BAB I PENDAHULUAN. Bab I mengemukakan latar belakang dari dibuatnya penelitian ini. Bab ini juga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Bab I mengemukakan latar belakang dari dibuatnya penelitian ini. Bab ini juga"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I mengemukakan latar belakang dari dibuatnya penelitian ini. Bab ini juga membahas mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan yang terakhir ialah sistematika penyajian. 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu media untuk menuangkan ataupun menyampaikan pikiran-pikiran manusia satu ke manusia lainnya. Lain halnya dengan hewan yang langsung dapat berkomunikasi dengan induknya dalam waktu yang relatif singkat, manusia tidak dapat berbahasa ketika ia dilahirkan. Oleh karenanya, bahasa mestilah diperoleh. Bagaimana bahasa diperoleh menimbulkan suatu polemik. Para psikolinguis kemudian mencoba memecahkan bagaimana bahasa diperoleh. Kaum behavioris yang diwakilkan oleh B. F. Skinner mengatakan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama dikendalikan oleh rangsangan di luar diri anak atau dengan kata lain bergantung kepada lingkungan anak (Chaer, 2009: 222). Teori behaviorisme berpendapat bahwa sesuatu yang berkaitan dengan apa yang terdapat di dalam diri anak tidak memiliki pengaruh terhadap proses pemerolehan bahasa. Bertentangan dengan kaum behavioris, kaum Nativis yang diwakili oleh Noam Chomsky berpendapat bahwa lingkungan tidak memiliki pengaruh dalam 1

2 2 pemerolehan bahasa. Mereka berpendapat bahwa seorang anak telah diberikan bekal, kapasitas atau potensi di dalam genetis yang mereka sebut sebagai LAD (Language Acquisition Device) (Pateda, 1990: 47). Mereka juga meyakini bahwa potensipotensi tersebut akan berkembang ketika saatnya telah tiba. Dengan demikian, kaum ini berpandangan bahwa lingkungan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penguasaan bahasa. Kaum yang terakhir ialah kaum kognitif. Jean Piaget sebagai tokoh kognitifisme menyatakan bahwa manusia itu bukanlah ciri alamiah yang terpisah, melainkan salah satu diantara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif (Chaer, 2009: 223). Kaum ini berpandangan bahwa pemerolehan bahasa dipengaruhi oleh kematangan kognitif anak. Kaum ini juga mempercayai akan adanya pengaruh lingkungan terhadap pemerolehan bahasa. Dari beberapa teori yang telah dikemukakan, terdapat beberapa faktor yang dipertimbangkan di dalam sebuah proses pemerolehan bahasa pertama oleh anak. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor lingkungan, LAD, dan kematangan kognitif. Dari ketiga faktor tersebut, penelitian ini mencoba untuk mengetahui apakah perlakuan lingkungan dapat mempengaruhi pemerolehan bahasa anak atau tidak. Bahasa yang akan dibahas pada penelitian ini akan fokus terhadap salah satu elemen bahasa yaitu fonologi. Dalam memperoleh bahasa, seorang anak dapat menguasai bahasa pertamanya dengan waktu yang relatif singkat (Steinberg, Nagata, & Aline, 2001: 3). Dalam memperoleh bahasa, setiap anak memiliki jangka waktu yang berbeda-beda dalam menguasainya. Beberapa anak dapat mengalami keterlambatan

3 3 dalam menguasai bahasa sedangkan beberapa anak lainnya dapat memperoleh bahasa lebih cepat. Cepat atau lambatnya pemerolehan bahasa pada anak merupakan sebuah permasalahan yang sangat kompleks. Faktor-faktor dari dalam maupun dari luar si anak juga sangat menentukan. Salah satu faktor yang menentukan di luar diri anak ialah faktor perlakuan lingkungan. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh perlakuan lingkungan berpengaruh terhadap pemerolehan bahasa pada anak, maka diperlukan sebuah penelitian yang menitikberatkan pada pemerolehan bahasa dan perlakuan lingkungan anak. Ketika seorang bayi dilahirkan, pada saat itulah ia mulai berinteraksi dengan lingkungannya. Pada saat itu pula, bayi telah memulai tahapantahapan pemerolehan bahasanya. Dalam memproduksi bahasa, hal yang pertama kali diperoleh ialah produksi fonologi. Oleh karenanya tulisan ini akan menitik beratkan pada pemerolehan fonologi anak usia 0-20 bulan. Bagaimana perkembangan fonologi anak usia 0-20 bulan, bagaimana ia mengembangkan konsep-konsep kebahasaan yang masih terbatas di dalam komunikasinya, bagaimana kecepatan serta urutan pemerolehan fonologisnya, serta sejauh mana perlakuan lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan fonologi anak merupakan hal-hal yang akan dipecahkan di dalam penelitian ini. Perlu diketahui lebih awal bahwa subjek penelitian di dalam penelitian ini merupakan dua orang anak laki-laki bernama Karim dan Vintorez. Kedua anak ini memiliki latar belakang keluarga yang berbeda namun berada pada lingkungan tempat tinggal yang sama. Mereka merupakan anak pertama dengan berat badan

4 4 ketika dilahirkan ialah sekitar 3 kg. Meski memiliki jenis kelamin, urutan anak, dan lingkungan tempat tinggal yang sama, namun kedua anak tersebut memiliki perlakuan lingkungan berbahasa yang berbeda. Keluarga Karim merupakan keluarga dengan basic pendidikan bahasa yang juga sangat aktif memberikan masukan-masukan bahasa sejak Karim dilahirkan. Sebagai tambahan, Karim merupakan keponakan dari penulis. Lain halnya dengan Karim, Vintorez memiliki keluarga yang tidak terlalu memperhatikan bahasa sehingga sangat kurang dalam memberikan masukan-masukan bahasa sejak ia dilahirkan hingga berusia 20 bulan. Pada saat penelitian ini dimulai (28 Februari 2014), Karim baru saja dilahirkan sedangkan Vintorez masih berada di dalam kandungan ibunya. Pengambilan-pengambilan video maupun catatan telah dilakukan untuk terus mengamati perkembangan Karim. Pada saat Vintorez lahir, hal yang sama pun dilakukan. Data-data tersebut kemudian dibandingkan. Dari data yang diperoleh, pada saat dilahirkan, keduanya memiliki karakteristik yang sama yang juga dimiliki oleh bayi lainnya yaitu hanya berupa tangisan yang terdiri dari bunyi-bunyi vokal [ɛ], [a] dan konsonan frikatif [h] serta kemampuan kinesik dan komprehensinya yang belum berkembang. Kesamaan pemerolehan bunyi juga masih terlihat saat usia mereka 6 bulan. Hingga usia 6 bulan, fonem vokal yang telah diperoleh oleh Karim maupun Vintorez ialah bunyi-bunyi vokal [ɛ], [ə], [a], dan [e]. Produksi fonem konsonannya pun antara Karim dan Vintorez relatif sama. Karim dan Vintorez pada usia 0-6 bulan telah dapat memproduksi konsonan [h], [ɣ], dan [ŋ]. Perbedaan pemerolehan fonologi

5 5 baru terlihat ketika Karim dan Vintorez telah sampai pada tahap celotehan. Karim terlihat lebih banyak berceloteh dari Vintorez. Pada tahap ini, dari usia 6-9 bulan, produksi bunyi yang terdengar pada celotehannya pun bertambah. Pada Karim, bunyi fonem-fonem konsonan dan vokal yang bertambah ialah bunyi-bunyi [u], [x], [d], [m], dan [t] sedangkan bunyi yang bertambah pada Vintorez ialah bunyi [x] dan [i]. Pada usia 8 bulan, Karim telah dapat menunjukkan referen yang diucapkan oleh orang dewasa dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada dialog antara KM (Karim) dan P (Peneliti). Dialog 1 P KM : Im, ada pesawat, mana pesawatnya ya, im? : [u:] (menunjuk pada pesawat yang lewat) Ia juga telah dapat menunjuk pada referen-referen lain seperti bunga, bulan, cicak, burung, dsb. dengan mengeluarkan bunyi [u:] saat menunjuk. Pada umur yang sama, peneliti mencoba perlakuan yang sama pada VT (Vintorez) dengan melakukan sebuah dialog ringan. Dialog 2 P VT : Vinto, ada pesawat, pesawatnya di mana ya, Vinto? : (memandang peneliti lalu kemudian memandang ke arah lain)

6 6 Peneliti juga menanyakan benda-benda lain yang berada dilingkungannya namun ia tetap tidak berhasil menunjuk pada referen yang dimaksud. Vintorez juga tidak mengeluarkan bunyi saat ditanya. Pada saat usia mereka 20 bulan, Karim telah dapat melafalkan berbagai macam kata seperti [ʃampay] <sampai>, [ɔwaŋ] <orang>, [ʃawah] <sawah>, dan berbagai macam kata di sekitarnya. Ia juga telah dapat mengucapkan lebih dari dua kata seperti [wowowobɔt] <row row row your boat>, [amih kəntut apih juga] <amih kentuh apih juga>, dan [gaboeh mati ʔ in aja yaʔ] <gak boleh, dimatiin saja ya>. Pada usia yang sama, Vintorez baru dapat mengucapkan ucapan satu kata seperti [əndaʔ] <bunda>, [əmɔh] <emoh (tidak mau)>, [əkan] <ikan>, dan [ayah] <ayah>. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan pada latar belakang, maka didapatkan beberapa masalah yang menarik untuk dikaji. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kemampuan fonologi Karim dan Vintorez pada usia 0-20 bulan? 2. Bagaimanakah perbandingan perkembangan kemampuan fonologi Karim dan Vintorez pada usia 0-20 bulan? 3. Bagaimanakah pengaruh perlakuan lingkungan bahasa pada kemampuan fonologi Karim dan Vintorez pada usia 0-20 bulan?

7 7 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai ialah: 1. Mendeskripsikan kemampuan fonologi Karim dan Vintorez di usia 0-20 bulan. 2. Mendeskripsikan perbandingan kemampuan fonologi pada Karim dan Vintorez di usia 0-20 bulan. 3. Mendeskripsikan bagaimana pengaruh perlakuan lingkungan bahasa terhadap kemampuan fonologi Karim dan Vintorez di usia 0-20 bulan. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dharapkan mampu memberikan manfaat, baik itu manfaat secara teoritis maupun manfaat secara praktis. Adapun manfaat teoritis dan praktis tersebut adalah sebagai berikut: Manfaat Teoritis Pada teori-teori pemerolehan fonologi seperti teori struktural universal, teori generatif struktural universal, teori proses fonologi alamiah, dan teori kontras dan proses keempatnya saling memperdebatkan ada tidaknya pengaruh lingkungan terhadap pemerolehan fonologi bahasa anak. Di dalam penelitian ini membahas mengenai perbandingan antara pengaruh lingkungan dan pemerolehan fonologi. Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan akan

8 8 memberikan manfaat teoritis berupa deskripsi mengenai pengaruh perlakuan lingkungan pada pemerolehan fonologi anak Manfaat Praktis Pada sisi lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaatnya secara praktis, baik itu pada dunia pendidikan maupun pada masyarakat. Di dalam dunia pendidikan, hasil dari penelitian ini yang menyangkut bagaimana pemerolehan bahasa anak dapat menjadi acuan dalam mengajarkan bahasa kedua untuk anak. Guru dapat mengajarkan kata-kata yang sekiranya memiliki bunyi-bunyi yang telah dikuasai anak sehingga penyerapan anak terhadap kosakata tersebut akan lebih cepat. Selain itu, peneltian ini juga diharapkan mampu memotivasi dan menginspirasi dunia pendidikan untuk menciptakan lingkungan ideal yang mampu menunjang perkembangan bahasa anak. Di sisi lain, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat untuk masyarakat dalam memberikan peran yang baik dalam memberikan lingkungan yang baik bagi anak untuk dapat berkomunikasi dengan baik di masa pemerolehan bahasa. Jika anak mampu menguasai dan memahami bahasa sejak kecil, maka komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak akan semakin baik sehingga anak tidak akan terus menangis untuk mengutarakan keinginannya dan orang tua pun tidak perlu bersusah payah dalam memahami anaknya.

9 9 1.5 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, penelitian mengenai pemerolehan bahasa yang cukup terkenal adalah penelitian yang dilakukan oleh Dardjowidjojo (2000) yang kemudian telah dibukukan dengan judul buku ECHA: Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Pada penelitian tersebut, Dardjowidjojo (2000) meneliti pemeroleh bahasa cucunya yang bernama Echa secara longitudinal sejak tahun pertama Echa dilahirkan hingga usianya menginjak lima tahun. Penelitian tersebut membahas pemerolehan bahasa Echa secara lengkap mulai dari aspek fonetik hingga pragmatik sejak Echa berusia 0-5 tahun. Kesimpulan dari hasil analisis yang dilakukan oleh Dardjowidjojo adalah bahwa derajat kepatuhan terhadap universalisme bahasa sangat tinggi pada tataran elemen fonologi, tetapi menurun pada komponen sintaksis. Derajat keuniversalan ini lebih menurun lagi pada komponen leksikon, baik macam kata, urutan, dan jumlah pemerolehan kata yang diperoleh Echa pada rentang waktu lima tahun. Dari tataran pragmatis, khususnya pada ragam bahasa, ragam bahasa yang diperoleh Echa cenderung bersifat informal. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada Echa juga dapat dilihat perkembangan fonem-fonem yang telah dikuasai Echa dari usia 0-20 bulan. Dari usia 0-12 bulan, Echa telah dapat memproduksi bunyi-bunyi vokal [i], [e], [ə], [ɛ], [a], [o], dan [u] sedangkan bunyi-bunyi konsonan yang telah dihasilkan ialah [p], [t], [ʔ], [b/β], [d/ð], [g/ɠ], [ɣ], [h], [m], [ŋ], [y], [w], dan [ɹ]. Pada usia 24 bulan, Echa telah dapat menguasai semua fonem vokal bahasa Indonesia sedangan fonem konsonan

10 10 yang telah dikuasai Echa ialah [p], [b], [t], [d], [k*], [g*], [ʔ], [s*], [h], [m], [n], [ŋ], [w], [l], dan [y]. Bunyi fonem yang diberi tanda [*] merupakan fonem-fonem yang belum muncul atau baru muncul secara terbatas. Namun demikian, hasil dari pemerolehan fonologi pada Echa tidak dapat dijadikan perbandingan dalam menentukan cepat atau tidaknya pemerolehan bahasa Karim ataupun Vintorez. Hal ini dikarenakan perbedaan gender antara Echa dan Karim-Vintorez. Echa yang merupakan seorang perempuan akan dapat memiliki perkembangan berbahasa yang lebih cepat daripada Karim-Vintorez yang merupakan anak laki-laki. Chaer (2009: 134) mengatakan bahwa anak-anak perempuan akan lebih cepat pandai berbicara, membaca, dan jarang mengalami gangguan belajar jika diandingkan dengan anak laki-laki. Lain halnya dengan penelitian Dardjowidjojo, penelitian Alamsyah, dkk. (2011) yang terdapat dalam jurnal Malay Language Journal Education lebih menekankan pada pemilihan bahasa pada anak yang juga merupakan permasalah dalam penelitian yang akan dikaji ini. Alamsyah, dkk. mengambil judul Pemilihan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Pertama Anak dalam Keluarga Masyarakat Aceh Penutur Bahasa Aceh di Nanggroe Aceh Darussalam. Penelitian tersebut meneliti tentang faktorfaktor pemilihan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama dalam keluarga Aceh penutur bahasa Aceh. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh Alamsyah, dkk. menunjukkan bahwa anak usia 2-3 tahun yang orang tuanya memilih bahasa Indonesia menjadi bahasa pertama mereka akan merasa bingung ketika orang tuanya

11 11 menggunakan bahasa Indonesia kepada mereka sedangkan tetangganya menyapa si anak dengan menggunakan bahasa Aceh. Terkait dengan pemilihan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama yang digunakan dalam berinteraksi dengan anak, terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya yaitu; lingkungan tempat tinggal, simbol kemajuan dan kemapanan, ada prestise tersendiri, agar anak dapat lebih mudah mengikuti pelajaran di sekolah, anak mudah memahami bacaan, dan bahasa indonesia diyakini dapat menetralisasi perbedaan dialek bahasa Aceh antara suami istri yang berasal dari dialek bahasa aceh yang berbeda. Penelitian lain dilakukan oleh Evans (2004) yang membahas hubungan antara pendapatan keluarga dan perkembangan bahasa anak. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga dengan pendapatan rendah memiliki perkembangan bahasa yang relative terlambat. Penelitian yang dilakukan oleh Lewis & Wilson (1972) dan Hoff- Ginsberg (1991) yang juga meneliti mengenai pengaruh status sosial terhadap kemampuan bahasa anak juga menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Evans (2004). Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Tulkin dan Kagan (1972) menunjukkan bahwa ibu dari kalangan menengah ke atas cenderung memberikan interaksi verbal yang lebih baik daripada ibu dari kalangan menengah ke bawah. Daneshvar dan Sadighi (2014) melakukan penelitian pada anak-anak Iran yang memiliki orang tua dari berbagai jenjang pendidikan. Penemuannya memberikan hasil bahwa anak-anak dari orang tua dengan jenjang pendidikan di atas diploma memiliki perkembangan bahasa yang lebih tinggi dari anak-anak yang orang tuanya memiliki jenjang pendidikan di bawah

12 12 diploma. Bornstein, Leach & Haynes (2004) dan Hoff-Ginsberg (1998) mempelajari peranan urutan kelahiran anak terhadap perkembangan bahasa anak. Hasil penelitiannya menunjukkan hasil yang positif dimana bayi yang lahir terlebih dahulu akan memperoleh kosakata pada umur yang lebih awal daripada bayi-bayi yang lahir kemudian. Dari paparan di atas, dapat dilihat bahwa penelitian-penelitian sebelumnya ada yang meneliti mengenai pemerolehan aspek linguistiknya saja tanpa memperhatikan latar belakang anak dan adapula penelitian yang berfokus pada pengaruh latar belakang anak pada kemampuan bahasanya. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini mengkaji pemerolehan fonologis anak dengan memperbandingkan hasil pemerolehan fonologi pada perlakuan lingkungan bahasanya. Dengan demikian, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi khasanah baru di bidang psikolinguistik. 1.6 Landasan Teori Pada landasan teori, hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini diuraikan sebagai rujukan atau landasan yang dapat membangun dan memperkuat analisis data maupun hasil dari penelitian. Dikarenakan penelitian ini mengkaji mengenai kemampuan fonologi anak usia 0-20 bulan serta pengaruh perlakuan lingkungan bahasa pada kemampuan fonologinya, maka hal-hal yang berkaitan mengenai bagaimana sejatinya konsep keuniversalan pemerolehan bahasa pertama, teori-teori perkembangan bahasa, fonologi bahasa Indonesia, serta konsep-konsep yang membahas mengenai perlakuan lingkungan bahasa akan dibahas pada bagian ini.

13 Tahap-tahap pemerolehan bahasa Menurut Dardjowidjojo (2005), pemerolehan bahasa anak secara umum dapat dilihat dari tahapan-tahapannya. Tahap-tahap pemerolehan bahasa anak adalah sebagai berikut, 1) cooing atau mendekut. pada tahap ini produksi bunyi yang dilakukan oleh bayi ialah seperti bunyi mirip vokal atau konsonan. Tahap ini terjadi pada usia sekitar 2-5 bulan, 2) babbling atau celoteh. bayi mulai berceloteh ketika mencapai usia sekitar 6-8 bulan. pada tahap ini bayi sudah mulai mengeluarkan bunyi berupa suku kata namun bunyi tersebut belumlah memiliki makna, 3) one-word utterances atau tahap ujaran satu kata. tahap ini terjadi ketika usia anak sekitar 9-18 bulan, 4) two-word utterances atau tahap ujaran dua kata. tahap ini terjadi saat usia anak bulan, 5) tahap telegrafis. disebut tahap telegrafis dikarenakan pada usia ini anak telah mampu memproduksi kalimat sederhana. tahap ini terjadi ketika anak telah berusia bulan, dan 6) tahap multikata lanjut yang merupakan tahap dimana anak telah mampu memproduksi kalimat secara gramatikal. tahap ini terjadi pada usia di atas 30 bulan. Pada usia 0-20 bulan, anak baru memperoleh bahasa yang diberikan oleh lingkungannya. Pada tahap tersebut merupakan tahap dimana anak baru mulai

14 14 berkembang baik itu motorik, komprehensi, maupun kebahasaannya. Pada saat dilahirkan, seorang anak hanya dapat menangis, mendekut, atau melakukan gerakan-gerakan reflek. Bunyi-bunyi yang dikeluarkan kemudian berkembang dari hanya tangisan atau dekutan bertambah menjadi adanya bunyi-bunyi ocehan. Pada usia 20 bulan, secara umum anak telah dapat berbicara satu hingga dua kata. Pada usia 20 bulan, anak juga telah dapat menunjukkan serta mengidentifikasi gambar atau objek tertentu. Mereka juga akan dapat melakukan suatu permintaan yang sederhana. Selain itu, mereka juga telah mengenal apa yang mereka inginkan atau apa yang tidak mereka inginkan. Dalam berbicara dengan anak, orang yang dekat secara emosional dengan anak akan menggunakan bahasa yang disebut dengan motherese. Dardjowidjojo menerjemahkan motherese sebagai bahasa sang ibu. Hal ini berbeda dengan bahasa Ibu (mother tongue) atau bahasa pertama anak. Motherese merupakan bahasa ibu yang struktur atau cara pengucapannya lebih disederhanakan dan digunakan untuk berinteraksi dengan anak. Steinberg, Nagata, dan Aline (2001) dan Pinker (1994) mengatakan bahwa motherese merupakan ujaran bahasa yang diterima ketika mereka masih kanak-kanak. Pinker (1994) menjelaskan bahwa ciri dari motherese ialah pengucapannya yang pelan, pendek, sederhana, dan baku secara grammatika. Pinker (1994) mengatakan bahwa perkembangan bahasa akan berubah dalam dua arah, yaitu berkembangnya pemerolehan kosa kata yang sangat pesat dan produksi sintaktik sederhana (dua kata) telah dimulai pada usia 18 bulan.

15 15 Pada tahap ini, masukan-masukan linguistik yang telah diberikan maupun yang sedang diberikan akan sangat diperlukan oleh anak Tahap-tahap perkembangan fonologi 1) Teori Struktural Universal Teori struktural universal dikemukakan pertama kali oleh Jakobson (1968). Teori ini berpendapat bahwa bunyi-bunyi yang diucapkan oleh orang dewasa tidak akan mempengaruhi bunyi-bunyi yang muncul pada anak-anak. Urutan bunyi-bunyi yang muncul pada anak-anak akan mengikuti bunyi-bunyi yang sering muncul pada bahasa-bahasa di dunia. Meski demikian bunyi-bunyi yang muncul pada bayi yang masih belum memiliki arti (saat babbling) tidak bisa dikatakan sebagai bahasa. Masa tersebut disebut juga sebagai masa senyap. Oleh karena itu, Jakobson membagi dua tahap pemerolehan fonologi yaitu tahap membabel (prabahasa) atau masa senyap dan tahap pemerolehan bahasa murni. Pada pemerolehan bahasa murni, Jakobson (via Chaer, 2009: 204) berpandangan bahwa urutan bunyi-bunyi yang muncul akan sama pada semua anak di dunia. Urutan yang diramalkan oleh jakobson ialah bahwa bunyi konsonan yang muncul pertama kali ialah bunyi bilabial dan bunyi yang terakhir diperoleh ialah bunyi likuida seperti /l/ dan /r/. Pada bunyi vokal, yang pertama kali muncul biasanya adalah vokal lebar yaitu /a/. bunyi-bunyi tersebut juga tidak muncul satu demi satu melainkan berupa oposisi-oposisi atau

16 16 kontras-kontras fonemik. Berdasarkan urutan bunyi konsonan dan vokal maka oposisi fonemik yang pertama muncul ialah oposisi bunyi oral dan bunyi nasal seperti [pa-pa], [ma-ma] dilanjut dengan oposisi labial dan dental/alveolar. Pada kontras vokal yang muncul pertama ialah [a] dengan [i] diikuti oleh [i] [u], [e] [u], dan [o] [e]. Menurut Jakobson (via Dardjowidjojo, 2000: 21-24) urutan pemerolehan bunyi berjalan sesuai dengan kodrat bunyi itu sendiri dan anak memperoleh bunyi-bunyi tersebut melalui cara yang konsisten. Urutan-urutan pemeroleh bunyi vokal ialah bunyi vokal minimal (a, i, u) akan muncul lebih awal dari vokal lainnya. Pada bunyi konsonan, urutannya ialah konsonan hambat frikatif afrikat. Urutan tersebut tidak dapat dilakukan sebaliknya. Terlebih lagi, masing masing kelompok hambat, frikatif, dan afrikat juga memiliki urutan tersendiri seperti kontras antara bilabial [b] dengan dental [d] yang akan dikuasai terlebih dahulu daripada antara bilabial [b] dengan velar [g] atau dental [d] dengan velar [g]. bilabial dental [b-d] dikuasai sebelum frikatif [v-s]; bunyi hambat dan frikatif [b-d-v-s] dikuasai sebelum bunyi alveopalatal [ʦ-ʤ]. Bunyi likuid dan glaid dikuasai belakangan dan bunyi gugus konsonan dikuasai lebih belakangan lagi. Dari urutan pemerolehan bunyi tersebut dapat dilihat bahwa pemerolehan bunyi pada anak diawali dari bunyi yang paling mudah terlebih dahulu kemudian diikuti oleh bunyi yang paling sukar. Urutan tersebut dinamakan Kaidah Usaha Minimal (the Law of Least Efforts). Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Steinberg, Nagata, dan Aline (2001: 6) bahwa

17 17 konsonan-konsonan yang mudah dilihat cara pengucapannya akan lebih dikuasai di awal seperti bunyi /m/, /p/, dsb daripada yang tak terlihat seperti bunyi /k/, /g/, /z/, dan /s/ yang akan dikuasai di akhir. 2) Teori Generatif Struktural Universal Teori generatif struktural universal ini diperkenalkan oleh Moskowitz yang merupakan perluasan dari teori struktural universal. Teori ini dikenal dengan penemuan konsep dan pembentukan hipotesis berupa rumus-rumus yang dibentuk oleh anak-anak berdasarkan data linguistik utama (DLU), yaitu kata-kata dan kalimat-kalimat yang didengarkan sehari-hari (Chaer, 2009: 205). Moskowitz berpendapat bahwa sesuai dengan kemampuan nuraninya, bayi dapat membedakan bunyi-bunyi atau suara-suara dari manusia dengan bunyibunyi lainnya. Kemudian bayi berusaha untuk menirukan bunyi-bunyi manusia dengan mengembangkan kemampuan linguistiknya dengan cara membabel sehingga bunyi-bunyi masukan yang merupakan bunyi-bunyi bahasa yang didengar. Moskowitz juga menjelaskan bahwa yang diperoleh pertama kali ialah unit kalimat yang dibedakan dari intonasi kemudian berlanjut pada penemuan unit suku kata. Setelah unit suku kata, anak-anak akan menemukan unit-unit lainnya yaitu satuan bunyi di bawah kata. Satuan bunyi ini menurut Maskowitz (via Chaer, 2009: 208) bukan sebagai fitur fonem atau fon namun merupakan namun merupakan unit suku kata seperti KV, KVK, VK, V, dan KVKV.

18 18 Setelah itu unit segmen seperti konsonan atau vokal kemudian diperoleh dimana pemerolehan unit segmen antara satu anak dengan anak lainnya akan berbeda. Unit terkecil yang diperoleh ialah unit fitur distingtif berupa kontraskontras atau oposisi dengan urutan yang sama seperti yang dikemukakan oleh Jakobson. Moskowitz (via Chaer, 2009: 208) juga memperkenalkan idiomidiom fonologi yaitu idiom progresif dan idiom regresif. Idiom progresif ialah bunyi-bunyi yang berkembang menyerupai bunyi yang diucapkan oleh orang dewasa sedangkan idiom regresif ialah jika bunyi yang telah menyerupai bunyi orang dewasa mengalami kemunduran menjadi bunyi yang lebih primitif. 3) Teori Proses Fonologi Alamiah Teori yang diperkenalkan oleh David Stampe ini berpandangan bahwa proses fonologi anak-anak bersifat alamiah atau nurani (Chaer, 2009: 208). Proses fonologi anak-anak harus mengalami penindasan (supresi), pembatasan, dan pengaturan sesuai dengan penuranian (internalization) representasi fonemik orang dewasa. 4) Teori Kontras dan Proses Teori ini menggabungkan bagian-bagian dari teori Jakobson dan teori Stampe kemudian menyelaraskan dengan teori perkembangan dari Piaget. Teori yang diperkenal kan oleh Ingram ini berpandangan bahwa anak-anak memperoleh system fonologi orang dewasa dengan cara menciptakan

19 19 strukturnya sendiri dan kemudian mengubah struktur ini jika pengetahuannya mengenai system orang dewasa semakin baik. Terdapat tiga tahap yang terjadi hingga akhirnya anak dapat mengucapkan kata. Tahapan ini tidak terlepas dari persepsi, organisasi, dan pengeluaran. Pada tahap persepsi terbagi lagi menjadi tahap vokalisasi praucap (membabel) dan tahap fonologi primitif (satu kata). Pada tahap pengeluaran, anak terlihat sangat aktif yang terjadi pada usia satu setengah tahun. Tahap ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu terjadinya pertumbuhan kosakata dengan cepat dan munculnya ucapan-ucapan dua kata. Tahap ini terus berkembang hingga usia tiga tahun enam bulan sampai empat tahun (Chaer, 2009: 214). Di dalam urutan bunyi-bunyi yang diucapkan masukan yang dengar oleh anak-anak akan menentukan bunyi-bunyi yang pertama diperoleh anak. Pemerolehan juga dilakukan secara perlahan-lahan dan berangsur-angsur. Proses-proses tersebut adalah proses subtitusi, proses asimilasi, dan proses struktur suku kata (Chaer, 2009: ) Fonologi bahasa Indonesia Kajian ini berfokus pada aspek linguistik berupa fonologi. Kemampuan anak dalam memproduksi bunyi-bunyi ketika berucap kemudian akan ditranskripsikan melalui kajian fonetik. Fonetik merupakan kajian di dalam bidang linguistik yang mengkaji mengenai bunyi-bunyi tanpa memperhatikan arti atau perbedaan makna dari bunyi-bunyi tersebut (Chaer, 2003: 10). Fonetik

20 20 yang dikaji di dalam penelitian ini ialah fonetik artikulatoris dimana pada fonetik artikulatoris kajian terletak pada proses produksi bunyi yang dilakukan pada organ bicara penutur. Bunyi-bunyi yang muncul pada data rekaman ditranskripsikan ke dalam transkripsi fonetik. Menurut Chaer (2013: 13), transkripsi fonetik adalah penulisan bunyi-bunyi bahasa secara akurat atau secara tepat dengan menggunakan huruf atau tulisan fonetik. Jadi, ketika penutur berkata ada kera sama monyet di kebun binatang, maka penulisan fonetiknya bukanlah [ada kera sama monyet di kebun binatang] namun penulisannya menjadi [ada kəra sama moñзt di kəbun binataŋ]. Hal ini dikarenakan tulisan latin tidak dapat mewakilin bunyi-bunyi yang sangat banyak. Bunyi huruf <e> pada <kera> berbeda dengan <e> pada <monyet> sehingga bunyi <e> dimodifikasi menjadi /ə/ pada <kera> dan /з/ pada <monyet>. Selain itu, bunyi juga tidak bisa diwakili oleh dua huruf ataupun sebaliknya sehingga bunyi <ny> pada <monyet> dimodifikasi menjadi /ñ/ dan bunyi <ng> pada <binatang> dimodifikasi menjadi /ŋ/. Pernyataan ini diperkuat oleh Chaer (2013: 14) yang mengatakan bahwa bunyi hanya bisa dilambangkan oleh satu huruf sehingga penggunaan satu huruf untuk dua bunyi maupun satu bunyi oleh dua huruf tidak bisa digunakan. Oleh karena itu, modifikasi pada tulisan latin untuk menyesuaikan dengan bunyi-bunyi yang ada sangat diperlukan.

21 21 Dalam hal ini, kajian linguistik internasional membentuk abjad fonetik untuk menyamakan modifikasi huruf untuk melambangkan bunyi. Perangkat yang telah dibuat dinamakan The International Phonetic Alphabet (IPA). Meskipun perangkat IPA digunakan di dalam penelitian ini, namun penelitian ini juga perlu mengetahui bunyi-bunyi apa saja yang terdapat di dalam bahasa Indonesia. Fonologi bahasa Indonesia dipilih dikarenakan anak-anak lebih banyak terekspos dengan bahasa Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga ingin mengetahui apakah input bahasa menentukan bunyi-bunyi yang diperoleh anak. Ingram (1989) berpendapat bahwa kata-kata masukan yang didengar oleh anak akan menentukan bunyi-bunyi pertama yang diperoleh anak. Hal ini bertentangan dengan pendapat Jakobson (1968) yang menyatakan bahwa masukan tidak dipengaruhi oleh apa yang didengar oleh anak dari lingkungannya namun urutan pemerolehan didapat dari nurani. Sebagai landasan teori mana yang benar maka di sini akan disajikan bunyi-bunyi konsonan dan vokal yang terdapat di dalam bahasa Indonesia. Fonem yang terdapat di dalam bahasa Indonesia menurut Chaer (2013: 68-70) adalah fonem vokal /i/, /e/, /a/, /ə/, /u/, /o/, fonem diftong /ay/, /aw/, /oi/, dan fonem konsonan /b/, /p/, /m/, /w/, /f/, /d/, /t/, /n/, /l/, /r/, /z/, /s/, /ʃ/, /ñ/, /j/, /c/, /y/, /g/, /k/, /ŋ/, /x/, /h/, dan /ʔ/.

22 Metode Penelitian Sumber Data Sumber data yang digunakan pada penelitian ini ialah tuturan yang diucapkan sehari-hari oleh dua orang anak dengan rentang usia 0-20 bulan. Kedua anak tersebut ialah Karim Salman Aziez dan Vintorez Qurrota ayun. Selain itu, penelitian ini juga memperoleh sumber data dari orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungan kedua anak tersebut dimana data yang diperoleh digunakan untuk mengetahui bagaimana lingkungan bahasa memperlakukan bahasa terhadap masing-masing anak. Sebagai informasi tambahan, peneliti merupakan orang yang telah tinggal di lingkungan anakanak tersebut sebelum Karim dan Vintorez lahir. Oleh karena itu, peneliti turut mengamati langsung bagaimana perlakuan lingkungan bahasa dan pemerolehan bahasa kedua anak tersebut Metode dan Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, penelitian ini menggunakan metode simak. Metode simak ini dilakukan dengan menyimak ucapan sehari-hari yang dilakukan oleh dua orang anak, yaitu Karim dan Vintorez melalui data-data yang diambil melalui teknik sadap dan wawancara. Teknik sadap adalah teknik yang digunakan pada metode simak dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang baik dalam bentuk lisan maupun tulisan

23 23 (Kesuma, 2007: 43). Data-data rekaman dalam bentuk audio, video, dan catatan percakapan Karim maupun Vintorez diambil oleh peneliti maupun orang tua Karim dan Vintorez. Rekaman-rekaman tersebut merupakan rekaman keseharian anak-anak tersebut yang akan digunakan untuk pengambilan data fonologi. Selain itu, data tulisan juga diambil dari catatan-catatan penulis yang berupa percakapan dan ujaran keseharian. Percakapan dan ujaran ini merupakan percakapan dan ujaran yang tidak sempat terekam oleh audio maupun video dikarenakan proses perekaman tidak selalu standby sedangkan percakapan atau ujaran pada anak terjadi secara spontan dan natural. Kemudian, teknik yang kedua yaitu teknik wawancara. Teknik wawancara merupakan pengumpulan data yang diperoleh melalui percakapan atau tanya-jawab (Nasution, 1992: 69). Untuk menghindari ketidaklengkapan dan ketidakterperincian data, maka wawancara dilakukan dalam bentuk rekaman. Wawancara ini dilakukan pada orang tua anak untuk mengetahui perlakuan apa yang biasa dilakukan dalam mengembangkan kemampuan bahasa anak-anak mereka. Sebagai tambahan, peneliti tinggal pada lingkungan yang sama sehingga dapat mengetahui perkembangan serta perlakuan lingkungan bahasa anak-anak tersebut. Setelah itu, peneliti menggunakan teknik catat. Kesuma (2007: 45) menjelaskan lebih lanjut bahwa teknik catat adalah teknik yang digunakan dalam menjaring data dengan mencatat hasil dari menyimak data. Catatan yang dilakukan adalah dengan mengubah data percakapan dan ujaran yang disadap ke dalam transkrip ortografis atau transkrip

24 24 dengan ejaan dan juga transkrip fonemisnya. Data kemudian dipilah dan diklasifikasikan berdasarkan tuturan dan percakapan dari masing-masing anak Metode dan Teknik Analisis Data Menurut Nasution (1992: 126), analisis pada data kualitatif dilakukan dalam upaya menyusun data yang diperoleh agar mudah ditafsirkan. Pada penelitian ini, data yang telah diperoleh dan dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis padan. Sudaryanto (1993: 13) mengemukakan bahwa metode analisis padan merupakan metode analisis yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue). Metode analisis padan dipilih dikarenakan data dianalisis dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan linguistik yang telah dikuasai oleh peneliti. Aspek linguistik yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah kemampuan fonologi yang dimiliki anak. Data-data yang telah melalui proses transkrip fonologi kemudian dipecah ke dalam satuan kata-kata. Fonem-fonem pada satuan kata-kata tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui bagaimana perkembangan fonologi Karim dan Vintorez pada 0-20 bulan. Data berikutnya yang diperoleh melalui wawancara dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif dimana hasil dari wawancara akan diolah ke dalam bentuk-bentuk penjabaran. Selanjutnya, peneliti melakukan interpretasi pada data-data. Nasution (1992: 127) menjelaskan bahwa

25 25 interpretasi berarti menyusun dan merakit unsur-unsur yang ada dengan cara baru, merumuskan hubungan baru antara unsur-unsur lama, mengadakan proyeksi melewati apa yang ada, memberanikan diri bertanya, bagaimana hanya jika, atau misalkan. Jadi peneliti harus bereksperimentasi, bermain dengan ide-ide Metode dan Teknik Penyajian Analisis Data Hasil dari analisis data kemudian disajikan dengan menggunakan metode informal dan formal. Sudaryanto (1993: 145), di dalam bukunya yang berjudul Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa, menerangkan bahwa metode informal merupakan penggunaan kata-kata sederhana yang mudah dimengerti dan tetap menggunakan terminologi yang bersifat teknis. Metode lainnya ialah metode formal yang merupakan penyajian analisis data dengan menggunakan rumusan tanda-tanda atau lambang-lambang. 1.8 Sistematika Penyajian Data Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai penelitian ini, maka sistematika penyajian data disajikan pada penelitian. Sistematika penyajian data pada tesis ini nantinya akan dibagi menjadi lima bagian atau bab; bab I merupakan latar belakang, bab II berupa pembahasan dengan judul Pemerolehan fonologi anak usia 0-20 bulan, bab III berupa pembahasan dengan judul Perbandingan kemampuan fonologi, bab IV juga masih merupakan pembahasan dengan judul Perlakuan lingkungan dan kemampuan fonologi anak, dan yang terakhir ialah bab V yang merupakan bab terakhir pada penelitian yaitu berupa kesimpulan.

26 26 Pada bab I, dijelaskan permasalahan yang melatarbelakangi dari dilakukannya penelitian ini. Beberapa sub-bab yang terdapat pada bab I ialah rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, dan metode penelitian. Rumusan masalah dituliskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang merupakan permasalahan dari penelitian ini yang didasari dari permasalahan yang terdapat pada latar belakang. Setelah itu, tujuan penelitian dipaparkan agar penelitian ini pada akhirnya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada sub-bab rumusan masalah. Selanjutnya yaitu manfaat penelitian yang dibagi menjadi dua bagian; manfaat secara teoritis dan praktis. Kemudian tinjauan pustaka yang berisikan tentang penelitian-penelitian serupa yang telah dilakukan terlebih dahulu. Lalu diikuti oleh sub-bab selanjutnya yaitu landasan teori yang merupakan kerangka berfikir yang digunakan dalam memecahkan masalah yang berkenaan dengan topik atau objek penelitian. Sub-bab terakhir yaitu berupa metode penelitian yang merupakan paparan dari metode-metode serta teknik-teknik apa saja yang digunakan di dalam penelitian ini yang dimulai dari metode pengumpulan data hingga metode analisis data. Bab II berisi tentang pembahasan dengan judul Pemerolehan fonologi anak usia 0-20 bulan. Bab ini berisi tentang kemampuan-kemampuan fonologi yang telah dikuasai Karim dan Vintorez pada rentang usia 0-20 bulan. Kemampuan fonologi yang dimaksudkan tidak hanya berupa kemampuan pengucapan bunyi vokal dan konsonan, namun juga perkembangan kinesik, perkembangan komprehensi, inventori fonem, dan aturan fonologis.

27 27 Pada bab III, pembahasan berisikan tentang hasil analisis perbandingan kemampuan fonologis yang dimiliki oleh Karim dan Vintorez. Perbandingan ini dilakukan untuk mengetahui apakah anak-anak usia 0-20 bulan tersebut dalam penguasaan fonologisnya memiliki percepatan yang sama ataukah berbeda. Oleh karena itu, judul yang sesuai yang diberikan pada bab ini ialah Perbandingan kemampuan fonologi. Bab selanjutnya yaitu bab IV. Pada bab IV, judul yang diberikan adalah Perlakuan lingkungan dan kemampuan fonologi anak. Bab ini akan memaparkan bagaimana perlakuan lingkungan bahasa dalam mengekspos bahasa pada anak; apakah sebelum tidur anak dibacakan dongeng, apakah terdapat direct feedback ketika anak melakukan kesalahan dalam pelafalan, ataukah anak hanya didiamkan saja ketika melakukan kesalahan, dan lain sebagainya. Perlakuanperlakuan ini kemudian akan dikorelasikan dengan bagaimana kemampuan bahasa anak. Kemudian data juga dianalisis untuk mengetahui apakah ada pengaruh signifikan antara perlakuan bahasa pada anak dengan kemampuan yang mereka miliki. Pada bab terakhir, yaitu bab V, berisikan kesimpulan dari hasil analisis data yang terdapat pada bab-bab pembahasan yang merupakan jawaban dari pertanyaanpertanyaan akan permasalahan yang terdapat pada rumusan masalah.

28 28 BAB II PEMEROLEHAN FONOLOGI ANAK USIA 0-20 BULAN Untuk memudahkan dalam melihat pemerolehan fonologi anak usia 0-20 bulan, maka penyajian pembahasan data analisis merujuk pada format penulisan yang telah dilakukan oleh Soenjono Dardjowidjojo dalam bukunya yang berjudul Echa: Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Penyajian pada bab ini akan meninjau kemampuan fonologi anak berdasarkan tahap 0-12 bulan dan bulan. Kemampuan fonologi yang diteliti tidak hanya ditinjau dari produksi fonologi anak namun juga kemampuan lainnya seperti kinesik dan komprehensi sebagai pendukung dari kemampuan fonologi. 2.1 Kemampuan Fonologi: Umur 0-12 Bulan Pada kemampuan fonologi umur 0-12 bulan ini, dibahas perkembangan kinesik, komprehensi, dan produksi fonologi Karim dan Vintorez. Pembahasan mengenai perkembangan kinesik sangat diperlukan mengingat gerakan-gerakan kinesik merupakan sebuah modal komunikatif begitu pula perkembangan komprehensi yang dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan kognitif anak. Kemampuan kinesik juga merupakan alat bantu dalam berbahasa non-verbal seperti mimik wajah, lambaian tangan, dan kedipan mata. Kemampuan kinesik dan komprehensi hanya ditinjau sebagai pendukung dari kemampuan fonologi anak dan bukan sebagai kajian utama. 29

29 Perkembangan kinesik umur 0-12 bulan 1) Perkembangan kinesik Karim Salman Aziez: pada usia 0-12 bulan Pada saat Karim Salman Aziez dilahirkan pada tanggal 28 Februari 2014, ia memiliki berat badan 3.1 kg dengan berat otaknya 15% dari berat badan, yaitu sekitar 0.46 kg. Gerakan kinesik yang dilakukan pun sama seperti bayi baru lahir lainnya yaitu adanya gerakan-gerakan reflek badannya serta gerakan-gerakan seperti menangis, menguap, mengerjapkan mata, atau bahkan mengerucutkan bibirnya. Pada hari kedua setelah ia dilahirkan, gerakan reflek yang terjadi pada Karim sudah berkurang, ia juga terlihat sudah dapat merespon bunyi yang dilakukan oleh ayahnya. Karim sudah dapat melihat ke arah sumber bunyi ketika ayahnya menjentik-jentikkan jarinya (TV DKM (1)). Bunyi-bunyi yang keluar juga masih sebatas bunyi tangisan dengan mengeluarkan bunyi-bunyi yang masih sulit untuk ditebak. Bunyibunyi tersebut seperti bunyi vokal depan bawah [ɛ] atau bunyi vokal tengah sedang [ə] panjang yang diakhiri oleh bunyi konsonan glottal frikatif [h] sehingga bunyi yang keluar seperti [ɛ:h ɛ:h əɛ:h] yang dilakukan berulang-ulang. Bunyi-bunyi tersebut juga seperti disisipi atau keluar seperti bunyi-bunyi laringal. Karim juga melakukan bunyi-bunyi lain seperti saat dia bersendawa atau saat dia cegukan (hiccup). Bunyi lainnya di hari ketiga setelah ia dilahirkan. Terlihat pada data TV DKM (1), Karim diberi madu yang dicampur dengan air. Saat meminum madu yang diberikan melalui sendok, bibirnya mengerucut dengan lidah yang menghisap madu sehingga menimbulkan bunyi non-pulmonik seperti bunyi klik bilabial /ʘ/.

30 30 Pada usia satu bulan, gerakan kinesik Karim sudah semakin baik, gerakan refleknya sudah menghilang dan ia pun sudah dapat menggeliat layaknya orang dewasa ketika bangun tidur. Ketika diajak bicara, mulutnya terlihat dibulatkan sehingga tampak seperti ingin menjawab atau merespon pembicara namun tidak ada suara yang keluar. Matanya sudah tampak jelas dan pandangannya pun nampak fokus atau komunikatif. Bunyi-bunyi yang keluar baru bunyi-bunyi vokal [ə], [ɛ] dan [a]. Pada usia 2 bulan, ia sudah tampak dapat menggenggam benda. Ia pun lebih sering memainkan lidahnya. Pada usia 3 bulan ia sudah dapat tersenyum ketika melihat video dirinya sendiri dan ia juga sudah bisa memegang botol minumannya dan membunyikan mainannya dengan menggoyang-goyangkan mainan bayi tersebut. Ia juga sudah dapat tengkurap dan mengangkat kepalanya. Pada usia 4 bulan, tepatnya pada tanggal 13 Juli 2014, Karim senang memainkan benda-benda yang berbunyi ketika dipegang. Mainan favoritnya adalah bungkus tissue basah yang selalu ia cengkram dan ia tarik kedua ujungnya sehingga menimbulkan bunyi atau mainan bayi yang terbuat dari kayu yang berbunyi nyaring ketika digoyang-goyangkan. Saat itu sedang bermain, Karim mengeluarkan bunyibunyi seperti [ɣ] namun bunyi itu hanya muncul sekali sedangkan yang lebih sering muncul adalah bunyi [əh]. Pada video-video selanjutnya, masih pada umurnya yang ke empat bulan, perkembangan kinesiknya masih tetap yaitu tengkurap dan mengangkat kepalanya dengan sangat lama. Karim memiliki perawakan yang gemuk sehingga ketika dia berusaha untuk bergerak maju, ia terlihat sangat kesulitan hingga akhirnya berhenti kemudian memasukkan tangannya ke mulut. Namun demikian ia

31 31 telah memiliki kemajuan dalam menanggapi lingkungannya sehingga ia terlihat sangat ekspresif. Hal ini tampak saat Karim menonton tayangan Upin-Ipin dan Sopo Jarwo. Tatapannya terlihat sangat serius ketika ia sedang menonton. Terkadang, ia pun tertawa seperti telah mengerti isi cerita tayangan tersebut. Ia juga telah banyak mengoceh sehingga bunyi-bunyi yang telah dikeluarkan pun sudah mulai berkembang seperti bunyi [ɣ], [ə], [ŋ], [h], [a], [e]. Bunyi-bunyi tersebut belum memiliki arti fonemis namun masih dalam bentuk ocehan seperti [əɣea], [əŋɛa], dan [əhe:]. Pada umurnya yang keenam bulan bunyi vokal /u/ sering muncul khususnya ketika ia melihat cicak atau pesawat terbang. Saat melihat cicak atau pesawat terbang, wajahnya terlihat sangat takjub dengan mulut yang dibulatkan dan berkali-kali mengeluarkan bunyi /u/. Pada usia 7 bulan, (TV DKM (1)) kemampuan kinesiknya sudah sangat berkembang. Karim senang memegang kedua kakinya. Pada usia 8 bulan, ia sudah bisa duduk sendiri. Meski demikian, ia belum bisa merangkak dengan sempurna. Perutnya yang gemuk masih menyentuh lantai. Ia pun terlihat berusaha mendorong dirinya untuk bergerak maju ke depan. Di usia 9 bulan ia masih terlihat bersusah payah untuk mendorong tubuhnya maju namun ia juga telah berhasil untuk bergerak maju meskipun badannya masih menyentuh lantai. Selain itu, pada usia ini Karim sudah dapat berdiri meskipun ia masih tetap harus berpegangan pada bendabenda dan berdirinyapun masih belum seimbang. Karim baru dapat merangkak maju dengan sempurna pada usia sekitar 10 bulan.

32 32 Saat Karim berusia 9 bulan, giginya sudah mulai tumbuh. Tumbuhnya gigi sangat penting dalam kemampuan fonologis. Seseorang yang ompong akan sangat berbeda dalam mengucapkan sesuatu dengan orang yang memiliki gigi sempurna. Hal itu dikarenakan gigi merupakan bagian dari alat ucap yang dapat membentuk bunyibunyi dengan sempurna. Seiring dengan mulai tumbuhnya gigi, kemampuan fonetik Karim mulai bertambah. Ia sudah dapat mengucapkan konsonan alveolar plosive /d/ namun pengucapannya belum sempurna sehingga masih terdengar seperti bunyi diakritik linguolabial /ḏ/. Pada bunyi diakritik linguodental / ḏ/, bunyi [d] terdengar seperti gabungan dua konsonan alveolar [d] dan [t]. Hal ini terdengar saat Karim mengeluarkan bunyi babbling seperti [əḏe] dan [əḏa]. Selain itu, Karim juga sudah dapat mengucapkan bunyi bilabial [m], contohnya saat Karim mengeluarkan bunyibunyian seperti [əmma] dan [aəm]. Pada umur 10 bulan data TV DKM , karim telah memiliki dua gigi atas dan dua gigi bawah. Kemampuan kinesik Karim pun sudah semakin lincah. Ia selalu ingin tahu dengan apa yang dilihatnya sehingga ia tidak bisa diam dengan melakukan gerakan-gerakan yang ingin dilakukannya seperti menaikkan kakinya, berusaha meraih kakinya, atau mendatangi benda-benda yang menarik perhatiannya. Ia juga telah dapat mengucapkan konsonan /n/, /y/, /p/ dan /b/, contohnya ialah [əna], [yayaya], dan [pəpba]. Pada video TV DKM (1) saat Karim genap berusia 11 bulan ia telah dapat mengucapkan vokal [ɔ] seperti [ɔ:] dan pada data TV DKM (1) ia terdengar dapat mengucapkan konsonan yang menyerupai bunyi

33 33 palatal plosif /ɟ/ dan /z/ saat menyebutkan nama akhirnya [ɟəzts]. Video TV DKM (1) juga memperlihatkan perkembangan kinesik Karim yang telah dapat berdiri sendiri meski masih harus berpegangan pada benda-benda seperti meja ataupun dinding. Menjelang usia Karim 12 bulan, Karim telah memproduksi bunyi menyerupai bunyi konsonan /k/ namun juga terdengar seperti /g/, [əkgə:h] (TV DKM (1)). 2) Perkembangan kinesik Vintorez Qurrata ayun: pada usia 0-12 bulan Vintores Qurrata ayun lahir pada tanggal 5 Juni Pada waktu ia dilahirkan, gerakan-gerakan kinesik yang dilakukan sama seperti bayi pada umumnya yaitu menangis, menggerak-gerakkan tubuhnya dengan gerakan reflek yang tidak terarah dan tidak bermakna. Hal itu menunjukkan bahwa gerak reflek tubuhnya telah bekerja sempurna. Pada hari kedua, pada data TV DVT (1) menit ke 00:34 terdengar suara yang keluar berupa suara-suara seperti bunyi vokal sedang tengah [ə] atau vokal rendah tengah [a] yang diikuti oleh bunyi laringal frikatif [h] sehingga terbentuklah bunyi-bunyi seperti [əh] dan [ah] dengan intensitas suara yang sangat pelan. Pada menit ke 01:32 terdengar tangisan yang keluar berupa suara vokal sedang tengah [ə] yang diikuti oleh konsonan nasal dorsovelar [ŋ], vokal sedang depan [e], dan vokal rendah tengah [a] panjang sehingga bunyinya seperti [əŋea:] yang dilakukan secara berulang-ulang. Kemudian, ketika tangisannya akan berhenti terdengar bunyi-bunyi [e e e], [əh], dan [eʔeh]. Semakin pelan tangisnya, jarak antara

34 34 bunyi-bunyi yang dikeluarkan semakin panjang. Pada saat itu, Vintorez hanya menangis hanya ketika ia merasa tidak nyaman dan haus. Gerakan matanya masih sangat lemah. Intensitas pejaman matanya lebih lama daripada saat ia membuka mata. Ketika ayahnya menyentuh pipinya dengan telunjuk atau bahkan ketika selembar kain menyentuh pipinya, ia masih mengira bahwa itu adalah puting ibunya sehingga kepala dan bibirnya melakukan gerakan-gerakan seperti ingin menetek. Pada usia 1.5 bulan matanya sudah membuka lebar dan tatapannya juga sudah lebih terfokus untuk melihat benda-benda. Pada tubuhnya masih terlihat gerakangerakan reflek. Pada data video TV DVT (1) terlihat ayahnya berusaha untuk menarik perhatian Vintorez dengan berbicara dan mengeluarkan nyanyian nada seperti [daŋdiŋ dindaŋ diŋ ə] yang dilakukan secara berulang-ulang. Vintorez terlihat memperhatikan ayahnya dengan seksama meski terkadang melihat ke arah lain. Ia juga terlihat ingin merespon ayahnya dengan berbicara namun dikarenakan rongga bicaranya yang belum memungkinkan maka yang ia lakukan hanyalah membulatkan kedua bibirnya berulang ulang seperti ingin berbicara. Meski demikian pada video ini Vintorez belum mengeluarkan suara-suara yang signifikan kecuali bunyi [ə] yang pelan dan lemah. Pada umur 3 bulan (lihat data TV DVT (1)) ia belum mengeluarkan bunyi-bunyi vokal yang berbeda dari sebelumnya. Bunyi-bunyi yang dikeluarkan masih sebatas bunyi vokal [ə] dan [e]. Namun pada bunyi konsonan, sudah terdengar adanya bunyi baru yaitu [ɣ] sehingga yang sebelumnya ia mengeluarkan bunyi [əŋəa:] kali ini ia mengeluarkan bunyi-bunyi seperti [əɣəa:], [əe], dan [əŋ] yang

35 35 diulang berkali-kali. Selain itu, pada kemampuan kinesiknya, Vintorez telah dapat tengkurap dan mengangkat kepalanya kurang lebih sebesar 45 derajat. Meski demikian kemampuan mengangkat kepalanya hanya dapat bertahan beberapa detik sebelum akhirnya jatuh dan ia terlihat bersusah payah untuk mengangkat kepalanya kembali. Pada awal tahun 2015 ketika Vintorez telah berusia 7 bulan. Perkembangan kinesiknya sudah cukup maju. Ia telah dapat duduk dan berangkang meskipun dadanya masih menyentuh lantai sehingga terlihat seperti merayap di atas lantai. Tawanya pun sudah semakin lebar dan gerakan-gerakan refleknya sudah menghilang. Ia juga sudah dapat meraih tangan ayah dan ibunya. Pada data TV DVT (1) menit ke 00:45 sudah terdengar adanya vokal dan konsonan baru. Bunyi konsonan yang keluar berupa bunyi dorsovelar frikatif bersuara [x] yang diikuti oleh bunyi vokal tinggi atas depan [i] sehingga bunyi yang keluar ialah bunyi [xi]. Bunyi tersebut muncul saat ia tertawa. Berbeda dengan sebelumnya, bunyi tawa selanjutnya berupa keluaran bunyi-bunyi seperti [hə] dan [xə]. namun kemudian tawa selanjutnya Vintorez hanya membuka mulutnya namun tidak mengeluarkan bunyi apapun. Di akhir bulan Januari 2015, ia mengeluarkan bunyi vokal baru berupa vokal bawah sedang depan [ɛ]. Suara tersebut terlihat pada data TV DVT (1) menit ke 00:06 dengan bunyi yang keluar adalah bunyi seperti [ɛhe], [e:ʔ], [a], dan [eh] Perkembangan komprehensi umur 0-12 bulan 1) Perkembangan komprehensi Karim Salman Aziez: pada usia 0-12 bulan

36 36 Pada hari kedua setelah ia dilahirkan, Karim masih terlihat sangat rentan dan lemah begitu pula dengan kemampuan komprehensinya. Ia tidak dapat memahami ataupun merespon ujaran orang dewasa. Meski demikian, ia telah dapat mendengar bunyi-bunyi disekelilingnya. Hal ini dapat dibuktikan pada data TV DKM (1) ketika ayahnya menjentikkan jarinya sehingga menimbulkan bunyibunyi, Karim terlihat mencoba untuk menoleh ke arah sumber bunyi tersebut. Selain bunyi, Karim juga sudah dapat merasakan sentuhan. Sentuhan yang terjadi di sekitar pipinya akan ia kira sebagai putting ibunya sehingga mulutnya akan melakukan gerakan-gerakan seperti akan menetek (TV DKM (1). Saat bayi, Karim relative memiliki intensitas tangisan yang sedikit. Ia hanya menaangis ketika merasa haus, lapar atau tidak nyaman. Sepuluh hari setelah ia dilahirkan, ari-arinya telah lepas dan Karim pun dapat dimandikan untuk yang pertama kali. Ia terlihat tenang dan menguap ketika sedang dimandikan. Tidak ada suara tangisan sama sekali. Tatapan matanya pun belum terlihat fokus. Ia masih berusaha untuk mengenali lingkungannya. Baru pada umur sekitar satu bulan lebih, tatapannya terlihat lebih fokus. Pada data TV DKM (1), tatapan mata Karim terlihat fokus dan komunikatif dimana ia seperti memperhatikan orang dewasa yang mengajaknya berbicara. Meski demikian, ia belum dapat merespon yang menunjukkan bahwa ia memahami apa yang dilihatnya. Begitu pula ketika ia telah berusia tiga tahun dimana kemampuan kinesiknya telah mendukungnya untuk dapat tengkurap dan mengangkat kepalanya, ia melihat tayangan serial animasi 3D Upin Ipin dengan sangat serius tanpa terlihat suatu ekspresi apapun di wajahnya. Ia terlihat

37 37 tertarik pada gambar animasi namun belum mengerti apa isi dari tayangannya. Pada usianya yang ke 5 bulan, ia telah banyak mengoceh dengan mengeluarkan bunyuibunyi seperti [əɣə], [əɣəa]. Ia juga telah dapat merespon dengan senyuman dan tawa ketika ayahnya mengajaknya mengobrol. Kemampuan komprehensi Karim telah banyak meningkat saat usianya 6 bulan, ia telah dapat merespon permainan ciluk ba ayahnya, tersenyum saat orang dewasa hendak mengambil fotonya sambil berkata cheers!. Ia juga akan menoleh saat orang dewasa berkata itu tuh liat tuh!. Ketika terdapat sesuatu yang membuatnya penasaran atau saat ia ditanya Aim mau kemana?, maka Karim akan menunjuk ke suatu arah atau benda. Pada data TV DKM (1) terekam video Karim yang sedang memainkan mainan kayunya yang akan berbunyi ketika digoyangkan. Saat itu, ibunya mengajaknya mengobrol sambil berkata Aim bisa ya maininnya? Bagaimana caranya im?. Saat ibunya berkata demikian, Karim terlihat sangat senang dan menggoyangkan mainannya dengan cepat. Hal tersebut menunjukkan bahwa Karim sedikitnya telah mengerti apa yang diucapkan orang dewasa. Pada usia Karim yang ke 8 bulan, berbanding lurus dengan meningkatnya kemampuan kinesik Karim yang telah bisa duduk sendiri, kemampuan komprehensinya pun meningkat. Karim selalu memperhatikan dengan seksama segala sesuatu yang membuatnya penasaran. Pada data TV DKM (1) terdengar ibunya Karim yang sedang menyanyikan lagu anak-anak untuk temannya Karim, namun demikian Karim yang sedang duduk terlihat antusias dan memperhatikan ibunya lalu kemudian mengeluarkan bunyi [əŋɛɔ] dan [u:] sambil tersenyum. Selain

38 38 memperhatikan sesuatu dengan seksama, Karim juga seperti ingin menirukan apa yang diucapkan oleh orang dewasa. Pada data TV DKM (1) terlihat Karim yang sangat ingin menirukan ibunya yang memainkan lidahnya yang dietakkan ke daerah palatal sehingga menimbulkan bunyi non-pulmonik klick /ʘ/. Karim yang gagal menirukan ibunya kemudian merasa greget dan melakukan gerakan yang lucu. Pada data TV DKM (1), Karim senang mengikuti gerakan neneknya ketika mengelap sesuatu. Hal ini bermula ketika ia menumpahkan sesuatu pada mesin printer yang kemudian di lap oleh neneknya. Karim kemudian melakukan gerakan seperti mau membersihkan printer dengan tangannya, melihat tingkah cucunya tersebut Nenek kemudian mengajarkan Karim cara mengelap yang benar. Raut wajah karim terlihat serius ketika mengerjakan pekerjaan tersebut. Pada usia 10 bulan Karim sudah dapat memanggil nama ayah. Meski demikian ia belum sepenuhnya dapat mengucapkan ayah. Pada data TV DKM (1) terlihat Karim yang sedang mengoceh [ayayayaya] ketika ibunya menyuruhnya untuk mengucapkan ayah. Di usianya yang ke sepuluh bulan, Karim sudah dapat melakukan gerakan dadah ketika disuruh untuk dadah, ia juga senang mengambil dan nmemainkan segala sesuatu yang membuatnya tertarik. Hobinya ialah menonton tayangan Upin-Ipin, Sopo Jarwo, serta video lagu-lagu bahasa Inggris. Ketika film Upin-Ipin itu iklan, ia akan mengalihkan perhatiannya pada sesuatu yang lain atau terkadang juga ia akan menangis. Bagitu pula ketika ia diberi tontonan yang menyeramkan, maka ia akan menangis. Itu artinya, ia telah memahami sedikitnya dari apa yang ia tonton, atau mana yang dia inginkan untuk ditonton.

39 39 Karim merupakan anak yang memiliki rasa penasaran yang tinggi, ia akan memperhatikan dengan sangat serius ketika orang dewasa sedang berbicara atau mengajarkannya sesuatu, ia juga akan mengambil benda-benda yang membuatnya penasaran dan mencoba untuk melakukan suatu eksperimen terhadap benda-benda tersebut. Hal ini nampak sejak ia berusia enam tahun saat ia berusaha menirukan ibunya yang membuat suara-suara non-pulmonic, kemudian saat ia menirukan gerakan neneknya mengelap sesuatu, lalu pada data TV DKM (1) Karim mencoba untuk menggoyangkan mainannya yang akan berbunyi bila digoyangkan. Hal tersebut juga berlanjut pada data TV DKM (1) yang menunjukkan Karim mengambil sebuah kipas kemudian mencoba untuk membuka dan melakukan gerakan seperti mengipas-ngipas dengan gerakannya masih terlihat kaku. Ia juga sudah dapat memutar roda pada kereta bayi dan melakukannya secara berulang ketika roda tersebut berputar, (data TV DKM (2)). Pada data TV DKM (1), Karim berjoget ketika ayah dan ibunya menyuruhnya untuk berjoget. Ia juga telah memahami ucapan orang dewasa ketika menyuruhnya untuk mencium ibunya, maka Karim pun akan mencium ibunya, (data TV DKM (1)). Di awal tahun 2015, Karim sudah dapat berjoged apabila disuruh atau ketika ia mendengar suara musik. Ia juga sudah dapat menunjuk gambar burung hantu dan kura-kura yang ada di dinding. Ketika dia penasaran terhadap sesuatu maka ia akan menunjuk dengan mulut yang dibulatkan sehingga mengeluarkan bunyi /u/ secara berulang ulang. Ketika hujan turun, ia akan merasa sangat senang dan mengulurkan tangannya sehingga mengenai air hujan. Di akhir bulan januari, kemampuan

40 40 fonetiknya sudah sangat berkembang. Ketika ia ditanya Karim namanya siapa? Karim Salman A? maka ia akan menjawab dengan meneruskan [jiszt] yang merupakan nama kepanjangannya (Aziez), (data TV DKM (1)). Rasa penasaran Karim terhadap suatu benda selalu dijawab oleh ibu, ayah, tante, om, atau kakek dan neneknya. Ketika Karim menunjuk atau melihat sesuatu dengan antusias maka dengan reflek orang dewasa yang merupakan keluarganya akan memberi tahu nama dari benda tersebut. Setelah diberi tahu, Karim akan menimpali dengan mengatakan [həh] dengan intonasi naik yang menunjukkan ia sedang bertanya həh? atau secara semantic bisa diartikan sebagai apa?. Ia akan mengucapkan [həh] berkali kali dan setiap ia mengucapkan [həh] maka orang dewasa akan menjawabnya dengan memberi tahu nama benda tersebut berkali kali, (data TV DKM (1)). Karim juga sudah dapat tepuk tangan ketika ibunya menyanyikan lagu tepuk tangan atau ketika ia diminta untuk tepuk tangan, (data (1)). Ketika ibunya menyuruhnya untuk memberikan benda yang berada ditangannya ke neneknya, Karim malah melihat ibunya dan hendak memberikannya ke ibunya namun ibunya menegaskan untuk memberikannya ke neneknya sehingga timbul wajah yang terlihat bingung pada Karim, (data (1)). Di usianya yang genap 12 bulan, ia terlihat sudah memiliki komprehensi yang sangat baik. 2) Perkembangan komprehensi Vintorez Qurrata ayun: pada usia 0-12 bulan

41 41 Seperti yang terjadi pada bayi lainnya, Vintorez belum dapat memahami apa yang terjadi disekelilingnya pada hari pertama ia lahir. Ia juga belum dapat memahami ujaran orang dewasa. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Benzaquen, Gagnon, Hunse, dan Foreman pada tahun 1990 (via Steinberg, Nagata, & Aline, 2001: 27), bayi telah mengenali suara ibunya sejak dalam kandungan. Meski belum dapat merespon suara-suara, ia terlihat sudah dapat merespon sentuhan. Sentuhan jari atau kain pada pipinya membuat Vintorez melakukan gerakan seperti ingin menetek. Ia mengira sentuhan jari ataupun kain merupakan puting ibunya. Pada hari kedua, ia juga terlihat telah merespon sentuhan perawat dengan tangisan. Baru pada umur sekitar 1 bulan, ia telah dengan jelas dapat menyadari kehadiran orang lain. Hal ini dapat terlihat pada data TV DVT (1) dimana pandangan mata Vintorez telah dapat bertaut dengan orang tuanya. Vintorez juga telah terlihat mampu merespon ayahnya namun hanya sebatas membulatkan bibirnya seperti ingin berbicara dengan bunyi yang keluar hanya bunyi [ə]. Kemampuan persepsi akan alam sekitar sudah cukup membaik ketika Vintorez telah berumur 7 bulan. Ia telah dapat merespon ayahnya dengan respon fisikal seperti tawa kegembiraan dan ia juga telah dapat meraih tangan orang tuanya ketika mereka mengajak Vintorez untuk tos ataupun salaman. Namun, belum terlihat adanya respon positif dari respon verbal. Tampaknya Vintorez lebih senang memberikan respon-respon fisikal daripada verbal. Hal ini terlihat dari data-data hingga ia berumur 12 bulan atau genap satu tahun. Ia telah dapat merangkak atau lebih tepatnya merayap dan meraih mainan bergeraknya namun ia tidak mengeluarkan suara apapun.

42 42 Ketika ia merasa senang dan tertawa, terkadang tawanya telah lebar namun tidak ada suara yang keluar dan terkadang juga banyak mengeluarkan suara seperti [ɛhe:], [e:ʔ], dan [a]. Ketika ada suara tetangganya dan ayahnya berkata siapa itu Vintorez? dengan nada setengah kaget, Vintorez langsung melihat kearah sumber suara dan cepat kembali memandang ayahnya dengan intensitas pandangan yang kuat seperti terlihat kaget. Hal itu menunjukkan bahwa Vintorez telah memiliki komunikasi dengan ayahnya Produksi fonologi umur 0-12 bulan 1) Produksi fonologi Karim Salman Aziez: pada usia 0-12 bulan Sama seperti bayi-bayi lainnya, pada awal Karim lahir, ia hanya bisa menangis atau mengeluarkan bunyi-bunyi yang sulit ditebak. Pada hari kedua setelah ia dilahirkan, suara yang keluar menyerupai bunyi mirip vokal [ɛ] dan [ə] yang diikuti oleh bunyi konsonan glottal frikatif [h]. Bunyi-bunyi tersebut merupakan bunyi-bunyi yang bertahan selama masa pemerolehan bunyi. Bunyi lainnya baru muncul satu bulan kemudian. Bunyi baru yang muncul ialah bunyi vokal rendah [a]. Meski demikian, bunyi-bunyi vokal yang sering muncul ialah bunyi vokal sedang tengah [ə] dan vokal sedang bawah [ɛ]. Pada umur 4 bulan Karim sudah banyak mengoceh. Pada ocehannya pun terdengar bunyi-bunyi baru seperti bunyi laringal [ɣ], bunyi dorsovelar nasal [ŋ]. Bunyi tersebut muncul dengan gabungan bunyi-bunyi vokal [ə], [e] dan [a] serta konsonan [h] sehingga bunyi bunyi yang dihasilkan seperti bunyi [əŋeah] dan [əɣh r ]. Bunyi konsonan getar [r] dibuat menjadi [ r ] dikarenakan terdapat

43 43 bunyi getar yang menyerupai konsonan [r] namun sangat tipis sehingga belum dapat didefinisikan sebagai bunyi konsonan getar [r]. Pada umur 6 bulan Karim sudah dapat tertawa dengan sangat lepas, diantara tawanya muncul bunyi konsonan baru yang berupa bunyi dorsovelar nasal [x]. Selain itu, vokal baru yang berupa vokal belakang [u]. Bunyi-bunyi baru juga muncul saat Karim berusia 9 bulan. Ia sudah dapat mengucapkan konsonan seperti alveolar plosive /d/ namun pengucapannya belum sempurna sehingga masih terdengar seperti bunyi diakritik linguolabial /ḏ/. Pada bunyi diakritik linguodental / ḏ/, bunyi [d] terdengar seperti gabungan dua konsonan alveolar [d] dan [t]. Selain itu, Karim juga sudah dapat mengucapkan bunyi bilabial [m]. Satu bulan kemudian saat usia Karim mencapai usia 10 bulan inventori bunyi Karim bertambah. Ia dapat mengucapkan bunyi konsonan apikoalveolar nasal [n], semivokal laminopalatal [y], bunyi konsonan hambat bilabial [p] dan [b]. Bulan berikutnya, 11 bulan, vokal baru yaitu vokal sedang bawah belakang [ɔ] muncul. Pada bulan tersebut juga muncul bunyi palatal plosive [ɟ] dan bunyi frikatif laminoalveolar [z]. Pada usianya yang genap 12 bulan, Karim dapat memproduksi bunyi menyerupai bunyi konsonan [k] namun juga terdengar seperti [g], (TV DKM (1)). Dari bunyi-bunyi yang telah diproduksi Karim hingga umur 12 bulan, dapat dilihat bunyi-bunyi yang telah muncul mirip dengan bunyi-bunyi pada bagan 2.1 dan 2.2. Bunyi-bunyi yang dikeluarkan sebagian besar bertahan hingga Karim telah melalui tahap pemerolehan bahasa atau pada umur 12 bulan. meski demikian, adapula

44 44 bunyi-bunyi yang hilang namun hanya beberapa saja. Oleh karena itu, bunyi-bunyi ini disebut sebagai bunyi potensial dikarenakan akan memiliki dampak pada pemerolehan bunyi dimana bunyi sudah mulai dapat memberikan makna fonemisnya. Bagan 2.1 Vokal Potensial Karim Depan Tengah Belakang Tinggi u Sedang e ə ɔ Bawah ɛ a Bagan 2.2 Konsonan Potensial Karim Bilabial Alveolar Alveopalatal Velar Glottal Laringal Hambat b p t* d* j k* g* Frikatif z h ɣ Nasal m n ŋ Getar Semivokal y *belum terdengar secara jelas dan sempurna, masih menyerupai salah satunya Kedua bagan di atas merupakan bunyi-bunyi seperti vokal dan konsonan yang pernah diucapkan oleh Karim. Bunyi-bunyi tersebut tidak terjadi secara serempak

45 45 tetapi melalui urutan-urutan tertentu. Berikut adalah urutan pemunculan bunyi-bunyi pada Karim hingga usianya mencapai 12 bulan. Tabel 2.3 Urutan Pemerolehan Fonem Karim Umur 0-12 Bulan Vokal : [ɛ ə] [a] [e] [u] [ɔ] - umur dua hari - umur 1 bulan - umur 4 bulan - umur 6 bulan - umur 11 bulan Konsonan : [h] [ɣ ŋ] [x] [d m t] [n y p b] [j z] [k* g*] - umur dua hari - umur 4 bulan - umur 6 bulan - umur 9 bulan - umur 10 bulan - umur 11 bulan - umur 12 bulan Dari bunyi-bunyi yang telah diproduksi, meskipun bunyinya telah bergabung atau diikuti oleh bunyi lainnya, namun bunyi-bunyi tersebut tampaknya belum memiliki nilai fonemik yang dapat dimengerti oleh pendengar. Meski demikian,

46 46 terdapat dua bunyi yang dapat diucapkan oleh Karim yang telah memiliki makna yaitu kata [yayaya] yang memiliki makna ayah dan kata [jəzts] yang merupakan nama kepanjangan dari Karim yaitu Aziez. 2) Produksi fonologi Vintorez Qurrata ayun: pada usia 0-12 bulan Pada minggu-minggu awal setelah Vintorez lahir, suara yang keluar sangat terbatas dan sulit untuk ditebak. Bunyi-bunyi tersebut keluar saat ia menangis dan bunyi-bunyi yang dikeluarkan secara reflek. Pada hari kedua, bunyi yang telah dihasilkan ialah bunyi mirip vokal [ə], [e], dan [a]. Bunyi-bunyi tersebut seringkali disisipi oleh bunyi glottal frikatif [h] atau terkadang juga diikuti oleh bunyi vokal lain. Dari bunyi-bunyi tersebut, bunyi yang banyak keluar ialah bunyi-bunyi vokal tengah sedang [e] dan [ə]. Bunyi-bunyi tersebut selalu muncul pada bulan-bulan selanjutnya. Pada umur 3 bulan muncul bunyi vokal baru yang berupa bunyi glottal plosive [ʔ] dan bunyi dorsovelar nasal [x]. Untuk bunyi vokal, munculnya bunyi vokal baru terlihat pada awal Januari 2015 ketika Vintorez berusia 7 bulan dengan vokal yang muncul berupa vokal tinggi depan [i]. Bunyi vokal baru kemudian uncul kembali pada akhir Januari 2015, 7 bulan, dengan bunyi yang muncul ialah bunyi vokal sedang bawah depan [ɛ]. Bunyi-bunyi tersebut terus bertahan hingga Vintorez berusia 12 bulan atau genap satu tahun. Dari bunyi-bunyi yang telah diproduksi Vintorez hingga umur 12 bulan, dapat dilihat bunyi-bunyi yang telah muncul mirip dengan bunyi-bunyi pada bagan 2.3 dan 2.4. Beberapa bunyi muncul dengan intensitas yang lebih sering dari bunyi-bunyi lainnya. Pada kasus Vintorez, bunyi

47 47 vokal tengah sedang atas [ə] dan bunyi tengah rendah [a] lebih sering muncul di dalam celotehannya dari bunyi-bunyi vokal lainnya. Bunyi-bunyi tersebut tidak muncul secara sendiri-sendiri namun membentuk suatu bunyi kombinasi seperti [əɣə], [əa], dsb. Bagan 2.4 Vokal Potensial Vintorez Depan Tengah Belakang Tinggi i Sedang e ə Bawah ɛ a Bagan 2.5 Konsonan Potensial Vintorez Bilabial Alveolar Alveopalatal Velar Glottal Laringal Hambat ʔ Frikatif x h ɣ Nasal ŋ Getar Semivokal Kedua bagan di atas merupakan bunyi-bunyi seperti vokal dan konsonan yang pernah diucapkan oleh Vintorez. Bunyi-bunyi tersebut tidak terjadi secara serempak

48 48 tetapi melalui urutan-urutan tertentu. Berikut adalah urutan pemunculan bunyi-bunyi pada Vintorez hingga usianya mencapai 12 bulan. Tabbel 2.6 Urutan Pemerolehan Fonem Vintorez Umur 0-12 Bulan Vokal : [ə e a] [i] [ɛ] - umur dua hari - umur 7 bulan - umur 8 bulan Konsonan : [h ʔ ŋ] [ɣ] [x] - umur dua hari - umur 3 bulan - umur 7 bulan Dari bunyi-bunyi yang telah diproduksi, meskipun bunyinya telah bergabung atau diikuti oleh bunyi lainnya, namun bunyi-bunyi tersebut tampaknya belum memiliki nilai fonemik yang dapat dimengerti oleh pendengar. 2.2 Kemampuan Fonologi: Umur Bulan Perkembangan kinesik umur bulan 1) Perkembangan kinesik Karim Salman Aziez: pada usia bulan Pada umur 12 bulan Karim sudah mulai belajar untuk berjalan. Dalam usahanya untuk belajar berjalan, Karim lebih senang untuk ditatih oleh orang dewasa daripada harus mendorong kereta dorong. Ia juga senang merambat pada orang dewasa, dinding, mobil-mobilan, kursi ataupun pagar untuk dapat berdiri. Meskipun belum

49 49 dapat berjalan sendiri namun ia sudah dapat turun dari kasur atau mainan kudakudaan miliknya dengan tangan yang tetap harus dipegangi. Beberapa kali dia berusaha untuk berdiri sendiri namun ia hanya berhasil berdiri sendiri dalam hitungan beberapa detik saja. Pada usia 14 bulan, data TV DKM (1), terlihat Karim yang dapat mendorong tantenya yang duduk di atas mainan mobil-mobilannya. Pada usianya yang ke 14 bulan, ia senang melakukan gerakan geleng-geleng kepala. Karim juga sudah dapat mengikuti gerakan-gerakan yang terdapat pada video lagu bahasa Inggris yang selalu di tontonnya seperti menggerak-gerakkan jarinya, geleng-geleng kepala, serta membuka dan menutup tangannya. Pada usia ini pula Karim sudah mulai dapat berjalan meskipun belum seimbang dan masih sering terjatuh (data TV DKM (1) TV DKM (6)). Karim juga sudah mulai fasih dalam memanggil ayahnya meskipun masih terdapat bunyi lain seperti bunyi vokal tinggi [u] diantara bunyi vokal rendah [a] dan bunyi semivokal [y] sehingga bunyi yang dikeluarkan berupa [auyah], (lihat data TV DKM (1)). Dilihat dari perkembangan kinesiknya, Karim telah memiliki perkembangan kinesik yang sangat baik hingga usianya yang ke 20 bulan. Ia sudah dapat berjalan, berlari, jongkok, bahkan naik tangga. Kemampuannya dalam menyeimbangkan dirinya pun sangat baik. Hal ini terlihat ketika Karim akan turun dari bidang lantai yang lebih tinggi sekitar sepuluh sentimeter, ia dapat turun tanpa harus berjongkok dan memegang tanah. 2) Perkembangan kinesik Vintorez Qurrata ayun: pada usia 20 bulan

50 50 Pada umur 12 bulan, Vintorez telah dapat menopang dirinya saat duduk. Dia juga sudah dapat merangkak dengan sempurna. Vintorez terlihat sudah dapat duduk di atas sepeda roda tiga tanpa sabuk pengaman dengan kedua tangan terletak pada stang sepeda. Hal ini menunjukkan bahwa Vintorez telah memiliki perkembangan kinesik yang cukup baik. Ketika ia melihat sebuah bola di dekatnya, ia amat senang dan tertawa dengan mengeluarkan bunyi-bunyi [həhə]. Vintorez juga seringkali terlihat sangat ingin berbicara namun bunyi yang keluar baru sebatas bunyi-bunyi vokal [a] dan [ɛ] yang panjang sehingga bunyinya menjadi seperti [a:ɛ:] dan [ae:]. Bunyi-bunyi tersebut muncul ketika pengasuhnya memegang kedua tangan Vintorez sedangkan ia sangat ingin bermain bola tanpa kedua tangannya harus dipegangi oleh pengasuhnya. Pada usianya yang ke 12 bulan, Vintorez sudah mulai berlatih untuk berjalan. Ia menggunakan kereta dorong dalam usahanya untuk belajar berjalan. Kereta dorong tersebut dengan cepat di dorong oleh Vintorez. Kegembiraan pun jelas terlihat di wajahnya. Sambil mendorong kereta dorong sesekali ia mengeluarkan suara vokal rendah tengah [a] dan ocehan-ocehan seperti [ayayayaya] dengan bunyi semi vokal velar [y] yang sangat jelas (data TV DVT ). Pada usianya yang ke 13 bulan ia sudah dapat berjalan dengan baik. Bunyi bilabial bersuara [b] sudah muncul dan terdengar dengan jelas. Bunyi tersebut diikuti oleh vokal tengah rendah [a] dan glottal hambat [ʔ] sehingga bunyinya menjadi [baʔ]. Dia juga sudah dapat mengeluarkan bunyi dental hambat bersuara [d]. Bunyi yang keluar ialah [da:h]. Pada data TV DVT (1), 14 bulan, gerakan-gerakan kinesiknya semakin aktif. Vintorez bahkan sudah dapat menari-nari di depan layar

51 51 televisi. Saat sedang menari, sesekali ia melihat ke arah pengasuhnya, ia bahkan berlari menuju pengasuhnya. Hal yang mengejutkan, ia telah dapat mengucapkan nama pengasuhnya, Igha, meskipun belum sempurna. Ini terlihat masih pada data TV DVT yaitu pada menit ke 00:15. Bunyi yang keluar ialah [əɣa:] yang seharusnya adalah [iga]. Meskipun pada umur 7 bulan ia telah dapat mengucapkan vokal tinggi depan [i] setelah konsonan velar frikatif [x], namun pada kasus ini Vintorez belum dapat mengucapkan [i] dengan sempurna sehingga bunyi yang muncul ialah bunyi [ə]. Vintorez juga belum dapat memproduksi bunyi [g] sehingga yang muncul adalah bunyi yang mendekati [g] yaitu bunyi velar frikatif [ɣ]. Selain itu, dari segi kinesik Vintorez juga telah dapat menunjuk benda-benda yang ingin diperlihatkan pada orang dewasa ataupun apa yang ditanyakan oleh orang dewasa. Ia menunjuk benda-benda tersebut dengan mengeluarkan bunyi [təh] untuk itu. Ia belum dapat menujukkan atau mengucapkan nama-nama benda tersebut. Ia juga sudah dapat berlari, naik ke atas kursi, dsb. Berdasarkan pengamatan di atas, hingga usia 20 bulan Vintorez telah memiliki kemampuan kinesik yang baik Perkembangan komprehensi umur bulan 1) Perkembangan komprehensi Karim Salman Aziez: pada usia bulan Semakin bertambahnya hari, kemampuan komprehensi Karim pun mulai bertambah. Ia telah mengerti bahasa Ibunya meski ia belum mampu untuk mengucapkan bunyi-bunyi yang bermakna selain dua bunyi fonemik yang bisa dia

52 52 ucapkan saat umurnya genap 12 bulan atau satu tahun. ia juga sudah dapat menoleh ke sumber suara setiap kali namanya dipanggil. Pada usia 13 bulan, imajinasinya sudah mulai berkembang. Pada data TV DKM (1) terlihat Karim yang sedang asyik bermain mobil-mobilan yang di dorong ke depan dan belakang membuat mobil tersebut seakan-akan sedang berjalan. Imajinasinya juga terlihat saat ia naik ke dalam mobil-mobilan di sebuah arena bermain anak. Karim memutar stir mobil seakan-akan ia sedang mengendarai mobil dan ia juga mencoba untuk memencet benda yang terlihat seperti tombol, (lihat data TV DKM (1)). Saat diminta untuk mendorong, Karim juga akan mendorong, (lihat data TV DKM (1)). Selain itu, Karim juga sudah sedikit mengerti tentang lagu bahasa Inggris yang selalu ia lihat di video. Meski harus dicontohkan berkali-kali, namun ia telah dapat mengangkat tangannya ketika orang dewasa menyanyikan lirik put your finger up yang memiliki arti angkat tanganmu ke atas dan menurunkan tangannya ketika liriknya mencapai put your finger down yang berarti simpan tanganmu ke bawah, (data TV DKM (2)). Ia juga telah dapat memproyeksikan antara lagu dengan gerakan di dalamnya seperti menggerakkan telunjuknya ketika lirik lagunya berupa one little finger one little finger yang memiliki arti satu jari kecil. Begitu pula ketika ada lagu lainnya yang juga terdapat gerakan di dalamnya seperti pada lirik open shut up 2x, give a little clap clap clap yang memiliki arti buka tutup buka tutup, berikan tepuk tangan kecil maka ia akan membuka dan menutup tangannya, (data TV DKM (1)). Ia belum dapat memahami arti clap yaitu tepuk tangan sehingga ia akan terdiam ketika liriknya mencapai clap sedangkan jika

53 53 diminta untuk tepuk tangan dengan menggunakan instruksi bahasa Indonesia, ia akan menepuk tangannya. Di usianya yang ke 15 bulan, ia telah dapat merespon kata [dadah] dengan gerakan tangan dan ucapan balasan [dah]. Ia juga sudah dapat menunjuk dirinya sendiri ketika ditanya anak shaleh mana?, anak pintar mana?, dan anak cerdas mana?, (TV DKM (1)). Berbeda dari Karim saat ia berusia empat bulan, di usia ke satu tahun tiga bulan, Karim sudah dapat merespon dengan tawa saat ia menonton video dirinya, (data TV DKM (1)). Perkembangan komprehensinya pun semakin lama semakin berkembang dengan pesat, Karim sudah dapat menirukan lagu one little finger dengan sempurna. Ia akan menggerakkan telunjukkan saat lirik one little finger 2x one little finger tap tap tap, kemudian mengangkan telunjuknya ke atas saat lirik berbunyi put your finger up dan menurunkan tangannya saat lagunya berbunyi put your finger down, kemudian memegang kepalanya saat lagunya bebunyi put it on your head, (lihat data TV DKM (1)). Kemampuan pemahaman ini sangat diperlukan dalam mempersepsi bahasa ke dalam tindakan-tindakan yang juga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa anak. Berikut adalah contoh dialog Karim saat berusia 18 bulan dimana Karim telah memahami lingkungan dengan baik. Karim (KM) Tante (T) Dialog 3 (diambil dari data TA DKM (2)) T : Apa itu de? (menunjuk pada sebuah pabrik bata) KM : [pabik]

54 54 T : Pabrik apa? KM : [bata] T : Pabrik bata. Di pabrik bata ada apa ya? KM : [tɔh baŋ] <itu terbang> (menunjuk pada asap yang keluar dari pabrik) Hingga usianya yang ke 20 bulan, Karim sudah dapat memahami apa yang diutarakan oleh orang dewasa dari bahasa-bahasa yang memiliki makna konkret seperti menaruh, maju, mundur, naik, makan, buah, asap, kupu-kupu, dsb. hingga makna abstrak seperti sakit, rasa, bau, dsb. Ia juga sudah mengetahui dan memahami nama serta macam-macam pepohonan, bawang, warna, huruf dan angka. 2) Perkembangan komprehensi Vintorez Qurrata ayun: pada usia bulan Perkembangan komprehensi yang dimiliki Vintorez setelah umur satu tahun telah mengalami perkembangan yang sangat baik. Pada usia 13 bulan ia tampak sudah dapat merespon ibunya ketika berkata [dadaah] kemudian Vintorez meresponnya dengan kembali mengatakan [da:h]. Ia juga sudah mengenal orangorang di sekitarnya meskipun belum dapat menyebutkan nama satu per satu. Hal ini terlihat ketika orang dewasa berkata Mana tante Fitri? Vintorez langsung menunjuk orang yang bernama Fitri (tetangganya) begitupun ketika ditanya Mana kakak Igha? ia juga sudah langsung menunjuk pengasuhnya yang bernama Igha dan ketika ditanya Mana Vintorez? maka dia langsung menunjukkan telunjuknya pada diri

55 55 sendiri. Pada usia 16 bulan, ia sudah dapat menjawab ketika ditanya ayah mana ayah? maka ia menjawab [tətda] atau gak ada. Lebih jauh lagi ia juga sudah dapat mengungkapkan kemauannya dengan menjawab [əmɔh] yang merupakan bahasa Jawa yang memiliki arti tidak mau ketika diajak untuk pulang ke rumahnya. Adapun contoh dialog yang dilakukan oleh Vintorez. Vintorez (VT) Risma (R) Dialog 4 R VT R VT : Vinto anaknya siapa? : [ayah] : Ayah kerja dimana? : [papa] <balikpapan> Dari hasil pengamatan tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan komprehensi Vintorez sudah cukup baik. Ia juga sudah dapat menunjuk pada referen benda-benda dengan benar Produksi dan Aturan fonologis umur bulan 1) Produksi dan aturan fonologi Karim Salman Aziez: usia bulan Bunyi-bunyi fonologis yang meliputi bunyi vokal dan konsonan telah banyak dikuasai Karim pada usianya yang ke 12 bulan. Bunyi tersebut muncul secara sporadis dan belum memiliki arti fonemis. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat wajar terjadi pada anak karena menurut Ingram (1989: 2) masa sejak anak dilahirkan hingga usianya genap satu tahun merupakan sebuah masa perkembangan

56 56 pralinguistik (prelinguistic development). Pada masa ini anak berlatih untuk memproduksi fonem-fonem yang terdapat dalam bahasa. Bunyi-bunyi yang telah diproduksi Karim hingga umur satu tahun pun mulai berkembang dan mulai memiliki arti fonemis. Pada umur satu tahun, Karim menyebut ayahnya dengan panggilan [ayayaya]. Namun, menginjak usianya yang ke 14 bulan, bunyi tersebut berkembang menuju bunyi yang diucapkan orang dewasa. Seperti pada ucapan yang memiliki arti fonemis ayah, pada usia genap satu tahun, bentuk fonetisnya berupa [ayayaya] lalu kemudian pada usia 13 bulan, (data TV DKM (1)), berubah menjadi [əɣah]. Pada hari yang sama, (data TV DKM (1)), fonetisnya berubah menjadi [ə Ө yah]. Beberapa hari kemudian berubah menjadi [aəyah]. Baru pada usia 15 bulan, (data TV DKM (1)), bentuk fonetisnya sudah sangat lancar menyerupai orang dewasa, yaitu [ayah]. Jadi perkembangan pengucapan kata ayah, memiliki perkembangan fonetis [ayayaya] [ə Ө yah] [aəyah] [ayah]. Ia juga sudah dapat mengucapkan kata [dah] untuk [dadah], (TV DKM (1)), dan [am] untuk mengucapkan nama panggilannya [aim], (TV DKM (1)). Jika dilihat dari data-data yang telah dikumpulkan, kemampuan perkembangan produksi Karim terlihat sangat signifikan sejak usianya 14 bulan, yaitu saat kemampuan kinesiknya memungkinkannya untuk dapat berjalan. Dari data yang dikumpulkan juga dapat dilihat inventori fonem Karim hingga usianya dua tahun. Berikut adalah bagan inventori fonem vokal dan konsonan Karim hingga usia 20

57 57 bulan. Pada usia ini, fonem-fonem tersebut sudah dapat diucapkan dengan bunyibunyi yang telah memiliki arti fonemis. Bagan 2.7 Fonem Vokal Karim hingga Umur 20 bulan Depan Tengah Belakang Tinggi i u Sedang Bawah e ɛ ə a o ɔ Dari data bagan 2.7 dapat dilihat bahwa inventori fonem vokal bahasa Indonesia Karim di usia 20 bulan sudah lengkap. Bunyi-bunyi alofonik pada masing-masing fonem juga sudah mulai bervariasi. Selain itu, beberapa bunyi diftong juga sudah dapat ia lafalkan seperti bunyi diftong [au] pada kata mau, namun diftong [ui] pada kata pinguin dibunyikan [i] menjadi [win]. Dengan demikian, hingga usia dua tahun Karim telah dapat memproduksi bentuk-bentuk kata tantə - tante ʃatu - satu kɛz - Marquez (nama pembalap motogp) biyu - biru bɔto l - botol ñeñeʔ - nenek kəapa - kelapa

58 58 Bagan 2.8 Fonem Konsonan Karim hingga Umur 20 Bulan Bilabial Labio- Dental Dental Alveolar Alveo- Palatal Velar Glottal Laringal Hambat p b t d c j k g ʔ f ө s Frikatif z x h ɣ ʃ Afrikat Nasal m n ñ ŋ Getar r* Lateral l* Semi- Vokal w y *belum muncul atau baru muncul secara terbatas. Sebelum Karim dengan tepat membunyikan suatu konsonan, ia seringkali mengganti bunyi tersebut dengan bunyi-bunyi konsonan yang lain. Beberapa perkembangan bunyi yang diproduksi Karim adalah sebagai berikut. [am] [aəm] [aʔim] Aim(panggilan namanya) [to] [ethoh] [doŋ] [edoŋ] [dədəŋ] [dedɔŋ]gendong [pɛsɛt] [pəsɛt] [pəcet] [pəncet] pencet

59 59 [abwu] [apu] [pu] [apbwu] [apuh] [əbu] ibu Jika dilihat dari posisi bunyi fonem-fonem yang telah dikuasai Karim, Karim telah menguasai fonem-fonem pada posisi-posisi seperti berikut. (1) Sudah diperoleh pada semua posisi [p b t d c j k g ʔ f Ө s ʃ h m n ñ ŋ ] (2) Diperoleh tapi baru pada akhir suku kata [z] (3) Diperoleh tapi baru pada posisi tengah [x ɣ] (4) Belum diperoleh [r l] Fonem-fonem tersebut sudah dapat dikuasai Karim dalam melafalkan sebuah kata. Tidak hanya kata, ia juga sudah dapat melafalkan lebih dari dua kata. Meski demikian, jika fonem-fonem tersebut bertemu dengan bunyi-bunyi yang berbeda, terkadang ia masih menggantinya dengan fonem yang lain. Sebagai contoh, ketika ia mengucapkan kata kecil ia dapat mengucapkannya dengan benar [kəcil], tetapi ketika ia mengucapkan kata kaca, ia mengganti fonem /c/ dengan /t/ sehingga menjadi [ka ta] dengan membunyikan silabel [ka] dan [ta] dengan jarak sekitar satu detik. Pada kata yang lebih dari satu ia akan membunyikan silabel yang lebih kuat, seperti pada kata how do you do, dimana bunyi [du] lebih kuat dari bunyi yang lain

60 60 maka Karim mengucapkannya dengan [du du du du]. Namun ketika tidak ada bunyi yang kuat, ia akan menggabungkan kata tersebut atau memisahkannya. Sebagai contoh ketika Karim mengucapkan ayah, mau liat ikan, maka ia mengucapkannya dengan [ayah moyat ikan]. Ketika ia hanya mengucapkan kata mau, ia dapat mengucapkannya dengan benar [mau]. Namun ketika kata tersebut bergabung dengan kata lainnya, yaitu lihat, maka pengucapannya menjadi [moyat]. Diftong [au] ia ganti dengan vokal belakang [o] dan kata lihat ia hanya mengucapkan bunyi silabel ultima [at] sehingga ketika digabungkan akan terdengar bunyi pelancar [y] sehingga bunyinya menjadi [moyat]. Adapun aturan fonologi berdasarkan pengucapan Karim ialah sebagai berikut. 1. Bunyi getar [r] akan dirubah menjadi bentuk lateral [l] atau palatal [y], mengalami retrofleksi [ r ], atau bahkan dilesapkan. Bunyi getar [r] akan diganti ke dalam bunyi lateral [l] jika di dalam kata juga terdapat terdapat bunyi lateral sehingga seakan-akan bunyi getar ini mengalami harmonisasi konsonan pada bunyi sebelum atau sesudahnya yang terdapat bunyi lateral dengan silabel terbuka. Contoh dari perubahan bunyi getar ke bunyi lateral pada ucapan Karim ialah pada kata <lapar> berubah menjadi [lapaəl]. Bunyi getar akan dirubah menjadi bunyi palatal [y] jika bunyi getar diapit oleh bunyi vokal yang berbeda. Perubahan ini terjadi pada kata <biru> yang dirubah menjadi [biyu] atau <bendera> menjadi [ m bəndeya]. Bunyi [r] akan dilesapkan jika bunyi getar [r] diikuti atau diawali dengan konsonan.

61 61 Contohnya ialah pada kata <tabrak>, <terbang> dan <zebra> akan diucapkan menjadi [tabaʔ], [təbaŋ], dan [əba]. Perubahan retrofleksi [ r ] terjadi pada situasi lainnya seperti kata <wafer>, <motor>, dan <rantai> diucapkan menjadi [fə r ], [mɔtɔ r l], dan [ r antɛ]. Namun demikian, jika di dalam sebuah kata terdapat bunyi [l], maka bunyi tersebut diucapkan dengan tidak jelas atau bahkan dihilangkan. Contoh percakapan antara Karim (KM) dan Peneliti (P). Dialog 5 P KM P KM P KM : Im, itu lihat ada apa? Ada lalat ya? : [ya] : Apa itu namanya, im? : [ l ya l at] : ada berapa lalatnya ya? Ada lima ya, im? Ada berapa ya, im? : [əma] Dari data percakapan 5 di atas, bunyi [l] pada <lalat> sangat tipis sekali diucapkan [ l ya l at] sedangkan pada kata <lima> bunyi [l] cenderung dihilangkan. 2. Bunyi velar plosif [k] akan dirubah menjadi bunyi glottal [ʔ] jika terletak pada akhir kata dengan silabel tertutup. Contohnya pada kata <kapak>,

62 62 <tabrak>, <enak>, dan <naik> diucapkan menjadi [kapaʔ], [tabaʔ], [enaʔ], dan [naeʔ]. 3. Dental frikatif ringan [s] dapat berubah menjadi dental frikatif [Ө], laminopalatal frikatif [ʃ], atau tidak berubah. Contoh: Senang [ʃənaŋ] Six [siʔ] Satu [Өatu] Susu [ӨuӨu] 4. Bunyi dental nasal akan berubah menjadi alveopalatal nasal atau tidak berubah. Contoh: Nenek Enak [ñeñeʔ] [naʔ] 5. Bunyi velar nasal [ŋ] akan berubah menjadi alveopalatal nasal [ñ] atau tidak berubah. Contoh: Gandeng Singa Senang [andeñ] [sinña] [ʃənaŋ] 2) Produksi dan aturan fonologi Vintorez Qurrata ayun: usia bulan Pada usia 13 bulan, muncul bunyi baru yang diproduksi oleh Vintorez yaitu bunyi semivokal alveolar [y]. Bunyi semivokal tersebut muncul dengan diapit oleh

63 63 bunyi vokal bawah [a] yang diulang berkali kali sehingga bunyinya menjadi [ayaya]. Pada bulan-bulan berikutnya, bunyi-bunyi konsonan baru pun sudah mulai bermunculan. Bunyi-bunyi bilabial pun sudah muncul dengan urutan kemunculan bunyi hambat bilabial bersuara [b] lebih dahulu muncul daripada bunyi hambat bilabial tak bersuara [p]. Bunyi nasal bilabial [m] muncul lebih dahulu daripada bunyi hambat bilabial tak bersuara [p] sehingga urutannya menjadi [b] [m] [p]. Bunyi-bunyi alveolar seperti [t] dan [d] pun sudah muncul namun masih terdengar antara [t] dan [d] ataupun [d] dan [t] atau bahkan terdengar seperti bunyi dental frikatif [ð]. Sebagai contoh, dapat dilihat dari percakapan Vintorez ketika berusia 17 bulan. Igha (I) Vintorez (VT) Dialog 6 I VT : Vintooo : (berlari keluar rumah) [ta ta ta ta] Dari data percakapan 3 dapat dilihat bahwa Vintorez dapat mengucapkan bunyi [t] dengan sempurna. Namun demikian, bunyi [ta ta ta ta] masih belum memiliki arti fonemis. Bunyi [d] akan menjadi bunyi aspirasi [d h ] atau bunyi frikatif [ð]. Vintorez (VT) Peneliti (P) Dialog 7

64 64 (Vintorez sedang asyik duduk di depan rumahnya sambil bermain kunci motor) VT P VT : [əd h ə:] (ngoceh sendiri) : Vinto lagi apa? : [ðəðəʔ] <duduk> Dengan demikian dapat dilihat bahwa dari segi produksi, bunyi-bunyi mulai banyak bermunculan hingga Vintorez berusia 20 bulan. Meski telah banyak bunyi yang muncul namun bunyi-bunyi tersebut masih keluar dalam bentuk sporadis. Ia masih banyak mencampurkan bunyi-bunyi yang telah dia miliki. Bunyi-bunyi yang sering muncul ialah bunyi-bunyi dengan bentuk seperti: [əpwah] [əm] [ədtah] [eyttəh] [papba] [əgxa] [əmɔh] [tətda] [təta] [əyaya] [ðəðəʔ] [əya] Pada tahap ini Vintorez memang telah banyak mengeluarkan bunyi-bunyi. Namun, bunyi-bunyi yang dihasilkan belum memiliki makna fonemik sehingga pendengar lebih sering mengernyitkan dahi karena mencoba untuk mencerna apa yang dimaksudkan oleh Vintorez. Terkadang pemaknaan dari bunyi-bunyi yang diproduksi oleh Vintorez terbantu dengan kemampuan kinetiknya yang sudah cukup

65 65 baik. Sebagai contoh, ketika tukang jamu datang dan Vintorez berlari ke arah pengasuhnya dan berkata [əgxa] sambil memegang kaki pengasuhnya dengan erat maka mungkin Vintorez ingin berkata [Iga] untuk memanggil pengasuhnya. Namun kata [əgxa] juga muncul dalam salah satu celotehannya ketika Vintorez sedang asyik bermain kunci. Contoh lainnya adalah bunyi [ədtah] yang mirip dengan [udah] atau [ada] namun bunyi ini muncul pada setiap kesempatan seperti saat ia berlari, bermain, ditanyai, dsb. Maka dari itu bunyi-bunyi yang keluar pada tahap ini sepertinya merupakan hanya sebatas latihan muskuler. Hingga saat ini, Vintorez telah berusia 20 bulan. Pada usianya di 20 bulan, ia telah menguasai vokal-vokal [i ə e u ɔ a]. Dari vokal-vokal tersebut, tidak semua vokal sering muncul saat Vintorez berujar atau berceloteh, bunyi vokal yang sering muncul ialah vokal [ə], [e], dan [a] sedangkan bunyi yang jarang muncul ialah bunyi [i], [u] dan [ɔ]. Bunyi vokal sedang terbuka belakang [ɔ] hanya muncul ketika Vintorez berkata [əmɔh]. Vokal-vokal tersebut dapat ditemui pada beberapa kata yang telah memiliki arti fonemis dan dapat diujarkan oleh Vintorez. [kən] ikan [ayah] ayah [nah] sana [igha] Iga [tah] gajah [ənda] bunda [ətan] ikan [ti] roti [təh] ituh [bu] sapu [əmɔh] emoh [nih] ini Dengan demikian, pada tahap pemerolehan bahasa, vokal-vokal yang telah dikuasai tersebut dapat dilihat pada bagan 2.9 fonem vokal berikut:

66 66 Bagan 2.9 Fonem Vokal Vintorez hingga Umur 20 Bulan Depan Tengah Belakang Tinggi i o Sedang Bawah e ɛ ə a ɔ Dari bagan di atas dapat terlihat bahwa Vintorez hingga umur 20 bulan telah menguasai semua fonem vokal bahasa Indonesia. Untuk fonem-fonem konsonan Vintorez telah memiliki banyak konsonan baru namun tidak semua konsonan telah ia kuasai. Konsonan yang telah dikuasai Vintorez dapat dilihat pada bagan 2.8 berikut. Bagan 2.10 Fonem Konsonan Vintorez hingga Umur 20 Bulan Bilabial Alveolar Alveopalatal Velar Glottal Laringal Hambat p b t d k* g* ʔ Frikatif x h ɣ Nasal m n ŋ Getar Semivokal w* y *belum muncul atau baru muncul secara terbatas.

67 67 Dari bagan konsonan urutan yang berlaku pada Vintorez sesuai dengan urutan universal. Contohnya ialah pada kelompok konsonan hambat. Pada konsonan ini, konsonan bilabial dan alveolar telah dimiliki Vintorez dengan urutan konsonan berat seperti [b] dan [d] muncul terlebih dahulu daripada [p] dan [t]. Konsonan hambat [b] dan [d] telah muncul terlebih dahulu pada saat Vintorez berusia 14 bulan pada data TV DVT (1) dengan belum berupa kata namun masih dalam bentuk ocehan seperti [baʔ] dan [da:h]. Bunyi hambat [p] dan [t] muncul satu bulan kemudian dalam bunyi-bunyi seperti [apbaə] dan [tətda]. Vintorez juga belum dapat mengucapkan bunyi-bunyi likuida [l] dan [r], ia juga belum dapat mengucapkan bunyi luncuran [w] dalam kata namun bunyi [w] keluar secara terbatas pada ocehan atau berupa labialisasi. Namun demikian, ia telah dapat mengucapkan bunyi luncuran [y] bahkan pada saat ia memperoleh kata pertama yaitu, [yaya] <ayah> dimana bunyi [y] pada teori universal akan diperoleh di akhir. Dari kata-kata yang telah muncul, kata yang telah dapat dimengerti atau telah memiliki arti fonemik terbilang sangat sedikit. Kata-kata tersebut ialah; [teta] / [kyeta] [ətah] [əmɔh] [ba:h] [əya:h] [əpbuʔ] [akkɛ:] kereta gajah əmɔh (b. Jawa yang berarti tidak mau ) abah/embah ayah kerupuk ake (b.bima yang berarti ini )

68 68 [ədtah] [tətda] [ətəh] gajah gak ada jatuh Dari daftar kosa-kata yang telah dapat diucapkan Vintorez tersebut umumnya belum berkembang sejak pertama kali dia mengucapkkan kata tersebut. Kata yang mengalami perkembangan bunyi hanya satu atau dua kata seperti pada kata kereta yang diucapkan teta keyta dan saat memanggil pengasuhnya yang bernama iga dengan mengucapkan əɣa əkxa əigha. Jika ditinjau dari kemampuan dan posisi fonem Vintorez hingga tahun 20 bulan, pemerolehan fonologi dan kemampuan pengucapan fonem Vintorez adalah sebagai berikut: (1) Sudah diperoleh pada semua posisi [ə a t y h d b m n g p ŋ ð] (2) Diperoleh tapi baru pada akhir suku kata [ɛ i] (3) Diperoleh tapi baru pada posisi tengah [x k g w*] (4) Belum diperoleh [f l r s v z ñ j ʃ] Meskipun beberapa vokal ataupun konsonan telah ia kuasai pada posisi-posisi tersebut, namun pada beberapa kasus Vintorez masih belum dapat menguasainya. Sebagai contoh, ia telah dapat mengucapkan <roti> dengan hanya mengucapkan

69 69 silabel akhir [ti] namun dengan jelas ia telah mampu mengucapkan fonem /i/. lain halnya pada kata <sapi> dimana bunyi [i] terdapat pada posisi yang sama yaitu menempati posisi akhir, namun Vintorez mengucapkan bunyi [i] pada kata <sapi> menjadi [ap w a]. Hingga usia 20 bulan jumlah leksikon yang dikuasai Vintorez sangat terbatas. Hal ini berpengaruh pada pemerolehan fonologi yang cenderung masih sulit untuk diketahui. Pada data TA DVT (1) dapat dilihat percakapan yang dilakukan oleh Vintorez (VT) dan pengasuhnya (P). Dialog 8 VT P VT P VT P VT P VT : [əa a a: aʔ] (mengoceh) : Mandi yuk Vinto : [aaa] (berteriak) : (berusaha menggendong Vintorez) : [ə:h] (berteriak semakin keras) : Sini Vinto, ditinggal lho : [ədəɔ:] : Ayo mandi nanti kita ke sunmor : [əna] Bunyi-bunyi yang telah dikuasai Vintorez memang cukup variatif. Namun, bunyibunyi tersebut sering muncul pada ocehan-ocehan saja yang tidak memiliki arti

70 70 fonemis. Oleh karena itu, tidak semua bunyi telah dikuasai oleh Vintorez dan beberapa hanya dapat dikuasai secara parsial. Dikarenakan jumlah leksikon yang sedikit, maka kaidah penyesuaian bunyi yang dihasilkan oleh Vintorez juga didasarkan pada contoh-contoh yang terbatas. Berikut adalah aturan perubahan bunyi yang dihasilkan oleh Vintorez dalam menyesuaikan artikulasinya yang belum sempurna. 1. Merubah bunyi-bunyi palatal plosif [j] dan velar plosif [k] dan [g] menjadi bunyi alveolar plosive [t] seperti pada kata <kereta> dan <gajah> diucapkan menjadi [teta] dan [tətah]. Namun pada kata <gajah>, ia terkadang melakukan perubahan regresif dengan tidak merubah ataupun membunyikan fonem pertama pada [gajah] sehingga kata <gajah> terkadng berubah menjadi [ətah]. 2. Bunyi alveolar frikatif [s] akan dihilangkan sehingga pada kata <sana> dan <sapi> akan diucapkan menjadi [əna] dan [əp w a]. 3. Ketika pada sebuah kata yang memiliki dua silabel, jika silabel pertama merupakan silabel terbuka, maka bunyi vokal [a] pada silabel pertama berubah menjadi bunyi vokal tengah sedang tertutup [ə]. Hal ini terjadi pada kata <gajah>, <sapi> dan <sana> akan diucapkan [ətah], [əp w a], dan [əna]. 4. Fonem /p/ mengalami proses labialisasi menjadi [p w ]. Hal ini terjadi pada kata <sapi> yang diucapkan menjadi [ap w a]

71 71 BAB III PERBANDINGAN KEMAMPUAN FONOLOGI Karim dan Vintorez dilahirkan secara normal dengan keadaan yang sehat. Mereka juga tidak menderita autisme, disleksia, atau penyakit lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuan bahasa. Selain itu, asupan gizi mereka pun sama-sama tercukupi sehingga fungsi otak dan organ tubuh mereka pun berfungsi dengan normal. Seperti yang telah dijelaskan pada bab dua bahwa kemampuan fonologi juga berkaitan dengan bagaimana perkembangan kinesik maupun komprehensi anak. Oleh karena itu, bab ini membahas mengenai perbandingan-perbandingan perkembanagn kinesik, komprehensi, dan produksi fonologi Karim dan Vintorez. 3.1 Perbandingan Perkembangan Kinesik Karim dan Vintorez Perkembangan kinesik juga turut memberikan kontribusi dalam pemerolehan bahasa. Hal ini dikarenakan sebelum anak dapat berbahasa, perkembangan kinesik dapat membantu anak dalam melakukan komunikasi secara non-verbal. Liliweri (2003) menyatakan bahwa kinesik merupakan studi mengenai bahasa tubuh, mimik wajah, gerakan tubuh, dll. Perbedaan gerakan-gerakan tubuh anak dapat membantu pendengar dalam mengartikan apa yang mereka ucapkan. Seperti ketika Karim mengucapkan [at], akan sulit dipahami jika tidak ada bantuan dari kinesiknya. Bunyi [at] tersebut dapat memiliki makna lalat, ataupun lihat. Ketika Karim menunjuk seekor lalat, bunyi tersebut dapat memiliki makna sebagai lalat, namun ketika 72

72 72 Karim menarik-narik atau memandang orang dewasa dan menunjuk pada suatu benda, maka bunyi tersebut dapat memiliki arti lihat!. Oleh karena itu, meski bukan merupakan pembahasan utama, perkembangan kinesik Karim dan Vintorez akan diperbandingkan di dalam penelitian ini. Ketika dilahirkan, Karim memilki berat badan 3.1 kg. Berat badan Karim lebih berat daripada berat badan Vintorez yang memiliki berat badan 2.9 kg. Namun demikin, berat badan mereka masih masuk dalam berat badan normal di usia kelahiran. Pada awal dilahirkan, keduanya memiliki pertumbuhan kinesik yang sama dengan bayi lainnya yaitu menangis, adanya gerakan reflek pada tangan dan kakinya, dan juga gerakan mulut seperti menetek ketika diberikan stimulus dengan menempelkan jari atau benda ke dekat mulutnya. Pertumbuhan kinesik mereka pun terlihat sama pada bulan-bulan berikutnya. Di usia mereka yang ke 3 bulan, kemampuan kinesik mereka sudah dapat memungkinkan mereka untuk dapat tengkurap dan mengangkat kepala. Mereka juga sudah dapat duduk dan merangkak sebelum usia mereka genap satu tahun. Gambar 1. Pertumbuhan Karim Tiga hari setelah dilahirkan Sebelum usia satu tahun Sebelum usia dua tahun

73 73 Dari gambar 1 dapat dilihat berat badan karim yang cukup dendut. Dikarenakan berat badan Karim yang gendut, maka kemampuan kinesik Karim dalam berjalan sedikit lebih lamban dari Vintorez yang memiliki postur tubuh yang kecil. Vintorez sudah dapat berjalan ketika usianya 13 bulan sedangkan Karim baru dapat berjalan dua bulan setelahnya yaitu di usia 14 bulan. Gambar 2. Pertumbuhan Vintorez Dua hari setelah dilahirkan Sebelum usia satu tahun Sebelum usia dua tahun Ketika mereka sudah dapat berjalan dan gigi mereka sudah mulai tumbuh, kemampuan kinesik mereka pun meningkat dengan cepat begitu pula dengan produksi fonologi mereka. Selain itu, berat badan Karim pun mulai menurun dikarenakan ia telah aktif bergerak berlari dan bermain. Di usia yang ke dua tahun, kemampuan kinesik mereka telah berkembang dengan sangat pesat sehingga mereka sudah dapat berlari, menggelengkan kepala, menari, jongkok, meraih benda,

BAB I PENDAHULUAN. Bab I mengemukakan latar belakang dari dibuatnya penelitian ini. Bab ini juga

BAB I PENDAHULUAN. Bab I mengemukakan latar belakang dari dibuatnya penelitian ini. Bab ini juga 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I mengemukakan latar belakang dari dibuatnya penelitian ini. Bab ini juga membahas mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori,

Lebih terperinci

Tahap Pemrolehan Bahasa

Tahap Pemrolehan Bahasa Tahap Pemrolehan Bahasa Setelah Anda mempelajari KB 2 dengan materi teori pemerolehan bahasa, Anda dapat melanjutkan dan memahami materi KB 3 mengenai tahapan pemerolehan bahasa. Tahapan ini biasa disebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga 2.1 Kepustakaan yang Relevan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang semuanya selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan paling menakjubkan. Itulah sebabnya masalah ini mendapat perhatian besar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dardjowidjojo (2005: 5) untuk berkomunikasi, seseorang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dardjowidjojo (2005: 5) untuk berkomunikasi, seseorang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kesehariannya manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Menurut Dardjowidjojo (2005: 5) untuk berkomunikasi, seseorang tidak dapat secara langsung lancar menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir semua anak yang dilahirkan. Kemampuan itu dapat diperoleh tanpa harus memberikan pengajaran khusus

Lebih terperinci

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bagian ini, dipaparkan mengenai pendahuluan penelitian yang dapat diuraikan sebagai berikut. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh manusia untuk menyampaikan pendapat dan maksud yang tersimpan di dalam pikiran ketika berada dalam

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan pengertian sesuai dengan pijakan teori yang dianut dalam suatu penelitian. Dalam

Lebih terperinci

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal 1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi Alat ucap dan alat bicara yang dibicarakan dalam proses memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu : a. Komponen subglotal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 diuraikan bagian pendahuluan penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana atau alat komunikasi yang sangat menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat penting sebagai sarana ilmu dan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya. Komunikasi yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK USIA DINI. Tadkiroatun Musfiroh

PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK USIA DINI. Tadkiroatun Musfiroh PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK USIA DINI Tadkiroatun Musfiroh Pengertian Perkembangan bahasa meliputi juga perkembangan kompetensi komunikasi, yakni kemampuan untuk menggunakan semua keterampilan

Lebih terperinci

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih KONSEP DAN KOMPONEN Oleh: Pujaningsih (puja@uny.ac.id) Target : Pada bahasan ini Mahasiswa akan dapat menjelaskan: 1. Konsep dasar bahasa 2. Komponen bahasa Definisi Wicara : ekspresi bahasa dengan suara.

Lebih terperinci

CADEL PADA ANAK: STRATEGI FONOLOGIS

CADEL PADA ANAK: STRATEGI FONOLOGIS 1 CADEL PADA ANAK: STRATEGI FONOLOGIS Tadkiroatun Musfiroh Sejak terjadi perang pandangan antara kaum nativis yang diwakili oleh Chomsky dan kaum behavioris yang diwakili oleh B.F. Skinner pada tahun 1957,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini telah dianugerahi oleh Tuhan dengan pancaindera yang berfungsi

Lebih terperinci

ANIS SILVIA

ANIS SILVIA ANIS SILVIA 1402408133 4. TATANAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita nmendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtutan bunyi bahasa yang terus menerus, kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Ciri akustik penutur asli BK dan penutur asli BI, serta perbedaan ciri akustik pada penutur asli BK dan penutur asli BK adalah sebagai berikut. 1. Nada tertinggi penutur

Lebih terperinci

Kata Kunci: prokem, masyarakat Desa Giri, sosiolinguistik.

Kata Kunci: prokem, masyarakat Desa Giri, sosiolinguistik. ABSTRAK Penelitian yang berjudul Pembentukan Prokem dalam Komunikasi Masyarakat Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik: Kajian Sosiolonguistik bertujuan untuk mendeskripsikan pola pembentukan prokem

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. untuk memahami hal hal yang ada dalam penelitian. Konsep dipandang sebagai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. untuk memahami hal hal yang ada dalam penelitian. Konsep dipandang sebagai BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep dijadikan sebagai dasar pengembangan penulisan selanjutnya untuk memahami hal hal yang ada dalam penelitian. Konsep dipandang sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia ( Depdiknas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan berbahasa seorang manusia tidak luput dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan berbahasa seorang manusia tidak luput dari perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakanng Perkembangan berbahasa seorang manusia tidak luput dari perkembangan psikologi menusia tersebut. Kita dapat melihat hal tersebut pada pertumbuhan seorang anak dari

Lebih terperinci

HAKIKAT PERKEMBANGAN BAHASA. Errifa Susilo, S.Pd,M.Pd

HAKIKAT PERKEMBANGAN BAHASA. Errifa Susilo, S.Pd,M.Pd HAKIKAT PERKEMBANGAN BAHASA Errifa Susilo, S.Pd,M.Pd 1 PERKEMBANGAN Suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi, seperti : biologis, kognitif,

Lebih terperinci

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : 1402408261 4. Tataran Linguistik (1) : fonologi Ketika kita mendengar orang berbicara, tentang berpidato atau bercakapcakap, maka kita akan runtunan bunyi bahasa yang berubah-ubah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gejala kelainan..., Dian Novrina, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gejala kelainan..., Dian Novrina, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem bunyi yang digunakan oleh sekelompok orang untuk berkomunikasi. Bahasa ialah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) Oleh : Fitria Dwi Apriliawati pendidikan bahasa dan sastra jawa Fitria_Dwi97@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BAHASA INDONESIA SD. Oleh: BAHAUDDIN AZMY UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012

PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BAHASA INDONESIA SD. Oleh: BAHAUDDIN AZMY UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012 PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU Oleh: BAHAUDDIN AZMY BAHASA INDONESIA SD UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012 A. TUJUAN Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu: Menguasai

Lebih terperinci

Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI

Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : 1402408303 BAB 4 FONOLOGI Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari tentang runtutan bunyibunyi bahasa. Fonologi dibedakan menjadi dua berdasarkan objek studinya,

Lebih terperinci

KOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan

KOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan KOMPETENSI LULUSAN Berkomunikasi tertulis Berfikir Analitis Bekerja dalam Tim Ilmu Pengetahuan Teknologi Bekerja Mandiri Berfikir Logis Berkomunikasi Lisan Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp 08121575726/ 0274-7817575

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi,

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi, morfologi, semantik, dan sintaksis terhadap anak-anak sebagai bahasa pertama. Pemerolehan fonologi adalah

Lebih terperinci

TUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI)

TUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI) TUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI) Debby Yuwanita Anggraeni Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI peacoy@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah investasi masa depan bagi keluarga dan bangsa yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat untuk menjalani kehidupan selanjutnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian, BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian, batasan masalah, dan rumusan masalah. Selanjutnya, dipaparkan pula tujuan dan manfaat penelitian. Pada bagian berikutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal tersebut menjadikan Indonesia mempunyai kekayaan kebudayaan yang sangat beraneka ragam. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa asing sering tidak mampu berkomunikasi dengan fasih dalam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. bahasa asing sering tidak mampu berkomunikasi dengan fasih dalam bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mendengar anak-anak yang mampu berkomunikasi dalam dua bahasa atau lebih pada usia dini sering membuat orang terkejut sekaligus bertanya-tanya. Bagaimana seorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaiannya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaiannya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam bahasa Mandarin sangat penting ketepatan pelafalan vokal dan konsonan. Hal ini disebabkan untuk menghindari kesalahan dalam komunikasi

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI )

PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI ) PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI ) Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka,

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pengantar Bab ini menjelaskan tentang pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antarsesama, berlandaskan pada

Lebih terperinci

Menurut Conny (2002: 49) perkembangan bahasa memperlihatkan berbagai prinsip yang juga menjadi karakteristik dari aspek perkembangan yang lain,

Menurut Conny (2002: 49) perkembangan bahasa memperlihatkan berbagai prinsip yang juga menjadi karakteristik dari aspek perkembangan yang lain, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak-anak merupakan masa perkembangan. Cara mendidik sangat menentukan perkembangan anak terutama pada perkembangan bahasa anak.pendidikan di Taman Kanak-kanak

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja

KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Metode Bercerita Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai suatu

Lebih terperinci

Dimensi Pemerolehan Bahasa

Dimensi Pemerolehan Bahasa Dimensi Pemerolehan Bahasa Dalam penjelasan Tarigan (1988:164) terdapat enam dimensi pemerolehan bahasa, yaitu propensity (kecenderungan), language faculty (kemampuan berbahasa), acces (jalan masuk), sructure

Lebih terperinci

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI NAMA : TAUFIQ SHOFYAN HADI NIM : 1402408291 BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita mendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtunan bunyi bahasa

Lebih terperinci

Checklist Indikator. PERKEMBANGANANAK Usia 0-1 tahun. Sumber: Konsep Pengembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007

Checklist Indikator. PERKEMBANGANANAK Usia 0-1 tahun. Sumber: Konsep Pengembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007 -1 Checklist Indikator PERKEMBANGANANAK Usia 0-1 tahun Sumber: Konsep Pengembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007 Diolah oleh: http://www.rumahinspirasi.com MORAL & NILAI AGAMA a. Dapat

Lebih terperinci

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI BAB 4 Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa. Fonologi terbentuk dari kata fon = bunyi dan logi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi untuk memahami hal- hal lain (Alwi,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi untuk memahami hal- hal lain (Alwi, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi untuk memahami hal- hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak-anak merupakan dunia yang khas yang diindera dan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak-anak merupakan dunia yang khas yang diindera dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia anak-anak merupakan dunia yang khas yang diindera dan dipersepsikan oleh anak-anak sesuai dengan kemampuan pikiran, perasaan, imajianasi dan pengalaman

Lebih terperinci

Mengapa Pengajaran Bahasa Kita Gagal?

Mengapa Pengajaran Bahasa Kita Gagal? Mengapa Pengajaran Bahasa Kita Gagal? Contributed by Santi Hendrawati duniaguru.com Banyak orang langsung mencibirkan bibir ketika mendengar seseorang masuk jurusan bahasa, apalagi belajar tentang bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia sehingga memegang peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan pada keterampilan

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sarana utama dalam berkomunikasi antar sesama manusia. Sebagian besar mengambil bentuk lisan/ tertulis, dan verbal/ ucapan. Tanpa bahasa, manusia akan

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN KOSAKATA DASAR BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN

PEMEROLEHAN KOSAKATA DASAR BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN PEMEROLEHAN KOSAKATA DASAR BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN (Studi Kasus Taman Kanak-Kanak Desa Tangkisan 1, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo) SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan maksud yang tersimpan di dalam pikirannya kepada orang lain. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering didengar dan diketahui fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

Pendahuluan. 4-Nov-16 Adi Yasran, UPM

Pendahuluan. 4-Nov-16 Adi Yasran, UPM Nota Kuliah BBM3202 Pendahuluan Fitur Distingtif (ciri pembeza) ialah unit terkecil nahu yang membezakan makna. Cth: Pasangan minimal [pagi] dan [bagi] yang dibezakan maknanya pada fitur tak bersuara [p]

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima melalui alat

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima melalui alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan reseptif (decode) merupakan proses yang berlangsung pada pendengar yang menerima kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna yang disampaikan oleh

Lebih terperinci

PRODUKSI KALIMAT PADA PENYANDANG GAGAP. Praba Prayascitta, Widodo, dan Karkono Universitas Negeri Malang

PRODUKSI KALIMAT PADA PENYANDANG GAGAP. Praba Prayascitta, Widodo, dan Karkono Universitas Negeri Malang 1 PRODUKSI KALIMAT PADA PENYANDANG GAGAP Praba Prayascitta, Widodo, dan Karkono Universitas Negeri Malang E-mail: green1927@yahoo.com ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan (1) struktur kalimat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeyen Yeni Aminah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeyen Yeni Aminah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa perkembangan bahasa dan bicara anak yang paling intensif terletak pada lima tahun pertama dari hidupnya, yakni suatu periode dimana otak manusia berkembang

Lebih terperinci

FONOLOGI GENERATIF OLEH MOH. FATAH YASIN. Pendahuluan

FONOLOGI GENERATIF OLEH MOH. FATAH YASIN. Pendahuluan FONOLOGI GENERATIF OLEH MOH. FATAH YASIN Pendahuluan Pada tahun 1940 sampai dengan tahun 1950-an fonologi adalah cabang linguistik yang banya dibicarakan di antara cabang-cabang linguistik lainnya. Pada

Lebih terperinci

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY Perkembangan bahasa Tahap perkembangan yang paling menakjubkan pada masa anak adalah saat anak mulai bisa berbicara Arti bahasa : Adalah suatu sistem komunikasi

Lebih terperinci

LAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( )

LAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( ) LAPORAN BACA OLEH: Asep Saepulloh (180210110037) Hikmat Hamzah Syahwali (180210110035) Suherlan (180210110036) Identitas Buku Judul : Linguistik Umum (Bagian 4 TATARAN LINGUISTIK [1]: FONOLOGI halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem penulisan tidak dapat menggambarkan bunyi yang diucapkan oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. sistem penulisan tidak dapat menggambarkan bunyi yang diucapkan oleh manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa merupakan pengalaman universal yang dimiliki oleh manusia. Bahasa adalah sistem bunyi ujar. Bunyi bahasa yang tidak sesuai diucapkan oleh seorang pengguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerolehan bahasa atau akuisisi adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.

Lebih terperinci

PRODUKSI FONOLOGIS ANAK DOWN SYNDROME USIA TAHUN BERDASARKAN TINGKAT KECERDASAN DAN MASA TERAPI

PRODUKSI FONOLOGIS ANAK DOWN SYNDROME USIA TAHUN BERDASARKAN TINGKAT KECERDASAN DAN MASA TERAPI PRODUKSI FONOLOGIS ANAK DOWN SYNDROME USIA 10 12 TAHUN BERDASARKAN TINGKAT KECERDASAN DAN MASA TERAPI Elva Febriana Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia-Daerah Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG Nama Mata Kuliah Kode/SKS Waktu SOAL TUGAS TUTORIAL II : Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD : PGSD 4405/3 (tiga) : 60 menit/pada pertemuan ke-5 PILIHLAH SALAH

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA

PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- 78 PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA Favorita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi (Chaer, 2002:30). Bahasa merupakan alat terpenting dalam berkomunikasi antar manusia. Pada hakikatnya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan sarana perumusan maksud, melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan sesama manusia,.mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya bukan hanya sebagai makhluk individu tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya bukan hanya sebagai makhluk individu tetapi juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya bukan hanya sebagai makhluk individu tetapi juga merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia butuh berkomunikasi anak dengan anak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tentunya membutuhkan alat komunikasi yang berupa bahasa guna

BAB I PENDAHULUAN. manusia tentunya membutuhkan alat komunikasi yang berupa bahasa guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa sangat penting keberadaanya sebagai alat komunikasi. Setiap manusia tentunya membutuhkan alat komunikasi yang berupa bahasa guna sebagai interaksi dan alat bertutur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Pokok Penelitian Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Pokok Penelitian Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Pokok Penelitian Tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa Inggris telah menjadi bahasa universal dan telah menjadi bahasa yang dipelajari banyak orang di pelbagai negara. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang telah menikah pastilah mendambakan hadirnya buah hati di tengah-tengah kehidupan mereka, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Keraf (1997:1) bahasa merupakan alat komunikasi anggota masyarakat berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pembahasan dalam bab V terbagi menjadi dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan dan saran berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV sebelumnya. 5.1 Simpulan Tujuan utama penelitian

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI

TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI Nama : Nugraheni Widyapangesti NIM : 1402408207 TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI Runtutan bunyi dalam bahasa ini dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh anak baik sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai anak adalah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MASA BAYI

PERKEMBANGAN MASA BAYI PERKEMBANGAN MASA BAYI Tahap Masa Bayi Neonatal (0 atau baru Lahir-2 minggu Bayi (2 minggu- 2 tahun) TUGAS PERKEMBANGAN MASA BAYI Belajar makan makanan padat Belajar berjalan Belajar bicara Belajar menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Mereka

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Mereka memerlukan banyak adaptasi atau penyesuaian untuk hidup bersama dengan manusia lain. Salah satu

Lebih terperinci

BAHASA BAYI (BABY LANGUAGE) Hasnerita, S.Si.T,M.Kes

BAHASA BAYI (BABY LANGUAGE) Hasnerita, S.Si.T,M.Kes BAHASA BAYI (BABY LANGUAGE) Hasnerita, S.Si.T,M.Kes Pendahuluan Masa bayi atau balita (di bawah lima tahun) adalah masa yang paling signifikan dalam kehidupan manusia. Dan jika diibaratkan seperti pondasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dengan judul Pemerolehan Bahasa Melayu Jambi pada Sasha Anak Usia Tiga Tahun; Suatu Kajian Psikolinguistik menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan lambang bunyi yang mempunyai arti dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan lambang bunyi yang mempunyai arti dan fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan lambang bunyi yang mempunyai arti dan fungsi sebagai alat komunikasi. Bahasa dan kehidupan manusia merupakan dua hal yang sangat sulit untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran bahasa asing, berbicara merupakan salah satu keterampilan yang perlu dikuasai oleh pembelajar. Sebagaimana dikemukakan oleh Tarigan (2008:1) bahwa:

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN FONOLOGIS PADA ANAK USIA 0 2 TAHUN

PEMEROLEHAN FONOLOGIS PADA ANAK USIA 0 2 TAHUN PEMEROLEHAN FONOLOGIS PADA ANAK USIA 0 2 TAHUN Oleh: R. Hery Budhiono Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah Jl. Tingang Km 3,5, Palangkaraya, Kalimantan Tengah 73112 e-mail: budhi.lingua@gmail.com Abstract

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006:118). Variabel penelitian merupakan suatu atribut

Lebih terperinci

SISTEM FONOLOGIS BAHASA MAKASSAR DIALEK CIKOANG KABUPATEN TAKALAR

SISTEM FONOLOGIS BAHASA MAKASSAR DIALEK CIKOANG KABUPATEN TAKALAR SISTEM FONOLOGIS BAHASA MAKASSAR DIALEK CIKOANG KABUPATEN TAKALAR Charmilasari (Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNCP) charmila_s@yahoocom ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi terasa semakin penting pada saat manusia membutuhkan eksistensinya diakui,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penentu kehidupan pada masa mendatang. Seperti yang diungkapkan Dr.Gutama (2004) dalam modul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini membuat instrumentasi untuk mendeteksi gangguan artikulasi dan pedoman terapi berbicara. Setelah menemukan instrumen yang tepat, penelitian ini juga menyajikan pola gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kita bisa melihat bahwa kemampuan berbicara. Ada anak yang perkembangan berbicaranya lebih cepat dan ada juga yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kita bisa melihat bahwa kemampuan berbicara. Ada anak yang perkembangan berbicaranya lebih cepat dan ada juga yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum kita bisa melihat bahwa kemampuan berbicara (communicative competence) seorang anak dengan anak yang lain berbeda-beda. Ada anak yang perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua

BAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bersosial atau hidup bermasyarakat tidak pernah meninggalkan bahasa, yaitu sarana untuk berkomunikasi satu sama lain. Dengan berbahasa kita memahami apa yang orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia Assalamu alaikum Wr. Wb Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA Bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia

Lebih terperinci