BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan jiwa. Aristoteles menyatakan bahwa jiwa merupakan unsur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan jiwa. Aristoteles menyatakan bahwa jiwa merupakan unsur"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai salah satu media untuk mengungkapkan perasaan manusia yang berbentuk lisan maupun tulisan. Hidup manusia tidak terlepas dari perasaan dan jiwa. Aristoteles menyatakan bahwa jiwa merupakan unsur kehidupan. Oleh karena itu, tiap-tiap makhluk hidup mempunyai jiwa (via Walgito, 1997: 6). Dalam hal ini, makhluk hidup dibatasi hanya manusia saja. Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari manusia dapat dikaitkan dengan karya sastra karena di dalam karya sastra dapat ditemukan berbagai tingkah laku dan konflik yang dialami manusia. Psikologi berasal dari kata Yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu. Jadi, psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tingkah laku manusia (Atkinson via Minderop, 2011: 3). Sastra dan psikologi memiliki kesamaan, yaitu keduanya berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian (Siswantoro, 2005: 29). Terkait dengan psikologi, terutama dengan psikologi kepribadian, sastra menjadi suatu bahan telaah yang menarik karena sastra bukan sekedar telaah teks yang menjemukan tetapi menjadi bahan kajian yang melibatkan perwatakan/ kepribadian para tokoh rekaan, pengarang karya sastra, dan pembaca (Minderop, 2011: 3).

2 2 Penelitian psikologi sastra memiliki peranan penting dalam pemahaman sastra karena adanya beberapa kelebihan seperti: pertama, pentingnya psikologi sastra untuk mengkaji lebih dalam aspek perwatakan; kedua, dengan pendekatan ini dapat memberi umpan-balik kepada peneliti tentang masalah perwatakan yang dikembangkan; dan terakhir, penelitian semacam ini sangat membantu untuk menganalisis karya sastra yang kental dengan masalah psikologi (Endraswara, 2008: 12). Di dalam kesusasteraan Jepang, Akutagawa Ryuunosuke ( ) merupakan sastrawan yang banyak menghasilkan karya dengan kondisi psikologis tokohnya yang kental. Seperti Jigokuhen (Layar Neraka), Hana (Hidung), Kappa, Kesa to Moritou, Yabu no Naka (Di dalam Belukar) dan masih banyak lagi (Rosidi, 1989: 66). Karya sastra tersebut sering dijadikan objek penelitian menggunakan teori psikologi oleh para mahasiswa. Salah satu sastrawan yang berhasil mengembangkan kondisi psikologis tokohnya adalah Yokomitsu Riichi ( ) yang merupakan sahabat Kawabata Yasunari. Yokomitsu menghasilkan cerpen dengan judul Kikai (Mesin) pada September Karya ini merupakan salah satu cerpen yang menjadikan Yokomitsu makin terkenal di jagad kesusasteraan Jepang dan membuat penggemarnya bertambah. Cerpen ini dianggap oleh kritikus Kobayashi Hideo dan Ito Sei sebagai salah satu karya yang berpengaruh pada dekade itu (Lippit: 1980: 109). Cerpen Kikai dibawakan melalui sudut pandang tokoh utamanya, yaitu pemuda dari wilayah terpencil di Jepang. Dia bekerja di bawah tekanan dan

3 3 eksploitasi tenaga di pabrik yang memproduksi plat nama. Dia berniat keluar dari pabrik karena khawatir senyawa-senyawa kimia berbahaya yang digunakan dalam pabrik akan menggerogoti kemampuan tubuh dan pikirannya. Itu artinya bekerja di pabrik tersebut sama saja merusak dirinya secara bertahap. Namun karena belum memiliki pekerjaan ganti yang lain, dia akhirnya tetap bertahan di pabrik tersebut. Cerpen Kikai ini menarik untuk diteliti karena aspek kejiwaannya tokoh utamanya yang kental. Sebab, salah satu syarat pendekatan psikologi bisa dilakukan adalah apabila karya sastra yang diteliti banyak mengungkapkan aspek kejiwaan manusia. Struktur kepribadian tokoh Aku sering memunculkan kecemasan-kecemasan dalam dirinya sehingga diperlukan mekanisme pertahanan diri untuk mengurangi kecemasan tersebut. Penulis memilih teori psikoanalisis Sigmund Freud sebagai pisau analisis cerpen Kikai karena teori ini dirasa paling tepat untuk menganalisis kejiwaan tokoh Aku. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menganalisis lebih lanjut kondisi psikologis tokoh Aku dalam cerpen Kikai karya Yokomitsu Riichi dengan menggunakan tinjauan berdasarkan teori psikoanalisis Sigmund Freud. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah unsur-unsur intrinsik dalam cerpen Kikai dan keterkaitan antarunsurnya dalam membangun cerita secara keseluruhan?

4 4 2. Bagaimanakah struktur kepribadian berupa id, ego, dan superego dalam diri tokoh Aku? 3. Mekanisme pertahanan apa sajakah yang digunakan oleh tokoh Aku untuk mengatasi kecemasan dalam dirinya? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu tujuan teoritis dan tujuan praktis. Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan teoritis atau tujuan yang berhubungan dengan perkembangan keilmuan dalam penelitian ini adalah menganalisis bagaimana mekanisme pertahanan diri yang dibentuk oleh ego tokoh Aku dalam mengatasi kecemasan yang dialaminya dengan menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Sedangkan tujuan praktis dari penelitian ini adalah memperkenalkan cerpen Kikai karya Yokomitsu Riichi kepada pembaca dan juga membangkitkan minat pembaca untuk menikmati karya-karya Yokomitsu yang lain. 1.4 Tinjauan Pustaka Sejauh pengetahuan penulis, penelitian dengan tinjauan psikologi sastra telah banyak dilakukan untuk menganalisis karya sastra para sastrawan Jepang. Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Enik Darwati mahasiswa program studi S-1 Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada pada tahun 2005 dengan judul Kondisi Kejiwaan Tokoh Kikuji dalam Novel Senbanzuru Karya Kawabata Yasunari: Pendekatan Psikoanalisis Sigmund Freud. Hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian tersebut adalah tokoh Kikuji yang mempunyai superego yang lemah telah membawanya pada hubungan yang tidak

5 5 pantas dilakukan. Ego tidak bisa merepresikan id yang berupa kebutuhan cinta dan seks. Mekanisme pertahanan ego yang dilakukan oleh Kikuji adalah represi, penyangkalan, pemindahan, proyeksi, pembentukan reaksi, rasionalisasi, dan intelektualisasi. Indah Sulistyawati mahasiswa program studi S-1 Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada dalam skripsinya pada tahun 2005 dengan judul Analisis Kejiwaan Tokoh Moritou dalam Cerpen Kesa to Moritou Karya Akutagawa Ryuunosuke: Psikoanalisis Freud. Hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian tersebut adalah: (1) seperti dalam psikologi, penerapan teori psikoanalisis terhadap karya sastra dapat digunakan sebagai sarana untuk mempelajari kejiwaan seseorang; (2) eros atau insting hidup yang dimiliki oleh Moritou adalah nafsu seksualnya yang besar dan keinginannya yang kuat untuk berhubungan intim dengan Kesa; (3) ego dan superego tidak selalu dapat mengendalikan dorongan id yang kuat dalam diri Moritou; (4) mekanisme pertahanan ego yang digunakan oleh Moritou adalah penyangkalan, proyeksi, pembentukan reaksi, dan represi; (5) thanatos atau nafsu mati yang dimiliki Moritou adalah keinginan untuk membunuh Wataru, suami Kesa. Nanik Lestari mahasiswa program studi S-1 Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada dalam skripsinya pada tahun 2013 dengan judul Struktur dan Dinamika Kepribadian Tokoh Yasukichi dalam Cerpen Ojigi Karya Akutagawa Ryuunosuke: Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Nanik menunjukkan bahwa energi yang dimiliki oleh id sama kuat dengan energi dari ego dan superego, sehingga

6 6 menyebabkan kegelisahan pada tokoh utama. Eros atau insting hidup yang dimiliki oleh Yasukichi adalah keinginannya untuk bertemu lagi dengan si gadis. Thanatos atau insting mati yaitu ketika Yasukichi menganggap pertemuan dengan si gadis merupakan sesuatu yang bisa mengancam jiwanya. Mekanisme pertahanan ego yang digunakan oleh tokoh utama adalah represi, penyangkalan, pemindahan, sublimasi, proyeksi, pembentukan reaksi, regresi, dan fiksasi. Kartika Nugroho mahasiswa program studi S-1 Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada dalam skripsinya pada tahun 2011 dengan judul Konflik Batin Tokoh Utama Sebastian Rodrigues dalam Novel Chinmoku Karya Endou Shuusaku: Sebuah Analisis Psikologi Sastra. Dalam penelitiannya, Kartika membahas mengenai konflik batin tokoh utama Sebastian Rodrigues sehingga dia memutuskan untuk murtad dengan menggunakan teori psikoanalisis Freud. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa id, ego, dan superego dalam diri Sebastian tidak berjalan seimbang. Hal tersebut menimbulkan kecemasan atau konflik batin dalam dirinya, ego melakukan pemindahan, identifikasi, dan mekanisme pertahanan diri yaitu rasionalisasi. Setelah penulis melakukan penelusuran, penelitian dengan bahan objek material berupa cerpen Kikai karya Yokomitsu Riichi belum pernah dilakukan sebelumnya. 1.5 Landasan Teori Analisis Struktural Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk memahaminya karya sastra harus dianalisis (Hill, 1966: 6). Dalam analisis itu

7 7 karya sastra diuraikan unsur-unsur pembentuknya. Dengan demikian, makna keseluruhan karya sastra dapat dipahami. Di samping itu, sebuah struktur sebagai kesatuan yang utuh dapat dipahami makna keseluruhannya bila diketahui unsurunsur pembentuknya dan saling berhubungan (Hawkes via Pradopo, 1995: 108). Analisis ini memfokuskan diri pada unsur-unsur intrinsik dalam karya sastra. Teeuw mengatakan bahwa pendekatan struktural karya sastra bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan mendalam mungkin keterkaitan semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Ketertarikan para pembaca untuk menganalisis karya sastra menggunakan pendekatan struktural sampai sekarang masih tinggi. Berkat ditemukannya metode close reading 1 oleh para penganut New Criticism 2 di Amerika Serikat, para peneliti atau penganalis dalam menganalisis sebuah karya sastra hanya memerlukan kemampuan bahasa, kepekaan sastra, dan minat yang intensif bila ingin menganalisis sebuah karya sastra. Berbeda dengan sebelumnya, bahwa peneliti atau pengritik sastra dianggap atau diwajibkan memiliki pengetahuan seluas mungkin mengenai latar belakang sejarah, kebudayaan, psikologi, sosiologi, filsafat dan lain-lain, yang sukar diperoleh pembaca awam, murid sekolah, atau mahasiswa (Teeuw, 1984: ). 1 Close reading merupakan metode pembacaan terhadap karya sastra yang berusaha mencermati karya sastra dengan teliti dan mendetail. Ini bertujuan agar tidak ada satu pun bagian dari karya sastra yang sedang diamati lepas dari pengamatan, sebab semua bagian dalam karya sastra, sekecil apa pun bagian tersebut merupakan bagian yang tidak mungkin dipisahkan. 2 New Criticism (Kritik Sastra Baru) muncul pertama kalinya pada tahun 1920 an. New Criticism menitikberatkan perhatian mereka pada unsur intrinsik karya sastra, tanpa memperhatikan unsur unsur ekstrinsik, dan juga tanpa memperhatikan biografi penulisnya.

8 8 Penelitian ini akan memaparkan unsur-unsur intrinsik pada cerpen Kikai dengan menguraikan unsur fiksi, yaitu fakta-fakta cerita yang meliputi tema, latar, tokoh, dan hubungan antarunsurnya. Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan pengalaman begitu diingat. Tema memberi koherensi dan makna pada fakta-fakta cerita. Cara paling efektif untuk mengenali tema sebuah karya adalah dengan mengamati secara teliti setiap konflik yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, sama seperti makna pengalaman manusia, tema menyorot dan mengacu pada aspek-aspek kehidupan sehingga nantinya akan ada nilai-nilai tertentu yang melingkupi cerita. Sama seperti makna pengalaman manusia, tema membuat cerita lebih terfokus, menyatu, mengerucut dan berdampak. Bagian awal dan akhir cerita akan menjadi pas, sesuai, dan memuaskan berkat keberadaan tema (Stanton, 2007: 36-42). Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar dapat berwujud dekor, waktu-waktu tertentu (hari, bulan, tahun), cuaca, atau satu periode sejarah. Biasanya latar diketengahkan lewat baris-baris kalimat deskriptif (Stanton, 2007: 35). Tokoh cerita menurut Abrams (via Nurgiyantoro 1995: 165) adalah orangorang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sedangkan penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan

9 9 bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca (Nurgiyantoro, 1995: 166) Teori Psikonalisis Sigmund Freud Struktur Kepribadian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori psikologi sastra. Seperti yang dikemukakan oleh Wellek dan Warren (via Wiyatmi, 2006: 106) psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian. Pertama, studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi. Kedua, studi proses kreatif, yaitu bagaimana terjadinya proses penciptaan karya sastra. Ketiga, studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Keempat, mempelajari dampak sastra pada pembaca. Psikologi dan sastra sama-sama memiliki hubungan fungsional, yakni sama-sama berguna untuk mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Penelitian dalam skripsi ini menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Menurut Freud (via Suryabrata, 1993: ) kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu: 1. Das Es (id), adalah aspek biologis dan merupakan sistem yang orisinal di dalam kepribadian; dari aspek inilah kedua aspek yang lain tumbuh. Freud juga menyebutnya realitas psikis yang sebenar-benarnya (the true psychic reality). Oleh karena itu, id merupakan dunia batin atau subjektif manusia dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia objektif. Menurut Budiraharjo (2001: 21), id adalah sebagai bagian paling primitif dan orisinal dalam kepribadian manusia, id merupakan gudang

10 10 penyimpan kebutuhan-kebutuhan manusia yang mendasar, seperti makan, minum, istirahat, atau rangsangan seksualitas dan agresivitas. Id bekerja menurut prinsip kenikmatan (plesure principle), karenanya jika id terhambat, akan terjadi konflik-konflik yang menimbulkan rasa gelisah, sakit, dan perasaan lain yang tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan ketidakenakan untuk mencapai kenikmatan itu, id mempunyai dua cara (alat proses), yaitu: (a) refleks dan reaksi-reaksi otomatis, misalnya: bersin, berkedip, dan sebagainya; (b) proses primer, misalnya orang lapar membayangkan makanan. Akan tetapi, cara demikian tidak memenuhi kebutuhan. Orang yang lapar tidak akan menjadi kenyang dengan hanya membayangkan makanan. Karena itu diperlukan adanya sistem lain yang menghubungkan pribadi dengan dunia objektif, yaitu ego. 2. Das Ich (ego) adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan baik dengan dunia kenyataan (realitas). Orang yang lapar mesti perlu makan untuk menghilangkan tegangan yang ada dalam dirinya. Ini berarti bahwa organisme harus dapat membedakan antara khayalan tentang makanan dan kenyataan tentang makanan. Di sinilah letak perbedaan pokok antara id dan ego. Id hanya mengenal dunia subjektif (dunia batin), sedangkan ego dapat membedakan sesuatu yang hanya ada di dalam batin dan sesuatu yang ada di dunia luar

11 11 (dunia realitas). Di dalam fungsinya, ego bekerja menurut prinsip kenyataan atau prinsip realitas. Ego dapat pula dipandang sebagai aspek eksekutif kepribadian. Oleh karena itu, ego mengontrol jalan-jalan yang ditempuh, memilih kebutuhankebutuhan yang dapat dipenuhi dan cara-cara memenuhinya, serta memilih obyek-obyek yang dapat memenuhi kebutuhan. Di samping itu ego juga menuntut penundaan tindakan sampai ia dapat menentukan apa yang harus dihadirkan sebagai objek realitas. Penundaan yang hanya sesaat ini disebut proses sekunder (secondary process). Proses ini melibatkan pengujian realitas (reality testing), di mana ego membuat rencana untuk memuaskan kebutuhan dan menguji kembali, apakah rencana itu dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan id sesuai realitas. Di sini ego berfungsi untuk memilih rangsangan yang harus dipuaskan, kapan, dan bagaimana cara memuaskannya. Karena ego memuat cara-cara bagaimana kita memilih dan memutuskan pemenuhan id dengan cara berpikir rasional, ego dikatakan memiliki fungsi eksekutif di dalam kepribadian manusia (Budiraharjo, 2001: 22). 3. Das Ueber Ich (superego) dianggap sebagai aspek moral kepribadian. Fungsinya yang pokok adalah menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, dan susila atau tidak. Dengan demikian, pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat. Nilai-nilai moral ini didapatkan individu terutama dari orang tuanya yang mengajarkan perilaku yang pantas atau tidak dalam situasi tertentu.

12 12 Adapun fungsi pokok superego dilihat dalam hubungan dengan ketiga kepribadian itu, yaitu: (a) merintangi impuls-impuls id, terutama impuls-impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat; (b) mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang lebih moralistis daripada yang realitas; dan (c) mengejar kesempurnaan. Jadi, superego cenderung untuk menentang baik id maupun ego dan membuat dunia menurut konsepsi yang ideal. Dalam keadaan yang biasa ketiga sistem itu bekerja sama dengan diatur oleh ego; kepribadian berfungsi sebagai kesatuan (Budiraharjo, 2001: 22) Kecemasan Freud memberikan kontribusi berharga terhadap pemahaman kecemasan (anxiety) (Budiraharjo 2001: 23). Kecemasan adalah perasaan tidak menyenangkan yang sangat membahayakan diri. Bahaya itu mungkin disebabkan oleh impuls (dorongan id) seseorang yang tidak terkontrol, atau sebaliknya, ketakutan seseorang terhadap hukuman suara hati yang ditekankan oleh superego secara berlebihan. Freud mengkategorikan kecemasan ini menjadi tiga bagian. 1. Kecemasan realitas (reality anxiety), yaitu kecemasan terhadap bahayabahaya yang datang dari luar, seperti kecemasan terhadap kegagalan perkawinan yang dialami seseorang saat akan menikah. 2. Kecemasan neurotik (neurotic anxiety), yaitu kecemasan terhadap hal-hal yang ada dalam bayangan seseorang karena pengalamannya. Seseorang

13 13 mungkin mengalami kecemasan neurotik karena ia sebelumnya mengalami perasaan takut dan cemas pernah dihukum oleh orang tuanya semasa kanakkanak. 3. Kecemasan moral (moral anxiety), yang muncul saat seseorang melanggar nilai moral di masyarakat atau keluarga. Misalkan, seorang anak merasa cemas setelah berbohong kepada ibunya. Adapun fungsi kecemasan atau ketakutan itu untuk memperingatkan orang akan datangnya bahaya dan sebagai isyarat bagi id, bahwa bila tidak dilakukan tindakan-tindakan yang tepat, bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan (kewalahan). Apabila kecemasan timbul, maka itu akan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu supaya ketegangan dapat direduksikan atau dihilangkan; mungkin dia akan lari dari daerah atau tempat yang menimbulkan kecemasan atau ketakutan itu, atau mencegah impuls-impuls yang berbahaya, atau menuruti kata hati (Suryabrata, 1993: 162) Mekanisme Pertahanan Karena tekanan kecemasan ataupun ketakutan yang berlebih-lebihan, maka ego kadang-kadang terpaksa mengambil cara yang ekstrim untuk menghilangkan atau mereduksi tegangan. Cara-cara yang demikian disebut mekanisme pertahanan (Suryabrata, 1993: 167). Mekanisme pertahanan utama yang diidentifikasikan Freud adalah represi, pembentukan reaksi, pemindahan dan sublimasi, fiksasi, proyeksi, dan introyeksi (Semiun, 2006: 96). Semua mekanisme pertahanan itu mempunyai kesamaan sifat-sifat yaitu: (1) kesemuanya menolak, memalsukan, atau mengganggu kenyataan, dan (2) Kesemuanya itu bekerja dengan tidak

14 14 disadari, sehingga orang yang bersangkutan tidak tahu (tidak menginsyafi) apa yang sedang terjadi (Suryabrata, 1993: ) Penggunaan berbagai mekanisme pertahanan diri tersebut bukan merupakan bahaya, sejauh mekanisme tersebut meredakan ketegangan dan menciptakan harmoni dalam kondisi kejiwaan kita. Akan tetapi, jika mekanisme pertahanan tersebut terlalu sering digunakan, akan membahayakan serta melumpuhkan kapasitas individu dalam menghadapi realitas (Budiraharjo, 2001: 27). 1.6 Metode Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang penulis angkat dalam skripsi ini, maka metode yang digunakan penulis adalah metode deskriptif analisis. Dalam metode ini, terlebih dahulu penulis akan mendeskripsikan data-data yang terdapat dalam cerpen yang kemudian akan dianalisis sesuai dengan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Langkah awal yang penulis lakukan adalah menentukan objek materialnya, yaitu cerita pendek berjudul Kikai karya Yokomitsu Riichi, kemudian pengumpulan data yang terdapat dalam cerpen Kikai dan membaca buku-buku teori psikoanalisis Sigmund Freud yang diperlukan untuk analisis cerpen tersebut. Langkah selanjutnya sebelum sampai pada tahap menganalisis kejiwaan tokoh, penulis akan memaparkan dan mengidentifikasikan unsur-unsur intrinsik yang ada dalam cerpen Kikai kemudian menjelaskan fungsi masing-masing unsur dalam menunjang makna keseluruhan cerita. Penulis akan menganalisis tokoh Aku menggunakan pendekatan teori psikoanalisis Sigmund Freud yaitu id, ego, dan superego kemudian kecemasan yang dialaminya dan mekanisme pertahanan

15 15 yang diambil oleh tokoh Aku. Terakhir, menarik kesimpulan sehingga didapatkan jawaban atas pertanyaan pada rumusan masalah. 1.7 Sistematika Penelitian Penulisan skripsi ini disajikan dalam lima bab. Bab satu merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematika penelitian. Bab dua merupakan biografi Yokomitsu Riichi dan karya-karya yang telah dihasilkannya. Bab tiga merupakan analisis struktural cerpen Kikai. Bab empat merupakan fokus utama dalam penulisan skripsi ini, yaitu analisis psikologis tokoh utama dalam cerpen Kikai menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Bab lima merupakan kesimpulan dari apa yang telah penulis jabarkan pada bab sebelumnya sehingga didapatkan jawaban atas pertanyaan pada rumusan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Soji Shimada adalah novelis besar Jepang yang telah banyak menghasilkan karya sastra bermutu tinggi dan dihargai oleh masyarakat penikmat sastra dunia. Soji Shimada

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Novel sebagai sebuah entitas karya sastra berusaha mengisahkan sesuatu melalui tokoh-tokoh rekaan yang ada dalam sebuah cerita. Tidak hanya sampai di situ,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Novel dan cerita pendek (disingkat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Novel dan cerita pendek (disingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1993:8).

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Kesusastraan Pertanyaan mengenai apa itu sastra selama ini belum juga mendapatkan jawaban yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia, baik secara individu maupun sebagai bagian dari masyarakat sosial tidak bisa dilepaskan dari sastra. Karena dalam kehidupan tidak bisa

Lebih terperinci

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI Pendekatan Psikoanalisa Tokoh : Sigmund Freud Lahir di Moravia, 6 Mei 1856. Wafat di London, 23 September 1939 Buku : The Interpretation of Dreams (1900) Tokoh

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada.

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. PSIKOANALISIS Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. Obyek psikologi adalah kesadaran orang normal. Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terry Eagleton (dalam Dewojati, 2014: 1) pernah memaparkan karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Terry Eagleton (dalam Dewojati, 2014: 1) pernah memaparkan karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kata sastra berasal dari bahasa Sansekerta yang dapat berarti huruf/tulisan, karya tulis, ajaran moral, dan filsafat. Sastra lahir disebabkan dorongan dasar manusia

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Modul ke: Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pandangan Dasar Manusia Pandangan

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Aji Budi Santosa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan realitas sosial (semua menyangkut aspek kehidupan manusia) yang

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan realitas sosial (semua menyangkut aspek kehidupan manusia) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra lahir disebabkan oleh dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya, perhatian besar terhadap masalah manusia dan kemanusiaan serta

Lebih terperinci

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional Asia. Kehidupan dalam karya sastra dapat diperindah, diejek, atau digambarkan bertolak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai titik tolak, dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan imajinasi. Karya sastra merupakan cerminan pemikiran, perasaan, kepribadian, dan pengalaman hidup

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat pada tokoh utama Pasien 23 dalam cerpen Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Akutagawa Ryunosuke

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Bab 5 Ringkasan Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Cerpen Kappa hasil karya Akutagawa Ryunosuke selesai ditulis pada tanggal 11 Februari 1927.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada

BAB II KAJIAN TEORI. Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Konflik dalam Karya Sastra Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada kehidupan. Oleh karena itu, pembaca dapat terlibat secara emosional terhadap apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya tulis, namun yang lebih penting dari tulisan tersebut adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya sastra bukan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: a. psikosastra b. kesepian c. frustasi d. kepribadian a. Psikologi Sastra

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Kegelisahan adalah perasaan gelisah; kekhawatiran; kecemasan. Konsep kegelisahan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Kegelisahan adalah perasaan gelisah; kekhawatiran; kecemasan. Konsep kegelisahan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kegelisahan adalah perasaan gelisah; kekhawatiran; kecemasan. Konsep kegelisahan jiwa dalam penelitian ini berupa kecemasan neurosis tokoh.

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG 1 BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Perkembangan karya sastra pada masa sekarang sangatlah pesat. Hal ini terbukti dari banyak karya sastra yang muncul. Semakin maraknya karya sastra pada masa sekarang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini.

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. 2.1.1 Novel Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layar lebar dan televisi dari Universitas Loloya Marymount, Los Angeles. Ankoku

BAB I PENDAHULUAN. layar lebar dan televisi dari Universitas Loloya Marymount, Los Angeles. Ankoku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ankoku Joshi merupakan novel karya Akiyoshi Rikako, seorang penulis Jepang lulusan Universitas Waseda. Dia mendapatkan gelar master dalam bidang layar lebar dan televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA PADA NOVEL MUSYAHID CINTA KARYA AGUK IRAWAN MN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA PADA NOVEL MUSYAHID CINTA KARYA AGUK IRAWAN MN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA PADA NOVEL MUSYAHID CINTA KARYA AGUK IRAWAN MN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Novi Dwi Setianis Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan kejiwaan itu terjadi karena tidak terkendalinya emosi dan perasaan dalam diri. Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra diadaptasi dari dunia nyata berupa pengalaman yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Sastra diadaptasi dari dunia nyata berupa pengalaman yang kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sastra diadaptasi dari dunia nyata berupa pengalaman yang kemudian digambarkan melalui tulisan oleh pengarang. Saxby dalam Nurgiyantoro (2005: 4) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara maju yang cukup berpengaruh di dunia saat ini. Jepang banyak menghasilkan teknologi canggih yang sekarang digunakan juga oleh negara-negara

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya Bab 5 Ringkasan Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya Akutagawa Ryunosuke. Cerpen Rashomon hasil karya Akutagawa Ryunosuke pertama kali dipublikasikan di majalah sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat memasuki hutan makin ke dalam makin lebat dan belantara, ada peristiwa suka dan duka, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya (Panuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan dirinya di tengah-tengah masyarakat. Setiap manusia pada dasarnya memiliki sifat kemanusiaan,

Lebih terperinci

Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA TOKOH-TOKOH NOVEL BIOLA PASIR DARI MASA LALU KARYA D.K. SUMIRTA Ni Komang Dewi Anggraeni email: dewianggraeni081292@gmail.com Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan

Lebih terperinci

NALISIS PSIKOLOGI BAWAH SADAR NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NALISIS PSIKOLOGI BAWAH SADAR NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NALISIS PSIKOLOGI BAWAH SADAR NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ahmad Hamid Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoneisa Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. antara individu dengan sesamanya. Berawal dari bahasa tersebut manusia dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. antara individu dengan sesamanya. Berawal dari bahasa tersebut manusia dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi, menyampaikan pendapat, mengapresiasikan pikiran sehingga tercipta pengertian antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya Sastra adalah suatu wadah untuk menyampaikan model kehidupan yang di idealkan dan ditampilkan dalam cerita lewat para tokoh,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Penelitian ini memaparkan penelitian dan analisis terdahulu tentang analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manga ( 漫画 ) merupakan komik yang dibuat di Jepang. Kata tersebut digunakan khusus untuk membicarakan tentang komik Jepang, sesuai dengan gaya yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia memiliki banyak realita yang mempengaruhi kehidupan itu sendiri. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Siti Fatimah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Enik Kuswanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA TOKOH TRANSGENDER DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI: SUATU KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA

MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA TOKOH TRANSGENDER DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI: SUATU KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA TOKOH TRANSGENDER DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI: SUATU KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA Ningrum Martono Helvy Tiana Rosa Gres Grasia Azmin Abstrak. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Psikoanalisa

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Psikoanalisa PSIKOLOGI UMUM 1 Aliran Psikoanalisa Sigmund Freud 3 sumber utama yang mempengaruhi gerakan Psikonalisa: 1. Ketidaksadaran Mental events mulai dari yang sama sekali tidak disadari sampai yang jelas disadari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sadar (subconcius) setelah mendapat bentuk yang jelas dituangkan ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. sadar (subconcius) setelah mendapat bentuk yang jelas dituangkan ke dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Semi (via Endraswara, 2008:7), karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaaan pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya yang Relevan. Eskapisme Tokoh Utama dalam Novel Menggapai Matahari Karya Dermawan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya yang Relevan. Eskapisme Tokoh Utama dalam Novel Menggapai Matahari Karya Dermawan 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya yang Relevan Kajian psikologi sastra banyak digunakan oleh pengamat sastra untuk mengkaji sebuah novel. Peneliti menemukan ulasan mengenai kajian

Lebih terperinci

Oleh: Lisnawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Lisnawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA NOVEL 3 WALI 1 BIDADARI LELAKI PILIHAN ABAH KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA DAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Lisnawati Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sastranya. Bisa dibilang, kehidupan masyarakat Jepang sangat erat kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sastranya. Bisa dibilang, kehidupan masyarakat Jepang sangat erat kaitannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang dikenal sebagai negara yang sangat kaya warisan budaya, tradisi dan juga kehidupan sastranya. Bisa dibilang, kehidupan masyarakat Jepang sangat erat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti tulisan. Demikian pula dalam bahasa indonesia, kata sastra diambil dari

BAB I PENDAHULUAN. berarti tulisan. Demikian pula dalam bahasa indonesia, kata sastra diambil dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara harfiah, kata sastra berasal dari bahasa latin, yakni littera yang berarti tulisan. Demikian pula dalam bahasa indonesia, kata sastra diambil dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan tanggapan penciptanya (pengarang) terhadap dunia (realita

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan tanggapan penciptanya (pengarang) terhadap dunia (realita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luxemburg (dalam Sangidu, 2004: 41) menyatakan bahwa karya sastra merupakan tanggapan penciptanya (pengarang) terhadap dunia (realita sosial) yang dihadapinya.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan pembahasan mengenai pandangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai

BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu karya tulis yang memberikan hiburan dan disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai kehidupan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra (sansekerta/shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text), atau wacana

BAB I PENDAHULUAN. kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text), atau wacana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah kegiatan kreatif manusia dalam mengungkapkan penghayatannya dengan menggunakan bahasa sebagai media. Sastra dibagi menjadi tiga genre, yaitu puisi,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memang tidak luput dari masalah. Permasalahan tersebut meliputi masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, dan sesama, interaksinya dengan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra dengan ilmu psikologi. Psikologi sastra adalah kajian sastra yang

BAB I PENDAHULUAN. sastra dengan ilmu psikologi. Psikologi sastra adalah kajian sastra yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang psikologi sastra merupakan bidang interdisipliner antara ilmu sastra dengan ilmu psikologi. Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sastra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang, salah satu caranya adalah menuangkan ekspresi dengan tulisan dan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang, salah satu caranya adalah menuangkan ekspresi dengan tulisan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak cara yang dilakukan manusia untuk mengungkapkan perasaan seseorang, salah satu caranya adalah menuangkan ekspresi dengan tulisan dan kemudian menjadi sebuah

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGIS WATAK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL TUHAN JANGAN PISAHKAN KAMI KARYA DAMIEN DEMATRA

ANALISIS PSIKOLOGIS WATAK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL TUHAN JANGAN PISAHKAN KAMI KARYA DAMIEN DEMATRA ANALISIS PSIKOLOGIS WATAK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL TUHAN JANGAN PISAHKAN KAMI KARYA DAMIEN DEMATRA Iin Sulistianingtias Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Tujuan umum penelitian adalah mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Cerpen atau cerita pendek termasuk salah satu karya sastra fiksi yang berbentuk prosa naratif. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Tinjauan Pustaka Penelitian menggunakan pendekatan psikologi sastra banyak dilakukan dalam kajian sastra. Penelitian yang relevan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan 1. Hakikat Penokohan a. Pengertian Penokohan Aminuddin (2010: 79) menyatakan bahwa tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL CATATAN ICHIYO, TOKOH ICHIYO DAN PSIKOANALISA SIGMUND FREUD

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL CATATAN ICHIYO, TOKOH ICHIYO DAN PSIKOANALISA SIGMUND FREUD BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL CATATAN ICHIYO, TOKOH ICHIYO DAN PSIKOANALISA SIGMUND FREUD 2.1. Novel Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel berasal dari bahasa Italia novella,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perenungan dan imajinasi secara sadar dari hal-hal yang diketahui, dihindari,

BAB I PENDAHULUAN. perenungan dan imajinasi secara sadar dari hal-hal yang diketahui, dihindari, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya seorang pengarang yang merupakan hasil perenungan dan imajinasi secara sadar dari hal-hal yang diketahui, dihindari, dirasa, ditanggapi,

Lebih terperinci

lain sastra selalu berkembang. Selain unsur-unsur yang ada di dalam teks, karya

lain sastra selalu berkembang. Selain unsur-unsur yang ada di dalam teks, karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sama halnya dengan sebuah seni, namun seni bukanlah sesuatu hal yang monoton. Setiap era, seni selalu berubah termasuk sastra, dengan kata lain sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam buku Fiksi Populer: Teori dan Metode Kajian, sastra dalam bahasa Inggris literature sehingga popular literature dapat diterjemahkan sebagai sastra populer. Banyak

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH. Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

UCAPAN TERIMA KASIH. Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa ABSTRAKSI Jigokuhen merupakan salah satu karya terbaik Akutagawa Ryuunosuke yang bercerita mengenai seorang pelukis terkenal yang terobsesi dengan kesempurnaan dalam menyelesaikan lukisan neraka. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan karena keduanya memiliki fungsi dalam hidup manusia. Keduanya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan karena keduanya memiliki fungsi dalam hidup manusia. Keduanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dan psikologi dapat bersimbiosis dalam perannya terhadap kehidupan karena keduanya memiliki fungsi dalam hidup manusia. Keduanya sama-sama berurusan dengan persoalan

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Indayani Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoneisa Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh. dengan pandangannya (Nurgiyantoro, 1995: 2).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh. dengan pandangannya (Nurgiyantoro, 1995: 2). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra (karya sastra) merupakan karya seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Pradopo, 2010: 121). Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah rancangan atau buram surat; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata.

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya novel adalah sebuah karya sastra yang membangun sebuah dunia yang utuh sesuai dengan keinginan pengarangnya. Dunia tersebut dapat dikatakan sebagai luapan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki

Bab I Pendahuluan. pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki Bab I Pendahuluan 1.Latar Belakang Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki pemikiran bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. 7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, dan keagamaan keberadaannya tidak merupakan keharusan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, dan keagamaan keberadaannya tidak merupakan keharusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa latin, yakni littera yang berarti tulisan, dimana istilah sastra ini dapat dipakai untuk menunjukkan gejala budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu karya sastra di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal tersebut dibuktikan dari banyaknya karya sastra yang mucul dalam kalangan

Lebih terperinci

Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds

Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (precon scious), dan

Lebih terperinci

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMADALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMADALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA KONFLIK BATIN TOKOH UTAMADALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Galuh Keuisristaristiana17@gmail.com, ikinsyamsudinadeani@unigal.ac.id

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan jiwa,tokoh utama, kecemasan, dan struktur kepribadian. 2.1.1 Pergolakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hingga saat ini, sastra tidak saja dinilai sebagai sebuah karya seni yang

BAB I PENDAHULUAN. Hingga saat ini, sastra tidak saja dinilai sebagai sebuah karya seni yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran sastra di tengah peradaban manusia tidak dapat ditolak, bahkan kehadiran tersebut diterima sebagai salah satu realitas sosial budaya. Hingga saat ini, sastra

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang struktural sastra dan sosiologi sastra. Pendekatan struktural dilakukan untuk melihat keterjalinan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra memberikan pelajaran penting bagi kehidupan manusia. Dalam karya terdapat pesan-pesan sosial, moral, dan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra memberikan pelajaran penting bagi kehidupan manusia. Dalam karya terdapat pesan-pesan sosial, moral, dan spiritual BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra memberikan pelajaran penting bagi kehidupan manusia. Dalam karya terdapat pesan-pesan sosial, moral, dan spiritual dapat dijadikan pedoman hidup. Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang diekspresikan dalam wujud media tulis. Untuk itu, karya sastra dihasilkan melalui imajinasi dan

Lebih terperinci