Pengaruh Loading Coil Terhadap Redaman Kabel

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh Loading Coil Terhadap Redaman Kabel"

Transkripsi

1 Pengaruh Loading Coil Terhadap Redaman Kabel Wahyu Pamungkas 1,, Eka Wahyudi 2, Andy Wijaya 3 Prodi D3 Teknik Telkom, STT Telematika Telkom Purwokerto wahyu@st3telkomacid, 1 ekawahyudi@st3telkomacid, 2 andywijaya07@hotmailcom 3, ABSTRAK Perkembangan teknologi telekomunikasi membutuhkan peningkatan jaringan yang baik sehingga dapat mentransmisikan sinyal dengan baik Teknologi jaringan kabel yang masih digunakan salah satunya adalah jaringan kabel tembaga Kabel tembaga merupakan media transmisi yang biasa dipakai dalam sistem telekomunikasi Redaman sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi dari kualitas jaringan kabel tembaga sebisa mungkin harus ditekan nilainya agar kualitas jaringan menjadi baik Ada empat faktor yang mempengaruhi dari nilai redaman pada saluran kabel tembaga yaitu resistansi, induktansi, konduktansi, dan kapasitansi Agar memiliki nilai distorsi yang kecil sebuah saluran kabel harus mempunyai rasio nilai perbandingan resistansi per induktansi yang berbanding lurus dengan nilai konduktansi per kapasitansiuntuk mengurangi nilai redaman dapat dilakukan dengan cara menaikkan nilai induktansi Agar nilai tersebut dapat diperoleh maka biasanya saluran kabel tersebut akan ditambahkan loading coil agar nilai dari induktansi dapat di perbesar sehingga saluran kabel dapat memiliki nilai distorsi yang kecil dan memiliki nilai redaman yang kecil agar saluran tersebut dapat meningkat kualitasnya Penelitian ini menggunakan kabel yang memiliki redaman bernilai 0091 nepper Setelah ditambahkan loading coil yaitu 0052 nepper maka didapatkan nilai redaman menjadi semakin kecil yaitu 0039 neper (penguatan) Sehingga didapatkan bahwa menggunakan loading coil dapat memperbaiki redaman pada kabel tembaga Keyword : Redaman, Loading coil, Kabel Tembaga, Resistansi, Induktansi, Konduktansi, Kapasitansi

2 I PENDAHULUAN Pada masa sekarang ini, telekomunikasi menjadi sebuah kebutuhan hidup yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia Sama seperti makanan atau pakaian, telekomunikasi berubah yang dahulunya hanya kebutuhan sekunder sekarang menjadi kebutuhan primer Dalam bidang telekomunikasi, kabel tembaga merupakan salah satu sistem telekomunikasi yang pertama kali digunakan dalam perkembangan teknologi telekomunikasi PT Telkom Indonesia pada saat ini merupakan salah satu perusahaan penyedia layanan suara, pertama kali memakai teknologi ini dalam menyediakan layanan suara di Indonesia Sebagai sarana penyampaian informasi pada saat ini, jaringan kabel menjadi primadona dalam penyediaan layanan suara sehingga peningkatan kualitas jaringan sangat dibutuhkan untuk menunjang semua itu Pada dasarnya pada semua jenis sistem telekomunikasi kualitas jaringan sangat berpengaruh, karena dengan semakin meningkatnya kualitas suatu jaringan maka hasil yang dihasilkan akan semakin bagus Kabel tembaga merupakan suatu media transmisi berupa suatu kawat tembaga yang dibungkus oleh plastik polyethelene Pada sistem jaringan komunikasi kabel, khususnya kabel tembaga, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dari jaringan tersebut, seperti redaman, banyaknya sambungan, dan sebagainya Redaman pada kabel tembaga dipengaruhi resistansi, induktansi, kapasitansi, dan konduktansi dari kabel tersebut Resistansi adalah perbandingan antara tegangan listrik dari suatu komponen elektronik dengan arus listrik yang melewatinya Induktansi merupakan efek dari medan magnet yang terbentuk di sekitar konduktor pembawa arus yang bersifat untuk menahan arus Kapasitansi adalah suatu besaran yang menyatakan kemampuan untuk dapat menampung muatan elektron dari suatu kapasitor Sedang konduktansi merupakan kebalikan dari sifat resistansi yaitu daya hantar listrik dari suatu bahan, sedang resistansi yaitu nilai dari suatu hambatan listrik dari suatu bahan II Untuk memperkecil nilai dari sebuah redaman maka dapat dilakukan dengan mengubah nilai dari ke empat faktor tersebut Antara lain dengan memperbesar nilai dari induktansi Nilai induktansi dapat dirubah dengan menambahkan loading coil Loading coil merupakan sebuah lilitan kawat dengan panjang tertentu dan dililit dengan jumlah tertentu Dengan menambahkan loading coil sama halnya dengan menambahkan nilai induktansi ke dalam kabel tembaga sehingga nilai induktansi pada kabel tembaga akan naik KAJIAN TEORI Energi dapat ditansmisikan dan dapat dihantarkan dengan berbagai media, salah satunya dengan radiasi gelombang elektromagnetik yang terdapat seperti dalam radio atau dapat dibawa menggunakan berbagai jenis konduktor Semua ini disebut dengan saluran transmisi Saluran transmisi mengarahkan energi elektrik dari satu tempat ke tempat lainnya Di ranah telekomunikasi, saluran ini digunakan sebagai penghubung antara antena dengan sebuah pemancar atau penerima [1] Noise PEMANCAR Media Transmisi PENERIMA Redaman Gambar 1 Diagram Blok Sistem Transmisi Sederhana Penyampaian informasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampaian di antara keduanya Jika jarak antara sumber informasi dengan penerima informasi dekat, maka sistem transmisi yang dipakai cukup melalui udara Namun bila jarak keduanya jauh dan sangat jauh, maka dibutuhkan suatu sistem transmisi yang lebih kompleks Sistem transmisi itu dapat terdiri atas satu atau lebih media transmisi Secara pokok ada tiga jenis saluran transmisi [1] a Jenis kabel paralel, sebuah bentuk umum dari saluran transmisi yang juga dikenal dengan saluran open wire dikarenakan oleh konstruksinya

3 b Jenis coaxial, konduktor pertama adalah tabung kosong, konduktor kedua berada di dalam dan coaxial berada dalam tabung tersebut c Gelombang radio, digunakan untuk saluran Ultra High Frequency (UHF) Gelombang yang merambat pada saluran transmisi yang panjangnya tak berhingga, tidak akan mempengaruhi apa yang ada di ujung saluran Perbandingan antara tegangan dan arus di ujung masukan saluran sesungguhnya dapat dianggap sama dengan perbandingan antara tegangan dan arus setelah mencapai ujung lainnya Dapat diartikan bahwa arus dan tegangan di antara kedua kawat penghantar saluran itu memandang saluran transmisi sebagai suatu impedansi Impedansi inilah yang disebut "Impedansi Karakteristik (Zo)" = (1) Zo dan P merupakan konstanta kompleks yang biasanya muncul dalam proses penyederhanaan matematika yang biasa disebut sebagai konstanta sekunder dalam saluran kabel P merupakan konstanta propagasi dan Zo adalah impedansi karakteristik Perumusan Zo dapat dilihat dibawah ini = (2) = (3) Sedang untuk perumusan P seperti di bawah ini = ( + )( + ) (4) = (5) Dari persamaan di atas dapat dilihat hubungan antara konstanta primer seperti R, L, C, dan G dan konstanta sekunder P dan Zo Perumusan ini sangat membantu dalam perhitungan konstanta sekunder jika konstanta primer diketahui nilainya dan sebaliknya Jadi dapat dikatakan bahwa impedansi karakteristik adalah impedansi yang diukur diujung saluran transmisi yang panjangnya tak berhingga Bila daya dirambatkan pada saluran transmisi dengan panjang tak berhingga, maka daya itu akan diserap seluruhnya disepanjang saluran sebagai akibat bocornya arus pada kapasitansi antar penghantar dan hilangnya tegangan pada induktansi saluran [2] Parameter Sistem Telekomunikasi Pada saluran telekomunikasi ada empat parameter yang disebut sebagai konstanta tetap primer yaitu : a Resistansi (R), didefinisikan sebagai resistansi putaran per panjang unit dari sebuah saluran Satuannya adalah ohm per kilometer b Induktansi (L), didefinisikan sebagai induktansi putaran per panjang unit dari senuah saluran Satuannya adalah henry per kilometer c Konduktansi (G), didefinisikan sebagai konduktansi antara dua kabel per panjang saluran Satuannya adalah mhos per kilometer d Kapasitansi (C), didefinisikan sebagai kapasitansi antara dua kabel per panjang saluran Satuannya adalah farad per kilometer G R Gambar 2 Parameter Kabel Secara garis besar adalah resistansi adalah perbandingan antara tegangan listrik dari suatu komponen elektronik dengan arus listrik yang melewatinya Induktansi merupakan efek dari medan magnet yang terbentuk di sekitar konduktor pembawa arus yang bersifat untuk menahan arus Kapasitansi adalah suatu besaran yang menyatakan kemampuan untuk menampung muatan elektron dari suatu kapasitor Sedang konduktansi merupakan kebalikan dari sifat resistansi yaitu daya hantar listrik dari suatu bahan, sedang resistansi yaitu nilai dari suatu hambatan listrik dari suatu bahan Meskipun semua direferensikan sebagai konstanta tetap tapi umumnya semua akan berubah dengan adanya frekuensi Dikarenakan kabel telepon memiliki frekuensi yang tinggi (f>>) maka kabel telepon harus dibuat dengan memiliki noise dan distorsi yang kecil Untuk memiliki distorsi yang kecil maka kabel harus memiliki karakteristik yaitu [1] : L C

4 = (26 ) R = Resistansi (ohm/km) L = Induktansi (henry/km) G = Konduktansi (mhos/km) C = Kapasitansi (farad/km) Sebuah kabel memiliki parameter yaitu R = 421 ohms/km, G = 15 µ mhos/km, C = 0062 µf/km, dan L = 1mH/km maka diperoleh : = = = = Dengan hasil tersebut maka menghasilkan nilai [ > ] Ini adalah hasil yang akan didapat pada kabel tembaga secara nyata Padahal agar kabel tersebut memiliki kualitas yang bagus maka kabel tersebut harus memenuhi [ = ] Agar nilai [ = ] dapat dicapai maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu: a Cara pertama yaitu menurunkan nilai resistansi (R) dengan cara memperbesar diameter kabel, tetapi cara ini tidak efektif, dikarenakan dengan memperbesar diameter kabel maka ukuran kabel akan menjadi lebih besar dan akan memperbesar harga kabel tersebut b Cara kedua yaitu menaikan nilai konduktansi (G) dengan cara mempertipis selubung kabel, tetapi cara ini juga tidak efektif karena dapat mengakibatkan rugi rugi redaman akan naik c Cara ketiga yaitu menurunkan nilai kapasitansi (C) dengan cara memperlebar jarak spasi antar konduktor, tetapi cara ini juga tidak efektif dikarenakan ukuran kabel juga ikut naik dan harga kabel juga akan naik d Cara ke empat yaitu menaikan nilai induktansi (L) dengan cara menambah lilitan pada kabel dengan jarak tertentu dengan nilai induktansi yang tepat Cara ini dinilai yang paling efektif Untuk menaikan induktansi maka ditambahkan lilitan atau loading pada kabel Biasanya lilitan ditambahkan dengan alasan berikut [9] : a Untuk mengurangi redaman saluran b Untuk menyamakan dengan nilai impedansi input c Untuk menyeimbangkan redaman yang berlebihan di suatu frekuensi III Frequency Gambar 3 Loading Coil [8] PEMODELAN SISTEM Dalam pengukuran ini menggunakan kabel tembaga sepanjang 100 meter dengan menggunakan 2 urat kabel tembaga yang berdiameter 06 milimeter, yang kemudian kabel ini dialiri oleh nilai frekuensi tertentu yaitu Hz Kabel ini kemudian diukur dengan menggunakan osiloskop digital untuk melihat grafik yang dihasilkan dari aliran frekuensi yang dihasilkan oleh frequency generator Setelah nilai redaman kabel didapat kemudian ditambahkan loading coil pada urat kabel untuk mengetahui efek dari loading coil tersebut Media Transmisi Osiloskop Gambar 4 Diagram Blok Pengiriman Frekuensi tanpa Loading coil Gambar 4 menunjukkan frekuensi dikirimkan dari frequency generator melalui media transmisi dalam hal ini kabel tembaga kemudian diterima oleh osiloskop Frequency generator mengirimkan sebuah sinyal dengan nilai frekuensi tertentu yang melewati media transmisi Di dalam media transmisi sinyal tersebut akan dilewatkan menuju osiloskop Pada osiloskop hasil yang diterima berupa grafik yang dari grafik tersebut didapatkan nilai redaman dikarenakan redaman yang didapat dari media transmisi

5 Frequency Media Transmisi Loading Coil Osiloskop Gambar 5 Diagram Blok Pengiriman Frekuensi dengan Loading coil Gambar 5 menunjukkan dengan rangkaian yang sama tetapi dalam diagram ini ditambahkan loading coil pada media transmisi sehingga nilai redaman yang didapat diketahui apakah nilainya berkurang ataupun tidak Frequency Loading Coil Osiloskop 100 A B Meter AB Kabel Tembaga Gambar 6 Rangkaian Equivalen Percobaan Gambar 7 Nilai Pengukuran Frequency Pada pengukuran kabel tembaga output dari frequency generator menggunakan osiloskop menghasilkan nilai yang dapat dilihat pada gambar 7 Dari gambar 7 menunjukkan nilai keluaran frequency generator adalah 2130 V Setelah nilai dari keluaran frequency generator diketahui maka dipasangkan kabel tembaga sebagai media transmisi Lalu dilakukan pengukuran kembali dan hasilnya dapat dilihat pada gambar 42 IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada pengukuran kabel tembaga, hasil yang didapatkan setelah pengukuran didapat dari tampilan pada osiloskop Parameter yang akan diamati sendiri pada pengujian kabel tembaga adalah nilai dari tegangan di mana dalam pengujian nilai dari tegangan masuk akan dibandingkan dengan nilai dari tegangan keluar kemudian dibandingkan dengan nilai dari saluran kabel tembaga menggunakan loading coil dengan parameter yang sama Pada bagian ini analisis yang dilakukan adalah membandingkan nilai yang didapat pada pengukuran tanpa menggunakan loading coil dan pengukuran dengan menggunakan loading coil pada kabel tembaga Kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan nilai yang didapat pada saat perhitungan Gambar 8 Hasil Nilai Output Frequency Melalui Kabel Tembaga Didapatkan hasil pada gambar 8 menunjukkan nilai pengukuran sebesar 2180 V Kemudian ditambahkan loading coil pada saluran kabel tembaga untuk pengujian Setelah ditambahkan loading coil diukur kembali nilai dari saluran kabel tembaga tersebut Hasilnya dapat dilihat pada gambar 9 Gambar 9 Hasil Pengukuran Menggunakan Loading Coil Hasil pada gambar 9 menunjukkan nilai keluaran setelah menggunakan loading coil adalah 2750V Tabel 1 Perbandingan Nilai Tegangan

6 Status Loding Coil Langsung dari Frequency Setelah Melewati Kabel Tembaga Setelah Ditambah Loading Coil Nilai dari Tegangan (Volt) 2130 V 2180 V 2750 V Hasil hasil tersebut kemudian dihitung untuk menghasilkan nilai redaman seperti yang terdapat dalam tabel berikut Tabel 2 Perbandingan Nilai Pengukuran Perbandingan Parameter Setelah Melewati Kabel Tembaga Setelah Ditambah Loading Coil Nilai Perhitungan (db) Perbandingan ini menunjukkan adanya perbedaan yang terdapat pada saat mengukur pada saat sebelum menggunakan loading coil dan setelah menggunakan loading coil Untuk menghitung hasil dalam tabel 2 digunakanlah persamaan/ rumus : = 20 Vin merupakan nilai output sebelum memakai kabel tembaga sebagai sistem transmisi dan Vout adalah nilai output setelah memakai kabel tembaga Sehingga nilai yang didapat yaitu : Redaman Saluran = 20 = 20 = = 20 x 0010 = 02 db Setelah nilai dari redaman kabel diketahui lalu dihitung juga nilai redaman kabel setelah menggunakan loading coil Lalu dimasukan kembali ke dalam rumus seperti pada saat mengukur nilai redaman tanpa loading coil Redaman Saluran = = = = 20 x 011 = 222 db Hasil pengamatan terhadap nilai nilai yang berasal dari pengujian loading coil pada kabel tembaga dapat dilihat pada hasil pengujian Penggunaan loading coil di sini dimaksudkan agar dapat mengurangi redaman yang terdapat pada saluran kabel Untuk analisis hasil perhitungan menggunakan asumsi sebagai berikut : Diketahui kabel tembaga dengan konstanta primer R = 64 ohm, C = 004 mikro farad pada frekuensi Hz, efek dari L dan G diabaikan dan kabel diberi loading coil dengan diameter induktor 22 cm, panjang induktor 4 cm, memiliki 600 lilitan dan R = 4 ohm terdapat pada interval 100 m Diketahui R = 64 Ω C = 004 x 10-6 d = 25 cm = 098 inch l = 44 cm = 173 inch n = 1200 r = 202 Ω Menghitung nilai induktansi loading coil L (dalam mikro Henry (µh) = L = ( ) ( ) = = µh = 1593 mh Menghitung redaman sebelum loading α = = = = 8 10 = 0091 nepper β = = 0091 radian Menghitung redaman setelah loading R c = 64 + = 6602 Ω µh L c = 0 + = 1593 x 10-6 C = 004 x 10-6 farad G = 0 α L = +

7 dikarenakan G = 0 maka persamaan di atas dapat disederhanakan pula menjadi α L = = = 3301 x 0016 = 0052 nepper Pengurangan redaman = α α L = = 0039 nepper Dikarenakan 1 nepper = 869 db dan 1 db = 0115 nepper Maka nilai dalam db = 0039 x 869 = 0339 db Hasil pengujian pada saluran kabel dapat dilihat pada tabel 1 Pada tabel tersebut memuat nilai dari tegangan input dan output dari pengujian saluran kabel tembaga Kualitas dari sebuah kabel dapat dikatakan baik jika redaman dalam kabel bernilai kecil sehingga nilai dari tegangan input hampir menyamai dengan nilai tegangan output meski terjadi redaman di dalam kabel Tetapi pada percobaan yang sudah dilakukan bukanlah nilai peredaman yang didapat tetapi didapatkan hasil yang sebaliknya yaitu terjadi penguatan pada saluran kabel sehingga pada tegangan output nilainya lebih besar dibanding tegangan input Pada tabel 1 nilai tegangan masukan sebesar 2130 V tetapi setelah melewati kabel tembaga nilai kabel tersebut mengalami kenaikan menjadi 2180 V dan setelah memakai loading coil nilainya bertambah lagi menjadi 2780 V Ini sesuai dengan prinsip loading coil bahwa loading coil dapat mengurangi redaman sehingga dapat meningkatkan nilai dari tegangan input Kemudian hasil tersebut melalui dihitung sehingga menghasilkan seperti pada tabel 2 Untuk redaman kabel tembaga sendiri memiliki nilai 02 db Nilai tersebut berupa penguatan dikarenakan nilai tersebut berupa nilai positif sedangkan nilai redaman berupa nilai negatif Sama halnya setelah diberi loading coil menghasilkan nilai 222 db yang juga berupa penguatan Jadi nilai penguatan dari loading coil ini senilai 222 db 02 db yang menghasilkan nilai 202 db Nilai dari pengukuran kabel sendiri juga menunjukkan bahwa kabel ternyata mengalami penguatan sehingga nilai redaman kabel berkurang Redaman kabel dalam perhitungan senilai 0091 nepper dan setelah diberi loading coil menjadi 0052 nepper Nilai setelah diberi nilai loading coil bernilai sebagai pengurang redaman dalam arti lain berarti sebagai nilai penguatan Sehingga nilai redaman 0091 nepper dikuatkan senilai 0052 nepper menghasilkan menghasilkan nilai 0039 nepper dan jika dikonversikan menjadi 0339 db sehingga dapat dikatakan nilai redaman kabel berkurang sebanyak 0052 nepper Kabel tembaga memiliki nilai redaman dan nilai redaman tersebut dapat dikurangi dengan pemasangan loading coil Tetapi pada prakteknya yang terjadi ialah pada saluran kabel tembaga bukanlah peredaman tetapi yang terjadi adalah penguatan Setelah ditambahkan loading coil hasil yang didapatkan juga adalah penguatan yang lebih besar Hasil ini sesuai dengan yang diinginkan yaitu terjadi penaikan kualitas pada kabel tembaga dikarenakan nilai redaman semakin kecil bahkan tidak ada Sehingga sinyal masukan akan dapat tersalurkan dengan baik sampai dengan tujuan Tidak terganggu oleh interferensi yang dihasilkan oleh kabel tembaga V PENUTUP KESIMPULAN 1 Berdasarkan pada hasil pengamatan faktor faktor yang dapat mempengaruhi penguatan sinyal adalah loading coil dan kabel tembaga 2 Nilai tegangan input pada saat melewati kabel tembaga tidak diredam tetapi semakin dikuatkan oleh kabel tembaga 3 Semakin besar nilai induktansi pada loading coil semakin besar juga nilai penguatannya 4 Jumlah loading coil berpengaruh terhadap redaman kabel tembaga DAFTAR PUSTAKA [1] SINHA, UMESH Transmission Lines and Networks, Satya Prakashan, New Delhi, 1977 [2] Repositoryusuacid (2014, Agustus) Chapter II[Online]

8 /22084/3/Chapter%20IIpdf [3] Divlat Dasar Teknik Jaringan Kabel Tembaga Telkom 1997 [4] Divlat Teknologi Aplikasi Jarlokat TELKOM 2001 [5] Konfigurasi Jarlokat Telkom Training Center 2004 [6] Modul Teknik Pemeliharaan Peralatan Telekomunikasi Pelanggan Bagian Proyek Pengembangan Kurikulum Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktoral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, 2003 [7] Mangsudi, Slamet Modul Praktikum Wireline, STTT Telkom, Purwokerto, 2007 [8] White Paper Cable Loading, Superior Essex, 1987 [9] A British Company of ITT Standard Telephones and Cables Limited, London, 1974 [10] Herbert L Krauss dan Charles W Bostian Teknik Radio Benda Padat, Jakarta: UI-Press, 1990

BAB II SALURAN TRANSMISI

BAB II SALURAN TRANSMISI BAB II SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Penyampaian informasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampaian di antara keduanya. Jika jarak

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR SALURAN TRANSMISI

BAB II TEORI DASAR SALURAN TRANSMISI 5 BAB II TEORI DASAR SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Penyampaian imformasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampai diantara keduanya

Lebih terperinci

SALURAN TRANSMISI 1.1 Umum 1.2 Jenis Media Saluran Transmisi

SALURAN TRANSMISI 1.1 Umum 1.2 Jenis Media Saluran Transmisi SALURAN TRANSMISI 1.1 Umum Penyampaian informasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampaian di antara keduanya. Jika jarak antara

Lebih terperinci

BAB II SALURAN TRANSMISI. tunda ketika sinyal bergerak didalam saluran interkoneksi. Jika digunakan sinyal

BAB II SALURAN TRANSMISI. tunda ketika sinyal bergerak didalam saluran interkoneksi. Jika digunakan sinyal BAB II SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Sinyal merambat dengan kecepatan terbatas. Hal ini menimbulkan waktu tunda ketika sinyal bergerak didalam saluran interkoneksi. Jika digunakan sinyal sinusoidal, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bidang telekomunikasi yang begitu pesat, semakin banyak pilihan yang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bidang telekomunikasi yang begitu pesat, semakin banyak pilihan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sistem transmisi data, media transmisi adalah jalur fisik antara pemancar dan penerima. Baik sinyal analog maupun digital dapat dipancarkan melalui media transmisi

Lebih terperinci

IMPEDANSI KARAKTERISTIK SALURAN DUA KAWAT

IMPEDANSI KARAKTERISTIK SALURAN DUA KAWAT IMPEDANSI KARAKTERISTIK SALURAN DUA KAWAT I. TUJUAN Mengukur impedansi karakteristik dari saluran simetris. Mengukur arus input dan tegangan input ke saluran, ketika diterminasi hubungan singkat dan ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasangan atau pembuatan barang-barang elektronika dan listrik.

BAB I PENDAHULUAN. pemasangan atau pembuatan barang-barang elektronika dan listrik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang sudah diketahui

Lebih terperinci

BAB II SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP

BAB II SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP BAB II SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP 2.1 Umum Suatu informasi dari suatu sumber informasi dapat diterima oleh penerima informasi dapat terwujud bila ada suatu sistem atau penghubung diantara keduanya. Sistem

Lebih terperinci

PEREDAMAN SUATU SALURAN TRANSMISI 3.4 KM DENGAN PUPIN, DENGAN DAN TANPA SUB-DIVISI

PEREDAMAN SUATU SALURAN TRANSMISI 3.4 KM DENGAN PUPIN, DENGAN DAN TANPA SUB-DIVISI 1 PEREDAMAN SUATU SALURAN TRANSMISI 3.4 KM DENGAN PUPIN, DENGAN DAN TANPA SUB-DIVISI I. Tujuan A. Mengukur distribusi peredaman, sepanjang saluran simetris dua kawat. B. Mengukur tegangan masukan dan keluaran

Lebih terperinci

BAB III WAVEGUIDE. Gambar 3.1 bumbung gelombang persegi dan lingkaran

BAB III WAVEGUIDE. Gambar 3.1 bumbung gelombang persegi dan lingkaran 11 BAB III WAVEGUIDE 3.1 Bumbung Gelombang Persegi (waveguide) Bumbung gelombang merupakan pipa yang terbuat dari konduktor sempurna dan di dalamnya kosong atau di isi dielektrik, seluruhnya atau sebagian.

Lebih terperinci

Pulsa Pada Hubungan Singkat, Rangkaian Open dan Matching

Pulsa Pada Hubungan Singkat, Rangkaian Open dan Matching Transien 2 Pulsa Pada Hubungan Singkat, Rangkaian Open dan Matching Load dan Generator unmatched Transien pada load induktif/kapasitif Dispersi Mudrik Alaydrus, Univ. Mercu Buana, 2008 Presentasi 10 1

Lebih terperinci

BAB III JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA (JARLOKAT) PT. TELKOM INDONESIA

BAB III JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA (JARLOKAT) PT. TELKOM INDONESIA 25 BAB III JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA (JARLOKAT) PT. TELKOM INDONESIA Pada bab 2 (dua) telah dibahas tentang teknologi dan jaringan ADSL (asymmetric digital subscriber line) secara umum. Mengingat bahwa

Lebih terperinci

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 2. SISTEM MODULASI DALAM PEMANCAR GELOMBANG RADIO Modulasi merupakan metode untuk menumpangkan sinyal suara pada sinyal radio. Maksudnya, informasi yang akan disampaikan kepada

Lebih terperinci

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII gaya F. Jika panjang kawat diperpendek setengah kali semula dan kuat arus diperbesar dua kali semula, maka besar gaya yang dialami kawat adalah. Medan Magnet

Lebih terperinci

29

29 BAB III PARAMETER DAN PENGUKURAN JARINGAN LOKAL KABEL TEMBAGA PT TELKOM merupakan salah satu perusahaan telekomunikasi yang menyediakan berbagai macam layanan. Di antara sekian banyak layanan yang di miliki

Lebih terperinci

RESONANSI PADA RANGKAIAN RLC

RESONANSI PADA RANGKAIAN RLC ESONANSI PADA ANGKAIAN LC A. Tujuan 1. Mengamati adanya gejala resonansi dalam rangkaian arus bolaik-balik.. Mengukur resonansi pada rangkaian seri LC 3. Menggambarkan lengkung resonansi pada rangkaian

Lebih terperinci

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN Oleh : Sunarto YB0USJ ELEKTROMAGNET Listrik dan magnet adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, setiap ada listrik tentu ada magnet dan sebaliknya. Misalnya ada gulungan

Lebih terperinci

Training Center ISSUED - 4/17/2004

Training Center ISSUED - 4/17/2004 ISSUED - 4/17/2004 1 Tujuan Peserta dapat memahami jenis spesifikasi kabel tembaga dan asesoris yang digunakan di TELKOM, sehingga diperoleh keseragaman dalam pelaksanaan prosedur instalasi dan spesifikasi

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rangkaian RLC merupakan suatu rangkaian elektronika yang terdiri dari Resistor, Kapasitor dan Induktor yang dapat disusun seri ataupun paralel. Rangkaian RLC ini merupakan

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci

BAB II SALURAN TRANSMISI

BAB II SALURAN TRANSMISI BAB II SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Saluran transmisi adalah penghantar, baik berupa konduktor ataupun isolator (dielektrika), yang digunakan untuk menghubungkan suatu pembangkit sinyal, disebut juga sumber,

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika Listrik Arus Bolak-balik - Soal Doc. Name: RK13AR12FIS0401 Version: 2016-12 halaman 1 01. Suatu sumber tegangan bolak-balik menghasilkan tegangan sesuai dengan fungsi

Lebih terperinci

PRAKTIKUM RANGKAIAN RLC DAN FENOMENA RESONANSI

PRAKTIKUM RANGKAIAN RLC DAN FENOMENA RESONANSI PRAKIKUM RANGKAIAN RC DAN FENOMENA RESONANSI (Oleh : Sumarna, ab-elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) E-mail : sumarna@uny.ac.id 1. UJUAN Praktikum ini bertujuan untuk menyelidiki terjadinya fenomena resonansi

Lebih terperinci

BAB III PARAMETER ELEKTRIS JARLOKAT

BAB III PARAMETER ELEKTRIS JARLOKAT BAB III PARAMETER ELEKTRIS JARLOKAT Teknologi ADSL telah digunakan oleh PT. Telkom sebagai salah satu produk unggulan dalam penyediaan akses internet kecepatan tinggi dan menjadi alternatif dari metode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Listrik Arus Bolak Balik - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0699 Version: 2011-12 halaman 1 01. Suatu sumber tegangan bolak-balik menghasilkan tegangan sesuai dengan fungsi: v =140

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pembagi Daya 2.1.1 Definisi Pembagi Daya Pembagi daya merupakan komponen pasif microwave yang digunakan untuk membagi daya karena baik port input maupun port output nya match.

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

LABORATORIUM SISTEM TRANSMISI

LABORATORIUM SISTEM TRANSMISI LABORATORIUM SISTEM TRANSMISI NOMOR PERCOBAAN : 01 JUDUL PERCOBAAN : FIBER OPTIK SINYAL ANALOG KELAS / KELOMPOK : TT - 5A / KELOMPOK 4 NAMA PRAKTIKAN : 1. SOCRATES PUTRA NUSANTARA (1315030082) NAMA KELOMPOK

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1996

Fisika EBTANAS Tahun 1996 Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FREKUENSI TERHADAP REDAMAN PADA KABEL KOAKSIAL

ANALISIS PENGARUH FREKUENSI TERHADAP REDAMAN PADA KABEL KOAKSIAL SINGUDA ENSIKOM ANALISIS PENGARUH FREKUENSI TERHADAP REDAMAN PADA KABEL KOAKSIAL Suryanto, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SALURAN TRANSMISI RF PERCOBAAN 1

LAPORAN PRAKTIKUM SALURAN TRANSMISI RF PERCOBAAN 1 LAPORAN PRAKTIKUM SALURAN TRANSMISI RF PERCOBAAN 1 OLEH: CHASAN BISRI 1041160028/08 KELAS 2B JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL POLITEKNIK NEGERI MALANG 2012 L a p o r

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saluran Transmisi Saluran transmisi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berperan menyalurkan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik ke gardu induk.

Lebih terperinci

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Model Sistem Komunikasi Sinyal listrik digunakan dalam sistem komunikasi karena relatif gampang dikontrol. Sistem komunikasi listrik ini mempekerjakan sinyal listrik untuk membawa

Lebih terperinci

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart 1. Hipotesis tentang gejala kelistrikan dan ke-magnetan yang disusun Maxwell ialah... a. perubahan medan listrik akan menghasilkan medan magnet b. di sekitar muatan listrik terdapatat medan listrik c.

Lebih terperinci

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI. Oleh : Dwi Hastuti Puspitasari, SKom, MMSI. Pokok bahasan perkembangan teknologi pada era telekomunikasi.

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI. Oleh : Dwi Hastuti Puspitasari, SKom, MMSI. Pokok bahasan perkembangan teknologi pada era telekomunikasi. Pertemuan 5 MODUL Oleh : Dwi Hastuti Puspitasari, SKom, MMSI POKOK BAHASAN ERA TELEKOMUNIKASI DESKRIPSI Pokok bahasan perkembangan teknologi pada era telekomunikasi. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA JARINGAN AKSES TEMBAGA UNTUK IMPLEMENTASI ADSL DI KANCATEL PAMANUKAN

BAB IV ANALISA JARINGAN AKSES TEMBAGA UNTUK IMPLEMENTASI ADSL DI KANCATEL PAMANUKAN BAB IV ANALISA JARINGAN AKSES TEMBAGA UNTUK IMPLEMENTASI ADSL DI KANCATEL PAMANUKAN 4.1 PERHITUNGAN DATA HASIL PENGUKURAN Kabel tembaga yang tergelar di Kancatel Pamanukan menggunakan Polyethelene (PE)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERFORMA PERANGKAT Efisiensi dan Evaluasi Kerugian daya

BAB IV ANALISA DAN PERFORMA PERANGKAT Efisiensi dan Evaluasi Kerugian daya BAB IV ANALISA DAN PERFORMA PERANGKAT 4. 1 Efisiensi dan Evaluasi Kerugian daya Transfer daya nirkabel adalah proyek yang sangat efisien. Namun perhatian utama dengan paparan teknologi baru ini adalah

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDUKTANSI SALURAN KOAKSIAL

PENGUKURAN INDUKTANSI SALURAN KOAKSIAL LAPORAN PRAKTIKUM SALURAN TRANSMISI RF PENGUKURAN INDUKTANSI SALURAN KOAKSIAL Disusun Oleh : Angga Setyawan NIM. 1041160015 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL POLITEKNIK NEGERI

Lebih terperinci

Elektronika Dasar Ponsel

Elektronika Dasar Ponsel Elektronika Dasar Ponsel Bagaimanapun sebuah ponsel adalah sebuah rangkaian elektronika. Akan tetapi ponsel tidak dapat berfungsi bila tidak diberikan daya atau tegangan (listrik). Sumber listrik Dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bandpass Filter Filter merupakan blok yang sangat penting di dalam sistem komunikasi radio, karena filter menyaring dan melewatkan sinyal yang diinginkan dan meredam sinyal yang

Lebih terperinci

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR I.1. MUATAN ELEKTRON Suatu materi tersusun dari berbagai jenis molekul. Suatu molekul tersusun dari atom-atom. Atom tersusun dari elektron (bermuatan negatif), proton

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah.

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1 A. 5, 22 mm B. 5, 72 mm C. 6, 22 mm D. 6, 70 mm E. 6,72 mm 5 25 20 2. Dua buah vektor masing-masing 5 N dan 12 N. Resultan kedua

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM. 1141160049 JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL 2011/2012 POLITEKNIK NEGERI MALANG jl.soekarno

Lebih terperinci

TM - 2 LISTRIK. Pengertian Listrik

TM - 2 LISTRIK. Pengertian Listrik TM - 2 LISTRIK Pengertian Listrik Kelistrikan adalah sifat benda yang muncul dari adanya muatan listrik. Listrik, dapat juga diartikan sebagai berikut: - Listrik adalah kondisi dari partikel sub-atomik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibangkitkan oleh pembangkit harus dinaikkan dengan trafo step up. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibangkitkan oleh pembangkit harus dinaikkan dengan trafo step up. Hal ini 2.1 Sistem Transmisi Tenaga Listrik BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem transmisi adalah sistem yang menghubungkan antara sistem pembangkitan dengan sistem distribusi untuk menyalurkan tenaga listrik yang dihasilkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK MAGNET Praktikum Ke 1 KUMPARAN INDUKSI

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK MAGNET Praktikum Ke 1 KUMPARAN INDUKSI 1 LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK MAGNET Praktikum Ke 1 KUMPARAN INDUKSI A. TUJUAN 1. Mempelajari watak kumparan jika dialiri arus listrik searah (DC).. Mempelajari watak kumparan jika dialiri arus listrik bolak-balik

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T

KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER 3 GANJIL 2017/2018 DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T Sinyal Digital Selain diwakili oleh sinyal analog, informasi juga dapat diwakili oleh sinyal digital.

Lebih terperinci

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk komunikasi, salah satunya pada rentang band High Frequency (HF). Mahasiswa

Lebih terperinci

ANALOG SIGNAL PROCESSING USING OPERASIONAL AMPLIFIERS

ANALOG SIGNAL PROCESSING USING OPERASIONAL AMPLIFIERS ANALOG SIGNAL PROCESSING USING OPERASIONAL AMPLIFIERS (PEMROSESAN SINYAL ANALOG MENGGUNAKAN PENGUAT OPERASIONAL) A. PENDAHULUAN Sinyal keluaran dari sebuah tranduser atau sensor sangat kecil hampir mendekati

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK

PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK 1. Konsep Dasar a. Arus dan Rapat Arus Sebuah arus listrik i dihasilkan jika sebuah muatan netto q lewat melalui suatu penampang penghantar selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. blok diagram seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Sistem Blok Diagram Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. blok diagram seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Sistem Blok Diagram Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan dengan lebih baik melalui blok diagram seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Input Proses Output Frekuensi Daya

Lebih terperinci

DAN RANGKAIAN AC A B A. Gambar 4.1 Berbagai bentuk isyarat penting pada sistem elektronika

DAN RANGKAIAN AC A B A. Gambar 4.1 Berbagai bentuk isyarat penting pada sistem elektronika + 4 KAPASITOR, INDUKTOR DAN RANGKAIAN A 4. Bentuk Gelombang lsyarat (signal) Isyarat adalah merupakan informasi dalam bentuk perubahan arus atau tegangan. Perubahan bentuk isyarat terhadap fungsi waktu

Lebih terperinci

Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF)

Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF) FISIKA II Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF) Jika suatu kawat penghantar digerakkan memotong arah suatu medan magnetic, maka akan timbul suatu gaya gerak listrik pada kawat penghantar tersebut.

Lebih terperinci

BAB II. Dasar Teori. = muatan elektron dalam C (coulombs) = nilai kapasitansi dalam F (farad) = besar tegangan dalam V (volt)

BAB II. Dasar Teori. = muatan elektron dalam C (coulombs) = nilai kapasitansi dalam F (farad) = besar tegangan dalam V (volt) BAB I Pendahuluan Kapasitor (Kondensator) yang dalam rangkaian elektronika dilambangkan dengan huruf C adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi/muatan listrik di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Telah direalisasikan alat pendeteksi logam yang terbuat dari induktor

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Telah direalisasikan alat pendeteksi logam yang terbuat dari induktor IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Telah direalisasikan alat pendeteksi logam yang terbuat dari induktor Perangkat terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak dimana koil datar. perangkat

Lebih terperinci

09. Pengukuran Besaran Listrik JEMBATAN ARUS BOLAK BALIK

09. Pengukuran Besaran Listrik JEMBATAN ARUS BOLAK BALIK 09. Pengukuran Besaran Listrik JEMBATAN ARUS BOLAK BALIK 9.1 Pendahuluan Jembatan arus bolak balik bentuk dasarnya terdiri dari : - empat lengan jembatan - sumber eksitasi dan - sebuah detektor nol Pada

Lebih terperinci

Training Center Tujuan

Training Center Tujuan 1 Tujuan Peserta memahami karakteristik elektris kabel tembaga guna memberikan solusi dalam menentukan jenis layanan yang dibutuhkan 2 Topik JENIS PENGUKURAN METODE PENGUKURAN PARAMETER ELEKTRIS 3 JENIS

Lebih terperinci

DASAR TELEKOMUNIKASI. Kholistianingsih, S.T., M.Eng

DASAR TELEKOMUNIKASI. Kholistianingsih, S.T., M.Eng DASAR TELEKOMUNIKASI Kholistianingsih, S.T., M.Eng KONTRAK PEMBELAJARAN UAS : 35% UTS : 35% TUGAS : 20% KEHADIRAN : 10% KEHADIRAN 0 SEMUA KOMPONEN HARUS ADA jika ada satu komponen yang kosong NILAI = E

Lebih terperinci

PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK

PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK 1. Konsep Dasar a. Arus dan Rapat Arus Sebuah arus listrik i dihasilkan jika sebuah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Frekuensi Untuk mengetahui apakah besarnya nilai frekuensi berpengaruh terhadap transmisi daya, maka diperlukan pengukuran daya dengan menggunakan nilai frekuensi

Lebih terperinci

Perancangan Penyesuai Impedansi antara RF Uplink dengan Antena Pemancar pada Portable Transceiver Satelit Iinusat-01

Perancangan Penyesuai Impedansi antara RF Uplink dengan Antena Pemancar pada Portable Transceiver Satelit Iinusat-01 Perancangan Penyesuai Impedansi antara RF Uplink dengan Antena Pemancar pada Portable Transceiver Satelit Iinusat-01 Adib Budi Santoso 1), Prof. Ir. Gamantyo H., M.Eng, Ph.D 2), Eko Setijadi, ST., MT.,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO No Percobaan : 01 Judul Percobaan Nama Praktikan : Perambatan Gelombang Mikro : Arien Maharani NIM : TEKNIK TELEKOMUNIKASI D3 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET

TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET 1. Sebuah kapasitor keping sejajar yang tebalnya d mempunyai kapasitas C o. Ke dalam kapasitor ini dimasukkan dua bahan dielektrik yang masing-masing tebalnya d/2 dengan konstanta

Lebih terperinci

Rangkuman Materi Teori Kejuruan

Rangkuman Materi Teori Kejuruan Rangkuman Materi Kejuruan Program Keahlian Teknik Elektronika Industri 2. SK : Dasar-Dasar Kelistrikan a. Besaran Pokok dan Turunan Besaran Pokok Kuantitas Satuan Dasar Simbol Panjang Massa Waktu Arus

Lebih terperinci

KAPASITOR DAN INDUKTOR

KAPASITOR DAN INDUKTOR KAPASITOR DAN INDUKTOR Oleh : Risa Farrid Christianti, ST.,MT. Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto PENDAHULUAN Kapasitor dan Induktor merupakan komponen/elemen pasif dari rangkaian elektronik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Gardu Induk 150 KV Teluk Betung Tragi Tarahan, Bandar Lampung, Provinsi Lampung. B. Data Penelitian Untuk mendukung terlaksananya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dengan adanya telekomunikasi, orang bisa saling bertukar

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dengan adanya telekomunikasi, orang bisa saling bertukar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telekomunikasi adalah salah satu bidang yang memiliki peranan penting pada abad ini. Dengan adanya telekomunikasi, orang bisa saling bertukar informasi satu dengan

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai

Lebih terperinci

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

Materi II TEORI DASAR ANTENNA Materi II TEORI DASAR ANTENNA 2.1 Radiasi Gelombang Elektromagnetik Antena (antenna atau areal) adalah perangkat yang berfungsi untuk memindahkan energi gelombang elektromagnetik dari media kabel ke udara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Resistansi atau tahanan didefinisikan sebagai pelawan arus yang

BAB II LANDASAN TEORI. Resistansi atau tahanan didefinisikan sebagai pelawan arus yang BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis menjelaskan kerangka teori yang digunakan dalam tugas akhir ini. Dimulai dengan definisi listrik dan elektromagnetik dasar, kemudian beralih ke daya nirkabel

Lebih terperinci

Eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data

Eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data 7 jam dan disonikasi selama jam agar membran yang dihasilkan homogen. Langkah selanjutnya, membran dituangkan ke permukaan kaca yang kedua sisi kanan dan kiri telah diisolasi. Selanjutnya membran direndam

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1994

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1994 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1994 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Dua buah bola A dan B dengan massa m A = 3 kg;

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK Tim penyusun: Diana Rahmawati, S. T., M. T. Haryanto, S. T., M. T. Koko Joni, S. T., M. Eng. Achmad Ubaidillah, S. T., M. T. Riza Alfita, S. T., M. T. Miftachul

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Perangkat elektronik atau perangkat komunikasi dapat saling berhubungan diperlukan antena yang menggunakan frekuensi baik sebagai pemancar ataupun penerima.

Lebih terperinci

APLIKASI TEKNOLOGI MICROSTRIP PADA ALAT UKUR KOEFISIEN PANTUL

APLIKASI TEKNOLOGI MICROSTRIP PADA ALAT UKUR KOEFISIEN PANTUL ORBITH VOL. 11 NO. JULI 015 : 86 91 APLIKASI TEKNOLOGI MICROSTRIP PADA ALAT UKUR KOEFISIEN PANTUL Oleh: Budi Basuki Subagio Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. Soedarto,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENGUKURAN JARINGAN AKSES

BAB IV ANALISA PENGUKURAN JARINGAN AKSES 61 BAB IV ANALISA PENGUKURAN JARINGAN AKSES 4.1 ANALISA PARAMETER QoS Untuk mendapatkan hasil yang baik pada layanan IPTV (Internet Protocol Television) di jaringan akses kabel tembaga PT. Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga, penelusuran lebih jauh akan diketahui banyak hal mengenai kontstruksinya.

BAB I PENDAHULUAN. juga, penelusuran lebih jauh akan diketahui banyak hal mengenai kontstruksinya. BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Secara kasat mata, induktor akan terlihat cukup sederhana. Bagaimanapun juga, penelusuran lebih jauh akan diketahui banyak hal mengenai kontstruksinya. Dari berbagai

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGUAT DAYA RF

RANCANG BANGUN PENGUAT DAYA RF Berkala Fisika ISSN : 141-966 Vol. 6, No. 3, Juli 3, hal. 55-6 RANCANG BANGUN PENGUAT DAYA RF Sapto Nugroho 1, Dwi P. Sasongko, Isnaen Gunadi 1 1. Lab. Elektronika dan Instrumentasi, Jurusan Fisika, UNDIP

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Diameter Kawat dan Susunan Kumparan Terhadap Voltase Bangkitan pada mekanisme Pemanen Energi Getaran

Studi Pengaruh Diameter Kawat dan Susunan Kumparan Terhadap Voltase Bangkitan pada mekanisme Pemanen Energi Getaran SidangTugas Akhir Bidang Studi : Desain Studi Pengaruh Diameter Kawat dan Susunan Kumparan Terhadap Voltase Bangkitan pada mekanisme Pemanen Energi Getaran Disusun oleh : Prisca Permatasari NRP. 2105 100

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Perkembangan antenna saat ini semakin berkembang terutama untuk system komunikasi. Antenna adalah salah satu dari beberapa komponen yang paling kritis. Perancangan

Lebih terperinci

Optimasi Rangkaian dan Material Kumparan pada Rangkaian Transfer Listrik Tanpa Kabel Terhadap Jarak Jangkauan Pengiriman Energi Listrik

Optimasi Rangkaian dan Material Kumparan pada Rangkaian Transfer Listrik Tanpa Kabel Terhadap Jarak Jangkauan Pengiriman Energi Listrik PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 2 (214), Hal. 5 9 ISSN : 27-824 Optimasi Rangkaian dan Material Kumparan pada Rangkaian Transfer Listrik Tanpa Kabel Terhadap Jarak Jangkauan Pengiriman Energi Listrik Pramushinta

Lebih terperinci

ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000

ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000 SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 3/ Juni ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000 Mulia Raja Harahap, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik

Lebih terperinci

MODUL FISIKA. TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN

MODUL FISIKA. TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN MODUL ISIKA TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. SUMBER TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK Sumber tegangan bolak-balik

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1994

Fisika EBTANAS Tahun 1994 Fisika EBTANAS Tahun 1994 EBTANAS-94-01 Diantara kelompok besaran di bawah ini yang hanya terdiri dari besaran turunan saja adalah A. kuat arus, massa, gaya B. suhu, massa, volume C. waktu, momentum, percepatan

Lebih terperinci

Berikut ini rumus untuk menghitung reaktansi kapasitif dan raktansi induktif

Berikut ini rumus untuk menghitung reaktansi kapasitif dan raktansi induktif Resonansi paralel sederhana (rangkaian tank ) Kondisi resonansi akan terjadi pada suatu rangkaian tank (tank circuit) (gambar 1) ketika reaktansi dari kapasitor dan induktor bernilai sama. Karena rekatansi

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya. BAB II TRANSFORMATOR II.. Umum Transformator merupakan komponen yang sangat penting peranannya dalam sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik elektromagnetis statis yang berfungsi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II HUKUM OHM

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II HUKUM OHM LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II HUKUM OHM Oleh Nama NPM Semester : Yestri Hidayati : A1E011062 : II. B Tanggal Praktikum : Jum at, 06 April 2012 UNIVERSITAS BENGKULU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang A II ITEM ALUAN TANMII ( 2.1 Umum ecara umum saluran transmisi disebut dengan suatu sistem tenaga listrik yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang dibawa oleh konduktor melalui

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK Tim penyusun: Diana Rahmawati, S. T., M. T. Haryanto, S. T., M. T. Koko Joni, S. T., M. Eng. Achmad Ubaidillah, S. T., M. T. Riza Alfita, S. T., M. T. Miftachul

Lebih terperinci

MODUL II MERANCANG PENGUAT COMMON EMITTER SATU TINGKAT

MODUL II MERANCANG PENGUAT COMMON EMITTER SATU TINGKAT MODUL II MERANCANG PENGUAT COMMON EMITTER SATU TINGKAT Durrotus Sarofina (H1E014002) Asisten: Rafi Bagaskara.A Tanggal Percobaan: 19/04/2016 PAF15211P-Elektroika Dasar II Laboratorium Elektronika, Instrumentasi

Lebih terperinci

Mengetahui macam-macam derau dalam sistem telekomunikasi. Memahami persamaan derau dalam sistem telekomunikasi. Mengetahui pengaruh derau dalam

Mengetahui macam-macam derau dalam sistem telekomunikasi. Memahami persamaan derau dalam sistem telekomunikasi. Mengetahui pengaruh derau dalam Mengetahui macam-macam derau dalam sistem telekomunikasi. Memahami persamaan derau dalam sistem telekomunikasi. Mengetahui pengaruh derau dalam sistem telekomunikasi. Derau atau yang sering dikenal dengan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika UTS Fisika Latihan 2 Kelas 12 Doc. Name: AR12FIS02UTS Version: 2014-10 halaman 1 01. Gelombang transversal pada tali horizontal dengan panjang gelombang 8 m merambat dengan kelajuan

Lebih terperinci

BAB II ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK

BAB II ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK 14 BAB II ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK Seperti dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa pada tidak dapat dipisahkan dari penyusunnya sendiri, yaitu berupa elemen atau komponen. Pada bab ini akan dibahas elemen

Lebih terperinci