HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN STATUS OBESITAS SISWA/I SMP NEGERI 1 DAN SMP NEGERI 2 TANJUNG MORAWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN STATUS OBESITAS SISWA/I SMP NEGERI 1 DAN SMP NEGERI 2 TANJUNG MORAWA"

Transkripsi

1 WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.1 JAN-JUNI 2014 ISSN : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN STATUS OBESITAS SISWA/I SMP NEGERI 1 DAN SMP NEGERI 2 TANJUNG MORAWA Mincu Manalu Dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan ABSTRAK Obesitas adalah suatu keadaan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebih di dalam tubuh. Wanita dikatakan obesitas bila lemak tubuhnya lebih dari 25% berat badan, sedangkan laki-laki disebut obesitas bila lemak tubunya lebih dari 20% berat badan (Taufan, 2002). Kegemukan didefenisikan sebagai akumulasi lemak berlebihan yang berpeluang menimbulkan beberapa resiko kesehatan pada seseorang individu. Dengan kata lain, obesitas adalah kondisi dimana lemak tubuh anda telah menumpuk sehingga menimbulkan efek buruk bagi kesehatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan status Obesitas pada Siswa/i di SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Kota Tanjung Morawa tahun Penelitian ini bersifat observasional dengan desain cross sectional (potong lintang), populasi adalah seluruh remaja yang berjumlah 1104 orang. Sedangkan sampel sebanyak 149 orang. Penelitian ini di lakukan di SMP Negeri 1 Tanjung Morawa yang terletak di Kecamatan Tanjung Morawa Kiri Kabupaten Deli Serdang dan SMP Negeri 2 terletak di wilayah kecamatan STM (Sinembah Tanjung Muda) Hilir, Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan uji chi square. Pengetahuan siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Kota Tanjung Morawa tahun 2012, lebih banyak kategori kurang yaitu sebesar 62,4%, dan siswa dengan pengetahuan cukup sebanyak 35,5%, sedangkan siswa dengan pengetahuan baik sebanyak 2,01%. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 1104 siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Kota Tanjung Morawa tahun 2012 terdapat 125 orang siswa (83,9%) yang tergolong gemuk sedangkan siswa yang obesitas sebanyak 24 orang (16,1%). Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan status obesitas (p = 0,33), dan tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan status obesitas (p = 0,52). Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Status Obesitas, Siswa-siswi SMP PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Kualiatas SDM dipengaruhi antara lain oleh faktor kesehatan, ekonomi dan pendidikan. Dari segi kesehatan beberapa faktor penentu kualitas SDM adalah jumlah penderita gizi kurang, usia harapan hidup dan lain-lain yang sangat erat hubungannya dengan masalah gizi (Azwar A 2004 dalam Trisna 2008). Masalah gizi di Indonesia saat ini dikenal dengan masalah gizi ganda (double burden), maksudnya di suatu sisi masalah gizi kurang masih banyak dan disisi lain masalah gizi lebih terus meningkat. Hal ini terjadi pada setiap kelompok umur mulai di perkotaan sampai ke pedesaan (Hadi, 2005). Saat ini prevalensi obesitas pada anak dan remaja meningkat tajam di seluruh dunia. Prevalensi pada anak usia 6-17 tahun di Amerika Serikat dalam tiga dekade terakhir meningkat dari 7,6-10,8% menjadi 13-14%. Prevalensi obesitas pada anak-anak sekolah di Singapura meningkat dari 9% menjadi 19%. Di Jakarta (1998) pada umur 6-12 tahun ditemukan obesitas sekitar 4%, pada anak remaja tahun ditemukan 6,2%, dan umur tahun 11,4 %. Penelitian di Semarang (2003) menunjukkan proporsi obesitas pada murid sekolah

2 244 dasar usia 6-7 tahun adalah sebesar 10,6%, bahkan di salah satu sekolah dasar favorit di Semarang (2004) diperoleh prevalensi obesitas sebesar 28,6 % (Sjarif, 2002). Dari screening obesitas yang dilakukan Yogyakarta dan Kabupaten Bantul tahun 2003 di dapatkan prevalensi obesitas masing-masing 7,8% dan 2,0% (Mahdiah, 2004). Dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 diketahui prevalensi obesitas di Sumatera Utara sebesar 9,9% dan Kabupaten Deli Serdang sebesar 14,7%. Obesitas didefenisikan sebagai akumulasi lemak berlebihan yang berpeluang menimbulkan beberapa resiko kesehatan pada seseorang individu. Dengan kata lain, obesitas adalah kondisi dimana lemak tubuh anda telah menumpuk sehingga menimbulkan efek buruk bagi kesehatan (Nurmalina, 2011). Sandjaja, dkk (2009) mengatakan bahwa obesitas adalah suatu penyakit kronis dengan ciri timbunan lemak tubuh yang berlebihan, biasanya digunakan patokan kelebihan berat badan sebesar 20% atau lebih dari berat badan ideal. Namun berat badan saja tidak cukup karena tinggi badan, bentuk dan besar rangka ikut menentukan berat badan. Dinilai dengan Indeks Massa Tubuh (IMT), berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat tinggi badan dalam meter. Penderita obesitas lebih banyak ditemukan pada remaja dan eksekutif muda di perkotaan yang disebabkan karena konsumsi makanan berlebih serta kurangnya aktivitas dan berolahraga. Penelitian menunjukkan obesitas sebagai faktor resiko berbagai penyakit seperti hipertensi, hiperkolesterol, penyakit jantung dan diabetes mellitus. Selain itu penampilan penderita obesitas juga kurang menarik, gerakan tidak lincah dan cenderung lamban (Sulistyoningsih, 2011). Fallah (2004) mengatakan bahwa konsekuensi dari gizi lebih atau obesitas adalah meningkatnya resiko kematian akibat dari penyakit degeneratif. Penyakit ini menempati urutan pertama penyebab kematian di Indonesia. Beberapa penelitian di negara maju menunjukkan bahwa mereka yang mengalami obesitas sentral mempunyai resiko 3 x untuk mengalami penyakit jantung dari yang normal. Masa remaja adalah masa mencari identitas diri, adanya keinginan untuk dapat diterima oleh teman sebaya dan mulai tertarik oleh lawan jenis menyebabkan remaja sangat menjaga penampilan. Semua itu sangat mempengaruhi pola makan remaja, termasuk pemilihan bahan makanan dan frekuensi makan. Remaja merasa takut gemuk sehingga remaja menghindari sarapan dan makan siang atau hanya makan sekali sehari (Sulistyoningsih, 2011). Tapi kenyataannya banyak remaja-remaja yang mengalami berat badan lebih akibat kurangnya pengetahuan dalam memilih makanan sehingga mengakibatkan berat badan lebih dan ketidak tahuan bagaimana cara yang baik untuk menurunkan berat badannya. Yang pada akhirnya banyak remaja yang bersikap masa bodoh dengan keadaan tubuhnya dan cenderung menurunkan berat badan dengan cara yang salah seperti mengkonsumsi obat pengurus badan atau mengurangi jadwal makan dalam sehari (Proverawati, 2010). Obesitas biasanya disebabkan karena remaja tidak dapat mengontrol makanannya, makan dalam jumlah berlebih sehingga berat badannya melebihi ukuran normal. Pada beberapa kasus obesitas terjadi karena binge eating disorder yaitu suatu keadaan dimana seseorang yang makan dalam jumlah besar secara terus menerus dan cepat tanpa terkontrol. Setelah menyadarinya baru merasa bersalah tapi jika keadaan binge datang lagi dia akan kembali melakukannya tanpa sadar. Hal ini yang akhirnya akan menimbulkan kejadian depresi dan akhirnya menjadi obesitas. Remaja putri melakukan diet untuk mengurangi berat badannya sejak dini akan membawa risiko kegemukan pada saat mereka nanti dewasa (Sulistyoningsih, 2011). Upaya penanganan kegemukan dan obesitas pada anak berbeda dengan orang dewasa, karena menurunkan berat badan secara drastis pada anak-anak akan menyebabkan gangguan pertumbuhan anak. Penanganan yang dilakukan harus disesuaikan dengan faktor penyebab pada anak termasuk faktor lingkungan. Kejadian obesitas pada anak umumnya terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dengan aktivitas yang dilakukan, sehingga upaya yang dilakukan selain mengatur konsumsi makanan terutama sumber energi juga meningkatkan aktivitas fisik atau latihan jasmani anak (Sulistyoningsih, 2011).

3 245 Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan Januari 2012, diketahui SMP Negeri 1 letaknya dekat dengan perkotaan Tanjung Morawa dan siswa/i SMP 1 di peroleh 2-3 orang yang gemuk dari 37 siswa setelah dilakukan survei ke kelas tujuh. Sedangkan SMP Negeri 2 letaknya jauh dari perkotaan diketahui siswa/i ada 3-4 orang yang gemuk dari 40 siswa setelah dilakukan survei ke kelas tujuh. Maka dari uraian di atas, penulis telah melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap dengan status obesitas siswa/i SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Tanjung Morawa tahun Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan status obesitas siswa/i di SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Tanjung Morawa tahun METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Tanjung Morawa. Screening dilakukan pada tanggal 13 Maret 2012 selama 2 hari berturut-turut, pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 28 Mei sampai 2 Juni Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian adalah bersifat observasional dengan desain cross sectional (potong lintang). Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi penelitian adalah siswa/i kelas I dan II SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Tanjung Morawa. Jumlah populasi sebanyak 1104 orang. 2. Sampel Pada seluruh siswa/i SMP N 1 dan SMP N 2 Tanjung Morawa dilakukan Screening yaitu pengukuran berat badan dan tinggi badan dan menanyakan tanggal lahir. Dan dibandingkan dengan antropometri 2005 sehingga diketahui yang IMT/U > 2 SD dan dijadikan menjadi sampel. Jumlah sampel penelitian ini adalah 149 orang. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Dalam Pengumpulan data, peneliti dibantu enumerator, yaitu 4 orang mahasiswa semester V politeknik Kesehatan Medan Jurusan Gizi. Adapun data meliputi : 1. Data Primer meliputi : a. Status obesitas sampel diperoleh dengan cara mengukur berat badan menggunakan timbangan digital dan mengukur tinggi badan dengan mikrotoise (Arisman 2007). i. Cara menimbang berat badan dengan menekan timbangan sehingga menunjukkan angka nol setelah itu naik ke atas timbangan digtital seca dan lihat angkanya berhenti bergerak. ii. Cara mengukur tinggi badan dengan microtoise tidak memakai alas kaki lalu berdiri membelakangi dinding dengan posisi tegak, lalu baca angka di bawah sisi segitiga siku-siku tersebut yang menunjukkan angka dalam cm. b. Identitas sampel (nama, tanggal lahir, Jenis kelamin, alamat, nama orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua), dikumpulkan dengan cara wawancara langsung. c. Pengetahuan dan sikap sampel tentang obesitas dikumpulkan dengan wawancara dengan alat bantu kuesioner. 2. Data Sekunder meliputi gambaran umum sekolah, yaitu tahun berdiri, lokasi sekolah, jumlah kelas dan jumlah guru. Pengolahan Dan Analisis Data 1. Pengolahan Data a. Data Status Obesitas Dihitung IMT siswa/i berdasarkan data berat badan, tinggi badan dan umur. Umur diketahui dari tanggal lahir. Setelah diketahui IMT maka dibandingkan dengan baku antropometri 2005 dan dikategorikan menjadi 2, yaitu gemuk dan obesitas dimana : i. Gemuk : > 2 SD s/d <= 3 SD ii. Obes : > 3 SD

4 246 Sehingga diperoleh sejumlah siswa yang gemuk dan obesitas yang menjadi sampel. b. Pengetahuan tentang obesitas Hasil dari pengetahuan siswa/i dinilai dengan mencocokkan jawaban siswa dengan kunci jawaban, bila jawaban benar diberi nilai 1 dan salah diberi nilai 0, sehingga setiap siswa memperoleh nilai tertinggi 20 dan terendah 0. Kemudian dikategorikan dalam 3 kategori yaitu ke kategori baik, sedang, dan kurang, dimana : i. Baik, jika jumlah nilai : > 80% dari total nilai ii. Sedang, jika jumlah nilai : % dari total nilai iii. Kurang, jika jumlah nilai : < 60 % dari total nilai c. Sikap tentang obesitas Hasil dari sikap siswa/i dinilai dengan memberi skor dari setiap pertanyaan, dimana diketahui skor masing-masing pertanyaan. Diberi skor 2 jika memilih jawaban A, dan skor 1 jika memilih jawaban B, dan 0 jika memilih jawaban C. Setelah itu di tentukan menjadi 3 kategori baik, sedang, kurang yaitu : i. Baik, jika jumlah skor : > 80% dari total skor ii. Sedang, jika jumlah skor : % dari total skor iii. Kurang, jika jumlah skor : <60 % dari total skor 2. Analisis data Data yang diolah dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat. a. Analisis univariat untuk menggambarkan masing-masing variable yang disajikan dalam distribusi frekuensi dan dianalisis berdasarkan persentase. b. Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan status obesitas di SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Tanjung Morawa tahun Dilakukan dengan uji Chi-square. Dengan mengambil kesimpulan, jika p<0,05 maka Ho ditolak. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 (SMPN 1) Tanjung Morawa merupakan salah satu sekolah yang terletak di Kecamatan Tanjung Morawa Kiri Kabupaten Deli Serdang. Sekolah ini terdiri dari 25 kelas yang terbagi menjadi 8 kelas untuk kelas VII, 8 kelas untuk kelas VIII dan 9 kelas untuk kelas IX. SMP Negeri 1 Tanjung Morawa memiliki luas ± 2 Ha. Jarak dari sekolah ke Tanjung Morawa hanya ± 2 Km. Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 (SMPN 2) merupakan sekolah negeri kedua yang terdapat di Tanjung Morawa. SMP Negeri 2 terletak di wilayah kecamatan STM (Sinembah Tanjung Muda) Hilir, Kabupaten Deli Serdang. Sekolah ini terdiri dari 26 ruangan kelas dan terbagi menjadi 9 kelas untuk kelas VII, 8 kelas untuk kelas VIII dan 9 kelas untuk kelas IX. SMP Negeri 2 Tanjung Morawa memiliki luas ± 2 Ha. Jarak dari sekolah ke Tanjung Morawa ± 15 Km dengan waktu tempuh 30 menit. B. Gambaran Umum Sampel Sampel penelitian adalah siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 yang IMT/U > 2 SD. Hasil screening dari 1104 siswa di dapat 149 orang (13,4%) yang IMT/U > 2SD, dan sebanyak 11,32 % yang gemuk dan 2,17% yang obesitas. Hal ini menunjukkan bahwa angka obesitas di SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 mendekati riskesdas sumut sebesar 9,9% dan Kabupaten Deli serdang 14,7% Berdasarkan jenis kelamin sampel perempuan terlihat lebih banyak (59,7%) dari laki-laki (40,3%), sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1 :

5 247 Tabel 1. Distribusi siswa obesitas menurut jenis kelamin di SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Tanjung Morawa bulan Mei 2012 Jenis kelamin Jumlah SMP Laki-laki Perempuan Siswa n % n % n % SMP , , ,1 SMP , , ,9 Jumlah 60 40, , Pada tabel 1 dapat dilihat ternyata 59,7 % dimana 54 orang siswa SMP Negeri 1 dan 35 orang SMP Negeri 2, dan laki-laki 40,3 % dimana 31 orang SMP Negeri 1 dan 29 orang SMP Negeri 2. C. Pengetahuan Siswa Tentang Obesitas Pengetahuan siswa dikumpulkan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner. meliputi cara makan, perilaku makan, obesitas, faktor penyebab obesitas, bahaya obesitas dan cara penanggulangan obesitas yang diperoleh dari hasil belajar, membaca, dan mendengar tentang obesitas. Distribusi frekuensi pengetahuan dapat dilihat pada tabel 2 : Tabel 2. Distribusi siswa obesitas tentang pengetahuan obesitas di SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Tanjung Morawa bulan Mei 2012 Kategori SMP Siswa SMP 1 SMP 2 Jumlah n % n % n % Baik 3 2, ,0 Sedang 31 20, , ,5 Kurang 51 34, , ,5 Jumlah 85 57, , Ternyata dari 149 sampel, 62,5 % yang mempunyai pengetahuan kurang tentang faktor penyebab obesitas, bahaya obesitas dan cara penanggulangan obesitas 34,3 % siswa SMP Negeri 1 dan 28,2% siswa SMP Negeri 2 dan hanya 2,0 % yang berpengetahuan baik tentang bahaya obesitas dan cara penanggulangan obesitas yaitu SMP Negeri 1. D. Sikap Siswa Tentang Obesitas Sikap adalah gambaran perasaan, pandangan seseorang terhadap sesuatu objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. data sikap dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner sikap. Ditribusi frekuensi menurut sikap dapat dilihat pada tabel 3 : Tabel 3. Distribusi siswa SMP obesitas yang mempunyai sikap tentang obesitas di SMP Negeri 1 dan SMP Negeri Tanjung Morawa bulan Mei 2012 Kategori SMP Siswa Jumlah Sikap SMP 1 SMP 2 n % n % n % Baik 2 1,3 2 1,3 4 2,6 Sedang 35 23, , ,4 Kurang 48 32, , ,0 Jumlah 85 56, , ,0 Dari 149 sampel, ternyata 51,0 % yang mempunyai sikap kurang tentang cara penanggulanga obesitas dan rasa percaya diri mempunyai badan obesitas yaitu siswa SMP Negeri 1 sebanyak 32,2% dan siswa SMP Negeri 2 sebanyak 18,9% sedangkan siswa yang mempunyai sikap baik hanya 2,7 % yaitu tentang cara penanggulangan obesitas. E. Status Obesitas Dari 1104 siswa yang discreening di SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 diperoleh 149 siswa yang obesitas. Kemudian siswa yang obesitas dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu kategori gemuk jika IMT/U > 2 SD s/d 3 SD, sedangkan kategori obesitas jika IMT/U > 3 SD. Distribusi frekuensi menurut status obesitas dapat dilihat pada tabel 4 : Tabel 4. Distribusi siswa SMP yang mempunyai status obesitas di SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Tanjung Morawa bulan Mei 2012 Kategori SMP Siswa obesitas SMP 1 SMP 2 Jumlah n % n % n % Gemuk 78 52, , ,9 Obesitas 7 4, , ,1 Jumlah ,0 Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat 83,9% yang tergolong gemuk yaitu SMP Negeri 1 sebanyak 52,3 % dan SMP Negeri 2 sebanyak 31,5%, sedangkan

6 248 siswa yang obesitas sebanyak 16,1% yaitu SMP Negeri 1 sebanyak 4,7 % dan SMP Negeri 2 sebanyak 11,5 %. Hal ini diakibatkan karena kurangnya pengetahuan dan sikap siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 tentang faktor penyebab obesitas dan bagaimana cara penanggulangan obesitas. Upaya penanggulangan obesitas dapat dilakukan dengan mengurangi asupan makanan yang mengandung lemak dan meningkatkan aktivitas seperti berolahraga. Karena obesitas mempunyai banyak dampak seperti Diabetes Mellitus, Hipertensi, Hiperkolesterol dan jantung. F. Hubungan Pengetahuan tentang Obesitas dengan Status Obesitas SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Tanjung Morawa Menurut Notoatmodjo 2003, pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Hubungan pengetahuan dengan status obesitas dapat dilihat pada tabel 5 : Tabel 5. Distribusi Pengetahuan tentang obesitas dengan status obesitas di SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Tanjung Morawa bulan Mei 2012 No Kategori Status obesitas Gemuk Obesitas Jumlah n % n % N % 1 Baik 3 2, ,01 2 Sedan g 47 31,5 6 4, ,5 3 kurang 75 50, , ,5 Jumlah , , Dari tabel 5 dapat diketahui ternyata siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 50,3% mempunyai status obesitas gemuk dan 12,1% yang mempunyai status obesitas sedangkan siswa yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 2,01% mempunyai status gizi gemuk. Dari hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh nilai p = 0,33 > 0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan siswa dengan status obesitas SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Tanjung Morawa. Menurut Soetjiningsih, (1995) menyatakan sebahagian besar orang memiliki pengetahuan yang berbeda disebabkan latar belakang pendidikan yang berbeda, akan tetapi ada sebahagian orang yang berpendidikan rendah tetapi memiliki pengetahuan yang luas dan tinggi. Hal ini biasanya didapatkan melalui pengalaman yang diperoleh atau yang dialami. Menurut Suhardjo (1989) menyatakan kurangnya pengetahuan gizi atau kurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari merupakan faktor penting dalam penentuan status gizi seseorang. G. Hubungan Sikap tentang Obesitas dengan Status Obesitas SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Tanjung Morawa Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tetutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 2003). Hubungan sikap dengan status obesitas dapat dilihat pada tabel 6 : Tabel 6. Distribusi Sikap tentang obesitas dengan Status Obesitas siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Tanjung Morawa bulan Mei 2012 Status obesitas No Kategori gemuk Obesitas Jumlah Sikap n % n % n % 1 Baik 4 2, ,26 2 Sedang 56 37,6 13 8, ,3 3 kurang 65 43,6 11 7, ,0 Jumlah , , Dari tabel 6 dapat diketahui ternyata siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 yang mempunyai sikap kurang sebanyak 43,6% mempunyai status obesitas gemuk dan 7,4 % yang mempunyai status obesitas sedangkan siswa yang mempunyai sikap baik sebanyak 2,6% mempunyai status gizi gemuk. Dari hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh nilai p = 0,52 > 0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap siswa dengan status

7 249 obesitas SMP Negeri 1 dan SM P Negeri 2 Tanjung Morawa. Menurut Novriani (2005) pada penelitian tentang remaja obeitas di Yogyakarta mengatakan bahwa banyak remaja yang obesitas bersikap acuh terhadap kelebihan berat badanya dan banyak yang tidak merasa malu dengan kondisi berat badan pipi yang tembam, pantat membesar, paha dan lengan besar. Malah sebagian besar menganggap kegemukan adalah lambang kemakmuran. Hal ini menyebabkan remaja tidak mau menurunkan asupan makanan yang tinggi lemak dan tinggi karbohidrat yang dampaknya remaja obesitas akan tetap mempertahankan berat badannya dalam kondisi kegemukan. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pengetahuan tentang obesitas siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Tanjung Morawa, lebih banyak kategori kurang yaitu sebesar 62,4%. 2. Sikap tentang obesitas siswa SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Tanjung Morawa, memiliki kategori sikap cukup sebanyak 51,0%. 3. Status obesitas SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Tanjung Morawa memiliki 11,3% yang gemuk dan 2,17 % yang obesitas. SMP Negeri 1 yang gemuk 7,1% dan yang obesitas 0,6%, sedangkan SMP Negeri 2 yang gemuk 4,2% dan 1,5% yang obesitas. 4. Tidak ada hubungan yang signifikan (p = 0,33 >0,05) antara pengetahuan siswa dengan status obesitas SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Tanjung Morawa. 5. Tidak ada hubungan yang signifikan (p 0,52 > 0,05) antara sikap siswa dengan status obesitas SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Tanjung Morawa. B. Saran 1. Perlu peningkatan pengetahuan gizi siswa/i SMP Negeri 1 dan Negeri 2 Tanjung Morawa supaya terhindar dari obesitas dan bahaya dari obesitas seperti menambahi jadual senam pagi dan olahraga. 2. Perlu ditingkatkan kesadaran/ sikap siswa/i SMP Negeri 1 dan Negeri 2 Tanjung Morawa akan pentingnya terhindar dari obesitas dan bahaya yang timbul akibat obesitas. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Arisman Gizi Dalam Daur Kehidupan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Azwar, A Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan Di Masa Datang. Disampaikan dalam advokasi perbaikan gizi menuju kadarzi. Depertemen Kesehatan RI Riset Kesehatan Dasar 2007 ( Laporan Sumatera Utara). Badan Litbangkes, Jakarta. Doloksaribu, B., dkk Buku Ajar Dietetika Dasar. Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Gizi. Lubuk Pakam Fallah S.T Analisis Situasi Gizi Dan Kesmas, WKNP. Jakarta Freitag, H Bebas Obesitas Tanpa Menyiksa. Jakarta : Buku Kita. Hadi. H Beban Ganda Masala Gizi Dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. UGM Jokyakarta. Hadi, H., dan Ida Ayu Eka Padmiari Konsumsi Fast Food Sebagai Faktor Risiko Obesitas pada Anak SD. Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Denpasar Bali dan Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta.

8 250 Khomsan Pagan dan Gizi Untuk Kesehatan. Grafindo Persada. Jogyakarta. Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Direktorat Bina Gizi Keputusan Menteri Keseatan Republik Indonesia Nomor : 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standart Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta. Yussac, Muhamad Atristo Adi, dkk Prevalensi Obesitas pada Anak Usia 4-6 Tahun dan Hubungannya dengan Asupan Serta Pola Makan. Program Pendidikan Integrasi Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Mumpuni, Y., dan Ariwulandari Cara Jitu Mengatasi Kegemukan. Andi Offset. Jogyakarta. Nasar, S.S Obesitas pada anak : Aspek klinis dan pencegahan, Naskah lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. Notoatmodjo, S Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta. Proverawati, A Obesitas dan Gangguan Perilaku Makan Pada Remaja. Nuha Medika. Yogyakarta. Sandjaja,dkk Kamus Gizi. Buku Kompas. Jakarta Syarif, D.R Childhood Obesity Evaluation and Management, Naskah Lengkap National Obesity Symposium II. Surabaya. Sulistyoningsih, H Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu. Jogyakarta. Supariasa, I Dewa Nyoman,dkk Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Tarigan, N., dkk. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah dasar dan Lanjut. Kementrian Kesehatan RI Poltekkes Medan Jurusan Gizi Program Studi D III Lubuk Pakam. Taufan, S Penanganan Obesitas Dahulu, Sekarang, dan Masa Depan, Naskah Lengkap National Obesity Symposium II. Palembang.

9 251

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu tantangan yang paling serius. Masalahnya adalah global dan terus mempengaruhi negara yang berpenghasilan rendah dan menengah, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight merupakan masalah kesehatan dunia dengan jumlah prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun berkembang. Prevalensi overweight

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Fahmi Fuadah 1 1 Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi

Lebih terperinci

WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 2014 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 2014 ISSN : WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 2014 ISSN : 2089-8592 HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN ASUPAN VITAMIN C DENGAN STATUS ANEMIA PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI LINGKUNGAN AMPERA UTARA DESA SEKIP KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejumlah penyakit degeneratif di Indonesia seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan stroke menunjukkan peningkatan insiden (Riskesdas, 2013). Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, pada saat ini menghadapi masalah yang berhubungan dengan pangan, gizi dan kesehatan. Dalam bidang gizi, Indonesia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

rumus : n = (P 1 -P Ket : Z 1- - P 1 Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, )²

rumus : n = (P 1 -P Ket : Z 1- - P 1 Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, )² BAB 4 METODOLOGI PENELITIP AN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini mengenai kebiasaan makan cepat saji (fast food modern), aktivitas fisik dan faktor lainnyaa dengan status gizi mahasiswa penghuni Asrama

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda. Artinya, masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas yaitu terdapat penimbunan lemak yang belebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya obesitas ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan sumber daya manusia di masa depan sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan sebuah masalah keluarga yang sifatnya jangka panjang dan kebisaan makan yang sehat harus dimulai sejak dini. Masalah gizi pada anak di Indonesia akhir-akhir

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA KONSUMSI ENERGI, LEMAK JENUH DAN SERAT DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Usdeka Muliani* *Dosen Jurusan Gizi Indonesia saat ini menghadapi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama di negara maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara anak dan dewasa yang terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja masa yang sangat penting dalam membangun perkembangan mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan periode kehidupan anak dan dewasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS ATAU RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research atau penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi muncul masalah gizi lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

PERILAKU REMAJA PUTERI TENTANG DIET SEHAT DI SMU DHARMAWANGSA MEDAN TAHUN 2008 SKRIPSI. Oleh : DEBBY INDA SARI

PERILAKU REMAJA PUTERI TENTANG DIET SEHAT DI SMU DHARMAWANGSA MEDAN TAHUN 2008 SKRIPSI. Oleh : DEBBY INDA SARI PERILAKU REMAJA PUTERI TENTANG DIET SEHAT DI SMU DHARMAWANGSA MEDAN TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh : DEBBY INDA SARI 041000051 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008 ABSTRAK Perilaku Remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arah pembangunan jangka menengah Indonesia ke-2 (2010-2014) adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh membaiknya berbagai indikator pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. kuesioner. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. kuesioner. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dari data primer melalui kuesioner. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana

Lebih terperinci

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI Melza Tatiana, et al. HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI Melza Tatiana 1, Heru Santosa, Taufik Ashar 3 1 Mahasiswa Program Magister

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Asupan Energi, Asupan Protein, Status Gizi, Pelajar SMP

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Asupan Energi, Asupan Protein, Status Gizi, Pelajar SMP HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR DI SMP NEGERI 8 MANADO Novita Assa*, Nova H. Kapantow*, Shirley E. S. Kawengian* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas sehingga membutuhkan nutrisi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara 1 BAB I PENDAHULUAN a) Latar Belakang Peningkatan kemakmuran seseorang ternyata diikuti dengan perubahan gaya hidup. Pola makan mulai bergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak remaja yang dimulai pada usia 12 tahun yaitu pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. anak remaja yang dimulai pada usia 12 tahun yaitu pada jenjang pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan input utama pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bersaing atau berkompetisi di era globalisasi dengan bangsa lain. Upaya peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis penyakit. Penyakit menular sudah digantikan oleh penyakit yang tidak menular seperti penyakit degeneratif, metabolik

Lebih terperinci

(jenis kelamin), faktor lingkungan (jumlah anggota keluarga), faktor sosial ekonomi

(jenis kelamin), faktor lingkungan (jumlah anggota keluarga), faktor sosial ekonomi 57 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor biologis (jenis kelamin), faktor lingkungan (jumlah anggota keluarga), faktor sosial

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitianan deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional study yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR Iis Mega Arianti, Winarni Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta ABSTRAK Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnyausia harapan hidup penduduk akibatnya jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Kelebihan berat badan pada anak apabila telah menjadi obesitas akan berlanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan merupakan masalah serius yang dihadapi di dunia, karena terus meningkat disemua negara. Tahun 2014, sebanyak 39% penduduk dewasa ( 18 tahun) menderita kegemukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia telah meningkat hampir dua kali lipat antara tahun 1980 dan 2008.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja, sebagai kelompok umur terbesar struktur penduduk Indonesia merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi pembangunan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas faktor gizi memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Disain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan pendekatan cross sectional study, yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM Lisastri Syahrias Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Batam ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena overweight saat ini sedang menjadi perhatian. Overweight atau

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena overweight saat ini sedang menjadi perhatian. Overweight atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena overweight saat ini sedang menjadi perhatian. Overweight atau kelebihan berat badan terjadi akibat ketidakseimbangan energi yaitu energi yang masuk lebih besar

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian non-eksperimental dengan menggunakan data primer untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kegemukan bukanlah hal baru dalam masyarakat kita, bahkan 20 tahun yang lalu kegemukan merupakan kebanggaan dan lambang kemakmuran. Bentuk tubuh yang gemuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melanjutkan kehidupan. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta ternak dan ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas pada anak sampai kini masih merupakan masalah, satu dari sepuluh anak di dunia ini mengalami obesitas dan peningkatan obesitas pada anak dan remaja saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda, dimana masalah penyakit menular dan gizi kurang yang belum teratasi, kini bertambah dengan adanya peningkatan penyakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.3 Karangasem, Laweyan, Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta memiliki

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional, yaitu pengukuran variabel-variabelnya

METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional, yaitu pengukuran variabel-variabelnya III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam. peningkatan gizi remaja. Obesitas merupakan salah satu masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam. peningkatan gizi remaja. Obesitas merupakan salah satu masalah gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam peningkatan kualitas SDM adalah gizi yang baik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan (Soekirman, 2000). Di bidang gizi telah terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang artinya masalah gizi kurang belum

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP IBU BALITA TENTANG GIZI TERHADAP STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAN HERAN KECAMATAN RENGAT BARAT TAHUN 2012

HUBUNGAN SIKAP IBU BALITA TENTANG GIZI TERHADAP STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAN HERAN KECAMATAN RENGAT BARAT TAHUN 2012 HUBUNGAN SIKAP IBU BALITA TENTANG GIZI TERHADAP STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAN HERAN KECAMATAN RENGAT BARAT TAHUN 2012 Oleh: Yulizawati dan Venny Rismawanti Akademi Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat. Memasuki era globalisasi, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat. Memasuki era globalisasi, Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini, sebagian besar atau 50% penduduk Indonesia dapat dikatakan tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat. Memasuki era globalisasi, Indonesia menghadapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirumah atau di tempat berjualan dan disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di

BAB I PENDAHULUAN. dirumah atau di tempat berjualan dan disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Jenis pangan jajanan yang beragam di Indonesia saat ini sudah berkembang sangat pesat sejalan dengan pesatnya pembangunan. Pangan jajanan menurut FAO (1991&2000) adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Boyolali yang berada di Provinsi Jawa tengah dengan luas wilayah mencapai

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 217 18 HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI Enggar Anggraeni

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian a. Kondisi Puskesmas Tapa Puskesmas Tapa terletak di Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo.

Lebih terperinci

INTISARI. Tujuan: Mengetahui hubungan antara sikap orang tua tentang jenis karbohidrat terhadap konsumsi karbohidrat pada anak yang obese

INTISARI. Tujuan: Mengetahui hubungan antara sikap orang tua tentang jenis karbohidrat terhadap konsumsi karbohidrat pada anak yang obese 1 INTISARI Hubungan Sikap Orang Tua Tentang Jenis Karbohidrat Terhadap Konsumsi Karbohidrat Pada Anak Sekolah Dasar Yang Mengalami Obesitas Di Kota Yogyakarta Latar belakang: Peningkatan pendapatan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Faktor gizi memegang peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat dengan drastis sehingga menempatkan masalah ini menjadi salah satu masalah yang perlu mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4. 1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional karena pengambilan data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara asupan energi, asupan

Lebih terperinci

Seseorang yang berat badannya 20% lebih tinggi berat badan normal dianggap mengalami obesitas. Metode yang paling berguna dan paling banyak digunakan

Seseorang yang berat badannya 20% lebih tinggi berat badan normal dianggap mengalami obesitas. Metode yang paling berguna dan paling banyak digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang diakibatkan oleh akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sudoyo, 2007). Obesitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015 Suriani Ginting, Wiwik Dwi Arianti

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. cross-sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara asupan energi,

III. METODE PENELITIAN. cross-sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara asupan energi, 43 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross-sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara asupan energi, asupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang sifatnya tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit ini memiliki banyak kesamaan dengan beberapa sebutan penyakit

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SERAT DAN KONSUMSI SERAT DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA REMAJA DI SMP BUDI MULIA DUA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SERAT DAN KONSUMSI SERAT DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA REMAJA DI SMP BUDI MULIA DUA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SERAT DAN KONSUMSI SERAT DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA REMAJA DI SMP BUDI MULIA DUA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : RUSMIYATI J310101010 PROGRAM STUDI SARJANA GIZI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang yang menjadi Obesitas dan overweight merupakan suatu yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi pola makan. Selain dari pola makan, remaja masa kini juga jarang melakukan aktivitas fisik seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara berkembang, dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hasil analisis data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2005) menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan gizi kurang pada anak usia sekolah yaitu

Lebih terperinci

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU Al Ulum Vol.60 No.2 April 2014 halaman 33-38 33 GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU Rusmini

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Rismintarti Sulastinah 1610104193 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK DIPLOMA IV

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) PENDAHULUAN Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang serba modern ini, negara berkembang dan negara miskin di dunia tengah mengalami beban ganda masalah gizi atau biasa disebut Double Burden of Malnutrition.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak di dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n =

METODE PENELITIAN. n = 24 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengumpulan variabel independen dan dependen dilakukan pada satu waktu yang tidak

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1.Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian cross sectional, yakni mengambil data pada satu waktu, dimana pengumpulan variabel dependen dan independen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerja menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenenagakerjaan adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik di masa mendatang. Masa remaja atau adolescent adalah waktu terjadinya perubahan-perubahan yang berlangsungnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memulai aktifitas sehari-hari dengan sarapan pagi merupakan kebiasaan yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja, maupun dewasa. Sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa dewasa. Transisi yang dialami remaja ini merupakan sumber resiko bagi kesejahteraan fisik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga obesitas merupakan suatu

Lebih terperinci