BAB V KABEL ATAS TANAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V KABEL ATAS TANAH"

Transkripsi

1 1. TUJUAN BAB V Pedoman ini membahas tata cara pemasangan Kabel Atas Tanah (Kabel Udara) dengan tujuan untuk dipedomani agar diperoleh keseragaman, baik cara pemasangan maupun peralatan yang dipergunakan, sehingga diperoleh hasil kerja yang berkualitas, indah dan rapih. 2. PENGGUNAAN Buku Pedoman ini dipergunakan sebagai petunjuk dalam pelaksanaan pekerjaan pemasangan Kabel Atas Tanah (Kabel Udara) yang dilaksanakan oleh Petugas / Karyawan PT. TELKOM maupun oleh Mitra PT. TELKOM. 3. DEFINISI 3.1. Urat Kabel Urat kabel adalah kawat penghantar yang terbuat dari bahan tembaga lunak berbentuk silindris dengan diameter tertentu (0,4 mm, 0,6 mm, 0,8 mm atau 1,0 mm) yang dibungkus dengan isolasi polietilen berwarna Quad Empat penghantar yang berisolasi dengan warna tertentu dipilin bersama-sama membentuk empatan yang simetris dan kompak Satuan Dasar Sejumlah 5 (lima) quad yang dipilin bersama secara kompak dan dililit dengan pita pengikat berwarna Kabel Kabel adalah kumpulan dari satuan dasar yang tersusun menjadi satu kesatuan dan terbungkus oleh pelindung elektris dan selubung PE Kabel Atas Tanah Kabel Atas Tanah (Kabel Udara) adalah kabel yang konstruksinya dibuat khusus untuk dipasang diatas tanah. Spesifikasi kabel ini mengacu kepada STEL-K-001, seperti terlihat pada Gambar 5-01 berikut Temberang Temberang adalah alat bantu tiang yang berfungsi untuk memperoleh keseimbangan gaya yang bekerja pada tiang dengan maksud agar tiang tetap tegak dan kokoh

2 Gambar 5-01 Kabel Udara dengan Kawat Penggantung (SPESIFIKASI PERUMTEL No. STEL-K-001) DIAMETER URAT 0,6 KAPASITAS 100 x 2 60 x 2 40 x 2 30 x 2 20 x 2 10 x 2 PANJANG STANDARD (m) TOLERANSI ± 10 Tabel 5-01 Kapasitas dan panjang standard Kabel Udara 4. PEMASANGAN TIANG DAN ALAT-ALAT BANTU Tiang dipergunakan sebagai tempat bertumpu atau tempat menambatkan Kabel Atas Tanah sehingga aman dari kemungkinan gangguan mekanik Jenis tiang a. Tiang Besi Tiang Besi yang dipergunakan harus sesuai dengan STEL-L-003, 018, 019 dan 020. b. Tiang Beton

3 Tiang Beton yang dipergunakan adalah Tiang Beton pratekan berpenampang bulat terdiri dari bermacam-macam ukuran. Tiang jenis ini cocok dipergunakan untuk daerah rawan korosi (STEL-L-022, 023 dan 024) seperti Gambar 5-02 berikut ini. Gambar 5-02 Tiang Beton Pratekan

4 c. Tiang Kayu Tiang Kayu ada dua macam, yaitu Tiang Kayu bentuk balok dengan penampang segi empat dan silindris (berpenampang bulat) dan terbuat dari jenis kayu klas I (Jati, Rasamala, Kayu besi) yang sudah diawetkan Cara penanaman tiang a Penanaman Tiang Besi 1) Membuat lubang untuk penanaman tiang dengan ukuran sebesar diameter tiang ditambah 5 cm di sekelilingnya dan dengan kedalaman 1/5 panjang tiang 2) Tiang didirikan tegak lurus di tengah-tengah lubang, kemudian lubang ditimbun dengan tanah bekas galian dan dipadatkan. 3) Untuk mencegah korosi, pada bagian tiang yang berada kurang lebih 30 cm diatas atau dibawah permukaan tanah, harus dicor beton (voetstoek). Uraian kerjanya sebagai berikut : a) Memasang cetakan kaki beton untuk tiang seperti terlhat pada Gambar 5-03 dan Gambar 5-04 berikut ini

5 Gambar 5-03 Pemasangan cetakan kaki beton untuk Tiang Besi

6 Gambar 5-04 Pemasangan cetakan kaki beton untuk Tiang Besi b) Cetakan kaki beton dicor beton dengan campuran 1 : 2 :

7 c) Tinggi kaki beton tersebut adalah 60 cm, yaitu 30 cm diatas dan 30 cm dibawah permukaan tanah. d) Setelah beton kering dan cetakan dibongkar, kemudian ditimbun tanah dan diratakan. Bagian yang berada diatas permukaan tanah diplester halus, permukaannya dibuat landai dengan sudut kemiringan 15 seperti Gambar 5-05 berikut ini. Gambar 5-05 Kaki beton pada Tiang Besi

8 e) Tiang di cat dengan cat besi warna hitam dan ban warna perak, lihat Gambar 5-06 berikut. Gambar 5-06 Pengecetan Tiang dan Assesoriesnya b. Penanaman Tiang Beton

9 Penanaman dengan kaki tiga 1) Membuat lubang galian dengan ukuran sebesar diameter tiang ditambah 10 cm berkeliling dan dengan kedalaman 1/6 panjang tiang ditambah 20 cm untuk lapisan dasar. 2) Sebelum Tiang Beton ditanam, batu-batuan ukuran sedang (diameter 5 20 cm) atau sirtu/koral dimasukkan ke dasar lubang sebagai lapisan dasar setebal 20 cm, lihat Gambar 5-07 berikut. Gambar 5-07 Pondasi Tiang Besi

10 3) Memasang peralatan kaki tiga dan katrol sehingga posisi tengah-tengah tiang berada di bawah puncak kaki tiga tersebut. 4) Tiang ditambat pada katrol dengan bantuan kawat sling dengan posisi ikatan kawat + 0,55 panjang tiang dari ujung bawah, selanjutnya tiang didirikan ditengah-tengah lubang dengan bantuan katrol, lihat Gambar 5-08 berikut ini. Gambar 5-08 Penanaman Tiang Beton dengan Kaki Tiga

11 5) Setelah diteliti bahwa tiang sudah berdiri tegak lurus, kemudian lubang ditimbun dan dipadatkan. Selanjutnya dilakukan pemadatan dengan urugan sirtu/koral dan batu-batuan pada celah lubang antara Tiang Beton dan tanah lapis demi lapis secara merata dengan menggunakan linggis. 6) Setelah pemasangan tiang selesai peralatan kaki tiga dibongkar. c. Penanaman Tiang Kayu Urutan kerjanya sama dengan mendirikan Tiang Besi, perbedaannya adalah bahwa, pada penanaman Tiang Kayu tidak diperlukan pemasangan kaki beton. Sebagai gantinya maka bagian tiang yang tertanam harus dibalut karung/goni yang dicelup dengan bahan anti rayap Pemasangan temberang 1) Fungsi temberang Temberang berfungsi untuk memperoleh keseimbangan gaya yang bekerja pada tiang agar tiang tetap berdiri tegak lurus. Pemasangan temberang dilakukan pada : 1. Tiang awal dan akhir dari rute Kabel Udara. 2. Tiang rute Kabel Udara dengan sudut tikungan lebih besar dari 15 derajat atau sesuai kebutuhan agar keseimbangan beban tiang tetap terjaga. 3. Tiang rute lurus dengan beban yang cukup berat dan sering terkena gangguan angin kencang. Untuk rute semacam ini biasanya dipasang temberang angin pada setiap 5 gawang atau sesuai dengan kebutuhan. 2) Macam temberang dan cara pemasangannya : 1. Temberang tarik Temberang tarik, adalah temberang yang dipasang pada tiang dengan menggunakan kawat temberang dan perlengkapan bantu berupa batang besi (besi beton diameter 16 mm, panjang 180 cm) dan pelat besi (40 x 40 x 0,5 cm) (lihat Gambar 5-09 berikut). Cara pemasangannya sebagai berikut : Besi sekang dipasang pada tiang yang memerlukan temberang, sekaligus dilengkapi dengan span wartel dan terlihat pada Gambar 5-09 berikut

12 10 Cm span wartel kaos timbel buldog grip kawat ikat tali baja 7 atau 12 lembar kawat ikat timbel besi beton 1/6 inch permukaan tanah 1 meter atau lebih plat besi Gambar 5-09 Pemasangan Temberang Tarik

13 a.) Membuat lubang galian untuk penanaman besi pelat dan batang besi temberang ukuran (50 X 50) cm dan dalamnya 140 cm. b.) Kawat temberang (besi baja pilin 7 x 1,2 mm atau 7 x 1,5 mm atau kawat besi 4 mm) bagian ujungnya diikatkan pada span wartel dan diperkuat dengan Buldog Grip 3 bh (jarak 5 cm, 15 cm dan 15 cm). Pada bagian pangkal/ujung bawah diikat mati pada batang temberang. c.) Cara mengencangkan kawat temberang dengan cara memutar sekang ulir (span wartel). d.) Bagian dari batang besi temberang yang muncul dipermukaan tanah sepanjang 40 cm. e.) Untuk lokasi yang rawan terhadap lalu lintas perlu dipasang pengaman berupa pipa galvanis diameter 25 mm, dan dicat dengan warna menyolok ( kuning hitam ) pada kawat temberangnya. 2. Temberang sokong/tunjang Temberang ini menggunakan tiang sebagai penyokong dan dipasang karena di tempat tersebut tidak memungkinkan dipasang temberang tarik. Cara pemasangannya sebagai berikut : a) Tiang penyokong ditanam dengan kedalaman minimal 60 cm, sudut kemiringan sekitar 45 derajat dengan posisi berlawanan dengan arah gaya yang bekerja pda tiang rute yang disokong. Sudut kemiringan bisa diubah sesuai dengan kondisi di lapangan. b) Pada dasar galian tiang sokong ditimbun/ditopang dengan batu-batu besar untuk menahan tekanan yang bekerja pada tiang sokong agar tidak amblas. c) Tiang penyokong dipasang menempel pada tiang rute dengan menggunakan besi sekang atau sungkup seperti terlihat pada Gambar Temberang labrang. Temberang ini menggunakan tiang bantu, karena pada tempat tersebut tidak memungkinkan dipasang temberang tarik maupun temberang sokong

14 Cara pemasangan sebagai berikut : a) Tiang bantu yang dilengkapi temberang tarik ditanam berseberangan dengan tiang rute dan dalam posisi berlawan dengan arah bekerjanya gaya yang akan dilawan. Gambar 5-10 Temberang Sokong b) Kawat temberang dipasang menyilang jalan dan ditarik antara tiang rute dan tiang bantu

15 c) Mengencangkan temberang dengan cara mengatur sekang ulir (span wartel). Temberang Labrang dapat dilihat pada Gambar 5-11 berikut ini. Spanwartel tiang labrang bulldog grip tali baja 7 atau 12 lembar polestrap with suspension fitting TEMBERANG TARIK 10 Cm 10 Cm Gambar 5-11 Temberang Labrang

16 5. PENAMBATAN (KABEL UDARA) Cara penambatan Kabel Udara pada tiang ada beberapa macam disesuaikan dengan kebutuhan atau kondisi dilapangan. Beberapa cara, diantaranya : a. Cara Gantung Cara ini dipergunakan pada : 1) Rute lurus. 2) Didaerah yang jarang terjadi angin kencang. 3) Bila jarak antar tiang (gawang) pada rute lurus maksimum 40m. 4) Beban maksimum Kabel Udara yang diijinkan adalah 2 x 100 pair b. Cara tambat pada tiang rute/tiang antara dan dipergunakan/ diterapkan pada : 1) Pada rute belok/menikung. 2) Pada rute lurus tetapi jarak antara tiang (gawang) melebihi jarak normal ( >40 m/ rentang jauh). 3) Didaerah-daerah yang sering terjadi angin kencang. 5) Pada rute lurus tetapi kabel berkapasitas besar ( > 80 pair). Dalam hal ini kabel ditambat pada setiap 5 (lima) tiang atau lebih, atau menurut pertimbangan teknis masih dipandang aman. 6) Dalam pelaksanaan penambatan diusahakan tidak memotong kawat penggantung (bearer). Penambatan dilakukan dengan menggunakan alat bantu khususseperti terlihat pada Gambar 5-12 berikut. c. Cara tambat awal / akhir, dipergunakan pada : 1) Tiang KP. 2) Tiang yang berfungsi sebagai tempat sambungan peralihan antara kabel tanah dan Kabel Udara. d. Perincian alat-alat bantu dan cara pemasangannya 1) Cara gantung pada Tiang Besi

17 Tiang Briket Sekang Ulir Klem Perekat Gambar 5-12 Cara tambat Kabel Udara tanpa memotong Bearer a) Konstruksi dapat dilihat pada Gambar 5-13 berikut. b) Alat-alat bantu dan cara pemasangannya : (1) Alat bantu No. Nama Alat Bantu Jumlah Keterangan 1. Besi sekang tebal 5mm lebar 75 Polestrop mm lengkap dgn penjepit kabel 1bh Type J Tabel 5-02 Alat Bantu

18 Gambar 5-13 Konstruksi cara gantu gantung pada Tiang Besi (2) Cara pemasangan : Besi sekang type J dapat dipasang sebelum atau sesudah Tiang Besi didirikan. Pemasangan Kabel Udara pada tiang ini dilakukan dengan cara menjepit kable bearernya pada penjepit polestrap. 2) Cara gantung pada Tiang Beton a) Konstruksi (lihat Gambar 5-14 berikut) Gambar 5-14 Konstruksi cara gantung pada Tiang Beton

19 b) Alat-alat bantu dan cara pemasangannya. (1) Alat Bantu No. Nama Alat Bantu Jumlah Keterangan Stainless steel band Stopping buckle Suspension bracket Suspension clamp Plastic strap / sabuk plastik 2 bh 2 bh 1 bh 1 bh 2 bh Tabel 5-03 Alat Bantu (2) Cara pemasangan Suspension bracket dipasang pada tiang kemudian dikunci dengan stopping buckle. Kawat penggantung Kabel Udara dijepit pada suspension clamp yang terkait pada suspension bracket. Plastic strap diikat pada Kabel Udara untuk mencegah melebarnya sayatan (sebagai split stopper). 3) Cara gantung pada Tiang Kayu a) Konstruksi (lihat Gambar 5-15) Gambar 5-15 Konstruksi cara gantung pada Tiang Kayu

20 b) Alat-alat bantu dan cara pemasangannya (1) Alat-alat bantu No. Nama Alat Bantu Jumlah Keterangan Baut ½ panjang 150 mm Cincin (ring) Penjepit Kabel Udara Sabuk plastik Besi S 1 bh 2 bh 1 bh 2 bh 1 bh Tabel 5-04 Alat-alat Bantu (2) Cara pemasangan : Memasang baut ukuran ½ pada kayu melalui lubang ukuran 5/8 yang telah disiapkan sebelumnya, dan kemudian melengkapinya dengan besi S dan penjepit Kabel Udara. Kabel Udara dipasang dengan cara menjepitkan bearernya pada alat penjepit Kabel Udara ini. 4) Cara tambat pada Tiang Besi a) Konstruksi (lihat Gambar 5-16 berikut) Gambar 5-16 Konstruksi cara tambat pada Tiang Besi b) Alat-alat bantu dan cara pemasangannya (1) Peralatan yang dipergunakan :

21 No. Nama Alat Bantu Jumlah Keterangan Sekang ulir (spanwartel) Ukuran ½ atau 3/8 Buldog Grip Besi sekang (Pole strap) Thimble Sabuk plastik 2 bh 6 bh 1 bh 2 bh 2 bh Tabel 5-05 Berbagai jenis Alat Bantu (2) Cara pemasangan : Pasang track tang pada tiang tambat dan jepitkan kawat penggantung Kabel Udara (bearer) pada track tang. Kencangkan Kabel Udara dengan menggunakan track tang tersebut. Beri tanda kupasan pada penggantung kabel. Selanjutnya pasang besi sekang dan sekang ulir pada tiang tambat. Kemudian potong kawat penggantung dan tambatkan pada besi sekang dengan perantaraan sekang ulir dan ikat dengan 3 buah Buldog Grip. 5) Cara tambat pada Tiang Beton. a) Konstruksi : (lihat Gambar 5-17 berikut) Gambar 5-17 Konstruksi cara tambat pada Tiang Beton

22 b) Alat-alat bantu dan cara pemasangannya Peralatan yang dipergunakan No. Nama Alat-alat Bantu Jumlah Keterangan Stainless steel band Stopping buckle Tension bracket Spanwartel 3/8 Thimble Guy grip Plastic strap 2 bh 2 bh 1 bh 2 bh 2 bh 2 bh 2 bh Tabel 5-06 Alat Bantu Tiang Beton (1) Cara pemasangan : Tension bracket dipasang di tiang dan diikat dengan stainless stell band (ikatan dikunci oleh stopping buckle). Guy grip dikaitkan ke span wartel melalui Thimble kemudian dililitkan ke kawat penggantung. 6) Cara tambat pada Tiang Kayu a) Konstruksi : (lihat Gambar 5-18 dibawah ini) Gambar 5-18 Konstruksi cara tambat pada Tiang Kayu

23 b) Alat-alat bantu dan cara pemasangannya (1) Alat-alat bantu No Nama Alat-alat Bantu 1. Baut mata ½ /150 mm 2. Ring (cincin) 3. Buldog Grip 4. Thimble 5. Sabuk 6. plastic(splitstopper) Span wartel Jumlah Keterangan 1 bh 2 bh 6 bh 2 bh 2 bh 2 bh Tabel 5-07 Alat Bantu Tiang Kayu (2) Cara pemasangannya Pada tiang dibuat lubang tembus 5/6 sehingga baut mata ½ dapat masuk. Arah baut mata tegak lurus dengan arah Kabel Udara.Selanjutnya kawat penggantung kabel diikatkan pada baut tersebut dengan mempergunakan Thimble dan diikat dengan 3 bh bulldog grip. 7) Cara Tambat Awal/Akhir pada Tiang Besi a) Konstruksi : (lihat Gambar 5-19 dibawah ini) Gambar 5-19 Konstruksi cara Tambat Akhir pada Tiang Besi

24 b) Alat-alat bantu dan cara pemasangannya (1) Alat-alat bantu No Nama Alat-alat Bantu Sekang Ulir ½ atau 3/8 Thimble Buldog Grip Besi sekang Sabuk plastik splistopper ) Jumlah Keterangan 1 bh 1 bh 3 bh 1 bh 1 bh Tabel 5-08 Alat bantu Tambat Awal/Akhir pada Tiang Besi (1) Cara pemasangan - Pada tiang tambat dipasang temberang tarik/sokong (tergantung pada kondisi rute). - Setelah Kabel Udara ditarik cukup tegang dan kedua sisi kiri dan kanan ditahan dengan track tang, maka kawat penggantung dipotong dan dikupas, kemudian diikatkan pada melalui sekang ulir dan Thimble, dan kemungkinan diikat dengan 3 bh bulldog 8) Cara Tambat Awal/Akhir pada Tiang Beton a) Konstruksi : (lihat pada Gambar 5-20 dibawah ini). b) Alat-alat bantu dan cara pemasangannya

25 Gambar 5-20 Konstruksi cara Tambat Akhir pada Tiang Beton (1) Alat-alat bantu No. Nama Alat-alat Bantu Jumlah Keterangan Stainless steel band Stopping buckle Tension bracket Spanwartel 3/8 Thimble Guy grip Plastic strap 2 bh 2 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh 1 bh Tabel 5-09 Alat bantu Tambat Awal/Akhir pada Tiang Beton (2) Cara pemasangan - Pasang tembereng tarik/sokong pada tiang terkait. - Pasang tension bracket pada tiang, ikat dengan stainless steel band dan kunci dengan stopping buckle. - Pasang spanwartel pada tension bracket, spanwartel diatur pada posisi panjang maksimum. - Kawat penggantung selanjutnya dililitkan dengan menggunakan guy grip yang sudah terkait melalui Thimble pada spanwartel

26 9) Cara tambat awal / akhir pada Tiang Kayu a) Konstruksi : (dapat dilihat dalam Gambar 5-21 berikut ini) Gambar 5-21 Konstruksi cara Tambat Akhir pada Tiang Kayu b) Alat-alat bantu dan cara pemasangannya (1) Alat-alat bantu No Nama Alat-alat Bantu Jumlah Keterangan Baut mata ½ pjg 150 mm Thimble Buldog Grip Sekang ulir (Span wartel) ½ atau 3/8 Sabuk plastik (splitstopper) 1 bh 1 bh 3 bh 1 bh 1 bh Tabel 5-10 Alat bantu Tambat Awal/Akhir pada Tiang Kayu (2) Cara pemasangan - Pasang temberang tarik atau sokong pada tiang terkait. - Buat lubang pada tiang dengan diameter ½, pasang baut mata (arah baut tegak lurus pada arah kabel). Setelah kabel ditarik cukup tegang dan ditahan dengan track tang, ikat kawat penggantung yang sudah dilepas dari kabelnya, kemudian tambatkan pada baut mata melalui sekang ulir dan Thimble dan ikat dengan 3 bh bulldog grip

27 6. PENARIKAN KABEL UDARA Sebelum dilaksanakan penarikan terlebih dahulu harus dilakukan persiapanpersiapan, sebagai berikut : 6.1. Persiapan Penarikan a. Dalam penarikan Kabel Udara harus diperhatikan posisi kepala dan ekor kabel, kepala harus berada disisi arah sentral. b. Semua penjepit Kabel Udara harus terpasang lebih dulu pada setiap tiang yang akan digunakan sebagai tumpuan rute Kabel Udara dengan cara seperti telah dijelaskan pada cara tambat Kabel Udara. c. Pada setiap tiang harus dipasang rol kabel guna memperlancar jalannya penarikan, disamping untuk menghindari terjadinya gesekan kabel dengan benda-benda keras lain, seperti dalam Gambar 5-22 berikut ini. Gambar 5-22 Perkakas yang harus digunakan dalam penarikan Kabel Udara

28 d. Haspel kabel harus ditempatkan pada dongkrak dan diangkat perlahanlahan setinggi + 10 cm dari permukaan tanah, kemudian plat besi dan papan penutup haspel dibuka. e. Pemasangan tali penarik : Kawat penggantung kabel (bearer) dikupas untuk tempat mengikat tali penarik seperti dalam Gambar 5-23 dibawah ini. Gambar 5-23 Memisahkan Kawat Penggantung dari kabel f. Pisahkan penggantung kabel dari kabelnya kira-kira 30 cm, kemudian potong kabelnya sampai batas 30 cm (lihat Gambar 5-24 dibawah ini. Gambar 5-24 Pemotongan kabel g. Pasang End Cap pada ujung kabel yang telah dipotong (lihat Gambar 5-25 dibawah ini)

29 Gambar 5-25 Pemasangan Penutup Ujung Kabel h. Pemasangan alat Anti Pulir seperti terlihat dalam Gambar 5-26 berikut ini. 1. Pemasangan penggantung kabel pada alat bantu pulir melalui Thimble. 2. Penggantung kabel setelah ditekuk melalui Thimble diikat dengan Buldog Grip. 3. Pasang tali penarik pada alat Anti Pulir di ujung satunya

30 Gambar 5-26 Alat Anti Pulir i. Pasang tali penarik pada rol kabel yang telah dipasang Penarikan Kabel Apabila persiapan tersebut diatas telah selesai, maka pekerjaan penarikan kabel dapat dimulai dengan cara sebagai berikut :

31 a. Kabel Udara ditarik melalui rol kabel b. Dalam penarikan kabel harus diperhatikan : 1. Kabel yang cacat fisik agar dikembalikan ke gudang; 2. Putaran dan kedudukan rol kabel harus selalu benar. Bila terjadi kerusakan pada rol kabel harus diperbaiki/diganti saat itu juga; 3. Alat Anti Pulir jangan sampai menggantung; 4. Pada saat penarikan Kabel Udara tidak boleh terlindas kendaraan/alat berat c. Bila penarikan terasa berat maka dapat dipergunakan Tackel (lihat Gambar 5-27 berikut ini). Gambar 5-27 Katrol Penarik (Tackel) d. Setelah selesai penarikan, lepas peralatan Anti Pulir kemudian buat Tambat Awal/Akhir. e. Untuk Penyambungan dan Pengukuran, lihat PPJT 2000-I Bab VIII dan Bab X Mengencangkan Kabel Pekerjaan ini dilakukan dengan cara membuat tambat terlebih dahulu sekaligus mengencangkannya, dengan pelaksanaan sebagai berikut : a. Pasang Tracktang pada tiang tempat penambatan kabel seperti Gambar 5-28 berikut ini

32 Gambar 5-28 Cara penggunaan Mesin Penarik (TRACKTANG) b. Jepitkan bearer pada alat Tracktang, selanjutnya kencangkan dengan cara menarik tangkai Tracktang. c. Setelah penarikan kabel cukup tegang, beri tanda pada kabel untuk pengupasan bearer, kemudian buat tambat akhir Membuat Tambat Akhir a. Pasang Tracktang pada Tiang Tambat Akhir seperti Gambar 5-29 berikut ini. Gambar 5-29 Alat Penarik Kabel (TIRFOR)

33 b. Jepit penggantung (bearer) pada Tracktang kemudian kencangkan Kabel Udara, beri tanda kupasan pada penggantung dan turunkan lagi kabelnya. c. Buat tambatan penggantung dengan diikat Buldog Grip. d. Jepit penggantung dengan Tracktang kemudian kencangkan Kabel Udara dan pasang tambatan penggantung pada tiang. Lepas Tracktang dari penggantung dan tiang Lentur Kabel. Kabel Udara tidak mungkin ditarik horisontal penuh (dalam posisi garis lurus) karena adanya gaya berat kabel itu sendiri, melainkan merupakan garis lengkung (mempunyai lentur). Lentur (d) didefinisikan sebagai jarak terjauh antara garis lurus yang terbentuk oleh 2 (dua) tambatan Kabel Udara itu sendiri. Faktor-faktor yang menentukan lentur (d) dan tegangan (t) adalah : a. Batas putus gaya tegangan (breaking tension) dari kawat penggantung. b. Berat dari Kabel Udara (kg/m) termasuk kawat penggantung. c. Gaya tegangan tambahan, seperti beban angin dan batas panjang gawang (critical span) Pengaturan Lentur Penarikan Kabel Udara harus mengikuti perhitungan lentur yang telah ditentukan. Sebagai pegangan, lentur Kabel Udara di Indonesia ditentukan maksimum 2% dari panjang gawang dengan tetap memperhatikan unsur kerapihan. Untuk mempermudah pelaksanaannya dilapangan agar tetap sesuai dengan ketentuan diatas, maka dalam penarikannya supaya menggunakan alat Tracktang. Disamping itu dalam penambatannya perlu dipasang sekang ulir (span wartel). Cara praktis dalam menentukan lentur kabel adalah sebagai berikut : a. Berilah tanda pada tiang A dan B yang menunjukkan posisi titik lentur dengan syarat yang ditetapkan. b. Lentur maksimum akan dapat diketahui dengan cara menarik garis imaginer antara kedua titik tersebut diatas dan membandingkannya

34 dengan kondisi lentur Kabel Udara yang ada (lihat Gambar 5-30 dibawah ini). Gambar 5-30 Cara pemeriksaan lentur Kabel Udara 7. PENYEBERANGAN RUTE KABEL UDARA 7.1. Penyeberangan di Atas Jalan Raya. Rute Kabel Udara yang menyeberang jalan raya harus mengikuti ketentuanketentuan sebagai berikut : a. Sudut penyeberangan a) Penyeberangan harus diusahakan sejauh mungkin membentuk sudut 90 0 dengan as jalan. b) Apabila tidak memungkinkan, diusahakan dengan sudut minimal 45 0 sehingga lintasan kabel relatif masih pendek. b. Tinggi rute di atas jalan raya Tinggi rute Kabel Udara dari permukaan jalan raya (as jalan) minimal 6 (enam) meter serta memperhatikan ketentuan PERDA setempat. c. Cara pemasangan : a) Kabel Udara yang menyeberang diatas jalan raya tidak boleh ada sambungan; b) Pemasangannya pada tiang dengan cara ditambat; c) Tiang tempat penambatan Kabel Udara yang menyeberang jalan sedapat mungkin diperlengkapi dengan temberang (lihat Gambar 5-31 pada halaman berikutnya)

35 Gambar 5-31 Penyeberangan rute Kabel Udara diata jalan raya 7.2. Penyeberangan di Sungai a. Sudut penyeberangan, sama dengan ketentuan penyeberangan di atas jalan raya. b. Tinggi rute diatas sungai minimal 6 (enam) meter dari permukaan sungai pada saat pasang. c. Cara pemasangan sama dengan ketentuan penyeberangan di atas jalan raya. d. Dalam melaksanakan pekerjaan harus ada koordinasi dengan instansi terkait Penyeberangan di Atas Jalan Kereta Api a. Sudut penyeberangan, sama dengan ketentuan penyeberangan diatas jalan raya/sungai

36 b. Tinggi rute diatas jalan kereta api minimal 7,5 meter (lihat Gambar 5-32 berikut). c. Cara pemasangan sama dengan ketentuan penyeberangan di atas jalan raya/sungai. d. Dalam pelaksanaan pekerjaan harus ada koordinasi dengan pihak PT Kereta Api Indonesia. Gambar 5-32 Penyeberangan rute Kabel Udara diata jalan Kereta Api 8. PERSILANGAN/SEJAJAR DENGAN SALURAN LISTRIK 8.1 Persilangan Ketentuan mengenai persilangan rute Kabel Udara dengan saluran listrik (PLN) dapat dilihat pada Gambar 5-33 dan tabel berikut. 8.2 Sejajar

37 Ketentuan mengenai rute Kabel Udara yang sejajar dengan saluran listrik (PLN) dapat dilihat pada Gambar 5-34 dan tabel berikut. Gambar 5-33 Persilangan Kabel Udara dengan Jaringan Listrik PLN TEGANGAN LISTRIK Sampai 650 V 650 V 11 kv 11 kv 66 kv 66 kv 132 kv 132 kv 220 kv Sudut I MAKS - L/4 L/4 L/4 L/4 Hp. MIN (m) 2,5 3,6 3,6 3,6 3,6 Ht. MIN (m) 2,5 3,6 3,9 4,6 6,0 s.min (m) 0,6 1,2 2,1 3,0 3,6 KETERANGAN L= Panjang gawang Saluran listrik I = Bagian Jarak dari pjg gawang saluran listrik Hp = jarak antara tiang listrik dengan saluran telepon Ht = jarak antara tiang telepon dengan saluran listrik S = jarak vertikal antara saluran listrik dengan saluran telepon Tabel 5-11 Ketentuan tentang persilangan Kabel Udara dengan Jaringan Listrik PLN

38 TEGANGAN LISTRIK Gambar 5-34 Rute Kabel Udara sejajar/paralel dengan Jaringan Listrik PLN HpMIN. (m) HtMIN. (m) s.min (m) KETERANGAN Sampai 650 V 650 V 11 kv 11 kv 66 kv 66 kv 132 kv 132 kv 220 kv 1,2 3,6 3,6 3,6 3,6 2,5 3,6 3,9 4,6 6,0 0,6 1,2 2,1 3,0 3,6 Kalau saluran induk 1.20 meter Tabel 5-12 Ketentuan tentang rute Kabel Udara yang sejajar/paralel dengan Jaringan Listrik PLN 9. PEMASANGAN TIANG TELEPON KAKI 2 dan KAKI 3 Tiang kaki 2 dan kaki 3 digunakan jika beban yang bertumpu pada tiang terlalu berat, yaitu Kabel Udara yang ditambatkan banyak ( > 4 kali 100 pair), menyeberang jembatan panjang (lintas sungai, ngarai dan sebagainya), daerah yang tidak mungkin dipasang temberang, daerah yang kondisi tanahnya labil, rentang jauh ( > 100 m ), menyeberang lintas rel kereta api, tikungan (khusus kaki 3) dan lokasi yang anginnya besar (gaya horisontal). 9.1 Konstruksi : Tiang Telepon Kaki 2 dan Tiang Telepon Kaki 3 dapat dilihat pada Gambar 5-35, 36, dan 37 serta 38 berikut. 9.2 Alat-alat Bantu dan cara pemasangannya

39 a. Alat bantu yang digunakan adalah sebagai berikut : No Nama Alat Bantu Jumlah Jumlah Keterangan Kaki 2 Kaki 3 1 Lengan silang 4 bh 12 bh panjang 1 m 2. Besi L 50x50x6, 2 bh 6 bh panjang 2,02 m 3. Klem lengan silang 8 bh 24 bh (besi U), diameter mm 4. Polestrap type J 4 bh 4 bh Tergantung alur (jumlah) kabel 5. Penggantung KU S diameter 6 mm 10 bh 30 bh Tabel 5-13 Alat Bantu Tiang Kaki Dua dan Kaki Tiga b. Cara penanaman Tiang Besi kaki 2 1) Membuat dua buah lubang dengan jarak 0,7 m dengan ukuran sebesar diameter tiang ditambah 5 cm di sekelilingnya dengan kedalaman 1/5 panjang tiang serta tegak lurus dengan rute kabel

40 Gambar 5-35 Konstruksi dan instalasi Kaki Beton rute Kaki Dua

41 Gambar 5-36 Konstruksi dan instalasi Kaki Tiang Beton Tiang Rute Kaki Dua 2) Tiang didirikan tegak lurus di tengah-tengah lubang, kemudian lubang ditimbun dengan tanah bekas galian dan dipadatkan. 3) Memasang lengan silang dan besi L sesuai Gambar 5-37 dan

42 Gambar 5-37 Detail rangka batang fungsi Temberang bahan Besi L (besi Siku) ) Untuk mencegah korosi dan agar tiang tidak bergerak, maka dipasang voetstoek, lantai kerja dan lakop seperti pada Gambar ) Tiang di cat dengan cat besi warna hitam dan ban warna perak (lihat Gambar 5-06)

43 Gambar 5-38 Konstruksi dan instalasi Kaki Beton Tiang Rute Kaki Dua

44 Gambar 5-39 Detail rangka batang funsi Temberang dengan bahan Besi-L (Besi Siku) ukuran

45 Gambar 5-40 Detail Lengan Silang Besi U-8 dengan contoh pembebanan (Kabel Udara)

46 Gambar 5-41 Detail penggantung Kabel Udara S-TWIST dengan bahan Besi Beton 6 mm. c. Cara penanaman Tiang Besi kaki

47 1. Membuat 3 (tiga) buah lubang membentuk sudut 60 derajat (sama sisi) dengan jarak 0,7 m, ukuran lubang sebesar diameter tiang ditambah 5 cm di sekelilingnya dengan kedalaman 1/5 panjang tiang. jjkljljljjkjkl Gambar 5-42 Konstruksi dan instalasi kaki Tiang Beton Tiang Rute Kaki Tiga

48 Gambar 5-43 Konstruksi dan instalasi Kaki Tiga Beton Tiang Rute Kaki Tiga 2. Tiang didirikan tegak lurus di tengah-tengah lubang, kemudian lubang ditimbun dengan tanah bekas galian dan dipadatkan. 3. Memasang lengan silang dari besi L (besi siku) sesuai Gambar 5-40 dan Untuk mencegah korosi dan agar tiang tidak bergerak, maka dipasang voetstoek, lantai kerja dan lakop sesuai Gambar 5-05 dan

49 5. Tiang di cat dengan cat besi warna hitam dan ban warna perak, seperti terlihat pada Gambar 5-06 pada halaman sebelumnya. Gambar 5-44 Detail rangka batang fungsi Temberang bahan Besi-L (Besi Siku)

50 Gambar 5-45 Konstruksi dan instalasi Tiang Rute Kaaki Tiga Tiang Telepon Besi 7 meter (T7)

51 Gambar 5-46 Detail Lengan Silang bahan Besi U-8 dengan contoh pembebanan (Kabel Udara) Tabel 5-14 Persyaratan mutu konstruksi dan instalasi Tiang Rute Kaki Dua dan Kaki Tiga Tabel 5-15 Bahan kebutuhan untuk 1 m3 beton

Endi Dwi Kristianto endidwikristianto@engineer.com http://endidwikristianto.blogspot.com

Endi Dwi Kristianto endidwikristianto@engineer.com http://endidwikristianto.blogspot.com Fiber Optik Atas Tanah (Part 4) Endi Dwi Kristianto endidwikristianto@engineer.com http://endidwikristianto.blogspot.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi

Lebih terperinci

BAB III KABEL BAWAH TANAH

BAB III KABEL BAWAH TANAH BAB III 1. TUJUAN Buku pedoman ini membahas tata cara pemasangan kabel bawah tanah dengan tujuan untuk memperoleh mutu pekerjaan yang baik dan seragam dalam cara pemasangan serta peralatan yang digunakan.

Lebih terperinci

No Kode :../Profesional/ / /2018

No Kode :../Profesional/ / /2018 No Kode :../Profesional/ / /2018 MODUL 4 KEGIATAN BELAJAR 1 MEMASANG SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH Penulis: 1. Drs. Hambali, M.Kes 2.Rahmat Hidayat, M.PdT PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE & DATA PENELITIAN

BAB III METODE & DATA PENELITIAN BAB III METODE & DATA PENELITIAN 3.1 Distribusi Jaringan Tegangan Rendah Pada dasarnya memilih kontruksi jaringan diharapkan memiliki harga yang efisien dan handal. Distribusi jaringan tegangan rendah

Lebih terperinci

Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. 1 Mengikat rel, sehingga lebar sepur terjaga Meneruskan beban dari rel ke lapisan balas Menumpu batang rel agar tidak melengkung ke bawah saat dilewati rangkaian KA 2 Kayu Beton

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. MODUL 5 : Bantalan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. MODUL 5 : Bantalan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 5 : Bantalan OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi bantalan dalam konstruksi jalan rel Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan tipe bantalan serta penggunaan yang tepat sesuai

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN NO. 0081T/Bt/1995 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Sejalan dengan mekanisme perencanaan Proyek

Lebih terperinci

BAB III KABEL BAWAH TANAH

BAB III KABEL BAWAH TANAH BAB III 1. TUJUAN Buku pedoman ini membahas tata cara pemasangan kabel bawah tanah dengan tujuan untuk memperoleh mutu pekerjaan yang baik dan seragam dalam cara pemasangan serta peralatan yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB III KOMPONEN DAN PROSES PEMASANGAN. Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik dan mengurangi

BAB III KOMPONEN DAN PROSES PEMASANGAN. Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik dan mengurangi BAB III KOMPONEN DAN PROSES PEMASANGAN INSTALASI PJU 3.1 Deskripsi Kondisi Lapangan Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik dan mengurangi permasalahan yang timbul setelah pekerjaan diperlukan sebuah

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning suatu

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK Pedoman Umum 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning

Lebih terperinci

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR Telah disebutkan bahwa pada jalan rel perpindahan jalur dilakukan melalui peralatan khusus yang dikenal sebagai wesel. Apabila dua jalan rel yang terletak pada satu bidang saling

Lebih terperinci

5

5 BAB II TEORI PERFORMANSI JARINGAN LOKAL KABEL TEMBAGA Jaringan lokal akses tembaga (JARLOKAT) yaitu jaringan yang menggunakan kabel tembaga sebagai media transmisinya. Jaringan kabel adalah jaringan yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > GSF-Aceh. Didalam Pelaksanaan Proyek, metode pelaksanaan sangat penting dilaksanakan, hal ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. SUTT/SUTET Dan ROW. Belajar & Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai Nilai Perusahaan

PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. SUTT/SUTET Dan ROW. Belajar & Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai Nilai Perusahaan SUTT/SUTET Dan ROW Saluran Transmisi Tenaga Listrik A. Saluran Udara B. Saluran Kabel C. Saluran dengan Isolasi Gas Macam Saluran Udara Tegangan Tinggi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kv Saluran

Lebih terperinci

PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO

PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO RAGUM berfungsi untuk menjepit benda kerja secara kuat dan benar, artinya penjepitan oleh ragum tidak boleh merusak benda kerja Untuk menghasilkan penjepitan yang kuat maka

Lebih terperinci

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Tinjauan Umum Dalam pelaksanaan pekerjaan diperlukan kerjasama yang baik dari semua pihak yang terkait, baik itu perencana, pemberi tugas, pengawas maupun pelaksana karena

Lebih terperinci

BAB III STUDI PEMASANGAN JARINGAN LISTRIK TEGANGAN RENDAH DI PERUMAHAN MEKAR SARI REGENCY

BAB III STUDI PEMASANGAN JARINGAN LISTRIK TEGANGAN RENDAH DI PERUMAHAN MEKAR SARI REGENCY BAB III STUDI PEMASANGAN JARINGAN LISTRIK TEGANGAN RENDAH DI PERUMAHAN MEKAR SARI REGENCY 3.1. Pengidentifikasian Pemasangan Jaringan Listrik Kegiatan pengidentifikasian pemasangan jaringan listrik tegangan

Lebih terperinci

BAB I RANGKA PEMBAGI UTAMA

BAB I RANGKA PEMBAGI UTAMA BAB I 1. TUJUAN Pedoman ini membahas tata cara instalasi perangkat di ruangan Rangka Pembagi Utama, seperti : Rangka Pembagi Utama (RPU), perlengkapan Cable Chamber, Blok Terminal Rangka Pembagi Utama

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS 3.1 Perencanaan Alat Bab ini akan menjelaskan tentang pembuatan model sistem buka-tutup atap louvre otomatis, yaitu mengenai konstruksi atau rangka utama

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DAN PERAKITAN ALAT Pembuatan alat dilakukan berdasarkan rancangan yang telah dilakukan. Gambar rancangan alat secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.1. 1 3

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR. 02.4 PEMELIHARAAN RUTIN TALUD & DINDING PENAHAN TANAH AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK 7.1 Pelaksanaan Pekerjaan Balok Balok adalah batang dengan empat persegi panjang yang dipasang secara horizontal. Hal hal yang perlu diketahui

Lebih terperinci

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu Sambungan Kayu Konstruksi kayu merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung. Sambungan dan hubungan kayu merupakan pengetahuan dasar mengenai konstruksi kayu yang sangat membantu dalam penggambaran

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

JASA KONSTRUKSI INDUSTRI PENUNJANG KONSTRUKSI Jln. Veteran No. 112 Bekasi Telp (Hunting) Fax

JASA KONSTRUKSI INDUSTRI PENUNJANG KONSTRUKSI Jln. Veteran No. 112 Bekasi Telp (Hunting) Fax JASA KONSTRUKSI INDUSTRI PENUNJANG KONSTRUKSI Jln. Veteran No. 112 Bekasi 17141 Telp. 021-8842315 (Hunting) Fax. 021-8842313 Email : amka@amartakarya.co.id Website : www.amartakarya.co.id 1. Pendahuluan

Lebih terperinci

ini, adalah proyek penggantian jembatan kereta api lama serta pembuatan 2 bentangan jembatan baru yang

ini, adalah proyek penggantian jembatan kereta api lama serta pembuatan 2 bentangan jembatan baru yang BAB IV STUDI KASUS PENGGANTIAN JEMBATAN KERETA API BH _812 KM 161+601 DI BREBES IV.1. Deskripsi Proyek 4.1.1. Ganbaran Unun Proyek Proyek yang menjadi studi kasus dalam tugas akhir ini, adalah proyek penggantian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang memindahkan

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN SPESIFIKASI TEKNIS Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN 1. Nama Kegiatan : Penataan Listrik Perkotaan 2. Nama pekerjaan : Penambahan Lampu Taman (65 Batang) 3. Lokasi : Pasir Pengaraian Pasal 2 PEKERJAAN

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Tinjauan Umum Menurut Supriyadi dan Muntohar (2007) dalam Perencanaan Jembatan Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan mengumpulkan data dan informasi

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIS TENDA SERBAGUNA TYPE-1 Nomor : Kain filament polyester 100% double side coated.

SPESIFIKASI TEKNIS TENDA SERBAGUNA TYPE-1 Nomor : Kain filament polyester 100% double side coated. MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT DIREKTORAT PEMBEKALAN ANGKUTAN SPESIFIKASI TEKNIS TENDA SERBAGUNA TYPE-1 Nomor : 20-251 I. BAHAN. 1. Kain filament polyester 100% double side coated. a. Lebar kain,cm (inchi)

Lebih terperinci

PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA

PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA 1. Umum Secara umum metode perakitan jembatan rangka baja ada empat metode, yaitu metode perancah, metode semi kantilever dan metode kantilever serta metode sistem

Lebih terperinci

TATA CARA PERENCANAAN TEKNIK JEMBATAN GANTUNG UNTUK PEJALAN KAKI

TATA CARA PERENCANAAN TEKNIK JEMBATAN GANTUNG UNTUK PEJALAN KAKI TATA CARA PERENCANAAN TEKNIK JEMBATAN GANTUNG UNTUK PEJALAN KAKI I. DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan Fasilitatr dalam membuat perencanaan teknik jembatan gantung

Lebih terperinci

V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN

V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN Sebelum diuraikan mengenai pola dan tehnik pembelahan kayu bulat, terlebih dahulu akan diuraikan mengenai urut-urutan proses menggergaji, dan kayu bulat sampai menjadi kayu

Lebih terperinci

Karamba jaring apung (KJA) kayu untuk pembesaran ikan kerapu di laut

Karamba jaring apung (KJA) kayu untuk pembesaran ikan kerapu di laut Standar Nasional Indonesia Karamba jaring apung (KJA) kayu untuk pembesaran ikan kerapu di laut ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL KERETA API TRASE KOTA PINANG- MENGGALA STA STA PADA RUAS RANTAU PRAPAT DURI II PROVINSI RIAU

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL KERETA API TRASE KOTA PINANG- MENGGALA STA STA PADA RUAS RANTAU PRAPAT DURI II PROVINSI RIAU PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL KERETA API TRASE KOTA PINANG- MENGGALA STA 104+000- STA 147+200 PADA RUAS RANTAU PRAPAT DURI II PROVINSI RIAU Vicho Pebiandi 3106 100 052 Dosen Pembimbing Ir. Wahyu Herijanto,

Lebih terperinci

Dimana : g = berat jenis kayu kering udara

Dimana : g = berat jenis kayu kering udara 1. TEGANGAN-TEGANGAN IZIN 1.1 BERAT JENIS KAYU DAN KLAS KUAT KAYU Berat Jenis Kayu ditentukan pada kadar lengas kayu dalam keadaan kering udara. Sehingga berat jenis yang digunakan adalah berat jenis kering

Lebih terperinci

KONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap

KONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap KONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap Gambar 12.1 Rencana Atap Rumah Tinggal 12.2 Menggambar Ditail Potongan Kuda-kuda dan Setengah Kuda- Kuda Gambar 12.2 Potongan Kuda-kuda dan

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

commit to user BAB II DASAR TEORI

commit to user BAB II DASAR TEORI 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Kerja Bangku Kerja Bangku adalah teknik dasar yang harus dikuasai oleh seseorang dalam mengerjakan benda kerja. Pekerjaan kerja bangku menekankan pada pembuatan benda kerja dengan

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH Pelatihan Tukang Bekisting dan Perancah Nomor Modul SBW 07 Judul Modul TEKNIK PEMASANGAN DAN PEMBONGKARAN BEKISTING DAN PERANCAH DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB

Lebih terperinci

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

Bab 5 Kesimpulan dan Saran Bab 5 Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Desain konstruksi yang telah dilakukan dalam tugas akhir ini membuktikan bahwa anggaran yang besar tidak diperlukan untuk mendesain suatu bangunan tahan gempa.

Lebih terperinci

Gambar 5.1. Proses perancangan

Gambar 5.1. Proses perancangan 5. PERANCANGAN SAMBUNGAN BAMBU 5.1. Pendahuluan Hasil penelitian tentang sifat fisik dan mekanik bambu yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa bambu, khususnya bambu tali, cukup baik untuk digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 4 TIANG PENYANGGA JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 4 TIANG PENYANGGA JARINGAN DISTRIBUSI 37 TIANG PENYANGGA JARINGAN DISTRIBUSI BAB 4 TIANG PENYANGGA JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Tiang listrik pada jaringan distribusi digunakan untuk saluran udara (overhead line) sebagai penyangga kawat

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

PROSES PEMASANGAN PORTAL BAJA

PROSES PEMASANGAN PORTAL BAJA PROSES PEMASANGAN PORTAL BAJA A. PEMAHAMAN GAMBAR KERJA Konsep pemahaman gambar-gambar Baja / Gambar Pelaksanaan sebelum masuk bengkel seperti denah keseluruhan, ukuran -ukuran total bangunan, jarak dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pondasi Dalam Pondasi dalam adalah pondasi yang dipakai pada bangunan di atas tanah yang lembek. Pondasi ini umumnya dipakai pada bangunan dengan bentangan yang cukup lebar, salah

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA NOMOR: 111/KPTS/CK/1993 TANGGAL 28 SEPTEMBER 1993 TENTANG: PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA A. DASAR DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI

KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU 1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU A. Tujuan 1. Menyebutkan macam-macam jenis alat tangan dan fungsinya. 2. Menyebutkan bagian-bagian dari alat-alat tangan pada kerja bangku. 3. Mengetahui bagaimana cara

Lebih terperinci

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA 1 ¾ ¾ ½ ¾ ½ ¾ 45 0 KATA PENGANTAR Modul dengan judul Membuat Macam-macam Sambungan Pipa merupakan salah satu modul untuk membentuk kompetensi agar mahasiswa dapat melakukan

Lebih terperinci

ROTARY DIPOLE untuk Band 80m Oleh YC0PE Ridwan Lesmana

ROTARY DIPOLE untuk Band 80m Oleh YC0PE Ridwan Lesmana Hal 1 dari 8 halaman ROTARY DIPOLE untuk Band 80m Oleh YC0PE Ridwan Lesmana Pada LEMLOKTA Edisi-04 yang lalu, Penulis sudah menguraikan secara detail bagaimana mengatasi masalah mendirikan antenna untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pandangan Umum 2.1.1 Definisi Paving-Block Paving-block merupakan produk bahan bangunan dari semen yang digunakan sebagai salah satu alternatif penutup atau pengerasan permukaan

Lebih terperinci

PROSES PERMESINAN. (Part 2) Learning Outcomes. Outline Materi. Prosman Pengebor horisontal JENIS MESIN GURDI

PROSES PERMESINAN. (Part 2) Learning Outcomes. Outline Materi. Prosman Pengebor horisontal JENIS MESIN GURDI Prosman - 04 Learning Outcomes PROSES PERMESINAN Mahasiswa dapat menerangkan prinsip kerja mesin bor dan gurdi PROSES PERMESINAN (Part 2) Outline Materi Proses Pemesinan dengan Mesin Bor dan Gurdi Proses

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong kerupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan komponen

Lebih terperinci

BAB XIII PEKERJAAN PLAFOND DAN DINDING PARTISI

BAB XIII PEKERJAAN PLAFOND DAN DINDING PARTISI BAB XIII PEKERJAAN PLAFOND DAN DINDING PARTISI Pasal 1 : Material Plafond 1. Material utama plafond adalah GYPSUM BOARD 9 MM DAN ACRILYC 5 MM dengan ukuran panel standard adalah 1220 mm x 2440 mm. 2. Material

Lebih terperinci

Training Center ISSUED - 4/17/2004

Training Center ISSUED - 4/17/2004 ISSUED - 4/17/2004 1 Tujuan Peserta dapat memahami jenis spesifikasi kabel tembaga dan asesoris yang digunakan di TELKOM, sehingga diperoleh keseragaman dalam pelaksanaan prosedur instalasi dan spesifikasi

Lebih terperinci

REKAPITULASI. JUMLAH HARGA (Rp) URAIAN PEKERJAAN

REKAPITULASI. JUMLAH HARGA (Rp) URAIAN PEKERJAAN Pekerjaan : Pembangunan Jembatan Gantung Lokasi : Korong Wonorejo, Jorong Sungai Lambai, Nagari Lubuk Gadang Selatan, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan Tahun Anggaran : 2017 REKAPITULASI NO URAIAN

Lebih terperinci

Dalam menentukan ukuran utama mesin skrap ini, hal yang berpengaruh antara lain:

Dalam menentukan ukuran utama mesin skrap ini, hal yang berpengaruh antara lain: Cara Kerja Mesin Sekrap (Shaping Machine) Mesin Skrap atau biasa juga dituliskan sebagai sekrap (Shaping Machine) merupakan jenis mesin perkakas yang memiliki gerak utama yakni bolak balok secara horizontal.

Lebih terperinci

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Perkuliahan Struktur Beton Gedung Semester IV Tahun Ajaran 2015 Dibuat oleh : KELOMPOK 6 Deasy Monica Parhastuti 131111003 Gani Adnan Sastrajaya

Lebih terperinci

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa Buletin 70 Teknik Pertanian Vol. 15, No. 2, 2010: 70-74 R. Bambang Djajasukmana: Teknik pembuatan alat pengupas kulit lada tipe piringan TEKNIK PEMBUATAN ALAT PENGUPAS KULIT LADA TIPE PIRINGAN R. Bambang

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. Metode Pembuatan Metodologi yang digunakan dalam pembuatan paratrike ini, yaitu : a. Studi Literatur Sebagai landasan dalam pembuatan paratrike diperlukan teori yang mendukung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun hasil studi yang dikaji oleh penulis dari pemasangan gardu portal type

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun hasil studi yang dikaji oleh penulis dari pemasangan gardu portal type 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Adapun hasil studi yang dikaji oleh penulis dari pemasangan gardu portal type GARPOL/GP6 di lokasi HOTEL AMARIS Jl. Cimanuk No. 14 Bandung, meliputi : 4.1.1 Tiang

Lebih terperinci

A. Pasangan Dinding Batu Bata

A. Pasangan Dinding Batu Bata Perspektif dua titik lenyap digunakan karena bangunan biasanya mempunyai arah yang membentuk sudut 90. Sehubungan dengan itu, maka kedua garis proyeksi titik mata dari titik berdiri (Station Point = SP)

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Rancang Bangun Furrower Pembuat Guludan Rancang bangun furrower yang digunakan untuk Traktor Cultivator Te 550n dilakukan dengan merubah pisau dan sayap furrower. Pada furrower

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan 3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA BAG- TKB.001.A-76 45 JAM 1 ¾ ¾ ½ ¾ ½ ¾ 45 0 Penyusun : TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : RONA CIPTA No. Mahasiswa : 11570 / TS NPM : 03 02 11570 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA

Lebih terperinci

(Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan. 1. Tipe Jembatan. a) Jembatan Pelat Beton Berongga. b) Jembatan Pelat. c) Jembatan Girder

(Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan. 1. Tipe Jembatan. a) Jembatan Pelat Beton Berongga. b) Jembatan Pelat. c) Jembatan Girder 1 PEKERJAAN JEMBATAN (Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan 1. Tipe Jembatan a) Jembatan Pelat Beton Berongga b) Jembatan Pelat c) Jembatan Girder d) Jembatan Beton Balok T e) Jembatan

Lebih terperinci

METODE UNTUK MENGGANTUNG ATAU MENUMPU PIPA PADA INSTALASI PERPIPAAN. Murni * ) Abstrak

METODE UNTUK MENGGANTUNG ATAU MENUMPU PIPA PADA INSTALASI PERPIPAAN. Murni * ) Abstrak METODE UNTUK MENGGANTUNG ATAU MENUMPU PIPA PADA INSTALASI PERPIPAAN Murni * ) Abstrak Instalasi perpipaan supaya terjamin dan aman dari kerusakan baik karena pemuaian maupun berat instalasi pipa sendiri

Lebih terperinci

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut: Pondasi Caisson atau Pondasi Sumuran Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang dan digunakan apabila tanah dasar (tanah keras) terletak pada kedalaman yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan

I. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan selain dari pada aspek keamanan. Untuk mempertahankan aspek tersebut maka perlu adanya solusi

Lebih terperinci

MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BANGUNAN

MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BANGUNAN MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BANGUNAN mbaran konstruksi beton untuk keperluan pelaksanaan pembangunan gedung sangat berperan. Untuk itu perlu dikuasai oleh seseorang yang berkecimpung dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV RUMAH KABEL Kapasitas RK ditentukan oleh jumlah pasangan Kabel Primer dan Sekunder maksimum yang dapat diterminasikan di RK tersebut.

BAB IV RUMAH KABEL Kapasitas RK ditentukan oleh jumlah pasangan Kabel Primer dan Sekunder maksimum yang dapat diterminasikan di RK tersebut. BAB IV 1. TUJUAN Pedoman ini menguraikan cara Pemasangan dan Penempatan Rumah Kabel beserta Instalasi Blok Terminalnya pada Kabel Tanah Tanam Langsung dan Kabel Duct, dengan tujuan supaya pelaksanaan pekerjaan

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. MODUL 4 : Penambat rel dan balas PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. MODUL 4 : Penambat rel dan balas PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 4 : Penambat rel dan balas OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi dari komponen penambat dan balas Mahasiswa dapat menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari jenis penambat

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian terhadap permasalahan yang ada di PT.

BAB III PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian terhadap permasalahan yang ada di PT. BAB III PEMBAHASAN 3.1 Data Hasil Penelitian 3.1.1 Analisis Masalah Setelah melakukan penelitian terhadap permasalahan yang ada di PT. Telekomunikasi, Tbk. Bagian network Divisi Acces Tangerang khususnya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun Menurut (Utomo 2009), pada tata letak jalur stasiun (emplasemen) yang terdiri dari jalan jalan rel yang tersusun dari sedemikian

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN PELAKSANAAN LAPANGAN 4.1 Pekerjaan pondasi 1. papan bekisting 2. beton ready mix 3. pasir urug 4. Besi poer D16, D10, Ø8 2. Langkah Kerja a. Setelah Tiang pancang ditanam, b.

Lebih terperinci

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7-1 BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7.1 Pekerjaan Persiapan Pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan suatu proyek biasanya diawali dengan pekerjaan persiapan. Adapun pekerjaan persiapan tersebut itu meliputi

Lebih terperinci

STRUKTUR BAJA Fabrikasi komponen struktur baja. a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil. 2) Baja pelat atau baja pilah

STRUKTUR BAJA Fabrikasi komponen struktur baja. a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil. 2) Baja pelat atau baja pilah STRUKTUR BAJA 4.4.1 Fabrikasi komponen struktur baja a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil 2) Baja pelat atau baja pilah b. Melaksanakan fabrikasi komponen struktur baja 1) Penandaan atau

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Skema Alur Kerja Pembuatan - Skema proses pembuatan alat pneumatik transfer station adalah alur kerja proses pembuatan alat pneumatik transfer station

Lebih terperinci

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT 4.1 Bahan Bahan Yang Digunakan meliputi : Bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi a. Beton Ready mix. Beton Ready mix adalah beton

Lebih terperinci

Pengenalan Kolom. Struktur Beton II

Pengenalan Kolom. Struktur Beton II Bahan Kuliah Ke-I Pengenalan Kolom Struktur Beton II Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh September 2008 Materi Kuliah Definisi Pembuatan Kolom Apa yang dimaksud dengan Kolom?

Lebih terperinci

[ 인도네시아섬유산단조성사업기본및실시설계공사시방서 -

[ 인도네시아섬유산단조성사업기본및실시설계공사시방서 - Indonesia Industrial Park Construction Project Specification of Basic and Detailed Design Construction Specification - Pemasangan penyerangan jalan(indonesian) [ 인도네시아섬유산단조성사업기본및실시설계공사시방서 - 도로조명설비 ( 인도네시아어

Lebih terperinci

DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM

DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM 3 DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM 1. PENGANTAR Pelat-pelat hasil produksi pabrik umumnya masih dalam bentuk lembaran yang ukuran dan bentuknya bervariasi. Pelat-pelat dalam bentuk lembaran ini tidak dapat

Lebih terperinci

MACAM MACAM JEMBATAN BENTANG PENDEK

MACAM MACAM JEMBATAN BENTANG PENDEK MACAM MACAM JEMBATAN BENTANG PENDEK 1. JEMBATAN GELAGAR BAJA JALAN RAYA - UNTUK BENTANG SAMPAI DENGAN 25 m - KONSTRUKSI PEMIKUL UTAMA BERUPA BALOK MEMANJANG YANG DIPASANG SEJARAK 45 cm 100 cm. - LANTAI

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Pondasi Tiang digunakan untuk mendukung bangunan yang lapisan tanah kuatnya terletak sangat dalam, dapat juga digunakan untuk mendukung bangunan yang menahan gaya angkat

Lebih terperinci