AKUMULASI TIMBAL (Pb) PADA DAUN BAMBU PAGAR Bambusa multiplex (Lour) Raeusch. Ex Schult. & Schult. f. DI KOTA MAKASSAR ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AKUMULASI TIMBAL (Pb) PADA DAUN BAMBU PAGAR Bambusa multiplex (Lour) Raeusch. Ex Schult. & Schult. f. DI KOTA MAKASSAR ABSTRAK"

Transkripsi

1 1 AKUMULASI TIMBAL (Pb) PADA DAUN BAMBU PAGAR Bambusa multiplex (Lour) Raeusch. Ex Schult. & Schult. f. DI KOTA MAKASSAR ABSTRAK Analisis timbal (Pb) daun bambu pagar Bambusa multiplex (Lour) dari beberapa jalan utama di Makassar, telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Mei 2012, yang bertujuan untuk mengetahui akumulasi timbal daun bambu pagar Bambusa multiplex (Lour) di beberapa tempat di kota Makassar. Analisis sampel di lakukan dengan metode pengabuan basah dan menggunakan peralatan AAS (Atomic Absorpsi Spectrophotometri). Hasil analisis akumulasi timbal daun bambu pagar dengan kisaran antara (0,5 0,75 µg/g). Berdasarkan histogram menunjukkan adanya penurunan luas permukaan daun, jumlah stomata dan kerapatan trikomata seiring dengan naiknya konsentrasi Pb daun diantaranya terjadi penurunan luas permukaan daun pada daerah Metro Tanjung Bunga yaitu (13,16305 cm 2 ) dengan konsentrasi Pb (0,625 µg/g) dibandingkan dengan konsentrasi pb pada daerah Kima dimana luas permukaan daun yaitu (14,21545 cm 2 ) dengan konsentrasi Pb yaitu (0,275 µg/g), penurunan jumlah stomata yaitu pada daerah Kawasan Industri Kima dimana jumlah stomata sebanyak (740/cm 2 ) dan konsentrasi Pb sebesar (0,275 µg/g) dibandingkan dengan kawasan pelabuhan dimana jumlah stomata sebanyak (580/cm 2 ) dan konsentrasi Pb sebsar (0,65 µg/g) sedangkan pada kerapatan stomata ditandai pada daerah Metro Tanjung Bunga dimana daerah tersebut merupakan daerah lokasi penelitian yang memiliki konsentrasi yang tinggi yaitu (0,625 µg/g) dan memiliki kerapatan trikomata yang tinggi yaitu (94,78125/cm 2 ) dibandingkan pada daerah Kawasan Industri Kima (0,275 µg/g) dengan kerapatan trikomata (56,4375/cm 2 ). Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa daun Bambusa multiplex (Lour) mampu mengakumulasi Pb dan akumulasi Pb tidak terlalu mempengaruhi morfologi daun. Kata Kunci : Akumulasi, timbal, bambu pagar dan Bambusa multiplex (Lour) PENDAHULUAN Pencemaran lingkungan telah terjadi dimana-mana, terutama didaerah perkotaan seperti Kota Makassar yang dipadati kendaraan bermotor dan industri. Hal ini penyebab terbesar pencemaran udara. Pencemarannya lebih besar daripada yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia lainnya. Pengaruh pencemaran oleh logam berat telah banyak dilaporkan. Peningkatan jumlah industri, transportasi dan pertambangan mempunyai andil menunjukkan pembangunan dibidang industri dan transportasi juga membawa dampak negatif terhadap kesehatan lingkungan. Kendaraan bermotor merupakan yang besar pula dalam peningkatan jumlah zat pencemar logam. Peningkatan jumlah pencemar tersebut sangat mengkhawatirkan karena akan merusak lingkungan biotik dan abiotik (Imanuddin, 2001) Menurut Fergusson (1990) bahan pencemar (polutan) yang

2 2 berasal dari gas kendaraan bermotor umumnya berupa gas hasil sisa pembakaran dan partikel logam berat seperti timbal (Pb). Timbal (Pb) yang dikeluarkan dari kendaraan bermotor rata-rata berukuran 0,02-0,05 µm (Antari dan Sundra, 2002). Timbal adalah logam berat yang paling banyak terdapat di lingkungan, sangat mudah digunakan dan berdampak negatif yang sangat kuat pada setiap tingkatan makanan (Tzalev dan Zaprianov, 1995 dalam Antari dan Sundra 2002). Partikel logam berat timbal yang berasal dari emisi kendaraan bermotor akan mencemari, udara, tanaman, hewan, dan manusia dengan berbagai cara seperti sedimentasi, presipitasi dan inhalasi (Parsa, 2001 dalam Antari dan Sundra, 2002). Timbal (Pb) sangat berbahaya bagi manusia karena mekanisme masuknya timbal ke dalam tubuh manusia dapat melalui sistem pernapasan, pencernaan ataupun langsung melalui permukaan kulit. Daya racun timbal dapat mengakibatkan peradangan pada mulut, menyebabkan diare, juga dapat mengakibatkan anemia, mual dan sakit di sekitar perut serta kelumpuhan (Hamidah, 1980 dalam Antari dan Sundra, 2002). Kandungan timbal di sekitar jalan raya atau kawasan perkotaan sangat tergantung pada kecepatan lalu lintas, jarak terhadap jalan raya, arah dan kecepatan angin, cara mengendarai dan kecepatan kendaraan (Parsa, 2001). Bioakumulasi timbal terhadap daun pada tanaman akan lebih banyak terjadi pada tanaman yang tumbuh di pinggir jalan besar yang padat kendaraan bermotor (Sastrawijaya, 1996 dalam Antari dan Sundra, 2002). Menurut Kovack (1992) dalam Karliansyah (1999), salah satu cara pemantauan pencemaran udara adalah dengan menggunakan tumbuhan sebagai bioindikator. Kemampuan masing-masing tumbuhan untuk menyesuaikan diri berbeda-beda sehingga menyebabkan adanya tingkat kepekaan, yaitu sangat peka, peka dan kurang peka. Tingkat kepekaan tumbuhan ini berhubungan dengan kemampuannya untuk menyerap dan mengakumulasikan logam berat. sehingga tumbuhan adalah bioindikator pencemaran yang baik. Dengan demikian daun merupakan organ tumbuhan sebagai bioindikator yang paling peka terhadap pencemaran (Antari dan Sundra, 2002). Tanaman pagar merupakan tanaman yang ditanam sebagai pembatas selain berfungsi sebagai pembatas kavling atau kepemilikan, ada beberapa fungsi dan manfaat lain dari penggunaan tanaman pagar. Hal yang paling fungsional adalah sebagai filter atau penyaring suara, debu, dan sebagai penyerap usnsur pencemar (Werdiningsih, 2007). Menurut Werdiningsih (2007), tanaman jenis perdu yang sering digunakan sebagai pagar hidup dapat menyerap dengan baik gas gas pencemar udara, seperti timbal, CO 2, dan

3 3 NO serta hasil buangan knalpot kendaraan bermotor hingga 70% lebih. Pohon bambu pagar Bambusa multiplex merupakan jenis tanaman yang cukup banyak digunakan di kota Makassar sebagai tanaman pereduksi polusi. Hal ini karena tanaman tersebut memiliki karakter seperti permukaan daun berbulu yang merupakan sebagian kriteria tanaman sebagai pereduksi polusi (Universitas Pendidikan, 2003) lalu menurut Kozlowski (1991) bahwa pada kebanyakan pencemaran udara, menyebabkan kerusakan dan perubahan fisiologi tanaman yang kemudian diekspresikan dalam gangguan pertumbuhan baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan daun. Luasan daun dari suatu pohon dan tegakan pohon yang terekspose langsung ke pencemar udara dapat berkurang karena pembentukan dan kecepatan abisi daun. Dan juga Kozlowski (1991) menyebutkan bahwa bahan pencemar dapat menyebabkan terjadinya kerusakan fisiologis di dalam tanaman jauh sebelum terjadinya kerusakan fisik berupa penurunan kemampuan tanaman dalam menyerap air dan pembukaan stomata yang tidak sempurna. Berdasarkan hal tersebut di atas maka perlu diadakan penelitian terhadap kandungan timbal (Pb) yang terakumulasi pada daun Bambu Pagar Bambusa Multiplex serta mengetahui pengaruhnya pada luas permukaan daun dari tanaman tersebut dalam mengakumulasi logam berat khususnya timah hitam yang berasal dari kendaraan bermotor. METODE PENELITIAN Prosedur kerja Penentuan Lokasi Cuplikan Penentuan lokasi cuplikan ditentukan berdasarkan tingkat kepadatan kendaraan dan dibeberapa lokasi industri di Kota Makassar yaitu Jalan Nusantara, Jalan Tanjung Bunga dan Kawasan Industri Kima. Sedangkan penentuan pengambilan sampel dilakukan pada beberapa titik pada setiap lokasi yang telah ditentukan. Pengambilan Sampel Daun Pengambilan sampel daun bersifat purposive sampling yaitu memilih tanaman pelindung bambu pagar Bambusa multiplex yang paling dominan di setiap stasiun. Dari setiap lokasi jalan dipilih 1-2 pohon dan dari setiap pohon diambil sampel daun, yaitu anak daun yang diambil adalah yang terletak pada lapisan tajuk paling bawah karena bagian tersebut paling dekat dengan sumber emisi, serta daun yang terdapat pada ujung pohon yang berhubungan dengan udara bebas. Pengukuran Sampel Daun Parameter dari sampel daun yang akan di ukur adalah luas permukaan daun, jumlah stomata, dan jumlah trikomata dari masing-masing sampel daun. Pengukuran Konsentrasi Pb di Daun

4 4 Prosedur pengabuan kering a. Sampel daun dicuci kemudian ditimbang sebanyak 20 gram. b. Sampel daun di potongpotong pada aluminium foil kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu C selama 2 jam. c. Sampel daun yang telah kering dimasukkan di dalam dessikator. d. Sampel dihaluskan dengan menggunakan blender kering. e. Sampel daun di timbang sebanyak 5 gram dan diletakkan di atas cawan porselen. f. Cawan porselen yang berisi sampel daun dimasukkan ke dalam tanur pada suhu 550 o C selama 2 jam hingga menjadi abu. g. Sampel dikeluarkan dari tanur dan di dinginkan pada suhu kamar. Uji Kandungan Logam Timah Hitam (Pb) a. Sampel yang telah di dinginkan di tambahkan dengan HNO 3 sebanyak 5 ml, Kemudian dipanaskan diatas hotplate selama 15 menit. b. Sampel dimasukkan kembali ke dalam tanur dengan suhu C selama 1 jam. c. Sampel di tambahkan dengan aquadest hingga mencapai 50 ml. d. Campuran disaring dengan menggunakan kertas saring. e. Hasil penyaringan kemudian dibaca dengan perangkat AAS (Atomic Absorptions Spectrophotometery). Pengukuran Parameter Lingkungan Parameter lingkungan yang terukur adalah, arah angin, kecepatan angin (km/ha), suhu udara ( o C) dan kelembapan (% Rh). Data parameter lingkungan menggunakan dari sekunder dari Badan Metereologi, Klimatologi Dan Geofikasi (BMKG) Makassar. Pembuatan Preparat Stomata a. Pada permukaan bawah dan permukaan atas daun diberi cutex bening untuk mendapatkan cetakan stomata. b. Cetakan stomata yang telah mengering diambil dengan menggunakan isolasi, kemudian diletakkan diatas objek glass. c. Preparat stomata ini kemudian diamati dibawah mikroskop binokuler dengan perbesaran 20 x 10 untuk melihat jumlah stomata. Pembuatan Preparat Trikomata a. Daun diiris menggunakan cutter dengan ukuran 1 x 1 cm b. Irisan daun kemudian di amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 x 200 untuk melihat jumlah trikomata. Analisis Data Kandungan Pb Data hasil pengukuran kadar Pb sampel daun dengan

5 5 menggunakan AAS, kemudian ditentukan dengan teknik kurva kalibrasi berupa garis linier, sehingga dapat diketahui konsentrasi sampel dari absorbansi yang terukur. Lebih lanjut setelah konsentrasi pengukuran diketahui maka kandungan sebenarnya dalam sampel kering dapat ditentukan dengan rumus perhitungan berikut ini (Badan Besar Laboratorium Kesehatan Masayarakat, 2010) : Keterangan : M = Kandungan Pb dalam sampel (μg/g) C = Konsentrasi yang diperoleh dari Kurva Kalibrasi (μg/ml) V = Volume larutan sampel (ml) B = Bobot sampel (g) Data hasil perhitungan kandungan kadar timbal (Pb) pada daun bambu pagar Bambusa multiplex disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan grafik.

6 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil analisis akumulasi timbal (Pb) pada daun bambu pagar Bambusa multiplex (Lour) di 3 lokasi peneliatian pada bulan Maret 2012 dan hasilnya disajikan dalam Tabel 2 berikut ini Tabel 2. Akumulasi timbal (Pb) pada daun bambu pagar Bambusa multiplex (Lour) pada bulan Maret 2012 No Lokasi Bambu pagar Bambusa multiplex (Lour) Atas (µg/g) Bawah (µg/g) 1 Kawasan Industri Kima 0,50 0,05 Jalan Metro Tanjung 2 Bunga 0,75 0,50 3 Jalan Nusantara (Pelabuhan Makassar) 0,75 0,55 Rata-rata 0,66 0,36 Berdasarkan hasil analisis kandungan timbal (Pb) pada tabel 2 di atas, akumulasi Pb pada daun Bambusa multiplex jauh lebih kecil dibandingkan dengan temuan-temuan penelitian lainnya seperti Hibiscus tiliaceus L. dengan ratarata konsentrasi Pb 6,07 µg/g, S. Sanam (Jacq.) Merr. dengan rata-rata konsentrasi Pb 3,97 µg/g (Surni, 2010), S. macrophylla dengan rata-rata konsentrasi 0,6530 µg/g (Sembiring,2006).

7 KIMA TANJUNGPELABUHAN Tajuk atas Tajuk bawah Gambar 4. Grafik akumulasi timbal (Pb) Akumulasi timbal (Pb) pada daun bambu pagar Bambusa multiplex (Lour) pada bulan Maret Pada gambar 4 bahwa hasil analisis timbal tidak terlalu berbeda jauh. Pada gambar 4 diatas dapat dilihat bahwa akumulasi timbal tertinggi berada pada sampel yang diambil pada bagian daun tajuk atas dari jalan Nusantara (Pelabuhan Makassar) yaitu 0,75 µg/g. Akumulasi Pb terendah berada sampel yang di ambil pada bagian bawah daun dari Kawasan Industri Kima yaitu 0,05 µg/g. Hasil akumulasi timbal yang diambil pada bagian bawah daun dari Kawasan Industri Kima berbeda dengan hasil akumulasi timbal yang diambil pada bagian atas daun yaitu 0,5 µg/g. Hubungan Perbandingan Timbal Dengan Luas Permukaan Daun Kima Tanjung Pelabuhan LPD ( cm2) Konsentrasi Pb (µg/g) Gambar 5. Hubungan konsentrasi Pb dengan luas permukaan daun Bambusa multiplex Gambar 4 menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan penurunan luas permukaan daun seiring meningkatnya konsentrasi Pb. Terlihat pada gambar 4 diatas ratarata luas permukaan daun mengalami penurunan pada daerah Tanjung yaitu 13,16 cm 2 dengan

8 8 konsentrasi Pb 0,62 µg/g dibandingkan dengan konsentrasi pb pada daerah Kima dimana luas permukaan daun yaitu 14,21 cm 2 dengan konsentrasi Pb yaitu 0,27 µg/g. Hubungan Perbandingan Timbal Dengan Jumlah Stomata Gambar 6. Hubungan konsentrasi dengan jumlah stomata pada multiplex Bambusa Gambar 6 menunjukkan adanya kecenderungan penurunan jumlah stomata seiring dengan meningkatnya konsentrasi Pb pada daun yaitu pada daerah Kawasan Industri Kima dimana jumlah stomata sebanyak 740/cm 2 dan konsentrasi Pb sebesar 0,27 µg/g dibandingkan dengan kawasan pelabuhan dimana jumlah stomata sebanyak 580/cm 2 dan konsentrasi Pb sebsar 0,65 µg/g.

9 9 Hubungan Perbandingan Timbal Dengan Jumlah Trikomata Kerapatan Trikomata (/cm2) Konsentrasi Pb (µg/g) Kima Tanjung Pelabuhan Gambar 7. Hubungan konsentrasi Pb dengan jumlah trikomata pada Bambusa multiplex Gambar 7 dapat dilihat bahwa kerapatan trikomata mempengaruhi absorpsi Pb hal ini ditandai pada daerah Tanjung dimana daerah tanjung merupakan daerah lokasi penelitian yang memiliki konsentrasi yang tinggi yaitu 0,62 µg/g dan memiliki kerapatan trikomata yang tinggi yaitu 94,78/cm 2.

10 10 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis akumulasi timbal (Pb) pada daun bambu pagar Bambusa multiplex Lour dari beberapa jalan utama di Kota Makassar dapat disimpulkan bahwa Bambusa multiplex Lour memiliki kemampuan mengakumulasi Pb cukup kecil dengan kisaran antara 0,50 0,75 µg/g. Saran Hasil penelitian yang telah dilaksanakan ini maka penulis menyarankan agar adanya tindak lanjut penelitian ini untuk meneliti mengenai jerapan daun. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, F. U Mari Hindari Jelaga Udara. Republika. om. Diakses pada Selasa, 9 Almaendah Jenis-Jenis Bambu di Indonesia. Jawa Barat. com. Diakses pada Selasa, 9 Antari J. dan Ketut S., Kandungan Timah Hitam (Plumbum) Pada Tanaman Peneduh Jalan Di Kota Denpasar. Diakses pada Selasa, 9. Bambu Organik Sungai, Bambubos. Diakses pada Kamis, 8 Maret 2012 Budiyono, A., Pencemaran Udara : Dampak Pencemaran Udara Pada lingkungan. Jurnal Penelitian Bidang Pengkajian Ozon dan Polusi Udara Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim. Diakses pada Rabu, 27 Juni Bunawas Mari Hindari Jelaga Udara. Republika. Diakses pada Selasa, 9 Dahlan, E.N Studi Kemampuan Tanaman dalam Menyerap Timbal Emisi dari Kendaraan Bermotor. Jurnal Program Pasca sarjana IPB. Fardiaz, S Polusi air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta. Faust, S. D., Dan O. M. Aly Chemistry of Natural Water. New York.

11 11 Diakses Selasa pada 23 Imanuddin Penyerapan Logam Timbel (Pb) Pada Tanaman Singkong (Manihot esculenta crantz) Di tepi Jalan Tol Jakarta-Bogor. Jurnal IPB. Diakses pada Rabu, 27 Juni Jones, L. H. P. Dan S. C. Jarvis The Fate of Heavy Metals In Greenland. New York. Diakses Selasa pada 23 Jurnal universitas pendidikan Kajian Mengenai Timbal (Pb) Kangkung Air (Ipomoea aquatica Forsk) dan Transportasi Pada Tumbuhan. Jurnnal Universitas Pendidikan. Diakses pada Rabu, 27 Juni Karliansyah, N.W Klorofil Daun Angsana Dan Mahoni Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara, Lingkungan Dan Pembangunan. Jurnal Pusat Studi Lingkungan Seluruh Indonesia. Diakses pada Selasa, 9. Kozlowski, T.T.P.J. Kramer. S. G. Pallarady The Physiological Ecology of Woody Plants. Diakses Selasa pada 23 Meetham, A. R Atmospheric Pollution: Its Origin and Prevention. Perganon Press. New York. Diakses Selasa pada 23 Metcalf dan Eddy Waste Water Engineering. New Delhi. Diakses Selasa pada 23 Mulyani, S., Turunan Epidermis. Diakses pada Senin, 09 April 2012 Parsa, K Penentuan Kandungan Pb Dan Penyebaran di Dalam Tanah Pertanian Disekitar Jalan Raya Kemenuh, Gianyar. Jurnal UNUD. Diakses pada Selasa, 9. Pembangunan Kesehatan Indonesia Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya Bagi Kesehatan. Jurnal Departemen Kesehatan. Diakses pada Selasa, 9. Purnomohadi, S., Peran Ruang Terbuka Hijau Dalam Pengendalian Kualitas Udara di DKI Jakarta. Jurnal Pascasarjana, IPB. Bogor. Rustiawan, A Kandungan Logam Berat Timah Hitam Pada Komoditi Buah-Buahan dan Sayuran di DKI Jakarta. Jurnal Pascasarjana, IPB. Bogor Rahayu, L Analisis Jumlah Klorofil dan Kandungan Logam Berat Pb dalam Jaringan daun Akibat Pencemaran Lalu Lintas.

12 12 Jurnal IPB. Diakses pada Rabu, 27 Juni Saeni, M.S Penentuan Tingkat Pencemaran Logam Berat dengan Analisis Rambut. Jurnal IPB. Diakses pada Rabu, 27 Juni Sembiring, E, Dan Sulistyawati, E., Akumulasi Pb dan Pengaruhnya Pada Kondisi Daun Swietenia macrophylla King. Jurnal Universitas Sumatera Utara. Diakses pada 25 Agustus Siregar, E. B. M., Pencemaran Udara, Respon Tanaman dan Pengaruhnya Pada Manusia. Fakultas Pertanian, Program Studi Kehutanan. Universitas Sumatra Utara. Medan. Siringoringo, H.H., Kemampuan Beberapa Jenis Hutan Kota Dalam Menyerap Partikulat Timbal. Jurnal Departemen Kehutanan Indonesia. Suhadiyah, S Studi Adsorbsi Timbal (Pb) pada Kulit Batang Kersen (Muntingia calabura) dan Glodogan Tiang (Polyathia longifolia Bent & Hook. F. Var Pendula) di Makassar, Sulawesi Selatan. Jurnal Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin. Diakses pada Rabu 27 April Surni, Analisis Timbal ( Pb) Daun Waru Hibiscus tiliaceus L. dan Daun Ki Hujan Samanea saman (Jacq.) Merr dari Beberapa Jalan Utama Di Makassar. Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Jurusan Biologi, Universitas Hasanuddin. Makassar. Susanti, Evi Stomata Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara Sektor Transportasi. Jurnal ITB Bandung. Diakses pada selasa 25 Agustus Taihuttu, H, N Studi Kemampuan Tanaman Jalur Hijau Sebagai Penjerap Partikulat Hasil Emisi Kendaraan Bermotor. Jurnal TPB Bogor. Diakses pada selasa 25 agustus Tsalev, D. L. Dan Z. K. Zaparianov Atomic Spectroscopy Occuption and Enivromental Health. Florida. Diakses Selasa pada 23 Universitas Sumatera Utara Pencemaran Udara dan Sumber Bahan Pencemar. Jurnal Universitas Sumatera Utara. Diakses pada Selasa, 9. Werdiningsih, H., Kajian Penggunaan Tanaman Sebagai Alternatif Pagar Rumah. Diakses pada Selasa, 9. Widiriani, R Kandungan Timbal Pada Tanaman Teh dan Tanah di Perkebunan Gunung Mas Bogor. Diakses pada Selasa, 9.

13 13

BAB I PENDAHULUAN. dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara semakin hari semakin memprihatinkan. Terutama dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut Ismiyati dkk (2014), kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun di Indonesia terjadi peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang cukup besar. Di sisi lain dengan makin meningkatnya jumlah kendaraan dan pemakaian bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandung merupakan kota dengan aktivitas masyarakat yang tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung dikunjungi banyak masyarakat

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pencemaran Udara, Timbal (Pb), Daun Mahoni (Swietenia mahagoni), Daun Mangga (Mangifera indica l)

Kata Kunci : Pencemaran Udara, Timbal (Pb), Daun Mahoni (Swietenia mahagoni), Daun Mangga (Mangifera indica l) PERBEDAAN EFEKTIVITAS DAUN MAHONI (Swietenia mahagoni) DAN DAUN MANGGA (Mangifera indica l) DALAM MENYERAP TIMBAL (Pb) DI UDARA Djubaida, Dian Saraswati, Sri Manovita Pateda 1 djubaidakesmas@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar udara di banyak kota besar di dunia, termasuk Indonesia. Emisi gas buangan kendaraan bermotor memberikan

Lebih terperinci

KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA TANAMAN PENEDUH DI JALAN TUANKU TAMBUSAI KOTA PEKANBARU

KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA TANAMAN PENEDUH DI JALAN TUANKU TAMBUSAI KOTA PEKANBARU KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA TANAMAN PENEDUH DI JALAN TUANKU TAMBUSAI KOTA PEKANBARU CONTENT OF LEAD (Pb) IN SHADE PLANTS OF TUANKU TAMBUSAI STREET IN PEKANBARU Indah Sulistyo Ningrum 1, Defri Yoza 2, Tuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemar kendaraan bermotor di kota besar makin terasa. Pembakaran bensin dalam kendaraan bermotor merupakan lebih dari separuh penyebab polusi udara. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan campuran beberapa gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitar. Udara juga adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sarana dan prasarana fisik seperti pusat-pusat industri merupakan salah satu penunjang aktivitas dan simbol kemajuan peradaban kota. Di sisi lain, pembangunan

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. jalan Malioboro kota Yogyakarta disimpulkan sebagai berikut : 1. Kandungan rata-rata timbal (Pb) pada daun Batavia (Jatropha

V. SIMPULAN DAN SARAN. jalan Malioboro kota Yogyakarta disimpulkan sebagai berikut : 1. Kandungan rata-rata timbal (Pb) pada daun Batavia (Jatropha 28 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Hasil penelitian terhadap kandungan timbal (Pb) tanaman peneduh Batavia di jalan Malioboro kota Yogyakarta disimpulkan sebagai berikut : 1. Kandungan rata-rata timbal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pencemaran udara adalah proses masuknya atau dimasukkannya zat pencemar ke udara oleh aktivitas manusia atau alam yang menyebabkan berubahnya tatanan udara sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar belakang Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Tetapi keberadaan jalur hijau jalan pada saat ini di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu mengadakan kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini termasuk ke dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini termasuk ke dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif karena tidak dilakukan perlakuan terhadap objek yang diuji (Nazir,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1 Lokasi, jenis industri dan limbah yang mungkin dihasilkan

PENDAHULUAN. Tabel 1 Lokasi, jenis industri dan limbah yang mungkin dihasilkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Batam sebagai salah satu daerah industri yang cukup strategis, membuat keberadaan industri berkembang cukup pesat. Perkembangan industri ini di dominasi oleh industri berat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian jenis penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode yang menjelaskan/menggambarkan suatu keadaan berdasarkan fakta dilapangan dan tidak

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian adalah galah bambu, kantong plastik, ice box, kertas ph, gunting, oven, timbangan

Lebih terperinci

Keywords: accumulation, lead (Pb), Hibiscus tiliaceus L., Samanea Saman (Jacq.) Merr. PENDAHULUAN

Keywords: accumulation, lead (Pb), Hibiscus tiliaceus L., Samanea Saman (Jacq.) Merr. PENDAHULUAN STUDI BANDING AKUMULASI TIMBAL (Pb) PADA DAUN Hibiscus tiliaceus L. DAN DAUN KI HUJAN Samanea Saman (Jacq.) Merr. DI MAKASSAR Sri Suhadiyah*, Muhammad Ruslan Umar*, Surni** Jurusan Biologi FMIPA UNHAS

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah daun Angsana (Pterocarpus indicus Willd.), HNO 3 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan akan menyebabkan kualitas lingkungan menurun karena tingginya aktivitas manusia. Perkembangan kota seringkali diikuti

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA Putri Ayuningtias Mahdang, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1 ayumahdang@gmail.com Program Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkembang pesat, khususnya dalam bidang teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkembang pesat, khususnya dalam bidang teknologi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang berkembang pesat, khususnya dalam bidang teknologi, serta meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor dan jasa angkutan umum sebagai sarana transportasi,

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. Oleh WIWIN LAHILA Telah Diperiksa Dan Disetujui Untuk Diuji Pada Ujian Sarjana

LEMBAR PENGESAHAN. Oleh WIWIN LAHILA Telah Diperiksa Dan Disetujui Untuk Diuji Pada Ujian Sarjana LEMBAR PENGESAHAN Jurnal Yang Berjudul: Potensi Tanaman Mahoni (Swietenia mahagoni (L) Jacq) Sebagai Fitoremediasi Logam Timbal (Pb) Oleh WIWIN LAHILA 441 410 021 Telah Diperiksa Dan Disetujui Untuk Diuji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri,

Lebih terperinci

ke tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif

ke tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif PEMBAHASAN UMUM Dalam studi ini salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji hubungan antara konsentrasi partikel Pb yang berasal dari emisi kendaraan bermotor dengan besarnya penurunan konsentrasi

Lebih terperinci

KANDUNGAN TIMAH HITAM ( PLUMBUM) PADA TANAMAN PENEDUH JALAN DI KOTA DENPASAR

KANDUNGAN TIMAH HITAM ( PLUMBUM) PADA TANAMAN PENEDUH JALAN DI KOTA DENPASAR KANDUNGAN TIMAH HITAM ( PLUMBUM) PADA TANAMAN PENEDUH JALAN DI KOTA DENPASAR A.A Raka Juni Antari 1 ), I Ketut Sundra 2 ) 1 Alumni Jurusan Biologi F. MIPA-UNUD, 2 Jurusan Biologi F. MIPA-UNUD Abstract

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap lingkungan hidup telah diawali sejak konferensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap lingkungan hidup telah diawali sejak konferensi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian dunia terhadap lingkungan hidup telah diawali sejak konferensi PBB tentang lingkungan hidup di Stockholm pada bulan Juni 1972. Permasalahan lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percepatan pertumbuhan di sektor transportasi dapat dilihat dan dirasakan dampaknya terhadap kehidupan manusia. Perkembangan transportasi yang semakin pesat dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan alam, semakin menambah kepekatan udara (Yuantari, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan alam, semakin menambah kepekatan udara (Yuantari, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat polusi terparah di dunia. Terlebih lagi dengan semakin banyaknya pengguna kendaraan bermotor yang tidak peduli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang ada 37 perusahaan (5,65%). Industri berskala kecil ada 144 perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sedang ada 37 perusahaan (5,65%). Industri berskala kecil ada 144 perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa daerah di Jawa Timur yang mengalami perkembangan yang pesat dari sektor industri salah satunya di Kecamatan Ngoro. Jumlah perusahaan industri pengolahan di

Lebih terperinci

No. Responden : KUESIONER PENELITIAN

No. Responden : KUESIONER PENELITIAN No. Responden : KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN MAHASISWA USU PENGENDARA SEPEDA MOTOR DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DI MEDAN TAHUN 2011 Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan

Lebih terperinci

karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan

karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan 33 karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan polimer yang lebih kuat dan tebal. Canister model

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, terutama di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, terutama di negara-negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi sebagai tulang punggung manusia mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi pencemaran udara. Pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

Analisis Kandungan Timbal (Pb) pada Daun Tamarindus indica dan Samanea saman di Kecamatan Garum Kabupaten Blitar

Analisis Kandungan Timbal (Pb) pada Daun Tamarindus indica dan Samanea saman di Kecamatan Garum Kabupaten Blitar SP-017-7 Manik et al. Analisis Kandungan Pb pada Daun Tamarindus indica dan Samanea saman di Kec.Garum-Blitar Analisis Kandungan Timbal (Pb) pada Daun Tamarindus indica dan Samanea saman di Kecamatan Garum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksploratif, untuk mengetahui tingkat pencemaran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksploratif, untuk mengetahui tingkat pencemaran 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksploratif, untuk mengetahui tingkat pencemaran logam berat timbal (Pb) pada tiap lokasi di perairan Waduk Sengguruh. Kecamatan

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan atau menginterpretasikan datadata yang

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN UDARA OLEH TIMBAL (Pb) PADA AREA PARKIR (STUDI KASUS KAMPUS UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG)

STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN UDARA OLEH TIMBAL (Pb) PADA AREA PARKIR (STUDI KASUS KAMPUS UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG) INFOMATEK Volume 18 Nomor 1 Juni 2016 STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN UDARA OLEH TIMBAL (Pb) PADA AREA PARKIR (STUDI KASUS KAMPUS UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG) Astri W Hasbiah *), Lili Mulyatna, Fazari Musaddad

Lebih terperinci

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, untuk mengetahui respon

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, untuk mengetahui respon BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, untuk mengetahui respon biologis tumbuhan eceng gondok (Eichornia crassipes) akibat pencemaran ogam berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang sangat pesat di bidang perekonomian dan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang sangat pesat di bidang perekonomian dan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan yang sangat pesat di bidang perekonomian dan pembangunan di Indonesia khususnya kota-kota besar seperti Kota Bandung dapat menimbulkan dampak positif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan jalan memiliki fungsi yang sangat penting yaitu sebagai prasarana untuk memindahkan/transportasi orang dan barang, dan merupakan urat nadi untuk mendorong

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor. Sekitar

Lebih terperinci

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : AMBAR YULIASTUTI L2D 004 294 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan hidup merupakan masalah yang penting karena memberikan pengaruh bagi kesehatan individu dan masyarakat. Faktor yang menyebabkan penurunan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif bagi masyarakat dengan terpenuhinya berbagai macam kebutuhan hidup dan tersedianya lapangan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi

Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi Gambar 6. Sayur Sawi yang dijadikan Sampel Lampiran 2. Perhitungan Penetapan Kadar Air Metode Gravimetri a. Penetapan Bobot Tetap Cawan Kosong Dengan pernyataan bobot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

Universitas Negeri Makassar, Jl. Dg Tata Raya Makassar, Makassar

Universitas Negeri Makassar, Jl. Dg Tata Raya Makassar, Makassar 85 Analisis Kandungan Timbal (Pb) Pada Daun Trembesi (Samanea Saman (Jacq.) Merr) Di Jalan Perintis Kemerdekaan Makassar Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Analysis of Lead (Pb) in Leaves

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di jalur hijau jalan yang terdapat di Jalan Tol Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi). Analisis konsentrasi partikel timbal udara dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran adalah suatu hal yang telah lama menjadi permasalahan bagi kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan dapat menyebabkan dampak

Lebih terperinci

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 1, Januari 2011, Halaman ISSN:

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 1, Januari 2011, Halaman ISSN: Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 1, Januari 2011, Halaman 073 079 ISSN: 2085 1227 Penurunan Logam Timbal (Pb) pada Limbah Cair TPA Piyungan Yogyakarta dengan Constructed Wetlands Menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan ekosistem buatan yang terjadi karena campur tangan manusia dengan merubah struktur di dalam ekosistem alam sesuai dengan yang dikehendaki (Rohaini, 1990).

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL

ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA POHON ANGSANA (Pterocarpus indicus) DAN GLODOGAN (Polyalthia longifolia Bent & Hook. F) DI BEBERAPA RUAS JALAN UTAMA KECAMATAN WLINGI KABUPATEN BLITAR DAN PEMANFAATANNYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, banyak terjadi perubahan dalam berbagai hal, khususnya dalam hal peningkatan jumlah kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi. Seiring dengan kenaikan

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN STRUKTUR MORFOLOGI DAN ANATOMI DAUN MAHONI

STUDI PERBANDINGAN STRUKTUR MORFOLOGI DAN ANATOMI DAUN MAHONI STUDI PERBANDINGAN STRUKTUR MORFOLOGI DAN ANATOMI DAUN MAHONI (Swietenia mahagoni Jacq.) ANTARA DAERAH KEDUNGHALANG KOTA BOGOR DENGAN DAERAH CIAPUS KABUPATEN BOGOR Wahyu Hening Kartiko, Ismanto, Sri Wiedarti

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii. ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL...viii. DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii. ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL...viii. DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL...viii DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR TIMBAL (Pb) DI UDARA BADAN JALAN BERDASARKAN KERAPATAN TANAMAN PENGHIJAUAN DAN DENSITAS KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG

PERBEDAAN KADAR TIMBAL (Pb) DI UDARA BADAN JALAN BERDASARKAN KERAPATAN TANAMAN PENGHIJAUAN DAN DENSITAS KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG J. Kesehat. Masy. Indones. 8(1): 2013 ISSN 1693-3443 PERBEDAAN KADAR TIMBAL (Pb) DI UDARA BADAN JALAN BERDASARKAN KERAPATAN TANAMAN PENGHIJAUAN DAN DENSITAS KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG Naim Fachruli

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengelompokan tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengelompokan tanaman 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelompokan tanaman Hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap sampel daun untuk mengetahui ukuran stomata/mulut daun, dapat dilihat pada tabel 3. Pada tabel 3 ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi saat ini menjadi masalah yang sangat penting karena dapat mengindikasikan kemajuan suatu daerah. Transportasi sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan fisik kota yang ditentukan oleh pembangunan sarana dan prasarana. Lahan yang seharusnya untuk penghijauan

Lebih terperinci

Analisis dan Pemetaan Tingkat Polusi Udara di Zona Pendidikan (Studi Kasus : Wilayah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dan Universitas Jambi)

Analisis dan Pemetaan Tingkat Polusi Udara di Zona Pendidikan (Studi Kasus : Wilayah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dan Universitas Jambi) Analisis dan Pemetaan Tingkat Polusi Udara di Zona Pendidikan (Studi Kasus : Wilayah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dan Universitas Jambi) Vandri Ahmad Isnaini 1, Indrawata Wardhana 2, Rahmi Putri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian ini termasuk eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian ini termasuk eksperimen BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian ini termasuk eksperimen karena telah dilakukan manipulasi terhadap objek penelitian dan terdapat kontrol

Lebih terperinci

PENGARUH POLUTAN TERHADAP STRUKTUR MORFOLOGI STOMATA DAUN TREMBESI (Samanea saman (Jacg) Merr)

PENGARUH POLUTAN TERHADAP STRUKTUR MORFOLOGI STOMATA DAUN TREMBESI (Samanea saman (Jacg) Merr) Biologi dan Pendidikan Biologi http://biota.ac.id/index.php/jb (2017), 10:2 p.210-224 DOI: http://dx.doi.org/10.20414/jb.v10i2.14 PENGARUH POLUTAN TERHADAP STRUKTUR MORFOLOGI STOMATA DAUN TREMBESI (Samanea

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan senyawa Tetra Ethyl Lead (TEL) sebagai zat aditif bensin yang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan senyawa Tetra Ethyl Lead (TEL) sebagai zat aditif bensin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara di Indonesia sebesar 70% disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor yang menyumbangkan hampir 98% timbal ke udara. Emisi tersebut merupakan hasil samping

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Waktu, Lokasi Pengambilan Tanah Gambut dan Tempat Penelitian Bahan gambut berasal dari Kabupaten Dumai, Bengkalis, Indragiri Hilir, Siak, dan Kampar, Provinsi Riau dari

Lebih terperinci

ANALISIS ION LOGAM Cu DAN Zn DALAM CONTOH SEDIMEN, AKAR, KULIT BATANG DAN DAUN TANAMAN MANGROVE Avicenia marina DENGAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

ANALISIS ION LOGAM Cu DAN Zn DALAM CONTOH SEDIMEN, AKAR, KULIT BATANG DAN DAUN TANAMAN MANGROVE Avicenia marina DENGAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM ANALSS ON LOGAM Cu DAN Zn DALAM CONTOH SEDMEN, AKAR, KULT BATANG DAN DAUN TANAMAN MANGROVE Avicenia marina DENGAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM Fitriani, Syarifudding Liong dan Maming Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

Peta PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Sumber: Gambar 3. Lokasi Penelitian

Peta PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Sumber:  Gambar 3. Lokasi Penelitian 25 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 bulan, berlangsung dari bulan Maret 2010 sampai bulan Agustus 2010. Penelitian ini mengambil tempat di Kawasan Industri PT Pindo

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II ISBN : 978-602-97522-0-5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan peradaban kota, kebutuhan akan sarana dan prasarana semakin meningkat, seperti perkembangan pusat-pusat industri dan meningkatnya volume

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gas seperti sulfur dioksida vulkanik, hidrogen sulfida, dan karbon monoksida selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gas seperti sulfur dioksida vulkanik, hidrogen sulfida, dan karbon monoksida selalu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Udara Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali. Beberapa gas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas kehidupan yang sangat tinggi yang dilakukan oleh manusia ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tatanan lingkungan

Lebih terperinci

PENURUNAN POLUSI TIMBAL OLEH JALUR HIJAU TANJUNG (Mimusops elengi Linn) DI TAMAN MONAS JAKARTA PUSAT

PENURUNAN POLUSI TIMBAL OLEH JALUR HIJAU TANJUNG (Mimusops elengi Linn) DI TAMAN MONAS JAKARTA PUSAT PENURUNAN POLUSI TIMBAL OLEH JALUR HIJAU TANJUNG (Mimusops elengi Linn) DI TAMAN MONAS JAKARTA PUSAT [Decreasing Lead Pollution by Tanjung (Mimusops elengi Linn) Green Belt in Taman Monas, Central Jakarta]

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Proses pengambilan sampel dilakukan di Perairan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta pada tiga

Lebih terperinci

AKUMULASI TIMBAL (Pb) DAN STRUKTUR STOMATA DAUN PURING (Codiaeum variegatum Lam. Blume)

AKUMULASI TIMBAL (Pb) DAN STRUKTUR STOMATA DAUN PURING (Codiaeum variegatum Lam. Blume) AKUMULASI TIMBAL (Pb) DAN STRUKTUR STOMATA DAUN PURING (Codiaeum variegatum Lam. Blume) ACCUMULATION OF LEAD (Pb) AND STRUCTURE OF LEAF STOMATA CROTON (Codiaeum variegatum Lam. Blume) Susi Sulistiana*

Lebih terperinci

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 Pada pengujian periode I nilai NO 2 lebih tinggi dibandingkan dengan periode II dan III (Gambar 4.1). Tinggi atau rendahnya konsentrasi NO 2 sangat dipengaruhi oleh berbagai

Lebih terperinci

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan 83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan salah satu jenis metode penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM Izzati Winda Murti 1 ), Joni Hermana 2 dan R. Boedisantoso 3 1,2,3) Environmental Engineering,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskritif yaitu metode yang menjelaskan atau menggambarkan suatu keadaan berdasarkan fakta di lapangan dan tidak

Lebih terperinci

STUDI KETERKAITAN PENYEBARAN Pb, DEBU dan CO DENGAN KESEHATAN MASYARAKAT

STUDI KETERKAITAN PENYEBARAN Pb, DEBU dan CO DENGAN KESEHATAN MASYARAKAT STUDI KETERKAITAN PENYEBARAN Pb, DEBU dan CO DENGAN KESEHATAN MASYARAKAT Abstrak Jumlah kendaraan yang beroperasi di Kota Jakarta dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, hal ini menyebabkan emisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS DEPURASI UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd DALAM DAGING KERANG DARAH (Anadara granossa)

EFEKTIFITAS DEPURASI UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd DALAM DAGING KERANG DARAH (Anadara granossa) EFEKTIFITAS DEPURASI UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd DALAM DAGING KERANG DARAH (Anadara granossa) D 03 Putut Har Riyadi*, Apri Dwi Anggo, Romadhon Prodi Teknologi Hasil Perikanan, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Kota Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Kota Gorontalo. 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1.1 Lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN Pengambilan sampel dilakukan di TPA Tanjung Kramat, selanjutnya pemeriksaan dan analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan faktor penting kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Perubahan

Lebih terperinci

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN IDENTIFIKASI SEBARAN LOGAM BERAT PADA TANAH LAPISAN ATAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN SUSEPTIBILITAS MAGNETIK DI BEBERAPA RUAS JALAN DI SEKITAR PELABUHAN TELUK BAYUR PADANG Ulfa Yulius, Afdal Laboratorium Fisika

Lebih terperinci

Biosaintifika 6 (1) (2014) Biosaintifika. Journal of Biology & Biology Education.

Biosaintifika 6 (1) (2014) Biosaintifika. Journal of Biology & Biology Education. Biosaintifika 6 (1) (2014) Biosaintifika Journal of Biology & Biology Education http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosaintifika Uji Kandungan Timbal (Pb) dalam Daun Tanaman Peneduh di Jalan Protokol

Lebih terperinci

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Oleh: ANA KUSUMAWATI Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. buang tanpa adanya pengolahan limbah yang efesien dan terbuang mengikuti arus

BAB 1 PENDAHULUAN. buang tanpa adanya pengolahan limbah yang efesien dan terbuang mengikuti arus BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indramayu merupakan salah satu daerah yang penduduknya terpadat di Indonesia, selain itu juga Indramayu memiliki kawasan industri yang lumayan luas seluruh aktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dasar dengan menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

Gambar sekam padi setelah dihaluskan Lampiran 1. Gambar sekam padi Gambar sekam padi Gambar sekam padi setelah dihaluskan Lampiran. Adsorben sekam padi yang diabukan pada suhu suhu 500 0 C selama 5 jam dan 15 jam Gambar Sekam Padi Setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di

Lebih terperinci