PRODUKSI KALIMAT PADA PENYANDANG GAGAP. Praba Prayascitta, Widodo, dan Karkono Universitas Negeri Malang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRODUKSI KALIMAT PADA PENYANDANG GAGAP. Praba Prayascitta, Widodo, dan Karkono Universitas Negeri Malang"

Transkripsi

1 1 PRODUKSI KALIMAT PADA PENYANDANG GAGAP Praba Prayascitta, Widodo, dan Karkono Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan (1) struktur kalimat penyandang gagap, (2) penjedaan yang dihasilkan pada penyandang gagap, dan (3) perilaku penyerta yang ditunjukkan oleh penyandang gagap ketika memproduksi kalimat. Desain penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan kajian studi kasus. Hasil penelitian adalah: (1) struktur kalimat pada penyandang gagap terbagi menjadi tiga yaitu struktur kalimat teratur, struktur kalimat tidak tuntas, dan struktur kalimat lompat; (2) penjedaan yang dihasilkan pada penyandang gagap terbagi menjadi jeda diam dan jeda isi. Letak jeda diam pada awal, tengah, dan akhir kalimat. Adapun jeda isi terletak pada awal dan tengah kalimat; dan (3) perilaku penyerta yang dihasilkan penyandang gagap berupa mimik wajah, gerakan tangan, arah pandangan, gerakan bibir, dan gerakan tubuh yang lain. Kata Kunci: produksi kalimat, gangguan berbahasa, gangguan berbicara, penyandang gagap. Bahasa merupakan sistem tanda bunyi yang arbitrer dan telah disepakati serta dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Dalam hal ini, kelompok masyarakat tertentu yang dimaksud adalah satu kesatuan masyarakat dalam suatu wilayah yang memiliki pemahaman bersama terhadap bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi. Salah satu faktor dalam diri manusia yang memiliki pengaruh besar dalam kegiatan berbahasa adalah sistem kerja otak. Sistem kerja otak memiliki pengaruh besar terhadap kegiatan berbahasa. Besarnya pengaruh sistem kerja otak dalam kegiatan berbahasa karena otak merupakan sentral dari seluruh kegiatan tubuh manusia. Oleh karena itu, jika sistem kerja otak terganggu, maka otomatis kegiatan berbahasa juga terganggu. Salah satu kelainan bawaan yang menyerang sistem kerja saraf atau otak adalah gangguan berbicara pada penyandang gagap. Gagap atau stuttering merupakan salah satu bentuk kelainan bicara yang ditandai dengan tersendatnya pengucapan kata-kata. Gagap terjadi ketika sebagian kata terasa lenyap, penutur mengetahui kata itu, akan tetapi tidak dapat menghasilkannya (Cahyono, 1994:262). Wujudnya secara umum, tiba-tiba anak kehilangan ide untuk mengucapkan apa yang ingin dia ungkapkan sehingga suara yang keluar terpatahpatah dan diulang-ulang sampai tidak mampu mengeluarkan bunyi suara sedikitpun untuk beberapa lama. Reaksi ini bersamaan dengan kekejangan otot leher dan diafragma yang disebabkan oleh tidak sempurnanya koordinasi otot-otot bicara. Bila ketegangan sudah berlalu, akan meluncur serentetan kata-kata sampai ada kekejangan otot lagi. Pendapat lainnya menyatakan bahwa gagap adalah masalah gangguan bicara yang mempengaruhi kefasihan berbicara. Mereka yang mengalami kesulitan ini ditandai pengulangan bagian pertama dari kata yang ingin diucapkannya atau menahan bunyi tunggal di tengah kata. Sebagian orang yang

2 gagap malah lebih parah, tidak ada satupun kata yang terucap, semua tertahan di kerongkongan. Menyimak adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseftif. Dengan demikian di sini berarti bukan sekedar mendengarkan bunyibunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Dalam bahasa pertama (bahasa ibu), kita memperoleh keterampilan mendengarkan melalui proses yang tidak kita sadari sehingga kitapun tidak menyadari begitu kompleksnya proses pemmerolehan keterampilan mendengar tersebut. Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan, serta perasaan (Tarigan, 1986:14). Dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik. Produksi kalimat merupakan sebuah tahap yang menghasilkan tuturan yang melalui tiga tahap dasar. Tiga tahap itu antara lain, yaitu (1) konseptualisasi atau pembuatan konsep, (2) formulasi atau penyusunan kategori dan struktur sintaktik, dan (3) artikulasi atau perwujudan dalam bentuk bunyi. Ada beberapa hal lain, selain ketiga tahap dalam menghasilkan tuturan, yang perlu diperhatikan dalam produksi kalimat yakni senyapan dan kekeliruan yang bisa terjadi. Dardjowidjojo (2005:143) menyatakan bahwa, senyapan terjadi dapat disebabkan oleh dua hal yakni keraguan pembicara dan pernafasan. Kekeliruan dalam memproduksi kalimat dapat disebabkan kilir lidah dan afasia. Dardjowidjojo (2012:142) berpendapat bahwa yang dipakai untuk menyimpulkan proses mental yang terjadi pada waktu kita berujar ada dua macam, yakni, senyapan (pause) dan kekeliruan (errors). Kekeliruan itu sendiri terbagi menjadi dua kelompok, yakni, kekeliruan karena kilir lidah dan kekeliruan karena pembicara menderita afasia. Senyapan (pauses) pada dasaranya ketika pengujaran yang ideal terwujud dalam suatu bentuk ujaran yang lancar, sejak ujaran itu dimulai sampai ujaran itu selesai. Kata-katanya terangkai dengan rapi, diujarkan dalam suatu urutan yang tak terputus, dan kalu pun ada senyapan, senyapan itu terjadi pada konstituen-konstituen yang memang memungkinkan untuk disenyapi. Intonasinya pun merupakan suatu kesatuan dari awal sampai akhir. Akan tetapi, ujaran ideal semacam itu tidak selamanya kita buat. Tidak semua orang dapat berbicara selancar ini untuk semua topik pembicaraan. Pada umumnya orang berbicara sambil berpikir sehingga makin sulit topik yang dibicarakan makin besar jumlah senyapan yang muncul. Penyandang gagap adalah seseorang yang mengalami gangguan pada kemampuan motoriknya. Gerakan-gerakan penyandang gagap sulit untuk dikendalikan. Sekecil apapun gerakan yang muncul, menimbulkan efek pada performa mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan produksi kalimat pada penyandang gagap. Terdapat tiga hal yang menjadi tujuan dari penelitian ini yaitu (1) mengetahui struktur kalimat yang diproduksi oleh penyandang gagap, (2) mengetahui penjedaan yang terjadi ketika penyandang gagap memproduksi 2

3 3 kalimat, dan (3) mengetahui perilaku penyerta yang muncul ketika penyandang gagap memproduksi kalimat. METODE Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kualitatif. Kealamiahan dari penelitian ini dapat dilihat dari objek yang digunakan, yaitu objek yang asli atau alamiah, tidak mengada-ada dan tentunya tidak ada manipulasi. Penelitian ini menggunakan seorang penyandang gagap sebagai sumber data yang menghasilkan data dan menjadi pembahasan dalam penelitian ini. Data yang ditemukan berupa produksi kalimat penyandang gagap, penjedaan atau senyapan dalam kalimat, dan perilaku penyerta yang ditunjukkan oleh informan ketika memproduksi kalimat baik dalam konteks informal atau formal. Konteks informal di sisni berarti bahwa penyandang gagap memproduksi dalam sebuah pembicaraan santai dengan peneliti. Adapun konteks formal terjadi ketika informan melakukan diskusi kelas dengan teman-temannya. Penelitian ini menggunakan beberapa teknik untuk memperoleh data. Teknik yang digunakan beserta kegunaannya terbagi menjadi empat. Pertama, observasi partisipatif yaitu peneliti tidak ikut di dalam kehidupan yang akan diteliti, dan secara terpisah bertindak sebagai pengamat. Dalam hal ini peneliti hanya bertindak sebagai penonton saja tanpa harus ikut terjun langsung ke lapangan. Kedua, wawancara tak terstruktur untuk mencari data-data alamiah dari informan. pelaksanaan wawancara tak terstruktur menggunakan media perekaman yang hanya terbatas pada aspek audio saja. Penggunaan media perekaman audio ini bertujuan untuk merekam semua perkataan dari informan untuk selanjutnya ditranskrip dan diklasifikasi berdasar rumusan masalah yaitu struktur kalimat dan penjedaan. Selain itu dalam proses wawancara tak terstruktur ini, peneliti juga menyiapkan catatan lapangan yang berfungsi untuk mencatat perilaku penyerta yang ditunjukkan oleh informan ketika memproduksi kalimat. Ketiga, transkrip data dilakukan ketika hasil wawancara tak terstruktur yang berbentuk rekaman audio selesai dilakukan. Hasil wawancara tersebut diubah menjadi bentuk tulisan. Kegunaan dari transkrip adalah untuk mempermudah proses pengerjaan laporan penelitian karena data yang tersaji sudah dalam bentuk tulisan. Keempat, pengodean dalam metode penelitian ini adalah menganalisis data yang telah didapat ketika proses wawancara. Analisis data yang dilakukan berdasarkan catatan lapangan dan rekaman audio yang diperoleh peneliti saat melakukan proses wawancara. Penelitian ini menggunakan instrumen yang difungsikan ketika terjadi proses wawancara, yaitu handphone sebagai media untuk merekam produksi kalimat yang berbentuk audio, catatan lapangan yang berguna untuk mencatat perilaku penyerta yang ditunjukkan oleh informan ketika memproduksi kalimat, dan format table atau isian yang digunakan untuk mengklasifikasikan hasil dari data yang diinginkan berupa struktur kalimat, penjedaan, dan perilaku penyerta yang terjadi dalam proses produksi kalimat penyandang gagap. Teknik yang digunakan dalam menganalisis data yang didapat terdiri dari lima tahap hingga didapatkan kesimpulan dari analisis data, yaitu (1) data yang telah didapat berupa hasil rekaman kemudian ditranskrip ke dalam bentuk tulisan,

4 4 (2) melakukan pengodean setelah data terkumpul, (3) mengklasifikasikan data yang telah terkumpul berdasarkan rumusan masalah, (4) identifikasi dan penafsiran, dan (5) penafsiran selesai, kemudian ditarik kesimpulan. HASIL Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan tiga macam hal yang berpengaruh pada produksi kalimat penyandang gagap yaitu struktur kalimat, penjedaan atau senyapan, dan perilaku penyerta. Pertama, struktur kalimat yang diproduksi oleh penyandang gagap terbagi menjadi tiga yaitu; (1) struktur kalimat teratur yang berarti jawaban informan mempunyai struktur kalimat teratur dan dapat dipahami, (2) struktur kalimat lompat yang berarti kalimat yang diproduksi oleh penyandang gagap tidak selesai kemudian dilanjutkan dengan kalimat lain yang memiliki fokus berbeda sehingga tidak membentuk kesatuan makna, dan (3) struktur kalimat tidak tuntas yang berarti ketika informan mengucapkan sebuah kalimat, maka akan terhenti di tengah jalan dan makna utuh dalam ucapan tersebut tidak akan diketahui secara sempurna. Kedua, penjedaan yang diproduksi ketika penyandang gagap sedang memproduksi kalimat dibagi menjadi dua yaitu jeda isi dan jeda diam. Jeda isi dalam produksi kalimat penyandang gagap biasanya berdurasi antara 0-2 detik. Penanda keberadaan jeda isi pada produksi kalimat penyandang gagap dalam penelitian ini ditemukan saat berada dalam kondisi (1) penutur tidak siap memulai percakapan, (2) mengalami kealpaan saat proses pemilihan kata, (3) kehilangan fokus saat menjawab, dan (4) terlalu hati-hati dalam menjawab. Yang kedua adalah jeda diam. Biasanya durasi jeda isi yang dialami oleh penyandang gagap yaitu berkisar antara 2-4 detik. Penanda keberadaan jeda diam pada produksi kalimat penyandang gagap dalam penelitian ini ditemukan saat penutur berada dalam kondisi (1) penutur tidak siap memulai percakapan, (2) mengalami kealpaan saat proses pemilihan kata, (3) kehilangan fokus saat menjawab, dan (4) terlalu hati-hati dalam menjawab. Karakteristik kemunculan jeda diam ini sama dengan karakteristik kemunculan jeda isi, tapi yang membedakan adalah durasi yang diperlakukan oleh penutur dalam memproduksi kalimat maupun kekuatan pernafasan si penutur setiap memproduksi kalimat yang akan diucapkannya. Muslich (2008: ), mengatakan bahwa jeda atau senyapan memiliki fungsi yang lebih penting dalam bahasa Indonesia yaitu sebagai pembeda makna. Peletakan jeda atau senyapan yang tepat dapat memberikan maksud yang tepat dari sebuah kalimat. Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian ini, senyapan atau jeda dalam kalimat yang diproduksi oleh informan terletak pada awal kalimat, tengah kalimat dan akhir kalimat. Penelitian ini menemukan sebuah fakta bahwa jeda juga memiliki durasi. Peneliti mengklasifikasikan hal tersebut menjadi dua jenis durasi yaitu durasi jeda antara 0 sampai 2 detik dan durasi jeda antara 2-4 detik. Durasi jeda erat hubungannya dengan perilaku penyerta berupa gerakan tubuh misalnya tangan dan gesture. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa jenis penjedaan dalam produksi kalimat penyandang gagap juga memengaruhi durasi jeda. Dalam penjedaan isi, durasi jeda relatif lebih singkat dibanding durasi jeda diam. Durasi jeda isi berkisar antara 1-2 detik, hal ini berupa kesenyapan sementara yang bisaanya dikarenakan karena hilang fokus

5 5 ataupun kesulitan penyamapaian oleh penutur. Sementara temuan mengenai durasi jeda diam menunjukkan bahwa durasi jeda diam lebih lama dari jeda isi, yaitu antara 2-4 detik bahkan pada gejala tertentu jeda diam ini bisa membuat kalimat yang akan diproduksi tidak jadi diproduksi. Durasi jeda yang berkisar antara 0-2 detik bisaa disebut jeda isi dan jeda yang berkisar antara 2-4 detik disebut jeda isi. Ketiga, perilaku penyerta yang terjadi ketika informan sedang memproduksi kalimat. Terbagi menjadi lima yaitu, (1) perilaku penyerta berupa mimik wajah, (2) perilaku penyerta berupa gerakan tangan, (3) perilaku penyerta berupa arah pandangan, (4) perilaku penyerta berupa gerakan bibir, dan (5) perilaku penyerta berupa gerakan-gerakan dari bagian tubuh yang lain. PEMBAHASAN Struktur Kalimat yang Diproduksi Penyandang Gagap Struktur kalimat penyandang gagap yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi (1) struktur kalimat teratur, (2) struktur kalimat lompat, dan (3) struktur kalimat tidak tuntas. Struktur kalimat adalah hubungan struktural antara katadengan kata, atau kelompok kata dengan kelompok kata yang lain dan berbedabeda. Produksi kalimat, sebagai bentuk dari kegiatan berkomunikasi juga menghasilkan kalimat-kalimat dengan struktur-struktur tertentu. Bentuk struktur kalimat adalah pola dari sebuah kalimat berdasarkan letak fungsi sintaksisnya, meliputi subjek, predikat, objek, dan keterangan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diperoleh temuan mengenai struktur kalimat yang diproduksi penyandang gagap dan pengaruh gagap terhadap struktur kalimat. Pertama, pembahasan mengenai struktur kalimat yang diproduksi penyandang gagap. Dalam penelitian ini, pembahasan mengenai struktur kalimat yang diproduksi penyandang gagap meliputi tiga temuan, yaitu struktur kalimat teratur, struktur kalimat tidak tuntas, dan struktur kalimat lompat. Keberadaan kalimat dengan struktur yang teratur dalam produksi kalimat oleh penyandang gagap ini menunjukkan bahwa pemahaman yang tinggi dari informan mengenai pertanyaan yang diajukan sehingga informan tidak kesulitan menjawab. Asumsi lainnya adalah informan berada dalam kondisi suasana santai sehingga kalimat yang diproduksi lebih teratur. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa orang yang gagap akan lebih sulit untuk berbicara lancar jika mengalami stres, kelelahan atau berbicara di depan orang banyak tapi kebanyakan orang yang gagap akan lebih mudah berbicara jika dalam suasana yang santai. Keberadaan struktur kalimat tidak tuntas dalam produksi kalimat oleh penyandang gagap ini diperkirakan memiliki kesamaan dengan struktur kalimat tidak teratur. Keduanya diperkirakan disebabkan oleh faktor kebingungan menjawab atau menyampaikan konsep dan penyampaian yang tidak teratur (terlalu cepat). Melihat gejala yang ditimbulkan, kondisi kemungkinan penyebab struktur kalimat tidak tuntas lebih parah dibandingkan dengan gejala struktur kalimat tidak teratur. Pada struktur kalimat tidak tuntas, gejala yang muncul lebih parah sehingga produksi kalimatnya terpotong sehingga tidak memiliki makna yang tidak utuh dan susah untuk dipahami. Dalam struktur kalimat tidak tuntas, ditemukan sebuah jeda isi yang letaknya di akhir kalimat. Jeda isi di akhir kalimat menunjukkan bahwa penyandang gagap memiliki sebuah konsep kata atau kalimat yang sebenarnya ingin diucapkan, namun tidak dapat terproduksi dengan baik sehingga membentuk sebuah jeda sekaligus menjadikan struktur kalimatnya tidak

6 6 tuntas. Kesenyapan dan keraguan dalam ujaran terjadi karena pembicara lupa kata-kata apa yang dia perlukan, atau dia sedang mencari kata yang paling tepat, dsb. Kesalahan kilir lidah seperti kelapa untuk kepala menunjukkan bahwa kata ternyata tidak tersimpan secara utuh dan orang harus meramunya (Meyer 2000: 51). Pendapat ahli tersebut mendasari pembahasan tentang struktur kalimat tidak tuntas yang terjadi pada penyandang gagap. Struktur kalimat tidak tuntas yang diproduksi oleh penyandang gagap terjadi karena hilang konsep kata atau takut untuk mengucapkan kata-kata sulit sehingga yang terjadi hanya sebuah jeda diam. Keberadaan struktur kalimat yang terlihat lompat dalam produksi kalimat oleh penyandang gagap disebabkan oleh beberapa faktor yaitu ketidaksiapan informan ketika menjawab, konsep jawaban yang tidak utuh, dan pelesapan fungsi kalimat yang tidak membentuk koherensi kalimat. Kedua, pengaruh gagap terhadap produksi kalimat. Produksi kalimat yang dihasilkan oleh penyandang gagap tidak selalu teratur sesuai dengan pola yang baik dalam bahasa Indonesia. Struktur kalimat yang tidak baku ini bisaanya disebabkan karena produksi kalimat tidak utuh (pelesapan), produksi kalimat tidak selesai, produksi kalimat yang memiliki lebih dari satu makna, hingga produksi kalimat yang tidak sesuai konsep pikiran. Kalimat seharusnya memiliki kesatuan makna, sementara karakteristik penyandang gagap cenderung kesulitan dalam membentuk konsep berfikir dan membentuk satu kalimat dengan kesatuan makna. Selain itu, kesulitan dalam penyampaian juga mempengaruhi struktur kalimat yang diproduksi oleh penyandang gagap. Dalam kasus ini, sering kali informan melakukan kesalahan pembentukan kalimat karena informan mengalami kehilangan fokus, menyampaikan sesuatu yang tidak dikehendaki, ataupun terlalu hati-hati dalam menyusun kalimat yang justru membuat kalimat yang terbentuk menjadi tidak baku. Penjedaan dalam Kalimat yang Diproduksi oleh Penyandang Gagap. Penjedaan yang terjadi ketika penyandang gagap memproduksi kalimat terbagi menjadi jeda diam dan jeda isi. Masing-masing jeda tersebut memiliki durasi dan letak yang berbeda. Jeda di dalam sebuah kalimat memiliki peranan yang cukup penting. Jeda berfungsi sebagai salah satu pemberi makna pada kalimat. Jeda dapat hadir baik antarkalimat, antarfrase, antarkata, antarmorfem, antarsilaba, maupun antarfonem. Pada kalimat yang telah diproduksi oleh penyandang gagap, jeda muncul secara tidak teratur. Kemunculanan jeda pun terbagi menjadi dua jenis yaitu, jeda isi dan jeda diam. Kemunculan jeda yang tidak biasa pada produksi kalimat penyandang gagap sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa penyandang gagap memiliki gangguan dalam berkomunikasi yang ditandai oleh satu dari beberapa karakteristik, antara lain (1) repetisis dari suara- suara dan suku kata, (2) perpanjangan pada suara- suara tertentu, (3) penyisipan suara- suara yang tidak tepat, (4) kata - kata yang terputus, seperti adanya jeda di antara kata - kata yang diucapkan, (5) hambatan dalam berbicara, (6) circumlocution (subtitusi kata - kata alternatif untuk menghindari kata- kata yang bermasalah), (7) tampak adanya tekanan fisik ketika mengucapkan kata - kata, dan (8) repetisi dari kata yang terdiri dari suku kata tunggal (Dittmann, 2000: 14).

7 Kemunculan jeda isi dalam penelitian ini dapat dideteksi pada beberapa kondisi tertentu. Kemunculan jeda isi dalam kalimat yang diproduksi oleh penyandang gagap biasanya terjadi di awal, tengah kalimat, dan akhir kalimat. Jeda isi di awal kalimat kemungkinan disebabkan oleh ketidaksiapan ataupun hatihati berlebih dalam memulai atau meyusun kalimat. Adapun, kemunculan jeda isi di tengah kalimat terjadi saat informan bingung menjawab, hilang fokus, dan saat informan kesulitan atau tidak bisa menyampaikan maksud. Jeda isi di akhir kalimat menunjukkan bahwa penyandang gagap memiliki sebuah konsep kata atau kalimat yang sebenarnya ingin diucapkan, namun tidak dapat terproduksi dengan baik sehingga membentuk sebuah jeda sekaligus menjadikan struktur kalimatnya tidak tuntas. Kemunculan jeda diam dalam penelitian ini dapat dideteksi pada beberapa kondisi tertentu. Kemunculan jeda diam dalam kalimat yang diproduksi oleh penyandang gagap biasanya terjadi di awal, tengah, dan akhir kalimat. Kemunculan jeda diam di awal kalimat terjadi ketika informan tidak siap dalam menjawab ataupun kehilangan ide atau gagasan untuk menjawab. kemudian, kemunculan jeda diam di tengah kalimat rata-rata disebabkan oleh hilang fokus yang parah di tengah produksi kalimat. Adapun jeda diam di akhir kalimat menunjukkan bahwa penyandang gagap memiliki sebuah konsep kata atau kalimat yang sebenarnya ingin diucapkan, namun tidak dapat terproduksi dengan baik sehingga membentuk sebuah jeda sekaligus menjadikan struktur kalimatnya tidak tuntas. Boomer dalam Dardjowidjojo (2012: 146) menerangkan ada yang mengatakan bahwa senyapan terdapat terutama sesudah kata pertama dalam suatu kalimat atau klausa. Namun peneliti mendapat temuan bahwa senyapan juga terjadi pada akhir kalimat yang berkaitan dengan struktur kalimat tidak tuntas. Clark & Clark (1997: 267) menyatakan para ahli sepakat bahwa senyapan terjadi di tempat-tempat tertentu yakni, (1) jeda gramatikal, (2) batas konstituen yang lain, dan (3) sebelum kata utama pertama dalam konstituen. Pendapat tersebut menjadi rujukan bagi peneliti untuk menguatkan pendapat dalam penelitian ini. Namun, untuk poin ketiga, peneliti kurang sepakat karena pada jeda diam akhir kalimat, tidak ada kata yang diucapkan oleh informan, hanya berupa jeda diam. jadi peneliti mempunyai sebuah pandangan bahwa letak jeda juga pada akhir kalimat. Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa sebenarnya perbedaan jeda diam dan jeda isi hanya pada tingkat keparahan gejala. Jeda isi terjadi karena gejala gagap yang relatif rendah sampai sedang, adapun jeda diam terjadi karena gejala yang lebih parah dan bahkan memungkinkan penyandang gagap kehilangan gagasan dan menghentikan percakapan. Hal ini juga ditandai dengan durasi jeda yang dihasilkan. Durasi jeda isi berkisar antara 1-2 detik, adapun durasi jeda diam berkisar antara 2-4 detik bahkan jika gejala yang muncul parah, maka jeda diam bisa menyebabkan penyandang gagap memutus kalimat. Pada penyandang gagap terhadap penyebab lain yang menyebabkan terjadinya jeda karena ketidaksiapan, kehilangan fokus saat berbicara, tidak bisa menyampaikan maksud dalam pikiran, sampai terlalu hati-hati dalam berbicara. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Dardjowidjojo (2005:144) yang menjelaskan bahwa kehadiran jeda atau senyapan dapat diakibatkan oleh (1) ketidaksiapan dalam memulai percakapan, (2) kealpaan terhadap proses pemilihan kata yang 7

8 8 akan digunakan, dan (3) kehati-hatian dalam penggunaan kata. Namun, selain faktor tersebut, kemunculan penjedaan pada penyandang gagap juga disebabkan oleh ketidakmampuan dalam mengatur sirkulasi oksigen di dalam paru-parunya. Penyandang gagap, memiliki tingkat kehati-hatian yang sangat tinggi terhadap pilihan kata. Pengaruh kehadiran konsonan dalam sebuah kata yang diproduksi ikut mempengaruhi jumlah udara yang keluar dari paru-paru ketika memproduksi sebuah kalimat. Oleh karena itu, semakin banyak jeda isi semakin kacau tatanan struktur dan intonasi dari sebuah kalimat yang diproduksi. Adapun jeda diam yang muncul, selain sebagai lambang terjadinya pelepasan fungsi kalimat, juga menjadi penanda kehati-hatian dalam memilih kata dan proses berfikir serta kesiapan dalam memproduksi kalimat. Perilaku Penyerta yang Ditunjukkan oleh Penyandang Gagap. Perilaku penyerta yang muncul ketika penyandang gagap memproduksi kalimat terbagi menjadi perilaku penyerta berupa gerakan bibir, arah pandangan, gerakan tangan, mimik wajah, serta gerakan tubuh yang lain. Penyandang gagap adalah seseorang yang mengalami gangguan pada kemampuan motoriknya. Gerakan-gerakan penyandang gagap sulit untuk dikendalikan. Sekecil apapun gerakan yang muncul, menimbulkan efek pada performa mereka. Di dalam kegiatan berbahasa, terutama kegiatan memproduksi kalimat, penyandang gagap juga memunculkan gerakan-gerakan yang sedikit banyak mempengaruhi produksi kalimat. Oleh karena itu, dalam hasil analisis data ditemukan dua jenis gerakan yang mempengaruhi proses produksi kalimat. Kedua jenis gerakan tersebut adalah (1) gerakan yang membantu proses produksi kalimat dan (2) gerakan yang menghambat proses produksi kalimat. Berdasarkan temuan penelitian, dapat diketahui bahwa gerakan kecil dan ringan merupakan gerakan yang cukup membantu penyandang gagap. Gerakan seperti menggerak-gerakkan tangan adalah gerakan yang membantu memproduksi kalimat. Gerakan menulis, berjalan, dan mengubah posisi duduk, merupakan gerakan yang menghambat produksi kalimat. Gerakan-gerakan ini memberikan pengaruh santai kepada penyandang gagap sehingga membantu produksi kalimat. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa orang yang gagap akan lebih sulit untuk berbicara lancar jika mengalami stres, kelelahan atau berbicara di depan orang banyak,tapi kebanyakan orang yang gagap akan lebih mudah berbicara jika dalam suasana yang santai. Penyandang gagap, akan memproduksi kalimat dengan intonasi final yang tidak sempurna, struktur yang tidak tersusun rapi, dan senyapan yang tidak teratur, apabila penyandang gagap melakukan gerakan-gerakan yang terlalu berlebih, seperti menulis atau berjalan. Hal ini terjadi, karena gerakan-gerakan tersebut mengganggu konsentrasi dan pengaturan diri terhadap kemampuan motorik (bergerak, bernafas, dan berbicara) mereka. Akan tetapi, gerakan yang ringan dan sederhana dapat membantu memproduksi kalimat yang dibantu pula oleh kehadiran senyapan diam sebagai bentuk dari kesiapan memproduksi kalimat.

9 9 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis, dapat ditarik kesimpulan mengenai (1) struktur kalimat yang dihasilkan penyandang gagap, (2) penjedaan kalimat yang dihasilkan oleh penyandang gagap, dan (3) perilaku penyerta yang ditunjukkan oleh penyandang gagap ketika memproduksi kalimat. Struktur kalimat yang dihasilkan penyandang gagap dibedakan menjadi tiga, yaitu struktur kalimat teratur, struktur tidak tuntas, dan struktur kalimat lompat. Produksi kalimat yang dihasilkan oleh penyandang gagap tidak selalu teratur sesuai dengan pola yang baik dalam bahasa Indonesia serta tidak memiliki koherensi yang baik. Struktur kalimat yang tidak baku ini biasanya disebabkan karena produksi kalimat tidak utuh (pelesapan), produksi kalimat tidak selesai, produksi kalimat yang memiliki lebih dari satu makna, hingga produksi kalimat yang tidak sesuai konsep pikiran. Penjedaan kalimat yang dihasilkan oleh penyandang gagap dibedakan menjadi dua, yaitu jeda isi dan jeda diam. Kemunculan jeda isi dalam kalimat yang diproduksi oleh penyandang gagap terjadi di awal,tengah, dan akhir kalimat. Kemunculan jeda diam dalam kalimat yang diproduksi oleh penyandang gagap biasanya terjadi di awal, tengah, dan akhir kalimat. Kemunculan jeda diam terjadi ketika informan tidak siap dalam menjawab ataupun kehilangan ide atau gagasan untuk menjawab, dan hilang fokus yang parah di tengah proses produksi kalimat. Perilaku penyerta yang dihasilkan oleh penyandang gagap meliputi mimik wajah, gerakan tangan, arah pandangan, gerakan bibir, dan gerakan-gerakan tubuh yang lain. Mimik wajah yang ditunjukkan oleh penyandang gagap dalam memproduksi kalimat meliputi mimik wajah terkejut, cerah, bingung, canggung, riang, dan datar. Gerakan tangan yang ditunjukkan oleh penyandang gagap dalam memproduksi kalimat meliputi gerakan tangan mengukir dengan telunjuk, menggaruk kepala, dan menggambar di udara. Arah pandangan yang ditunjukkan oleh penyandang gagap dalam memproduksi kalimat meliputi arah pandangan depan, samping, atas, dan bawah. Gerakan bibir yang ditunjukkan oleh penyandang gagap dalam memproduksi kalimat meliputi gerakan bibir ke depan dan gerakan bibir mengunyah. Adapun gerakan-gerakan dari bagian tubuh lain yang ditunjukkan oleh penyandang gagap dalam memproduksi kalimat meliputi gerakan tubuh maju, bergeser, menyamping, membungkuk, dan gerakan tubuh ke depan. Saran Berdasarkan analisis penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa gagap memiliki karakteristik, gejala, dan pengaruh pada produksi kalimat. Berdasarkan hasil tersebut, saran yang dapat diberikan antara lain sebagai berikut. Kepada peneliti selanjutnya, hendaknya melakukan penelitian lebih lanjut mengenai gangguan berbahasa lainnya untuk memperkaya pengetahuan mengenai gangguan berbahasa, sehingga dapat dikembangan solusi terbaik yang mampu mengatasi gangguan berbahasa. Selain hal di atas, penelitian ini juga bermanfaat untuk memperkaya khasanah temuan penelitian dalam lingkup psikolinguistik, memberikan masukan terhadap penyandang gagap sehingga tidak mempunyai dampak negatif terhadap proses komunikasinya, dan manfaat bagi para guru adalah dapat memberikan

10 10 bantuan kepada penyandang gagap di kelas sehingga tidak mengalami hambatan dalam kegiatan belajar mengajar. DAFTAR RUJUKAN Cahyono, B.Y Kristal Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press. Clark, H. H. dan E. V. Clark Psychology and Language: An Introduction to Psycholinguistics. New York: Harcourt Brace and Jovanovich, Inc. Dardjowidjojo, S Psikolinguistik, Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Dardjowidjojo, S Psikolinguistik, Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Dittmann, A.T. (Ed) Journal of Personality and Social Psychology. San Fransisco: APA. Meyer, A. S Form Representation in Word Formation. Dalam Wheeldon (Ed.), Aspects of Language Production (hlm 34-39). Birmingham: Psychology Press. Muslich, M Fonologi Bahasa Indonesia, Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Nazir, M Metode Penelitian. Bogor: Galia Indonesia. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Tarigan, H.G Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. (Online), diakses 21 Februari (Online) diakses 20 Maret 2013.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Afasia broca adalah gangguan pengutaraan atau gangguan produksi berbahasa yang ada hubungannya dengan komunikasi. Gangguan berbahasa ini terjadi, umumnya pada orang

Lebih terperinci

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih KONSEP DAN KOMPONEN Oleh: Pujaningsih (puja@uny.ac.id) Target : Pada bahasan ini Mahasiswa akan dapat menjelaskan: 1. Konsep dasar bahasa 2. Komponen bahasa Definisi Wicara : ekspresi bahasa dengan suara.

Lebih terperinci

MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES KEGIATAN RESEPTIF AKTIF

MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES KEGIATAN RESEPTIF AKTIF MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES KEGIATAN RESEPTIF AKTIF Oleh Dosen Tetap Yayasan FKIP Universitas PGRI Palembang Abstrak Pembelajaran bahasa Indonesia yang diberikan kepada para siswa meliputi empat aspek,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam kehidupan manusia Sesuai dengan fungsinya. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh

Lebih terperinci

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 diuraikan bagian pendahuluan penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya. Komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya

BAB I PENDAHULUAN. huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi ujaran adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia baik berupa huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya mengalami stroke (Afasia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar, yang merupakan satu upaya pembinaan bagi anak melalui pemberian

Lebih terperinci

CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA

CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA TUGAS KELOMPOK CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA MATA KULIAH : FONOLOGI DOSEN : Yuyun Safitri, S.Pd DISUSUN OLEH: ANSHORY ARIFIN ( 511000228 ) FRANSISKA B.B ( 511000092 ) HAPPY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN Berbicara adalah salah satu dari keterampilan bahasa yang ditekankan pencapaiannya melalui Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk. mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk. mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara adalah salah satu metode berkomunikasi yang sering digunakan sehari-hari. Berbicara dianggap lebih efektif dalam menyampaikan pesan. Tarigan ( 2008)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan paling menakjubkan. Itulah sebabnya masalah ini mendapat perhatian besar.

Lebih terperinci

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan membaca merupakan modal utama peserta didik. Dengan berbekal kemampuan membaca, siswa dapat mempelajari ilmu, mengkomunikasikan gagasan, dan mengekspresikan

Lebih terperinci

PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA 58 PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Sri Utami Universitas Wisnuwardhana Malang ABSTRAK Dalam pembelajaran bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dengan judul Pemerolehan Bahasa Melayu Jambi pada Sasha Anak Usia Tiga Tahun; Suatu Kajian Psikolinguistik menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Keraf (1997:1) bahasa merupakan alat komunikasi anggota masyarakat berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

Lebih terperinci

PATOLOGI BAHASA DAN PRAGMATIK. untuk memenuhi tugas matakuliah Pragmatik yang dibina oleh Prof. Dr. Abdul Syukur Ibrahim dan Dr. Sunoto, M.Pd.

PATOLOGI BAHASA DAN PRAGMATIK. untuk memenuhi tugas matakuliah Pragmatik yang dibina oleh Prof. Dr. Abdul Syukur Ibrahim dan Dr. Sunoto, M.Pd. PATOLOGI BAHASA DAN PRAGMATIK untuk memenuhi tugas matakuliah Pragmatik yang dibina oleh Prof. Dr. Abdul Syukur Ibrahim dan Dr. Sunoto, M.Pd. oleh Kelompok 9 Siti Robiah 130211810262 Ruli Andayani 130211810282

Lebih terperinci

PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA 49 PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Sri Utami Universitas Wisnuwardhana Malang ABSTRAK Dalam pembelajaran bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerolehan bahasa atau akuisisi adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PARSING TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 8 MALANG

PENGARUH STRATEGI PARSING TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 8 MALANG BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (87-102) PENGARUH STRATEGI PARSING TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 8 MALANG Sripit Widiastuti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bagian ini, dipaparkan mengenai pendahuluan penelitian yang dapat diuraikan sebagai berikut. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

Tahap Pemrolehan Bahasa

Tahap Pemrolehan Bahasa Tahap Pemrolehan Bahasa Setelah Anda mempelajari KB 2 dengan materi teori pemerolehan bahasa, Anda dapat melanjutkan dan memahami materi KB 3 mengenai tahapan pemerolehan bahasa. Tahapan ini biasa disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sangat penting bagi kehidupan manusia karena bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dan alat untuk menuangkan pikiran, baik secara lisan, tulisan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stuttering. (1994) istilah stuttering digolongkan ke dalam kategori diagnosa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stuttering. (1994) istilah stuttering digolongkan ke dalam kategori diagnosa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stuttering 1. Definisi Stuttering Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV atau DSM IV (1994) istilah stuttering digolongkan ke dalam kategori diagnosa gangguan komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis serta menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi terasa semakin penting pada saat manusia membutuhkan eksistensinya diakui,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran penting yang masuk dalam ujian nasional pada setiap jenjang pendidikan pelajaran yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif dalam interaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif dalam interaksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif dalam interaksi sosial. Suatu komunikasi dikatakan berhasil apabila pesan yang disampaikan pembicara dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah melakukan pengamatan ketika melaksanakan PLP di Sekolah Dasar Negeri 3 Cibogo kecamatan Lembang kabupaten Bandung Barat,

BAB I PENDAHULUAN. Setelah melakukan pengamatan ketika melaksanakan PLP di Sekolah Dasar Negeri 3 Cibogo kecamatan Lembang kabupaten Bandung Barat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan komponen terpenting bagi kehidupan manusia. Bahasa dijadikan alat komunikasi untuk bersosialisasi satu sama lain. Menurut Abidin (2010), Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konkret; sejak bayi seorang anak yang hidup di lingkungan serigala, maka

BAB I PENDAHULUAN. konkret; sejak bayi seorang anak yang hidup di lingkungan serigala, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan produk budaya yang berharga dari generasi ke generasi berikutnya. Bahasa adalah hasil budaya yang hidup dan berkembang dan harus dipelajari. Seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan secara umum adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Steiberg dan Sciarini (2013:3) mendefinisikan psikolinguistik sebagai ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Steiberg dan Sciarini (2013:3) mendefinisikan psikolinguistik sebagai ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Steiberg dan Sciarini (2013:3) mendefinisikan psikolinguistik sebagai ilmu yang mencakup tiga hal utama, yaitu pemerolehan bahasa (language acquisition), pemahaman

Lebih terperinci

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Berbicara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat(dengan perkataan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima melalui alat

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima melalui alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan reseptif (decode) merupakan proses yang berlangsung pada pendengar yang menerima kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna yang disampaikan oleh

Lebih terperinci

HAMBATAN KOMUNIKASI SECARA RESPTIF DAN EKSPRESIF

HAMBATAN KOMUNIKASI SECARA RESPTIF DAN EKSPRESIF HAMBATAN KOMUNIKASI SECARA RESPTIF DAN EKSPRESIF Buruknya interaksi dan komunikasi merupakan dua hambatan utama bagi individu untuk berkembang. Ini semua akan berdampak kepd perilaku interaksi dan komunikasi

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRAMATISASI PADA SISWA KELAS X SMA YPI SUKAWENING GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 MALAKAH

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRAMATISASI PADA SISWA KELAS X SMA YPI SUKAWENING GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 MALAKAH MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRAMATISASI PADA SISWA KELAS X SMA YPI SUKAWENING GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 MALAKAH Oleh : HJ. HADIJAH 10.21.0436 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis tindakan serta penjelasan istilah dari penelitian yang diteliti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia mengembangkan dirinya dengan mengadakan interaksi dengan orang lain melalui bahasa. Melalui bahasa diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Proses pembentukan kata

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pengantar Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai alat komunikasi, bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena hampir seluruh aktivitas manusia melibatkan bahasa. Melalui bahasa manusia

Lebih terperinci

07. KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL. PSIKOLOGI KOMUNIKASI 07 KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL / Hal. 1

07. KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL. PSIKOLOGI KOMUNIKASI 07 KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL / Hal. 1 07. KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL PSIKOLOGI KOMUNIKASI 07 KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL / Hal. 1 KOMUNIKASI VERBAL KOMUNIKASI VERBAL adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal (bahasa).

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Berdasarkan observasi penulis saat melakukan kegiatan PPL. Anak terlihat cenderung pasif melakukan kegiatan

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menganggapnya sebagai hal yang biasa, seperti bernafas atau berjalan. (Bloomfield,

BAB I PENDAHULUAN. menganggapnya sebagai hal yang biasa, seperti bernafas atau berjalan. (Bloomfield, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Lazimnya, manusia tersebut jarang memperhatikan peranan bahasa itu sendiri dan lebih sering menganggapnya sebagai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Pengertian Universal dalam Bahasa

Pengertian Universal dalam Bahasa Pengertian Universal dalam Bahasa Istilah bahasa didefinisikan sebagai wujud komunikasi antarmanusia untuk dapat saling mengerti satu sama lain, sebagaimana yang dilansir oleh Edward Sapir tahun 1921.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan dan tulisan, komunikasi

Lebih terperinci

KESULITAN PENGUCAPAN KONSONAN DAN DIFTONG PADA SISWA KELAS V C1 SLB PUTRA MANUNGGAL GOMBONG TAHUN AJARAN 2015/2016

KESULITAN PENGUCAPAN KONSONAN DAN DIFTONG PADA SISWA KELAS V C1 SLB PUTRA MANUNGGAL GOMBONG TAHUN AJARAN 2015/2016 KESULITAN PENGUCAPAN KONSONAN DAN DIFTONG PADA SISWA KELAS V C1 SLB PUTRA MANUNGGAL GOMBONG TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh : Nanik Widayati Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006:118). Variabel penelitian merupakan suatu atribut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi fonologi, gramatikal, dan semantik kemampuan seorang anak dalam memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya guna serta hasil guna yang relatif cukup tinggi, termasuk didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. daya guna serta hasil guna yang relatif cukup tinggi, termasuk didalamnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai kodrat yang dimiliki oleh manusia, maka pada diri manusia tumbuh suatu kecenderungan untuk selalu menggunakan segala sesuatu dengan daya guna serta hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang menjadikan peserta

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLINGUISTIK PADA PENDERITA AFASIA BROCA PASCASTROKE: PEMANGGILAN LEKSIKON, KEKELIRUAN BERBAHASA, DAN SIASAT KOMUNIKASI

KAJIAN PSIKOLINGUISTIK PADA PENDERITA AFASIA BROCA PASCASTROKE: PEMANGGILAN LEKSIKON, KEKELIRUAN BERBAHASA, DAN SIASAT KOMUNIKASI KAJIAN PSIKOLINGUISTIK PADA PENDERITA AFASIA BROCA PASCASTROKE: PEMANGGILAN LEKSIKON, KEKELIRUAN BERBAHASA, DAN SIASAT KOMUNIKASI Lilis Hartini, Dadang Sudana Syihabuddin hartinililis@yahoo.com Universitas

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 KADUNGORA KECAMATAN KADUNGORA

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 KADUNGORA KECAMATAN KADUNGORA MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 KADUNGORA KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011-2012 MAKALAH Oleh Ricky Firmansyah 1021.0875

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara selalu tidak jauhjauh

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara selalu tidak jauhjauh BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Pengertian Berbicara Berbicara merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Dengan berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang peran penting dalam kehidupan, sebagai alat menyampaikan pikiran, gagasan, konsep ataupun perasaan,

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di 9 BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) 2.1 Berbicara 2.1.1 Pengertian Berbicara Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di antaranya adalah sebagai

Lebih terperinci

DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd

DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd Bicara Pemerolehan Bahasa,kesiapan Bicara DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd Pengertian Bicara suatu proses pengucapan bunyi-bunyi bahasa dengan alat ucap manusia. merupakan produksi suara secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia dalam berekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini membuat instrumentasi untuk mendeteksi gangguan artikulasi dan pedoman terapi berbicara. Setelah menemukan instrumen yang tepat, penelitian ini juga menyajikan pola gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya perubahan yang dilakukan manusia, oleh karena itu pendidikan memiliki pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri sehingga akan melahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa berarti terampil menyimak (mendengarkan), terampil berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa berarti terampil menyimak (mendengarkan), terampil berbicara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran keterampilan berbahasa, sesuai namaya bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan bahasa siswa. Terampil berbahasa berarti terampil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Nasional/Negara yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Nasional/Negara yang sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah bahasa Nasional/Negara yang sangat penting peranannya bagi rakyat Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan satusatunya bahasa yang dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam  /2007/11/19/snowballthrowing/) 8 BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA 2.1 Teknik Snowball Throwing 2.1.1 Pengertian Teknik Snowball Throwing Kiranawati (dalam http://gurupkn.wordpress.com /2007/11/19/snowballthrowing/)

Lebih terperinci

SRATEGI MENINGKATKAN KEMAMPUAN KEMAMPUAN BERBICARA: KONSEP DAN TEORI

SRATEGI MENINGKATKAN KEMAMPUAN KEMAMPUAN BERBICARA: KONSEP DAN TEORI SRATEGI MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA Dra. Novi Resmini, M.Pd Universitas Pendidikan Indonesia KEMAMPUAN BERBICARA: KONSEP DAN TEORI Berbicara merupakan proses berbahasa lisan untuk mengekspresikan

Lebih terperinci

TUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI)

TUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI) TUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI) Debby Yuwanita Anggraeni Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI peacoy@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering didengar dan diketahui fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses di sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan. materi pelajaran dan tingkat perkembangan siswa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses di sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan. materi pelajaran dan tingkat perkembangan siswa. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Alat peraga 1. Pengertian Alat Peraga Dalam keseluruhan proses di sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling inti. Hal ini mempunyai arti bahwa kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menurut Dardjowidjojo (2003: 16) adalah suatu sistem simbol

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menurut Dardjowidjojo (2003: 16) adalah suatu sistem simbol 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa menurut Dardjowidjojo (2003: 16) adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer, dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi sosial. Setiap manusia menggunakan bahasa untuk berhubungan dengan sesamanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain. 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain. Dalam mengungkapkan ide atau gagasan itu diperlukan bahasa. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan berkomunikasi. Alat komunikasi antarmanusia adalah bahasa, baik itu bahasa lisan atau tulisan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana atau alat komunikasi yang sangat menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat penting sebagai sarana ilmu dan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157).

Lebih terperinci

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo ANALISIS KESALAHAN KEBAHASAAN PADA HASIL KARANGAN SISWA KELAS X SMK TAMTAMA KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi kepada orang lain. Dalam proses berbicara seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi kepada orang lain. Dalam proses berbicara seseorang akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara merupakan ketrampilan berbahasa yang bertujuan untuk mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaan secara lisan sebagai proses komunikasi kepada orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD hendaknya berjalan seefektif mungkin karena Bahasa Indonesia termasuk pembelajaran yang utama. Salah satu faktor keberhasilan suatu

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

PRODUKSI FONOLOGIS ANAK DOWN SYNDROME USIA TAHUN BERDASARKAN TINGKAT KECERDASAN DAN MASA TERAPI

PRODUKSI FONOLOGIS ANAK DOWN SYNDROME USIA TAHUN BERDASARKAN TINGKAT KECERDASAN DAN MASA TERAPI PRODUKSI FONOLOGIS ANAK DOWN SYNDROME USIA 10 12 TAHUN BERDASARKAN TINGKAT KECERDASAN DAN MASA TERAPI Elva Febriana Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia-Daerah Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kondisi masing-masing yang berbeda. Pada kondisi nyata

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kondisi masing-masing yang berbeda. Pada kondisi nyata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. 1 PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. Dalam interaksi sosial masyarakat Jawa, lebih cenderung menggunakan komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi (Chaer, 2002:30). Bahasa merupakan alat terpenting dalam berkomunikasi antar manusia. Pada hakikatnya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Hal ini karena fungsi bahasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. Dengan bahasa seseorang juga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan secara tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah dasar, karena dengan bahasa diharapkan siswa dapat berkomunikasi dengan siswa lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antarsesama, berlandaskan pada

Lebih terperinci