ANALISIS PERBANDINGAN KEHILANGAN PRATEGANG AKIBAT METODE STRESSING SATU ARAH DAN DUA ARAH PADA JEMBATAN BETON PRATEGANG. (Skripsi)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERBANDINGAN KEHILANGAN PRATEGANG AKIBAT METODE STRESSING SATU ARAH DAN DUA ARAH PADA JEMBATAN BETON PRATEGANG. (Skripsi)"

Transkripsi

1 ANALISIS PERBANDINGAN KEHILANGAN PRATEGANG AKIBAT METODE STRESSING SATU ARAH DAN DUA ARAH PADA JEMBATAN BETON PRATEGANG (Skripsi) Oleh SELVIA RAHMA RIZKIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2017

2 ABSTRAK ANALISIS PERBANDINGAN KEHILANGAN PRATEGANG AKIBAT METODE STRESSING SATU ARAH DAN DUA ARAH PADA JEMBATAN BETON PRATEGANG Oleh SELVIA RAHMA RIZKIA Jembatan beton prategang adalah suatu struktur konstruksi yang menghubungkan suatu tempat ke tempat lainnya yang dibuat dengan cara memberikan tegangan yang berlawanan dengan tegangan yang diakibatkan oleh beban eksternal. Proses pemberian tegangan dapat dilakukan sebelum beton dicetak (pratarik) atau setelah beton dicetak (pascatarik). Pemberian tegangan pada beton prategang pascatarik dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu stressing satu arah dan dua arah. Pemberian tegangan dengan menggunakan kedua metode stressing mengakibatkan kehilangan gaya prategang yang berbeda pada beton. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh metode stressing satu arah dan dua arah terhadap kehilangan prategang. Analisis yang dilakukan yaitu menghitung gaya prategang, menentukan jumlah dan lintasan tendon, menghitung kehilangan prategang akibat metode stressing satu arah dan dua arah, serta kontrol tegangan dan lendutan pada girder. Jenis girder yang digunakan pada penelitian ini adalah PC I girder, PC U girder dan box girder. Dari hasil analisis didapatkan hasil kehilangan prategang metode stressing satu arah pada PC I girder sebesar 30,826%, PC U girder sebesar 30,3401% dan box girder sebesar 31,8852%. Kehilangan prategang metode stressing dua arah pada PC I girder sebesar 29,8397%, PC U girder sebesar 29,3169% dan box girder sebesar 31,4955%. Dapat disimpulkan bahwa kehilangan prategang pada girder yang menggunakan metode stressing satu arah lebih besar dibandingkan kehilangan prategang pada girder yang menggunakan metode stressing dua arah. Kata kunci : beton prategang, metode stressing, satu arah, dua arah.

3 ABSTRACT THE ANALYSIS ON COMPARISON OF PRESTRESS LOSS BECAUSE OF ONE WAY AND TWO WAYS STRESSING METHODS IN THE PRESTRESSED CONCRETE BRIDGE By SELVIA RAHMA RIZKIA A prestressed concrete bridge is a construction structure bridging one location to another location and this is made by stressing strands with opposite force caused by the external loading. The stressing process can be done before the concrete is molded (pre -tensioning) and after the concrete is molded (post -tensioning). The stressing in the prestressed post-tensioning concrete can be done with two methods; the one way and two ways stressing. Stressing by using these two stressing methods may cause different prestress force loss in the concrete. The objective of this research was to find out the influence of one way and two ways stressing methods to the prestress force loss, analysis was conducted by estimating prestress forces, determining amounts and lines of stranded-wire tendons, estimating pre-stress force loss because of one way and two ways stressing methods and force controlling and deflection in the girder. This research used PC I girder, PC U girder, and box girder types. The analysis results showed that the prestress force loss in the one way stressing method in PC I girder was %, % in PC U girder, and % in box girder. The prestress force loss in two ways stressing method was % in PC I girder, % in PC U girder, and % in box girder. The conclusion was that the prestress force loss in the girder by using one way stressing method was bigger than in two ways stressing method. Keywords: prestress concrete, stressing method, one way, two ways.

4 ANALISIS PERBANDINGAN KEHILANGAN PRATEGANG AKIBAT METODE STRESSING SATU ARAH DAN DUA ARAH PADA JEMBATAN BETON PRATEGANG Oleh SELVIA RAHMA RIZKIA Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

5

6

7

8 Persembahan Untuk Ayah dan Ibu tersayang yang selalu mendoakan dan mendukungku dalam segala hal, terima kasih telah menjadi penyemangat di dalam hidup ini. Untuk Yan Putra Kurniawan, Rahmi Febria Veganita, Harris Haykal, kakakkakakku tersayang yang selalu memberikan motivasi dan bantuan disetiap hari-hariku. Semoga kita semua dapat membanggakan orang tua kita. Untuk semua teman-teman terbaikku dimanapun kalian berada. Terimakasih atas semangat yang selalu kalian berikan kepadaku. Untuk semua dosen-dosen yang telah mengajarkan banyak hal kepadaku. Terima kasih atas ilmu pengetahuan dan pelajaran hidup yang telah kalian berikan selama ini. Untuk keluraga baruku, teman-teman seperjuangan, Teknik Sipil Unila Angkatan Terima kasih atas rasa persahabatan yang kalian berikan. Semoga kita semua sukses meskipun dengan caranya masing-masing.

9 Motto Hidup Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah. (HR. Turmudzi) Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagi kamu. Dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kamu. Allah Maha Mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah : 216) Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh. (Andrew Jackson)

10 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 24 Oktober 1994, sebagai anak keempat dari empat bersaudara, dari Bapak Hermansyah dan Ibu Ritawati. Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) ditempuh di TK Tunas Harapan Bandar Lampung diselesaikan tahun 2000, Sekolah Dasar (SD) ditempuh di SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung pada tahun , Sekolah Menengah Pertama (SMP) ditempuh di SMP Negeri 22 Bandar Lampung pada tahun dan Sekolah Menengah Atas (SMA) ditempuh di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung pada tahun Tahun 2012, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur Tertulis. Selama menjadi mahasiswa, penulis berperan aktif di dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Lampung (HIMATEKS UNILA) 2014/2015 sebagai anggota Divisi Sekretariatan dan organisasi Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Teknik 2014/2015 sebagai Sekretaris Komisi III. Pada tahun 2015 penulis melakukan Kerja Praktik pada Proyek Pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) CP101 dan CP102 Jakarta selama 2 bulan. Penulis

11 juga telah mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kartaraharja, Kecamatan Tulang Bawang Udik, Kabupaten Tulang Bawang Barat selama 60 hari pada periode Juli September Selama masa perkuliahan penulis diangkat menjadi Asisten Praktikum Hidrolika dan Asisten Mekanika Bahan pada tahun 2015.

12 SANWACANA Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul Analisis Kehilangan Prategang Akibat Metode Stressing Satu Arah dan Dua Arah pada Jembatan Beton Pretagang adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas Lampung; 2. Bapak Gatot Eko S, S.T., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung; 3. Bapak Suyadi, S.T., M.T., selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, sumbangan pemikiran serta saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini; 4. Ibu Hasti Riakara Husni, S.T., M.T., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaan memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini; 5. Bapak Ir. Surya Sebayang, M.T., selaku Penguji Utama yang telah memberikan kritik dan saran pemikiran dalam penyempurnaan skripsi;

13 6. Bapak Ir. Andi Kusnadi, M.T., MM., selaku Pembimbing Akademik; 7. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung; 8. Keluargaku tercinta terutama kedua orang tuaku, Ayah Hermansyah dan Ibu Ritawati, kakak-kakakku Bang Uta, Kak Ami, Mas Wahyu dan Bang Aris, serta keponakanku Husain Baihaqi yang selalu menjadi penyemangat dalam hidupku. 9. Partner selama perkuliahan, Lidya Susanti yang selalu berjuang bersama dari awal hingga akhir perkuliahan. 10. Sahabat-sahabatku Respa Rose Mangi, Amoria Andayana, Feby Aristia Putri, Wiwin Wina Lestari, Windy Merischa dan Fitri Rahmawati yang selalu ada dalam suka dan duka. 11. Teman-teman Teknik Sipil Universitas Lampung angkatan Terimakasih atas dukungan kalian. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin. Bandar Lampung, 19 Juli 2017 Penulis Selvia Rahma Rizkia

14 i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL...v DAFTAR NOTASI... viii I. PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...2 C. Batasan Masalah...3 D. Tujuan Penelitian...3 E. Manfaat Penelitian...4 II. TINJAUAN PUSTAKA...5 A. Jembatan...5 B. Pembebanan Jembatan...5 C. Beton Prategang...10 D. Material Beton Prategang...11 E. Metode Prategang...13 F. Balok Gelagar (Girder)...16 G. Perhitungan Struktur Beton Prategang...19 III. METODOLOGI PENELITIAN...30 A. Pemodelan Struktur...30 B. Model Jembatan...32 C. Prosedur Penelitian...34 D. Diagram Alir Penelitian...34 E. Diagram Alir Kehilangan Prategang...35 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...37 A. Analisis Jembatan Menggunakan PC I Girder...37 B. Analisis Jembatan Menggunakan PC U Girder...73 C. Analisis Jembatan Menggunakan Box Girder...98 D. Pembahasan...122

15 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN A. Lembar Asistensi B. Girder dan Tendon C. Analisis pada Girder ii

16 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Beban Lajur D Pembebanan Truk T (500kN) Beton Prategang Menggunakan Metode Pratarik Beton Prategang Menggunakan Metode Pascatarik PC Voided Slab PC I Girder PC U Girder Box Girder Prategang dengan Eksentrisitas Diagram Tegangan pada Beton Prategang Ilustrasi Kehilangan Prategang Balok Beton Prategang dengan Tendon Melengkung Detail PC I Girder Detail PC U Girder Detail Box Girder Sketsa Bentang Girder Potongan Melintang Jembatan (PC I Girder) Potongan Melintang Jembatan (PC U Girder) Potongan Melintang Jembatan (Box Girder)...33

17 iv 20. Diagram Alir Penelitian Diagram Alir Kehilangan Prategang Dimensi Balok Prategang (PC I Girder) Dimensi balok komposit (PC I Girder) Posisi Tendon di Tengah Bentang (PC I Girder) Posisi Tendon di Tumpuan (PC I Girder) Grafik Posisi Tendon (PC I Girder) Penamaan Tendon Di Tumpuan (PC I Girder) Penamaan Tendon Di Tengah Bentang (PC I Girder) Dimensi Balok Prategang (PC U Girder) Section Properties Balok Komposit (PC U Girder) Posisi Tendon Di Tengah Bentang (PC U Girder) Posisi Tendon Di Tumpuan (PC U Girder) Grafik Posisi Tendon (PC U Girder) Penamaan Tendon Di Tumpuan (PC U Girder) Penamaan Tendon Di Tengah Bentang (PC U Girder) Dimensi Balok Prategang (Box Girder) Posisi Tendon Di Tengah Bentang (Box Girder) Posisi Tendon Di Tumpuan (Box Girder) Grafik Posisi Tendon (Box Girder) Penamaan Tendon Di Tumpuan (Box Girder) Penamaan Tendon Di Tengah Bentang (Box Girder) Grafik Kehilangan Prategang pada Setiap Girder...124

18 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Jumlah Lajur Lalu Lintas Rencana Spesifikasi Strand 7 Kawat Batas Defleksi Koefisien Gesek Kelengkungan dan Wobble Nilai K Nilai K dan J Nilai C Data Jembatan (PC I Girder) Spesific Grafity (PC I Girder) Dimensi Balok Prategang (PC I Girder) Kombinasi Pembebanan (PC I Girder) Perhitungan Momen (PC I Girder) Data Kabel (PC I Girder) Posisi Baris Tendon (PC I Girder) Eksentrisitas Masing-masing Tendon (PC I Girder) Lintasan Inti Tendon (PC I Girder) Perhitungan Sudut Angkur (PC I Girder) Tata Letak dan Trace Tendon (PC I Girder) Letak Tendon Dari Sisi Bawah Girder (PC I Girder)...50

19 vi 20. Kehilangan Prategang Akibat Elastis Beton PC I Girder (Satu Arah) Kehilangan Prategang Akibat Elastis Beton PC I Girder (Dua Arah) Total Kehilangan Prategang (PC I Girder) Data Jembatan (PC U Girder) Spesific Grafity (PC U Girder) Kombinasi Pembebanan (PC U Girder) Perhitungan Momen (PC U Girder) Data Kabel (PC U Girder) Posisi Baris Tendon (PC U Girder) Eksentrisitas Masing-masing Tendon (PC U Girder) Lintasan Inti Tendon (PC U Girder) Perhitungan Sudut Angkur (PC U Girder) Perhitungan Tata Letak dan Trace Tendon (PC U Girder) Letak Tendon Dari Sisi Bawah Girder (PC U Girder) Perhitungan Kehilangan Prategang Akibat Elastis Beton PC U Girder (Satu Arah) Kehilangan Prategang Akibat Elastis Beton PC U Girder (Satu Arah) Perhitungan Kehilangan Prategang Akibat Elastis Beton PC U Girder (Dua Arah) Kehilangan Prategang Akibat Elastis Beton PC U Girder (Dua Arah) Total Kehilangan Prategang (PC U Girder) Data Jembatan (Box Girder) Spesific Grafity (Box Girder) Dimensi Balok Prategang (Box Girder)...99

20 vii 42. Kombinasi Pembebanan (Box Girder) Perhitungan Momen (Box Girder) Data Kabel (Box Girder) Posisi Baris Tendon (Box Girder) Eksentrisitas Masing-masing Tendon (Box Girder) Lintasan Inti Tendon (Box Girder) Perhitungan Sudut Angkur (Box Girder) Perhitungan Tata Letak dan Trace Tendon (Box Girder) Letak Tendon dari Sisi Bawah Girder (Box Girder) Perhitungan Kehilangan Prategang Akibat Elastis Beton Box Girder (Satu Arah) Kehilangan Prategang Akibat Elastis Beton Box Girder (Satu Arah) Perhitungan Kehilangan Prategang Akibat Elastis Beton Box Girder (Dua Arah) Kehilangan Prategang Akibat Elastis Beton Box Girder (Dua Arah) Total Kehilangan Prategang (Box Girder) Kehilangan Prategang pada Masing-masing Girder (Satu Arah) Kehilangan Prategang pada Masing-masing Girder (Dua Arah) Kontrol Tegangan pada PC I Girder dan Box Girder Kontrol Tegangan pada PC U Girder Kontrol Tegangan pada Setiap Girder...125

21 DAFTAR NOTASI A a = Luas penampang balok prategang = Jarak alas balok ke as baris tendon terbawah a = Jarak alas balok ke as tendon teratas Ac Asp Ast bs C Ct CW d dt ea eb Ec EQ es Es EW fc = Luas penampang balok komposit = Luas tendon = Luas tampang nominal 1 strand = Berat sendiri girder = Faktor relaksasi = Koefisien rangkak = Koefisien seret = Diameter nominal strand = Diameter selubung tendon = Eksentrisitas tendon yang mengalami kehilangan prateagang = Eksentrisitas tendon yang mengalami penarikan = Modulus elastik beton = Beban gempa = Eksentrisitas tendon = Modulus elastis strands = Beban angin = Tegangan pada beton akibat gaya prategang awal

22 ix f c = Kuat tekan beton prategang f c(awal) = Kuat tekan beton prategang pada keadaan awal (transfer) fc fca fcd fci fcr fi fpu fpy fs ft fti H Hc I ic Ic J K K K kb kbc kt ktc = Tegangan izin tekan balok prategang pada keadaan akhir = Tegangan beton di tumpuan = Tegangan beton di tengah bentang = Tegangan izin tekan balok prategang pada saat penarikan = Tegangan rata-rata beton akibat gaya prategang = Eksentrisitas tendon = Kuat tarik strand = Kuat leleh strand = Tegangan awal tendon = Tegangan izin tarik prategang pada keadaan akhir = Tegangan izin tarik balok prategang pada saat penarikan = Tinggi total girder = Tinggi balok komposit = Momen inersia balok prategang = Jari-jari inersia = Momen inersia balok komposit = Faktor waktu = Koefisien wobble = Koefisien relaksasi = Koefisien susut yang tergantung waktu = Kern bawah = Kern bawah balok komposit = Kern atas = Kern atas balok komposit

23 x L M MA MS Mu ns P Pb1 Pbs Pe Pi Pj Ps Pt Q q RH s S ta TB TD th to V VW = Panjang jembatan = Beban momen = Beban mati tambahan = Berat sendiri = Momen ultimit = Jumlah strand = Beban terpusat = Beban putus minimal 1 tendon = Beban putus minimal 1 strand = Gaya prategang efektif = Gaya prategang sesaat setelah transfer = Gaya prategang yang terjadi akibat jacking = Kehilangan tegangan akibat gesekan tendon = Gaya prategang awal = Beban merata = Intensitas beban terbagi rata (BTR) dalam arah memanjang jembatan = Kelembaban relatif udara = Jarak antar girder = Luas permukaan beton = Tebal aspal dan overlay = Gaya rem = Beban lajur = Tebal genangan air = Tebal plat lantai jembatan = Volume beton = Kecepatan angin rencana

24 xi Wa wair waspal Wb wc wc wc X Y ya yac yb ybc yd yd ye zi zo zi α Δf Δf Δf Δf Δf Δl = Tahanan momen atas = Berat jenis air hujan = Berat jenis aspal = Tahanan momen bawah = Berat jenis beton prategang = Berat jenis beton bertulang = Berat jenis beton polos = Jarak yang ditinjau = Persamaan lintasan tendon = Titik berat girder terhadap atas girder = Titik berat balok komposit terhadap atas girder = Titik berat girder terhadap bawah girder = Titik berat balok komposit terhadap bawah girder = Jarak vertikal antara as ke as tendon di tengah bentang = Jarak vertikal antara as ke as tendon di tumpuan = Jarak titik berat ke as tendon bawah = Jarak tendon terhadap sisi bawah girder pada tumpuan = Jarak pusat berat tendon terhadap sisi bawah girder = Jarak tendon terhadap sisi bawah girder pada tengah bentang = Sudut kelengkungan pada tendon = Kehilangan tegangan akibat rangkak pada beton = Kehilangan tegangan akibat elastis beton = Kehilangan tegangan akibat relaksasi baja = Kehilangan tegangan akibat slip angkur = Kehilangan tegangan akibat susut pada beton = Slip rata-rata

25 xii σa σb ε = Tegangan pada serat atas = Tegangan pada serat bawah = Regangan susut dalam beton µ = Koefisien gesek kelengkungan δ = Lendutan

26 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jembatan merupakan salah satu struktur yang digunakan untuk sarana berpindahnya manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Selain itu jembatan juga berguna untuk memperpendek jarak tempuh dan juga memperlancar kegiatan berpindah. Jembatan dapat menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lain dimana diantara kedua tempat tersebut terdapat rintangan seperti sungai, laut, lembah, jurang, drainase, jalan dan sebagainya. Pada saat ini mulai dikenal jembatan yang menggunakan beton prategang pada strukturnya. Penggunaan sistem beton prategang untuk struktur jembatan biasanya diterapkan pada jembatan bentang menengah, bentang panjang dan jembatan jalan layang. Jembatan beton prategang terbagi menjadi tiga bagian yaitu struktur atas ( superstructures), struktur bawah (substructures) dan fondasi. Struktur atas jembatan juga terdiri dari beberapa bagian yaitu trotoar, slab lantai kerja, girder, balok diafragma, ikatan pengaku dan tumpuan. Girder adalah bagian struktur atas yang berfungsi menyalurkan beban berupa beban sendiri, beban mati, beban lalu lintas kendaraan, gaya rem, pejalan kaki dan sebagainya. Menurut sistem perancangannya, girder terdiri dari dua jenis

27 2 yaitu girder precast dan on site girder. Girder sendiri memiliki banyak bentuk diantaranya PC I girder, PC U girder, box girder dan voided slab dimana setiap bentuk memiliki kelebihan dan kekurangnnya masing-masing. Pada jembatan beton prategang ada salah satu pekerjaan penting yang harus dilakukan pada girder yaitu proses pemberian tegangan pada beton prategang yang dapat dilakukan sebelum beton dicetak (pratarik) atau setelah beton dicetak (pascatarik). Metode kerja stressing pada pascatarik terdiri dari dua cara yaitu metode satu arah dan dua arah. Pemberian tegangan pada beton prategang mengakibatkan kehilangan gaya prategang. Dalam perencanaan struktur jembatan beton prategang kehilangan gaya prategang harus dipertimbangkan, karena tegangan pada tendon beton prategang berkurang secara kontinu seiring berjalannya waktu. Oleh karena beberapa hal diatas maka dilakukan penelitian mengenai perbandingan kehilangan gaya prategang pada jembatan beton prategang akibat metode stressing satu arah dan dua arah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan diatas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimana perbandingan kehilangan gaya prategang pada jembatan beton prategang akibat metode stressing satu arah dan dua arah.

28 3 C. Batasan Masalah Penelitian ini terdapat batasan-batasan masalah sebagai berikut: 1. Struktur jembatan beton prategang yang ditinjau dalam penelitian ini adalah jembatan jalan raya dengan panjang bentang 38 meter. 2. Sistem beton prategang yang digunakan adalah pascatarik. 3. Untuk menghitung pembebanan yang bekerja pada jembatan menggunakan SNI 1725: Perhitungan struktur beton menggunakan SNI 2847: Penelitian ini tidak meninjau kekuatan penampang beton akibat geser dan puntir. 6. Jenis balok prategang (girder) yang digunakan adalah PC I girder, PC U girder dan box girder. 7. Balok prategang produksi Wijaya Karya Beton dijadikan sebagai acuan nilai dimensi balok prategang yang akan dipakai pada proses analisis. 8. Menganalisis kehilangan prategang akibat 2 metode stressing yaitu satu arah dan dua arah. 9. Kontrol tegangan dan lendutan menggunakan gaya prategang efektif terkecil antara metode stressing satu arah dan dua arah. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh metode stressing pada saat pelaksanaan pekerjaan jembatan beton prategang terhadap kehilangan prategang.

29 4 2. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan kehilangan prategang akibat pengaruh metode stressing pada 3 jenis girder yaitu PC I girder, PC U girder dan box girder. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penulisan ini adalah: 1. Menjadi bahan referensi pembelajaran tentang kehilangan tegangan beton prategang akibat metode stressing satu arah dan dua arah. 2. Menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan metode stressing dan jenis girder pada saat perencanaan pembangunan jembatan beton prategang.

30 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jembatan Jembatan adalah suatu konstruksi bangunan pelengkap sarana transportasi jalan yang menghubungkan suatu tempat ke tempat lainnya yang tereputus akibat suatu rintangan tanpa menutup/menimbun rintangan tersebut. Rintangan yang dimaksud dapat berupa jalan kendaraan, jalan kereta api, sungai, drainase, lembah, jurang dan sebagainya. B. Pembebanan Jembatan Beban-beban yang bekerja pada desain struktur girder pada penelitian ini mengacu pada SNI 125:2016. Beban-beban yang bekerja adalah : 1. Berat Sendiri Berat sendiri dari bagian bangunan adalah berat dari bagian tersebut dan elemen-elemen struktural lain yang dipikulnya. Termasuk dalam hal ini adalah berat bahan dan bagian jembatan yang merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen non-struktural yang dianggap tetap. 2. Beban Lalu Lintas Beban lalu lintas untuk perencanaan jembatan terdiri atas beban lajur D dan beban truk T. Beban lajur D bekerja pada seluruh lebar lajur

31 6 kendaraan dan menimbulkan pengaruh pada jembatan yang ekuivalen dengan suatu iring-iringan kendaraan yang sebenarnya. Jumlah total beban lajur D yang bekerja tergantung pada lebar lajur kendaraan itu sendiri. Beban truk T adalah satu kendaraan berat dengan 3 gandar yang ditempatkan pada beberapa posisi dalam lajur lalu litas rencana. Hanya satu truk T diterapkan per lajur lalu lintas rencana. Secara umum, beban D akan menjadi beban penentu dalam perhitungan jembatan yang mempunyai bentang panjang, sedangkan beban T digunakan untuk bentang pendek dan lantai kendaraan. Jumlah maksimum lajur lalu lintas yang digunakan untuk berbagai lebar jembatan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Lajur Lalu Lintas Rencana Tipe Jembatan (1) Lebar Jalur Kendaraan (2) (mm) Jumlah Lajur Lalu Lintas Rencana (n) Satu lajur 3000 w < w < w < Dua arah, tanpa w < median w < w Dua arah, dengan median CATATAN (1) CATATAN (2) Sumber : SNI 1725: w < w < w < w < w Untuk jembatan tipe lain, jumlah lajur lalu lintas rencana harus ditentukan oleh instansi yang berwenang. Lebar jalur kendaraan adalah jarak minimum antara kerb atau rintangan untuk satu arah atau jarak antara kerb/rintangan/median dengan median untuk banyak arah.

32 7 Beban lajur D terdiri dari beban tersebar merata (BTR) yang digabung dengan beban garis (BGT) seperti terlihat dalam Gambar 1. Gambar 1. Beban Lajur D Beban terbagi rata (BTR) mempunyai intensitas q kpa, dimana besarnya q tergantung pada panjang total yang dibebani L seperti berikut : L 30 m : q = 9,0 kpa (2.1) L > 30 m : q = 9,0 ( 0,5 + ) kpa (2.2) dimana : q = Intensitas beban terbagi rata (BTR) dalam arah memanjang jembatan L = Panjang jembatan (m) Beban garis (BGT) dengan intensitas p kn/m harus ditempatkan tegak lurus terhadap arah lalu lintas pada jembatan. Besarnya intensitas p adalah 49,0 kn/m. Untuk mendapakan momen lentur negatif maksimum pada jembatan menerus, BGT kedua yang identik harus ditempatkan pada posisi dalam arah melintang jembatan pada bentang lainnya.

33 8 Pembebanan truk T terdiri dari kendaraan truk semi-trailer yang mempunyai susunan dan berat gandar seperti pada Gambar 2, berat dari masing-masing gandar disebarkan menjadi 2 beban merata sama besar yang merupakan bidang kontak antara roda dengan permukaan lantai. Jarak antara 2 as tersebut bisa diganti antara 4,0 m sampai 9,0 m untuk mendapatkan pengaruh terbesar pada arah memanjang jembatan. Untuk pembebanan truk T (500kN) dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Pembebanan Truk T (500kN) 3. Gaya Rem Gaya rem harus diambil yang terbesar dari : a. 25% dari berat gandar truk desain atau, b. 5% dari berat truk rencana ditambah beban lajur terbagi rata BTR Gaya rem harus diasumsikan untuk bekerja secara horizontal pada jarak 1800 mm diatas permukaan jalan pada masing-masing arah longitudinal dan dipilih yang paling menentukan.

34 9 4. Beban Angin Tekanan angin rencana harus dikerjakan baik pada struktur jembatan maupun pada kendaraan yang melintasi jembatan. Jembatan harus direncanakan memilkul gaya akibat tekanan angin pada kendaraan, dimana tekanan tersebut harus diasumsikan sebagai tekanan menerus sebesar 1,46 N/mm, tegak lurus dan bekerja 1800 mm di atas permukaan jalan. 5. Beban Gempa Jembatan harus direncanakan agar memiliki kemungkinan kecil untuk runtuh namun dapat mengalami kerusakan yang signifikan dan gangguan terhadap pelayanan akibat gempa. Beban gempa diambil sebagai gaya horizontal yang ditentukan berdasarkan perkalian antara koefisien respon elastik (C sm) dengan berat struktur ekivalen yang kemudian dimodifikasi dengan faktor modifikasi respon (Rd) dengan formulasi sebagai berikut : EQ = x Wt (2.3) dimana : EQ Csm Rd Wt = Gaya gempa horizontal statis (kn) = Koefisien respons gempa elastis = Faktor modifikasi respon = Berat total struktur terdiri dari beban mati dan beban hidup (kn)

35 10 C. Beton Prategang Beton adalah material yang mempunyai kuat tekan tinggi tetapi kuat tarik yang relatif rendah. Sedangkan baja adalah material yang mempunyai kekuatan tarik yang sangat tinggi. Sehingga dengan mengkombinasikan kedua material tersebut maka, akan tercipta material yang dapat menahan tekan dan tarik yang biasa dikenal sebagai beton bertulang. Pada beton bertulang, beton hanya memikul tegangan tekan, sedangkan tegangan tarik dipikul oleh baja sebagai penulangan ( rebar). Sehingga pada beton bertulang, penampang beton tidak efektif 100% digunakan, karena bagian tertarik beton tidak diperhitungkan sebagai pemikul tegangan. Untuk mengatasi beberapa permasalahan yang ada, beton diberi tekanan awal sebelum beban-beban bekerja, sehingga seluruh penampang beton dalam keadaan tertekan seluruhnya, inilah yang kemudian disebut beton prategang (prestressed concrete). Berikut adalah beberapa keuntungan dari beton prategang, yaitu : 1. Terhindar retak terbuka di daerah tarik, sehingga beton prategang akan lebih tahan terhadap korosi 2. Memiliki lendutan akhir setelah beban rencana bekerja yang lebih kecil dari beton bertulang biasa, karena terbentuknya lawan lendut akibat gaya prategang sebelum beban rencana bekerja. 3. Lebih ringan atau langsing dibandingkan beton bertulang, sehingga secara estetika akan lebih baik. Untuk bentang-bentang yang besar seperti jembatan dimana pengaruh berat sendiri sangat besar, maka penggunaan

36 11 beton prategang akan sangan menguntungkan karena dapat meghemat pondasinya. 4. Ketahanan geser balok dan ketahanan puntirnya bertambah dengan adanya penegangan. 5. Pada penampang yang diberi penegangan, tegangan tarik dapat dieliminasi karena besarnya gaya tekan disesuaikan dengan beban yang akan diterima. D. Material Beton Prategang 1. Beton Beton adalah campuran semen portland atau semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran (admixture) (SNI 2847:2013). Kekuatan beton ditentukan oleh kuat tekan karakteristik pada usia 28 hari atau f c. Beton yang digunakan untuk beton prategang adalah yang mempunyai kekuatan tekan yang cukup tinggi dengan f c antara MPa. Kuat tekan tersebut diperlukan untuk menahan tegangan tekan pada serat tertekan, pengangkuran tendon, mencegah terjadinya keretakan, mempunyai modulus elastisitas yang tinggi dan mengalami rangkak lebih kecil (Budiadi, 2008). 2. Baja Prategang Baja prategang adalah elemen baja mutu tinggi seperti kawat, batang, atau strand, atau bundel elemen seperti itu, yang digunakan untuk menyalurkan gaya prategang ke beton (SNI 2847:2013). Baja prategang

37 12 dapat berbentuk kawat-kawat tunggal, strand yang terdiri atas beberapa kawat yang dipuntir membentuk elemen tunggal dan batang-batang bermutu tinggi. Baja yang dipakai untuk beton prategang dalam praktik ada empat macam, yaitu : a. Kawat tunggal (wires), biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton prategang dengan sistem pratarik. b. Untaian kawat ( strand), biasanya digunakan untuk baja prategang untuk beton prategang dengan sistem pascatarik. c. Kawat batangan ( bars), biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton prategang dengan sistem pratarik. Untaian kawat ( strand) banyak digunakan untuk beton prategang adalah untaian tujuh kawat. Untaian kawat yang dipakai harus memenuhi syarat seperti yang terdapat ASTM A 416. Spesifikasi strand 7 kawat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Spesifikasi Strand 7 Kawat Diameter nominal (mm) Luas nominal mm 2 Kuat putus (kn) 6,35 23, ,94 37,42 64,5 9,53 51, ,11 69,68 120,1 12,70 92,9 160,1 15,24 139,35 240,2 (Sumber : Desain Praktis Beton Prategang)

38 13 3. Grouting Grouting adalah bahan pengisi selubung baja prategang (tendon) pada beton prategang yang menggunakan metode pascatarik. Grouting terdiri dari semen portland dan air atau semen portland pasir dan air (SNI 2847:2013). 4. Selubung (Sheathing) Selubung adalah material yang melingkupi baja prategang yang mencegah lekatan baja prategang dengan beton yang mengelilinginya, menyediakan perlindungan korosi dan mengandung pelapis ( coating) pencegah korosi (SNI 2847:2013). E. Metode Prategang Pada dasarnya ada dua macam metode pemberian gaya prategang pada beton prategang, yaitu : 1. Pratarik (Pre-Tensioning) Pada metode ini baja prategang diberi gaya prategang terlebih dahulu sebelum dicor. Setelah beton mengering dan cukup umur kuat untuk menerima gaya prategang, tendon dipotong dan dilepas, sehingga gaya prategang ditransfer ke beton. Adapun prinsip dari pratarik ini secara singkat dapat dilihat pada Gambar 3.

39 14 Gambar 3. Beton Prategang Menggunakan Metode Pratarik Berikut adalah keterangan dari Gambar 3 yaitu: a. Kabel (tendon) prategang diberi gaya prategang, kemudian diangkur pada suatu abutment tetap. b. Beton dicor pada cetakan ( formwork) dan landasan yang sudah disediakan sedemikian sehingga melingkupi tendon yang sudah diberi gaya prategang dan dibiarkan mengering. c. Setelah beton mengering dan cukup umur kuat untuk menerima gaya prategang, tendon dipotong dan dilepas, sehingga gaya prategang ditransfer ke beton. Setelah gaya prategang ditransfer ke beton, balok beton tersebut akan melengkung keatas sebelum menerima beban kerja. Setelah menerima beban kerja, maka balok beton tersebut akan rata.

40 15 2. Pascatarik (Post-Tensioning) Adapun prinsip dari pascatarik secara singkat dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Beton Prategang Menggunakan Metode Pascatarik Berikut adalah keterangan dari Gambar 4 yaitu: a. Beton dicor dengan cetakan (formwork) yang telah disediakan lengkap dengan saluran/selongsong kabel prategang ( tendon duct) yang dipasang melengkung sesuai bidang momen. b. Setelah beton cukup umur dan kuat memikul gaya prategang, tendon atau kabel prategang dimasukkan dalam selongsong ( tendon duct), kemudian ditarik untuk mendapatkan gaya prategang. Metode pemberian gaya prategang ini salah satu ujungnya diangkur, kemudian ujung lainnya ditarik (ditarik dari satu sisi). Ada pula yang ditarik dikedua sisinya dan diangkur bersamaan. Setelah diangkur saluran di grouting melalui lubang yang telah disediakan.

41 16 c. Setelah diangkur, balok beton menjadi tertekan, jadi gaya prategang telah ditransfer ke beton. Karena tendon dipasang melengkung, maka akibat gaya prategang tendon memberikan beban merata kebalok yang arahnya ke atas, akibatnya balok melengkung ke atas. F. Balok Gelagar (Girder) Girder adalah bagian struktur atas yang berfungsi menyalurkan beban berupa beban kendaraan, berat sendiri girder dan beban-beban lainnya yang berada di atas girder ke bagian struktur bawah yaitu abutment. Menurut sistem perancangannya, girder terdiri dari dua jenis yaitu girder precast dan on site girder. Girder sendiri memiliki banyak bentuk diantaranya : 1. PC Voided Slab PC voided slab merupakan girder jembatan yang menggabungkan fungsi girder sekaligus slab. PC voided slab biasanya digunakan pada jembatan bentang pendek. Bentang terpanjang untuk jenis girder ini adalah 17 meter. Gambar PC voided slab dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. PC Voided Slab

42 17 2. PC I Girder PC I girder merupakan girder jembatan yang memiliki bentuk penampang I dengan penampang bagian tengah lebih langsing daripada bagian pinggir. PC I girder merupakan girder dengan penampang yang kecil dibanding dengan jenis girder lainnya dan memiliki berat sendiri yang relatif lebih ringan perunitnya, oleh sebab itu biasanya dari hasil analisis PC I girder adalah penampang yang ekonomis. Gambar PC I girder dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. PC I Girder 3. PC U Girder PC U girder merupakan girder jembatan yang memiliki bentuk penampang yang lebar namun pada bagian tengah bentang penampangnya cukup langsing. Berdasarkan dari bentuknya, PC U girder cukup memenuhi nilai estetika jembatan. Menurut spesifikasi produksi girder, PC U girder memiliki bentang terpanjang sepanjang 42 meter. Bentuk dari PC U girder juga cukup memnuhi nilai estetika jembatan. Gambar PC U girder dapat dilihat pada Gambar 7.

43 18 Gambar 7. PC U Girder 4. Box Girder Box girder merupakan girder jembatan yang dalam spesifikasi produksi tidak memiliki batasan panjang bentang. Dalam tahapan pekerjaan, box girder terlebih dahulu mengalami proses erection dan diangkat persegmental. Proses stressing dilakukan setelah tahapan erection. Bentuk dari Box girder juga cukup memenuhi nilai estetika pada bangunan jembatan. Gambar Box girder dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Box Girder

44 19 G. Perhitungan Struktur Beton Prategang 1. Gaya Prategang Pemberian gaya prategang pada beton prategang akan memberikan tegangan tekan pada penampang. Tegangan ini memberikan perlawanan terhadap beban luar yang bekerja. Gaya prategang diatur sesuai tegangan izin dari fiber-fiber kritis. Dengan adanya pengaturan posisi penegangan pada penampang, akan memberikan keuntungan lebih. Apabila gaya prategang bekerja tidak pada pusat penampang, tetapi dengan eksentrisitas, maka ada tambahan tegangan akibat eksentrisitas tersebut. Gambar prategang dengan eksentrisitas dan gambar diagram tegangan pada beton prategang dapat dilihat pada Gambar 9 dan Gambar 10. Gambar 9. Prategang dengan Eksentrisitas Gambar 10. Diagram Tegangan pada Beton Prategang

45 Tegangan akibat prategang adalah : ±. (2.4) 20 Tegangan akibat beban sendiri maupun beban luar : ± (2.5) Dengan demikian besar tegangan maksimum pada serat penampang dapat dihitung dengan rumus : σ = ±. ± (2.6) dimana : σ = Tegangan (MPa = N/mm 2 ) P = Gaya prategang awal (kn) e = Eksentrisitas penampang (mm) M = Momen akibat beban sendiri maupun beban lain (Nmm) W = Momen tahanan (mm 3 ) 2. Tegangan Izin pada Beton Prategang (SNI 2847:2013) Tegangan beton sesaat sesudah penyaluran gaya prategang (sebelum terjadinya kehilangan prategang sebagai fungsi waktu) tidak boleh melampaui nilai berikut : a. Tegangan izin serat tekan = 0,6 x f c(awal) (2.7) b. Tegangan izin serat tarik = 0,5 x f c(awal) (2.8) Tegangan pada beton saat beban layan (setelah mengalami semua kehilangan prategang) tidak boleh melampaui nilai berikut : a. Tegangan izin serat tekan = 0,45 x f c (2.9) b. Tegangan izin serat tarik = 0,5 x f c (2.10)

46 21 3. Kontrol Lendutan Karena adanya eksentrisitas kabel prategang, elemen balok prategang biasanya melengkung ke atas pada saat momen luar yang bekerja masih kecil. Defleksi ke atas ini disebut camber. Dalam menentukan nilai camber digunakan rumus berikut : c = (2.11) dimana : c = Lendutan ke atas (camber) Pj = Gaya prategang yang terjadi akibat jacking L = Panjang jembatan Ec = Modulus elastik beton I = Momen inersia balok prategang Sebaliknya beban luar yang bekerja akan menyebabkan defleksi ke bawah pada balok. Dalam perencanaan, besarnya defleksi ke atas dan ke bawah hab rus diperiksa dan dibatasi agar tidak melampaui batas yang diizinkan. Berdasarkan SNI T , lendutan akibat beban rencana untuk daya layan Jembatan Jalan Raya tidak melampaui 1/250 bentang. 4. Lintasan Inti Tendon Dalam menentukan lintasan tendon pada balok prategang digunakan rumus berikut : Y = ( )*(L X) (2.12)

47 22 dimana : Y = Persamaan lintasan tendon X = Jarak yang ditinjau (m) L = Panjang bentang jembatan (m) fi = es = Eksentrisitas tendon (m) 5. Sudut Angkur Dalam menentukan sudut angkur pada balok prategang digunakan rumus berikut : α = ATAN( ) (2.13) = 4*fi*(L 2*X)/L 2 (2.14) Untuk X = 0 (posisi angkur di tumpuan), maka : = 4*fi/L (2.15) 6. Tata Letak dan Trace Tendon Dalam menentukan tata letak dan trace tendon digunakan rumus berikut : zi = zi [( 4 f i X 2 )*(L X)] (2.16) L 7. Kehilangan Prategang Kehilangan prategang adalah berkurangnya gaya yang bekerja pada tendon dalam tahap-tahap pembebanan. Di dalam suatu sistem struktur beton prategang selalu terdapat kehilangan prategang, baik akibat sistem penegangan maupun akibat pengaruh waktu. Kehilangan

48 prategang pada struktur beton prategang dapat diilustrasikan seperti pada Gambar Gambar 11. Ilustrasi Kehilangan Prategang Kehilangan prategang langsung atau kehilangan sesaat adalah Pj Pi dan kehilangan prategang akibat pengaruh waktu adalah Pi Pe. Kehilangan prategang langsung disebabkan oleh perpendekan elastis dari beton, gesekan sepanjang kelengkungan tendon pada struktur pascatarik dan slip pada angkur. Sedangkan kehilangan prategang akibat pengaruh waktu disebabkan oleh perpendekan dari beton pada level baja akibat rangkak dan penyusutan beton serta relaksasi baja. Berikut jenis-jenis kehilangan prategang yang perlu diperhitungkan : a. Perpendekan Elastis Beton (Kabel dengan Lintasan Melengkung) Pada kebanyakan balok jembatan, kabel dibuat melengkung dengan eksentrisitas terbesar di tengah bentang. Pada kondisi seperti ini kehilangan prategang akibat deformasi elastis pada beton dapat diestimasi dengan mempertimbangkan tegangan ratarata beton pada level baja. Perumpamaan balok beton prategang dengan tendon melengkung dapat dilihat pada Gambar 12.

49 24 Gambar 12. Balok Beton Prategang dengan Tendon Melengkung Untuk mencari kehilangan prategang pada masing-masing tendon dapat digunakan rumus sebagai berikut : Di tengah bentang (D): f (, ) = - (2.17) Di tumpuan (A) : f (, ) = - (2.18) Tegangan rata-rata beton akibat gaya prategang : f (, ) = [f (, )+ 2 3 (f (, ) - f (, ))] (2.19) Sehingga kehilangan prategang pada masing-masing tendon: Δf (, ) = n*f (, ) (2.20) dimana : a b Pj e = Tendon yang mengalami kehilangan prategang = Tendon yang mengalami penarikan kehilangan prategang = Gaya prategang awal pada tendon (N) = Eksentrisitas tendon yang mengalami kehilangan prategang (mm) e = Eksentrisitas tendon yang mengalami penarikan (mm) f (, ) = Tegangan beton di tengah bentang (N/mm 2 ) f (, ) = Tegangan beton di tumpuan (N/mm 2 ) f (, ) = Tegangan rata-rata beton akibat gaya prategang

50 25 Δf (, )= Kehilangan prategang akibat elastis beton b. Kehilangan Prategang akibat Gesekan Tendon Kehilangan prategang ini terjadi akibat gesekan antara tendon dengan bahan sekitarnya (selubung tendon). Kehilangan ini langsung dapat diatasi dari penarikan tendon pada jack. Untuk menentukan kehilangan prategang akibat gesekan tendon dapat dihitung dengan rumus berikut : P = P *e ( ) (2.21) dengan : Pj = Gaya prategang awal (N) µ = Koefisien gesek kelengkungan α = Sudut kelengkungan pada tendon (rad) K = Koefisien wobble e = 2,7183 Untuk menetukan koefisien wobble dan koefisien friksi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Koefisien Gesek Kelengkungan dan Wobble Jenis Tendon Koefisien Wobble (K) Koefisien Kelengkungan (µ) Tendon di selubung metal fleksibel Tendon kawat Strand 7 kawat Batang mutu tinggi 0,0010-0,0015 0,0005-0,0020 0,0001-0,0006 0,15-0,25 0,15-0,25 0,08-0,30 Tendon di saluran metal yang rigid Strand 7 kawat 0,0002 0,15-0,25

51 26 Tabel 4. Koefisien Gesek Kelengkungan dan Wobble (lanjutan) Tendon yang dilapisi mastici Tendon kawat dan strand 7 0,0010-0,0020 0,05-0,15 Tendon yang dilumasi dahulu Tendon kawat dan strand 7 0,0003-0,0020 0,05-0,15 Sumber : Prestressed Concrete Institute c. Kehilangan Prategang akibat Slip Angkur Kehilangan prategang akibat slip angkur terjadi sewaktu kawat dilepaskan dari mesin penarik dan ditahan baji pada angkur. Panjang atau besarnya slip tergantung tipe baji dan tegangan pada kawat tendon. Besarnya nilai rata-rata panjang slip adalah 2,5 mm. Untuk menentukan kehilangan prategang akibat slip angkur dapat dihitung dengan rumus berikut : ε = (2.22) Δf = ε * E (2.23) dimana : Δl = Slip rata-rata (mm) L = Panjang tendon (mm) E = Modulus elastisitas tendon (MPa) d. Kehilangan Prategang akibat Rangkak pada Beton Rangkak pada beton terjadi karena deformasi akibat adanya tegangan pada beton sebagai suatu fungsi waktu. Pada struktur beton prategang, rangkak pada beton mengakibatkan berkurangnya tegangan pada penampang. Besarnya kehilangan prategang akibat rangkak pada beton dapat dihitung menggunakan rumus :

52 Δf = C *n*fc (2.24) dimana : 27 C fc = Koefisien rangkak, 2 (pratarik) dan 1,6 (pascatarik) = Tegangan pada beton yang melekat pada titik berat tendon akibat gaya prategang awal e. Kehilangan Prategang akibat Susut pada Beton Susut pada beton merupakan perubahan volume pada beton yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi proporsi campuran, tipe agregat, tipe semen, waktu perawatan waktu antara akhir perawatan eksternal dan pemberian prategang, ukuran komponen struktur dan kondisi lingkungan. Kehilangan prategang akibat susut pada beton dapat dihitung dengan rumus : ε = 8,2*10-6 *(1-0,06* )*(100-RH) (2.25) Δf = K *ε * E (2.26) dengan : ε V S RH K E = Regangan susut dalam beton = Volume beton (inch) = Luas permukaan beton (inch) = Kelembaban relatif udara = Koefisien susut yang tergantung waktu = Modulus elastisitas tendon (MPa) Untuk menentukan nilai koefisien susut tergantung waktu dapat dilihat pada Tabel 5.

53 28 Tabel 5. Nilai K Waktu (hari) K 0,92 0,85 0,80 0,77 0,73 0,64 0,58 0,45 Sumber : Prestressed Concrete Institute f. Kehilangan Prategang akibat Relaksasi Baja Relaksasi diartikan sebagai kehilangan dari tegangan tendon secara perlahan seiring dengan waktu dan besarnya gaya prategang yang diberikan dibawah regangan yang hampir konstan. Kehilangan prategang akibat relaksasi baja dapat dihitung dengan rumus : Δf = [K J*( Δf + Δf + Δf )]*C (2.27) dengan : K J Δf Δf Δf C = Koefisien relaksasi = Faktor waktu = Kehilangan tegangan akibat susut pada beton (MPa) = Kehilangan tegangan akibat rangkak pada beton (MPa) = Kehilangan tegangan akibat elastis beton (MPa) = Faktor relaksasi Nilai koefisien relaksasi dan faktor waktu serta nilai faktor relaksasi dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7. Tabel 6. Nilai K (koefisien relaksasi) dan J (faktor waktu) Jenis Tendon K J Kawat atau stress-relieved strand mutu ,15 awat atau stress-relieved strand mutu ,14 Kawat stress-relieved strand mutu 240 atau ,13 Strand relaksasi rendah mutu ,04

54 29 Tabel 6. Nilai K (koefisien relaksasi) dan J (faktor waktu) (lanjutan) Kawat relaksasi rendah mutu ,037 Kawat relaksasi rendah mutu 240 atau ,035 Batang stress-relieved strand mutu 145 atau ,05 Sumber : Prestressed Concrete Institute Tabel 7. Nilai C (Faktor Relaksasi) f py/f pu Kawat atau Strand Kawat atau Strand Relaksasi Stress-relieved Rendah atau Batang Stress-relieved 0,8 1,28 0,79 1,22 0,78 1,16 0,77 1,11 0,76 1,05 0,75 1,45 1,00 0,74 1,36 0,95 0,73 1,27 0,90 0,72 1,18 0,85 0,71 1,09 0,80 0,70 1,00 0,75 0,69 0,94 0,70 0,68 0,89 0,66 0,67 0,83 0,61 0,66 0,78 0,57 0,65 0,73 0,53 0,64 0,68 0,49 0,63 0,63 0,45 0,62 0,58 0,41 0,61 0,53 0,37 0,60 0,49 0,33 Sumber : Prestressed Concrete Institute

55 III. METODE PENELITIAN A. Pemodelan Struktur 1. Data Struktur Desain Jembatan Data struktur desain jembatan adalah sebagai berikut: a. Bentang jembatan : 38 m b. Lebar jembatan : 8,5 m c. Jumlah jalur : 2 jalur d. Lebar jalur : 3,5 m e. Lebar trotoar dan pagar tepi : 1,5 m f. Tebal plat lantai jembatan : 0,20 m g. Tebal aspal : 0,10 m h. Tinggi genangan air hujan : 0,05 m 2. Dimensi Girder a. PC I Girder Span = 38 m Beam spacing = 185 cm Concrete compressive strength = 500 kg/cm 2 Gambar detail PC I girder dapat dilihat pada Gambar 13.

56 31 Gambar 13. Detail PC I Girder b. PC U Girder Span = 38 m Height = H-185 (cm) Concrete compressive strength = 600 kg/cm 2 (Cube) Gambar detail PC U girder dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14. Detail PC U Girder

57 32 c. Box Girder Concrete compressive strength = 500 kg/cm 2 Gambar detail box girder dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15. Detail Box Girder B. Model Jembatan Jembatan yang digunakan pada penelitian ini adalah jembatan beton prategang pascatarik yang dimodelkan dengan 3 variasi girder, yaitu PC I girder, PC U girder dan box girder. Dengan panjang bentang 38 meter dan lebar 8,5 meter. Sketsa bentang girder dapat dilihat pada Gambar 16 dan pemodelan jembatan dapat dilihat pada Gambar 17, Gambar 18, dan Gambar 19. Gambar 16. Sketsa Bentang Girder

58 33 Gambar 17. Potongan Melintang Jembatan (PC I Girder) Gambar 18. Potongan Melintang Jembatan (PC U Girder) Gambar 19. Potongan Melintang Jembatan (Box Girder)

59 34 C. Prosedur Penelitian Adapun langkah-langkah dalam penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut : 1. Menentukan data struktur jembatan dan profil girder. 2. Mengolah data yang telah ditentukan yang akan digunakan pada perhitungan, diantaranya : a. Menghitung analisis penampang girder. b. Menghitung pembebanan jembatan. 3. Melakukan analisis struktur girder beton prategang pada masing-masing girder diantaranya : a. Menentukan gaya prategang. b. Menentukan jumlah dan lintasan tendon. c. Menghitung kehilangan prategang akibat metode stressing satu arah dan dua arah. d. Menghitung kontrol tegangan dan lendutan. 4. Menyimpulkan bagaimana perbedaan kehilangan prategang akibat metode stressing satu arah dan dua arah. D. Diagram Alir Penelitian Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir penelitian pada Gambar 20.

60 35 Mulai Data Struktur Jembatan dan Profil Girder Analisis Penampang Girder Menghitung Pembebanan Jembatan Perhitungan Gaya Prategang Menentukan Jumlah dan Lintasan Tendon Tidak OK Perhitungan Kehilangan Prategang Kontrol Tegangan dan Lendutan OK Selesai Gambar 20. Diagram Alir Penelitian E. Diagram Alir Kehilangan Prategang Diagram alir perhitungan kehilangan prategang dapat dilihat pada Gambar 21.

61 36 Mulai P j (Jacking Force) Kehilangan Seketika (Immediate Losses) Perpendekan Elastis Beton fes = n*fcr Gesekan pada Tendon (K Lx + µa) Ps = Pj*e Slip pada Angkur fs = ε *Es Pi = Pj - Immediate Losses Kehilangan Pengaruh Waktu (Time Dependent Losses) Rangkak pada Beton fcr = Ct*n*fc Susut pada Beton fsh = Ksh*εsh*Es Relaksasi Baja fre = [K RE J ( fsh + fcr + fes)]*c Pe = Pi - Time Dependent Losses Selesai Gambar 21. Diagram Alir Kehilangan Prategang

62 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan hasil pembahasan pada penelitian mengenai analisis kehilangan prategang akibat metode stressing satu arah dan dua arah dengan tiga variasi girder, dapat disimpulkan bahwa : 1. Metode stressing pada beton prategang pascatarik berpengaruh pada kehilangan prategang khususnya pada kehilangan prategang akibat elastis tendon dan kehilangan prategang akibat relaksasi baja. 2. Metode stressing satu arah menghasilkan kehilangan prategang lebih besar daripada metode stressing dua arah. Hal ini berlaku pada semua bentuk girder yang dianalisis, yaitu PC I girder, PC U girder dan box girder. 3. Gaya prategang efektif akibat metode stressing satu arah lebih kecil daripada metode stressing dua arah. Hal ini dikarenakan total kehilangan prategang pada girder dengan metode stressing satu arah lebih besar dari total kehilangan prategang dengan metode stressing dua arah. 4. Kontrol keamanan struktur telah memenuhi syarat keamanan struktur, dengan tegangan dan lendutan yang terjadi kurang dari tegangan dan lendutan izin.

LAMPIRAN 1. DESAIN JEMBATAN PRATEGANG 40 m DARI BINA MARGA

LAMPIRAN 1. DESAIN JEMBATAN PRATEGANG 40 m DARI BINA MARGA LAMPIRAN 1 DESAIN JEMBATAN PRATEGANG 40 m DARI BINA MARGA LAMPIRAN 2 PERINCIAN PERHITUNGAN PEMBEBANAN PADA JEMBATAN 4.2 Menghitung Pembebanan pada Balok Prategang 4.2.1 Penentuan Lebar Efektif

Lebih terperinci

DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS TUGAS AKHIR RAMOT DAVID SIALLAGAN

DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS TUGAS AKHIR RAMOT DAVID SIALLAGAN DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh ujian sarjana Teknik Sipil Disusun

Lebih terperinci

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori BAB II Dasar Teori 2.1 Umum Jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya beberapa rintangan seperti lembah yang dalam, alur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian tugas akhir ini adalah balok girder pada Proyek Jembatan Srandakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian tugas akhir ini adalah balok girder pada Proyek Jembatan Srandakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian tugas akhir ini adalah balok girder pada Proyek Jembatan Srandakan yang merupakan jembatan beton prategang tipe post tension. 3.2. Lokasi

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Disusun Oleh : Fander Wilson Simanjuntak Dosen Pembimbing : Prof.Dr.-Ing. Johannes Tarigan NIP

Tugas Akhir. Disusun Oleh : Fander Wilson Simanjuntak Dosen Pembimbing : Prof.Dr.-Ing. Johannes Tarigan NIP ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH PERPENDEKAN ELASTIS BETON, SUSUT, RANGKAK DAN RELAKSASI BAJA TERHADAP LENDUTAN BALOK KOMPOSIT BETON PRATEGANG DENGAN METODE PELAKSANAAN PRE-TENSIONING DAN POST-TENSIONING

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 47 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengumpulan Data Data-data yang diasumsikan dalam penelitian ini adalah geometri struktur, jenis material, dan properti penampang I girder dan T girder. Berikut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan air atau jalan lalu lintas biasa, lembah yang dalam, alur sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan air atau jalan lalu lintas biasa, lembah yang dalam, alur sungai 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jembatan Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain berupa jalan air

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS FLY OVER SIMPANG BANDARA TANJUNG API-API, DENGAN STRUKTUR PRECAST CONCRETE U (PCU) GIRDER. Laporan Tugas Akhir

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS FLY OVER SIMPANG BANDARA TANJUNG API-API, DENGAN STRUKTUR PRECAST CONCRETE U (PCU) GIRDER. Laporan Tugas Akhir PERANCANGAN STRUKTUR ATAS FLY OVER SIMPANG BANDARA TANJUNG API-API, DENGAN STRUKTUR PRECAST CONCRETE U (PCU) GIRDER Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Definisi Jembatan merupakan satu struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta api ataupun jalan raya. Ia dibangun untuk membolehkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL BOX GIRDER PRESTRESS

PERENCANAAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL BOX GIRDER PRESTRESS PERENCANAAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL BOX GIRDER PRESTRESS Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Disusun Oleh: ULIL RAKHMAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC

PERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC A. DATA VOIDED SLAB PERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC Lebar jalan (jalur lalu-lintas) B 1 = 7.00 m Lebar trotoar B 2 = 0.75 m Lebar total

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. jalan raya atau disebut dengan fly over/ overpass ini memiliki bentang ± 200

BAB III LANDASAN TEORI. jalan raya atau disebut dengan fly over/ overpass ini memiliki bentang ± 200 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Tinjauan Umum Rencana awal dalam perancangan jembatan beton yang melintasi jalan raya atau disebut dengan fly over/ overpass ini memiliki bentang ± 200 meter. Fokus pada perancangan

Lebih terperinci

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU 2014

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU 2014 REDESAIN PRESTRESS (POST-TENSION) BETON PRACETAK I GIRDER ANTARA PIER 4 DAN PIER 5, RAMP 3 JUNCTION KUALANAMU Studi Kasus pada Jembatan Fly-Over Jalan Toll Medan-Kualanamu TUGAS AKHIR Adriansyah Pami Rahman

Lebih terperinci

PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN

PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN JEMBATAN PANTAI HAMBAWANG - DS. DANAU CARAMIN CS A. DATA SLAB LANTAI JEMBATAN Tebal slab lantai jembatan t s = 0.35 m Tebal trotoar t t = 0.25 m Tebal lapisan aspal + overlay

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR ATAS JEMBATAN LAYANG JOMBOR DENGAN TIPE PRESTRESS CONCRETE I GIRDER BENTANG SEDERHANA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR ATAS JEMBATAN LAYANG JOMBOR DENGAN TIPE PRESTRESS CONCRETE I GIRDER BENTANG SEDERHANA TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR ATAS JEMBATAN LAYANG JOMBOR DENGAN TIPE PRESTRESS CONCRETE I GIRDER BENTANG SEDERHANA Disusun Oleh : MUHAMMAD ROMADONI 20090110085 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

PERANCANGAN SLAB LANTAI DAN BALOK JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DALU-DALU, KABUPATEN BATU BARA, SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR

PERANCANGAN SLAB LANTAI DAN BALOK JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DALU-DALU, KABUPATEN BATU BARA, SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR PERANCANGAN SLAB LANTAI DAN BALOK JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DALU-DALU, KABUPATEN BATU BARA, SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU)

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU) TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU) OLEH : ABDUL AZIZ SYAIFUDDIN 3107 100 525 DOSEN PEMBIMBING : Prof. Dr. Ir. I GUSTI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diselesaikan pada semester VIII,

KATA PENGANTAR. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diselesaikan pada semester VIII, KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala karunianya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penganalisaan ini adalah Analisis

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram Perencanaan Bangunan Atas Jembatan Kali Jangkok Dengan Menggunakan Precast Segmental Box Girder Upper structure design of kali Jangkok Bridge using segmental box girder Sus Mardiana 1, I Nyoman Merdana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. i LEMBAR PENGESAHAN. ii LEMBAR PERSEMBAHAN.. iii KATA PENGANTAR. iv ABSTRAKSI vi DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR xi DAFTAR TABEL xv DAFTAR NOTASI.. xx DAFTAR LAMPIRAN xxiv BAB I

Lebih terperinci

PERENCANAAN ALTERNATIF JEMBATAN BALOK BETON PRATEGANG DENGAN METODE PELAKSANAAN BERTAHAP

PERENCANAAN ALTERNATIF JEMBATAN BALOK BETON PRATEGANG DENGAN METODE PELAKSANAAN BERTAHAP TUGAS AKHIR PERENCANAAN ALTERNATIF JEMBATAN BALOK BETON PRATEGANG DENGAN METODE PELAKSANAAN BERTAHAP (Kasus Jembatan Tanah Ayu, Kec. Abiansemal, Kab. Badung) Oleh : I Putu Agung Swastika 0819151024 JURUSAN

Lebih terperinci

DESAIN ALTERNATIF STRUKTUR ATAS JEMBATAN BOX GIRDER DENGAN METODE SPAN BY SPAN

DESAIN ALTERNATIF STRUKTUR ATAS JEMBATAN BOX GIRDER DENGAN METODE SPAN BY SPAN TUGAS AKHIR DESAIN ALTERNATIF STRUKTUR ATAS JEMBATAN BOX GIRDER DENGAN METODE SPAN BY SPAN STUDI KASUS JEMBATAN LAYANG TENDEAN BLOK M CILEDUK Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjan Teknik Strata

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PELAT LANTAI BETON PRATEGANG POST TENSION DIBANDINGKAN DENGAN BETON BIASA

ANALISIS PERENCANAAN PELAT LANTAI BETON PRATEGANG POST TENSION DIBANDINGKAN DENGAN BETON BIASA ANALISIS PERENCANAAN PELAT LANTAI BETON PRATEGANG POST TENSION DIBANDINGKAN DENGAN BETON BIASA Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh ujian sarjana teknik

Lebih terperinci

TEGANGAN TEGANGAN IZIN MAKSIMUM DI BETON DAN TENDON MENURUT ACI Perhitungan tegangan pada beton prategang harus memperhitungkan hal-hal sbb.

TEGANGAN TEGANGAN IZIN MAKSIMUM DI BETON DAN TENDON MENURUT ACI Perhitungan tegangan pada beton prategang harus memperhitungkan hal-hal sbb. TEGANGAN TEGANGAN IZIN MAKSIMUM DI BETON DAN TENDON MENURUT ACI Perhitungan tegangan pada beton prategang harus memperhitungkan hal-hal sbb. : 1. Kondisi pada saat transfer gaya prategang awal dengan beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan pengetahuan tentang perencanaan suatu bangunan berkembang semakin luas, termasuk salah satunya pada perencanaan pembangunan sebuah jembatan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN

PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN JEMBATAN SRANDAKAN KULON PROGO D.I. YOGYAKARTA [C]2008:MNI-EC A. DATA SLAB LANTAI JEMBATAN b2 b1 b3 b1 b2 trotoar (tebal = tt) aspal (tebal = ta) slab (tebal = ts) ts ta

Lebih terperinci

ANAAN TR. Jembatan sistem rangka pelengkung dipilih dalam studi ini dengan. pertimbangan bentang Sungai Musi sebesar ±350 meter. Penggunaan struktur

ANAAN TR. Jembatan sistem rangka pelengkung dipilih dalam studi ini dengan. pertimbangan bentang Sungai Musi sebesar ±350 meter. Penggunaan struktur A ANAAN TR Jembatan sistem rangka pelengkung dipilih dalam studi ini dengan pertimbangan bentang Sungai Musi sebesar ±350 meter. Penggunaan struktur lengkung dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pada bentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Jembatan adalah sebuah struktur konstruksi bangunan atau infrastruktur sebuah jalan yang difungsikan sebagai penghubung yang menghubungkan jalur lalu lintas pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Struktur kayu merupakan suatu struktur yang susunan elemennya adalah kayu. Dalam merancang struktur kolom kayu, hal pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan besarnya

Lebih terperinci

KAJIAN STRUKTUR BETON PRATEKAN BENTANG PANJANG DENGAN BEBAN GEMPA LATERAL PADA PROYEK GEDUNG RUMAH SAKIT JASA MEDIKA TUGAS AKHIR

KAJIAN STRUKTUR BETON PRATEKAN BENTANG PANJANG DENGAN BEBAN GEMPA LATERAL PADA PROYEK GEDUNG RUMAH SAKIT JASA MEDIKA TUGAS AKHIR KAJIAN STRUKTUR BETON PRATEKAN BENTANG PANJANG DENGAN BEBAN GEMPA LATERAL PADA PROYEK GEDUNG RUMAH SAKIT JASA MEDIKA TUGAS AKHIR Disusun oleh : RUDI ANTORO 0853010069 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS

Lebih terperinci

KAJIAN EFISIENSI BULB-TEE SHAPE AND HALF SLAB GIRDER DENGAN BLISTER TUNGGAL TERHADAP PC-I GIRDER

KAJIAN EFISIENSI BULB-TEE SHAPE AND HALF SLAB GIRDER DENGAN BLISTER TUNGGAL TERHADAP PC-I GIRDER KAJIAN EFISIENSI BULB-TEE SHAPE AND HALF SLAB GIRDER DENGAN BLISTER TUNGGAL Edison Leo 1, Nur Agung M.H. 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara edisonleo41@gmail.com 2 Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

ANALISIS GELAGAR PRESTRESS PADA PERENCANAAN JEMBATAN AKSES PULAU BALANG I MENGGUNAKAN SOFTWARE SAP 2000 v.14

ANALISIS GELAGAR PRESTRESS PADA PERENCANAAN JEMBATAN AKSES PULAU BALANG I MENGGUNAKAN SOFTWARE SAP 2000 v.14 ANALISIS GELAGAR PRESTRESS PADA PERENCANAAN JEMBATAN AKSES PULAU BALANG I MENGGUNAKAN SOFTWARE SAP 2000 v.14 Dwi Harmono, Rully Irawan, Widarto Sutrisno Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III FORMULASI PERENCANAAN

BAB III FORMULASI PERENCANAAN III - 1 BAB III FORMULASI PERENCANAAN 3.1. Dasar Perencanaan Beton Prategang Pada penelitian lanjutan ini, dasar formulasi perencanaan yang akan digunakan dalam penulisan listing pemrograman juga mencakup

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG BENTANG 50 METER ABSTRAK

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG BENTANG 50 METER ABSTRAK PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG BENTANG 50 METER Try Mei Fitra Solichin NRP : 0721055 Pembimbing: Yosafat Aji Pranata, S.T.,M.T. ABSTRAK Jembatan merupakan suatu struktur untuk penghubung

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini, terdapat urutan langkah-langkah penelitian secara sistematis sehingga penelitian dapat terlaksana dengan baik. Adapun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian proses analisis dan perhitungan yang didasarkan pada asumsi dan pertimbangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian proses analisis dan perhitungan yang didasarkan pada asumsi dan pertimbangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Data Umum Perencanaan struktur suatu gedung bertingkat secara rinci membutuhkan suatu rangkaian proses analisis dan perhitungan yang didasarkan pada asumsi dan pertimbangan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN GAYAM KABUPATEN BLITAR DENGAN BOX GIRDER PRESTRESSED SEGMENTAL SISTEM KANTILEVER

TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN GAYAM KABUPATEN BLITAR DENGAN BOX GIRDER PRESTRESSED SEGMENTAL SISTEM KANTILEVER TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN GAYAM KABUPATEN BLITAR DENGAN BOX GIRDER PRESTRESSED SEGMENTAL SISTEM KANTILEVER Oleh : Fajar Titiono 3105.100.047 PENDAHULUAN PERATURAN STRUKTUR KRITERIA DESAIN

Lebih terperinci

Mencari garis netral, yn. yn=1830x200x x900x x x900=372,73 mm

Mencari garis netral, yn. yn=1830x200x x900x x x900=372,73 mm B. Perhitungan Sifat Penampang Balok T Interior Menentukan lebar efektif balok T B ef = ¼. bentang balok = ¼ x 19,81 = 4,95 m B ef = 1.tebal pelat + b w = 1 x 200 + 400 = 00 mm =, m B ef = bentang bersih

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Jembatan merupakan suatu struktur yang memungkinkan transportasi yang menghubungkan dua bagian jalan yang terputus melintasi sungai, danau, kali jalan raya, jalan kereta api dan lain lain. Jembatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan

II. TINJAUAN PUSTAKA. rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jembatan Jembatan adalah suatu konstruksi untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan air / lalu lintas

Lebih terperinci

PERENCANAAN BETON PRATEGANG PADA PORTAL SINGLE BEAM MENGACU KEPADA EUROCODE 2 : DESIGN OF CONCRETE STRUCTURE DANIEL DIANTO A

PERENCANAAN BETON PRATEGANG PADA PORTAL SINGLE BEAM MENGACU KEPADA EUROCODE 2 : DESIGN OF CONCRETE STRUCTURE DANIEL DIANTO A PERENCANAAN BETON PRATEGANG PADA PORTAL SINGLE BEAM MENGACU KEPADA EUROCODE 2 : DESIGN OF CONCRETE STRUCTURE TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh ujian sarjana

Lebih terperinci

PERANCANGAN JEMBATAN KALI KEJI

PERANCANGAN JEMBATAN KALI KEJI PERANCANGAN JEMBATAN KALI KEJI Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : JAMIDEN FERNANDO E SILALAHI NPM : 01.02.10583 PROGRAM

Lebih terperinci

DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS ABSTRAK

DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS ABSTRAK DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS Ramot David Siallagan 1 dan Johannes Tarigan 2 DepartemenTeknik Sipil, Universitas Sumatera Utara,Jl. Perpustakaan No.

Lebih terperinci

Modifikasi Jembatan Lemah Ireng-1 Ruas Tol Semarang-Bawen dengan Girder Pratekan Menerus Parsial

Modifikasi Jembatan Lemah Ireng-1 Ruas Tol Semarang-Bawen dengan Girder Pratekan Menerus Parsial JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Modifikasi Jembatan Lemah Ireng-1 Ruas Tol Semarang-Bawen dengan Girder Pratekan Menerus Parsial Ahmad Basshofi Habieb dan I Gusti Putu Raka Teknik Sipil,

Lebih terperinci

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban yang mampu diterima serta pola kegagalan pengangkuran pada balok dengan beton menggunakan dan tanpa menggunakan bahan perekat Sikadur -31 CF Normal

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BALOK BETON PRATEGANG DI PROYEK WISMA KARTIKA GROGOL

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BALOK BETON PRATEGANG DI PROYEK WISMA KARTIKA GROGOL BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BALOK BETON PRATEGANG DI PROYEK WISMA KARTIKA GROGOL 7.1 Uraian Umum Seperti yang telah diketahui bahwa beton adalah suatu material yang

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BETON BOX GIRDER PRATEGANG SEGMENTAL DENGAN METODE KESETIMBANGAN BEBAN (LOAD BALANCING)

STUDI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BETON BOX GIRDER PRATEGANG SEGMENTAL DENGAN METODE KESETIMBANGAN BEBAN (LOAD BALANCING) STUDI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BETON BOX GIRDER PRATEGANG SEGMENTAL DENGAN METODE KESETIMBANGAN BEBAN (LOAD BALANCING) (STUDI KASUS : SUNGAI BRANTAS DI LAHAN BARAT KAMPUS 3 UMM) SKRIPSI Diajukan kepada

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN PRATEGANG SEI PULAU RAJA TUGAS AKHIR

ANALISA PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN PRATEGANG SEI PULAU RAJA TUGAS AKHIR ANALISA PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN PRATEGANG SEI PULAU RAJA TUGAS AKHIR Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan oleh DANIEL KURNIAWAN PUTRA HARAHAP NIM: 1105131004

Lebih terperinci

BAB II PERATURAN PERENCANAAN

BAB II PERATURAN PERENCANAAN BAB II PERATURAN PERENCANAAN 2.1 Klasifikasi Jembatan Rangka Baja Jembatan rangka (Truss Bridge) adalah jembatan yang terbentuk dari rangkarangka batang yang membentuk unit segitiga dan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mulailah orang membuat jembatan dengan teknologi beton prategang.

BAB 1 PENDAHULUAN. mulailah orang membuat jembatan dengan teknologi beton prategang. BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan sebuah konstruksi. Segala sesuatunya harus dipertimbangkan dari segi ekonomis, efisien, dan daya tahan dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumpuan Menurut Timoshenko ( 1986 ) ada 5 jenis batang yang dapat digunakan pada jenis tumpuan yaitu : 1. Batang kantilever Merupakan batang yang ditumpu secara kaku pada salah

Lebih terperinci

KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA

KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S1 Teknik Sipil diajukan oleh : ARIF CANDRA SEPTIAWAN

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil

Lebih terperinci

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas tugas dan melengkapi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Pemilihan Tipe Jembatan Tinjauan Penelitian Pembahasan...

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Pemilihan Tipe Jembatan Tinjauan Penelitian Pembahasan... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii MOTTO... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAKSI... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xix DAFTAR NOTASI...

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERMODELAN

BAB III ANALISA PERMODELAN BAB III ANALISA PERMODELAN III.1 Pemodelan Struktur Pada tugas akhir ini, akan direncanakan suatu rangka bidang portal statis tak tentu yang disimulasikan sebagai salah satu rangka dari struktur bangunan

Lebih terperinci

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : RONA CIPTA No. Mahasiswa : 11570 / TS NPM : 03 02 11570 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA

Lebih terperinci

PERHITUNGAN STRUKTUR BOX CULVERT

PERHITUNGAN STRUKTUR BOX CULVERT A. DATA BOX CULVERT h1 ta c ts d H h2 h3 L DIMENSI BOX CULVERT 1. Lebar Box L = 5,00 M 2. Tinggi Box H = 3,00 M 3. Tebal Plat Lantai h1 = 0,40 M 4. Tebal Plat Dinding h2 = 0,35 M 5. Tebal Plat Pondasi

Lebih terperinci

MATERIAL BETON PRATEGANG

MATERIAL BETON PRATEGANG MATERIAL BETON PRATEGANG oleh : Dr. IGL Bagus Eratodi Learning Outcomes Mahasiswa akan dapat menjelaskan prinsip dasar struktur beton prategang serta perbedaannya dengan struktur beton bertulang konvensional

Lebih terperinci

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DELI KECAMATAN MEDAN-BELAWAN TUGAS AKHIR GRACE HELGA MONALISA BAKARA NIM:

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DELI KECAMATAN MEDAN-BELAWAN TUGAS AKHIR GRACE HELGA MONALISA BAKARA NIM: PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DELI KECAMATAN MEDAN-BELAWAN TUGAS AKHIR Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan oleh GRACE HELGA MONALISA BAKARA

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEHILANGAN GAYA PRATEKAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR BALOK DI GEDUNG*

PERBANDINGAN KEHILANGAN GAYA PRATEKAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR BALOK DI GEDUNG* PERBANDINGAN KEHILANGAN GAYA PRATEKAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR BALOK DI GEDUNG* Reynold Andika Pratama Binus University, Jl. KH. Syahdan No. 9 Kemanggisan Jakarta Barat, 5345830, reynold_andikapratama@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL & ANALISA DATA LAUNCHING STAGE. 4.1 Data Fisik, Data Bahan & Perencanaan Dimensi

BAB IV HASIL & ANALISA DATA LAUNCHING STAGE. 4.1 Data Fisik, Data Bahan & Perencanaan Dimensi BAB IV HASIL & ANALISA DATA LAUNCHING STAGE 4.1 Data Fisik, Data Bahan & Perencanaan Dimensi Desain dan spesifikasi jembatan adalah sebagai berikut : Gambar IV-1 Sketsa Segmental Bridge A. Data fisik jembatan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 3.1 Koefisien-koefisien gesekan untuk tendon pascatarik

DAFTAR TABEL. Tabel 3.1 Koefisien-koefisien gesekan untuk tendon pascatarik DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Koefisien-koefisien gesekan untuk tendon pascatarik... 33 Tabel 3.2 Nilai K sh untuk komponen struktur pasca-tarik... 37 Tabel 3.3 Nilai-nilai K re dan J... 38 Tabel 3.4 Nilai C...

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. gelagar u atau PCU girder. Pemilihan struktur PCU girder dikarenakan struktur ini

BAB III LANDASAN TEORI. gelagar u atau PCU girder. Pemilihan struktur PCU girder dikarenakan struktur ini BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Tinjauan Umum Perencanaan fly over ini direncanakan dengan bentang 450 meter yang dibagi jaraknya dengan 6 buah pier sejauh kurang lebih 50 meter. Perencanaan fly over ini mengaanalisa

Lebih terperinci

KONTROL PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI BELUMAI PADA JALAN AKSES NON TOL BANDARA KUALANAMU TUGAS AKHIR

KONTROL PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI BELUMAI PADA JALAN AKSES NON TOL BANDARA KUALANAMU TUGAS AKHIR KONTROL PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI BELUMAI PADA JALAN AKSES NON TOL BANDARA KUALANAMU TUGAS AKHIR Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan oleh

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450 PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI 02-1726-2002 DAN FEMA 450 Eben Tulus NRP: 0221087 Pembimbing: Yosafat Aji Pranata, ST., MT JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KEKUATAN SAMBUNGAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN SIKADUR -31 CF NORMAL

KEKUATAN SAMBUNGAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN SIKADUR -31 CF NORMAL KEKUATAN SAMBUNGAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN SIKADUR -31 CF NORMAL TUGAS AKHIR Oleh : Christian Gede Sapta Saputra NIM : 1119151037 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2016 ABSTRAK

Lebih terperinci

PERHITUNGAN GELAGAR JEMBATAN BALOK-T A. DATA STRUKTUR ATAS

PERHITUNGAN GELAGAR JEMBATAN BALOK-T A. DATA STRUKTUR ATAS PERHITUNGAN GELAGAR JEMBATAN BALOK-T A. DATA STRUKTUR ATAS Panjang bentang jembatan L = 15.00 m Lebar jalan (jalur lalu-lintas) B1 = 7.00 m Lebar trotoar B2 = 1.00 m Lebar total jembatan B1 + 2 * B2 =

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN COMPOSITE GIRDER YABANDA JAYAPURA, PAPUA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh : RIVANDI OKBERTUS ANGRIANTO NPM :

PERENCANAAN JEMBATAN COMPOSITE GIRDER YABANDA JAYAPURA, PAPUA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh : RIVANDI OKBERTUS ANGRIANTO NPM : PERENCANAAN JEMBATAN COMPOSITE GIRDER YABANDA JAYAPURA, PAPUA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : RIVANDI OKBERTUS ANGRIANTO NPM : 07 02 12789 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk mendukung pembahasan yang berkaitan dengan proposal ini, Perancangan Jembatan Box Girder di JLNT Antasari-Blok M, Jakarta Selatan, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh manusia BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh manusia dalam melakukan berbagai interaksi antar manusia sebagaimana halnya mahkluk sosial. Interaksi

Lebih terperinci

3.3. BATASAN MASALAH 3.4. TAHAPAN PELAKSANAAN Tahap Permodelan Komputer

3.3. BATASAN MASALAH 3.4. TAHAPAN PELAKSANAAN Tahap Permodelan Komputer 4) Layout Pier Jembatan Fly Over Rawabuaya Sisi Barat (Pier P5, P6, P7, P8), 5) Layout Pot Bearing (Perletakan) Pada Pier Box Girder Jembatan Fly Over Rawabuaya Sisi Barat, 6) Layout Kabel Tendon (Koordinat)

Lebih terperinci

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG TUGAS AKHIR 1 HALAMAN JUDUL PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Teknik Program

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definifisi Beton Prategang Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan internal dengan besar dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Prinsip Dasar Beton Prategang Pemberian gaya prategang secara longitudinal sejajar sumbu komponen struktur dikenal sebagai pemberian prategang linier. Pemberian gaya prategang

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALTERNATIF STRUKTUR JEMBATAN KALIBATA DENGAN MENGGUNAKAN RANGKA BAJA

PERANCANGAN ALTERNATIF STRUKTUR JEMBATAN KALIBATA DENGAN MENGGUNAKAN RANGKA BAJA TUGAS AKHIR PERANCANGAN ALTERNATIF STRUKTUR JEMBATAN KALIBATA DENGAN MENGGUNAKAN RANGKA BAJA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Tingkat Strata 1 (S-1) DISUSUN OLEH: NAMA

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN PERILAKU JEMBATAN I GIRDER DAN U GIRDER AKIBAT PEMBEBANAN JEMBATAN (STUDI KASUS: FLYOVER PETERONGAN, JOMBANG JAWA TIMUR)

STUDI PERBANDINGAN PERILAKU JEMBATAN I GIRDER DAN U GIRDER AKIBAT PEMBEBANAN JEMBATAN (STUDI KASUS: FLYOVER PETERONGAN, JOMBANG JAWA TIMUR) STUDI PERBANDINGAN PERILAKU JEMBATAN I GIRDER DAN U GIRDER AKIBAT PEMBEBANAN JEMBATAN (STUDI KASUS: FLYOVER PETERONGAN, JOMBANG JAWA TIMUR) Wanda Heryudiasari dan Sjahril A. Rahim Departemen Teknik Sipil,

Lebih terperinci

MODIFIKASI STRUKTUR JEMBATAN BOX GIRDER SEGMENTAL DENGAN SISTEM KONSTRUKSI BETON PRATEKAN (STUDI KASUS JEMBATAN Ir. SOEKARNO MANADO SULAWESI UTARA)

MODIFIKASI STRUKTUR JEMBATAN BOX GIRDER SEGMENTAL DENGAN SISTEM KONSTRUKSI BETON PRATEKAN (STUDI KASUS JEMBATAN Ir. SOEKARNO MANADO SULAWESI UTARA) MODIFIKASI STRUKTUR JEMBATAN BOX GIRDER SEGMENTAL DENGAN SISTEM KONSTRUKSI BETON PRATEKAN (STUDI KASUS JEMBATAN Ir. SOEKARNO MANADO SULAWESI UTARA) Hafizhuddin Satriyo W, Faimun Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan tekan tinggi tetapi kekuatan tariknya relatif rendah. Sedangkan baja adalah suatu material yang memiliki

Lebih terperinci

MATERIAL BETON PRATEGANG BY : RETNO ANGGRAINI, ST. MT

MATERIAL BETON PRATEGANG BY : RETNO ANGGRAINI, ST. MT MATERIAL BETON PRATEGANG BY : RETNO ANGGRAINI, ST. MT Beton dgn Metode prategang merupakan material penggabungan beton dan baja yang saling bekerja sama. Untuk mewujudkan kerjasama yang cukup baik pada

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN JEMBATAN

ANALISIS BEBAN JEMBATAN DATA JEMBATAN ANALISIS BEBAN JEMBATAN JEMBATAN SARJITO II YOGYAKARTA A. SISTEM STRUKTUR PARAMETER KETERANGAN Klasifikasi Jembatan Klas I Bina Marga Tipe Jembatan Rangka beton portal lengkung Jumlah bentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jembatan merupakan bagian dari prasarana transportasi yang berfungsi menghubungkan antara dua jalan yang terpisah karena suatu rintangan seperti sungai, lembah, laut, jalan

Lebih terperinci

STUDI BENTUK PENAMPANG YANG EFISIEN PADA BALOK PRATEGANG TERKAIT DENGAN BENTANG PADA FLYOVER

STUDI BENTUK PENAMPANG YANG EFISIEN PADA BALOK PRATEGANG TERKAIT DENGAN BENTANG PADA FLYOVER Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 STUDI BENTUK PENAMPANG YANG EFISIEN PADA BALOK PRATEGANG TERKAIT DENGAN BENTANG PADA FLYOVER Frisky Ridwan Aldila Melania Care 1, Aswandy

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA NILAI SISA KAPASITAS BALOK PRATEGANG TIPE-I JEMBATAN PULES DENGAN MENGGUNAKAN METODE RATING FACTOR

TUGAS AKHIR ANALISA NILAI SISA KAPASITAS BALOK PRATEGANG TIPE-I JEMBATAN PULES DENGAN MENGGUNAKAN METODE RATING FACTOR TUGAS AKHIR ANALISA NILAI SISA KAPASITAS BALOK PRATEGANG TIPE-I JEMBATAN PULES DENGAN MENGGUNAKAN METODE RATING FACTOR Disusun Guna Memperoleh Derajat Sarjana Strata-1 Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM PENGAKU (STIFFENER) PADA GELAGAR PELAT GIRDER PENAMPANG - I

ANALISA SISTEM PENGAKU (STIFFENER) PADA GELAGAR PELAT GIRDER PENAMPANG - I ANALISA SISTEM PENGAKU (STIFFENER) PADA GELAGAR PELAT GIRDER PENAMPANG - I TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Disusun Oleh :

Lebih terperinci

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector) Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector) Dr. AZ Department of Civil Engineering Brawijaya University Pendahuluan JEMBATAN GELAGAR BAJA BIASA Untuk bentang sampai dengan

Lebih terperinci

ALFI ARIFAI ( ) 1. 1 Disampaikan pada Seminar Tugas Akhir

ALFI ARIFAI ( ) 1. 1 Disampaikan pada Seminar Tugas Akhir NASKAH SEMINAR 1 ANALISA NILAI SISA KAPASITAS BALOK PRATEGANG TIPE-I JEMBATAN PULES DENGAN MENGGUNAKAN METODE RATING FACTOR Studi Kasus : Jembatan Pules, Pules, Turi, Sleman, Yogyakarta Alfi Arifai 2,

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Jembatan II.1.1 Umum Konstruksi jembatan adalah suatu konstruksi bangunan pelengkap sarana trasportasi jalan yang menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lainnya, yang dapat

Lebih terperinci

TUGAS ARTIKEL BETON PRATEGANG ARIZONA MAHAKAM 3MRK2/

TUGAS ARTIKEL BETON PRATEGANG ARIZONA MAHAKAM 3MRK2/ TUGAS ARTIKEL BETON PRATEGANG ARIZONA MAHAKAM 3MRK2/1341320095 POLITEKNIK NEGERI MALANG 2016 PENGERTIAN BETON PRATEGANG Pengertian beton prategang menurut beberapa peraturan adalah sebagai berikut: a.

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN JURUSAN DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL FTSP ITS SURABAYA MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO Oleh : M. ZAINUDDIN 3111 040 511 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI KABEL BALOK BETON PRATEGANG PADA JEMBATAN TERHADAP KAPASITAS LENTUR DENGAN PENAMPANG YANG BERBEDA

ANALISIS EFISIENSI KABEL BALOK BETON PRATEGANG PADA JEMBATAN TERHADAP KAPASITAS LENTUR DENGAN PENAMPANG YANG BERBEDA ANALISIS EFISIENSI KABEL BALOK BETON PRATEGANG PADA JEMBATAN TERHADAP KAPASITAS LENTUR DENGAN PENAMPANG YANG BERBEDA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

MODUL 4 STRUKTUR BAJA II S E S I 1 & S E S I 2. Perencanaan Lantai Kenderaan. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

MODUL 4 STRUKTUR BAJA II S E S I 1 & S E S I 2. Perencanaan Lantai Kenderaan. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution STRUKTUR BAJA II MODUL 4 S E S I 1 & S E S I Perencanaan Lantai Kenderaan Dosen Pengasuh : Materi Pembelajaran : CONTOH SOAL PERENCANAAN LANTAI JEMBATAN Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa mengetahui dan memahami

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN SLAB ON PILE SUNGAI BRANTAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK PADA PROYEK TOL SOLO KERTOSONO STA STA.

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN SLAB ON PILE SUNGAI BRANTAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK PADA PROYEK TOL SOLO KERTOSONO STA STA. JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 275 282 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 275 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

Lebih terperinci