , m m 00 m Angka pada tabel 2 di atas akan dijadikan sebagai acuan komparatif dalam menganalisis optimasi jumlah menara seluler di Kota Bekasi. Selanjutnya akan dianalisis optimasi pemanfaatan menara seluler bersama dengan memilih sebuah menara bersama yang sudah difungsikan. Studi literatur yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan pendalaman materi tentang perda dan pendirian menara seluler di kota bekasi. Observasi langsung ke lokasi untuk mengetahui jumlah faktual menara seluler yang akan dianalisis. Sebagai suatu pilihan studi kasus, Kecamatan Rawalumbu yang terdiri atas 4(empat) kelurahan dijadikan sebagai target observasi. Dengan pendekatan analisis optimasi lahan, kebutuhan menara seluler di Kota Bekasi sudah dihitung dan tertuang dalam salah satu acuan (tinjauan pustaka) penelitian ini (Paronda, 2011), seperti pada tabel 2. Sebagai suatu penyegaran pra analisis, perlu dicantumkan kembali data tersebut di sini. Pada bulan Oktober 2010, ternyata di wilayah Kota Bekasi telah berdiri sebanyak 326 (tiga ratus dua puluh enam) buah menara seluler dengan luas wilayah hanya 210,49 km 2. Termasuk di dalamnya, di kecamatan Rawalumbu terdapat sebanyak 32 (tiga puluh dua) buah, dengan luas wilayah sebesar 15,67 km 2. Bilangan yang menunjukkan jumlah menara seluler tersebut diperoleh sebagai hasil observasi lpangan yang dilakukan oleh Bidang Tata Ruang, Dinas P2B Kota Bekasi (yang kini telah bermetamorfosis menjadi Dinas Tata Kota). Pengolahan Data Data jumlah menara seluler yang diperoleh pada penelitian ini adalah sbb: Tabel 3 Jumlah Menara Antena Seluler, Distako, (Juni 2013) Tah un KET (Juni 2013) Juml ah Sumber : Distako Kota Bekasi (Juni 2013) Tabel 4 Jumlah BTS, Dishub, Jum Ketinggian No Kecamatan lah Menara 1 Bekasi Barat 7 36,20,42 m

10 2 Bekasi Timur 32,36,40,42,48 16 m 3 Bekasi Selatan 20 9,12,45, 26 m 4 Bekasi Utara 16 31,42,52 m 5 Mustikajaya 19 30,42,60 m 6 Jati Asih 24 32,42 m 7 Rawa Lumbu 30,31,36,42,45 18 m 8 Bantar Gebang 16 6,42,72 m 9 Jati Sampurna 23 36,42,52 m 10 Pondok Gede 17 30,35,15,42 m 11 Pondok Melati 2 42 m 12 Medan Satria 9 30,36 m Jumlah 187 Sumber : Dishub Kota Bekasi (Juni 2013). Tabel 5 Jumlah BTS Kec. Rawalumbu (Observasi Juni 2013) N o 1 2 Kelura han Pengas inan Bojong Rawal umbu Luas (ha) 272, , 92 RW (No. urt) RT (No. urt) To we r K e t Sepanj ang Jaya Bojong Mente ng 295, , RS. Hsn ,81 Sumber : Observasi Lapangan, Tim Peneliti (Mei 2013) Atau dengan penyederhanaan, tabel 5 di atas diubah sebagai berikut : Tabel 6 Sebaran Menara BTS di Kec. Rawalumbu per Kelurahan (obs Mei 2013)

11 LUAS JUMLAH KERAP KELURAHAN (km 2 ) TOWER ATAN Pengasinan Bojong Rawa Lumbu Sepanjang Jaya Bojong Menteng , TOTAL 48 1 Analisis Data Data yang terkumpul sebagaimana di atas memberikan informasi sebagai berikut: a. Data yang terdokumentasi pada kedua instansi atau SKPD sumber ternyata berbeda. Hingga tahun 2012, di Distako sudah terbukukan 200 buah menara antenna (tower BTS), sementara di Dishub baru 187 buah (perhatikan tabel 3 dan tabel 4), yang berarti terdapat selisih 13 buah. Perbedaan yang demikian pun ditemukan pada SKPD yang sama, tetapi dengan metode pencatatan yang berbeda ( antara pencatatan sesuai observasi dan pencatatan sesuai permohonan). Dalam hal ini adalah Distako (yang sebelumnya adalah Dinas P2B) Kota Bekasi. Bidang Tata Ruang mencatat hasil observasi sebanyak 326 buah (pada tahun 2010), sedangkan pada tahun yang sama, Bidang PGL membukukan hanya 133 buah menara seluler (lihat tabel 2 dan tabel 3). b. Analisis optimasi dengan pendekatan luas atau ukuran jejari sel, maka hasil yang diperoleh pada penelitian sebelumnya (Paronda, 2011) tetap perlu dipertahankan. Hal ini dimaksudkan bahwa dengan persamaan Okumura Hatta dan dengan memilih ukuran sel mini (picosel), maka radius 1000m cukup signifikan, yang dengan demikian begitu maka untuk wilayah kecamatan Rawalumbu cukup 3(tiga) buah menara seluler. Sementara itu, hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa telah terjadi penambahan sebanyak 16(enam belas) buah menara seluler di wilayah kecamatan Rawalumbu selama 3 tahun terakhir, sehingga kini berjumlah 48 (empat puluh delapan) buah. c. Fenomena kontradiktif untuk sebuah upaya optimasi sangat terlihat di wilayah kecamatan Rawalumbu, bukan semata mata dengan adanya pertambahan menara seluler sebanyak 16 buah. Namun yang sangat penting diperhatikan adalah sebarannya pada tingkat wilayah RW(Rukan Warga) dan RT (Rukun Tetangga). Di antara 4(empat) kelurahan yang merupakan cakupan ruang lingkup wilayah kecamatan Rawalumbu, terdapat 2(dua) RW yang sangat mencolok jumlah menara selulernya, yakni RW.03 Kelurahan Sepanjang Jaya yang telah dibanguni sebanyak 6(enam) buah dan RW.05 Kelurahan Bojong Menteng sebanyak 5(lima) buah (perhatikan tabel 5 dan tabel 6). d. Melanjutkan poin c di atas, lebih menakjubkan lagi bahwa ada 3(tiga) RT yang masing masing terdapat pada 3 RW yang berbeda, telah dibanguni 3(tiga)

12 buah menara seluler, yaitu: RT.07/ RW.01 Kelurahan Pengasinan, RT.03/RW.05 Kelurahan Bojong Rawalumbu, dan RT.03/RW.05 Kelurahan Bojong Menteng. Ini menunjukkan bahwa beberapa titik koordinat tertentu di wilayah tersebut diperebutkan oleh operator telekomunikasi seluler untuk dibanguni menara BTS. e. Dengan luas wilayah sebesar 15,67 km 2 (urutan ke-8 terluas dari 12 kecamatan dalam wilayah Kota Bekasi), di wilayah kecamatan Rawalumbu telah dibangun 32 buah menara seluler (terbanyak ke-3) dengan intensitas (kerapatan) sebaran menara rata rata sebesar 2.04 buah/km 2 (terpadat ke-3). f. Dengan sudah terbangunnya 48 buah menara seluler di wilayah Kecamatan Rawalumbu per Mei 2013, maka kerapatan sebaran jumlah menara tiap kilometer persegi mencapai angka 0,03. Bahkan ada yang telah dibanguni 3 buah dalam satu wilayah RT yang sama (lihat butir d). g. Angka pasti untuk kebutuhan jumlah menara seluler dengan pendekatan perencanaan dan perancangan sel (cell planning) belum bisa dihitung karena ketersediaan data belum terpenuhi, juga untuk pemanfaatan menara seluler bersama. Namun secara kalkulasi matematis dapat dipahami sebagai berikut. Pertama, menetapkan (asumsi) kepadatan trafik sel (untuk sebuah sel), yang dapat dipilih dalam kisaran yang efektif untuk kelayakan sebuah sel. Kedua, kepadatan trafik per orang (user), yang dapat diperhitungkan melalu rata rata kumulatif penggunaan (khususnya penerimaan) telepon seluler secara efektif dalam sehari. Ketiga, menghitung jumlah user komunikasi seluler di wilayah kecamatan Rawalumbu, yang dapat dilakukan dengan melakukan sampling pada sejumlah titik konsentrasi user yang representatif. Dari sini diketahui beberapa parameter, yakni antara lain : jumlah sel yang dibutuhkan (sekaligus mewakili jumlah menara seluler), ukuran sel (termasuk panjang jejari), serta peta dasar perancangan sel (yang dapat direalisasikan). h. Dengan mempertimbangkan segenap aspek perancangan, maka jumlah maksimal menara seluler untuk wilayah kecamatan Rawalumbu adalah 3(tiga) buah ukuran jejari 1,5 km). Dengan modifikasi ukuran sel, bahkan bisa menjadi hanya 1(satu) buah, yakni jika dipilih jejari sel sekitar 2,5 km 3 km. Namun, jika ada faktor tertentu yang sangat signifikan sehingga dibutuhkan pemecahan sel (cell splitting), maka ukuran sel dapat diperkecil (misalnya karena kepadatan pengguna user yang sangat tinggi) menjadi 1 km, sehingga jumlah sel menjadi 7(tujuh) buah (jumlah sel terbesar dengan ukuran radius efektif terkecil untuk wilayah kecamatan Rawalumbu). i. Minimalisasi jumlah sel atau menara seluler juga dapat dilakukan dengan pemanfaatan menara seluler bersama, yang selain mengurangi kerapatan sebaran menara di suatu wilayah,

13 juga bahkan sangat memudahkan penyuksesan panggilan lintas operator dengan mekanisme hard hand over salah satu penyebab kegagalan penyambungan komunikasi seluler yang sangat dihindari. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Setelah mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut : a. Dalam pemanfaatan jaringan komunikasi seluler dengan ukuran sel mini (picocel) dibutuhkan maksimal 7 buah menara seluler untuk wilayah kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi, jika digunakan sel yang berjejari 1 km. Kuantitas menara seluler tersebut akan menurun seiring dengan meningkatnya nilai bilangan jejari yang dipilih, yakni 3 buah untuk jejari 1,5 km dan hanya 1 buah untuk jejari antara 2,5 km 3 km. b. Pemanfaatan menara seluler bersama otomatis akan mengurangi jumlah menara seluler yang dibutuhkan, sehingga akan menurunkan tingkat kerapatan sebaran menara seluler per luas wilayah, yang secara tidak langsung akan mendukung penataan wilayah kota yang berorientasi kerapihan dan keindahan (estetika planologis). c. Peningkatan jumlah bangunan menara seluler yang sangat signifikan pertumbuhannya merupakan indikator peningkatan teledensitas telekomunikasi yang sangat penting dianalisis untuk perancangan kebutuhan menara seluler bersama. d. Pencatatan dan pendokumentasian menara seluler di Kota Bekasi belum memenuhi standar untuk acuan (referensi) penelitian, terutama karena keragaman kepentingan dan manfaat yang menjadi target mereka sebagai bagian dari stakeholder komunikasi seluler. Saran Untuk menikmati layanan komunikasi seluler yang makin berkualitas di masa yang akan datang, maka berkenaan dengan hasil penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut : a. Dibutuhkan peralatan dan fasilitas lapangan untuk pelaksanaan radio survey sehingga diperoleh kemudahan untuk menentukan kepadatan trafik sel secara langsung dan akurat. b. Waktu dan biaya penelitian perlu dirancang lebih memadai agar dimungkinkan terlaksananya kegiatan sampling yang memudahkan akumulasi data penelitian yang dibutuhkan. c. Forum pengguna (user) komunikasi seluler dan asosiasi operator telekomunikasi seluler sangat dibutuhkan kontribusinya, baik untuk memberikan masukan untuk monitoring dan evaluasi keberadaan operasional dan layanan para operator komunikasi seluler, maupun dalam memelihara interkasi dan komunikasi yang baik antara operator telekomunikasi seluler dengan pemerintah setempat. Implikasi positif yang diharapkan dari hal ini adalah terciptanya kemudahan untuk mengakses data untuk penelitian, pengembangan dan penerapan

14 (litbangrap) teknologi telekomunikasi di setiap wilayah atau kabupaten/kota. DAFTAR PUSTAKA [1] Boucher, Neil J., The Cellular Radio Handbook A Reference for Cellular System Operation, Quantum Publishing, USA, 1995, 3 rd ed. [2] Calhoun, George, Digital Cellular Radio, Artech House Inc,London, 1988,9 th ed. [3] Freeman, Roger L., Telecommunication Transmission Handbook, John Wiley & Sons Inc,New York, 1991, 3 rd ed. [4] Lee, William C.y., Mobile Cellular Telecommunictions Analog and Digital System, Mc.Graw Hill,Inc.,New York,1995,2 nd ed. [5] Lee, William C.Y., Mobile Communication Design Fundamental, John Wiley & Sons,Inc, New York, 1993,2 nd ed. [6] Mehrotra, Asha, Cellular Radio Performance Engineering,Artech House Inc, London, 1994, 2 nd ed. [7] Paronda, Abdul Hafid, Handover dalam Komunikasi Bergerak Seluler dalam Resultan Jurnal berkala, Fakultas Teknik UNISMA, Bekasi,Vol.X No.1,Maret [8] Pasaribu, Parlin, Evolusi Teknologi Telekomunikasi,Ilmu Komputer.Com, Nov.2008 [9] Roden, Martin S., Digital Communication System Design,Prentice Hall International Inc,USA, 1988,1 st ed. [10] Shibuya, Shigekazu & Ishizuka, Haruo, A Basic Atlas of Radio wave Propagation, John Wiley & Sons Inc, Toronto, 1987, 1 st ed. *11+, Sensus Penduduk Kota Bekasi 2010, BPS Kota Bekasi, [12]..., Peta Perkembangan Permukiman Kota Bekasi, Dinas Tata Ruang Kota Bekasi, 2009.

ANALISA PERBANDINGAN PEMODELAN PROPAGASI PADA SISTEM DCS 1800 DI KOTA SEMARANG

ANALISA PERBANDINGAN PEMODELAN PROPAGASI PADA SISTEM DCS 1800 DI KOTA SEMARANG Makalah Seminar Tugas Akhir ANALISA PERBANDINGAN PEMODELAN PROPAGASI PADA SISTEM DCS 1800 DI KOTA SEMARANG Oleh : YULIE WIRASATI Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel BAB II PEMODELAN PROPAGASI 2.1 Umum Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel ke sel yang lain. Secara umum terdapat 3 komponen propagasi yang menggambarkan kondisi dari

Lebih terperinci

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI Zulkha Sarjudin, Imam Santoso, Ajub A. Zahra Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Perencanaan Jaringan 3G UMTS. Kota Bekasi, Jawa Barat. Aldrin Fakhri Azhari

Perencanaan Jaringan 3G UMTS. Kota Bekasi, Jawa Barat. Aldrin Fakhri Azhari Perencanaan Jaringan 3G UMTS Kota Bekasi, Jawa Barat Diajukan sebagai tugas besar mata kuliah Sistem Komunikasi Nirkabel Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi Oleh : Aldrin Fakhri Azhari 111100167 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PROPAGASI PATH LOSS SEMI- DETERMINISTIK UNTUK APLIKASI TRIPLE BAND DI DAERAH URBAN METROPOLITAN CENTRE

ANALISIS MODEL PROPAGASI PATH LOSS SEMI- DETERMINISTIK UNTUK APLIKASI TRIPLE BAND DI DAERAH URBAN METROPOLITAN CENTRE ANALISIS MODEL PROPAGASI PATH LOSS SEMI- DETERMINISTIK UNTUK APLIKASI TRIPLE BAND DI DAERAH URBAN METROPOLITAN CENTRE Nining Triana, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM Kevin Kristian Pinem, Naemah Mubarakah Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departement Teknik Elektro

Lebih terperinci

Estimasi Luas Coverage Area dan Jumlah Sel 3G pada Teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access)

Estimasi Luas Coverage Area dan Jumlah Sel 3G pada Teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access) Estimasi Luas Coverage Area dan Jumlah Sel 3G pada Teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access) Anindito Yusuf Wirawan, Ir. Endah Budi Purnomowati, MT, Gaguk Asmungi, ST., MT Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3 BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3 3.1 Jaringan 3G UMTS dan HSDPA Jaringan HSDPA diimplementasikan pada beberapa wilayah. Untuk

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 18 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Konsep Perencanaan Sistem Seluler Implementasi suatu jaringan telekomunikasi di suatu wilayah disamping berhadapan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERENCANAAN

BAB III METODE PERENCANAAN BAB III METODE PERENCANAAN 3.1 PRINSIP PERANCANGAN MICROWAVE LINK Kondisi iklim tidak dapat diprediksi secara akurat, namun jika telah dilakukan pengamatan terhadap perubahan iklim selama beberapa tahun,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 68 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PENEMPATAN MENARA BERSAMA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900

ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900 ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900 Fadilah Rahma, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900

ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900 ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900 Fadilah Rahma, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha PENINGKATAN KAPASITAS MENGGUNAKAN METODA LAYERING DAN PENINGKATAN CAKUPAN AREA MENGGUNAKAN METODA TRANSMIT DIVERSITY PADA LAYANAN SELULER AHMAD FAJRI NRP : 0222150 PEMBIMBING : Ir. ANITA SUPARTONO, M.Sc.

Lebih terperinci

ISSN : STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015

ISSN : STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015 Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 0 ISSN : 0-0 STMIK AMIKOM Yogyakarta, - Februari 0 PERENCANAAN JUMLAH DAN LOKASI MENARA BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BARU PADA SISTEM TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini telepon selular sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Penggunaan telepon selular sudah melingkupi masyarakat

Lebih terperinci

Analisis Aspek-Aspek Perencanaan BTS pada Sistem Telekomunikasi Selular Berbasis CDMA

Analisis Aspek-Aspek Perencanaan BTS pada Sistem Telekomunikasi Selular Berbasis CDMA Analisis Aspek-Aspek Perencanaan pada Sistem Telekomunikasi Selular Berbasis CDMA Rika Sustika LIPI Pusat Penelitian Informatika rika@informatika.lipi.go.id Abstrak Telah dilakukan analisis terhadap aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM. Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima

BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM. Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima (Receiver / Rx ) pada komunikasi radio bergerak adalah merupakan line of sight dan dalam beberapa

Lebih terperinci

Kondisi Fisik Congestion Jaringan Telekomunikasi Bergerak Seluler pada Wilayah Non- Rural

Kondisi Fisik Congestion Jaringan Telekomunikasi Bergerak Seluler pada Wilayah Non- Rural SIARAN PERS KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NO. 60/HM/KOMINFO/05/2017 Tentang Kondisi Fisik Congestion Jaringan Telekomunikasi Bergerak Seluler pada Non- Rural Kementerian Komunikasi dan Informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transmisi merupakan suatu pergerakan informasi melalui sebuah media jaringan telekomunikasi. Transmisi memperhatikan pembuatan saluran yang dipakai untuk mengirim

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB BLOCKING CALL DAN DROPPED CALL PADA HARI RAYA IDUL FITRI 2012 TERHADAP UNJUK KERJA CDMA X

ANALISIS PENYEBAB BLOCKING CALL DAN DROPPED CALL PADA HARI RAYA IDUL FITRI 2012 TERHADAP UNJUK KERJA CDMA X ANALISIS PENYEBAB BLOCKING CALL DAN DROPPED CALL PADA HARI RAYA IDUL FITRI 2012 TERHADAP UNJUK KERJA CDMA 2000-1X ANALISIS PENYEBAB BLOCKING CALL DAN DROPPED CALL PADA HARI RAYA IDUL FITRI 2012 TERHADAP

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PENEMPATAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN TEMANGGUNG

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PENEMPATAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PENEMPATAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Performansi jaringan komunikasi seluler dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain data rate, area cakupan, topologi, ukuran jaringan, dan konsumsi daya (Binsar D.P.,

Lebih terperinci

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) 802.11b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE Dontri Gerlin Manurung, Naemah Mubarakah Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG 1 BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

Perencanaan dan Penataan Menara Telekomunikasi Seluler Bersama di Kabupaten Sidoarjo Menggunakan MapInfo

Perencanaan dan Penataan Menara Telekomunikasi Seluler Bersama di Kabupaten Sidoarjo Menggunakan MapInfo JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Perencanaan dan Penataan Menara Telekomunikasi Seluler Bersama di Kabupaten Sidoarjo Menggunakan MapInfo Ervin Tri Sasongko Achmad Mauludiyanto Jurusan

Lebih terperinci

Lisa Adriana Siregar Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Harapan

Lisa Adriana Siregar Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Harapan Optimalisasi Jumlah BTS pada Sistem Telekomunikasi Bergerak untuk Daerah Urban Lisa Adriana Siregar Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Harapan lisian14.ls@gmail.com Abstract

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 20 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 20 TAHUN 20011 TENTANG PENATAAN, PENGENDALIAN, DAN RENCANA PENEMPATAN MENARA BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi telekomunikasi di Indonesia menyebabkan semakin banyaknya fasilitas yang ditawarkan seperti video conference, streaming, dan game

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD

PERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD PERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD Agastya, A.A.N.I. 1, Sudiarta, P.K 2, Diafari, I.G.A.K. 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Data Pengeluaran Per Kapita Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bekasi bahwa jumlah rumah tangga sebanyak 428,980 dengan jumlah anggota rumah tangga

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini jumlah pelanggan seluler dan trafik pengggunaan data seluler meningkat secara eksponensial terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan,

Lebih terperinci

BAB II KOMUNIKASI BERGERAK SELULAR GSM

BAB II KOMUNIKASI BERGERAK SELULAR GSM BAB II KOMUNIKASI BERGERAK SELULAR GSM Perkembangan sistem komunikasi GSM (Global System for Mobile communication) dimulai pada awal tahun 1980 di Eropa, dimana saat itu banyak negara di Eropa menggunakan

Lebih terperinci

Perancangan dan Analisis Desain Jaringan Mobile WiMax e di daerah Sub urban (Studi Kasus di Kota Kediri)

Perancangan dan Analisis Desain Jaringan Mobile WiMax e di daerah Sub urban (Studi Kasus di Kota Kediri) 1 Perancangan dan Analisis Desain Jaringan Mobile WiMax 802.16e di daerah Sub urban (Studi Kasus di Kota Kediri) Zikrie Pramudia A., Ali Mustofa, Gaguk Asmungi Abstrak -Pada penelitian ini dilakukan bagaimana

Lebih terperinci

ESTIMASI ZONA MENARA BARU PADA KOMUNIKASI SELULAR DI KABUPATEN MOJOKERTO MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS)

ESTIMASI ZONA MENARA BARU PADA KOMUNIKASI SELULAR DI KABUPATEN MOJOKERTO MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS) ISSN : 0-0 Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 0 STMIK AMIKOM Yogyakarta, - Februari 0 ESTIMASI ZONA MENARA BARU PADA KOMUNIKASI SELULAR DI KABUPATEN MOJOKERTO MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION

Lebih terperinci

SIMULASI MODEL EMPIRIS OKUMURA-HATA DAN MODEL COST 231 UNTUK RUGI-RUGI SALURAN PADA KOMUNIKASI SELULAR

SIMULASI MODEL EMPIRIS OKUMURA-HATA DAN MODEL COST 231 UNTUK RUGI-RUGI SALURAN PADA KOMUNIKASI SELULAR SIMULASI MODEL EMPIRIS OKUMURA-HATA DAN MODEL COST 231 UNTUK RUGI-RUGI SALURAN PADA KOMUNIKASI SELULAR Sindak Hutauruk P.S. Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas HKBP Nommensen Medan 20234 E-mail

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Base Station Jaringan Fixed WiMAX Berdasarkan Demand Site

Perencanaan Kebutuhan Base Station Jaringan Fixed WiMAX Berdasarkan Demand Site Perencanaan Kebutuhan Base Station Jaringan Fixed WiMAX Berdasarkan Demand Site Nurwahidah Jamal, ST. MT Jurusan Teknik Elektronika Politeknik Negeri Balikpapan Jl. Soekarno Hatta KM.8 Balikpapan idajamal05@gmail.com

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI B. Energi lainnya Energi lainnya meliputi jaringan Gas dan ketersediaan SPPBE (Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji) di Kabupaten Ngawi. Untuk jaringan Gas di Kabupaten Ngawi potensi yang ada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Point to Point Komunikasi point to point (titik ke titik ) adalah suatu sistem komunikasi antara dua perangkat untuk membentuk sebuah jaringan. Sehingga dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Microwave base transceiver station (BTS microwave) merupakan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Microwave base transceiver station (BTS microwave) merupakan jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Microwave base transceiver station (BTS microwave) merupakan jaringan umum yang dipakai oleh Operator telepon selular di Indonesia, tetapi seringkali terjadi

Lebih terperinci

BAB II PROPAGASI SINYAL. kondisi dari komunikasi seluler yaitu path loss, shadowing dan multipath fading.

BAB II PROPAGASI SINYAL. kondisi dari komunikasi seluler yaitu path loss, shadowing dan multipath fading. BAB II PROPAGASI SINYAL 2.1 Umum Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel ke sel yang lain. Secara umum terdapat 3 komponen propagasi yang menggambarkan kondisi dari komunikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Trafik Secara umum trafik dapat diartikan sebagai perpindahan informasi dari satu tempat ke tempat lain melalui jaringan telekomunikasi. Besaran dari suatu trafik telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia modern telah menjadikan keberadaan telepon seluler sebagai bagian yang tidak terpisahkan bagi kehidupan manusia di mana dan kapan saja. Hingga akhir tahun 2007

Lebih terperinci

TEKNIK AKSES JAMAK DALAM TELEKOMUNIKASI

TEKNIK AKSES JAMAK DALAM TELEKOMUNIKASI TEKNIK AKSES JAMAK DALAM TELEKOMUNIKASI Abdul Hafid Paronda Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Islam 45 (UNISMA) Bekasi paronda@yahoo.co.uk Abstrak Kecenderungan untuk selalu meningkatkan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No., (205) ISSN: 2337-3539 (230-927 Print) A-3 Sistem Pendukung Keputusan Perencanaan Penempatan Lokasi Potensial Menara Baru Bersama Telekomunikasi Seluler di Daerah Sidoarjo

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir PENINGKATAN KAPASITAS SEL CDMA DENGAN METODE PARTISI SEL

Makalah Seminar Tugas Akhir PENINGKATAN KAPASITAS SEL CDMA DENGAN METODE PARTISI SEL Makalah Seminar Tugas Akhir PENINGKATAN KAPASITAS SEL CDMA DENGAN METODE PARTISI SEL Aksto Setiawan [1], Imam Santoso, ST, MT [2], Ajub Ajulian Zahra, ST, MT [2] Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HALF RATE DAN FULL RATE TERHADAP TRAFFIC CHANNEL DAN SPEECH QUALITY INDICATOR PADA JARINGAN GSM PT.

ANALISIS PENGARUH HALF RATE DAN FULL RATE TERHADAP TRAFFIC CHANNEL DAN SPEECH QUALITY INDICATOR PADA JARINGAN GSM PT. ANALISIS PENGARUH HALF RATE DAN FULL RATE TERHADAP TRAFFIC CHANNEL DAN SPEECH QUALITY INDICATOR PADA JARINGAN GSM PT. XL AXIATA MEDAN May Hendra Panjaitan (1), Sihar Parlinggoman Panjaitan (2) Konsentrasi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 31 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 841 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 31 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 841 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 31 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 841 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENATAAN, PEMBANGUNAN, PENGELOLAAN, DAN PENGGUNAAN MENARA BERSAMA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENATAAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENATAAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENATAAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh adanya penempatan BTS (Base Tranceiver Station) untuk

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh adanya penempatan BTS (Base Tranceiver Station) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi selular terus mengalami perkembangan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dorongan bagi berkembangnya komunikasi bergerak terkait

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografi Secara geografis Kota Bekasi berada pada posisi 106 o 48 28 107 o 27 29 Bujur Timur dan 6 o 10 6 6 o 30 6 Lintang Selatan. Letak Kota Bekasi yang

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European BAB II JARINGAN GSM 2.1 Sejarah Teknologi GSM GSM muncul pada pertengahan 1991 dan akhirnya dijadikan standar telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European Telecomunication Standard Institute).

Lebih terperinci

Analisis Pengaplikasian MCPA pada Perusahaan Provider GSM di Daerah Sumatera Utara

Analisis Pengaplikasian MCPA pada Perusahaan Provider GSM di Daerah Sumatera Utara Analisis Pengaplikasian MCPA pada Perusahaan Provider GSM di Daerah Sumatera Utara Stephen Sanjaya Mulyanto 1, Eva Yovita Dwi Utami 2 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer,

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN 2.1 Perencanaan Cakupan. Perencanaan cakupan adalah kegiatan dalam mendesain jaringan mobile WiMAX. Faktor utama yang dipertimbangkan dalam menentukan perencanaan jaringan berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENINGKATAN KINERJA SOFT HANDOFF TIGA BTS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROPAGASI OKUMURA

ANALISIS PENINGKATAN KINERJA SOFT HANDOFF TIGA BTS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROPAGASI OKUMURA SINGUDA ENSIKOM VOL. 6 NO.2 /February ANALISIS PENINGKATAN KINERJA SOFT HANDOFF TIGA BTS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROPAGASI OKUMURA Ari Purwanto, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman kebutuhan manusia akan bidang telekomunikasi juga semakin meningkat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman kebutuhan manusia akan bidang telekomunikasi juga semakin meningkat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman kebutuhan manusia akan bidang telekomunikasi juga semakin meningkat, khususnya dalam bidang seluler. Peningkatan jumlah pengguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peningkatan jumlah pengguna jaringan GSM (Global System for

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peningkatan jumlah pengguna jaringan GSM (Global System for BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin pesat akhir-akhir ini sangat mempengaruhi peningkatan jumlah pengguna jaringan GSM (Global System for Mobile Communications) yang

Lebih terperinci

Perencanaan dan Penataan Menara Telekomunikasi Seluler Bersama di Kabupaten Bangkalan Menggunakan MapInfo

Perencanaan dan Penataan Menara Telekomunikasi Seluler Bersama di Kabupaten Bangkalan Menggunakan MapInfo JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Perencanaan dan Penataan Menara Telekomunikasi Seluler Bersama di Kabupaten Bangkalan Menggunakan MapInfo Dwi Adha Manjayanti dan Achmad Mauludiyanto Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN MINILINK ERICSSON

BAB III PERENCANAAN MINILINK ERICSSON BAB III PERENCANAAN MINILINK ERICSSON Tujuan utama dari perancangan Minilink Ericsson ini khususnya pada BTS Micro Cell adalah merencanakan jaringan Microwave untuk mengaktifkan BTS BTS Micro baru agar

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DRAFT AKHIR WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknologi komunikasi untuk standar 3G didalam komunikasi bergerak. 3G adalah standar teknologi internasional

Lebih terperinci

Rancang Bangun Model Komputasi Perambatan Gelombang Radio Tiga Dimensi menggunakan Metode UTD Modifikasi

Rancang Bangun Model Komputasi Perambatan Gelombang Radio Tiga Dimensi menggunakan Metode UTD Modifikasi Rancang Bangun Model Komputasi Perambatan Gelombang Radio Tiga Dimensi menggunakan Metode UTD Modifikasi Dodi Sudiana 1), Dwi Putri P. 1), Arman Djohan Diponegoro 1) Departemen Teknik Elektro FTUI, Kampus

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Seluler Konsep dasar dari suatu sistem selular adalah pembagian pelayanan menjadi daerah-daerah kecil. Hal ini digunakan untuk memastikan bahwa frekuensi dapat meluas

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Model Propagasi dan Perubahan Tilt Antena Terhadap Coverage Area Sistem Long Term Evolution Menggunakan Software Atoll

Analisis Pengaruh Model Propagasi dan Perubahan Tilt Antena Terhadap Coverage Area Sistem Long Term Evolution Menggunakan Software Atoll Analisis Pengaruh Model Propagasi dan Perubahan Tilt Antena Terhadap Coverage Area Sistem Long Term Evolution Menggunakan Software Atoll Putra, T.G.A.S. 1, Sudiarta, P.K. 2, Diafari, I.G.A.K. 3 1,2,3 Jurusan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 43 TAHUN : 2015 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PENEMPATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan, pembatasan masalah, spesifikasi alat dan sistematika penulisan laporan tugas akhir. I.1 Latar

Lebih terperinci

Perencanaan dan Penataan Menara Telekomunikasi Seluler Bersama di Kabupaten Bangkalan Menggunakan MapInfo

Perencanaan dan Penataan Menara Telekomunikasi Seluler Bersama di Kabupaten Bangkalan Menggunakan MapInfo JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-86 Perencanaan dan Penataan Menara Telekomunikasi Seluler Bersama di Kabupaten Bangkalan Menggunakan MapInfo Dwi Adha Manjayanti

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN D A E R A H KABUPATEN BATANG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN BERSAMA MENARA

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA ALGORITMA SUBOPTIMAL HANDOVER PADA SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS

ANALISIS KINERJA ALGORITMA SUBOPTIMAL HANDOVER PADA SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS ANALISIS KINERJA ALGORITMA SUBOPTIMAL HANDOVER PADA SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Power control pada sistem CDMA adalah mekanisme yang dilakukan untuk mengatur daya pancar mobile station (MS) pada kanal uplink, maupun daya pancar base station

Lebih terperinci

Planning cell site. Sebuah jaringan GSM akan digelar dikota Bandung Tengah yang merupakan pusat kota yang memiliki :

Planning cell site. Sebuah jaringan GSM akan digelar dikota Bandung Tengah yang merupakan pusat kota yang memiliki : Planning cell site Sebuah jaringan GSM akan digelar dikota Bandung Tengah yang merupakan pusat kota yang memiliki : Jumlah Penduduk 6.85 jiwa Trafik per User 6 me Alokasi Bandwidth 7, Mhz Jumlah Kluster

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telkom Flexi merupakan salah satu penyedia layanan telekomunikasi yang berkembang dengan pesat dengan memanfaatkan jaringan CDMA 2000 1x yang pada awalnya bekerja di

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMERINTAH KABUPATEN BARITO KUALA DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Jalan AES Nasution No. 92A Telp. (0511) 4799418 Marabahan KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEKERJAAN : PENYUSUNAN CELL PLAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN MIGRASI TV DIGITAL BERBASIS CAKUPAN AREA SIARAN DI BEKASI

STUDI KELAYAKAN MIGRASI TV DIGITAL BERBASIS CAKUPAN AREA SIARAN DI BEKASI 10 STUDI KELAYAKAN MIGRASI TV DIGITAL BERBASIS CAKUPAN AREA SIARAN DI BEKASI Annisa Firasanti Program Studi Teknik Elektronika S1, Fakultas Teknik Universitas Islam 45 Bekasi Jl. Cut Meutia No.83, Bekasi

Lebih terperinci

Gambar 1 1 Alokasi Penataan Ulang Frekuensi 1800 MHz[1]

Gambar 1 1 Alokasi Penataan Ulang Frekuensi 1800 MHz[1] BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan user akan informasi gambar, dan video saat ini telah berkembang pesat dalam industri telekomunikasi begitu juga perkembangan jumlah pelanggan sebuah operator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan metode akses kanal

BAB I PENDAHULUAN. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan metode akses kanal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan metode akses kanal yang digunakan oleh berbagai macam teknologi komunikasi seluler. Salah satu fasilitas dalam komunikasi

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Propagasi Sinyal Dikarenakan mobilitas yang tinggi dari MS yang bergerak dari satu sel ke sel yang lain, mengakibatkan kondisi propagasi sinyal pada komunikasi selular sangat

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI PROPAGASI INDOOR COVERAGE PADA SISTEM DCS 1800

ANALISIS RUGI PROPAGASI INDOOR COVERAGE PADA SISTEM DCS 1800 ANALISIS RUGI PROPAGASI INDOOR COVERAGE PADA SISTEM DCS 1800 Tuti Anggraini 1, Baharuddin 2 1 Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perkembangan jaringan komputer sangat pesat dan popular, sehingga jaringan komputer sering digunakan untuk menghubungkan komunikasi di area gedung, kantor,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G

PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G Maria Ulfah 1*, Nurwahidah Jamal 2 1,2 Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Negeri Balikpapan * e-mail : maria.ulfah@poltekba.ac.id Abstract Wave propagation through

Lebih terperinci

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI YUYUN SITI ROHMAH, ST,.MT //04 OUTLINES A. Pendahuluan B. Frequency Reuse C. Handoff D. Channel Assignment Strategies //04 A. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Pada tahap ini akan dibahas tahap dan parameter perencanaan frekuensi dan hasil analisa pada frekuensi mana yang layak diimplemantasikan di wilayah Jakarta. 4.1 Parameter

Lebih terperinci

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5 1 Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis Nezya Nabillah Permata dan Endroyono Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah menjadi kebutuhan bagi dunia usaha/bisnis (e-commerce), pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sudah menjadi kebutuhan bagi dunia usaha/bisnis (e-commerce), pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi dan komunikasi menjanjikan efisiensi, kecepatan penyampaian informasi dan jangkauan yang luas. Hal ini tidak terlepas dari pemanfaatan teknologi

Lebih terperinci

Perencanaan Transmisi. Pengajar Muhammad Febrianto

Perencanaan Transmisi. Pengajar Muhammad Febrianto Perencanaan Transmisi Pengajar Muhammad Febrianto Agenda : PATH LOSS (attenuation & propagation model) FADING NOISE & INTERFERENCE G Tx REDAMAN PROPAGASI (komunikasi point to point) SKEMA DASAR PENGARUH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis manajemen..., Lestari Pragusvita, FT UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis manajemen..., Lestari Pragusvita, FT UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi di dunia terjadi dengan sangat pesat karena kebutuhan berkomunikasi menjadi sebuah sarana yang diperlukan bagi masyarakat banyak

Lebih terperinci

Penataan Menara BTS (Cell Planning)

Penataan Menara BTS (Cell Planning) 50 Penataan Menara BTS (Cell Planning) Wahju Adi Prijono Abstrak - Penataan menara/bts merupakan proses master plan penataan menara telekomunikasi seluler berdasarkan estetika dan kesesuaian dengan KKOP

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 12 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN MENARA TELEKOMUNIKASI MIKRO SELULER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL No.34,2014 Dinas Perhubungan Kabupaten Bantul. Perubahan,ketiga,Peraturan Bupati Bantul, zona penempatan, menara telekomunikasi. BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

UNJUK KERJA ALGORITMA HARD HANDOFF TERHADAP VARIASI KECEPATAN MOBILE STATION

UNJUK KERJA ALGORITMA HARD HANDOFF TERHADAP VARIASI KECEPATAN MOBILE STATION UNJUK KERJA ALGORITMA HARD HANDOFF TERHADAP VARIASI KECEPATAN MOBILE STATION MAKSUM PINEM Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, Medan e-mail : maksum.pinem@gmail.com ABSTRAK-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada sistem CDMA pengendalian daya baik pada Mobile Station (MS) maupun Base Station (BS) harus dilakukan dengan baik mengingat semua user pada CDMA mengggunakan

Lebih terperinci

1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerahdaerah

1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerahdaerah I BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARATELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang a. bahwa

Lebih terperinci

TEKNIK PERANCANGAN JARINGAN AKSES SELULER

TEKNIK PERANCANGAN JARINGAN AKSES SELULER TEKNIK PERANCANGAN JARINGAN AKSES SELULER 6:59 DTGG Konsep Dasar Sistem Seluler by : Dwi Andi Nurmantris DEFINISI Sistem komunikasi yang digunakan untuk memberikan layanan jasa telekomunikasi bagi pelanggan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Optimasi BTS Untuk Peningkatan Kualitas Jaringan CDMA 2000

Optimasi BTS Untuk Peningkatan Kualitas Jaringan CDMA 2000 Optimasi BTS Untuk Peningkatan Kualitas Jaringan CDMA 2000 Sulistyaningsih P2 Elektronika dan Telekomunikasi LIPI sulis@ppet.lipi.go.id Folin Oktafiani P2 Elektronika dan Telekomunikasi LIPI folin@ppet.lipi.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis daya saing..., 1 Rani Nur'aini, FT UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisis daya saing..., 1 Rani Nur'aini, FT UI, 2009 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manfaat kompetisi yang semakin ketat di sektor telekomunikasi kini mulai dirasakan oleh masyarakat luas. Persaingan teknologi dan persaingan bisnis antar-operator telah

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALI KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 98 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI MIKRO SELULER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI

Lebih terperinci

Perencanaan dan Penataan Menara Telekomunikasi Seluler Bersama di Kabupaten Sidoarjo Menggunakan MapInfo

Perencanaan dan Penataan Menara Telekomunikasi Seluler Bersama di Kabupaten Sidoarjo Menggunakan MapInfo Perencanaan dan Penataan Menara Telekomunikasi Seluler Bersama di Kabupaten Sidoarjo Menggunakan MapInfo Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Achmad Mauludiyanto, M.T. NIP. 19610903 198903 100 1 Oleh : Ervin Tri

Lebih terperinci