BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ketahanan pangan saat ini telah menjadi salah satu isu penting dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ketahanan pangan saat ini telah menjadi salah satu isu penting dalam"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Ketahanan pangan saat ini telah menjadi salah satu isu penting dalam pembangunan. Melihat kondisi di Indonesia, ketahanan pangan menjadi suatu ironi. Kondisi lingkungan dan sumber daya alam yang mendukung untuk pembangunan pertanian tidak sejalan dengan kemampuan pemenuhan ketahanan pangan bagi masyarakat. Adanya kasus kekurangan gizi hingga gizi buruk di Indonesia merupakan contoh dari buruknya sinergi antara ketersediaan pangan di tingkat makro dan aksesibilitas individu dan rumah tangga terhadap bahan pangan. Kondisi ini sangat kontradiktif jika melihat fakta bahwa suatu daerah lumbung beras yang memiliki surplus produksi 400 ribu ton per tahun, tetapi penduduknya banyak yang tidak memiliki akses terhadap pangan. Mereka inilah yang masuk dalam kategori penduduk miskin dan memiliki akses buruk terhadap pangan. Aksesibilitas pangan kelompok miskin dan rawan ini tentu tidak akan dapat dipecahkan dengan eksplorasi saling-silang pendapat kaum elite, tetapi memerlukan ikhtiar bersama dari segenap lapisan masyarakat (Arifin, 2007: 150). Pada abad 18, Malthus sebenarnya sudah memperkirakan bahwa pada suatu saat bumi akan kekurangan pangan sebagai akibat pertambahan ketersediaan pangan tidak sebanding dengan pertambahan penduduk. Pemikiran Malthus telah memengaruhi kebijakan pangan internasional melalui Revolusi Hijau yang 1

2 2 mampu meningkatkan laju produksi pangan dunia melebihi laju pertumbuhan penduduk. Di Indonesia, Revolusi Hijau berhasil meningkatkan produksi pangan padi pada lahan pertanian secara nasional namun gagal mendorong sistem pangan lokal yang kuat dan berkesinambungan. Sejak tahun 2004 Indonesia seharusnya telah mampu swasembada beras namun sampai saat ini Indonesia masih sebagai pengimpor beras. Belum lagi beberapa bahan makanan impor lainnya yaitu gula, daging, bahkan garam. Ketersediaan produk pangan di Indonesia kini tergantung dari produksi domestik maupun impor (Sudhamek, 2008: 8). Ancaman akan adanya krisis pangan menjadi suatu hal yang serius karena menyangkut kelangsungan hidup masyarakat. Ketahanan pangan menjadi hal yang mendasar untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Kebutuhan perut masyarakat tentu tidak dapat diabaikan. Konsumsi pangan dengan kualitas gizi yang rendah juga turut berpengaruh buruk terhadap perkembangan kualitas sumber daya manusia. Dimana sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam pembangunan. Menurut data dalam Roadmap Diversifikasi Pangan dari Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (2012: 17) pola konsumsi pangan di Indonesia pada tahun 2011 didominasi oleh beras. Kontribusi beras dalam konsumsi kelompok padi-padian sebesar 996 kkal/kap/hari atau mencapai 80,6 persen terhadap total energi padi-padian (1236 kkal/kap/hari). Di samping itu, rendahnya konsumsi pangan hewani, sayuran, buah, dan aneka kacang menyebabkan kualitas konsumsi pangan masyarakat masih rendah yang

3 3 diindikasikan dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) 77,3 pada tahun Angka tersebut masih di bawah PPH ideal yaitu 100. Tabel 1.1 Perkembangan Rata-Rata Konsumsi Energi dan Protein di Indonesia Th Uraian Konsumsi PerKapita Perhari WNPG V II 2004 Energi (kkal/kap/hari) Protein 57,65 57,49 54,35 55,05 56,25 53,14 52 (gram/kap/hari) Skor PPH 82,8 81,9 75,7 77,5 77,3 75,4 100 Sumber: Susenas BPS Triwulan I (dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012, Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian). Berdasarkan Tabel 1, skor PPH terhadap pola konsumsi perkapita perhari terus mengalami penurunan dari Tahun 2007 sebesar 82,6 menjadi 75,4 pada Tahun Hal ini merupakan gambaran bahwa konsumsi pangan semakin jauh dari angka ideal yaitu 100. Penurunan tersebut terlihat selama kurun waktu 2007 hingga 2012, meskipun terdapat kenaikan dari tahun 2009 ke 2010, tahun 2010 ke tahun 2011 relatif stabil, tetapi skor pada tahun 2012 berbeda jauh dibanding tahun Hal tersebut tentunya menandakan bahwa kebutuhan konsumsi pangan masyarakat Indonesia belum terpenuhi secara ideal. Adapun data mengenai kondisi rawan pangan pada penduduk Indonesia dapat dijelaskan pada

4 4 Tabel 1.2. Tabel 1.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Rawan Pangan Tahun Rincian Jumlah Penduduk 1. Jumlah penduduk (juta jiwa) 2. Jumlah penduduk miskin (juta jiwa) 3. Jumlah penduduk sangat rawan a ): a. Jumlah (juta jiwa) b. Presentase 4. Jumlah penduduk rawan b ) : a. Jumlah (juta jiwa) b. Presentase 5. Jumlah penduduk tahan pangan c ): a. Jumlah (juta jiwa) b. Presentase Pertum buhan %/Thn 224,2 228,5 231,4 237, ,81 37,17 34,96 32,53 31,02 30,02 29,13-5,39 29,21 13,03 61,57 27,46 133,42 25,11 11,07 62,38 27,5 139,34 33,29 14,47 72,72 31,62 123,96 35,71 15,34 72,44 31,12 124,61 42,08 17,41 78,48 32,48 121,01 9,73 7,68 6,08 4,18-2,41 59,51 61,43 53,9 53,53 50,10-4,22 Sumber: BPS Tahun (dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012, Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian). Dari tabel diatas memperlihatkan bahwa kenaikan jumlah penduduk juga diikuti dengan naiknya jumlah penduduk yang rawan pangan dan sangat rawan pangan. Jumlah penduduk yang tahan pangan malah mengalami penurunan hingga tahun Adapun jumlah penduduk sangat rawan pangan mengalami penurunan pada tahun 2008 dan jumlah penduduk tahan pangan naik pada tahun

5 Tetapi keberhasilan tersebut belum dapat dipertahankan atau tidak menjadi lebih baik pada tahun berikutnya. Adanya isu tentang ketahanan pangan yang menjadi permasalahan bagi bangsa, tentunya diperlukan usaha bersama dari segenap masyarakat. Pihak-pihak lain perlu mendukung pemerintah untuk mewujudkan pembangunan ketahanan pangan. Sinergi diantara para pelaku pembangunan seperti pemerintah, pasar, masyarakat, dan media massa menjadi kunci keberhasilan dalam mewujudkan pembangunan. Semua aktor tersebut memiliki peran masing-masing. Pemerintah memiliki peran dalam membuat dan mewujudkan kebijakan. Pelaku pasar yaitu swasta dapat berperan dalam bidang usaha serta kerja sama. Masyarakat memiliki peran untuk berkontribusi dalam mendukung kebijakan pemerintah. Petani dan masyarakat lainnya tentu menjadi aktor yang tak kalah penting untuk terlibat dalam pelaksanaan ketahanan pangan. Sedangkan media massa memiliki peran dalam memberikan wacana pembangunan. Saat ini peran media massa sangat penting dalam mendukung proses pembangunan. Apalagi saat ini kita telah memasuki era masyarakat informasi. Media massa memiliki posisi yang berpengaruh terhadap jalannya pembangunan. Media massa menjadi sarana komunikasi pembangunan yang perlu menjadi perhatian bagi semua pihak yang terlibat. Komunikasi pembangunan juga telah disadari sebagai kunci dalam keberhasilan suatu pembangunan. Komunikasi pembangunan merupakan proses penyampaian informasi kepada segenap warga masyarakat tentang adanya kegiatan pembangunan yang

6 6 sedang dan akan diupayakan oleh pemerintah bersama-sama dengan atau oleh masyarakat (Mardikanto, 2010: 57). Adanya komunikasi sangat diperlukan bagi setiap usaha untuk menimbulkan perubahan. Komunikasi juga menjadi alat yang memiliki kekuatan luar biasa guna mengawasi salah satu kekuatan penting masyarakat: konsepsi mental yang membentuk wawasan orang mengenai kehidupan. Ada beberapa bentuk komunikasi yang dapat digunakan seperti: komunikasi persona, komunikasi kelompok dan komunikasi massa (Harun, 2011: 157). Dalam perkembangannya, komunikasi massa saat ini berkembang sangat pesat karena adanya kemajuan dalam teknologi komunikasi. Pemanfaatan media massa sebagai bagian dari komunikasi massa telah akrab dalam kehidupan seharihari masyarakat. Mass media is ubiquitous. Maksudnya adalah kehadiran media massa berada dimana-mana. Hal ini dapat menjadi kekuatan dalam pembangunan. Media massa mampu mendominasi lingkungan informasi dengan keberadaannya dimana-mana. Karena sifatnya yang serba ada, agak sulit orang menghindari pesan media massa. Sementara itu, pesan-pesan media massa bersifat kumulatif. Berbagai pesan yang sepotong-potong bergabung menjadi satu kesatuan yang memperkokoh dampak media massa. Dampak ini diperkuat dengan keseragaman para wartawan. Siaran berita cenderung sama, sehingga dunia yang disajikan pada khalayak juga dunia yang sama. Khalayak akhirnya tidak mempunyai alternatif yang lain, sehingga mereka membentuk persepsinya berdasarkan informasi yang diterima dari media massa (Rakhmat, 2012: 198).

7 7 Dalam masyarakat modern, gambaran tentang lingkungan yang jauh diperoleh melalui media. Masyarakat tradisional yang bergerak ke arah modernisasi juga mulai menggantungkan pengetahuannya pada media massa. Akibatnya, pemikiran-pemikiran tentang apa yang penting, berbahaya, apa yang menarik dan sebagainya, umumnya berasal dari media. Surat kabar, radio dan majalah yang berperan sebagai pengawas di pelbagai tempat, harus memutuskan apa yang tepat untuk disiarkan. Tindakan untuk menentukan siapa yang harus menulis, berperan dalam siaran televisi, peristiwa-peristiwa apa yang dilaporkan, banyak ditentukan oleh tingkat pengetahuan serta apa yang menjadi pokok pembicaraan masyarakat. Jelaslah dalam hal ini media dapat mengarahkan perhatian masyarakat pada masalah-masalah pembangunan (Depari et al., 1995: 45). Peran media massa menjadi efektif dalam mendukung dan mempercepat pembangunan. Media massa juga seharusnya menjadi bagian yang terintegrasi dalam kebijakan pembangunan. Hal ini penting dimana media massa memiliki kekuatan untuk memengaruhi masyarakat dalam hal kognitif yang pada akhirnya mampu merubah perilaku. Inilah yang menjadi tujuan dari komunikasi pembangunan. Salah satu aspek yang strategis dalam komunikasi pembangunan adalah bidang pertanian, dalam hal ini khususnya tentang ketahanan pangan, maka media massa juga seharusnya turut berperan dalam pembangunan tersebut. Dimana telah diketahui bahwa ketahanan pangan menjadi isu penting yang menyangkut kepentingan bangsa. Pembangunan ketahanan pangan tidak semata diupayakan

8 8 oleh pemerintah saja. Tetapi juga perlu adanya kekuatan media massa. Sehingga ia dapat menjadi perantara komunikasi mengenai berbagai isu atau kebijakan ketahanan pangan antara pemerintah dan masyarakat. Bagaimana pun pembangunan tidak dapat berjalan lancar jika komunikasi diabaikan. Dalam hal ini adalah komunikasi massa melalui media massa. Untuk itu yang menjadi perhatian dalam media massa adalah bagaimana ia mampu menjadikan pemberitaan pembangunan ketahanan pangan menjadi sesuatu yang penting. Pemberitaan tersebut dapat mempengaruhi wacana di masyarakat dan kebijakan pemerintah. Dalam hal itu media massa dapat mengagendakan berita yang dianggap penting. Ini yang menjadi kajian dalam agenda setting media massa. Istilah agenda setting dikemukakan oleh McCombs dan Shaw yang ide intinya adalah bahwa media berita mengindikasikan kepada publik apa yang menjadi isu utama hari ini dan hal ini tercermin dalam apa yang dipersepsikan publik sebagai isu utama (McQuail, 2011: 276). Kesimpulannya media massa dapat memengaruhi persepsi masyarakat terhadap isu pembangunan. Secara ideal pemberitaan yang dilakukan perlu mengarahkan persepsi masyarakat untuk ikut berkontribusi dalam pembangunan atau bersikap kritis terhadap kebijakan yang ada. Dalam hal nya dengan pembangunan ketahanan pangan, media dapat membentuk persepsi masyarakat dengan pemberitaan pembangunan ketahanan pangan yang ada. Misalnya, media mampu memberikan informasi untuk memberikan pengetahuan tentang pemanfaatan pangan lokal, kebijakan harga,

9 9 kebijakan politik pemerintah, kondisi ketahanan pangan di daerah, serta pemberitaan lainnya yang bersifat membangun tentunya. Pemberitaan ketahanan pangan tidak hanya menjadi isu lokal tetapi juga isu nasional, bahkan telah menjadi isu global. Hal ini karena menyangkut kebijakan negara secara makro dalam pelaksanaan ketahanan pangan serta adanya kebijakan global yang memiliki perhatian terhadap isu pangan. Dan juga nantinya turut memengaruhi kebijakan mikro di tingkat lokal. Pemberitaan tentang ketahanan pangan yang ditulis oleh media dapat sangat beragam. Hal itu sesuai dengan apa yang menurut media anggap penting. Misalnya tentang isu politik pangan, pro dan kontra kebijakan pangan, ketahanan pangan di suatu daerah, serta berbagai topik lainnya. Dalam hal pemberitaan di media massa, pers menjadi salah satu kekuatan yang memengaruhi wacana pembangunan bagi pembaca. Dalam beberapa hal, surat kabar adalah penggerak utama dalam menentukan agenda daerah. Surat kabar memiliki andil besar dalam menentukan apa yang akan dibahas oleh sebagian besar orang, apa pendapat sebagian besar orang tentang fakta yang ada, dan apa yang dianggap sebagian besar orang sebagai cara untuk menangani masalah (Tamburaka, 2013: 22). Saat ini isu dan dinamika permasalahan ketahanan pangan telah menjadi isu yang strategis dalam pemberitaan di surat kabar nasional. Sejalan dengan era modernisasi, media masa dipandang dapat memberikan kontribusi yang sangat strategis dalam fasilitasi proses pembangunan. Surat kabar

10 10 sebagai salah satu bentuk media massa yang telah dikenal secara luas memiliki peranan yang signifikan dalam membangun wacana pembangunan yang mampu menyampaikan pesan melalui berita-berita pembangunan. Karakteristik surat kabar dipandang memiliki beberapa kelebihan atau keunggulan yang antara lain ditunjukkan dengan jangkauannya yang luas dan heterogen, berita yang aktual setiap hari, dan penulisan berita yang mendalam. Surat kabar telah dikenal sebagai media yang memiliki kredibilitas dalam penulisan berita sehingga sangat prospektif dimanfaatkan dalam penyebarluasan berbagai isu dan berita pembangunan nasional dan daerah. Terkait dengan pemberitaan mengenai pembangunan di surat kabar lahirlah sebuah istilah jurnalisme pembangunan yang mengasumsikan bahwa pembangunan adalah positif, merupakan tujuan yang dikehendaki, dan media massa dapat melakukan banyak hal untuk membantu perkembangannya (Kusumaningrat dan Purnama, 2012: 274). Dalam hal ini, surat kabar kabar tentu dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan. Surat kabar menjadi media komunikasi yang dapat menjadi perantara antara pemerintah dan masyarakat. Dari berbagai surat kabar nasional yang ada, Kompas merupakan surat kabar nasional yang aktif memberitakan berbagai informasi tentang pertanian, salah satunya mengenai ketahanan pangan. Ada berbagai isu tentang ketahanan pangan yang dibahas oleh Kompas seperti ekspor impor pangan, kebijakan harga pangan, kelangkaan komoditas, pangan lokal, serta kaitannya dengan perubahan iklim dan pertumbuhan penduduk. Kebijakan pemerintah juga seringkali disorot

11 11 dalam hal ketahanan pangan. Pemberitaan tersebut dapat berada di halaman depan sebagai headline, di halaman dalam, kolom opini, tajuk rencana, bagian ekonomi, dan lain-lain. Beberapa isu yang pernah muncul mengenai permasalahan ketahanan pangan diantaranya adalah impor beras, kasus kuota impor daging sapi, polemik impor gula rafinasi, hingga krisis kedelai. Selanjutnya penulis akan menganalisis tentang pemberitaan ketahanan pangan di surat kabar Kompas sebagai agenda media. Serta bagaimana agenda media surat kabar Kompas mampu memengaruhi opini publik dan kebijakan pemerintah atas isu yang diberitakan. Kompas telah menjadi media cetak yang sangat kredibel dan menjadi salah satu barometer bagi publik. Kompas adalah suratkabar yang paling berpengaruh di Indonesia. Ia memiliki standar tinggi dalam jurnalisme dan dibaca oleh banyak kalangan sosial ekonomi. Sirkulasi harian Kompas mencapai dan memiliki total pembaca menurut data Nielsen sebesar 1,24 juta masyarakat. Selanjutnya Kompas memiliki pengaruh dalam membentuk opini publik dan agenda setting berita nasional (Infoasaid, 2012: ). Isu yang menjadi bahan pemberitaan Kompas sebagai surat kabar nasional tentu memiliki efek berbeda dengan apa yang diberitakan oleh surat kabar daerah. Isu yang diberitakan akan menjadi isu yang dianggap penting tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga nasional. Jika Kompas memiliki kekuatan dalam memengaruhi opini publik, maka terdapat korelasi yang kuat diantara keduanya. Agenda publik akan menganggapnya penting apabila media membuat agenda setting terhadap

12 12 kepentingan isu ketahanan pangan. Selanjutnya hal tersebut juga akan berhubungan dengan kebijakan terhadap isu pembangunan ketahanan pangan Rumusan Masalah Ketahanan pangan merupakan salah satu isu strategis dalam pembangunan yang menyangkut ketahanan bangsa. Hal ini menjadi tanggung jawab bersama pemerintah, pasar, masyarakat sipil, dan media massa. Dalam hal ini, aktor media memiliki peran yang penting dan tidak dapat diabaikan. Kehadiran media massa saat ini telah menjadi konsumsi publik. Informasi telah menjadi kebutuhan masyarakat. Informasi juga dianggap sebagai mata rantai yang penting dalam pembangunan. Kualitas informasi yang tersedia dan publikasinya merupakan faktor kunci dalam laju dan kelancaran pembangunan. Adanya media massa dan informasi yang memadai ikut berperan dalam mendorong pendidikan, perdagangan, dan rantai aktivitas pembangunan lainnya (Harun, 2011: 133). Tanpa adanya keterbukaan informasi dan komunikasi yang terintegrasi, maka pembangunan kurang berjalan lancar. Terkait dengan pembangunan ketahanan pangan, media massa cetak yaitu Kompas memiliki peran dalam penulisan berita terkait hal tersebut. Ketahanan pangan dapat dianggap menjadi isu yang penting jika media membuatnya penting untuk dipikirkan. Inilah yang disebut sebagai agenda media. Selanjutnya media massa mampu memengaruhi opini publik hingga memengaruhi kebijakan.

13 13 Berdasarkan hal tersebut, yang menjadi permasalahan dalam penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana derajat keeratan hubungan (korelasi) antara agenda media dengan agenda publik dalam isu ketahanan pangan di Kompas? 2. Bagaimana agenda kebijakan mengenai ketahanan pangan? 1. 3 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui korelasi agenda media dan agenda publik dalam isu ketahanan pangan di Kompas. 2. Mengetahui agenda kebijakan pembangunan ketahanan pangan pemerintah 1. 4 Manfaat Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk: 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan akademik dalam bidang penyuluhan dan komunikasi pembangunan, khususnya di bidang media. 2. Bagi pelaku media, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam kegiatan pemberitaan isu pembangunan. 3. Bagi pelaku kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam mengambil kebijakan.

14 Keaslian Penelitian Penelitian ini memiliki sudut pandang yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Penelitian ini menekankan tentang peran media massa khususnya surat kabar dalam pembangunan. Secara spesifik akan melihat pemberitaan ketahanan pangan sebagai salah satu isu pembangunan di surat kabar Kompas. Agenda berita yang dibentuk oleh media massa akan membentuk opini publik yang selanjutnya akan berimplikasi pada kebijakan pemerintah. Ada beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan agenda setting pemberitaan di media massa cetak. Pertama, penelitian oleh Salvatore Simarmata (2012) yang berjudul Sikap Politik Pers Terhadap Pemerintahan Koalisi (Analisis Isi Pemberitaan Pers Nasional atas Pemerintahan Koalisi Pascapemilihan Umum 2009 pada Harian Kompas, Media Indonesia, dan Republika Periode 1 November April 2010). Penelitian ini menjelaskan tentang kecenderungan sikap politik oposisional pers nasional terhadap pemerintahan koalisi pascapemilu 2009 pada pemberitaan harian Kompas, Media Indonesia, dan Republika periode 1 November April Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Nita Andrianti (2013) yang berjudul Kunjungan Diplomatik Sebagai Media Event (Analisis Isi Berita Kunjungan Diplomatik di The Jakarta Post Periode 1 Juli 31 Desember 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui liputan surat kabar terhadap peristiwa kunjungan diplomatik pejabat negara lain yang berkunjung ke Indonesia serta melihat kecenderungan atau kemenarikan isu/materi peristiwa kunjungan diplomatik dari sudut posisi berita.

15 15 Pada penelitian yang pertama dan kedua menggunakan metode analisis isi terhadap item berita yang terkait. Analisis isi merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penelitian agenda setting. Namun, hal yang dapat dilihat hanya agenda media saja. Dalam penelitian tentang Agenda Setting Pemberitaan Pembangunan Oleh Surat Kabar Kompas, maka penulis akan melihat agenda setting pemberitaan secara lebih komprehensif dari konsep 3 agenda yaitu: agenda media, agenda publik, dan agenda kebijakan. Ketiga, penelitian yang berjudul Pemberitaan Pertanian Oleh Surat Kabar Daerah: Studi Kasus Pada Rubrik Kanda Raharja-SKH Kedaulatan Rakyat yang ditulis oleh Muh. Saiful Ngatif, dkk (2005). Penelitian ini menjelaskan proporsi pemberitaan pertanian dan non pertanian, mengidentifikasi sumber berita yang dominan, topik berita pertanian yang dominan serta kebijakan redaksional SKH Kedaulatan Rakyat. Penelitian ini juga menggunakan metode analisis isi. Penelitian ini memiliki persamaan dalam hal objek pemilihan berita yaitu tentang pembangunan pertanian. Namun, dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, pemilihan berita lebih spesifik pada isu ketahanan pangan. Jadi, fokus dalam penelitian ini berbeda dengan penelitianpenelitian sebelumnya. Agenda setting akan diteliti untuk ketiga agenda, tidak hanya sampai pada opini publik saja. Selain itu fokus pemilihan berita juga berbeda dari penelitian sebelumnya. Berita pembangunan mengenai ketahanan pangan yang dipilih merupakan isu strategis pada saat ini.

16 16 Untuk lebih jelasnya, perbedaan dan persamaan penelitian dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 1.3 Matriks Penelitian Terdahulu N o. Judul, Penulis, Tahun Tujuan Metodologi Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Sikap Politik Pers Terhadap Pemerintahan Koalisi (Analisis Isi Pemberitaan Pers Nasional atas Pemerintahan Koalisi Pascapemilihan Umum 2009 pada Harian Kompas, Media Indonesia, dan Republika Periode 1 November April 2010) oleh Salvatore Simarmata, Menganalisis kecenderungan sikap politik oposisional pers nasional terhadap pemerintahan koalisi pascapemilu 2009 pada pemberitaan harian Kompas, Media Indonesia, dan Republika periode 1 November April Penelitian deskriptif dengan memakai metode analisis isi kuantitatif. Objek analisis penelitian adalah teks berita utama dan tajuk rencana. Uji chi square untuk melihat ada dan tidaknya perbedaan. Hasilnya ditemukan bahwa sikap politik pers cukup oposisional terhadap pemerintahan koalisi. Tajuk rencana terlihat lebih oposisional daripada berita utama media. Otonomi media dalam menyatakan sikap oposisional tersebut lewat tajuk rencana cukup tinggi, sementara lewat berita utama rendah. Studi analisis isi terhadap berita di media cetak. Fokus pemberitaan adalah sikap politik oposisional pers pasca pemilu, kemudian analisis yang digunakan memiliki cakupan yang lebih sempit atau hanya melihat agenda media. 2. Kunjungan Diplomatik Sebagai Media Event (Analisis Isi Berita Kunjungan Diplomatik di The Jakarta Post Periode 1 Juli 31 Desember 2010) oleh Nita Andrianti, Untuk mengetahui liputan surat kabar terhadap peristiwa kunjungan diplomatik pejabat negara lain yang berkunjung ke Indonesia. Penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode analisis isi. Uji tabulasi silang dilakukan untuk melihat kecenderungan atau kemenarikan isu/materi peristiwa 1.Kecenderungan posisi berita pada halaman dalam. 2.Format berita lebih ditekankan hardnews 3.Sumber berita lebih ditekankan pada formal information channel dan koverasi pada one sided coverage. 4.Nilai berita Studi analisis isi terhadap berita di media cetak. Fokus pemberitaan adalah berita kunjungan diplomatik, kemudian analisis yang digunakan memiliki

17 17 kunjungan diplomatik dari sudut posisi berita. signifikansi dan kecenderungan netral paling besar. 5.Kecenderungan berita pada the first tiers. 6.Media event menilai bahwa kecenderungan berita terbesar pada Presiden/Perdana Menteri. 7. Fokus berita pada ekonomi dan pembangunan (29%) serta lainnya (26,7%). cakupan yang lebih sempit atau hanya melihat agenda media. 3. Pemberitaan Pertanian Oleh Surat Kabar Daerah: Studi Kasus Pada Rubrik Kanda Raharja-SKH Kedaulatan Rakyat oleh Muh. Saiful Ngatif, dkk, Mengetahui proposi dalam jumlah, panjang, dan posisi berita pertanian dibanding non pertanian. 2.Mengidentifikasi sumber berita yang dominan. 3.Mengetahui topik berita pertanian yang dominan. 4.Mengidentifikasi kebijakan redaksional Penelitian deskriptif dan studi kasus. Menggunakan teknik analisis isi terhadap berita pertanian 1. Total jumlah ruang dan panjang berita pertanian lebih besar dari berita nonpertanian. 2.Posisi berita pertanian berada di atas dan lebih besar daripada berita non-pertanian. 3.Sumber berita pertanian dari nonpemerintah lebih besar daripada sumber dari pemerintah. 4.Topik berita pertanian yang dominan adalah produksi pertanian, kehutanan, dan lain2. 5.Lingkup berita pertanian lokal lebih besar dibandingkan yang non-lokal. 6.Kebijakan editorial memiliki fleksibilitas dalam menyusun dan menyeleksi lingkup berita Studi analisis isi terhadap berita di media cetak dan fokus pemilihan berita yaitu pemberitaan tentang pertanian Peneliti hanya melihat agenda media (melalui analisis isi)

18 18 4. Agenda Settting Pemberitaan Pembangunan Ketahanan Pangan Oleh Surat Kabar Kompas Oleh Toti Rahayu, Mengetahui agenda media dalam pemberitaan ketahanan pangan di Kompas. 2. Mengetahui respon dan opini masyarakat terhadap pemberitaan ketahanan pangan di Kompas. 3. Mengetahui respon kebijakan pembangunan ketahanan pangan. Analisis isi terhadap berita pembangunan ketahanan pangan, survei opini publik, studi literatur tentang kebijakan terkait ketahanan pangan Dari ketiga penelitian di atas, persamaan terletak pada metodologi penelitian, yaitu menggunakan analisis isi terhadap berita di media massa cetak. Kemudian fokus pemberitaan dibidang pertanian. Penelitian ini fokus kepada analisis agenda setting yang terdiri dari 3 agenda yaitu: agenda media, agenda publik, dan agenda kebijakan. Kemudian pemilihan berita lebih spesifik pada ketahanan pangan yang saat ini menjadi isu strategis.

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian ini diuraikan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan dan analisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kementrian Pertanian (2013) menyebutkan bahwa pada tahun 2014 pertanian di Indonesia dihadapkan pada tantangan berat. Tantangan berat yang dihadapi menyangkut beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari yang namanya komunikasi. Antarindividu tentu melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi bisa dilakukan secara

Lebih terperinci

Kualitas Gizi Faktor Penting Pembangunan

Kualitas Gizi Faktor Penting Pembangunan Kebijakan Strategis RAN-PG 2016-2019: Kualitas Gizi Faktor Penting Pembangunan Prof. Dr. Bustanul Arifin barifin@uwalumni.com Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA Dewan Pendiri dan Ekonom Senior INDEF

Lebih terperinci

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih 1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum dan khususnya program pembangunan bidang pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perolehan pangan yang cukup baik dalam jumlah maupun mutu merupakan sesuatu yang penting bagi setiap manusia agar dapat hidup secara berkualitas. Oleh karena itu hak atas kecukupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor unggulan yang berkontribusi sebesar 15,3 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2009. Pertimbangan lain yang menguatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan Pangan (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), pp

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan Pangan (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), pp I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah mengalami pemulihan yang cukup berarti sejak krisis ekonomi tahun 1998. Proses stabilisasi ekonomi Indonesia berjalan cukup baik setelah mengalami krisis

Lebih terperinci

Frietz Calvin Madayanto / Ike Devi Sulistyaningtyas

Frietz Calvin Madayanto / Ike Devi Sulistyaningtyas CITRA PT. PLN DALAM PEMBERITAAN KRISIS LISTRIK SUMATERA UTARA DAN SEKITARNYA (Analisis Isi Pemberitaan Surat Kabar Harian Nasional Periode September 2013-April 2014) ABSTRAK Frietz Calvin Madayanto / Ike

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi terwujudnya ketahanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam rangka ketahanan pangan penduduk Indonesia. Permintaan akan beras meningkat pesat seiring dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan memp&aii kebutuhan dasar manusia paling utama, karena itu pemenuhan pangan mempakan bagian dari hak asasi individu. Pemenuhan pangan juga sangat penting sebagai komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan bagian pokok didalam kehidupan dimana dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan pemenuhan sandang, pangan, maupun papan yang harus

Lebih terperinci

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55 Ketahanan Pangan dan Pertanian disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55 Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Februari 2015 KONDISI KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sekaligus dapat mempengaruhi kita. Secara tidak langsung media telah

BAB I PENDAHULUAN. juga sekaligus dapat mempengaruhi kita. Secara tidak langsung media telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Sebagaimana diketahui media massa dewasa ini tidak hanya menyediakan sekedar informasi bagi masyarakat, tetapi dengan adanya informasi tersebut media juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor)

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2. 1 Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

I. LATAR BELAKANG POKOK BAHASAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETAHANAN PANGAN NASIONAL Posisi Pangan dalam Pembangunan Nasional

I. LATAR BELAKANG POKOK BAHASAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETAHANAN PANGAN NASIONAL Posisi Pangan dalam Pembangunan Nasional KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETAHANAN PANGAN NASIONAL 2010-2014 Oleh Prof. Dr.Ir. Achmad Suryana, MS Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian Disampaikan pada (KIPNAS) Ke-10 diselenggarakan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersedian pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan pangan merupakan bagian dari hak asasi individu serta sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya

Lebih terperinci

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN Oleh : Tenaga Ahli Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed SITUASI DAN TANTANGAN GLOBAL Pertumbuhan Penduduk

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pedesaan sebagai bagian dari pembangunan nasional memfokuskan diri pada masalah kemiskinan di pedesaan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Administratif Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas 14 Kabupaten/Kota, namun sejak tgl 25 April 2013 telah dikukuhkan Daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran dari adanya suatu pembangunan adalah menciptakan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran dari adanya suatu pembangunan adalah menciptakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sasaran dari adanya suatu pembangunan adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan, termasuk di dalamnya pemerataan pendapatan antar suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI Pusat Penganekeragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN Penyelenggaraan Pangan dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menakutkan bagi dunia saat ini. Hal ini disebabkan karena masalah pangan

BAB I PENDAHULUAN. menakutkan bagi dunia saat ini. Hal ini disebabkan karena masalah pangan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ketahanan Pangan merupakan isu yang sangat krusial di Indonesia maupun di dunia internasional. Masalah ketahanan pangan telah menjadi ancaman yang menakutkan bagi dunia

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

Ketahanan Pangan Masyarakat

Ketahanan Pangan Masyarakat Ketahanan Pangan Masyarakat TIK : MAHASISWA DIHARAPKAN MAMPU MENJELASKAN KONSEP UMUM, ARAH DAN KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN Pendahuluan Pada akhir abad ini penduduk dunia sudah 6 miliar Thomas Malthus (1798):

Lebih terperinci

BAB VI LANGKAH KEDEPAN

BAB VI LANGKAH KEDEPAN BAB VI LANGKAH KEDEPAN Memperkuat Kemampuan Swasembada Pangan 367 368 Memperkuat Kemampuan Swasembada Pangan LANGKAH-LANGKAH KEDEPAN Agenda pemerintah untuk mewujudkan kedaulatan pangan melalui swasembada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional yang dinilai berhasil pada hakikatnya adalah yang dilakukan oleh dan untuk seluruh rakyat. Dengan demikian, dalam upaya mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu butir yang tercantum dalam pembangunan milenium (Millenium Development Goals) adalah menurunkan proporsi penduduk miskin dan kelaparan menjadi setengahnya antara tahun

Lebih terperinci

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan METODE Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan prospective study dengan menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Papua tahun 2008 sampai tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Menurut Saliem dkk dalam Ariani dan Tribastuti (2002), pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak meledaknya pertumbuhan penduduk dunia dan pengaruh perubahan iklim global yang makin sulit diprediksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media sebagai bagian dari alat perputaran informasi memiliki peranan yang sangat penting dalam mencari dan menyampaikan informasi kepada publik. Setiap perusahaan memiliki

Lebih terperinci

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN A. KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI YANG DIANJURKAN Tabel 1. Komposisi Konsumsi Pangan Berdasarkan Pola Pangan Harapan Pola Pangan Harapan Nasional % AKG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agribisnis merupakan suatu mega sektor karena mencakup banyak sektor, baik secara vertikal (sektor pertanian, perdagangan, industri, jasa, keuangan, dan sebagainya), maupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional selama ini mempunyai tugas utama untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, menyediakan kesempatan kerja, serta

Lebih terperinci

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Dr. Ir. Achmad Suryana, MS Kepala Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI RINGKASAN Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan esensial dan komoditas paling strategis dalam kehidupan manusia, pemenuhan kebutuhan pangan merupakan hak azasi manusia. Ketahanan pangan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kata infotainment merupakan neologisme, atau kata bentukan baru yang menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya infotainment adalah informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan

PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan pangan pokok utama sebagian besar masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring dengan laju pertambahan penduduk yang terus meningkat. Pertambahan penduduk ini menjadi ancaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting, mengingat pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi massa. Wilbur Scramm menggunakan ide yang telah dikembangkan oleh seorang psikolog, yaitu Charles

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai manusia sehat yang cerdas, produktif dan mandiri. Upaya peningkatan

I. PENDAHULUAN. sebagai manusia sehat yang cerdas, produktif dan mandiri. Upaya peningkatan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Pembangunan Nasional untuk mewujudkan Indonesia Sehat tahun 2010 telah dicanangkan pada Rapat Kerja Kesehatan Nasional pada tanggal 1 Maret 1999. Untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sebagian besar petani di Indonesia. Hal

BAB III METODE PENELITIAN. belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sebagian besar petani di Indonesia. Hal 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Indonesia merupakan negara agraris yang mana sebagian besar dari penduduknya bekerja disektor pertanian. Namun, sektor pertanian ini dinilai belum mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ketersediaan makanan. Teori tersebut menjelaskan bahwa dunia

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ketersediaan makanan. Teori tersebut menjelaskan bahwa dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maltus mengungkapkan dalam teorinya bahwa pertumbuhan penduduk melebihi pertumbuhan ketersediaan makanan. Teori tersebut menjelaskan bahwa dunia harus bersiap-siap

Lebih terperinci

BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA)

BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA) BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA) Karina Pinem 100904046 Abstrak Penelitian ini berjudul Literasi Media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh masyarakat dikarenakan pada era kemajuan teknologi, masyarakat lebih cenderung memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dipenuhi dalam mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyebutkan

Lebih terperinci

PERBEDAAN POLA PANGAN HARAPAN DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN SUKOHARJO (Studi di Desa Banmati dan Kelurahan Jetis)

PERBEDAAN POLA PANGAN HARAPAN DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN SUKOHARJO (Studi di Desa Banmati dan Kelurahan Jetis) PERBEDAAN POLA PANGAN HARAPAN DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN SUKOHARJO (Studi di Desa Banmati dan Kelurahan Jetis) PENELITIAN Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Menyelesaikan Studi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Masih banyak warga negara Indonesia yang bermata

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Masih banyak warga negara Indonesia yang bermata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam peranan perekonomian nasional. Masih banyak warga negara Indonesia yang bermata pencaharian di sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

Strategi Pembangunan Pertanian di Indonesia. Sistem Ekonomi Indonesia Hubungan Internasional

Strategi Pembangunan Pertanian di Indonesia. Sistem Ekonomi Indonesia Hubungan Internasional Strategi Pembangunan Pertanian di Indonesia Sistem Ekonomi Indonesia Hubungan Internasional Bahaya kelaparan? Di pulau Jawa yang subur dan kaya itu, bahaya kelaparan? Ya, saudara pembaca. Beberapa tahun

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN 2.1 Tinjuan Pustaka Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan

Lebih terperinci

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 I. LATAR BELAKANG Peraturan Presiden No.83 tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan menetapkan bahwa Dewan Ketahanan Pangan (DKP) mengadakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar dan wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar dan wilayah BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar dan wilayah yang luas terbentang dari Sabang sampai Merauke. Beragam jenis bahan pangan lokal terdapat di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Public relations atau humas merupakan suatu kebutuhan dalam masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya bergerak di dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil komoditas pertanian berupa padi. Komoditas padi dikonsumsi dalam bentuk beras menjadi nasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan disebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hak atas pangan telah diakui secara formal oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Akhir -akhir ini isu pangan sebagai hal asasi semakin gencar disuarakan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BADAN KETAHANAN PANGAN Jl. Panglima Batur Timur Banjarbaru Kalimantan Selatan Telp. 0511-4772471-4778047

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN INDIKATOR KINERJA (IKU) INSTANSI VISI MISI TUJUAN TUGAS : BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN :

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi telah menjadi suatu kebutuhan saat ini. Masyarakat tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Informasi telah menjadi suatu kebutuhan saat ini. Masyarakat tidak bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi telah menjadi suatu kebutuhan saat ini. Masyarakat tidak bisa lepas dari informasi untuk menjalani kehidupan sosial mereka. Informasi yang dikonsumsi dapat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki dan harus dipenuhi oleh negara maupun masyarakatnya. Menurut Undang Undang nomor 7 tahun 1996 tentang

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa berkembang pesat di era teknologi saat ini dimana media massa digunakan untuk penyampaian informasi. Informasi saat ini dinilai oleh masyarakat kita sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak

Lebih terperinci

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat dewasa ini mulai berkembang ke arah masyarakat informasi. keberadaan sebuah informasi dianggap sangat penting. Sehingga dengan demikian masyarakat

Lebih terperinci