TINJAUAN PUSTAKA Kesejahteraan Keluarga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Kesejahteraan Keluarga"

Transkripsi

1 7 TINJAUAN PUSTAKA Kesejahteraan Keluarga Undang-undang No 10 Tahun 1992 mendefinisikan keluarga sejahtera sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Sunarti (2008) membagi kesejahteraan keluarga menjadi kesejahteraan ekonomi (family well-being) dan kesejahteraan material (family material well-being). Kesejahteraan ekonomi diukur melalui kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan keluarga seperti pendapatan, upah, aset, dan pengeluaran keluarga, sedangkan kesejahteraan material diukur dari jumlah barang dan jasa yang dapat di akses oleh keluarga. Terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga. Martinez et al (2003) telah menelaah sebanyak 36 laporan dan hasil penelitian mengenai kesejahteraan keluarga. Hasil analisis menunjukkan bahwa kesejahteraan keluarga berhubungan dengan aspek kesehatan (health), ekonomi (economics factor), kehidupan keluarga yang sehat (healthy family life), pendidikan (education), kehidupan bermasyarakat (community life and community support) serta budaya dan keberagaman (culture and diversity). Beberapa indikator kesejahteraan keluarga yang telah digunakan dalam penelitian antara lain: indikator garis kemiskinan yang dikemukakan oleh world bank yaitu pendapatan US$ 1per hari dan US$ 2 per hari (Muladsih 2011), garis kemiskinan Badan Pusat Statistik atau BPS (Muladsih 2011 & Elmanora 2011), indikator BPS untuk menentukan sasaran program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yaitu 14 kriteria rumah tangga miskin (Muflikhati 2010), indikator kesejahteraan keluarga Badan Koordinasi dan Keluarga Berencana Nasonal atau BKKBN (Iskandar 2007 & Aniri 2008), indikator kemiskinan karena alasan ekonomi yang dikeluarkan BKKBN (Aniri 2008), indikator FINCA untuk menentukan sasaran program social metric matrix (Muflikhati 2010, Utami 2010 & Aniri 2008), indikator CBMS atau Community Based Monitoring System (Suryadarma et all 2005) dan Scorecard Poverty for Indonesia (Elmanora 2011).

2 8 Penelitian ini menggunakan Garis Kemiskinan (GK) BPS dan 14 kriteria rumah tangga miskin sasaran program BLT sebagai indikator kesejahteraan keluarga. Indikator Garis Kemiskinan mengukur jumlah penduduk miskin bergasarkan Garis Kemiskinan dengan nilai yang berbeda-beda berdasarkan wilayah yaitu untuk daerah perdesaan dan perkotaan. Menurut BPS, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan (jumlah rupiah untuk konsumsi per orang per bulan). Sampai bulan Maret 2010, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 31,02 juta jiwa (13,33 %). Jumlah ini telah mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya (14,15%). Penelitian ini menggunakan Garis Kemiskinan perdesaan sebagai indikator yaitu untuk wilayah Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar Rp ,00/kapita/bulan. Indikator penerima BLT muncul sebagai akibat kebijakan kenaikan harga BBM. Kriteria ini dilihat dari kondisi rumah tinggal dan pemenuhan kebutuhan dasar lain seperti pangan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Keluarga yang berhak mendapatkan BLT adalah keluarga yang memenuhi sembilan kriteria atau lebih. Sedangkan keluarga yang memenuhi kriteria kurang dari sembilan butir dinyatakan tidak miskin (BPS diacu dalam Muflikhati 2010). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga Menurut Syarief dan Hartoyo (1993) kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor ekonomi, budaya, teknologi, keamanan, kehidupan agama, dan kepastian hukum. Penelitian-penelitian mengenai kesejahteraan dilakukan dengan menggunakan beberapa indikator, seperti hasil penelitian Iskandar (2007) menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga menurut kriteria BPS antara lain pendidikan istri, pendapatan, pekerjaan suami (bukan buruh), kepemilikan aset, dan perencanaan. Penelitian Rambe (2004) menunjukkan kesejahteraan keluarga menurut Garis Kemiskinan BPS dipengaruhi oleh pendidikan suami, semakin tinggi pendidikan suami maka peluang untuk sejahtera juga akan semakin meningkat. Kondisi sosial ekonomi keluarga seperti besar keluarga, pendidikan, aset, pendapatan dan pengeluaran perkapita memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan keluarga di wilayah pesisir (Muflikhati et al 2010).

3 9 Strategi koping Menurut Voydanoff (1987), strategi koping adalah proses yang dilakukan oleh individu dan keluarga dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi kesulitan ekonomi. Upaya strategi koping bertujuan untuk menyelesaikan masalah dan mengatur emosi dalam menghadapi tekanan ekonomi yang dialami oleh keluarga. Beberapa strategi koping yang dapat dilakukan untuk mengatasi tekanan ekonomi keluarga antara lain: 1. Family Work Effort atau pengupayaan kerja bagi anggota keluarga yang dilakukan ketika pencari nafkah utama sudah tidak bekerja lagi. 2. Informal Economy. Kegiatan ini berupa penukaran antara barang dan jasa dengan uang (barter). Keterampilan melalui hobi yang dimiliki seperti pekerja kayu dapat memperoleh tambahan pendapatan dari kegiatan ini. Selain itu, terdapat juga keluarga yang menukarkan barang dan jasa dalam bentuk lain seperti peralatan rumah tangga, merawat anak dan transportasi. Penggunaan informal economy ini diasosiasikan dengan keluarga yang memiliki tekanan ekonomi dan kepuasan pernikahan yang rendah. 3. Financial Management atau manajemen keuangan. Hal ini dilakukan melalui pembuatan anggaran dan pembayaran tagihan. Strategi koping seperti penghematan dalam pengeluaran lebih sering dilakukan oleh keluarga saat menghadapi kesulitan ekonomi. Menurut McCubbin (1979) diacu dalam Friedman, Bowden, dan Jones (2003), koping keluarga adalah proses aktif yang dilakukan oleh keluarga dengan menggunakan sumber daya keluarga yang dimiliki dan mengembangkan perilaku baru untuk meningkatkan kekuatan keluarga dan mengurangi dampak stres terhadap anggota keluarga. Selanjutnya Friedman, Bowden, dan Jones (2003), mengumpulkan dua tipe strategi koping yang dapat dilakukan keluarga yaitu internal (internal family coping strategies) dan eksternal (external family coping strategis). Termasuk internal family coping strategies adalah strategi hubungan keluarga (resiliensi keluarga, berbagi/bercerita kepada seluruh anggota keluarga, dan fleksibilitas peran) strategi kognitif (normalisasi, mengartikan masalah, menyelesaikan masalah bersama, dan memperoleh informasi dan pengetahuan), dan strategi komunikasi (terbuka dan jujur, dan menggunakan humor). External family coping strategis terdiri atas strategi komunitas (memanfaatkan jejaring), strategi dukungan sosial (keluarga luas, teman, tetangga, kelompok, dan

4 10 dukungan sosial lainnya), strategi spiritual (nasehat, terlibat dalam kegiatan keagamaan, memiliki keyakinan terhadap Tuhan, dan berdoa). Menurut Puspitawati (1998), keluarga yang hidup di bawah tekanan akan mengalami stres ketika terjadi masalah, khusunya masalah keuangan. Lebih lanjut Puspitawati mengatakan bahwa terdapat dua tipe strategi koping yang dilakukan oleh keluarga ketika mengalami kesulitan keuangan yaitu menambah pendapatan (generating income) dan mengurangi pengeluaran (cutting back). Generating income adalah strategi untuk meningkatkan ketersediaan sumber daya uang di dalam keluarga yang dapat dilakukan dengan cara: anggota keluarga memiliki pekerjaan sampingan, menambah jam kerja atau menambah jumlah anggota keluarga yang bekerja. Akibat yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan waktu tambahan orang tua untuk bekerja adalah berkurangnya waktu orang tua untuk anak. Cutting back adalah strategi yang digunakan untuk merespon rendahnya keterbatasan sumber daya uang melalui pola pengeluaran yang berbeda sehingga dapat mengurangi pengeluaran. Biasanya keluarga mengurangi pengeluaran yang kurang penting, seperti rencana jalan-jalan. Akibatnya, keluarga mengalami penurunan standar hidup. Strategi penghematan ini lebih sering dilakukan oleh keluarga. Selain itu, tingkat kemiskinan berhubungan erat dengan strategi penghematan dibandingkan dengan strategi menambah pendapatan. Sunarti dan Khomsan (2006) diacu dalam Kusumo (2009) mengatakan bahwa keluarga petani memiliki strategi koping untuk memperoleh ketahanan pangan diawali dari mengurangi pangan sumber protein dengan harga mahal. Selanjutnya mengurangi frekuensi makan dan mencari bahan konvensional yang dalam situasi normal jarang dimakan, menerjunkan anggota keluarga yang selama ini tidak bekerja (anak-anak, orang tua, dan kaum perempuan) untuk bekerja mencari upah tunai. Jika hal ini belum berhasil, maka keluarga akan menjual aset yang dimiliki. Langkah terakhir yang dilakukan adalah sebagain anggota keluarga akan melakukan migrasi mencari nafkah ke luar daerah. Secara tradisional, tanggung jawab ekonomi atau pencari nafkah utama dalam keluarga dilakukan oleh suami. Akan tetapi, saat ini tidak hanya suami saja yang berperan dalam ekonomi keluarga. Banyak wanita yang memiliki peran ganda, yaitu di sektor domestik (ibu rumah tangga) dan sektor umum (wanita bekerja). Menurut Hayghe (1984) diacu dalam Voydanoff (1987) Amerika

5 11 mengalami kenaikan jumlah istri yang bekerja di sektor umum yaitu sebanyak 40 persen pada tahun 1970 meningkat menjadi 59 persen pada tahun Semua itu dilakukan istri agar pendapatan keluarga mampu mencukupi semua kebutuhan anggotanya sehingga tercipta kesejahteraan bagi seluruh anggota keluarga. Suryocondro (1987) dalam Suryawati (2002) menyatakan bahwa setiap wanita bekerja di luar rumah dapat membawa dampat positif terhadap pendapatan keluarga, yaitu dengan membantu atau menambah biaya hidup keluarga dan rata-rata wanita yang bekerja menyumbang 49% dari pendapatan keluarga. Selain itu, jumlah anak yang banyak bukan dijadikan sebagai aset (investasi) akan tetapi sebagai sumber tenaga kerja untuk menambah pendapatan (Rusastra & Napitupulu 2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Koping Hasil peneltian Firdaus dan Sunarti (2009) terhadap buruh pemetik teh menunjukkan bahwa usia suami istri memiliki hubungan negatif dengan strategi koping. Semakin tinggi usia istri dan suami memungkinkan jumlah tanggungan yang semakin besar dan atau memungkinkan keluarga memiliki tabungan dan aset, dan atau semakin mapannya pendapatan dan pengeluaran keluarga, sehingga koping yang dilakukan tidak dinamis. Selain itu, strategi koping tidak berhubungan dengan kesejahteraan keluarga. Lebih lanjut Firdaus (2008) menyatakan bahwa strategi yang paling efektif dipilih keluarga dalam menyikapi dampak krisis adalah mengurangi pengeluaran untuk makanan dan non makanan serta meningkatkan produktivitas usaha. Koping pendidikan kurang karena biaya pendidikan sudah ada standarnya. Penelitian Rachmawati (2010) menunjukkan bahwa besar anggota keluarga dan umur istri memiliki pengaruh positif terhadap strategi koping. Besarnya anggota keluarga akan meningkatkan pemenuhan kebutuhan anggota keluarga baik kebutuhan pangan maupun non pangan. Hukum Engel mengatakan bahwa semakin besar persentase pengeluaran pangan diasumsikan dengan semakin tidak sejahtera suatu keluarga. Sementara itu, hasil penelitian Simanjuntak (2010), strategi koping fungsi ekonomi terhadap keluarga penerima Program Keluarga Harapan (PKH) berhubungan signifikan dengan besar keluarga, jumlah utang, rasio utang dan aset, tekanan ekonomi, dan lama pendidikan ibu.

6 12 Investasi Sumber Daya Manusia Menurut Deacon dan Firebaugh (1988), modal manusia/sumberdaya manusia adalah jumlah total dari kapasitas atau kemampuan yang dimiliki oleh manusia dan cara penggunaan sumberdaya manusia yang berpengaruh terhadap sumberdaya di masa yang akan datang. Agar manusia dapat menggunakan sumberdaya yang dimilikinya, diperlukan suatu upaya berupa investasi sumberdaya manusia. Investasi sumber daya manusia merupakan perbaikan dalam pertumbuhan ekonomi (Steuerle & Reynolds 2007). Investasi untuk anggota keluarga dapat berarti sebagai investasi sumberdaya manusia yang dapat dilakukan melaui pendidikan, pengalaman, dan kesehatan. Investasi sumberdaya manusia diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup. Menurut Bryant dan Zick (2006), investasi pada anak terdiri dari dua komponen yaitu nilai uang dari jasa (seperti makanan, pakaian, rumah, transportasi, pendidikan, dan perawatan kesehatan) dan nilai waktu (merupakan waktu yang dihabiskan orang tua, khususnya ibu untuk membesarkan anak baik melalui perawatan maupun pemeliharaan). Anak merupakan sumberdaya untuk investasi. Salah satu investasi orang tua untuk membentuk SDM yang berkualitas adalah waktu dan pendapatan atau uang (Hartoyo 1998). Melalui investasi ini diharapkan anak dapat memiliki masa depan yang lebih baik. Orang tua menginginkan peningkatan kesejahteraan bagi anak-anaknya sehingga orang tua akan melakukan apa saja yang mereka butuhkan untuk memaksimalkan pendapatan mereka dengan harapan pengeluaran orang tua dalam investasi anak akan sama dengan biaya tambahan yang mereka keluarkan (Becker 1993). Investasi Pendidikan Termasuk dalam investasi pendidikan anak antara lain pembayaran Sumbangan Pembangunan Pendidikan (SPP), transportasi, buku pelajaran, les/kursus, seragam sekolah, uang saku, tas sekolah, sepatu, dan buku pendamping belajar (Suryawati 2002). Alasan seseorang menginvestasikan pendidikan adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kekayaan di masa yang akan datang dan semakin lama pendidikan maka akan semakin meningkat kesempatan seseorang dalam mengganti biaya pendidikannya (Bryant & Zick 2006).

7 13 Pendidikan merupakan jalan menuju produktivitas yang tinggi bagi masyarakat, sehingga diharapkan melalui pendidikan yang tinggi dapat menghasilkan SDM yang berkualitas. Akan tetapi, Mulatsih et al (2002) mengatakan bahwa masyarakat lapisan bawah menganggap pendidikan sebagi suatu pilihan dan bukan keharusan. Hal ini dikarenakan besarnya pengeluaran untuk biaya pendidikan. Selain itu, biaya pendidikan yang tinggi tidak diimbangi dengan adanya pemanfaatan kelulusan dalam dunia kerja. Menurut Barro dan Lee (2000), pada negara berkembang masih terdapat sebanyak 37 persen masyarakat dengan umur 25 ke atas yang tidak memiliki pendidikan formal, dan hanya sekitar 27 persen yang mencapai Sekolah Menengah Atas (SMA). Beberapa golongan masyarakat masih memiliki persepsi gender yang berbeda dalam investasi anak. Hasil penelitian Mulatsih et al (2003) di Kabupaten dan Kota Bogor menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat menganggap pendidikan anak laki-laki lebih diutamakan dibandingkan dengan anak perempuan. Perempuan memiliki peluang yang lebih kecil (hanya 50%) dibandingkan laki-laki untuk mendapatkan tingkat pendidikan yang sama. Hal ini diperkuat dengan nilai kesediaan orang tua untuk membayar (willingness to pay) waktu perjalanan pergi dan pulang dari sekolah untuk anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan. Artinya, orang tua menginginkan kualitas pendidikan yang lebih baik bagi anak laki-laki. Selain faktor jenis kelamin, perbedaan investasi sekolah juga disebabkan oleh jumlah anggota keluarga. Penambahan jumlah anggota keluarga akan mengurangi dukungan keluarga terhadap anak dalam penentuan sekolah karena adanya kesulitan keuangan dan hal ini mengindikasikan tingkatan yang rendah dalam investasi keluarga, tetapi tingkat akhir pendidikan tidak tergantung pada jumlah anggota keluarga atau ukuran keluarga (Leibowitz 1982). Investasi Kesehatan Cara lain yang dapat digunakan untuk investasi sumber daya manusia adalah melalui pengeluaran waktu dan uang dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Kelas aerobik, joging, pemeriksaan fisik, pemeriksaan gigi secara rutin dan pemberian nutrisi yang baik merupakan cara-cara yang dapat digunakan sebagai investasi dalam kesehatan. Investasi dalam bidang kesehatan tentunya berbeda dengan investasi dalam bidang pendidikan yang memiliki tujuan agar manusia memiliki produktivitas dan pendapatan yang tinggi dikemudian hari. Melalui investasi kesehatan, akan dapat memperpanjang umur

8 14 harapan hidup dan terhindar dari penyakit sehingga akan menghasilkan waktu produktif yang lebih tinggi. Akan tetapi, investasi kesehatan memiliki biaya tambahan yang lebih rumit dibandingkan dengan investasi pendidikan (Bryant & Zick 2006). Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Hasil penemuan BPS (2009) menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia dalam bidang kesehatan masih tergolong rendah. Sampai tahun 2009, masih terdapat sebesar 33,68 persen penduduk Indonesia yang mengalami keluhan kesehatan. Pendidikan secara positif berhubungan dengan investasi kesehatan. Selain itu, hasil penelitian Edwards dan Grossman (1979) diacu dalam Bryant dan Zick (2006) menunjukkan bahwa kesehatan juga berpengaruh terhadap perkembangan intelektual anak. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pendidikan dan kesehatan saling berkaitan. Alokasi Pendapatan (uang) Investasi dalam bentuk uang merupakan pendapatan keluarga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan anak. Sumber pendapatan berupa uang dapat berasal dari pekerjaan dan diluar pekerjaan. Pendapatan yang akan digunakan untuk investasi anak akan tergantung kepada empat sumber utama yaitu aset keluarga, kemampuan atau ketrampilan yang dimilik oleh keluarga, tingkat pendidikan akhir orang tua, dan investasi paska sekolah (Leibowitz 1982). Latar belakang sosial ekonomi keluarga akan mempengaruhi sumber daya orang tua yang diberikan terhadap anak dan kualitas anak (Woodhouse 1999). Jumlah anak akan mempengaruhi pembagian pendapatan orang tua untuk anak. Menurut Behrman, Pollak, dan Taubman (1988) diacu dalam Taubman (1996), peningkatan jumlah anak akan cenderung menurunkan pendapatan orang tua dan biasanya anak dihadapkan pada perbedaan alokasi uang. Pengeluaran orang tua dengan satu anak memiliki persentase yang lebih besar yaitu sekitar 25 persen, sedangkan untuk orang tua yang memiliki tiga anak atau lebih memberikan alokasi pengeluaran yang lebih sedikit yaitu sekitar 22 persen untuk masing-masing anak. Selain itu, biaya tahunan yang dikeluarkan untuk anak secara umum meningkat sesuai dengan bertambahnya umur anak (Lino 2009). Status sekolah anak juga berpengaruh terhadap alokasi pengeluaran untuk pendidikan. Anak yang bersekolah di sekolah swasta memiliki

9 15 alokasi pengeluaran pendidikan yang lebih besar dari pada anak yang sekolah di sekolah negeri (Suryawati 2002). Hasil penelitian Hartoyo (1998) di Agam (Sumatera Utara) dan Wonogiri (Jawa Tengah) menunjukkan bahwa pengeluaran keluarga, jumlah anggota keluarga, jumlah anak sekolah dan kelompok suku memiliki hubungan yang signifikan dengan pengeluaran perkapita untuk pendidikan. Keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang lebih besar akan memiliki alokasi pengeluaran perkapita pendidikan yang lebih kecil. Jumlah anggota keluarga memiliki hubungan positif dengan alokasi pengeluaran perkapita pendidikan. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan telah dirasa penting oleh sebagian keluarga. Keluarga mungkin mengorbankan biaya lain seperti biaya pangan untuk menutupi biaya pendidikan Jumlah pekerja dalam keluarga akan memberikan kontribusi berbeda terhadap alokasi pengeluaran. Menurut Lino (2009), di Amerika, keluarga dengan orang tua ganda (suami dan istri) memiliki alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak sebesar 31 persen untuk keluarga dengan pendapatan rendah dan sebanyak 45 persen dan 56 persen untuk keluarga dengan pendapatan sedang dan tinggi. Orang tua tunggal memiliki pengeluaran untuk pendidikan anak adalah sebesar 34 persen dan 44 persen untuk keluarga dengan pendapatan rendah dan tinggi. Pengeluaran untuk perawatan kesehatan berada pada rentang persen untuk keluarga dengan dua anak pada keluarga pada orang tua ganda dan sebesar persen untuk keluarga dengan dua anak pada keluarga orang tua tunggal. Secara umum, pengeluaran untuk perawatan kesehatan akan meningkat sesuai dengan umur anak dan tidak terlalu berbeda untuk setiap tingkat pendapatan. Pendapatan juga mempengaruhi investasi dan kesejahteraan psikologi ibu. Kesejahteraan psikologi ibu akan mempengaruhi perilaku ibu terhadap anak dan berhubungan dengan perilaku bermasalah anak. Menurut hasil penelitian Yeung, Linver, dan Brooks-Gunn (2002), tingkat dan stabilitas pendapatan keluarga memiliki pengaruh yang jelas terhadap fungsi keluarga dan kesejahteraan anak. Selain pendapatan, keluarga dapat memanfaatkan aset yang dimiliki untuk membantu pemenuhan kebutuhan anggotanya. Aset merupakan segala sumberdaya yang dimiliki oleh keluarga dan dapat diturunkan kepada anak. Aset dapat berupa uang tunai, tabungan, mobil, perhiasan, dll. Menurut Becker dan Tomes (2006), keluarga miskin akan lebih sulit memberikan

10 16 invetasi berupa uang untuk anak karena pinjaman yang digunakan untuk menambah kekurangan sumber daya tidak selalu tersedia. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sumber Daya Manusia Kualitas sumber daya manusia yang baik merupakan output dari investasi sumber daya manusia yang dilakukan orang tua sejak dini terhadap anak. Berbagai penelitian mengenai kualitas sumber daya manusia telah dilakukan sebelumnya. Penelitian Muflikhati (2010) yang dilakukan di wilayah pesisir menunjukkan bahwa wilayah, mata pencaharian, besar keluarga, dan pendidikan istri berpengaruh terhadap kualitas sumber daya keluarga. Alokasi pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan dipengaruhi oleh strata, kondisi, jumlah anggota keluarga yang bekerja, jumlah anak bersekolah, dan jenjang pendidikan anak yang sekolah (Zuraidah 1999). Hasil penelitian Hartoyo (1998) di Agam (Sumatera Utara) dan Wonogiri (Jawa Tengah) menunjukkan bahwa pengeluaran keluarga, pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, jumlah anak sekolah, dan kelompok suku berpengaruh terhadap pengeluaran uang untuk anak (pangan, pendidikan, dan kesehatan). Pendapatan dan pendidikan ayah berpengaruh terhadap besarnya alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak (Permatasari 2010). Sementara itu, hasil penelitian Suryawati (2002) mengenai alokasi pengeluaran uang untuk anak pada keluarga ibu bekerja dan tidak bekerja menunjukkan bahwa karakteristik keluarga (pendidikan istri, pendidikan suami, besar keluarga, jumlah anak usia sekolah, pendapatan keluarga, struktur keluarga, etnik dan status bekerja istri) akan mempengaruhi pengeluaran pendidikan untuk anak.

KAJIAN STRATEGI KOPING DAN PERILAKU INVESTASI ANAK PADA KELUARGA BURUH PEMETIK MELATI GAMBIR UMU ROSIDAH

KAJIAN STRATEGI KOPING DAN PERILAKU INVESTASI ANAK PADA KELUARGA BURUH PEMETIK MELATI GAMBIR UMU ROSIDAH 1 KAJIAN STRATEGI KOPING DAN PERILAKU INVESTASI ANAK PADA KELUARGA BURUH PEMETIK MELATI GAMBIR (Kasus di Desa Gelang, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah) UMU ROSIDAH DEPARTEMEN ILMU KELUARGA

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ali, M Pendidikan untuk pembangunan nasional: menuju bangsa Indonesia yang mandiri dan berdaya saing tinggi. Jakarta: Grasindo.

DAFTAR PUSTAKA. Ali, M Pendidikan untuk pembangunan nasional: menuju bangsa Indonesia yang mandiri dan berdaya saing tinggi. Jakarta: Grasindo. 77 DAFTAR PUSTAKA Ali, M. 2009. Pendidikan untuk pembangunan nasional: menuju bangsa Indonesia yang mandiri dan berdaya saing tinggi. Jakarta: Grasindo. Aniri, N.B. 2008. Analisis Faktor yang Berpengaruh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas bangsa ditentukan oleh kualitas penduduk yang tercermin pada kualitas sumberdaya manusia (SDM). Salah satu indikator kualitas penduduk adalah Human Development Index

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga 7 Definisi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan problematika kemanusiaan yang telah mendunia dan hingga kini masih menjadi isu sentral di belahan bumi manapun (Anonim 2008). Kemiskinan diartikan sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani Keluarga petani ialah keluarga yang kepala keluarga atau anggota keluarganya bermatapencaharian sebagai petani. Keluarga petani mendapatkan penghasilan utama dari kegiatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan BPS (2010), jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan sebesar 1,5 juta orang. Pada Maret 2009, jumlah penduduk miskin sebesar 32,5 juta orang, sedangkan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. 1 PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. Meskipun perekonomian Indonesia mengalami peningkatan, tetapi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional karena data yang diambil berkenaan dengan pengalaman masa lalu yaitu saat keluarga

Lebih terperinci

R Sq Linear = 0.02 R Sq Linear = 0.007 R Sq Linear = 0.027 150 pendidikan ibu, relasi gender, manajemen keuangan, kesejahteraan keluarga subjektif, sebaliknya berhubungan negatif nyata dengan usia ibu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator berjalannya roda perekonomian suatu negara. Ketika ekonomi tumbuh, maka ada peningkatan produksi barang dan jasa yang memerlukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan Pendekatan Teori Keluarga Pengertian keluarga Teori Struktural Fungsional

TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan Pendekatan Teori Keluarga Pengertian keluarga Teori Struktural Fungsional 7 TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan Pendekatan Teori Keluarga Pengertian keluarga Keluarga menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Keuangan Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Keuangan Keluarga 5 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Keuangan Keluarga Manajemen merupakan salah satu turunan ilmu ekonomi. Walaupun manajemen tidak membuat sumberdaya yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan menjadi

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Tuntutan Kemiskinan terhadap Peran Ekonomi Perempuan Permasalahan keluarga yang ada saat ini didominasi oleh adanya masalah sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Perempuan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan Hutan memiliki kedekatan hubungan dengan masyarakat disekitarnya terkait dengan faktor ekonomi, budaya dan lingkungan. Hutan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lokasi Penelitian 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lokasi Penelitian Secara administratif, Desa Gelang termasuk dalam wilayah Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Luas Desa Gelang adalah 187.800

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat yang terbentuk dari hubungan pernikahan laki-laki dan wanita untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi masalah yang mengancam Bangsa Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta jiwa yang berarti sebanyak 16,58

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Nelayan Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya

Lebih terperinci

BERITA RESMI. Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Profil Penerima Manfaat BUMI di Sukabumi

BERITA RESMI. Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Profil Penerima Manfaat BUMI di Sukabumi No. 02/02/BR/II/2017, 23 Februari 2017 Profil Penerima Manfaat BUMI di Sukabumi Pada tahun 2012, Sukabumi memulai program zakat produktif yang disebut "Bangkit Usaha Mandiri Sukabumi Berbasis Masjid" (BUMI).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Contoh dan Metode Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Contoh dan Metode Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan menggunakan metode survei. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia masih merupakan masalah yang belum teratasi. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Tahun 2010 adalah 31 juta jiwa atau sebesar 13 persen (BPS 2010).

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan dalam dua tahun terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun menjadi 5,2%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah terjadi sejak dahulu kala. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal, kepemilikan lahan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Keluarga 5 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Keluarga Undang-Undang No.52 tahun 2009 mendefinisikan keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia tua merupakan waktu bagi seseorang untuk bersantai dan menikmati sisa kehidupannya, tetapi tidak di sebagian besar negara berkembang seperti di Indonesia. Mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Teknik Pemilihan Responden

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Teknik Pemilihan Responden 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari objek dalam satu waktu tertentu, tidak berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sebanyak 189 negara mendeklarasikan Millenium Development Goals (MDGs) dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsabangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara sedang berkembang adalah jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Sosial Demografi Demografi merupakan ilmu yang memepelajari struktur dan proses di suatu wilayah. Demografi menurut PhilipM.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, artinya data penelitian dikumpulkan pada satu periode waktu tertentu. Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 26 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden 5.1.1. Umur Karakteristik internal dari suatu individu salah satunya adalah umur. Dimana umur dapat mempengaruhi fungsi dan fisikologis individu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Becker (1965), mengembangkan teori yang mempelajari tentang perilaku rumahtangga (household behavior). Teori tersebut memandang rumahtangga sebagai pengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 banyak menyebabkan munculnya masalah baru, seperti terjadinya PHK secara besar-besaran, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu. Pemillihan tempat dilakukan dengan cara pupossive, yaitu

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELUARGA BADRANINGSIH LASTARIWATI/UNY

PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELUARGA BADRANINGSIH LASTARIWATI/UNY PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELUARGA BADRANINGSIH LASTARIWATI/UNY MANAJEMEN Manajemen adalah upaya untuk mengelola sumberdaya yang dimiliki seoptimal mungkin untuk mencapai hasil yang diharapkan. Proses dalam

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN 5.1 Faktor Internal Responden Penelitian Faktor internal dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2008), Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai 2009. Adapun pada tahun 2009 jumlah penduduk Jawa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Cikahuripan merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 702 Ha, ketinggian diatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara sedang berkembang kemiskinan adalah masalah utama. Menurut Chambers (1983), kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang

Lebih terperinci

V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA

V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA 63 V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA Bab berikut membahas struktur pasar tenaga kerja yang ada di Indonesia. Tampak bahwa sebagian besar tenaga kerja Indonesia terserap di sektor jasa. Sektor jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia diarahkan untuk pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Termasuk dalam proses pembangunan adalah usaha masyarakat untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi,

TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi, 27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemiskinan Masyarakat miskin adalah masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk mengakses sumberdaya sumberdaya pembangunan, tidak dapat menikmati fasilitas mendasar seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan institusi terkecil dalam masyarakat yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan bahwa keluarga

Lebih terperinci

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia,

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia, Kemiskinan Termasuk bagian penting dari aspek analisis ketenagakerjaan adalah melihat kondisi taraf kehidupan penduduk, yang diyakini merupakan dampak langsung dari dinamika ketenagakerjaan. Kemiskinan

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Sebelum membahas pola pembagian peran dalam keluarga responden, terlebih dahulu akan di jelaskan mengenai karakteristik responden yang akan dirinci

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

Strategi Koping Fungsi Ekonomi: Strategi penghematan Strategi penambahan pendapatan. Dukungan Sosial: Keluarga Besar Tetangga. Input Throughput Output

Strategi Koping Fungsi Ekonomi: Strategi penghematan Strategi penambahan pendapatan. Dukungan Sosial: Keluarga Besar Tetangga. Input Throughput Output 34 KERANGKA PEMIKIRAN Kemiskinan yang melanda bangsa Indonesia selama bertahun-tahun menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah meningkatnya harga kebutuhan pokok yang mengakibatkan

Lebih terperinci

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KRITERIA KEMISKINAN BPS GARIS KEMISKINAN Kota Bogor tahun 2003: Rp 133 803/kap/bln Kab Bogor tahun 2003: Rp 105 888/kap/bln UNDP US 1/kap/day tahun 2000 US 2/kap/day

Lebih terperinci

Oleh: Elfrida Situmorang

Oleh: Elfrida Situmorang 23 Oleh: Elfrida Situmorang ELSPPAT memulai pendampingan kelompok perempuan pedesaan dengan pendekatan mikro kredit untuk pengembangan usaha keluarga. Upaya ini dimulai sejak tahun 1999 dari dua kelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kelesuan ekonomi yang berpengaruh pula pada emosi masyarakat dan. kepada pengangguran yang meluas. Disamping itu harga-harga kebutuhan

I. PENDAHULUAN. kelesuan ekonomi yang berpengaruh pula pada emosi masyarakat dan. kepada pengangguran yang meluas. Disamping itu harga-harga kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran merupakan masalah pokok dalam suatu masyarakat modern. Jika tingkat pengangguran tinggi, sumber daya menjadi terbuang percuma dan tingkat pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Upaya pembanguan ini ditujukan

Lebih terperinci

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang Bab Dua Kajian Pustaka Pengantar Pada bab ini akan dibicarakan beberapa konsep teoritis yang berhubungan dengan persoalan penelitian tentang fenomena kegiatan ekonomi pedagang mama-mama asli Papua pada

Lebih terperinci

BAB 9. KELUARGA DAN TENAGA KERJA WANITA (TKW) Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB 9. KELUARGA DAN TENAGA KERJA WANITA (TKW) Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati BAB 9. KELUARGA DAN TENAGA KERJA WANITA (TKW) Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati Dilema TKW dalam Sistem Patriarki Sesuai dengan norma masyarakat yang umumnya berlandaskan sistem patriarki, maka simbol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara berkembang di dunia. Hal yang paling mendasar yang umum dijumpai dalam suatu negara berkembang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Negara dapat dikatakan maju apabila memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas. Pembangunan sumberdaya manusia sangat penting dan strategis guna menghadapi era persaingan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dan paling banyak menyerap tenaga kerja. Devisa yang dihasilkan oleh

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dan paling banyak menyerap tenaga kerja. Devisa yang dihasilkan oleh I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor yang dapat diandalkan dalam perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan tingginya sumbangan devisa yang dihasilkan dan paling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksikan akan meningkat cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah Satu indikator kemajuan pembangunan suatu bangsa adalah tingkat capaian Sumber Daya Manusianya, bahkan pendidikan merupakan bagian utama untuk suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk suatu negara merupakan sumber daya manusia yang memiliki potensi atau peranan yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi. Penduduk tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Peranan bagi wanita secara keseluruhan dapat dikatakan sebagai sesuatu yang mulia dan dijunjung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persedian sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persedian sumber BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Secara ekonomi kemiskinan dapat diartikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan adalah kondisi dimana ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Secara umum, pendidikan ayah dan pendidikan ibu berpengaruh positif terhadap probabilitas bersekolah bagi anaknya, baik untuk jenjang SMP maupun SMA. Jika dibandingkan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Provinsi Sumatera Barat yang identik dengan Minangkabau merupakan satu-satunya daerah di Indonesia yang menganut sistem matrilineal. Masyarakat Minangkabau ini pun merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan dasar dan paling essensial dari pembangunan tidak lain adalah mengangkat kehidupan manusia yang berada pada lapisan paling bawah atau penduduk miskin, kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 49 BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 6.1 Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional Remitan merupakan pengiriman uang ke daerah asal, seperti diungkapkan Connel (1979) dalam Effendi (2004), menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu indikator dari pemberdayaan masyarakat adalah kemampuan dan kebebasan untuk membuat pilihan yang terbaik dalam menentukan atau memperbaiki kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Strategi Bertahan Strategi bertahan hidup menarik untuk diteliti sebagai suatu pemahaman bagaimana rumah tangga mengelola dan memanfaatkan aset sumber daya dan modal yang dimiliki

Lebih terperinci

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP 65 V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP Kecamatan Cimarga merupakan salah satu kecamatan yang melaksanakan program SPP sejak diselenggarakannya

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR Kerangka Konseptual Kegiatan Bekerja dalam Keluarga ).

KERANGKA BERPIKIR Kerangka Konseptual Kegiatan Bekerja dalam Keluarga ). 45 KERANGKA BERPIKIR Kerangka Konseptual Kegiatan Bekerja dalam Keluarga Menurut Gronau (1977), untuk menghasilkan barang dan jasa melakukan aktivitas produktif yang menghasilkan pendapatan (dibayar) dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Indeks Pembangunan Manusia Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan

Lebih terperinci

f f f i I. PENDAHULUAN

f f f i I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi yang kaya akan simiber daya alam di Indonesia. Produksi minyak bumi Provinsi Riau sekitar 50 persen dari total produksi minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

MOTIVASI WANITA BEKERJA DALAM RANGKA MENINGKATKAN PERANNYA DI BIDANG EKONOMI

MOTIVASI WANITA BEKERJA DALAM RANGKA MENINGKATKAN PERANNYA DI BIDANG EKONOMI MOTIVASI WANITA BEKERJA DALAM RANGKA MENINGKATKAN PERANNYA DI BIDANG EKONOMI Endang Sungkawati 1) Ratnawati 2) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Wisnuwardhana Malang Jl. Danau Sentani 99 Malang endang_sung@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan

Lebih terperinci

Distribusi Variabel Berdasarkan Tingkat Analisis, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran

Distribusi Variabel Berdasarkan Tingkat Analisis, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran Distribusi Variabel Berdasarkan, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran No 1. Individu Umur Umur dihitung berdasarkan ulang tahun Demografi yang terakhir (berdasarkan konsep demografi). Pencatatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Emplek-emplek menir ketepu, wong lanang goleke kayu wong wadon sing adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki carilah kayu

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci