JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG"

Transkripsi

1 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS CERPEN DENGAN STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) DAN TEKNIK MENERUSKAN CERITA MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VII A SMP N 1 WONOSOBO Skripsi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh Estu Winantu Untoroaji JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

2 SARI Untoroaji, Estu Winantu Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Cerpen dengan Strategi Think-Talk-Write (TTW) dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual pada Siswa Kelas VII A SMP N 1 Wonosobo. Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing : Dra. Nas Haryati S, M.Pd. Kata kunci : menyusun teks cerita pendek, strategi Think-Talk-Write (TTW), teknik meneruskan cerita, media audiovisual. Keterampilan menyusun teks cerpen siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo masih belum optimal. Masalah yang muncul pada pembelajaran tersebut diidentifikasi dari proses pembelajaran, sikap religius, sikap sosial, dan keterampilan dalam pembelajaran. Masalah yang dapat diidentifikasi berdasarkan observasi awal terkait keterampilan siswa, yaitu siswa kesulitan dalam mengembangkan ide untuk menyusun teks cerpen. Oleh karena itu, peneliti memberikan solusi dengan menggunakan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah kualitas proses pembelajaran keterampilan menyusun teks cerita pendek dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo? (2) Bagaimanakah perubahan sikap menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan sebagai sarana komunikasi dalam mengolah dan menyajikan informasi lisan dan tulis siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo dalam mengikuti pembelajaran peningkatan keterampilan menyusun teks cerita pendek dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual? (3) Bagaimana perubahan sikap jujur, disiplin, santun, toleransi, dan percaya diri siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo setelah mengikuti pembelajaran peningkatan keterampilan menyusun teks cerita pendek dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual? (4) Bagaimanakah peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo setelah mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen? Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini yaitu keterampilan menyusun teks cerita pendek siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo. Pengumpulan data menggunakan teknik tes dan teknik nontes. Tes dilakukan dalam bentuk tes tertulis untuk keterampilan siswa. Nontes diterapkan melalui observasi, jurnal guru, jurnal siswa, wawancara, dan dokumentasi foto. i

3 Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Proses pembelajaran menyusun teks cerita pendek dengan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual berjalan dengan baik dan lancar. Terjadi peningkatan pada keantusiasan dan minat siswa; kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek; keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video; keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek; dan keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek. Rata-rata skor proses pembelajaran siklus I sebesar 78,89 % dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 86,24 % sehingga peningkatan proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II sebesar 7,35 %. Siswa telah bersikap religius yang berkategori baik selama mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen. Hal ini menunjukkan bahwa sikap religius sudah tertanam dalam diri siswa, pembiasaan diri dengan berdo a sebelum dan sesudah pembelajaran, berdo a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat gaduh), memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi, menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam. Sikap sosial siswa mengalami peningkatan ke arah positif, siswa sudah menunjukkan sikap sosial yang baik. Hal tersebut diidentifikasi dari indikator sikap percaya diri, toleransi, gotong royong, dan santun. Tiap sikap sosial mengalami peningkatan yang cukup baik. Rata-rata hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen pada siklus I sebesar 2,63 termasuk dalam kategori baik, namun masih terdapat beberapa siswa yang belum mencapai ketuntasan penelitian yang telah ditentukan. Perbaikan yang dilakukan pada siklus II membuat rata-rata hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen mengalami peningkatan. Rata-rata hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 0,46 dari nilai rata-rata 2,63 pada siklus I menjadi 3,02 pada siklus II. Berdasarkan penelitian ini, peneliti menyarankan kepada guru sebaiknya memanfaatkan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita sebagai alternatif dalam pembelajaran menyusun teks cerita pendek. Media audiovisual sebagai salah satu media pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat digunakan guru untuk sarana mengajar. Peneliti di bidang pedidikan maupun bahasa dapat melakukan penelitian mengenai pembelajaran menyusun teks cerpen menggunakan pendekatan, strategi, metode, model, teknik, dan media yang lebih inovatif dan efektif untuk meningkatkan keterampilan menyusun teks cerpen siswa. ii

4 iii

5 iv

6 v

7 MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto : 1. Tidak semua dari kita dapat menjadi pemenang, karena pasti ada orang-orang yang bertepuk tangan dan memberi selamat kepadanya. 2. Hidup memang tidak adil, kadang keberuntungan tidak selalu bersama dengan orang yang berusaha keras. Jadi mulailah membiasakan diri. 3. Jika kepandaianmu tidak sanggup untuk memukau dan meyakinkan seseorang, maka buatlah dia bingung dengan ketidak tahuanmu. Persembahan : Karya ini kupersembahkan untuk : 1. Orang tua tercinta 2. Keluarga yang memberi dukungan 3. Almamater Universitas Negeri Semarang vi

8 PRAKATA Puji Syukur ke hadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya karena penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Cerpen dengan Strategi Think-Talk- Write (TTW) dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual pada Siswa Kelas VII A Smp N 1 Wonosobo. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tersusun bukan atas kemampuan dan usaha penulis sendiri. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dra. Nas Haryati S, M.Pd yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan pada penulis untuk menuntut ilmu hingga menyelesaikan studi di Universitas Negeri Semarang; 2. Prof. Dr. Agus Nuryatin M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian; 3. Sumartini, S.S., M.A., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan arahan dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini; 4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmunya kepada penulis; 5. Kepala SMP Negeri 1 Wonosobo yang telah memberikan izin penelitian 6. Pujianto, S.Pd., guru bahasa dan sastra Indonesia SMP Negeri 1 Wonosobo atas bimbingan dan bantuannya selama penelitian; vii

9 7. siswa-siswi kelas VII A SMP Negeri 1 Wonosobo yang telah bersedia membantu dan belajar bersama; 8. sahabat-sahabat penulis, teman-teman BSI angkatan 2010, teman-teman kos Rifa i yang telah berjuang bersama; 9. semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan. Semarang, November 2015 Estu Winantu Untoroaji viii

10 DAFTAR ISI SARI... i PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii PENGESAHAN KELULUSAN... iv PERNYATAAN... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vi PRAKATA... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR BAGAN... xv DAFTAR DIAGRAM... xvi DAFTAR GAMBAR... xvii DAFTAR LAMPIRAN... xix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah Batasan Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS 2.1 Kajian Pustaka Landasan Teoretis Hakikat Cerita Pendek Pengertian Cerita Pendek Unsur Pembangun Cerita Pendek Hakikat Teks Cerita Pendek Pengertian Teks Cerita Pendek Struktur Teks Cerita Pendek Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Pendek Hakikat Menyusun Teks Cerita Pendek ix

11 Pengertian Menyusun Teks Cerita Pendek Strategi Think-Talk-Write (TTW) Teknik Meneruskan Cerita Media Audiovisual Hakikat Sikap Religius dan Sikap Sosial Sikap Religius Sikap Sosial Penerapan Strategi Think-Talk-Write (TTW) dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual dalam Pembelajaran Menyusun Teks Cerita Pendek Kerangka Berpikir Hipotesis Tindakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Prosedur Tindakan Kelas Siklus I Tahap Perencanaan Siklus I Tahap Implementasi Tindakan Siklus I Tahap Observasi Siklus I Tahap Refleksi Siklus I Prosedur Tindakan Kelas Siklus II Tahap Perencanaan Siklus II Tahap Implementasi Tindakan Siklus II Tahap Observasi Siklus II Tahap Refleksi Siklus II Subjek Penelitian Variabel Penelitian Variabel Keterampilan Menyusun Teks Cerita Pendek Variabel Strategi Think-Talk-Write (TTW) dan Teknik Meneruskan Cerita Melalui Media Audiovisual Indikator Kinerja Indikator Kuantitatif Indikator Kualitatif Instrumen Penelitian Instrumen Tes Instrumen Nontes Pedoman Observasi Proses Pedoman Observasi Sikap Religius Pedoman Observasi Sikap Sosial Pedoman Wawancara Jurnal Dokumentasi Teknik Pengumpulan Data Teknik Tes Teknik Nontes x

12 Teknik Observasi Teknik Jurnal Teknik Wawancara Teknik Dokumentasi Teknik Analisis Data Teknik Kuantitatif Teknik Kualitatif BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil Penelitian Siklus I Proses Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen dengan Strategi Think-Talk-Write dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual Siklus I Perubahan Perilaku Menghargai dan Mensyukuri Keberadaan Bahasa Indonesia sebagai Anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sarana Menyajikan Informasi Lisan dan Tulis pada Siswa sebagai Wujud Sikap Religius Siklus I Perubahan Sikap Menghargai dan Menghayati Sikap Percaya Diri, Toleransi, Gotong Royong, dan Santun sebagai Wujud Sikap Sosial Siklus I Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Cerpen dengan Strategi Think-Talk-Write (TTW) dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual Siklus I Refleksi Siklus I Hasil Penelitian Siklus II Proses Pembelajaran Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Cerpen dengan Strategi Think-Talk-Write dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual Siklus II Perubahan Perilaku Menghargai dan Mensyukuri Keberadaan Bahasa Indonesia sebagai Anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sarana Menyajikan Informasi Lisan dan Tulis pada Siswa sebagai Wujud Sikap Religius Siklus II Perubahan Sikap Menghargai dan Menghayati Sikap Percaya Diri, Toleransi, Gotong Royong, dan Santun sebagai Wujud Sikap Sosial Siklus II Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Siklus II Refleksi Siklus II Pembahasan Proses Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen dengan Strategi Think-Talk-Write dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual Keantusiasan dan Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen xi

13 Kekondusifan Diskusi Kelompok Mengidentifikasi Struktur Teks Cerita Pendek Keintensifan Diskusi Kelompok setelah Menyimak Tayangan Video Keintesifan Pelaksanaan Kegiatan Menyusun Teks Cerita Pendek Refleksi pada Akhir Pembelajaran sehingga Siswa Mengetahui Kekurangan/Kesulitan dan Cara Mengatasinya Perubahan Perilaku Menghargai dan Mensyukuri Keberadaan Bahasa Indonesia sebagai Anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sarana Menyajikan Informasi Lisan dan Tulis sebagai Wujud Sikap Religius Siklus I dan Siklus II Perubahan Perilaku Menghargai dan Menghayati Sikap Percaya Diri, Toleransi, Gotong Royong, dan Santun dalam Berinteraksi secara Efektif dengan Lingkungan Sosial dan dalam Jangkauan Pergaulan dan Keberadaannya sebagai Wujud Sikap Sosial Siklus I dan Siklus II Sikap Percaya Diri Sikap Toleransi Sikap Gotong Royong Sikap Santun Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II Keterkaitan Hasil Penelitian Keterampilan Menyusun Teks Cerpen dengan Strategi TTW dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual dengan Hasil Penelitian pada Kajian Pustaka BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

14 DAFTAR TABEL Tabel 1 Penerapan Strategi TTW dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual berdasarkan Pembelajaran Berbasis Teks Tabel 2 Konversi Nilai Kompetensi Keterampilan Tabel 3 Konversi Nilai Kompetensi Sikap Tabel 4 Aspek Penilaian Cerita Pendek Tabel 5 Kisi-kisi Instrumen Nontes Tabel 6 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus I Tabel 7 Hasil Penilaian Observasi Sikap Religius Siklus I Tabel 8 Hasil Penilaian Observasi Sikap Percaya Diri Siklus I Tabel 9 Hasil Penilaian Observasi Sikap Toleransi Siklus I Tabel 10 Hasil Penilaian Observasi Sikap Gotong Royong Siklus I Tabel 11 Hasil Penilaian Observasi Sikap Santun Siklus I Tabel 12 Hasil Tes Menyusun Teks Cerpen Siklus I Tabel 13 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Tema Siklus I Tabel 14 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Alur Siklus I Tabel 15 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Latar Siklus I Tabel 16 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Sudut Pandang Siklus I Tabel 17 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Tokoh dan Penokohan Siklus I Tabel 18 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Gaya Bahasa Siklus I Tabel 19 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Kepaduan Unsur Pembangun Cerpen Siklus I Tabel 20 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus II Tabel 21 Hasil Penilaian Observasi Sikap Religius Siklus II Tabel 22 Hasil Penilaian Observasi Sikap Percaya Diri Siklus II Tabel 23 Hasil Penilaian Observasi Sikap Toleransi Siklus II xiii

15 Tabel 24 Hasil Penilaian Observasi Sikap Gotong Royong Siklus II Tabel 25 Hasil Penilaian Observasi Sikap Santun Siklus II Tabel 26 Hasil Tes Menyusun Teks Cerpen Siklus II Tabel 27 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Tema Siklus II Tabel 28 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Alur Siklus II Tabel 29 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Latar Siklus II Tabel 30 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Sudut Pandang Siklus II Tabel 31 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Tokoh dan Penokohan Siklus II Tabel 32 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Gaya Bahasa Siklus II Tabel 33 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Kepaduan Unsur Pembangun Cerpen Siklus I Tabel 34 Perbandingan Hasil Penilaian Observasi Proses Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II Tabel 35 Sikap Religius Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II Tabel 36 Sikap Percaya Diri Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II Tabel 37 Sikap Toleransi Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II Tabel 38 Sikap Gotong Royong Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II Tabel 39 Sikap Santun Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Menyusun teks Cerpen Siklus I dan Siklus II Tabel 40 Rekapitulasi dan Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II xiv

16 DAFTAR BAGAN Bagan 1 Struktur Teks Cerpen Bagan 2 Tahap-tahap Strategi TTW Bagan 3 Tahap-tahap Strategi TTW dalam Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Bagan 4 Kerangka Berpikir Bagan 5 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) xv

17 DAFTAR DIAGRAM Diagram 1 Perbandingan Hasil Observasi Proses Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II Diagram 2 Perbandingan Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II xvi

18 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Interaksi Guru dan Siswa yang Menunjukkan Keantusiasan dan Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Gambar 2 Aktivitas Diskusi Siswa Mengidentifikasi Struktur Teks Cerita Pendek Gambar 3 Aktivitas Siswa Menyimak Tayangan Video dan Berdiskusi setelah Menyimak Tayangan Video Gambar 4 Aktivitas Siswa Menyusun Teks Cerita Pendek Gambar 5 Aktivitas Siswa Melakukan Refleksi pada Akhir Pembelajaran Gambar 6 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Religius Siklus I Gambar 7 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Percaya diri Siklus I Gambar 8 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Toleransi Siklus I Gambar 9 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Gotong Royong Siklus I Gambar 10 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan sikap Santun Siklus I Gambar 11 Aktivitas Siswa Menunjukkan Keantusiasan dan Minat dalam Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus II Gambar 12 Aktivitas Diskusi Siswa Mengidentifikasi Struktur Teks Cerita Pendek Siklus II Gambar 13 Aktivitas Diskusi Kelompok setelah Menyimak Tayangan Video Siklus II Gambar 14 Aktivitas Siswa Menyusun Teks Cerita Pendek Siklus II Gambar 15 Aktivitas Siswa Melakukan Refleksi pada Akhir Pembelajaran Siklus II Gambar 16 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Religius Siklus II Gambar 17 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Percaya Diri Siklus II Gambar 18 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Toleransi Siklus II Gambar 19 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Gotong Royong Siklus II xvii

19 Gambar 20 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Santun Siklus II Gambar 21 Perbandingan Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Keantusiasan dan Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II Gambar 22 Perbandingan Aktivitas Diskusi Siswa Mengidentifikasi Struktur Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II Gambar 23 Aktivitas Siswa Menyimak Tayangan Video dan Berdiskusi setelah Menyimak Tayangan Video Siklus I dan Siklus II Gambar 24 Aktivitas Siswa Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II Gambar 25 Aktivitas Siswa Melakukan Refleksi pada Akhir Pembelajaran Siklus I dan Siklus II xviii

20 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 RPP Siklus I Lampiran 2 RPP Siklus II Lampiran 3 Lembar Kerja Kelompok Tugas 1 Memahami Teks Cerita Pendek Siklus I Lampiran 4 Lembar Kerja Kelompok Tugas 2 Menyusun Struktur Teks Cerita Pendek Siklus I Lampiran 5 Lembar Kerja Kelompok Tugas 3 Menyusun Teks Cerita Pendek Siklus I Lampiran 6 Lembar Kerja Kelompok Tugas 1 Memahami Teks Cerita Pendek Siklus II Lampiran 7 Lembar Kerja Kelompok Tugas 2 Menyusun Struktur Teks Cerita Pendek Siklus II Lampiran 8 Lembar Kerja Kelompok Tugas 3 Menyusun Teks Cerita Pendek Siklus II Lampiran 9 Pedoman Observasi Proses Pembelajaran Siklus I dan Siklus II Lampiran 10 Pedoman Penilaian Observasi Sikap religius dan Sikap Sosial Siklus I dan Siklus II Lampiran 11 Pedoman Penilaian Keterampilan Menyusun Teks Cerita Pendek Siklus I dan Siklus II Lampiran 12 Pedoman Jurnal Guru Siklus I dan Siklus II Lampiran 13 Pedoman Jurnal Siswa Siklus I dan Siklus II Lampiran 14 Pedoman Dokumentasi Siklus I dan Siklus II Lampiran 15 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus I Lampiran 16 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus II Lampiran 17 Hasil Nilai Sikap Religius dan Sikap Sosial Siklus I Lampiran 18 Hasil Nilai Sikap Religius dan Sikap Sosial Siklus II Lampiran 19 Nilai Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Siklus I Lampiran 20 Nilai Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Siklus II xix

21 Lampiran 21 Hasil Jurnal Guru Siklus I Lampiran 22 Hasil Jurnal Guru Siklus II Lampiran 23 Hasil Jurnal Siswa Siklus I Lampiran 24 Hasil Jurnal Siswa Siklus II Lampiran 25 Hasil Tugas Kelompok Siklus I Lampiran 26 Hasil Tugas Kelompok Siklus II Lampiran 27 Hasil Cerita Pendek Siklus I Lampiran 28 Hasil Cerita Pendek Siklus II Lampiran 29 Daftar Nama Siswa Kelas VII A xx

22 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 menekankan keseimbangan antara kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi sikap berhubungan dengan penanaman karakter pada peserta didik, terdapat dua sikap penting yang ingin ditanamkan pada peserta didik. Pertama adalah sikap spiritual yang berkaitan dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa. Kedua adalah sikap sosial berkaitan dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Kompetensi pengetahuan berhubungan dengan kemampuan siswa memahami materi pelajaran, menjawab pertanyaan, dan kritis terhadap materi yang disampaikan guru. Sedangkan kompetensi keterampilan merupakan penerapan dari pengetahuan yang dimiliki peserta didik. Kompetensi keterampilan bisa berupa praktik misalnya praktik menulis dan berbicara. Ketiga kompetensi tersebut harus dikuasai siswa agar menjadi peserta didik yang menguasai soft skill dan hard skill. Pada kurikulum 2013 untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berbasis teks, ada beberapa jenis teks yang diajarkan yaitu teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek. Cerita 1

23 2 pendek adalah satu-satunya teks sastra yang diajarkan pada tingkat SMP. Pemilihan cerita pendek sebagai salah satu jenis teks sastra yang diajarkan dalam kurikulum 2013 cukup tepat karena dibandingkan dengan jenis prosa yang lain misalnya novel, cerita pendek memiliki bentuk yang paling pendek/singkat sehingga peserta didik akan lebih mudah memahami dan menyusunnya. Pembelajaran menyusun teks cerita pendek membutuhkan waktu yang cukup agar peserta didik benar-benar paham dengan materi yang disampaikan. Pembelajaran menyusun teks cerita pendek meliputi memahami hakikat cerita pendek, bentuk teks cerita pendek, struktur teks cerita pendek, dan menulis atau menyusun teks cerita pendek. Berdasarkan kurikulum 2013 pada kelas VII semester II kompetensi menyusun teks cerita pendek, terdapat pada KD 4.2 yaitu menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek berdasarkan berdasarkan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tertulis. Pada hakikatnya pembelajaran menyusun teks cerita pendek pada kurikulum 2013 sama dengan kurikulum sebelumya. Peserta didik harus memahami hakikat cerita pendek, bentuk teks cerita pendek, struktur teks cerita pendek, dan pada akhirnya menyusun teks cerita pendek. Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII SMP N 1 Wonosobo, terdapat beberapa faktor yang membuat siswa kesulitan dalam menguasai keterampilan menyusn cerita pendek. Dari beberapa masalah yang ditemukan, peneliti fokus pada kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam menguasai keterampilan menyusun teks cerpen. Peneliti memberikan

24 3 solusi untuk menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual sebagai upaya peningkatan keterampilan menyusun teks cerita pendek untuk siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo. Solusi yang diberikan diharapkan dapat menyelesaikan kesulitan siswa dalam mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan, dan pengalamannya dalam bentuk tulisan untuk dikembangkan menjadi teks cerita pendek. Penggunaan strategi TTW yang dikombinasikan dengan teknik meneruskan cerita dan media audiovisual membantu siswa dalam mengungkapkan ide dan gagasannya ke dalam bentuk tulisan. Siswa tidak akan merasakan kesulitan lagi dalam mengungkapkan ide dan gagasannya karena siswa tinggal meneruskan cerita pada film animasi yang telah ditayangkan. Dalam meneruskan cerita, siswa diberikan kebebasan untuk mengembangkan idenya sesuai kreatifitas yang dimiliki. Penerapan solusi yang ditawarkan oleh peneliti tentunya disesuaikan dengan penerapan kurikulum 2013 yang berbasis teks. Dalam pembelajaran yang dilaksanakan terdapat tahapan pembelajaran berbasis teks yaitu (1) tahap pembangunan konteks (2) pemodelan teks, (3) kerja sama membangun teks, (3) kerja mandiri menciptakan teks yang sesuai model. Strategi Think-Talk-Write (TTW) adalah strategi yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menyusun bahasa tersebut dengan lancar (Huda 2013:218). Strategi yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Sesuai dengan

25 4 namanya, strategi ini mempunyai urutan think (berpikir), talk (berbicara/berdiskusi), dan write (menulis). Strategi ini digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum dituliskan. Strategi yang digunakan dikombinasikan dengan teknik meneruskan cerita dan media audiovisual. Teknik meneruskan cerita merupakan suatu kegiatan yang akan meningkatkan daya imajinasi siswa sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulis kreatif. Menurut Rahmanto (1988:116) teknik meneruskan cerita merupakan satu langkah-langkah pertahapan dalam menulis karya sastra yaitu dengan menambahkan episode khayal. Teknik meneruskan cerita bertujuan agar siswa dapat meneruskan cerita yang sudah ada sesuai dengan daya imanijasi yang dimiliki. Tulisan yang dihasilkan siswa harus sesuai dengan cerita yang telah ada sebelumnya, namun pada bagian akhir berbeda bergantung pada kreativitas siswa untuk mengakhirinya. Salah satu cara yang baik untuk memperkenalkan teknik ini adalah dengan memberikan bahan rangsangan berupa pemutaran film yang dihilangkan bagian akhirnya. Pemilihan film sebagai bahan rangsangan harus disesuaikan dengan peserta didik. Salah satu film yang sesuai dengan peserta didik kelas VII adalah film animasi, dalam film animasi biasanya disisipkan pesan-pesan yang ingin disampikan kepada penonton. Selain itu film animasi juga dapat menarik peserta didik untuk mengikuti pembelajaran dan menghilangkan kejenuhan. Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti memilih judul Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Cerpen dengan Strategi Think-Talk-

26 5 Write (TTW) dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual pada Siswa Kelas VII A SMP N 1 Wonosobo 1.2 Identifikasi Masalah Seperti yang telah dijabarkan dalam latar belakang masalah, maka kaitannya dengan pembelajaran menyusun teks cerita pendek dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut. Pertama ialah faktor siswa, siswa kurang berpengalaman dalam menyusun teks cerita pendek sehingga dibutuhkan waktu yang lama untuk menguasainya. Latihan yang rutin juga dibutuhkan siswa untuk meningkatkan keterampilan menyusun teks cerita pendek. Kedua ialah faktor proses pembelajaran, selama proses pembelajaran guru banyak menggunakan metode ceramah, guru kurang memberikan kesempatan siswa untuk berlatih menulis cerita pendek. Selain itu, penggunaan media untuk menarik perhatian siswa jarang dilakukan dan kurang bervariasi. Waktu pembelajaran yang singkat juga menjadi masalah tersendiri bagi siswa. Ketiga ialah faktor sikap sosial siswa, kurang adanya keberanian dari siswa untuk menyampaikan pendapat, tugas yang tidak dikerjakan sendiri, dan tidak tepat waktu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Kurang menghargai pendapat siswa lain, ditunjukkan dengan tindakan yang tidak menyimak pendapat yang disampaikan. Keempat ialah faktor buku teks, penerapan kurikulum yang baru membuat buku teks atau buku panduan pelajaran masih terbatas. Dalam buku teks yang

27 6 diterbitkan masih banyak contoh teks cerpen yang tidak sesuai, contoh yang diberikan cenderung lebih banyak teks dongeng bukan teks cerpen. Sehingga, membuat siswa kesulitan dalam memahami teks cerpen. Kelima ialah faktor keterampilan siswa, siswa kesulitan dalam mengembangkan ide dalam menulis cerpen. Siswa kurang terampil dalam mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan, dan pengalamannya dalam bentuk tulisan untuk dikembangkan menjadi teks cerita pendek. 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang muncul beragam. Untuk itu, perlu dilakukan pembatasan masalah agar pembahasan penelitian ini bisa fokus dan tidak meluas. Penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan keterampilan menyusun teks cerita pendek dengan strategi Think- Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual pada siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo. 1.4 Rumusan Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 yang terkandung dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar menekankan pada beberapa aspek yaitu (1) proses, (2) keterampilan, (4) sikap religius, dan (5) sikap sosial. Sehingga yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

28 7 1) Bagaimanakah kualitas proses pembelajaran keterampilan menyusun teks cerita pendek dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo? 2) Bagaimanakah perubahan sikap menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan sebagai sarana komunikasi dalam mengolah dan menyajikan informasi lisan dan tulis siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo dalam mengikuti pembelajaran peningkatan keterampilan menyusun teks cerita pendek dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual? 3) Bagaimana perubahan sikap jujur, disiplin, santun, toleransi, dan percaya diri siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo setelah mengikuti pembelajaran peningkatan keterampilan menyusun teks cerita pendek dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual? 4) Bagaimanakah peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo setelah mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen? 1.5 Tujuan Penelitian adalah : Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, tujuan penelitian ini

29 8 1) Mendeskripsikan kualitas proses pembelajaran keterampilan menyusun teks cerita pendek dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo. 2) Mendeskripsikan perubahan sikap menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan sebagai sarana komunikasi dalam mengolah dan menyajikan informasi lisan dan tulis siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo setelah mengikuti pembelajaran peningkatan keterampilan menyusun teks cerita pendek dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. 3) Mendeskripsikan perubahan sikap jujur, disiplin, santun, toleransi, dan percaya siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo setelah mengikuti pembelajaran peningkatan keterampilan menyusun teks cerita pendek dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. 4) Mendeskripsikan peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen kelas VII A SMP N 1 Wonosobo setelah mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat Teoretis dari penelitian ini adalah penelitian ini

30 9 diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan teori pembelajaran sehingga dapat memperbaiki kualitas pendidikan dan pembelajaran menyusun teks cerita pendek. Penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk menambah khasanah pengetahuan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terutama penerapan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Sedangkan manfaat praktis dalam penelitian ini bagi peserta didik, penelitian ini dapat meningkatkan pola belajar siswa sehingga menjadi lebih baik serta dapat meningkatkan kemampuan dan minat siswa dalam pembelajaran menyusun teks cerita pendek. Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran untuk meningkatkan kinerja guru terutama dalam membelajarkan kompetensi menyusun teks cerita pendek. Khususnya untuk meningkatkan keterampilan menyusun teks cerita pendek dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan acuan pelaksanaan pembelajaran menyusun teks cerita pendek yang lebih menarik dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi dalam bidang menyusun teks cerita pendek bagi siswa.

31 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang peningkatan keterampilan menulis cerita pendek sudah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu. Oleh karena itu, penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik penelitian ini digunakan sebagai acuan. Beberapa penelitian terdahulu yang cukup relevan digunakan sebagai kajian pustaka penelitian ini dilakukan oleh Ibnian (2010), Parede (2011), Ratmandani (2009), Miftahurrohim (2009), Anisa (2010), dan Nadiya (2010). Penelitian yang dilakukan oleh Ibnian (2010) merupakan penelitian yang mengkaji tentang penggunaan teknik konsep cerita untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek pada siswa EFL kelas sepuluh. Metode yang digunakan oleh Ibnian adalah dengan memilih secara acak empat kelas dari sekolah di Amman. Dua kelas sebagai kelas eksperimen, sedangkan dua lainnya sebagai kelas kontrol. Siswa dari kelas eksperimen diberi intruksi untuk menulis cerpen menggunakan teknik konsep cerita, sedangkan kelas kontrol menggunakan metode tradisional. Tahap selanjutnya adalah dengan memberikan tes menulis cerpen pada masing-masing kelas. Waktu yang diberikan untuk menulis cerpen adalah enam puluh menit. 10

32 11 Hasil yang dicapai setelah dilakukan tes adalah penggunaan teknik konsep cerita memberikan dampak positif pada keterampilan menulis cerpen siswa kelas sepuluh. Peningkatan keterampilan dapat dilihat dari perbaikan organisasi penulisan, teknik penulisan, penggunaan bahasa pada menulis kreatif (kelancaran, fleksibilitas, munculnya ide baru, dan perluasan ide). Pardede (2011) melakukan penelitian berkaitan dengan penggunaan cerita pendek untuk mengajarkan keterampilan berbahasa. Pardede menggunakan cerpen untuk mengajarkan empat keterampilan berbahasa. Metode yang digunakan adalah dengan memilih dua kelas untuk diberikan teks yang berbeda. Kelas yang pertama diberikan teks nonsastra, sedangkan kelas yang lain diberikan teks sastra yaitu cerpen. Selanjutnya dilakukan tes pada masing-masing kelas, tes tersebut meliputi keterampilan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Pada tes keterampilan membaca diberikan tiga macam soal yaitu mengisi tabel kelas kata berdasarkan teks yang sudah dibaca. Soal yang kedua adalah mengisi sinonim atau definisi dari kata yang terdapat pada teks, dan yang terakhir adalah melengkapi kalimat rumpang menggunakan sinonim kata pada soal sebelumnya. Pada tes keterampilan menulis, siswa diberikan soal untuk menulis sebuah dialog antara seorang anak dan ayahnya. Selanjutnya dialog tersebut dikembangkan menjadi sebuah cerpen yang berisi tokoh, setting, klimaks, dan resolusi. Untuk tes keterampilan berbicara, siswa diperintahkan untuk membaca teks yang diberikan secara bergiliran. Sedangkan untuk tes menyimak, guru

33 12 membaca teks dan siswa menyimak teks yang dibacakan guru. Selanjutnya guru memberikan pertanyaan berdasarkan teks yang dibacakan. Hasil yang dicapai dengan penggunaan cerpen adalah bertambahnya perbendaharaan kata pada keterampilan membaca, pada keterampilan menulis siswa menjadi lebih kreatif, cerpen dapat menjadi sumber belajar pada keterampilan menyimak dan berbicara. Ratmandani (2009) dengan penelitiannya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Berdasarkan Teks Berita Melalui Model Pembelajaran Team-Assisted-Individualization (TAI) pada Siswa Kelas X 2 SMA N 1 Karanggede. Berdasarkan analisis dan Penelitian keterampilan menulis cerita pendek dengan model pembelajaran Team-Assisted-Individualization (TAI) pada siswa kelas X 2 SMA N 1 Karanggede mengalami peningkatan dari siklus I ke Siklus II sebesar 15,74% atau 24,49%. Dengan nilai rata-rata pada siklus I sebesar 64,25 % dan siklus II sebesar 79,99%. Penelitian yang dilakukan Ratmandani memiliki persamaan dan perbedaan dengan judul yang diangkat oleh peneliti, persamaannya adalah kedua penelitian ini mengangkat topik tentang keterampilan menulis cerpen. Perbedaannya terletak pada penggunaan model dan media, selain itu kurikulum yang diterapkan juga berbeda. Model yang digunakan Ratmandani adalah Team-Assisted- Individualization (TAI) dengan teks berita sebagai acuan dalam menulis cerpen. Peningkatan keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas X 2 SMA N 1 Karanggede diikuti perubahan perilaku belajar yang positif dari perilaku negatif. Pada siklus I siswa belum terlihat begitu aktif dalam

34 13 pembelajaran, selain itu siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran menulis cerita pendek. Namun, pada siklus II siswa sudah terlihat lebih aktif siswa tidak ragu lagi untuk menanyakan materi yang kurang dipahami siswa juga lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Berkenaan dengan penggunaan strategi Think-Talk-Write (TTW), Miftahurrohim (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Penggunaan Strategi Think-Talk-Write untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan argumentasi pada siswa Kelas X-9 SMA Nasional Pati penggunaan strategi TTW mampu meningkatkan keterampilan menulis karangan argumentasi dan dapat mengubah perilaku siswa keals X-9 SMA Nasional Pati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah mengikuti pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan strategi TTW, keterampilan siswa mengalami peningkatan sebesar 23,94 %. Skor rata-rata kelas pada tahap prasiklus sebesar 58,67 % dan mengalami peningkatan sebesar 16,96% menjadi 75,63 pada siklus I. Kemudian pada siklus II, skor rata-rata kelas meningkat sebesar 6,98% menjadi 82,61. Pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan strategi TTW dapat mengubah perilaku siswa, siswa yang sebelumnya merasa kurang siap dan kurang aktif dalam pembelajaran menjadi siap dan lebih aktif mengikuti pembelajaran. Peneliti lain yang menggunakan Think-Talk-Write (TTW) adalah Anisa (2010) dengan judul penelitian Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Mengubah Teks Wawancara melalui Model Think-Talk-Write pada Siswa Kelas VII A SMP N 2 Cepiring. Berdasarkan hasil penelitian diketahui

35 14 bahwa keterampilan menulis karangan narasi dengan mengubah teks wawancara siswa pada tahap prasiklus sebesar 60,7 dengan kategori cukup. Setelah dilakukan tindakan melalui model TTW pada siklus I nilai rata-rata yang dicapai sebesar 66,3 dengan kategori cukup. Tindakan dan nilai rata-rata pada siklus I belum mencapai tujuan yang akan dicapai yaitu sebesar 70. Oleh karena itu peneliti melakukan tindakan siklus II. Pada siklus II ini rata-rata yang dicapai sebesar 77,8 dengan kategori baik. Hal ini berarti mengalami peningkatan sebesar 17,1 atau 28,1 % dari prasiklus ke siklus II. Selain itu perilaku-perilaku negatif maupun yang kurang sesuai dengan prinsip-prinsip TTW mengalami perubahan ke arah positif dari siklus I ke siklus II. Dari hasil pembehasan tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi siswa kelas VII A SMP N 2 Cepiring setelah dilakukan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi dengan model TTW. Selain itu, perubahan perilaku dalam penelitian ini adalah para siswa tampak senang, lebih semangat, aktif mengikuti pembelajaran, antusias dalam bertanya, serta sangat memperhatikkan penjelasan guru. Berkaitan dengan penelitian keterampilan menulis cerpen menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) sudah dilakukan oleh Nadiya (2010) dengan judul Penggunaan Strategi Think-Talk-Write (TTW) untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X 4 SMA N 1 Welahan Kabupaten Jepara. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus

36 15 II, baik berupa data tes maupun data nontes. Dari data tes dapat diketahui peningkatan nilai menulis cerpen dengan strategi TTW. Nilai rata-rata pada siklus I mencapai 69,26. Setelah dilakukan siklus II meningkat menjadi 79,20 atau meningkat sebanyak 14,35% dari siklus I. Begitu juga dengan nilai per aspeknya yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan data nontes yang terdiri atas observasi, hasil jurnal siswa, hasil jurnal guru, wawancara dengan siswa, dan dokumentasi foto yang diambil saat kegiatan pembelajaran berlangsung terlihat adanya perubahan perilaku siswa yang terlihat lebih tertarik, lebih serius, dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan menulis cerpen. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Nadiya mempunyai beberapa kelemahan antara lain, (1) langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan tidak sesuai dengan tahap-tahap strategi TTW, (2) pada tahap think dalam strategi TTW kegiatan yang dilakukan siswa salah satunya adalah membuat catatan kecil tentang ide-ide dengan bahasanya sendiri, pada pembelajaran yang dilakukan Nadiya tahap think tidak ada kegitan tersebut, (3) Pada aspek peranan dan tugas guru dalam strategi TTW masih kurang lengkap, langkah pembelajaran yang dilakukan nadia tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan ide secara lisan sesuai dengan peranan guru dalam TTW. Keunggulan penelitian ini dari penelitian yang telah dilakukan terdahulu adalah pengembangan yang dilakukan pada strategi yang digunakan. Tahap think pada strategi TTW yang pertama adalah dengan memberikan soal pada siswa, namun pada penelitian ini pemberian soal dikembangkan menjadi penayangan

37 16 video kemudian siswa mengidentifikasi unsur-unsur pembangun cerita dalam video yang ditayangkan. Setelah itu siswa membuat catatan kecil tentang hasil identifikasi untuk dibawa ke forum diskusi kelompok. Penggunaan video adalah sebagai bahan rangsangan bagi peserta didik agar lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dengan teknik yang telah dikombinasikan dengan strategi TTW. 2.2 Landasan Teoretis Teori-teori yang mendukung penelitian ini adalah (1) Hakikat cerita pendek, mencakup pengertian dan unsur pembangun cerita pendek, (2) Hakikat teks cerita pendek, mencakup pengertian teks cerpen, struktur teks cerpen, dan kaidah kebahasaan teks cerpen, (3) Hakikat menulis teks cerita pendek, mencakup pengertian menulis teks cerpen dan tahap-tahap menulis teks cerpen, (4) Strategi Think-Talk-Write (TTW), (5) Teknik meneruskan cerita, (6) Media audiovisual, (7) Sikap religius dan sikap sosial, (8) Penerapan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual dalam pembelajaran menulis teks cerpen Hakikat Cerita Pendek Pengertian Cerita Pendek Cerita pendek adalah cerita yang isinya mengisahkan peristiwa pelaku cerita secara singkat dan padat tetapi mengandung kesan yang mendalam, peristiwa itu dapat nyata atau imanjinasi (Sukirno 2010:83). Sedangkan menurut

38 17 Haryati (2011:21) cerita pendek adalah cerita yang berbentuk cerita yang berbentuk prosa yang relatif pendek. Predikat pendek di sini bukan ditentukan oleh panjang pendeknya halaman untuk mewujudkan cerita itu atau sedikitnya tokoh yang terdapat di dalamnya, melainkan disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan lewat bentuk karya itu. Zaidan Hendy (dalam Kusmayadi 2010:7) mengungkapkan bahwa cerpen adalah karya sastra berbentuk prosa yang isinya merupakan kisah pendek yang mengandung kisah tunggal. Jakob Sumardjo (dalam Kusmayadi 2010:7) mendeskripsikan cerpen sebagai cerita atau rekaan yang fiktif. Artinya bukan berupa analisis argumentasi dan peristiwanya tidak benar-benar telah terjadi serta relatif pendek. Kependekan sebuah cerpen bukan karena bentunya yang jauh lebih pendek dari novel, melainkan dari aspek masalahnya. Batasan panjang karangan sebuah cerpen Nugroho Notosusanto (dalam Kusmayadi 2010:7) menyatakan bahwa panjang cerpen sekitar kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap. Mochtar Lubis (dalam Kusmayadi 2010:8) mengatakan umumnya panjang cerpen antara 500 sampai kata. Sedangkan untuk cerpen-cerpen anak tentunya bisa lebih pendek lagi. Meskipun ceritanya tidak terlalu panjang kisah yang disampaikan haruslah tuntas (ada awal, tengah, dan akhir cerita). Pendapat lain menyebutkan bahwa pedoman umum cerpen terdiri atas kata kata. Penggolongannya adalah sebagai berikut : cerita pendek (short story), cerita pendek yang pendek (short, short story), cerita pendek yang sangat pendek (very short-short story), cerpen yang pendek hanya terdiri atas 750

39 18 sampai kata cerpen jenis ini biasanya disebut cerita mini. Adapun cerpen yang ditulis sampai dengan kata bisa disebut dengan cerpan (Kusmayadi 2010:8). Cerpen memiliki ciri yang berbeda dengan jenis prosa yang lain, ciri cerpen yang diungkapkan oleh Kusmayadi (2010:8) adalah (1) cerita pendek merupakan sebuah kisahan pendek yang dibatasai oleh jumlah kata atau halaman, (2) cerita pendek biasanya memusatkan perhatian pada peristiwa. Artinya, peristiwa yang diceritakan hanya satu (tunggal), (3) cerita pendek mempunyai satu alur, (4) latar dalam cerita pendek biasanya tunggal. Terkadang latar tidak begitu penting perannya, hanya sebagai pelengkap cerita saja karena tidak dideskripsikan secara lengkap, (5) cerita pendek memuat jumlah tokoh yang terbatas, penokohan dalam cerita pendek terfokus pada tokoh utama saja. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa cerita pendek adalah karya sastra berbentuk prosa yang berisi cerita mengenai seorang tokoh dan peristiwa yang dialaminya, konfliknya sederhanya dan memiliki kesan tunggal Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek Dalam cerita pendek terdapat unsur-unsur yang membangun cerita tersebut dari dalam sehingga dapat membentuk suatu cerita yang menarik dan susunan peristiwanya jelas. Unsur-unsur pembangun cerita pendek mencakupi tema, tokoh/penokohan, latar, alur, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat (Kusmayadi 2010:19).

40 19 a. Tema Tema adalah pokok permasalah sebuah cerita, makna cerita, gagasan pokok, atau dasar cerita. Tema adalah gagasan sentral yakni sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam dan melalui karya fiksi, tema suatu karya sastra dapat tersurat dan dapat pula tersirat. Disebut tersurat apabila tema tersebut dengan jelas dinyatakan oleh pengarangnya, disebut tersirat apabila tidak secara tegas dinyatakan tetapi terasa dalam keseluruhan cerita yang dibuat pengarang (Baribin 1985:59). Suharianto (2005:17) tema adalah permasalahan yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun cerita atau karya sastra tersebut, sekaligus merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan pengarang dengan karyanya itu. Tema adalah pokok permasalahan sebuah cerita, gagasan pokok, atau dasar cerita (Kusmayadi 2010:19). Dalam sebuah cerpen tema yang menarik sangatlah penting, dengan tema yang menarik akan membuat pembaca penasaran untuk membacanya. Sebuah tema merupakan hal yang menghubungkan cerita dari awal sampai akhir. Tokoh, alur, latar, dan unsur lainnya sangat bergantung pada tema saat penulisan sebuah cerpen. Pemilihan kata juga sangat berhubungan dengan tema, penggunaan katakata yang berlebihan bisa jadi akan mengaburkan inti cerita tersebut. Penceritaan yang fokus pada sebuah inti cerita, tidak melebar tanpa suatu kejelasan akan mempertegas tema yang telah ditentukan.

41 20 Dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan pokok atau sentral dari keseluruhan cerita yang disampikan pengarang. Pengarang dapat menyampaikan cerita secara tersirat maupun tersurat. b. Tokoh dan Penokohan Tokoh menunjuk pada pelaku cerita, tokoh ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam cerita. Tokoh pada umunya berwujud manusia meskipun dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan (Haryati 2011:25). Sedangkan menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 1994:165) tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dapat disimpulkan bahwa tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita atau bisa disebut juga bahwa tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam cerita. Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh, penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro 2009:165). Sedangkan menurut Suharianto (2005:20) penokohan atau perwatakan ialah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat-sitiadatnya, dan sebagainya. Pendapat lain dari Stanton (dalam Baribin 1985:54) yang dimaksud perwatakan atau penokohan dalam suatu fiksi dapat dipandang dari dua segi. Pertama mengacu kepada orang atau tokoh yang bermain dalam cerita, yang kedua adalah mengacu

42 21 kepada perbauran dari minat, keinginan, emosi, dan moral yang membentuk individu yang bermain dalam suatu cerita. Cerpen akan menarik dibaca jika pengarang bisa menciptakan tokoh yang berkarakter kuat. Penciptaan karakter dapat digali dari nama pelaku, umur, pekerjaan, tempat tinggal, penampilan, perilaku, status, status sosial, temantemannya, obsesinya, dan hal yang dibencinya. Untuk menjaaga efektevitas cerita, sebuah cerpen sebaiknya tidak memiliki terlalu banyak tokoh. Jika terlalu banyak tokoh justu bisa mengaburkan jalan cerita. Penggambaran watak tokoh akan lebih menarik jika tidak dituliskan terlalu detail. Penggambaran watak tokoh yang sedikit diberikan oleh pengarang akan menarik pembaca untuk lebih meresapi lagi cerpen yang dibacanya. Pembaca akan lebih memperhatikan hal-hal kecil yang dilakukan oleh seorang tokoh misalnya kebiasaan yang dilakukannya, dialog dengan tokoh lain, dan pendapat tokoh lain untuk mengetahui watak dan karakter tokoh tersebut. Dari definisi yang telah dijabarkan di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah individu yang terlibat dalam sebuah cerpen. Tokoh dibedakan menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Penokohan adalah penggambaran watak tokoh dalam cerpen, dalam menggambarkan watak tokoh terdapat dua metode yaitu metode langsung dan tidak langsung. c. Latar (Setting) Latar atau disebut juga setting adalah tempat atau waktu terjadinya cerita. Unsur cerita yang menunjukkan kepada kita di mana dan kapan kejadian-kejadian dalam cerita berlangsung disebut latar, ada pula yang menyebutnya landasan

43 22 tumpu yakni lingkungan tempat peristiwa terjadi (Kusmayadi 2010:24). Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 2009:216) latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Sementara Nuryatin (2010:13) berpendapat bahwa latar adalah gambaran tentang tempat, waktu atau masa, dan kondisi sosial terjadinya cerita. Itu berarti bahwa latar terdiri atas latar tempat, waktu atau masa, dan kondisi sosial terjadinya cerita. Aminuddin (2009:66) setting adalah latar peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis. Jadi latar atau setting menunjuk pada tempat, waktu, dan lingkungan sosial terjadinya cerita. Menurut Kusmayadi (2010:24) secara garis besar latar cerita dapat dibagi ke dalam tiga bagian, yakni latar tempat adalah hal yang berkaitan dengan masalah geografis, latar tempat menyangkut deskripsi tempat suatu peristiwa terjadi. Latar waktu berkaitan dengan masalah sejarah (historis), mengacu pada saat terjadinya peristiwa. Latar sosial berkaitan dengan kehidupan kemasyarakatan, latar sosial merupakan lukisan status yang menunjukkan seorang atau beberapa orang tokoh dalam masyarakat yang ada di sekelilingnya. Statusnya dalam kehidupan sosial dapat digolongkan menurut tingkatannya. Dalam penulisan cerpen pemilihan latar yang tepat akan mendukung jalannya cerita. Pilihlah latar yang berkaitan dengan tokoh dan kejadian yang terjadi. Sebuah cerpen akan lebih menarik jika latar yang dimunculkan tidak

44 23 tipikal dan tidak mudah ditebak. Pilihlah sebuah latar yang tiba-tiba bisa memunculkan konflik bagi pelakunya. Jadi dapat disimpulkan bahwa latar atau setting adalah tempat dan waktu tejadinya peristiwa dalam sebuah cerita. Latar juga dapat berarti lingkungan terjadinya cerita. d. Alur (Plot) Alur adalah jalinan peristiwa secara beruntun dalam sebuah prosa fiksi yang memperhatikan hubungan sebab akibat sehingga cerita itu merupakan keseluruhan yang padu, bulat, dan utuh (Suharianto 2005:18). Menurut Baribin (1985:61) alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara logis, dalam pengertian ini alur merupakan suatu jalur tempat lewatnya rentetan peristiwa yang tidak terputus-putus. Stanton (dalam Nurgiyantoro 2009:113) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadiannya itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain. Menurut Forster (dalam Nurgiyantoro 2009:113) plot adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan kausalitas. Sedangkan menurut Kenny (dalam Nurgiyantoro 2009:113) mengemukakan plot sebgaai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat. Pendapat lain dikemukakan oleh Abrams (dalam Nurgiyantoro 2009:113) ia mengemukakan bahwa plot sebuah karya fiksi merupakan struktur peristiwa-

45 24 peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu. Aminuddin (2009:83) alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Suharianto (2005:19) berdasarkan susunannya alur dibedakan menjadi tiga yaitu alur lurus, alur sorot balik, dan alur gabungan. Alur lurus yaitu plot yang mengisahkan peristiwa-peristiwa dalam cerita bersifat kronologis. Peristiwa yang pertama diikuti atau menyebabkan terjadinya peristiwa selanjutnya. Secara runtut cerita dimulai dari tahap awal, tengah, dan akhir. Jenis plot yang kedua yaitu Plot Sorot Balik (flash-back), urutan kejadian yang dikidahkan tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal, melainkan mungkin dari tahap tengah atau akhir baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan. Yang ketiga adalah alur gabungan yaitu gabungan dari alur lurus dan sorot balik. Dalam penulisan cerpen paragraf pertama yang menarik akan membuat pembaca penasaran untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya. Paragraf pertama juga bisa menentukan jenis alur apa yang digunakan oleh pengarang. Pastikanlah bahwa alur dalam cerpen yang ditulis lengkap, yakni harus ada pembukaan, pertengahan cerita, dan penutup. Penutup alur yang tidak terduga akan membuat pembaca lebih penasaran, pembaca akan menebak-nebak akhir cerita yang dibacanya.

46 25 Jadi dapat disimpulkan bahwa alur adalah rangkain peristiwa yang atau keseluruhan peristiwa yang membentuk keseluruhan cerita. Menurut susunannya alur dibedakan menjadi tiga yaitu alur lurus, alur sorot balik, dan alur gabungan. e. Sudut Pandang (Point of View) Sudut pandang adalah penempatan posisi pengarang pada cerita yang ditulisnya (Sukirno 2010:89). Menurut Kusmayadi (2010:26) sudut pandang pada dasarnya adalah visi pengarang, dalam arti bahwa ia merupakan sudut pandangan yang diambil oleh pengarang untuk melihat peristiwa dan kejadian dalam cerita, sudut pandang dipergunakan untuk menentukan arah pandang pengarang terhadap peristiwa-peristiwa di dalam cerita sehingga tercipta suatu kesatuan cerita yang utuh. Abrams (dalam Nurgiyantoro 2009:248) mengemukakan bahwa sudut pandang menyaran pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Pendapat lain dari Baribin (1985:75) sudut pandang atau pusat pengisahan adalah posisi dan penempatan diri pengarang dalam ceritanya, atau dari mana ia melihat peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam ceritanya itu. Dari titik pandangan pengarang ini pulalah pembaca mengikuti jalannya cerita dan memahami temanya. Aminuddin (2009:90) titik pandang atau sudut pandang adalah cara pengarang menampilakan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya. Dengan demikian, sudut pandang pada hakikatnya merupakan

47 26 strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Dalam sebuah cerpen pengarang bisa terlibat langsung atau tidak terlibat dalam cerita. Jika pengarang ingin terlibat dalam cerpen yang ditulisnya akan lebih baik jika penulisannya bukan hanya merupakan ungkapan hati atau keresahan hati pengarang tanpa adanya konflik yang menarik. Pembaca tentu tidak akan suka dengan cerpen yang tanpa konflik. Dari definisi yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa sudut pandang adalah penempatan posisi pengarang dalam cerita. Pengarang bisa terlibat dalam cerita maupun tidak terlibat dalam cerita. f. Gaya Bahasa Gaya bahasa yang dimaksudkan di sini adalah tingkah laku pengarang dalam menggunakan bahasa, tingkah laku berbahasa ini merupakan sarana sastra yang amat penting (Baribin 1985:64). Menurut Kusmayadi (2010:27) gaya bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang dalam upaya menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah, pengolahan bahasa harus didukung oleh pemilihan kata (diksi) yang tepat. Aminuddin (2009:72) mengemukakan gaya bahasa mengandung pengertian cara seorang pengarang menyampaiakan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca.

48 27 Dalam menulis cerpen gaya bahasa akan membuat ciri khas tersendiri bagi pengarangnya. Buatlah gaya penulisan tersendiri dalam menulis cerpen agar penulis mempunyai ciri tersendiri bagi karya-karya yang dibuatnya. Jadi gaya bahasa adalah cara pengarang menyampaikan gagasannya melalui bahasa yang digunakan. Gaya bahasa yang digunakan pengarang satu dengan yang lainnya berbeda, karena setiap pengarang mempunyai gaya bahasa yang khas. g. Amanat Amanat cerpen adalah pesan moral pengarang cerpen yang ingin disampaikan kepada pembacanya agar di akhir cerita itu pembaca dapat memetik hikmah di balik peristiwa itu (Sukirno 2010:90). Kosasih (2012: 40) menyebutkan bahwa amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu. Nurgiyantoro (2009:320) amanat atau moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya, makna yang disarankan lewat cerita. Dalam menulis sebuah cerpen tentunya pengarang ingin menyampaikan pesan kepada pembacanya. Sebuah cerpen yang baik tentunya harus mengandung ajaran-ajaran moral yang baik yang dapat dipelajari oleh pembacanya. Pesan yang akan disampaikan bisa secara langsung, misalnya melalui dialog antartokoh dalam cerita. Bisa juga disampaikan secara tidak langsung, pembaca harus lebih jeli untuk mengetahui pesan yang ingin disampaikan pengarang.

49 28 Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui cerita yang ditulisnya. Pesan tersebut dapat disampaikan secara implisit (langsung) dan eksplisit (tidak langsung) Hakikat Teks Cerita Pendek Pengertian Teks Cerita Pendek Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis teks, artinya pembelajaran yang menjadikan teks sebagai dasar. Berbagai macam teks digunakan sebagai dasar pembelajaran dalam kurikulum 2013, baik teks sastra maupun nonsastra. Teks cerpen merupakan salah satu teks yang diajarkan dalam kurikulum 2013 dan harus dikuasai siswa. Dalam kurikulum 2013 teks tidak diartikan sebagai bentuk bahasa tulis. Mahsun (dalam Sufanti 2013:38) mengungkapkan bahwa teks itu ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang di dalamnya ada situasi dan konteksnya. Sedangkan Maryanto (dalam Sufanti 2013:38) juga menyatakan bahwa yang dimaksud teks dalam kurikulum 2013 berbentuk tulisan, lisan, dan bahkan multimodal seperti gambar. Hartoko dan Rahmanto (dalam Sufanti 2013:38) mendefinisikan teks sebagai urutan teratur sejumlah kalimat yang dihasilkan dan atau ditafsirkan sebagai suatu keseluruhan yang kait mengait. Kim dan Gilman (dalam Sufanti 2013:38) juga membedakan teks dengan istilah visual teks dan spoken teks,

50 29 pengertian ini mendukung pendapat bahwa teks dapat terdiri atas teks tulis dan teks lisan. Dari beberapa definisi teks di atas dapat disimpulkan bahwa teks cerpen merupakan karya sastra yang berasal dari ungkapan pikiran seseorang berbentuk prosa, berisi cerita mengenai seorang tokoh dan peristiwa yang dialaminya, konflikya sederhana, memiliki kesan tunggal, dan bisa disampaikan secara lisan maupun tulisan Struktur Teks Cerita Pendek Secara sederhana struktur teks cerita pendek terdiri atas tiga bagian yaitu orientasi, bagian awal yang berisi pengenalan tokoh, latar tempat dan waktu, dan awalan masuk ke tahap berikutnya (Kemendikbud:2013). Kedua komplikasi, pada bagian ini tokoh utama berhadapan dengan masalah (problem). Bagian ini merupakan bagian inti dari teks, masalah harus ada. Jika tidak ada masalah harus diciptakan. Dalam komplikasi disajikan berbagai peristiwa yang menimbulkan berbagai masalah, pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya (Kemendikbud:2013). Bagian terakhir yaitu resolusi, bagian ini merupakan kelanjutan dari komplikasi yaitu pemecahan masalah. Masalah harus diselesaikan dengan cara yang kreatif (Kemendikbud:2013). Struktur teks cerpen dapat dilihat dalam bagan berikut :

51 30 Bagan 1 Struktur Teks Cerpen Orientasi Struktur Teks Cerita Pendek Komplikasi Resolusi Sumber : Kemendikbud (2013) Menurut Gerot dan Wignell (1994:204) struktur teks cerita pendek terdiri atas (1) Orientasi, kumpulan adegan, tempat kejadian, dan pengenalan pelaku dalam cerita, (2) Komplikasi, peningkatan permasalahan, tingkat kegawatan mulai menanjak, (3) Resolution, masalah telah dipecahkan atau diselesaikan, bisa juga disebut sebagai peleraian Kaidah Kebahasaan Cerita Pendek Cerita pendek yang baik adalah cerita pendek yang lengkap tersusun atas unsur-unsur pembangunnya, seperti tokoh, penokohan, latar, dan alur. Selain itu isi cerita yang ditulis juga harus sesuai dengan tema yang diangkat. Kesesuaian isi dengan tema yang dipilih menggambarkan bahwa penulis menguasai tema cerita pendeknya. Selain unsur pembangun cerita pendek, cerita pendek yang baik sesuai dengan unsur-unsur kebahasaan. Di antaranya adalah organisasi, kosakata, penggunaan bahasa, dan aturan penulisan atau mekanik (Kemendikbud 2013:82).

52 31 1. Organisasi Gagasan yang disampaikan melalui cerita pendek harus komunikatif, jelas, padat, tertata dengan baik, dan memiliki urutan cerita yang logis, serta kohesif. 2. Kosakata Cerita pendek yang baik adalah cerita pendek yang kaya akan penggunaan kosa kata, menggunakan pilihan kata dan ungkapan yang efektif, dan menguasai pembentukan kata. 3. Penggunaan Bahasa Cerita pendek yang baik memiliki konstruksi yang kompleks dan efektif, serta memiliki sedikit kesalahan dalam penggunaan bahasa baik urutan maupun fungsi kata. 4. Aturan Penulisan atau Mekanik Aturan penulisan atau mekanik mengupas mengenai ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf Hakikat Menyusun Teks Cerita Pendek Pengertian Menyusun Teks Cerita Pendek Keterampilan menyusun teks cerita pendek merupakan salah satu kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum 2013 untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) khususnya kelas VII. Kompetensi dasar yang dimaksud adalah menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi,

53 32 eksplanasi dan cerita pendek sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan. Kompetensi dasar menyusun teks cerita pendek berasarkan konsepnya, sama dengan kompetensi dasar yang diterapkan pada kurikulum sebelumnya yaitu menulis cerita pendek. Tentunya sebelum menyusun teks cerita pendek, siswa terlebih dahulu harus memahami hakikat cerita pendek, mengidentifikasi unsurunsur pembangunnya, membedakan teks cerita pendek dengan jenis teks yang lain, menangkap makna cerita pendek, kemudian baru menyusun teks cerita pendek. Menulis merupakan salah satu keterampilan bahasa yang harus dikuasai oleh siswa, selain tiga keterampilan lain yaitu menyimak, berbicara dan membaca. Keterampilan menulis yang harus dikuasai siswa menulis ilmiah dan menulis kreatif. Menulis kreatif adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami (Gie 2002:3). Sedangkan Sukirno (2010:3) menyatakan bahwa menulis kreatif adalah aktivitas menuangkan gagasan secara tertulis atau melahirkan daya cipta berdasarkan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau karangan dalam bentuk teks. Salah satu kegiatan menulis yang termasuk menulis kreatif adalah menulis cerita pendek. Menulis cerpen merujuk pada kegiatan mengarang yang penulisannya berdasarkan pada imajinasi pengarang. Pada dasarnya cerpen merupakan pengalaman yang pernah dialami, diamati, atau didengar oleh

54 33 pengarangnya. Menulis cerpen merupakan kegiatan yang memerlukan banyak waktu, karena dalam menulis cerpen pengarang dituntut untuk banyak berimajinasi. Pengarang juga harus memikirkan unsur-unsur pembangun cerpen agar cerpen yang ditulis menjadi sebuah cerita yang utuh. Menulis cerpen pada hakikatnya merujuk pada kegiatan mengarang, dan mengarang termasuk tulisan kreatif yang penulisannya dipengaruhi oleh hasil rekaan atau imajinasi pengarang. Pada dasarnya cerpen merupakan cerita pengalaman yang pernah dialami, diamati, atau didengar oleh pengarangnya. Namun pada kenyatannya menulis cerita pengalaman pun tidak semudah yang dibayangkan, banyak hambatan yang sering dialami. Menulis cerpen merupakan kegiatan yang memerlukan banyak waktu, karena dalam menulis cerpen pengarang dituntut untuk banyak berimajinasi. Pengarang harus memikirkan unsur-unsur pembangun agar cerpen yang ditulis menjadi sebuah cerita yang utuh. Unsur-unsur pembangun cerpen yang harus diciptakan pengarang antara lain tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, dan amanat. Cerpen akan menarik untuk dibaca jika pengarang mampu menciptakan tokoh yang berkarakter kuat, karakter tokoh yang kuat harus didukung dengan latar yang sesuai. Selain tokoh dan latar, hal lain yang dapat membuat cerpen menjadi lebih menarik adalah konflik yang ada di dalamnya. Pengarang harus mampu membuat dan mengakhiri konflik yang dapat memuaskan pembaca.

55 Strategi Think-Talk-Write (TTW) Think-Talk-Write (TTW) adalah strategi yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar. Strategi yang diperkenalkan pertama kali oleh Huinker dan Laughlin ini didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah perilaku sosial. Strategi TTW mendorong siswa untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan suatu topik tertentu. Strategi ini digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum dituliskan. Strategi TTW memperkenankan siswa untuk mempengaruhi dan memanipulsi ide-ide sebelum menuangkannya dalam bentuk tulisan, juga membantu siswa dalam mengumpulkan dan mengembangkan ide-ide melalui percakapan terstruktur. Alur kemajuan strategi TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis. Suasana seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan 3-5 siswa. dalam kelompok kecil ini siswadiminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar, dan membagi ide bersama teman kemudian mengungkapkannya melui tulisan. Sebagaimana namanya, strategi ini memiliki sintak sesuai dengan urutan di dalamnya, yakni think (berpikir), talk (berbicara/berdiskusi), dan write (menulis). a. Tahap 1 :Think Siswa membaca teks berupa soal (kalau memungkinkan dimulai dengan soal yang berhubungan dengan permasalahan sehari-hari atau kontekstual). Pada

56 35 tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahami dengan menggunakan bahasanya sendiri. b. Tahap 2 : Talk Siswa diberi kesempatan untuk membicarakan hasil penyelidikannya pada tahap pertama. Pada tahap ini siswa merefleksikan, serta menguji (negosiasi, sharing) ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Kemajuan komunikasi siswa akan terlihat pada dialognya dalam berdiskusi, baik dalam bertukar ide dengan orang lain ataupun refleksi mereka sendiri yang diungkapkannya kepada orang lain. c. Tahap 3 : Write Pada tahap ini siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya dari kegiatan tahap pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri atas landasan konsep yang digunakan, keterkaitan dengan materi sebelumnya, strategi penyelesaian, dan solusi yang diperoleh. Menurut Silver dan Smith (dalam Yamin 2012:90) peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan strategi TTW adalah mengajukan dan menyediakan tugas yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif berpikir, mendorong dan menyimak ide-ide yang dikemukakan siswa secara lisan dan tertulis dengan hati-hati, mempertimbangkan dan memberi informasi terhadap apa yang digali siswa dalam diskusi, serta memonitor, menilai, dan mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif. Tugas yang disiapkan diharapkan dapat menjadi pemicu

57 36 siswa untuk bekerja secara aktif, seperti soal-soal yang memiliki jawaban divergen atau open-ended task. Untuk mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan harapan di atas, pembelajaran sebaiknya dirancang sesuai dengan langkah-langkah berikut ini : a. Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual (think), untuk dibawa ke forum diskusi b. Siswa berinteraksi dan berklaborasi dengan teman satu grup untuk membahas isi catatan (talk). Dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa lisan dan kata-kata mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide dalam diskusi. Pemahaman dibangun melalui interaksi dalam diskusi, karena itu diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan c. Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang memuat pemahaman dan komunikasi dalam bentuk tulisan (write) Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sebelum itu dipilih satu atau beberapa orang siswa sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawaban, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.

58 37 Tahap-tahap Strategi Think-Talk-Write ditunjukkan oleh bagan berikut : Bagan 2 Tahap-tahap Strategi Think-Talk-Write Guru Situasi Masalah THINK Membaca Teks dan Membuat Catatan Secara Individual TALK Interaksi dalam Kelompok untuk Membahas Isi Catatan WRITE Konstruksi Pengetahuan Hasil dari Think dan Talk Secara Individual Sumber : Yamin (2012:89) Teknik Meneruskan Cerita Teknik meneruskan cerita merupakan suatu kegiatan yang akan meningkatkan daya imajinasi siswa sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulis kreatif. Menurut Rahmanto (1988:116) teknik meneruskan cerita

59 38 merupakan satu langkah-langkah pertahapan dalam menulis karya sastra yaitu dengan menambahkan episode khayal. Satu cara yang baik untuk memperkenalkan latihan ini dengan memberikan bahan rangsangan pemutaran film yang dihilangkan bagian akhirnya. Sebagai tambahan untuk antusiasme dan menghilangkan kejenuhan, siswa dapat diminta untuk membacakan episode baru hasil ciptaannya sementara yang lain mendengarkan. Menurut Suyatno (2004:34) dari teknik meneruskan cerita diperoleh kemampuan siswa dalam melengkapi ide atau gagasan secara baik dalam sebuah tulisan melalui penambahan beberapa paragraf. Tujuannya agar siswa dapat mengakhiri cerita dengan benar dan runtut berdasarkan cerita yang sudah ada, dengan daya kreatif dan imajinasi yang dimiliki siswa. Langkah-langkah penerapan teknik meneruskan cerita dalam pembelajaran menulis cerpen adalah : a. sebelum meneruskan cerita siswa harus memperhatikan pemutaran film yang sudah dipotong, b. dalam meneruskan cerita siswa harus melengkapi lanjutan cerita tersebut secara utuh, cerita lanjutan tersebut harus diselesaikan sampai endingnya, c. cerita lanjutan yang ditulis siswa harus ada kaitannya dengan cerita sebelumnya, jalan cerita lanjutan tidak boleh menyimpang dari jalan cerita yang telah ditayangkan. Kelebihan teknik ini antara lain mempermudah siswa dalam menulis cerpen, merangsang untuk berpikir cepat dan menumbuhkan rasa ingin tahu

60 39 sehingga hati dan pikiran tergerak untuk menulis. Melatih daya imajinasi siswa serta kepekaan siswa dalam mengembangkan sebuah ide yang ada dalam setiap pemikiran siswa. Siswa dapat leluasa menambahkan tokoh atau latar dalam cerita lanjutan yang ditulis. Teknik ini juga dapat merangsang berpikir cepat, maksudnya dengan cerita yang sudah dibaca sebelumnya dan sekaligus tokohtokoh yang sudah ada, mereka tidak perlu berlama-lama untuk memikirkan apa yang akan mereka tulis sehingga proses berpikirnya lebih cepat dibanding harus menuliskan sendiri dari awal. Kelemahan dari teknik meneruskan cerita adalah hanya ada satu ide pokok yang bisa dikembangkan siswa, karena lanjutan cerita yang ditulis harus sesuai dengan cerita yang telah ditayangkan. Antara satu siswa dengan siswa yang lain bisa memiliki kesamaan ide, sehingga membuat cerita lanjutan yang ditulis memiliki jalan cerita dan akhir yang sama. Kurang adanya variasi cerita lanjutan yang ditulis siswa karena karena kesamaan ide Media Audiovisual Media audiovisual merupakan media pembelajaran yang pemakaiannya dilakukan dengan cara diproyeksikan melalui arus listrik dalam bentuk suara (radio, tape recorder) dan media yang diproyeksikan ke layar monitor dalam bentuk gambar dan suara (televisi, video, film). Media audiovisual yang dimaksud adalah media yang dapat didengar sekaligus dilihat/disajikan. Menurut Sanaky (2013:119) media audiovisual adalah seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Adapun penggunaan media

61 40 audiovisual ini membutuhkan alat bantu player atau alat yang dapat menampilkan gambaran film yang digunakan. Media ini dapat menambah minat siswa dalam belajar karena siswa dapat menyimak sekaligus melihat gambar. Rohani (2006:97) mengemukakan bahwa media audiovisual adalah media intruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi), meliputi media yang dapat dilihat, didengar, dan yang dapat dilihat dan didengar. Media audiovisual adalah adalah media yang dapat mengkomunikasikan informasi lewat lambang verbal, visual, dan gerak. Informasi yang dikomunikasikan dengan cara itu akan lebih konkret sehingga lebih mudah terserap penerima informasi. Sebagai media pengajaran, media audiovisual ini sangat sesuai melatih keterampilan menyimak, berbicara, dan mengarang/menulis. Media audiovisual membutuhkan perangkat lain untuk menggunakannya, salah satunya adalah dengan cara diproyeksikan melalui layar monitor. Selain monitor alat bantu yang lain adalah player atau alat bantu yang dapat menampilkan gambaran film atau video yang digunakan. Pemanfaatan media ini harus didukung dengan alat bantu lain agar maksimal dalam penggunaannya sebagai media pembelajaran. Media audiovisual yang digunakan dalam penelitian ini adalah film animasi, film animasi adalah film yang merupakan hasil pengolahan gambar tangan menjadi gambar yang bergerak. Animasi merupakan suatu hasil dari proses obyek-obyek yang digambarkan atau divisualisasikan tampak hidup. Dalam film animasi proses memberikan kehidupan bukan hanya dari pergerakan objeknya

62 41 saja melainkan penambahan watak dan karakter tokoh, emosi, dan ekspresi tokoh akan membuat objek menjadi lebih hidup. Film animasi yang dipilih berjudul Sahabat Pemberani, film animasi tersebut merupakan film animasi buatan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai antikorupsi pada anak. Film yang berisi nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari ini, disampaikan melalui tiga tokoh utama yang dihadirkan. Ketiga tokoh utama tersebut akan mengajarkan nilai-nilai persahabatan, kejujuran, kedisiplinan, dan bertanggung jawab. Film Sahabat Pemberani dipilih karena dalam film tersebut banyak nilainilai kebaikan yang dapat diambil diantaranya, persahabatan, kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab. Film ini juga dapat digunakan sebagai media untuk pencegahan korupsi sejak dini dengan membangun karakter anak yang berintegritas. Film ini juga cocok digunakan sebagai media pembelajaran pada kelas VII karena ceritanya yang sederhana dan mudah dipahami. Media video atau film yang digunakan memiliki beberapa kelebihan dan kelamahan, kelebihan media video atau film menurut Sanaky (2013:123) antara lain : a. menyajikan objek belajar secara konkret atau pesan pembelajaran secara realistik, sehingga sangat baik untuk menambah pengalaman belajar b. sifatnya yang audio visual, sehingga memiliki daya tarik tersendiri dan dapat menjadi pemicu untuk belajar c. sangat baik untuk pencapaian tujuan belajar psikomotorik d. dapat mengurangi kejenuhan belajar

63 42 e. menambah daya tahan ingatan atau retensi tentang objek belajar yang dipelajari f. mudah digunakan dan didistribusikan Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh media video atau film antara lain : a. pengadaannya memerlukan biaya mahal b. bergantung pada energi listrik, sehingga tidak dapat dihidupkan di segala tempat c. sifat komunikasi searah, sehingga tidak memberi peluang untuk terjadinya umpan balik d. mudah tergoda untuk menayangkan video yang bersifat hiburan yang tidak beraitan dengan pembelajaran. Pendapat lain diungkapkan oleh Anderson (dalam Prastowo 2011:304) tentang kelebihan dan kelemahan media video atau film. Kelebihan yang dimiliki media ini antara lain, (1) dengan video kita dapat menunjukkan kembali gerakan tertentu, gerakan yang ditunjukkan tersebut dapat berupa rangsangan yang serasi atau berupa respon yang diharapkan dari peserta didik, (2) dengan video penampilan peserta didik dapat segera dilihat kembali untuk dikritik atau dievaluasi, (3) dengan menggunakan efek tertentu, dapat memperkokoh proses belajar maupun nilai hiburan dari penyajian tersebut, (4) dengan video kita akan mendapatkan isi dan susunan yang masih utuh dari materi pelajaran atau latihan, (5) dengan video, informasi dapat disajikan secara serentak pada waktu yang sama di lokasi yang berbeda dan dengan jumlah peserta yang tidak terbatas, (6)

64 43 pembelajaran dengan video merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang mandiri, siswa belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing dapat dirancang. Sementara itu kelemahan yang dimiliki adalah (1) peralatan lain yang mendukung harus tersedia, (2) membutuhkan watu yang lama untuk membuat video atau filim, (3) biaya produksi tinggi, (4) layar monitor yang kecil akan memebatasi jumlah peserta, (5) video atau film yang sudah dipakai tidak dapat dihapus dan digunakan kembali, (6) harus dirawat dan ditangani dengan hati-hati Hakikat Sikap Religius dan Sikap Sosial Kurikulum 2013 mengedepankan penanaman karakter pada peserta didik, dalam kurikulum 2013 terdapat dua sikap penting yang ingin ditanamkan pada peserta didik. Yang pertama adalah sikap spiritual yang berkaitan dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa. Yang kedua adalah sikap sosial berkaitan dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab Sikap Religius Sikap atau nilai religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Dengan demikian, sikap religius menyangkut kepatuhan pribadi terhadap agama yang dianutnya dan sikap toleransi terhadap penganut agama lain (Narwanti 2011:29).

65 44 Narwanti (2011:56-57) juga berpendapat bahwa pilar religius adalah pilar utama dan pertama. Melalui pilar religiusus akan terbentuk manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga akan selalu terjaga dari perbuatan yang merugikan diri dan lingkungannya. Sebagaimana yang kita tahu, konsep agama pada dasarnya mengajarkan kebaikan. Selain tunduk kepada Tuhan dengan beribadah sesuai dengan agama yang dianut, agama juga memandu kita melakukan perbuatan yang baik. Indikator penilaian sikap religius berdasarkan pedoman penilaian yang dikeluarkan oleh kemendikbud adalah sebagai berikut : a. berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu b. menjalankan ibadah tepat waktu c. memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang dianut d. bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa e. mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan diri f. mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuat g. berserah diri kepada Tuhan apabila gagal dalam mengerjakan sesuatu h. menjaga lingkungan hidup di sekitar rumah tempat tinggal, sekolah, dan masyarakat i. memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa j. bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai bangsa Indonesia k. menghormati orang lain menjalankan ibadah sesuai agamanya

66 45 Pada saat pembelajaran berlangsung aspek religius peserta didik yang dapat diamati dan dijadikan sebagai pnilaian adalah (1) berdoa sebelum mulai mengikuti pembelajaran, (2) berdoa dengan sikap yang baik dan tidak membuat gaduh, (3) memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang dianut, (4) mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu Sikap Sosial Selain sikap religius, kurikulum 2013 juga ingin menanamkan sikap sosial pada peserta didik. Sikap sosial dalam pembelajaran akan membentuk peserta didik yang berahklak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Menurut Narwanti (2011:58), bahwa pilar empati menempa kepribadian siswa agar terampil secara sosial. Lewat pilar ini, kepedulian terhadap sesama dibentuk. Dari konsep Narwanti, seseorang yang mampu memahami perasaan dan pikiran orang lain atau yang kita sebut dengan empati, maka seseorang ini telah mampu bersikap sosial. Terdapat tujuh sikap sosial yang ingin ditanamkan dan menjadi penilaian dalam kurikulum 2013 yaitu : a. jujur b. disiplin c. tanggung jawab d. toleransi e. gotong royong f. sopan/santun

67 46 g. percaya diri Sikap sosial yang pertama adalah jujur, perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan (Kemendikbud 2013). Indikator pencapaian sikap jujur yaitu (1) tidak menyontek dalam mengerjakan ulangan/ujian, (2) tidak menjadi plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) dalam mengerjakan tiap tugas, (3) mengungkapkan perasaan terhadap sesuatu apa adanya, (4) menyerahkan kepada yang berwenang barang yang ditemukan, (5) membuat laporan laporan berdasarkan data atau informasi apa adanya, (6) mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki. Kedua disiplin, perilaku yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan (Kemendikbud 2013). Indikator pencapaian sikap disiplin yaitu (1) datang tepat waktu, (2) patuh dan tertib pada aturan sekolah, (3) mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai waktu yang ditentukan, (4) mengikuti kaidah bahasa yang baik dan benar. Ketiga tanggung jawab, sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa (Kemendikbud 2013). Indikator pencapaian sikap tanggung jawab yaitu (1) melaksanakan tugas individu dengan baik, (2) menerima risiko dari tindakan yang dilakukan, (3) tidak menyalahkan/menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat, (4) mengembalikan barang yang dipinjam, (5) mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan, (6) menepati janji, (7) tidak menyalahkan orang lain

68 47 atas tindakan yang dilakukan diri sendiri, (8) melaksanakan apa yang pernah dikatakan tanpa disuruh/diminta. Keempat toleransi, sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya (Kemendikbud 2013). Indikator pencapaian sikap toleransi yaitu (1) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat, (2) menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (3) dapat menerima kekurangan orang lain, (4) dapat memaafkan kesalahan orang lain, (5) mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan, (6) tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain, (7) kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik, (8) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru. Kelima gotong royong, bekerja bersama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas (Kemendikbud 2013). Indikator pencapaian sikap gotong royong yaitu (1) terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah, (2) kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan, (3) bersedia membentu orang lain tanpa mengharapkan imbalan, (4) aktif dalam kerja kelompok, (5) memusatkan perhatian pada tujuan kelompok, (6) tidak mendahulukan kepentingan pribadi, (7) mencari jalan untuk mengatasi perbedaan pendapat/pikiran antara diri sendiri dengan orang lain, (8) mendorong orang lain untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

69 48 Keenam sopan atau santun, adalah sikap baik dalam pergaulan dari segi bahasa maupun tingkah laku. Norma kesantunan bersifat relatif, artinya norma kesantunan yang diterima bisa berbedabeda di berbagai tempat, lingkungan, atau waktu (Kemendikbud 2013). Indikator pencapaian sikap sopan/santun yaitu (1) menghormati orang yang lebih tua, (2) tidak berkata-kata kotor, kasar, dan takabur, (3) tidak meludah di sembarang tempat, (4) tidak menyela pembicaraan, (5) mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain, (6) bersikap 3S (salam, senyum, sapa), (7) meminta ijin ketika akan memasuki ruangan orang lain atau menggunakan barang milik orang lain, (8) memperlakukan orang lain sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan. Terakhir atau ketujuh percaya diri, kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan (Kemendikbud 2013). Indikator pencapaian sikap percaya diri yaitu (1) berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu, (2) mampu membuat keputusan dengan cepat, (3) tidak mudah putus asa, (4) tidak canggung dalam bertindak, (5) berani presentasi di depan kelas, (6) berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan. 2.3 Penerapan Strategi Think-Talk-Write (TTW) dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual dalam Pembelajaran Menyusun Teks Cerita Pendek Penerapan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual dalam pembelajaran menyusun teks cerita pendek terdapat beberapa

70 49 modifikasi dalam tahap-tahap strategi yang digunakan. Modifikasi yang dilakukan tersebut bertujuan untuk menyesuaikan dengan materi pembelajaran dan media yang digunakan. Modifikasi yang dilakukan membuat adanya beberapa perbedaan dalam tahap-tahap strategi yang digunakan, tetapi tidak menghilangkan inti dari strategi tersebut. Seperti yang sudah dijelaskan modifikasi dilakukan untuk menyesuaikan dengan materi pembelajaran dan media yang digunakan. Setelah dilakukan modifikasi tahap-tahap strategi TTW ditunjukkan oleh bagan berikut: Bagan 3 Tahap-tahap Strategi TTW dalam Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Guru Situasi Masalah THINK Mengamati Video dan Membuat Catatan Secara Individual TALK Interaksi dalam Kelompok untuk Membahas Video dan Isi Catatan WRITE Konstruksi Pengetahuan Hasil dari Think dan Talk Secara Individual

71 50 Garis besar langkah pembelajaran menyusun teks cerpen menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual adalah sebagai berikut : a. Guru membentuk kelompok heterogen yang terdiri atas 3-5 siswa. b. Dalam kelompok siswa memperhatikan penayangan sebuah video yang telah dipotong c. dalam kelompok siswa berdiskusi menentukan unsur pembangun cerita pada video yang ditayangkan. d. tiap kelompok menceritakan kembali cerita dari video yang ditayangkan. e. tiap kelompok meneruskan cerita berdasarkan video yang telah ditayangkan Penerapan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita serta melalui media audiovisual adalah sebagai berikut : Tabel 1 Penerapan Strategi TTW dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual berdasarkan Pembelajaran Berbasis Teks FASE Tahap Pembangunan Konteks dan Pemodelan Teks (Think) Tahap Kerja Sama Membangun Teks (Talk) KEGIATAN SISWA Dalam kelompok siswa memperhatikan penayangan sebuah video yang telah dipotong 1. Dalam kelompok siswa berdiskusi menentukan unsur pembangun cerita pada video yang ditayangkan 2. Tiap kelompok menceritakan kembali cerita dari video yang ditayangkan 3. Tiap kelompok meneruskan cerita berdasarkan video yang telah ditayangkan

72 51 Tahap Kerja Mandiri Menciptakan Teks yang Sesuai Model (Write) Masing-masing siswa menyusun teks cerpen sesuai dengan kreatifitasnya 2.4 Kerangka Berpikir Keterampilan menulis atau menyusun teks cerita pendek merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai siswa kelas VII. Dalam pembelajaran menulis cerpen banyak kendala yang dihadapi siswa, diantaranya adalah siswa kesulitan dalam memulai atau menentukan kalimat awal dalam menulis cerpen. Selain itu siswa juga kesulitan dalam mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan, dan pengalamannya dalam bentuk tulisan untuk dikembangkan menjadi teks cerpen. Untuk mengatasi kendala yang dihadapi siswa dalam pembelajaran menulis cerpen, peneliti memberikan solusi untuk masalah tersebut. Solusi yang diberikan adalah penggunaan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa. Respon yang diharapkan muncul pada siswa dengan penggunaan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita serta media audiovisual dalam menyusun teks cerita pendek adalah kemampuan mengungkapkan ide kreatif siswa lewat proses berpikir (think). Kemudian berbicara (talk), siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya mengenai ide yang mereka dapat dari proses berpikir tersebut. Melalui proses berbicara atau berdiskusi, akan menambah pemahaman siswa tentang unsur-unsur pembangun cerita berdasarkan video yang telah ditayangkan.

73 52 Dengan diskusi juga akan melatih siswa untuk bersosialisasi dengan siswa yang lain, selain itu diskusi juga memfasilitasi siswa untuk melatih bahasa lisannya. Proses terakhir yaitu menulis (write), pada proses ini siswa menyusun apa yang telah mereka dapat dari proses berpikir dan berbicara menjadi cerita pendek yang utuh, pengembangan cerita berdasarkan ide kreatif siswa sesuai dengan video yang telah ditayangkan. Bagan 4 Kerangka Berpikir siswa kurang terampil dalam menyusun cerita pendek siswa kesulitan dalam memulai atau menentukan kalimat awal dan mengungkapkan ide dalam menulis cerpen Penggunaan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual siswa mendapatkan ide dan tidak kesulitan mengungkapkan ide dalam menulis cerpen siswa terampil menulis cerita pendek 2.5 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, penggunaan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media

74 53 audiovisual meningkatkan keterampilan siswa dalam menyusun teks cerita pendek.

75 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang akan digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Tripp (dalam Subyantoro 2012:34). Desain penelitian ini terdiri atas dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observasi), dan refleksi (reflect). Untuk memperjelas prosedur pelaksanaan tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut : Bagan 5 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) SIKLUS I perencanaan SIKLUS II perencanaan refleksi tindakan refleksi tindakan observasi observasi Siklus I digunakan sebagai refleksi untuk melaksanakan siklus II. Hasil proses tindakan pada siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menyusun teks cerita pendek setelah dilakukan perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi siklus I. 54

76 55 Observasi awal dilakukan sebelum peneliti melakukan siklus I dan siklus II. Observasi awal dilakukan agar peneliti mengetahui kondisi siswa dalam kelas dan kesulitan yang dialami oleh siswa. Dengan keadaan seperti ini, maka penelitian dapat berjalan dengan baik. Perencanaan pada siklus meliputi dua hal, yaitu perencanaan umum dan perencanaan khusus. Yang dimaksud dengan perencanaan umum adalah perencanaan yang meliputi keseluruhan aspek yang berhubungan dengan penelitian tindakan kelas. Perencanaan khusus dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus. Perencanaan khusus terdiri atas perencanaan ulang atau revisi perencanaan. Perencanaan ini berkaitan dengan pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran teknik atau strategi pembelajaran, media dan materi pembelajaran, dan sebagainya. Dalam perencanaan ini peneliti berkonsultasi dan bekerja sama dengan dengan guru kelas. Selain itu, peneliti juga bekerja sama dalam menentukan dan memilih alokasi waktu yang akan digunakan dalam penelitian tersebut. Hal ini dilakukan peneliti agar perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran lebih baik Prosedur Tindakan Kelas Siklus I Dalam prosedur tindakan kelas pada siklus I terdapat empat tahapan yang harus dilalui. Berikut ini diuraikan tahapan-tahapan rencana tindakan dalam penelitian ini.

77 Tahap Perencanaan Siklus I Tahap perencanaan ini merupakan rencana kegiatan menentukan langkahlangkah yang dilakukan peneliti untuk memecahkan permasalahan. Langkah ini merupakan upaya perbaikan kelemahan dalam proses pembelajaran menyusun teks cerita pendek pada siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo. Rencana kegiatan yang dilakukan yaitu (1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang berisi langkah-langkah dan strategi yang sesuai dengan tindakan dan masalah yang dihadapi, (2) mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan, yaitu media pembelajaran dan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran, (3) mempersiapkan instrumen penilaian yang akan digunakan, (4) berkolaborasi dengan guru. Kegiatan pertama dalam tahap perencanaan adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan tindakan dan masalah yang dihadapi. Peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran berupa langkah-langkah instruksional yang akan diterapkan dalam pembelajaran. Langkah ini mempunyai peranan penting dalam penelitian, karena rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan pedoman bagi peneliti dalam penerapan strategi dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kegiatan selanjutnya adalah mempersiapkan sarana pendukung yang diperlukan. Hal terpenting dalam kegiatan ini adalah menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran. Peneliti menggunakan media video dalam pembelajaran menyusun teks cerita pendek.

78 57 Selanjutnya peneliti menyiapkan instrumen penilaian yang akan digunakan dalam penelitian. Instrumen penilaian yang digunakan berupa tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk mengukur keterampilan siswa dalam menyusun teks cerpen, instrumen nontes berupa observasi, wawancara, jurnal, dan dokumentasi. Kegiatan terakhir adalah berkolaborasi dengan guru, guru sebagai kolaborator akan membantu peneliti dalam penelitian ini. Peneliti dengan guru sebagai kolaborator akan melihat perkembangan siswa pada siklus I dan siklus II. Dengan berkolaborasi, penelitian akan berjalan dengan baik dan terarah Tahap Implementasi Tindakan Siklus I Tahap tindakan sebagai langkah yang dilakukan untuk perbaikan, perubahan, dan peningkatan dari solusi pemecahan masalah. Tindakan yang dilakukan dalam proses pembelajaran menyusun teks cerita pendek sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Tahap yang pertama adalah kegiatan pendahuluan, kegiatan pendahuluan dimulai dengan guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk belajar. Kemudian guru memberikan apersepsi dan melakukan tanya jawab dengan siswa. Selanjutnya, siswa menerima informasi mengenai tujuan pembelajaran dan manfaat menguasai materi pembelajaran. Siswa menerima informasi mengenai pokok-pokok materi pembelajaran. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan.

79 58 Tahap yang kedua adalah kegiatan inti, kegiatan pertama yang dilakukan siswa adalah berkelompok sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk oleh guru. Siswa memperhatikan penayangan sebuah video yang telah dipotong. Kemudian dalam kelompok siswa berdiskusi menentukan unsur pembangun cerita pada video yang ditayangkan. Setelah unsur pembangun telah ditentukan, tiap kelompok menceritakan kembali cerita dari video yang ditayangkan. Setelah itu, tiap kelompok meneruskan cerita berdasarkan video yang telah ditayangkan. Pengembangan cerita sesuai dengan kreatifitas siswa. Kegiatan terakhir adalah perwakilan siswa maju untuk membacakan hasil pengembangan cerita dari diskusi kelompok yang telah dilakukan, kelompok lain memberikan tanggapan. Tahap ketiga adalah kegiatan penutup, dalam kegiatan penutup siswa dan guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari. Selanjutnya, siswa dan guru melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan Tahap Observasi Siklus I Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana reaksi dan perilaku siswa pada saat kegiatan pembelajaran. Melalui lembar observasi, peneliti mengamati tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Tujuan dari pengamatan ini adalah sebagai bahan acuan pada pembelajaran berikutnya, serta untuk mengetahui respon siswa. Selain itu, dalam proses pengamatan data juga diperoleh melalui beberapa cara seperti jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal guru dan jurnal siswa. Instrumen penelitian

80 59 digunakan untuk mengungkapkan segala hal yang dirasakan guru maupun siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran menyusun teks cerita pendek. Selanjutnya data dapat diperoleh melalui wawancara. Wawancara digunakan untuk mengetahui pendapat siswa mengenai pembelajaran menyusun teks cerpen dengan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Wawancara dilakukan di luar jam pembelajaran terhadap beberapa perwakilan siswa. Pengamatan selanjutnya diambil melalui dokumentasi foto yang digunakan sebagai laporan yang berupa gambar aktifitas siswa selama mengikuti pembelajaran Tahap Refleksi Siklus I Refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru kelas setelah selesai melakukan proses tindakan dan pengamatan. Hasil refleksi digunakan sebagai bahan masukan dalam penetapan langkah selanjutnya, yaitu pada siklus II. Hasil tes dan nontes menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan baik dalam proses pembelajaran, sikap religius, sikap sosial, maupun hasil cerpen siswa. Pada proses pembelajaran terdapat dua aspek yang belum mencapai ketuntasan, yaitu kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek dan keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video. Kekurangan yang terdapat pada kedua aspek tersebut adalah beberapa siswa kurang bisa bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Hal ini diasebabkan beberapa siswa tidak cocok dengan anggota kelompok yang telah dibentuk secara acak. Ketidakcocokan tersebut membuat diskusi kelompok tidak

81 60 berjalan dengan lancar, tidak semua anggota kelompok aktif dalam diskusi. Hambatan lain yang didapat siswa pada saat diskusi setelah menyimak tayangan video adalah perbedaan pendapat dan ide dalam meneruskan cerita menyebabkan dalam menuliskan hasil diskusi membutuhkan waktu yang cukup lama karena harus menyatukan pandangan yang berbeda. Pada aspek sikap religius, kekurangan terdapat pada indikator sikap religius yang ketiga yaitu memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi. Sebanyak 14 masuk dalam kategori kurang baik karena tidak semua siswa berani dan mempunyai kesempatan untuk menyampaikan pendapat atau presentasi di depan kelas. Pada aspek sikap sosial terdapat empat sikap yang diamati yaitu sikap percaya diri, sikap toleransi, sikap gotong royong, dan sikap santun. Kekurangan pada sikap percaya diri indikator pertama adalah terdapat 14 siswa masuk dalam kategori kurang baik. Pada indikator yang pertama tidak semua siswa berani dan mempunyai kesempatan untuk presentasi di depan kelas. Indikator sikap percaya diri yang kedua sebanyak 27 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Hanya beberapa siswa yang berani untuk bependapat, bertanya, atau menjawab. Pada aspek sikap toleransi nilai yang dicapai siswa masuk dalam kategori cukup baik, hal tersebut belum mencapai standar penilaian penelitian yang sudah ditentuan. Indikator sikap toleransi yang pertama sebanyak 15 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang kedua sebanyak 13 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang ketiga 13 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang kelima

82 61 sebanyak 12 siswa masuk kategori cukup baik. Indikaor sikap toleransi yang keenam sebanyak 13 siswa masuk kategori cukup baik. Kelemahan pada aspek toleransi adalah beberapa siswa kurang bisa bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Pada aspek sikap gotong royong indiator yang pertama sebanyak 12 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap gotong royong yang kedua sebanyak 12 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap gotong royong yang ketiga semua siswa masuk dalam kategori cukup baik. Kekurangan yang terdapat pada siap gotong royong adalah siswa kurang bisa mendorong anggota kelompoknya untuk bekerja sama dalam diskusi kelompok. Pada aspek sikap santun terdapat kekurangan pada indikator yang ketiga yaitu sebanyak 21 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Kekurangan pada indikator yang ketiga adalah penggunaan bahasa yang kurang santun pada saat melasanakan diskusi kelompok. Pada tahap menyusun teks cerpen, diketahui nilai rata-rata siswa mencapai 2,63. Kekurangan terdapat pada aspek alur, sudut pandang, tokoh dan penokohan, gaya bahasa. Keempat aspek tersebut masuk dalam kategori cukup baik. Pada aspek alur sebanyak 14 siswa atau sebesar 45,161 % masuk dalam kategori cukup baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang baik dalam menyajikan cerita dalam cerpen sesuai dengan indikator aspek alur. Pada aspek sudut pandang Sebanyak 12 siswa atau sebesar 38,71 % masuk dalam kategori cukup baik. Sedangankan kategori kurang baik terdapat 4 siswa atau sebesar 12,903 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa dalam menyusun

83 62 teks cerpen, aspek sudut pandang kurang sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Pada aspek tokoh dan penokohan sebanyak 16 siswa atau sebesar 51,613 % masuk dalam kategori cukup baik. Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa masih kurang mampu menghadirkan tokoh yang bervariasi dan menggambaran watak tokoh tersebut dalam cerpen yang disusunnya. Pada aspek gaya bahasa sebanyak 13 siswa atau sebesar 41,935 % masuk dalam kategori cukup baik. Sedangkan sebanyak 7 siswa masuk dalam kategori kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam menyusun teks cerpen, siswa kurang bervariasi dalam menggunakan gaya bahasa Prosedur Tindakan Kelas Siklus II Berdasarkan refleksi pada siklus I, maka pada siklus II ini akan dilakukan perbaikan dan penyempurnaan mulai dari perencanaan, tindakan, observasi, sampai refleksi. Tahapan pada siklus II pada dasarnya sama dengan siklus I, namun dilakukan beberapa perbaikan untuk kekurangan yang ada pada siklus I. Kekurangan pada siklus I yang terdapat pada proses pembelajaran adalah kurang kondusifnya proses diskusi kelompok, karena beberapa siswa kurang bisa bekerja sama dalam diskusi kelompok. Tindakan perbaikan pada siklus II adalah dengan membentuk kelompok baru, pembentukan kelompok baru diharapkan akan membuat siswa lebih mudah dalam bekerja sama dalam diskusi kelompok. Kelompok baru dibentuk oleh guru berdasarkan hasil observasi sikap gotong

84 63 royong pada siklus I, setiap kelompok memiliki anggota yang berbeda dari siklus I. Pembentukan kelompok baru juga digunakan untuk memperbaiki sikap gotong royong dan sikap toleransi siswa. Kekurangan pada sikap gotong royong dan toleransi adalah kurang kondusifnya diskusi kelompok karena beberapa siswa kurang bisa bekerja sama dalam diskusi kelompok. Kekurangan pada sikap sosial siswa terdapat pada sikap percaya diri, sikap toleransi, sikap gotong royong, dan sikap santun. Sikap percaya diri siswa masih kurang karena masih banyak siswa yang kurang berani untuk berpendapat, bertanya, atau menjawab. Tindakan perbaikan pada siklus II adalah dengan mendorong siswa untuk lebih percaya diri dan memberikan kesempatan untuk berpendapat, bertanya, atau menjawab. Tindakan tersebut dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa yang belum pernah berpendapat atau presentasi. Kekurangan pada sikap santun adalah kurang santunnya bahasa yang digunakan siswa pada saat diskusi kelompok. Hal tersebut berhubungan dengan sikap sosial sebelumnya yaitu sikap toleransi dan gotong royong, karena siswa kurang bisa bekerja sama dengan anggota kelompok yang berbeda karakter sehingga membuat bahasa yang digunakan kurang santun. Tindakan perbaikan pada siklus II selain pembentukan kelompok baru yang telah dilakukan sebelumya, siswa diingatkan untuk menggunakan bahasa yang lebih santun. Kekurangan pada keterampilan siswa dalam menyusun teks cerpen adalah pada unsur pembangun cerpen yang disusun siswa yaitu pada unsur alur, sudut pandang, tokoh dan penokohan, gaya bahasa. Tindakan perbaikan pada siklus II

85 64 adalah dengan memberikan materi lebih banyak untuk unsur pembangun cerpen. Materi tentang unsur pembangun cerpen diberikan pada pertemuan pertama setelah membahas struktur teks cerpen. Pada siklus I pertemuan pertama membahas struktur teks cerpen dan kaidah kebahasaan teks cerpen, sedangkan pada siklus II diberikan materi unsur pembangun cerpen setelah struktur teks cerpen. Perbedaan tersebut bertujuan untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat pada hasil cerpen yang disusun siswa Tahap Perencanaan Siklus II Tahap perencanaan dalam siklus II merupakan lanjutan dari tahap refleksi pada siklus I. Setelah diketahui kekurangan-kekurangan dalam siklus I melalui tahap refleksi, dilakukan rencana perbaikan-perbaikan agar kekurangankekurangan tersebut tidak terjadi lagi pada siklus II. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap perencanaan siklus II adalah, (1) mencari solusi untuk perbaikan kekurangan pada siklus I, (2) menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita serta media audiovisual, (3) berkonsultasi dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia tentang rencana pembelajaran yang telah disusun Tahap Implementasi Tindakan Siklus II Pada dasarnya tindakan yang dilakukan dalam tahap ini hampir sama dengan tahap tindakan yang ada pada siklus I, yaitu penerapan pembelajaran

86 65 menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita serta media audiovisual. Tahap yang pertama adalah kegiatan pendahuluan, kegiatan pendahuluan dimulai dengan guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk belajar. Kemudian guru memberikan apersepsi dan melakukan tanya jawab dengan siswa. Selanjutnya, siswa menerima informasi mengenai tujuan pembelajaran dan manfaat menguasai materi pembelajaran. Siswa menerima informasi mengenai pokok-pokok materi pembelajaran. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan. Tahap yang kedua adalah kegiatan inti, kegiatan pertama yang dilakukan siswa adalah berkelompok sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk oleh guru. Siswa memperhatikan penayangan sebuah video yang telah dipotong. Kemudian dalam kelompok siswa berdiskusi menentukan unsur pembangun cerita pada video yang ditayangkan. Setelah unsur pembangun telah ditentukan, tiap kelompok menceritakan kembali cerita dari video yang ditayangkan. Setelah itu, tiap kelompok meneruskan cerita berdasarkan video yang telah ditayangkan. Pengembangan cerita sesuai dengan kreatifitas siswa. Kegiatan terakhir adalah perwakilan siswa maju untuk membacakan hasil pengembangan cerita dari diskusi kelompok yang telah dilakukan, kelompok lain memberikan tanggapan. Tahap ketiga adalah kegiatan penutup, dalam kegiatan penutup siswa dan guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari. Selanjutnya, siswa dan guru melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan.

87 Tahap Observasi Siklus II Pada tahap ini dilakukan obsevasi terhadap perilaku, keaktifan dan antusias siswa selama pembelajaran menyusun teks cerita pendek dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita serta media audiovisual berlangsung Tahap Refleksi Siklus II Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap seluruh tindakan dan hasil peningkatan keterampilan menyusun teks cerita pendek yang dicapai oleh siswa. Pada proses pembelajaran Aspek kedua proses pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 12,5 %, yaitu dari 68,75 % menjadi 81,25 %. Siswa sudah baik dalam melakukan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerpen. Aspek ketiga mengalami peningkatan sebesar 16,625 % yaitu dari 62,5 % menjadi 78,125 %. Siswa sudah baik dalam bekerja sama dalam diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video. Pada aspek sikap religius siswa siklus I terdapat kekurangan pada indikator yang ketiga, yaitu sebanyak 14 siswa masuk kategori kurang baik. Pada siklus II terjadi peningkatan, tinggal 12 siswa yang masuk dalam kategori cukup baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sikap religius siswa dalam pembelajaran menyusun teks cerpen sudah baik. Pada aspek sikap sosial kekurangan yang ditemukan pada siklus I mengalami peningkatan. Pembentukan kelompok baru untuk mengatasi kekurangan aspek toleransi dan gotong royong yang ditemukan pada siklus I

88 67 membantu siswa untuk bisa lebih bekerja sama dalam diskusi kelompok dengan anggota kelompoknya. Sikap percaya diri siswa juga mengalami peningkatan, siswa yang berani berpendapat, bertanya, menjawab, atau presentasi lebih banyak daripada siklus I. Kesantunan bahasa yang digunakan selama diskusi kelompok juga menunjukkan hasil yang baik. Pada tahap menyusun teks cerpen siklus I diketahui nilai rata-rata siswa mencapai 2,63. Jumlah siswa yang tuntas berdasarkan standar ketuntasan penelitian sebanyak 13 orang atau sebesar 41,935 %. Sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas berdasarkan standar ketuntasan penelitian sebanyak 18 siswa atau sebesar 58,065 %. Pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 3,02 yang termasuk dalam kategori baik. Dapat diidentifikasi bahwa kemampuan menyusun teks cerpen siswa sudah baik, terjadi peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen dari siklus I. Sebanyak 7 siswa mendapatkan nilai yang sangat baik, mencapai persentase sebesar 21,875 %. Siswa yang mendapat nilai baik sebanyak 25 orang atau sebesar 78,125 %. 3.2 Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah keterampilan menyusun teks cerita pendek siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo. Dipilihnya keterampilan menyusun teks cerita pendek sebagai subjek penelitian karena merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai siswa, selain itu banyak kendala yang dihadapi siswa selama pembelajaran menyusun teks cerpen.

89 Variabel Penelitian Variabel penelian ini ada dua yaitu, (1) variabel keterampilan menyusun teks cerita pendek, (2) variabel strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan melalui media audiovisual Variabel Keterampilan Menyusun Teks Cerita Pendek Keterampilan menyusun teks cerita pendek merujuk pada kegiatan mengarang yang penulisannya dipengaruhi oleh hasil rekaan atau imajinasi pengarang. Pada dasarnya cerpen merupakan cerita pengalaman yang pernah dialami, diamati, atau didengar oleh pengarangnya. Menulis cerita pendek mendorong siswa untuk berimajinasi, karena cerita pendek merupakan karya fiksi yang berbentuk prosa. Keberhasilan siswa dalam menyusun teks cerpen diukur dengan kualitas hasil cepen yang dibuatnya. Cerpen yang disusun siswa harus memiliki tema yang menarik, dalam menyusun teks cerpen siswa harus fokus pada tema yang telah dipilihnya agar cerita yang dibuat tidak melenceng dari inti cerita itu sendiri. Latar yang dipilih harus digambarkan dengan baik agar mendukung peristiwa yang ada dalam cerita. Selanjutnya adalah penggambaran watak tokoh yang tajam dan nyata, tokoh juga harus mampu membawa pembaca seolah-olah mengalami peristiwa dalam cerita. Selain itu terdapat tegangan dan kejutan dalam alur cerita, urutan peristiwa yang membangun cerpen tidak mudah diduga.

90 Variabel Strategi Think-Talk-Write (TTW) dan Teknik Meneruskan Cerita Melalui Media Audiovisual Think-Talk-Write (TTW) adalah strategi yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar. Terdapat tiga tahapan dalam strategi TTW yaitu berpikir, berdiskusi, dan menulis. Kegiatan pertama yang dilakukan siswa adalah berpikir untuk mendapatkan ide atau pendapat yang dimiliki, selanjutnya adalah berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk menentukan pendapat atau jawaban yang paling tepat. Kegiatan terakhir adalah siswa menuangkan ide dan pendapat yang telah didiskusikan tadi dalam sebuah tulisan. Teknik meneruskan cerita merupakan suatu teknik yang mengharuskan siswa meneruskan cerita yang dipotong bagian akhirnya. Siswa harus meneruskan cerita berdasarkan bagian awal cerita sebelumnya, tetapi siswa bebas dalam mengembangkan cerita berdasarkan kreatifitas masing-masing. Media audiovisual yang digunakan adalah media film animasi yang ditayangkan melalui proyektor. Penggunaan media film animasi untuk mendukung penerapan teknik meneruskan cerita dan menambah antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran.

91 Indikator Kinerja Indikator kinerja penelitian ini meliputi dua aspek, yaitu indikator kuantitatif dan indikator kualitatif. Kedua indikator tersebut dijelaskan sebagai berikut Indikator Kuantitatif Keberhasilan penelitian ini secara kuantitatif dilihat dari ketercapaian kompetensi dasar 4.2 Menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. Ketercapaian kompetensi dasar 4.2 ditandai dengan meningkatnya keterampilan siswa dalam menyusun teks cerita pendek secara tertulis baik secara individual maupun klasikal. Indikator kuantitatif keterampilan menyusun teks cerita pendek memperhatikan aspek kualitas cerpen yang disusun siswa. Cerpen yang disusun siswa harus memiliki tema yang menarik, dalam menyusun teks cerpen siswa harus fokus pada tema yang telah dipilihnya agar cerita yang dibuat tidak melenceng dari inti cerita itu sendiri. Latar yang dipilih harus digambarkan dengan baik agar mendukung peristiwa yang ada dalam cerita. Selanjutnya adalah penggambaran watak tokoh yang tajam dan nyata, tokoh juga harus mampu membawa pembaca seolah-olah mengalami peristiwa dalam cerita. Selain itu terdapat tegangan dan kejutan dalam alur cerita, urutan peristiwa yang membangun cerpen tidak mudah diduga.

92 71 Keberhasilan individual ditentukan melalui ketuntasan belajar dengan kriteria nilai minimal B- atau 2,66. Sementara itu, keberhasilan klasikal ditentukan dengan banyaknya siswa yang mendapat nilai minimal 2,66 sebesar 100% atau keseluruhan siswa mencapai ketuntasan. Tabel 2 Konversi Nilai Kompetensi Keterampilan No Predikat Hasil yang Dicapai Siswa 1 A 3,67-4,00 2 A- 3,34-3,66 3 B+ 3,01-3,33 4 B 2,67-3,00 5 B- 2,34-2,66 6 C+ 2,01-2,33 7 C 1,67-2,00 8 C- 1,34-1,66 9 D+ 1,01-1,33 10 D 0,00-1, Indikator Kualitatif Keberhasilan penelitian ini secara kualitatif ditentukan dengan proses pembelajaran yang berlangsung efektif, adanya perubahan sikap, dan tanggapan positif siswa terhadap pembelajaran. Proses pembelajaran keterampilan menyusun teks cerita pendek menggunakan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual yang ingin dicapai antara lain, (1) keantusiasan dan minat siswa, (2) kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek, (3) keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video, (4) keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek, (5) refleksi pada akhir pembelajaran sehingga siswa mengetahui kekurangan/kesulitan dan cara mengatasinya.

93 72 Indikator pencapaian sikap religius siswa antara lain, (1) berdo a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran, (2) berdo a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat gaduh), (3) memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi, (4) menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam. Selain sikap religius yang diharapkan meningkat, sikap sosial juga diharapkan meningkat pada saat pembelajaran. Sikap sosial yang diharapkan meningkat pada saat pembelajaran adalah percaya diri, peduli (toleransi, gotong royong), dan santun. Pertama percaya diri, indikator pencapaian sikap percaya diri yaitu (1) berani presentasi di depan kelas, (2) berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan. Kedua toleransi, indikator pencapaian sikap toleransi yaitu (1) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat, (2) menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (3) mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan, (4) tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain, (5) kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik, (6) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru. Gotong royong, indikator pencapaian sikap gotong royong yaitu (1) kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan, (2) aktif dalam kerja kelompok, (3) mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok.

94 73 Keempat sopan atau santun, indikator pencapaian sikap sopan/santun yaitu (1) menghormati orang yang lebih tua, (2) bersikap 3S (salam, senyum, sapa), (3) menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah. Selanjutnya ketercapaian perubahan sikap siswa tersebut akan dijabarkan dalam bentuk deskripsi tentang perubahan sikap siswa berdasarkan indikator sikap yang telah dicapai serta uraian sikap yang harus ditingkatkan dan diperhatikan siswa. Tabel 3 Konversi Nilai Kompetensi Sikap No Predikat Hasil yang Dicapai Siswa Nilai Kompetensi Sikap 1 A 3,67-4,00 2 A- 3,34-3,66 SB 3 B+ 3,01-3,33 4 B 2,67-3,00 B 5 B- 2,34-2,66 6 C+ 2,01-2,33 7 C 1,67-2,00 C 8 C- 1,34-1,66 9 D+ 1,01-1,33 10 D 0,00-1,00 K 3.5 Instrumen Penelitian Terdapat dua instrumen penelitian dalam penelitian ini yaitu berupa instrumen tes dan instrumen nontes. Instrumen tes berupa soal yang harus dikerjakan siswa saat pembelajaran menyusun teks cerita pendek. Instrumen nontes berupa lembar observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi.

95 Instrumen Tes Tes dalam penelitian ini berupa instrumen tertulis yang berisi perintah untuk menyusun teks cerita pendek. Pemberian tes terbagi menjadi dua tahap yakni tahapan siklus I, dan siklus II, tes pada siklus I dan siklus II berupa soal untuk menyusun teks cerita pendek. Tes tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam menyusun teks cerita pendek secara tertulis. Pada dasarnya tidak ada perbedaan besar antara siklus I dan siklus II, perbedaannya adalah siklus II merupakan perbaikan pada kekurangan yang terdapat pada siklus I. Nilai akhir adalah jumlah skor siswa yang diperoleh dari jumlah seluruh masing-masing aspek yang dinilai. Pedoman penilaian keterampilan menyusun teks cerita pendek memperhatikan aspek kualitas cerpen yang disusun siswa. Tabel 4 Aspek Penilaian Cerita Pendek No Aspek Penilaian Indikator Skala Nilai Skala Skor 1 Tema Memenuhi a. Berpusat pada satu empat Sangat Baik 4 persoalan Kriteria b. Terbatas dan jelas c. Baik dalam Memenuhi tiga Baik 3 mendeskripsikan tema yang terkandung dalam cerita d. Baik dalam menyajikan tema dari keseluruhan cerita 2 Alur a. Masuk akal, rasional, dapat dipahami nalar b. Urutan satu peristiwa dengan peristiwa berikutnya yang kriteria Memenuhi dua kriteria Memenuhi satu kriteria Memenuhi empat Kriteria Memenuhi tiga kriteria Cukup Baik 2 Kurang Baik 1 Sangat Baik 4 Baik 3

96 75 membangun cerpen tidak mudah diduga c. Ada tegangan dan kejutan d. Pembayangan peristiwa yang akan terjadi 3 Latar a. Tepat menggambarkan tempat yang mendukung peristiwa b. Tepat menggambarkan waktu yang mendukung peristiwa c. Tepat menggambarkan suasana yang mendukung peristiwa d. Tepat menggambarkan keadaan sosial pada saat terjadinya cerita 4 Sudut Pandang a. Baik dalam memberikan perasaan kedekatan tokoh b. Baik dalam menjelaskan kepada pembaca siapa yang dituju c. Baik dalam menjelaskan perasaan tokoh kepada pembaca d. Memberikan efek yang semakin menghidupkan cerita 5 Tokoh dan Penokohan a. Terdapat tokoh utama dan tokoh bawahan atau sampingan b. Terdapat tokoh protagonis, antagonis, dan tritagonis Memenuhi dua kriteria Memenuhi satu kriteria Memenuhi empat Kriteria Memenuhi tiga kriteria Memenuhi dua kriteria Memenuhi satu kriteria Memenuhi empat kriteria Memenuhi tiga kriteria Memenuhi dua kriteria Memenuhi satu kriteria Memenuhi empat kriteria Memenuhi tiga kriteria Cukup Baik 2 Kurang Baik 1 Sangat Baik 4 Baik 3 Cukup Baik 2 Kurang Baik 1 Sangat Baik 4 Baik 3 Cukup Baik 2 Kurang Baik 1 Sangat Baik 4 Baik 3

97 76 c. Pelukisan watak tokoh tajam dan nyata d. Tokoh mampu membawa pembaca mengalami peristiwa dalam cerita 6 Gaya Bahasa a. Tepat dalam memilih bahasa yang mengandung unsur emotif b. Terdapat bahasa yang bersifat konotatif c. Tepat memilih ungkapan yang mewakili sesuatu yang diungkapkan d. Pilihan kata sesuai dengan situasi, bervariasi, dan ekspresif Memenuhi dua kriteria Memenuhi satu kriteria Memenuhi empat kriteria Memenuhi tiga kriteria Memenuhi dua kriteria Memenuhi satu kriteria Cukup Baik 2 Kurang Baik 1 Sangat Baik 4 Baik 3 Cukup Baik 2 Kurang Baik 1 7 Kepaduan Unsur-unsur Pembangun Cerpen 4-6 unsur ssuai Sangat baik unsur sesuai Baik unsur sesuai Cukup Baik unsur sesuai Kurang Baik 1 Skor Maksimal 28 Skor diberikan untuk tiap aspek yang dinilai berdasarkan kriteria yang ditetapkan di atas. Jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan total skor untuk kemudian dikalikan Instrumen Nontes Instrumen nontes digunakan untuk mengetahui perubahan sikap siswa dan tanggapan siswa selama pembelajaran berlangsung. Bentuk instrumen nontes

98 77 yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lembar observasi, pedoman wawancara, jurnal, dan dokumentasi. Tabel 5 Kisi-kisi Instrumen Nontes No Instrumen Nontes Aspek yang Diamati Sikap Religius Proses dan Sikap Sosial Observasi 2 Jurnal Siswa Jurnal Guru 3 Wawancara 4 Dokumentasi Keterangan : A. Proses pembelajaran mencakup : 1. keantusiasan dan minat siswa 2. kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur dan unsur pembangun cerita pendek 3. keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video 4. keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek 5. refleksi pada akhir pembelajaran sehingga siswa mengetahui kekurangan/kesulitan dan cara mengatasinya. B. Sikap religius dan sikap sosial mencakup : 1. Sikap religius, indikator yang diamati, berdo a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran; berdo a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat gaduh); memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan

99 78 pendapat atau presentasi; menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam 2. Percaya diri, indikator yang diamati, berani presentasi di depan kelas; berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan 3. Toleransi, indikator yang diamati, tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat; menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya; mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan; tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain; kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik; terbuka untuk menerima sesuatu yang baru. 4. Gotong royong, indikator yang diamati, kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan; aktif dalam kerja kelompok; mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok 5. Sopan atau santun, indikator yang diamati, menghormati orang yang lebih tua; bersikap 3S (salam, senyum, sapa); menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah Pedoman Observasi Proses Pedoman observasi digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa dan sikap siswa saat pembelajaran berlangsung. Lembar observasi memuat indikatorindikator untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran berlangsung.

100 79 Indikator-indikator yang harus diamati selama proses pembelajaran berlangsung adalah, (1) siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik, (2) siswa memperhatikan dengan baik video yang ditayangkan guru, (3) siswa aktif dalam diskusi kelompok mengidentifikasi unsur intrinsik cerita dalam video, (4) siswa serius menceritakan kembali cerita dalam video yang telah ditayangkan, (5) siswa serius menyusun teks cerita pendek dengan meneruskan cerita dalam video yang telah ditayangkan Pedoman Observasi Sikap Religius Pedoman observasi sikap religius merupakan pedoman yang digunakan peneliti untuk mengamati sikap siswa selama pembelajaran. Adapun yang diamati dalam pedoman observasi sikap religius antara lain, (1) berdo a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran, (2) berdo a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat gaduh), (3) memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi, (4) menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam Pedoman Observasi Sikap Sosial Pedoman observasi sikap sosial merupakan pedoman yang digunakan peneliti untuk mengamati sikap siswa selama pembelajaran. Adapun yang diamati dalam pedoman observasi sikap sosial adalah, (1) percaya diri, (2) sikap toleransi, (3) sikap gotong royong, (4) sikap santun.

101 80 Pertama percaya diri, indikator pencapaian sikap percaya diri yaitu (1) berani presentasi di depan kelas, (2) berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan. Kedua toleransi, indikator pencapaian sikap toleransi yaitu (1) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat, (2) menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (3) mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan, (4) tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain, (5) kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik, (6) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru. Gotong royong, indikator pencapaian sikap gotong royong yaitu (1) kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan, (2) aktif dalam kerja kelompok, (3) mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok. Keempat sopan atau santun, indikator pencapaian sikap sopan/santun yaitu (1) menghormati orang yang lebih tua, (2) bersikap 3S (salam, senyum, sapa), (3) menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah Pedoman Wawancara Wawancara, digunakan untuk mendapatkan data pendukung yang ditujukan kepada guru mata pelajaran yang melaksanakan pembelajaran dan juga beberapa siswa yang aktif dalam proses pembelajaran. Adapun hal-hal yang ditanyakan antara lain, (1) pendapat siswa mengenai pembelajaran yang telah

102 81 berlangsung, (2) pendapat siswa mengenai penggunaan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual dalam pembelajaran, (3) kesulitan yang dialami siswa selama pembelajaran menyusun teks cerpen menggunakan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual, (4) cara siswa mengatasi kesulitan selama pembelajaran menyusun teks cerpen menggunakan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual, (5) manfaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran Jurnal Terdapat dua jurnal dalam penelitian ini, yaitu jurnal guru dan jurnal siswa. Jurnal guru digunakan untuk mengetahui pesan dan kesan guru selama pembelajaran. Jurnal guru berisi pertanyaan diantaranya, (1) pendapat guru mengenai kesiapan dan keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran, (2) pendapat guru mengenai keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, (3) pendapat guru mengenai tanggapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, (4) pendapat guru mengenai perilaku peserta didik, (5) pendapat guru mengenai suasana kelas pada saat pembelajaran. Jurnal siswa digunakan untuk mengetahui, (1) kesan-kesan yang dirasakan pada saat mengikuti pembelajaran terhadap strategi,teknik, dan media yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung, (2) cara peneliti saat menjelaskan materi, (3) cara peneliti memberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan, (4) cara peneliti memberikan bimbingan dan arahan dalam menyusun

103 82 teks cerita pendek, (5) cara peneliti memberikan balikan atas hasil cerpen siswa, (6) interaksi yang terjadi di dalam kelas Dokumentasi Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa foto. Dokumentasi ini dipilih oleh peneliti dengan tujuan untuk memperkuat hasil penelitian selain observasi, jurnal, dan wawancara. Dokumentasi foto dalam proses pembelajaran menyusun teks cerita pendek dapat dijadikan gambaran kegiatan dan perilaku siswa dalam penelitian. Selain itu, dokumentasi foto juga dapat membantu peneliti sebagai sarana untuk menjelaskan keruntutan penelitian dari awal sampai akhir sehingga penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan. 3.6 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes dan teknik nontes. Teknik nontes berupa teknik observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi Teknik Tes Teknik pengumpulan data tes dilakukan pada akhir pembelajaran siklus I dan siklus II dalam pembelajaran keterampilan menyusun teks cerita pendek, tes tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam menyusun teks cerita pendek secara tertulis. Tes diberikan kepada siswa berisi perintah untuk menyusun sebuah cerita pendek.

104 83 Hasil tes tersebut dapat digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dalam kurikulum 2013 maupun dalam rencana pengajaran. Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan tingkat keberhasilan pembelajaran menyusun teks cerita pendek siklus I dan siklus II, apabila siswa mencapai nilai minimal B- (baik) atau 2,66 yang berkategori baik. Berdasarkan hasil tes menyusun teks cerita pendek pada siklus I dan siklus II, peneliti akan mengetahui tingkat keterampilan pada setiap siswa. Jika terjadi peningkatan berarti strategi, teknik, dan media yang digunakan telah berhasil Teknik Nontes Data nontes digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran, perubahan perilaku siswa baik sikap religius maupun sikap sosial. Teknik nontes berupa teknik observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi Teknik Observasi Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengetahui perilaku peserta didik pada saat proses pembelajaran. Perilaku ini menunjukkan sikap religius dan sikap sosial siswa dalam pembelajaran menyusun teks cerpen. Selain mengamati sikap religius dan sosial siswa, observasi digunakan untuk mengamati proses pembelajaran di dalam kelas. Observasi dilakukan pada semua siswa dengan memberikan penilaian pada lembar observasi, terdapat dua lembar observasi yaitu lembar observasi proses

105 84 pembelajaran menyusun teks cerpen. Kedua adalah lembar observasi sikap religius dan sikap sosial siswa Teknik Jurnal Dalam penelitian ini terdapat dua jurnal, yaitu jurnal siswa dan jurnal guru. Jurnal ini diberikan pada akhir pertemuan pembelajaran setiap siklus (siklus I dan siklus II), yaitu dengan cara memberi selembar kertas pada masing-masing siswa agar menuliskan kesan dan pesan termasuk penilaian guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Jurnal tersebut merupakan refleksi diri atas pembelajaran yang telah dilakukan. Jurnal guru ditulis setelah kegiatan pembelajaran berlangsung yang berisi tentang semua hal yang terjadi pada proses pembelajaran. Kedua jurnal yang telah dibuat tersebut digunakan sebagai bahan evaluasi. Dari kedua data tersebut direkap menjadi satu dengan tujuan untuk mempermudah dalam menganalisis perkembangan kemampuan siswa Teknik Wawancara Wawancara atau interview adalah suatu teknik atau cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh peneliti.

106 85 Wawancara ini dilakukan setelah proses belajar mengajar berakhir, yaitu pada saat siswa istirahat dan peneliti sudah mengadakan penelitian siklus awal, yang bertujuan agar proses belajar mengajar antara siswa dan guru tidak terganggu, dan dengan harapan hasil wawancara ini dapat digunakan untuk melakukan perbaikan pada pembelajaran siklus berikutnya. Sasaran wawancara adalah para siswa yang nilainya sangat kurang, cukup, dan sangat baik dalam menyusun teks cerita pendek. Hal ini berdasarkan nilai tes pada siklus awal dan berdasarkan observasi yang dilakukan guru selama proses pembelajaran Teknik Dokumentasi Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumentasi yang berupa foto pada saat penelitian berlangsung. Gambar foto ini menghasilkan data yang autentik karena pengambilan foto tersebut dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung, sehingga aktifitas siswa akan terekam dalam foto. Pengambilan gambar dibagi dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Dalam pengambilan foto peneliti meminta bantuan teman dengan pertimbangan 1) keaslian data visual terjamin, 2) perilaku peneliti dan subjek penelitian saat pembelajaran terekam dengan jelas, dan 3) agar konsentrasi peneliti saat mengajar tidak bercabang. Dari data foto ini akan dilaporkan secara deskriptif sesuai dengan gambar yang terekam didalamnya. Hasil deskriptif ini digunakan sebagai penjelas dan pendukung data lain. 3.7 Teknik Analisis Data

107 86 Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kuatitatif dan teknik kualitatif. Data tes dianalisis secara kuantitatif, sedangkan data nontes dianalisis secara kualitatif Teknik Kuantitatif Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengatahui seberapa besar peningkatan siswa setelah pembelajaran menyusun teks cerita pendek dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Nilai yang diperoleh siswa dirata-rata dan bandingkan antara siklus I dan siklus II. Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Merekap nilai seluruh siswa 2. Menghitung nilai komulatif 3. Menghitung nilai persentase dengan rumus SS NP = X 100% SM Keterangan : NP SM SS : Nilai dan Persentase : Skor Maksimal : Skor yang diperoleh Siswa Teknik Kualitatif Teknik analisis data kualitatif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai proses pembelajaran, keterampilan yang telah dicapai siswa, perubahan

108 87 sikap religius dan sikap sosial. Data kualitatif diperoleh dari observasi, jurnal siswa, wawancara dan dokumentasi. Data diklasifikasikan berdasarkan aspekaspek yang sudah ditetapkan.

109 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari tindakan siklus I dan tindakan siklus II. Hasil tes siklus I dan siklus II berupa tes soal untuk menyusun teks cerita pendek. Tes tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam menyusun teks cerita pendek secara tertulis. Hasil nontes siklus I dan siklus II diperoleh melalui observasi, jurnal guru, jurnal siswa, wawancara, dan dokumentasi foto. Hasil tersebut berupa proses pembelajaran menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual; perubahan perilaku menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis sebagai wujud sikap religius; menghargai dan menghayati sikap percaya diri, toleransi, gotong royong, dan santun dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya sebagai wujud sikap sosial Hasil Penelitian Siklus I Pelaksanaan penelitian siklus I yaitu kegiatan pembelajaran dengan menerapkan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual dalam pembelajaran menyusun teks cerpen. Hasil penelitian siklus I, 88

110 89 pertama berupa pemaparan proses pembelajaran menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual yang diperoleh dari instrumen observasi proses pembelajaran, jurnal guru, dan dokumentasi. Kedua, pemaparan perubahan perilaku menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis sebagai wujud sikap religius berupa nilai konversi sikap religius. Ketiga, perubahan perilaku percaya diri, toleransi, gotong royong, dan santun dalam merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek pada siswa sebagai wujud sikap sosial berupa nilai konversi sikap sosial. Keempat, hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen siswa. Hasil penelitian siklus I diuraikan sebagai berikut Proses Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen dengan Strategi Think- Talk-Write dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual Siklus I Hasil pengamatan proses pembelajaran peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual merupakan hasil pengamatan (1) Keantusiasan dan minat siswa, (2) kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek, (3) keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video, (4) keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek, dan (5) refleksi pada akhir pembelajaran sehingga siswa mengetahui kekurangan/kesulitan dan cara mengatasinya.

111 90 Pengamatan proses pembelajaran bertujuan untuk mengetahui keberlangsungan proses pembelajaran menyusun teks cerpen. Observasi pembelajaran siklus I dilaksanakan ketika pembelajaran di kelas berlangsung, peneliti mengamati siswa pada saat proses pembelajaran. Hasil pengamatan proses pembelajaran peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual diuraikan dalam tabel berikut. Tabel 6 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus I No Aspek Pengamatan Frekuensi Persentase (%) 1 Keantusiasan dan minat siswa 25 78,125 % 2 kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita 22 68,75 % pendek 3 keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video 20 62,5 % 4 keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek 31 96,875 % 5 refleksi pada akhir pembelajaran sehingga siswa mengetahui kekurangan/kesulitan dan cara 30 93,75 % mengatasinya Keterangan : Sangat baik : > 85 % Baik : % Cukup : % Kurang : < 60 % Tabel di atas menunjukkan bahwa aspek keantusiasan dan minat siswa terhadap pembelajaran menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual terdapat 25 siswa yang

112 91 memperhatikan atau sebesar 78,125 % dan termasuk dalam kategori baik. Aspek kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek terdapat 22 siswa yang melakukan diskusi kelompok dengan cukup baik atau sebesar 68,75 %. Aspek keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video terdapat 20 siswa atau sebesar 62,5 % dan termasuk dalam kategori cukup baik. Aspek keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek terdapat 31 siswa yang melaksanakan kegiatan menyusun teks cerpen atau sebesar 96,87 % dan termasuk dalam kategori sangat baik. Aspek refleksi pada akhir pembelajaran sehingga siswa mengetahui kekurangan/kesulitan dan cara mengatasinya terdapat 30 siswa yang melakukan refleksi atau sebesar 93,75 % dan termasuk dalam kategori sangat baik Keantusiasan dan Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen dengan Strategi Think-Talk-Write dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual Siklus I Keantusiasan dan minat siswa terhadap pembelajaran keterampilan menysusun teks cerpen ditinjau dari pelaksanaan pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Pada kegiatan awal pembelajaran, guru mengkondisikan siswa untuk siap belajar dan melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab dengan siswa. Tanggapan siswa cukup baik dibuktikan dengan kesediaan beberapa siswa untuk menyampaikan pendapat, bertanya, dan menjawab pertanyaan yang diberikan.

113 92 Selain itu, keantusiasan dan minat siswa terhadap pembelajaran menyusun teks cerpen dapat dilihat pada saat kegiatan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek dan diskusi setelah menyimak tayangan video. Guru memberikan tugas kepada tiap kelompok untuk mengidentifikasi struktur teks cerita pendek dan menentukan unsur pembangun cerita video yang ditayangkan, setelah itu tiap kelompok meneruskan cerita pada video tersebut menjadi sebuah cerita yang utuh. Kegiatan diskusi berjalan cukup lancar, masing-masing kelompok melaksanakan tugas yang diberikan. Setelah kegiatan diskusi perwakilan tiap kelompok presentasi di depan kelas. Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran, siswa yang antusias mengikuti pembelajaran cukup banyak dibandingkan dengan siswa yang kurang antusias mengikuti pembelajaran. Persentase keantusiasan siswa terhadap pembelajaran menyusun teks cerpen sebesar 78,125 %, sehingga dapat diidentifikasi bahwa siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen. Keantusiasan siswa ditunjukkan dengan kesediaan siswa untuk menjawab dan mengemukakan pendapat tentang struktur teks cerpen, tertib dalam membentuk kelompok, dan dalam menyimak media yang ditayangkan oleh guru. Selain berdasarkan hasil pengamatan, keantusiasan siswa juga dapat diketahui melalui jurnal guru. Berdasarkan jurnal guru, keantusiasan dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen cukup baik. Sebagian besar siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan, bersedia menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat, membentuk kelompok sesuai dengan instruksi, serta memperhatikan tayangan yang diputar guru dengan baik.

114 93 Hasil dokumentasi foto juga menunjukkan keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen. Berikut adalah gambar interaksi antara guru dengan siswa yang menunjukkan keantusiasan dan minat siwa dalam mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. (a) (b) Gambar 1 Interaksi Guru dan Siswa yang Menunjukkan Keantusiasan dan Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyusun Teks Siklus I Gambar (a) menunjukkan proses pembelajaran menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Keantusiasan dan minat siswa terhadap pembelajaran ditunjukkan dengan beberapa kelompok mengajukan pertanyaan tentang tugas yang diberikan. Gambar (b) menunjukkan minat dan keantusiasan siswa dalam menyimak video yang diputar oleh guru.

115 Kekondusifan Diskusi Kelompok Mengidentifikasi Struktur Teks Cerita Pendek Siklus I Kekondusifan pelaksanaan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek ditinjau dari kegiatan inti pembelajaran menyusun teks cerpen. Pada kegiaatan inti ini diawalai dengan tahap mengamati, dalam kelompok siswa membaca dan mencermati contoh cerpen yang dibagikan. Tahap selanjtnya adalah siswa dan guru bertanya jawab tentang kaidah kebahasaan dalam cerpen. Setelah itu siswa berdiskusi mengenai struktur teks cerpen, pada kegiatan ini siswa masuk dalam tahap menanya. Tahap selanjutnya adalah tiap kelompok mengidentifikasi struktur teks cerpen dan menyusun struktur teks cerpen yang acak untuk membentuk teks cerpen yang utuh. Hasil observasi kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek tergolong cukup yaitu sebesar 68,75 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses diskusi berjalan cukup baik, tetapi masih terdapat beberapa siswa yang kurang baik dalam berdiskusi dengan kelompoknya. Masih terdapat siswa yang kurang aktif dalam diskusi kelompok. Berdasarkan jurnal guru, pelaksanaan diskusi kelompok cukup berjalan baik. Walaupun masih ada siswa yang kurang terlibat aktif dalam proses diskusi tersebut. Beberapa kelompok tidak sungkan untuk bertanya kepada guru saat mengalami kesulitan pada saat pelaksanaan diskusi kelompok. Berikut adalah gambar yang memperlihatkan kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek.

116 95 (a) (b) (c) Gambar 2 Siswa Berdiskusi Mengidentifikasi Struktur Teks Cerita Pendek Siklus I Gambar (a) menunjukkan kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerpen, setelah melakukan diskusi salah satu anggota kelompok menuliskan hasil diskusi pada lembar kerja. Gambar (b) menunjukkan kelompok yang kurang serius dalam melakukan diskusi, terdapat anggota kelompok yang bercanda. Gambar (c) menunjukkan peneliti memberikan arahan kepada kelompok yang mengalami kesulitan dalam diskusi.

117 Keintensifan Diskusi Kelompok setelah Menyimak Tayangan Video Siklus I Pada kegiatan inti, siswa menyimak tayangan media audiovisual berupa film animasi yang dipotong. Setelah menyimak tayangan tersebut, dalam kelompok siswa berdiskusi menentukan unsur pembangun cerita pada video yang ditayangkan. Setelah itu, tiap kelompok menuliskan kembali cerita pada video yang telah ditayangkan dan meneruskannya menjadi sebuah cerita yang utuh. Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran aspek keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video, persentasenya mencapai 62,5 % dan termasuk dalam kategori cukup. Meski separuh lebih dari jumlah siswa melaksanakan diskusi dengan baik, masih terdapat beberapa siswa yag kurang bisa bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Dari jurnal guru, pelaksanaan diskusi sudah cukup baik walaupun masih ada siswa yang kurang bisa bekerja dengan anggota kelompoknya dan terdapat perbedaan pendapat setelah menyimak tayangan video. Perbedaan pendapat tersebut mempengaruhi jalannya diskusi dan hasil diskusi kelompok. Dari jurnal siswa diperoleh kemudahan dan kesulitan yang dialami siswa dalam melaksanakan diskusi setelah menyimak tayangan video. Kesulitan yang dialami siswa antara lain video yang ditayangkan sedikit kurang jelas karena terganggu sinar matahari, perbedaan pendapat dan ide dalam meneruskan cerita menyebabkan dalam menuliskan hasil diskusi membutuhkan waktu yang cukup lama karena harus menyatukan pandangan yang berbeda. Kemudahan yang

118 97 didapat antara lain mencari ide untuk meneruskan cerita lebih cepat karena sudah mengetahi unsur pembangun cerita. Berikut adalah gambar yang menunjukkan keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video. (a) (b) (c) Gambar 3 Siswa Menyimak Tayangan Video dan Berdiskusi setelah Menyimak Tayangan Video Siklus I Gambar (a) menunjukkan siswa memperhatikan tayangan video, sinar matahari membuat video tidak jelas sehingga membuat siswa kesulitan. Gambar (b) menunjukkan siswa tertarik dengan media video yang digunakan dalam

119 98 pembelajaran. Gambar (c) menunjukkan suasana diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video Keintesifan Pelaksanaan Kegiatan Menyusun Teks Cerita Pendek Siklus I Pada kegiatan menyusun teks cerpen, siswa diberikan tugas untuk menyusun sebuah cerpen. Semua siswa melaksanakan tugas yang diberikan dengan kesulitan dan hambatan yang dialami masing-masing siswa. Walaupun siswa mengalami kesulitan dalam menyusun teks cerpen, tiap siswa berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan tepat waktu. Hasil pengamatan proses pembelajaran aspek keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek mencapai persentase 96,87 % atau termasuk dalam kategori sangat baik, semua siswa melaksanakan kegiatan menyusun teks cerpen dengan baik. Terdapat satu siswa yang tidak melaksanakan kegiatan menyusun teks cerpen, karena siswa tersebut tidak hadir pada saat pembelajaran menyusun teks cerpen. Berdasarkan jurnal guru, kegiatan menyusun teks cerpen berjalan dengan baik. Setiap siswa melaksanakan arahan yang diberikan, siswa antusias dalam menyusun teks cerpen. Beberapa siswa terlihat masih kesulitan untuk mendapatkan ide dalam menyusun teks cerpen. Dari jurnal siswa diketahui kesulitan yang dialami siswa dalam menyusun teks cerpen. Kesulitan yang dialami siswa antara lain siswa kesulitan dalam menemukan ide untuk menyusun teks cerpen, membutuhkan waktu yang cukup

120 99 lama untuk menuangkan ide tersebut menjadi sebuah cerpen yang utuh. Berikut adalah gambar yang menunjukkan keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek. (a) (b) Gambar 4 Kegiatan Siswa Menyusun Teks Cerita Pendek Siklus I Gambar (a) menunjukkan kegiatan siswa dalam menyusun teks cerita pendek. Gambar (b) menunjukkan siswa yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan ide dalam menyusun teks cerpen Refleksi pada Akhir Pembelajaran sehingga Siswa Mengetahui Kekurangan/kesulitan dan Cara Mengatasinya Siklus I Kegiatan refleksi merupakan kegiatan di akhir pembelajaran, hal ini berguna agar siswa mengetahui kesulitan yang dialami pada saat menyusun teks cerpen dan cara mengatasinya. Pada saat kegiatan refleksi siswa menjawab pertanyaan tentang kesulitan yang dialami pada saat diskusi kelompok dan menyusun teks cerpen.

121 100 Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran aspek refleksi pada akhir pembelajaran, persentasenya mencapai 93,75 % dan termasuk dalam kategori sangat baik. Secara keseluruhan siswa antusias untuk melakukan refleksi agar mengetahui kesulitan yang dialami pada saat menyusun teks cerpen dan cara mengatasinya. Dari jurnal guru, siswa sangat antusias dalam melaksanakan kegiatan refleksi. Siswa ingin mengetahui kesulitan yang dihadapai pada saat menyusun teks cerpen dan cara mengatasinya. Siswa tidak sungkan untuk bertanya pada temannya kesulitan yang dihadapi. Dari jurnal siswa diketahui kesulitan dan kemudahan siswa dalam diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video, kesulitan saat kegiatan menyusun teks cerpen, dan pendapat siswa tentang penggunaan strategi TTW dalam pebelajaran menyusun teks cerpen. Berikut adalah gambar yang menunjukkan kegiatan refleksi siswa di akhir pebelajaran. (a) (b) Gambar 5 Aktivitas Siswa Melakukan Refleksi pada Akhir Pembelajaran Siklus I

122 101 Gambar (a) menunjukkan kegiatan siswa melakukan refleksi, keseluruhan siswa antusias untuk melakukan refleksi. Gambar (b) menunjukkan siswa tidak sungkan untuk bertanya kesulitan yang dialami siswa lain pada saat kegiatan menyusun teks cerpen Perubahan Perilaku Menghargai dan Mensyukuri Keberadaan Bahasa Indonesia sebagai Anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sarana Menyajikan Informasi Lisan dan Tulis pada Siswa sebagai Wujud Sikap Religius Siklus I Hasil perilaku menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis pada siklus I, diidentifikasi dari sikap religius siswa ketika mengikuti pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Hasil sikap religius siswa merupakan hasil nontes siklus I yang diperoleh melalui observasi sikap religius dan jurnal guru. Penilaian observasi sikap religius mencakup empat indikator yaitu, (a) berdo a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran, (b) berdo a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat gaduh), (c) memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi, (d) menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam. Berikut hasil penilaian observasi sikap religius siklus I. Tabel 7 Hasil Penilaian Observasi Sikap Religius Siklus I

123 102 No Indikator Sikap Religius Kategori Frekuensi 1 berdo a sebelum dan setelah Sangat Baik (4) 32 melaksanakan pembelajaran Baik (3) 0 Cukup Baik (2) 0 Kurang Baik (1) 0 2 berdo a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat gaduh) 3 memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi 4 menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam Jumlah 32 Sangat Baik (4) 32 Baik (3) 0 Cukup Baik (2) 0 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 Sangat Baik (4) 18 Baik (3) 0 Cukup Baik (2) 0 Kurang Baik (1) 14 Jumlah 32 Sangat Baik (4) 32 Baik (3) 0 Cukup Baik (2) 0 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sikap religius siswa termasuk dalam kategori baik. Pada indikator sikap religius yang pertama semua siswa termasuk dalam kategori sangat baik. Begitu juga dengan indikator sikap religius yang kedua, semua siswa masuk dalam kategori sangat baik. Pada indikator sikap religius yang ketiga sebanyak 18 siswa masuk dalam kategori sangat baik, sedangkan 14 siswa masuk dalam kategori kurang baik. Pada indikator sikap religius yang keempat semua siswa menunjukkan sikap yang sangat baik. Berdasarkan jurnal guru, secara keseluruhan sikap religius yang ditunjukkan siswa baik. Sikap religius yang kurang baik adalah pada indikator

124 103 ketiga, karena tidak semua siswa berani dan mendapat kesempatan menyampaikan pendapat atau presentasi di depan kelas. Berikut hasil dokumentasi foto yang menunjukkan sikap religius siswa pada saat proses pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Gambar 6 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Religius Siklus I Gambar enam menunjukkan sikap religius siswa dalam mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen. Semua peserta didik berdo a sebelum melaksanakan pembelajaran dan berdo a dengan sikap baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa sikap religius siswa sudah baik selama mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen.

125 Perubahan Sikap Menghargai dan Menghayati Sikap Percaya Diri, Toleransi, Gotong Royong, dan Santun sebagai Wujud Sikap Sosial Siklus I Hasil sikap menghargai dan menghayati sikap percaya diri, toleransi, gotong royong, dan santun pada siklus I diidentifikasi dari sikap percaya diri, toleransi, gotong royong, dan santun ketika siswa mengikuti proses pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Hasil sikap sosial siswa merupakan hasil nontes siklus I yang diperoleh melalui penilain observasi sikap percaya diri, toleransi, gotong royong, dan santun serta jurnal guru Sikap Percaya Diri Penilaian observasi sikap percaya diri mencakup dua indikator yaitu, (a) berani presentasi di depan kelas dan (b) berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan. Berikut adalah hasil penilaian sikap percaya diri siklus I. Tabel 8 Hasil Penilaian Observasi Sikap Percaya Diri Siklus 1 No Indikator Sikap Percaya Diri Kategori Frekuensi 1 berani presentasi di depan kelas Sangat Baik (4) 18 Baik (3) 0 Cukup Baik (2) 0 Kurang Baik (1) 14 Jumlah 32 2 berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan Sangat Baik (4) 0 Baik (3) 5 Cukup Baik (2) 27 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32

126 105 Dari tabel tersebut diketahui bahwa sikap percaya diri siswa termasuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap percaya diri yang pertama sebanyak 18 siswa masuk dalam kaegori sangat baik, 14 siswa masuk dalam kategori kurang baik. Pada indikator yang pertama tidak semua siswa berani dan mempunyai kesempatan untuk presentasi di depan kelas. Indikator sikap percaya diri yang kedua sebanyak 5 siswa masuk dalam kategori baik, 27 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Berdasarkan jurnal guru, sikap percaya diri siswa sudah cukup baik. Banyak siswa yang berani untuk presentasi, berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan. Berikut ini hasil dokumentasi foto yang menunjukkan sikap percaya diri siswa ketika pelaksanaan pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Gambar 7 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Percaya diri Siklus I

127 106 Gambar tujuh menunjukkan sikap percaya diri siswa dalam mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen. Sikap percaya diri ditunjukkan dengan berani presentasi di depan kelas seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas. Beberapa siswa laki-laki dan perempuan sudah menunjukkan sikap percaya diri dengan presentasi di depan kelas Sikap Toleransi Penilaian observasi sikap toleransi mencakup enam indikator yaitu, (a) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat, (b) menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (c) mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan, (d) tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain, (e) kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik, (f) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru. Berikut hasil penilaian observasi sikap toleransi siklus I. Tabel 9 Hasil Penilaian Observasi Sikap Toleransi Siklus I No Indikator Sikap Toleransi Kategori Frekuensi 1 tidak mengganggu teman yang Sangat Baik (4) 0 berbeda pendapat Baik (3) 17 Cukup Baik (2) 15 Kurang Baik (1) 0 2 menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya 3 mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki Jumlah 32 Sangat Baik (4) 0 Baik (3) 19 Cukup Baik (2) 13 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 Sangat Baik (4) 1 Baik (3) 18

128 107 keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan 4 tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain 5 kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik 6 terbuka untuk menerima sesuatu yang baru Cukup Baik (2) 13 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 Sangat Baik (4) 8 Baik (3) 23 Cukup Baik (2) 1 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 Sangat Baik (4) 0 Baik (3) 21 Cukup Baik (2) 11 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 Sangat Baik (4) 0 Baik (3) 19 Cukup Baik (2) 13 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 Dari tabel tersebut diketahui bahwa sikap toleransi siswa cukup baik. Indikator sikap toleransi yang pertama sebanyak 17 siswa masuk dalam kategori baik, 15 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang kedua sebanyak 19 siswa masuk dalam kategori baik, 13 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang ketiga satu orang siswa asuk dalam kategori sangat baik, 18 siswa masuk dalam kategori baik, dan 13 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang keempat sebanyak 8 siswa masuk kategori sangat baik, 23 siswa masuk dalam kategori baik, dan satu orang masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang kelima sebanyak 21 siswa masuk dalam kategori baik, 12 siswa masuk kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang keenam sebanyak 19 siswa masuk dalam kategori baik, 13 siswa masuk kategori cukup.

129 108 Berdasarkan jurnal guru, sikap toleransi siswa cukup baik. Selama diskusi dalam kelompok siswa cukup baik dalam menerima pendapat orang lain. Kekurangan yang masih terlihat adalah beberapa siswa kurang bisa bekerja sama dengan anggota kelompok yang berbeda karakter. Berikut ini hasil dokumentasi foto yang menunjukkan sikap toleransi siswa ketika pelaksanaan pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Gambar 8 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Toleransi Siklus I Gambar delapan menunjukkan sikap toleransi dalam pembelajaran menyusun teks cerpen. Siswa menunjukkan sikap toleransi dengan mau bekerja sama bersama anggota kelompok yang berbeda karakter dan latar belakang Sikap Gotong Royong Terdapat tiga indikator penilaian observasi sikap gotong royong yaitu, (a) kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan, (b) aktif dalam kerja kelompok,

130 109 (c) mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok. Berikut hasil penilaian observasi sikap gotong royong siklus I. Tabel 10 Hasil Penilaian Observasi Sikap Gotong Royong Siklus I No Indikator Sikap Gotong Royong 1 kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan Kategori Frekuensi Sangat Baik (4) 4 Baik (3) 17 Cukup Baik (2) 12 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 2 aktif dalam kerja kelompok Sangat Baik (4) 0 Baik (3) 20 Cukup Baik (2) 12 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 3 mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok Sangat Baik (4) 0 Baik (3) 0 Cukup Baik (2) 32 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 Dari tabel tersebut diketahui untuk indikator sikap gotong royong yang pertama, sebanyak 4 siswa masuk dalam kategori sangat baik, 17 siswa masuk dalam kategori baik, dan 12 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap gotong royong yang kedua sebanyak 20 siswa masuk dalam kategori baik, 12 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap gotong royong yang ketiga semua siswa masuk dalam kategori cukup baik. Berdasarkan jurnal guru, sikap gotong royong siswa secara keseluruhan cukup baik. Siswa sudah cukup baik dalam berdiskusi atau bekerja sama dalam kelompok. Kekurangan terdapat pada indikator ketiga, siswa masih belum maksimal dalam mendorong anggota kelompok lain untuk bekerja sama.

131 110 Berikut ini hasil dokumentasi foto yang menunjukkan sikap gotong royong siswa ketika pelaksanaan pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Gambar 9 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Gotong Royong Siklus I Gambar sembilan menunjukkan sikap gotong royong siswa dalam pembelajaran menyusun teks cerpen. Sikap gotong royong ditunjukkan dengan aktif dan mau bekerja sama dalam kerja kelompok untuk melaksanakan tugas yang diberikan Sikap Santun Terdapat tiga indikator penilaian observasi sikap santun yaitu, (a) menghormati orang yang lebih tua, (b) bersikap 3S (salam, senyum, sapa), (c) menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah. Berikut hasil penilaian observasi sikap santun siklus I. Tabel 11 Hasil Penilaian Observasi Sikap Santun Siklus I No Indikator Sikap Santun Kategori Frekuensi 1 menghormati orang yang lebih Sangat Baik (4) 0

132 111 tua Baik (3) 32 Cukup Baik (2) 0 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 2 bersikap 3S (salam, senyum, sapa) 3 menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah Sangat Baik (4) 0 Baik (3) 31 Cukup Baik (2) 1 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 Sangat Baik (4) 0 Baik (3) 12 Cukup Baik (2) 21 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 Dari tabel di atas diketahui untuk indikator sikap santun yang pertama, semua siswa masuk dalam kategori baik. Indikator sikap santun yang kedua sebanyak 31 siswa masuk dalam kategori baik, 1 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap santun yang ketiga sebanyak 12 siswa masuk dalam kategori baik, 21 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Berdasarkan jurnal guru, sikap santun siswa dalam pembelajaran sudah baik. Dalam menyampaikan pendapat, bertanya, atau menjawab siswa menggunakan bahasa yang cukup santun. Berikut ini hasil dokumentasi foto yang menunjukkan sikap santun siswa ketika pelaksanaan pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual.

133 112 Gambar 10 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan sikap Santun Siklus I Gambar sepuluh menunjukkan sikap santundalam pembelajaran menyusun teks cerpen. Siswa menunjukkan sikap santun dengan bersikap 3 S (salam, senyum, sapa), salam sebelum presentasi di depan kelas dan senyum saat melaksanakan kegiatan diskusi Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Cerpen dengan Strategi Think-Talk-Write (TTW) dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual Siklus I Hasil keterampilan menyusun teks cerpen diperoleh dari tes menyusun teks cerpen tiap siswa. Penilaian hasil cerpen siswa berdasarkan aspek-aspek penilaian keterampilan menyusun teks cerpen meliputi, (a) tema, (b) alur, (c) latar, (d) sudut pandang, (e) tokoh dan penokohan, (f) gaya bahasa, dan (g) kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen. Berikut ini hasil penilaian keterampilan menyusun teks cerpen yang diakumulasikan. Tabel 12 Hasil Tes Menyusun Teks Cerpen Siklus I No Kategori Rentang Nilai Skor Frekuensi Bobot Skor Nilai Persentase (%)

134 113 1 Sangat 3,34-4, ,72 12,903 Baik 2 Baik 2,34-3, ,71 54,839 3 Cukup 1,34-2, ,258 Baik 4 Kurang Baik 0,00-1, Jumlah 31 81, Nilai rata-rata Kategori B Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai rata-rata siswa mencapai 2,63 yang termasuk dalam kategori baik. Dapat diidentifikasi bahwa kemampuan menyusun teks cerpen siswa sudah baik, meskipun terdapat beberapa siswa yang masih mendapatkan nilai kurang memuaskan atau dalam kategori cukup baik. Sebanyak 4 siswa mendapatkan nilai yang sangat baik, mencapai persentase sebesar 12,903 %. Siswa yang mendapat nilai baik sebanyak 17 orang atau sebesar 54,839 %. Sedangkan siswa yang mendapat nilai cukup baik sebanyak 10 orang atau sebesar 32,258 %. Standar ketuntasan penelitian yang telah ditentukan adalah sebesar 2,67 masuk dalam kategori B. Ketuntasan dihitung berdasarkan jumlah siswa yang sudah memenuhi standar ketuntasan penelitian. Jumlah siswa yang tuntas berdasarkan standar ketuntasan penelitian sebanyak 13 orang atau sebesar 41,935 %. Sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas berdasarkan standar ketuntasan penelitian sebanyak 18 siswa atau sebesar 58,065 %. Peningkatan hasil keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual sudah

135 114 cukup efektif bagi sebagian siswa. Namun, masih ada beberapa siswa yang kurang terampil dalam menyusun teks cerpen. Dibuktikan dengan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 18 orang Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Tema Siklus I Aspek pertama yang dinilai pada tes keterampilan menyusun teks cerpen yaitu tema. Penilaian aspek tema berpedoman pada indikator aspek tema yaitu, (a) berpusat pada satu persoalan, (b) terbatas dan jelas, (c) baik dalam mendeskripsikan tema yang terkandung dalam cerita, (d) baik dalam menyajikan tema dari keseluruhan cerita. Berikut hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen aspek tema. Tabel 13 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Tema Siklus I No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase (%) 1 Sangat Baik ,806 2 Baik ,613 3 Cukup Baik ,581 4 Kurang Baik Jumlah Nilai rata-rata Kategori B+ Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebanyak 8 siswa atau sebesar 25,806 % masuk dalam kategori sangat baik. Sebanyak 16 orang siswa atau sebesar 51,613 % masuk dalam kategori baik. Sedangkan jumlah siswa yang

136 115 masuk kategori cukup baik sebanyak 7 orang atau sebesar 22,581 %. Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah baik dalam menyusun teks cerpen, sesuai dengan indikator aspek tema yang telah ditentukan Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Alur Siklus I Aspek kedua dalam tes keterampilan menyusun teks cerpen yang dinilai adalah alur. Penilaian aspek alur berpedoman pada indikator aspek alur yaitu, (a) masuk akal, rasional, dapat dipahami nalar, (b) urutan satu peristiwa dengan peristiwa berikutnya yang membangun cerpen tidak mudah diduga, (c) ada tegangan dan kejutan, (d) pembayangan peristiwa yang akan terjadi. Berikut hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen aspek alur siklus I. Tabel 14 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Alur Siklus I No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase (%) 1 Sangat Baik Baik ,161 3 Cukup Baik ,161 4 Kurang Baik ,677 Jumlah Nilai rata-rata Kategori B- Dari tabel tersebut diketahui bahwa tidak ada siswa yang masuk dalam kategori sangat baik. Sebanyak 14 siswa atau sebesar 45,161 % masuk dalam

137 116 kategori baik, begitu juga dengan kategori cukup baik jumlah siswa yang masuk berjumlah 14 siswa. Sedangkan sebanyak 3 orang siswa atau sebesar 9,677 % asuk dalam kategori kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang baik dalam menyajikan cerita dalam cerpen sesuai dengan indikator aspek alur Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Latar Siklus I Aspek ketiga dalam tes keterampilan menyusun teks cerpen yang dinilai adalah latar. Penilaian aspek latar berpedoman pada indikator aspek latar yaitu, (a) tepat menggambarkan tempat yang mendukung peristiwa, (b) tepat menggambarkan waktu yang mendukung peristiwa, (c) tepat menggambarkan suasana yang mendukung peristiwa, (d) tepat menggambarkan keadaan sosial pada saat terjadinya cerita. Berikut hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen aspek latar siklus I. Tabel 15 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Latar Siklus I No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase (%) 1 Sangat Baik ,226 2 Baik ,548 3 Cukup Baik ,226 4 Kurang Baik Jumlah Nilai rata-rata Kategori B

138 117 Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa hanya satu orang siswa atau sebesar 3,226 % masuk dalam kategori sangat baik. Sebanyak 29 siswa atau sebesar 93,548 % masuk dalam kategori baik. Sama dengan kategori sangat baik, dalam kategori cukup baik hanya satu orang yang masuk. Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam menyusun teks cerpen, siswa sudah baik dalam menggambarkan latar yang mendukung cerpen Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Sudut Pandang Siklus I Aspek keempat dalam tes keterampilan menyusun teks cerpen yang dinilai adalah sudut pandang. Penilaian aspek sudut pandang berpedoman pada indikator aspek sudut pandang yaitu, (a) baik dalam memberikan perasaan kedekatan tokoh, (b) baik dalam menjelaskan kepada pembaca siapa yang dituju, (c) baik dalam menjelaskan perasaan tokoh kepada pembaca, (d) memberikan efek yang semakin menghidupkan cerita. Berikut hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen aspek sudut pandang siklus I. Tabel 16 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Sudut Pandang Siklus I No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase (%) 1 Sangat Baik ,667 2 Baik ,71 3 Cukup Baik ,71 4 Kurang Baik ,903 Jumlah

139 118 Nilai rata-rata Kategori B- Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sebanyak 3 siswa atau sebesar 9,667 % masuk dalam kategori sangat baik. Sebanyak 12 siswa atau sebesar 38,71 % masuk dalam kategori baik, begitu juga dengan kategori cukup baik terdapat 12 siswa masuk dalam kategori tersebut. Sedangankan kategori kurang baik terdapat 4 siswa atau sebesar 12,903 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa dalam menyusun teks cerpen, aspek sudut pandang kurang sesuai dengan indikator yang telah ditentukan Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Tokoh dan Penokohan Siklus I Aspek kelima dalam tes keterampilan menyusun teks cerpen yang dinilai adalah tokoh dan penokohan. Penilaian aspek tokoh dan penokohan berpedoman pada indikator aspek tokoh dan penokohan yaitu, (a) terdapat tokoh utama dan tokoh bawahan atau sampingan, (b) terdapat tokoh protagonis, antagonis, dan tritagonis, (c) pelukisan watak tokoh tajam dan nyata, (d) tokoh mampu membawa pembaca mengalami peristiwa dalam cerita. Berikut hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen aspek tokoh dan penokohan siklus I. Tabel 17 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Tokoh dan Penokohan Siklus I No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase (%)

140 119 1 Sangat Baik Baik ,387 3 Cukup Baik ,613 4 Kurang Baik Jumlah Nilai rata-rata Kategori B- Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa tidak ada siswa yang masuk dalam kategori sangat baik. Sebanyak 15 siswa atau sebesar 48,387 % masuk dalam kategori baik. Sebanyak 16 siswa atau sebesar 51,613 % masuk dalam kategori cukup baik. Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa masih kurang mampu menghadirkan tokoh yang bervariasi dan menggambarkan watak tokoh tersebut dalam cerpen yang disusunnya Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Gaya Bahasa Siklus I Aspek keenam dalam tes keterampilan menyusun teks cerpen yang dinilai adalah gaya bahasa. Penilaian aspek gaya bahasa berpedoman pada indikator aspek gaya bahasa yaitu, (a) tepat dalam memilih bahasa yang mengandung unsur emotif, (b) terdapat bahasa yang bersifat konotatif, (c) tepat memilih ungkapan yang mewakili sesuatu yang diungkapkan, (d) Pilihan kata sesuai dengan situasi, bervariasi, dan ekspresif. Berikut hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen aspek gaya bahasa siklus I.

141 120 Tabel 18 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Gaya Bahasa Siklus I No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase (%) 1 Sangat Baik Baik ,484 3 Cukup Baik ,935 4 Kurang Baik ,581 Jumlah Nilai rata-rata Kategori B- Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa tidak ada siswa yang masuk dalam kategori sangat baik. Sebanyak 11 siswa atau sebesar 35,484 % masuk dalam kategori baik. Sebanyak 13 siswa atau sebesar 41,935 % masuk dalam kategori cukup baik. Sedangkan sebanyak 7 siswa atau sebesar 22,581 % masuk dalam kategori kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam menyusun teks cerpen, siswa kurang bervariasi dalam menggunakan pilihan kata Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Kepaduan Unsur Pembangun Cerpen Siklus I Aspek terakhir atau ketujuh dalam tes keterampilan menyusun teks cerpen yang dinilai adalah kepaduan unsur pembangun cerpen. Penilaian aspek kepaduan unsur pembangun cerpen berdasarkan pada kepaduan antarunsur pembangun cerpen yang disusun siswa. Berikut hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen aspek kepaduan unsur pembangun cerpen siklus I.

142 121 Tabel 19 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Kepaduan Unsur Pembangun Cerpen Siklus I No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase (%) 1 Sangat Baik ,258 2 Baik ,032 3 Cukup Baik ,71 4 Kurang Baik Jumlah Nilai rata-rata Kategori B Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sebanyak 10 siswa atau sebesar 32,258 % masuk dalam kategori sangat baik. Sebanyak 9 siswa atau sebesar 29,032 % masuk dalam kategori baik. Sebanyak 12 siswa atau sebesar 38,71 % masuk dalam kategori cukup baik. Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori kurang baik. Hal itu menunjukkan bahwa kepaduan unsur pembangun yang disusun siswa sudah baik Refleksi Siklus I Refleksi siklus I dilakukan berdasarkan hasil tes dan nontes pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual yang telah terlaksana pada siklus I. Hasil tes dan nontes menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan baik dalam proses pembelajaran, sikap religius, sikap sosial, maupun hasil cerpen siswa. Pada proses pembelajaran aspek kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek terdapat 22 siswa yang melakukan

143 122 diskusi kelompok dengan cukup baik atau sebesar 68,75 %. Aspek keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video terdapat 20 siswa atau sebesar 62,5 % dan termasuk dalam kategori cukup baik. Berdasarkan hasil tersebut, dua aspek dalam proses pembelajaran menyusun teks cerpen belum mencapai standar ketuntasan yang telah ditentutan. Standar ketuntasan yang ditentukan adalah semua proses dalam pembelajaran menyusun teks cerpen masuk dalam kategori baik atau persentase minimal 76 %. Kekurangan yang terdapat pada kedua aspek tersebut adalah beberapa siswa kurang bisa bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Hal ini diasebabkan beberapa siswa tidak cocok dengan anggota kelompok yang telah dibentuk secara acak. Ketidakcocokan tersebut membuat diskusi kelompok tidak berjalan dengan lancar, tidak semua anggota kelompok aktif dalam diskusi. Hambatan lain yang didapat siswa pada saat diskusi setelah menyimak tayangan video adalah perbedaan pendapat dan ide dalam meneruskan cerita menyebabkan dalam menuliskan hasil diskusi membutuhkan waktu yang cukup lama karena harus menyatukan pandangan yang berbeda Pada aspek sikap religius, kekurangan terdapat pada indikator sikap religius yang ketiga. Sebanyak 14 masuk dalam kategori kurang baik karena tidak semua siswa berani dan mempunyai kesempatan untuk menyampaikan pendapat atau presentasi di depan kelas. Kekurangan tersebut dapat diperbaiki dengan memberikan kesempatan kepada siswa yang belum pernah presentasi dan mendorong siswa untuk lebih percaya diri.

144 123 Pada aspek sikap sosial terdapat empat sikap yang diamati yaitu sikap percaya diri, sikap toleransi, sikap gotong royong, dan sikap santun. Kekurangan pada sikap percaya diri indikator pertama adalah terdapat 14 siswa masuk dalam kategori kurang baik. Pada indikator yang pertama tidak semua siswa berani dan mempunyai kesempatan untuk presentasi di depan kelas. Indikator sikap percaya diri yang kedua sebanyak 27 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Hanya beberapa siswa yang berani untuk bependapat, bertanya, atau menjawab. Kekurangan tersebut dapat diperbaiki dengan memberikan kesempatan kepada siswa yang belum pernah presentasi dan mendorong siswa untuk lebih percaya diri. Pada aspek sikap toleransi nilai yang dicapai siswa masuk dalam kategori cukup baik, hal tersebut belum mencapai standar penilaian penelitian yang sudah ditentuan. Indikator sikap toleransi yang pertama sebanyak 15 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang kedua sebanyak 13 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang ketiga 13 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang kelima sebanyak 12 siswa masuk kategori cukup baik. Indikaor sikap toleransi yang keenam sebanyak 13 siswa masuk kategori cukup baik. Kelemahan pada aspek toleransi adalah beberapa siswa kurang bisa bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Pada aspek sikap gotong royong indiator yang pertama sebanyak 12 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap gotong royong yang kedua sebanyak 12 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap gotong

145 124 royong yang ketiga semua siswa masuk dalam kategori cukup baik. Kekurangan yang terdapat pada siap gotong royong adalah siswa kurang bisa mendorong anggota kelompoknya untuk bekerja sama dalam diskusi kelompok. Pada aspek sikap santun hampir semua siswa masuk dalam kategori baik, terdapat kekurangan pada indikator yang ketiga yaitu sebanyak 21 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Kekurangan pada indikator yang ketiga adalah penggunaan bahasa yang kurang santun pada saat melasanakan diskusi kelompok. Pada tahap menyusun teks cerpen, diketahui nilai rata-rata siswa mencapai 2,63. Jumlah siswa yang tuntas berdasarkan standar ketuntasan penelitian sebanyak 13 orang atau sebesar 41,935 %. Sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas berdasarkan standar ketuntasan penelitian sebanyak 18 siswa atau sebesar 58,065 %. Penilaian hasil cerpen siswa berdasarkan aspek-aspek penilaian keterampilan menyusun teks cerpen meliputi, (a) tema, (b) alur, (c) latar, (d) sudut pandang, (e) tokoh dan penokohan, (f) gaya bahasa, dan (g) kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen. Kekurangan terdapat pada aspek alur, sudut pandang, tokoh dan penokohan, gaya bahasa. Keempat aspek tersebut masuk dalam kategori cukup baik. Sebanyak 14 siswa atau sebesar 45,161 % masuk dalam kategori cukup baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang baik dalam menyajikan cerita dalam cerpen sesuai dengan indikator aspek alur. Pada aspek sudut pandang Sebanyak 12 siswa atau sebesar 38,71 % masuk dalam kategori cukup baik. Sedangankan kategori kurang baik terdapat 4 siswa atau sebesar 12,903 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa dalam menyusun

146 125 teks cerpen, aspek sudut pandang kurang sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Pada aspek tokoh dan penokohan sebanyak 16 siswa atau sebesar 51,613 % masuk dalam kategori cukup baik. Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa masih kurang mampu menghadirkan tokoh yang bervariasi dan menggambaran watak tokoh tersebut dalam cerpen yang disusunnya. Pada aspek gaya bahasa sebanyak 13 siswa atau sebesar 41,935 % masuk dalam kategori cukup baik. Sedangkan sebanyak 7 siswa masuk dalam kategori kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam menyusun teks cerpen, siswa kurang bervariasi dalam menggunakan gaya bahasa Hasil Penelitian Siklus II Kegiatan pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual pada siklus II, dilakukan untuk mengetahui peningkatan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I. Peningkatan pembelajaran tersebut mencakup, proses pembelajaran peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen; menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis; menghargai dan menghayati sikap percaya diri, toleransi, gotong royong, dan santun dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan dalam jangkauan

147 126 pergaulan dan keberadaannya sebagai wujud sikap sosial; dan keterampilan siswa menyusun teks cerpen. Pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi thinktalk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual siklus II dilaksanakan berdasarkan perbaikan atas kekurangan yang ada pada siklus I. Kekurangan pada siklus I yang terdapat pada proses pembelajaran adalah kurang kondusifnya proses diskusi kelompok, karena beberapa siswa kurang bisa bekerja sama dalam diskusi kelompok. Tindakan perbaikan pada siklus II adalah dengan membentuk kelompok baru, pembentukan kelompok baru diharapkan akan membuat siswa lebih mudah dalam bekerja sama dalam diskusi kelompok. Kelompok baru dibentuk oleh guru berdasarkan hasil observasi sikap gotong royong pada siklus I, setiap kelompok memiliki anggota yang berbeda dari siklus I. Pembentukan kelompok baru juga digunakan untuk memperbaiki sikap gotong royong dan sikap toleransi siswa. Kekurangan pada sikap gotong royong dan toleransi adalah kurang kondusifnya diskusi kelompok karena beberapa siswa kurang bisa bekerja sama dalam diskusi kelompok. Kekurangan pada sikap sosial siswa terdapat pada sikap percaya diri, sikap toleransi, sikap gotong royong, dan sikap santun. Sikap percaya diri siswa masih kurang karena masih banyak siswa yang kurang berani untuk berpendapat, bertanya, atau menjawab. Tindakan perbaikan pada siklus II adalah dengan mendorong siswa untuk lebih percaya diri dan memberikan kesempatan untuk berpendapat, bertanya, atau menjawab. Tindakan tersebut dilakukan dengan

148 127 memberikan kesempatan kepada siswa yang belum pernah berpendapat atau presentasi. Kekurangan pada sikap santun adalah kurang santunnya bahasa yang digunakan siswa pada saat diskusi kelompok. Hal tersebut berhubungan dengan sikap sosial sebelumnya yaitu sikap toleransi dan gotong royong, karena siswa kurang bisa bekerja sama dengan anggota kelompok yang berbeda karakter sehingga membuat bahasa yang digunakan kurang santun. Tindakan perbaikan pada siklus II selain pembentukan kelompok baru yang telah dilakukan sebelumya, siswa diingatkan untuk menggunakan bahasa yang lebih santun. Kekurangan pada keterampilan siswa dalam menyusun teks cerpen adalah pada unsur pembangun cerpen yang disusun siswa yaitu pada unsur alur, sudut pandang, tokoh dan penokohan, gaya bahasa. Pada unsur alur, siswa masih kurang memberikan tegangan pada cerpen yang disusun. Pada unsur sudut pandang, siswa kurang bisa memberikan efek yang bisa menghidupkan cerita. Pada unsur tokoh dan penokohan, sebagian besar siswa masih kurang mampu menghadirkan tokoh yang bervariasi dan menggambarkan watak tokoh tersebut dalam cerpen yang disusunnya. Pada unsur gaya bahasa, siswa kurang bervariasi dalam menggunakan pilihan kata. Tindakan perbaikan pada siklus II adalah dengan memberikan materi lebih banyak untuk unsur pembangun cerpen. Materi tentang unsur pembangun cerpen diberikan pada pertemuan pertama setelah membahas struktur teks cerpen. Pada siklus I pertemuan pertama membahas struktur teks cerpen dan kaidah kebahasaan teks cerpen, sedangkan pada siklus II diberikan materi unsur pembangun cerpen

149 128 setelah struktur teks cerpen. Perbedaan tersebut bertujuan untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat pada hasil cerpen yang disusun siswa Proses Pembelajaran Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Cerpen dengan Strategi Think-Talk-Write dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual Siklus II Pelaksanaan proses pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen siklus II tidak berbeda jauh dengan siklus I. Terdapat lima aspek yang diamati dalam proses pembelajaran yaitu, (1) Keantusiasan dan minat siswa, (2) kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek, (3) keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video, (4) keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek, dan (5) refleksi pada akhir pembelajaran sehingga siswa mengetahui kekurangan/kesulitan dan cara mengatasinya. Berikut ini adalah hasil pengamatan proses pembelajaran peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual siklus II diuraikan dalam tabel berikut. Tabel 20 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus II No Aspek Pengamatan Frekuensi Persentase (%) 1 Keantusiasan dan minat siswa 27 84,375 % 2 kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita 26 81,25 % pendek 3 keintensifan diskusi kelompok setelah 25 78,125 %

150 129 menyimak tayangan video 4 keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek 5 refleksi pada akhir pembelajaran sehingga siswa mengetahui kekurangan/kesulitan dan cara mengatasinya Keterangan : % % Sangat baik : > 85 % Baik : % Cukup : % Kurang : < 60 % Tabel di atas menunjukkan bahwa aspek keantusiasan dan minat siswa terhadap pembelajaran menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual terdapat 27 siswa yang memperhatikan atau sebesar 84,375 % dan termasuk dalam kategori baik. Aspek kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek 26 siswa melakukan diskusi dengan baik atau sebesar 81,25 %. Aspek keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video terdapat 25 siswa atau sebesar 78,125 % melakukan diskusi dengan baik dan termasuk dalam kategori baik. Aspek keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek dan refleksi pada akhir pembelajaran sehingga siswa mengetahui kekurangan/kesulitan dan cara mengatasinya terdapat 32 siswa atau sebesar 100 % yang melaksanakan kegiatan tersebut dan termasuk dalam kategori sangat baik.

151 Keantusiasan dan Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen dengan Strategi Think-Talk-Write dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual Siklus II Proses pembelajaran menyusun teks cerpen pada siklus II tidak berbeda jauh dengan siklus I. Perbedaan terletak pada pertemuan pertama, pada siklus I setelah siswa berdiskusi mengidentifikasi struktur teks cerpen siswa dan guru membahas kaidah kebahasaan. Pada siklus II, setelah mengidentifikasi struktur teks cerpen siswa mendengarkan penjelasan guru tentang unsur pembangun cerpen. Tanggapan siswa tentang penjelasan guru cukup baik, siswa mendengarkan penjelasan guru dengan baik. Beberapa siswa mau bertanya tentang materi yang sedang dibahas. Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran, persentase keantusiasan siswa terhadap pembelajaran menyusun teks cerpen sebesar 84,375 %, sehingga dapat diidentifikasi bahwa siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen. Keantusiasan siswa ditunjukkan dengan kesediaan siswa memperhatikan penjelasan tentang unsur pembangun cerpen, tertib dalam membentuk kelompok, dan dalam menyimak media yang ditayangkan oleh guru. Berdasarkan jurnal guru, keantusiasan dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen baik. Sebagian besar siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan, bersedia menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat, membentuk kelompok sesuai dengan instruksi, serta memperhatikan tayangan yang diputar guru dengan baik.

152 131 Keantusiasan dan minat siswa dalam pembelajaran diketahui dari kesiapan, keantusiasan, dan minat siswa ketika mengikuti pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen. Pada awal pembelajaran siswa terlihat antusias dengan menanyakan persamaan dan perbedaan tahap-tahap pembelajaran antara pertemuan siklus I dan siklus II. Keantusiasan dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen pada siklus II ini lebih baik dibandingan dengan pembelajaran pada siklus I. Hasil dokumentasi foto juga menunjukkan keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen pada siklus II. Berikut adalah gambar interaksi antara guru dengan siswa yang menunjukkan keantusiasan dan minat siwa dalam mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Gambar 11 Aktivitas Siswa Menunjukkan Keantusiasan dan Minat dalam Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus II Berdasarkan dokumentasi foto di atas terlihat siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran ditandai dengan keantusiasan siswa bertanya. Selain itu,

153 132 siswa terlihat tertib dan menjalankan instruksi dengan baik dalam membentuk kelompok Kekondusifan Diskusi Kelompok Mengidentifikasi Struktur Teks Cerita Pendek Siklus II Pada kegiatan pembelajaran ini, siswa mengidentifikasi struktur teks cerpen dalam kelompok yang telah dibentuk guru. Pada siklus II kegiatan diskusi berjalan lebih baik, hasil diskusi kelompok menambah pemahaman siswa tentang struktur teks cerpen. Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran, persentase siswa melakukan diskusi kelompok dengan baik sebesar 81,25 %. Sehingga dapat diidentifikasi bahwa sebagian besar siswa melaksanakan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerpen sesuai dengan instruksi dan kerja sama antaranggota kelompok berjalan baik. Dari jurnal guru juga menunjukkan bahwa siswa cukup baik dalam diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerpen. Hasil dokumentasi foto juga menunjukkan siswa melakukan diskusi kelompok dengan baik. Berikut adalah gambar yang menunjukkan siswa melakukan diskusi kelompok dengan baik dalam mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual.

154 133 Gambar 12 Kegiatan Diskusi Siswa Mengidentifikasi Struktur Teks Cerita Pendek Siklus II Berdasarkan dokumentasi foto, siswa melakukan diskusi kelompok dengan baik. Kerja sama dalam diskusi kelompok berjalan dengan baik dan siswa melaksanakan diskusi sesuai dengan instruksi yang diberikan Keintensifan Diskusi Kelompok Setelah Menyimak Tayangan Video Siklus II Pada kegiatan ini, tiap kelompok diberikan tugas untuk menentukan unsur pembangun cerita pada video yang ditayangkan. Setelah itu, tiap kelompok menuliskan kembali dan meneruskan cerita tersebut agar menjadi sebuah cerita yang utuh. Siswa antusias dalam menyimak video yang ditayangkan, karena cerita dalam video tersebut berbeda dengan video pada siklus I. Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran aspek keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video, persentasenya mencapai 78,125 % dan termasuk dalam kategori cukup baik. Pembentukan kelompok baru sedikit membantu siswa dalam diskusi kelompok, sehingga meningkatkan

155 134 persentase aspek keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video. Dari jurnal guru, pelaksanaan diskusi sudah cukup baik. Pembentukan kelompok baru membuat siswa lebih bisa bekerja sama dengan anggota kelompoknya dalam diskusi. Dengan anggota kelompok yang baru, membuat siswa termotivasi untuk memberikan pendapatnya dalam diskusi kelompok. Dari jurnal siswa diperoleh kemudahan dan kesulitan yang dialami siswa dalam melaksanakan diskusi setelah menyimak tayangan video. Kesulitan yang dialami siswa masih sama, yaitu terganggu cahaya matahari pada saat menyimak tayangan video. Kesulitan yang lain adalah perbedaan pendapat dan ide dalam meneruskan cerita menyebabkan dalam menuliskan hasil diskusi membutuhkan waktu yang cukup lama karena harus menyatukan pandangan yang berbeda. Berikut adalah gambar yang menunjukkan keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video. Gambar 13 Aktivitas Diskusi Kelompok setelah Menyimak Tayangan Video Siklus II

156 135 Berdasarkan dokumentasi foto, siswa cukup baik dalam melaksanakan diskusi setelah menyimak tayangan video. Siswa antusias memberikan pendapat tentang kelanjutan cerita berdasarkan video yang telah ditayangkan Keintesifan Pelaksanaan Kegiatan Menyusun Teks Cerita Pendek Siklus II Pada kegiatan menyusun teks cerpen, siswa diberikan tugas untuk menyusun sebuah cerpen. Semua siswa melaksanakan tugas yang diberikan dengan kesulitan dan hambatan yang dialami masing-masing siswa. Masih terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam menyusun teks cerpen. Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran aspek keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek, persentasenya mencapai 100 % dan masuk dalam kategori sangat baik. Semua siswa melaksanakan kegiatan menyusun teks cerpen dengan baik. Berdasarkan jurnal guru, kegiatan menyusun teks cerpen berjalan dengan baik. Setiap siswa melaksanakan arahan yang diberikan, siswa antusias dalam menyusun teks cerpen. Dari jurnal siswa diketahui kesulitan yang dialami siswa dalam menyusun teks cerpen. Kesulitan yang dialami siswa antara lain siswa masih kesulitan dalam menemukan ide untuk menyusun teks cerpen. Berikut adalah gambar yang menunjukkan keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek.

157 136 Gambar 14 Aktivitas Siswa Menyusun Teks Cerita Pendek Siklus II Berdasarkan dokumentasi foto semua siswa antusias dalam menyusun teks cerpen, siswa melaksanakan dengan baik tugas yang diberikan Refleksi pada Akhir Pembelajaran sehingga Siswa Mengetahui Kekurangan/kesulitan dan Cara Mengatasinya Siklus II Kegiatan refleksi merupakan kegiatan di akhir pembelajaran, hal ini berguna agar siswa mengetahui kesulitan yang dialami pada saat menyusun teks cerpen dan cara mengatasinya. Pada saat kegiatan refleksi siswa menjawab pertanyaan tentang kesulitan yang dialami pada saat diskusi kelompok, menyusun teks cerpen, dan kemudahan serta manfaat yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen dengan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran aspek refleksi pada akhir pembelajaran, persentasenya mencapai 100 % dan termasuk dalam kategori sangat baik. Secara keseluruhan siswa antusias untuk melakukan refleksi agar

158 137 mengetahui kesulitan yang dialami pada saat menyusun teks cerpen dan cara mengatasinya. Dari jurnal guru, siswa sangat antusias dalam melaksanakan kegiatan refleksi. Siswa ingin mengetahui kesulitan yang dihadapai pada saat menyusun teks cerpen dan cara mengatasinya. Siswa tidak sungkan untuk bertanya pada temannya kesulitan yang dihadapi. Dari jurnal siswa diketahui kesulitan dan kemudahan siswa dalam diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video, kesulitan saat kegiatan menyusun teks cerpen, dan pendapat siswa tentang penggunaan strategi TTW dalam pembelajaran menyusun teks cerpen. Berikut adalah gambar yang menunjukkan kegiatan refleksi siswa di akhir pembelajaran. Gambar 15 Aktivitas Siswa Melakukan Refleksi pada Akhir Pembelajaran Siklus II Berdasarkan dokumentasi foto, siswa antusias melaksanakan kegiatan refleksi di akhir pembelajaran. Siswa antusias untuk mengetahui kekurangan yang

159 138 dimiliki pada saat menyusun teks cerpen, sehingga dapat menemukan solusi untuk mengatasi kekurangan tersebut Perubahan Perilaku Menghargai dan Mensyukuri Keberadaan Bahasa Indonesia sebagai Anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sarana Menyajikan Informasi Lisan dan Tulis pada Siswa sebagai Wujud Sikap Religius Siklus II Perilaku menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis diidentifikasi dari sikap religius siswa. Selain itu, untuk mendukung hasil penilaian observasi sikap religius dipadukan dengan jurnal guru terkait sikap religius siswa ketika proses pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen. Penilaian observasi sikap religius mencakup empat indikator yaitu, (a) berdo a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran, (b) berdo a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat gaduh), (c) memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi, (d) menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam. Berikut hasil penilaian observasi sikap religius siklus II. Tabel 21 Hasil Penilaian Observasi Sikap Religius Siklus II No Indikator Sikap Religius Kategori Frekuensi 1 berdo a sebelum dan setelah Sangat Baik (4) 32 melaksanakan pembelajaran Baik (3) 0 Cukup Baik (2) 0 Kurang Baik (1) 0 2 berdo a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang Jumlah 32 Sangat Baik (4) 32 Baik (3) 0

160 139 tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat gaduh) 3 memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi 4 menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam Cukup Baik (2) 0 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 Sangat Baik (4) 21 Baik (3) 0 Cukup Baik (2) 0 Kurang Baik (1) 12 Jumlah 32 Sangat Baik (4) 32 Baik (3) 0 Cukup Baik (2) 0 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sikap religius siswa termasuk dalam kategori baik. Pada indikator sikap religius yang pertama semua siswa termasuk dalam kategori sangat baik. Begitu juga dengan indikator sikap religius yang kedua, semua siswa masuk dalam kategori sangat baik. Pada indikator sikap religius yang ketiga sebanyak 21 siswa masuk dalam kategori sangat baik, sedangkan 12 siswa masuk dalam kategori kurang baik. Pada indikator sikap religius yang keempat semua siswa menunjukkan sikap yang sangat baik. Berdasarkan jurnal guru, secara keseluruhan sikap religius yang ditunjukkan siswa baik. Tidak ada perubahan besar yang terjadi pada siklus II, walaupun demikian siswa menunjukkan sikap religius yang baik. Berikut hasil dokumentasi foto yang menunjukkan sikap religius siswa pada saat proses pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual.

161 140 Gambar 16 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Religius Siklus II Gambar 16 menunjukkan sikap religius siswa dalam pembelajaran. Sikap religius siswa ditunjukkan dengan berdo a sebelum melaksanakan pembelajaran dan berdo a dengan sikap yang baik Perubahan Sikap Menghargai dan Menghayati Sikap Percaya Diri, Toleransi, Gotong Royong, dan Santun sebagai Wujud Sikap Sosial Siklus II Hasil sikap menghargai dan menghayati sikap percaya diri, toleransi, gotong royong, dan santun pada siklus II diidentifikasi dari sikap percaya diri, toleransi, gotong royong, dan santun ketika siswa mengikuti proses pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Hasil sikap sosial siswa diperoleh melalui penilain observasi sikap percaya diri, toleransi, gotong royong, dan santun serta jurnal guru.

162 Sikap Percaya Diri Penilaian observasi sikap percaya diri mencakup dua indikator yaitu, (a) berani presentasi di depan kelas dan (b) berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan. Berikut adalah hasil penilaian sikap percaya diri siklus II. Tabel 22 Hasil Penilaian Observasi Sikap Percaya Diri Siklus II No Indikator Sikap Percaya Diri Kategori Frekuensi 1 berani presentasi di depan kelas Sangat Baik (4) 21 Baik (3) 0 Cukup Baik (2) 0 Kurang Baik (1) 12 Jumlah 32 2 berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan Sangat Baik (4) 0 Baik (3) 9 Cukup Baik (2) 23 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 Dari tabel tersebut diketahui bahwa sikap percaya diri siswa termasuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap percaya diri yang pertama sebanyak 21 siswa masuk dalam kategori sangat baik, 12 siswa masuk dalam kategori kurang baik. Pada indikator yang pertama tidak semua siswa berani dan mempunyai kesempatan untuk presentasi di depan kelas. Indikator sikap percaya diri yang kedua sebanyak 9 siswa masuk dalam kategori baik, 23 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Berdasarkan jurnal guru, sikap percaya diri siswa sudah cukup baik. Banyak siswa yang berani untuk presentasi, berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan. Pada siklus II siswa yang berani presentasi di depan kelas bertambah.

163 142 Berikut ini hasil dokumentasi foto yang menunjukkan sikap percaya diri siswa ketika pelaksanaan pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Gambar 17 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Percaya Diri Siklus II Gambar 17 menunjukkan sikap percaya diri siswa dalam pembelajaran menuyusun cerpen. Sikap percaya diri ditunjukkan dengan keberanian siswa untuk bertanya dan menyampaikan pendapat. Selain itu siswa yang belum pernah presentasi di depan kelas menjadi berani untuk presentasi Sikap Toleransi Penilaian observasi sikap toleransi mencakup enam indikator yaitu, (a) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat, (b) menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (c) mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan, (d) tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain, (e) kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar

164 143 dapat memahami orang lain lebih baik, (f) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru. Berikut hasil penilain observasi sikap toleransi siklus II. Tabel 23 Hasil Penilaian Observasi Sikap Toleransi Siklus II No Indikator Sikap Toleransi Kategori Frekuensi 1 tidak mengganggu teman yang Sangat Baik (4) 19 berbeda pendapat Baik (3) 13 Cukup Baik (2) 0 Kurang Baik (1) 0 2 menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya 3 mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan 4 tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain 5 kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik 6 terbuka untuk menerima sesuatu yang baru Jumlah 32 Sangat Baik (4) 18 Baik (3) 11 Cukup Baik (2) 3 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 Sangat Baik (4) 20 Baik (3) 6 Cukup Baik (2) 6 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 Sangat Baik (4) 13 Baik (3) 19 Cukup Baik (2) 0 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 Sangat Baik (4) 0 Baik (3) 22 Cukup Baik (2) 10 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 Sangat Baik (4) 0 Baik (3) 22 Cukup Baik (2) 10 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 Dari tabel tersebut diketahui bahwa sikap toleransi siswa baik. Indikator sikap toleransi yang pertama sebanyak 19 siswa masuk dalam kategori sangat baik, 15 siswa masuk dalam kategori baik. Indikator sikap toleransi yang kedua

165 144 sebanyak 18 siswa masuk dalam kategori sangat baik, 11 siswa masuk dalam kategori baik, dan 3 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang ketiga 20 siswa masuk dalam kategori sangat baik, 6 siswa masuk dalam kategori baik, dan 6 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang keempat sebanyak 13 siswa masuk kategori sangat baik, 19 siswa masuk dalam kategori baik. Indikator sikap toleransi yang kelima sebanyak 22 siswa masuk dalam kategori baik, 10 siswa masuk kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang keenam sebanyak 22 siswa masuk dalam kategori baik, 10 siswa masuk kategori cukup. Berdasarkan jurnal guru, sikap toleransi siswa baik. Selama diskusi dalam kelompok siswa cukup baik dalam menerima pendapat orang lain. Pembentukan kelompok baru membuat siswa bisa bekerja sama dalam diskusi dengan anggota kelompoknya. Berikut ini hasil dokumentasi foto yang menunjukkan sikap toleransi siswa ketika pelaksanaan pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Gambar 18 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Toleransi Siklus II

166 145 Gambar 18 menunjukkan sikap toleransi siswa dalam pembelajaran menyusun teks cerpen. Sikap toleransi ditunjukkan siswa dengan mau menerima kesepakatan dalam diskusi dan siswa mau bekerja sama dengananggota lain yang berbeda karakter Sikap Gotong Royong Terdapat tiga indikator penilaian observasi sikap gotong royong yaitu, (a) kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan, (b) aktif dalam kerja kelompok, (c) mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok. Berikut hasil penilaian observasi sikap gotong royong siklus II. Tabel 24 Hasil Penilaian Observasi Sikap Gotong Royong Siklus II No Indikator Sikap Gotong Royong 1 kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan Kategori Frekuensi Sangat Baik (4) 18 Baik (3) 9 Cukup Baik (2) 5 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 2 aktif dalam kerja kelompok Sangat Baik (4) 0 Baik (3) 21 Cukup Baik (2) 11 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 3 mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok Sangat Baik (4) 0 Baik (3) 8 Cukup Baik (2) 24 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 Dari tabel tersebut diketahui untuk indikator sikap gotong royong yang pertama, sebanyak 18 siswa masuk dalam kategori sangat baik, 9 siswa masuk

167 146 dalam kategori baik, dan 5 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap gotong royong yang kedua sebanyak 21 siswa masuk dalam kategori baik, 11 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap gotong royong yang ketiga 8 siswa masuk dalam kategori baik, 24 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Berdasarkan jurnal guru, sikap gotong royong siswa secara keseluruhan cukup baik. Siswa sudah cukup baik dalam berdiskusi atau bekerja sama dalam kelompok. Pembentukan kelompok baru membuat siswa lebih antusias untuk memberikan pendapat dalam diskusi kelompok. Berikut ini hasil dokumentasi foto yang menunjukkan sikap gotong royong siswa ketika pelaksanaan pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Gambar 19 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Gotong Royong Siklus II Gambar 19 menunjukkan sikap gotong royong siswa dalam pembelajaran menyusun teks cerpen. Siswa menunjukkan sikap gotong royong dengan lebih

168 147 aktif dalam kerja kelompok, baik dalam menyampaikan pendapat dan mendorong anggota lain untuk menyampaikan gagasannya dalam diskusi kelompok Sikap Santun Terdapat tiga indikator penilaian observasi sikap santun yaitu, (a) menghormati orang yang lebih tua, (b) bersikap 3S (salam, senyum, sapa), (c) menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah. Berikut hasil penilaian observasi sikap santun siklus II. Tabel 25 Hasil Penilaian Observasi Sikap Santun Siklus II No Indikator Sikap Santun Kategori Frekuensi 1 menghormati orang yang lebih Sangat Baik (4) 0 tua Baik (3) 32 Cukup Baik (2) 0 Kurang Baik (1) 0 2 bersikap 3S (salam, senyum, sapa) 3 menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah Jumlah 32 Sangat Baik (4) 0 Baik (3) 31 Cukup Baik (2) 1 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 Sangat Baik (4) 0 Baik (3) 19 Cukup Baik (2) 13 Kurang Baik (1) 0 Jumlah 32 Dari tabel di atas diketahui untuk indikator sikap santun yang pertama, semua siswa masuk dalam kategori baik. Indikator sikap santun yang kedua sebanyak 31 siswa masuk dalam kategori baik, 1 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap santun yang ketiga sebanyak 19 siswa masuk dalam kategori baik, 13 siswa masuk dalam kategori cukup baik.

169 148 Berdasarkan jurnal guru, sikap santun siswa dalam pembelajaran sudah baik. Dalam menyampaikan pendapat, bertanya, atau menjawab siswa menggunakan bahasa yang cukup santun. Berikut ini hasil dokumentasi foto yang menunjukkan sikap santun siswa ketika pelaksanaan pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Gambar 20 Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Sikap Santun Siklus II Gambar 20 menunjukkan sikap santun dalam pembelajaran menyusun teks cerpen. Sikap santun ditunjukkan siswa dengan menerapkan sikap 3 S dalam diskusi kelompok. Selain itu dalam diskusi kelompok siswa menggunakan bahasa yang santun Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Siklus II Hasil keterampilan menyusun teks cerpen diperoleh dari tes menyusun teks cerpen tiap siswa. Penilaian hasil cerpen siswa berdasarkan aspek-aspek penilaian keterampilan menyusun tekscerpen meliputi, (a) tema, (b) alur, (c) latar, (d) sudut pandang, (e) tokoh dan penokohan, (f) gaya bahasa, dan (g) kepaduan

170 149 unsur-unsur pembangun cerpen. Berikut ini hasil penilaian keterampilan menyusun teks cerpen siklus II yang diakumulasikan. Tabel 26 Hasil Tes Menyusun Teks Cerpen Siklus II No Kategori Rentang Nilai Skor Frekuensi Bobot Skor Nilai Persentase (%) 1 Sangat 3,34-4, ,86 21,875 Baik 2 Baik 2,34-3, ,71 78,125 3 Cukup 1,34-2, Baik 4 Kurang Baik 0,00-1, Jumlah 32 96, Nilai rata-rata Kategori B+ Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai rata-rata siswa mencapai 3,02 yang termasuk dalam kategori baik. Dapat diidentifikasi bahwa kemampuan menyusun teks cerpen siswa sudah baik, terjadi peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen dari siklus I. Sebanyak 7 siswa mendapatkan nilai yang sangat baik, mencapai persentase sebesar 21,875 %. Siswa yang mendapat nilai baik sebanyak 25 orang atau sebesar 78,125 %. Standar ketuntasan penelitian yang telah ditentukan adalah sebesar 2,67 masuk dalam kategori B. Ketuntasan dihitung berdasarkan jumlah siswa yang sudah memenuhi standar ketuntasan penelitian. Semua siswa sudah mencapai ketuntasan berdasarkan standar ketuntasan penelitian. Peningkatan hasil keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual cukup

171 150 efektif bagi siswa. Dibuktikan dengan jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan bertambah dari 13 siswa menjadi 32 siswa Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Tema Siklus II Aspek pertama yang dinilai pada tes keterampilan menyusun teks cerpen yaitu tema. Penilaian aspek tema berpedoman pada indikator aspek tema yaitu, (a) berpusat pada satu persoalan, (b) terbatas dan jelas, (c) baik dalam mendeskripsikan tema yang terkandung dalam cerita, (d) baik dalam menyajikan tema dari keseluruhan cerita. Berikut hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen aspek tema. Tabel 27 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Tema Siklus II No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase (%) 1 Sangat Baik ,125 2 Baik ,875 3 Cukup Baik Kurang Baik Jumlah Nilai rata-rata Kategori B+ Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebanyak 9 siswa atau sebesar 28,125 % masuk dalam kategori sangat baik. Sebanyak 23 orang siswa atau sebesar 71,875 % masuk dalam kategori baik. Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori cukup baik dan kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

172 151 siswa sudah baik dalam menyusun teks cerpen, sesuai dengan indikator aspek tema yang telah ditentukan Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Alur Siklus II Aspek kedua dalam tes keterampilan menyusun teks cerpen yang dinilai adalah alur. Penilaian aspek alur berpedoman pada indikator aspek alur yaitu, (a) masuk akal, rasional, dapat dipahami nalar, (b) urutan satu peristiwa dengan peristiwa berikutnya yang membangun cerpen tidak mudah diduga, (c) ada tegangan dan kejutan, (d) pembayangan peristiwa yang akan terjadi. Berikut hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen aspek alur siklus II. Tabel 28 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Alur Siklus II No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase (%) 1 Sangat Baik Baik ,25 3 Cukup Baik ,75 4 Kurang Baik Jumlah Nilai rata-rata Kategori B Dari tabel tersebut diketahui bahwa tidak ada siswa yang masuk dalam kategori sangat baik. Sebanyak 26 siswa atau sebesar 81,25 % masuk dalam kategori baik. Sebanyak 6 siswa atau sebesar 81,75 % masuk dalam kategori cukup baik. Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori kurang baik. Hasil

173 152 tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah baik dalam menyajikan cerita dalam cerpen sesuai dengan indikator aspek alur Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Latar Siklus II Aspek ketiga dalam tes keterampilan menyusun teks cerpen yang dinilai adalah latar. Penilaian aspek latar berpedoman pada indikator aspek latar yaitu, (a) tepat menggambarkan tempat yang mendukung peristiwa, (b) tepat menggambarkan waktu yang mendukung peristiwa, (c) tepat menggambarkan suasana yang mendukung peristiwa, (d) tepat menggambarkan keadaan sosial pada saat terjadinya cerita. Berikut hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen aspek latar siklus II. Tabel 29 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Latar Siklus II No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase (%) 1 Sangat Baik ,125 2 Baik ,875 3 Cukup Baik Kurang Baik Jumlah Nilai rata-rata Kategori B+ Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa 9 siswa atau sebesar 28,125 % masuk dalam kategori sangat baik. Sebanyak 23 siswa atau sebesar 71,875 % masuk dalam kategori baik. Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori cukup

174 153 baik dan kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam menyusun teks cerpen, siswa sudah baik dalam menggambarkan latar yang mendukung cerpen Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Sudut Pandang Siklus II Aspek keempat dalam tes keterampilan menyusun teks cerpen yang dinilai adalah sudut pandang. Penilaian aspek sudut pandang berpedoman pada indikator aspek sudut pandang yaitu, (a) baik dalam memberikan perasaan kedekatan tokoh, (b) baik dalam menjelaskan kepada pembaca siapa yang dituju, (c) baik dalam menjelaskan perasaan tokoh kepada pembaca, (d) memberikan efek yang semakin menghidupkan cerita. Berikut hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen aspek sudut pandang siklus II. Tabel 30 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Sudut Pandang Siklus II No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase (%) 1 Sangat Baik ,375 2 Baik ,875 3 Cukup Baik ,75 4 Kurang Baik Jumlah Nilai rata-rata Kategori B- Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sebanyak 3 siswa atau sebesar 9,375 % masuk dalam kategori sangat baik. Sebanyak 15 siswa atau sebesar 46,875 % masuk dalam kategori baik. Sebanyak 14 siswa atau sebesar 43,75 %

175 154 masuk dalam kategori cukup baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa dalam menyusun teks cerpen, aspek sudut pandang kurang sesuai dengan indikator yang telah ditentukan Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Tokoh dan Penokohan Siklus II Aspek kelima dalam tes keterampilan menyusun teks cerpen yang dinilai adalah tokoh dan penokohan. Penilaian aspek tokoh dan penokohan berpedoman pada indikator aspek tokoh dan penokohan yaitu, (a) terdapat tokoh utama dan tokoh bawahan atau sampingan, (b) terdapat tokoh protagonis, antagonis, dan tritagonis, (c) pelukisan watak tokoh tajam dan nyata, (d) tokoh mampu membawa pembaca mengalami peristiwa dalam cerita. Berikut hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen aspek tokoh dan penokohan siklus II. Tabel 31 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Tokoh dan Penokohan Siklus II No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase (%) 1 Sangat Baik ,5 2 Baik ,5 3 Cukup Baik Kurang Baik Jumlah Nilai rata-rata Kategori B+ Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa 4 siswa atau sebesar 12,5 % masuk dalam kategori sangat baik. Sebanyak 28 siswa atau sebesar 87,5 % masuk

176 155 dalam kategori baik. Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori baikdan kategori kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah mampu menghadirkan tokoh yang bervariasi dalam cerpen dan menggambarkan watak tokoh tersebut dengan baik Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Gaya Bahasa Siklus II Aspek keenam dalam tes keterampilan menyusun teks cerpen yang dinilai adalah gaya bahasa. Penilaian aspek gaya bahasa berpedoman pada indikator aspek gaya bahasa yaitu, (a) tepat dalam memilih bahasa yang mengandung unsur emotif, (b) terdapat bahasa yang bersifat konotatif, (c) tepat memilih ungkapan yang mewakili sesuatu yang diungkapkan, (d) Pilihan kata sesuai dengan situasi, bervariasi, dan ekspresif. Berikut hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen aspek gaya bahasa siklus II. Tabel 32 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Gaya Bahasa Siklus II No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase (%) 1 Sangat Baik ,125 2 Baik ,125 3 Cukup Baik ,75 4 Kurang Baik Jumlah Nilai rata-rata Kategori B-

177 156 Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa 1 siswa masuk dalam kategori sangat baik atau sebesar 3,125 %. Sebanyak 17 siswa atau sebesar 53,125 % masuk dalam kategori baik. Sebanyak 14 siswa atau sebesar 43,75 % masuk dalam kategori cukup baik. Sedangkan tidak ada siswa yang masuk dalam kategori kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam menyusun teks cerpen, siswa kurang bervariasi dalam menggunakan pilihan kata Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Kepaduan Unsur Pembangun Cerpen Siklus II Aspek terakhir atau ketujuh dalam tes keterampilan menyusun teks cerpen yang dinilai adalah kepaduan unsur pembangun cerpen. Penilaian aspek kepaduan unsur pembangun cerpen berdasarkan pada kepaduan antarunsur pembangun cerpen yang disusun siswa. Berikut hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen aspek kepaduan unsur pembangun cerpen siklus II. Tabel 33 Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Aspek Kepaduan Unsur Pembangun Cerpen Siklus I No Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Persentase (%) 1 Sangat Baik ,5 2 Baik ,5 3 Cukup Baik Kurang Baik Jumlah Nilai rata-rata Kategori A

178 157 Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sebanyak 12 siswa atau sebesar 37,5 % masuk dalam kategori sangat baik. Sebanyak 20 siswa atau sebesar 62,5 % masuk dalam kategori baik. Hal itu menunjukkan bahwa cerpen yang disusun siswa antarunsur pembangunnya memiliki kepaduan Refleksi Siklus II Refleksi siklus II dilakukan berdasarkan hasil tes dan hasil nontes pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual yang telah terlaksana pada siklus II. Berdasarkan tindakan pada siklus II, kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I sudah dapat diatasi dan mengalami peningkatan pada siklus II. Proses pembelajaran siklus I aspek pertama mencapai 78,125 %, siklus II mencapai 84,375 %. Dari hasil tersebut diketahui bahwa aspek pertama proses pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 6,25 %, sebagian besar siswa cukup antusias dalam mengikuti proses pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen. Aspek kedua proses pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 12,5 %, yaitu dari 68,75 % menjadi 81,25 %. Siswa sudah baik dalam melakukan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerpen. Aspek ketiga mengalami peningkatan sebesar 16,625 % yaitu dari 62,5 % menjadi 78,125 %. Siswa sudah baik dalam bekerja sama dalam diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video. Aspek keempat mengalami peningkatan sebesar 3,13 %, yaitu dari 96,87 % menjadi 100 %. Aspek kelima mengalami peningkatan sebesar 6,25 %, yaitu dari

179 158 93,75 % menjadi 100 %. Berdasarkan data tersebut hasil proses pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dapat diidentifikasi terlaksana dengan baik, siswa mengikuti pembelajaran dengan kondusif dan intensif sesuai dengan instruksi yang diberikan. Pada aspek sikap religius siswa siklus I terdapat kekurangan pada indikator yang ketiga, yaitu sebanyak 14 siswa masuk kategori kurang baik. Pada siklus II terjadi peningkatan, tinggal 12 siswa yang masuk dalam kategori cukup baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sikap religius siswa dalam pembelajaran menyusun teks cerpen sudah baik. Pada aspek sikap sosial kekurangan yang ditemukan pada siklus I mengalami peningkatan. Pembentukan kelompok baru untuk mengatasi kekurangan aspek toleransi dan gotong royong yang ditemukan pada siklus I membantu siswa untuk bisa lebih bekerja sama dalam diskusi kelompok dengan anggota kelompoknya. Sikap percaya diri siswa juga mengalami peningkatan, siswa yang berani berpendapat, bertanya, menjawab, atau presentasi lebih banyak daripada siklus I. Kesantunan bahasa yang digunakan selama diskusi kelompok juga menunjukkan hasil yang baik. Pada tahap menyusun teks cerpen siklus I diketahui nilai rata-rata siswa mencapai 2,63. Jumlah siswa yang tuntas berdasarkan standar ketuntasan penelitian sebanyak 13 orang atau sebesar 41,935 %. Sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas berdasarkan standar ketuntasan penelitian sebanyak 18 siswa atau sebesar 58,065 %. Pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 3,02 yang termasuk dalam kategori baik. Dapat diidentifikasi bahwa kemampuan menyusun

180 159 teks cerpen siswa sudah baik, terjadi peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen dari siklus I. Sebanyak 7 siswa mendapatkan nilai yang sangat baik, mencapai persentase sebesar 21,875 %. Siswa yang mendapat nilai baik sebanyak 25 orang atau sebesar 78,125 %. Hasil refleksi yang telah dipaparkan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual pada siklus II berjalan dengan baik dan menunjukkan hasil yang memuaskan. Peningkatan yang terjadi meliputi, (1) proses pembelajaran peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen, (2) perubahan perilaku menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis, (3) perubahan perilaku menghargai dan menghayati sikap percaya diri, toleransi, gotong royong, dan santun dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya sebagai wujud sikap sosial, (4) keterampilan siswa menyusun teks cerpen. Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan dalam pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen secara signifikan, baik hasil data kualitatif maupun data kuantitatif. Hal ini menunjukkan hasil penelitian yang ditargetkan telah tercapai.

181 Pembahasan Proses Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen dengan Strategi Think Talk-Write dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual Proses pembelajaran peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual tidak jauh berbeda antara siklus I dan siklus II. Proses pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran menyusun teks cerpen pada siklus I dan siklus II yaitu, (1) Keantusiasan dan minat siswa, (2) kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek, (3) keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video, (4) keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek, dan (5) refleksi pada akhir pembelajaran sehingga siswa mengetahui kekurangan/kesulitan dan cara mengatasinya. Perubahan tersebut dapat dilihat pada diagram berikut. Diagram 1 Perbandingan Hasil Observasi Proses Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus Siklus I Siklus II Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5

182 161 Secara detail hasil proses pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen siklus I dan siklus II dijelaskan pada tabel berikut. Tabel 34 Perbandingan Hasil Penilaian Observasi Proses Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II No Aspek Frekuensi Persentase (%) S-I S-II S-I S-II 1 Keantusiasan dan minat siswa ,125 84,375 2 kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks ,25 81,25 cerita pendek 3 keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan ,5 78,125 video 4 keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek , refleksi pada akhir pembelajaran , Rata-rata 78,89 86,24 Keterangan : Sangat baik : > 85 % Baik : % Cukup : % Kurang : < 60 % Tabel di atas menunjukkan data perbandingan proses pembelajaran peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual antara siklus I dan siklus II. Pada aspek pertama siklus I terdapat 25 siswa, meningkat pada siklus II menjadi 27 siswa yang antusias mengikuti pembelajaran dengan antusias atau sebesar 84,375 % dan masuk kategori baik. Pada aspek kedua terjadi peningkatan menjadi 26 siswa yang melakukan diskusi dengan baik atau sebesar 81,25 % dan masuk dalam kategori baik, dari siklus I yang hanya 22 siswa melakukan diskusi

183 162 dengan baik. Pada aspek ketiga siklus I terdapat 20 siswa, meningkat pada siklus II menjadi 25 siswa yang melakukan diskusi dengan baik setelah menyimak tayangan video atau sebesar 78,125 % atau masuk dalam kategori baik. Pada aspek keempat siklus I terdapat 31 siswa, meningkat menjadi 32 siswa pada siklus II atau sebesar 100 % dan masuk kategori sangat baik. Pada aspek terakhir terjadi peningkatan menjadi 32 siswa yang melakukan refleksi atau sebesar 100 % dan masuk dalam kategori sangat baik, dari siklus I yang hanya 30 siswa melakukan refleksi pada akhir pembelajaran Keantusiasan dan Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Pada pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen siklus II, guru memberikan materi tentang unsur pembangun cerpen. Penjelasan unsur pembangun cerpen diberikan setelah siswa mengidentifikasi struktur teks cerpen. Penjelasan tentang unsur pembangun cerpen bertujuan untuk membuat cerpen yang disusun siswa menjadi lebih baik, karena masih terdapat kekurangan dalam cerpen yang disusun siswa berkaitan dengan unsur pembangun cerpen. Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran, terakumulasi jumlah siswa yang antusias dan minat mengikuti pembelajaran lebih banyak dibandingkan dengan beberapa siswa yang kurang antusias. Persentase keantusiasan dan minat siswa terhadap pembelajaran menyusun teks cerpen pada siklusi sebesar 78,125 %, dapat diidentifikasi bahwa siswa cukup antusias terhadap pembelajaran menyusun teks cerpen. Pada siklus II, keantusiasan dan

184 163 minat siswa terhadap pembelajaran menysusun cerpen meningkat menjadi 84,375 % dan masuk dalam kategori baik. Keantusiasan dan minat siswa terhadap pembelajaran menyusun teks cerpen ditunjukkan dengan kesediaan siswa memperhatikan penjelasan tentang unsur pembangun cerpen, tertib dalam membentuk kelompok, dan dalam menyimak media yang ditayangkan. Berdasarkan jurnal guru, keantusiasan dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen baik. Sebagian besar siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan, bersedia menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat, membentuk kelompok sesuai dengan instruksi, serta memperhatikan tayangan yang diputar dengan baik. Berikut dokumentasi foto yang menunjukkan keantusiasan dan minat siswa terhadap pembelajaran menyusun teks cerpen. Siklus I Siklus II Gambar 21 Perbandingan Aktivitas Siswa yang Menunjukkan Keantusiasan dan Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II

185 164 Berdasarkan dokumentasi di atas terlihat aktivitas siswa bertanya saat mengalami kesulitan dalam diskusi kelompok. Selain itu keantusiasan dan minat siswa ditunjukkan dengan pembentukan kelompok yang tertib sesuai dengan instruksi yang diberikan Kekondusifan Diskusi Kelompok Mengidentifikasi Struktur Teks Cerita Pendek Pada kegiatan ini siswa berdiskusi dalam kelompok untuk mengidentifikasi struktur teks cerpen. Kekurangan yang terdapat pada siklus I diperbaiki pada siklus II dengan membentuk kelompok baru agar kegiatan diskusi berjalan dan mendapat hasil yang lebih baik. Hasil observasi proses pembelajaran aspek kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek pada siklus I tergolong cukup kondusif. Persentasenya sebesar 68,75 %, masih terdapat beberapa siswa yang tidak melakukan diskusi kelompok dengan baik. Pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 81,25 %, siswa sudah melakukan diskusi kelompok dengan baik. Dari jurnal guru, siswa sudah baik dalam melakukan diskusi kelompok hanya beberapa siswa yang kurang bisa bekerja sama dalam diskusi kelompok. Pembentukan kelompok baru pada siklus II membuat siswa lebih bisa bekerja sama dalam diskusi kelompok. Berikut dokumentasi foto yang menunjukkan aktivitas siswa dalam melakukan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerpen.

186 165 Siklus I Siklus II Gambar 22 Perbandingan Aktivitas Diskusi Siswa Mengidentifikasi Struktur Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II Berdasarkan dokumentasi di atas terlihat aktivitas siswa saat melaksanakan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerpen, pada siklus I masih terdapat beberapa siswa yang kurang serius dalam berdiskusi. Pada siklus II jumlah siswa yang kurang serius dalam diskusi berkurang. Dalam diskusi siswa juga tidak segan untuk bertanya apabila mengalami kesulitan Keintensifan Diskusi Kelompok setelah Menyimak Tayangan Video Pada tahap ini siswa diberikan tugas untuk berdiskusi dalam kelompok menentukan unsur pembangun cerita pada video yang ditayangkan. Minat siswa

187 166 ditingkatkan dengan penayangan video yang berbeda dari siklus I. Setelah menentukan unsur pembangun cerita, tiap kelompok menuliskan kembali cerita pada video yang telah ditayangkan dan meneruskan cerita tersebut menjadi sebuah cerita yang utuh. Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran pada aspek keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video pada siklus I mencapai persentase 62,5 %. Terdapat beberapa siswa yang kurang bisa bekerja sama dengan anggota kelompoknya dalam diskusi. Pembentukan kelompok baru pada siklus II meningkatkan hasil menjadi 78,125 %, dengan dibentuknya kelompok baru siswa menjadi lebih bisa bekerja sama dalam diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video. Dari jurnal guru, pelaksanaan diskusi sudah cukup baik. Pembentukan kelompok baru membuat siswa lebih bisa bekerja sama dengan anggota kelompoknya dalam diskusi. Dengan anggota kelompok yang baru, membuat siswa termotivasi untuk memberikan pendapatnya dalam diskusi kelompok. Dari jurnal siswa diperoleh kemudahan dan kesulitan yang dialami siswa dalam melaksanakan diskusi setelah menyimak tayangan video. Kesulitan yang adalah perbedaan pendapat dan ide dalam meneruskan cerita menyebabkan dalam menuliskan hasil diskusi membutuhkan waktu yang cukup lama karena harus menyatukan pandangan yang berbeda. Kemudahan yang didapat antara lain mencari ide untuk meneruskan cerita lebih cepat karena sudah mengetahi unsur pembangun cerita.

188 167 Berikut dokumentasi foto yang menunjukkan aktivitas siswa dalam melakukan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video. Gambar 23 Aktivitas Siswa Menyimak Tayangan Video dan Berdiskusi setelah Menyimak Tayangan Video Siklus I dan Siklus II Berdasarkan dokumentasi foto terlihat siswa antusias dalam menyimak video yang ditayangkan, setelah menyimak tayangan video siswa berdiskusi untuk meneruskan cerita berdasarkan video tersebut Keintesifan Pelaksanaan Kegiatan Menyusun Teks Cerita Pendek Pada tahap menyusun teks cerita pendek seluruh siswa melaksanakan kegiatan dengan baik. Beberapa siswa masih mengalami kesulitan dalam

189 168 mengembangkan ide menjadi sebuah cerita yang utuh. siklus II kesulitan yang dialami siswa berkurang sehingga hasil cerpen yang disusun siswa lebih baik. Dari hasil observasi proses pembelajaran aspek keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek pada siklus I, sebanyak 31 siswa sudah melaksanakan kegiatan menyusun teks cerpen dengan baik. Pada siklus II semua siswa atau sebanyak 32 siswa melaksanakan kegiatan menyusun teks cerpen dengan baik dan sesuai arahan yang diberikan. Berdasarkan jurnal guru, kegiatan menyusun teks cerpen berjalan dengan baik. Setiap siswa melaksanakan arahan yang diberikan, siswa antusias dalam menyusun teks cerpen. Pada siklus I beberapa siswa terlihat masih kesulitan untuk mendapatkan ide dalam menyusun teks cerpen. Dari jurnal siswa diketahui kesulitan yang dialami siswa dalam menyusun teks cerpen. Kesulitan yang dialami siswa antara lain siswa kesulitan dalam menemukan ide untuk menyusun teks cerpen, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menuangkan ide tersebut menjadi sebuah cerpen yang utuh Berikut dokumentasi foto yang menunjukkan aktivitas siswa dalam kegiatan menyusun teks cerpen.

190 169 Gambar 24 Aktivitas Siswa Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II Berdasarkan dokumentasi foto terlihat masih ada siswa yang masih kesulitan dalam menemukan ide untuk menyusun teks cerpen. Secara keseluruhan siswa sudah melaksanakan arahan yang diberikan dan menyusun teks cerpen dengan baik Refleksi pada Akhir Pembelajaran sehingga Siswa Mengetahui Kekurangan/Kesulitan dan Cara Mengatasinya Kegiatan refleksi bertujuan untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa pada saat melakukan diskusi kelompok dan menyusun teks cerpen. Pada siklus II kegiatan refleksi juga digunakan untuk mengetahui kemudahan dan manfaat penggunaan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui audiovisual dalam pembelajaran menyusun teks cerpen. Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran siklus I aspek refleksi pada akhir pembelajaran mencapai persentase 93,75 %, masuk dalam kategori sangat baik. Siswa antusias untuk mengetahui kesulitan yang dialami dan mencari cara untuk mengatasinya. Pada siklus II persentase meningkat mencapai 100 %,

191 170 artinya semua siswa melakukan kegiatan refleksi pada akhir pembelajaran untuk mengetahu kesulitan yang dialami dan cara mengatasinya. Dari jurnal guru, siswa sangat antusias dalam melaksanakan kegiatan refleksi. Siswa ingin mengetahui kesulitan yang dihadapai pada saat menyusun teks cerpen dan cara mengatasinya. Siswa tidak sungkan untuk bertanya pada temannya kesulitn yang dihadapi. Dari jurnal siswa diketahui kesulitan dan kemudahan siswa dalam diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video, kesulitan saat kegiatan menyusun teks cerpen, dan pendapat siswa tentang penggunaan strategi TTW dalam pebelajaran menyusun teks cerpen. Berikut dokumentasi foto yang menunjukkan aktivitas siswa dalam melakukan kegiatan refleksi dia akhir pembelajaran. Gambar 25 Aktivitas Siswa Melakukan Refleksi pada Akhir Pembelajaran Siklus I dan Siklus II

192 171 Berdasarkan dokumentasi foto, siswa antusias dalam melakukan refleksi pada akhir pembelajaran dan siswa tidak segan untuk bertanya kesulitan yang dialami siswa lain Perubahan Perilaku Menghargai dan Mensyukuri Keberadaan Bahasa Indonesia sebagai Anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sarana Menyajikan Informasi Lisan dan Tulis sebagai Wujud Sikap Religius Siklus I dan Siklus II Peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi thinktalk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual disertai dengan perubahan perilaku menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis sebagai wujud sikap religius siklus I dan siklus II. Hasil pengamatan pada siklus I dan siklus II siswa sudah menunjukkan sikap religius sesuai dengan indikator yang telah ditentukan yaitu, (a) berdo a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran, (b) berdo a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat gaduh), (c) memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi, (d) menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam. Berikut hasil perbandingan sikap religius siswa pada siklus I dan siklus II. Tabel 35 Sikap Religius Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II No Indikator Sikap Kategori F Siklus I F Siklus II

193 172 1 berdo a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran 2 berdo a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat gaduh) 3 memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi 4 menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam Sangat Baik (4) Baik (3) 0 0 Cukup Baik (2) 0 0 Kurang Baik (1) 0 0 Jumlah Sangat Baik (4) Baik (3) 0 0 Cukup Baik (2) 0 0 Kurang Baik (1) 0 0 Jumlah Sangat Baik (4) Baik (3) 0 0 Cukup Baik (2) 0 0 Kurang Baik (1) Jumlah Sangat Baik (4) Baik (3) 0 0 Cukup Baik (2) 0 0 Kurang Baik (1) 0 0 Jumlah Dari data di atas menunjukkan peningkatan sikap religius siswa dalam mengikuti pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Berdasarkan data tersebut siswa sudah menunjukkan sikap religius yang baik. Peningkatan frekuensi pada kategori sangat baik terjadi pada indikator ketiga yaitu dari 18 siswa menjadi 21 siswa, kategori kurang baik dari 14 siswa menjadi 12 siswa. Selain indikator ketiga semua siswa masuk dalam kategori sangat baik. Berdasarkan jurnal guru, secara keseluruhan sikap religius yang ditunjukkan siswa baik. Tidak ada perubahan besar yang terjadi pada siklus II, walaupun demikian siswa menunjukkan sikap religius yang baik.

194 173 Dari hasil perbandingan sikap religius siklus I dan siklus II, dapat disimpulkan bahwa keterampilan pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual membantu meningkatkan sikap religius siswa. Seluruh siswa sudah menunjukkan sikap religius yang baik selama mengikuti pembelajaran Perubahan Perilaku Menghargai dan Menghayati Sikap Percaya Diri, Toleransi, Gotong Royong, dan Santun dalam Berinteraksi secara Efektif dengan Lingkungan Sosial dan dalam Jangkauan Pergaulan dan Keberadaannya sebagai Wujud Sikap Sosial Siklus I dan Siklus II Peningkatan keterampilan pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual disertai perubahan perilaku menghargai dan menghayati sikap percaya diri, toleransi, gotong royong, dan santun dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya sebagai wujud sikap sosial siklus I dan siklus II. Hasil Penilaian observasi sikap religius meliputi sikap percaya diri, toleransi, gotong royong, dan santun. Selain hasil penilaian observasi sikap sosial, data pendukung diperoleh dari jurnal guru berkaitan dengan sikap percaya diri, toleransi, gotong royong, dan santun.

195 Sikap Percaya Diri Hasil penilaian observasi sikap percaya diri dan jurnal guru pada siklus I dan Siklus II siswa sudah menunjukkan sikap percaya diri sesuai dengan indikator yang telah ditentukan yaitu, (a) berani presentasi di depan kelas dan (b) berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan. Berikut hasil perbandingan sikap percaya diri siswa pada siklus I dan siklus II. Tabel 36 Sikap Percaya Diri Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II No Indikator Sikap Kategori F Siklus I 1 berani presentasi di depan kelas 2 berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan F Siklus II Sangat Baik (4) Baik (3) 0 0 Cukup Baik (2) 0 0 Kurang Baik (1) Jumlah Sangat Baik (4) 0 0 Baik (3) 5 9 Cukup Baik (2) Kurang Baik (1) 0 0 Jumlah Dari data di atas menunjukkan peningkatan sikap percaya diri siswa dalam mengikuti pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Berdasarkan data tersebut, indikator pertama mengalami peningkatan frekuensi pada kategori sangat baik yaitu dari 18 siswa menjadi 21 siswa. Kategori kurang baik dari 14 siswa menjadi 12 siswa. Pada indikator yang kedua kategori baik mengalami peningkatan frekuensi sebanyak 4 siswa, yaitu dari 5 menjadi 9 siswa. Kategori cukup baik dari 27 siswa menjadi 23 siswa.

196 175 Berdasarkan jurnal guru, sikap percaya diri siswa sudah cukup baik. Banyak siswa yang berani untuk presentasi, berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan. Pada siklus II siswa yang berani presentasi di depan kelas bertambah. Dari hasil perbandingan sikap percaya diri siklus I dan siklus II, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual membantu meningkatkan sikap percaya diri siswa. Hasil perbandingan sikap percaya diri tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah mempunyai sikap percaya diri yang baik Sikap Toleransi Hasil penilaian observasi sikap toleransi dan jurnal guru pada siklus I dan Siklus II siswa sudah menunjukkan toleransi sesuai dengan indikator yang telah ditentukan yaitu, (a) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat, (b) menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (c) mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan, (d) tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain, (e) kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik, (f) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru. Berikut hasil perbandingan sikap toleransi siswa siklus I dan siklus II.

197 176 Tabel 37 Sikap Toleransi Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II F F No Indikator Sikap Kategori Siklus I Siklus II 1 tidak mengganggu teman yang Sangat Baik (4) 0 19 berbeda pendapat Baik (3) Cukup Baik (2) 15 0 Kurang Baik (1) 0 0 Jumlah menerima kesepatakan meskipun Sangat Baik (4) 0 18 berbeda dengan pendapatnya Baik (3) Cukup Baik (2) 13 3 Kurang Baik (1) mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan 4 tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain 5 kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik 6 terbuka untuk menerima sesuatu yang baru Jumlah Sangat Baik (4) 1 20 Baik (3) 18 6 Cukup Baik (2) 13 6 Kurang Baik (1) 0 0 Jumlah Sangat Baik (4) 8 13 Baik (3) Cukup Baik (2) 1 0 Kurang Baik (1) 0 0 Jumlah Sangat Baik (4) 0 0 Baik (3) Cukup Baik (2) Kurang Baik (1) 0 0 Jumlah Sangat Baik (4) 0 0 Baik (3) Cukup Baik (2) Kurang Baik (1) 0 0 Jumlah Dari data di atas, diketahui peningkatan sikap toleransi siswa dalam mengikuti pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Berdasarkan data tersebut, indikator pertama mengalami peningkatan pada

198 177 kategori sangat baik sebanyak 19 siswa dan 13 siswa dalam kategori baik. Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori cukup baik dan kurang baik. Indikator kedua mengalami peningkatan pada kategori sangat baik sebanyak 18 siswa dan 11 siswa dalam kategori baik, dan hanya 3 siswa yang masuk dalam kategori cukup baik. Pada indikator ketiga kategori sangat baik meningkat menjadi sebanyak 19 siswa dari hanya 1 siswa, kategori baik dan cukup baik menjadi hanya 6 siswa. Pada indikator keempat kategori sangat baik meningkat menjadi 13 siswa, kategori baik sebanyak 19 siswa, dan tidak ada siswa yang masuk dalam kategori cukup baik. Indikator kelima terjadi peningkatan pada kategori baik hanya 1 siswa dari 21 siswa menjadi 22 siswa, kategori cukup baik sebanyak 10 siswa. Indikator terakhir kategori baik meningkat sebanyak 3 siswa yaitu dari 19 siswa menjadi 22 siswa, kategori baik sebanyak 10 siswa. Berdasarkan jurnal guru, pada siklus I terdapat beberapa siswa yang kurang bisa bekerja sama dalam diskusi kelompok. Pembentukan kelompok baru pada siklus II, membuat siswa bisa bekerja sama dalam diskusi dengan anggota kelompoknya. Selama diskusi dalam kelompok siswa cukup baik dalam menerima pendapat orang lain. Secara keseluruhan siswa sudah menunjukkan sikap toleransi yang baik. Berdasarkan hasil perbandingan sikap toleransi siklus I dan siklus II, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual membantu meningkatkan sikap toleransi siswa. Hasil perbandingan tersebut

199 178 menunjukkan bahwa secara keseluruhan sikap toleransi siswa selama mengikuti pembelajaran sudah baik Sikap Gotong Royong Hasil penilaian observasi sikap gotong royong dan jurnal guru pada siklus I dan Siklus II siswa sudah menunjukkan sikap gotong royong sesuai dengan indikator yang telah ditentukan yaitu, (a) kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan, (b) aktif dalam kerja kelompok, (c) mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok. Berikut hasil perbandingan sikap gotong royong siswa siklus I dan siklus II. Tabel 38 Sikap Gotong Royong Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II No Indikator Sikap Kategori 1 kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan F Siklus I Sangat Baik (4) 4 19 Baik (3) 17 9 Cukup Baik (2) 12 5 Kurang Baik (1) 0 0 Jumlah F Siklus II 2 aktif dalam kerja kelompok Sangat Baik (4) 0 0 Baik (3) Cukup Baik (2) Kurang Baik (1) 0 0 Jumlah mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok Sangat Baik (4) 0 0 Baik (3) 0 8 Cukup Baik (2) Kurang Baik (1) 0 0 Jumlah Dari data di atas, diketahui peningkatan sikap gotong royong siswa dalam mengikuti pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi

200 179 think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Berdasarkan data tersebut indikator pertama mengalami peningkatan pada kategori sangat baik sebanyak 15 siswa yaitu dari 4 siswa menjadi 19 siswa, kategori baik sebanyak 9 siswa, dan kategori kurang baik 5 siswa. Indikator kedua hanya mengalami peningkatan sebanyak 1 siswa pada kategori sangat baik. Pada indikator ketiga kategori baik meningkat menjadi 8 siswa, kategori cukup baik sebanyak 24 siswa. Berdasarkan jurnal guru, sikap gotong royong siswa secara keseluruhan cukup baik. Siswa sudah cukup baik dalam berdiskusi atau bekerja sama dalam kelompok. Pembentukan kelompok baru pada siklus II membuat siswa lebih antusias untuk memberikan pendapat dalam diskusi kelompok. Berdasarkan hasil perbandingan sikap gotong royong siklus I dan siklus II, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual membantu meningkatkan sikap gotong royong siswa. Hasil perbandingan tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan sikap gotong royong siswa selama mengikuti pembelajaran sudah baik Sikap Santun Hasil penilaian observasi sikap santun dan jurnal guru pada siklus I dan Siklus II siswa sudah menunjukkan sikap santun sesuai dengan indikator yang telah ditentukan yaitu, (a) menghormati orang yang lebih tua, (b) bersikap 3S (salam, senyum, sapa), (c) menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan

201 180 pendapat, bertanya, atau menyanggah. Berikut hasil perbandingan sikap santun sikul I dan siklus II. Tabel 39 Sikap Santun Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II F F No Indikator Sikap Kategori Siklus I Siklus II 1 menghormati orang yang Sangat Baik (4) 0 0 lebih tua Baik (3) Cukup Baik (2) 0 0 Kurang Baik (1) 0 0 Jumlah bersikap 3S (salam, senyum, Sangat Baik (4) 0 0 sapa) Baik (3) Cukup Baik (2) 1 1 Kurang Baik (1) menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah Jumlah Sangat Baik (4) 0 0 Baik (3) Cukup Baik (2) Kurang Baik (1) 0 0 Jumlah Dari data di atas, diketahui peningkatan sikap gotong royong siswa dalam mengikuti pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Berdasarkan data tersebut, peningkatan terjadi pada indikator ketiga yaitu kategori baik meningkat sebanyak 7 siswa yaitu dari 12 siswa menjadi 19 siswa. Berdasarkan jurnal guru, sikap santun siswa dalam pembelajaran sudah baik. Dalam menyampaikan pendapat, bertanya, atau menjawab siswa menggunakan bahasa yang cukup santun. Berdasarkan hasil perbandingan sikap santun siklus I dan siklus II, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan

202 181 strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual membantu meningkatkan sikap santun siswa. Hasil perbandingan tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan sikap santun siswa selama mengikuti pembelajaran sudah baik Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II Hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen berupa nilai rata-rata masing-masing aspek penilaian pada tes keterampilan siklus I dan siklus II. Perubahan perolehan nilai rata-rata siklus I dan siklus II dapat dilihat pada diagram berikut. Diagram 2 Rekapitulasi dan Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus II , Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5 Aspek 6 Aspek 7

203 182 Secara detail hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 40 Rekapitulasi dan Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Tes Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Siklus I dan Siklus II Aspek Rata-rata Peningkatan Ketuntasan S I S II S II-S I S I S II 1 3,03 3,28 0,25 13 siswa 32 siswa 2 2,35 2,81 0,46 atau sebesar atau seesar 41,935 % 100 % dari 3 3 3,28 0,28 dari jumlah jumlah 4 2,45 2,66 0,21 keseluruhan keseluruhan 5 2,48 3,13 0,65 siswa siswa 6 2,12 2,59 0,47 7 2,93 3,37 0,44 Ratarata 2,63 3,02 0,46 Keterangan : 1. Tema 2. Alur 3. Latar 4. Sudut Pandang 5. Tokoh dan Penokohan 6. Gaya Bahasa 7. Kepaduan Unsur Pembangun Cerpen Dari tabel di atas, diketahui hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 0,46 dari nilai rata-rata kelas 2,63 pada siklus I menjadi 3,02 pada siklus II. Aspek pertama yaitu tema diperoleh nilai rata-rata siswa meningkat sebesar 0,25. Nilai rata-rata sebesar 3,03 pada siklus I meningkat menjadi 3,28 pada siklus II. Aspek kedua yaitu alur diperoleh nilai rata-rata siswa meningkat sebesar 0,46. Nilai rata-rata sebesar 2,35 pada siklus I meningkat menjadi 2,81

204 183 pada siklus II. Aspek ketiga yaitu latar diperoleh nilai rata-rata siswa meningkat 0,28. Nilai rata-rata sebesar 3 pada siklus I meningkat menjadi 3,28 pada siklus II. Aspek keempat yaitu sudut pandang nilai rata-rata siswa meningkat sebesar 0,21. Nilai rata-rata sebesar 2,45 pada siklus I meningkat menjadi 2,66 pada siklus II. Aspek kelima yaitu tokoh dan penokohan diperoleh nilai rata-rata siswa meningkat sebesar 0,65. Nilai rata-rata sebesar 2,48 pada siklus I meningkat meningkat menjadi 3,13 pada siklus II. Aspek keenam yaitu gaya bahasa diperoleh nilai rata-rata siswa meningkat sebesar 0,47. Nilai rata-rata sebesar 2,12 pada siklus I meningkat menjadi 2,59 pada siklus II. Aspek ketujuh yaitu kepaduan unsur pembangun cerpen diperoleh nilai rata-rata siswa meningkat sebesar 0,44. Pada siklus I nilai rata-rata 2,93 meningkat menjadi 3,37 pada siklus II. Setelah dilakukan tindakan pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual pada siklus I, hasil keterampilan menyusun teks cerpen siswa mencapai nilai rata-rata 2,63 dan berkategori baik. Perolehan nilai tersebut sudah cukup baik, namun masih terdapat beberapa kekurangan dalam cerpen yang disusun siswa. Kekurangan tersebut terdapat pada aspek alur, sudut pandang, tokoh dan penokohan, serta gaya bahasa. Kekurangan-kekurangan yang terdapat pada pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen pada siklus I digunakan sebagai refleksi untuk perbaikan pembelajaran pada siklus II. Dari perbaikan tersebut, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 3,02. Pada siklus II nilai rata-rata tiap aspek penilaian

205 184 keterampilan menyusun teks cerpen mengalami peningkatan, semua siswa sudah mencapai ketuntasan. Berdasarkan hasil perbandingan antara siklus I dan siklus II, dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi think-talk-write, teknik meneruskan cerita, dan media audiovisual dalam pembelajaran menyusun teks cerpen dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menyusun teks cerpen. Hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen pada siklus II menunjukkan terjadi peningkatan, hasil penelitian pada siklus II telah memenuhi target yang diharapkan Keterkaitan Hasil Penelitian Keterampilan Menyusun Teks Cerpen dengan Strategi TTW dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual dengan Hasil Penelitian pada Kajian Pustaka Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui terjadi peningkatan yang signifikan dan memuaskan dari siklus I ke siklus II. Pembahasan hasil penelitian tindakan kelas ini berdasarkan pada hasil stklus I dan hasil siklus II. Pembahasan hasil penelitian meliputi proses pembelajaran peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi think-talk-write dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual; perubahan perilaku menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis; perubahan perilaku menghargai dan menghayati sikap percaya diri,

206 185 toleransi, gotong royong, dan santun dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya sebagai wujud sikap sosial; dan peningkatan keterampilan siswa menyusun teks cerpen. Proses pembelajaran siklus I aspek pertama mencapai 78,125 %, siklus II mencapai 84,375 %. Dari hasil tersebut diketahui bahwa aspek pertama proses pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 6,25 %, sebagian besar siswa cukup antusias dalam mengikuti proses pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen. Aspek kedua proses pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 12,5 %, yaitu dari 68,75 % menjadi 81,52 %. Siswa sudah baik dalam melakukan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerpen. Aspek ketiga mengalami peningkatan sebesar 15,625 %, yaitu dari 62,5 % menjadi 78,125 %. Siswa sudah baik dalam bekerja sama dalam diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video. Aspek keempat mengalami peningkatan sebesar 3,13 %, yaitu dari 96,87 % menjadi 100 %. Aspek kelima mengalami peningkatan sebesar 6,25 %, yaitu dari 93,75 % menjadi 100 %. Berdasarkan data tersebut hasil proses pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dapat diidentifikasi terlaksana dengan baik, siswa mengikuti pembelajaran dengan kondusif dan intensif sesuai dengan instruksi yang diberikan. Penelitian dengan kajian cerita pendek juga dilakukan oleh Ibnian (2010) dengan judul The Effect of Using the Story-Mapping Technique on Developing Tenth Grade Student s Short Story Writing Skills in EFL, yang artinya pengaruh penggunaan teknik peta cerita untuk meningkatkan keterampilan menulis menulis cerita pendek siswa EFL kelas sepuluh. Metode yang digunakan Ibnian adalah

207 186 dengan memilih secara acak empat kelas dari sekolah di Amman. Dua kelas sebagai kelas eksperimen, sedangkan dua kelas lainnya sebagai kelas kontrol. Siswa dari kelas eksperimen diberi instruksi untuk menulis cerpen menggunakan konsep cerita, sedangkan kelas kontrol menggunakan metode tradisional. Tahap selanjutnya adalah dengan memberikan tes menulis cerpen pada masing-masing kelas. Waktu yang diberikan untuk menulis cerpen adalah enam puluh menit. Hasil yang dicapai setelah dilakukan tes adalah penggunakan teknik konsep cerita memberikan dampak positif pada keterampilan menulis cerpe siswa kelas sepuluh. Peningkatan keterampilan dapat dilihat dari perbaikan organisasi penulisan,teknik penulisan, penggunaan bahasa pada menulis kreatif (kelancaran, fleksibilitas, munculnya ide baru, dan perluasan ide). Penelitian yang dilakukan peneliti dan Ibnian menunjukkan bahwa pembelajaran menyusun teks cerpen yang diberi perlakuan akan mengalami perubahan. Pada penelitian yang dilakukan peneliti perubahan yang terjadi salah satunya pada proses pembelajaran yang ditinjua dari lima aspek observasi proses pembelajaran menyusun teks cerpen dan hasil cerpen siswa. Penerapan Strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual dapat meningkatkan proses pembelajaran dan keterampilan menyusun teks cerpen siswa. Sementara, penelitian yang dilakukan Ibnian mengalami perubahan pada hasil cerpen yang ditulis siswa. Hasil yang dicapai adalah penggunaan teknik peta cerita memberikan dampak positif pada keterampilan menulis cerpen siswa kelas sepuluh. Peningkatan keterampilan dapat dilihat dari perbaikan organisasi

208 187 penulisan,teknik penulisan, penggunaan bahasa pada menulis kreatif (kelancaran, fleksibilitas, munculnya ide baru, dan perluasan ide). Penelitian lain yang mengkaji tentang cerita pendek dilakukan oleh Pardede (2011) dengan judul Using Short Stories to Teach Language Skills. Pardede melakukan penelitian berkaitan dengan penggunaan cerita pendek untuk mengajarkan empat keterampilan berbahasa. Metode yang digunakan adalah dengan memilih dua kelas untuk diberikan teks yang berbeda, kelas yang pertama diberikan teks nonsastra sedangkan kelas yang lain diberikan teks sastra yaitu cerpen. Selanjutnya dilakukan tes pada masing-masing kelas meliputi keterampilan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Pada tes keterampilan menulis, siswa diberikan soal untuk menulis sebuah dialog antara seorang ayah dan anaknya. Selanjutnya dialog tersebut dikembangkan menjadi sebuah cerpen yang berisi tokoh, setting, klimaks, dan resolusi. Hasil yang dicapai dengan penggunaan cerpen untuk mengajarkan empat keterampilan berbahasa adalah pada keterampilan menulis siswa menjadi lebih kreatif. Meskipun penelitian yang dilakukan Pardede dan peneliti adalah jenis penelitian yang berbeda, tetapi samasama meneliti tentang keterampilan menulis cerpen. Pada penelitian yang dilakukan Pardede tes keterampilan menulis cerpen membuat siswa menjadi lebih kreatif dalam menulis, sedangkan peneliti meningkatkan ketarmpilan menyusun teks cerpen siswa. Hasil penilaian observasi sikap religius siklus II mengalami peningkatan dibandingkan siklus I. Peningkatan yang terjadi pada nilai sikap religius siklus II termasuk dalam kategori baik. Hal ini diidentifikasi dari indikator sikap religius

209 188 yang muncul pada siswa, di antaranya berdo a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran, berdo a dengan sikap yang baik, memberi salam sebelum dan sesudah pendapat atau presentasi, menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual dapat meningkatkan sikap religius siswa. Adapun pendapat Narwanti (2011:56-57) menyatakan bahwa melalui pilar religi akan terbentuk manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga akan terjaga dari prbuatan yang merugikan diri dan lingkungannya. Pembentukan karakter religius di SMP dilakukan setiap hari dengan pembiasaan do a pada awal dan akhir pembelajaran. Hasil penilaian observasi sikap sosial siklus II mengalami peningkatan dibandingkan siklus I. Sikap sosial yang diamati yaitu sikap percaya diri, sikap toleransi, sikap gotong royong, dan sikap santun. Menurut Narwanti (2011:58), bahwa pilar empati menempa kepribadian siswa agar terampil secara sosial. Lewat pilar ini, kepedulian terhadap sesama dibentuk. Dari konsep Narwanti, seseorang yang mampu memahami perasaan dan pikiran orang lain atau yang kita sebut dengan empati, maka seseorang ini telah mampu bersikap sosial. Indikator sikap percaya diri yang diamati adalah berani presentasi di depan kelas dan berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan. Sesuai dengan Kemdikbud (2013) bahwa percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Indikator pencapaian sikap percaya diri yaitu (1) berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu, (2) mampu membuat

210 189 keputusan dengan cepat, (3) tidak mudah putus asa, (4) tidak canggung dalam bertindak, (5) berani presentasi di depan kelas, (6) berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan. Berdasarkan data hasil observasi sikap percaya diri, dapat disimpulkan bahwa sikap percaya diri ditanamkan di sekolah salah satunya melalui pembalajaran menyusun teks cerpen. Sikap toleransi yang diamati sesuai indikator adalah (1) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat, (2) menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (3) mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan, (4) tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain, (5) kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik, (6) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru. Indikator tersebut sesuai dengan yang dijelaskan Kemendikbud (2013), toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Sikap toleransi dapat ditingkatkan melalui proses pembelajaran menyusun teks cerpen pada saat kegiatan diskusi. Sikap toleransi siswa muncul pada saat kegiatan diskusi kelompok dengan anggota lain yang memiliki karakter berbeda. Indikator sikap gotong royong diamati adalah kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan, aktif dalam kerja kelompok, dan mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok. Kemendikbud (2013) menjelaskan bahwa gotong royong adalah bekerja bersama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas. Dapat

211 190 disimpulkan bahwa sikap gotong royong dapat ditingkatkan melalui proses pembelajaran menyusun teks cerpen pada saat kegiatan diskusi. Pada kegiatan diskusi siswa aktif dalam kerja kelompok dan bekerja sama dalam menyelesaikan tugas. Sikap santun dapat diidentifikasi dari indikator sikap santun yaitu menghormati orang yang lebih tua; bersikap 3S (salam, senyum, sapa); dan menggunakan bahasa yang santun saat menyampaiakan pendapat, bertanya, atau menyanggah.. Kemendikbud (2013) menjelaskan bahwa santun adalah sikap baik dalam pergaulan dari segi bahasa maupun tingkah laku. Norma kesantunan bersifat relatif, artinya norma kesantunan yang diterima bisa berbedabeda di berbagai tempat, lingkungan, atau waktu. Pembiasaan sikap santun di sekolah dapat diterapakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, salah satunya pembelajaran menyusun teks cerpen sebagai upaya untuk mewujudkan pendidikan karakter di sekolah. Pada tahap menyusun teks cerpen siklus I diketahui nilai rata-rata siswa mencapai 2,63. Jumlah siswa yang tuntas berdasarkan standar ketuntasan penelitian sebanyak 13 orang atau sebesar 41,935 %. Sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas berdasarkan standar ketuntasan penelitian sebanyak 18 siswa atau sebesar 58,065 %. Pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 3,02 yang termasuk dalam kategori baik. Dapat diidentifikasi bahwa kemampuan menyusun teks cerpen siswa sudah baik, terjadi peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen dari siklus I. Sebanyak 7 siswa mendapatkan nilai yang sangat baik, mencapai persentase sebesar 21,875 %. Siswa yang mendapat nilai baik sebanyak

212 orang atau sebesar 78,125 %. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa seluruh siswa sudah mencapai standar ketuntasan penelitian. Dari hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual dapat meningkatkan keterampilan siswa menyusun teks cerpen. Penelitian ini memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan Miftahurrohim (2009), Anisa (2010), dan Nadiya (2010) berkaitan dengan strategi yang digunakan dan pembelajaran menyusun teks cerpen. Miftahurrohim (2009) melakukan penelitian tentang penggunaan strategi TTW dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi, penggunaan strategi TTW mampu meningkatkan keterampilan menulis karangan argumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah mengikuti pembelajaran menulis karangan argumentasi menggunakan strategi TTW, keterampilan siswa mengalami peningkatan sebesar 23,94 %. Skor rata-rata kelas pada tahap prasiklus sebesar 58,67 % dan mengalami peningkatan sebesar 16,96 % menjadi 75,63 % siklus I. Kemudian pada siklus II, skor rata-rata kelas meningkat sebesar 6,98 % menjadi 82,61 %. Pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan strategi TTW dapat mengubah perilaku siswa, siswa yang sebelumnya kurang siap dan kurang aktif dalam pembelajaran menjadi lebih siap dan lebih aktif mengikuti pembelajaran. Peneliti lain yang menggunakan Think-Talk-Write (TTW) adalah Anisa (2010) dengan judul penelitian Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Mengubah Teks Wawancara melalui Model Think-Talk-Write pada Siswa Kelas VII A SMP N 2 Cepiring. Berdasarkan hasil penelitian diketahui

213 192 bahwa keterampilan menulis karangan narasi dengan mengubah teks wawancara siswa pada tahap prasiklus sebesar 60,7 dengan kategori cukup. Setelah dilakukan tindakan melalui model TTW pada siklus I nilai rata-rata yang dicapai sebesar 66,3 dengan kategori cukup. Tindakan dan nilai rata-rata pada siklus I belum mencapai tujuan yang akan dicapai yaitu sebesar 70. Oleh karena itu peneliti melakukan tindakan siklus II. Pada siklus II ini rata-rata yang dicapai sebesar 77,8 dengan kategori baik. Hal ini berarti mengalami peningkatan sebesar 17,1 atau 28,1 % dari prasiklus ke siklus II. Selain itu perilaku-perilaku negatif maupun yang kurang sesuai dengan prinsip-prinsip TTW mengalami perubahan ke arah positif dari siklus I ke siklus II. Dari hasil pembehasan tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi siswa kelas VII A SMP N 2 Cepiring setelah dilakukan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi dengan model TTW. Selain itu, perubahan perilaku dalam penelitian ini adalah para siswa tampak senang, lebih semangat, aktif mengikuti pembelajaran, antusias dalam bertanya, serta sangat memperhatikkan penjelasan guru. Berkaitan dengan penelitian keterampilan menulis cerpen menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) sudah dilakukan oleh Nadiya (2010) dengan judul Penggunaan Strategi Think-Talk-Write (TTW) untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X 4 SMA N 1 Welahan Kabupaten Jepara. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II, baik berupa data tes maupun data nontes. Dari data tes dapat diketahui peningkatan nilai menulis cerpen dengan strategi TTW. Nilai rata-rata pada siklus

214 193 I mencapai 69,26. Setelah dilakukan siklus II meningkat menjadi 79,20 atau meningkat sebanyak 14,35% dari siklus I. Begitu juga dengan nilai per aspeknya yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan data nontes yang terdiri atas observasi, hasil jurnal siswa, hasil jurnal guru, wawancara dengan siswa, dan dokumentasi foto yang diambil saat kegiatan pembelajaran berlangsung terlihat adanya perubahan perilaku siswa yang terlihat lebih tertarik, lebih serius, dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan menulis cerpen. Berdasarkan uraian di atas, penggunaan strategi TTW dalam penelitian yang telah dilakukan sebelumnya berhasil meningkatkan hasil penelitian baik dalam pembelajaran menulis karangan maupun menulis cerpen. Dalam penelitian ini penggunaan strategi TTW dikombinasikan dengan teknik meneruskan cerita dan media audiovisual juga meningkatkan keterampilan siswa dalam menyusun teks cerpen. Selain keterampilan menyusun teks cerpen, sikap religius dan sikap sosial siswa mengalami peningkatan. Penelitian ini dihentikan pada siklus II karena hasil yang didapat sudah memenuhi targetyang diharapkan. Terjadi peningkatan yang baik dari siklus I ke siklus II. Selain itu diperoleh perubahan positif pada sikap religius dan sikap sosial (sikap percaya diri, sikap toleransi, sikap gotong royong, sikap santun) siswa. Terjadi peningkatan yang baik pada sikap religius dan sikap sosial siswa.

215 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual pada siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Wonosobo adalah sebagai berikut. 1. Keberlangsungan proses pembelajaran menyusun teks cerpen pada siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Wonosobo mengalami peningkatan menjadi semakin baik. Aspek keantusiasan dan minat siswa pada siklus I sebesar 78,12 % meningkat menjadi 84,375 % pada siklus II. Aspek kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek meningkat menjadi 81,25 % pada siklus II dari 68,25 pada siklus I. Aspek keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video pada siklus I sebesar 62,5 % meningkat menjadi 78,125 % pada siklus II. Aspek keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek meningkat menjadi 100 % pada siklus II dari 96,87 % pada siklus I. Aspek refleksi pada akhir pembelajaran pada siklus I sebesar 93,75 % meningkat menjadi 100 % pada siklus II. 194

216 Perubahan perilaku menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis sebagai wujud sikap religius siswa mengalami peningkatan ke arah positif. Siswa telah menunjukkan sikap religius selama mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen. Hal ini menunjukkan bahwa sikap religius telah tertanam pada diri siswa ditunjukkan dengan berdo a sebelum dan sesudah pembelajaran, memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi, dan menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam. 3. Perubahan sikap percaya diri, toleransi, gotong royong, dan santun sebagai wujud sikap sosial siswa mengalami peningkatan ke arah positif. Selama mengikuti pembelajaran menyusun teks cerpen siswa telah menunjukkan sikap sosial sesuai indikator sikap sosial yang telah ditentukan. 4. Peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen siswa dapat diidentifikasi dari hasil tes keterampilan yang terlaksana pada siklus I dan siklus II. Hasil tes keterampilan siklus I mencapai rata-rata sebesar 2,63, terdapat 19 siswa yang masih belum mencapai ketuntasan. Hasil tes keterampilan pada siklus II mengalami peningkatan rata-rata sebesar 0,46 dari 2,63 menjadi 3,02. Semua siswa sudah mencapai ketuntasan, hasil tersebut sudah mencapai target penelitian.

217 Saran Berdasarkan simpulan hasil penelitian peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual di atas, peneliti memberi saran sebagai berikut. 1. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia sebaiknya memanfaatkan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita sebagai alternatif dalam pembelajaran menyusun teks cerita pendek, agar siswa lebih tertarik mengikuti pembelajaran dan membuat siswa lebih aktif. 2. Media audiovisual sebagai salah satu media pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat digunakan guru untuk sarana mengajar. Keunggulan penggunaan media audiovisual adalah siswa menjadi lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran, media audiovisual juga dapat memberi contoh yang konkret kepada siswa. Penggunaan media audiovisual hendaknya disesuaikan dengan kondisi siswa agar dapat memberi manfaat yang maksimal dalam penggunaannya. 3. Peneliti di bidang pedidikan maupun bahasa dapat melakukan penelitian mengenai pembelajaran menyusun teks cerpen menggunakan pendekatan, strategi, metode, model, teknik, dan media yang lebih inovatif dan efektif untuk meningkatkan keterampilan menyusun teks cerpen siswa.

218 DAFTAR PUSTAKA Aminuddin Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru Algesindo. Anisa, Sulfah Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Mengubah Teks Wawancara melalui Model Think-Talk-Write pada Siswa Kelas VII A SMP N 2 Cepiring. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Baribin, Raminah Teori dan Apresiasi Prosa Fiksi. Semarang : IKIP Semarang Press. Gerot, Linda dan Peter Wignell Making Sense of Functional Grammar. Sydney : Antipodean Educational Enterprises. Gie, The Liang Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Haryati, Nas Handout Perkuliahan Apresiasi Prosa Indonesia. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Semarang. Huda, Miftahul Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran : Isu-isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Ibnian, Salem Saleh The Effect of Using the Story- Mapping Technique on Developing Tenth Grade Students Short Story Writing Skills in EFL. Volume 3, No 4, Desember Faculty of Arts, Middle East University for Graduate Studies Jordan. Tersedia di Diunduh pada 4 Agustus 2014 pukul 14:35. Kemendikbud. 2013a. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kemendikbud b. Buku Guru Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kemendikbud. 197

219 c. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMP/MTs Bahasa Indonesia; Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum Jakarta: Kemendikbud. 2013d. Pedoman Penilaian Kompetensi Sikap Kurikulum Jakarta : Kemendikbud Kosasih, E Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya. Kusmayadi, Ismail Lebih Dekat dengan Cerpen. Jakarta: Trias Yoga Kreasindo Miftahurrohim Penggunaan Strategi Think-Talk-Write untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan argumentasi pada siswa Kelas X-9 SMA Nasional Pati. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Nadiya, Selvia A Penggunaan Strategi Think-Talk-Write (TTW) untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X 4 SMA N 1 Welahan Kabupaten Jepara. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Narwanti, Sri Pendidikan Karakter.Yogyakarta: Familia Nurgiyantoro, Burhan Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Nuryatin, Agus Mengabadikan Pengalaman dalam Cerpen. Rembang: Yayasan Adhigama. Pardede, Parlindungan Using Short Stories to Teach Language Skills. Dalam Journal of English Teaching (JET), Volume 1, Number 1, Februari 2011, Christian University of Indonesia. Tersedia di Diunduh pada 13 Juni 2014 pukul 15:32. Prastowo, Andi Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta : DIVA Press Rahmanto, B Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta : Kanisius

220 199 Ratmandani, Geta Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Berdasarkan Teks Berita Melalui Model Pembelajaran Team-Assisted- Individualization (TAI) pada Siswa Kelas X 2 SMA N 1 Karanggede. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Rohani, Ahmad Media Intruksional Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta. Sanaky, Hujair AH Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif. Yogyakarta : Kaukaba Subyantoro Penelitian Tindakan Kelas. Semarang:Unnes Press. Sufanti, Main Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks : Belajar dari Ohoi Amerika Serikat. Artikel. PBSID FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta, Magister Pengkajian Bahasa Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tersedia di Diunduh pada 8 Desember 2014 pukul 18:48. Suharianto, S Dasar-Dasar Teori Sastra. Semarang: Rumah Indonesia. Sukirno Belajar Cepat Menulis Kreatif Berbasis Kuantum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Suyatno Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya : SIC Yamin, Martinis dan Bansu I Ansari Taktik Mengembangkan Kemampuan Siswa. Jakarta: Referensi.

221 200 Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 1 Wonosobo : Bahasa Indonesia : VII/II : Cerita Pendek : 6x40 menit (tiga kali pertemuan) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2. Menghargai dan menghayati sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori. B. Kompetensi Dasar 1.3 Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis 2.5 Memiliki perilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek

222 Memahami teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek melalui lisan maupun tulisan 4.2 Menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan C. Indikator Pencapaian Kompetensi 1.3 Menunjukkan sikap menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis berdo a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran berdo a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat gaduh) memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam 2.5 Memiliki perilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek Sikap percaya diri meliputi, (1) berani presentasi di depan kelas, (2) berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan Sikap peduli (toleransi dan gotong royong) Sikap toleransi meliputi, (1) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat, (2) menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (3) mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan, (4) tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain, (5) kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik, (6) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru. Sikap gotong royong meliputi, (1) kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan, (2) aktif dalam kerja kelompok, (3) mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok Sikap santun meliputi, (1) menghormati orang yang lebih tua, (2) bersikap 3S (salam, senyum, sapa), (3) menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah

223 Memahami teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek melalui lisan maupun tulisan Memahami struktur teks cerita pendek Memahami kaidah kebahasaan teks cerita pendek 4.2 Menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan struktur teks cerita pendek Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan kaidah kebahasaan, runtut, logis, sistematis, dengan ejaan yang benar, pilihan kata tepat, kalimat efektif, paragraf yang utuh dan padu Mampu menyajikan unsur pembangun cerita pendek dengan baik dan menarik. D. Tujuan Pembelajaran Pertemuan Ke Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan sikap menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa dan menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempelajari teks cerita pendek berdo a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran berdo a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat gaduh) memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam 2.5 Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa memiliki perilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek Sikap percaya diri meliputi, (1) berani presentasi di depan kelas, (2) berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan Sikap peduli (toleransi dan gotong royong) Sikap toleransi meliputi, (1) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat, (2) menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (3) mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan, (4) tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain, (5) kesediaan untuk belajar dari (terbuka

224 203 terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik, (6) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru. Sikap gotong royong meliputi, (1) kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan, (2) aktif dalam kerja kelompok, (3) mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok Sikap santun meliputi, (1) menghormati orang yang lebih tua, (2) bersikap 3S (salam, senyum, sapa), (3) menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah 3.1 Setelah membaca teks cerita pendek, siswa memahami teks cerita pendek baik lisan maupun tulisan Memahami struktur teks cerita pendek Memahami kaidah kebahasaan teks cerita pendek 4.2 Setelah berdiskusi, siswa dapat menyusun teks cerita pendek baik lisan maupun tulisan Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan struktur teks cerita pendek. Pertemuan Ke Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan sikap menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa dan menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempelajari teks cerita pendek berdo a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran berdo a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat gaduh) memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam 2.5 Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa memiliki perilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek Sikap percaya diri meliputi, (1) berani presentasi di depan kelas, (2) berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan Sikap peduli (toleransi dan gotong royong) Sikap toleransi meliputi, (1) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat, (2) menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (3) mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar

225 204 belakang, pandangan, dan keyakinan, (4) tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain, (5) kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik, (6) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru. Sikap gotong royong meliputi, (1) kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan, (2) aktif dalam kerja kelompok, (3) mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok Sikap santun meliputi, (1) menghormati orang yang lebih tua, (2) bersikap 3S (salam, senyum, sapa), (3) menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah 3.1 Setelah membaca teks cerita pendek, siswa memahami teks cerita pendek baik lisan maupun tulisan Memahami struktur teks cerita pendek Memahami kaidah kebahasaan teks cerita pendek 4.2 Setelah berdiskusi, siswa dapat menyusun teks cerita pendek baik lisan maupun tulisan Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan struktur teks cerita pendek Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan cerita pada video yang telah ditayangkan Pertemuan Ke Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan sikap menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa dan menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempelajari teks cerita pendek berdo a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran berdo a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat gaduh) memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam 2.5 Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa memiliki perilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek

226 Sikap percaya diri meliputi, (1) berani presentasi di depan kelas, (2) berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan Sikap peduli (toleransi dan gotong royong) Sikap toleransi meliputi, (1) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat, (2) menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (3) mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan, (4) tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain, (5) kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik, (6) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru. Sikap gotong royong meliputi, (1) kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan, (2) aktif dalam kerja kelompok, (3) mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok Sikap santun meliputi, (1) menghormati orang yang lebih tua, (2) bersikap 3S (salam, senyum, sapa), (3) menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah 3.1 Setelah membaca teks cerita pendek, siswa memahami teks cerita pendek baik lisan maupun tulisan Memahami langkah-langkah menyusun teks cerita pendek 4.2 Setelah memahami struktur, kaidah kebahasaan, dan langkah-langkah menyusun teks cerpen, siswa dapat menyusun teks cerita pendek baik lisan maupun tulisan Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan struktur teks cerita pendek Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan kaidah kebahasaan, runtut, logis, sistematis, dengan ejaan yang benar, pilihan kata tepat, kalimat efektif, paragraf yang utuh dan padu Mampu menyajikan unsur pembangun cerita pendek dengan baik dan menarik E. Materi Pembelajaran 1. Struktur teks cerita pendek 2. Kaidah kebahasaan teks cerita pendek 3. Langkah-langkah menyusun teks cerita pendek F. Strategi, Teknik dan Metode Pembelajaran Strategi : Think-Talk-Write (TTW)

227 206 Teknik Metode : Meneruskan cerita : ceramah, tanya jawab, inkuiri, diskusi, penugasan, sumbang saran G. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1 Kegiatan Deskripsi Metode A. Pendahuluan 1. guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk belajar 2. guru memberikan apersepsi dan melakukan tanya jawab dengan siswa 3. siswa menerima informasi mengenai tujuan pembelajaran dan manfaat menguasai materi pembelajaran 4. Siswa menerima informasi mengenai pokok-pokok materi pembelajaran 5. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan B. Inti MENGAMATI 1. Siswa membentuk kelompok yang beranggotakan 3-5 orang 2. Guru membagikan contoh cerpen dan lembar kerja kepada tiap kelompok 3. Siswa membaca dan mencermati contoh cerpen yang telah dibagikan dengan teliti dan bertanggung jawab Ceramah Tanya jawab Ceramah Penugasan Alokasi Waktu 15 menit 10 menit MENANYA 4. Siswa dan guru bertanya jawab tentang kaidah kebahasaan dalam teks cerpen dengan bahasa yang santun 5. Dalam kelompok siswa berdiskusi mengenai struktur teks cerpen dengan bahasa yang santun dan menghargai pendapat teman MENGUMPULKAN INFORMASI 6. Dalam kelompok siswa Tanya jawab Diskusi 15 menit 10 menit

228 207 mengidentifikasi struktur cerpen dengan teliti dan bertanggung jawab 7. Tiap kelompok menuliskan hasil diskusinya mengenai struktur cerita pada lembar kerja yang telah dibagikan MENGASOSIASI 8. Guru membagikan lembar kerja kepada tiap kelompok 9. Tiap kelompok mencoba untuk menyusun struktur teks cerpen yang diacak untuk membentuk sebuah teks cerpen yang utuh dengan teliti dan bertanggung jawab MENGKOMUNIKASIKAN 10. Perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi kelompoknya dengan percaya diri 11. Kelompok lain menanggapi dengan bahasa yang santun 12. Guru memberikan tanggapan dan penguatan terhadap hasil karya siswa C. Penutup 1. siswa dan guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari 2. siswa dan guru melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan inkuiri Penugasan Sumbang saran Diskusi 10 menit 10 menit 10 menit Pertemuan 2 Kegiatan Deskripsi Metode A. Pendahuluan 1. guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk belajar 2. siswa dan guru bertanya jawab tentang materi pada pertemuan sebelumnya 3. siswa menerima informasi mengenai tujuan pembelajaran dan manfaat menguasai materi pembelajaran 4. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai langkah-langkah Tanya jawab Ceramah Alokasi Waktu 5 menit

229 208 pembelajaran yang akan dilakukan B. Inti MENGAMATI 1. Siswa berkelompok sesuai dengan kelompok pada pertemuan sebelumnya 2. Guru membagikan lembar kerja kepada siswa 3. Siswa memperhatikan penayangan sebuah video yang dipotong MENANYA 4. Dalam kelompok siswa berdiskusi mengenai unsur pembangun cerita (tema, tahapan alur, latar, tokoh dan penokohan) pada video yang ditayangkan dengan mengerjakan lembar kerja dengan teliti dan penuh tanggung jawab (Think-Talk) MENGUMPULKAN INFORMASI 5. Dalam kelompok siswa menentukan unsur pembangun cerita dengan bahasa yang santun dan menghargai pendapat teman (Think-Talk) MENGASOSIASI 6. Tiap kelompok menuliskan kembali cerita pada video yang ditayangkan sebelumnya pada lembar kerja dengan penuh tanggung jawab (Write) 7. Tiap kelompok meneruskan cerita berdasarkan video yang telah ditayangkan sesuai dengan kreatifitas masing-masing siswa dengan jujur dan penuh tanggung jawab (Write) MENGKOMUNIKASIKAN 8. Perwakilan siswa maju untuk membacakan karyanya dengan penuh percaya diri 9. Siswa yang lain memberikan tanggapan dengan bahasa yang Penugasan Diskusi Diskusi Inkuiri Sumbang saran 15 menit 5 menit 5 menit 35 menit 10 menit

230 209 santun 10. Guru memberikan tanggapan dan penguatan terhadap hasil karya siswa C. Penutup 1. siswa dan guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari 2. siswa dan guru melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan Diskusi 5 menit Pertemuan 3 Kegiatan Deskripsi Metode A. Pendahuluan 1. guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk belajar 2. siswa dan guru bertanya jawab tentang materi pada pertemuan sebelumnya 3. siswa menerima informasi mengenai tujuan pembelajaran dan manfaat menguasai materi pembelajaran 4. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan B. Inti MENGAMATI 5. Siswa memperhatikan penjelasan guru berkaitan dengan kilas materi struktur dan kaidah kebahasaan teks cerpen Tanya jawab Ceramah Ceramah Alokasi Waktu 5 menit 5 menit MENANYA 6. Siswa dan guru bertanya jawab tentang langkah-langkah menyusun teks cerpen dengan bahasa yang santun MENGUMPULKAN INFORMASI 7. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menuliskan kerangka karangan 8. Tiap siswa menuliskan kerangka karangan yang akan dikembangkan menjadi sebuah cerpen dengan penuh tanggung jawab Tanya jawab Penugasan Inkuiri 5 menit 5 menit

231 210 MENGASOSIASI 9. Tiap siswa mengembangkan kerangka karangan menjadi sebuah cerpen yang utuh sesuai dengan struktur dan kaidah kebahasaan teks cerpen dengan jujur dan tanggung jawab Inkuiri 45 menit MENGKOMUNIKASIKAN 11. Perwakilan siswa maju untuk membacakan karyanya dengan penuh percaya diri 12. Siswa yang lain memberikan tanggapan dengan bahasa yang santun C. Penutup 13. siswa dan guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari 14. siswa dan guru melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan H. Media dan Sumber Belajar 1. Media : LCD, Laptop, Contoh teks cerpen 2. Sumber Belajar Sumbang saran Diskusi 10 menit 5 menit Kemendikbud Bahasa Indonesia :Wahana Pengetahuan : Kelas VII. Jakarta : Kemendikbud I. Penilaian Proses dan Hasil Belajar 1. Teknik : tes dan nontes 2. Bentuk : tes tertulis keterampilan menyusun teks cerita pendek, observasi proses, observasi sikap

232 211 Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 1 Wonosobo : Bahasa Indonesia : VII/II : Cerita Pendek : 6x40 menit (tiga kali pertemuan) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2. Menghargai dan menghayati sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori. B. Kompetensi Dasar 1.3 Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis 2.5 Memiliki perilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek 3.1 Memahami teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek melalui lisan maupun tulisan

233 Menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan C. Indikator Pencapaian Kompetensi 1.3 Menunjukkan sikap menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis berdo a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran berdo a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat gaduh) memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam 2.5 Memiliki perilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek Sikap percaya diri meliputi, (1) berani presentasi di depan kelas, (2) berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan Sikap peduli (toleransi dan gotong royong) Sikap toleransi meliputi, (1) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat, (2) menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (3) mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan, (4) tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain, (5) kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik, (6) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru. Sikap gotong royong meliputi, (1) kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan, (2) aktif dalam kerja kelompok, (3) mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok Sikap santun meliputi, (1) menghormati orang yang lebih tua, (2) bersikap 3S (salam, senyum, sapa), (3) menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah 3.1 Memahami teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek melalui lisan maupun tulisan Memahami struktur teks cerita pendek Memahami kaidah kebahasaan teks cerita pendek

234 Menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan struktur teks cerita pendek Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan kaidah kebahasaan, runtut, logis, sistematis, dengan ejaan yang benar, pilihan kata tepat, kalimat efektif, paragraf yang utuh dan padu Mampu menyajikan unsur pembangun cerita pendek dengan baik dan menarik. D. Tujuan Pembelajaran Pertemuan Ke Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan sikap menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa dan menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempelajari teks cerita pendek berdo a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran berdo a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat gaduh) memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam 2.5 Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa memiliki perilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek Sikap percaya diri meliputi, (1) berani presentasi di depan kelas, (2) berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan Sikap peduli (toleransi dan gotong royong) Sikap toleransi meliputi, (1) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat, (2) menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (3) mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan, (4) tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain, (5) kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik, (6) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru.

235 214 Sikap gotong royong meliputi, (1) kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan, (2) aktif dalam kerja kelompok, (3) mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok Sikap santun meliputi, (1) menghormati orang yang lebih tua, (2) bersikap 3S (salam, senyum, sapa), (3) menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah 3.1 Setelah membaca teks cerita pendek, siswa memahami teks cerita pendek baik lisan maupun tulisan Memahami struktur teks cerita pendek Memahami unsur pembangun cerita pendek 4.2 Setelah berdiskusi, siswa dapat menyusun teks cerita pendek baik lisan maupun tulisan Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan struktur teks cerita pendek. Pertemuan Ke Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan sikap menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa dan menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempelajari teks cerita pendek berdo a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran berdo a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat gaduh) memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam 2.5 Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa memiliki perilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek Sikap percaya diri meliputi, (1) berani presentasi di depan kelas, (2) berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan Sikap peduli (toleransi dan gotong royong) Sikap toleransi meliputi, (1) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat, (2) menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (3) mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan, (4) tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain, (5) kesediaan untuk belajar dari (terbuka

236 215 terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik, (6) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru. Sikap gotong royong meliputi, (1) kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan, (2) aktif dalam kerja kelompok, (3) mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok Sikap santun meliputi, (1) menghormati orang yang lebih tua, (2) bersikap 3S (salam, senyum, sapa), (3) menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah 3.1 Setelah membaca teks cerita pendek, siswa memahami teks cerita pendek baik lisan maupun tulisan Memahami struktur teks cerita pendek Memahami unsur pembangun cerita pendek 4.2 Setelah berdiskusi, siswa dapat menyusun teks cerita pendek baik lisan maupun tulisan Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan struktur teks cerita pendek Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan cerita pada video yang telah ditayangkan Pertemuan Ke Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan sikap menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa dan menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempelajari teks cerita pendek berdo a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran berdo a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat gaduh) memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam 2.5 Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa memiliki perilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek Sikap percaya diri meliputi, (1) berani presentasi di depan kelas, (2) berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan Sikap peduli (toleransi dan gotong royong)

237 216 Sikap toleransi meliputi, (1) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat, (2) menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, (3) mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan, (4) tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain, (5) kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik, (6) terbuka untuk menerima sesuatu yang baru. Sikap gotong royong meliputi, (1) kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan, (2) aktif dalam kerja kelompok, (3) mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok Sikap santun meliputi, (1) menghormati orang yang lebih tua, (2) bersikap 3S (salam, senyum, sapa), (3) menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah 3.1 Setelah membaca teks cerita pendek, siswa memahami teks cerita pendek baik lisan maupun tulisan Memahami langkah-langkah menyusun teks cerita pendek 4.2 Setelah memahami struktur, kaidah kebahasaan, dan langkah-langkah menyusun teks cerpen, siswa dapat menyusun teks cerita pendek baik lisan maupun tulisan Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan struktur teks cerita pendek Menyusun teks cerita pendek sesuai dengan kaidah kebahasaan, runtut, logis, sistematis, dengan ejaan yang benar, pilihan kata tepat, kalimat efektif, paragraf yang utuh dan padu Mampu menyajikan unsur pembangun cerita pendek dengan baik dan menarik E. Materi Pembelajaran 1. Struktur teks cerita pendek 2. Unsur pembangun cerita pendek 3. Langkah-langkah menyusun teks cerita pendek F. Strategi, Teknik dan Metode Pembelajaran Strategi : Think-Talk-Write (TTW) Teknik : Meneruskan cerita Metode : ceramah, tanya jawab, inkuiri, diskusi, penugasan, sumbang saran

238 217 G. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1 Kegiatan Deskripsi Metode A. Pendahuluan 1. guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk belajar 2. guru memberikan apersepsi dan melakukan tanya jawab dengan siswa 3. siswa menerima informasi mengenai tujuan pembelajaran dan manfaat menguasai materi pembelajaran 4. Siswa menerima informasi mengenai pokok-pokok materi pembelajaran 5. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan B. Inti MENGAMATI 1. Siswa membentuk kelompok yang beranggotakan 3-5 orang 2. Guru membagikan contoh cerpen dan lembar kerja kepada tiap kelompok 3. Siswa membaca dan mencermati contoh cerpen yang telah dibagikan dengan teliti dan bertanggung jawab Ceramah Tanya jawab Ceramah Penugasan Alokasi Waktu 15 enit 10 menit MENANYA 4. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang unsur pembangun cerpen, kemudian bertanya jawab untuk menambah pemhaman tentang unsur pmbangun cerpan dengan bahasa yang santun 5. Dalam kelompok siswa berdiskusi mengenai struktur teks cerpen dengan bahasa yang Tanya jawab Diskusi 20 menit

239 218 santun dan menghargai pendapat teman MENGUMPULKAN INFORMASI 6. Dalam kelompok siswa mengidentifikasi struktur cerpen dengan teliti dan bertanggung jawab 7. Tiap kelompok menuliskan hasil diskusinya mengenai struktur cerita pada lembar kerja yang telah dibagikan MENGASOSIASI 8. Guru membagikan lembar kerja kepada tiap kelompok 9. Tiap kelompok mencoba untuk menyusun struktur teks cerpen yang diacak untuk membentuk sebuah teks cerpen yang utuh dengan teliti dan bertanggung jawab MENGKOMUNIKASIKAN 10. Perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi kelompoknya dengan percaya diri 11. Kelompok lain menanggapi dengan bahasa yang santun 12. Guru memberikan tanggapan dan penguatan terhadap hasil karya siswa C. Penutup 1. siswa dan guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari 2. siswa dan guru melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan inkuiri Penugasan Sumbang saran Diskusi 5 menit 10 menit 10 enit 10 menit Pertemuan 2 Kegiatan Deskripsi Metode Alokasi Waktu

240 219 A. Pendahuluan 1. guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk belajar 2. siswa dan guru bertanya jawab tentang materi pada pertemuan sebelumnya 3. siswa menerima informasi mengenai tujuan pembelajaran dan manfaat menguasai materi pembelajaran 4. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan B. Inti MENGAMATI 1. Siswa berkelompok sesuai dengan kelompok pada pertemuan sebelumnya 2. Guru membagikan lembar kerja kepada siswa 3. Siswa memperhatikan penayangan sebuah video yang dipotong MENANYA 4. Dalam kelompok siswa berdiskusi mengenai unsur pembangun cerita (tema, tahapan alur, latar, tokoh dan penokohan) pada video yang ditayangkan dengan mengerjakan lembar kerja dengan teliti dan penuh tanggung jawab (Think-Talk) MENGUMPULKAN INFORMASI 5. Dalam kelompok siswa menentukan unsur pembangun cerita dengan bahasa yang santun dan menghargai pendapat teman (Think-Talk) MENGASOSIASI 6. Tiap kelompok menuliskan kembali cerita Tanya jawab Ceramah Penugasan Diskusi Diskusi Inkuiri 4 menit 15 menit 5 menit 5 menit 35 menit

241 220 pada video yang ditayangkan sebelumnya pada lembar kerja dengan penuh tanggung jawab (Write) 7. Tiap kelompok meneruskan cerita berdasarkan video yang telah ditayangkan sesuai dengan kreatifitas masingmasing siswa dengan jujur dan penuh tanggung jawab (Write) MENGKOMUNIKASIKAN 8. Perwakilan siswa maju untuk membacakan karyanya dengan penuh percaya diri 9. Siswa yang lain memberikan tanggapan dengan bahasa yang santun 10. Guru memberikan tanggapan dan penguatan terhadap karya siswa C.Penutup 1. siswa dan guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari 2. siswa dan guru melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan Sumbang saran Diskusi 10 menit 5 menit Pertemuan 3 Kegiatan Deskripsi Metode A. Pendahuluan 1. guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk belajar 2. siswa dan guru bertanya jawab tentang materi pada pertemuan sebelumnya 3. siswa menerima informasi mengenai tujuan pembelajaran dan manfaat menguasai materi pembelajaran 4. Siswa mendengarkan Tanya jawab Ceramah Alokasi Waktu 5 menit

242 221 penjelasan guru mengenai langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan B. Inti MENGAMATI 6 Siswa memperhatikan penjelasan guru berkaitan dengan kilas materi struktur dan kaidah kebahasaan teks cerpen MENANYA 7 Siswa dan guru bertanya jawab tentang langkahlangkah menyusun teks cerpen dengan bahasa yang santun MENGUMPULKAN INFORMASI 8 Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menuliskan kerangka karangan 9 Tiap siswa menuliskan kerangka karangan yang akan dikembangkan menjadi sebuah cerpen dengan penuh tanggung jawab MENGASOSIASI 10 Tiap siswa mengembangkan kerangka karangan menjadi sebuah cerpen yang utuh sesuai dengan struktur dan kaidah kebahasaan teks cerpen dengan jujur dan tanggung jawab Ceramah Tanya jawab Penugasan Inkuiri Inkuiri 5 menit 5 menit 5 menit 45 menit MENGKOMUNIKASIKAN 10 menit 11 Perwakilan siswa maju untuk membacakan karyanya dengan penuh percaya diri 12 Siswa yang lain Sumbang memberikan tanggapan saran dengan bahasa yang santun C. Penutup 1. siswa dan guru Diskusi 5 menit

243 222 menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari 2. siswa dan guru melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan H. Media dan Sumber Belajar 1. Media : LCD, Laptop, Contoh teks cerpen 2. Sumber Belajar Kemendikbud Bahasa Indonesia :Wahana Pengetahuan : Kelas VII. Jakarta : Kemendikbud I. Penilaian Proses dan Hasil Belajar 1. Teknik : tes dan nontes 2. Bentuk : tes tertulis keterampilan menyusun teks cerita pendek, observasi proses, observasi sikap

244 223 Lampiran 3 Contoh Cerpen WAJAH DI BALIK JENDELA Odi tengah menyelesaikan tugas menggambarnya ketika merasa ada yang tak beres di kamarnya. Ia segera meletakkan pensil gambarnya dan mengamati keadaan kamar, semua seperti biasanya. Tetapi, ketika Odi melihat ke jendela kamar ia baru sadar kaca nako belum tertutup sempurna. Angin yang bertiup masuk itulah yang membuat perasaannya tak tenteram. Sambil merapatkan kaca nako, Odi mengamati keadaan di luar. Ia merasa heran melihat daun palem yang tumbuh belum seberapa tinggin itu bergoyang. Tidak mungkin digoyang angin. Ah pasti ada kucing yang lewat tadi, pikir Odi menenteramkan hati. Odi kembali ke meja belajar, menyelesaikan pekerjaannya yang belum tuntas. Tetapi beberapa menit kemudian, ia merasa ingin menoleh sekali lagi ke jendela kamar. Odi berpekik kaget. Secara spontan ia menghamburkan langkahnya keluar kamar menuju kamar bang Agus di sebelah kamarnya. Ada apa dengan kamu Di? tanya bang Agus ketika melihat Odi yang tiba-tiba masuk ke kamarnya dengan wajah pucat pasi. Ada hantu... ah, atau mungkin... Odi gugup. Di mana? Di balik jendela kamar. Aku baru saja melihatnya, jawab Odi. Bang Agus langsung menuju kamar Odi, diikuti oleh Odi di belakang. Ia segera menuju jendela dan mengamati keadaan di luar. Sepi dan tidak ada benda apapun yang aneh di luar. Sebenarnya apa yang kamu lihat tadi Di? tanya bang Agus sekali lagi. Ada muka yang menempel di kaca jendela ini. Tetapi aku tidak begitu jelas melihatnya, sepertinya ia memakai mantel bertopi yang ia tutupkan ke kepalanya, Odi mencoba mengingat apa yang dilihatnya. Bang Agus mendengus, Buktinya di luar tidak ada apa-apa, sudahlah kamu pasti lagi melamun yang tidak-tidak barusan, ujar bang Agus. Odi ingin protes, tetapi dipikir-pikir percuma saja. Bang Agus pasti akan tetap mengiranya mengada-ada.

245 224 Tirai jendelanya ditutup saja. Terus, pintu kamarnya dibuka. Nanti kalau kamu lihat yang naeh-aneh lagi teriak saja, kata bang Agus sambil meninggalkan Odi sendirian. Odi menurut apa yang dikatakan kakaknya. Kemudian ia berusaha melupakan kejadian yang baru dialami dan meneruskan pekerjaannya. Setelah tugas sekolahnya selesai seperti biasa Odi merapikan kamarnya dahulu. Beberapa mainan yang tergeletak di lantai dikembalikan ke tempatnya. Dua hari yang lalu, Odi baru saja merayakan pesta ulang tahunnya. Banyak hadiah mainan, buku, dan benda pajangan diterimanya. Ketika kantuk mulai menyerang, Odi langsung merebahkan diri di tempat tidurnya. Matanya tak mau sedikit pun melirik ke jendela kamar. Ia ingin segera menceritakan semuanya kepada Ibek, temannya yang senang memecahkan kejadian-kejadian aneh. Esok harinya ketika bertemu Ibek di sekolah, Odi langsung menceritakan tentang wajah di balik jendela semalam. Saat istirahat tiba Ibek mulai beraksi menanyakan temanteman sekelasnya seputar kado yang mereka berikan pada ulang tahun Odi. Tetapi jawabannya tidak memberikan hal yang berarti pada Ibek. Malamnya Ibek sengaja belajar bersama di rumah Odi. Sesekali mereka memandang ke jendel, tetapi yang mereka harapkan tidak muncul juga. Rupanya hantu itu takut terhadapku, bisik Ibek. Tak berapa lama kemudian ia pamit pulang meninggalkan rumah Odi. Sepeninggal Ibek, Odi kembali gelisah apalagi agar tirai jendela kamarnya dibiarkan terbuka. Sementara itu Odi pura-pura mencari kesibukan di meja belajarnya. Akhirnya ia tidak bisa menahan keinginan untuk menoleh ke jendela kamarnya. Wajah itu lagi! Odi langsung berteriak. Ia lari menuju kamar bang Agus, buru-buru diseretnya bang Agus keluar rumah. Di halaman rumah, tepat di depan kamar Odi terlihat Ibek tengah bergumul seru mencekal seorang anak sebayanya yang terus meronta. Hentikan dia itu Husen, aku mengenalnya, seru bang Agus kemudian. Ibek melepaskannya, Husen langsung berlari menghampiri bang Agus. Ibek dan Odi sama-sama ternganga ketika meliat Husen sibuk menggerak-gerakkan tangan dan anggota tubuh lainnya di depan bang Agus. Anak itu rupanya tak dapat bicara. Beberapa hari yang lalu, aku membeli patung kayu yang dijual Husen di pasar untuk kado ulang tahun Odi. Rupanya Husen ingin meminjam sebentar patung kayu itu, tetapi sulit menemui aku. Makanya dua malam ini ia terus melihat kamarmu untuk memastikan patung kayu itu masih ada. Sekarang coba kamu ambilkan patung itu, pinta bang Agus.

246 225 Odi berlari menuju kamarnya dan kembali dengan patung kayu berbentuk kuda di tangannya. Begitu Husen diserahi patung itu, ia buru-buru merogoh bagian dasar patung. Ada rongga kecil di sana dan dari dalamnya ia mengambil sebentuk cincin. Itu cincin peninggalan ibunya, jelas bang Agus setelah Husen mengembalikan patung kuda kepada Odi. Bang Agus segera meminta mereka bersalaman, berkenalan, dan saling memaafkan. Tak lama kemudian Husen langsung pulang disusul Ibek yang bajunya sedikit terkoyak. Malam itu Odi tidur nyenyak tanpa dibayangi ketakutan. Besok ia ingin bang Agus mengajarkan bahasa isyarat agar ia juga dapat bicara dengan teman barunya itu. LEMBAR KERJA KELOMPOK Tugas 1 Memahami Teks Cerita Pendek Bacalah petunjuk berikut ini! 1. Bacalah contoh cerpen yang telah dibagikan dengan seksama 2. Setelah membaca contoh cerpen dengan seksama, diskusikanlah dengan teman satu kelompokmu tentang struktur teks cerpen No Struktur Teks Cerpen Pengertian 1 2 3

247 226 Lampiran 4 LEMBAR KERJA KELOMPOK Tugas 2 Menyusun Teks Cerita Pendek Bacalah petunjuk berikut ini! Susunlah bagian-bagian teks cerpen berikut sesuai dengan struktur teks cerpen yang telah kamu pelajari agar menjadi sebuah teks cerpen yang utuh! TIPUAN SECARIK KERTAS Pukul tepatnya pelajaran matematika dimulai, Pak Burhan adalah guru matematikaku. Aku dari dulu memang tidak suka pelajaran matematika. Dia termasuk guru yang ramah, namun aku tidak begitu suka dengan pelajarannya. Soalnya dia menerangkan terlalu cepat dan itu yang membuatku malas. Setelah Pak Burhan menjelaskan pelajaran hari ini, tiba-tiba... Anak-anak besok ulangan matematika, pelajari semua materi hari ini. Ingat belajar nanti malam. ucap Pak Pak Burhan. Iya pak suara serempak murid-murid di dalam kelas. Takut, tegang, dan gelisah mulai merasuk ke dalam tubuhku. Bel pulang telah dibunyikan, semua murid-murid berlarian pulang menuju rumahnya masing-masing. Sementara aku berjalan lemah, baeratnya langkahku seperti ditahan batu yang besar. Hatiku dibalut rasa takut yang memuncak. Langkah-langkah kecil perlahan sampai di rumah, kulepas sepatuku dan masuk ke kamar seperti orang ketakutan. Keringat dngin mulai bercucuran keluar dari tubuhku, wajahku semakin pucat. Siang pun berganti malam, langit pun tak seterang birunya laut tapi kesejukan menghampiri malam. Aku coba pergi ke rumah temanku Roni, dia teman sekampungku. Sekolah kami sama cuma kelasnya yang beda. Assalamu alaikum, ucapku sambil mengetuk pintu. Wa alaikumsalam, kata roni sambil membuka pintu rumahnya. Hai Setya, ada apa? Kok tumben datang ke sini?, sapanya kepadaku dengan rasa penasaran.

248 227 Iya nih. Aku mau tanya, apa kamu bisa ajarin aku matematika? Soalnya besok Pak Burhan mengadakan ulangan di kelasku. Aku tu nggak paham mengenai penjelasannya, rumit dan berbelitbelit. Otakku nggak bisa mencernanya. Kataku dengan penuh harap. Ha? Kamu nggak bisa? Apa lagi aku. katanya sambil menahan tawa. Ya sudah makasih, ucapku. Kupalingkan tubuhku kembali ke rumah. Aku masih memikirkan besok. Gimana ya, besok ulangan sedangkan aku nggak belajar. Kalau belajar, aku nggak paham. Tapi kalau nggak belajar apa besok bisa mengerjakan ulangan... wah... aku punya ide biar besok berhasil, ucapku dengan penuh keyakinan. Hari menegangkan pun telah tiba, pukul murid-murid duduk di kursinya masing-masing. Tak lama kemudian Pak Burhan datang. Siapkan kertas dan bolpoin, yang ikut ulangan pertama no absen 1-15 dan yang lainnya keluar, dengan suara yang mantap. Ternyata dugaanku salah, padahal aku mau nyontek teman tapi kok duduknya 1 bangku satu orang. Gagal rencana pertamaku, untung saja aku punya rencana kedua, kataku sambil menata posisi dudukku. Suasana sunyi bercampur tegang mengguyur seisi kelasku, tanpa kata dan bunyi terdengar. Saat murid-murid lain sibuk mengerjakan ulangannya dan pak guru sedang asyik membaca koran. Saatnya rencana ini dimulai, kataku dengan suara lirih. Kutarik secarik kertas dari saku celanaku, diam-diam kubuka dan kubaca semua isinya. Dengan tangan gemetar kucoba untuk tenang, kutulis jawabanku sampai selesai. Tanpa berpikir panjang kutaruh kertas jawabanku di meja Pak Burhan. Akhirnya keluar juga. Semoga nilaiku bagus, dengan senyum penuh keyakinan. Hari ini adalah hari penentuan siapa yang mendapat nilai tertinggi dan nilai terendah. Perasaanku campur aduk tidak karuan. Nilai terendah adalah Setya, yang lainnya di atas rata-rata, ucap pak guru dengan lantang sambil menunjukkan nilai ulangan di depan murid-muridnya. Ternyata itu adalah aku, mulutku diam tanpa kata seperti terkunci rapat. Lemah dan sedih, kucoba untuk tenang namun perasaan takut mulai mendekat. Padahal aku lihat contekan kertasku tapi kenapa tidak lulus, malahan temanku pada lulus semua. Lalu kupulang dengan langkah tanpa semangat, keringat pun semakin deras membasahiku.

249 228 Bagaimana ini bisa terjadi? Rupanya kertas contekan yang aku buat malah menjerumuskanku. Ingin rasanya aku mengulang waktu itu tapi sudah terlambat. Rasa penyesalan terus menghantuiku. Tapi aku sadar dengan kejadian itu, aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku berusaha untuk bisa dan melakukan sesuatu sendiri, sebab hasil kerja sendiri lebih baik. Walaupun nilai sedikit, tetapi itu jerih payah dari diri sendiri serta bangga tentunya. Kisah itu bermula ketika aku masih duduk di kelas 1 SMP. Awal masuk kelas 1 SMP, aku dikenal sebagai anak pemalu, teman-temanku juga bilang seperti itu. Tapi walaupun aku termasuk anak pemalu, aku termasuk anak yang takut datang terlambat dan dapat nilai sedikit. Terkadang karena kekhawatiranku mengenai nilai buruk, teman-temanku selalu mengejek bahkan menetertawakanku. Aku sering dikatakan sok lah, lalu dibilang gaya dan lainnya. Hatiku seperti dibakar api yang sangat panas. Tapi sudahlah, paling dia iri kepadaku, itulah yang selalu aku tanamkan dalam hatiku.

250 229 Lampiran 5 LEMBAR KERJA KELOMPOK Tugas 3 Menyusun Teks Cerita Pendek Bacalah petunjuk berikut ini! 1. Simaklah video yang ditayangkan guru dengan seksama 2. Diskusikanlah dengan teman satu kelompokmu unsur pembangun cerita pada video yang telah ditayangkan 3. Setelah mengidentifikasi unsur pembangun cerita pada video yang ditayangkan, ceritakanlah kembali cerita pada video tersebut 4. Teruskanlah cerita tersebut agar menjadi sebuah cerita yang utuh sesuai dengan kreatifitasmu 1. Tema : 2. Tahapan Alur : a.... b.... c.... d.... Unsur Pembangun Cerita 3. Latar a. Tempat : b. Waktu : c. Suasana : 4. Tokoh dan Penokohan a.... : b.... : c.... : d.... : e.... :

251 230 Cerita dalam Video SAHABAT PEMBERANI TERJEBAK DI HUTAN LINDUNG Yee trio kalif keren..., seru krisna saat menonton film pahlawan kesukaannya. Krisna ayo cepat! panggil ibunya. Di pagi hari sambil menunggu keberangkatan rombongan sekolahnya menuju tempat kemping Krisna menonton film kesukaannya. Tidak lama kemudian ibunya memanggil karena waktu keberangkatan hampir tiba. Krisna langsung mengambil tas ransel yang penuh dengan bekal dan berlari keluar, tapi Krisna kembali lagi karena lupa untuk mematikan televisi. Sementara itu, di depan SDN Pondok Sembilan Panji masih menunggu kedua temannya yang belum datang yaitu Krisna dan Kirana. Ah... pada ke mana sih, kata Panji sambil melihat sekeliling. Gimana Panji sudah siap semua perlengkapannya? tanya pak guru. Siap pak... Anggotanya sudah lengkap semuanya? Mmm belum, tinggal dua anak lagi yang belum datang pak Setelah itu Kirana datang sambil berlari sampai melewati kendaraan yang akan membawa rombongan, Panji pun memanggil Kirana. Tak lama kemudian, Krisna datang sambil berlari dengan napas yang terengah-engah. OK sekarang sudah lengkap semuanya, ayo berangkat, kata Panji kepada kedua temannya. Mereka pun naik ke truk dan perjalanan dimulai. Pagi ini rombongan siswa SDN Pondok Sembilan akan pergi ke gunung untuk berkemah. Sebenarnya acara ini sudah direncanakan akan dilaksanakan tahun lalu, tapi baru tahun ini acara tersebut terlaksana. Selama perjalanan rombongan disuguhi pemandangan yang indah, melewati bukit yang jalannya berkelok-kelok. Sambil bernyanyi rombongan menikmati perjalanan dengan ceria. Tetapi karena perjalanan yang ditempuh lumayan jauh, ada juga siswa yang mulai mengantuk dan akhirnya tertidur. Saat melewati tikungan yang sedikit menanjak, seekor rusa tiba-tiba melompat untuk menyeberang jalan. Sopir truk langsung menginjak rem dengan keras. Saat truk berhenti

252 231 mendadak, tas ransel Krisna terlempar keluar karena tidak dipegang dengan kuat. Tanpa memberi tahu pak guru dan temannya yang lain Krisna langsung turun untuk mencari tas ranselnya. Hei Krisna mau ke mana? tanya Kirana sambil mengikuti Krisna turun dari truk. Tunggu... Kirana kalian mau ke mana? panggil Panji. Di mana tasku, banyak makanannya tuh. Itu dia Tas ransel Krisna tersangkut pada sebuah pohon yang cukup tinggi, Krisna langsung berlari menghampirinya. Panji dan Kirana membantu Krisna untuk meraih tas yang berada pada dahan pohon yang cukup tinggi. Tanpa disadari truk yang membawa rombongan kembali berjalan. Pak guru kita masih di sini... seru kirana sambil berlari mengejar truk. Krisna pun jatuh dari pohon karena Panji tidak mampu lagi menahan berat badan Krisna saat meraih tas. Krisna jatuh menuruni bukit dan kakinya terluka. Kemudian Panji mengambil P3K yang dibawanya untuk mengobati luka Krisna. Tidak lupa Kirana pun memberikan air minum kepada Krisna. Karena jatuh tadi, HP yang dibawa Krisna rusak, sehingga mereka tidak bisa menghubungi siapa pun untuk meminta bantuan. Kaki Krisna yang luka membuat mereka tidak mungkin kembali ke atas, mereka memutuskan untuk masuk ke hutan. Di dalam hutan Panji dan kawan-kawan bertemu dengan Mogo dan Kumbi. Kumbi adalah kumbang hutan yang tersesat karena bermain terlalu jauh dari rumahnya. Akhirnya Kumbi bertemu dengan Mogo dan memutuskan untuk bersamasama menyusuri hutan. Awalnya Mogo dan Kumbi takut bertemu dengan manusia, tetapi setelah bertemu dengan ketiga sahabat yang baik itu mereka tidak takut lagi. Karena hari mulai sore mereka pun melanjutkan perjalanan. Kirana mulai kehausan karena sudah berjalan cukup jauh. Dalam perjalanan mereka sampai pada jalan yang bercabang, yang satu menanjak sedangkan yang lain menurun. Kita ikuti saja jalan menanjak ini, kata Panji. Aku mau jalan yang ini Panji... jawab Kirana. Tapi menurut petunjuk peta... Sudah-sudah aku juga pilih jalan yang ini, kakiku sakit lebih enak jalan menurun, potong Krisna. Akhirnya mereka memilih jalan yang menurun dan sampai di pinggir sungai. Panji langsung menyiapkan peralatan dan api unggun untuk memasak air. Kita harus bertahan di hutan ini, jadi perbekalan harus dibagi rata. Coba keluarkan bekal kalian masing-masing pinta Panji kepada teman-temannya.

253 232 Satu per satu mereka mengeluarkan bekal yang dibawa. Sudah jelas Krisna membawa bekal yang paling banyak dilihat dari tas ransel yang terisi penuh. Krisna pun harus rela bekalnya dibagi rata untuk bertahan. Akhirnya mereka mendirikan tenda di pinggir sungai karena hari sudah mulai sore. Pagi hari saat Krisna bangun, ia melihat sepasang mata di balik semak-semak. Ia langsung berteriak sampai membuat kedua temannya kaget....

254 233 Lampiran 6 Contoh Cerpen RAMUAN AJAIB Terdengar gelak tawa kakek dan neneknya. Tapi Doni tidak ikut tertawa. Ia tetap serius. Dari balik pintu ia merekam semua percakapan kakek dan nenek. Telinganya didekatkan daun pintu, agar suara kakek dan nenek yang mulai tua terdengar jelas. Doni benar-benar tidak ingin ada sepatah kata pun yang terlewat. Sesekali kepalanya menganggukangguk. Tetapi kadang telinganya dipaksa untuk tegak ketika suara kakek dan nenek tidak terdengar jelas. Esok hari sepulang sekolah, teman-teman Doni berkumpul dan bersiap ke rumah Mia. Gi! Ke mana? Nggak ikut ke rumah Mia? Doni mengelus botaknya beberapa kali. Dengan santai ia melangkah dan bersiul-siul. Buat apa ke rumah Mia? Tangannya berkacak pinggang memandang temantemannya. Ya belajar dong! Besok kan ujian matematika. Banyak rumus yang harus dihafal lho! Kalian saja yang belajar, aku tidak perlu melakukannya. Kok bisa begitu? Tentu bisa, karena aku telah mendapatkan ramuan mujarab dari kakekku. Resep apa sih? tanya Mia penasaran. Resep agar sukses ujian. Alah paling juga disuruh belajar. Wah kalian salah. Pokoknya ini rahasia! jawab Doni sambil mengerling genit. Dasar pelit! Mia mengomel sebal. Jangan-jangan kakeknya Doni dukun. Komentar Anton. Ha ha ha dipanggil aja mbah dukun. Jaka tertawa terbahak-bahak. Jangan sembarangan ya! Kita lihat saja besok. Doni pergi sambil menggerutu sepanjang perjalanan menuju rumah. Malam telah tiba. Doni segera mempersiapkan keperluannya. Catatan matematika, segelas air putih, sesendok gula dan sedikit garamdengan hati-hati tangannya membakar lembar demi lembar catatan matematikanya. Abu bakaran ditampung di piring plastik yang

255 234 diambilnya dari dapur. Dengan hati-hati tangan Doni memasukkan abu ke dalam gelas sedikit demi sedikit. Doni sedang apa di kamar nak? Kok ada bau benda terbakar dari kamarmu. Teriak ibu dari ruang tengah. Doni terperanjat. Dia mendekat ke pintu, mengamati lubang kunci dengan saksama. Ia memastikan pintu kamarnya telah terkunci. Tidak apa-apa kok bu. Doni hanya mempersiapkan untuk ujian besok. Doni pun melanjutkan pekerjaannya. Diaduknya larutan abu yang diberi gula dan garam dengan hatihati. Ia tidak ingin orang lain mengetahui apa yang sedang dilakukannya di kamar. Huek! Doni berlari ke jendela memuntahkan isi mulutnya. Ternyata rasanya tidak enak. Bagaimana kakek dulu meminumya ya?. Dipandanginya air keruh yang mengisi setengah gelas. Doni membayangkan dirinya akan menjadi bahan olok-olok teman-temannya jika tidak bisa mengerjakan ujian. Dengan mata terpejam dia paksa meminumnya sekali lagi. Ia pun memilih tidur dengan harapan besok pagi semua rumus yang diminumnya sudah melekat di kepala. Doni ada apa nak? suara ibu di depan pintu. Doni hanya kesedak bu. Buka pintunya, ibu buatkan susu hangat untukmu. Doni terkesiap. Segera ia sembunyikan gelas yang berisi ramuan ke dalam lemari buku. Dengan wajah dibuat setenang mungkin ia membukakan pintu untuk ibunya. Benar kamu tidak apa-apa? Doni menggeleng. Ibu menaruh segelas susu di meja belajarnya. Doni was-was takut ibunya menemukan gelas yang disembunyikan. Kakek di mana? Ada di kamarnya, kenapa? Enggak, kok Doni tidak mendengar suaranya. Tak lama kemudian ibu Doni meninggalkan kamar. Doni mengambil gelas yang disembunyikan di kolong tempat tidur. Diamatinya gelas itu lama. Kuteruskan nggak ya? tanya Doni dalam hati. Doni mengelus botaknya berkali-kali. Diambilnya sisa catatan yang belum dibakar. Begitu banyak rumus yang harus dihafalkan. Ah daripada susah-susah menghafal mending kuteruskan minum ramuannya. Huek huek! kembali Doni mual. Dia segera berlari ke jendela dan memuntahkan ramuannya. Dengan cepat tangannya mengambil air putih dan meminumnya.

256 235 Aku benar-benar tidak dapat meminumnya. Doni mulai pasarah. Wajahnya agak pucat kepalanya pusing. Jam setengah tujuh pagi. Doni masih tidur di kamarnya. Berkali-kali ibunya mengetuk pintu, tapi tidak ada jawaban. Dengan sedikit khawatir, tangan ibu Doi menarik handel pintu. Klek pintu terbuka. Rupannya Doni lupa mengunci pintu kamarnya. Kamu sakit nak? Kepalaku pusing bu, aku juga kedinginan. Kalau begitu jangan masuk sekolah dulu istirahat di rumah saja. Tapi hari ini Doni ujian bu. Nanti Ibu telepon ke sekolah agar boleh mengikuti ujian susulan. Bu tolong panggilkan kakek ya. Ibu Doni mengangguk dan pergi meninggalkan kamar Doni. Tak lama kemudian kakek muncul. Aduh Doni mau ujian kok sakit. Kakek mendekat dan duduk di tepi dipan. Kakek Doni melihat isi kamar. Matanya langsung tertuju pada gelas yang berisi cairan gelap. Doni minum kopi? Doni menggeleng. Kakek melangkah mendekat meja dan mengangkat gelas. Diciumnya isi gelas dengan hati-hati. Kamu membuat ramuan ini? Doni mengangguk pelan. Siapa yang mengajari? tanya kakek bingung. Dengan wajah murung Doni menjawab, Dua hari yang lalu aku mendengar kakek sedang bercerita tentang ramuan ajaib kepada nenek, makanya aku mencobanya. Haha ternyata itu penyebabnya makanya sekarang Doni sakit. Tapi kakek juga dulu sakit kan setelah minum ramuan itu? Ya kakek langsung sakit. Dan kakek langsung pintar matematika kan? Waduh kamu pasti tidak mendengarkan dengan lengkap cerita kakek waktu itu. Setelah minum ramuan itu kakek masih ikut ujian dan hasilnya dapat nilai tiga! Ha tiga? Lo bukankah kakek pandai matematika? Ya karena setelah itu kakek rajin belajar agar semua rumus matematika dapat melekat di kepala. Bukan dengan minum rumus-rumus itu. Doni semakin lunglai. Karena ia berharap dapat pandai matematika tanpa harus susahsusah belajar. Doni ingin menghafal rumus-rumus matematika?

257 236 Tentu saja? Kalau begitu, salin semua rumus di bukumu. Lalu temeplkan rumus-rumus itu di dinding kamar, di kamar mandi, dan bawalah kemanapun kau pergi. Dan bacalah jika senggang. Kakek yakin kau akan dengan mudah menghafalnya. Baiklah. Aku akan mencobanya. Ingat, Doni. Tidak ada jalan pintas untuk pintar. Semua harus dimulai dengan usaha dan kerja keras. Sekarang istirahat dulu. Doni pun mengerti, kalau ingin pintar ia harus belajar, bukan dengan minum ramuan ajaib. LEMBAR KERJA KELOMPOK Tugas 1 Memahami Teks Cerita Pendek Bacalah petunjuk berikut ini! 1. Bacalah contoh cerpen yang telah dibagikan dengan seksama 2. Setelah membaca contoh cerpen dengan seksama, diskusikanlah dengan teman satu kelompokmu tentang struktur teks cerpen No Struktur Teks Cerpen Pengertian 1 2 3

258 237 Lampiran 7 LEMBAR KERJA KELOMPOK Tugas 2 Menyusun Teks Cerita Pendek Bacalah petunjuk berikut ini! Susunlah bagian-bagian teks cerpen berikut sesuai dengan struktur teks cerpen yang telah kamu pelajari agar menjadi sebuah teks cerpen yang utuh! SELAWAT BADAR Sopir yang marah menjalankan busnya dengan gila-gilaan. Kondektur diam. Tapi kata-kata kasarnya mendadak tumpah lagi. Kali ini bukan kepada sopir, melainkan kepada pengemis yang jongkok dekat pintu belakang. He sira kenapa kamu tidak turun? Mau jadi gembel di Jakarta? Kamu tidak tahu gembel di sana pada dibuang ke laut dijadikan rumpon? Pengemis itu diam saja. Turun! Sira beli mikir? Bus cepat seperti ini aku harus turun? Tadi siapa suruh kamu naik? Saya naik sendiri. Tapi saya tidak ingin ikut. Saya Cuma mau mengemis kok. Coba suruh sopir berhenti. Nanti saya akan turun mumpung belum jauh. Kondektur kehabisan kata-kata. Dipandangya pengemis itu seperti hendak ditelan bulat-bulat. Yang dipandang pasrah. Dia tampaknya rela diperlakukan sebagai apa saja asal tidak didorong keluar dari bus yang melaju maki cepat. Kondektur berlalu sambil bersungut. Si pengemis yang merasa sedikit lega, bergerak memperbaiki posisi duduknya di pintu belakang sambil bergumam shalatullah, salamullah, ala thaha rasulillah Begitu bus berhenti, puluhan pedagang asongan menyerbu masuk. Bahkan beberapa di antara mereka sudah membanjing loncat ketika bus masih berada di mulut terminal bus menjadi pasar yang sangat hiruk pikuk. Celakanya, mesin bus tidak dimatikan dan sopir melompat turun begitu saja. Dan para pedagang asonga itu menawarkan dagangan dengan suara melengking agar bisa mengatasi derum mesin. Mereka menyodor-nyodorkan dagangan, bila perlu sampai dekat sekali ke mata para penumpang. Kemudian, mereka mengeluh ketika mendapati tak seorangpun mau belanja. Seorang di antara mereka malah mengutuk dengan

259 238 mengatakan para penumpang adalah manusia-manusia kikir, atau manusia-manusia yang tak punya duit. Masih banyak hal yang belum sempat aku baca ketika seorang lelaki naik ke dalam bus. Celana, baju, dan kopiahnya berwarna hitam. Dia naik dari pintu depan. Begitu naik lelaki itu mengucapkan salam dengan fasih. Kemudian dari mulitnya mengalir selawat badar dalam suara yang bening. Tangannya menadahkan mangkuk kecil. Lelaki itu mengemis. Aku membaca tentang pengemis ini dengan perasaan yang sangat dalam. Aku dengarkan dengan baik selawatnya. Ya, persis. Aku pun sering membaca selawat seperti itu terutama dalam pengajian-pengajian umum atau rapat-rapat. Sekarang kulihat dan kudengar ada lelaki membaca selawat badar untuk mengemis. Di sana aku lihat kebodohan, kepasrahan yang memperkuat penampilan kemiskian. Wajah-wajah seperti itu sangat kuhafal karena selalu hadir mewarnai pengajian yang sering diawali dengan selawat badar. Ya, jejak-jejak pengajian dan ceramah-ceramah tentang kebaikan hidup ada berbekas pada wajah pengemis itu. Lalu mengapa dari pengajian yang sering didatanginya ia hanya bisa menghafal selawat badar dan kini menggunakannya untuk mengemis? Ah kukira ada yang tak beres. Ada yang salah. Sayangnya aku tak begitu tega menyalahkan pengemis yang terus membaca selawat itu. Bus yang aku tumpagi masuk Cirebon ketika matahari hampir mencapai puncak langit. Terik matahari ditambah dengan panasnya mesin diesel tua memanggang bus itu beserta isinya. Untung bus tak begitu penuh sehingga sesama penumpang tak perlu bersinggungan badan. Namun, dari sebelah kiriku bertiup bau keringat melalui udara yang dialirkan dengan kipas koran. Dari belakang terus-menerus mengepul asap rokok dari mulut seorang lelaki setengah mengantuk. Kukira pengemis itu sering mendatangi pengajian-pengajian. Kukira dia sering mendengar-ceramah-ceramah tentang kebaikan hidup di dunia maupun akhirat. Lalu dari pengajian seperti itu dia hanya mendapat sesuatu untuk memebela kehidupannya di dunia. Sesuatu itu adalah selawat badar yang kini sedang dikumandangkannya sambil menadahkan tangan. Ada perasaan tidak setuju mengapa hal-hal yang kudus seperti bacaan selawat itu dipakai untuk mengemis. Tetapi perasaan demikian lenyap ketika pengemis itu sudah berdiri di hadapanku. Mungkin karena selawat itu, maka tanganku bergerak merogoh kantong dan memberikan selembar ratusan. Ada banyak hal dapat dibaca pada wajah pengemis itu. Perhatianku terhadap si pengemis terputus oleh bunyi pintu bus yang dibanting. Kulihat sopir sudah duduk di belakang kemudi. Kondektur melompat masuk dan berteriak kepada sopir. Teriakannya ditelan oleh bunyi mesin diesel yang meraung-raung. Kudengar

260 239 kedua awak bus itu bertengkar. Kondektur tampaknya enggan melayani bus yang tidak penuh, sementara sopir sudah menunggu tambahan penumpang yang ternyata tak kunjung datang. Mereka bertengkar melalui kata-kata yang tidak sedap didengar. Dan bus melaju meninggalkan terminal cirebon. Selawat itu terus mengalun dan terdengar makin jelas karena tidak ada lagi suara kondektur. Para penumpang membisu dan terlena dalam pikiran masing-masing. Aku pun mulai mengantuk sehingga lama-lama aku tak bisa membedakan mana suara selawat dan mana derum mesin diesel. Boleh jadi aku sudah berada dalam mimpi dan di sana kulihat ribuan orang membaca selawat. Anehnya, meraka yang berjumlah sangat banyak itu memiliki rupa yang sama. Mereka semuanya mirip sekali dengan pengemis yang naik dalam bus yang kutumpangi di terminal cirebon. Dan dalam mimpi pun aku berpendapat bahwa mereka bisa menghafal teks selawat itu dengan sempurna karena mereka sering mendatangi ceramahceramah tentang kebaikan hidup di dunia maupun akhirat. Dan dari ceramah-ceramah seperti itu mereka hanya memperolah hafalan yang untungnya boleh dipakai modal menadahkan tangan. Telingaku dengan gamblang mendengar suara lelaki yang terus berjalan dengan tenang ke arah timur itu, shalatullah, salamullah, ala thaha rasulillah. Kukira aku masih dalam mimpi ketika kurasakan peristiwa yang hebat. Mula-mula kudengar guntur meledak dengan dahsyat. Kemudian kulihat mayat-mayat beterbangan dan jatuh di sekelilingku. Mayat-mayat itu terluka dan beberapa di antaranya terlihat sangat mengerikan. Karena merasa takut aku pun lari. Namun aku tersandung batu dan jatuh ke tanah. Mulut terasa asin dan aku meludah. Ternyata ludahku merah. Terasa ada cairan mengalir dari lobang hidungku. Ketika kuraba, cairan itu pun merah. Ya Tuhan. Tiba-tiba aku tersadar bahwa diriku terluka parah. Aku terjaga dan di depanku ada malapetaka. Bus yang kutumpangi sudah terkapar di tengah sawah dan bentuknya sudah tidak karuan. Di dekatnya terguling sebuah truk tangki yang tak kalah ringseknya. Dalam keadaan panik aku mencoba bangkit dan bergerak ke jalan raya. Namun rasa sakit memaksaku duduk kembali. Kulihat banyak kendaraan berhenti. Kudengar orang-orang merintih. Lalu samar-samar kulihat seorang lelaki kusut keluar dari bangkai bus. Badannya tak tergores sedikit pun. Lelaki itu dengan tenang berjalan kembali ke arah kota Cirebon. Suasana sungguh gerah, sangat bising dan para penumpang tak berdaya melawan keadaan yang sangat menyiksa itu. Dalam keadaan seperti itu, harapan para penumpang hanya satu, hendaknya sopir cepat datang dan bus segera berangkat kembali untuk meneruskan perjalanan ke Jakarta. Namun, laki-laki yang menjadi tumpuan harapan itu

261 240 kelihatan sibuk dengan kesenangannya sendiri. Sopir itu enak-enak bergurau dengan seorang perempuan penjual buah. Sementara penumpang lain kelaihatan sangat gelisah dan jengkel, aku mencoba bersikap lain. Perjalanan semacam ini sudah puluhan kali aku alami. Dari pengalaman seperti itu aku mengerti bahwa ketidaknyamanan dalam perjalanan tak perlu dikeluhkan karena sama sekali tidak mengatasi keadaan. Supaya jiwa dan raga tidak tersiksa, aku selalu mencoba berdamai dengan keadaan. Maka kubaca semuanya dengan tenang, sopir yang tak acuh terhadap nasib para penumpang itu, tukang-tukang asongan yang sangat berisik itu, dan lelaki yang setengah mengantuk sambil mengepulkan asap di belakang itu.

262 241 Lampiran 8 LEMBAR KERJA KELOMPOK Tugas 3 Menyusun Teks Cerita Pendek Bacalah petunjuk berikut ini! 1. Simaklah video yang ditayangkan guru dengan seksama 2. Diskusikanlah dengan teman satu kelompokmu unsur pembangun cerita pada video yang telah ditayangkan 3. Setelah mengidentifikasi unsur pembangun cerita pada video yang ditayangkan, ceritakanlah kembali cerita pada video tersebut 4. Teruskanlah cerita tersebut agar menjadi sebuah cerita yang utuh sesuai dengan kreatifitasmu 1. Tema : 2. Tahapan Alur : a.... b.... c.... d.... Unsur Pembangun Cerita 3. Latar a. Tempat : b. Waktu : c. Suasana : 4. Tokoh dan Penokohan a.... : b.... : c.... : d.... : e.... :

263 242 Cerita dalam Video SAHABAT PEMBERANI PENCURI MISTERIUS Wussh... pesawat remote kontrol baru Krisna terbang berputar-putar di depan rumah. Dengan remote kontrol di tangannya Krisna leluasa mengendalikan pesawat mainan barunya. Ditemani Kumbi dan Mogo, Krisna menerbangkan pesawatnya dengan penuh semangat. Setelah cukup lama terbang, akhirnya Krisna mendaratkan pesawatnya dengan mulus. Krisna... tiba-tiba ibu Krisna memanggil dari dalam rumah. Iya ma, huh ada apa sih? setelah meletakkan remote kontrol dan meninggalkan pesawat mainannya Krisna masuk ke rumah. Saat Krisna ada di dalam rumah, tiba-tiba ada seorang anak yang menuju ke depan rumah Krisna. Ia melihat mainan baru Krisna ditinggalkan begitu saja. Setelah melihat kanan kiri dan tidak ada orang, ia langsung mengambilnya dan membawa pergi. Tak begitu lama Krisna keluar rumah. Hah ke mana pesawatku, tadi ada di sini Krisna kebingungan karena pesawatnya tidak ada. Ia berkeliling di sekitar rumah untuk mencari pesawatnya yang hilang. Saat ia berada di jalan depan rumah, Krisna melihat seorang anak berlari sambil membawa pesawat mainannya. Hei tunggu...! seru Krisna kepada anak itu sambil mengejarnya. Tubuh Krisna yang gendut membuatnya tidak bisa berlari cepat, akhirnya dia kehilangan jejak anak itu. Ia melihat sekeliling, anak tadi sudah tidak terlihat sama sekali. Kemudian Krisna menangis sambil berjalan pulang karena kehilangan mainan barunya. Sesampainya di rumah pun tangis Krisna belum berhenti. Krisna duduk di teras rumah dan tetap meneruskan tangisnya. Kemudian ia melihat sesuatu yang tadi tidak ada di teras depan rumahnya. Tali ini sebelumnya tidak ada di sini, ini bisa jadi petunjuk. Krisna memasukkan tali yang baru ditemukan ke dalam saku bajunya. Ketiga sahabat yaitu Panji, Krisna, dan Kirana yang tergabung dalam kelompok detektif sudah berkumpul. Aku masih melihat punggung anak itu, tapi larinya cepat. Krisna menjelaskan kejadian yang baru dialami kepada dua sahabatnya. Gimana sih kejadian awalnya? tanya kirana.

264 243 Aku enggak tahu pasti, aku masuk ke dalam rumah dan kutinggalkan pesawatnya begitu saja. Terus pas kembali sudah hilang, ada yang mengambilnya... Mogo dan Kumbi membantu menjelaskan. Kamu tahu kira-kira siapa yang mengambilnya? tanya Panji. Ya enggak,enggak tahu. Pasti dia sangat menginginkan mainan itu. Emang mainannya keren? tanya kirana yang penasaran Iya bisa terbang. Mainan itu aku rakit sendiri. Ada petunjuk? Ini... Krisna menunjukkan tali yang ditemukannya. Hah apa itu? mereka mengamati dengan saksama. Coba kulihat. Kirana mengambil tali itu agar bisa melihatnya lebih jelas. Kira-kira ini apa ya? Talinya terputus. Coba sini kulihat. Panji meminta tali itu dari Kirana. Nih... Oh... ini adalah potongan tali yoyo, mungkin terputus dari yoyonya. Kata Panji setelah mengamati beberapa saat. Aku rasa Panji benar, ini adalah potongan tali yoyo. Baiklah besok kita selidiki, gimana? tanya Panji Setuju... jawab kedua temannya Keesokan harinya mereka berkumpul di tempat yang sudah ditentukan. Mereka membawa perlengkapan untuk penyelidikan hari ini. Setelah melakukan beberapa persiapan, mereka bertiga berangkat melakukan penyelidikan dengan bersepeda. Mereka mulai mengayuh dan akhirnya melihat Doki yang sedang bermain. Hai Doki sedang apa? tanya Krisna Hai Krisna, ini aku lagi nyobain mainan aku yang baru. Doki menjawab sambil menunjukkan mainan barunya. Wah keren banget. Ini mainan ufo terbaru lho. Ufo...? ketiga sahabat itu kompak bertanya. Eh kalian mau ke mana? tanya Doki. Kita mau keliling komplek, ada investigasi. Jawab Panji.

265 244 Investigasi? Mainan Krisna hilang, kalau kamu punya petunjuk hubungi kita ya. Jawab Kirana sambil memberikan nomor telepon kepada Doki. Kemudian mereka bertiga melanjutkan perjalanan dan meninggalkan Doki dengan mainan barunya. Setelah berkeliling ternyata kawasan komplek sepi. Mereka terus berkeliling sampai sore berharap menemukan petunjuk baru. Tetapi petunjuk yang dicari tidak mereka dapatkan, akhirnya mereka memutuskan untuk menghentikan penyelidikan dan melanjutkannya esok hari. Saat perjalanan pulang, Kirana berpapasan dengan seorang pemulung yang sedang mendorong gerobak. Ia melihat sebuah yoyo di dalam gerobak pemulung itu. Keesokan harinya mereka berkumpul kembali untuk melanjutkan penyelidikan seperti yang telah direncanakan sebelumnya. Kita harus secepatnya bergerak, aku punya informasi yang amat amat berharga. Kirana membuka percakapan. Apa? Kemarin waktu aku pulang dari rumah Krisna aku naik sepeda bla bla bla. Kirana menjelaskan dengan cepat dan tidak jelas. Stop stop pakai napas dong ngomongnya. Potong panji. Sabar sabar pelan-pelan aja bicaranya. Pinta Krisna. Dengarkan baik-baik ya. Kirana mulai menjelaskan apa yang dilihatnya kemarin. Menurutku dugaan Kirana masuk akal. Nah anak itu melewati rumahku setiap hari, pasti dia sering lihat aku mainan pesawat itu. Nah nah nah dia sudah mengincarnya, begitu Krisna meninggalkan pesawat itu dia mengambilnya deh. Kirana mulai menyimpulkan sendiri. Tapi tanpa sadar dia meninggalkan barang bukti, yaitu potongan tali yoyo miliknya. Sempurna begitu dia lewat kita buntuti dengan sepeda. Rencana telah disusun, mereka mulai berkeliling komplek untuk mencari pemulung yang membawa gerobak seperti yang diceritakan Kirana. Tak berapa lama mereka berpapasan dengan pemulung itu. Akhirnya mereka membuntuti pemulung itu. Ternyata pesawat Krisna ada di dalam gerobak pemulung itu. Mereka membuntuti dengan pelan, menjaga jarak agar tidak ketahuan. Pemulung itu berhenti di bawah pohon untuk beristirahat, mereka tetap mengawasi dari kejauhan. Pemulung itu mengambil pesawat mainan Krisna dari dalam gerobaknya.

266 245 Wah dia pelakunya. Kata Kirana Aku nggak nyangka deh. Kita tangkap aja sekarang dan bawa ke pak hansip biar jera. Sabar... Panji menenangkan Kirana. Pemulung itu kembali menaruh pesawat mainan ke dalam gerobak dan kembali berjalan mendorong gerobaknya. Ternyata ia berjalan pulang. Hore abang pulang, bawa makanan nggak bang? Apa ini bang? tanya adik si pemulung sambil mengambil pesawat mainan dari dalam gerobak. Mainan baru yang bang, hore...! Adik si pemulung senang dengan mainan yang dibawa kakanya dan langsung dimainkannya pesawat itu. Ayo kita samperin aja atau kita nasehatin aja deh. Ajak Kirana Tunggu Kirana, kasihan mereka miskin sekali. Mencuri tetap tidak boleh, siapapun yang melakukan. Kata Panji Ayo kita pulang aja, aku punya ide untuk menjebaknya. Keesokan harinya mereka berkumpul di rumah Krisna, Krisna pun mulai menceritakan rencananya. Kemudian mereka bertiga berangkat untuk menjalankan rencana tersebut. Dalam perjalanan mereka kembali bertemu Doki yang sedang bermain dengan mainan ufonya. Sesampainya di rumah pemulung itu mereka melihat si adik pemulung sedang bermain dengan pesawat Krisna. Tapi tiba-tiba ia dipanggil kakanya dan pesawat mainan itu pun diambil. Si pemulung menaruh pesawat mainan itu dan berjalanan menjauhi rumah. Mereka bertiga kembali mengikuti pemulung itu, saat sampai di depan rumah Doki pemulung itu berhenti....

267 246 Lampiran 9 PEDOMAN OBSERVASI PROSES SIKLUS I DAN II Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Nama Sekolah : SMP N 1 Wonosobo Kelas : VII A Hari, Tanggal : Lembar Observasi Proses Pembelajaran Menyusun Teks Cerita Pendek No Nama Siswa Aspek yang Diamati A B C D E Keterangan 1 R 1 A. Keantusiasan dan minat siswa 2 R 2 B. kekondusifan diskusi 3 R 3 kelompok mengidentifikasi 4 R 4 struktur teks cerita pendek 5 R 5 C. keintensifan diskusi 6 R 6 kelompok setelah menyimak 7 R 7 tayangan video 8 R 8 D. keintesifan pelaksanaan 9 R 9 kegiatan menyusun teks cerita 10 R 10 pendek 11 R 11 E. refleksi pada akhir 12 R 12 pembelajaran sehingga siswa mengetahui 13 R 13 kekurangan/kesulitan dan cara 14 R 14 mengatasinya 15 R 15 ( ) = melakukan 16 R 16 ( ) = tidak melakukan 17 R R R R 20

268 247 Lampiran 10 PEDOMAN PENILAIAN OBSERVASI SIKAP RELIGIUS DAN SIKAP SOSIAL SIKLUS DAN SIKLUS II Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Nama Sekolah : SMP N 1 Wonosobo Kelas : VII A Hari, Tanggal : Pedoman Observasi Sikap Religius dan Sikap Sosial No Sikap yang Diamati dan Dinilai Indikator Sikap 1 Religius a. berdo a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran b. berdo a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat gaduh) c. memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi d. menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam 2 Percaya Diri a. berani presentasi di depan kelas b. berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan 3 Toleransi a. tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat b. menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya c. mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan d. tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain e. kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik f. terbuka untuk menerima sesuatu yang baru 4 Gotong Royong a. kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan b. aktif dalam kerja kelompok c. mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok 5 Santun a. menghormati orang yang lebih tua b. bersikap 3S (salam, senyum, sapa) c. menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah

269 248 LEMBAR OBSERVASI SIKAP RELIGIUS DAN SIKAP SOSIAL No Nama Siswa Sikap Sikap Sikap Sikap Religius Percaya Sikap Toleransi Gotong Santun Diri Royong a b c d a b a b c d e f a b c a b c Jumlah Skor Nilai Konversi Sikap Predikat 1 R 1 2 R 2 3 R 3 4 R 4 5 R 5 6 R 6 7 R 7 8 R 8 9 R 9 10 R R Dst...

270 249 Keterangan : Indikator Sikap Religius : a. berdo a sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran b. berdo a dengan sikap yang baik (tidak membuat gerakan yang tidak perlu atau mengeluarkan suara yang membuat gaduh) c. memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi d. menjawab salam guru atau teman yang mengucapkan salam Indikator Sikap Percaya Diri : a. berani presentasi di depan kelas b. berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan dalam mengerjakan tiap tugas Indikator Sikap Gotong Royong : a. kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan b. aktif dalam kerja kelompok c. mendorong orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok Indikator Sikap Santun : a. menghormati orang yang lebih tua b. bersikap 3S (salam, senyum, sapa) c. menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah Indikator Sikap Toleransi : a. tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat b. menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya c. mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan d. tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain e. kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik f. terbuka untuk menerima sesuatu yang baru Rumus : 1. skor maksimal = jumlah kriteria x jumlah indikator setiap kriteria 2. nilai konversi sikap = (jumlah skor perolehan : skor maksimal) x 4

271 predikat Predikat Nilai Sikap No Predikat Hasil yang Dicapai Siswa 1 A 3,67-4,00 2 A- 3,34-3,66 3 B+ 3,01-3,33 4 B 2,67-3,00 5 B- 2,34-2,66 6 C+ 2,01-2,33 7 C 1,67-2,00 8 C- 1,34-1,66 9 D+ 1,01-1,33 10 D 0,00-1,00

272 251 Lampiran 11 PEDOMAN PENILAIAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS CERITA PENDEK Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Nama Sekolah : SMP N 1 Wonosobo Kelas : VII A Hari, Tanggal : Pedoman Penilaian Keterampilan Menyusun Teks Cerita Pendek No Aspek Penilaian Indikator Skala Nilai Skala Skor 1 Tema Memenuhi a. Berpusat pada satu empat Sangat Baik 4 persoalan Kriteria b. Terbatas dan jelas c. Baik dalam Memenuhi tiga Baik 3 mendeskripsikan tema yang terkandung dalam cerita d. Baik dalam menyajikan tema dari keseluruhan cerita 2 Alur a. Masuk akal, rasional, dapat dipahami nalar b. Urutan satu peristiwa dengan peristiwa berikutnya yang membangun cerpen tidak mudah diduga c. Ada tegangan dan kejutan d. Pembayangan peristiwa yang akan terjadi 3 Latar a. Tepat menggambarkan tempat yang mendukung kriteria Memenuhi dua kriteria Memenuhi satu kriteria Memenuhi empat Kriteria Memenuhi tiga kriteria Memenuhi dua kriteria Memenuhi satu kriteria Memenuhi empat Kriteria Cukup Baik 2 Kurang Baik 1 Sangat Baik 4 Baik 3 Cukup Baik 2 Kurang Baik 1 Sangat Baik 4

273 252 peristiwa b. Tepat menggambarkan waktu yang mendukung peristiwa c. Tepat menggambarkan suasana yang mendukung peristiwa d. Tepat menggambarkan keadaan sosial pada saat terjadinya cerita 4 Sudut Pandang a. Baik dalam memberikan perasaan kedekatan tokoh b. Baik dalam menjelaskan kepada pembaca siapa yang dituju c. Baik dalam menjelaskan perasaan tokoh kepada pembaca d. Memberikan efek yang semakin menghidupkan cerita 5 Tokoh dan Penokohan a. Terdapat tokoh utama dan tokoh bawahan atau sampingan b. Terdapat tokoh protagonis, antagonis, dan tritagonis c. Pelukisan watak tokoh tajam dan nyata d. Tokoh mampu membawa pembaca mengalami peristiwa dalam cerita 6 Gaya Bahasa a. Tepat dalam memilih bahasa yang mengandung unsur emotif b. Terdapat bahasa yang bersifat konotatif Memenuhi tiga kriteria Memenuhi dua kriteria Memenuhi satu kriteria Memenuhi empat kriteria Memenuhi tiga kriteria Memenuhi dua kriteria Memenuhi satu kriteria Memenuhi empat kriteria Memenuhi tiga kriteria Memenuhi dua kriteria Memenuhi satu kriteria Memenuhi empat kriteria Memenuhi tiga kriteria Baik 3 Cukup Baik 2 Kurang Baik 1 Sangat Baik 4 Baik 3 Cukup Baik 2 Kurang Baik 1 Sangat Baik 4 Baik 3 Cukup Baik 2 Kurang Baik 1 Sangat Baik 4 Baik 3

274 253 c. Tepat memilih ungkapan yang mewakili sesuatu yang diungkapkan d. Pilihan kata sesuai dengan situasi, bervariasi, dan ekspresif Memenuhi dua kriteria Memenuhi satu kriteria Cukup Baik 2 Kurang Baik 1 7 Kepaduan Unsur-unsur Pembangun Cerpen 4-6 unsur sesuai Sangat baik unsur sesuai Baik unsur sesuai Cukup Baik unsur sesuai Kurang Baik 1 Skor Maksimal 28 Lembar Penilaian Keterampilan Menyusun Teks Cerita Pendek No Nama Siswa 1 R 1 2 R 2 3 R 3 4 R 4 5 R 6 6 Dst... Jumlah Rata-rata Skor Tiap Aspek Penilaian a b c d e f g Jumlah Skor Nilai Konversi Predikat Keterangan : Aspek Penilaian Keterampilan Menyusun Teks Cerita Pendek a. Tema b. Alur c. Latar d. Sudut Pandang e. Tokoh dan Penokohan f. Gaya Bahasa

275 254 g. Kepaduan Uunsur-unsur Pembangun Cerpen Rumus : nilai konversi = (jumlah skor perolehan : skor maksimal) x 4 Predikat Nilai Keterampilan No Predikat Hasil yang Dicapai Siswa 1 A 3,67-4,00 2 A- 3,34-3,66 3 B+ 3,01-3,33 4 B 2,67-3,00 5 B- 2,34-2,66 6 C+ 2,01-2,33 7 C 1,67-2,00 8 C- 1,34-1,66 9 D+ 1,01-1,33 10 D 0,00-1,00

276 255 Lampiran 12 PEDOMAN JURNAL GURU SIKLUS I DAN SIKLUS II No Aspek dalam Jurnal Guru Jurnal Guru 1 Keantusiasan dan keaktifan Bagaimana keantusiasan dan keaktifan siswa dalam siswa dalam mengikuti pembelajaran menyusun teks cerita pendek pembelajaran menggunakan strategi TTW dan teknik meneruskan 2 kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek 3 keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video 4 keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek 5 refleksi pada akhir cerita melalui media audiovisual? Bagaimana proses siswa melaksanakan diskusi mengidentifikasi struktur teks cerita pendek? Bagaimana proses siswa melaksanakan diskusi setelah menyimak tayangan video untuk menentukan unsur pembangun cerita dalam video? Bagaimana proses siswa dalam pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek? Bagaimana suasana refleksi pada akhir pembelajaran? pembelajaran 6 Sikap religius Bagaimana sikap religius siswa dalam pembelajaran? 7 Percaya diri Bagaimana kepercayaan diri siswa dalam berpendapat, bertanya, menjawab, dan presentasi selama pembelajaran? 8 Toleransi a. Bagaimana sikap siswa dalam menerima pendapat orang lain dalam diskusi? b. Bagaimana sikap siswa dalam diskusi kelompok dengan teman yang memiliki karakter berbeda? 9 Gotong royong Bagaimana keaktifan siswa dalam kerja/diskusi kelompok? 10 Santun Bagaimana kesantunan siswa dalam menggunakan bahasa saat menyampaikan pendapat, bertanya, atau menyanggah?

277 256 Lampiran 13 PEDOMAN JURNAL SISWA SIKLUS I DAN SIKLUS II No Aspek dalam Jurnal Siswa Jurnal Siswa 1 keintensifan diskusi Uraikan kesulitan dan kemudahan yang kamu rasakan kelompok setelah menyimak tayangan video dalam diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video untuk menentukan unsur pembangun cerita 2 keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek 3 refleksi pada akhir pembelajaran dalam video! Uraikan pendapat kamu saat kegiatan menyusun teks cerita pendek! a. Uraikan pendapat kamu tentang penggunaan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual dalam pembelajaran keterampilan menyusun teks cerita pendek! b. Tuliskan saran kamu terhadap pembelajaran keterampilan menyusun teks cerita pendek menggunakan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual! Siklus II No Aspek dalam Jurnal Siswa Jurnal Siswa 1 keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video uraikan kesulitan yang kamu alami 2 keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek 3 refleksi pada akhir pembelajaran Masih adakah kesulitan yang dialami pada saat diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video, jika ada Kesulitan apa yang masih kamu alami saat menyusun teks cerita pendek? Apakah penggunaan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual memududahkan kamu dalam menyusun teks cerita pendek, berikan alasanmu

278 257 Lampiran 14 PEDOMAN DOKUMENTASI FOTO No Indikator Proses Pembelajaran dan Sikap Kegiatan yang Didokumentasikan 1 Keantusiasan dan keaktifan Aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung siswa dalam mengikuti pembelajaran 2 kekondusifan diskusi a. Aktivitas siswa pada saat memahami teks cerita kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek pendek b. Aktivitas siswa pada saat diskusi kelompok 3 Keintensifan diskusi a. Aktivitas siswa ketika mengemukakan pendapat kelompok setelah menyimak b. Aktivitas siswa ketika menyimpulkan pendapat dari tayangan video semua anggota kelompok 4 Keintensifan kegiatan a. Aktivitas siswa pada saat menceritakan kembali menyusun teks cerita cerita pada video yang telah ditayangkan pendek yang dilakukan tiap b. Aktivitas siswa pada saat meneruskan cerita siswa berdasarkan video yang telah ditayangkan 5 Kegiatan refleksi pada akhir Aktivitas siswa melakukan refleksi pada akhir pembelajaran pembelajaran 6 Sikap religius Aktivitas siswa yang menunjukkan sikap religius 7 Sikap sosial a. Aktivitas siswa yang menunjukkan sikap percaya diri b. Aktivitas siswa yang menunjukkan toleransi c. Aktivitas siswa yang menunjukkan sikap gotong royong d. Aktivitas siswa yang menunjukkan sikap santun

279 258 Lampiran 15 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Menyusun Teks Cerita Pendek Siklus I No Nama Siswa Aspek yang Diamati A B C D E 1 Abdillah Zaky Akhsani 2 Affan Sandhy Adinata 3 Aisya Nur Fadia 4 Anindita Ayu Nugraheni 5 Aureliqa Amanda Putri Prasetya 6 Bagus Rayhan Widya Pratama 7 Cattra Nurul Hakima Al Mumtaza 8 Daffa Fadhel Muwaffaq 9 Diengga Sandy Yudistira 10 Elsa Amalia Syah 11 Essa Prastika Maharany 12 Faizal Oktaryan 13 Fajarul Haq Finjatuna 14 Fredy Harkam Prakosa 15 Gladera Wedpavica Zealtito Zulfan 16 Ismi Kun Nur Azizzah 17 Mahendra Prasetya Aji 18 Maria Ulfa Chasanah 19 Nabila Luthfiananda 20 Nila Rafika 21 Nilam Mustika Ratri 22 Ninasapti Al Wiwi 23 Novia Candrika Keterangan A. Keantusiasan dan minat siswa B. kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek C. keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video D. keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek E. refleksi pada akhir pembelajaran sehingga siswa mengetahui kekurangan/kesulitan dan cara mengatasinya ( ) = melakukan ( ) = tidak melakukan

280 259 Rasista 24 Nurhani Pratiwi 25 Profita Permatasari Dewi 26 Qoni Zahira Utami 27 Sakinah 28 Sekar Arumadita Nirmalasari 29 Shufi Aulia 30 Yohanes A Deo Bhagas C B 31 Zahra Dewi Permatasari 32 Zakariyya Naafi a. ( ) = 25 ( ) = 7 b. ( ) = 22 ( ) = 10 c. ( ) = 20 ( ) = 12 d. ( ) = 31 ( ) = 1 e. ( ) = 30 ( ) = 2 Insani

281 260 Lampiran 16 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Menyusun Teks Cerita Pendek Siklus II No Nama Siswa Aspek yang Diamati A B C D E 1 Abdillah Zaky Akhsani 2 Affan Sandhy Adinata 3 Aisya Nur Fadia 4 Anindita Ayu Nugraheni 5 Aureliqa Amanda Putri Prasetya 6 Bagus Rayhan Widya Pratama 7 Cattra Nurul Hakima Al Mumtaza 8 Daffa Fadhel Muwaffaq 9 Diengga Sandy Yudistira 10 Elsa Amalia Syah 11 Essa Prastika Maharany 12 Faizal Oktaryan 13 Fajarul Haq Finjatuna 14 Fredy Harkam Prakosa 15 Gladera Wedpavica Zealtito Zulfan 16 Ismi Kun Nur Azizzah 17 Mahendra Prasetya Aji 18 Maria Ulfa Chasanah 19 Nabila Luthfiananda 20 Nila Rafika 21 Nilam Mustika Ratri 22 Ninasapti Al Wiwi 23 Novia Candrika Keterangan A. Keantusiasan dan minat siswa B. kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek C. keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan video D. keintesifan pelaksanaan kegiatan menyusun teks cerita pendek E. refleksi pada akhir pembelajaran sehingga siswa mengetahui kekurangan/kesulitan dan cara mengatasinya ( ) = melakukan ( ) = tidak melakukan

282 261 Rasista 24 Nurhani Pratiwi 25 Profita Permatasari Dewi 26 Qoni Zahira Utami 27 Sakinah 28 Sekar Arumadita Nirmalasari 29 Shufi Aulia 30 Yohanes A Deo Bhagas C B 31 Zahra Dewi Permatasari 32 Zakariyya Naafi a. ( ) = 28 ( ) = 4 b. ( ) = 26 ( ) = 6 c. ( ) = 25 ( ) = 7 d. ( ) = 32 ( ) = 0 e. ( ) = 32 ( ) = 0 Insani

283 Predikat 262 Lampiran 17 Hasil Nilai Sikap Religius dan Sikap Sosial Siklus I No Nama Siswa Sikap Religius Sikap Percaya Diri Sikap Toleransi Sikap Gotong Royong Sikap Santun a b c d a b a b c d e f a b c a b c Jumlah Skor Nilai Konversi Sikap 1 Aureliqa ,72 B Bagus ,44 B Ismi ,22 B+ Zahra ,11 B+ 2 Daffa ,72 B Diengga ,72 B Fajarul ,39 B Yohanes ,44 B 3 Aisya ,78 B Faizal ,78 B Gladera ,72 B Maria ,89 B 4 Nila ,72 B Nilam ,17 B+ Novia ,22 B+ Shufi ,17 B+ 5 Nabila ,17 B+ Nurhani ,78 B Sakinah ,17 B+ Sekar ,83 B 6 Cattra ,33 B Fredy ,50 B Ninasapti ,22 B+

284 Profita ,83 B 7 Abdillah ,89 B Essa ,11 B+ Zakariyya ,89 B Qoni ,22 B+ 8 Anindita ,17 B+ Elsa ,22 B+ Mahendra ,50 B Affan ,50 B Jumlah ,56 Rata-rata 4 2 2,68 4 2,68 2,15 2,53 2,59 2,62 3,21 2,65 2,59 2,78 2, ,96 2,37 263

285 Predikat 264 Lampiran 18 Hasil Nilai Sikap Religius dan Sikap Sosial Siklus II No Nama Siswa Sikap Religius Sikap Percaya Diri Sikap Toleransi Sikap Gotong Royong Sikap Santun a b c d a b a b c d e f a b c a b c Jumlah Skor Nilai Konversi Sikap 1 Elsa ,5 A Essa ,44 A Cattra ,61 B Fajarul ,61 B 2 Aureliqa ,38 A Diengga ,94 B Novia ,44 A Aisya ,44 A 3 Sakinah ,44 A Gladera ,88 B Anindita ,5 A Nabila ,38 A 4 Abdillah ,94 B Affan ,66 B Nila ,11 B+ Profita ,11 B+ 5 Nilam ,38 A Zahra ,44 A Fredy ,66 B Nurhani ,11 B+ 6 Bagus ,55 B Daffa ,94 B Maria ,5 A

286 Sekar ,11 B+ 7 Yohanes ,66 B Zakariyya ,83 B Shufi ,5 A Ismi ,5 A 8 Faizal ,94 B Ninasapti ,38 A Qoni ,38 A Mahendra ,77 B Jumlah ,22 Rata-rata 4 4 2,96 4 2,96 2,28 3,59 3,46 3,43 3,40 2,68 2,68 3,40 2,65 2,25 3 2,96 2,59 265

287 266 Lampiran 19 Nilai Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Siklus I Aspek Penilaian No Tokoh dan Kepaduan Unsur pembangun Cerpen Sudut Gaya Jumlah Nilai Nama Siswa Tema Alur Latar Pandang Penokohan Bahasa Skor Konversi Predikat Abdillah Zaky Akhsani ,86 C Affan Sandhy Adinata ,00 C Aisya Nur Fadia ,86 B Anindita Ayu Nugraheni ,43 A Aureliqa Amanda Putri Prasetya ,43 B Bagus Rayhan Widya Pratama ,71 C Cattra Nurul Hakima Al Mumtaza ,00 C

288 Daffa Fadhel Muwaffaq ,00 C Diengga Sandy Yudistira ,00 C Elsa Amalia Syah ,29 B+ Essa Prastika Maharany ,43 A Faizal Oktaryan 0 0,00 Fajarul Haq Finjatuna ,14 C+ Fredy Harkam Prakosa ,86 C Gladera Wedpavica Zealtito Zulfan ,43 B Ismi Kun Nur Azizzah ,43 A Mahendra Prasetya Aji ,14 C+ Maria Ulfa Chasanah ,29 B+ Nabila Luthfiananda ,00 B

289 Nila Rafika ,43 B 21 Nilam Mustika Ratri ,86 B Ninasapti Al Wiwi ,43 B Novia Candrika Rasista ,57 B Nurhani Pratiwi ,00 B Profita Permatasari Dewi ,57 B Qoni Zahira Utami ,57 B 27 Sakinah ,29 B+ 28 Sekar Arumadita Nirmalasari ,86 B 29 Shufi Aulia ,29 B Yohanes A Deo Bhagas C B ,29 C+ Zahra Dewi Permatasari ,43 A

290 Zakariyya Naafi Insani ,57 B Jumlah ,43 Rata-rata 3,03 2,35 3 2,45 2,48 2,12 2,93 2,63

291 270 Lampiran 20 Nilai Keterampilan Menyusun Teks Cerpen Siklus II Aspek Penilaian No Tokoh dan Kepaduan Unsur pembangun Cerpen Sudut Gaya Jumlah Nilai Nama Siswa Tema Alur Latar Pandang Penokohan Bahasa Skor Konversi Predikat Abdillah Zaky Akhsani ,71 B Affan Sandhy Adinata ,86 B Aisya Nur Fadia ,43 A Anindita Ayu Nugraheni ,71 A Aureliqa Amanda Putri Prasetya ,00 B Bagus Rayhan Widya Pratama ,71 B

292 Cattra Nurul Hakima Al Mumtaza ,71 B Daffa Fadhel Muwaffaq ,71 B Diengga Sandy Yudistira ,71 B Elsa Amalia Syah ,43 A Essa Prastika Maharany ,57 A Faizal Oktaryan ,71 B Fajarul Haq Finjatuna ,71 B Fredy Harkam Prakosa ,71 B Gladera Wedpavica Zealtito Zulfan ,86 B Ismi Kun Nur Azizzah ,71 A

293 Mahendra Prasetya Aji ,71 B Maria Ulfa Chasanah ,43 A Nabila Luthfiananda ,14 B+ 20 Nila Rafika ,86 B 21 Nilam Mustika Ratri ,14 B Ninasapti Al Wiwi ,86 B Novia Candrika Rasista ,71 B Nurhani Pratiwi ,14 B+ Profita Permatasari Dewi ,86 B Qoni Zahira 26 Utami ,71 B 27 Sakinah ,29 B+ 28 Sekar Arumadita Nirmalasari ,00 B

294 Shufi Aulia ,29 B Yohanes A Deo Bhagas C B ,71 B Zahra Dewi Permatasari ,57 A 32 Zakariyya Naafi Insani ,86 B Jumlah ,57 Rata-rata 3,28 2,81 3,28 2,66 3,13 2,59 3,38 3,02

295 Lampiran

296 275

297 Lampiran

298 277

299 Lampiran

300 279

301 280

302 Lampiran

303 282

304 283

305 Lampiran

306 285

307 286

308 Lampiran

309 288

310 289

311 Lampiran

312 291

313 292

314 Lampiran

315 294

316 295

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jenjang : SMP/SMA Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012 1. Mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra 1.1 Menggunakan wacana lisan untuk wawancara 1.1.1 Disajikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jenjang : SMP/SMA Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012 1. Mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra 2. Mengungkapkan wacana tulis nonsastra 1.1

Lebih terperinci

SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI MODEL INVESTIGASI KELOMPOK DENGAN MEDIA BERITA DALAM SURAT KABAR PADA SISWA KELAS X-4 TKJ SMK NU UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh: Eka Susilowati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERPEN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS XI IPS 4

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERPEN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS XI IPS 4 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERPEN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS XI IPS 4 SMA NEGERI 1 RANDUDONGKAL KABUPATEN PEMALANG SKRIPSI diajukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu aspek belajar yang harus diajarkan guru kepada siswa selain aspek lainnya, yaitu membaca, mendengar, dan berbicara. Menurut Tarigan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA SMA Negeri 1 Wonogiri Mata Pelajaran/Tema : Bahasa Indonesia/ Kelas/Semester Waktu : XI / Ganjil : 1 x Pertemuan (2 x 45 menit) Hari : Kamis, 23 Desember

Lebih terperinci

Oleh Sri Lestari Siregar Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M. Pd.

Oleh Sri Lestari Siregar Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M. Pd. 0 PENGARUH MODEL THINK TALK WRITE (TTW)TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERPEN OLEH SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 TANJUNG PURA TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Sri Lestari Siregar Prof.

Lebih terperinci

a. Judul Modul Bagian ini berisi nama modul dari suatu mata pelajaran tertentu. b. Petunjuk Umum

a. Judul Modul Bagian ini berisi nama modul dari suatu mata pelajaran tertentu. b. Petunjuk Umum BAB V BAHAN AJAR TEKS SASTRA DI SMP A. Dasar Pemikiran Hasil kajian struktur dan nilai-nilai moralpada cerpen-cerpensurat kabar Suara Merdeka yang telah dilakukan perlu ditindaklanjuti dengan menawarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan. Bahasa merupakan struktur bentuk dan makna yang dapat dijadikan sebagai media untuk menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

: Bahasa Indonesia. Kelas VII Kurikulum 2013

: Bahasa Indonesia. Kelas VII Kurikulum 2013 RPP Bahasa Indonesia Kelas VII Kurikulum 2013 Contoh RPP Bahasa Indonesia Kelas VII Kurikulum 2013 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SatuanPendidikan : SMP Kelas/Semester : VII/1 Mata Pelajaran :

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... PENGESAHAN KELULUSAN... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... MOTTO... SARI... ABSTRACT... PRAKATA... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... PENGESAHAN KELULUSAN... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... MOTTO... SARI... ABSTRACT... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN... PENGESAHAN KELULUSAN... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... MOTTO... SARI... ABSTRACT... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.... DAFTAR BAGAN... DAFTAR

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Standar Guru C C2 C3 C4 C5 C6 Menggunakan secara lisan wacana wacana lisan untuk wawancara Menggunakan wacana lisan untuk wawancara Disajikan penggalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan suatu gagasan atau informasi dari pihak pembicara atau penulis kepada pihak pendengar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Nasional Republik Indonesia dan Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Dalam kurikulum,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh. : Rosyida Oktarina NIM :

SKRIPSI. Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh. : Rosyida Oktarina NIM : PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS EKSPLANASI DENGAN MODEL INVESTIGASI KELOMPOK DAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VII A SMP NEGERI 1 UNGARAN SKRIPSI Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

SKRIPSI disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh:

SKRIPSI disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS PROSEDUR KOMPLEKS MENGGUNAKAN MODEL PROJECT BASED LEARNING DENGAN MEDIA VIDEO PADA SISWA KELAS X-2 SMA TARUNA NUSANTARA MAGELANG SKRIPSI disusun untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena data yang

Lebih terperinci

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Satuan Pendidikan : SMP Daarut Tauhiid boarding school Bandung Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas/Semester : VII/1 Tema : Cinta Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... PENGESAHAN KELULUSAN... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... SARI... ABSTRACT... PRAKATA...

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... PENGESAHAN KELULUSAN... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... SARI... ABSTRACT... PRAKATA... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN... PENGESAHAN KELULUSAN... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... SARI... ABSTRACT... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Bahasa tidak hanya berbentuk lisan, melainkan juga tulisan. Dengan adanya bahasa, manusia

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA MENGGUNAKAN METODE LISTENING IN ACTION

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA MENGGUNAKAN METODE LISTENING IN ACTION PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA MENGGUNAKAN METODE LISTENING IN ACTION DAN TEKNIK RANGSANG TEKS RUMPANG MELALUI MEDIA AUDIO PADA SISWA KELAS VIII B SMP N 2 BOJA SKRIPSI untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK 3. KOMPETENSI INTI DAN BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, terdapat empat aspek kebahasaan yang harus dikuasai siswa, yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INSTRINSIK PADA CERPEN MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL. Yuni Setiarini

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INSTRINSIK PADA CERPEN MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL. Yuni Setiarini Didaktikum : Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 4, Agustus 2015 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INSTRINSIK SMP Negeri 7 Pemalang, Jawa Tengah Abstrak

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY

PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 BULUSPESANTREN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Kuni Sholi ah Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan erat kaitannya dengan proses belajar mengajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih terfokus. Pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. lebih terfokus. Pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia ada empat keterampilan berbahasa yang harus diperhatikan. Keterampilan tersebut meliputi kemampuan menyimak, berbicara,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN PHOTO STORY PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PURWOREJO

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN PHOTO STORY PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PURWOREJO PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN PHOTO STORY PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PURWOREJO Oleh: Anggun Tri Suciati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENGONVERSI TEKS DRAMA MENJADI TEKS CERPEN OLEH SISWA KELAS XI SMK MULTI KARYA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

KEMAMPUAN MENGONVERSI TEKS DRAMA MENJADI TEKS CERPEN OLEH SISWA KELAS XI SMK MULTI KARYA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 0 KEMAMPUAN MENGONVERSI TEKS DRAMA MENJADI TEKS CERPEN OLEH SISWA KELAS XI SMK MULTI KARYA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Romauli Sinurat (romaulisinurat94@gmail.com) Atika Wasilah, S.Pd., M.Pd. Penelitian

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Teks Drama Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share.

Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Teks Drama Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share. Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Teks Drama Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Isthifa Kemal 1 ABSTRAK Penelitian ini mengkaji masalah yaitu 1) bagaimana peningkatan

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAN KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK)

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAN KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK) KOMPETENSI INTI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAN KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK) MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA,

Lebih terperinci

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan i PENINGKATAN KETERAMPILAN MENELAAH DAN MEREVISI TEKS CERPEN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) BERBANTUAN MEDIA POTEL PADA SISWA KELAS VII-E SMP NEGERI 1 AMPELGADING

Lebih terperinci

Nuraini 1) 1) Staf Pengajar SMP Negeri 1 Kebonagung Kabupaten Demak

Nuraini 1) 1) Staf Pengajar SMP Negeri 1 Kebonagung Kabupaten Demak STRATEGI BELAJAR PETA KONSEP MODEL RANTAI KEJADIAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK BERDASARKAN CERITA PADA SMP NEGERI 1 KEBONAGUNG KABUPATEN DEMAK Nuraini 1) 1) Staf Pengajar SMP

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF NASKAH DRAMA SATU BABAK DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VIII RKBI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini penelitian yang dilakukan dilingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan, terutama dalam kehidupan bersosial. Manusia dapat berkomunikasi dengan yang lain melalui bahasa.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi medium untuk menggerakkan dan mengangkat manusia pada harkat yang paling tinggi. Karya sastra

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan masalah yang ditemukan, metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2010:128), penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

Oleh: Rini Subekti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Rini Subekti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo PENERAPAN TEKNIK MENIRU MENGOLAH MENGEMBANGKAN (3M) DALAM PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP MA ARIF KALIBAWANG WONOSOBO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Rini Subekti Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Sebagai

Lebih terperinci

SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK BERDASARKAN PENGALAMAN PRIBADI DENGAN TEKNIK LATIHAN TERBIMBING BERBANTUAN MEDIA FOTO PRIBADI SISWA KELAS X-4 SMA NEGERI 1 CEPIRING KABUPATEN KENDAL SKRIPSI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata I untuk memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh

SKRIPSI. Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata I untuk memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS CERITA PENDEK SECARA TERTULIS MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN MEDIA DONGENG PADA PESERTA DIDIK KELAS VII AISYAH SMPIT BINA AMAL GUNUNGPATI SEMARANG SKRIPSI

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.) MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN 2013 DRAFT-1 DAN MATA PELAJARAN

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas : VII, VIII, IX Nama Guru : Dwi Agus Yunianto, S.Pd. NIP/NIK : 19650628

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Annisa Octavia Koswara, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Annisa Octavia Koswara, 2015 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Keterampilan menulis cerita pendek masih menjadi sesuatu hal yang sulit untuk siswa. Menulis cerita pendek merupakan satu keterampilan yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan manusia adalah bahasa. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan disemua jenjang pendidikan. Mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Dalam berbahasa

Lebih terperinci

SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. oleh: : Reni Virnatun NIM : Program Studi: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. oleh: : Reni Virnatun NIM : Program Studi: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia i PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS CERITA PENDEK DENGAN MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) MENGGUNAKAN MEDIA PUZZLE PADA PESERTA DIDIK KELAS VII D SMP MUHAMMADIYAH 1 KUDUS

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Ke- : 1, 2, 3, 4 Alokasi Waktu : 4 40 menit Standar Kompetensi : Memahami pembacaan puisi Kompetensi Dasar : Menanggapi cara pembacaan puisi 1. mengungkapkan isi puisi 2. menangkap isi puisi

Lebih terperinci

2016 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

2016 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan kegiatan yang tidak bisa terpisahkan dari proses belajar mengajar di kelas. Saat proses belajar mengajar berlangsung, siswa dituntut untuk

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Leny Ocktalia NIM

SKRIPSI. Oleh Leny Ocktalia NIM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X6 MAN BONDOWOSO SKRIPSI Oleh Leny Ocktalia NIM 100210402065

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan bermain peran merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting dikuasai oleh siswa, termasuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh. Olgatiar Rezky Griandani NIM.

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh. Olgatiar Rezky Griandani NIM. PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PEMBACAAN CERITA PENDEK MELALUI MODEL BERPIKIR INDUKTIF DENGAN MEDIA FILM PENDEK PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA N 2 UNGARAN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE COPY THE MASTER PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SRUWENG TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE COPY THE MASTER PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SRUWENG TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE COPY THE MASTER PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SRUWENG TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016 Oleh: Resti Yulianita Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki hubungan yang sangat erat dalam kehidupan bermasyarakat karena bahasa merupakan alat komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif

Lebih terperinci

III. BAHASA INDONESIA

III. BAHASA INDONESIA III. BAHASA INDONESIA Satuan Pendidikan : SMP/MTs Kelas : VII (Tujuh) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan mengungkapkan buah pikiran melalui bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain. menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

xiv Model Examples Non Examples Langkah-Langkah Penggunaan Media Kartu Foto... 54

xiv Model Examples Non Examples Langkah-Langkah Penggunaan Media Kartu Foto... 54 DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv SARI... vi ABSTRACT... viii PRAKATA...x DAFTAR ISI... xiii DAFTAR TABEL... xviii DAFTAR GAMBAR...xx DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI MELALUI MEDIA GAMBAR KARIKATUR TEKNIK PANCINGAN KATA KUNCI PADA SISWA KELAS X.1 MA AL HADI MRANGGEN DEMAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI MELALUI MEDIA GAMBAR KARIKATUR TEKNIK PANCINGAN KATA KUNCI PADA SISWA KELAS X.1 MA AL HADI MRANGGEN DEMAK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI MELALUI MEDIA GAMBAR KARIKATUR TEKNIK PANCINGAN KATA KUNCI PADA SISWA KELAS X.1 MA AL HADI MRANGGEN DEMAK SKRIPSI diajukan dalam rangka menyelesaikan studi

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

2015 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Semi (2007, hlm. 14) menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Menulis adalah keterampilan berbahasa yang

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOLABORASI PADA SISWA KELAS X SEMESTER II SMA N 9 PURWOREJO

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOLABORASI PADA SISWA KELAS X SEMESTER II SMA N 9 PURWOREJO 1 UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOLABORASI PADA SISWA KELAS X SEMESTER II SMA N 9 PURWOREJO Oleh: Siti Nurhidayah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Oleh Try Annisa Lestari ABSTRAK

Oleh Try Annisa Lestari ABSTRAK PENGARUH METODE THINK-TALK-WRITE TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSURE-UNSUR INTRINSIK CERPEN OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 17 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh Try Annisa Lestari 2103111075 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN METODE JIGSAW BERBANTUAN MEDIA VIDEO IKLAN ASURANSI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI SUMPIUH SKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN METODE JIGSAW BERBANTUAN MEDIA VIDEO IKLAN ASURANSI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI SUMPIUH SKRIPSI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN METODE JIGSAW BERBANTUAN MEDIA VIDEO IKLAN ASURANSI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI SUMPIUH SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK, TALK, WRITE

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK, TALK, WRITE PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK, TALK, WRITE (TTW) BERBANTUAN MEDIA GAMBAR BERSERI SISWA KELAS V SDN SUMBERSARI 03 JEMBER SKRIPSI Oleh : SILVIA

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA Natalia (2017). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Bantuan Media Video Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Eksposisi Siswa. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan..Vol.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran berbahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan pengajaran keterampilan-keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang berbahasa. Keterampilan-keterampilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi. 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi. 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) dilakukan dengan 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian mengenai pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) dilakukan dengan menggunakan metode penelitian

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Kerajinan modifikasi dari limbah organik.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Kerajinan modifikasi dari limbah organik. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 1 Piyungan : Prakarya (kerajinan) : VIII / Ganjil : Kerajinan modifikasi dari limbah organik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : FERIKA SARI NIM

SKRIPSI. Oleh : FERIKA SARI NIM PENERAPAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN SEDERHANA SISWA KELAS III SD NEGERI 3 TAPANREJO BANYUWANGI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh : FERIKA SARI NIM 100210204028

Lebih terperinci

Oleh: Harvi Setiani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Oleh: Harvi Setiani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Peningkatkan Keterampilan Menulis Teks Dialog dengan Metode Think- Talk-Write pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 2 Puring Kebumen Tahun Pelajaran 2014/2015 Oleh: Harvi Setiani Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Adapun alasannya, Yasir Burhan mengemukakannya sebagai berikut;

BAB 1 PENDAHULUAN. Adapun alasannya, Yasir Burhan mengemukakannya sebagai berikut; 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelajaran bahasa Indonesia berbeda dengan mata pelajaran yang lainnya. Adapun alasannya, Yasir Burhan mengemukakannya sebagai berikut; Pelajaran bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut. BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada Bab V dapatlah ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut. 6.1 Simpulan Memperhatikan rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar salah satu proses penting. Hasil belajar peserta didik turut menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Kriteria untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN PEMANFAATAN LAGU RELIGI CIPTAAN LETTO PADA SISWA KELAS X MA SALAFIYAH PENJALINAN MAGELANG

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN PEMANFAATAN LAGU RELIGI CIPTAAN LETTO PADA SISWA KELAS X MA SALAFIYAH PENJALINAN MAGELANG PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN PEMANFAATAN LAGU RELIGI CIPTAAN LETTO PADA SISWA KELAS X MA SALAFIYAH PENJALINAN MAGELANG Oleh: Wahyu Uji Lestari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh

SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI CERITA ANAK BERMUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN METODE SQ3R PADA PESERTA DIDIK KELAS VII H SMP NEGERI 16 SEMARANG SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP Negeri 1 Telagasari : Prakarya (Pengolahan) : VII/1 : Pengolahan Minuman Segar : 1 Pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA KELAS/SEMESTER: VII/2

MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA KELAS/SEMESTER: VII/2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA KELAS/SEMESTER: VII/2 DISUSUN : NURLISA (06021281419072) DOSEN PEMBIMBING: Drs. Kasmansyah, M.Si. Yenni Lidyawati, S.Pd., M.Pd.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Pemodelan)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Pemodelan) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Pemodelan) Satuan Pendidikan : SMP Negeri Banjar Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas / Semester : VIII / Materi pokok : Teks Fabel Alokasi Waktu : 6 jam pelajaran

Lebih terperinci

RAHAYUNINGSIH SMP NEGERI 3 AMBARAWA Surat elektronik: Abstrak

RAHAYUNINGSIH SMP NEGERI 3 AMBARAWA Surat elektronik: Abstrak Peningkatan Kompetensi Menulis Puisi Melalui Three Fun Diksi Berbasis Film Dokumenter Kelas VIIId SMP Negeri 3 Ambarawa Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 RAHAYUNINGSIH SMP NEGERI 3 AMBARAWA Surat elektronik:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Bahasa

Lebih terperinci

Oleh Era Oktarina Sianturi Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd

Oleh Era Oktarina Sianturi Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 14 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016 Oleh Era Oktarina Sianturi Prof. Dr. Biner Ambarita,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN UNIT 5 9.1 Menyimpulkan pesan pidato/ ceramah/ khotbah yang didengar 10.1 Berpidato/ berceramah/ berkhotbah dengan intonasi yang tepat dan artikulasi serta volume suara yang jelas 15.1 Mengidentifikasi

Lebih terperinci