san Ref No: B.4.4 (Isikan nomor referensi abstrak anda disini)
|
|
- Harjanti Tedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Kenyamanan Termal Gedung Kuliah Bersama Kampus Baru Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Baharuddin 1, Muhammad Taufik Ishak 1, Syarif Beddu 1 & M. Yahya 1 1 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar Alamat baharsyah@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kenyamanan termal Gedung Kuliah Bersama Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin yang berlokasi di Kampus Unhas Gowa. Gedung Kuliah Bersama ini merupakan salah satu bagian dari pembangunan kampus baru Fakultas Teknik yang memuat 81 ruang kuliah dan tiga ruang laboratorium dasar, serta ruang- ruang penunjang, seperti ruang dosen dan asisten, lobby, musallah, dan toilet. Dari 81 ruang kelas yang ada, hanya empat ruang dilengkapi dengan pengkondisian udara buatan (AC). Pada tahap penelitian awal ini, pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengukuran beberapa variabel kenyamanan termal yang meliputi: temperatur, kelembaban udara dan angin. Terpilih dua ruangan yang dijadikan sampel untuk pengukuran yaitu ruang kelas yang berada di lantai 1/F dan lobby di lantai G/F. Selain itu dipilih juga dua ruang kelas untuk survei respon pengguna terhadap kenyamanan termal ruangan. Hasil pengukuran di dua titik di daerah lobby menunjukkan bahwa rata- rata temperatur berada di atas zona nyaman. Hasil yang sama juga diperoleh pada pengukuran yang dilakukan di bagian tengah ruang kelas. Temperatur tertinggi terjadi pada jam Setelah jam 15.30, temperatur turun, namun tetap berada di atas zona nyaman. Hasil pengukuran kelembaban relatif menunjukkan rata- rata sekitar 50%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi udara agak kering, yang disebabkan oleh tingginya temperatur luar yang mencapai 34 o C. Pada saat pengukuran arah angin didominasi oleh angin barat dengan kecepatan yang tiba di bagian selatan bangunan adalah sekitar 2 m/detik. Namun angin ini tidak menyebabkan terjadinya aliran udara dalam ruangan. Hasil survei tentang pendapat pengguna terhadap kualitas kenyamanan termal di dua ruang kelas pada umumnya pengguna (mahasiswa dan dosen) merasakan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh tingginya temperatur udara dan tidak adanya aliran udara dalam ruangan. Hal ini terutama dirasakan pada waktu siang, setelah jam 12 siang. Kata kunci: Kenyamanan termal, ruang kuliah bersama, temperatur, kelembaban relatif 1. Pendahuluan Pembangunan Kampus Baru Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin merupakan investasi jangka panjang yang sepantasnya dapat memberikan kenyamanan termal bagi setiap civitas academika dalam pelaksanaan aktivitasnya. Kenyamanan termal dalam ruangan akan meningkatkan produktivitas kerja dan diharapkan dapat berkontribusi terhadap penghematan energi. Tidak terpenuhinya tingkat kenyamanan termal akan memberikan masalah di kemudian hari berupa: pemasangan pengkondisian buatan (AC) dengan penggunaan energi yang tinggi, penambahan jendela/bukaan, dan kemungkinan perubahan- perubahan pada elemen pembentuk ruang seperti: dinding, plafon dan sebagainya. Hal tersebut memberikan motivasi pelaksanaan penelitian tentang kenyamanan termal. Penelitian masalah termal dalam bangunan tropis lembab telah dilakukan di Indonesia pertama kali antara tahun oleh Mom Wiesebron. Pada tahun 1959 Webb melakukan penelitian yang serupa pada kondisi iklim yang sama dengan Indonesia dengan mengambil lokasi penelitian di
2 Singapura. Hasil penelitian tersebut kemudian merekomendasikan Equatorial Comfort Index (TE), suatu standard yang dipakai sebagai pembanding untuk menilai kenyamanan termal dalam suatu bangunan. Karyono (2000) juga telah melakukan penelitian mengenai Teori Adaptasi dan Keberlakuannya bagi Penentuan Suhu Nyaman di Indonesia. Menurut Humphreys, Nicol, dan Auliciems yang mencetuskan teori ini (the Adaptive Model) di dasarkan pada pendekatan model keseimbangan panas (the heat balance model) antara tubuh dan lingkungannya, dimana bahwa manusia akan mencapai tingkat kenyamanan suhu apabila terjadi keseimbangan panas (kalor) antara tubuh dan lingkungan sekitarnya. Artinya bahwa panas yang dikeluarkan oleh tubuh sama dengan panas yang diterima dari lingkungan sekitarnya, dimana tubuh tidak perlu melakukan usaha apapun, misalnya berkeringat atau menggigil dalam mencapai kondisi tersebut. Sehingga menurut Humphreys, dan Nicol bahwa faktor adaptasi memegang peranan penting terhadap kenyamanan suhu manusia. Dari penelitian Karyono yang telah dilakukan untuk kondisi iklim teropis lembab seperti Indonesia menyimpulkan bahwa teori Adaptasi tersebut cukup dapat diandalkan untuk memprediksikan suhu nyaman bagi manusia yang tinggal pada iklim tropis seperti Jakarta yang menjadi lokasi penelitian. Trisutomo (1985) yang telah melakukan penelitian berjudul Studi Pemugaran Perumahan Dosen UNHAS membuktikan bahwa 86 % dari seluruh rumah yang telah dipugar pada tahun keempat, ditemukan sebesar 15 % rumah yang sudah dipugar pada tahap pertama. Kenyataan ini merupakan fenomena yang menarik untuk diketahui penyebabnya. Selanjutnya Trisutomo (1992) dalam suatu penelitian yang lain berjudul Studi Ventilasi Alami pada Perumahan, menemukan bahwa penyebab dilakukan pemugaran karena tingkat kenyamanan dalam rumah tersebut ternyata rendah. Para penghuni merasa kegerahan meskipun pada malam hari karena suhu udara dalam ruang mencapai 33ºC, suatu angka yang melampaui batas kenyamanan termal menurut standar untuk darah tropis dengan kelembaban udara berkisar %. Peningkatan suhu ini salah satunya disebabkan oleh proses pelepasan kalor yang terhimpun pada material bangunan. Meijs (1983) menyebutkan bahwa sebuah tembok batu bata setebal 330 mm akan lebih banyak menghimpun kalor dibanding papan- papan iklan yang tebalnya sekitar 30 mm. Apabila tembok batubata tadi terkena radiasi matahari, suhu hanya akan meningkat secara perlahan- lahan karena diperlukan begitu banyak energi untuk meningkatkan suhu di dalam massa yang sebesar ini. Sementara disisi dalam tembok ini kita akan lama merasa sejuk. Radiasi matahari yang akan memberi dampak meningkatnya kandungan kalor pada suatu bahan. Bahwa dalam hal- hal teretentu dikarenakan alasan- alasan yang bersifat teknis mempertahankan kalor merupakan suatu keharusan. Bisa dimengerti seandainya kondensasi pada dinding dan atap, yang timbul pada saat suhu sangat menurun. Dikarenakan alasan- alasan yang juga bersifat teknis, dalam- hal- hal tertentu kalor perlu ditangkal. Dapat dibayangkan bagaimana pemuaian dapat terjadi pada konstruksi- konstruksi beton sebagai akibat sangat meningginya suhu. Kenyamanan termal dapat dicapai tanpa harus memanfaatkan sistem artificial yakni dengan memperhatikan beban faktor yang dapat digunakan sebagai parameter untuk menentukan perencanaan bangunan di daerah beriklim tropis lembab. Menurut Purwanto (2007) melalui penelitian Pengaruh Desain Arsitektur Tropis Terhadap Usaha Efisiensi Beban Energi Bangunan menyebutkan beberapa parameter tersebut yang perlu diperhatikan; 1) Orientasi bangunan (orientation) terhadap mata angin mempengaruhi perletakan lubang- lubang pembukaan dinding, 2) Isolasi/penyekatan (insulation) terhadap panas, hujan dan partikel- partikel yang dibawa oleh angin, 3) Pembayangan (shading) sebagai upaya mematahkan sinar matahari yang masuk kedalam bangunan, 4) Pemanfaatan tanaman (using plants) yang dapat digunakan sebagai filter dan barier terhadap kondisi alam, 5) Sistem ventilasi atap (roof ventilation) untuk menanggulangi masuknya panas matahari ke dalam bangunan melalui atap. Penelitian Rahim (2002) mengenai Pengaruh Orientasi Bangunan Terhadap Temperatur Ruang pada Rumah Sederhana Type 21 Perumnas BTP Makassar yang dilakukan pada bulan Juli 2002, pada saat matahari berada antara garis ekuator 23,27 LU menyebutkan bahwa temperatur ruang dalam sehari rata- rata mencapai maksimum pada jam 15.00, sedangkan jumlah kalor total ruang (laju perpindahan panas) dalam sehari berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukannya didapatkan angka rata- rata mencapai maksimum pada jam Hal ini disebabkan oleh adanya
3 harga transmisi termal bahan sehingga jumlah kalor total yang akan merembes masuk kedalam bangunan membutuhkan waktu sebelum masuk kedalam bangunan. Hasil penelitian Rahim (2002) ini menyimpulkan bahwa perbedaan temperatur ruang pada tiap- tiap orientasi bangunan dipengaruhi oleh besarnya jumlah kalor yang terjadi pada selubung bangunan. Penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti tersebut merupakan dasar rencana penelitian ini, yaitu bagaimana tingkat kenyamanan termal dan penghematan energi pada gedung kampus baru Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin di Gowa. 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Zona Kenyamanan Termal dalam Bangunan Menurut Webb dalam Soegijanto (1999), Zona kenyamanan termal orang Indonesia adalah: 1. Sejuk 20,5 o C (TE) sampai 22,8 o C (TE). 2. Termal nyaman- optimal 22,8 o C- 26 o C (TE). 3. Kenyamanan optimal 26,2 o C (TE). 4. Hangat 26 o C- 27,1 o C (TE). Mom dan Wiesebromn dalam Soegijanto (1999) membagi zona kenyamanan termal bagi orang Indonesia atas tiga zona sebagai berikut: 1. Sejuk- nyaman 20,5 o C- 22,8 o C (TE), 2. Nyaman- optimal 22,8 o C- 25,8 o C (TE), 3. Panas- nyaman 25,8 o C- 27,1 o C(T.E). Standar kenyaman termal Indonesia SNI T ada tiga: 1. Sejuk nyaman, 20,5 22,8 o C, kelembaban relatif 50%- 80%. 2. Nyaman optimal 22,8 o C 25,8 o C, kelembaban relatif 70%- 80% 3. Hampir nyaman 25,8 o C 27,1 o C, kelembaban relatif 60%- 70%. Standar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah standar kenyamanan termal dengan suhu tertinggi yaitu 27,1 o C. Kelembaban 50-60% pada musim panas dan 24 o C dengan kelembaban 45-50% pada musim dingin sehingga untuk standar kelembaban digunakan antara 50-60%. Menurut Lippsmeier (1995) pada suhu efektif 26 o C manusia mulai merasakan berkeringat, pada suhu 27,1-30 o C TE tubuh manusia berkeringat serta kemampuan kerja mulai menurun. Temperatur 30-33,5 o C TE kondisi lingkungan yang sukar menyesuaikan kondisi tubuh, dan temperatur o C TE kondisi lingkungan tidak memungkinkan dirasakan Faktor- Faktor Kenyamanan Termal Kenyamanan yang paling dominan pengruhnya terhadap kenyamanan fisik manusia yang berada dalam bangunan adalah kenyamanan termal, meliputi: temperatur udara, kelembaban dan kecepatan aliran udara. Menurut Satwiko (2003) kenyaman termal daerah tropis lembab dapat dicapai dengan batas- batas 24 o C<T<26 o C, 40%<RH<60%, 0,6<V<1,5 m/det, kegiatan santai, pakaian ringan dan selapis. Apabila suhu udara di sekitar tubuh manusia lebih tinggi dari suhu normaat tubuh (37 o C), aliran darah pada anggota badan akan meningkatkan suhu kulit sehingga proses pelepasan panas dalam tubuh secara radiasi ke udara akan terjadi dan tubuh akan mengeluarkan keringat. Jika suhu lebih rendah dari suhu normal tubuh, peredaran darah ke permukaan tubuh berkurang, sehingga tubuh mengurangi pelepasan panas ke udara di sekitarnya. Pada suhu yang lebih rendah lagi, tangan dan kaki menjadi pucat dan dingin, otot- otot akan berkontraksi dan tubuh akan menggigil. Hal ini merupakan usaha terakhir tubuh memperoleh tambahan panas melalui peningkatan proses metabolisme. Pada kondisi lebih ekstrim, baik terlalu panas maupun terlalu dingin, manusia mungkin tidak mampu lagi bertahan hidup Temperatur udara Daerah yang paling panas adalah yang paling banyak menerima radiasi matahari, yaitu daerah khatulistiwa, bidang daratan menjadi panas dua kali lipat lebih cepat dari bidang air dengan luas yang sama. Bidang air kehilangan sebagian energi panasnya karena penguapan, sebab temperatur udara sebagian besar ditentukan oleh pantulan udara dengan permukaan tanah, maka terjadilah temperatur udara lebih tinggi dengan kelembaban udara yang rendah, dan temperatur sedang dengan kelembaban udara yang tinggi. Temperatur udara harian maksimum tercapai beberapa saat setelah intensitas cahaya maksimum kira- kira 2 jam setelah berkas sinar matahari jatuh tegak lurus pada waktu tengah hari karena itu pertambahan panas tertinggi pada bangunan terdapat pada fasade bagian barat sehingga patokan
4 umum dapat dianggap bahwa temperatur tertinggi sekitar 2 jam setelah posisi matahari tertinggi, dan temperatur terendah sebelum matahari terbit temperatur sudah mulai naik lagi pada saat matahari mulai terbit karena adanya penyebaran radiasi pada langit. Panas yang diterima bangunan pada daerah iklim tropis yang akan masuk ke dalam ruangan melalui atap dan dinding jika dicegah dengan aliran udara pada permukaan secara alami maupun buatan, panas yang terjadi dalam bangunan tidak menurun dari luar bangunan pemanasan yang terjadi dapat disebabkan oleh radiasi matahari langsung, radiasi difus, dan radiasi refleksi, kemudian bangunan juga menerima dan memancarkan radiasi gelombang panjang dari permukaan bangunan di sekitarnya. Selain radiasi matahari, bangunan menerima panas dari dalam ruang seperti panas lampu, peralatan listrik, mesin yang bekerja, dapur yang sedang dipakai memasak dan panas tubuh penghuni yang menguap. Pemilihan bahan bangunan yang sesuai, berat dan warna sehubungan dengan cepat atau lambatnya dalam mengubah temperatur ruangan, membantu ruangan lambat atau cepat panas. Pada daerah tropis lembab, penurunan temperatur malam hari hanya sedikit, sehingga pendinginan oleh emisi panas ke dingin hampir tidak mungkin terjadi. Penerimaan radiasi panas harus dihindari melalui peneduhan dari permukaan yang memantulkan cahaya, pemilihan bahan bangunan yang baik untuk isolasi panas adalah bahan yang ringan dan kurang atau lambat menyerap panas. Jika bangunan digunakan pada siang hari sangat ideal jika selubung atap dan dinding menggunakan bahan yang lambat di tembus panas (bahan tebal dan berwarna putih) sehingga pelepasan panas terjadi malam hari Kelembaban udara relatif (RH) Menurut Balai Meterologi dan Geofisika (2003), kelembaban udara yang umum diambil adalah kelembaban relatif disingkat RH adalah perbandingan antara tekanan uap air yang terukur dengan tekanan uap air pada kondisi jenuh pada suhu tabung kering. Udara jenuh artinya udara tidak dapat lagi menyerap air jika dalam temperatur tertentu uap air maksimum telah tercapai misalnya suhu udara 37 o C dapat menyerap uap air sepuluh kali lebih banyak dibanding suhu udara 0 o C. Jadi titik jenuh akan naik dengan meningkatnya temperatur. Manusia mulai merasakan kondisi iklim tropis tidak menyenangkan pada tekanan uap air di atas 2 kpa (kilo Pascal), penguapan pada kulit mengakibatkan pendinginan tubuh mulai sukar terjadi dan udara sendiri tidak dapat lagi menyerap cukup kelembaban. Untuk menjaga kenyamanan tubuh sebaiknya kelembaban udara berada dalam daerah sedang 30%- 70%, Kelembaban yang optimal, tidak melebihi 60% dan tidak lebih rendah dari 20%, serta perubahannya tidak melebihi 20% per jam Kecepatan aliran udara Kecepatan aliran udara dalam ilmu klimatologi adalah kecepatan udara arah horizontal pada ketinggian 2 meter dari permukaan tanah yang datar, jadi angin permukaan kecepatannya dapat dipengaruhi oleh karakteristik permukaan yang dilalui. Menurut Bayong dalam Rahim (2002), kecepatan angin pada dasarnya ditentukan oleh perbedaan tekanan udara antara tempat asal dan tujuan angin dan resistensi medan yang dilalui. Menurut Bayong dalam Rahim (2002), aliran udara merupakan faktor iklim yang penting dalam perencanaan. Kenyamanan suhu dalam ruangan yang akan berpengaruh langsung menaikkan temperatur dan kelembaban, tanpa aliran udara, membuat ruangan cepat jenuh. dan menjadi tidak sehat karena konsentrasi CO 2 menjadi tinggi, serta oksigen menipis (kelembaban mendekati 100%) serta aliran udara mendekati 0 m/detik, pada kondisi semacam ini dapat dipastikan kenyamanan suhu tidak dapat dicapai, manusia yang ada di dalam ruangan akan berkeringat, sementara keringat tidak dapat lagi menguap pada udara yang telah jenuh tanpa aliran udara. Aliran udara mengakibatkan pelepasan panas dari permukaan kulit oleh penguapan, berarti penurunan temperatur atau proses pendinginan pada kulit. Semakin besar kecepatan udara mengalir semakin besar panas yang hilang, hal ini terjadi apabila temperatur udara luar lebih rendah di banding suhu, jika temperatur ruangan lebih tinggi dari kulit maka terjadi pemanasan tubuh. Kondisi termal ini masih menimbulkan penguapan, tetapi pendinginan yang terjadi akibat adanya aliran udara tersebut tidak dapat lagi mengimbangi panas yang diterima oleh tubuh. Vector Olygay dalam Lippsmeier (1995) mematok batas kecepatan udara dalam ruangan yang valid: 1. 0,1-0,25 m/detik nyaman, tanpa dirasakan ada gerakan udara. 2. 0,25-0,5 m/detik nyaman, gerakan udara sudah terasa di kulit. 3. 0,5-1,0 m/detik gerakan udara terasa ringan. 4. 1,0-1,5 m/detik aliran udara ringan sampai tidak menyenangkan. 5. 1,5 m/detik ke atas tidak menyenangkan, diperlukan pengkondisian udara.
5 san Ref No: B.4.4 (Isikan nomor referensi abstrak anda disini) Orang Indonesia dengan pakaian tipis biasa berdasarkan penelitian Wiesebron dalam soegijanto (1999), dan Mangunwijaya (1988) kecepatan udara dalam ruangan yang terasa memadai terdapat diantara 0,1 0,25 m/det dan 0,6 m/det dengan pakaian tebal (Jas). 3. Metodologi 3.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gowa berada pada Bujur Barat dan Bujur Timur, 5.08 Lintang Utara dan 5.58 Lintang Selatan. Kabupaten yang berada di daerah selatan dari Selawesi Selatan merupakan daerah otonom ini, di sebelah Utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba dan Bantaeng. Di sebelah Selatan berbatasandengan Kabupaten Takalar dan Jeneponto sedangkan di bagian Baratnya dengan Kota Makassar dan Takalar (BPS Gowa, 2010). Kampus Fakultas Teknik Unhas terletak di Kecamatan Somba Opu, enam kilometer di sebelah Timur Kota Sungguminasa. Terletak di bekas lokasi Pabrik Kertas Gowa. Gedung yang dijadikan kasus penelitian adalah Gedung Kuliah Bersama, dengan posisi seperti terlihat pada Gambar 1. Class Room Gambar 1. Masterplan Kampus Fakultas Teknik Unhas Gowa (Sumber: Oriental Consultant, 2010) 3.2. Pengukuran temperatur, kelembaban dan angin Pengukuran temperatur, kelembaban dan angin menggunakan tiga alat ukur yaitu: dua alat Thermohygrometer (Smart Sensor dan Yenaco) dan satu multimeter (thermo/anemometer). Sebelum melakukan pengukuran, maka ketiga alat tersebut dites dan hasilnya seperti terlihat pada Gambar 2. Terlihat bahwa pembacaan suhu dari alat Smart Sensor lebih tinggi dari dua alat yang lain. Demikian juga pada kelembaban, Smart Sensor pembacaannya lebih tinggi dari Yenaco. Suhu yang diukur oleh Thermo/anemometer sedikit lebih tinggi dari hasil pengukuran Yenaco. Perletakan alat
6 san Ref No: B.4.4 (Isikan nomor referensi abstrak anda disini) ukur di daerah Lobby dapat dilihat pada Gambar 3. Sedangkan alat ukur Thermo/anemometer diletakkan di tengah- tengah ruangan pada Ruang Kelas 1/F. Gambar 2. Kalibrasi alat ukur (Sumber: penulis, 2012) Alat 02 (Smart Sensor) Alat 01 (Yenaco) Gambar 3. Perletakan alat ukur di ruang Lobby Lantai Dasar (G/F) (Sumber: penulis, 2012)
7 3.3. Survei kenyamanan termal pengguna Survei awal kenyamanan termal penghuni dilakukan di dua ruang kelas yang berada di lantai 1 (1/F). Survei dilakukan dengan cara menanyakan perasaan penghuni pada saat berlangsungnya pembelajaran. Pada survei ini diberikan pilihan yang terdiri atas tiga yaitu: panas, netral dan dingin. Survei ini melibatkan 120 orang mahasiswa dan dosen. 4. Hasil dan Diskusi 4.1. Hasil Pengukuran di Lobby G/F Temperatur udara Hasil pengukuran temperatur udara di daerah Lobby G/F dapat dilihat pada Tabel 1. Data hasil pengukuran menunjukkan bahwa rata- rata suhu di ruang Lobby G/F pada ke dua titik pengukuran (titik 1 dan 2) sekitar 29 o C, dengan nilai minimum 27.4 o C dan maksimum 32.3 o C. Hal ini menunjukkan bahwa temperatur di daerah Lobby G/F ini jauh berada di atas zone kenyamanan termal. Sehingga bisa disimpulkan bahwa kondisi kenyamanan termal area Lobby G/F berada di luar zona nyaman Kelembaban udara Hasil pengukuran kelembaban udara di daerah Lobby G/F dapat dilihat pada Tabel 1. Data hasil pengukuran menunjukkan bahwa rata- rata kelembaban udara di ruang Lobby G/F pada ke dua titik pengukuran (titik 1 dan 2) berkisar %, dengan nilai minimum 43,0% dan tertinggi 59%. Kelembaban udara ini berada pada daerah kelembaban optimum, yaitu berada di interval 20 60% dan perubahannya tidak melebihi 20% per jam. Tabel 1. Hasil Pengukuran di daerah Lobby Lantai Dasar (G/F) Jam Alat 01 (Yenaco) Alat 02 (Smart Sensor) Suhu ( o C) RH (%) Suhu ( o C) RH (%)
8 Rata- rata Minimum Maksimum (Sumber: Hasil Pengukuran, 2012) 4.2. Hasil Pengukuran di Ruang Kelas 1/F Hasil pengukuran temperatur udara di Ruang Kelas 1/F dapat dilihat pada Gambar 4. Data hasil pengukuran menunjukkan bahwa suhu di Ruang Kelas 1/F berkisar o C. Suhu terendah terjadi di pagi hari sekitar jam 9 dan tertinggi terjadi pada siang hari sekitar jam Hal ini menunjukkan bahwa suhu udara di Ruang Kelas 1/F ini jauh berada di atas zone kenyamanan termal. Sehingga bisa disimpulkan bahwa kondisi kenyamanan termal, khususnya temperatur di Ruang Kelas 1/F berada di luar zona nyaman. Gambar 4. Hasil Pengukuran Temperatur di Ruang Kelas Lantai 1 (1/F) Pengukuran kecapatan angin di dalam ruang kelas memperlihatkan karakteristik sebagai berikut: 1. Pada saat jendela luar terbuka, namun pintu tertutup, maka aliran udara dalam ruangan sangat kecil, sehingga tidak dapat dideteksi oleh alat thermo/anemometer. Walaupun pada saat itu angin yang bertiup di dekat jendela mencapai 2 m/detik. 2. Pada saat pintu dibuka, maka aliran udara akan sangat terasa, hingga mencapai kecepatan 0.8 m/detik di dekat pintu, seperti terlihat pada Gambar 5.
9 san Ref No: B.4.4 (Isikan nomor referensi abstrak anda disini) Gambar 5. Hasil Pengukuran di Ruang Kelas Lantai 1 (1/F) 4.2. Hasil Survei Hasil survei respon pengguna (mahasiswa dan dosen) terhadap kenyamanan termal ruang kelas di daerah yang tidak dikondisikan (tidak menggunakan AC) memperlihatkan adanya ketidaknyamanan pengguna. Mahasiswa dan dosen yang melakukan aktifitas di kedua ruang yang disurvei merasakan panas yang berlebih, terutama pada saat menjelang tengah hari. Tingginya temperatur pada kedua ruangan ini dipengaruhi oleh adanya pantulan radiasi matahari dari luar dan tidak adanya ventilasi silang. Pada siang hari, setelah jam 12, mahasiswa banyak yang menggeser tempat duduknya guna mendekati bagian jendela, sehingga mahasiswa terkonsentrasi pada bagian dekat jendela. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan aliran udara, sehingga perasaan panas dapat dikurangi atau bahkan diminimalkan. 5. Kesimpulan Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kenyamanan termal gedung Ruang Kuliah Bersama Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin di Kampus Unhas Gowa berada di atas zona nyaman. Rata- rata temperatur untuk ruang lobby yang berada di Lantai Dasar lebih dari 27,1oC. Kondisi yang sama juga terjadi pada Ruang Kuliah yang berada di Lantai 1 (1/F). Hal inilah yang menyebabkan pengguna ruangan (mahasiswa dan dosen) merasakan panas pada saat melakukan kegiatan belajar mengajar di Ruang Kuliah ini. Mengenai kelembaban udara relatif, hasil pengukuran menunjukkan bahwa kelembaban udara relatif berada pada kisaran 40-60%. Kelembaban udara ini adalah masuk dalam interval kelembaban optimum. Sehingga dari segi kelembaban udara, ruang kelas bersama ini sebenarnya telah memenuhi standar. Secara umum dapat disimpulkan bahwa terjadi ketindaknyamanan termal pada Gedung Kuliah Bersama FT Unhas Gowa, yang terutama disebabkan oleh temperatur yang tinggi dan tidak adanya aliran udara di dalam ruangan. Karena itu dibutuhkan adanya penelitian lanjutan yang akan menganalisis berbagai strategi yang dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan termal gedung kuliah bersama ini.
10 Ucapan Terima Kasih Penelitian ini dibiayai oleh Dana Penelitian Universitas Hasanuddin yang dikelola oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) dengan Kontrak No. 64/UN4- LK.26/2012 tanggal 6 Agustus Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada pihak Universitas Hasanuddin yang telah menyiapkan dana demi pelaksanaan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini, mulai dari tahap proposal, survei, analisis dan pembahasan hasil penelitian. Daftar Pustaka ASHRAE (2004) Thermal Environmental Condition for Human Occupancy (ASHRAE Standard 55). ASHRAE: Atlanta US. BPS Gowa (2010) Kabupaten Gowa dalam Angka Sungguminasa: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gowa. Badan Meteorologi dan Geofisika. (2003). Climate Information Di Beberapa Kota Indonesia Juni < diakses 8 Agustus Bayong, T.H.K. (1987). Iklim dan Lingkungan. Cendekia Jaya Utama. Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum. (1993). Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi energi pada Bangunan Gedung (SK SNI T ). Bandung: Yayasan Lembaga Penelitian Masalah Bangunan. Karyono, T.H. (2000), Teori Adaptasi dan Keberlakuannya Bagi Penentuan Suhu Nyaman di Indonesia. Kalang, Jurnal Arsitektur Tarumanegara, Vol.II No.1. Lippsmeier, G. (1994). Bangunan Tropis. Alih bahasa Syahmir Nasution. Erlangga. Jakarta. Meijs, ing. P.J.M. van der. (1983). Membangun Fisika Bangunan. Penterjemah E.Diraatmadja. Erlangga. Jakarta. Purwanto, L.M.F.(2007). Pengaruh Disain Arsitektur Tropis Terhadap Usaha Efisiensi Beban Energi Bangunan. Jurnal Tesa Arsitektur, Vol.II No. 4 September- Desember. Rahim, H. (2002). Pengaruh Orientasi Bangunan Terhadap Temperatur Ruang pada Rumah Sederhana Type 21 Perumnas BTP Makassar. Tugas Akhir Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar. Rasyad, Eka Setiadi. (2000). Architectural Design Approach According to The Local Climate A Comparison. Procedings International Seminar on Sustainable Environmental Architecture di Surabaya, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Surabaya, Surabaya, Oktober 2000, hal Santosa, M. (2000). Arsitektur Surya, Sebuah Fenomena Spesifik untuk Daerah Tropis Lembab". Makalah disajikan pada Seminar Nasional Arsitektur Surya 2000, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra, Surabaya, 18 November Soegijanto. (1999). Bangunan di Indonesia dengan Iklim Tropis Lembab Ditijnjau dari Aspek Fisika Bangunan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Square One, (2001). Heat Balance. Square One Research. SQUARE ONE environmental design, software, architecture, sustainability.htm. Diakses 15 Juli Stoecker, Wilber, F. and Jones, Jerold, W. (1996). Refrigerasi dan Pengkondisian Udara. Edisi II. Terjemahan oleh Supratman Hara. Jakarta: Penerbit Erlangga. Suryabrata, Jatmika A. (2000). Perancangan Bioklimatik: Sebuah Strategi untuk Mewujudkan Pembangunan yang Berkelanjutan. Procedings International Seminar on Sustainable Environmental Architecture di Surabaya, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Surabaya, Surabaya, Oktober 2000, hal Trisutomo, S. (1993). Studi Dimensi dan Posisi Jendela dalam Usaha Peningkatan Mutu Ventilasi Ruang. Jurusan Arsitektur. Fakultas Teknik, UNHAS. Makassar. Robert, A. dan Marsh, A. (2001). ECOTECT: Environmental Prediction in Architectural Education. Cardiff University, Wales < Diakses 17 Juli Trisutomo, S. (1995). Studi Pemugaran Perumahan Dosen UNHAS. Jurusan Arsitektur. Fakultas Teknik, UNHAS. Makassar.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and Airconditioning Engineers, 1989), kenyamanan termal merupakan perasaan dimana seseorang merasa nyaman dengan keadaan
Lebih terperinciTemperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor
TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor Nasrullah (1), Ramli Rahim (2), Baharuddin (2), Rosady Mulyadi (2), Nurul Jamala (2), Asniawaty Kusno (2) (1) Mahasiswa Pascasarjana,
Lebih terperinciINFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42)
INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42) ANALISIS TINGKAT KENYAMANAN THERMAL WEBB DI RUMAH TINGGAL T-45 PADA MUSIM KEMARAU Studi Kasus: Rumah Tinggal di Komplek HKSN Permai Banjarmasin M. Tharziansyah
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Cahaya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menghayati ruang dan melakukan berbagai kegiatan dalam ruang pada bangunan serta sebagai prasyarat bagi penglihatan
Lebih terperinciCut Nuraini/Institut Teknologi Medan/
Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/16-09-2014 APA ITU ARSITEKTUR TROPIS? TROPIS tropikos artinya : Garis Balik Garis lintang utara 23 0 27 adalah garis balik cancer dan matahari pada tanggal 27 Juni
Lebih terperinciPENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI
ABSTRAK PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI Oleh : Erna Krisnanto Jurusan Pendidikan Teknik
Lebih terperinciPENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL
PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL Frans Soehartono 1, Anik Juniwati 2, Agus Dwi Hariyanto 3 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto
Lebih terperinciKAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI
KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang
Lebih terperinciPendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi
ABSTRAK Pendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi Oleh : Erna Krisnanto Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur Universitas
Lebih terperinciBAB 9. PENGKONDISIAN UDARA
BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan
Lebih terperinciASPEK KENYAMANAN TERMAL PADA PENGKONDISIAN RUANG DALAM
ASPEK KENYAMANAN TERMAL PADA PENGKONDISIAN RUANG DALAM James Rilatupa 1 ABSTRACT This paper discusses the thermal comfort for room as a part of comfort principles in architecture design. This research
Lebih terperinciPathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam
PATHOLOGI BANGUNAN DAN KENYAMANAN TERMAL Tri Harso Karyono Majalah Konstruksi, April 1997 Dalam ilmu bahasa, pathologi berarti ilmu tentang penyakit, dengan pengertian ini, ilmu tersebut dianggap tidak
Lebih terperinciPENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS
209 PENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS Sahabuddin 1, Baharuddin Hamzah 2, Ihsan 2 1 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciPENGARUH LUASAN BUKAAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS SISWA PADA BANGUNAN SD NEGERI SUDIRMAN 1 KOTA MAKASSAR
PENGARUH LUASAN BUKAAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS SISWA PADA BANGUNAN SD NEGERI SUDIRMAN 1 KOTA MAKASSAR Muhammad Tayeb 1, Ramli Rahim 2, Baharuddin 3 1 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR
LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi
Lebih terperinciEvaluasi Climate Responsive Building Design pada Gedung Perkuliahan di FT UNNES dengan Menggunakan Tabel Mahoney
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Climate Responsive Building Design pada Gedung Perkuliahan di FT UNNES dengan Menggunakan Tabel Mahoney Moch Fathoni Setiawan (1), Eko Budi Santoso (1), Husni Dermawan (1)
Lebih terperinciPengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal
TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal Studi Kasus: Campus Center Barat ITB Rizki Fitria Madina (1), Annisa Nurrizka (2), Dea Ratna
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night ventilative cooling masih kurang dikenal di Indonesia. Dalam riset-riset terdahulu,
Lebih terperinciDAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung dalam suatu lingkungan yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, ketersediaan tempat tinggal menjadi perhatian utama bagi semua pihak bagi pemerintah maupun
Lebih terperinciBAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA
BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA UNIT 9 SUMBER-SUMBER PANAS Delapan unit sebelumnya telah dibahas dasar-dasar tata udara dan pengaruhnya terhadap kenyamanan manusia. Juga
Lebih terperinciSOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN
SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN Ronim Azizah, Qomarun Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Perencanaan pengkondisian udara dalam suatu gedung diperlukan suatu perhitungan beban kalor dan kebutuhan ventilasi udara, perhitungan kalor ini tidak lepas dari prinsip perpindahan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kenyamanan Termal 2.1.1 Definisi Kenyamanan Termal Kenyamanan termal merupakan suatu kondisi dari pikiran manusia yang menunjukkan kepuasan dengan lingkungan termal (Nugroho,
Lebih terperinciSAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )
SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS Di susun oleh : ROMI RIZALI (0951010018) Dosen Pembimbing : HERU SUBIYANTORO ST. MT. UPN VETERAN JAWA TIMUR FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak di daerah tropis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Iklim tropis yang ada di Indonesia diakibatkan karena letak Indonesia berada tepat di garis ekuator, yang berarti dekat dengan matahari. Dipengaruhi letaknya ini, matahari
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Radiasi Matahari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jansen (1995) menyatakan bahwa posisi matahari diperlukan untuk menentukan radaisi surya yang diteruskan melalui kaca dan bahan transparan lain, dimana
Lebih terperinciKAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG
KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai
Lebih terperinciASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI
Muhammad Faisal Jurusan Teknil Planologi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Malang Jl. Bendungan Sigura-Gura Nomor 2 Malang 65145, Indonesia
Lebih terperinciBAB IV ANALISA STUDI KASUS
BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan
Lebih terperinciSTUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING
STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING Emil Salim 1 dan Johanes Van Rate 2 1 Mahasiswa PS S1 Arsitektur Unsrat 2 Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Unsrat ABSTRAK
Lebih terperinciIklim, karakternya dan Energi. Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T
Iklim, karakternya dan Energi Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T Cuaca Cuaca terdiri dari seluruh fenomena yang terjadi di atmosfer atau planet lainnya. Cuaca biasanya merupakan sebuah aktivitas fenomena
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, energi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan terhadap
Lebih terperinciPengembangan RS Harum
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE) Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bagian ini memaparkan pendahuluan dari penelitian yang dilakukan. Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematis
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN UMUM
177 BAB V KESIMPULAN UMUM Kesimpulan 1 Perilaku termal dalam bangunan percobaan menunjukan suhu pukul 07.00 WIB sebesar 24.1 o C,, pukul 13.00 WIB suhu mencapai 28.4 o C, pada pukul 18.00 WIB suhu mencapai
Lebih terperinciIdentifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)
Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Damalia Enesty Purnama 1, Agung Murti Nugroho 2, Ir. Bambang
Lebih terperinciAbstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU
ANALISIS AUDIT ENERGI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK (APLIKASI PADA GEDUNG J16 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS SUMATERA UTARA) Dewi Riska S. Barus (1), Surya Tarmizi
Lebih terperinciGambar 1.1 Suhu dan kelembaban rata-rata di 30 provinsi (BPS, 2014)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim selama tiga dekade terakhir telah meningkatkan suhu permukaan bumi. Suhu telah meningkat sekitar 0,8 dan menyebabkan lapisan es laut Artik berkurang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan di paparkan mengenai kesimpulan dari hasil analisis dan pembahasan mengenai kualitas dalam ruang pada kantor PT. RTC dari aspek termal dan pencahayan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dimana permasalahan utama yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk indonesia adalah Pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciPENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin
PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN Penghawaan adalah aliran udara di dalam rumah, yaitu proses pertukaran udara kotor dan udara bersih Diagram
Lebih terperinciPEMANFAATAN POTENSI ANGIN BAGI VENTILASI ALAMI GEDUNG BARU FAKULTAS KEDOKTERAN UMS
PEMANFAATAN POTENSI ANGIN BAGI VENTILASI ALAMI GEDUNG BARU FAKULTAS KEDOKTERAN UMS Muhammad Siam Priyono Nugroho 1 1 Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.
Lebih terperinciDjumiko. Kata kunci : ventilasi alami, ventilasi gaya thermal, ventilasi silang, kenyamanan.
KONDISI VENTILASI ALAMI BANGUNAN GEREJA BLENDUK SEMARANG Djumiko Abstrak Salah satu faktor pertimbangan perancangan bangunan dalam konteks hemat energi adalah pemanfaatan faktor faktor iklim seperti matahari
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY
81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental
Lebih terperinciPENGARUH LUAS BUKAAN VENTILASI TERHADAP PENGHAWAAN ALAMI DAN KENYAMANAN THERMAL PADA RUMAH TINGGAL HASIL MODIFIKASI DARI RUMAH TRADISIONAL MINAHASA
PENGARUH LUAS BUKAAN VENTILASI TERHADAP PENGHAWAAN ALAMI DAN KENYAMANAN THERMAL PADA RUMAH TINGGAL HASIL MODIFIKASI DARI RUMAH TRADISIONAL MINAHASA Novan H. Toisi 1 dan Kussoy Wailan John 2 1 Mahasiswa
Lebih terperinciRESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Tema Tema Green Architecture dipilih karena mengurangi penggunaan energi dan polusi, serta menciptakan hunian dengan saluran, penyekatan, ventilasi, dan material
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun sederhana sewa yang sesuai dengan iklim tropis, ada beberapa kriteria yang diterapkan yaitu : 1. Sesuai dengan kebutuhan
Lebih terperinciPENGARUH IKLIM DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR
PENGARUH IKLIM DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR Irfandi Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala ABSTRAK. Bangunan sebagai hasil perancangan arsitektur dimaksudkan untuk memberikan
Lebih terperinciKuliah Terbuka Jurusan Arsitektur, Universitas Soegrijapranata, Semarang, 9 Nopember 1996
ARSITEKTUR, KENYAMANAN TERMAL DAN ENERGI Tri Harso Karyono Kuliah Terbuka Jurusan Arsitektur, Universitas Soegrijapranata, Semarang, 9 Nopember 1996 Ada tiga sasaran yang seharusnya dipenuhi oleh suatu
Lebih terperinciSkema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi
Besarnya radiasi yang diserap atau dipantulkan, baik oleh permukaan bumi atau awan berubah-ubah tergantung pada ketebalan awan, kandungan uap air, atau jumlah partikel debu Radiasi datang (100%) Radiasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber : diakses tanggal 2 Oktober 2015
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibu kota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai kegiatan dibidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) menyatakan bahwa ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter, kapasitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyamanan thermal adalah salah satu hal sangat dibutuhkan tubuh agar manusia dapat beraktifitas dengan baik selain faktor kenyamanan lainnya yaitu kenyamanan visual,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu persyaratan ruangan yang baik adalah ruangan yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu persyaratan ruangan yang baik adalah ruangan yang memiliki suhu yang nyaman yang dianggap cukup baik sehingga dapat memberikan kebebasan bagi orang-orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi Wisma Atlet di Senayan saat ini dapat dikatakan cukup memrihatinkan. Wisma yang awalnya bernama Wisma Fajar ini didirikan tahun 1974 oleh perusahaan Singapura
Lebih terperinciIMPLEMENTASI DESAIN FASADE BANGUNAN ASRAMA MAHASISWA YANG MEMPADUKAN TUNTUTAN VISUAL DAN KENYAMANAN TERMAL DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOKLIMATIK
IMPLEMENTASI DESAIN FASADE BANGUNAN ASRAMA MAHASISWA YANG MEMPADUKAN TUNTUTAN VISUAL DAN KENYAMANAN TERMAL DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOKLIMATIK Katerina 1), Hari Purnomo 2), dan Sri Nastiti N. Ekasiwi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kegiatan manusia modern delapan puluh persennya dilakukan di dalam ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut biasanya
Lebih terperinciANTISIPASI ARSITEK DALAM MEMODIFIKASI IKLIM MELALUI KARYA ARSITEKTUR
ANTISIPASI ARSITEK DALAM MEMODIFIKASI IKLIM MELALUI KARYA ARSITEKTUR Tri Harso Karyono Jurnal Sains dan Teknologi EMAS Elektro Mesin Arsitektur Sipil, Vol. 16, No 3, Agustus, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB 6 HASIL PERANCANGAN
BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kaum Petani dengan kultur agraris khas pedesaan Indonesia bermukim di perumahan dengan bentuk bangunan yang mempunyai tata ruang dan tata letak sederhana. Hampir seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang memerlukan banyak bangunan baru untuk mendukung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksistensi Penelitian Perkembangan dan pembangunan yang terjadi di perkotaan membuat kawasan kota menjadi semakin padat. Salah satu penyebabnya adalah pertambahan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam kenyamanan penggunaan bangunan tersebut oleh penghuni. Peletakan ventilasi yang baik dapat mempengaruhi
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PELINGKUP BANGUNAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS
BAB III TINJAUAN PELINGKUP BANGUNAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS III.1 TROPIS Iklim tropis merupakan iklim yang terjadi pada daerah yang berada pada 23,5 lintang utara hingga 23,5 lintang selatan.
Lebih terperinciKata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan
Variasi bahan dan warna atap bangunan untuk Menurunkan Temperatur Ruangan akibat Pemanasan Global Nasrul Ilminnafik 1, a *, Digdo L.S. 2,b, Hary Sutjahjono 3,c, Ade Ansyori M.M. 4,d dan Erfani M 5,e 1,2,3,4,5
Lebih terperinciPerancangan Desain Ergonomi Ruang Proses Produksi Untuk Memperoleh Kenyamanan Termal Alami
Perancangan Desain Ergonomi Ruang Proses Produksi Untuk Memperoleh Kenyamanan Termal Alami Teguh Prasetyo Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang Po
Lebih terperinciPemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi
Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi Lia Laila Prodi Teknologi Pengolahan Sawit, Institut Teknologi dan Sains Bandung Abstrak. Sistem pengondisian udara dibutuhkan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini diberi judul Perencanaan dan Pemasangan Air. Conditioning di Ruang Kuliah C2 PSD III Teknik Mesin Universitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Tugas Akhir Tugas Akhir ini diberi judul Perencanaan dan Pemasangan Air Conditioning di Ruang Kuliah C2 PSD III Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang. Alasan pemilihan
Lebih terperinciSAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : FERIA ETIKA.A.
SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Di susun oleh : FERIA ETIKA.A. (0951010024) Dosen Pembimbing : HERU SUBIYANTORO ST. MT. UPN VETERAN JAWA TIMUR
Lebih terperinciSTUDI FASADE RUMAH SUSUN UNTUK OPTIMASI ENERGI ALAM PADA BANGUNAN DI TROPIS LEMBAB
H.1 STUDI FASADE RUMAH SUSUN UNTUK OPTIMASI ENERGI ALAM PADA BANGUNAN DI TROPIS LEMBAB Mufidah *, Farida Murti, Benny Bintarjo DH, Hanny Chandra Pratama, Yunantyo Tri Putranto Prodi Arsitektur Universitas
Lebih terperinciSUHU UDARA DAN KEHIDUPAN
BAB 3 14 Variasi Suhu Udara Harian Pemanasan Siang Hari Pemanasan permukaan bumi pada pagi hari secara konduksi juga memanaskan udara di atasnya. Semakin siang, terjadi perbedaan suhu yang besar antara
Lebih terperinciSTUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING
STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING I Wayan Swi Putra 1, I Nyoman Satya Kumara 2, I Gede Dyana Arjana 3 1.3 Jurusan Teknik Elektro,
Lebih terperinciKajian Termis pada Beberapa Material Dinding untuk Ruang Bawah Tanah. I G B Wijaya Kusuma 1)
Kusuma Vol. 10 No. 2 April 2003 urnal TEKNIK SIPIL Kajian Termis pada Beberapa Material Dinding untuk Ruang Bawah Tanah I G B Wijaya Kusuma 1) Abstrak Karena terbatasnya lahan yang tersedia di kodya Denpasar,
Lebih terperinciASPEK PERANCANGAN KENIKMATAN FISIK BANGUNAN TERHADAP PENGARUH IKLIM. Kemala Jeumpa* Bambang Hadibroto * Abstrak
ASPEK PERANCANGAN KENIKMATAN FISIK BANGUNAN TERHADAP PENGARUH IKLIM Kemala Jeumpa* Bambang Hadibroto * Abstrak Perencanaan serta tata letak suatu bangunan harus disesuaikan dengan keadaan iklim sesuai
Lebih terperinciSAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur
SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur Disusun oleh : Yudi Leo Kristianto (0951010014) Dosen : JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciKENYAMANAN TERMAL GEDUNG SETDA KUDUS
105 KENYAMANAN TERMAL GEDUNG SETDA KUDUS Farid Firman Syah, Muhammad Siam Priyono Nugroho Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan
Lebih terperinciPengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM Syavir Latif (1), Nurul Jamala (2), Syahriana (3) (1) Lab.Perancangan, Studio
Lebih terperinciSuhu Udara dan Kehidupan. Meteorologi
Suhu Udara dan Kehidupan Meteorologi Suhu Udara dan Kehidupan Variasi Suhu Udara Harian Bagaimana Suhu Lingkungan Diatur? Data Suhu Udara Suhu Udara dan Rasa Nyaman Pengukuran Suhu Udara Variasi Suhu Udara
Lebih terperinciAnalisis Gejala Perubahan Iklim Berbasis Karakteristik Data Radiasi Matahari di Makassar
TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Analisis Gejala Perubahan Iklim Berbasis Karakteristik Data Radiasi Matahari di Makassar Ramli Rahim (1),Baharuddin Koddeng (2),Triyatni Martosenjoyo (3),Husni Kuruseng (4), Samsuddin
Lebih terperinciPEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu
BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama
Lebih terperinciKENYAMANAN TERMAL RUANG KULIAH DENGAN PENGKONDISIAN BUATAN. THERMAL COMFORT Of LECTURE ROOM WITH ARTIFICIAL CONDITIONING
KENYAMANAN TERMAL RUANG KULIAH DENGAN PENGKONDISIAN BUATAN THERMAL COMFORT Of LECTURE ROOM WITH ARTIFICIAL CONDITIONING Muhammad Attar, Baharuddin Hamzah, M. Ramli Rahim Program Studi Teknik Arsitektur
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU
BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat
Lebih terperinciBAB III KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang akan dilakukan pada pemahaman judul Desain Arsitektur. Tropis dalam Kaitannya dengan Kenyamanan Thermal pada Rumah
RUMAH TRADISIONAL (Studi Kasus Rumah Tradisional Kejang Lako Dirantau Panjang Provinsi Jambi) KAJIAN PUSTAKA 3.1. Pemahaman Judul Kajian yang akan dilakukan pada pemahaman judul Desain Arsitektur Tropis
Lebih terperinciPENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB
PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB (ANALISA METODE PENGUKURAN MANUAL DAN METODE LUX-METER) PENULIS : HAJAR SUWANTORO, ST. NIP. 132 30 6868 DEPARTEMEN ARSITEKTUR
Lebih terperinciPOTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA
Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3 POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA KMT-8 Marwani Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Palembang Prabumulih
Lebih terperinciBAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)
BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) Refrigeration, Ventilation and Air-conditioning RVAC Air-conditioning Pengolahan udara Menyediakan udara dingin Membuat udara
Lebih terperinciGambar Proporsi penggunaan sumber energi dunia lebih dari duapertiga kebutuhan energi dunia disuplai dari bahan bakan minyak (fosil)
ARSITEKTUR DAN ENERGI Tri Harso Karyono Harian Kompas, 21 September 1995, Jakarta, Indonesia. Pengamatan para akhli memperlihatkan konsumsi energi dunia meningkat pesat dalam beberapa dekade terakhir ini.
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Pembahasan perilaku termal dan pembangkitan energi mengkonfirmasi beberapa hasil riset terdahulu. Kebaruan dari riset ini adalah dihasilkannya optimalisasi kinerja
Lebih terperinciBAB V KAJIAN TEORI Kajian Teori Penekanan Desain. Arsitektur Tropis. Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di
BAB V KAJIAN TEORI 5.1. Kajian Teori Penekanan Desain Arsitektur Tropis Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di Kabupaten Magelang ini karena, kondisi alam di Kab. Magelang
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki
1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai 11 15 LS sehingga memiliki iklim tropis lembab basah dengan ciri khas: curah hujan yang tinggi namun penguapan rendah, suhu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan. Metode pengawetan dengan cara pengeringan merupakan metode paling tua dari semua metode pengawetan yang ada. Contoh makanan yang mengalami proses pengeringan ditemukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan
Lebih terperinciAir dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.
KELEMBABAN UDARA 1 Menyatakan Kandungan uap air di udara. Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan
Lebih terperinciPerbedaan GH di daerah Tropis dan Sub Tropis. Keunggulan Tanaman dalam GH
BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BY : TIM PENGAMPU MK.MEKANISASI PERTANIAN DEPARTMENT OF AGRICULTURAL ENGINEERING FACULTY OF AGRICULTURAL TECHNOLOGY BRAWIJAYA UNIVERSITY SNI 7604-2010
Lebih terperinciPERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)
PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) Julianus Hutabarat,Nelly Budiharti, Ida Bagus Suardika Dosen Jurusan Teknik Industri,Intitut Teknologi Nasional Malang
Lebih terperinciPengaruh Konfigurasi Atap pada Rumah Tinggal Minimalis Terhadap Kenyamanan Termal Ruang
Pengaruh Konfigurasi Atap pada Rumah Tinggal Minimalis Terhadap Kenyamanan Termal Ruang Yogi Misbach A 1, Agung Murti Nugroho 2, M Satya Adhitama 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinci