BAB IV ANALISA JARINGAN AKSES TEMBAGA UNTUK IMPLEMENTASI ADSL DI KANCATEL PAMANUKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISA JARINGAN AKSES TEMBAGA UNTUK IMPLEMENTASI ADSL DI KANCATEL PAMANUKAN"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISA JARINGAN AKSES TEMBAGA UNTUK IMPLEMENTASI ADSL DI KANCATEL PAMANUKAN 4.1 PERHITUNGAN DATA HASIL PENGUKURAN Kabel tembaga yang tergelar di Kancatel Pamanukan menggunakan Polyethelene (PE) dengan karakteristik sebagai berikut : d = 0,6 mm; ρ = 0,01754 Ωmm /m; s = 1,4 mm (d+( x tebal isolator)) ε o = 8,85 nf/km; ε r =,6 (ε = ε o. ε r ); µ = 4π x 10-7 H/m; µ r = 1 radius (jari-jari) dalam = 0,3 mm radius (jari-jari luar) = 0,6 mm tan δ untuk polyethelene = 0, Resistansi Resistansi dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan sesuai rumus.11, dengan diketahui bahwa frekuensi yang digunakan 300 Khz, dengan ukuran diameter kabel tembaga 0,6 mm, maka didapat hasil sebagai berikut : R ρ Ω = dc 0,5. π. d Km R dc =.0,01754 = 0,14133( Ω / m) ataur 14,133( / Km) dc = Ω 0,5.3,14.(0,6) Sedangkan untuk menghitung nilai skin depth dapat digunakan persamaan.13, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut : δ = δ = ρ π. f. µ ( mm) 0,01754 ( mm) 5 7 3,14x3.10 x 4π.10 δ = 0,1 mm. 4

2 43 Jadi nilai resitansi total dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan.1, sebagai berikut : R = Rdc ( d + δ) 4δ Ω Km, dengan δ<d/ (0,6+ 0,1) Ω Ω R= 14,133 ( ) = 183,656( ) 4.0,1 Km Km 4.1. Induktansi Untuk mendapatkan nilai induktansi, digunakan persamaan.14,.15,.16 sebagai berikut: L = L in + L ex mh ( Km) ) L in L ex µ.δ mh = ( ) 4 π. d Km µ s s = ln + π d d mh 1 ( ) Km 7 3 4π x.0,01 µ H L in = = 40,67( ) 4π.0,6 Km s= 0,6+ (x0,3) = 1, 4mm 7 3 4π ,4 1,4 L ex = ln + 1 = 54( µh / km) 3,14 0,6 0,6 Jadi Nilai induksi total : L= Lin + Lex = ( 40,67+ 54) µ H / Km = 58,67µ H / Km

3 Kapasitansi Perhitungan kapasitansi dapat diperoleh menggunakan persamaan.18, sebagai berikut : C = ln s d π. ε nf ( ) s Km + 1 d 3,14x8,85x,6 nf nf C = ( ) = 46,36( ) 1,4 1,4 Km Km ln + 1 0,6 0, Konduktansi Nilai konduktansi dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan.17, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut : mho G = ω. C.tanθ ( ) Km G = x3,14x x 46,36.10 x.10 = 1,75.10 mho / Km Redaman Nilai redaman dapat diperoleh setelah nilai resistansi, induktansi, kapasitansi dan konduktansi diperoleh, yaitu dengan menggunkan persamaan.10, sehingga didapat hasil sebagai berikut : α = R C L G + L C α = 183,7 46, , , , , = 0,819Np / Km = 0,819x8,686 = 7,11dB / Km Jadi redaman kabel tembaga dengan diameter 0,6 mm dengan frekuensi 300 Khz adalah sebesar 7,11 db/km. Untuk mengetahui panjang kabel maksimum dapat digunakan pendekatan :

4 45 Lmax = (Redaman maksimum yang diperbolehkan)/redaman per km 60dB Lmax = = 8, 44Km 7,11dB / Km Cross Talk NEXT Perhitungan nilai NEXT dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan., sehingga didapat hasil sebagai berikut : Z o 58, ,36.10 = 9 = 11,1Ω 46,36.10 Kn = π 6, ,1 58, ,1 = 9, NEXT ( db) = 10 log 9, log = 31, 9dB FEXT Perhitungan untuk mengetahui nilai FEXT dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan.4, sehingga nilai FEXT yang didapat adalah sebagai berikut : Z o 58,67.10 = 9 46,36.10 = 11,1Ω Kf 58,67.10 = 4π 11,1 46, ,1 = 1, FEXT ( db) = 10 log1, log log 58,67.10 = 39, 73dB 4. Analisa Perhitungan Data Data-data yang telah didapatkan melalui hasil pengukuran dapat digunakan untuk mengetahui nilai S/N, sehingga dapat diketahui apakah jaringan tersebut layak di implementasikan teknologi ADSL. Berikut merupakan hasil perhitungan

5 46 S/N untuk RK RA dan RB, yang dicantumkan secara acak, sedangkan untuk data lainnya dapat dilihat secara lengkap di lembar lampiran S/N Untuk mengetahui nilai S/N digunakan rumus-rumus.5,.6,.7,.8,.9,.30,.31 yang ada pada BAB II. o Kabinet RK RA P1/1 (No. Telepon ) Rloop = 59,60Ω; Pin = 14,7 dbm; L = 1,131 km; NEXT = 69,4 db; FEXT = 87,8 db FCL = {(59,60/800) x 4,343} db/km = 1,41 db/km 1,41 db/km x 1,131 km = 1,59 db 3 9 ( 0,686x 3,14x x130x55.10 ) db Km Line Loss= / = 1,78dB / Kmx1,131Km =, 01dB k = 0,675x 0,6 0,5 = 0,77 Image attenuation loss = (,01 x 0,77) db = 1,54 db Redaman saluran = (1,54 + 1,59) db = 3,14 db Nt = [10 log (1, x 300 x 1, ) + 30 db] dbm = -113,4 dbm Nx-talk = 10 log [10 (14,7-69,4)/ (14,7-87,8)/10 ] dbm = -51,17 dbm N = 10 log [ 10 (-113,4/10) + 10 (-54,64/10) ] dbm = -51,17 dbm S = (14,7 3,14) dbm = 11,56 dbm S/N = (11,56 (-51,17)) dbm = 66, dbm = 36, db P15/1 (No. Telepon ) Rloop = 60,9 Ω; Pin = 14,7 dbm; L = 1,131 km; NEXT = 68,9 db; FEXT = 88,6 db FCL = {(60,9/800) x 4,343} db/km = 1,4 db/km 1,4 db/km x 1,131 km = 1,61 db 3 9 ( 0,686x 3,14x x130x55.10 ) db Km Line Loss= / = 1,78dB / Kmx1,131Km =, 01dB k = 0,675x 0,6 0,5 = 0,77

6 47 Image attenuation loss = (,01 x 0,77) db = 1,55 db Redaman saluran = (1,55 + 1,61) db = 3,16 db Nt = [10 log (1, x 300 x 1, ) + 30 db] dbm = -113,4 dbm Nx-talk = 10 log [10 (14,6-68,9)/ (14,6-88,6)/10 ] dbm = -54,5 dbm N = 10 log [ 10 (-113,4/10) + 10 (-54,5/10) ] dbm = -54,5 dbm S = (14,6 3,16) dbm = 11,4 dbm S/N = (11,4 (-54,5)) dbm = 65,69 dbm = 35,71 db P07/01 (No. Telepon ) Rloop = 59,5 Ω; Pin = 14,7 dbm; L = 1,131 km; NEXT = 68,9 db; FEXT = 87,8 db FCL = {(59,5/800) x 4,343} db/km = 1,41 db/km 1,41 db/km x 1,131 km = 1,59 db 3 9 ( 0,686x 3,14x x130x55.10 ) db Km Line Loss= / = 1,78dB / Kmx1,131Km =, 01dB k = 0,675x 0,6 0,5 = 0,77 Image attenuation loss = (,01 x 0,77) db = 1,55 db Redaman saluran = (1,55 + 1,59) db = 3,14dB Nt = [10 log (1, x 300 x 1, ) + 30 db] dbm = -113,4 dbm Nx-talk = 10 log [10 (14,6-68,9)/ (14,6-87,8)/10 ] dbm = -54,14 dbm N = 10 log [ 10 (-113,4/10) + 10 (-54,4/10) ] dbm = -54,14 dbm S = (14,6 3,14) dbm = 11,56 dbm S/N = (11,46 (-54,0)) dbm = 65,66 dbm = 35,71 db o Kabinet RK RB P16/14 (No. Telepon ) Rloop = 64,90 Ω; Pin = 14,7 dbm; L = 1,158 km; NEXT = 60,8 db; FEXT = 84, db FCL = {(64,90/800) x 4,343} db/km = 1,44 db/km 1,44 db/km x 1,158 km = 1,67 db 3 9 ( 0,686x 3,14x x130x55.10 ) db Km Line Loss= /

7 48 = 1,78dB / Kmx1,158Km =, 01dB k = 0,675x 0,6 0,5 = 0,77 Image attenuation loss = (,06 x 0,77) db = 1,59 db Redaman saluran = (1,59 + 1,67) db = 3,6 db Nt = [10 log (1, x 300 x 1, ) + 30 db] dbm = -113,4 dbm Nx-talk = 10 log [10 (14,7-60,8)/ (14,7-84,)/10 ] dbm = -46,08 dbm N = 10 log [ 10 (-113,4/10) + 10 (-46,08/10) ] dbm = -46,08 dbm S = (14,7 3,6) dbm = 11,44 dbm S/N = (11,44 (-46,08)) dbm = 57,5 dbm = 7,5 db P/56 (No. Telepon ) Rloop = 68,5 Ω; Pin = 14,7 dbm; L = 1,158 km; NEXT = 60,1 db; FEXT = 81, db FCL = {(68,5/800) x 4,343} db/km = 1,46 db/km 1,4 db/km x 1,158 km = 1,69 db 3 9 ( 0,686x 3,14x x130x55.10 ) db Km Line Loss= / = 1,78dB / Kmx1,158Km =, 06dB k = 0,675x 0,6 0,5 = 0,77 Image attenuation loss = (,06 x 0,77) db = 1,59 db Redaman saluran = (1,59 + 1,69) db = 3,8 db Nt = [10 log (1, x 300 x 1, ) + 30 db] dbm = -113,4 dbm Nx-talk = 10 log [10 (14,7-60,1)/ (14,7-81,)/10 ] dbm = -45,37 dbm N = 10 log [ 10 (-113,4/10) + 10 (-45,37/10) ] dbm = -45,37 dbm S = (14,7 3,8) dbm = 11,4 dbm S/N = (11,4 (-45,37)) dbm = 56,79 dbm = 6,79 db P7/198 (No. Telepon ) Rloop = 70,1 Ω; Pin = 14,7 dbm; L = 1,158 km; NEXT = 60, db; FEXT = 80,1 db FCL = {(70,10/800) x 4,343} db/km = 1,47 db/km 1,47 db/km x 1,158 km = 1,70 db 3 9 ( 0,686x 3,14x x130x55.10 ) db Km Line Loss= / = 1,78dB / Kmx1,158Km =, 06dB

8 49 k = 0,675x 0,6 0,5 = 0,77 Image attenuation loss = (,06 x 0,77) db = 1,59 db Redaman saluran = (1,59 + 1,70) db = 3,9 db Nt = [10 log (1, x 300 x 1, ) + 30 db] dbm = -113,4 dbm Nx-talk = 10 log [10 (14,7-60,)/ (14,7-80,1)/10 ] dbm = -45,46 dbm N = 10 log [ 10 (-113,4/10) + 10 (-45,46/10) ] dbm = -45,46 dbm S = (14,7 3,9) dbm = 11,41 dbm S/N = (11,41 (-45,46)) dbm = 56,87 dbm = 6,87 db 4.3 ANALISA HASIL PENGUKURAN ELEKTRIS KABEL Analisa Panjang Saluran Dari data yang diperoleh pada tabel 3.4 ke dua RK, RK RA dan RB yang akan diimplementasikan teknologi ADSL masih memenuhi standarisasi jarak yang di perbolehkan. Jarak RK RA km dan RK RB Km sangat baik untuk diimplementasikan teknologi ADSL. Jarak maksimum yang diperbolehkan berdasarkan hasil perhitungan adalah 8,44 km. Namun untuk menjaga performansi umtuk antisipasi gangguan-gangguan yang tidak terantisipasi dalam perhitungan teoritis maka PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk membatasi jarak maksimum kabel tembaga untuk implementasi teknologi ADSL sejauh 5,5 Km dari MDF sampai ke terminal pelanggan. Sehingga jarak kabel maksimum setelah RK yang diperbolehkan untuk RK RA adalah : JarakKabel Maksimum Sampai Ke Pelanggan = 5,5Km 1,131Km = 4,369Km Sedangkan jarak kabel maksimum setelah RK yang diperbolehkan untuk RK RB adalah : JarakKabel Maksimum Sampai Ke Pelanggan = 5,5Km 1,158Km = 4,34Km

9 Analisa Kontinuitas Pada tabel 3.3 hasil pengukuran kontinuitas secara umum dapat dikatakan telah memenuhi kebutuhan akan implementasi teknologi ADSL. Namun masih perlu dibenahi agar jaringan tembaga RK RA dan RK RB tersebut dapat 100 % terhubung dengan baik agar dapat memenuhi kebutuhan akan akses ADSL di masa depan yang akan semakin bertambah. Terlihat bahwa RK RA memiliki prosentase kelayakan dari sisi kontinuitas yang terhubung dengan baik sebesar 85,33%, sedangkan RK RB memiliki prosentase kelayakan dari sisi kontinuitas yang terhubung dengan baik sebesar 96,67 %. Ketidak-kontinuan kabel tembaga tersebut dapat terjadi pada sisi terminasi, baik di sisi MDF (Main Distribution Frame), tempat penyambungan, terminasi di RK dan sebagainya, sehingga perlu dilakukan pengukuran titik putus kabel, untuk dapat mengetahui dan melokalisir letak kabel yang tidak terhubung dengan baik tersebut Analisa Tahanan Jerat Dari data yang telah diperoleh pada tabel 3.8, terlihat bahwa untuk RK RA memiliki kualitas dengan tahanan jerat baik sebesar 85,33% sedangkan untuk RK RB sebesar 96,67 %. Nilai tahanan jerat yang terukur dilapangan merupakan nilai yang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik suhu (suhu pengukuran dilapangan berkisar antara 7-31 derajat Celcius), kualitas sambungan dan terminasi kabel. Namun demikian secara umum RK RA dan RK RB masih dikategorikan memeiliki tahanan jerat yang baik < 100 Ohm. Untuk memperbaiki tahanan jerat perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan dalam kualitas terminasi dan penyambungan di setiap titik, serta menjaga kelembaban pada tempat-tempat penyambungan agar tetap kering tidak lembab atau tergenang air.

10 Analisa Tahanan Isolasi Dari tabel 3.8 didapat hasil pengukuran, bahwa sebesar 48,78 % kapasitas kabel yang ada di RK RA memenuhi standarisasi tahanan isolasi, sedangkan untuk RK RB didapat hasil dari tabel 3.9 yang memenuhi standarisasi sebesar 37,83 %. Pengukuran tahanan isolasi dilakukan antara urat a-b, a-earth, dan b-earth. Sehingga untuk mendapatkan performansi yang optimal tahanan isolasi ketiga urat tersebut harus memenuhi standarisasi PT. Telkom yaitu > 10 MΩ. Dari hasil pengukuran tahanan isolasi tersebut, kemungkinan penyebab turunnya nilai tahanan isolasi adalah umur kabel yang sudah cukup lama, perubahan suhu, sinyal yang dilalui, prilaku manusia sehingga bahan isolasi kabel mengalami penurunan kualitas dalam mengisolasi kabel Analisa Redaman Kabel Dari tabel 3.6 didapat hasil pengukuran redaman kabel untuk RK RA berkisar antara 15 db sampai 16,5 db sebanyak 768 pair, atau sekitar 85,33 % dari kapasitas total. Sedangkan untuk RK Rb yang memiliki redaman antara 15 db sampai 18 db sebanyak 96,67 % dari kapasitas total. Untuk contoh redaman 15 db, maka jarak yang diperbolehkan, jika ditentukan standarisasi redaman maksimum kabel total adalah 65 db adalah: Maka: Asumsi Redaman / Km= 15dB /1,131= 13,3dB / Km Maka JarakMaksimum= 65dB /13,3dB / Km= 4,9Km Dari perhitungan diatas didapat jarak maksimum yang diperbolehkan untuk kabel sekunder sampai dengan ke sisi pelanggan adalah 4,9 Km Analisa NEXT dan FEXT Dari hasil pengukuran pada tabel 3.9, terlihat bahwa kapasitas kabel yang memenuhi nilai standarisasi NEXT PT. Telkom sebanyak 50,56 %, sedangkan RK RB memiliki kapasitas kabel yang memenuhi standarisasi NEXT sebesar 56,17 %. Sedangkan dari tabel 3.10, dapat diketahui kapasitas kabel yang memenuhi standarisasi nilai FEXT untuk RK RA sebesar 75,67 %, dan untuk RK RB sebesar 7,33%.

11 5 Masih besarnya nilai NEXT dan FEXT yang ada pada RK RA dan RK RB sebagian disebabkan karena tahanan isolasi antara urat a-b, a-earth dan b-earth masih rendah, yaitu < 10 MΩ. Sehingga untuk mengurangi kebocoran arus pada tahanan isolasi perlu diperiksa kembali instalasi kabel yang terpasang, apakah sudah terpasang memenuhi standar prosedur yang ditetapkan, seperti penggunaan pipa pada kabel bawah tanah, penggunaan saluran kabel sesuai dengan kegunaannya Analisa S/N Dari hasil pengukuran NEXT dan FEXT didapat hasil perhitungan untuk menentukan nilai S/N. Tabel 4.1: Nilai S/N dari hasil perhitungan S/N NAMA BAIK (> 5 TIDAK BAIK (< 5 TIDAK RK db) db) DIUKUR RA RB Pada tabel diatas, terlihat bahwa hasil pengukuran dikatakan baik jika memenuhi standarisasi S/N sebesar > 5 db, dan diasumsikan implementasi teknologi ADSL yang diterapkan memiliki kecepatan 51 Kbps. S/N sangat dipengaruhi oleh besarnya tahanan jerat, tahanan isolasi, NEXT dan FEXT. Untuk jaringan kabel yang belum dilakukan pengukuran disebabkan karena ketidak-kontinuan kabel itu sendiri, sehingga hasil ukur tidak akan sesuai dengan keadaan sebenarnya. Banyaknya jaringan yang tidak diukur pada RK RA sebanyak 13 pair, dan pada RK RB sebanyak 0 pair. Prosentase kapasitas jaringan yang memiliki S/N diatas 5 db untuk RK RA sebesar 84,11 % sedangkan untuk RK RB sebesar 96,00 % Analisa Tegangan AC Pada hasil pengukuran tegangan AC yang terdapat pada tabel 3.1 dan tabel 3.13 didapat bahwa kapasitas kabel yang memenuhi standar tegangan DC untuk RK RA sebesar 99,33 %, dan untuk RK RB sebesar 98,83 %. Hal ini

12 53 menandakan bahwa sebagian besar kabel pada RK RA dan RK RB terhindar dari kontaknya kabel dengan catual sumber listrik AC lainnya, seperti halnya kabel PLN. Dari hasil tersebut maka dapat dinyatakan jaringan kabel untuk RK RA dan RK RB dalam kondisi sangat baik, karena terhindar dari tegangan asing. 4.4 ANALISA SECARA KESELURUHAN Jaringan kabel tembaga yang ada di RK RA dan RK RB secara umum masih terdapat pair yang masih layak untuk implementasi teknologi ADSL. Jumlah kabel tembaga yang layak untuk implementasi teknologi pada RK RA sebanyak 60 pair atau 8,89 % dari kapasitas total RK RA, sedangkan untuk RK RB jumlah kabel tembaga yang layak untuk implementasi teknologi ADSL sebanyak 154 pair atau 5,67 % dari kapasitas total RK RB. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengukuran yang tertuang dalam bentuk grafik berikut : Jumlah Pair 100,00% 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 0,00% 10,00% 0,00% Kelayakan Jaringan Untuk Implementasi ADSL RK RA 100,00% Awal 85,33% Kontinuitas Redaman Saluran 85,33% 85,33% Tahanan Jerat 50,56% NEXT 50,56% FEXT 9.11% Tahanan Isolasi Tegangan AC Jenis Pengukuran Dan Perhitungan 8,89% 8,89% S/N KELAYAKAN Gambar 4.1: Grafik Hasil Pengukuran Jaringan Kabel RK RA

13 54 Tabel 4.: Hasil Pengukuran Jaringan Kabel RK RA PENGUKURAN JUMLAH PAIR KELAYAKAN Kontinuitas ,33% Redaman Saluran ,33% Tahanan Jerat ,33% NEXT ,56% FEXT ,56% Tahanan Isolasi 6 9,11% Tegangan AC 60 8,89% S/N 60 8,89% KELAYAKAN JARINGAN UNTUK IMPLEMENTASI ADSL RK RB Jumlah Pair 100,00% 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 0,00% 10,00% 0,00% 100,00% 96,67% 96,67% 96,67% 5,67% 5,83% 5,67% 5,67% 6,67% Awal Kontinuitas Redaman Saluran Tahanan Jerat NEXT FEXT Tahanan Isolasi Jenis Pengukuran Dan Perhitungan Tegangan AC S/N KELAYAKAN Gambar 4.: Grafik Hasil Pengukuran Jaringan Kabel RK RB Tabel 4.3: Hasil Pengukuran Jaringan Kabel RK RB PENGUKURAN JUMLAH PAIR KELAYAKAN Kontinuitas ,67% Redaman Saluran ,67% Tahanan Jerat ,67% NEXT 317 5,83% FEXT 316 5,67% Tahanan Isolasi 160 6,67% Tegangan AC 154 5,67% S/N 154 5,67%

14 55 Jaringan kabel tembaga yang belum layak untuk implementasi teknologi ADSL disebabkan antara lain oleh: a. ketidak kontinuan kabel dari ujung satu ke ujung lainnya. b. Tahanan isolasi kabel < 10 MΩ. c. Signal to Noise < 5 db. Tahanan isolasi yang tidak memenuhi standar yang ditentukan akan mengakibatkan besarnya nilai kebocoran listrik yang terjadi antara urat a-b, a-e, b- e, sehingga semakin besar tahanan isolasi kemungkinan terjadinya kebocoran listrik akan semakin kecil. Tahanan isolasi yang semakin kecil akan membuat nilai NEXT dan FEXT menjadi lebih kecil dan mengakibatkan turunnya nilai S/N. Hasil pengukuran dilapangan sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain : a. Berubahnya sifat isolator pada kabel, dalam hal ini disebabkan karena pengaruh perubahan suhu dari panas menjadi dingin dan sebaliknya secara terus menerus. b. Masa aus kabel dapat mempengaruhi sifat daya hantar kabel, sehingga mengakibatkan tahanan jerat kabel menjadi lebih besar. Standar penggunaan kabel untuk kabel primer adalah selama 0 tahun, sedangkan untuk kabel sekunder selama 10 tahun. Untuk kabel primer yang ada di Kancatel Pamanukan usianya telah mencapai 13 tahun. c. Kualitas perawatan dan pemeliharaan kabel juga sangat mempengaruhi performansi kabel yang ada, sehingga perawatan dan pemeliharaan yang tidak sesuai dengan ketentuan dapat mempengaruhi kualitas kabel tersebut.

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1: Metode Pengukuran Kontinuitas Dengan Multimeter. 1

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1: Metode Pengukuran Kontinuitas Dengan Multimeter. 1 BAB II TEORI DASAR. PARAMETER ELEKTRIS KABEL Dalam teknologi jaringan akses kabel tembaga, ada beberapa faktor penting yang harus menjadi perhatian agar kualitas pengiriman sinyal sampai diterima di penerima

Lebih terperinci

BAB III JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA (JARLOKAT) PT. TELKOM INDONESIA

BAB III JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA (JARLOKAT) PT. TELKOM INDONESIA 25 BAB III JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA (JARLOKAT) PT. TELKOM INDONESIA Pada bab 2 (dua) telah dibahas tentang teknologi dan jaringan ADSL (asymmetric digital subscriber line) secara umum. Mengingat bahwa

Lebih terperinci

Training Center Tujuan

Training Center Tujuan 1 Tujuan Peserta memahami karakteristik elektris kabel tembaga guna memberikan solusi dalam menentukan jenis layanan yang dibutuhkan 2 Topik JENIS PENGUKURAN METODE PENGUKURAN PARAMETER ELEKTRIS 3 JENIS

Lebih terperinci

29

29 BAB III PARAMETER DAN PENGUKURAN JARINGAN LOKAL KABEL TEMBAGA PT TELKOM merupakan salah satu perusahaan telekomunikasi yang menyediakan berbagai macam layanan. Di antara sekian banyak layanan yang di miliki

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN HASIL PENGUKURAN

BAB III DATA DAN HASIL PENGUKURAN BAB III DATA DAN HASIL PENGUKUN 3.1 SEKILAS TENTANG KANCATEL PAMANUKAN 3.1.1 Letak Daerah Dan Wilayah Kantor Cabang Telekomunikasi (KANCATEL) Pamanukan terletak di daerah pantai utara Kabupaten Subang,

Lebih terperinci

BAB III PARAMETER ELEKTRIS JARLOKAT

BAB III PARAMETER ELEKTRIS JARLOKAT BAB III PARAMETER ELEKTRIS JARLOKAT Teknologi ADSL telah digunakan oleh PT. Telkom sebagai salah satu produk unggulan dalam penyediaan akses internet kecepatan tinggi dan menjadi alternatif dari metode

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENGUKURAN JARINGAN AKSES

BAB IV ANALISA PENGUKURAN JARINGAN AKSES 61 BAB IV ANALISA PENGUKURAN JARINGAN AKSES 4.1 ANALISA PARAMETER QoS Untuk mendapatkan hasil yang baik pada layanan IPTV (Internet Protocol Television) di jaringan akses kabel tembaga PT. Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Lokal Akses Tembaga (Jarlokat) Sebagai salah satu operator layanan telekomunikasi, PT Telkom menerapkan beberapa konfigurasi jaringan lokal akses, yaitu jaringan

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Makalah Seminar Tugas Akhir Analisis Penerapan Layanan Broadband Pada Kabel Tembaga Oleh : Rony Febryarto Nim : LF399435 Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro Abstrak Layanan informasi yang terdiri

Lebih terperinci

Training Center ISSUED - 4/17/2004

Training Center ISSUED - 4/17/2004 ISSUED - 4/17/2004 1 Tujuan Peserta dapat memahami jenis spesifikasi kabel tembaga dan asesoris yang digunakan di TELKOM, sehingga diperoleh keseragaman dalam pelaksanaan prosedur instalasi dan spesifikasi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN KUALITAS JARINGAN MSAN PADA LAYANAN IPTV PT.TELKOM DI DAERAH DENPASAR BALI

ANALISIS PENGUKURAN KUALITAS JARINGAN MSAN PADA LAYANAN IPTV PT.TELKOM DI DAERAH DENPASAR BALI ANALISIS PENGUKURAN KUALITAS JARINGAN MSAN PADA LAYANAN IPTV PT.TELKOM DI DAERAH DENPASAR BALI I.G.A. Sutresna Mudri 1, P.K. Sudiarta 2, N. Gunantara 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA KABEL TANAH SINGLE CORE DENGAN KABEL LAUT THREE CORE 150 KV JAWA MADURA Nurlita Chandra Mukti 1, Mahfudz Shidiq, Ir., MT. 2, Soemarwanto, Ir., MT. 3 ¹Mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

PELAYANAN GANGGUAN PADA JARINGAN LOKAL AKSES KAWAT TEMBAGA M

PELAYANAN GANGGUAN PADA JARINGAN LOKAL AKSES KAWAT TEMBAGA M Makalah Seminar Kerja Praktek PELAYANAN GANGGUAN PADA JARINGAN LOKAL AKSES KAWAT TEMBAGA M Lukmanul Hakim (L2F006064) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang Abstrak Pada

Lebih terperinci

Pengaruh Loading Coil Terhadap Redaman Kabel

Pengaruh Loading Coil Terhadap Redaman Kabel Pengaruh Loading Coil Terhadap Redaman Kabel Wahyu Pamungkas 1,, Eka Wahyudi 2, Andy Wijaya 3 Prodi D3 Teknik Telkom, STT Telematika Telkom Purwokerto wahyu@st3telkomacid, 1 ekawahyudi@st3telkomacid, 2

Lebih terperinci

5

5 BAB II TEORI PERFORMANSI JARINGAN LOKAL KABEL TEMBAGA Jaringan lokal akses tembaga (JARLOKAT) yaitu jaringan yang menggunakan kabel tembaga sebagai media transmisinya. Jaringan kabel adalah jaringan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat untuk mendukung kegiatannya sehari-hari. Di kota-kota besar

BAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat untuk mendukung kegiatannya sehari-hari. Di kota-kota besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini, listrik sudah menjadi kebutuhan penting bagi setiap lapisan masyarakat untuk mendukung kegiatannya sehari-hari. Di kota-kota besar sudah jarang

Lebih terperinci

PEREDAMAN SUATU SALURAN TRANSMISI 3.4 KM DENGAN PUPIN, DENGAN DAN TANPA SUB-DIVISI

PEREDAMAN SUATU SALURAN TRANSMISI 3.4 KM DENGAN PUPIN, DENGAN DAN TANPA SUB-DIVISI 1 PEREDAMAN SUATU SALURAN TRANSMISI 3.4 KM DENGAN PUPIN, DENGAN DAN TANPA SUB-DIVISI I. Tujuan A. Mengukur distribusi peredaman, sepanjang saluran simetris dua kawat. B. Mengukur tegangan masukan dan keluaran

Lebih terperinci

PERTEMUAN 8 (MEDIA TRANSMISI FISIK)

PERTEMUAN 8 (MEDIA TRANSMISI FISIK) PERTEMUAN 8 (MEDIA TRANSMISI FISIK) POKOK BAHASAN Jaringan fisik berdasarkan bentuk fisik Jaringan fisik berdasarkan cara pemasangan Jaringan fisik berdasarkan fungsi penggunaan TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Lebih terperinci

PERHITUNGAN TERMIS DAN KEMAMPUAN HANTAR ARUS KABEL BAWAH TANAH 20 KV PADA PT.PLN (PERSERO) AREA PONTIANAK

PERHITUNGAN TERMIS DAN KEMAMPUAN HANTAR ARUS KABEL BAWAH TANAH 20 KV PADA PT.PLN (PERSERO) AREA PONTIANAK PERHITUNGAN TERMIS DAN KEMAMPUAN HANTAR ARUS KABEL BAWAH TANAH 20 KV PADA PT.PLN (PERSERO) AREA PONTIANAK Ahmad Mohajir Lutfhi Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

DasarJaringan Komunikasi

DasarJaringan Komunikasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya DasarJaringan Komunikasi Modul 5: Media Transmisi Fisik Prima Kristalina PENS (Maret 2015) POKOK BAHASAN 1. Jaringan fisik berdasarkan bentuk fisik 2. Jaringan fisik

Lebih terperinci

ANALISIS JARAK TERHADAP REDAMAN, SNR (SIGNAL TO NOISE RATIO), DAN KECEPATAN DOWNLOAD PADA JARINGAN ADSL

ANALISIS JARAK TERHADAP REDAMAN, SNR (SIGNAL TO NOISE RATIO), DAN KECEPATAN DOWNLOAD PADA JARINGAN ADSL ANALISIS JARAK TERHADAP REDAMAN, (SIGNAL TO NOISE RATIO), DAN KECEPATAN DOWNLOAD PADA JARINGAN ADSL Anggun Fitrian Isnawati 1) Irwan Susanto 2) Renny Ayu Purwanita 3) 1,2,3 Program Studi D3 Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci

Analisa Kemampuan Hantar Arus Dengan Menggunakan Metode Penggabungan Silang Selubung Kabel Antar Fasa Pada Kabel Bawah Tanah 150 kv

Analisa Kemampuan Hantar Arus Dengan Menggunakan Metode Penggabungan Silang Selubung Kabel Antar Fasa Pada Kabel Bawah Tanah 150 kv Jurnal Elektro ELTEK Vol., No., Oktober 011 ISSN: 086-8944 Analisa Kemampuan Hantar Arus Dengan Menggunakan Metode Penggabungan Silang Selubung Kabel Antar Fasa Pada Kabel Bawah Tanah 150 kv Teguh Herbasuki,

Lebih terperinci

BAB II SALURAN TRANSMISI

BAB II SALURAN TRANSMISI BAB II SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Penyampaian informasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampaian di antara keduanya. Jika jarak

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA. Bab 1. Pengantar

ELEKTRONIKA. Bab 1. Pengantar ELEKTRONIKA Bab 1. Pengantar DR. JUSAK Mengingat Kembali Segitiga Ohm ( ) V(Volt) = I R I(Ampere) = V R R(Ohm) = V I 2 Ilustrasi 3 Teori Aproksimasi (Pendekatan) Dalam kehidupan sehari-hari kita sering

Lebih terperinci

ANALISA KELAYAKAN PEMASANGAN ADSL DI AREA DENPASAR

ANALISA KELAYAKAN PEMASANGAN ADSL DI AREA DENPASAR ANALISA KELAYAKAN PEMASANGAN ADSL DI AREA DENPASAR Tugas Akhir Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada jurusan Teknik Elektro Universitas Udayana Oleh : Gde Bagus

Lebih terperinci

ANALISIS JARAK TERHADAP REDAMAN, SNR (SIGNAL TO NOISE RATIO), DAN KECEPATAN DOWNLOAD PADA JARINGAN ADSL

ANALISIS JARAK TERHADAP REDAMAN, SNR (SIGNAL TO NOISE RATIO), DAN KECEPATAN DOWNLOAD PADA JARINGAN ADSL ANALISIS JARAK TERHADAP REDAMAN, (SIGNAL TO NOISE RATIO), DAN KECEPATAN DOWNLOAD PADA JARINGAN ADSL Anggun Fitrian Isnawati 1) Irwan Susanto 2) Renny Ayu Purwanita 3) 1,2,3 Program Studi D3 Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saluran Transmisi Saluran transmisi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berperan menyalurkan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik ke gardu induk.

Lebih terperinci

DASAR SISTEM PROTEKSI PETIR

DASAR SISTEM PROTEKSI PETIR DASAR SISTEM PROTEKSI PETIR 1 2 3 4 5 6 7 8 Karakteristik Arus Petir 90 % i I 50 % 10 % O 1 T 1 T 2 t Karakteristik Petir Poralritas Negatif Arus puncak (I) Maksimum Rata-rata 280 ka 41 ka I T 1 T 2 200

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Umum Untuk menganalisa kegagalan pengasutan pada motor induksi 3 fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung ( visual ) terhadap motor induksi

Lebih terperinci

TEORI LISTRIK TERAPAN

TEORI LISTRIK TERAPAN TEORI LISTRIK TERAPAN 1. RUGI TEGANGAN 1.1. PENDAHULUAN Kerugian tegangan atau susut tegangan dalam saluran tenaga listrik adalah berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban, berbanding terbalik

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN PENGUKURAN DAN PARAMETER ELEKTRIS KABEL

BAB X PEDOMAN PENGUKURAN DAN PARAMETER ELEKTRIS KABEL BAB X PEDOMAN PENGUKURAN DAN PARAMETER ELEKTRIS KABEL 1. TUJUAN Buku Pedoman Pemasangan Jaringan Telekomunikasi 2000 serie-1 (PPJT 2000) ini disusun sebagai standar pengukuran parameter elektris Jaringan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kompor induksi type JF-20122

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kompor induksi type JF-20122 BAB III METODE PENELITIAN.. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Research and Development Akademi Teknologi Warga Surakarta Jl.Raya Solo-Baki KM. Kwarasan, Grogol, Solo Baru, Sukoharjo...

Lebih terperinci

Latihan soal-soal PENGHANTAR

Latihan soal-soal PENGHANTAR Latihan soal-soal PENGHNTR 1 1. Isilah tabel berikut untuk kawat tembaga : Ø (mm) (mm) R untuk 100m (Ω) 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 ρ tembaga = 0,0175 Ωmm 2 /m 2. Pada rangkaian gambar di bawah ini,

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

BAB II SALURAN TRANSMISI. tunda ketika sinyal bergerak didalam saluran interkoneksi. Jika digunakan sinyal

BAB II SALURAN TRANSMISI. tunda ketika sinyal bergerak didalam saluran interkoneksi. Jika digunakan sinyal BAB II SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Sinyal merambat dengan kecepatan terbatas. Hal ini menimbulkan waktu tunda ketika sinyal bergerak didalam saluran interkoneksi. Jika digunakan sinyal sinusoidal, maka

Lebih terperinci

PERANCANGAN JARINGAN AKSES KABEL (DTG3E3)

PERANCANGAN JARINGAN AKSES KABEL (DTG3E3) PERANCANGAN JARINGAN AKSES KABEL (DTG3E3) Disusun Oleh : Hafidudin,ST.,MT. (HFD) Rohmat Tulloh, ST.,MT (RMT) Prodi D3 Teknik Telekomunikasi Fakultas Ilmu Terapan Universitas Telkom 2015 Jaringan Lokal

Lebih terperinci

IMPEDANSI KARAKTERISTIK SALURAN DUA KAWAT

IMPEDANSI KARAKTERISTIK SALURAN DUA KAWAT IMPEDANSI KARAKTERISTIK SALURAN DUA KAWAT I. TUJUAN Mengukur impedansi karakteristik dari saluran simetris. Mengukur arus input dan tegangan input ke saluran, ketika diterminasi hubungan singkat dan ketika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pembagi Daya 2.1.1 Definisi Pembagi Daya Pembagi daya merupakan komponen pasif microwave yang digunakan untuk membagi daya karena baik port input maupun port output nya match.

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN:

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN: PERANCANGAN KABEL TELEPON UDARA UK.100 x 2 x 0.6 mm di PT. SUCACO Tbk. DENGAN MENENTUKAN DIAMETER ISOLASI SESUAI STEL K - 001-2003. Versi 2.1 Yohanes Bayu Kristanto 1, Mudrik alaydrus 2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT STANDARDISASI POS DAN TELEKOMUNIKASI

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT STANDARDISASI POS DAN TELEKOMUNIKASI DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT STANDARDISASI POS DAN TELEKOMUNIKASI SPESIFIKASI TEKNIS PERANGKAT TELEKOMUNIKASI PEDOMAN TEKNIS PENGETESAN HASIL PEMASANGAN

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

DASAR PENGUKURAN LISTRIK DASAR PENGUKURAN LISTRIK OUTLINE 1. Objektif 2. Teori 3. Contoh 4. Objektif Teori Contoh Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu: Menjelaskan dengan benar mengenai sensor mekanik. Menjelaskan dengan benar

Lebih terperinci

Jaringan Lokal Akses

Jaringan Lokal Akses Jaringan Lokal Akses Macam macam Media Transmisi Media Transmisi Kabel : Pasangan Kabel Tembaga Kabel Coaxial / bawah laut Fiber Optik Media Transmisi Radio : Radio Jarak Pendek Radio Troposcater Radio

Lebih terperinci

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang A II ITEM ALUAN TANMII ( 2.1 Umum ecara umum saluran transmisi disebut dengan suatu sistem tenaga listrik yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang dibawa oleh konduktor melalui

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI

DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI JL. MEDAN MERDEKA BARAT 17 TEL. : (021) 3835931 FAX. : (021) 3860754 JAKARTA 10110 3835939 3860781 3844036 PERATURAN DIREKTUR

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan BAB II TEGANGAN TINGGI 2.1 Umum Pengukuran tegangan tinggi berbeda dengan pengukuran tegangan rendah, sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan tinggi yang akan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENAMBAHAN GARAM DENGAN PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN PADA SISTEM PENTANAHAN. IGN Janardana

PERBEDAAN PENAMBAHAN GARAM DENGAN PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN PADA SISTEM PENTANAHAN. IGN Janardana PERBEDAAN PENAMBAHAN GARAM DENGAN PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP NIAI TAHANAN PENTANAHAN PADA SISTEM PENTANAHAN Staf Pengajar Program Studi Teknik Elektro, Universitas Udayana ABSTRAK Tahanan pentanahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Komunikasi merupakan proses pemindahan / penyaluran informasi dari suatu titik dalam ruang pada waktu tertentu (titik sumber) ke titik lain yang merupakan tujuan

Lebih terperinci

PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI INSTALASI LISTRIK. Lembar Informasi

PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI INSTALASI LISTRIK. Lembar Informasi PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI INSTALASI LISTRIK Lembar Informasi Tahanan (resistansi) isolasi dari kabel instalasi listrik merupakan salah satu unsur yang menentukan kualitas instalasi listrik, mengingat fungsi

Lebih terperinci

BAB I RANGKA PEMBAGI UTAMA

BAB I RANGKA PEMBAGI UTAMA BAB I 1. TUJUAN Pedoman ini membahas tata cara instalasi perangkat di ruangan Rangka Pembagi Utama, seperti : Rangka Pembagi Utama (RPU), perlengkapan Cable Chamber, Blok Terminal Rangka Pembagi Utama

Lebih terperinci

Mengukur Kuat Arus dan Beda Potensial Listrik Konsep Arus Listrik dan Beda Potensial Listrik

Mengukur Kuat Arus dan Beda Potensial Listrik Konsep Arus Listrik dan Beda Potensial Listrik LISTRIK DINAMIS Daftar isi Mengukur Kuat Arus dan Beda Potensial Listrik Hukum Ohm Hambatan kawat penghantar Penghantar listrik Hukum Kirchoff Rangkaian Seri Rangkaian Paralel Rangkain campuran Keluar

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

Powered By TeUinSuska2009.Wordpress.com. Upload By - Vj Afive -

Powered By  TeUinSuska2009.Wordpress.com. Upload By - Vj Afive - Powered By http:/ TeUinSuska2009.Wordpress.com Upload By - Vj Afive - Jaringan Akses Jaringan akses merupakan sub sistem jaringan telekomunikasi yg menghubungkan pelanggan (UN-User Node) dengan Service

Lebih terperinci

SAL TRANS GEL MIKRO (I) Ref : Pozar

SAL TRANS GEL MIKRO (I) Ref : Pozar SAL TRANS GEL MIKRO (I) Ref : Pozar Sal koaksial dan medan gelombang TEM Kuat medan arah z : E E t Vo ln( b / a) Sal koaksial ideal ρ' e ρ J S jkz H Rapat arus pd permukaan luar konduktor dalam : Daya

Lebih terperinci

JARINGAN AKSES TELEPON

JARINGAN AKSES TELEPON JARINGAN AKSES TELEPON Jaringan Akses adalah jaringan yang menghubungkan pelanggan dengan sentral telepon. Jaringan akses sering juga disebut sebagai Outside Plan (OSP), beberapa istilah juga sering disebut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN 4.. Prosedur Penelitian. 4... Tahap Persiapan Menyiapkan alat-alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan eksperimen. Yaitu ampere meter, volt meter, function generator,

Lebih terperinci

medan flux...(1) tegangan emf... (2) besar magnetic flux ini adalah Φ dan satuannya Weber (Wb = T.m 2 ). Secara matematis besarnya adalah :

medan flux...(1) tegangan emf... (2) besar magnetic flux ini adalah Φ dan satuannya Weber (Wb = T.m 2 ). Secara matematis besarnya adalah : Masih ingat aturan tangan kanan pada pelajaran fisika? Ini cara yang efektif untuk mengetahui arah medan listrik terhadap arus listrik. Jika seutas kawat tembaga diberi aliran listrik, maka di sekeliling

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN : Konduktor Tujuan pembelajaran umum : Mahasiswa memahami bahan-bahan konduktor dan fungsinya Pertemu-an Tujuan pembelajaran khusus ke (performansi/indikator) 1 1. Mahasiswa dapat menjelaskan jenis bahan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK MAGNET Praktikum Ke 1 KUMPARAN INDUKSI

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK MAGNET Praktikum Ke 1 KUMPARAN INDUKSI 1 LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK MAGNET Praktikum Ke 1 KUMPARAN INDUKSI A. TUJUAN 1. Mempelajari watak kumparan jika dialiri arus listrik searah (DC).. Mempelajari watak kumparan jika dialiri arus listrik bolak-balik

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN TEKEP ISOLATOR SEBAGAI PENGGANTI DISTRIBUTION TIE TERHADAP RUGI-RUGI DAYA DI PENYULANG KUBU

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN TEKEP ISOLATOR SEBAGAI PENGGANTI DISTRIBUTION TIE TERHADAP RUGI-RUGI DAYA DI PENYULANG KUBU ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN TEKEP ISOLATOR SEBAGAI PENGGANTI DISTRIBUTION TIE TERHADAP RUGI-RUGI DAYA DI PENYULANG KUBU I Gusti Ketut Abasana, I Wayan Teresna Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri

Lebih terperinci

Tembaga(Jarlokat) Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS

Tembaga(Jarlokat) Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS Jaringan Lokal Akses Tembaga(Jarlokat) Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS TUJUAN DAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Memahami konfigurasi jaringan kabel telepon Memahami tentang rumah hkbl kabel Memahami tentang kotak DP

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data yang diperoleh dari hasil kerja praktek di PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA area Gresik, divisi Infrastruktur

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR SALURAN TRANSMISI

BAB II TEORI DASAR SALURAN TRANSMISI 5 BAB II TEORI DASAR SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Penyampaian imformasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampai diantara keduanya

Lebih terperinci

BAB II PENGUKURAN TEGANGAN PUNCAK DENGAN PERCIKAN SELA

BAB II PENGUKURAN TEGANGAN PUNCAK DENGAN PERCIKAN SELA BAB II PENGUKURAN TEGANGAN PUNCAK DENGAN PERCIKAN SELA II.1 Pendahuluan Percikan di sela elektrda bla-bla yang diislasi leh dielektrik udara dapat digunakan untuk mengukur amplitud (puncak) tegangan di

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH II. 1 TEORI GELOMBANG BERJALAN II.1.1 Pendahuluan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah mulai disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian terhadap permasalahan yang ada di PT.

BAB III PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian terhadap permasalahan yang ada di PT. BAB III PEMBAHASAN 3.1 Data Hasil Penelitian 3.1.1 Analisis Masalah Setelah melakukan penelitian terhadap permasalahan yang ada di PT. Telekomunikasi, Tbk. Bagian network Divisi Acces Tangerang khususnya

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA. Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang

BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA. Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA II.1 Umum 2 Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang saling berhubungan serta memiliki ciri terkoordinasi untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERFORMANSI BWA

BAB IV ANALISA PERFORMANSI BWA BAB IV ANALISA PERFORMANSI BWA 4.1 Parameter Komponen Performansi BWA Berikut adalah gambaran konfigurasi link BWA : Gambar 4.1. Konfigurasi Line of Sight BWA Berdasarkan gambar 4.1. di atas terdapat hubungan

Lebih terperinci

LISTRIK DINAMIS B A B B A B

LISTRIK DINAMIS B A B B A B Listrik Dinamis 161 B A B B A B 8 LISTRIK DINAMIS Sumber : penerbit cv adi perkasa Kalian tentu tidak asing dengan bab ini, yaitu tentang listrik. Listrik sudah menjadi sumber energi banyak bidang. Di

Lebih terperinci

Dasar Perencanaan PSTN

Dasar Perencanaan PSTN Dasar Perencanaan PSTN Jaringan Telekomunikasi Sukiswo sukiswok@yahoo.com Jartel, Sukiswo 1 Arsitektur Jaringan Secara Umum Jaringan Telekomunikasi terdiri dari : User Terminal (perangkat penghubung antara

Lebih terperinci

PERTEMUAN 8 (RUMAH KABEL) POKOK BAHASAN

PERTEMUAN 8 (RUMAH KABEL) POKOK BAHASAN PERTEMUAN 8 (RUMAH KABEL) POKOK BAHASAN Definisi rumah kabel Komponen rumah kabel Penamaan box-box rumah kabel Teknologi rumah kabel TUJUAN DAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Menjelaskan fungsi dari rumah kabel

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT STANDARDISASI POS DAN TELEKOMUNIKASI

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT STANDARDISASI POS DAN TELEKOMUNIKASI DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT STANDARDISASI POS DAN TELEKOMUNIKASI SPESIFIKASI TEKNIS PERANGKAT TELEKOMUNIKASI PENETAPAN PERSYARATAN TEKNIS ALAT / PERANGKAT

Lebih terperinci

Training Center ISSUED4/17/2004 1

Training Center ISSUED4/17/2004 1 1 Tujuan Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta memahami dan mempunyai persepsi yang sama tentang Struktur Jaringan Lokal Akses Tembaga sebagai sarana untuk mengakses berbagai jenis layanan.

Lebih terperinci

Pengaruh Umur Pada Beberapa Volume PENGARUH UMUR PADA BEBERAPA VOLUME ZAT ADITIF BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN

Pengaruh Umur Pada Beberapa Volume PENGARUH UMUR PADA BEBERAPA VOLUME ZAT ADITIF BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN PENGARUH UMUR PADA BEBERAPA VOUME ZAT ADITIF BENTONIT TERHADAP NIAI TAHANAN PENTANAHAN IGN Staf Pengajar Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran Bali ABSTRAK

Lebih terperinci

TM - 2 LISTRIK. Pengertian Listrik

TM - 2 LISTRIK. Pengertian Listrik TM - 2 LISTRIK Pengertian Listrik Kelistrikan adalah sifat benda yang muncul dari adanya muatan listrik. Listrik, dapat juga diartikan sebagai berikut: - Listrik adalah kondisi dari partikel sub-atomik

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JARAK TERHADAP KUALITAS JARINGAN ADSL PADA ARAH UPLINK DI TELKOM PURWOKERTO

ANALISIS PENGARUH JARAK TERHADAP KUALITAS JARINGAN ADSL PADA ARAH UPLINK DI TELKOM PURWOKERTO ANALISIS PENGARUH JARAK TERHADAP KUALITAS JARINGAN ADSL PADA ARAH UPLINK DI TELKOM PURWOKERTO Anggun Fitrian Isnawati 1), Irwan Susanto 2), Kinanthi Nindhita Widosari 3) 1,2,3) Teknik Telekomunikasi, AKATEL

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM ANALYSIS IMPLEMENTATION OF FIBER TO THE HOME (FTTH) NETWORK

Lebih terperinci

Analisis Kualitas Jaringan Tembaga Terhadap Penerapan Teknologi Annex M Pada Perangkat MSAN Studi Kasus Di PT.Telkom Purwokerto

Analisis Kualitas Jaringan Tembaga Terhadap Penerapan Teknologi Annex M Pada Perangkat MSAN Studi Kasus Di PT.Telkom Purwokerto Analisis Kualitas Jaringan Tembaga Terhadap Penerapan Teknologi Annex M Pada Perangkat MSAN Studi Kasus Di PT.Telkom Purwokerto Solichah Larasati 1 Wahyu Pamungkas 2 Eka Wahyudi 3 123 Sekolah Tinggi Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasangan atau pembuatan barang-barang elektronika dan listrik.

BAB I PENDAHULUAN. pemasangan atau pembuatan barang-barang elektronika dan listrik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang sudah diketahui

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA PADA PERFORMANSI DSLAM BERBASIS TEKNOLOGI ADSL SKRIPSI LAOSMARIA JULIASTRY NABABAN

ANALISIS JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA PADA PERFORMANSI DSLAM BERBASIS TEKNOLOGI ADSL SKRIPSI LAOSMARIA JULIASTRY NABABAN ANALISIS JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA PADA PERFORMANSI DSLAM BERBASIS TEKNOLOGI ADSL SKRIPSI LAOSMARIA JULIASTRY NABABAN 060801024 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FREKUENSI TERHADAP REDAMAN PADA KABEL KOAKSIAL

ANALISIS PENGARUH FREKUENSI TERHADAP REDAMAN PADA KABEL KOAKSIAL SINGUDA ENSIKOM ANALISIS PENGARUH FREKUENSI TERHADAP REDAMAN PADA KABEL KOAKSIAL Suryanto, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. yang biasanya berbentuk sinyal listrik menjadi sinyal cahaya dan kemudian

BAB II DASAR TEORI. yang biasanya berbentuk sinyal listrik menjadi sinyal cahaya dan kemudian BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Teknologi serat optik merupakan suatu teknologi komunikasi yang sangat bagus pada zaman modern saat ini. Pada teknologi ini terjadi perubahan informasi yang biasanya berbentuk

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS JARINGAN AKSES TEMBAGA TERHADAP LAYANAN SPEEDY STUDI KASUS DI PT.TELKOM,Tbk DIVISI ACCESS SITE OPERATION PURWOKERTO

ANALISIS KUALITAS JARINGAN AKSES TEMBAGA TERHADAP LAYANAN SPEEDY STUDI KASUS DI PT.TELKOM,Tbk DIVISI ACCESS SITE OPERATION PURWOKERTO ANALISIS KUALITAS JARINGAN AKSES TEMBAGA TERHADAP LAYANAN SPEEDY STUDI KASUS DI PT.TELKOM,Tbk DIVISI ACCESS SITE OPERATION PURWOKERTO Wahyu Pamungkas 1, Nunung Sadtomo.P 2, Erlinda Febrianingtyas 3 Program

Lebih terperinci

ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK

ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK Puti Mayangsari Fhatony (1), Naemah Mubarakah (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding TT 1122 PENGANTAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Information source Electrical Transmit Optical Source Optical Fiber Destination Receiver (demodulator) Optical Detector Secara umum blok diagram transmisi komunikasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam satu tahun disebut

BAB II DASAR TEORI. hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam satu tahun disebut BAB II DASAR TEORI II.1 Hari Guruh Tahunan Isokreaunic Level (I kl ) Hari guruh adalah hari dimana guruh terdengar minimal satu kali dalam satu hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam

Lebih terperinci

BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1

BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1 BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1 3.4 Jaringan Akses STO Jatinegara PT TELKOM Indonesia sebagai salah satu penyelenggara telekomunikasi terbesar

Lebih terperinci

BAB III PENGAMBILAN DATA

BAB III PENGAMBILAN DATA BAB III PENGAMBILAN DATA Didalam pengambilan data pada skripsi ini harus di perhatikan beberapa hal sebagai berikut : 3.1 PEMILIHAN TRANSFORMATOR Pemilihan transformator kapasitas trafo distribusi berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN ANTENA SEGITIGA

BAB 3 PERANCANGAN ANTENA SEGITIGA BAB 3 PERANCANGAN ANTENA SEGITIGA 3.1 PERANCANGAN ANTENA Pada perancangan antena ini sudah sesuai dengan standar industri 82.11 dan variasi revisinya. Termasuk didalamnya standarnya versi 82.11b dan 82.11g.

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN TELKOM SPEEDY UNTUK KELAYAKAN LAYANAN IPTV. Disusun Oleh : Nama : Ferdinandus Mujur Nrp :

ANALISIS JARINGAN TELKOM SPEEDY UNTUK KELAYAKAN LAYANAN IPTV. Disusun Oleh : Nama : Ferdinandus Mujur Nrp : ANALISIS JARINGAN TELKOM SPEEDY UNTUK KELAYAKAN LAYANAN IPTV Disusun Oleh : Nama : Ferdinandus Mujur Nrp : 0422076 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,, Jl. Prof.Drg.Suria Sumantri, MPH no.65, Bandung,

Lebih terperinci

MODUL VII MATA KULIAH : SALURAN TRANSMISI

MODUL VII MATA KULIAH : SALURAN TRANSMISI MODUL VII MATA KULIAH : SALURAN TRANSMISI Antarmuka Teknologi antarmuka perangkat JARLOKAF dengan sentral lokal (STO) yang digunakan adalah : Antarmuka Z (analog 2 kawat) Antarmuka digital 2 Mbps V5.1

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN LINK BUDGET DALAM PENERAPAN METRO WDM

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN LINK BUDGET DALAM PENERAPAN METRO WDM BAB IV ANALISA PERHITUNGAN LINK BUDGET DALAM PENERAPAN METRO WDM 4.1 Perhitungan Rute Jaringan Jaringan akses transmisi serat optik yang dibangun dalam Aplikasi menjangkau 2 lokasi Bintaro Network Building

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI HASBULLAH, MT ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI PENGHANTAR BUMI YG TIDAK BERISOLASI YG DITANAM DALM BUMI DIANGGAP SEBAGI BAGIAN DARI ELEKTRODA BUMI ELEKTODA PITA,

Lebih terperinci

PENGARUH SAMBARAN PETIR TERHADAP SALURAN TELEKOMUNIKASI

PENGARUH SAMBARAN PETIR TERHADAP SALURAN TELEKOMUNIKASI PENGARUH SAMBARAN PETIR TERHADAP SALURAN TELEKOMUNIKASI Arnold Yudid Willianto 1, Juningtyastuti 2, Ajub Ajulian 2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang, Indonesia ywillianto@yahoo.com

Lebih terperinci

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem terpadu yang terbentuk oleh hubungan-hubungan peralatan dan komponen - komponen listrik, seperti generator,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik dapat dibagi menjadi menjadi tiga bagian utama, yaitu sistem pembangkitan, sistem transimisi dan sistem distribusi. Sistem pembangkitan

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK

RINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK RINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK Ano/ppl/2012 RINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK Mata Pelajaran Bahan Kajian Kelas/semester Potensi Dasar : Dasardasar listrik dan elektronika :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci