3.2. Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Kopling Tetap

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3.2. Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Kopling Tetap"

Transkripsi

1 BAB III KOPLING TETAP Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip), di mana sumbu kedua poros tersebut terletak pada satu garis lurus atau dapat sedikit berbeda sumbunya. Berbeda dengan koplingtak tetap yang dapat dilepaskan dan dihubungkan bila diperlukan, maka kopling tetap selalu dalam keadaan terhubung Macam-macam Kopling Tetap Kopling tetap mencakup kopling kaku yang tidak mengizinkan ketidak lurusan kedua sumbu poros, kopling luwes (fleksibel) yang mengizinkan sedikit ketidak lurusan sumbu poros, dan kopling universal yang dipergunakan bila kedua poros akan membentuk sudut yang cukup besar (Gambar 3.1). (a) Kopling kaku 1. Kopling bus. Kopling flens kaku 3. Kopling flens tempa (b) Kopling luwes 1. Kopling flens luwes. Kopling karet ban 3. Kopling karet bintang. Kopling gigi 5. Kopling rantai (c) Kopling universal 1. Kopling universal Hook. Kopling universal kecepatan tetap 3.. Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Kopling Tetap Dalam merencanakan suatu kopling tetap, hal-hal berikut ini menjadi pertimbangan : 1) Pemasangan yang mudah dan cepat ) Ringkas dan ringan 3) Aman pada putaran tinggi; getaran dan tumbukan kecil ) Tidak ada atau sesedikit mungkin bagian yang menjorok (menonjol) 5) Dapat mencegah pembebanan lebih 103

2 6) Terdapat sedikit kemungkinan gerakan aksial pada poros sekiranya terjadi pemuaian karena panas, dll Kopling Kaku Kopling kaku dipergunakan bila kedua poros harus dihubungkan dengan sumbu segaris. Kopling ini dipakai pada poros mesin dan transmisi umum di pabrik-pabrik. Kopling flens kaku terdiri atas naf dengan flens yang terbuat dari besi cor atau baja cor, dan dipasang pada ujung poros dengan diberi pasak serta diikat dengan baut pada flensnya. Dalam beberapa hal naf dipasang pada poros dengan sambungan pres atau kerucut. Kopling ini tidak mengizinkan sedikitpun ketidak lurusan sumbu kedua poros serta tidak dapat mengurangi tumbukan dan getaran transmisi. Pada waktu pemasangan, sumbu kedua poros harus terlebih dahulu diusahakan segaris dengan tepat sebelum baut-baut flens dikeraskan. Mula-mula perlu diketahui besarnya daya dan putaran yang akan diteruskan poros penggerak. Jika diameter poros penggerak sudah tertentu seperti pada poros motor listrik, periksalah diameter tersebut dan ambil diameter yang sama untuk poros yang digerakkan. Bila bahan poros ditentukan sesuai dengan standar, maka kekuatannya dapat diketahui dengan jelas. Tetapi jika bahan tersebut ditentukan sebagai baja liat misalnya, maka ambillah harga kadar karbon terendah sebesar 0, (%) dari kadar yang dimungkinkan antara 0, dan 0,3 (%), lalu kalikan dengan 100 dan tambahkan 0 pada hasil perkalian tersebut untuk memperoleh harga kekuatan tarik σ B dari bahan yang bersangkutan. Selanjutnya pilih Sf1 sebesar 6 atau 5,6, dan tentukan Sf dengan memperhatikan apakah ada alur pasak atau tangga pada poros, untuk memperoleh tegangan geser yang ( ) diizinkan τ kg/mm. Kemudian tentukan faktor koreksi. Jika dapat dipastikan bahwa a nanti tidak akan ada elemen yang dipasang pada poros yang dapat memberikan momen lentur, maka ambillah faktor koreksi lenturan C b K t 1, dan jika nanti ada kemungkinan mengganti kopling dengan sabuk-v atau alat transmisi lain yang menimbulkan lenturan maka harga C perlu diambil antara 1, hingga,3. Diameter poros d (mm) selanjutnya b s 10

3 dapat dihitung dengan persamaan diperoleh dari harga-harga dalam Tabel 1.7 d s 5,1 K tcbt τ a 1/ 3, dan ukuran yang diambil dapat Gambar 3-1 Macam-macam kopling tetap 105

4 Tabel 3.1 Ukuran kopling flens (JIS B ) (Satuan : mm) G Tanpa A bingkai (halus saja) (11) (100) (180) (160) () (00) 50 (80) (50) (355) (315) D F H d Diam Diam eter luban g min , eter L C B K n luban Kasar Halus Kasar Halus Kasar Halus g maks. 0, 8 35, , 11, 11, ,6 3,6 6,5 6, ,, ,5 35,5,,, ,5 35, ,5 31,5 31,5 35,5 35, ,5 10,5 10, Jika kopling akan dipasang pada poros dengan menggunakan pasak, tentukan diameter perhitungan terletak antara harga diameter lubang maksimum dan minimum dari Tabel 3.1. Dengan demikian maka seluruh ukuran kopling dapat ditentukan. Selanjutnya hanya kopling dari standar yang ada mencakup SS1B untuk baut dan mur, FC00, SC, SF5, dsb., untuk flens, dll. (Tabel 3.). Dalam hal ini telah diambil faktor-faktor keamanan yang cukup besar hingga pada umumnya ukuran yang ditentukan secara di atas 106

5 akan lulus dari hampir semua pemeriksaan. Namun demikian jika ternyata masih kurang kuat, dapat diambil bahan baut yang mempunyai kadar karbon yang lebih tinggi, atau ambil bahan lain untuk flensnya. Tabel 3. Bahan untuk flens dan baut kopling tetap Kekuatan Elemen Tipe standar Lambang Perlakuan panas tarik (kg/mm ) Keterangan Pelunakan temperatur Besi cor kelabu (JIS G 5501) FC 00 FC50 FC300 rendah FC Penormalan. Flens Baja karbon cor (JIS G 5101) SC37 SC SC6 SC9 Pelunakan Kadang-kadang setelah penormalan dilanjutkan dengan ditemper. Baja karbon SF50 Pelunakan Perlakuan tempa SF panas yang lain (JIS G 301) SF juga dilakukan. Baja karbon untuk konstruksi mesin (JIS G 310) S0C S35C S0C S5C Baut dan mur Baja karbon untuk konstruksi biasa SS1B SS50B (JIS G 3101) Baja batang difinis dingin (JIS G 313) S0C-D S35C-D

6 Untuk dapat menyetel lurus kedua sumbu poros secara mudah, permukaan flens yang satu dapat dibubut ke dalam dan permukaan flens yang menjadi pasangannya dibubut menonjol sehingga dapat saling mengepas. Bagian yang perlu diperiksa adalah baut. Jika ikatan antara kedua flens dilakukan dengan baut-baut pas, di mana lubang-lubangnya dirim, maka meskipun diusahakan ketelitian yang tinggi, distribusi tegangan geser pada semua baut tetap tidak dapat dijamin seragam. Makin banyak jumlah baut yang dipaki, makin sulit untuk menjamin keseragaman tersebut. Sebagai contoh dalam hal kopling yang mempunyai ketelitian rendah, dapat terjadi bahwa hanya satu baut saja yang menerima seluruh beban transmisi hingga dalam waktu singkat akan putus. Jika setelah baut ini putus terjadi lagi pembebanan pada satu baut, maka seluruh baut dapat mengalami hal yang sama dan putus secara bergantian. Biasanya dalam perhitungan dianggap bahwa hanya 50 (%) saja dari seluruh baut yang berjumlah n buah menerima seluruh beban secara merata. Jika jumlah baut efektif yang menanggung beban dinyatakan dengan dapat dihitung sbb. : n e maka, besarnya tegangan geser pada baut π B T db τ bne (kg.mm) (3-1) ( 8T τ b kg/mm ) (3-) πd n B b e τ b τ ba (3-3) τ ba adalah suatu harga yang diperoleh misalnya dengan membagi kekuatan tarik 1 (kg/mm ) dari bahan SS1 dengan faktor keamanan Sf 6. Bagian yang mengalami konsentrasi tegangan seperti bagian ulir harus dijauhkan dari permukaan kontak dari kopling. Dalam hal ada tumbukan, maka τ b harus dikalikan dengan faktor antara 1,5 dan 3. b K b yang dipilih Bagian berikutnya yang memerlukan perhatian adalah flens. Untuk kopling yang dipergunakan bagi tugas-tugas penting seperti menghubungkan turbin dengan generator, 108

7 pakailah baja tempa untuk menghindari adanya bagian yang keropok. Untuk pemakaian lain umumnya dipakai besi cor, dan jika dikehendaki bahan yang lebih kuat dapat dipakai baja cor. Karena bagian yang keropok peka terhadap tumbukan, maka faktor koreksi harus diambil sebesar atau 3 dan dikalikan pada τ F. Rumus-rumus perencanaannya adalah : K F T πcfτ F C Maka T τ F (3-) πc F τ F τ Fa (3-5) Jika baut pas dipakai, gesekan antara kedua flens dapat juga meneruskan momen; tetapi gesekan ini biasanya diabaikan. Ada juga flens yang ditempa menjadi satu dengan poros pada ujung poros dan disebut poros flens tempa. Keuntungannya adalah diameter flens dapat dibuat kecil karena tidak memerlukan naf. Contoh Soal 3-1 Pilihlah suatu kopling flens kaku yang dihubungkan dengan poros baja liat dengan sebuah pasak untuk meneruskan daya sebesar 65 (PS) pada 180 (rpm), dan periksalah kekuatan baut dan flens. [ Penyelesai an] 1. P 65 ( PS) 0, ,78 ( kw ), n ( rpm). f c 1, 3. P 1, 7,78 57,3 ( kw) d 5 5. T 9, ,3/180 3,10 10 ( kg.mm) 109

8 5. Dengan mengambil kadar karbon untuk baja liat sebesar 0,0 (%), maka kekuatan tariknya σ B adalah : σ B 0, Sf1 6,0, Sf,0 0 ( kg/mm ) 6. τ 0/ ( 6,0,0) 3,33 ( kg/mm ) sa 7. K t,0, C 1,0 b 5,1 3, d,0 1,0 3, , ( mm) 100 ( mm) s 1/ 3 9. Dari Tabel.1, A 355 (mm), B 60 (mm), C 180 (mm), L 15 (mm), a 5 (mm), n ε 0,5, n 0,5 8 e 5 8 3, ,1( kg/mm ) τ b π Dengan bahan baut SS1B, σ 1( kg/mm ) Faktor keamanan Sf b 6 Faktor koreksi K b 3,0 13. τ 1/ ( 6 3),8 ( kg/mm ) ba 1. 1,1 <,8, baik B F σ 15. Bahan flens FC00, 35,5 ( mm ), B 17 ( kg/mm ), F 6, Faktor koreksi F τ 17/ ( 6 3) 0,9 ( kg/mm ) Fa 5 3, ,17 ( kg/mm ) τ F π , ,0 0,17 0,51< 0,9 ( kg/mm ), baik 19. Diameter luar kopling A 355 (mm) kopling standar. d s ( mm ), Baut : M5 8 ( pcs) 100 Bahan baut : SS1. Bahan flens : FC00 Sf K 110

9 Ujung poros mesin yang digerakkan sering kali lebih pendek dari pada panjang naf kopling standar. Dalam hal demikian ukuran kopling standar harus dirubah. Di sini perlu diperhatikan bahwa pasak juga akan menjadi lebih pendek. Di dalam JIS B151, diameter luar maksimum kopling standar adalah 355 (mm). Diameter poros terbesar adalah 100 (mm). Jika suatu poros harus dibuat lebih besar dari yang diperlukan, maka kopling perlu direncanakan tersendiri. Untuk melakukan perencanaan tersebut, pengetahuan dasar dan tata cara standar seperti yang diuraikan di atas tetap dapat dipergunakan. 3.. Kopling Karet Ban Mesin-mesin yang dihubungkan dengan penggeraknya melalui kopling flens kaku, memerlukan penyetelan yang sangat teliti agar kedua sumbu poros yang saling dihubungkan dapat menjadi satu garis lurus. Selain itu, getaran dan tumbukan yang terjadi dalam penerusan daya antara mesin penggerak dan yang digerakkan tidak dapat diredam, sehingga dapat memperpendek umur mesin serta menimbulkan bunyi berisik. Untuk menghindari kesulitan-kesulitan di atas dapat dipergunakan kopling karet ban. Kopling ini dapat bekerja dengan baik meskipun kedua sumbu poros yang dihubungkannya tidak benar-benar lurus. Selain itu kopling ini juga dapat meredam tumbukan dan getaran yang terjadi pada transmisi. Meskipun terjadi kesalahan pada pemasangan poros, dalam batas-batas tertentu, kopling ini masih dapat meneruskan daya dengan halus. Pemasangan dan pelepasan juga dapat dilakukan dengan mudah karena hubungan dilakukan dengan jepitan baut pada ban karetnya. Variasi beban dapat pula diserap oleh ban karet, sedangkan hubungan listrik antara kedua poros dapat dicegah. Karena keuntungannya semakin banyak, pemakaian kopling ini semakin luas. Meskipun harganya agak lebih tinggi dibandingkan dengan kopling flens kaku, namun keuntungan yang diperoleh dari segi-segi lain lebih besar. Beberapa produsen kopling ini menyediakan ukuran-ukuran standar. Untuk merencanakan atau melakukan pemilihan, perlu diketahui lebih dahulu besarnya daya yang akan diteruskan, putaran poros, mesin yang dipakai, persyaratan kerja, dll., seperti pada 111

10 perencanaan kopling flens. Sesudah tipe yang sesuai dipilih, kemudian diperiksa kekuatan bagian-bagiannya serta bahan yang dipakai. Gambar 3- Daerah kesalahan yang diperbolehkan pada kopling karet ban. Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan seperti pada kopling flens kaku. Salah satu dari padanya adalah taksiran variasi momen puntir, sebagai tambahan atas momen yang dihitung dari daya dan putaran poros. Misalkan momen puntir yang diteruskan bervariasi seperti dalam Gambar.3. Garis putus-putus menyatakan momen puntir ( kg.mm) T yang dihitung dari daya nominal m P (kw) dan putaran (rpm) dari suatu motor listrik. Motor tersebut mampu memberikn n 1 daya tambahan yang cukup besar sesuai dengan permintaan di atas daya rata-rata yang sesungguhnya. Gambar 3-3 Susunan Kopling karet ban 11

11 ( kg.mm) 5 T m 9,7 10 P / n1 (3-6) Bila terdapat sedikit variasi momen, kalikan harga T m dengan faktor f c untuk tumbukan dan umur ban (lihat Tabel 3.) harga Bila variasi momen sangat besar seperti dikemukakan di atas, kalikan T ( kg. mm yang terbesar dalam satu putaran dengan faktor koreksi max ) yang sama seperti di atas : T f c d f ct max (3-7) Momen puntir (kg. m) T max T m 0 π/ π 3/ π π Sudut putaran (rad) Gambar. 3. Variasi momen puntir Pilihlah ukuran sedemikian rupa hingga momen T d ( kg.mm) lebih rendah dari pada momen normal maksimum dari kopling standar T u ( kg.mm). Perlu juga diperiksa apakah momen awal yang dikenakan beberapa kali dalam sehari juga lebih rendah dari harga T d ini. Untuk perhitungan diameter poros, faktor koreksi K t untuk poros sudah tercakup di dalam T. Faktor koreksi lenturan C ditentukan atas dasar d perkiraan apakah kopling tersebut di masa mendatang akan diganti dengan alat lain yang menimbulkan momen lentur pada poros. Biasanya perhitungan b 113

12 didasarkan atas harga C 1, yaitu dengan anggapan tidak akan ada penggantian kopling dengan alat lain. b Tabel 3.3 Faktor koreksi f c Macam penggerak mula Watak sisi yang digerakkan Momen awal : kecil Variasi momen : kecil I Kejutan : ringan Putaran balik : tidak ada Momen awal : sedang Variasi momen : sedang II Kejutan : sedang Putaran balik : tidak ada Momen awal : besar Variasi momen : besar III Kejutan : berat Putaran balik : banyak Variasi momen puntir Kecil Sedang Besar Motor Diesel Motor Diesel dengan dengan 6 kurang dari 6 silinder atau Mobil listrik silinder. lebih. Motor Turbin uap Motor bensin bensin dengan dengan silinder atau kurang dari lebih. silinder. 1 1,5 1,5 3 1,5,5,5,5,5 3,5 3,5 5 11

13 Pemakaian praktek f c Pemakaian praktek f c Motor listrik pompa minyak 1,0 Motor torak roda gigi reduksi,5 Motor listrik roda gigi reduksi,0 ( silinder) Motor listrik kompresor 3,0 Motor torak pompa minyak,5 ( silinder) Motor torak generator 3,5 (6silinder) Dengan demikian rumus untuk diameter poros adalah : 5,1 d s T d τ a 1/ 3 (3-8) Diameter poros dari motor induksi yang tertutup dan didinginkan dengan kipas diperlihatkan dalam Tabel 3.5. Selanjutnya, perhitungan kekuatan geser dari bagian permukaan ban yang menempel pada logam pemasang diperlihatkan dalam Gambar 3.5. Tabel 3. Diameter poros motor induksi tiga fasa (tertutup seluruhnya, didinginkan dengan kipas) (mm) PS kw (kutup) 6 (kutup) 8 (kutup) 0, , , 0,75 1,5, 3,7 5,5 7, ,

14 Bagian yang menempel dapat dibagi atas bagian piringan dan bagian silinder. Luas tempelan S 1 dan S (mm ) untuk ukuran-ukuran yang bersangkutan diperlihatkan dalam Tabel Ukuran-ukuran dasar dan kapasitas kopling karet ban. Jika diameter luar dari bagian piringan dan silinder adalah d 1 dan d (mm), maka tegangan geser τ t (kg/mm ) yang timbul pada bagian yang menempel adalah : Gambar 3-5 Lambang-lambang pada kopling karet ban S d + d d S τ t T d d1 + d d τ t T d / S1 + S (3-9) Tegangan geser yang diizinkan τ ta antara ban kopling dan logam pemasang adalah 0,0 kg/mm). τ 1 τ ta (3-10) Pemeriksaan selanjutnya perlu dilakukan pada baut pengikat antara flens dengan logam pemasang kopling ban. Dalam hal kopling flens kaku yang diikat dengan baut pas, perhitungan kekuatan didasarkan pada setengah 116

15 dari jumlah seluruh baut, karena distribusi gaya geser yang tidak merata. Tetapi pada kopling karet ban, karena flens diikat denga baut tanam, maka momen yang diteruskan dapat dianggap terbagi rata pada semua baut. Dengan pemakaian baut tanam ini, tegangan geser terjadi pada ulir baut sehingga konsentrasi tegangan harus diperhatikan. Di sini faktor konsentrasi tegangan dapat diambil sebesar 3,0. Maka besarnya tegangan geser yang diizinkan pada baut adalah : τ σ / Sf Sf ) (3-11) ba B ( 1 Jika diameter inti baut adalah d r, maka : 8Tmax τ b (3-1) π d n B r e n e n (3-13) Akhirnya, pada kopling yang dipergunakan untuk meneruskan daya dari suatu penggerak mula dengan momen puntir yang sangat bervariasi seperti sebuah motor torak dengan jumlah silinder sedikit, atau kopling untuk menggerakkan mesin dengan beban yang bervariasi secara periodik, maka getaran puntir perlu diperiksa. Jika jumlah puncak momen tiap putaran adalah v, dan putaran poros n 1 (rpm), maka frekwensi momen puntir adalah vn 1. Dalam hal seperti yang ditunjukkan dalam Gambar.3, besarnya frekwensi adalah n 1. Momen inersia poros yang digerakkan dinyatakan dengan I 1 ( (kg.cm.s ). Jika GD 1 kg.m ) diberikan, maka I1 10 GD1 ( 980). Ini adalah jumlah momen inersia beban dan ½ dari momen inersia kopling. Momen inersia dari satu flens dapat diperoleh dari Tabel.6, yang besarnya adalah setengah dari selisih antara momen inersia logam logam pemasang dan momen inersia badan kopling. 117

16 Momen inersia dari motor induksi dapat diperoleh dari Tabel.7. Jumlahan dari adalah I m. GD 10 m ( 980) GD m dari GD dan ½ dari momen inersia Jika roda gigi reduksi dipakai antara motor dan kopling, maka dari motor dan pinyon harus dikalikan dengan kuadrat dari perbandingan reduksi i (i > 1). Hasil perkalian tersebut setelah ditambah dengan roda gigi kemudian dikalikan dengan (10 / x 980). GD dari Jika konstanta pegas kopling ban adalah k (kg.cm/rad), maka harga ukuran-ukuran yang bersangkutan adalah seperti yang tertera dalam Tabel 3-5. Dengan sistem poros seperti yang digambarkan dalam Gambar 3.8, putaran kritisnya n c (rpm) adalah : n c 60 π 1 k I l 1 + I m (3-1) Adalah suatu hal yang dapat dipandang baik jika frekwensi variasi momen puntir vn tidak lebih dari 0,8 n. 1 c I m I l k Sisi penggerak Sisi yang digerakkan Gambar 3.6 Pendekatan suatu system poros 118

17 Tabel 3.5 Momen inersia kopling karet ban Konstanta Momen inersia (kg.cm ) pegas puntir No. Kopling Logam kopling Badan kopling pemasang (kg.cm/rad) No. 100 No. 10 No. 10 No. 160 No. 185 No. 10 No. 65 No. 30 No. 5 No. 550 No. 700,5 x ,91 x 10 3,0 x 10 1,77 x 10,9 x 10 3,91 x 10 6,07 x 10 1,88 x ,10 x ,00 x ,80 x ,0035 0,0079 0,016 0,030 0,09 0,087 0,38 1,07 3, 7,5 17 0,0086 0,00 0,00 0,07 0,130 0,3 0,83 3,1 10,1 9 8 Tabel 3.6 GD m dari motor induksi tiga fasa (tertutup seluruhnya, didinginkan dengan kipas) (kg.m ) PS kw (kutup) 6 (kutup) 8 (kutup) 0, , , 0,75 1,5, 3,7 5,5 7, ,5 0 0,006 0,013 0,019 0,031 0,063 0,13 0,18 0,7 0,37 0,59 0,7 0,009 0,017 0,031 0,05 0,17 0, 0,36 0,5 0,95 1, 1, 0,015 0,08 0,10 0,1 0,3 0,37 0,55 1,3 1,7 119

18 (kg. m) 10 Momen puntir 5 T max 11 kg.m T m 5,0 kg. m 0 π/ π 3/ π π Sudut putaran (rad) Gambar 3-7 Variasi momen puntir 10

19 Contoh Soal 3- Sebuah kompresor yang menimbulkan variasi momen puntir seperti dalam Gambar 3.9 dalam satu putaran poros, digerakkan oleh sebuah motor induksi sebesar 5,5 (kw) pada 960 (rpm). Pilihlah suatu kopling karet banuntuk menghubungkan kedua mesin tersebut. Motor tersebut mempunyai poros berdiameter (mm), GD sebesar 0, (kg. m ), dan 6 buah kutup, sedangkan kompresor mempunyai GD.m ). Ukuran kopling dsb. terdapat dalam Tabel 3. [ Penyelesai an] 1. P 5,5 ( kw ), n ( rpm) 5. T 9,7 10 5,5/ ( kg. mm) m sebesar 0,1 (kg T ( kg. mm ), v max. Dari Tabel.7, f c 3,0 5. T 3, ( kg. mm) d 6. No. 65 A 65 (mm) Momen normal maksimum T u ( kg. m) > ( kg. mm ), 10 ( mm), ( mm ), L 71( mm ), F 1 ( mm ), d 1 ( mm ), 6 36 B C 100 n 7. Bahan poros S5C σ B ( kg/mm ), 6,0 58 Sf1 dengan alur pasak Sf,5 Pengaruh tangga poros adalah kecil τ 3,87 ( kg/mm ) a 6,0 5,1 3,87,5 1/ 3 9. d ,1( mm) s Diameter poros sebesar 35 (mm) dapat dipandang cukup. Tetapi karena diameter poros motor adalah (mm), maka diameter yang sama juga harus diambil untuk poros yang digerakkan. 11

20 10. Dengan diameter naf kopling No. 65 sebesar 100 (mm), diameter lubang poros maksimum adalah 56 (mm). Jadi diameter poros sebesar (mm) adalah cukup baik. 11. Periksa konsentrasi tegangan pada alur pasak. Untuk diameter poros sebesar 38 sampai (mm), ukuran pasak adalah 1 x 8. Jari-jari filet 1, r 0,5 sampai 0,0 ( mm) ambil 0, ( mm). 0,/ 0,0095, α 3, r Maka Konsentrasi tegangan ternyata lebih besar dari taksiran semula yaitu sebesar,5. Karena itu perlu diadakan koreksi. 3,87,5/3, 3,0 ( kg/mm ) Periksa apakah tegangan geser yang diperoleh dengan mengalikannya dengan T ( kg. mm) untuk poros tanpa pasak adalah lebih kecil d dari 3,0 (kg/mm ) atau tidak. 5, / 3,7 < 3,0 ( kg/mm ) baik. 1. Luas penempelan antara ban dengan logam pemasang. Bagian piringan S ( mm ) Bagian silinder S 6180 ( mm ) d 00 ( mm ), d 16 ( mm ), τ 0,0 ( ) 1 a kg/mm τ 33000/ ,03 ( kg/mm ) 1. 0,03 < 0,0, baik. 15. Bahan baut S0C, σ 1( kg/mm ) B ( mm ), B 10 ( mm ), n 6, Sf 6, Sf 3, f 3 d b1 10,863 1 c 16. τ 1/ ( 6 3),8 ( kg/mm ) 17. τ b ba π ( 10,863) ( ) ,83 kg/mm

21 18. 3,0 0,83 0,89 <,8, baik 19. Kompresor : GD 0,1 ( kg. m ) I 10 0,1/ ( 980) 0,306 ( kg.cm ) Kopling : I ( 0,83-0,38) 0,5 ( kg.cm.s ) c Sisi digerakkan I 0,306 + ( 0,5/) 0,531( kg.cm.s ) t Motor : GD 0, ( kg. m ), I 10 / ( 980 ) 0,56 ( kg.cm.s ) Sisi penggerak : I 0,560 + ( 0,5/) 0,785 ( kg.cm.s ) m Konstanta pegas puntiran : k 6,07 10 ( kg. cm/rad) n 6,07 10 c (rpm) π 0,531 0, /180 0,6 < 0,8, baik. No. 65 Diameter luar 65 (mm) Diameter poros (mm), bahan poros S5C Baut M1 x 6 (buah) x dua sisi Bahan baut S0C 3.5 Kopling Fluida Dalam tahun 1905 oleh Fettinger di Jerman dibuat untuk pertama kali suatu kopling yang meneruskan daya melalui fluida sebagai zat perantara. Kopling ini disebut kopling fluida, di mana antara kedua poros tidak terdapat hubungan mekanis. Bila suatu impeler pompa dan suatu raner turbin dipasang saling berhadapan, di mana keduanya berada di dalam ruangan yang berisi minyak, maka jika poros input yang dihubungkan dengan impeler pompa diputar, minyak yang mengalir dari impeler tersebut akan menggerakkan raner turbin yang dihubungkan dengan poros output. Momen puntir yang diteruskan adalah berbanding lurus dengan pangkat lima dari diameter luar kopling dan kuadrat dari putaran. Dalam keadaan bekerja normal, putaran poros output adalah lebih rendah dari pada putaran poros input. Perbedaan putaran ini disebut slip, 13

22 yang besarnya antara sampai 5 (%) dari putaran poros input. Dalam keadaan slip sebesar ini efisiensi kopling mencapai harga maksimumnya. Gambar 3-8 Bagan kopling fluida Kopling fluida sangat cocok untuk mentransmisikan putaran tinggi dan daya besar. Keuntungan dari kopling ini adalah bahwa getaran dari sisi penggerak dan tumbukan dari sisi beban tidak saling diteruskan. Demikian pula pada waktu terjadi pembebanan lebih, penggerak mulanya tidak akan terkena momen yang melebihi batas kemampuan. Oleh karena itu umur mesin dan peralatan yang dihubungkannya akan menjadi lebih panjang dibandingkan dengan pemakaian kopling tetap biasa. Selain hal di atas, diameter poros juga dapat diambil lebih kecil. Start dapat dilakukan dengan lebih mudah dan percepatan dapat berlangsung lebih halus, karena kopling dapat diatur sedemikian rupa hingga penggerak mula diputar lebih dahulu sampai mencapai momen maksimumnya dan baru setelah itu momen diteruskan kepada poros yang digerakkan. Jika beberapa kopling fluida dipakai untuk menghubungkan beberapa penggerak mula secara serentak, distribusi beban yang merata di antara mesin-mesin penggerak mula tersebut dapat diperoleh dengan mudah. Karena sifat-sifat tersebut di atas maka kopling ini banyak dipakai sebagai penerus daya pada alat-alat besar, lokomotip, dsb., baik yang digerakkan oleh motor listrik maupun (terutama) oleh motor bakar. Dengan mengambil konveyor sebagai contoh mesin yang akan digerakkan, kita akan meninjau perbedaan yang dapat diakibatkan oleh 1

23 penggunaan kopling kaku dan kopling fluida. Cara ini dapat dipakai untuk memilih kopling fluida yang cocok. Misalkan mesin yang digerakkan dalam keadaan bekerja dengan kapasitas beban maksimum. Jika gaya tahanan pada sabuk yang menarik adalah F (kg), diameter puli adalah D (m), dan kecepatan konveyor adalah V (m/min), maka momen puntir tahanan T (kg. m) adalah : T F ( D / ) (3-15) Putaran ( rpm) n dari puli penggerak adalah : v n v V /( πd) (3-16) Dengan efisiensi mekanis sebesar η, daya rata-rata yang diperlukan adalah : P m ( π n / 60) T p T π n p (3-17) 10η 610η Pilihlah untuk sementara daya P MA ( kw ) dan jumlah kutup (p) dari suatu motor standar yang lebih besar dari daya di atas, dan carilah tersebut dari Tabel 3.6. GD motor Bagilah bagian-bagian bergerak yang akan dipercepat dari 0 hingga mencapai kecepatan V pada waktu start, atas bagian yang bergerak lurus dan bagian yang berputar. Tentukan harga GD (kg. m ) dari masing-masing bagian tersebut dalam bentuk momen inersia sudut untuk menghitung jumlah harga GD pada poros puli. Harga tersebut kemudian dibagi dengan x 9,8 untuk mendapatkan momen inersia ekivalen Jika kecepatan sudut π n1 / 60 ( rad/s) () s e ( kg. m.s ) I dari sistem. ω dicapai dalam jangka waktu percepatan t, maka besarnya percepatan sudut ω( rad/s ) adalah : ae 15

24 ω /( ) π n 60t ae 1 Jika momen percepatan adalah Ta (kg. m), maka : T a GD π n1 I eω (3-18) 9,8 60t ae Dalam keadaan pembebanan secara maksimum, momen puntir yang diperlukan untuk start adalah : T d T + T a (3-19) Pada beberapa mesin, beban permulaan yang dikenakan tidak berapa besar, dan beban berat baru dikenakan setelah mesin bergerak. Tetapi, dalam uraian di sini dibahas keadaan yang paling berat. Penggerak mula yang umumnya dipakai adalah motor induksi. Motor ini digolongkan atas tipe menurut rotornya, yaitu : motor dengan lilitan, dan motor dengan sangkar pada rotornya. Rotor sangkar selanjutnya dapat dibagi atas rotor sangkar bajing (squirrel cage), dan sangkar bajing khusus. Macam yang terakhir ini mempunyai arus awal yang rendah dan awal yang besar. Motor dengan rotor lilitan harus selalu diberi tahanan awal pada sirkit sekunder. Pada waktu start, suatu tahanan yang besar ditambahkan untuk memberikan momen yang besar, dan dengan bertambahnya putaran, tahanan diperkecil sehingga motor mengalami percepatan hingga tercapai putaran normalnya. Cara semacam ini selain mahal juga menyulitkan pengendalian jarak jauh. Pada motor induksi macam sangkar bajing dengan daya kecil kurang dari 3,7 (kw), tegangan jala dapat dikenakan secara langsung pada waktu start. Dalam hal ini srus awal dapat mencapai 00 hingga 600 (%) arus nominal. Motor dengan kapasitas 5,5 sampai 15 atau 0 (kw) menggunakan 16

25 hubungan bintang segitiga (Y Δ). Jika lilitan primer disusun dalam hubungan bintang pada waktu start, maka masing-masing lilitan akan mendapat tegangan sebesar 1 / 3 kali tegangan normalnya, dan arus yang terjadi hanya sebesar 1/3 dari arus normalnya. Cara ini hanya dapat dipakai untuk start dengan beban rendah. Motor dengan daya lebih besar dari 15 (kw) menggunakan transformator lilitan tunggal tiga fasa yang disebut kompensator start. Cara ini mempunyai kelemahan dalam hal faktor daya yang rendah, pemakaian daya yang tinggi, dan mahal harganya. Jika output nominal motor adalah P M (kw) pada n 1 (rpm), maka besarnya momen pada beban penuh T F (kg. m) adalah : PM TF 97 (3-0) n ` Sekarang kita perhatikan lebih lanjut hubungan antara T F dengan momen awal. Motor induksi sangkar bajing khusus seperti telah disebutkan di atas, masih dapat dibagi lagi atas sangkar bajing ganda dan sangkar bajing alur dalam. Momen awal motor ditentukan dalam standar tidak kurang dari 15 (%) T F untuk daya kurang dari 3,7 (kw) (tipe sangkar bajing), dan 150 (%) T F untuk daya lebih besar dari 5,5 (kw) (tipe sangkar bajing alur dalam dengan kutup, dan 6 kutup). Momen maksimum adalah 175 (%) T F. Dalam kenyataan momen awal dan momen maksimum dari motor standar dengan daya kurang dari 37 (kw) adalah kurang lebih 00 (%) T F. Jika diperlukan momen yang lebih besar dari momen awal motor standar, pemakaian suatu motor momen besar dengan tahanan sekunder yang tinggi dapat menghasilkan momen awal sebesar kurang le bih 300 (%) T F, dengan mengorbankan sedikit efisiensinya. Karakteristik suatu motor induksi sangkar bajing menunjukkan momen maksimum pada 80 sampai 90 (%) putaran sinkronnya. Putaran sinkron n s 17

26 10 f/p (rpm), dimana f frekwensi sumber listrik (Hz), dan p jumlah kutup. (Lihat Gambar.10). Karena itu jika momen pada beban puncak lebih besar dari pada momen maksimum, maka putaran tidak dapat naik dengan cepat sehingga akan menjadi sangat panas dan dapat terbakar pada akhirnya. Gambar 3-9 Kurva momen puntir terhadap putaran dari motor induksi tiga fasa Gambar 3-10 Jika jumlah start dalam sehari hanya beberapa kali saja maka daya yang diperlukan adalah : T π n1 P (kw) (3-1) 610η 18

27 dimana T (kg. m) adalah momen yang diperlukan, n 1 (rpm) adalah putaran, dan η adalah efisiensi mekanis. Untuk ini harus dipilih suatu motor dengan output nominal P M (kw) yang lebih besar dari pada P di atas. Jika motor sering sekali distart, maka T d adalah lebih besar dari T. Dengan menganggap T ( 1,5 sampai1,5) T > T dipilih adalah : P R d maka daya motor yang TF π n (kw) (3-) 610η Sebagai pilihan lain dapat dipakai suatu motor induksi dengan rotor lilitan dan tahanan awal untuk mengubah tahanan sekunder dalam 5 atau 6 tangga pada waktu start. F Gambar 3-11 Tahanan dan momen puntir sekunder Gabungan antara suatu motor induksi sangkar bajing dan sebuah kopling fluida tidak memerlukan kompensator start. Cara seperti ini memungkinkan start dengan menghubungkan langsung pada jala serta dapat dipakai untuk pengendalian jarak jauh. Keuntungan khusus dari cara ini ialah adanya kemungkinan untuk menstart motor secara tanpa beban. Kemudian beban dihubungkan setelah motor mencapai momen yang besar. Pada saat motor distart dan berputar hingga mencapai 93 (%) putaran sinkronnya dengan kopling fluida yang slip 100 (%). Pada titik ini momen puntir motor mencapai 0 sampai 0 (%) momen nominalnya hingga beban 19

28 Gambar 3-1 Karakteristik hubungan langsung dengan motor dibandingkan dengan hubungan melalui kopling fluida. 130

29 dapat distart dengan lebih mudah dari pada dengan cara yang terdahulu. Setelah putaran poros output akan naik dengan cepat mendekati putaran poros input, atau dengan perkataan lain, slip akan turun dengan cepat dari 100 (%)hingga mencapai 3 sampai 5 (%). Harga slip antara 3 sampai 5 (%) ini adalah umum untuk kopling fluida pada keadaan bekerja terus menerus. Jika pemakaian kopling fluida dikhawatirkan akan mengurangi daya tarik, maka dapat diatur perbandingan diameter puli atau roda gigi reduksinya pada waktu merencanakan alat yang bersangkutan. Bermacam-macam kopling fluida telah dikembangkan menurut penggunaannya. Kopling murah dan sederhana dengan isi minyak yang tetap sangat banyak dipakai. Ada pula kopling fluida dengan penyimpan minyak di dalam sirkitaliran minyak, serta kopling kembar yang merupakan gabungan antara dua kopling fluida dengan sirkit aliran minyak yang terpisah. Gambar 3-13 Macam-macam kopling fluida Pada kopling-kopling yang dibahas terdahulu, momen yang diteruskan dikendalikan dengan mengatur jumlah minyak di dalam sirkit, dan pada kopling yang terakhir pengendalian dilakukan dengan menghalangi sebagian dari sirkit aliran fluida dengan plat penghalang. Cara yang terakhir ini dipakai pada kopling dengan kapasitas besar dan mesin berputaran tinggi. 131

30 Gambar 3-1(a) Diagram kapasistas dari kopling fluida Gambar 3-1(b) Dimensi-dimensi dari kopling fluida dasar 13

31 Contoh Soal 3-3 Sebuah konveyor sabuk untuk memindahkan benda tertentu sering distart dan dihentikan. Diameter puli penggerak D 500 (mm), kecepatan sabuk V 10 (m/min), tahanan rata-rata dalam keadaan berbeban F 10 (kg), efek roda gaya dari bagian-bagian yang bergerak lurus dan berputar (terhadap poros puli) GD 300 (kgm ). Carilah kapasitas sebuah motor induksi 50(Hz), 6 kutup (p) yang dihubungkan langsung, untuk mencapai putaran penuh dalam 5 detik (s) mulai dari saat start. Carilah juga kapasitas motor untuk persyaratan yang sama tetapi dipasang dengan perantaraan kopling fluida yang sesuai. Kurva karakteristik motor induksi, kurva momen puntir beban dari konveyor, dan karakteristik gabungan antara kopling fluida dan motor, diperlihatkan Gambar 3.15(a), (b) dan (c). [ Penyelesai an] 1. F 0 (kg), D 500 (mm) 0,5 (m) V 10 (m/min) GD 300 (kg. m ), t ae 5 (s). T 0 x (0,5/) 105 (kg. m) n p V/(πD) 10/(π x 0,5) 76, (rpm) 3. Dengan η 0,85, P m 105 π 76, 9, ,85 ( kw). Misalkan diambil motor dengan P 11( kw), 6(p), 960 (rpm). ( kg. m ) GD 0,5 (dari Tabel.7) 5. Perbandingan reduksi i 960/76, 1,57 Pergunakan tingkat reduksi Perbandingan reduksi tingkat-1 : i 1, 1,57,5 MA 1 Perbandingan reduksi tingkat- : i 1,57,5,96 133

32 Gambar 3-15 Diagram untuk contoh soal 3-3 Tingkat-1 : dari Gambar 6., m 3, z 1 0, z 0 x,5 85, b 3 x (mm), d 1 3 x 0 60 (mm), d 3 x (mm). Dalam hal ini pakai GD ( kg/m ) ( / ) D. b. ( 0,707D ) 3080D b ( kg. m) 7850 π p p p 13

33 Pinyon tingkat-1 GD 3080 ( 0,06) 0,03 0,001 ( kg. m ) Roda gigi tingkat-1 GD 3080 ( 0,55) 0,03 0,386 ( kg. m ) Tingkat- : 11 (kw), 960/(85/0) 6 (rpm) Dari Gambar 6., m, z 3 30, z 30,96 89 ( mm ), d ( mm ), (mm b 10 0 d 3 ) Pinyon tingkat- : GD 3080 ( 0,1) 0,0 0,055 ( kg. m ) Roda gigi tingkat- : GD 3080 ( 0,356) 0,0 1,979 ( kg. m ) Jumlah harga GD dari roda gigi (terhadap poros puli): ( 85/0) ( 89 / 30) + ( 0, ,055) ( 89/30) + 1,979 5,79 ( kg. m ) 0,01 6. Perhitungan poros : 11 (kw), 960 (rpm), S30C-D, σ B 58 ( kg/mm ) Sf 6, Sf,5, τ 58/ ( 6,5) 3,87 ( ) T M C d s 1 a kg/mm 9,7 10 b t, K 5 ( 11/960) ( kg. mm) 3 [( 5,1/3,87) 11160] 1/ 38,9 ( mm) 0 ( mm) 7. Perhitungan kopling flens kaku. Menurut Tabel.1, kopling yang cocok untuk dihubungkan dengan poros berdiameter 0 (mm) adalah kopling dengan diameter luar A 160 (mm) dan tebal flens F 0 (mm). GD 3080 ( 0,16) ( 0,0 ) 0,07 ( kg. m ) 8. ΣGD ( 0,5 + 0,07) ( 85/0) ( 89 / 30) + 5, ( kg. m ) 3300 π 76, 1 9. T a 13,6 (kg.m) 9, T d ,6 39,6 (kg.m) (A) Motor dihubungkan langsung 135

34 10. Dari gambar.15(a), jika harga yang diperoleh dengan membagi momen awal dengan 1,5 adalah momen nominal T F (kg.m), maka T F 39,6 1,5 159,7(kg.m) > 105 (kg.m) (pada 159,7 π 76, 11. P R 1,7 (kw) 610 0,85 1. P M 15 (kw) (kw) > 11(kW), dari sini kembali ke no.. GD 0,95 ( kg. m ) 5 Jangan rubah modul, jumlah gigi dan lebar gigi. poros puli) Jika perlu rubahlah bahan yang dipakai atau perlakuan panas T 9,7 10 ( 15/960) 1519 ( kg. mm) M d s 3 [( 5,1/3,87) 1519] 1/ 3,1( mm) 5 ( mm) 7. Kopling dapat tetap sama 8. ΣGD ( 0,95 + 0,07) ( 85/0) ( 89 / 30) + 5, ( kg. m ) 3300 π 76, 1 9. T a 13,6 (kg.m) 9, T d ,6 39,6 (kg.m) 10. T,5/1,5 161,7 ( kg. m)( pada poros puli) F 161,7 π 76, 11. P R 1,9 (kw) 610 0,85 1. P M 15 (kw) 13. P M P MA, baik 1. P M 15 (kw), 6 (p), adalah motor yang dipilih. (B) Dengan kopling fluida 15. P MA 11 (kw), 6 (p), GD 0,5 (kg. m ) (kw), 960 (rpm), No. 16,5 GD 5,5 + 1,5 7,0 (kg. m ) 17. Misalkan slip pada kopling fluida adalah 5 (%) 136

35 Perbandingan reduksi 960 x 0,95/76, 11,9 Sesuaikan roda gigi tingkat-. 11,9/(85/0),81 z 30 x,81 8,3 8, d x (mm) GD 3080 x (0,336) x 0,0 1,570 (kg. m ) Koreksi harga total GD dari roda gigi (terhadap poros puli). 18. Koreksi dengan harga yang diperoleh karena perubahan dari kopling kaku menjadi kopling fluida. 0,07 (kg. m ) 3 (kg. m ) ΣGD (0,5 + 7)(85/0) (8/30) +, (kg. m ) 70 π 76, T a 17, (kg.m) 9, T d , 79, (kg.m) 0. Dari Gambar.15 (c), kurang lebih 30 (%) momen nominal sama dengan momen awal, sehingga : TF 79,/,3 11, (kg. m) (pada poros puli) 11, π 76, 1. P R 11, (kw) 610 0,85. P M 11 (kw) 11 Momen poros motor TM 9,7 x 105 x 11,1 (kg. m) P M P MA, baik. Dari perpotongan koordinat 11 (kw) dan 960 (rpm) dari Gambar.1 (a) maka dipilih kopling fluida No. 16,5 dengan penyimpan minyak. Dari kurva karakteristik kopling No. 16,5 dalam Gambar.16, dipakai minyak s/d No. 5, jumlah minyak 9,5 (l), slip 3 (%). Perhitungan untuk mengoreksi roda gigi reduksi tidk diperlukan karena adanya slip pada kopling fluida. 5. No. 16,5 Tingkat minyak No. 5, jumlah minyak 9,5 (l), 11 (kw), 6 (p) 137

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut

Lebih terperinci

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB VI POROS DAN PASAK BAB VI POROS DAN PASAK Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersamasama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011 TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Mampu meneruskan daya besar

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL

TRANSMISI RANTAI ROL TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Keuntungan: Mampu meneruskan

Lebih terperinci

KOPLING. Gb. 1 komponen utama kopling

KOPLING. Gb. 1 komponen utama kopling KOPLING Kopling adalah suatu mekanisme yang dirancang mampu menghubungkan dan melepas/memutuskan perpindahan tenaga dari suatu benda yang berputar kebenda lainnya. Pada bidang otomotif,kopling digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

POROS dengan BEBAN PUNTIR

POROS dengan BEBAN PUNTIR POROS dengan BEBAN PUNTIR jika diperkirakan akan terjadi pembebanan berupa lenturan, tarikan atau tekanan, misalnya jika sebuah sabuk, rantai atau roda gigi dipasangkan pada poros, maka kemungkinan adanya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram BAB III PERANCANGAN 3.. Perencanaan Kapasitas Perajangan Kapasitas Perencanaan Putaran motor iameter piringan ( 3 ) iameter puli motor ( ) Tebal permukaan ( t ) Jumlah pisau pada piringan ( I ) iameter

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan : A. POROS UTAMA IV. ANALISIS TEKNIK Menurut Sularso dan K. Suga (1997), untuk menghitung besarnya diameter poros yang digunakan adalah dengan menentukan daya rencana Pd (kw) dengan rumus : Pd = fcp (kw)...

Lebih terperinci

SABUK ELEMEN MESIN FLEKSIBEL 10/20/2011. Keuntungan Trasmisi sabuk

SABUK ELEMEN MESIN FLEKSIBEL 10/20/2011. Keuntungan Trasmisi sabuk 0/0/0 ELEMEN MESIN FLEKSIBEL RINI YULIANINGSIH Elemen mesin ini termasuk Belts, Rantai dan ali Perangkat ini hemat dan sering digunakan untuk mengganti gear, poros dan perangkat transmisi daya kaku. Elemen

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar. BAB II DASAR TEORI 2.1 Roda Gigi Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat. Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Alat Pencacah plastik Alat pencacah plastik polipropelen ( PP ) merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat BAB II LANDASAN TEORI.. Pengertian Umum Kebutuhan peralatan atau mesin yang menggunakan teknologi tepat guna khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat diperlukan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

Lampiran. Faktor-faktor Koreksi Daya yang Akan Ditransmisikan. Faktor-faktor Koreksi. (Sularso,2004:7)

Lampiran. Faktor-faktor Koreksi Daya yang Akan Ditransmisikan. Faktor-faktor Koreksi. (Sularso,2004:7) Lampiran. Faktor-faktor Koreksi Daya yang Akan Ditransmisikan Faktor-faktor Koreksi (Sularso,04:7) Daya yang akan ditransmisikan fc Daya rata-rata yang diperlukan,-,0 Daya maksimum yang diperlukan 0,-,

Lebih terperinci

BAB 7 ULIR DAN PEGAS A. ULIR Hal umum tentang ulir Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segitiga digulung pada sebuah silinder,

BAB 7 ULIR DAN PEGAS A. ULIR Hal umum tentang ulir Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segitiga digulung pada sebuah silinder, BAB 7 ULIR DAN PEGAS A. ULIR Hal umum tentang ulir Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segitiga digulung pada sebuah silinder, ulir pengikat pada umumnya mempunyai profil penampang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran:

Tujuan Pembelajaran: P.O.R.O.S Tujuan Pembelajaran: 1. Mahasiswa dapat memahami pengertian poros dan fungsinya 2. Mahasiswa dapat memahami macam-macam poros 3. Mahasiswa dapat memahami hal-hal penting dalam merancang poros

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t)

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t) BAB III PERANCANGAN 3.1. Perencanaan Kapasitas Penghancuran Kapasitas Perencanaan : 100 kg/jam PutaranMotor : 1400 Rpm Diameter Gerinda (D3) : 200 mm Diameter Puli Motor (D1) : 50,8 mm Tebal Permukaan

Lebih terperinci

Gambar 3D dan 2D Mesin Penyuir Daging

Gambar 3D dan 2D Mesin Penyuir Daging 78 Lampiran 1 Gambar 3D dan 2D Mesin Penyuir Daging Lampiran 1. Lanjutan 79 Lampiran 1. Lanjutan 80 Lampiran 1. Lanjutan 81 Lampiran 1. Lanjutan 82 Lampiran 1. Lanjutan 83 Lampiran 1. Lanjutan 84 Lampiran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Kapasitas Alat pencacah Plastik Q = 30 Kg/jam 30 kg = jam x 1 jam 60 menit = 0,5 kg/menit = 500 gr/menit Dimana : Q = Kapasitas mesin B. Perencanaan Putaran Pisau Jika

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Kriteria Perancangan Perancangan dynamometer tipe rem cakeram pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur torsi dari poros out-put suatu penggerak mula dimana besaran ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Tugas Elemen Mesin adalah salah satu kurikulum jurusan teknik mesin Institut Teknologi Medan. Tugas ini adalah untuk merancang sebuah kopling. Pada pergerakan mesin

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR MAKALAH PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Kerja Mesin Modifikasi Camshaft (lanjutan)

Lampiran 1. Gambar Kerja Mesin Modifikasi Camshaft (lanjutan) LAMPIRAN 99 100 Lampiran 1. Gambar Kerja Mesin Modifikasi Camshaft (lanjutan) 1 4 6 2 5 3 7 Lampiran Lampiran 1. Gambar 1. Gambar Kerja Kerja Mesin Mesin Modifikasi Camshaft (lanjutan) 101 102 103 104

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN BAB IV PERHITUGA DA HASIL PEMBAHASA Pada proses perancangan terdapat tahap yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu perancangan, yaitu tahap perhitungan. Perhitungan di lakukan untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya lain, sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai Mesin penghancur kedelai dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp, mengapa lebih memilih memekai motor listrik 0,5 Hp karena industri yang di

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Kerja Mesin Pencacah Rumput

Lampiran 1. Gambar Kerja Mesin Pencacah Rumput 71 Lampiran 1. Gambar Kerja Mesin Pencacah Rumput 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 Lampiran 2. Presensi Proyek akhir 93 Lampiran 3. Kartu bimbingan proyek akhir 94 95 96 Lampiran

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

1. Kopling Cakar : meneruskan momen dengan kontak positif (tidak slip). Ada dua bentuk kopling cakar : Kopling cakar persegi Kopling cakar spiral

1. Kopling Cakar : meneruskan momen dengan kontak positif (tidak slip). Ada dua bentuk kopling cakar : Kopling cakar persegi Kopling cakar spiral Kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros penggerak ke poros yang digerakkan degan putaran yang sama dalam meneruskan daya, serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT 4.1 Perhitungan Rencana Pemilihan Motor 4.1.1 Data motor Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: Merek Model Volt Putaran Daya : Multi Pro :

Lebih terperinci

Jumlah serasah di lapangan

Jumlah serasah di lapangan Lampiran 1 Perhitungan jumlah serasah di lapangan. Jumlah serasah di lapangan Dengan ketinggian serasah tebu di lapangan 40 cm, lebar alur 60 cm, bulk density 7.7 kg/m 3 dan kecepatan maju traktor 0.3

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TIORI

BAB II LANDASAN TIORI BAB II LANDASAN TIORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Pemecah Kedelai Mula-mula biji kedelai yang kering dimasukkan kedalam corong pengumpan dan dilewatkan pada celah diantara kedua cakram yang salah satunya

Lebih terperinci

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung Mesin pemipil jagung merupakan mesin yang berfungsi sebagai perontok dan pemisah antara biji jagung dengan tongkol dalam jumlah yang banyak dan

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. proses tekan geser. Butir beras terjepit dan tertekan cekung lesung antum sehingga

BAB II LANDASAN TEORI. proses tekan geser. Butir beras terjepit dan tertekan cekung lesung antum sehingga BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Bahan Baku Secara tradisional orang membuat tepung beras dengan cara menumbuk dalam lesung dengan antum atau alu. Beras menjadi halus dikarenakan adanya proses tekan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar BAB II TEORI DASAR Perencanaan elemen mesin yang digunakan dalam peralatan pembuat minyak jarak pagar dihitung berdasarkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan buku-buku literatur yang ada.

Lebih terperinci

Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : SABUK-V Untuk menghubungkan dua buah poros yang berjauhan, bila tidak mungkin digunakan roda gigi, maka dapat digunakan sabuk luwes atau rantai yang dililitkan di sekeliling puli atau sprocket pada porosnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bertekanan lebih rendah dari tekanan atmosfir. Dalam hal ini disebut pompa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bertekanan lebih rendah dari tekanan atmosfir. Dalam hal ini disebut pompa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kompresor Kompresor adalah mesin untuk memampatkan udara atau gas. Kompresor udara biasanya mengisap udara dari atsmosfir. Namun ada pula yang mengisap udara atau

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS

PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS (1) Sobar Ihsan, (2) Muhammad Marsudi (1)(2) Prodi Teknik Mesin, Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Islam Kalimantan MAB Jln. Adhyaksa (Kayutangi)

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER TUGAS SARJANA MESIN FLUIDA PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER OLEH NAMA : ERWIN JUNAISIR NIM : 020401047 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Roda Gigi Kerucut bidang kerucut ini disebut "kerucut jarak bagi". Besarnya sudut puncak kerucut tersebut merupakan ukuran bagi putaran masing-masing porosnya. Roda gigi kerucut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI Suatu sistem penggerak yang terdapat dalam sebuah mobil tidak lepas dari peranan motor penggerak dan transmisi sebagai penghantar putaran dari motor penggerak sehingga mobil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

Kopling luwes ( fleksibel ) memungkinkan adanya sedikit ketidaklurusan. sumbu poros yang terdiri atas: c. Kopling karet bintang

Kopling luwes ( fleksibel ) memungkinkan adanya sedikit ketidaklurusan. sumbu poros yang terdiri atas: c. Kopling karet bintang KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan dimulai dari bulan September 2005 sampai Juni 2006 di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Departemen Pertanian

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES TARTONO 202030098 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Kampus Terpadu UMY, Jl. Lingkar Selatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya

Lebih terperinci

Fungsi Utama Rem: Menghentikan putaran poros Mengatur Putaran Poros Mencegah Putaran yang tak dikehendaki. Fungsi rem selanjutnya?

Fungsi Utama Rem: Menghentikan putaran poros Mengatur Putaran Poros Mencegah Putaran yang tak dikehendaki. Fungsi rem selanjutnya? Fungsi Utama Rem: Menghentikan putaran poros Mengatur Putaran Poros Mencegah Putaran yang tak dikehendaki Fungsi rem selanjutnya? Cara Kerja Rem Rem:: 1. Secara Mekanis : dengan gesekan 2. Secara Listrik

Lebih terperinci

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir IV. PENDEKATAN RANCANGAN dan ANALISIS TEKNIK 4.1. Rancangan Fungsional Rancangan fungsional merupakan penjelasan mengenai fungsi-fungsi yang ada, yang dilakukan oleh sistem atau dalam model pemisah ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN Dani Prabowo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta E-mail: daniprabowo022@gmail.com Abstrak Perencanaan ini

Lebih terperinci

PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM

PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM 1 PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Bahan poros S45C, kekuatan tarik B Faktor keamanan Sf 1 diambil 6,0 dan Sf 2 diambil 2,0. Maka tegangan geser adalah:

Bahan poros S45C, kekuatan tarik B Faktor keamanan Sf 1 diambil 6,0 dan Sf 2 diambil 2,0. Maka tegangan geser adalah: Contoh soal: POROS:. Tentukan diameter sebuah poros bulat untuk meneruskan daya 0 (kw) pada putaran 450 rpm. Bahan diambil baja dingin S45C. Solusi: Daya P = 0 kw n = 450 rpm f c =,0 Daya rencana = f c

Lebih terperinci

SABUK-V. Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

SABUK-V. Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : SABUK-V Untuk menghubungkan dua buah poros yang berjauhan, bila tidak mungkin digunakan roda gigi, maka dapat digunakan sabuk luwes atau rantai yang dililitkan di sekeliling puli atau sprocket pada porosnya

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Poros Poros merupakan bagian yang terpenting dari suatu mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga dan putarannya melalui poros. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti roda

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

MESIN PERUNCING TUSUK SATE MESIN PERUNCING TUSUK SATE NASKAH PUBLIKASI Disusun : SIGIT SAPUTRA NIM : D.00.06.0048 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 013 MESIN PERUNCING TUSUK SATE Sigit Saputra,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Standar Pengujian Tarik Standar pengujian tarik yang digunakan adalah American Society for Testing Materials (ASTM) E 8M-04 sebagai acuan metode pengujian standar pengujian tarik

Lebih terperinci

ANALISIS RANCANGAN. penggetar. kopling. blade. motor listrik. beam

ANALISIS RANCANGAN. penggetar. kopling. blade. motor listrik. beam IV. ANALISIS RANCANGAN A. RANCANGAN FUNGSIONAL Ide rancangan penggetaran mole plow adalah mengaplikasikan forced vibrations pada kantilever beam dari mole plow. Beam mole plow terbuat dari baja S45C yang

Lebih terperinci

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis.

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis. MESIN LISTRIK 1. PENDAHULUAN Motor listrik merupakan sebuah mesin yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi energi mekanik atau tenaga gerak, di mana tenaga gerak itu berupa putaran dari pada

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya BAB 5 POROS (SHAFT) Definisi. Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan

Lebih terperinci

SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS

SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS Perancangan dan pembuatan mekanik mesin sortasi manggis telah selesai dilakukan. Mesin sortasi manggis ini terdiri dari rangka mesin, unit penggerak, unit pengangkut,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada pembuatan rancang bangun kendaraan mobil mini ini kami menggunakan engine (mesin) suzuki smash 4 tak 110 cc dengan bahan bakar bensin dengan kemampuan ankut 50 150 kg. Dalam

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Mesin Pemarut Serbaguna

Gambar 2.1 Mesin Pemarut Serbaguna BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Dalam kehidupan sehari hari kita sering menjumpai mesin pemarut yang ada di pasar. Mesin pemarut digunakan untuk memarut kelapa dan sebagainya. Mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON OLEH : RAMCES SITORUS NIM : 070421006 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-dasar Pemilihan Bahan Setiap perencanaan rancang bangun memerlukan pertimbanganpertimbangan bahan agar bahan yang digunakan sesuai dengan yang direncanakan. Hal-hal penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Mesin Press Mesin press adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk membentuk dan memotong suatu bahan atau material dengan cara penekanan. Proses kerja daripada

Lebih terperinci

Kentang yang seragam dikupas dan dicuci. Ditimbang kentang sebanyak 1 kg. Alat pemotong kentang bentuk french fries dinyalakan

Kentang yang seragam dikupas dan dicuci. Ditimbang kentang sebanyak 1 kg. Alat pemotong kentang bentuk french fries dinyalakan Lampiran 1. Prosedur penelitian Kentang yang seragam dikupas dan dicuci Ditimbang kentang sebanyak 1 kg Alat pemotong kentang bentuk french fries dinyalakan Kentang dimasukkan ke dalam mesin melalui hopper

Lebih terperinci

hingga akhirnya didapat putaran yang diingikan yaitu 20 rpm.

hingga akhirnya didapat putaran yang diingikan yaitu 20 rpm. 7 BAB II PENEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Kajian Singkat Produk Mesin Pengaduk Reaktor Biogas merupakan alat tepat guna untuk memaksimalkan proses pembentukan biogas dalam reaktor skala rumah tangga. iharapakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SERTA PEMBUATAN PELAMPUNG DAN SISTEM BELT PERUBAH PUTARAN PADA PROTOTIPE TURBIN AIR TERAPUNG

PERENCANAAN SERTA PEMBUATAN PELAMPUNG DAN SISTEM BELT PERUBAH PUTARAN PADA PROTOTIPE TURBIN AIR TERAPUNG PERENCANAAN SERTA PEMBUATAN PELAMPUNG DAN SISTEM BELT PERUBAH PUTARAN PADA PROTOTIPE TURBIN AIR TERAPUNG SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik SYAMSUL SIMANJUNTAK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Pompa adalah mesin atau peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Skuter Skuter adalah kendaraan roda 2 yang diameter rodanya tidak lebih dari 16 inchi dan memiliki mesin yang berada di bawah jok. Skuter memiliki ciri - ciri rangka sepeda

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM PERANCANGAN TROLLEY DAN SPREADER GANTRY CRANE KAPASITAS ANGKAT 40 TON TINGGI ANGKAT 41 METER YANG DIPAKAI DI PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL (BICT) SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam LAPORAN AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Kerja Sistem Hidroulik Pada Forklift Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115 PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Dinamometer (Martyr & Plint, 2007)

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Dinamometer (Martyr & Plint, 2007) 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Dinamometer Dinamometer adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengukur torsi (torque) dan daya (power) yang diproduksi oleh suatu mesin motor atau penggerak berputar

Lebih terperinci