LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016"

Transkripsi

1

2 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

3 Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala Rahmat dan Hidayah-NYA, sehingga Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK) Tahun 2016 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Pemerintah dituntut untuk menyelenggarakan Kepemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance and Clean Governance). Keperintahan yang baik, bersih dan berwibawa ini akan dapat dicapai melalui penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan secara transparan, akuntabel, berdayaguna, berhasil guna, serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Upaya untuk menyelenggarakan pemerintahan yang demikian, diatur dalam TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Dalam pelaksanaannya, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014, tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Mengacu pada ketiga peraturan tersebut, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2016 disusun sebagai media pertanggungjawaban atas keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Badan PPSDM Kesehatan Tahun Penyajian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2016 disusun berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Tehnis Perjanjian Kinerja,Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan Kinerja Instansi Pemerintah Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2016 memperhatikan Rencana Kinerja Kementerian / Lembaga Tahun 2016 dan Rencana Aksi Program PPSDM Kesehatan Tahun i

4 Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Badan PPSDM Kesehatan dapat terselesaikan berkat kerjasama yang baik dari semua pihak di lingkungan Badan PPSDM Kesehatan dengan tim penyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Badan PPSDM Kesehatan Tahun Kiranya Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2016 ini dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi bagi seluruh pelaksana Program dan Kegiatan, serta diharapkan dapat menjadi panduan bagi semua Satuan Kerja di lingkungan Badan PPSDM Kesehatan, untuk meningkatkan kinerja organisasinya sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran, progam dan kebijakan yang telah ditetapkan Jakarta, 31 Januari 2017 Kepala Badan Usman Sumantri NIP ii

5 Pengantar i Daftar Isi iii Daftar Gambar Tabel dan Grafik iv Ringkasan Eksekutif v Bab I Pendahuluan 1 A. Umum 1 B. Gambaran Organisasi Badan PPSDM Kesehatan 2 C. Sistematika Penulisan Laporan 9 Bab II Perencanaan Kinerja 11 A. Rencana Aksi Program PPSDM Kesehatan 11 B. Perjanjian Kinerja 17 Bab III Akuntabilitas Kinerja 18 A. Capaian Kinerja Organisasi 18 Indikator 1 20 Indikator 2 26 Indikator 3 29 B. Realisasi Anggaran 33 Bab IV Penutup 36 LAMPIRAN 1. Perjanjian Kinerja Badan PPSDM Kesehatan Tahun Perjanjian Kinerja Pusat di lingkungan Badan PPSDMK Tahun Tabel Capaian Indikator Kinerja Program dan Kegiatan PPSDM Kesehatan per Triwulan 4. Tabel Data Jumlah Puskemas Yang Minimal Memiliki 5 (lima) Jenis Tenaga Kesehatan 5. Surat Edaran Terkait Penghematan Anggaran Tahun 2016 di Lingkungan Kementerian Kesehatan 6. Surat Keputusan Menteri Kesehatan tentang Peserta Tugas Belajar Tahun Tabel Data Jumlah RSUD Kelas C yang Memiliki 4 Dokter Spesialis Dasar dan 3 Dokter Spesialis Penunjang 8. Tabel Nama Pelatihan Tahun 2016 [iii]

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Gambar Struktur Organisasi BPPSDMK (Permenkes 64/2015) Gambar 1.2. Bagan Struktur Organisasi Gambar 3.1 Hierarki Indikator Kinerja Program PPSDM Kesehatan DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Sasaran, Indikator Kinerja Kegiatan dan Target (RKP/Renja) Tabel 3.1. Jenis Rumpun Tenaga Kesehatan Tabel 3.2. Jenis Pelatihan Tahun 2016 Tabel 3.3. Jumlah Tenaga Pendidik dan Kependidikan Yang Ditingkatkan Kapasitasnya Tahun 2016 Tabel 3.4. Alokasi Anggaran BPPSDMK Pasca Selfblocking Per Kegiatan Tahun 2016 Tabel 3.5. Realisasi BPPSDMK Per Kegiatan Tahun 2016 (Sumber dana RM) Tabel 3.6. Jumlah PNS di Lingkungan BPPSDMK Berdasarkan Jabatan Tahun 2016 Tabel 3.7. Jumlah PNS di Lingkungan BPPSDMK Berdasarkan Golongan Per Unit Kerja Tahun 2016 DAFTAR GRAFIK Grafik 3.1. Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Tahun 2016 Grafik 3.2. Target dan Capaian Indikator Jumlah Puskesmas yang Minimal Memiliki Lima Jenis Tenaga Kesehatan per tahun Grafik 3.3. Target dan Capaian Indikator Persentase RS Kabupaten/Kota kelas C yang Memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang per Tahun Grafik 3.4. Jumlah Total Peserta PPDS per Program Studi (sesuai indikator) sampai dengan tahun 2016 Grafik 3.5. Komposisi PNS di Lingkungan BPPSDMK Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2016

7 Sumber daya manusia merupakan aset utama dalam keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan, karena sumber daya manusia berperan mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pemantauan dan evaluasi suatu kegiatan dan program. Oleh karenanya, pembangunan kesehatan nasional diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Salah satu Sasaran Strategis dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun adalah meningkatnya jumlah, jenis, kualitas dan pemerataan tenaga kesehatan. Tantangan ini dijawab oleh Badan PPSDM Kesehatan yang memang berdasarkan Permenkes nomor 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan memiliki tugas melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia di bidang kesehatan, dengan menyusun tiga indikator kinerja program, yakni : 1. Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 (lima) jenis tenaga kesehatan 2. Persentase Rumah Sakit Kabupaten/Kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang 3. Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya Pencapaian sasaran strategis yang diukur melalui indikator kinerja program tersebut, didukung oleh anggaran Badan PPSDM Kesehatan tahun 2016 sebesar Rp ,- dimana pada berjalannya waktu mengalami kebijakan penghematan anggaran hingga menjadi Rp ,-. Di dalam pagu anggaran sebesar Rp ,- tersebut terdapat pagu selfblocking sebesar Rp ,- sehingga pagu yang bisa dimanfaatkan oleh Badan PPSDM Kesehatan adalah Rp ,-. Persentase realisasi anggaran Badan PPSDMK tahun 2016 dari pagu selfblocking adalah 86,43% atau terealisasi sejumlah Rp ,-..

8 Untuk tahun 2016, capaian sasaran strategis menunjukkan perkembangan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Rata-rata persentase capaian indikator kinerja program pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan tahun 2016 adalah sebesar 127 %. Dibandingkan tahun 2015, didapatkan kenaikan rata-rata persentase capaian sebesar 13%. Meskipun demikian, masih terdapat satu indikator yang belum mencapai target yang diharapkan, yakni indikator jumlah puskesmas yang minimal memiliki 5 (lima) jenis tenaga kesehatan, yang persentase capaiannya hanya 80,9%. Ketidakberhasilan pencapaian target indikator kinerja tersebut menunjukkan bahwa selain masih dibutuhkan serangkaian langkah-langkah strategis pemerintah Pusat, khususnya Badan PPSDM Kesehatan, juga dibutuhkan dukungan, komitmen, keterlibatan dan peran serta pemerintah daerah. Pemerintah Pusat akan memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan dan melakukan distribusi tenaga kesehatan melalui berbagai program inovatif seperti Nusantara Sehat, Penugasan khusus individu dan WKDS. Selain itu Pemerintah Pusat akan melakukan penyiapan segala NSPK yang terkait upaya pemenuhan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, baik secara jumlah, jenis dan distribusi tenaga kesehatan. Serta mengupayakan kerjasama lintas kementerian terkait seperti Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian PAN-RB untuk bersama-sama menyediakan NSPK terkait tenaga kesehatan dan formasi pengadaan pegawai. Pemerintah Pusat juga akan mendampingi Pemerintah Daerah dalam penyusunan kebutuhan tenaga kesehaan berdasarkan analisis beban kerja. Pengawasan dan evaluasi akan dilakukan bersamasama sesuai dengan kewenangan masing-masing. Kerjasamapun akan dibangun secara terencana, terpadu dan berkesinambungan dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. vi

9 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Oleh karenanya, pembangunan kesehatan nasional diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Sasaran Pembangunan Kesehatan periode melalui program Indonesia Sehat, sebagaimana tertuang dalam RPJMN adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Dengan telah ditetapkannya RPJMN maka Kementerian Kesehatan menyusun Renstra Tahun Renstra Kementerian Kesehatan merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif memuat programprogram pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan dan menjadi acuan dalam penyusunan perencanaan tahunan. Salah satu Sasaran Strategis dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun adalah meningkatnya jumlah, jenis, kualitas dan pemerataan tenaga kesehatan. Sejak lama, telah diketahui bahwa kondisi tidak meratanya distribusi tenaga kesehatan merupakan tantangan cukup berat yang harus dihadapi. Dan hal ini makin dirasakan khususnya sejak sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mulai diluncurkan pada 1 Januari 2014 lalu, dimana sistem JKN ini menuntut dilakukannya peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan, serta perbaikan sistem rujukan pelayanan kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan yang sebetulnya sudah cukup banyak, tetapi persebarannya tidak merata. Salah satu penyebabnya adalah begitu luasnya wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kondisi geografis sebagai negara maritim terbesar di dunia, dengan luas wilayah 1

10 km 2 dan terdiri dari pulau (Biro Pusat Statistik, 2014). Tantangan lain adalah ketersediaan tenaga kesehatan dalam segi jumlah dan jenis, serta mutu tenaga kesehatan tersebut. Badan PPSDM Kesehatan yang mempunyai tugas melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia di bidang kesehatan, berperan besar dalam pencapaian sasaran strategis tersebut. Untuk itu, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan melalui Rencana Aksi Program , telah menyusun dan menetapkan serangkaian tujuan, sasaran strategis dan berbagi kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai upaya pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan. B. GAMBARAN ORGANISASI BADAN PPSDM KESEHATAN Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, organisasi Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK) mempunyai tugas melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia di bidang kesehatan. Dalam melaksanakan tugasnya itu, Badan PPSDM Kesehatan menyelenggarakan fungsi : a) Penyusunan kebijakan teknis pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan di bidang perencanan, pendayagunaan, peningkatan kompetensi, dan pembinaan mutu sumber daya manusia kesehatan; b) Pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan di bidang perencanan, pendayagunaan, peningkatan kompetensi, dan pembinaan mutu sumber daya manusia kesehatan; 2

11 c) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan di bidang perencanan, pendayagunaan, peningkatan kompetensi, dan pembinaan mutu sumber daya manusia kesehatan; d) Pelaksanaan administrasi Badan; dan e) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Badan PPSDM Kesehatan terdiri dari 1 (satu) Sekretariat dan 4 (empat) Pusat, yaitu a) Sekretariat Badan; b) Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan Sumber Daya Manusia Kesehatan; c) Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan; d) Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan; dan e) Pusat Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan Secara lebih detail, susunan organisasi Badan PPSDM Kesehatan dapat dilihat pada gambar gambar berikut ini : 3

12 Gambar 1.1. Struktur Organisasi Badan PPSDM Kesehatan Berdasarkan Permenkes 64 / 2015 Sumber : Dok. Subbagian Advokasi dan Humas, Sekretariat BPPSDMK,

13 Gambar 1.2. Bagan Struktur Organisasi Badan PPSDM Kesehatan KEPALA BADAN SEKRETARIAT BAGIAN PROGRAM DAN INFORMASI BAGIAN HUKUM, ORGANISASI DAN HUMAS BAGIAN KEUANGAN DAN BMN BAGIAN KEPEGAWAIAN DAN UMUM Kel Jab Fung PUSAT PERENCANAAN DAN PENDAYAGUNAAN SDM KESEHATAN Ka Subbag TU PUSAT PENDIDIKAN SDM KESEHATAN Ka Subbag TU PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN Ka Subbag TU PUSAT PENINGKATAN MUTU SDM KESEHATAN Ka Subbag TU BIDANG PERENCANAAN SDMK BIDANG PENDAYAGUNAAN SDMK DALAM NEGERI BIDANG PENDAYAGUNAAN SDMK LUAR NEGERI BIDANG FASILITASI PENGEMBANGAN DAN KEMITRAAN BIDANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BIDANG FASILITASI AKREDITASI DAN PENGENDALIAN MUTU PENDIDIKAN BIDANG ANALISIS KOMPETENSI DAN KEBUTUHAN PELATIHAN BIDANG PENGEMBANGAN PELATIHAN BIDANG PENGENDALIAN MUTU PELATIHAN BIDANG FASILITASI STANDARDISASI DAN PROFESI TENAGA KESEHATAN BIDANG PENDIDIKAN BERKELANJUTAN BIDANG PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL Kel Jab Fung Kel Jab Fung Kel Jab Fung Kel Jab Fung 5

14 B.1. Sekretariat Badan Sekretariat Badan memiliki tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasi Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretariat Badan menyelenggarakan fungsi : a) Koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran, dan pengelolaan data dan informasi; b) Pengelolaan urusan keuangan dan barang milik negara; c) Penyiapan koordinasi dan pelaksanaan urusan hukum, organisasi, tata laksana, dan hubungan masyarakat; d) Pelaksanaan urusan kepegawaian, ketatausahaan, kerumahtanggaan, arsip, dokumentasi dan layanan pengadaan; dan e) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Sekretariat Badan terdiri dari : a) Bagian Program dan Informasi b) Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat c) Bagian Keuangan dan Barang Milik Negara d) Bagian Kepegawaian dan Umum B.2. Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Berdasarkan Permenkes Nomor 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, pasal 772, Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Pusrengun SDMK) mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan dan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang perencanaan dan pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Pusrengun SDMK menyelenggarakan fungsi : 6

15 a) Penyusunan kebijakan teknis di bidang perencanaan sumber daya manusia kesehatan dan pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan dalam negeri dan luar negeri; b) Pelaksanaan di bidang perencanaan sumber daya manusia kesehatan dan pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan dalam negeri dan luar negeri; c) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang perencanaan sumber daya manusia kesehatan dan pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan dalam negeri dan luar negeri; dan d) Pelaksanaan administrasi Pusat. Sehubungan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, Pusrengun SDMK terdiri atas : a) Bidang Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan b) Bidang Pendayagunaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Dalam Negeri c) Bidang Pendayagunaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Luar Negeri d) Subbagian Tata Usaha; dan e) Kelompok Jabatan Fungsional B.3. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Pusdik SDMK) mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan dan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pendidikan sumber daya manusia kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, Pusdik SDMK menyelenggarakan fungsi : a) Penyusunan kebijakan teknis di bidang fasilitasi pengembangan pendidikan dan kemitraan, penyelenggaraan pendidikan sumber daya manusia kesehatan, dan fasilitasi akreditasi dan pengendalian mutu pendidikan sumber daya manusia kesehatan; b) Pelaksanaan di bidang fasilitasi pengembangan pendidikan dan kemitraan, penyelenggaraan pendidikan sumber daya manusia kesehatan, dan fasilitasi akreditasi dan pengendalian mutu pendidikan sumber daya manusia kesehatan; 7

16 c) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang fasilitasi pengembangan pendidikan dan kemitraan, penyelenggaraan pendidikan sumber daya manusia kesehatan, dan fasilitasi akreditasi dan pengendalian mutu pendidikan sumber daya manusia kesehatan; dan d) Pelaksanaan administrasi Pusat. Pusat Pendidikan SDM Kesehatan terdiri atas : a) Bidang Fasilitasi Pengembangan Pendidikan dan Kemitraa; b) Bidang Penyelenggaraan Pendidikan; c) Bidang Fasilitasi Akreditasi dan Pengendalian Mutu Pendidikan; d) Subbagian Tata Usaha; dan e) Kelompok Jabatan Fungsional 7 7 B.4. Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan dan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pelatihan sumber daya manusia kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Pusat Pelatihan SDM Kesehatan menyelenggarakan fungsi : a) Penyusunan kebijakan teknis di bidang analisis kompetensi dan kebutuhan pelatihan, pengembangan pelatihan, dan pengendalian mutu pelatihan sumber daya manusia kesehatan; b) Pelaksanaan di bidang analisis kompetensi dan kebutuhan pelatihan, pengembangan pelatihan, dan pengendalian mutu pelatihan sumber daya manusia kesehatan; c) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang analisis kompetensi dan kebutuhan pelatihan, pengembangan pelatihan, dan pengendalian mutu pelatihan sumber daya manusia kesehatan; dan d) Pelaksanaan administrasi Pusat. 8

17 Pusat Pelatihan SDM Kesehatan terdiri atas : a) Bidang Analisis Kompetensi dan Kebutuhan Pelatihan; b) Bidang Pengembangan Pelatihan; c) Bidang Pengendalian Mutu Pelatihan; d) Subbagian Tata Usaha, dan e) Kelompok Jabatan Fungsional B.5. Pusat Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan Pusat Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan (Puskat Mutu SDMK) mempunya tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan dan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang peningkatan mutu sumber daya manusia kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, Puskat Mutu SDMK menyelenggarakan fungsi : a) Penyusunan kebijakan teknis di bidang fasilitasi standardisasi dan profesi tenaga kesehatan, pendidikan berkelanjutan, dan pengembangan jabatan fungsional; b) Pelaksanaan di bidang fasilitasi standardisasi dan profesi tenaga kesehatan, pendidikan berkelanjutan, dan pengembangan jabatan fungsional; c) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang fasilitasi standardisasi dan profesi tenaga kesehatan, pendidikan berkelanjutan, dan pengembangan jabatan fungsional; dan d) Pelaksanaan administrasi Pusat. Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan terdiri atas : a) Bidang Fasilitasi Standardisasi dan Profesi Tenaga Kesehatan; b) Bidang Pendidikan Berkelanjutan; c) Bidang Pengembangan Jabatan Fungsional; d) Subbagian Tata Usaha; dan e) Kelompok Jabatan Fungsional. 9

18 C. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN Mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Tehnis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, format penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan pada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi. BAB II PERENCANAAN KINERJA Pada bab ini diuraikan ringkasan / ikhtisar perjanjian kinerja tahun bersangkutan. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. B. Realisasi Angaran Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja. BAB IV PENUTUP Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya. LAMPIRAN 1) Perjanjian Kinerja 2) Lain-lain yang dianggap perlu 10

19 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA AKSI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan. Oleh karenanya, kesehatan dapat dipandang sebagai salah satu bentuk investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi. Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah melalui RPJMN mengamanahkan bahwa Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Penetapan Program Indonesia Sehat , dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan, memiliki 3 (tiga) pilar utama, yaitu paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional. Dalam RPJMN , Pemerintah menetapkan 6 (enam) Sasaran Pokok Pembangunan Kesehatan, yaitu : ENAM SASARAN POKOK PEMBANGUNAN NASIONAL (RPJMN ) 1) Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; 2) Meningkatnya pengendalian penyakit; 3) Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; 4) Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan; 5) Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; 6) Meningkatkan responsivitas sistem kesehatan. 11

20 Untuk mendukung pelaksanaan RPJMN , Kementerian Kesehatan menyusun Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan sebagai acuan dalam penyusunan perencanaan tahunan. Renstra Kementerian Kesehatan merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif memuat program-program pembangunan kesehatan, salah satunya terkait dengan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan, yang merupakan tugas dari Badan PPSDM Kesehatan. Dalam upaya mendukung pelaksanaan upaya pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan, Badan PPSDM Kesehatan menyusun dan menetapkan Rencana Aksi Program (RAP) yang memuat tujuan, sasaran strategis dan berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan pada periode tahun A.1. Visi dan Misi Rencana Aksi Program (RAP) Badan PPSDM Kesehatan Tahun merupakan arah dan acuan bagi seluruh satuan kerja dan unit pelaksana teknis di lingkungan Badan PPSDM Kesehatan. Namun dalam RAP Badan PPSDM Kesehatan ini, Badan PPSDM Kesehatan tidak menyusun visi dan misi sendiri, karena mengikuti visi dan misi Presiden Republik Indonesia, yaitu Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotongroyong. Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 (tujuh) misi pembangunan yaitu: 1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan. 2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara hukum. 3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai negara maritim. 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera. 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing. 6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, serta 12

21 7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. A.2. Tujuan, Sasaran Strategis, Indikator dan Strategi Badan PPSDM Kesehatan Adapun sasaran strategis Badan PPSDM Kesehatan tahun berdasarkan Rencana Aksi Program (RAP) Badan PPSDM Kesehatan adalah : Meningkatnya jumlah, jenis, kualitas dan pemerataan tenaga kesehatan Dengan indikator yang digunakan dalam memantau dan melakukan evaluasi adalah sebagai berikut : 1. Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 (lima) jenis tenaga kesehatan 2. Persentase Rumah Sakit Kabupaten/Kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang 3. Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya Sasaran yang akan dicapai Badan PPSDM Kesehatan pada tahun 2019 adalah: 1. Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 (lima) jenis tenaga kesehatan sebanyak Puskesmas 2. Persentase Rumah Sakit Kabupaten/Kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang mencapai 60% 3. Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya sebanyak orang. Dalam upaya mencapai sasaran strategis program pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan pada tahun 2019, Badan PPSDM Kesehatan menyusun berbagai strategi yakni : 1. Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan berbasis Tim (Team Based). 2. Peningkatan distribusi tenaga yang terintegrasi, mengikat dan lokal spesifik. 3. Pengembangan insentif baik material dan non material untuk tenaga kesehatan dan SDM Kesehatan. 4. Peningkatan produksi SDM Kesehatan yang bermutu. 13

22 5. Penerapan mekanisme registrasi dan lisensi tenaga dengan uji kompetensi pada 6. seluruh tenaga kesehatan. 7. Peningkatan mutu pelatihan melalui akreditasi pelatihan. 8. Pengendalian peserta pendidikan dan hasil pendidikan. 9. Peningkatan pendidikan dan pelatihan jarak jauh. 10. Peningkatan pelatihan yang berbasis kompetensi dan persyaratan jabatan. 11. Pengembangan sistem kinerja. A.3. Kegiatan Badan PPSDM Kesehatan Mengacu kepada dokumen Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2016 dan Rencana Kerja Kementerian / Lembaga (Renja K/L) tahun 2016, terdapat 7 (tujuh) kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan PPSDM Kesehatan pada tahun 2016, yaitu : 1. Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2. Pelatihan SDM Kesehatan 3. Pendidikan SDM Kesehatan 4. Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan 5. Pelaksanaan Internsip Tenaga Kesehatan 6. Pembinaan dan Pengelolaan Pendidikan Tinggi 7. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan 14

23 B. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Mengacu kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Tehnis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Perjanjian Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen pimpinan yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Tujuan dibuatnya Perjanjian Kinerja adalah : 1. Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dan pemberi amanah untuk meningkatkan integritas, akuntabilitas, transparansi, dan kinerja Aparatur; 2. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; 3. Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi dan sebagai dasar pemberian penghargaan dan sanksi; 4. Sebagai dasar bagi pemberi amanah untuk melakukan monitoring, evaluasi dan supervisi atas perkembangan/kemajuan kinerja penerima amanah; 5. Sebagai dasar dalam penetapan sasaran kinerja pegawai Perjanjian Kinerja Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2016 adalah : No Sasaran Program/Kegiatan Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) 1 Meningkatnya jumlah, jenis, 1. Jumlah Puskesmas yang minimal kualitas dan pemerataan memiliki 5 jenis tenaga kesehatan tenaga kesehatan 2. Persentase Rumah Sakit 35% Kabupaten/Kota kelasc yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang 3. Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya Perjanjian Kinerja Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2016 terlampir pada Lampiran -1 15

24 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan PPSDM Kesehatan dilakukan dengan cara membandingkan antara target pencapaian setiap indikator yang telah ditetapkan dalam perjanjian kinerja tahun 2016 dengan realisasinya. Secara keseluruhan capaian kinerja program Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan sebesar 127% yang dihitung berdasarkan persentase rata-rata capaian indikator. Dari tiga indikator kinerja program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, sebanyak dua indicator berhasil mencapai target, yaitu Indikator Persentase Rumah Sakit Kabupaten/Kota kelas C yang memiliki empat dokter spesialis dasar dan tiga dokter spesialis penunjang, dan indicator Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya. Sementara indikator Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki lima jenis tenaga kesehatan tidak berhasil mencapai target yang ditentukan pada tahun 2016 ini. Rincian capaian kinerja terlampir pada Lampiran-2. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun , Badan PPSDM Kesehatan mendukung pencapaian sasaran strategis ke-5 Kementerian Kesehatan, yakni : Meningkatnya jumlah, jenis, kualitas dan pemerataan tenaga kesehatan 16

25 Pencapaian sasaran strategis tersebut diukur melalui tiga indikator utama program pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan, yaitu : 1. Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 (lima) jenis tenaga kesehatan Cara perhitungan untuk indikator ini adalah nilai absolut Puskesmas yang telah terpenuhi tenaga kesehatan sesuai dengan standar, terutama tenaga kesehatan lingkungan, tenaga kefarmasian, tenaga gizi, tenaga kesehatan masyarakat dan tenaga analis kesehatan 2. Persentase RS Kab/Kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang Cara perhitungan indikator ini adalah jumlah rumah sakit kabupaten/kota kelas C yang telah terpenuhi dokter spesialis dasar (Kandungan dan Kebidanan, Kesehatan Anak, Penyakit Dalam, dan Bedah) dan 3 dokter spesialis penunjang, dibagi total jumlah rumah sakit kabupaten/kota kelas C. 3. Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya Cara perhitungan indikator ini adalah jumlah aparatur, tenaga pendidik dan kependidikan serta tenaga kesehatan non aparatur dan masyarakat yang telah ditingkatkan kemampuannya dengan memperoleh sertifikat melalui pendidikan dan pelatihan yang sudah terakreditasi. (Sumber : Lampiran Dokumen Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun , hal 136) Gambar berikut ini menunjukkan keterkaitan indikator kinerja kegiatan dalam mendukung pencapaian indikator kinerja program pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan. 17

26 Monitoring dan Evaluasi (misal: e-mones: DJA, Bappenas) Gambar 3.1. Hierarki Indikator Kinerja Program PPSDM Kesehatan Jumlah puskesmas yang memiliki minimal 5 jenis tenaga kesehatan Persentase RS Kab/Kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesilias dasar dan 3 dokter spesialis penunjang Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya (kumulatif) Jumlah tenaga kesehatan yang ditempatkan secara team based (min 5 orang) Jumlah tenaga kesehatan yang ditempatkan dalam rangka penugasan khusus individu Jumlah lulusan tenaga kesehatan dari Poltekkes Kemenkes RI Jumlah residen yang ditempatkan dalam rangka penugasan khusus residen Jumlah lulusan pendidikan dokter spesialis baru yang menjalani WKS Jumlah peserta penerima bantuan pendidikan dokter spesialis/dokter gigi spesialis Jumlah SDM Kesehatan yang mendapat sertifikat pada pelatihan teknis dan fungsional terakreditasi Jumlah peserta penerima program bantuan pendidikan SDM Kesehatan Jumlah tenaga kesehatan yang mendapat biaya pendidikan (yg blm D III) Perancanaan dan Keuangan Jumlah tenaga kesehatan yang teregistrasi Prosentasi program studi / institusi Poltekes yang terakreditasi baik NSPK (regulasi) Data dan Informasi Jumlah tenaga kesehatan yang melaksnakan internship 6 INDIKATOR 1 : Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Pusat Kesehatan Masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Dari definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa Puskesmas memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya, karena keberadaannya yang berbasis wilayah. Disamping itu pula, Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan paling dasar dan terdepan dalam upaya mewujudkan peningkatan derajat kesehatan, terutama sejak sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mulai dilaksanakan pada 1 Januari Sistem JKN yang ada ini menuntut dilakukannya 18

27 peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan, serta perbaikan sistem rujukan pelayanan kesehatan. Pada era JKN, pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang dan memberlakukan sistem rujukan, dengan harapan beban rumah sakit akan berkurang. Artinya sebagian besar pelayanan kesehatan diharapkan dapat diselesaikan di tingkat primer. Sukses dan tidaknya pelaksanaan JKN, salah satunya ditentukan oleh berjalan tidaknya sistem rujukan. Oleh karena itu, Puskesmas memiliki tugas sebagai gate keeper yaitu penyedia pelayanan kesehatan yang melakukan kontak pertama. Sebagai gate keeper, Puskesmas menyediakan pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif, artinya meliputi upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Mengingat tugas tersebut, nampak bahwa Puskesmas berperan sangat strategis dalam mendukung JKN dan meningkatkan derajat kesehatan. Peran ini menuntut agar Puskesmas bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat di wilayahnya, tidak hanya menunggu sampai masyarakat menjadi sakit. Keberhasilan Puskesmas dalam menjalankan perannya tersebut membutuhkan ketersediaan tenaga kesehatan yang memadai, terutama jenis tenaga kesehatan promotif dan preventif. Berdasarkan pasal 16 Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, disebutkan bahwa sumber daya manusia Puskesmas terdiri dari tenaga kesehatan dan non kesehatan. Tenaga kesehatan yang dimaksud paling sedikit terdiri atas : a. dokter atau dokter layanan primer; b. dokter gigi; c. perawat; d. bidan; e. tenaga kesehatan masyarakat; f. tenaga kesehatan lingkungan; g. ahli teknologi laboratorium medik; h. tenaga gizi; dan i. tenaga kefarmasian 19

28 Berdasarkan hasil pemetaan data SDM kesehatan, jumlah tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan pada tahun 2016 yang tercakup oleh Subbagian Data dan Informasi, Sekretariat BPPSDMK adalah sebanyak orang. Rincian per jenis tenaga sesuai dengan pengelompokkan dalam UU nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, dapat kita lihat pada tabel berikut : Tabel 3.1. Jenis Rumpun Tenaga Kesehatan No Rumpun Ketenagaan Jumlah 1 Medis Psikologi Klinis Keperawatan Kebidanan Kefarmasian Kesehatan Masyarakat Kesehatan Lingkungan Gizi Keterapian Fisik Keteknisian Medis Teknik Biomedika Tenaga Kesehatan Tradisional Tenaga Kesehatan Lainnya Tenaga Penunjang Kesehatan Total Sumber :Pemetaan Data SDMK, Desember 2016 Dari total cakupan orang tenaga kesehatan, sebanyak orang tenaga kesehatan yang dihitung berdasarkan standar tenaga kesehatan menurut Permenkes 75 tahun 2014, bekerja di unit Puskesmas yang tersebar di seluruh Indonesia. Distribusi jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas tersebut tidak merata di setiap Puskesmas. Belum seluruh Puskemas yang ada memenuhi jumlah tenaga kesehatan sesuai dengan Permenkes 75 tahun Untuk itu, Badan PPSDM Kesehatan menetapkan indikator pengukuran pencapaian sasaran salah satunya melalui indikator jumlah puskesmas yang minimal memiliki 5 (lima) jenis tenaga kesehatan. 20

29 Jenis tenaga kesehatan yang dimaksud yaitu tenaga kesehatan lingkungan, tenaga kefarmasian, tenaga gizi, tenaga kesehatan masyarakat dan tenaga analis kesehatan. Harapannya adalah agar jumlah dan jenis tenaga kesehatan promotif dan preventif dapat tersedia dan tersebar lebih merata di Puskesmas seluruh Indonesia. Grafik 3.1. Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Tahun 2016 (Berdasarkan Standar Tenaga Kesehatan Menurut Permenkes 75 / 2014) AHLI TEKNOLOGI LAB MEDIK GIZI KESLING KESMAS FARMASI BIDAN PERAWAT DOKTER GIGI DOKTER Pada tahun 2016, dari target unit Puskesmas yang minimal memiliki 5 (lima) jenis tenaga kesehatan, telah tercapai Puskesmas (80,9 %). Tahun lalu, dari target Puskesmas, tercapai Puskemas (98 %). Hal ini menunjukkan pemenuhan tenaga kesehatan di puskesmas pada tahun 2016 masih belum maksimal. Bila diproyeksikan terhadap target tahun 2019, maka capaian kinerjanya baru sebesar 28,9%. Perhitungan indikator ini bersifat kumulatif, sehingga pencapaiannya baru benar-benar akan dinilai pada akhir tahun Namun upaya pemenuhan tenaga kesehatan per tahun tetap dilakukan oleh Badan PPSDM Keshatan. 21

30 Grafik 3.2. Target dan Capaian Indikator Jumlah Puskesmas yang Minimal Memiliki 5 (lima) Jenis Tenaga Kesehatan per tahun Salah satu upaya yang dilakukan Badan PPSDM Kesehatan dalam pemenuhan tenaga kesehatan adalah melalui program Nusantara Sehat. Program ini bertujuan memperkuat pelayanan kesehatan primer untuk mewujudkan Indonesia Sehat melalui peningkatan jumlah, distribusi, komposisi, dan mutu tenaga kesehatan. Program Nusantara Sehat melibatkan sejumlah tenaga kesehatan di dalam satu tim kerja. Dengan mengirim tenaga kesehatan secara tim, diharapkan pelayanan kesehatan menjadi lebih optimal karena menggunakan pendekatan yang terintegrasi serta mengedepankan aspek preventif dan promotif, bukan sekedar kuratif seperti yang selama ini telah dilakukan. Pada tahun 2016, tim Nusantara Sehat yang didistribusikan sebanyak 131 tim, dengan total jumlah tenaga kesehatan sebanyak 728 orang. Program ini kini menjadi program nasional dan direncanakan untuk dilaksanakan secara terus menerus. Oleh karena itu, perlu dilakukan penguatan program Nusantara Sehat melalui berbagai upaya untuk meningkatkan motivasi tenaga kesehatan strategis. Misalnya memberikan dukungan sarana, prasarana, peralatan, obat - obatan dan perbekalan kesehatan yang memadai pada fasilitas kesehatan tujuan, adanya perlindungan hukum bagi tim yang ditempatkan di daerah terpencil dan sangat terpencil, serta peningkatan kapasitas seluruh anggota tim agar mampu melakukan tindakan kegawatdaruratan medis di daerah terpencil dan sangat terpencil. 22

31 Ket : Pelepasan Tim Nusantara Sehat Periode I Tahun 2016 oleh Wakil Presiden Upaya terobosan dan strategis lain yang direncanakan dilaksanakan oleh Badan PPSDM Kesehatan pada tahun 2016 terkait pemenuhan tenaga kesehatan adalah melalui penugasan khusus individu. Program ini serupa dengan team based Nusantara Sehat, tetapi dilakukan secara individual dan tidak terbatas pada dokter, dokter gigi, atau bidan saja sebagaimana program PTT terdahulu. 23

32 Akan tetapi dalam pelaksanaannya, upaya ini terkendala dari segi regulasi sehingga pelaksanaannya menjadi tertunda. Selain itu, melalui 38 Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan PPSDM Kesehatan, rata-rata kurang lebih tenaga kesehatan per tahun diproduksi berbagai jurusan dan program studi yang ada. Untuk tahun 2016, total jumlah lulusan tenaga kesehatan dari Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan adalah sebanyak orang lulusan. Para lulusan Poltekkes Kemenkes ini diharapkan siap didayagunakan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan. Memperhatikan tidak terpenuhinya target kinerja indikator Jumlah Puskesmas yang Minimal Memiliki 5 (lima) Jenis Tenaga Kesehatan pada tahun 2016 menunjukkan bahwa masih diperlukan serangkaian langkah strategis yang perlu dilakukan oleh Badan PPSDM Kesehatan. Misalnya menyusun dan mempercepat segala NSPK urusan pemerintahan yang mengatur tentang penempatan SDM Kesehatan strategis seperti NSPK tentang penugasan khusus individual, Dokter Layanan Primer (DLP), dan NSPK lain yang dibutuhkan. Perlu dipikirkan pula upaya penguatan program Nusantara Sehat untuk meningkatkan motivasi tenaga kesehatan strategis misalnya dukungan peraturan kepegawaian yang memberikan jaminan karier bagi para tenaga kesehatan yang telah bersedia ditempatkan khususnya di DTPK. Di samping itu, peran serta pemerintah daerah dibutuhkan dalam pemenuhan tenaga kesehatan, khususnya di Puskesmas. Adanya desentralisasi telah mengakibatkan perubahan-perubahan mendasar dalam pelayanan kesehatan baik pada tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Dalam UU nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, urusan kesehatan merupakan urusan pemerintahan konkuren yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota), serta merupakan urusan pemerintah yang wajib karena bersifat pelayanan dasar. Terkait SDM Kesehatan, dalam lampiran UU nomor 23 tahun 2014 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota wajib melakukan perencanaan dan pengembangan SDM Kesehatan untuk UKM dan UKP daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pembagian urusan terkait SDM Kesehatan ini dijelaskan lebih lanjut dalam UU nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. 24

33 Dalam UU tersebut, disebutkan bahwa Pemerintah Daerah bersama dengan Pemerintah Pusat bertanggung jawab terhadap (a) pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan peningkatan mutu Tenaga Kesehatan, (b) perencanaan, pengadaan, dan pendayagunaan Tenaga Kesehatan sesuai dengan kebutuhan; dan (c) pelindungan kepada Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik. Pada pasal 13, disebut bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memenuhi kebutuhan Tenaga Kesehatan, baik dalam jumlah, jenis, maupun dalam kompetensi secara merata untuk menjamin keberlangsungan pembangunan kesehatan. Dengan demikian, antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus bekerja secara sinergis melaksanakan pembangunan kesehatan yang terencana, terpadu dan berkesinambungan dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. INDIKATOR 2 : Persentase RS Kabupaten/Kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Untuk meningkatkan ketersedian dan mutu SDM Kesehatan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan, ditetapkan indikator persentase rumah sakit kabupaten/kota kelas C yang memiliki empat dokter spesialis dasar dan tiga dokter spesialis penunjang. Empat dokter spesialis dasar yang dimaksud yaitu dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dokter spesialis anak, dokter spesialis penyakit dalam, dan dokter bedah, sedangkan tiga dokter spesialis penunjang yaitu dokter spesialis radiologi, dokter spesialis anestesi, dan dokter spesialis patologi klinik 25

34 Grafik 3.3. Target dan Capaian Indikator Persentase RS Kabupaten/Kota kelas C yang Memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang per Tahun Target Capaian 60% 35,00% 30% 45,22% 35% 40% 50% Jumlah rumah sakit kabupaten/kota kelas C yang terdata adalah 314 rumah sakit. Dari total 314 tersebut, rumah rumah sakit kabupaten/kota kelas C yang telah memiliki empat dokter spesialis dasar dan tiga spesialis penunjang ada sebanyak 142 rumah sakit (45,22 %) sehingga persentase capaiannya adalah 129,20 %. Dibandingkan tahun lalu, persentase rumah rumah sakit kabupaten/kota kelas C yang telah memiliki empat dokter spesialis dasar dan tiga spesialis penunjang adalah 117 %. Tahun lalu, jumlah rumah rumah sakit kabupaten/kota kelas C yang telah memiliki empat dokter spesialis dasar dan tiga spesialis penunjang adalah 104 rumah sakit. Berarti terdapat 38 rumah sakit kabupaten/kota yang mendapat tambahan dokter spesialis. Apabila diproyeksikan terhadap target yang ingin dicapai di tahun 2019, maka persentase kinerjanya telah mencapai 75 %. Salah satu upaya pemenuhan dokter spesialis di rumah sakit kelas C yang dilakukan oleh Badan PPSDM Kesehatan, adalah melalui penugasan khusus residen. Berdasarkan Permenkes nomor 9 tahun 2013 tentang penugasan khusus tenaga kesehatan, residen adalah dokter atau dokter gigi yang sedang menempuh pendidikan dokter spesialis atau dokter gigi spesialis. Masih menurut Permenkes yang sama, Residen terdiri dari Residen Senior dan Residen Pasca Jenjang I. 26

35 Residen Senior adalah dokter/dokter gigi yang sedang menempuh pendidikan spesialis yang khusus dan sudah memasuki tahap akhir pendidikan di rumah sakit pendidikan atau di rumah sakit lainnya yang ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan. Sementara yang dimaksud dengan Residen Pasca Jenjang I adalah dokter/dokter gigi yang mendapatkan bantuan pendidikan dokter spesialis / dokter gigi spesialis dari Kementerian Kesehatan yang telah menyelesaikan pendidikan jenjang I. Penugasan khusus residen ini bertujuan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan di DTPK (Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan), DBK (Daerah Bermasalah Kesehatan) dan RS kelas C dan kelas D di Kabupaten / Kota yang memerlukan pelayanan medik spesialistik. Untuk tahun 2016 ini, jumlah residen yang ditempatkan melalui penugasan khusus sebanyak 678 orang. Disamping itu, Badan PPSDM Kesehatan juga memberikan bantuan biaya pendidikan dokter spesialis / dokter gigi spesialis bagi para dokter dan dokter gigi. Berdasarkan Permenkes nomor 44 tahun 2015 tentang Program Bantuan Pendidikan Dokter Spesialis/Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, perencanaan kebutuhan Program Bantuan PDS/PDGS mengutamakan pemenuhan 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar dan 4 (empat) pelayanan spesialis penunjang medik. Empat pelayanan medik spesialis dasar yang dimaksud meliputi Obstetri dan Ginekologi, Bedah, Anak dan Penyakit Dalam. Sementara empat spesialis penunjang yang dimaksud adalah Anestesi, Radiologi, Patologi Klinik, dan Rehabilitasi Medik. Sementara untuk program pendidikan dokter gigi spesialis, berdasarkan Surat Edaran Kepala Badan PPSDMK, diprioritaskan untuk Bedah Mulut, Konservasi Gigi dan Penyakit Mulut. Setelah selesai masa pendidikan, mereka wajib mengikuti masa pengabdian yang lamanya telah diatur dalam Permenkes tersebut. 27

36 Grafik 3.4. Jumlah Total Peserta PPDS per Program Studi (sesuai indikator) Sampai Dengan Tahun Total Patologi Klinik Anestesiologi RM Radiologi Obstetri Ginekologi Ilmu Bedah Ilmu Penyakit Dalam Ilmu Kesehatan Anak (Sumber : Hasil Pengolahan Data SDM Kesehatan, 2016) Untuk tahun 2016, jumlah peserta baru penerima bantuan biaya pendidikan dokter spesialis/dokter gigi spesialis adalah sebanyak 396 orang, yang terdiri dari angkatan XVI sebanyak 150 orang dan angkatan XVII sebanyak 246 orang. Rendahnya jumlah peserta baru penerima bantuan pendidikan ini salah satunya dikarenakan rendahnya tingkat kelulusan di fakultas kedokteran dan kedokteran gigi. Pada umumnya, peserta penerima bantuan PPDS/PPDGS adalah para dokter umum / dokter gigi yang telah bekerja di fasilitas pelayanan, yang umumnya terpencil. Atau mereka yang bekerja sebagai PNS di daerah pengusul. Terdapat kemungkinan mereka kurang terpapar perkembangan informasi kesehatan terkini terkait bidang keilmuan yang diminati. Pusat Peningkatan Mutu SDMK telah me-launching program e-learning PPDS/PPDGS berbasis website pada Agustus 2014, yang bertujuan untuk meningkatkan peluang menjadi dokter spesialis/dokter gigi spesialis, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan secara mandiri. Modul pembelajaran ini dapat diakses melalui website Badan PPSDM Kesehatan. Hanya saja seberapa besar pemanfaatan dan keberhasilan program ini oleh dokter umum / dokter gigi masih belum dapat diukur. Masih perlu dilakukan sosialisasi secara aktif tidak hanya kepada calon peserta, tetapi juga kepada Pemerintah Daerah melalui Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 28

37 Selain itu perlu dilakukan update dan pengayaan modul pembelajaran secara terusmenerus, mengikuti perkembangan akademis. Untuk itu, perlu dilakukan pemantauan atas program pembelajaran jarak jauh ini apakah telah tepat pada sasaran. INDIKATOR 3 : Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya Keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan salah satunya sangat ditentukan oleh kapasitas sumber daya manusianya, karena SDM merupakan aset utama yang berperan sebagai mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pemantauan dan evaluasi suatu kegiatan dan program. Dalam Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional, yang dimaksud dengan sumber daya manusia kesehatan (SDMK) adalah tenaga kesehatan (termasuk tenaga kesehatan strategis) dan tenaga pendukung/penunjang kesehatan yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya dalam upaya dan manajemen kesehatan. Dalam Perpres tersebut disebutkan pula bahwa sumber daya manusia kesehatan baik tenaga kesehatan maupun tenaga pendukung/penunjang kesehatan wajib memiliki kompetensi untuk mengabdikan dirinya di bidang kesehatan. Sumber daya manusia kesehatan baik tenaga kesehatan maupun tenaga pendukung/penunjang kesehatan, mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhan dasarnya (hak asasi) sebagai makhluk sosial, wajib memiliki kompetensi, kewenangan untuk mengabdikan dirinya di bidang kesehatan, mempunyai etika, berakhlak luhur, dan berdedikasi tinggi dalam melakukan tugasnya. (Perpres 72/2012, Butir 273) SDM Kesehatan dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, baik melalui pendidikan maupun pelatihan. Melalui peningkatan kompetensi, diharapkan SDM Kesehatan akan senantiasa terpapar informasi kesehatan terkini (up to date), sehingga peningkatan kinerja dapat terjadi. 29

38 Untuk tahun 2016, jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya adalah sebanyak 37,830 orang, atau tercapai 176 % dari target yang ditetapkan sebesar orang. Tahun 2015 lalu, dari target orang, tercapai orang SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya (127 %), artinya terdapat kenaikan sebesar 49 %. Bila diproyeksikan ke target 2019, maka capaian kinerja indikator ini adalah 66 %. Peningkatan kualitas SDM Kesehatan melalui pelatihan didukung oleh kinerja 3 (tiga) Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) dan 3 (tiga) Balai Pelatihan Kesehatan yang menjadi UPT Badan PPSDMK, serta Balai Pelatihan Kesehatan Daerah (Bapelkesda) milik Pemerintah Daerah Provinsi melalui alokasi dana dekonsentrasi. Ada pula upaya Badan PPSDMK dalam peningkatan kualitas SDM kesehatan melalui pendidikan, dengan program inovasi percepatan peningkatan kompetensi dan kualifikasi pendidikan tenaga kesehatan dari pendidikan menengah dan Diploma I ke jenjang Diploma III. Program ini dilaksanakan melalui pendidikan reguler dan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) Poltekkes yang telah dilaksanakan sejak tahun Akan tetapi pelaksanaan melalui program pendidikan reguler untuk tahun 2016 ini masih terkendala dalam regulasinya. Untuk itu perlu dilakukan percepatan regulasi dengan berkoordinasi dengan Kemenristek Dikti dn Kemen PAN-RB. Grafik 3.5. Target dan Capaian Indikator Jumlah SDM Kesehatan yang Ditingkatkan Kompetensinya per Tahun Target Capaian 30

39 Pencapaian indikator jumlah SDM kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya dihitung dari total penjumlahan jumlah SDM Kesehatan yang mendapat sertifikat pada pelatihan teknis dan fungsional terakreditasi, ditambah dengan jumlah jumlah pendidik dan tenaga kependidikan yang ditingkatkan kapasitasnya dan jumlah peserta baru penerima bantuan pendidikan. Untuk tahun 2016, jumlah peserta baru penerima bantuan pendidikan adalah sebanyak orang, dengan rincian orang mengikuti tugas belajar untuk jenjang pendidikan D-III, D-IV, S-1, S-2, S-3 dan profesi; serta 396 orang penerima bantuan program pendidikan dokter spesialis/dokter gigi spesialis. 30 Sementara jumlah SDM Kesehatan yang mendapatkan pelatihan pada pelatihan terakreditasi pada tahun 2016 adalah orang, serta untuk pendidik dan tenaga kependidikan yang ditingkatkan kapasitasnya melalui pelatihan adalah sebanyak orang. Tabel 3.2. Jenis Pelatihan Tahun JENIS PELATIHAN JUMLAH PESERTA 1 Pre Service 1 Prajabatan 0 2 Pratugas 0 2 In Service 1 Penjenjangan 2 Manajemen 1 Manajemen Kesehatan Manajemen Non Kesehatan Teknis 1 Teknis Profesi Kesehatan Teknis Program Kesehatan Teknis Umum/Administrasi dan Manajemen Fungsional 1 Fungsional Kesehatan Fungsional Non Kesehatan 585 JUMLAH (Sumber : Pusat Pelatihan SDM Kesehatan, 2016) 31

40 Sementara jumlah pendidik dan tenaga kependidikan yang ditingkatkan kapasitasnya pada tahun 2016 adalah sebanyak dengan rincian sebagai berikut : Tabel 3.3. Jumlah Pendidik dan Tenaga Kependidikan Yang Ditingkatkan Kapasitasnya Tahun (Sumber : Pusat Pendidikan SDMK, 2016) B. REALISASI ANGGARAN Dalam upaya mencapai sasaran strategis meningkatnya jumlah, jenis, kualitas dan pemerataan tenaga kesehatan, pada tahun 2016 Badan PPSDM Kesehatan dialokasikan anggaran sebesar Rp ,-. Anggaran tersebut dibagi berdasarkan belanja, menjadi Rp ,- untuk belanja pegawai, Rp ,- untuk belanja barang, dan Rp ,-untuk belanja modal. Komposisi alokasi pagu berdasarkan Kewenangan dan Belanja, dapat dilihat pada tabel berikut: 31 32

41 INSTANSI Tabel 3.3. Komposisi Alokasi Badan PPSDMK Per Kewenangan dan Belanja Tahun 2016 BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG BELANJA MODAL TOTAL Kantor Pusat BBPK / Bapelkes Poltekkes Kemenkes Dekonsentrasi TOTAL (Sumber : Business Inteligent Monev SMART, DJA Kemenkeu, 2016) Dikarenakan adanya Instruksi Presiden melalui Inpres nomor 4 tahun 2016 tertanggal 12 Mei 2016 dan Inpres nomor 8 tahun 2016 tertanggal 26 Agustus 2016 tentang Langkah-langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian / Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016, maka anggaran Badan PPSDM Kesehatan direvisi menjadi Rp ,-. Dari pagu anggaran sejumlah Rp tersebut terdapat pula anggaran yang di selfblocking sebesar Rp ,-, sehingga pagu yang bisa dimanfaatkan oleh Badan PPSDM Kesehatan adalah sebesar Rp ,- (Revisi dan Selfblocking Anggaran Badan PPSDM Kesehatan terlampir). Rincian alokasi anggaran pasca selfblocking dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.4. Alokasi Anggaran BPPSDMK Pasca Selfblocking Per Kegiatan Tahun KEGIATAN PAGU AWAL SELF BLOCKING PAGU PASCA SELF BLOCKING Peningkatan Mutu SDM Kesehatan Pelatihan SDM Kesehatan Pendidikan SDM Kesehatan Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Pelaksanaan Internship Tenaga Kesehatan Pembinaan dan Pengelolaan Pendidikan Tinggi Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pengembangan dan Pemberdayaan SDM (PPSDM) Kesehatan TOTAL (Sumber :Business Inteligent Monev SMART, DJA Kemenkeu, 2016) 33

42 Untuk tahun anggaran 2016, persentase realisasi anggaran Badan PPSDM Kesehatan adalah 86,43 % atau terealisasi sejumlah Rp ,- dari pagu pasca selfblocking. Rincian realisasi anggaran per kegiatan i) dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut : Tabel 3.5. Realisasi BPPSDMK Per Kegiatan Tahun 2016 KEGIATAN PAGU PASCA SELFBLOCKING REALISASI % Peningkatan Mutu SDM Kesehatan ,70 Pelatihan SDM Kesehatan ,18 Pendidikan SDM Kesehatan ,69 Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan ,66 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan ,50 Pembinaan dan Pengelolaan Pendidikan Tinggi ,34 Pelaksanaan Internship Tenaga Kesehatan ,95 TOTAL ,43 (Sumber :Business Inteligent Monev SMART, DJA Kemenkeu, 2016) Gambar Dashboard Kinerja Anggaran BPPSDMK Tahun 2016 Pada Aplikasi SMART DJA Kementerian Keuangan

43 Sumber : 34 Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi kinerja anggaran pada aplikasi SMART milik Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, nilai kinerja BPPSDMK Tahun Anggaran 2016 adalah 82,65 dan masuk dalam kategori Baik. C. SUMBER DAYA MANUSIA 34 Salah satu unsur penting yang mempengaruhi kinerja suatu organisasi adalah sumber daya manusia. Agar organisasi memiliki kinerja yang baik, dibutuhkan SDM yang cukup secara jumlah serta berkompeten dan berkualitas. Hingga akhir tahun 2016 jumlah pegawai negeri sipil yang bekerja di lingkungani Badan PPSDM Kesehatan berjumlah orang. Pegawai ini tersebar di Kantor Pusat dan seluruh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan PPSDM Kesehatan. Rincian jumlah pegawai negeri sipil di lingkungan Badan PPSDM Kesehatan dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 3.6. Jumlah PNS di Lingkungan BPPSDMK Berdasarkan Jabatan Tahun 2016 Jabatan Jumlah Struktural 200 Fungsional Staf Tabel 3.7. Jumlah PNS Di Lingkungan BPPSDMK Berdasarkan Golongan Per Unit Kerja Tahun Unit Kerja Golongan IV III II I Total Sekretariat Badan Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDMK Pusat Pendidikan SDMK Pusat Pelatihan SDMK Pusat Peningkatan Mutu SDMK BBPK dan Bapelkes Nasional Poltekkes Kemenkes

44 TOTAL Grafik 3.5. Komposisi PNS di Lingkungan BPPSDMK Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2016 Komposisi PNS BPPSDM KTahun % 42% Pria Wanita 36

INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN. Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016

INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN. Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016 INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016 Tantangan Pembangunan Kesehatan Derajat kesehatan rakyat yg setinggitingginya

Lebih terperinci

DUKUNGAN DAN PERAN BADAN PPSDM KESEHATAN DALAM PENINGKATAN MUTU PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT

DUKUNGAN DAN PERAN BADAN PPSDM KESEHATAN DALAM PENINGKATAN MUTU PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT 1 www.iakmi.or.id DUKUNGAN DAN PERAN BADAN PPSDM KESEHATAN DALAM PENINGKATAN MUTU PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT Yuti Suhartati, SKp, M.Kes Kepala Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan Badan Pengembangan

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan PPSDM Kesehatan tahun 2014 Page 1

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan PPSDM Kesehatan tahun 2014 Page 1 Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan PPSDM Kesehatan tahun 2014 Page 1 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya manusia

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan target program kegiatan tahunan dan indikator kinerja berdasarkan program,

Lebih terperinci

No. Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian 1 Jumlah Dokumen Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria PPSDM Kesehatan 20 Dokumen 21 Dokumen 105%

No. Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian 1 Jumlah Dokumen Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria PPSDM Kesehatan 20 Dokumen 21 Dokumen 105% S ekretariat Badan PPSDM Kesehatan merupakan unsur pelaksana yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan PPSDM Kesehatan, serta mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS

LAPORAN AKUNTABILITAS Pusat Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan SDM Kesehatan L LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Sekretaris Badan PPSDM Kesehatan

KATA PENGANTAR. Sekretaris Badan PPSDM Kesehatan KATA PENGANTAR Mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja

Lebih terperinci

Rencana Aksi Kegiatan

Rencana Aksi Kegiatan Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019 DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA PADA PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS

LAPORAN AKUNTABILITAS PUSAT STANDARDISASI, SERTIFIKASI DAN PENDIDIKAN BERKELANJUTAN SDM KESEHATAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KATA PENGANTAR P uji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

Lebih terperinci

Oleh SUHARDJONO, SE. MM. BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Oleh SUHARDJONO, SE. MM. BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI Oleh SUHARDJONO, SE. MM. BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI Disajikan Pada Semiloka Revisi PP38/2007 Tentang Pembagian Urusan Hotel Saphir Yogyakarta,

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN KATA PENGANTAR Segala puji dan rasa syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Administrasi Kepegawaian. Meningkatnya Pelayanan Administrasi Kepegawaian di Lingkungan Kementerian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Administrasi Kepegawaian. Meningkatnya Pelayanan Administrasi Kepegawaian di Lingkungan Kementerian Kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Kepmenkes Nomor 021/MENKES/SK/I/2011 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan (Renstra Kemenkes) Tahun 2010 2014 dalam melaksanakan tugas pokok dan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

LAKIP 2015 BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAKIP 2015 BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LAKIP 2015 BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 1 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum.wr.wb Alhamdulillah, kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.315, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. ORTA RS Kelas B dr. Suyoto. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2018 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT KELAS

Lebih terperinci

2017, No Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lem

2017, No Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lem No.13, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Dokter Spesialis. Wajib Kerja. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERAN TENAGA KESEHATAN VOKASIONAL DALAM PENGUATAN PELAYANAN PRIMER DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PERAN TENAGA KESEHATAN VOKASIONAL DALAM PENGUATAN PELAYANAN PRIMER DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERAN TENAGA KESEHATAN VOKASIONAL DALAM PENGUATAN PELAYANAN PRIMER DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Disampaikan dalam Pertemuan Koordinasi Nasional Pengembangan

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016 Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016 DIREKTORAT PELAYANAN KEFARMASIAN Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan KEMENTERIAN KESEHATAN RI KATA PENGANTAR Kami memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

Rencana Aksi Kegiatan Tahun

Rencana Aksi Kegiatan Tahun Rencana Aksi Kegiatan Tahun 2015-2019 DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI KATA PENGANTAR Kami memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhaanahu Wa Ta ala, Tuhan Yang Maha Kuasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan dengan amanat Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Strategis

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN SDM KESEHATAN

KATA SAMBUTAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN SDM KESEHATAN KATA SAMBUTAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN SDM KESEHATAN Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas izin- Nya maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pusat Pendidikan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PUSAT PENDIDIKAN SDM KESEHATAN TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA PUSAT PENDIDIKAN SDM KESEHATAN TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA PUSAT PENDIDIKAN SDM KESEHATAN TAHUN 2017 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN J a l a n H a n g J e b a t 3 B l o k F 3 K e b a y o r a n B a r u J a k a r

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan awal dari implementasi Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR: 12 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.165, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Tenaga Kesehatan. Penugasan. Khusus. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENUGASAN KHUSUS TENAGA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian laporan akuntabilitas kinerja Biro Umum Tahun 2016, mudah - mudahan dapat bermanfaat. Jakarta, Januari 2016 Kepala Biro Umum,

KATA PENGANTAR. Demikian laporan akuntabilitas kinerja Biro Umum Tahun 2016, mudah - mudahan dapat bermanfaat. Jakarta, Januari 2016 Kepala Biro Umum, KATA PENGANTAR Puji dan syukur selalu kita panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Biro Umum dapat diselesaikan. Laporan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN (REVISI)

RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN (REVISI) RENCANA AKSI KEGIATAN PUSAT PENDIDIKAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN TAHUN 2015 2019 (REVISI) Penyesuaian dengan Permenkes 64 Tahun 2015 PUSAT PENDIDIKAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN BADAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALIFIKASI PENDIDIKAN SDM KESEHATAN

PENINGKATAN KUALIFIKASI PENDIDIKAN SDM KESEHATAN PENINGKATAN KUALIFIKASI PENDIDIKAN SDM KESEHATAN Oleh : Yuti Suhartati Kepala Pusat Peningkatan Mutu SDMK Pertemuan Koordinasi Nasional Pengembangan Implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi Pada Poltekkes

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. No.585, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1144/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

LAKIP TA Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan i

LAKIP TA Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan i LAKIP TA 2014 - Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan i KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas izin-nya maka Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS/PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH JL.SUMBERGLAGAH PACET, MOJOKERTO Telp. (0321) 690441 Kode Pos. 61374 Fax

Lebih terperinci

Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan

Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan PRA RAKERKESNAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PALANGKARAYA, 17 FEBRUARI 2016 Pemenuhan, Pemerataan, Retensi dan Pendayagunaan SDM Kesehatan Untuk Mendukug Primary Health Care dan Pelayanan Kesehatan Rumah

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PROGRAM BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN TAHUN

RENCANA AKSI PROGRAM BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN TAHUN RENCANA AKSI PROGRAM BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN TAHUN 2015-2019 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENKES RI Jakarta, 2015 DAFTAR

Lebih terperinci

UPAYA PEMENUHAN JUMLAH, JENIS DAN KUALIFIKASI TENAGA KESEHATANDI FASYANKES MELALUI PERENCANAAN

UPAYA PEMENUHAN JUMLAH, JENIS DAN KUALIFIKASI TENAGA KESEHATANDI FASYANKES MELALUI PERENCANAAN UPAYA PEMENUHAN JUMLAH, JENIS DAN KUALIFIKASI TENAGA KESEHATANDI FASYANKES MELALUI PERENCANAAN DAN PENDAYAGUNAAN SDMK Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDMK Batam, 16 Oktober 2012 SUPPLY SIDE

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI, DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT 1. Mewujudkan kualitas pelayanan paripurna yang prima dengan mengutamakan keselamatan pasien dan berfokus pada kepuasan pelanggan. 2.

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2017, No Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tingg

2017, No Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tingg No.226, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Wajib Kerja Dokter Spesialis. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2 MOR SP DIPA-24.12-/2 DS3612-4187-984-7 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAHUN 2013 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN & PEMBERDAYAAN SDMK

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN & PEMBERDAYAAN SDMK KEBIJAKAN PENGEMBANGAN & PEMBERDAYAAN SDMK OLEH : Dr. dr. H. RACHMAT LATIEF, SpPD-KPTI, M. Kes, FINASIM Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel Disampaikan pada PERTEMUAN PEMUTAKHIRAN DATA SDMK TINGKAT

Lebih terperinci

SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (SDMK) DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (SDMK) DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (SDMK) DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN Peningkatan Kualifikasi SDM Kesehatan POKOPK BAHASAN 1) KETENAGAAN DI BANTEN DAN TANTANGAN SDM KESEHATAN KEDEPAN 2) PERAN DAN TANGGUNG

Lebih terperinci

Dr. Kirana Pritasari, MQIH Sekretaris Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan

Dr. Kirana Pritasari, MQIH Sekretaris Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Dr. Kirana Pritasari, MQIH Sekretaris Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Jakarta, 22 Maret 2017 OUTLINE PENYAJIAN: 2 3 4 5 SPM KESEHATAN DAERAH KABUPATEN/KOTA NO JENIS LAYANAN DASAR MUTU

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN SALINAN NOMOR 26/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PUSKESMAS DAN KLINIK

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PUSKESMAS DAN KLINIK KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PUSKESMAS DAN KLINIK KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Dr. dr. H. Rachmat Latief, Sp.PD. KPTI, M.Kes., FINASIM Disampaikan pada PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIS PENDAMPING

Lebih terperinci

Rencana Aksi Kegiatan

Rencana Aksi Kegiatan Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019 DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA PADA PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan nasional diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan I. Latar Belakang Beberapa pertimbangan dikeluarkannya Permenkes ini diantaranya, bahwa penyelenggaraan Pusat Kesehatan Masyarakat perlu ditata ulang untuk meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan, dan

Lebih terperinci

ARAH, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN TAHUN Oleh: Kepala Badan PPSDM Kesehatan

ARAH, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN TAHUN Oleh: Kepala Badan PPSDM Kesehatan ARAH, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN TAHUN 2015-2019 Oleh: Kepala Badan PPSDM Kesehatan Jakarta, 20 Juni 2014 Jakarta, 22 April 2015 Goals Pemerintah (Nawa Cita)

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA

PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA DR. BAMBANG GIATNO RAHARDJO, MPH KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI PERTEMUAN NASIONAL LINTAS PROGRAM DAN LINTAS

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT JENDERAL Jalan H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kavling 4-9 Jakarta 12950 Telepon (021) 5201590 {Hunting) GERMAS Nomor Lampiran Hal p*. Ai ^ Satu berkas Laporan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2017 1 KATA PENGANTAR Sekretariat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA MAGELANG RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MAGELANG

PEMERINTAH KOTA MAGELANG RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MAGELANG PEMERINTAH KOTA MAGELANG RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MAGELANG - 2021 i KATA PENGANTAR Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA KESEHATAN TAHUN

RENCANA AKSI KEGIATAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA KESEHATAN TAHUN RENCANA AKSI KEGIATAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2015-2019 KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENGEMBANGAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN PUSAT PENDIDIKAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tahun 2016 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019. Kementerian Kesehatan melaksanakan enam sasaran pokok

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN SAM MEDIKO LEGAL

STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN SAM MEDIKO LEGAL STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN SAM MEDIKO LEGAL Disampaikan pada Pertemuan Koordinasi Pelaksanaan Operasional Program (RAKORPOP) 30 November 2015 PERATURAN PER UU DASAR PERTIMBANGAN ROADMAP

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA 1 st INDONESIAN PUBLIC HEALTH STUDENT SUMMIT (IPHSS) FKM UI DEPOK 15 JULI 2011 1 UUD 1945 SETIAP ORANG BERHAK MEMPERTAHANKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1484,2014 KEMENHAN. Rumah Sakit. Dr. Sutoyo. Organisasi. Tata Kerja. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Karunianya Reviu Dokumen

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA POLTEKKES KEMENKES BANTEN TAHUN Pembinaan dan Supervisi - Uang Makan Mahasiwa yang di asramakan

RENCANA KINERJA POLTEKKES KEMENKES BANTEN TAHUN Pembinaan dan Supervisi - Uang Makan Mahasiwa yang di asramakan RENCANA KINERJA POLTEKKES KEMENKES BANTEN TAHUN 2015 1 2 No Sasaran Indikator Kinerja Meningkatnya lulusan tepat waktu Meningkatnya prestasi akademik peserta didik Persentase lulusan tepat waktu target

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDMK. Kepala Badan PPSDM Kesehatan Jakarta, 26 September 2012

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDMK. Kepala Badan PPSDM Kesehatan Jakarta, 26 September 2012 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDMK Kepala Badan PPSDM Kesehatan Jakarta, 26 September 2012 1 LANDASAN HUKUM PPSDM-K UUD 1945 UU 29/2004 PRAK.DOK UU 322004 PEM.DA. UU 17/2007 RPJP-N UU 36/2009

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/127/2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/127/2015 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/127/2015 TENTANG TIM PELAKSANA DAN PENGELOLA PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS/DOKTER GIGI SPESIALIS DALAM RANGKA PEMERATAAN

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa pembangunan yang berkeadilan dan demokratis

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan pada masing-masing

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM NUSANTARA SEHAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM NUSANTARA SEHAT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM NUSANTARA SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG NUSANTARA SEHAT

SEKILAS TENTANG NUSANTARA SEHAT Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Akan diresmikan Program Program Nusantara Sehat. Program ini bertujuan untuk menguatkan layanan kesehatan primer melalui peningkatan jumlah, sebaran, komposisi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. PENGANTAR

DAFTAR ISI. Hal. PENGANTAR DAFTAR ISI Hal. PENGANTAR i DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GRAFIK v DAFTAR GAMBAR vi IKHTISAR EKSEKUTIF vii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 2 B. Tujuan 3 C. Gambaran Umum Tugas dan Fungsi

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, No.16, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Pelayanan Kesehatan. Di Fasilitas Kawasan Terpencil. Sangat Terpencil. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2017 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Memasuki awal tahun 2016 sesuai dengan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) Inspektorat IV melakukan kegiatan yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA 2012 Kedeputian Pelayanan Publik Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum Wr. Wb

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum Wr. Wb KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum Wr. Wb Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-nya kami dapat menyusun Laporan Kinerja (LKJ) Komisi Pemilihan Umum

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1862, 2015 KEMENKES. Tenaga Kesehatan. Penugasana Khusus. Perubahan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1226, 2012 KEMENTERIAN KESEHATAN. Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 045 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas Kinerja RSUD dr Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo merupakan wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas sesuai visi dan misi yang dibebankan kepada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA POLTEKKES KEMENKES BANTEN TAHUN Program / Kegiatan. Penyusunan Dokumen Perencanaan Program dan Anggaran

RENCANA KINERJA POLTEKKES KEMENKES BANTEN TAHUN Program / Kegiatan. Penyusunan Dokumen Perencanaan Program dan Anggaran RENCANA KINERJA POLTEKKES KEMENKES BANTEN TAHUN 2016 No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target Program / Kegiatan Waktu Pelaksanaan Anggaran 1 Meningkatnya lulusan tepat waktu Persentase lulusan tepat

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN PUSAT DATA DAN INFORMASI TAHUN

RENCANA AKSI KEGIATAN PUSAT DATA DAN INFORMASI TAHUN RENCANA AKSI KEGIATAN PUSAT DATA DAN INFORMASI TAHUN 2015 2019 KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2017 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMO 3 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMO 3 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMO 3 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Identifikasi Masalah

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Identifikasi Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum RSUD Pasaman Barat merupakan Rumah sakit Kelas C yang berdiri berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2005 pada tanggal 1 April 2005 dalam bentuk Lembaga Teknis Daerah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN

RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN 2015-2019 BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENKES Kesehatan Gedung Prof Dr. Sujudi Lantai 8 9 Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav.

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 25 TAHUN 2017

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 25 TAHUN 2017 1 BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN

PENYELENGGARAAN PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN 15 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN PENYELENGGARAAN PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG KESEHATAN ADALAH HAK ASASI MANUSIA DAN INVESTASI KEBERHASILAN PEMBANGUNAN BANGSA VISI KEMENTERIAN KESEHATAN

LATAR BELAKANG KESEHATAN ADALAH HAK ASASI MANUSIA DAN INVESTASI KEBERHASILAN PEMBANGUNAN BANGSA VISI KEMENTERIAN KESEHATAN LATAR BELAKANG KESEHATAN ADALAH HAK ASASI MANUSIA DAN INVESTASI KEBERHASILAN PEMBANGUNAN BANGSA VISI KEMENTERIAN KESEHATAN MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN SALAH SATU STRATEGI PEMBANGUNAN

Lebih terperinci