BAB II LANDASAN TEORI 2.1 DEFINISI KOPLING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI 2.1 DEFINISI KOPLING"

Transkripsi

1 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 DEFINISI KOPLING Kopling merupakan suatu komponen dari mesin yang sangat diperlukan untuk sebuah mesin agar bisa beroperasi dengan baik, karena kopling merupakan penghubung poros penggerak dan poros yang digerakan supaya tidak terjadi gesekan tiba-tiba, sehingga mengakibatkan kerusakan fatal antara roda gigi yang bersentuhan (Sumber: Wattimena, 2013). Mesin penggerak seperti turbin, gas, turbin uap, motor bakar, dll sedangkan mesin yang digerakan misalnya pompa, generator listrik, kompresor, dll. Kopling dapat meneruskan putaran dan daya secara pasti jika ditinjau secara langsung pada pemakaiannya, misalnya pada pabrik-pabrik, dll (Sumber: Darma &Wulandari, 2013). Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan kopling, antara lain : a. Pemasangan mudah dan cepat b. Ringkas dan ringan c. Aman pada putaran tinggi dan memiliki putaran yang kecil d. Sedapat mungkin dihindari adanya permukaan yang menjorok e. Dapat mencegah pembebanan lebih f. Sedikit mungkin adanya gerakan aksial pada poros apabila terjadi pemuaian karena panas.

2 7 2.2 JENIS - JENIS KOPLING Secara umum koling dibagi menjadi 2 (dua) jenis. Sebagai berikut; Kopling Tetap Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakan secara pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut terletak pada satu garis lurus atau berbeda sedikit, maka kopling tetap selalu dalam keadaan terhubung, ada beberapa jenis kopling tetap, antara lain : a. Kopling Kaku Digunakan apabila kedua poros dari sebuah mesin harus berhubungan dengan sumbu segaris, kopling jenis ini biasanya dipakai pada poros mesin turbin dan transmisi umum di pabrik-pabrik. Kopling kaku terdiri atas nafdenfan flans yang terbuat dari besi cor atau baja cor, dan dipasang pada ujung poros dengan diberi pasak serta diikat dengan baut pada flansnya. Dalam beberapa hal nafdenfan flans dipasang pada poros dengan sambungan pres atau kaku, contohnya kopling yang menghubungkan antara sebuah motor listrik serta turbin sehingga dapat memilih poros yang sesuai dengan kopling kaku sebagai penghubung kedua poros tersebut. Adapaun ketidak lurusan biasa terjadi pada poros dalam bentuk : 1) Radial, yaitu sumbu kedua poros itu sejajar tapi tidak seimbang. 2) Menyudut, yaitu kedua poros tersebut membuat poros lancip satu sama lain 3) Mengambang, yaitu bila terjadi gerakan aksial antara satu atau bahkan keduaduanya. Gambar 2.1 Kopling Flens Kaku (Sumber: peduliotomotif.blogspot.co.id,2012)

3 8 b. Kopling Fluida Adalah kopling yang digunakan untuk meneruskan daya dengan menggunakan fluida sebagai perantara, dengan kata lain dalam kopling ini tidak terdapat hubungan mekanis antara kedua poros, kopling ini memiliki beberapa keuntungan antara lain ketika terjadi pembebanan lebih penggerak tidak akan tertekan momen yang melebihi batas kemampuan. Selain itu, pada kopling ini dapat dipilih diameter poros yang kecil. Kopling fluida sangat cocok untuk mentransmisikan putaran tinggi dengan daya besar. Keuntungan dari kopling ini adalah bahwa getaran dari sisi penggerak dan tumbukan dari sisi beban tidak saling diteruskan, demikian pula pada waktu terjadi pembebanan lebih, penggerak mulanya tidak akan ada momen yang melebihi batas kemampuan. Oleh karena itu umur mesin dan peralatan yang dihubungkannya menjadi lebih panjang dibandingkan dengan pemakain kopling tetap biasa (Sumber: Darma &Wulandari, 2013). Selain hal diatas, diameter poros juga dapat diambil lebih kecil, start dapat dilakukan dengan lebih mudah dan percepatan dapat berlangsung lebih kecil dan lebih halus, karena kopling dapat diatur sehingga penggerak mudah diputar terlebih dahulu sampai mencapai momen putarannya dan setelah itu momen diteruskan kepada poros yang digerakan. Jika beberapa kopling fluida dipakai untuk menghubungkan beberapa penggerak melalui cara serentak, didistribusikan beban yang merata diantara mesinmesin penggerak mula tersebut dapat diperoleh dengan mudah (Sumber: Wattimena, 2013). Gambar 2.2 Kopling Fluida (Sumber: peduliotomotif.blogspot.co.id,2012)

4 Kopling Tidak Tetap Prinsip kerja kopling tidak tetap adalah untuk merenggangkan dan menekankan plat kopling dalam keadaan berputar, kopling diapit oleh roda gaya dan sebuah penekanan yang kekuatan tekanan sanggup melawan moment puntir yang terjadi akibat berputarnya roda gaya yang disebabkan proses pembakaran dalam mesin. Cara kerja sentrifugal dalam kopling primer diterapkan pada kanvas kpling, iitu sebabnya kopling primer sering disebut juga sebagai koling senrifugal (Sumber: Bagus Wibowo, 2012). Arus tenaga yang berasal dari poros engkol akan disalurkan ke kopling sekunder, cara kerja kpling sekunder ini sama dengan model konvesional diamana letak kopling sekunder berada pada poros gigi utama antara kopling primer dengan kopling sekunder dihubungkan melalui drive gear (Sumber: Darma &Wulandari, 2013). Ketika putaran mesin beralih lambat akibat pengendara gip gasnya, kanvas dan rumah kopling merenggang arus tenaga dari poros engkol pun terputus saat itu adalah kondisi yang tepat untuk melakukan perpindahan gigi. Perpindahan gigi pada saat putaran mesin tinggi akan mengakibatkan ausnya komponen kopling karena proses kerjanya yang berdasarkan putaran mesin atau rpm, kopling ganda juga disebut sebagai kopling secara manual untuk memutuskan dan meneruskan arus tenaga. Semuanya sudah diatur secara langsung oleh kopling primer (Sumber: Bagus Wibowo, 2012). Kopling tidak tetap merupakan penghubung antara poros yang bergerak dengan poros yang digerakan dengan putaran yang sama dalam meneruskan daya, serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut baik dalam keadaan diam maupun berputar, ini yang membedakan antara tetap dengan kopling tidak tetap. Kopling tidak tetap memiliki bermacam-macam bentuk, antara lain ; a) Kopling Cakar Kopling meneruskan moment dengan kontak positif (tidak dengan perantara gesekan) sehingga tidak terjadi slip. Kopling ini tidak dapat menimbulkan panas tetapi pemakaiannya terbatas pada torsi yang kecil dan kecepatan rendah. Perencanaan kopling ini harus cukup aman pada luas bantalan dan gesernya (Sumber: Putra & Kaelani, 2016).

5 10 Gambar 2.3 Kopling Cakar (Sumber: kontruksimesin.blogspot.co.id,2016) b) Kopling Plat Kopling ini dapat meneruskan moment dengan perantara gesekan, dengan demikian pembebanan yang lebih poros penggerak pada waktu digerakan dapat dihindari, selain itu karena dapat terjadi slip, maka kopling ini dapat juga berfungsi sebagai pembatas moment, menurut jumlah platnya kopling ini dapat dibagai atas kopling plat banyak. Dan menurut cara pelayanannya dapat dibagi atas cara manual, cara hidrolik dan cara magnetic. Gambar 2.4 Kopling Plat (Sumber: Paridawati,2013) c) Kopling Kerucut Kopling kerucut merupakan suatu kopling gesek dengan kontruksi sederhana dan mempunyai keuntungan dimana dengan gaya aksial yang kecil dapat ditransmisikan

6 11 moment yang besar. Kopling jenis ini dahulu sering dipakai tetapi sekarang tidak lagi, hal ini disebabkan daya yang diteruskan tidak seragam. Gambar 2.5 Kopling Kerucut (Sumber: peduliotomotif.blogspot.co.id,2012) d) Kopling Friwil Dalam permesinan seringkali diperlukan kopling yang dapat lepas dengan sendirinya bila poros penggerak mulai berputar lebih lambat atau dalam arah berlawanan dengan poros yang digerakan. Gambar 2.6 Kopling Friwil (Sumber: peduliotomotif.blogspot.co.id,2012) e) Kopling Sentrifugal Adalah kopling yang beroperasi secara otomatis dengan gerakan memutar melalui sisi samping, mekanisme kerja kopling sentrifugal adalah saat putaran mesin lambat kanvas belum mengembang masih tertahan oleh pegas rumah kopling yang berhubungan dengan kopling sekunder pun belum bergerak ketika digas dan putaran

7 12 mesin bertambah tinggi gaya sentrifugal pada kopling sentrifugal akan bekerja dan kanvas akan mengembang medekati rumah kopling akhirnya kedua komponen ini akan merapat saling mengunci (Sumber: Darma &Wulandari, 2013). Gambar 2.7 Kopling Sentrifugal (Sumber: motorplus-online.com,2014) 2.3 KOMPONEN UTAMA KOPLING Roda Penerus Selain sebagai penstabil putaran motor roda penerus juga berfungsi sebagai dudukan hampir seluruh komponen kopling roda penerus (fly weight) dipasang pada bagian belakang poros engkol untuk kendaraan bertransmisi manual. Tenaga putar dari mesin akan mudah hilang karena adanya gesekan, energi loss dan beban yang lain disinilah fungsi dari roda penerus tersebut. Roda penerus akan menyimpan tenaga putar tadi selama langkah lain selain langkah usaha. Roda penerus dilengkapi ring gear pada sisi luarnya yang berfungsi sebagai perkaitan motor starter saat melakukan start mesin, tugas roda penerus akan digantikan torque converter pada mesin bertransmisi automatic (Sumber: Darma &Wulandari, 2013). Gambar 2.8 Roda Penerus (Sumber: teknik-otomotif.com,2016)

8 Plat Kopling Kopling berbentuk bulat dan tipis terbuat dari plat baja berkualitas tinggi. Kedua sisi plat kopling dilapisi dengan bahan yang memiliki koefisien gesek tinggi, bahan gesek ini disatukan dengan plat kopling dengan menggunakan keeling (rivet) Gambar 2.9 Plat Kompling (Sumber: teknik-otomotif.com,2016) Plat Tekan Terbuat dari besi tuang, plat tekan berbentuk bulat dan diameternya hampir sama dengan diameter plat kopling. Salah satu sisinya (sisi yang berhubungan dengan plat kopling) dibuat halus sisi ini akan menekan plat dengan kebutuhan penempatan komponen kopling lainnya. Gambar 2.10 Plat Tekan (Sumber: teknik-otomotif.com,2016)

9 Unit Plat Penekan Sebagai satu kesatuan dengan plat penekan, plat penekan dilengkapi dengan sejumlah pegas spiral atau pegas diaphragm tutup dan tuas penekan. Pegas digunakan memberikan tekanan terhadap plat tekan plat kopling dan roda penerus jumlah pegas (kekuatan tekanan) disesuaikan dengan besar daya yang luruh harus dipindahkan. 2.4 PRINSIP CARA KERJA KOPLING Pada saat pedal kopling ditekan/diinjak ujung tuas akan mendorong bantahan luncur kebelakang, bantalan luncur akan menarik plat tekan melawan tekanan pegas pada saat plat tekan bergerak mundur plat kopling terbebas dari roda penerus dan perpindahan daya terputus, bila tekanan pedal kopling dilepas pegas kopling akan mendorong plat tekan maju dan menjepit plat kipling dengan roda penerus dan terjadi perpindahan daya. Pada saat plat tekan bergerak kedepan plat kopling akan menarik bantalan luncur, sehingga pedal kopling kembali ke posisi semula, selain secara Sekarang sudah banyak digunakan system hidrolik dan booster. Secara umum system hidrolik dan hidrolik booster adalah sama, perbedaannya pada system hidrolik booster digunakan booster untuk memperkecil daya tekan pada pedal kopling, pemilihan system yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan pada system hidrolik, pada saat pedal kopling fluida pada system akan meneruskan daya ini keluar silinder pada unit kopling, dan piston silinder unuk kopling akan mendorong tuas, dan seperti pada system mekanik, plat kopling terlepas, sehingga penerusan daya dari motor ke transmisi terputus, cara kerja system hidrolik ini sama seperti cara kerja pada system rem (Sumber: Darma &Wulandari, 2013). Saat putaran langsam atau stasioner gaya centrifugal yang terjadi saat sepatu bergesek dari unit kopling centrifugal belum mampu mengalahkan tegangan pegas centrifugal, sepatu gesek tidak mampu memutarkan rumah kopling sehingga kopling centrifugal belum bekerja, tenaga putaran mesin yang sudah diteruskan oleh tranmisi diam pada unit kopling centrifugal sehingga sampai keroda dan sepeda motor tidak berjalan (Sumber: Bagus Wibowo, 2012)..

10 15 Pada saat putara mesin ditambah kurang lebih 3000 rpm, gaya centrifugal yang terjadi pada sepatu bergesek sudah cukup besar. Sepatu kopling akan terlempar keluar dan menempel dengan rumah kopling, pada saat seperti ini kopling centrifugal mulai meneruskan tenaga putaran mesin keroda belakang sehingga sepeda motor mulai berjalan (Sumber: Darma &Wulandari, 2013). 2.5 SISTEM TRANSMISI OTOMATIS Sistem CVT (continous variable transmision) adalah sistem otomatis yang dipasang pada beberapa tipe sepeda motor saat ini. Sistem ini menghasilkan perbandingan reduksi secara otomatis sesuai dengna putaran mesin, sehingga pengendara terbebas dari keharusan memindahkan gigi, supaya lebih nyaman dan santai. Contoh sistem transmisi otomatis (CVT) yang digunakan pada kendaraan metic roda dua seperti Mio, Spin, Vario, dll, mekanisme V-belt tersimpan dalam ruangan yang dilengkapi dengan sistem pendingin untuk mengurangi panas yang timbul karen gesekan sehingga bisa tahan lebih lama. Sistem aliran pendingin v-belt ini dibuat sedemikian rupa sehingga terbebas dari kotoran atau debu dan air. Lubang pemasukan udara pendingin terpasang lebih tinggi dari as roda untuk menghidari masuknya air saat sepeda motor berjalan di daerah banjir (Sumber: Bagus Wibowo, 2012). Gambar 2.11 Transmisi CVT Otomatis (Sumber: otomotifmotormatic.com,2013)

11 Kelebihan Utama Dari Sistem CVT Sistem CVT dapat memberikan perubahan kecepatan dan perubahan torsi dari mesin ke roda belakang secara otomatis. Dengan perbandingan ratio yang sangat tepat tanpa harus memindah gigi, seperti pada motor transmisi konvensional. Dengan sendirinya tidak terjadi hentakan yang biasa timbul pada pemindahan gigi pada mesin-mesin konvensional. Perubahan kecepatan sangat lembut dengan kemampuan mendaki yang baik. System CVT terdiri dari pulley primary dan pulley secondary yang dihubungkan dengan V-belt (Sumber: Putra & Kaelani, 2016) Rangkaian Rute Tenaga a. Poros engkol langsung mengkopel pulley primary dan dengan V-belt memutar pulley secondary. b. Untuk menggerakan roda belakang menggunakan kopling centrifugal yang akan memutar rumah kopling c. Gaya centrifugal dari putaran rumah kopling ke putaran roda, direduksi melalui roda gigi perantara (gearbox) sehingga menghasilkan dua tahap reduksi Kontruksi dan Fungsi System transmisi otomatic terdiri dari 2 bagian, yaitu ; a. Bagian pulley primary (pulley pertama) Pada bagian poros engkol terdapat collar yang dikopel menyatu dengan fixed sheave (kita sebut F sheave), yaitu bagian pulley yang diam dan cam. Adapun sliding sheave (kita sebut S sheave) piringan pulley yang dapat bergeser terdapat pada bagian collar. Untuk menarik dan menjepit V-Belt terdapat rangkaian slinder section. Piringan pulley yang dapat bergeser (S sheave) akan menekan V-belt keluar melalui pemberat (roller weight) karena gaya centrifugal dan menekan S sheave sehingga bentuk pulley akan menyempit mengakibatkan diameter dalam pulley akan membesar. Komponen dalam pulley primary : 1) Dinding luar pulley penggerak dan kipas pendingin merupakan komponen pully penggerak tetap, selain berfungsi memperbesar perbandingan rasio dibagian tapi komponen ini terdapat kipas pendingin yang berfungsi sebagai pendingin ruang CVT agar belt tidak cepat panas dan aus.

12 17 2) Dinding dalam pulley penggerak merupakan komponen pulley yang bergerak menekan CVT agar diperoleh kecepatan yang diinginkan 3) Bushing/boosh sebagai poros dinding dalam pulley agar dinding dalam dapat bergerak mulus saat bergetar. 4) 6 buah peluru centrifugal (roller) adalah bantalan keseimbangan gaya berat yang berguna untuk menekan dinding dalam pulley primer sewaktu terjadi putran tinggi. Prinsip kerja roller : semakin berat rollernya maka dia akan bergerak semakin cepat mendorong movable drive face pada drive pully sehingga bisa menekan belt ke posisi terkecil, namun supaya belt dapat tertekan maksimal butuh roller yang beratnya sesuai, artinya jika roller terlalu ringan maka tidak dapat menekan belt secara maksimal efeknya tenaga tengah dan atas akan berkurang harus diperhatikan juga saat mengganti roller yang lebih berat harus memperhatikan torsi mesin. Sebab jika mengganti roller dengan yang lebih berat bukan berarti akan lebih respektif, karena roller akan terlempar lebih cepat sehingga pada saat akselerasi perbandingan rasio antara pulley primer dan pulley sekunder terlalu besar sehingga akan membebani mesin. Jika roller rusak/aus maka harus diganti karena kalau tidak diganti maka penekanan pada dinding dalam pulley primer kurang maksimal. Kerusakan atau keausan pada roller disebabkan karena pada saat penekanan dinding pulley terjadi gesekan antara roller dengan dinding dalam pulley primer sehingga lama kelamaan akan terjadi keausan pada roller. 5) Plat penahan, menahan gerakan dinding dalam agar dapat bergeser kea rah luar sewaktu terdorong roller. 6) V-Belt, penghubung putaran dari pulley primer ke pulley sekunder, besarnya v-belt bervariasi tergantung pabrikan motornya, v-belt terbuat dari bahan karet berkualitas tinggi, sehingga tahan terhadap gesekan dan panas. b. Bagian Pulley Secondary ( Pulley Kedua ) Terdiri dari piringan yang diam (fixed sheave) berlokasi pada as primary drive gear melalui bearing dan kopling sentrifugal (cluthch carrier) terkumpul pada bos dibagian fixed sheave. Piringan pulley yang dapat bergeser atau sliding sheave

13 18 menekan V-belt ke piringan yang diam (F Sheave) melalui tekanan per. Rumah kopling terkumpul menjadi satu dengan as drive gear. Pada saat putaran langsam kopling sentrifugal terlepas dari rumah kopling sehingga putaran mesin tidak diteruskan ke roda belakang. Komponen pulley secondary : 1) Dinding luar pulley sekunder: menahan sabuk/sebagai lintasan agar sabuk dapat bergerak kearah luar. 2) Pegas pengembali : mengembalikan posisi pulley ke posisi awal yaitu posisi belt terluar. Prinsip kerjanya adalah semakin keras per maka belt dapat terjaga lebih lama di kondisi paling luar dari driven pulley. Namun kesalahan kombinasi antara roller dan per cvt dapat menyebabkan kerusakan bahkan keausan pada system cvt. Berikut beberapa kasus yang sering terjadi : a) Per cvt terlalu keras jika dipaksakan dapat merusak clutch/kopling, panas yang terjadi di dalam cvt akibat perputaran bagain bagiannya dapat menyebabkan kekerasan tingkat materi part nya memuai. Pada tingkat panas tertentu materi parts tidak akan mampu menahan tekanan pada tingkat tertentu pula akhirnya per bukannya melentur atau menyepit kedalam tapi justru bertahan pada kondisi yang masih lebar, kopling yang sudah panas pun akan bisa rusak juga. b) Per cvt yang terlalu keras dapat membuat drive belt jauh lebih cepat aus karena belt tidak mampu menekan dan membuka driven pulley, belt semakin lama akan terkikis karena panas dan gerakan berputar dari driven pulley c) Kanpas kopling dan rumah kopling menyalurkan putaran dari pulley sekunder menuju gigi reduksi. Cara kerjanya Kopling sentrifugal : Pada saat putaran stationer/langsam, putaran poros pulley sekunder tidak di teruskan ke penggerak roda, ini terjadi karena rumah kopling bebas terhadap kampas, dan pegas pegembali yang terpasang pada pulley sekunder. Pada saat putaran stationer gaya sentrifugal dari kampas koplng mejadi kecil sehinga sepatu koling terlepas dari rumah kopling dan tertarik kearah poros pulley sekunder akibatnya rumah kopling jadi bebas. Saat putraran mesin bertambah gaya sentrifugal bertambah besar sehingga mendorong kampas

14 19 kopling mencapai rumah kopling dimana gayanya lebih besar dari pegas pengembali. d) Dinding dalam pulley sekunder sebagai lintasan agar pulley dapat bergerak ke posisi yang paling dalam pulley sekunder Sistem Pendingin Pada Rumah V-Belt dan Bagian Sliding A. Pendingin V-Belt Suhu dalam rumah V-blet sangat panas adapun panas yang ditimbulkan disebabkan oleh pana V-blet itu sendiri (adanya koefisien gesek atau sliding pada bagian pulley). Koefisien gesek dari kopling sentrifugal, panas karena mesin. Untuk itu pendingin mutlak harus diberikan sehingga diperlukan kipas pendingin dan sirukulasi udara yang baik untuk mengurangi panas yang timbul (Sumber: Darma &Wulandari, 2013).. Panas yang timbul secara berlebihan akan merusakkan V-belt dan mempengaruhi umur dari v-belt. Begitu juga kebersihan udara pendinginan tidak kalah pentingnya oleh karena itu dilengkapi dengan saringan udara untuk menyaring debu dan kotoran lain. Kemampuan pakai V-belt km. B. Pelumasan tipe basah dan tipe kering untuk bagian sliding Penggerak sistem v-belt terdiri dari banyak bagian yang bergeser untuk itu sangat penting dilindungi dari keausan dan juga agar dapat memberikan perbandingan ratio yang sesuai, sehingga sistem pelumasan sangat penting. Untuk pelumasan basah pada bagian-bagian secondary, as, bearing dan untuk pelumasan kering pada bagian pemberat dan sliding bos (Sumber: Darma &Wulandari, 2013) Cara Kerja Sistem Penggerak CVT A. Putaran Langsam Jika mesin berputrar pada putaran rendah daya putar dari poros engkos diteruskan ke pulley primary v-belt pulley secondary dan kopling centrifugal dikarenakan tenaga

15 20 putar belum mencukupi, maka kopling sentrifugal belum mengembang disebabkan gaya tarik per pada kopling masih lebih kuat dari gaya sentrifugal, sehingga kopling sentrifugal tidak menyentuh rumah kopling dan roda belakang tidak berputar (Sumber: Darma &Wulandari, 2013). B. Saat Mulai Berjalan Pada sat mesin bertambah kurang lebih rpm, maka gaya sentrifugal bertambah kuat dibandingkan dengan tarikan per sehingga mengakibatkan sepatu kopling mulai menyentuh rumah kopling dan mulai terjadi tenaga gesek. Dalam kondisi ini v-belt di bagian pulley primary pada posisi diamter dalam (kecil) dan dibagian pulley secondary pada posisi luar (besar) sehingga menghasilkan perbandingan putaran atau torsi yang besar menyebabkan roda belakang muah berputar. Kopling sentrifugal menyentuh rumah kopling, kopling sentrifugal mulai mengembang dari putaran ke rpm, kopling terkopel penuh pada putaran ke rpm (Sumber: Wattimena, 2013).. C. Putaran Menengah Pada saat putaran bertambah, pemberat pada pulley primary mulai bergerak keluar karena gaya sentrifugal dan menekan primary sling sheave ( piringan pulley yang dapat bergeser) system fixed sheave (piringan pulley yang diam) dan menekan v-belt kelingkaran luar dari pulley primary sehingga menjadikan diameter pulley primary membesar dan menarik pulley sekondari ke diameter yang lebih kecil. Ini dimungkinkan karena panjang v-beltnya tetap. Akhirnya diameter pulley primary membesar dan diameter pulley sekondary mengecil sehingga diameter pulley menjadi sama besar dan pada akhirnya putaran dan kecepatan juga berubah dan bertambah cepat (Sumber: Darma &Wulandari, 2013). D. Putaran Tinggi Putaran mesin lebih tinggi lagi dibandingkan putaran menengah maka gaya keluar pusat dari pemberat semakin bertambah. Sehingga semakin menekan v-belt ke bagian sisi luar dari pulley primary (diameter membesar) dan diameter pulley sekondary

16 21 semakin mengecil. Selanjutnya akan menghasilkan perbandingan putaran yang semakin tinggi. Jika pulley sekondary semakin melebar maka diamter v-belt pada pulley semakin kecil, sehingga menghasilkna perbadingan putaran yang semakin meningkat (Sumber: Wattimena, 2013). E. Cara Kerja Kopling Centrifugal Kering Kopling terkopel adalah sepatu kopling bergerak keluar dan memindahkan tenaga melalu gaya sentrifugal (Sumber: Darma &Wulandari, 2013). F. Torsi Cam/Cam Penambah Torsi Cam penambah torsi atau torsi cam dapat disebut dengan nama sensor torque perangkat ini dapat membuat sliding sheave atau piringan yang dapat bergeser secara otomatis bekerja jika torsi gaya putar yang besar diperlukan misalnya pada kondisi mendaki atau penambahan kecepatan. Jika pada pengoperasian kondisi normal. Apabila jalan mendaki atau penambahan percepatan beban roda belakang akan bertambah berat maka sliding sheave atau piringan yang dapat bergeser pada pulley secondary akan tergeser ke depan disebabkan adanya alur torsi cam yang mengarahkan kedalam sehingga pulley sekondary akan membesar dan torsi roda belakang akan bertambah besar (Sumber: Darma &Wulandari, 2013). G. Gear Reduksi Untuk menghasilkan total perbandingan putaran yang ideal antara poros engkol dan roda belakang diperlukan gear reduksi dengan dua kali reduksi. Tipe pertama roda gigi miring atau helical gear untuk mengurangi noise, adapun untuk gear mesin axle dan gear drive axle dengna tipe roda gigi lurus atau spur gear, untuk gear reduksi ini menggunakan pelumasan yang ada didalam gearbox yang terpisah dengan rumah v- belt dan rumah rem(sumber: Wattimena, 2013).

17 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalah yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat, skripsi ini menggunakan metode penelitian dengan melakukan pengujian. Pengujian yang dilakukan yaitu dengan mengubah kontruksi kanvas kopling untuk menimimalkan slip kopling, kehilangan tenaga saat akselerasi dapat dikurangi, meningkatkan efisiensi perpindahan tenaga dan mesin sampai ban belakang buka tutup gas lebih responsif dan cocok untuk jalan tanjakan dan menyelip (Sumber: Darma &Wulandari, 2013). 2.7 PRISIP KERJA KOPLING YANG DIRENCANAKAN Prinsip utama kerja kopling yang direncanakan adalah untuk meregangkan dan menekankan plat kopling dalam keadaan berputar. Kopling diapit oleh roda gaya dan sebuah penekan yang kekuatan tekanan sanggup melawan moment puntir yang terjadi akibat berputarnya roda gaya yang disebabkan proses pembakaran dalam mesin. Cara kerja sentifugal dalam kopling primer diterapkan pada kanvas kopling. Itu sebabnya kopling primer sering disebut juga sebagai sentrifugal. Arus tenaga yang berasal dari poros engkol akan disalurkan ke kopling sekunder, cara kerja kopling sekunder berada pada poros gigi utama. Antara kopling primer dengan kopling sekunder dihubungkan melalui drive gear (Sumber Wattimena, 2013). Ketika putara mesin beralih lambat akibat pengendara mengurani grip gasnya, kanvas dan rumah kopling merenggang, arus tenaga dari poros engkol pun terputus, saat itu adalah kondisi yang tepat untuk melakukan perpindahan gigi. Perpindahan gigi pada saat putaran mesin tinggi akan mengakibatkan ausnya komponen kopling. Karena proses kerjanya yang berdasarkan putaran mesinatau rpm itu, kopling ganda juga disebut sebagai kopling otomatis. Pengendara bebek tidak perlu repot lagi menekan handle kopling secara manual untuk memutuskan dan meneruskan arus tenaga. Semuanya sudah diatur secara langsung oleh kopling primer (Sumber: Wattimena, 2013).

18 JENIS KOPLING YANG DIINGINKAN Adapun spesifikasi kopling yang akan direncanakan adalah sebagai berikut; Jenis/type : kopling plat gesek Daya maksimum : 6.54 KM (8.9 ps) /8,000 rpm Torsi maksimum : 784 Nm (0.88 kgf.m)/ rpm Penggunaan : pada sepeda motor Yamaha Mio Soul 2.9 ANALISIS PEMILIHAN KOPLING Menurut Darma &Wulandari (2013) dalam perencanaan suatu unit kopling ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat kontruksi, beberapa titik pandang sebagai berikut: a. Kopling harus ringan, sederhana dan semurah mungkin dan mempunyai jari tengah sekecil mungkin b. Aman pada putaran tinggi dimana sedikit kemungkinan gesekan aksial pada poros c. Garis sumbuh arus segaris dan berdekatan d. Kopling dapat dipasang dan dilepas dengna mudah 2.10 PEMILIHAN JENIS KOPLING Setelah diperhatikan penjelasan diatas tentang keuntungan dan kerugain dari berbagai jenis kopling, sesuai dengan spesifikasi tugas perencanaan kopling yang digunakan pada sepeda motor yamaha MIO (Sumber: Wattimena, 2013). Daya = 6,7 kw Putaran = 5500 rpm

19 24 Pada perencanaan ini akan dirancang kopling tidak tetap termasuk kedalam jenis plat gesek. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan kopling yaitu ; Perencanaan mudah Konstruksi sederhana Bahan gesek tahan terhadap temperatur tingi Kopling bekerja dalam keadaan manual, basah dan multi plat Dapat diputuskan dan dihubungkan dalam keadaan diam maupun gerak 2.11 BAGIAN- BAGIAN KOPLING 1) Tutup kopling, dipasang pada poros roda gaya yang turut berputar dengan poros mesin 2) Plat penekan, berfungsi menekan plat kopling terhadap roda penerus atau roda gaya (flaywell) plat penekan harus tahan terhadap temperatur tinggi dan keausan karena adanya tekanan dari pegas pada saat kopling berhubungan maka akan terjadi slip. 3) Plat Kopling, terletak antara roda penerus dan plat penekan, untuk memperbesar gesekan maka kedua permukaan plat dipasangkan vas yang diikat dengan paku keling 4) Tuas penekan, dibeberapa tempat pada plat penekan dilengkapi dengan sejumlah tuas penekan yang ujungnya bersentuhan dengan bantalan pembebas BAGIAN- BAGIAN UTAMA KOPLING Menurut Wattimena (2013) poros merupakan baigan terpenting dari sebuah mesin, hampir setiap mesin memerlukan daya bersama putaran. Poros berguna untuk meneruskan daya dan putaran tersebut. Ada beberapa bentuk poros antara lain : 1) Poros Transmisi : pada poros ini terjadi pembebanan puntir murni atau puntir lentur. Daya ditransmisikan di poros ini melalui kopling, roda gigi, pulley sabu atau spoket rantai dll

20 25 2) Spindel : merupakan poros yang relatif pendek seperti pada poros utama mesin perkakas. Beban utama poros ini adalah putaran. Syarat yang harus dimiliki oleh proses ini ini defromasinya yang harus kecil dan bentuknya harus teliti. 3) Gandar : merupakan poros yang dipasang dada roda-roda kereta barang, dimana tidak terdpat beban puntir bahkan kadang-kadang tidak boleh berputer. 4) Spline : merupakan poros bintang yang mempunyai gigi-gigi luar yang terdapat pada poros dan gigi dalam yang terdapat pada naf. Spline dipakai untuk menetapkan bagain-bagain mesin seperti roda gigi dan kopling pada poros agar mencegah putaran secara bersamaan. Spline ini berfungsi menggerakan poros yang disebabkan plat gesek tidak menghantarkan daya. Dalam perencanaan poros pertama-tama ambil satu kasus dimana daya (P) satuan kw di transmisikan dan putaran poros n 1 (rpm) maka berdasarkan hal tersebut dapat dihitung hal-hal sebagai berikut : a) Daya yang akan ditransmisikan Jika p adalah nominal output dari motor penggerkan, maka berbagai macam fektor keamanan biasanya diambil dalam perencanaan, sehingga koreksi pertama dapat diambil kecil. Jika fector koreksi adalah (tabel 3.1) maka daya rencana (kw) sebagai acuan adalah : P d = (2.1) Tabel 2.1 Vektor daya yang akan ditransmisikan Daya yang ditransmisikan Daya rata-rata yang 1,2 2,0 diperlukan Daya maksimal yang 0,8 1,2 diperlukan Daya normal 1,0 1,5 (Sumber: Wattimena, 2013) Jika daya diberikan daya kuda (PS), maka harus dikalikan dengan 0,735 untuk mendapatkan daya dalam kw. b) Momen puntir dan tegangan geser

21 26 Jika momen puntir (disebut juga sebagai momen rencana) adalah T (kg.mm), maka : (2.2) Bila momen rencana T (kg.mm) pada suatu diameter poros d 2 (mm), maka tegangan geser (kg/mm 2 ) yang terjadi adalah : = (2.3) ( ) c) Bahan Poros Poros yang digunakan pada mesin umum biasanya terbuat dari baja batang yang ditarik dingin, sedangkan poros yang digunakan untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan. Baja karbon kontruksi mesin (disebut bahan S-C) yang dihasilkan dari igot yang di-kill (baja yang dioksidasikan dengan ferrossilikon dan dicor, kadar karbon terjamin). Spesifikasi bahan S-C seperti kekuatan tarik dan kekerasannya dapat dilihat tabel 3.2 d) Faktor keamanan Untuk menjamin kekuatan beban, diperlukan faktor keamanan yang dinyatakan dengan S 1. Untuk bahan S-F besarnya harga S 1 adalah 6,0 sedangkan untuk bahan S-C besar faktor keamanannya adalah 6,0 dengan mempertimbangkan pengaruh masa dan baja paduan. Selanjutnya perlu diperbaiki juga pengaruh kekeresan permukaan yang dinyatakan dengan S 2 dan mempunyai harga 2 sampai 3,0. Selain itu dalam merencanakan sebuah kopling kita juga perlu mengetahui koreksi terhadap momen puntir, faktor ini dinyatakan dengan K c. besarnya factor koreksi ini seperti yang dianjurkan oleh ASME (American Society of Mecanical Engineering) yaitu 1,0 (jika beban dikenakan secara halus); 1,0 1,5 (jika terjadi sedikit kejutan); 1,5-3,0 (jika diperkirakan terjadi tumbukan yang besar dan kejutan) (Sumber: Wattimena, 2013). Tabel 2.2 Batang baja karbon difinis dingin (sering dipakai untuk poros)

22 27 Lambang Perlakuan Panas Diameter (mm) Kekuatan Tarik (kg/mm 2 ) kekerasan S 35 C-D Dilunakan 20 atau kurang (82)-23 (87) Tanpa dilunakan 20 atau kurang (87)-25 (84) Tanpa dilunakan 20 atau kurang (80)-27 (85) S 45 C-D Tanpa 20 atau kurang (14) dilunakan (90) Tanpa 20 atau kurang (80) dilunakan (85) S 45 C-D Tanpa 20 atau kurang dilunakan (Sumber: Wattimena,2013) Meskipun diperkirakan hanya terjadi beban puntir saja, akan tetapi juga perlu ditinjau jika kemungkinan terjadi beban lentur. Oleh karena itu diperlukan pemakaian faktor koreksi untuk lenturan yang dinyatakan dengan C b2 yang harganya 1,2-2,3. Jika diperkirakan tidak terjadi pembebanan lentur, maka besar C b diambil 1,0 (Sumber: Wattimena, 2013). e) Tegangan geser yang diizinkan Besarnya harga tegangan geser yang diizinkan dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut : a = b/ (S 1 x S 2 ) (2.4) Dimana : a = Tegangan geser

23 28 b S 1 S 2 = Kekuatan tarik = Fektor keamanan yang tergantung pada jenis bahan = Fektor keamanan yang bergantung pada bentuk poros dimana harganya berkisar 1,3 3,0 f) Diameter Poros Dalam membuat diameter poros perlu diperhatikan momen puntir dan momen lentur dengan menggunakan faktor koreksi. Faktor koreksi untuk puntiran dinyatakan dengan dengan K t.sedangkan untuk lenturan dinyatakan dengan K m. Pada poros yang berputar dengan pembebanan momen lentur yang tetap, besarnya faktor K m adalah 1,5. Untuk beban tumbuhan ringan K m terletak antara 1,5 dan 2,0 dan untuk beban dengan tumbukan berat K m terletak antara 2 dan 3. Jika diperkirakan tidak ada terjadi pembebanan lentur maka K m = 0. Untuk menghitung diameter poros d s, menggunakan rumus : d s = ( ) (2.5) Dimana : Ds = Diameter (mm) Ta = Tegangan geser yang diizinkan (kg/mm2) Kt = Fektor koreksi puntiran Cb = Fektor koreksi lenturan T = Momen puntir (kg.mm) Diameter poros yang telah didapatkan pada perhitungan ini distandarkan menurut tabel 3.3 dengan diambil pembulatan terbesar yang terdekat (Sumber: Wattimena, 2013) PLAT GESEK Plat gesek berfungsi untuk meneruskan daya putar dari mesin ke gigi persneling melalui gesekan antara sesamanya. Gesekan ini terjadi akibat adanya gaya tekan pada bagian roda penerus, plat kopling dan plat penekan (Sumber: Wattimena, 2013). a) Pemilihan bahan Dalam pemilihan bahan untuk plat gesek hendaklah kitaa memperhatikan koefisiensi gesek dan tekanan permukaan yang diizinkan oleh bahan tersebut, hal ini dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini :

24 29 Tabel 2.4 Harga P a dan Bahan permukaan kontak P a (kg/mm 2 ) Kering Dilumasi Besi cor dan besi cor 0,10-0,20 0,08-0,12 0,09-0,17 Besi cor dan perunggu 0,10-0,20 0,10-0,20 0,05-0,08 Besi cor dan asbas (ditemum) 0,35-0,65-0,007-0,007 Besi cor dan serat 0,05-0,10 0,05-0,10 0,005-0,03 Besari cor dan kayu 0,10-0,35 0,02-0,03 (Sumber: Wattimena, 2013) Harap diperhatikan bahwa tekanan pada permukaan bidang gesek adalah tidak terbagi rata pada seluruh permukaannya; semakin jauh dari sumbu poros, tekanannya semakin kecil. b) Diameter Plat Gesek D 1 adalah diameter dalam dan D 2 adalah diameter luar bidang gesek. Karena bagian bidang gesek yang terlalu dekat pada sumbu poros hanya mempunyai pengaruh yang kecil saja pada bidang pemindahan momen, maka besarnya perbandingan D1/D2 jarang lebih rendah dari 0,5. c) Besaran Gaya Yang Menimbulkan Tekanan Pada bagian yang terdahulu telah disebutkan bahwa tekanan pada permukaan bidang gesek adalah tidak terbagi rata pada seluruh permukaannya,semakin jauh dari sumbu poros, tekanannya semakin kecil. Oleh karena itu perlu dihitung gaya yang menyebabkan tekanan pada permukaan bidang gesek tersebut.dengan menggunakan persamaan berikut : F = π/4 (2.6) Dimana : F = Gaya tekan pada permukaan plat gesek (kg) D 1 D 2 P a = Diameter plat gesek (mm) = Diameter luar plat gesek (mm) = Gaya tekan rata-rata bidang gesek (kg/mm d) Momen Gesek Jika koefisien gesek adalah µ, dan seluruh gaya gesek dianggap bekerja keliling rata-rata bidang gesek,maka momen geseknya adalah :

25 30 T = µf. (2.7) Dimana : T = Momen gesek (kg.mm) µ = Koefisien gesek (mm) F = Gaya tekan (kg) D 1 D 2 = Diameter plat gesek (mm) = Diameter luar plat gesek (mm) e) Momen Puntir Momen yang dihitung dari daya penggerak mula.jika daya penggerak mula adalah P (Kw), Fektor koreksi dan putaran poros kopling (rpm), maka momen puntir T (kg.mm) pada poros kopling adalah : T = 978 (2.8) T f P Fc = Momen Puntir = Fektor koreksi = Daya Penggerak mula = Putaran poros kopling

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Transmisi Transmisi yaitu salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk mendapatkan variasi momen dan kecepatan sesuai dengan kondisi jalan dan kondisi pembebanan,

Lebih terperinci

: Memperbaiki transmisi otomatis

: Memperbaiki transmisi otomatis RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Nama Sekolah Bidang Studi Keahlian Program Studi Keahlian Mata Pelajaran : SMK Negeri 2 Yogyakarta : Teknologi dan Rekayasa : Teknik Kendaraan Ringan : Sistem Pemindah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Transmisi Transmisi yaitu salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk mendapatkan variasi momen dan kecepatan sesuai dengan kondisi jalan dan kondisi

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Komponen yang terdapat pada transmisi otomatis Yamaha Mio. Sistem Transmisi otomatis terdiri dari dua bagian yaitu :

BAB IV PEMBAHASAN Komponen yang terdapat pada transmisi otomatis Yamaha Mio. Sistem Transmisi otomatis terdiri dari dua bagian yaitu : BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil pemeriksaan dan pengukuran 4.1.1 Komponen yang terdapat pada transmisi otomatis Yamaha Mio. Sistem Transmisi otomatis terdiri dari dua bagian yaitu : 1. Bagian primary fixed

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Gambar 2.1. Transmisi Otomatis Yamaha Mio. (duniamotormatic,2010)

BAB II KAJIAN TEORI. Gambar 2.1. Transmisi Otomatis Yamaha Mio. (duniamotormatic,2010) BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Transmisi Transmisi yaitu salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk mendapatkan variasi momen dan kecepatan sesuai dengan kondisi jalan dan kondisi pembebanan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap sistem kerja CVT, dan troubeshooting serta mencari

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap sistem kerja CVT, dan troubeshooting serta mencari BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Observasi terhadap sistem kerja CVT, dan troubeshooting serta mencari referensi dari beberapa sumber yang berkaitan dengan judul yang di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Kopling Kopling merupakan suatu komponen dari mesin yang sangat diperlukan untuk sebuah mesin agar bisa beroperasi dengan baik, karena kopling merupakan penghubung poros

Lebih terperinci

DISUS O L E H. Nama:Hariadi.T Kelas: X Otomotif A

DISUS O L E H. Nama:Hariadi.T Kelas: X Otomotif A DISUS O L E H x Nama:Hariadi.T Kelas: X Otomotif A DAFTAR ISI Halaman Judul... i Daftarisi.......ii KataPengantar...... iii BAB I PENDAHULUAN... A.Latar Belakang Fungsi Transmisi Keuntungan dan Kerugian

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Motor Matic Yamaha Mio Soul (Sumber S : Dokumen Pribadi) 2.2 PENGERTIAN CVT Sistem CVT (Continously Variable Transmission), adalah sistem o

Gambar 2.1 Motor Matic Yamaha Mio Soul (Sumber S : Dokumen Pribadi) 2.2 PENGERTIAN CVT Sistem CVT (Continously Variable Transmission), adalah sistem o BAB II LANDASAN TEORI 2.1 MOTOR MATIC Motor matic adalah suatu kendaraan yang nyaman saat dikendaraain dengan hanya menarik gas motor langsung bisa berjalan. Yang pada dasarnya kinerja motor matic berbeda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian CVT (Continously Variable Transmision) Sistem CVT (Continously Variable Transmission) adalah sistem otomatis yang dipasang pada beberapa tipe sepeda motor saat ini.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Matic motor matic adalah suatu kendaraan yang aman dan nyaman saat dikendarai dengan hanya menarik gas kemudian motor langsung jalan. yang pada dasa rnya kinerja motor matic

Lebih terperinci

SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR

SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR CVT (Continuous Variable Transmission) Modul ini disusun sebagai bahan ajar bagi siswa kelas XI TSM (Teknik Sepeda Motor) Disusun : Gunadi, S. Pd DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berikut ini adalah beberapa refrensi yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Tugas akhir yang ditulis oleh Muhammad

Lebih terperinci

Konstruksi CVT. Parts name. A. Crankshaft F. Primary drive gear shaft. C. Weight / Pemberat

Konstruksi CVT. Parts name. A. Crankshaft F. Primary drive gear shaft. C. Weight / Pemberat Konstruksi CVT C 3 D 4 E 5 6F 7 G B 2 8 H Parts name A 9I 1 10 J A. Crankshaft F. Primary drive gear shaft B. Primary sliding sheave (pulley bergerak) G. Clutch housing/rumah kopling C. Weight / Pemberat

Lebih terperinci

Konstruksi CVT. Parts name

Konstruksi CVT. Parts name Konstruksi CVT C 3 D 4 E 5 6F 7 G B 2 8 H Parts name A 1 A. Crankshaft B. Primary sliding sheave (pulley bergerak) C. Weight / Pemberat D. Secondary fixed sheave(pulley tetap) E. Secondary sliding sheave

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

1. Kopling Cakar : meneruskan momen dengan kontak positif (tidak slip). Ada dua bentuk kopling cakar : Kopling cakar persegi Kopling cakar spiral

1. Kopling Cakar : meneruskan momen dengan kontak positif (tidak slip). Ada dua bentuk kopling cakar : Kopling cakar persegi Kopling cakar spiral Kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros penggerak ke poros yang digerakkan degan putaran yang sama dalam meneruskan daya, serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kopling Kopling adalah satu bagian yang mutlak di perlukan pada kendaraan di mana penggerak utamanya di peroleh dari hasil pembakaran di dalam silinder mesin. Sumber :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PRINSIP PEMINDAHAN TENAGA Sepeda motor dituntut bisa dioperasikan atau dijalankan pada berbagai kondisi jalan. Namun demikian, mesin yang berfungsi sebagai penggerak utama pada

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

KOPLING. Gb. 1 komponen utama kopling

KOPLING. Gb. 1 komponen utama kopling KOPLING Kopling adalah suatu mekanisme yang dirancang mampu menghubungkan dan melepas/memutuskan perpindahan tenaga dari suatu benda yang berputar kebenda lainnya. Pada bidang otomotif,kopling digunakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Alat Pencacah plastik Alat pencacah plastik polipropelen ( PP ) merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini memiliki

Lebih terperinci

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut

Lebih terperinci

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB VI POROS DAN PASAK BAB VI POROS DAN PASAK Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersamasama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai Mesin penghancur kedelai dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp, mengapa lebih memilih memekai motor listrik 0,5 Hp karena industri yang di

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANCE CONTINUOSLY VARIABLE TRANSMISSION (CVT) PADA MOTOR BEBEK MATIC HONDA BEAT MENGGUNAKAN DYNO ABD. Gatot Budy Prasetiyo*)

ANALISIS PERFORMANCE CONTINUOSLY VARIABLE TRANSMISSION (CVT) PADA MOTOR BEBEK MATIC HONDA BEAT MENGGUNAKAN DYNO ABD. Gatot Budy Prasetiyo*) ANALISIS PERFORMANCE CONTINUOSLY VARIABLE TRANSMISSION (CVT) PADA MOTOR BEBEK MATIC HONDA BEAT MENGGUNAKAN DYNO ABD Gatot Budy Prasetiyo*) ABSTRAK Perkembangan teknologi otomotif khususnya sepeda motor

Lebih terperinci

Perawatan System C V T

Perawatan System C V T Perawatan System C V T A. Pelumasan Colar pada pulley primer Sebab : Jika tidak ada pelumasan, akselerasi / percepatan tidak halus karena gerakan penyesuai pada primary sheave tidak bekerja dengan baik.

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Saputra, dkk (2010) melakukan penelitian tentang variasi Konstanta Berat Roller Centrifugal Terhadap Daya Dan Torsi Mesin Pada Motor Gokart Matic.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kerupuk Kerupuk memang bagian yang tidak dapat dilepaskan dari tradisi masyarakat Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang enak harganya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Honda Beat PGM-FI Komponen tersebut adalah drive belt, boss movable

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Honda Beat PGM-FI Komponen tersebut adalah drive belt, boss movable BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 dan pengukuran Pada bab ini akan membahas tentang hasil dan pengukuran. Pemeriksaan serta pengukuran telah dilakukan pada komponen yang terdapat pada Honda Beat PGM-FI 2014.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

3.2 Tempat Penelitian 1. Mototech Yogyakarta 2. Laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3.2 Tempat Penelitian 1. Mototech Yogyakarta 2. Laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara mengadakan penelitian agar pelaksanaan dan hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Penelitian ini

Lebih terperinci

3.2. Prosedur pengujian Untuk mengetahui pengaruhnya perbanding diameter roller CVT Yamaha mio Soul, maka perlu melakukan suatu percobaan. Dalam hal i

3.2. Prosedur pengujian Untuk mengetahui pengaruhnya perbanding diameter roller CVT Yamaha mio Soul, maka perlu melakukan suatu percobaan. Dalam hal i BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Tahap Pengujian Sepeda Motor Yamaha Mio Soul Tune Up Roller CVT Diameter 15mm Roller CVT Diameter 16mm Roller CVT Diameter 17mm Variasi Putaran Mesin Pengukuran Daya

Lebih terperinci

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya BAB 5 POROS (SHAFT) Definisi. Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan

Lebih terperinci

3.2. Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Kopling Tetap

3.2. Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Kopling Tetap BAB III KOPLING TETAP Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip), di mana sumbu

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc

Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc E1 Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc Irvan Ilmy dan I Nyoman Sutantra Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Dinamometer (Martyr & Plint, 2007)

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Dinamometer (Martyr & Plint, 2007) 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Dinamometer Dinamometer adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengukur torsi (torque) dan daya (power) yang diproduksi oleh suatu mesin motor atau penggerak berputar

Lebih terperinci

Kopling luwes ( fleksibel ) memungkinkan adanya sedikit ketidaklurusan. sumbu poros yang terdiri atas: c. Kopling karet bintang

Kopling luwes ( fleksibel ) memungkinkan adanya sedikit ketidaklurusan. sumbu poros yang terdiri atas: c. Kopling karet bintang KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung dan mineral lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Tugas Elemen Mesin adalah salah satu kurikulum jurusan teknik mesin Institut Teknologi Medan. Tugas ini adalah untuk merancang sebuah kopling. Pada pergerakan mesin

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL

TRANSMISI RANTAI ROL TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Keuntungan: Mampu meneruskan

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011 TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Mampu meneruskan daya besar

Lebih terperinci

Diagram 2.1 Prinsip Kerja Motor Matic Narasumber : Kawan Pustaka

Diagram 2.1 Prinsip Kerja Motor Matic Narasumber : Kawan Pustaka LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Mesin Secara umum, mesin merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengubah energi (air, panas, listril, dll) menjadi sebuah tenaga penggerak (mekanik). Mesin motor termasuk mesin

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar BAB II TEORI DASAR Perencanaan elemen mesin yang digunakan dalam peralatan pembuat minyak jarak pagar dihitung berdasarkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan buku-buku literatur yang ada.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Pompa adalah mesin atau peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

MODIFIKASI KOPLING JENIS PLAT BANYAK DENGAN PEMBERIAN LUBANG LUBANG PADA PLAT BAJA UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS KERJA KOPLING

MODIFIKASI KOPLING JENIS PLAT BANYAK DENGAN PEMBERIAN LUBANG LUBANG PADA PLAT BAJA UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS KERJA KOPLING MODIFIKASI KOPLING JENIS PLAT BANYAK DENGAN PEMBERIAN LUBANG LUBANG PADA PLAT BAJA UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS KERJA KOPLING R. Hengki Rahmanto 1) 1) Dosen Program Studi Teknik Mesin - Universitas Islam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING

PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING 7 PENDAHULUAN SISTEM PEMINDAH TENAGA (POWER TRAIN). Pemindah tenaga (Power Train) adalah sejumlah mekanisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindahan bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang dugunakan untuk memindahkan muatan dilokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. proses tekan geser. Butir beras terjepit dan tertekan cekung lesung antum sehingga

BAB II LANDASAN TEORI. proses tekan geser. Butir beras terjepit dan tertekan cekung lesung antum sehingga BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Bahan Baku Secara tradisional orang membuat tepung beras dengan cara menumbuk dalam lesung dengan antum atau alu. Beras menjadi halus dikarenakan adanya proses tekan

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran:

Tujuan Pembelajaran: P.O.R.O.S Tujuan Pembelajaran: 1. Mahasiswa dapat memahami pengertian poros dan fungsinya 2. Mahasiswa dapat memahami macam-macam poros 3. Mahasiswa dapat memahami hal-hal penting dalam merancang poros

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada pembuatan rancang bangun kendaraan mobil mini ini kami menggunakan engine (mesin) suzuki smash 4 tak 110 cc dengan bahan bakar bensin dengan kemampuan ankut 50 150 kg. Dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Poros Poros merupakan bagian yang terpenting dari suatu mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga dan putarannya melalui poros. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti roda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjelasan umum mesin Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau mengubah energi untuk melakukan atau membantu pelaksanaan tugas manusia. Dalam hal ini, mesin

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DATA

BAB III ANALISA DATA BAB III ANALISA DATA 3.1 Prosedur Pengujian Untuk melakukan pengujian, motor harus memiliki prosedur tersendiri. Berikut prosedur yang harus dipenuhi sebagai berikut : a. Motor harus dalam kondisi standar

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi 5 BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan satu diantara peralatan mesin yang digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi konstruksi, tempat

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu

TINJAUAN PUSTAKA. komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu TINJAUAN PUSTAKA Pencampuran Secara ideal, proses pencampuran dimulai dengan mengelompokkan masingmasing komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu sama lain dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skematik Chassis Engine Test Bed Chassis Engine Test Bed digunakan untuk menguji performa sepeda motor. Seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1, skema pengujian didasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-dasar Pemilihan Bahan Setiap perencanaan rancang bangun memerlukan pertimbanganpertimbangan bahan agar bahan yang digunakan sesuai dengan yang direncanakan. Hal-hal penting

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang

BAB II TEORI DASAR. dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang BAB II TEORI DASAR A. Pengertian Kerupuk Kerupuk adalah sejenis makanan yang dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang kemudian ditambahkan dengan

Lebih terperinci

Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : SABUK-V Untuk menghubungkan dua buah poros yang berjauhan, bila tidak mungkin digunakan roda gigi, maka dapat digunakan sabuk luwes atau rantai yang dililitkan di sekeliling puli atau sprocket pada porosnya

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batok Kelapa Batok Kelapa (endocrap) merupakan bagian buah kelapa yang bersifat keras yang diselimuti sabut kelapa, yaitu sekitar 35 persen dari bobot buah kelapa (Lit.5 diunduh

Lebih terperinci

TEKNOLOGI KOPLING SENTRIFUGAL

TEKNOLOGI KOPLING SENTRIFUGAL MAKALAH TEKNOLOGI KOPLING SENTRIFUGAL Disusun Oleh : Achmad Risa Harfit, ST. FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA 2008 DAFTAR ISI Daftar isi... i I. Pendahuluan... 1 II.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Digester Digester berasal dari kata Digest yang berarti aduk, jadi yang dimaksud dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau melumatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Serabut Kelapa Sebagai Negara kepulauan dan berada di daerah tropis dan kondisi agroklimat yang mendukung, Indonesia merupakan Negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Menurut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mesin Gerinda Batu Akik Sebagian pengrajin batu akik menggunakan mesin gerinda untuk membentuk batu akik dengan sistem manual. Batu gerinda diputar dengan menggunakan

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Chassis Dynamometer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Chassis Dynamometer BAB II DASAR TEORI 2.1 Chassis Dynamometer Dinamometer, adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengukur torsi (torque) dan kecepatan putaran (rpm) dari tenaga yang diproduksi oleh suatu mesin, motor atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 9.1 Spesifikasi Komponen Kopling Mekanis mesin ATV 2 Tak Toyoco

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 9.1 Spesifikasi Komponen Kopling Mekanis mesin ATV 2 Tak Toyoco 29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 9.1 Spesifikasi Komponen Kopling Mekanis mesin ATV 2 Tak Toyoco G16ADP 2 langkah 160cc Dari pembongkaran yang dilkukan didapat spesifikasi komponen kopling kering mekanis

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan dibawah sinar matahari dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan dibawah sinar matahari dan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kerupuk Kerupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk dibuat dengan mengukus adonan sebelum

Lebih terperinci

SABUK-V. Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

SABUK-V. Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : SABUK-V Untuk menghubungkan dua buah poros yang berjauhan, bila tidak mungkin digunakan roda gigi, maka dapat digunakan sabuk luwes atau rantai yang dililitkan di sekeliling puli atau sprocket pada porosnya

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya lain, sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat BAB II LANDASAN TEORI.. Pengertian Umum Kebutuhan peralatan atau mesin yang menggunakan teknologi tepat guna khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat diperlukan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI

BAB II PEMBAHASAN MATERI BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan satu diantara peralatan mesinyang digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi konstruksi, tempat

Lebih terperinci

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

MESIN PERUNCING TUSUK SATE MESIN PERUNCING TUSUK SATE NASKAH PUBLIKASI Disusun : SIGIT SAPUTRA NIM : D.00.06.0048 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 013 MESIN PERUNCING TUSUK SATE Sigit Saputra,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR 4.1 Sketsa rencana anak tangga dan sproket Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah horizontal adalah sebesar : A H x 1,732 A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN RUMUSAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN RUMUSAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Makalah ini di susun sebagai persyaratan untuk menyelesaikan mata kuliah Sistem Pemindah Tenaga. di mana Dosen yang mengajar mata kuliah ini menuntun siswanya agar

Lebih terperinci