PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN
|
|
- Verawati Susman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Rencana Bisnis Minyak Kepayang KPHP Limau Unit VII Hulu Kabupaten Sarolangun PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN SAROLANGUN, AGUSTUS 2015
2 RENCANA OPERASIONAL CORE BUSINESS MINYAK KEPAYANG DI KAWASAN KPHP LIMAU UNIT VII-HULU Rencana Produksi Minyak Kepayang a. Jenis Usaha/Kegiatan Jenis usaha/kegiatan yang dimaksud adalah pengolahan biji kepayang menjadi minyak. b. Produk yang Dihasilkan Produk yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah minyak kepayang. c. Teknologi yang Digunakan Teknologi pengolahan biji kepayang menjadi minyak menggunakan biji-biji kepayang bersumber dari kawasan hutan sekitar. d. Kapasitas Terpasang/Produksi Satu diantara hasil hutan bukan kayu yang dijadikan core business oleh KPHP Limau adalah minyak kepayang yang didapatkan dari biji-biji pohon kepayang. Pohon Kepayang (Pangium edule) banyak terdapat di kawasan KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun. Pohon yang memiliki potensi dari nilai konservasi dan ekonomi ini dikarenakan pohon Kepayang (Pangium edule) merupakan tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species) yang dapat dimanfaatkan Hasil Hutan Bukan Kayunya agar dapat meningkatkan nilai konservasi (menjaga kelestarian hutan) dan meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar hutan di wilayah KPHP Limau ini, salah satu manfaat dari pohon Kepayang (Pangium edule) adalah minyak goreng. Minyak goreng bukan hanya dihasilkan oleh tanaman perkebunan saja seperti sawit dan kelapa, tetapi minyak goreng juga dapat dihasilkan oleh tanaman kehutanan yaitu pohon Kepayang (Pangium edule). Keberadaan pohon Kepayang di wilayah KPHP Limau ini dapat dilihat di beberapa desa yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan yang memilki potensi untuk pengembangan usaha minyak goreng dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar hutan. KPHP Limau yaitu menjalin kemitraan dengan masyarakat di sekitar hutan yang disebut desa binaan. Ada beberapa desa binaan yang berbatasan langsung dengan wilayah KPHP Limau yang memiliki potensi penghasil minyak goreng dari pohon Kepayang (Pangium edule). Potensi minyak Kepayang dapat dilihat pada Tabel 3.
3 Tabel 3. Estimasi Potensi Minyak Kepayang di Kawasan KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun Nama Desa Penghasil Biji Kepayang (ton) Desa binaan antara di sekitar kawasan HP. Sungai Kutur dan HL. Bukit Tinjau Limun, terdiri dari : - Desa Lubuk Bedorong - Desa Temalang - Desa Meribung - Desa Berkun - Desa Napal Melintang - Desa Mersip Desa binaan antara di sekitar kawasan HL. Bukit Tinjau Limun dan HPT Bukit Lubuk Pekak, terdiri dari : - Desa Sungai Keradak - Desa Tambak Ratu - Desa Batin Pengambang - Desa Muara Air Dua - Desa Simpang Narso - Desa Batu Empang Desa binaan di sekitar kawasan HP. Batang Asai, terdiri dari : - Desa Muara Cuban - Desa Muara Pemuat - Desa Lubuk Bangkar - Desa Sungai Baung - Desa Sungai Bemban - Desa Kasiro Ilir - Desa Kasiro - Desa Datuk Nan Duo - Desa Padang Jering - Desa Bukit Kalimau Ulu - Desa Raden Anom - Desa Pulau Salak Baru - Desa Rantau Panjang Total (ton) 870 Jika pengepresan akan memperoleh minyak Kepayang jernih kekuningan. Dari 60 kg biji kering akan diperoleh 3 kg minyak. Berarti dengan total berat biji kepayang adalah 870 ton atau kg akan diperoleh 43.0 kg minyak. e. Kebutuhan Biaya Investasi dan Biaya Operasional Investasi yang dibutuhkan oleh KPHP Limau untuk pengembangan usaha minyak kepayang adalah sebagai berikut: pembuatan perizinan koperasi KPH (SIUP, SITU dan Izin Perindakop), Uji Lab dan Izin Depkes, Perizinan MUI (logo halal), alat perebus, alat pencungkil, alat pengepres, alat penyaring, alat pengayakan, alat pencincang biji, mesin penghalus, oven, timbangan, ember, botol kaca, botol plastik (125 ml), botol (jerigen 1 kg), pelebelan. Total biaya investasi yang dibutuhkan sebesar Rp ,-
4 Biaya investasi pengeloalan biji kepayang menjadi minyak ini hanya pada tahun pertama (tahun awal) kegiatan usaha, yaitu tahun Sementara itu untuk 4 (empat) tahun berikutnya ( ) hanya membutuhkan biaya operasional dengan total biaya rata-rata setiap tahunnya yang diperkirakan sebesar Rp ,-. Biaya operasional ini meliputi biaya insentif team, transportasi team, mendatangkan tenaga ahli, ATK. Jadi dengan demikian total kebutuhan biaya investasi pada tahun pertama (tahun awal) adalah sebanyak Rp ,- yaitu biaya investasi sebesar Rp ,- dan biaya operasional sebesar Rp ,-. Rencana Pemasaran Minyak Kepayang Peluang Pasar Minyak Kepayang Ada beberapa desa binaan yang berbatasan langsung dengan wilayah KPHP Limau yang memiliki potensi penghasil minyak goreng dari pohon Kepayang ( Pangium edule). Potensi minyak Kepayang yang dapat dihasilkan per tahun adalah 43.0 kg minyak, dengan harga 1 kg minyak adalah Rp ,- maka total pendapatan dari penjualan minyak adalah Rp ,-. Analisis Pesaing Minyak Kepayang Pesaing adalah pihak yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis. Mengingat bahwa KPHP Limau memiliki core business minyak kepayang, madu dan ekowisata, maka sebagai pesaingnya adalah pihak lain yang menghasilkan produk sejenis dan memasarkan produk tersebut di wilayah yang sama. Selain itu, pesaing juga berasal dari produk yang berbeda seperti minyak kelapa sawit. Pengelolaan minyak kepayang masih dilakukan secara tradisional, yaitu bijinya dipecah kemudian ditumbuk atau dipress lalu didapatkan minyaknya. Untuk melakukan pemasaran di pasar lokal, pihak dinas Kehutanan dan Perkebunan meminta litbang kehutanan untuk menyediakan alat pembuatan minyak yang lebih modern agar kemasannya lebih efektif dan efisien dan menjalin kerja sama dengan litbang kehutanan maupun litbang industri untuk ikut memperkenalkan tanaman ini. Karena pengelola KPHP ingin mewujudkan konsep hutan lestari masyarakat menjadi sejahtera. Minyak Kepayang tersebut telah ada dan berasal dari tiga desa, yakni Desa Pemuat, Desa Sungai Bemban dan Desa Batin Pengambang. Tiga desa ini sudah melakukannya, dan hasilnya pun maksimal, maka dari itu pengelola KPHP mengajak masyarakat untuk membudidayakan buah Kepayang ini menjadi minyak goreng.
5 Persaingan mengharuskan pengusaha meningkatkan kualitas pelayanannya kepada pelanggan dengan maksud agar dapat menarik minat pelanggan sebanyak-banyaknya, serta berupaya merebut pangsa pasar yang lebih besar. Pengamatan terhadap pesaing terus dilakukan dengan memonitor perubahan produk dan respon pelanggan terhadap produk pesaing dan produk yang dihasilkan oleh KPHP Limau. Perubahan produk pun harus tetap dipantau yang meliputi perubahan bentuk, ukuran, harga, mutu, desain, serta bagaimana dampaknya terhadap permintaan pelanggan. Terhadap setiap perubahan harus direspon dengan cepat oleh KPHP Limau, dan cara dan strategi bagaimana yang mesti ditempuh agar perkembangan usaha dapat berlanjut terus. Beberapa teknis mengidentifikasi pesaing antara lain: (1) memonitor volume penjualan produk secara berkala misalnya mingguan atau bulanan. Bila volume penjualan mengalami penurunan, harus diketahui penyebabnya, dan diupayakan untuk menanggungi penyebab tersebut; (2) mengevaluasi pangsa pasar produk sejenis dan seberapa besar dari pangsa pasar tersebut dapat dimanfaatkan; (3) memonitor apa ada pesaing baru yang masuk dan bagaimana dampaknya terhadap volume penjualan. Dalam hal ini bagian pemasaran atau penjualan dapat ditugaskan untuk selalu memonitor dan melaporkan kondisi pesaing dan dan dampak persaingan terhadap pangsa pasar produk yang dihasilkan oleh KPHP Limau Unit VII-Hulu. Strategi Pemasaran Minyak Kepayang Minyak kepayang adalah minyak yang dihasilkan dari biji-biji pohon kepayang. Pengelolaan minyak kepayang dilakukan secara tradisional, yaitu bijinya dipecah kemudian ditumbuk atau dipress lalu didapatkan minyaknya. Sebagai minyak kepayang yang merupakan minyak goreng non kolestrol, maka strategi yang ditempuh disesuaikan dengan daya beli konsumen. 1) Ukuran kemasan minyak kepayang dibuat bervariasi, yaitu ukuran sedang 0 gram dan ukuran jumbo 1 kg. Dengan variasi ukuran kemasan memungkinkan segmen pasar dapat diperluas tidak saja pada golongan masyarakat berpenghasilan menengah ke atas, tetapi juga masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. 2) Minyak kepayang yang merupakan minyak goreng non kolestrol sehingga baiik untuk kesehatan. 3) Mengembangkan jaringan bisnis ( Networking). Maksudnya adalah untuk memperluas wilayah pemasaran yang berskala nasional atau global. 4) Mengikutsertakan produk pada pameran atau expo.
6 5) Membuat merek dagang, mendapatkan sertifikat halal, sertifikat organik dan mencantumkannya pada merk (label). Saluran Pemasaran Minyak Kepayang Saluran pemasaran minyak kepayang dimulai dari proses pengelolaan biji kepayang menjadi minyak kepayang yang dilakukan oleh masyarakat desa di sekitar hutan wilayah KPHP Limau. KPHP Limau membantu masyarakat desa dalam melakukan pengemasan dan pemberian label serta pemasaran minyak kepayang sebagai bentuk kemitraan dengan cara kolaborasi. Dengan ini diharapkan minyak kepayang yang dihasilkan oleh masyarakat desa di sekitar wilayah KPHP dapat dipasarkan ke masyarakat luas. Rantai pemasaran madu yang ada saat ini sebagaimana digambarkan pada skema berikut: Masyarakat desa di sekitar hutan (petani budidaya kepayang) KPHP Limau (melakukan pengemasan dan pemberian label serta pemasaran minyak kepayang) Konsumen di Kabupaten Sarolangun (Pemasaran Minyak Kepayang di Toko Ole-ole dan Toko Bismillah Sarolangun) Konsumen diluar Kabupaten Sarolangun Gambar 5. Jaringan Pemasaran Minyak Kepayang Sarolangun Rantai pasar yang ada merupakan aset yang berharga bagi KPHP Limau Unit VII- Hulu untuk memasarkan hasil produk minyak kepayang. Rantai pemasaran yang bisa ditempuh adalah petani budidaya kepayang menjual produknya secara langsung kepada KPHP Limau. Kemitraan Usaha Minyak Kepayang Kemitraan usaha yang bisa dikembangkan dalam kaitan dengan minyak kepayang meliputi tiga hal: kemitraan produksi madu, kemitraan pemasaran, dan kemitraan permodalan. Kemitraan produksi mencakup kegiatan mulai dari penyediaan alat pengelolaan biji kepayang menjadi minyak, penyediaan bibit kepayang, dan penguatan kapasitas petani dalam bentuk pelatihan dan pendampingan. Kemitraan pemasaran adalah terkait dengan kerjasama penjualan minyak kepayang dengan toko-toko penjual madu. Kemitraan dalam aspek permodalan, terkait dengan bagaimana sistem penyediaan dana untuk investasi
7 budidaya kepayang dan pembelian hasil minyak. Pelaku kemitraan yang terlibat adalah KPHP Limau, kelompok tani, toko-toko penjual minyak kepayang dan lembaga pendanaan. Bentuk kemitraan bisa berbeda tergantung pada setiap aspek yang mau dimitrakan (Tabel 4). Tabel 4. Skema Kemitraan yang Bisa Ditempuh Dalam Kaitan Budidaya Kepayang dan Pemasaran Minyak Kepayang Aspek Pelaku Kemitraan Bentuk Kemitraan Legalitas 1. Budidaya Kepayang dan Pengolahan Minyak Kepayang KPHP Limau dengan kelompok tani budidaya kepayang o KPHP Limau mendukung pelatihan o KPHP Limau menyediakan tenaga pendamping o Petani memberikan sebagian hasil keuntungan kepada KPHP Limau o Surat Perjanjian 2. Pemasaran KPHP Limau dengan tokotoko penjual minyak kepayang 3. Permodalan KPHP Limau dengan Bank o KPHP Limau dapat menyepakati penjualan minyak kepayang kepada toko-toko penjual madu o Toko-toko penjual minyak kepayang mengambil setiap keuntungan yang menjadi hak KPHP Limau Unit VII- Hulu dari penjualan minyak kepayang oleh petani dan menyerahkan kepada KPHP Limau o KPHP Limau mengusulkan dana penyediaan bibit, alat pengolahan minyak kepayang dan pendampingan kepada petani o Bank menyediakan dana dengan skema hibah maupun pinjaman o Surat Perjanjian (Kontrak) o Surat Perjanjian (Kontrak) Mengetahui, Kepala KPHP Misriadi, SP. M.Sc NIP
PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN
Rencana Bisnis Madu KPHP Limau Unit VII Hulu Kabupaten Sarolangun PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN SAROLANGUN, AGUSTUS 2015 RENCANA OPERASIONAL CORE BUSINESS MADU (Apis cerrana dan Apis trigona) DI KAWASAN
Lebih terperinciPROFIL KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) LIMAU UNIT VII-HULU KABUPATEN SAROLANGUN PROVINSI JAMBI
PROFIL KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) LIMAU UNIT VII-HULU KABUPATEN SAROLANGUN PROVINSI JAMBI Latar Belakang Berdasarkan UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah satu kesatuan ekosistem
Lebih terperinciJenis. Lelang/ Seleksi. Pengadaan. Belanja Modal Jasa Konsultansi Paket Kec. Mandiangin
PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SAROLANGUN Nomor : : 420/ 66 /Sekretaris/Disdik Tanggal : : 22 Januari 2013 Mengumumkan Rencana Umum / Untuk Tahun Anggaran
Lebih terperinciLampiran : Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sarolangun Nomor : 40/Kpts/KPU-Kab/005.435316/2013 Tanggal : 18 OKTOBER 2013 Tentang : Penetapan Zona atau Wilayah Pemasangan Alat Peraga Kampanye
Lebih terperinciPENGUATAN USAHA PENGASAPAN IKAN SIDO MAKMUR KETAPANG KABUPATEN KENDAL. Jalan Menoreh Tengah X no 22 Semarang
PENGUATAN USAHA PENGASAPAN IKAN SIDO MAKMUR KETAPANG KABUPATEN KENDAL Indah Hartati 1, Laeli Kurniasari 1, Darmanto 2, Hasan 3 1 Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim 2 Jurusan
Lebih terperinciBUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN
BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR V TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESATUAN
Lebih terperinciKPHP UNIT VII HULU RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHP MODEL UNIT VII HULU KABUPATEN SAROLANGUN
DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN SAROLANGUN KPHP UNIT VII HULU RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHP MODEL UNIT VII HULU KABUPATEN SAROLANGUN SAROLANGUN, DESEMBER 2013 RINGKASAN EKSEKUTIF
Lebih terperinciBUPATI SAROLANGUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN
BUPATI SAROLANGUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2014-2034 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAROLANGUN, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minyak goreng. Sebagian besar permintaan terhadap minyak goreng ialah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang penting bagi masyarakat Indonesia. Minyak goreng dapat dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat.
Lebih terperinciPENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN ANGGARAN 2012 Nomor : 420/ 379 / Sekretaris/disdik
PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN ANGGARAN 202 Nomor : 420/ 379 / Sekretaris/disdik Disampaikan kepada seluruh perusahaan penyedia barang/jasa bahwa pada Tahun
Lebih terperinciPUTUSAN NOMOR 32/PHP.BUP-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PUTUSAN NOMOR 32/PHP.BUP-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA, [1.1] Yang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.39/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL DI WILAYAH KERJA PERUM PERHUTANI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Business Assignment Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. Pengembangan bisnis ini diharapkan dapat memberikan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5.
IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0 0 45 sampai 2 0 45 lintang selatan dan antara 101 0 10
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL
PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utility atau konsumsi. Dimana salah satu aktifitas konsumen tersebut adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan pokok manusia terdiri dari sandang, pangan, perumahan, pendidikan dan kesehatan. Kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar dapat dijelaskan sebagai kebutuhan
Lebih terperinciVI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT
VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT QFD (Quality Function Deployment) adalah suatu alat untuk membuat pelaksanaan TQM (Total Quality Management) menjadi efektif untuk mentranslasikan
Lebih terperinciPermasalahan dan Tantangan dalam Pengembangan Penjaminan Mutu Gula kelapa dan Aren. Kukuh Haryadi, SP L P P S L H
Permasalahan dan Tantangan dalam Pengembangan Penjaminan Mutu Gula kelapa dan Aren Kukuh Haryadi, SP L P P S L H Kiprah LPPSLH Bergerak dipendampingan gula kelapa sejak tahun 1993 Tahun 2008 - sekarang
Lebih terperinciAspek Hukum Dalam Usaha Makanan. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc
Aspek Hukum Dalam Usaha Makanan Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc Adalah Kegiatan usaha dengan tujuan mencari keuntungan. Adalah Aturan tertulis maupun tidak tertulis yang mempunyai sanksi. Hukum
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH DINAS KEHUTANAN PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak goreng bagi masyarakat Indonesia adalah salah satu kebutuhan pokok atau merupakan salah satu dari Sembako (sembilan bahan pokok) menurut keputusan Menteri Perindustrian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. nabati yang bermanfaat dan memiliki keunggulan dibanding minyak nabati
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Minyak goreng kelapa sawit berasal dari kelapa sawit yaitu sejenis tanaman keras yang digunakan sebagai salah satu sumber penghasil
Lebih terperinciKEMITRAAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN
KEMITRAAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN Retna Qomariah, Yanuar Pribadi, Abdul Sabur, dan Susi Lesmayati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan
Lebih terperinciKepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi Sedang Membuka Rapat Koordinasi Perencanaan Pembangunan Kehutanan Daerah Provinsi Jambi Tahun /10/2014 2
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi Sedang Membuka Rapat Koordinasi Perencanaan Pembangunan Kehutanan Daerah Provinsi Jambi Tahun 2015 3/10/2014 2 Peserta Rapat Koordinasi Perencanaan Pembangunan Kehutanan
Lebih terperinciVI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar
VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar Biaya dalam industri tahu meliputi biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya
Lebih terperinciREFLEKSI PEMBANGUNAN BIDANG KEHUTANAN DIKEPEMIMPINAN GUBERNUR JAMBI BAPAK Drs. H. HASAN BASRI AGUS, MM
REFLEKSI PEMBANGUNAN BIDANG KEHUTANAN DIKEPEMIMPINAN GUBERNUR JAMBI BAPAK Drs. H. HASAN BASRI AGUS, MM Provinsi Jambi mempunyai Luas Wilayah daratan 4.882.857 ha. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA KEMITRAAN PEMANFAATAN HUTAN DI WILAYAH TERTENTU PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI DI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keterpurukan ekonomi nasional, selain menyebabkan meningkatnya. jumlah pemutusan hubungan kerja, juga telah memberikan dampak
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang melanda Indonesia sejak Juli 1997, mempunyai dampak bola salju bagi terjadinya berbagai permasalahan lain dalam bidang ekonomi,
Lebih terperinciA. Bidang. No Nama Bidang Nama Seksi. 1. Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan. - Seksi Perencanaan dan Penatagunaan Hutan
Lampiran Surat Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten Nomor : 522/ /Hutbun.1/2016 Tanggal : Nopember 2016 Perihal : Kajian Pembentukan UPTD Urusan Kehutanan pada Dinas Lingkungan Hidup dan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PARIWISATA & PERKEBUNAN DI KABUPATEN KAPUAS HULU
SIDa.F.47 PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PARIWISATA & PERKEBUNAN DI KABUPATEN KAPUAS HULU Ramos Hutapea, MEng BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI 2012 LATAR BELAKANG Kab. Kapuas Hulu memiliki berbagai
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Lebih terperinciKESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LIMAU UNIT VII-HULU SAROLANGUN UPT - DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LIMAU UNIT VII-HULU SAROLANGUN UPT - DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK TAHUN 2017 SAROLANGUN, JANUARI 2017 LEMBAR PENGESAHAN RENCANA
Lebih terperincidiperoleh, ada 3 (tiga) jenis warna madu hutan yaitu madu hitam, madu merah, dan madu kuning. UKM mitra mampu menghasilkan madu hutan minimal
BAB 1. PENDAHULUAN Potensi hasil hutan dari daerah Riau yang sangat memungkinkan untuk dikelola masyarakat umum adalah Madu Hutan. Populasi lebah madu di daerah Riau tersebar diberbagai wilayah. Wilayah
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN Nomor : SK. 250/VI-BPHA/2007 TENTANG IZIN PEMASUKAN DAN PENGGUNAAN PERALATAN UNTUK KEGIATAN IZIN PEMANFAATAN KAYU PADA AREAL PERKEBUNAN A. N. PT. BORNEO
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Lebih terperinciMENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71
Lebih terperinciBUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG
BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG PIU KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2014 BUSINESS PLAN INFRASTRUKTUR KOMPONEN 2 RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG A. LATAR BELAKANG Business Plan merupakan suatu usulan
Lebih terperinciPERATURAN BERSAMA ANTARA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG DAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN DASAR
PERATURAN BERSAMA ANTARA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG DAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH NOMOR : P.9/PDASHL-SET/2015 NOMOR : 403/D/DN/2015 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN, KRITERIA DAN STANDAR PEMANFAATAN HUTAN DI WILAYAH TERTENTU PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi, karena pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna
Lebih terperinciDINAS KESEHATAN Komp. Perkantoran Gunung Kembang dan Fax (0745) SAROLANGUN KODE POS 37381
PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN DINAS KESEHATAN Komp. Perkantoran Gunung Kembang dan Fax (0745) 91617 SAROLANGUN KODE POS 37381 PENGUMUMAN PEMENANG LELANG Nomor : 14/PAN/DINKES/2011 Dengan ini disampaikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. malam). Contohnya kue kaktus.jadi, makanan ringan adalah aneka makanan atau
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Makanan ringan atau kudapan (dalam bahasa Inggris biasa disebut dengan snack) adalah istilah bagi berbagai macam makanan yang tidak termasuk menu hidangan utama (contohnya seperti
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Barat memiliki potensi cukup besar di bidang perkebunan, karena didukung oleh lahan yang cukup luas dan iklim yang sesuai untuk komoditi perkebunan. Beberapa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan berdasarkan statusnya terdiri dari hutan negara dan hutan hak. Hutan negara dapat berupa
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 56/Menhut-II/2007 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN TELUR ULAT SUTERA MENTERI KEHUTANAN,
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 56/Menhut-II/2007 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN TELUR ULAT SUTERA MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pengembangan persuteraan alam nasional terutama
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI BATULANTEH KABUPATEN SUMBAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,
Lebih terperinciDR. H. AWANG FAROEK ISHAK Gubernur Kalimantan Timur
RENCANA AKSI KEGIATAN KOORDINASI DAN SUPERVISI (KORSUP) ATAS GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI KALIMANTAN TIMUR DR. H. AWANG FAROEK ISHAK Gubernur
Lebih terperinciKeputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan
Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 677/Kpts-II/1998 jo Keputusan Menteri
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.62/Menhut-II/2011 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.62/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN BERBAGAI JENIS PADA IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pada tahun 1962 yang berlokasi dijalan Rajawali No 86 Pekanbaru. Usaha. memperkenalkan produk mie basah dipekanbaru.
1 BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN III.1. Sejarah Perusahaan Usaha agroindustri Mie Musbar didirikan oleh Bapak Saidi (Alm) pada tahun 1962 yang berlokasi dijalan Rajawali No 86 Pekanbaru. Usaha ini merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)
1 I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Komoditas kelapa sawit Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan sangat penting dalam penerimaan devisa negara, pengembangan perekonomian
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM
RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM 2016-2020 Tugas Pokok : Fungsi : Visi : Misi : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kean dan 1. Merumuskan kebijakan
Lebih terperinciDINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN NO. 87/DPU/2012
PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT JALAN. H. M. KAMEL NO. 18 TELP (0745) 91754 SAROLANGUN PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN NO. 87/DPU/2012 Diumumkan kepada seluruh
Lebih terperinci200,000,000 4 Peningkatan kesejahteraan petani Kab Dharmasraya Jumlah peningkatan kegiatan propinsi 1 Paket 80,000,000.
USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN DARI PEMANGKU KEPENTINGAN TAHUN 0 KABUPATEN DHARMASRAYA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NO Program/Kegiatan Lokasi Indikator Kinerja Besaran /Vol Catatan 4 5 I BIDANG PERKEBUNAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU
PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dengan adanya
Lebih terperinciPembangunan Bambu di Kabupaten Bangli
BAB V Pembangunan di Kabupaten Bangli Oleh: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Bangli. Dewasa ini, permintaan kayu semakin meningkat, sementara kemampuan produksi kayu dari kawasan hutan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung
Lebih terperinciIndustri Keuangan Non Bank
1 Industri Keuangan Non Bank Perusahaan Pembiayaan: Badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang dan/atau jasa; Asuransi Jiwa: Usaha yang menyelenggarakan jasa penanggulangan risiko
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 08 Tahun 2015 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG USAHA MIKRO DAN KECIL DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 958, 2013 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kemitraan Kehutanan. Masyarakat. Pemberdayaan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.39/MENHUT-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sistem agribisnis memiliki cakupan yang sangat luas. Sistem agribisnis terdiri dari tiga subsistem utama, yaitu: Pertama, subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi hutan rakyat Definisi Hutan rakyat dapat berbeda-beda tergantung batasan yang diberikan. Hutan rakyat menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN Pelaku Umkm Tenun Ikat, Marning Jagung, Keripik Pisang
BAB V HASIL PENELITIAN 1.1. Pelaku Umkm Tenun Ikat, Marning Jagung, Keripik Pisang 1.1.1. Pelaku Usaha Tenun Ikat Pelaku usaha tenun ikat yaitu mereka yang membuka usaha dalam bidang menenun. Pelaku usaha
Lebih terperinciBUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KEPITING SOKA
BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KEPITING SOKA PIU KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2014 BUSINESS PLAN INFRASTRUKTUR KOMPONEN 2 RUMAH PRODUKSI KEPITING SOKA A. LATAR BELAKANG Business Plan (Rencana Bisnis) adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional abad ke- 21, masih akan tetap berbasis pertanian
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.46/Menhut-II/2010 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.46/Menhut-II/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.24/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KEBUN BIBIT RAKYAT
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN
- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 023 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI, DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PADA DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Payaman Simanjuntak (2005 : 198), pertanian merupakan sektor yang dominan dalam kegiatan ekonomi di Indonesia. Syaifuddin (2005 : 9) menyatakan bahwa, pembangunan
Lebih terperinciTEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG
TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG ASPEK : SILVIKULTUR Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI : Dr. Tati Rostiwati Judul
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR : P.8/PDASHL-SET/2015 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR : P.8/PDASHL-SET/2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN POHON OLEH PESERTA DIDIK, PENDIDIK, DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persediaan dalam hal mengenai bahan yang akan diproses menjadi suatu produk bagi perusahaan industri merupakan hal penentu dalam kelancaran produksinya, maka perlu
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang
Lebih terperinciLAMPIRAN PENELITIAN. Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN
LAMPIRAN PENELITIAN Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN BATIK MUKTI RAHAYU DIKABUPATEN MAGETAN LAMPIRAN 1 FORMULA WAWANCARA
Lebih terperinciBUDIDAYA KELAPA SAWIT
KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 85, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3616) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciPENETAPAN KINERJA DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN TAHUN 2015
PENETAPAN KINERJA DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN TAHUN 2015 No Sasaran Indikator Kinerja Target % Program Utama / Kegiatan 1 2 3 4 5 6 PENCIPTAAN IKLIM
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.43/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2015 SUMBER DAYA ALAM. Perkebunan. Kelapa Sawit. Dana. Penghimpunan. Penggunaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di dunia,
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agribisnis merupakan suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikembangkan oleh pelaku industri karena merupakan salah satu bahan pangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian mempunyai fungsi penting dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan pangan pokok. Salah satu bahan tersebut adalah gula pasir.
Lebih terperinciBUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN
BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN PIU KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2014 BUSINESS PLAN INFRASTRUKTUR KOMPONEN 2 RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN A. LATAR BELAKANG Business Plan akan menjadi dasar atau pijakan bagi
Lebih terperinciVII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI
VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1. Identifikasi Faktor Internal Berdasarkan aspek-aspek yang ditinjau untuk mengidentifikasi faktor kekuatan dan kelemahan internal perusahaan antara lain: faktor
Lebih terperinciBoks 1. Peluang Peningkatan Pendapatan Petani Karet Melalui Kerjasama Kemitraan Pemasaran Bokar Dengan Pabrik Crumb Ruber
Boks 1. Peluang Peningkatan Pendapatan Petani Karet Melalui Kerjasama Kemitraan Pemasaran Bokar Dengan Pabrik Crumb Ruber Melesatnya harga minyak bumi dunia akhir-akhir ini mengakibatkan harga produk-produk
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT. Madu Pramuka
20 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT. Madu Pramuka Sejarah Singkat Perusahaan Pada awal tahun 1970, Sekretaris Jenderal Kwartir Nasional (Kwarnas), yaitu Mayjen TNI (Purn) Dr. Aziz Saleh berkeinginan untuk mendirikan
Lebih terperinci2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.407, 2011 KEMENTERIAN KEHUTANAN. IUPHHK. Hutan Tanaman Rakyat. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.55/Menhut-II/2011 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN
Lebih terperinciPERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF
Peran Penting Masyarakat dalam Tata Kelola Hutan dan REDD+ 3 Contoh lain di Bantaeng, dimana untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian, pemerintah kabupaten memberikan modal dan aset kepada desa
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU
PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dengan adanya
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN NOMOR TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN NOMOR TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2014-2034 I. UMUM Bahwa berdasarkan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004
Lebih terperinciINOVASI PRODUK USAHA OLAHAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL LELE
INOVASI PRODUK USAHA OLAHAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL LELE Wahjoe Mawardiningsih Program Studi Komunikasi, Fakultkas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Surakarta Jl. Raya Palur Km. 5, Surakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Judul Program KERIPIK PISANG ANEKA RASA BERBASIS PEMASARAN KOPERASI SISWA SEKOLAH SEBAGAI BENTUK KERJA SAMA MUTUALISME.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Judul Program KERIPIK PISANG ANEKA RASA BERBASIS PEMASARAN KOPERASI SISWA SEKOLAH SEBAGAI BENTUK KERJA SAMA MUTUALISME. B. Latar Belakang Potensi produksi buah pisang di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi apabila dikelola dengan baik.indonesia sendiri merupakan negara penghasil kelapa,
Lebih terperinciBUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 51 TAHUN 2001 TENTANG IJIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN (IPHH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,
Lebih terperinci