BAB I PENDAHULUAN Karawang sebagai Kota Yang Berkembang dan Sarana Prasarana Informal Masyarakatnya
|
|
- Herman Sasmita
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karawang sebagai Kota Yang Berkembang dan Sarana Prasarana Informal Masyarakatnya Karawang dikenal sebagai lokasi berdirinya bangunan-bangunan industri manufaktur skala nasional dan juga internasional yang berada di Indonesia (Finance- Detik) 1, kota yang memiliki visi dibangunnya bandara dan pelabuhan bertaraf internasional baru 2, juga sebagai kota yang selalu dilewati oleh masyarakat apabila melakukan perjalanan antar kota dalam Pulau Jawa yang disatukan dengan Jalur Pantura. Karawang merupakan kota yang sedang berkembang dalam segi kependudukan, penunjang pariwisata, perekonomian dan industri, serta tidak lupa, penataan kota terutama dalam sarana penunjang hobi dan prestasi bagi masyarakat Karawang. Gambar 1. 1 Perkembangan Pembangunan Kota Karawang (Mulai dari kiri atas searah jarum jam): Perencanaan Bandara Karawang, 3D Perencanaan Pelabuhan Cilamaya, Perumahan Grand Taruma, Foodcourt Resinda, Mall Galuh Mas Karawang Sumber: (Mulai dari kiri atas searah jarum jam) itoday.co.id, bacatransportasi.com, 1.bp.blogspot.com, panoramio.com, maricari.com 1 Jadi Lokasi Rencana Proyek Besar, Karawang Dilirik Pengembang Kakap April 2014, 11:18 WIB 2 Karawang Jadi Lokasi Potensial Pembangunan Bandara Soekarno-Hatta April 2014, 11:09 WIB 1
2 Banyak ditemukan pengerjaan konstruksi bangunan bertingkat banyak dan lansekap, terkait dengan kondisi ekonomi dan perdagangan yang sedang berkembang pesat terutama bisnis industri di Karawang. Hal tersebut mempengaruhi tumbuhnya industri kecil yang menunjang perkembangan kota Karawang, seperti retail-retail teknologi bahan bangunan, restoran trendy, minimarket dan swalayan modern, dan masih banyak lagi. Tentunya dengan semakin banyak pembangunan, semakin tinggi juga tuntutan untuk menata wilayah dalam menjaga keseimbangan kota oleh pemerintah 3. Menurut Bupati Karawang Ade Swara, sejak tahun 1983 Karawang menjadi kota industri dan pembangunan semakin pesat, penataan lingkungan yang baik belum mengimbangi dengan baik. Sesuai dengan tuntutan pembangunan yang memakan lahan Karawang, hal yang serupa juga terjadi pada ruang terbuka publik. Termasuk dalam peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang No.2 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karawang Tahun , suatu kawasan perkotaan membutuhkan ruang terbuka hijau minimal 30% dari luas kota. Namun bukan hanya lahan hijau yang menjadi kebutuhan kota, pemerintah juga memfokuskan pada sarana penunjang masyarakat sehingga lahan tersebut juga dapat digunakan dalam beraktivitas. Hal ini diutarakan dalam agenda prioritas penyediaan sarana dan ruang publik Kabupaten Karawang, seperti yang ditunjukkan oleh tabel 1.1 dibawah ini: Tabel 1. 1 Agenda Prioritas 3.4 : Penyediaan Prasarana Bangunan Pemerintahan dan Ruang Publik No. Program Fokus 1 Penyediaan Bangunan Pemerintahan dan Ruang Publik 1. Penataan Gedung Kantor Pemerintah 2. Pembangunan Public Space (Prototype Karangpawitan) di Pusat Kegiatan Lokal (PKL) 3. Penataan Taman Kota Sumber: Booklet Gambaran Umum Kabupaten Karawang Tahun (Tata Kota Karawang buruk)-- 24 Mei 2014, 15:11 2
3 Dalam peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang No.2 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karawang Tahun pasal 24 No. 6; pengembahan RTH di kawasan perkotaan meliputi: perlindungan dan pemeliharaan kawasan perlindungan setempat, penyediaan taman kota secara hirarkis hingga ke tingkat desa, dan penyediaan lapangan olah raga. Misi mewujudkan rencana tata ruang aktivitas bagi Karawang diwujudkan dengan pembangunan sarana olahraga masyarakat yang juga berperan sebagai ruang terbuka publik. Terlampir pada tabel dibawah: Tabel 1. 2 Daftar Sarana Olahraga di Kabupaten Karawang dengan Standar Kabupaten dan Nasional Tahun 2013 No. Tempat/Alamat Sarana Standar/Kelas Sepatu Roda (OD) Nasional 1 Lapangan Karang Lapangan Tenis (OD) Kabupaten Pawitan Lapangan Voli (OD) Kabupaten Lapangan Basket (OD) Kabupaten 2 Stadion Singaperbangsa Lapangan Bola (OD) Nasional 3 Cipule Sarana Dayung (OD) Nasional Arena Bola Voli (ID) Kabupaten 4 Sport Hall (Jl. Dr. Arena Bola Basket (ID) Nasional Taruno) Lapangan Tenis (OD) Kabupaten Lapangan Voli Pantai (OD) Kabupaten Lapangan Bulutangkis (ID) Kabupaten 5 Lapangan Tenis (OD) Kabupaten GSG Panatayuda Lapangan Voli (OD) Kabupaten (Jl. A. Yani) Lapangan Basket (OD) Kabupaten Panjat Tebing (OD) Kabupaten 6 Interchange Sirkuit BMX (OD) Karawang Barat Kabupaten 7 PT Pupuk Kujang Kolam Renang (OD) Nasional 8 Sinema (Jl. Galuh Mas) Lapangan Bulutangkis (ID) Kabupaten OD : Outdoor ID: Indoor Sumber: Disdikpora dan Bagian Perlengkapan Setda Kabupaten Karawang Tahun
4 Gambar 1. 2 Peta Peletakkan dan Diagram Kunjungan Masyarakat pada Sarana Olahraga Publik Di Karawang Sumber: Karawang Dalam Angka Tahun 2013, Google Earth, dan Analisa Penulis 2014 Diantara beberapa lokasi sarana olahraga pada tabel 1.2 dan gambar 1.1, GSG Panatayuda memiliki sarana olahraga terbanyak dan paling sering dikunjungi. Berkat dukungan ragam sarana olahraga dan letak berhubungan langsung dengan Jalan A. Yani yang termasuk sebagai jalan utama pada Kabupaten Karawang, area ini menjadi pusat aktivitas masyarakat Karawang terlepas dari jenis kegiatan olahraga saja. Gambar 1. 3 Situasi Jalan A. Yani pada Timur GSG Panatayuda Sumber: Survey Penulis
5 Gambar 1. 4 Data Pengetahuan Masyarakat Terhadap Sarana Olahraga Karawang Sumber: Survey Kuesioner dan Analisa Penulis 2014 Berdasarkan gambar 1.4, fasilitas GSG Panatayuda termasuk yang paling dikenal oleh masyarakat dibanding fasilitas olahraga publik lainnya. Hal ini dikarenakan lokasi yang berada di tengah fungsi-fungsi inti kota Karawang dan memiliki akses bebas keluar-masuk yang mudah dijangkau. Namun ketenaran namanya berbanding terbalik dengan fakta keadaan GSG Panatayuda dan area sekitar yang lambat laun semakin tidak terawat terutama setelah terjadinya alih kuasa pengelola yang memberikan banyak kerugian bagi fasilitas maupun pengguna. Gambar 1. 5 Kondisi Area Sekitar GSG Panatayuda (mulai kiri atas searah jarum jam): Peletakkan PKL Secara Sembarangan, Sisa Aktivitas Pasar Malam, Panorama Agresi Ruang oleh PKL dan Sisa Pasar Malam Terhadap Fasilitas Olahraga di Area GSG Panatayuda Sumber: Survey Penulis
6 1.1.2 GSG Panatayuda: Ragam Kegiatan dalam Ruang yang Sama Gedung Serba Guna (GSG) Panatayuda merupakan bangunan yang berada di area olahraga publik di tengah kota Karawang. Masyarakat menggunakan sebutan GOR sebagai penyebutan dari GSG Panatayuda yang termasuk dengan sarana olahraga yang berada di satu area Pada area GSG Panatayuda terdapat fasilitas: gedung serba guna (GSG) dengan sarana olahraga anggar, lapangan olahraga (voli, basket, dan tenis), papan panjat tebing dan area parkir. Terbilang area ini menyediakan sarana untuk berolahraga, namun pada aplikasinya tidak selalu seputar kegiatan berolahraga. Setelah melakukan survey dengan cara pengamatan dan diskusi dengan pengguna, terdaftar macam kegiatan pokok yang rutin dilakukan pada lokasi: Gambar 1. 6 Daftar Kegiatan dan Pemakaian Sarana di Area GSG Panatayuda Sumber: Survey 2014, Analisa Penulis 2014, dan Data Pengelola GSG Panatayuda Gambar 1.6 menjelaskan jenis kegiatan yang terjadi di lokasi. Warna hijau menjelaskan kegiatan yang telah memiliki sarana pada area GSG Panatayuda. Sedangkan warna biru, coklat, dan ungu merepresentasikan kegiatan independen yang tidak memiliki sarana khusus pada kawasan. Setelah melakukan survey kuesioner dengan 32 responden, didapat hasil mengenai jenis kegiatan dan waktu kunjungan oleh masyarakat. Berikut beberapa diagram dari hasil kuesioner: 6
7 Gambar 1. 7 Hasil Kuesioner Mengenai Jenis Kegiatan di Area GSG Panatayuda Sumber: Survey Kuesioner dan Analisa Penulis 2014 Gambar 1. 8 Hasil kuesioner Mengenai Waktu Kunjungan di Area GSGS Panatayuda Sumber: Survey Kuesioner dan Analisa Penulis 2014 Walaupun fasilitas yang disediakan oleh GSG Panatayuda adalah fasilitas olahraga, isi kegiatan yang berlangsung melingkupi kegiatan kesenian, sosial, dan kuliner. Sesuai dengan Gambar 1.7, kegiatan sosial merupakan pilihan terbanyak, diikuti dengan kegiatan istirahat, kuliner, dan hiburan lain. Susunan jadwal penggunaan sarana tiap kegiatan terdata pada tabel dibawah. Selain menjelaskan mengenai jadwal rutin pemakaian sarana, juga menunjukkan terjadinya tumpang tindih pemakaian pada sarana yang sama. Tabel 1. 3 Tabel Jadwal Pemakaian Sarana (Normal) pada GSG Panatayuda Sumber: Survey 2014, Analisa Penulis 2014, dan Data Pengelola GSG Panatayuda 7
8 Terlihat pada Tabel 1.3, jam puncak keaktifan lokasi terletak pada pukul WIB WIB. Pada jam tersebut adalah waktu dimana bekerja atau kegiatan formal lainnya selesai berlangsung, terutama area GSG Panatayuda dikelilingi oleh perkantoran dan fungsi komersil. Terkait lokasi dikelilingi oleh fasilitas pendidikan, kegiatan yang berlangsung juga diisi oleh pelajar setelah jam waktu pulang sekolah. Tujuan kedatangan pengguna berupa kegiatan ekstrakulikuler, istirahat dan makan sepulang kerja, maupun datang sebagai salah satu anggota komunitas. Baiknya, lokasi sering terisi oleh kegiatan buruknya, karena fasilitas yang tersedia dinilai kurang memadai, masyarakat hanya menggunakan fasilitas pada saat memerlukan melepas penat sehingga pada selain jam aktif kegiatan, area tidak memiliki aktivitas selain kegiatan jual beli pada PKL disekitarnya. Tabel 1. 4 Tabel Keterangan Pemakaian Fasilitas di GSG Panatayuda Sumber: Survey 2014, Analisa Penulis 2014, dan Data Pengelola GSG Panatayuda Dari tabel 1.4, sarana yang memiliki fungsi majemuk dalam waktu yang bersamaan adalah lapangan voli, panggung, dan sirkulasi. Karena bersamaan, harus ada aktivitas yang mengalah dan menggunakan ruang lebih kecil dari seharusnya. Keterangan v menerangkan kegiatan yang memang pada tempatnya, sementara keterangan x menerangkan kegiatan yang menggunakan sarana darurat atau tidak pada tempatnya. 8
9 1.1.3 Kebutuhan Masyarakat Berbanding Terbalik dengan Kondisi Fasilitas Area GSG Panatayuda Keberadaan GSG Panatayuda melekat pada masyarakat. Sejak pertama kalinya dibangun, lokasi ini menjadi area informal yang mewadahi ragam aktivitas. Sebagai fasilitas daerah, selain menjadi area komunal, instansi pendidikan juga turut menggunakan lokasi sebagai sarana didik, sehingga banyak kepentingan pengguna berkunjung untuk memenuhi kurikulum atau kegiatan ekstrakulikuler. Semakin bertambahnya tahun, fasilitas semakin menurun kondisinya. Namun masyarakat mau-tidak mau tetap menggunakan nya karena kegiatan tidak bisa hilang begitu saja dan malah bertambah. Walaupun kegiatan tetap berlangsung, masyarakat mengeluhkan kurangnya fasilitas nongkrong seperti tempat duduk, zona hiburan/pertunjukkan, dan peneduh cuaca. Penerangan dan zonasi lokasi nongkrong termasuk dalam keluhan dikarenakan masyarakat lebih sering berkunjung pada waktu sore sampai malam. PKL di sekelilingnya dinilai tidak tertata dan memberikan kesan kumuh bagi lokasi walaupun pengguna tetap mengakui bahwa PKL merupakan salah satu alasan kuat bagi mereka untuk berkunjung ke GSG Panatayuda. Gambar 1. 9 Panorama Area: (atas) Area Terbuka dengan Peneduh Hanya Tenda PKL, (bawah) Area Sekitar GSG Panatayuda Minim Tempat Nongkrong dan Hanya Terdiri dari Sirkulasi dan Arena Olahraga Sumber: Survey Penulis 2014 Dari penjelasan pendapat negatif di paragraf sebelumnya, secara umum dapat ditunjukkan dengan Gambar 1.5 mengenai persetujuan pengguna terhadap kepuasan pada fasilitas dan kelayakan lokasi sebagai area belajar 9
10 formal. Dari dua poin tesebut jawaban yang paling banyak didapat adalah tidak setuju. Hubungan konflik dari ketidakpuasan dengan kebutuhan masyarakat terhadap GSG Panatayuda dan area sekitardidasari oleh permasalahan optimalisasi lahan, upgrade fasilitas, dan penataan kawasan. Sebagai ruang publik, GSG Panatayuda diharapkan mampu mewadahi aktivitas dan kebutuhan, berperan sebagai ruang pelepas penat dan penyalur hobi, dan menjadi area yang tidak pernah mati bagi masyarakat Karawang. Gambar Grafik Hasil Kuesioner Mengenai Fasilitas dan Keadaan GSG Panatayuda Sumber: Survey Kuesioner dan Analisa Penulis Pengembangan Elemen Arsitektur Pembatas Ruang Sebagai Media Optimalisasi Fasilitas pada GSG Panatayuda Sesuai dengan fakta yang didapat dari survey, pengamatan, dan data formal yang telah dijabarkan sebelumnya, permasalahan yang paling menonjol terletak pada penataan zona fungsi pada kawasan yang kurang baik terutama dengan terjadinya penumpukan ragam aktivitas dalam ruang dan waktu yang sama. Ragam kegiatan yang terjadi bukan hanya dalam lingkup olahraga, namun juga berupa kegiatan hiburan, sosial, dan komunitas. Variasi kegiatan yang telah disebutkan mendesak area GSG Panatayuda menjadi area yang bisa mewadahi kegiatan pokok yaitu olahraga dengan kegiatan tambahan dalam lingkup pelepas penat. Tidak lupa, sebuah fasilitas publik juga diharapkan mampu mewadahi aktivitas kapanpun dan pada saat apapun. 10
11 Tantangan penyelesaian masalah berupa optimalisasi fasilitas dan fungsi pokok lokasi agar kegiatan yang terjadi secara serentak tidak mengganggu kegiatan lain sekaligus menghidupkan area dengan tambahan fungsi penunjang. Tentunya apabila fungsi pokok telah terpenuhi dan berkesinambungan dengan fungsi penunjang, akan terjadinya hubungan saling melengkapi dan menciptakan area publik yang terus hidup. Tabel 1. 5 Tabel Keterangan Lokasi Sarana di GSG Panatayuda Sumber: Survey dan Analisa Penulis 2014 Fakta menjelaskan bahwa eksisting sarana kegiatan pokok terletak di luar ruangan (terlihat pada Tabel 1.5), maka area menjadi sangat tergantung pada cuaca dan membuat masyarakat mengeluhkan absennya peneduh yang membuat kegiatan tidak berlangsung secara leluasa. Sarana olahraga membutuhkan pelingkup tahan cuaca namun juga tidak membatasi aktivitas dan tetap menjaga kenyamanan pengguna. Selain mengenai pertahanan terhadap cuaca, lahan yang terbatas menjadi isu bagi perencanaan pengembangan GSG Panatayuda, penataan sarana olahraga tidak hanya diselesaikan dengan perluasan dan penambahan fasilitas. Gambar 1.10 menjelaskan ilustrasi keadaan eksisting dimana setiap sarana memiliki batas-batas tertentu sehingga banyak ruang yang tidak digunakan secara optimal. 11
12 Gambar Diagram Ilustrasi Perbandingan Eksisting Sarana Olahraga Indoor dan Outdoor Serta Ilustrasi Pembatas pada Area Kegiatan di GSG Panatayuda Sumber: Survey dan Analisa Penulis 2014 Diterangkan pada Gambar 1.11, batas-batas pada sarana eksisting menciptakan jeda titik keramaian. Terdapat area spesifik tertutup yang memakan lahan besar namun hanya digunakan oleh sedikit massa, sebaliknya, di area komunal (penunjang) yang memiliki jumlah massa lebih banyak hanya terdiri dari sisa ruang sarana pokok. Padahal kegiatan yang berlangsung merupakan percampuran dari kegiatan pokok dan penunjang. Gambar Diagram Ilustrasi Titik Keramaian Eksisting yang Tidak Merata di GSG Panatayuda Sumber: Survey dan Analisa Penulis 2014 Dengan standar yang dimiliki tiap sarana, tata massa mampu diberlakukan dalam mencapai suasana yang lebih hidup dan teratur pada penyebaran titik keramaian. Dapat dilihat ilustrasi pengembangan pada Gambar 1.12, apabila penanggulangan secara horizontal tidak mamp u di gunakan, maka aplikasi 12
13 pengembangan ruang vertikal mampu membuat ruang atraktif dan fungsional sekaligus. Gambar Diagram Ilustrasi Pengembangan Elemen Pembatas Ruang Sebagai Media Optimalisasi Fasilitas di GSG Panatayuda Sumber: Survey dan Analisa Penulis 2014 Walaupun dibutuhkan pertimbangan penggunaan standar sarana yang tepat, diharapkan penggunaan elemen pembatas ruang mampu menciptakan suasana baru dan lebih baik bagi GSG Panatayuda dan area sekitarnya. 1.2 Rumusan Permasalahan Permasalahan Umum 1. Menanggapi kebutuhan akan perancangan kembali ruang olahraga, hiburan, dan ekspresi komunitas bagi publik di Karawang sebagai pendukung ragam aktivitas masyarakat 2. Bagaimana GSG Panatayuda dengan lahan terbatas mampu menampung fungsi majemuk sesuai dengan standar secara opreasional dan arsitektural Permasalahan Khusus 1. Bagaimana menciptakan integrasi antara fungsi pokok (olahraga dan ekspresi komunitas) dengan fungsi penunjang (rekreatif) di lahan yang terbatas 13
14 2. Bagaimana mengoptimalkan penggunaan lahan yang terbatas di GSG Panatayuda melalui pengolahan standar sarana fasilitas sesuai syarat, serta pengembangan ruang transisi maupun elemen pembatas ruang 1.3 Tujuan Pembahasan 1. Mendapatkan landasan konsepsual mengenai perencanaan fasilitas olahraga, hiburan, dan ekspresi komunitas bagi publik di Karawang yang optimal dan kreatif 2. Memperoleh metode penyelesaian penanggulanan desain pada lahan terbatas dengan pemanfaatan elemen pembatas ruang sebagai objek fungsional dan atraktif 1.4 Sasaran Pembahasan 1. Analisis potensi tapak serta observasi kegiatan pengguna secara individu maupun komunitas di GSG Panatayuda dalam menentukan jenis fungsi ruang 2. Studi literatur dan kasus mengenai integrasi fungsi olahraga dan komunitas yang rekreatif serta pemanfaatan ruang transisi dan elemen pembatas ruang menjadi objek fungsional dan atraktif 1.5 Lingkup pembahasan Non-Arsitektural Meliputi pemahaman karakteristik dan respon subyektif penguna GSG Panatayuda terhadap fasilitas, pengkajian isu-isu yang terkait pada permasalahan GSG Panatayuda, serta pengamatan kegiatan ekonomi dan sosial yang terdapat pada area perancangan Arsitektural Meliputi analisis permasalahan yang muncul pada tapak dan sekitar area perencanaan namun pada lingkup solusi pembahasan hanya pada tapak GSG Panatayuda, jenis perencanaan GSG Panatayuda sebagai ruang olahraga dan hiburan komunal, serta konsep pemanfaatan pembatas ruang sebagai fungsi baru. 14
15 1.6 Metode Pembahasan Metode Pengumpulan Data Terbagi menjadi dua metode, yaitu: 1. Pengumpulan Data Primer Mencakup data keadaan lahan perancangan dan sekitarnya, kondisi bangunan eksisting, jenis dan alur kegiatan dan permasalahan yang berlangsung. Diperoleh dari observasi, survey kuesioner, pengamat langsung, dan diskusi penulis dengan pihak pengguna lahan dan instansi terkait. 2. Pengumpulan Data Sekunder Mencakup data standar dan syarat tipologi bangunan dan sarana terkait, studi kasus, teori penunjang, dan data seputar lahan perancangan. Diperoleh penulis dari studi literatur melalui media buku dan internet Metode Pengolahan Data Data yang diperoleh akan melalui proses sebagai berikut: 1. Analisis Pemahaman kebutuhan dan fungsi ruang termasuk standar dan syarat khusus pembangunan yang dibantu oleh data studi literatur dan tipologi. 2. Sintesis Diterapkan dengan mengolah data dan menarik kesimpulan untuk menentukan rumusan konsep dan aspek arsitektural pada perencanaan dan perancangan. 3. Penyusunan Konsep Hasil dan sintesis dan analisis diolah menjadi dasar konsp perencanaan dan perancangan GSG Panatayuda. 1.7 Sistematika Penulisan Pembahasan dan penulisan terdiri dari beberapa bagian: 1. Bab I Pendahuluan 15
16 Latar belakang pemilihan dan permasalahan kasus, tujuan dan sasaran, ruang lingkup pembahasan, metode, dan sistematika penulisan yang digunakan. 2. Bab II Tinjauan Pustaka Tinjauan umum tentang ruang komunal, sarana olahraga dan ekspresi, serta ruang hiburan beserta tinjauan fungsional mengenai jenis-jenis pembatas ruang arsitektural dan studi pemanfaatan ruang mati. 3. Bab III Tinjauan Lokasi Memuat tinjauan data-data fisik maupun non-fisik mengenai eksisting kawasan GSG Panatayuda dan lingkungan sekitar berdasarkan hasil observasi 4. Bab IV Analisis Mencakup analisis permasalahan pada eksisting didukung oleh penjabaran analisis kebutuhan ruang dan penekanan terhadap permasalahan ruang mati yang dimanfaatkan sebagai ruang baru dalam pengembangan desain 5. Bab V Konsep Perancangan Memuat konsep perancangan yang digunakan dalam penyelesaian desain dengan pertimbangannya. 1.8 Keaslian Penulisan Pada perpustakaan Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada, terdapat beberapa karya yang memiliki tema sama, yaitu, Sport and Entertainment Center. Diantara karya tersebut menjadi landasan dalam penulisan karya ini: 1. Sportainment and Recreation Center di Yogyakarta Oleh : Rahardian Yudhoangkoso No. Buku : 2788 S Tahun : 2007 Karya tulis ini membahas tipologi yang cenderung sama dengan Panatayuda Sport and Recreation Center, yaitu Sportainment Center dengan Recreation Center yang disatukan. Namun berbeda pada konteks, yaitu Yogyakarta. 2. Entertainment Center di Yogyakarta Oleh : Suci Wulandari No. Buku : 2811 S Tahun :
17 Karya tulis ini membahas tipologi Entertainment Center yang mendukung teori jenis bangungan pada Panatayuda Sport and Entertainment Center. Namun, karya tulis ini terkonsentrasi sisi Entertainment. 3. Pekanbaru Sportainment Center Oleh : Suhandy Tri Yanto No. Buku : 2955 S Tahun : 2008 Karya tulis ini membahas tipologi yang cenderung sama dengan Panatayuda Sport and Recreation Center, yaitu Sportainment Center dengan Recreation Center yang disatukan. Namun berbeda pada konteks, yaitu Pekanbaru. 4. Jogja Sportainment Center, Penekanan Pada Green Architecture Oleh : Rizqi Ari Yudhanto No. Buku : 3197 S Tahun : 2010 Karya tulis ini membahas tipologi yang cenderung sama dengan Panatayuda Sport and Recreation Center, yaitu Sportainment Center dengan Recreation Center yang disatukan. Namun berbeda pada konteks, yaitu Yogyakarta. Karya tulis ini memiliki penekanan pada Green Architecture. 5. Sport Centre di Yogyakarta, Sebagai Taman Rekreasi Olahraga Masyarakat Oleh : Jamel Syahreza Pamungkas No. Buku : 3294 S Tahun : 2012 Karya tulis ini membahas tipologi yang cenderung sama dengan Panatayuda Sport and Recreation Center, yaitu Sportainment Center dengan Recreation Center yang disatukan. Namun berbeda pada konteks, yaitu Yogyakarta. 6. Sportcenter di Wonosari Oleh : Erri Dwi Setyawan No. Buku : 3381 S Tahun : 2013 Karya tulis ini membahas tipologi yang cenderung sama dengan Panatayuda Sport and Recreation Center, yaitu Sport Center bagi publik. Namun berbeda pada konteks, yaitu Wonosari. 17
18 1.9 Kerangka Pemikiran Berikut kerangka pemikiran dalam pengolahan latar belakang permasalahan untuk mencapai konsep perancangan Panatayuda Sport and Entertainment Center: Gambar Skema Kerangka Pemikiran Perancangan Sumber: Analisa Penulis
BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana Kebutuhan sarana dan ruang dari lahan sempit memberikan ide konsep optimalisasi ruang melalui penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Adapun dalam pembuatan laporan tugas akhir ini terdapat dua hal yang melatar belakanginya, yaitu : I.1.1 Latar Belakang Proyek I.1.2 Latar Belakang Topik dan Tema I.1.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar1.1 Kemacetan di Kota Surabaya Sumber: 25/4/
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa kini pola kehidupan manusia terlebih masyarakat kota besar atau masyarakat urban semakin modern, serba cepat, serba instan, sistematis, dan mekanis. Hal-
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Masterplan Universitas Riau Universitas Riau terletak di 0 o 28 35,37 N 101 o 22 52,39 E. Misi yang diusung Universitas Riau (UNRI) adalah Towards A Research
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan Olahraga Terhadap Kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Peranan Olahraga Terhadap Kesehatan Berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, hal-hal yang terkait pentingnya olahraga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pariwisata sekarang sudah merupakan suatu tuntutan hidup dalam zaman modern ini. Permintaan orang-orang untuk melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolam renang merupakan fasilitas umum yang digemari oleh anakanak, remaja dan juga dewasa. Terutama remaja dan anak-anak sangat menyukai tempat yang menyediakan kebutuhan
Lebih terperinciREKREASI PANTAI DAN RESTORAN TERAPUNG
P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REKREASI PANTAI DAN RESTORAN TERAPUNG Dengan penekanan desain arsitektur waterfront Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Berlakunya Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, memiliki implikasi yang sangat luas dan menyeluruh dalam kebijaksanaan dan pengelolaan daerah. Wilayah
Lebih terperinci2016 BANDUNG SPORTS CLUB
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Bandung sebagai salah satu kota besar di Indonesia, pada perkembangannya tergolong cukup pesat. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya populasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh. Kegiatan ini dalam perkembangannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Banda Aceh merupakan salah satu kota yang dilanda bencana alam Tsunami pada Desember Tahun 2004. Pasca bencana Tsunami, kota Banda Aceh kembali di bangun oleh Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap manusia selalu membutuhkan adanya rekreasi dan Olah raga. Jakarta sebagai kota metropolitan kususnya di Jakarta utara, dimana perkembangan penduduknya sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Aerotropolis adalah pengembangan dari konsep aerocity, yang merupakan konsep paling modern dalam pembangunan dan pengelolaan bandara dewasa ini. Pada konsep aerotropolis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Sport Hall
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Sport Hall Olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot otot tubuh. Dalam
Lebih terperinciPKM UNDIP DI TEMBALANG TA - 37 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Diponegoro merupakan salah satu universitas negeri terbesar di Indonesia. Universitas Diponegoro memiliki beberapa kampus di Jawa Tengah yang bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Kepanjen merupakan ibukota baru bagi Kabupaten Malang. Sebelumnya ibukota Kabupaten Malang berada di Kota Malang ( Berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Kepanjen merupakan ibukota baru bagi Kabupaten Malang. Sebelumnya ibukota Kabupaten Malang berada di Kota Malang ( Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani yang bermaksud untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh, Kegiatan olahraga ini dapat menjadi kegiatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. a. Strategi/ Pendekatan Perancangan. Untuk pemilihan judul rest area tol Semarang-Solo
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang a. Strategi/ Pendekatan Perancangan Untuk pemilihan judul rest area tol Semarang-Solo dikarenakan masih kurangnya fasilitas seperti rest area yang berada di tol Jawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011.
BAB I PENDAHULUAN AQUARIUM BIOTA LAUT I.1. Latar Belakang Hampir 97,5% luas permukaan bumi merupakan lautan,dan sisanya adalah perairan air tawar. Sekitar 2/3 berwujud es di kutub dan 1/3 sisanya berupa
Lebih terperinci1 Survey melalui kuesioner pola kegiatan belajar di Perpustakaan dan Kota Depok, 2013 via Google Drive
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perpustakaan, Pelajar, dan Masyarakat Perpustakaan merupakan suatu tempat yang mempunyai fungsi mengumpulkan, menyimpan,dan memelihara koleksi pustaka apapun
Lebih terperinciBELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dan gaya hidupnya dewasa ini semakin berkembang. Hal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1.1.1. Kelayakan Proyek Masyarakat dan gaya hidupnya dewasa ini semakin berkembang. Hal ini membuat tingkat kebutuhannya juga semakin bertambah, salah
Lebih terperinciSPORTS CENTER DI KOTA TANGERANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) SPORTS CENTER DI KOTA TANGERANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : MEITTY D.C
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek Tabel 1. 1 Pertumbuhan Jumlah Pelajar di Yogyakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pada perkembangan jaman yang semakin pesat saat ini, olahraga menjadi salah satu kegiatan yang diperhatikan. Olahraga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 43 sumber : Badan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 PUSAT OLAHRAGA DAN REKREASI Olahraga adalah segala bentuk aktivitas fisik baik kasual maupun terorganisir yang bertujuan untuk mengekspresikan dan meningkatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM PROYEK
BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1 Gambaran Umum Proyek Judul Proyek Tema Lokasi Sifat Luas Tapak : Pusat Kebugaran dan Spa : Arsitektur Tropis : Jl. Gandul Raya, Krukut, Depok : Fiktif : ± 15.000 m² (1,5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan perancangan, metoda penelitian dan pemahaman terhadap proyek. Latar belakang yang memaparkan tentang alasan pertimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Pengembangan sanggar tari tradisional berbasis pendidikan di kota tangerang selatan Kota Tangerang Selatan, yang merupakan sebuah pemekaran dari Kabupaten Tangerang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Musik telah menjadi kebutuhan yang penting bagi kelangsungan hidup manusia, baik itu bagi para pendengar musik ataupun bagi para musisi pencipta lagu. Bagi para musisi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang I.1.1. Kampus Menjadi Generator Pertumbuhan Ekonomi Bagi Daerah Disekitarnya 1
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Kampus Menjadi Generator Pertumbuhan Ekonomi Bagi Daerah Disekitarnya 1 Posisi Bulaksumur dan Sekip sebagai lokasi kampus terpadu UGM yang berada di perbatasan
Lebih terperincilib.archiplan.ugm.ac.id
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang 1.1.1 Transportasi Udara sebagai Pilihan Moda Transportasi yang Paling Efektif di Indonesia Indonesia merupakan negara kepulauan yang area daratannya dipisahkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan merupakan salah satu kota besar di Indonesia, penduduknya berjumlah 2.109.339 dengan
Lebih terperinciHOTEL BINTANG EMPAT DENGAN FASILITAS PERBELANJAAN DAN HIBURAN DIKAWASAN PANTAI MARINA SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TUGAS AKHIR - 36 Periode Januari Juni 2011 HOTEL BINTANG EMPAT DENGAN FASILITAS PERBELANJAAN DAN HIBURAN DIKAWASAN PANTAI MARINA SEMARANG Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian kota Binjai dilihat dari struktur PDRB riil kota Binjai yang menunjukkan karakteristik sebagai berikut : 2
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang semakin maju di Indonesia. Di provinsi Sumatera Utara terdapat beberapa kota
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERANCANGAN. Ide dan gagasan gagasan perancangan integrasi pasar tradisional
BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Perancangan Ide dan gagasan gagasan perancangan integrasi pasar tradisional dengan ruang publik terbuka hijau muncul karena semakin banyak isuisu perkotaan yang saat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam perkembangan dunia olahraga akhir-akhir ini terutama di Indonesia sedang mengalami kemunduruan, dapat dilihat dari menurunnya prestasi atlet-atlet Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perwujudan penduduk Indonesia yang berkualitas, antara lain ditentukan oleh derajat kesehatan dan kebugaran jasmani, serta perilaku terpuji seperti kejujuran dan sportivitas.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh. Kegiatan ini dilakukan oleh orang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai sebuah kota yang terletak pada kawasan pantai utara Jawa memiliki berbagai potensi yang belum sepenuhnya dikembangkan. Sesuai dengan Peraturan
Lebih terperinciOlahraga ekstrem telah lama lahir dan dikenal oleh masyarakat luas, dengan banyak pilihan jenis serta spesifikasi yang berbeda beda.
B A B. I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Olahraga ekstrem telah lama lahir dan dikenal oleh masyarakat luas, dengan banyak pilihan jenis serta spesifikasi yang berbeda beda. Media sebagai sarana bermainnya
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERANCANGAN. yang bersifat ilmiah. Langkah-langkah ini meliputi survei obyek-obyek studi
BAB 3 METODE PERANCANGAN Analisis ini menggunakan analisis secara kualitatif. Analisis kualitatif adalah analisis dengan cara mengembangkan, menciptakan, menemukan konsep dan teori. (Hamidi 2005:14) Analisis
Lebih terperinciSTUDIO TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepakbola adalah salah satu cabang olang raga yang sangat popular di seluruh dunia, hampir jutaan orang disetiap penjuru dunia turut mengambil bagian dalam dunia persepakbolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Perngertian Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Perngertian Judul 1. Sport : sport atau olahraga merupakan tarjemahan dari kata sport yang berasal dari bahasa latin, disportare, yang berarti menghibur diri. Selain itu pengertian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior Peningkatan kualitas hidup suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya, hal tersebut dapat dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar
BAB III DESKRIPSI PROYEK 3.1. Gambaran Umum Nama Proyek Astana Anyar Sifat Proyek Pemilik Lokasi Luas Lahan : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival : Fiktif : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung : Jl.
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN
BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. LP3A Teater Universitas Diponegoro, Semarang. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Diponegoro merupakan salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Kota Semarang yang terletak di daerah Pleburan dengan lahan seluas 8 hektar. Luasan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu individu yang dinamis namun sudah. cukup lama dirasakan adanya ketidakseimbangan antara perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan suatu individu yang dinamis namun sudah cukup lama dirasakan adanya ketidakseimbangan antara perkembangan intelektual dan emosional para remaja saat
Lebih terperinciSports Hotel di Kawasan Bukit Gombel Semarang BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semarang sebagai ibu kota Propinsi Jawa Tengah merupakan pusat segala kegiatan, baik ekonomi, perdagangan, jasa dan industri serta menjadi pusat interland wilayah Jawa
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib
Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek A. Umum Pertumbuhan ekonomi DIY meningkat 5,17 persen pada tahun 2011 menjadi 5,23 persen pada tahun 2012 lalu 1. Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Untuk mengetahui maksud dari judul diatas, maka perlu diuraikan arti masing masing kata : Klaten : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan
Lebih terperinciREDESAIN PELABUHAN ULEE LHEUE SEBAGAI PELABUHAN FERRY INTERNASIONAL DI BANDA ACEH
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REDESAIN PELABUHAN ULEE LHEUE Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : RAMADHANI GURUH PRASETYO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini kota-kota besar di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Antara lain disebabkan adanya peluang kerja dari sektor industri dan perdagangan.
Lebih terperinciRedesain Gedung Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Universitas Diponegoro sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia termasuk dalam universitas yang bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Persaingan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERENCANAAN
BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 metro.koranpendidikan.com, diakses pada 1 Maret 2013, pukul WIB
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Hotel memiliki beberapa klasifikasi tergantung dari sudut pandang tertentu. Hotel wisata yang menjadi judul penulisan ini sebenarnya berasal dari istilah tourist
Lebih terperinciWahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dimana sebagian besar dari seluruh luas Indonesia adalah berupa perairan. Karena itu indonesia memiliki potensi laut yang besar
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks
BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan Rumah Susun pekerja ini menggunakan metode secara kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks permasalahan yang ada secara
Lebih terperincidiakui keberadaannya didunia. bahkan ditahun 1984 Indonesia pernah mencapai swasembada tanaman hias yang cukup tinggi. Namun akibat kebijakan
B A B. I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Selama ini Indonesia dikenal sebagai negara penghasil tanaman hias yang diakui keberadaannya didunia. bahkan ditahun 1984 Indonesia pernah mencapai swasembada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Lokasi Solo baru adalah daerah bagian selatan dan sebelah utara kota Surakarta jawa tengah untuk daerah ini bertepatan dengan kabupaten Sukoharjo daerah ini dulunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitek pada jaman ini memiliki lebih banyak tantangan daripada arsitekarsitek di era sebelumnya. Populasi dunia semakin bertambah dan krisis lingkungan semakin menjadi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kebutuhan akan pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipungkiri
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipungkiri ikut serta dalam munculnya berbagai permasalahan kebutuhan akan hunian, terutama pada tingkat
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Kajian perancangan dalam seminar ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau uraian secara sistematis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya aktivitas serta kegiatan rutinitas sering membuat penat dalam kehidupan. Aktivitas tersebut tidak hanya dilakukanoleh orang dewasa saja, melainkan anak-anakpun
Lebih terperinciREDESAIN BANDUNG INDEPENDENT SCHOOL DOSEN PEMBIMBING TRI WIDIANTY NATALIA S.T, M.T
41 BAB 4 DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisis (BIS) Bandung Independent School 4.1.1 Sejarah Perkembangan Sekolah (BIS) Bandung Independent Schoool Bandung Independent School berdiri pada tahun 1972 di Ciumbuleuit.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sarana dan Prasarana Transportasi di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Sarana dan Prasarana Transportasi di Indonesia Karakteristik transportasi Indonesia dihadapkan pada kualitas pelayanan yang rendah, dan kuantitas atau cakupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek Seiring dengan perkembangan jaman, terjadi pergeseran budaya, semua serba canggih, praktis, tersaji dengan cepat mungkin, seiring itu juga timbul masalahmasalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota Indonesia telah mengalami perkembangan pesat dalam bidang olahraga. Dewasa ini semakin banyak event olahraga yang di selenggarakan di Jakarta.
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and
BAB 3 METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and Exhibition Center di Kota Batu ini menggunakan penelitian dengan metode analisis dan sintesis. Metode tersebut
Lebih terperinciSHOPPING GREEN MALL DI SEMARANG BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan zaman disertai dengan perkembangan penduduk yang cukup tinggi terutama di wilayah perkotaan, seringkali terjadi adanya masalah keterbatasan lahan
Lebih terperinciMAKALAH TUGAS AKHIR 2014 Wedding Hall BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan secara norma agama, norma hukum
Lebih terperinciBAB III. Metode Perancangan. sarana atau tempat untuk refreshing. Hal ini tidak terlepas dari metode
BAB III Metode Perancangan Merancang Taman Rekreasi dan Wisata Kuliner di Madiun merupakan hal yang sangat diperlukan. Karena di kota Madiun sendiri masih kurang mempunyai sarana atau tempat untuk refreshing.
Lebih terperinciRevitalisasi GOR Trilomba Juang Semarang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gelanggang menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Balai Pustaka,1995) adalah ruang/lapangan tempat menyabung ayam, bertinju, berpacu(kuda), olahraga dan sebagainya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Olahraga merupakan kegiatan yang dapat memberikan kesehatan dan kesenangan kepada manusia. Olahraga juga merupakan satu keharusan dari aspek biologis manusia guna
Lebih terperinciBAB I. : 1. Masa muda, 2. Kaum muda, 3. Remaja. : Tempat yang dianggap penting/pumpunan dari berbagai kedudukan/kegiatan sesuai dengan golongannya 2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Pengertian Judul Berau : Suatu nama daerah daerah tingkat II berbentuk kabupaten yang ada di provinsi Kalimantan Timur. Youth 1 Center Pusat Sarana Sosialisasi
Lebih terperinciBAGIAN 1 PENDAHULUAN
BAGIAN 1 PENDAHULUAN A. Judul Rancangan SENTRA KERAJINAN TERPADU PENERAPAN SOCIAL SUSTAINABILITY SEBAGAI DASAR PENDEKATAN PERANCANGAN Sentra : Pusat aktivitas kegiatan usaha dilokasi atau kawasan tertentu,
Lebih terperinciPERERENCANAAN GELANGGANG OLAHRAGA DI KAWASAN HUTAN KOTA BEKASI BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia olahraga semakin bangkit dari tidurnya ketika piala AFF 2010 digelar di Jakarta. Kepercayaan dan harapan masyarakat semakin tinggi kepada bidang olahraga untuk
Lebih terperinciTERMINAL TERPADU AMPLAS BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terminal sebagai simpul transportasi membantu peningkatan pelayanan operasi transportasi jalan raya. Dengan adanya terminal sebagai tempat keberangkatan, pemberhentian
Lebih terperinciASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YANG UNGGUL, INKLUSIF, DAN HUMANIS
LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YANG UNGGUL, INKLUSIF, DAN HUMANIS TUGAS AKHIR SARJANA STRATA-1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang publik merupakan ruang terbuka maupun tertutup yang berfungsi sebagai tempat terjadinya interaksi sosial, ekonomi dan budaya. Di wilayah perkotaan, ruang publik
Lebih terperinciTAMAN REKREASI PANTAI DI SEMARANG Dengan Penekanan Desain Arsitektur Lanskap
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN REKREASI PANTAI DI SEMARANG Dengan Penekanan Desain Arsitektur Lanskap Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1-1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ungaran merupakan ibukota Kabupaten Semarang. Sebagai ibukota kabupaten, Kota Ungaran diharuskan menjadi kota mandiri yang memiliki daya dukung dalam segala bidang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN #Lereng#Gunung#Lawu#Kabupaten#Magetan#sebagai#Kota# Pariwisata#
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1.#Lereng#Gunung#Lawu#Kabupaten#Magetan#sebagai#Kota# Pariwisata# Lereng Gunung lawu merupakan salah satu tujuan wisata yang masih alami. Lereng gunung lawu ini
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. harus diperhatikan dengan teliti agar menghasilkan hasil yang maksimal.
94 BAB III METODE PERANCANGAN Metode Perancangan Sebuah proses perancangan merupakan proses yang panjang dengan sistematika yang harus jelas, dimana di dalam proses perancangan dari awal sampai akhir harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan
1 A. Latar Belakang Perancangan BAB I PENDAHULUAN Sebuah evolusi alamiah dari perkembangan teknologi adalah makin fleksibelnya orang bergerak. Dunia menjadi datar, tanpa batasan fisik dan segala sesuatu
Lebih terperinciREDESAIN STADION DAN SPORT HALL JATIDIRI SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) REDESAIN STADION DAN SPORT HALL JATIDIRI SEMARANG DENGAN PENEKANAN DESAIN HI-TECH ARCHITECTURE Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses
BAB 3 METODE PERANCANGAN Pada perancangan Malang Indie Culture Center sebagai wadah kreatifitas, apresiasi dan pengenalan komunitas indie ini metode perancangan berisi sebuah paparan deskriptif mengenai
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan merupakan penjelasan tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan perancangan pusat rehabilitasi medis pasca stroke di Malang. Sebelum melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jenjang Pendidikan Atlet Binaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Olahraga adalah suatu kegiatan untuk menyehatkan tubuh baik secara jasmani maupun rohani. Kegiatan olahraga ini dapat dilakukan sebagai kegiatan yang menghibur, menyenangkan
Lebih terperinciPenataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata dapat menciptakan suasana kehidupan yang besifat aktif dan kehidupan yang sehat jasmani dan rohani. Melalui pariwisata kita dapat menyelami kebudayaan, adatistiadat,
Lebih terperinciHOTEL DAN CONVENTION CENTER BAB I PENDAHULUAN
BAB I 1.1. Latar Belakang Jakarta adalah sebagai kota nomor satu di Indonesia, yang mengalami kemajuan diberbagai bidang, diantaranya dalam bidang ekonomi, dengan kemajuan ekonomi yang tinggi harus diikuti
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API SOLO- BALAPAN DENGAN FASILITAS PENDUKUNG SHOPPING MALL DAN HOTEL BINTANG TIGA DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Rancangan Ide rancangan Terminal Penumpang Pelabuhan di Paciran Lamongan ini merupakan fasilitas penyedia jasa layanan publik yang mampu menampung kegiatan berkumpulnya
Lebih terperinciFITNESS CENTRE DAN SPA DI SEMARANG
TUGAS AKHIR PERIODE 32 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR FITNESS CENTRE DAN SPA DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I I.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Bandara Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara udara baru untuk kota Medan, Indonesia. Lokasinya merupakan bekas areal perkebunan PT. Perkebunan Nusantara
Lebih terperinciPUSAT PERBELANJAAN DI YOGYAKARTA
LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PERBELANJAAN DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK (S-1) PADA
Lebih terperinci