PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN
|
|
- Inge Darmali
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Rencana Bisnis Madu KPHP Limau Unit VII Hulu Kabupaten Sarolangun PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN SAROLANGUN, AGUSTUS 2015
2 RENCANA OPERASIONAL CORE BUSINESS MADU (Apis cerrana dan Apis trigona) DI KAWASAN KPHP LIMAU UNIT VII-HULU Rencana Produksi Madu Apis cerrana dan Apis trigona a. Jenis Usaha/Kegiatan Jenis usaha/kegiatan yang dimaksud adalah budidaya lebah madu Apis cerrana dan Apis trigona. b. Produk yang Dihasilkan Produk yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah madu. c. Teknologi yang Digunakan Teknologi budidaya Apis cerrana dan Apis trigona menggunakan stup, dimana pakan lebah bersumber dari kawasan hutan sekitar. Selain pakan alami, juga diberikan pakan tambahan sesuai dengan kebutuhan. d. Kapasitas Terpasang/Produksi Satu diantara hasil hutan bukan kayu yang dijadikan core business oleh KPHP Limau Unit VII-Hulu adalah madu. Ada dua jenis lebah yang potensial untuk dikembangkan yaitu Apis cerrana dan Apis trigona. Lebah madu Apis cerrana atau sering kali dikenal dengan lebah lokal. Lebah madu Apis cerrana biasanya dapat menghasilkan madu lebih kurang 10 kg per koloni per tahun. Tetapi hal tersebut sangat tergantung pakan lebah yang ada, maksudnya jika pakan lebah tidak memadai maka tidak akan menghasilkan madu yang bisa dipanen karena habis dikonsumsi oleh lebah sendiri. Lebah madu ini tidak menghasilkan royal jelly dan propolis. Apis trigona adalah lebah madu budidaya yang banyak dipelihara secara tradisional oleh masyarakat pedesaan sekitar kawasan hutan. Apis trigona harganya jauh lebih mahal. Setiap koloni lebah madu Apis trigona menghsilkan 1-2 kg madu per tahun. Pemanfaatannya dilakukan dengan mengambil sarangnya yang telah menghasilkan madu di hutan. Ada dua teknik ekstrak madu yang dilakukan oleh pengepul madu, yaitu tenik pemerasan menggunakan tangan, dan teknik penirisan. Teknik pemerasan yaitu sarang madu dibelah atau disobek dengan pisau selanjutnya diperas menggunakan tangan. Dengan cara ini pemerasan lebih cepat, namun mengakibatkan madu bercampur dengan telur lebah, lilin dan propolisnya. Tercampurannya madu dengan telur mengakibatkan madu mudah rusak atau rasa asam, sehingga kualitasnya tergolong rendah. Prosedur yang ditempuh pada teknik penirisan adalah: 1) sarang lebah dibelah melintang menggunakan pisau, 2) sarang lebah
3 yang telah terbuka digantung di atas bak atau baskom dan madu ditiriskan ke bak plastik atau baskom selama 8 sampai dengan 12 jam; 3) madu disaring atau dipisahkan dari kotoran, sehingga diperoleh madu murni. Madu yang telah diperoleh baik diperas maupun ditiriskan masih memerlukan proses lebih lanjut diantaranya adalah pengemasan dan labeling, serta pemasaran hasil. Lokasi yang potensial budidaya lebah Apis cerrana dan Apis trigona adalah di kawasan hutan KPHP Limau Unit VII-Hulu. Berkenaan dengan pengembangan usaha madu di KPHP Limau Unit VII-Hulu, bentuk usaha yang akan dikembangkan adalah budidaya Madu Apis cerrana dan Apis trigona dengan menggunakan stup; dimana jumlah stup untuk 1 (satu) set usaha dengan areal 1 (satu) hektar adalah sebanyak 20 stup. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis, kapasitas produksi yang dianjurkan untuk usaha budidaya Madu Apis cerrana dan Apis trigona di KPHP Limau Unit VII-Hulu adalah sebanyak 100 set sehingga secara keseluruhan jumlah stup yang dibudidayakan adalah sebanyak stup. e. Kebutuhan Biaya Investasi dan Biaya Operasional Investasi yang dibutuhkan oleh KPHP Limau Unit VII-Hulu untuk pengembangan usaha budidaya madu Apis cerrana dan Apis trigona adalah sebagai berikut: pembuatan perizinan koperasi KPH (SIUP, SITU dan Izin Perindakop), Uji Lab dan Izin Depkes, Perizinan MUI (logo halal), biaya pembuatan/pengadaan kotak stup, sarang lebah, jegrak meja, masker penutup wajah, ekstraktor, evaporator vacum, rafractometer digital DNH-2, ember, botol kaca, botol plastik (125 ml), b otol (jerigen 1 kg), pelebelan. Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk pengadaan 1 (satu) set yang terdiri atas 20 (lima puluh) buah stup diperkirakan sebesar Rp ,- Biaya investasi pembuatan stup ini dikeluarkan/dibutuhkan hanya pada tahun pertama (tahun awal) kegiatan usaha, yaitu tahun Sementara itu untuk 4 (empat) tahun berikutnya ( ) hanya membutuhkan biaya operasional dengan total biaya rata-rata setiap tahunnya untuk 1 (set) yang terdiri atas 20 stup diperkirakan sebesar Rp ,. Biaya operasional ini meliputi biaya glukosa, insentif team, transportasi team, mendatangkan tenaga ahli, ATK. Jadi dengan demikian, jika kapasitas produksi yang akan dikembangkan adalah sebanyak 100 set, maka total kebutuhan biaya investasi pada tahun pertama (tahun awal) adalah sebanyak Rp ,- yaitu biaya investasi sebesar Rp ,- dan biaya operasional sebesar Rp ,-.
4 Rencana Pemasaran Madu Trigona sp Peluang Pasar Madu Trigona sp Salah satu faktor penting yang menetukan keberhasilan usaha adalah tersedianya peluang pasar. Peluang pasar madu masih terbuka. Hal ini ditunjukkan masih besarnya impor madu dibandingkan dengan nilai ekspornya. Pada tahun 2000 s.d 2005 nilai ekspor sebesar US $ , dibandingkan dengan nilai impor madu sebesar US$ Nilai ekspor tertinggi pada periode tersebut terjadi pada tahun 2004 sebesar US$ Sedangkan nilai impor tertinggi terjadi pada tahun 2003 sebesar US$ (Statistik Departemen Perindustrian dan Perdagangan Indonesia, 2006). Perbandingan nilai ekspor dan impor tersebut menjadi indikator masih besarnya permintaan madu dalam negeri dan cenderung terus meningkat di masa yang akan datang. Peningkatan jumlah permintaan tersebut belum mampu dipenuhi oleh produksi dalam negeri, sehingga pengembangan usaha perlebahan mempunyai prospek yang cerah dan berpluang untuk ditingkatkan pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Oleh karena itu menggalakkan pengembangan lebah madu oleh banyak pihak perlu disambut positif dan diapresiasi. Selain Trigona sp, lebah madu lain yang juga dibudidayakan adalah Apis millifera L. Jenis inilah yang banyak dikembangkan secara profesional dibandingkan jenis lainnya. Pengembangan lebah madu harus mempertimbangkan berbagai aspek diantaranya pembiyaan dari lembaga keuangan terkait, dukungan dari SPKD terkait seperti Kehutanan, Perindag, Koperasi, Lingkungan, dan BPDAS (Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, 2000). Analisis Pesaing (Competitor) Madu Apis cerrana dan Apis trigona Pesaing adalah pihak yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis. Mengingat bahwa KPHP Limau Unit VII-Hulu memiliki core business minyak kepayang, madu dan ekowisata, maka sebagai pesaingnya adalah pihak lain yang menghasilkan produk sejenis dan memasarkan produk tersebut di wilayah yang sama. Selain itu, pesaing juga berasal dari produk yang berbeda namun fungsinya dapat substitusi penggunaan produk tersebut. KPHP Limau Unit VII-Hulu berencana memproduksi madu jenis Apis cerrana dan Apis trigona, maka pesaingnya adalah madu hutan yang dikoordinasikan oleh masyarakat pengumpul madu di sekitar kawasan KPHP Limau Unit VII-Hulu. Persaingan itu meliputi persaingan harga dan persaingan produk. Dalam menghadapi persaingan harga maka disyaratkan proses produksi berlangsung efisien, dengan biaya produksi yang murah. Dilihat
5 dari harga tampaknya sulit menyaingi madu hutan, karena madu hutan tidak melalui proses budidaya. Menghadapi persaingan dengan madu hutan, pilihan akan jatuh pada persaingan produk, yaitu persaingan dalam kualitas. Madu hutan sulit dilakukan pengontrolan kualitas, terutama kadar air. Pemungutan pada musim hujan cenderung meningkatkan kadar air madu hutan mencapai 26%, sementara madu hasil budidaya dimungkinkan di bawah 22% dan proses ekstraksi dapat dikontrol agar hygienis. Cara lainnya adalah mengusahakan agar madu budidaya ini memiliki jaminan kualitas melalui pengusahaan sertifikat madu budidaya lestari, serta diintroduksi teknologi pengolahan agar khasiat madu dapat ditingkatkan. Persaingan mengharuskan pengusaha meningkatkan kualitas pelayanannya kepada pelanggan dengan maksud agar dapat menarik minat pelanggan sebanyak-banyaknya, serta berupaya merebut pangsa pasar yang lebih besar. Pengamatan terhadap pesaing terus dilakukan dengan memonitor perubahan produk dan respon pelanggan terhadap produk pesaing dan produk yang dihasilkan oleh KPHP Limau Unit VII-Hulu. Perubahan produk pun harus tetap dipantau yang meliputi perubahan bentuk, ukuran, harga, mutu, desain, serta bagaimana dampaknya terhadap permintaan pelanggan. Terhadap setiap perubahan harus direspon dengan cepat oleh KPHP Limau Unit VII-Hulu, dan cara dan strategi bagaimana yang mesti ditempuh agar perkembangan usaha dapat berlanjut terus. Beberapa teknis mengidentifikasi pesaing antara lain: (1) memonitor volume penjualan produk secara berkala misalnya mingguan atau bulanan. Bila volume penjualan mengalami penurunan, harus diketahui penyebabnya, dan diupayakan untuk menanggungi penyebab tersebut; (2) mengevaluasi pangsa pasar produk sejenis dan seberapa besar dari pangsa pasar tersebut dapat dimanfaatkan; (3) memonitor apa ada pesaing baru yang masuk dan bagaimana dampaknya terhadap volume penjualan. Dalam hal ini bagian pemasaran atau penjualan dapat ditugaskan untuk selalu memonitor dan melaporkan kondisi pesaing dan dan dampak persaingan terhadap pangsa pasar produk yang dihasilkan oleh KPHP Limau Unit VII-Hulu. Strategi Pemasaran Madu Apis cerrana dan Apis trigona Madu merupakan minuman suplemen dengan konsumen tertentu, yaitu masyarakat berpenghasilan menengah ke atas. Sebagai minuman suplemen yang berkhasiat bagi peningkatan stamina, maka strategi yang dapat ditempuh disesuaikan dengan daya beli konsumen. 1) Ukuran kemasan madu dibuat bervariasi, yaitu ukuran kecil 150 gram, ukuran sedang 500 gram dan ukuran jumbo 1 kg. Dengan variasi ukuran kemasan memungkinkan segmen
6 pasar dapat diperluas tidak saja pada golongan masyarakat berpenghasilan menengah ke atas, tetapi juga masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. 2) Madu sering kali dijadikan sebagai suvenir. Sebagai suvenir dibuat kemasan mewah dengan jumlah terbatas. Kemasan mewah ini diproduksi berdasarkan pesanan atau disediakan pada momentum tertentu, misalnya pertemuan atau konfrensi yang dihajatkan sebagai cindera mata. 3) Mengembangkan jaringan bisnis ( Networking). Maksudnya adalah untuk memperluas wilayah pemasaran yang berskala nasional atau global. 4) Mengikutsertakan produk pada pameran atau expo. 5) Membuat merek dagang, mendapatkan sertifikat halal, sertifikat organik dan mencantumkannya pada merk (label). Saluran Pemasaran Madu Apis cerrana dan Apis trigona Saluran pemasaran madu Apis cerrana dan Apis trigona dimulai dari madu ini diambil oleh masyarakat desa di sekitar hutan wilayah KPHP Limau Unit VII-Hulu. KPHP Limau membantu masyarakat desa dalam melakukan pengemasan dan pemberian label serta pemasaran madu sebagai bentuk kemitraan dengan cara kolaborasi. Dengan ini diharapkan madu yang dihasilkan oleh masyarakat desa di sekitar wilayah KPHP dapat dipasarkan ke masyarakat luas. Rantai pemasaran madu yang ada saat ini sebagaimana digambarkan pada skema berikut: Masyarakat desa di sekitar hutan (petani budidaya madu) KPHP Limau Unit VII-Hulu (melakukan pengemasan dan pemberian label serta pemasaran madu) Konsumen di Kabupaten Sarolangun Konsumen diluar Kabupaten (Pemasaran Madu di Toko Ole-ole dan Sarolangun Toko Bismillah Sarolangun) Gambar 5. Jaringan Pemasaran Madu Sialang Sarolangun Rantai pasar yang ada merupakan aset yang berharga bagi KPHP Limau Unit VII- Hulu untuk memasarkan hasil produk madu budidayanya. Rantai pemasaran yang bisa ditempuh adalah petani budidaya lebah madu menjual produknya secara langsung kepada KPHP Limau Unit VII-Hulu.
7 Kemitraan Usaha Madu Apis cerrana dan Apis trigona Kemitraan usaha yang bisa dikembangkan dalam kaitan dengan budidaya lebah madu meliputi tiga hal: kemitraan produksi madu, kemitraan pemasaran, dan kemitraan permodalan. Kemitraan produksi mencakup kegiatan mulai dari penyediaan stup, penyediaan bibit lebah, dan penguatan kapasitas petani dalam bentuk pelatihan dan pendampingan. Kemitraan pemasaran adalah terkait dengan kerjasama penjualan hasil budidaya lebah madu dengan toko-toko penjual madu. Kemitraan dalam aspek permodalan, terkait dengan bagaimana sistem penyediaan dana untuk investasi budidaya dan pembelian hasil madu. Pelaku kemitraan yang terlibat adalah KPHP Limau Unit VII-Hulu, kelompok tani, koperasi dan lembaga pendanaan. Bentuk kemitraan bisa berbeda tergantung pada setiap aspek yang mau dimitrakan (Tabel ). Tabel 2. Skema Kemitraan yang Bisa Ditempuh Dalam Kaitan Budidaya dan Pemasaran Madu Apis cerrana dan Apis trigona Aspek Pelaku Kemitraan Bentuk Kemitraan Legalitas 1. Budidaya Lebah Madu KPHP Limau Unit VII-Hulu dengan kelompok tani budidaya lebah 2. Pemasaran KPHP Limau Unit VII-Hulu dengan toko-toko penjual madu Hulu menyediakan stup dan bibit lebah Hulu mendukung pelatihan Hulu menyediakan tenaga pendamping o Petani memberikan sebagian hasil keuntungan kepada KPHP Limau Unit VII- Hulu Hulu dapat menyepakati penjualan hasil budidaya lebah madu binaannya kepada toko-toko penjual madu o Toko-toko penjual madu mengambil setiap keuntungan yang menjadi hak KPHP Limau Unit VII-Hulu dari penjualan madu oleh petani dan menyerahkan kepada KPHP Limau Unit VII- o Surat Perjanjian o Surat Perjanjian (Kontrak)
8 3. Permodalan KPHP Limau Unit VII-Hulu dengan Bank Hulu Hulu mengusulkan dana penyediaan stup dan pendampingan kepada petani o Bank menyediakan dana dengan skema hibah maupun pinjaman o Surat Perjanjian (Kontrak) Mengetahui, Kepala KPHP Misriadi, SP. M.Sc NIP
PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN
Rencana Bisnis Minyak Kepayang KPHP Limau Unit VII Hulu Kabupaten Sarolangun PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN SAROLANGUN, AGUSTUS 2015 RENCANA OPERASIONAL CORE BUSINESS MINYAK KEPAYANG DI KAWASAN KPHP LIMAU
Lebih terperincidiperoleh, ada 3 (tiga) jenis warna madu hutan yaitu madu hitam, madu merah, dan madu kuning. UKM mitra mampu menghasilkan madu hutan minimal
BAB 1. PENDAHULUAN Potensi hasil hutan dari daerah Riau yang sangat memungkinkan untuk dikelola masyarakat umum adalah Madu Hutan. Populasi lebah madu di daerah Riau tersebar diberbagai wilayah. Wilayah
Lebih terperinciGambar 1. Koloni Trigona sp
BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP Oleh : Victor Winarto *) Rusmalia *) I. PENDAHULUAN Madu adalah salah satu produk primadona HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) di Indonesia. Banyaknya manfaat madu bagi kesehatan,
Lebih terperinciKARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU
KARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU Disusun Oleh : Muhammad Burhan Kurniawan NIM : 10.11.4556 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Meraup Untung dari Usaha Lebah Madu Abstraksi Bisnis lebah madu
Lebih terperinciBidang Ilmu. Budidaya Pertanian. Biologi Tanah. Teknik Mesin
LAMPIRAN 21 Lampiran 1. Personalia Tenaga Pelaksana Beserta Kualifikasi No. Nama/NIDN Instansi Asal Bidang Ilmu Alokasi Waktu (jam/minggu) Uraian Tugas 1. Prof. Dr.Ir. Hapsoh, MS / 0001115702 Faperta UR
Lebih terperinciBisnis Untung Besar Membuat Sirup Di Musim Lebaran
Bisnis Untung Besar Membuat Sirup Di Musim Lebaran Menyajikan aneka macam minuman segar di moment buka puasa maupun ketika hari lebaran tiba, menjadi salah satu rutinitas yang tak bisa dipisahkan dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peningkatan ekonomi masyarakat melalui produk yang dihasilkan. Perlebahan juga merupakan komponen penting di dalam strategi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlebahan memiliki peran penting dalam membantu penyediaan pangan dan peningkatan ekonomi masyarakat melalui produk yang dihasilkan. Perlebahan juga merupakan komponen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki rasa manis alami yang dihasilkan oleh lebah berbahan baku nektar bunga. Madu kaya akan kandungan nutrisi
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI LEBAH MADU LUMBANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN
UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI LEBAH MADU LUMBANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN Emma Savitri 1, Syamsul Hadi 2, Agung Prayitno 3 1 Program Studi Teknik Kimia/Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN sangat kaya akan ragam tanaman berbunga dan hasil pertanian yang
I. PENDAHULUAN 1.I Latar Belakang lndonesia sangat cocok untuk usaha peternakan lebah, karena sangat kaya akan ragam tanaman berbunga dan hasil pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan lebah
Lebih terperinciLAMPIRAN. Bidang Ilmu. Budidaya Pertanian. Biologi Tanah. Teknik Mesin
LAMPIRAN Lampiran 1. Personalia Tenaga Pelaksana Beserta Kualifikasi No. Nama/NIDN Instansi Asal Bidang Ilmu Alokasi Waktu (jam/minggu) Uraian Tugas 1. Prof. Dr.Ir. Hapsoh, MS / 0001115702 Faperta UR Budidaya
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN, KRITERIA DAN STANDAR PEMANFAATAN HUTAN DI WILAYAH TERTENTU PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN
Lebih terperinciLANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN
LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN Oleh : Kuntadi Pusat Litbang Konservasi Dan Rehabilitasi MANFAAT PERLEBAHAN Optimalisasi sumberdaya tumbuhan/tanaman (tanpa dimanfaatkan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL)
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL) Oleh : Prajogo U. Hadi Adimesra Djulin Amar K. Zakaria Jefferson Situmorang Valeriana Darwis PUSAT ANALISIS SOSIAL
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan Rinadya Yoghurt Rinadya Yoghurt merupakan usaha rumahtangga yang bergerak dalam bidang pengolahan susu segar yaitu memproduksi yoghurt. Usaha ini
Lebih terperinciLampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011
LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN Pelaku Umkm Tenun Ikat, Marning Jagung, Keripik Pisang
BAB V HASIL PENELITIAN 1.1. Pelaku Umkm Tenun Ikat, Marning Jagung, Keripik Pisang 1.1.1. Pelaku Usaha Tenun Ikat Pelaku usaha tenun ikat yaitu mereka yang membuka usaha dalam bidang menenun. Pelaku usaha
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti
11 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur pada bulan Maret sampai bulan
Lebih terperinciAGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :
AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : 106 112 ISSN : 1411-1063 ANALISIS EFISIENSI EKONOMI USAHATANI LEBAH MADU DI DESA KALISARI, KECAMATAN CILONGOK, KABUPATEN BANYUMAS Purwanto Badan Pelaksana Penyuluhan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 08 Tahun 2015 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG USAHA MIKRO DAN KECIL DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi, karena pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Konsumsi madu di Indonesia kurang lebih 10 gr/kapita/tahun, namun
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi madu di Indonesia kurang lebih 10 gr/kapita/tahun, namun kenyataannya produksi madu hanya mampu memenuhi sekitar 3 gr/kapita /tahun (Murtidjo, 2011). Besarnya
Lebih terperinciPENGUATAN USAHA PENGASAPAN IKAN SIDO MAKMUR KETAPANG KABUPATEN KENDAL. Jalan Menoreh Tengah X no 22 Semarang
PENGUATAN USAHA PENGASAPAN IKAN SIDO MAKMUR KETAPANG KABUPATEN KENDAL Indah Hartati 1, Laeli Kurniasari 1, Darmanto 2, Hasan 3 1 Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim 2 Jurusan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT. Madu Pramuka
20 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT. Madu Pramuka Sejarah Singkat Perusahaan Pada awal tahun 1970, Sekretaris Jenderal Kwartir Nasional (Kwarnas), yaitu Mayjen TNI (Purn) Dr. Aziz Saleh berkeinginan untuk mendirikan
Lebih terperinciBUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP MUDAH DAN MURAH
BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP MUDAH DAN MURAH Oleh : Septiantina Dyah Riendriasari, S. Hut PENDAHULUAN Dulu, banyak masyarakat yang tidak mengetahui adanya lebah madu Trigona sp ini. Hanya jenis Apis
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Lebih terperinciLampiran 1 Investasi, Penyusutan, dan Bunga Modal Peternakan Madu Odeng
Lampiran 1 Investasi, Penyusutan, dan Bunga Modal Peternakan Odeng Komponen Jumlah Satuan Harga satuan (Rp,000,-/unit) Umur Teknis (tahun) Nilai Sisa Total Investasi Penyusutan Bunga Modal Pemeliharaan
Lebih terperinciMENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71
Lebih terperinciVI HASIL DAN PEMBAHASAN
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2015 SUMBER DAYA ALAM. Perkebunan. Kelapa Sawit. Dana. Penghimpunan. Penggunaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UKM yang didirikan oleh Bapak H. Tarwa Hadi. Usaha ini bermula saat dia
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Perusahaan Usaha sale pisang Suka Senang yang menjadi fokus penelitian merupakan UKM yang didirikan oleh Bapak H. Tarwa Hadi. Usaha ini bermula saat dia mengundurkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola konsumsi makanan pada masyarakat memberikan dampak positif bagi upaya penganekaragaman pangan. Perkembangan makanan olahan yang berbasis tepung semakin
Lebih terperinciVII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL
VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi yang begitu pesat, mendorong kecenderungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang begitu pesat, mendorong kecenderungan masyarakat untuk menggunakan barang-barang yang praktis dipakai, mempunyai daya tahan yang kuat serta
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN
Lebih terperinciAspek Hukum Dalam Usaha Makanan. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc
Aspek Hukum Dalam Usaha Makanan Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc Adalah Kegiatan usaha dengan tujuan mencari keuntungan. Adalah Aturan tertulis maupun tidak tertulis yang mempunyai sanksi. Hukum
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL
PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN
- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 958, 2013 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kemitraan Kehutanan. Masyarakat. Pemberdayaan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.39/MENHUT-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA KEMITRAAN PEMANFAATAN HUTAN DI WILAYAH TERTENTU PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI DI
Lebih terperinciPERLEBAHAN DI INDONESIA
PERLEBAHAN DI INDONESIA Oleh : Kuntadi Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi QUIZ 1. Yang mana sarang lebah madu? 1 2 3 4 1 QUIZ 2 2 1 3 5 4 A. dorsata A. laboriosa A. dorsata binghami A. cerana A.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 71 TAHUN 2017 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 71 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA KEMITRAAN PEMANFAATAN HUTAN DI WILAYAH TERTENTU PADA KESATUAN PENGELOLAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi (coffea s.p) merupakan salah satu produk agroindustri pangan yang digemari oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena kopi memiliki aroma khas yang tidak dimiliki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga
I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki kekayaan alam melimpah berupa flora dan fauna. Indonesia juga memiliki potensi besar dalam pengembangan usaha peternakan lebah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Lebih terperinci2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.407, 2011 KEMENTERIAN KEHUTANAN. IUPHHK. Hutan Tanaman Rakyat. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.55/Menhut-II/2011 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.
Lebih terperinciManajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta
Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) oleh TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta Peluang Pemasaran Lele dan Patin Pasar Dalam Negeri Permintaan lele untuk dua pasar di DKI
Lebih terperinciApip Supriadi, Dwi Hastuli LK., Encang Kadarisman *)
(ITGbM) Pengembangan Jaringan Pasar Produk Lebah Madu Di Desa Cintaratu Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran Apip Supriadi, Dwi Hastuli LK., Encang Kadarisman *) Email: apipsupriadi@unsil.ac.id dwihastuti@unsil.ac.id
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGEMBANGAN RAMI DAN DUKUNGAN PADA PILOT PROJECT PENGEMBANGAN RAMI DI KABUPATEN GARUT
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN RAMI DAN DUKUNGAN PADA PILOT PROJECT PENGEMBANGAN RAMI DI KABUPATEN GARUT Direktorat Budi Daya Tanaman Semusim, Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian PENDAHULUAN Indonesia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi hutan rakyat Definisi Hutan rakyat dapat berbeda-beda tergantung batasan yang diberikan. Hutan rakyat menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999
Lebih terperinciBUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KEPITING SOKA
BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KEPITING SOKA PIU KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2014 BUSINESS PLAN INFRASTRUKTUR KOMPONEN 2 RUMAH PRODUKSI KEPITING SOKA A. LATAR BELAKANG Business Plan (Rencana Bisnis) adalah
Lebih terperinciKERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)
KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Menimbang berbagai faktor utama yang menghambat pengelolaan hutan lindung secara efektif, maka pengelolaan hutan
Lebih terperinciINOVASI PRODUK USAHA OLAHAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL LELE
INOVASI PRODUK USAHA OLAHAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL LELE Wahjoe Mawardiningsih Program Studi Komunikasi, Fakultkas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Surakarta Jl. Raya Palur Km. 5, Surakarta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peranan pertanian antara lain adalah : (1) sektor pertanian masih menyumbang sekitar
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL
LAMPIRAN 77 78 LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL Tabel 1. Analisis ekonomi sampel 1 Jenis Produk Kuantitas Harga / potong Tahu 1. Mentah (4 kotak) 6600 potong Rp. 1000 2. Goreng Bahan (8 kotak) Baku Kuantitas 26400
Lebih terperinciPUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN
KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK.154/Dik-1/2010 T e n t a n g KURIKULUM
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sistem agribisnis memiliki cakupan yang sangat luas. Sistem agribisnis terdiri dari tiga subsistem utama, yaitu: Pertama, subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness)
Lebih terperinciBUDIDAYA LEBAH MADU. Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis
BUDIDAYA LEBAH MADU Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis Budidaya lebah ada 2 cara yaitu : 1) Budidaya Lebah Secara Menetap, dan 2) Budidaya Lebah Secara Berpindah. Pada budidaya lebah
Lebih terperinciPOLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR
POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA di KAB. SUMBA TIMUR Perekonomian Provinsi NTT secara sektoral, masih didominasi oleh aktivitas sektor pertanian. Apabila dilihat secara lebih khusus lagi, penggerak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Sejak zaman purba manusia berburu sarang lebah di goa-goa, di lubang-lubang pohon
18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Lebah merupakan insekta penghasil madu yang telah lama dikenal manusia. Sejak zaman purba manusia berburu sarang lebah di goa-goa,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung
Lebih terperinci2017, No Kehutanan tentang Kerja sama Pemanfaatan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tent
No.1242, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. KPH. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.49/MENLHK/SETJEN/KUM.1/9/2017 TENTANG KERJA SAMA PEMANFAATAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.55/Menhut-II/2011 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN RAKYAT DALAM HUTAN TANAMAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan
Bisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan Kerupuk merupakan salah satu makanan ringan yang banyak diburu para konsumen. Rasanya yang gurih dan teksturnya yang sangat renyah, menjadikan kerupuk sebagai
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO,
Lebih terperinciAGRITECH : Vol. XIX No. 2 Desember 2017 : ISSN :
AGRITECH : Vol. XIX No. 2 Desember 2017 : 137-143 ISSN : 1411-1063 ANALISIS KONTRIBUSI USAHA LEBAH MADU TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA TANI (STUDI KASUS) DI DESA SIPATUHU KECAMATAN BANDING AGUNG KABUPATEN
Lebih terperinciPENGELOLAAN LEBAH HUTAN
PENGELOLAAN LEBAH HUTAN Kuntadi Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi POSISI LEBAH HUTAN DALAM KELUARGA LEBAH MADU FAMILY Apidae SUBFAMILY Apinae GENUS Apis SUBFAMILY Meliponinae GENUS Trigona, Mellipona,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejalan dengan cepatnya perkembangan bidang teknologi, perusahaan-perusahaan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan cepatnya perkembangan bidang teknologi, perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri kecil, menengah maupun besar, yang merupakan salah satu dari
Lebih terperinciGULANAS PT. GULA ENERGY NUSANTARA
GULANAS PT. GULA ENERGY NUSANTARA PELOPOR PRODUSEN GULA TEBU CAIR copyright 2015 www.gulanas.com PT. GULA ENERGY NUSANTARA PRESENTS GULANAS -Export Quality- LPPOM 1522088930713 PT. GULA ENERGY NUSANTARA
Lebih terperinciVIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan
VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS Faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan eksternal yang telah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciKental Kental Kental Kental Kental Kental Kental Kental Kental Cair. Kental Kental Kental Kental Kental Kental Kental Kental Kental Kental Cair
Lampiran 1. Peta Produk Survey produk dilakukan di beberapa pasar swalayan antara lain : Sri Ratu Pemuda, Ada Siliwangi, Hero Puri Anjasmoro, Makro dan Gelael. Produk-produk ini dipetakan berdasarkan jenis
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PKM-M. Diusulkan Oleh :
1 LAPORAN AKHIR PKM-M PELATIHAN MANAJEMEN INTEGRASI PERKEBUNAN PALA (Myristica fragrans) DENGAN BUDIDAYA LEBAH Trigona Laeviceps UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN YANG KONTINU BAGI MASYARAKAT DESA SUKAJADI,
Lebih terperinciPembangunan Bambu di Kabupaten Bangli
BAB V Pembangunan di Kabupaten Bangli Oleh: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Bangli. Dewasa ini, permintaan kayu semakin meningkat, sementara kemampuan produksi kayu dari kawasan hutan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2001 TENTANG PUPUK BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2001 TENTANG PUPUK BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pupuk merupakan salah satu sarana produksi yang mempunyai peranan
Lebih terperinciBUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG
BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG PIU KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2014 BUSINESS PLAN INFRASTRUKTUR KOMPONEN 2 RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG A. LATAR BELAKANG Business Plan merupakan suatu usulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Stoner (2004: 7) manajemen adalah proses merencanakan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Stoner (2004: 7) manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi. Kegiatan pengabdian masyarakat program IbM ini bekerja sama dengan dua mitra pengusaha jamur tiram, yaitu pengusaha jamur tiram UD. JJS yang berlokasi di Ajung,
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI
LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI Oleh: Erwidodo PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN
Lebih terperinciVI. STRATEGI BAURAN PEMASARAN AIROX
VI. STRATEGI BAURAN PEMASARAN AIROX Terdapat empat faktor dalam strategi bauran pemasaran yang menjadi sasaran utama, yaitu strategi produk, strategi harga, strategi tempat, dan strategi promosi. Keempat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN
1 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK
Lebih terperinciPENUNJUK UNDANG-UNDANG PERDAGANGAN
PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERDAGANGAN 1 (satu) kali masa sidang ~ paling lama, pemberian persetujuan atau penolakan terhadap perjanjian Perdagangan internasional Dewan Perwakilan Rakyat memberikan persetujuan
Lebih terperinciKARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH. Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer
KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : 07.12.2638 Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer AMIKOM YOGYAKARTA 2012 - Abstraksi Lebah merupakan insekta
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
No. 5768 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEPABEANAN. Perdagangan. Ekspor. Impor. Kawasan Berikat. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 279). PENJELASAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciUSAHA MIKRO GULA MERAH TEBU DI DESA MANGUNREJO KECAMATAN NGADILUWIH DAN DESA CENDONO KECAMATAN KANDAT KABUPATEN KEDIRI
IbM USAHA MIKRO GULA MERAH TEBU DI DESA MANGUNREJO KECAMATAN NGADILUWIH DAN DESA CENDONO KECAMATAN KANDAT KABUPATEN KEDIRI Nining Purnamaningsih1) Djunaidi2) 1Fakultas Ekonomi Universitas Kadiri Niningpurnamingsih@gmail.com)
Lebih terperinciPenjelasan PP No. 34 Tahun 2002 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2002 TENTANG
Page 1 of 19 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2002 UMUM TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, PEMANFAATAN HUTAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN
Lebih terperinciKOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc
KOMPONEN AGRIBISNIS Rikky Herdiyansyah SP., MSc KOMPONEN AGRIBISNIS Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa mengetahui tentang komponen agribisnis Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan pembahasan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, PDB komoditi
Lebih terperinciC. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga
C. Program PERKREDITAN PERMODALAN FISKAL DAN PERDAGANGAN KEBIJAKAN KETERSEDIAAN TEKNOLOGI PERBAIKAN JALAN DESA KEGIATAN PENDUKUNG PERBAIKAN TATA AIR INFRA STRUKTUR (13.917 ha) Intensifikasi (9900 ha) Non
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak goreng bagi masyarakat Indonesia adalah salah satu kebutuhan pokok atau merupakan salah satu dari Sembako (sembilan bahan pokok) menurut keputusan Menteri Perindustrian
Lebih terperinci