ZA dalam Pembuatan Nata de Coco oleh Agus Setiawan, Yusef Ikrawan, Sulaeman Abadi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ZA dalam Pembuatan Nata de Coco oleh Agus Setiawan, Yusef Ikrawan, Sulaeman Abadi"

Transkripsi

1 ZA dalam Pembuatan Nata de Coco oleh Agus Setiawan, Yusef Ikrawan, Sulaeman Abadi ABSTRACT Some time ago was excited about nata de coco that uses Ammonium Sulfate (ZA), due to misunderstanding of the process of making nata de coco so that it appears polemic. Nata de coco is often called coconut juice or coconut juice and was first produced in the Philippines. In Indonesia began trying since 1973 to 1975 and is widely known in the market in The process of making nata de coco involving bacteria (Acet obacter xylinum) at the core of making nata de coco and a healthy food product because it is rich in fiber or fiber so aids digestion. Keywords : Nata, ZA, and Acetobacter xylinum ABSTRAK Beberapa waktu lalu sempat heboh soal nata de coco yang menggunakan Ammonium Sulfat (ZA), karena ketidakpahaman terhadap proses pembuatan nata de coco sehingga muncul polemik. Nata de coco sering disebut sari air kelapa atau sari kelapa dan pertama kali di produksi di Filipina. Di Indonesia mulai dicoba sejak tahun 1973 hingga tahun 1975 dan dikenal luas di pasaran pada tahun Proses pembuatan nata de coco yang melibatkan bakteri ( Acetobacter xylinum) menjadi inti pembuatan nata de coco dan merupakan produk makanan yang menyehatkan karena kaya akan fiber atau serat sehingga membantu pencernaan. Kata Kunci : Nata, ZA, dan Acetobacter xylinum 1. PENDAHULUAN Buah kelapa ( Cocos nucifera L) merupakan komoditi perkebunan yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Bahkan jutaan keluarga bergantung pada komoditi tersebut, karena memiliki nilai ekonomis. Komoditi buah kelapa banyak dimanfaatkan oleh manusia secara sejak nenek moyang dulu dan hampir semua bagian tanaman kelapa dapat dimanfaatkan, di antaranya dapat diolah menjadi aneka olahan penganan yang bernilai tambah. Buah kelapa terdiri dari empat komponen, seperti sabut, daging, air dan tempurung kelapa. Potensi tersebut, secara ekonomi dapat meningkatkan income para petani kelapa sehingga bila dikelola secara baik dapat membangun pada aspek kesejahteraan rakyat. Belakangan terendus persoalan nata de coco menjadi medium isu setelah dalam pengolahan nata dikaitkan dengan Ammonium Sulfat ( ZA) atau yang dikenal dengan pupuk urea. Persoalan menjadi besar setelah medium itu di blow uap media masa, setelah terjadi adanya penggerebekan salah satu industri nata yang saat itu masih prematur untuk memvonis namun memerlukan pembukan secara ilmiah. Potensi nata de coco sangat berlimpah ketika dikelola secara modern. Sebab itu, faktor yang menyebabkan pendapatan petani kelapa belum

2 sampai pada tingkat yang wajar yaitu belum mampunyai para petani kelapa untuk memanfaatkan hasil secara maksimal sehingga menghasilkan suatu keuntungan maksimal. Sampai saat ini air kelapa belum sepenuhya dimanfaatkan, ini merupakan peluang yang baik untuk pengembangan usaha nata de coco dan sebagai salah satu sumber pendapatan petani. Nata de coco merupakan salah satu produk olahan air kelapa yang saat ini mulai populer dikalangan masyarakat mengingat kandungan serat yang tinggi dan rendah kalori. Produk nata de coco mulai digemari oleh masyarakat hal ini merupakan peluang usaha dan akan memberikan nilai-nilai ekonomis tinggi. Sama halnya dengan berbagai jenis buah lainnya, seperti sari buah buahan, sari kedelai, dan bahkan air gula. Oleh sebab itu, nama nata dapat bermacam macam sesuai dengan bahan yang digunakan. Namun, diantara beberapa jenis bahan yang dapat digunakan, air kelapa merupakan bahan yang paling ekonomis, mengingat air kelapa hanyalah bersifat sebagai limbah dari buah kelapa. 2. KAJIAN LITERATUR Nata Hasil dari produk bioselulosa setelah fermentasi antara air kelapa dengan bakteri asam asetea yaitu Acetobacter xylinum yang dikenal dengan nama nata de coco. Bakteri itu dapat mensintesiskan selulosa secara ekstrakulikuler dengan menggunakan bahan gula pasir putih yang terdapat dalam substrat. Selulosa berupa lapisan berupa gel yang berbentuk serat-serat yang menyatu bersama biomassa yang tumbuh pada permukaan media kultur yang lajim disebut nata de coco yang kini banyak dikembangkan dalam industri makanan berskala rumah tangga (Indriati dan Rahimi, 2008). Bioselulosa selain sebagai makanan bertekstur kenyal di lidah, bila diproses lebih lanjut akan memiliki sifat mekanik tinggi sebagai bahan diafragma transduser (Loud Speaker), seperti bahan campuran dalam industri kertas. Dalam dunia medis digunakan sebagai pembalut luka (Indriati dan Rahimi, 2008). Nata sebenarnya berasal dari bahasa Spanyol, artinya krim. Dalam bahasa Latin natare berarti terapung. Nata sendiri dibuat dapat dibuat dari berbagai macam bahan, seperti, sari buah kulir jeruk, kulit pisang, kulit semangka, nanas, jambu biji, stroberi, air kelapa, santan kelapa, tetes tebu (molases), limbah cair tebu, ubi kayu atau limbah tapioka. Nata yang terbuat dari air kelapa disebut nata de coco. Di Indonesia nata de coco sering disebut sari kelapa (Salim dan Ryan, 2011). Nata adalah selulosa bakteri hasil sintesis dari gula oleh pembentuk nata, yaitu Acetobacter xylinum. Beberapa Acetobacter menghasilkan membran bergelatin yang dinamakan pellicle pada permukaan suatu kultur cair. Membran tersebut sama dengan Nata de Coco, jenis makanan hasil fermentasi tradisional di Filipina yang dikenal sebagai penutup makanan di Jepang. Substansi gelatin tersebut secara kimiawi identik dengan selulosa (Yoshinaga et al., 1997). Menurut Wahyudi (2003) dalam medium cair bakteri Acetobacter

3 xylinum membentuk lapisan atau massa yang dapat mencapai ketebalan beberapa sentimeter, berstektur kenyal, warna putih dan tembus pandang. Produk ini dapat diolah menjadi berbagai minuman segar, seperti puding koktail nata dalam sirup, campuran jelly, manisan dan produk lainnya. Nata de coco digolongkan sebagai produk buah-buahan seperti kolang-kaling. Nata de coco dapat dijadikan subtitusi buah kaleng atau dikonsumsi dengan buah-buahan lainnya sebagai makanan penyegar atau pencuci mulut ( food dessert) yang dapat digolongkan pada dietary yang memberikan andil untuk kelangsungan fisiologi secara normal. (Layuk dkk., 2007) Bakteri Acetobacter xylinum Bakteri Acetobacter xylinum adalah bakteri gram negatif yang berbentuk batang, bundar, cembung, berwarna putih atau merah muda, motil dengan dua flagella polar. Bakteri ini berbentuk spora berdiameter koloni kurang dari 3 mm, dan tumbuh pada optimum suhu 25ºC 30ºC dan pada ph 3,5 5 (Astawan, 2002). Acetobacter xylinum dapat berprokariotik yang mensintesa polisakarida berupa selulosa. Pada media cair, bakteri membentuk sentimeter fibril dan terperangkap dalam massa fibril yang terbentuk. Energi yang ditimbulkan dari hasil perombakkan gula digunakan untuk menjalankan metabolisme dalam sel bakteri tersebut (Sudar, 2006). Acetobacter adalah sebuah genus bakteri penghasil asam asetat, ditandai dengan kemampuannya mengubah etanol (alkohol) menjadi asam cuka (asam asetat) setelah melalui hempasan udara (Multazam, 2009). Dari hasil uji test laboratorium, bahwa acetobacter mengandung sekitar 7% etanol. Untuk memburamkan medium dapat ditambahi kalsium karbonat secukupnya. Ketika koloni tersebut membentuk asam asetat, maka kalsium karbonat akan melarut sehingga terbentuk daerah bening yang jelas pada medium (Multazam, 2009). Ciri-ciri bakteri pembentuk nata golongan Acetobacter yakni, (Multazam, 2009): Gram negatif untuk kultur yang masih muda Gram positif untuk kultur yang sudah tua Obligat aerobik Membentuk batang dalam medium asam, sedangkan medium alkali membentuk oval Bersifat non mortal dan tidak membentuk spora Tidak mampu mencairkan gelatin Tidak memproduksi H2S Tidak mereduksi nitrat Termal death point pada suhu o C Ciri acetobacter xylinum memiliki sifat yang unik, bila ditumbuhkan pada media yang mengandung gula. Bakteri ini akan memecah komponen gula dan membentuk suatu

4 polisakarida yang dikenal selulosa ekstra sel (nata). Bakteri ini termasuk kelompok bakteri pengganggu pada industri minuman beralkohol karena bersifat oksidatif ( over oxidixer) sehingga mampu mengoksidasi lebih lanjut menjadi asam asetat (Nurina, 2006). Klasifikasi bakteri Acetobacter xylinum, yaitu (Krieg, 1984): Kingdom : Bacteria Filum : Proteobacteria Kelas : Alphaproteobacteria Ordo : Rhodospirillales Familia : Acetobacteraceae Genus : Acetobacter Spesies : Acetobacter xylinum 2.3. Metabolisme Acetobacter xylinum Biosintesa nata berawal dari proses hidrolisis karbohidrat yang berasal dari media, dimana sel-sel bakteri tersebut akan mengambil glukosa dari larutan gula, kemudian glukosa tersebut digabungkan dengan asam lemak membentuk prekursor atau penciri nata pada membran sel. Prekursor selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk ekskresi dan bersama enzim mempolarisasi glukosa menjadi selulosa luar sel (Palungkun, 1996). Biosintesis selulosa meliputi beberapa tahap, yaitu aktivasi monomer, transfer monomer teraktivasi dari dalam sel ke luar sel dan penyusunan polimer. Enzim yang terlibat dalam sintesis selulosa tertambat dan terikat pada membran sel sehingga laju sintesis tidak turun dengan adanya pencucian (Riyadi, 1987). Sintesa po lisakarida oleh bakteri sangat dipengaruhi oleh tersedianya nutrisi dan ion-ion tertentu yang dapat mengkatalisasi aktivitas bakteri. Peningkatan konsentrasi nitrogen dalam subtrat dapat meningkatkan jumlah polisakarida yang terbentuk, sedangkan ion-ion bivalen seperti Mg 2+ dan Ca 2+ diperlukan untuk mengontrol kerja enzim ektraselluler dan membentuk ikatan dengan polisakarida tersebut (Multazam, 2009). Aktivitas pembuatan nata hanya terjadi pada kisaran ph antara 3,5-7,5. Sedangkan ph optimum untuk pembentukan nata adalah 4. Suhu yang memungkinkan untuk pembentukan nata adalah pada suhu kamar antara o C (Multazam, 2009). 3. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilaksanakan beberapa tahapan penelitian, yaitu : 3.1 Pembuatan serat nata de coco Serat nata de coco dibuat dengan berbagai macam variasi seperti: ph atau komposisi asam asetat, komposisi gula ( sucrose) dan komposisi urea ( nitrogen), kemudian serat yang telah divariasikan variabel dan parameternya dibandingkan satu dengan lain berdasarkan

5 ketebalan serat, jumlah massa serat yang terbentuk, kekuatan mekanik, densitas dan persentase swelling, sehingga didapatkan serat nata de coco yang terbaik. 3.2 Uji fisik dan morfologi Pada pengujian sifat fisik dan morfologi ini akan dilakukan pada lembaran serat nata de coco murni (sebelum dilakukan modifikasi penambahan nanofiller dan resin), untuk melihat variasi komposisi asam asetat (ph), gula dan urea yang paling optimum dengan menggunakan alat uji seperti mikrometer skrup dan digital analitical balance (ketebalan, densitas serat dan persentase swelling) dan juga mengetahui morfologi permukaan serat dengan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscopy). 3.3 Pengisian partikel nanofiller Serat nata de coco dengan kualitas terbaik yang telah diperoleh dan diuji sifat fisik dan morfologinya, selanjutnya diisi dengan partikel nanofiller (SiO 2, Al 2 O 3, dan Clay) dengan menggunakan teknik pencelupan ( immersion). Lalu dilihat interaksi antara nanofiller dan serat dengan menggunakan SEM-EDX, apakah nanofiller tersebut telah terdistribusi merata dipermukaan serat atau tidak. Selain itu pada tahap ini juga dilakukan uji XRD untuk melihat sifat kristalinitas dari serat murni dan serat yang telah terisi nanofiller Uji sifat mekanik Uji sifat mekanik ini dilakukan untuk melihat kekuatan tarik serat nata de coco yang sudah terisi oleh nanofiller, dengan menggunakan alat uji ultimate tensile strength (UTS) Penggabungan komposit serat nata de coco nanofiller dengan resin Serat nata de coco yang telah diisi oleh nanofiller SiO 2, Al 2 O 3, dan clay, selanjutnya dikomposit dengan menggunakan beberapa jenis resin, antara lain: resin epoksi, resin poliester dan resin vinil ester, dengan menggunakan teknik hand lay up Uji fisik dan mekanik material komposit Setelah dilakukan proses komposit, maka tahap selajutnya adalah dilakukan uji sifat fisik dan mekanik dari masing-masing perlakukan komposit yang telah, sehingga didapat material komposit baru yang memiliki kekuatan tinggi yang dapat diaplikasikan sebagai bahan dasar pembuatan produk-produk tertentu, misalnya reinforcement body mobil, panel tahan peluru dan lain-lain Alat dan Bahan Bahan Penelitian Bahan yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari bahan untuk pembuatan nata de

6 coco dan bahan untuk pembuatan komposit. a. Bahan Pembuatan Nata Bahan yang digunakan antara lain: 1. Air kelapa (Fresh coconut water). 2. Bibit nata de coco (Stater Acetobacter xylinum). 3. Gula pasir (Carbon source). 4. Urea (Nitrogen source). 5. Asam Asetat Glasial ± 96% v/v. b. Bahan Pembuatan Komposit Serat Bahan yang digunakan antara lain : 1. Lembaran kering serat nata de coco. 2. Partikel nanofiller : Silikat (SiO 2 ) diperoleh dari Brataco Bogor. α-alumina (Al 2 O 3 ) diperoleh dari Aldrich, Germany. 3. Clay (Ca Montmorillonite). 4. Material Resin : Epoksi dan vinil ester diperoleh dari PT. Justus Kimia Raya, Jakarta. Poliester diperoleh dari PT. Alam Kimia, Jakarta Peralatan Penelitian Peralatan yang diperlukan dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga, yaitu peralatan untuk membuat nata de coco, peralatan untuk mendapatkan lembaran serat nata de coco dan peralatan untuk pembuatan komposit. a. Peralatan Pembuatan Nata Peralatan pembutan nata de coco terdiri dari : 1. Baki plastik ukuran 20 cm x 15 cm, 2. Panci pemasak, 3. Kompor Gas, 4. Kertas Koran, 5. Kain Lap, 6. Saringan, 7. Karet, 8. Pengaduk, 9. Beaker glass 1000 ml, 10. Beaker glass 100 ml, 11. Termometer, 12. ph meter b. Peralatan Untuk Mendapatkan Lembaran Serat Nata Peralatan untuk mendapatkan lembaran serat nata de coco terdiri dari : 1. Alat Tekan Alat tekan yang digunakan ada 2 jenis, yang pertama adalah alat tekan dingin (cool press) dengan tekanan maksimum 20 ton dan alat tekan panas ( hot press) dengan tekanan maksimum 10 ton dan dilengkapi dengan termokopel sebagai sumber panas yang berfungsi untuk menghilangkan kandungan air dari nata de coco, sehingga didapat lembaran serat Nata de coco kering dengan kandungan air (moisture content) sekitar 8 10%. 2. Wire mesh Wire mesh berfungsi untuk membantu proses penghilangan kandungan air nata de coco pada saat ditekan (cool press).

7 3. Lembaran Teflon Lembaran teflon berfungsi untuk melindungi serat pada saat ditekan panas agar tidak menempel pada plate press. Ukuran teflon disesuaikan dengan ukuran lembaran serat nata de coco yang akan ditekan, pada penelitian ini akan digunakan ukuran lembaran teflon sekitar 25x25 cm. Peralatan Pembuatan Komposit Serat Nata Peralatan pembuatan komposit serat nata de coco terdiri dari : 1. Wadah ukuran 2000 ml Wadah ini digunakan untuk melakukan proses komposit antara serat nata de coco dengan nanofiller. 2. Pengaduk Pengaduk digunakan untuk mencampurkan resin dan hardener-nya di dalam wadah agar merata. 3. Kuas Kuas digunakan untuk melapisi serat dengan resin agar seluruh permukaan serat terlapisi oleh resin dengan baik dan merata. 4. Keramik dan Mirror Glaze Keramik dan mirror glaze digunakan sebagai alas pada saat proses pembuatan komposit agar material komposit yang telah dibuat mudah diambil dan tidak lengket Diagram Alur Penelitian Tahapan Penelitian yang Dilakukan Gambar 3.1. Pembuatan Nata de Coco (Variasi Asam Asetat, Gula, Urea Karakteristik (Ukur Ketebalan dan Kuat Tarik Serat Pengisian Nanofiller (SiO 2+, AL 2O 2, & Clay) Ke dalam Serat Nata de Coco Uji Sifat Mekanik & Morfologi Serat/Nonofiller (SEM/SEM-EDX & Tensile Test Serat Terbaik (Ketebalan & kuat tarik Serat Tinggi Pembuatan Komposit Serta/Nanofiller/Resin Komposit terbaik (Dengan Kuat Tarik Terbaik) UJI SIFAT MEKANIK KOMPOSIT SERTA/NONFILLER/RESIN (Tensile Strength Test)

8 3.4. Prosedur Penelitian Pembuatan Nata de coco Mekanisme pembuatan nata de coco sebagai berikut : a.persiapan media air kelapa Air kelapa disaring agar benar-benar bersih dari kotoran, ke dalam tiap 1 liter air kelapa tersebut, tambahkan gula pasir dengan variasi 15; 20; dan 25 gram, asam asetat glasial sebanyak 2,5; 3; dan 3,5 ml dan urea sebanyak 4; 5; dan 6 gram. Campurkan bahan-bahan tersebut ke dalam panci pemasak, lalu direbus hingga mendidih (biarkan mendidih selama 5 menit). Tuangkan bahan campuran yang sudah direbus tersebut ke dalam baki plastik steril yang berukuran 20 x 15 cm dengan ketebalan 1,5 2,0 cm, lalu tutup rapat dengan menggunakan kertas koran dan diamkan sehari sampai benar-benar dingin. Pemasukan bibit dan penyimpanan Masukkan bibit nata de coco 100 ml atau 10% untuk setiap l liter media ke dalam baki plastik yang berisi media air kelapa. Simpan selama 9 hari di tempat yang sejuk dan aman (tidak terganggu dan tidak goyang). Pemanenan Media air kelapa yang sudah membentuk serat hidrogel nata de coco (pellicle) dicuci dan dibersihkan dengan menggunakan air yang mengalir sampai asamnya hilang dan berwarna putih jernih. Proses pembersihan dilakukan agar nata yang sudah terbentuk tidak menjadi bau dan busuk karena tumbuhnya jamur. Keberhasilan pembuatan serat nata de coco ditandai dengan: 1. Lempeng tebal berwarna putih. 2. Tidak terdapat cairan/loyang pertumbuhan kering. 3. Lempeng nata tidak berjamur, bolong dan terdapat noda hitam Pengisian Nanofiller ke dalam Serat Nata de coco. Mekanisme pembuatan komposit serat/nanofiller, sebagai berikut : a)menyiapkan nata de coco yang sudah dibuat. b) Dimensi lembaran nata de coco ± 20 x 15 cm. c)menyiapkan larutan sebanyak 700 ml dengan variasi kandungan nanofiller SiO 2, Al 2 O 3 dan clay dengan komposisi masing-masing 3%w/v. d) Celupkan nata de coco ke dalam larutan koloid nanofiller selama 2 minggu sampai partikel nanofiller tersebut menembus ke dalam serat nata de coco dan terikat pada serat mikrofibrilnya.

9 3.4.3 Pembuatan Lembaran Serat Nata de coco Kering Mekanisme pembuatan lembaran serat nata de coco sebagai berikut : a) Menyiapkan sampel nata de coco : Dimensi lembaran nata de coco disesuaikan dengan ukuran pelat press. b) Proses tekan nata de coco : Untuk mendapatkan lembaran serat nata de coco, dilakukan dua tahapan proses tekan yaitu tekan dingin kemudian tekan panas. Proses tekan serat ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pangan Universitas Pasundan. A. Tekan dingin (Cool Press) Tekanan = 10 Ton Temperatur = Suhu Kamar Pada proses tekan dingin dilakukan untuk menghilangkan sebagian besar air (± 98%) yang terdapat di dalam hidrogel nata de coco, sehingga akan dihasilkan lembaran serat tipis basah dengan ketebalan 0,1 1 mm. B. Tekan Panas (Hot Press) Tekanan = 5 Ton Temperatur = 105 o C o C selama ± 30 menit. Pada tahap proses tekan panas (hot press) ini diharapkan dapat diperoleh serat nata de coco yang kering dan tidak gosong, dimana pada tekan panas ini temperatur yang digunakan sekitar 105 o C dengan waktu penekanan kurang lebih menit untuk satu sampel serat, sehingga dihasilkan serat nata de coco yang kering dan transparan dengan ketebalan ± 0,1 mm dan kandungan air sekitar 8 10%, selanjutnya serat tersebut dikarakterisasi baik sifat fisik maupun sifat mekanik untuk mengetahui variasi serat apa yang paling optimum Pembuatan Komposit Serat Nata de coco Resin 1. Serat yang sudah diuji secara fisik dan mekanik selanjutnya dibandingkan satu dengan yang lain. 2. Kemudian dilakukan pemilihan kandidat serat terbaik yang diambil untuk dilakukan proses komposit dengan resin. 3. Resin yang akan digunakan ada 3 jenis variasi, yaitu resin epoksi, poliester dan vinil ester. 4. Serat yang sudah dikompositkan dengan resin kemudian diuji sifat fisik dan mekanik, sehingga didapatkan material komposit dengan kuat tarik terbaik. 5. Komposit yang dihasilkan siap digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan produk-produk lain, khususnya untuk pembuatan body mobil atau panel tahan peluru.

10 3.4.5 Pengujian Komposit Serat Nata de coco - Resin A. Skala Prioritas Seleksi Komposit: Pada proses pembuatan Nata de coco Setelah media nata de coco dengan berbagai variasi komposisi dibuat (asam asetat, gula dan urea) dan menghasilkan serat nata de coco ( pellicle), selanjutnya ukur ketebalan dan densitas serat dengan menggunakan alat ukur seperti mikrometer skrup dan digital analitical balance untuk semua variasi. Ambil 3 sampel terbaik yang memiliki ketebalan dan densitas serat yang paling tinggi diantara 27 titik perlakuan sampel yang sudah dibuat. Untuk penelitian ini ketebalan serat merupakan prioritas utama bila dibandingkan dengan densitas serat, karena serat yang memiliki ketebalan yang tinggi memiliki jumlah serat yang lebih banyak dan kemampuan dalam mengikat air ( water holding capacity) yang lebih tinggi, sehingga kekuatan mekanik ( tensile strength dan modulus elastic) serat akan semakin tinggi ( Y.C. Hsieh, H. Yano, M. Nogi and S.J. Eichhorn : 2008 ; 15: ). Pengujian Sifat Mekanik Pada penelitian ini sifat mekanik bahan ditentukan melalui kekuatan tarik (ultimate tensile strength). Sampel lembaran serat nata de coco diuji sesuai dengan ASTM-D638. Uji tarik dilakukan pada lembaran serat nata de coco murni dan lembaran serat yang telah dikomposit dengan menggunakan nanofiller (SiO 2, Al 2 O 3 & clay) dan resin (epoksi, poliester dan vinil ester), yang disebut sebagai komposit serat nata de coco. Analisis Morfologi Analisis morfologi terhadap lembaran serat nata de coco dilakukan dengan menggunakan SEM dan SEM-EDX (Scanning Electron Microscopy Energy Dispersive) melalui perbesaran 5000x. Uji SEM dilakukan di laboratorium PUSLIT Kimia LIPI Serpong, Banten. Pengujian dilakukan pada tiga titik dalam satu lembaran serat nata de coco Skematika Prosedur Percobaan Prosedur percobaan dalam pembuatan material komposit berbahan dasar serat nata de coco secara skematik dapat dilihat pada Tabel 3.1. Dari pengaluran 1 jenis starter (Acetobacter xylinum) dengan 3 parameter (komposisi asam asetat, gula dan urea) dan 3 variabel {(asam asetat: 2,5; 3; 3,5 ml), (gula : 15; 20; 25 gram) dan (urea: 4; 5; 6 gram)}, maka diperoleh skema prosedur percobaan adalah sebagai berikut:

11 Tabel 3.1. Skematika Percobaan Pembuatan Nata de Coco PERCOBAAN KOLOM 1 KOLOM 2 KOLOM 3 a1α a1β a1γ a2α a2β a2γ a3α a3β a3γ A Aa1α Aa1β Aa1γ Aa2α Aa2β Aa2β Aa3α Aa3β Aa3γ B Ba1α Ba1β Ba1γ Ba2α Ba2β Ba2γ Ba3α Ba3β Ba3γ C Ca1α Ca1β Ca1γ Ca2α Ca2β Ca2γ Ca3α Ca3β Ca3γ Keterangan : A : Volume asam asetat (2,5 ml) B : Volume asam asetat (3 ml) C : Volume asam asetat (3,5 ml) a1 : Massa gula (15 gram) a2 : Massa gula (20 gram) a3 : Massa gula (25 gram) α : Massa urea (4 gram) β : Massa urea (5 gram) γ : Massa urea (6 gram) Dari prosedur percobaan pada Tabel 3.1 di atas, misalkan variasi pembuatan serat nata de coco yang paling optimum bila diuji fisik dengan menggunakan mikrometer skrup, digital analitical balance, SEM dan tensile strength untuk menentukan ketebalan serat, densitas persentase swelling dan kekuatan serat adalah pada perlakuan Ba2β (asam asetat 3 ml; gula 20 gram; dan urea 5 gram), maka selanjutnya nata de coco dengan formula tersebut dimodifikasi lagi dengan penambahan partikel nanofiller (SiO 2, Al 2 O 3, dan clay) dengan konsentrasi sebesar 3% w/v, dan dikomposit dengan menggunakan resin dengan variasi resin adalah resin epoksi, resin poliester, dan resin vinil ester. Sementara hasil skematika prosedur yang kedua adalah : Tabel 3.2. Skematika Pembuatan Material Komposit PROSEDUR KOMPOSISI NANOFILLER (3% w/v) SiO 2 Al 2 O 3 Clay RESIN Epoksi X X1 X2 X3 Poliester Y Y1 Y2 Y3 Vinil Ester Z Z1 Z2 Z3 Keterangan : X : Resin jenis epoksi 1 : Komposisi nanofiller SiO 2 Y : Resin jenis poliester 2 : Komposisi nanofiller Al 2 O 3 Z : Resin jenis vinil ester 3 : Komposisi nanofiller Clay

12 Kemudian masing-masing serat yang telah diberikan perlakuan dengan berbagai variasi resin, selanjutnya dilakukakan uji fisik dan mekanik seperti uji XRD, SEM, SEM-EDX, dan tensile test. Kemudian diamati dan dibandingkan satu komposit dengan komposit yang lain, lalu disimpulkan paduan komposit apa yang paling baik dalam penelitian ini. HASIL DAN PEMBAHASAN Nata de coco merupakan produk pangan yang sangat populer di masyarakat. Produk yang secara fisik terlihat seperti gel, berwarna putih atau bening dan bertekstur kenyal ini diproduksi dengan memanfaatkan kerja bakteri Acetobacter xylinum pada air kelapa sebagai bahan baku dan dalam proses produksinya menggunakan sejumlah bahan tambahan pangan sebagai bahan penolong, seperti gula ( sukrosa) dan amonium sulfat. Penggunaan amonium sulfat ini menjadi ramai didiskusikan belakangan ini oleh konsumen, pengrajin maupun pengambil kebijakan, dan mendapat perhatian yang cukup kuat dari media massa. Isu itu menguat karena amonium sulfat diartikan sebagai pupuk ZA, singkatan dari Bahasa Belanda Zwavelzure Ammoniak. Dilaporkan pula bahwa banyak pengrajin telah menggunakan pupuk ini dalam praktik produksi Nata de Coco, sehingga muncul beragam pertanyaan terkait dengan kelaziman dan keamanan pangannya. Amonium sulfat sendiri dalam jumlah kecil yaitu sebanyak 0,2% atau 2 gr/liter digunakan sebagai sumber nitrogen bagi bakteri A.xylinum dan senyawa tersebut akan habis dikonsumsi bakteri untuk pertumbuhan. Pencucian berulang-ulang, pengecilan ukuran, dan perendaman merupakan tahapan proses bertujuan untuk menghilangkan sisa substrat fermentasi, menghilangkan asam, menghilangkan sisa mikroba dan komponen lain yang tidak dikehendaki, dan menghasilkan aroma khas Nata. Nata de Coco selanjutnya direbus mendidih minimal selama 10 menit untuk menghilangkan rasa asam maupun sisa mikroba hidup, sehingga dihasilkan produk Nata dengan rasa tawar, kenyal, tidak berbau, bebas residu, dan aman untuk dikonsumsi. Salah satu standar yang digunakan untuk bahan baku makanan adalah standar FCC (Food Chemical Codex). FCC menyebutkan bahwa ammonium sulfat yang boleh digunakan sebagai bahan pangan disyaratkan tidak boleh mengandung logam berat arsenik (lebih dari 0.5 ppm), besi (15 ppm), dan selenium (5 ppm). Secara k omersial, ammonium sulfat tersebut tersedia dalam dua kategori: untuk makanan (food grade) dan bukan untuk makanan (non food grade). Yang food grade berstatus Generally Recognized As Safe (GRAS) dalam batasan tertentu, sedangkan yang non food grade tentu saja tidak boleh dipakai dalam makanan. Permasalahannya adalah amonium sulfat dalam bentuk pupuk ini murah dan banyak tersedia. Ancaman penggunaan urea atau ZA yang berkualifikasi bukan untuk makanan

13 (non-food grade) tetap ada. Jika dikonsumsi, pupuk urea memiliki tingkat toksisitas yang cukup tinggi. Efek dari terkonsumsinya urea adalah mual-mual, muntah-muntah, dan iritasi. Akan tetapi, keberadaan urea di produk akhir Nata de Coco adalah sangat debatable. Secara logika, urea semestinya tidak akan terdapat dalam produk nata de coco, karena urea dimanfaatkan bakteria sebagai sumber nitrogen. Kalaupun bersisa, ZA/urea akan sangat mungkin terbuang melalui proses pemanasan maupun pencucian berulang. Berkaitan dengan kasus penggunaan pupuk ZA pada produksi nata de coco, beberapa langkah perbaikan yang perlu dilakukan antara lain: (1) Penggalakan penggunaan amonium sulfat murni (Food Grade) perlu dilakukan. Diakui bahwa bahan ini merupakan produk impor dengan harga yang relatif lebih mahal. Namun demikian, aspek ketersediaan nampaknya merupakan titik kritis penggunaan bahan tersebut. (2) Agar sedapat mungkin dihindari penggunaan bahan non food grade, mengingat kadar ketidak-murnian yang tinggi pada amonium sulfat non food grade, misalnya pada kandungan logam berat yang jauh lebih tinggi; (3) pencucian berulang dalam proses produksi nata de coco adalah titik kritis keamanan pangan, dimana boleh jadi komponen-komponen berbahaya seperti logam berat akan larut ke dalam air pencuci; (4) sebaiknya dilakukan pengukuran kadar logam berat pada produk nata de coco yang saat ini beredar. Kasus pupuk ZA pada produksi nata de coco sangat mungkin berimplikasi pada ekonomi rakyat. Regulasi yang pasti dan solusi yang ditawarkan perlu segera disiapkan dan disosialisasikan agar pelarangan penggunaan bahan berbahaya dapat dihindari tanpa menimbulkan gejolak. Secara teknis, pemenuhan sumber N untuk bakteri pada produksi nata de coco juga perlu diantisipasi. Badan Litbang Pertanian juga telah mengembangkan potensi bahan lain pengganti amonium sulfat seperti air sisa pengolahan tahu atau sari kecambah kacang hijau. Nata de coco merupakan jenis komponen minuman yang merupakan senyawa selulosa (dietary fiber) yang dihasilkan dari air kelapa melalui proses fermentasi yang melibatkan jasad renik (mikroba) yang selanjutnya dikenal sebagai bibit nata. Bibit nata sebenarnya merupakan golongan bakteri dengan nama Acetobacter xylinum. Dalam kehidupan jasad renik, baktri dapat digolongkan dalam 3 kelompok, yaitu bakteri yang membahayakan, bakteri yang merugikan, dan bakteri yang menguntungkan. Starter atau bibit nata de coco merupakan bakteri Acetobacter yang akan membnetuk serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen melalui proses yang terkontrol. Salah satu pembuatan bibit nata yaitu dari ampas nanas. Pembuatannya dengan cara sebagai brikut. a. Buah nanas matang dikupas, lalu dicuci bersih. Kemudian dibelah dan dipotong potong kecil kecil. Potongan ini dihancurkan dengan alat penghancur. b. Hancuran nenas diperas sampai sari buah habis, ampasnya dicampur dengan air gula

14 pasir dengan perbandingan 6 : 3 :1. Tapi sebelumnya air yang telah mendidih dimasukkan gula di dalamnya sampai larut dan mendidih lagi. Campuran ini diaduk merata dan dimasukkan ke dalam toples, dibiarkan selama 10 menit. Kemudian ditutup dengan kertas dan didiamkan selama 2 3 minggu ( sampai terbentuk lapisan putih diatasnya). c. Larutan yang diperoleh selanjutnya digunakan sebagai bibit atau starter dalam pembuatan nata de coco. Acetobacter xylinum merupakan bakteri batang pendek yang mempunyai panjang dua mikron dan lebar, dengan permukaan dinding yang berlendir. Bakteri ini bisa membentuk rantai pendek dengan satuan sel 6 8 sel. Bersifat ninmotil dengan pewarnaan gram menunjukkan gram negatif. Bakteri ini dapat membentuk asam dari glukosa, etil alkohol, dan propil alkohol, tidak membuat indol, dan mempunyai kemampuan mengoksidasi asam asetat menjadi CO 2 dan H 2 O. Sifat yang paling menonjol dari bakteri tu adalah memiliki kemampuan untuk mempolimerisasikan glukosa sehingga menjadi selulosa. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Acetobacter xylinum adalah : a. Sumber karbon Sumber karbon yang dapat digunakan dalam fermentasi adalah senyawa karbohidrat yang tergolong monosakarida dan disakarida. Pembentukan dapat terjadi pada media yang mengandung senyawa senyawa glukosa, sukrosa, dan laktosa. Sementara yang paling banyak digunakan berdasarkan pertimbangan ekonomis adalah sukrosa dan gula pasir. b. Sumber nitrogen Bisa digunakan dari senyawa organik maupun anorganik. Bahan yang baik bagi pertumbuhan Acetobacter xylinum dan pembentukan nata adalah ekstrak yeast dan kasein. Namun, amonium sulfat (dipasar vdikenal dengan ZA) merupakan bahan yang lebih cocok deginakan dari sudut pandang ekonomis dan kualitas nata yang dihasilkan. Banyak sumber nitrogen yang dapay digunakan dan murah seperti Urea. c. Tingkat keasaman (ph) Meskipun tumbuh pada ph berkisar 3,5 3,7. Namun, bakteri Acetobacter xylinum sangat cocok tumbuh pada suasana asam (ph 4,3). Jika kondisi lingkungan dalam suasana basa, bakteri ini akan mengalami gangguan metabolismenya. d. Temperatur Adapun suhu ideal (optimum) bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinumadalah 28 O C 31 O C. Kisaran tersebut merupakan suhu kamar. Pada suhu dibawah 28 O C pertumbuhan bakteri terhambat. Demikian halnya jika berada pada suhu diatas 31 O C,

15 bibit nata akan mengalami kerusakan bahkan mati, meskipun enzim ekstra seluler yang telah dihasilkan tetap bekerja membentuk nata. e. Udara (oksigen) Bakteri Acetobacter xylinum merupakan mikroba aerobik. Dalam pertumbuhan, perkembangan dan aktivitasnya bakteri nin sangat memerlukan oksigen. Bila kekurangan oksigen, bakteri ni akan mengalami gangguan dan pertumbuhannya dan bahkan segera mengalami kematian. Manfaat nata de coco dalam kesehatan yaitu dapat dijadikan sebagai makanan keperluan diet, karena nata dipakai sebagai sumber makanan rendah energi. Nata de coco juga mengandung serat (dietary fiber) yang sangat dibutuhkan tubuh dalam proses fisiologi, karena produk ini dapat membantu penderita diabetes dan memperlancar proses pencernaan dalam tubuh. Kandungan gizi nata de coco NO. Komponen Satuan Nilai 1. Air % 91,50 2. Karbohidrat % 4,60 3. Protein % 0,14 4. Lemak % 1,15 5. Kalsium Mg/100 ml 312,00 6. Natrium Mg/100 ml 105,00 7. Kalsium Mg/100 ml 29,00 8. Magnesium Mg/100 ml 30,00 9. Ferum Mg/100 ml 0, Cuprim Mg/100 ml 0, Fosfo Mg/100 ml 37, sulfu Mg/100 ml 24,00 Fermentasi adalah proses yang memanfaatkan kemampuan mikroba untuk menghasilkan metabolit sekunder dan primer dalam suatu lingkungan yang dikendalikan. Fermentasi merupakan bentuk penerapan atau aplikasi tertua dalam bioteknologi. Pada mulanya, istilah fermentasi digunakan untuk menunjukkan proses pengubahan glukosa menjadi alkohol yang berlangsung anaerob. Fermentasi ada 3 yaitu : 1. Fermentasi alkohol Merupakan suatu reaksi pengubahan glukosa menjadi etanol (etil alkohol) dan CO 2. Reaksi kimia: C 6 H 12 O 6 2C 2 H 5 OH + 2 ATP 2. Fermentasi asam laktat Fermentasi asam laktat meupakn respirasi yang terjadi pada sel hewan atau manusia, ketika kebutuhan oksigen tidak tercukupi akibat bekerja terlalu berat. Glukosa

16 diubah atau dipecah mejadi 2 molekul asam piruvat melalui glikolisis membentuk 2 ATP dan 2 NADH. 3. Fermentasi asam cuka Merupakan suatu contoh fermentasi yang berlangsung dalam keadaan aerob. Fermentasi ini dilakukan oleh bakteri asam cuka (Acetobacter asetil) dengan substansi asetil) dengan substrat etanol. Energi yang dihasilkan 5 kali lebih besar dari energi yang dihasilkan oleh fermentasi alkohol secara anaerob. Proses terbentuknya nata de coco yaitu sel sel Acetobacter xylinummengambil glukosa dari larutan gula, kemudian digabungkan dengan asam lemak membentuk prekurosor pada membran sel, kemudian keluar sel bersama sama enzim yang mempolimerisasikan glukosa menjadi seluosa diluar sel. Prekursor dari polisakarida tersebut adalh GDP glukosa. Pembentukan prekursor ini diatur oleh adanya katalisasi seperti Ca 2+ dan Mg 2+. Prekursor ini kemudianmengalami polimerisasi dan berikatan dengan aseptor membentuk selulosa. Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu pertama tama dibuat starter, lalu disiapkan alat dan bahaan untuk pembuatan nata de coco. Kemudian ml air kelapa didihkan emudian ditambahkan gula 25 gram lalu ditambahkan urea lalu diaduk. Kemudian didinginkan. Setlah itu diukur ph lalu ditambahkan asam asetil glasial 10 ml, lalu diinokulasi dengan bakteri Acetobacter xylinum. Diinkubasi selama 12 hari setelah itu diambil lapisan nata yang telah terbentuk dan diamati bau, rasa, warna, ketebalan, dan ph. Adapun alasan penambahan bahan dan alasan perlakuannya yaitu alat alat disterilkan agar alat tidak terkontaminasi dengan bakteri atau mikroorganisme lain. Digunakan air kelapa, disaring agar tidak ada kotoran yang ikut pada air kelapa dan dididihkan agar mikroorganism asing mati. Penambahan urea berfungsi sebgai media hidup bagi Acetobacter xylinumyang memerlukan sumber nitrogen. Gula pasir ditambahkan sebagai sumber karbon. Asam asetat glasial ditambahkan untuk menurunkan ph dan meningkatkan keasaman. Starter bakteri ditutup dengan kain agar oksigen dapat masuk dan membantu pertumbuhan Acetobacter xylinum. didiamkan agar mendapatkan nata setelah itu dicuci 3 kali agar menghilangkan aroma asamnya. Adapun hasil yang didapatkan pada percobaan ini yaitu untuk ketebalan nata 0,4 mm, berbau tengik, tidak berasa, berwana putih, dan mempunyai ph asam. Jika dibandingkan dengan literatur maka didapatkan hasil dan perbandingan bahwa ketebalan sebesar 0,4 mm tidak sesuai dengan literatur seharusnya sebesar 1, 0 1,5 cm. Aroma sudah sesuai dengan literatur bahwa nata berasa asam atau cuka. Warna seharusnya putih bening tetapi yang didapatkan putih pucat. Adapun faktor kesalahan yang terjadi yaitu karena alat yang digunakan kurang steril, juga bahan yang tidak seperti kadarnya terutama glukosa dan urea pada saat setelah diberikan

17 starter dan folikel nata, seharusnya tidak boleh digoyangkan. Hubungan percobaan ini dengan dunia farmasi adalah kita dapat membuat nata de oco dengan menggunakan metode tertentu yang melibatkan fermentasi dan memanfaatkan bakteri yang dapat digunakan untuk menghasilkan nata de coco. 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa nata de coco yang dihasilkan memiliki ketebalan 0,4 mm, aroma asam, berwarna putih pucat, dan ph asam. Hasil ini tidak sesuai dengan literatur karena hasil berdasarkan literatur seharusnya memiliki ketebalan 1,0 1,5 cm dan berwarna putih bening. 6. REFERENSI Astawan, M., Nata De Coco Yang Kaya Serat. Kompas:10. Indriati, L., dan Rahimi, E., Pengaruh Penambahan Gula dan Amonium Sulfat Pada Medium Kulit Pisang Terhadap Pertumbuhan dan Sifat Mekanik Bioselulosa. Majalah Polimer Indonesia Vol.11 No.1. Krieg, N.R., Don, J.B., dan James, T. Staley, Bergeys Manual of Systematic Bacteriology Second Edition Volume II The Proteobacteria. Springer. USA. Layuk, P., Salamba, H., Djuri, R., Perbaikan Teknologi Pengolahan Nata De Coco Di Tingkat Petani. Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sulawesi Utara. Multazam, A. M., Ada Apa Dengan Pisang. com/2009_02_01_archive.html. Di akses pada tanggal 30 September Nurlina, R., Pembuatan Nata De Coco dari Sari Limbah Kulit Pisang dalam Beberapa Konsentrasi dengan Bakteri A. Xylinum. Jurusan Farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar. Palungkun, R., Aneka Produk Olahan Kelapa. Penebar Swadaya. Jakarta. Riyadi, S., Telaah Mengenai Mikroba yang Berperan dalam Pembuatan Nata De Coco. Jurusan Biologi Fakultas MIPA IPB. Bogor. Salim, E., dan Ryan, M., Menjadi Wirausahawan Sukses Berkat Bisnis Nata De Coco. Citra Aji Parama. Yogyakarta. Sudar, Hasnidar Uji Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Sifat Fisik Lapisan Tipis Nata De Coco. Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin. Makassar. Wahyudi Memproduksi Nata De Coco. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Departemen Pendidikan Nasional. Yoshinaga, F., Tonouchi, N., dan Watanabe, K., Research Progress in Production pf Bacterial Cellulose by Aeration and Agitation Culture and Its Aplication as a New Indistrial Material. Biosci. Biotech. Biochem. 61:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang rancangan penelitian, peralatan, bahan yang digunakan dalam penelitian, diagram alir penelitian, serta prosedur yang harus dilakukan untuk mencapai

Lebih terperinci

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd NATA putri Anjarsari, S.Si., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id Nata adalah kumpulan sel bakteri (selulosa) yang mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan terapung pada bagian permukaan cairan (nata

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA FERMENTASI & JENIS SUMBER NITROGEN TERHADAP PRODUKTIVITAS & SIFAT FISIK NATA DE LONTAR

PENGARUH LAMA FERMENTASI & JENIS SUMBER NITROGEN TERHADAP PRODUKTIVITAS & SIFAT FISIK NATA DE LONTAR PENGARUH LAMA FERMENTASI & JENIS SUMBER NITROGEN TERHADAP PRODUKTIVITAS & SIFAT FISIK NATA DE LONTAR (Borassus flabellifer) NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: ANISA INDRIANA TRI HASTUTI A 420 100 062 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PROSES PEMBUATAN NATA DE COCO Pembuatan nata de coco diawali dengan mencampurkan berbagai variasi konsentrasi gula sebagai sumber karbon, urea sebagai sumber nitrogen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nata merupakan hasil fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum yang

BAB I PENDAHULUAN. Nata merupakan hasil fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nata merupakan hasil fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum yang ditumbuhkan pada media yang mengandung glukosa. Menurut Pambayun (2002) bakteri Acetobacter xylinum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selulosa yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum (Alwani et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. selulosa yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum (Alwani et al., 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tentu sudah tidak asing lagi dengan produk olahan nata. Nata berasal dari Filiphina untuk menyebut suatu pertumbuhan menyerupai gel (agar-agar) yang

Lebih terperinci

khususnya dalam membantu melancarkan sistem pencernaan. Dengan kandungan

khususnya dalam membantu melancarkan sistem pencernaan. Dengan kandungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri nata de coco di Indonesia saat ini tumbuh dengan pesat dikarenakan nata de coco termasuk produk makanan yang memiliki banyak peminat serta dapat dikonsumsi

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005 PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN Malang, 13 Desember 2005 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN

Lebih terperinci

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum. NATA DE SOYA 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media cair

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu pencernaan. Kandungan kalori yang rendah pada Nata de Coco

BAB I PENDAHULUAN. membantu pencernaan. Kandungan kalori yang rendah pada Nata de Coco BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nata de Coco adalah makanan yang banyak mengandung serat, mengandung selulosa kadar tinggi yang bermanfaat bagi kesehatan dalam membantu pencernaan. Kandungan

Lebih terperinci

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari sellulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi tanaman singkong di Indonesia sangat tinggi, menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia mencapai 24.044.025 ton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kulit pisang merupakan bagian pisang terluar yang tidak dapat dikonsumsi secara langsung sehingga kulit pisang menjadi limbah organik jika dibuang ke lingkungan.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO

PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO Rahardyan Dina Natalia(L2C307052) dan Sulvia Parjuningtyas(L2C307061) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan merupakan salah satu sumber devisa negara. Daerah penghasil kelapa di Indonesia antara lain Sulawesi Utara,

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN NATA DE LERI DI KELURAHAN BANYUMANIK SEMARANG

PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN NATA DE LERI DI KELURAHAN BANYUMANIK SEMARANG Abdimas Unwahas, Vol. 1, No. 1, Oktober 2016 ISSN 2541-1608 PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN NATA DE LERI DI KELURAHAN BANYUMANIK SEMARANG Harianingsih 1*, Farikha Maharani 1,

Lebih terperinci

Kata kunci: nata de coco, gula, sumber nitrogen, medium

Kata kunci: nata de coco, gula, sumber nitrogen, medium 1 PENGARUH PENAMBAHAN KADAR GULA DAN KADAR NITROGEN TERHADAP KETEBALAN, TEKSTUR DAN WARNA NATA DE COCO Della Edria, Mario Wibowo, Elvita K Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Lebih terperinci

IV. Hasil dan Pembahasan

IV. Hasil dan Pembahasan IV. Hasil dan Pembahasan 4.1. Keasaman Total, ph. Ketebalan Koloni Jamur dan Berat Kering Sel pada Beberapa Perlakuan. Pada beberapa perlakuan seri pengenceran kopi yang digunakan, diperoleh data ph dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak dimanfaatkan secara luas. Hasilnya 15,5 miliar butir kelapa per tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak dimanfaatkan secara luas. Hasilnya 15,5 miliar butir kelapa per tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis penghasil kelapa dengan produksi air kelapa mencapai 15,5 miliar butir per tahun. Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Material selulosa bakteri adalah hasil proses fermentasi air kelapa dengan menggunakan bakteri Acetobacter xylinum. Secara kimiawi, serat yang terkandung di dalam nata

Lebih terperinci

BAB II. latin menjadi natare yang berarti terapung-apung (Susanti,2006). Nata termasuk

BAB II. latin menjadi natare yang berarti terapung-apung (Susanti,2006). Nata termasuk 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nata Nata berasal dari bahasa Spanyol yang apabila diterjemahkan ke dalam bahasa latin menjadi natare yang berarti terapung-apung (Susanti,2006). Nata termasuk produk fermentasi,

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN NITROGEN PADA PRODUKSI NATA DE COCO

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN NITROGEN PADA PRODUKSI NATA DE COCO Pengaruh Yanti, N.A, Penambahan et. al., Biowallacea, Gula dan Vol. Nitrogen 4 (1), pada Hal : Produksi 541-546, Nata April, De 2017 Coco 541 PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN NITROGEN PADA PRODUKSI NATA DE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekatul tidak banyak dikenal di masyarakat perkotaan, khususnya anak muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari beras yang terlepas saat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

EXPLOITING A BENEFIT OF COCONUT MILK SKIM IN COCONUT OIL PROCESS AS NATA DE COCO SUBSTRATE

EXPLOITING A BENEFIT OF COCONUT MILK SKIM IN COCONUT OIL PROCESS AS NATA DE COCO SUBSTRATE 167 EXPLOITING A BENEFIT OF COCONUT MILK SKIM IN COCONUT OIL PROCESS AS NATA DE COCO SUBSTRATE Peningkatan Nilai Tambah Krim Santan Kelapa Limbah Pembuatan Minyak Kelapa sebagai Substrat Nata de Coco Bambang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Buah Lontar a. Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Classis : Monocotyledoneae Ordo : Arecales Familli : Arecaceae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Bakteri Acetobacter xylinum Kedudukan taksonomi bakteri Acetobacter xylinum menurut Holt & Hendrick (1994) adalah sebagai berikut : Divisio Klass Ordo Subordo Famili

Lebih terperinci

BAB VI PEMBUATAN NATA DE BANANA MENGGUNAKAN Acetobacter sp.

BAB VI PEMBUATAN NATA DE BANANA MENGGUNAKAN Acetobacter sp. BAB VI PEMBUATAN NATA DE BANANA MENGGUNAKAN Acetobacter sp. I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Membuat nata dari kulit pisang. 2. Mengetahui prinsip proses fermentasi oleh bakteri pembuatan nata. II. DASAR TEORI 1.

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA EFFECT OF THE ADDITION OF SUGAR AND AMMONIUM SULFATE ON THE QUALITY OF NATA SOYA Anshar Patria 1*), Murna Muzaifa 1), Zurrahmah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas bahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah cair tapioka dihasilkan dari proses produksi tapioka. Air merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah cair tapioka dihasilkan dari proses produksi tapioka. Air merupakan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Tapioka Limbah cair tapioka dihasilkan dari proses produksi tapioka. Air merupakan bahan pembantu utama yang digunakan dalam proses produksi tapioka. Limbah cair dari

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Perkembangan Nata De Coco

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Perkembangan Nata De Coco II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Perkembangan Nata De Coco Istilah nata berasal dari bahasa Spanyol yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin sebagai natare, yang berarti terapung-apung. Nata dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Singkong atau ubi kayu merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia. Banyak sekali produk olahan yang berasal dari singkong, salah satunya adalah tepung

Lebih terperinci

6 AgroinovasI Nata de Cassava sebagai Pangan Sehat

6 AgroinovasI Nata de Cassava sebagai Pangan Sehat 6 AgroinovasI PRODUKSI NATA DE CASSAVA DENGAN SUBSTRAT LIMBAH CAIR TAPIOKA Nata de Cassava adalah jenis makanan pencuci mulut berbentuk gel, berwarna putih agak transparan, memiliki tekstur kenyal terbuat

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Cair Produksi Pati Kasava Sebagai Substrat Pembuatan Nata De Cassava

Pemanfaatan Limbah Cair Produksi Pati Kasava Sebagai Substrat Pembuatan Nata De Cassava AgroinovasI 11 Pemanfaatan Limbah Cair Produksi Pati Kasava Sebagai Substrat Pembuatan Nata De Cassava Nata de Cassava merupakan makanan pencuci mulut (desert) banyak mengandung serat, mengandung selulosa

Lebih terperinci

BAB I PEMBUATAN NATA DE COCO MENGGUNAKAN Acetobacter xylinum

BAB I PEMBUATAN NATA DE COCO MENGGUNAKAN Acetobacter xylinum BAB I PEMBUATAN NATA DE COCO MENGGUNAKAN Acetobacter xylinum A. TUJUAN PERCOBAAN 1. Membuat nata dari air kelapa segar. 2. Mengetahui prinsip proses fermentasi oleh bakteri pembuatan nata. B. LANDASAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tahap Persiapan Tahap persiapan yang dilakukan meliputi tahap studi literatur, persiapan alat dan bahan baku. Bahan baku yang digunakan adalah nata de banana. 3.1. Persiapan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit singkong dengan penggunaan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau atau tauge. Nata yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 17 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer superabsorbent di bawah radiasi microwave dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di Indonesia banyak ditumbuhi pohon kelapa. Kelapa memberikan banyak hasil misalnya kopra yang

Lebih terperinci

KUALITAS NATA DE CASSAVA LIMBAH CAIR TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN GULA PASIR DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

KUALITAS NATA DE CASSAVA LIMBAH CAIR TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN GULA PASIR DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA KUALITAS NATA DE CASSAVA LIMBAH CAIR TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN GULA PASIR DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL TERHADAP KUALITAS BIOPLASTIK DARI AIR CUCIAN BERAS

PENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL TERHADAP KUALITAS BIOPLASTIK DARI AIR CUCIAN BERAS PENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL TERHADAP KUALITAS BIOPLASTIK DARI AIR CUCIAN BERAS Siti Iqlima Layudha *, Ahadta Anandya Rahma, Achmat Riyanto, Rita Dwi Ratnani Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siti Nur Lathifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siti Nur Lathifah, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah nanas (Ananas comosus) merupakan salah satu tanaman yang banyak diusahakan petani di Indonesia, terutama di daerah Sumatera dan Jawa. Tiap tahun produksinya terus

Lebih terperinci

PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI NATA DE SOYA (AMPAS TAHU) SEBAGAI BENTUK WASTE TO PRODUCT UKM TAHU

PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI NATA DE SOYA (AMPAS TAHU) SEBAGAI BENTUK WASTE TO PRODUCT UKM TAHU PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI NATA DE SOYA (AMPAS TAHU) SEBAGAI BENTUK WASTE TO PRODUCT UKM TAHU Harianingsih 1*,Suwardiyono 1 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim Jl. Menoreh Tengah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekitar 20-60% bahan baku agroindustri biasanya akan menjadi limbah. Jika limbah tidak ditangani secara benar, akan mudah membusuk dan akhirnya mencemari lingkungan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1. BAB III METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN A.1. Alat yang digunakan : A.1.1 Alat yang diperlukan untuk pembuatan Nata de Citrullus, sebagai berikut: 1. Timbangan 7. Kertas koran 2. Saringan 8. Pengaduk 3. Panci

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale) adalah sejenis tanaman dari

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale) adalah sejenis tanaman dari BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale) adalah sejenis tanaman dari suku Anacardiaceae yang berasal dari Brasil dan memiliki "buah" yang dapat dimakan. Hanya beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran produk makin terbuka luas. 1. buah-buahan sampai saat ini masih sangat sederhana (tradisional) dan pada

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran produk makin terbuka luas. 1. buah-buahan sampai saat ini masih sangat sederhana (tradisional) dan pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan alam berupa potensi buah-buahan yang sangat besar. Hal itu menjadi faktor yang menguntungkan bagi Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Ketela pohon (Manihot utilissima Pohl) Ketela pohon atau ubi kayu (Manihot utilissima Pohl) merupakan tanaman perdu yang berasal dari Brasil.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2014. Sintesis selulosa bakterial dan isolasi nanokristalin selulosa bakterial

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA KUALITAS NATA DARI BAHAN BEKATUL (NATA DE KATUL) DENGAN STARTER BAKTERI Acetobacter xylinum SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidian Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan 3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air kelapa, gula pasir yang diperoleh dari salah satu pasar di Bandung. Zat kimia yang digunakan adalah (NH 4 ) 2

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari limbah cair tapioka dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak. Nata yang dihasilkan kemudian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Sayuran Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai konsekuensi logis dari aktivitas serta pemenuhan kebutuhan penduduk kota. Berdasarkan sumber

Lebih terperinci

PEMANFAATAN EKSTRAK KECAMBAH KACANG HIJAU SEBAGAI SUMBER NITROGEN ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN NATA DE LERRY

PEMANFAATAN EKSTRAK KECAMBAH KACANG HIJAU SEBAGAI SUMBER NITROGEN ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN NATA DE LERRY PEMANFAATAN EKSTRAK KECAMBAH KACANG HIJAU SEBAGAI SUMBER NITROGEN ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN NATA DE LERRY Margi Hastuti 1*, Maya Andriyani 1, Atang Wiedyastanto 1, Danuta Savitskaya Gisyamadia 2, Margono

Lebih terperinci

Pengaruh Medium Perendam...(Senny W dan Hartiwi D) PENGARUH MEDIUM PERENDAM TERHADAP SIFAT MEKANIK, MORFOLOGI, DAN KINERJA MEMBRAN NATA DE COCO

Pengaruh Medium Perendam...(Senny W dan Hartiwi D) PENGARUH MEDIUM PERENDAM TERHADAP SIFAT MEKANIK, MORFOLOGI, DAN KINERJA MEMBRAN NATA DE COCO Pengaruh Medium Perendam...(Senny W dan Hartiwi D) PENGARUH MEDIUM PERENDAM TERHADAP SIFAT MEKANIK, MORFOLOGI, DAN KINERJA MEMBRAN NATA DE COCO Senny Widyaningsih, Hartiwi Diastuti Program Studi Kimia,

Lebih terperinci

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan Pembuatan Yogurt 1. Pendahuluan Yoghurt merupakan salah satu olahan susu yang diproses melalui proses fermentasi dengan penambahan kultur organisme yang baik, salah satunya yaitu bakteri asam laktat. Melalui

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Nata-de-coco Pada pembuatan nata-de-coco, digunakan air kelapa yang sebelumnya telah disaring dengan kain kasa untuk membersihkan air kelapa dari sisa-sisa kotoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri tahu merupakan industri kecil yang banyak tersebar di kota dan di pedesaan. Tahu adalah makanan padat yang dicetak dari sari kedelai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Minuman Disperindag dan SMA Negeri 6 Pekanbaru serta SMA Negeri 11

BAB III METODE PENELITIAN. Minuman Disperindag dan SMA Negeri 6 Pekanbaru serta SMA Negeri 11 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan dan Minuman Disperindag dan SMA Negeri 6 Pekanbaru serta SMA Negeri 11 Pekanbaru. Waktu pelaksanaan

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Ketebalan dan Rendemen pada Nata

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Ketebalan dan Rendemen pada Nata 4. PEMBAHASAN Nata merupakan senyawa selulosa yang dihasilkan dari fermentasi substrat dengan bantuan mikroba yaitu Acetobacter xylinum. Selama proses fermentasi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dari A.

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Pada praktikum ini membahas mengenai Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme Selama Proses Fermentasi Kombucha. Kombucha merupakan sebagai minuman hasil fermentasi seduhan teh bergula yang mempunyai

Lebih terperinci

Kajian Variasi Kadar Glukosa Dan Derajat Keasaman (Ph) Pada Pembuatan Nata De Citrus Dari Jeruk Asam (Citrus Limon. L)

Kajian Variasi Kadar Glukosa Dan Derajat Keasaman (Ph) Pada Pembuatan Nata De Citrus Dari Jeruk Asam (Citrus Limon. L) Jurnal Gradien Vol.3 No.2 Juli 2007 : 257-261 Kajian Variasi Kadar Glukosa Dan Derajat Keasaman (Ph) Pada Pembuatan Nata De Citrus Dari Jeruk Asam (Citrus Limon. L) Devi Ratnawati Jurusan Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan

Lebih terperinci

Bahan baku utama yang digunakan adalah daging kelapa yang masih. segar dan belum banyak kehilangan kandungan air. Sedangkan bahan baku

Bahan baku utama yang digunakan adalah daging kelapa yang masih. segar dan belum banyak kehilangan kandungan air. Sedangkan bahan baku III. BAHAN DAN METODA A. BAHAN DAN ALA T. Bahan Bahan baku utama yang digunakan adalah daging kelapa yang masih segar dan belum banyak kehilangan kandungan air. Sedangkan bahan baku tambahan adalah gula

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan persoalan yang diteliti, yang bertujuan untuk meneliti pengaruh perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan persoalan yang diteliti, yang bertujuan untuk meneliti pengaruh perlakuan 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian eksperimen.penelitian eksperimen adalah suatu percobaan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

NATA DE CACAO 1. PENDAHULUAN

NATA DE CACAO 1. PENDAHULUAN NATA DE CACAO 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari sellules, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal pertumbuhan Acotobacter xylinum pada permukaan media cair

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari sumber daya manusia tentang perkembangan sektor industri di

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari sumber daya manusia tentang perkembangan sektor industri di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di tengah era globalisasi ini industri pangan mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan industri pangan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SAMPAH SAYURAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL.

PEMANFAATAN SAMPAH SAYURAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL. Pemanfaatan Sampah Sayuran sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol (Deby Anisah, Herliati, Ayu Widyaningrum) PEMANFAATAN SAMPAH SAYURAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL Deby Anisah 1), Herliati 1),

Lebih terperinci

PENGARUH KETINGGIAN MEDIA DAN WAKTU INKUBASI TERHADAP BEBERAPA KARAKTERISTIK FISIK NATA DE SOYA

PENGARUH KETINGGIAN MEDIA DAN WAKTU INKUBASI TERHADAP BEBERAPA KARAKTERISTIK FISIK NATA DE SOYA PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : 1411-4216 PENGARUH KETINGGIAN MEDIA DAN WAKTU INKUBASI TERHADAP BEBERAPA KARAKTERISTIK FISIK NATA DE SOYA Doddy A. Darmajana Balai Pengembangan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter

BAB I PENDAHULUAN. asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nata de coco merupakan produk hasil fermentasi air kelapa dengan bakteri asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter xylinum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buah ini memiliki ciri-ciri yang unik yaitu memiliki kulit seperti kulit naga. Buah naga

BAB I PENDAHULUAN. Buah ini memiliki ciri-ciri yang unik yaitu memiliki kulit seperti kulit naga. Buah naga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Buah naga merupakan jenis buah yang sudah tidak asing lagi di negara kita. Buah ini memiliki ciri-ciri yang unik yaitu memiliki kulit seperti kulit naga. Buah

Lebih terperinci

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu jenis buah yang digemari, selain rasanya

BAB I PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu jenis buah yang digemari, selain rasanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pisang merupakan salah satu jenis buah yang digemari, selain rasanya enak, mudah didapatkan serta nilai gizinya cukup baik. Pasar pisang di dalam negeri sangat baik

Lebih terperinci

Amalia Fitri Andriani. Penulis Adalah Dosen Jurusan Biologi, Fakultas Saintek,UIN MMI Malang

Amalia Fitri Andriani. Penulis Adalah Dosen Jurusan Biologi, Fakultas Saintek,UIN MMI Malang Viabilitas Dan Produktivitas Selulosa (1-6) El-Hayah Vol. 1, No.1 September 2009 VIABILITAS DAN PRODUKTIVITAS SELULOSA DARI INOKULUM KERING Acetobacter xylinum DENGAN SUBSTRAT PEMBAWA BERUPA SERBUK KELAPA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pembuatan nata dari umbi ubi jalar ungu oleh bakteri Acetobacter xylinum ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nata 1. Pengertian Nata Nata berasal dari bahasa Spanyol yang apabila diterjemahkan ke dalam bahasa latin menjadi natare yang berarti terapung-apung (Susanti, 2005). Nata termasuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penentuan Variabel 3.1.1 Variabel Tetap Placket-Burman Screening Design Air kelapa Usia starter : 500 ml : 7 hari Respon Surface Method Air kelapa Usia starter Urea Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa (cocos nucifera L) merupakan tanaman serbaguna, baik untuk keperluan pangan maupun non pangan. Setiap bagian dari tanaman kelapa (cocos nucifera L) bisa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi kertas saat ini masih bergantung pada ketersediaan kayu sebagai bahan baku utama pembuatan kertas. Bahkan, sekarang sekitar 95% sumber kertas dunia berasal

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS MELALUI NATA DE CASSAVA. Bab I Pendahuluan. Abstrak

PELUANG BISNIS MELALUI NATA DE CASSAVA. Bab I Pendahuluan. Abstrak Nama :Rhizky Eva Marisda NIM :10.11.4462 Kelas : S1TI-2L PELUANG BISNIS MELALUI NATA DE CASSAVA Bab I Pendahuluan Abstrak Peluang bisnis yang ditampilkan pada bisnis ini adalah inovasi limbah tapioka baik

Lebih terperinci

C. Prosedur Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan yield nata de cassava yang optimal.

C. Prosedur Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan yield nata de cassava yang optimal. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini adalah penelitan eksperimental. Tempat penelitian adalah Laboratorium Kimia Universitas Katolik Soegijapranoto Semarang dan Laboratorium

Lebih terperinci

Macam macam mikroba pada biogas

Macam macam mikroba pada biogas Pembuatan Biogas F I T R I A M I L A N D A ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 6 ) A N J U RORO N A I S Y A ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 7 ) D I N D A F E N I D W I P U T R I F E R I ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 9 ) S A L S A B I L L A

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk makanan yang digemari masyarakat. Selain karena tekstur nata yang

BAB I PENDAHULUAN. produk makanan yang digemari masyarakat. Selain karena tekstur nata yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Nata yang merupakan bahan makanan berserat tinggi, menjadi salah satu produk makanan yang digemari masyarakat. Selain karena tekstur nata yang padat, berwarna

Lebih terperinci

Formulasi Media Tumbuh Acetobacter xylinum Dari Bahan Limbah Cair Tempe dan Air Kelapa Untuk Produksi Nata De Soyacoco

Formulasi Media Tumbuh Acetobacter xylinum Dari Bahan Limbah Cair Tempe dan Air Kelapa Untuk Produksi Nata De Soyacoco Biocelebes, Desember 2011, hlm. 126-132 ISSN: 1978-6417 Vol. 5 No. 2 Formulasi Media Tumbuh Acetobacter xylinum Dari Bahan Limbah Cair Tempe dan Air Kelapa Untuk Produksi Nata De Soyacoco Muhammad Alwi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah TINJAUAN PUSTAKA Ampas Sagu Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer di Indonesia. Buah naga mengandung antara lain vitamin C, betakaroten, kalsium,

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau

BAB I PENDAHULUAN. Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau CH3CH2OH dengan titik didihnya 78,4 C. Sementara bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari proses

Lebih terperinci

LAMPIRAN. di panaskan. dan selama 15 menit. dituangkan dalam tabung reaksi. didiamkan dalam posisi miring hingga beku. inkubator

LAMPIRAN. di panaskan. dan selama 15 menit. dituangkan dalam tabung reaksi. didiamkan dalam posisi miring hingga beku. inkubator 81 LAMPIRAN Lampiran 1. Skema 1. Pembuatan Biakan A. xylinum Pada Media Agar 2,3 g nutrien agar diencerkan dengan 100 ml akuades di panaskan di sterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 o C Media Agar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil olahan fermentasi sudah banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain. Salah satu yang populer

Lebih terperinci