EFEKTIFITAS PENGGUNAAN JENIS WADAH SARANG CACING TANAH (Eisenia foetida) DALAM PROSES VERMICOMPOSTING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIFITAS PENGGUNAAN JENIS WADAH SARANG CACING TANAH (Eisenia foetida) DALAM PROSES VERMICOMPOSTING"

Transkripsi

1 i EFEKTIFITAS PENGGUNAAN JENIS WADAH SARANG CACING TANAH (Eisenia foetida) DALAM PROSES VERMICOMPOSTING M. IQBAL KURNIADI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

2 ii ABSTRAK M. IQBAL KURNIADI. Efektivitas Penggunaan Jenis Wadah Sarang Cacing Tanah (Eisenia foetida) dalam Proses Vermicomposting. Dibimbing oleh DJOKO WALUYO dan TRI HERU WIDARTO. Vermicomposting merupakan salah satu metode pengomposan sampah organik dengan bantuan cacing tanah. Dalam penelitian ini dipelajari efektivitas 3 jenis wadah sarang cacing tanah (Eisenia foetida) dalam mengolah sampah organik dapur, diantaranya: bakul, ember dan pot tanah liat (masing-masing dengan 3 ulangan). Bahan yang digunakan sebagai media (bedding) terdiri atas: sobekan kertas, tanah dan sayuran yang telah dicacah. Pemeliharaan dan pengamatan dilakukan selama 30 hari. Hasil percobaan menunjukkan bahwa jenis wadah tidak mempengaruhi persentase bobot sampah yang didekomposisi oleh cacing tanah. Jenis wadah juga tidak mempengaruhi mortalitas dan bobot cacing tanah, bobot kascing, bobot tanah serta kertas yang terdekomposisi. Hal ini mungkin karena kondisi lingkungan, terutama suhu media yang masih dalam kisaran suhu optimum bagi cacing tanah (antara o C). Hasil yang berbeda nyata hanya terlihat pada produksi jumlah kokon yang dihasilkan (P=0.0052). Bakul merupakan jenis wadah yang memiliki jumlah kokon terbanyak bila dibandingkan dengan ember dan pot tanah liat. Kadar C/N rasio kascing yang dihasilkan tiap jenis wadah berkisar antara dan ph kascing ABSTRACT M. IQBAL KURNIADI. The Effectiveness of Three Containers for Vermicomposting Processes Using Earthworms (Eisenia foetida). Under the direction of DJOKO WALUYO and TRI HERU WIDARTO. Vermicomposting is one of the organic waste composting method using earthworms. In this research, we studied effectiveness of three types of containers for earthworms (Eisenia foetida) to process organic kitchen waste. The containers are: bamboo basket, plastic pot and clay pot (each with triplicates). Bedding comprised of: shredded paper, soil and chopped raw vegetable. Experiment was conducted for thirty days. Results of the research showed that types of container did not affect the percentage of waste weight decomposed by earthworms. The types of container did not affect either body weight and mortality of the earthworms, weight of cast, weight of soil and decomposed paper. These results may be caused by the conditions of the media, especially the temperature which was still at optimum temperature (between o C). The parameter that affected was the number of produced cocoon. The bamboo basket is the container that had the highest cocoon number compare to the plastic pot and clay pot. C/N ration of cast produced in the containers between was in average and ph of cast number is between

3 iii EFEKTIVITAS PENGGUNAAN JENIS WADAH SARANG CACING TANAH (Eisenia foetida) DALAM PROSES VERMICOMPOSTING Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Oleh: M. IQBAL KURNIADI G DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

4 iv Judul Skripsi : Efektivitas Penggunaan Jenis Wadah Sarang Cacing Tanah (Eisenia foetida) dalam Proses Vermicomposting Nama : M. Iqbal Kurniadi NRP : G Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Drh. Djoko Waluyo, M.S. Ir. Tri Heru Widarto, M.Sc. NIP NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S. NIP Tanggal Lulus:

5 v PRAKATA Alhamdulillaahirabbil alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Judul skripsi yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2006 ini ialah Efektivitas Penggunaan Jenis Wadah Sarang Cacing Tanah (Eisenia foetida) dalam Proses Vermicomposting. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drh. Djoko Waluyo, M.S. dan Bapak Ir. Tri Heru Widarto, M.Sc. selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan masukan. Penghargaan penulis sampaikan pula kepada Ibu Dra. Taruni Sri Prameswari dan Ibu Dr. R.R. Dyah Perwitasari, M.Sc. atas nasihat dan dukungannya selama menjalani penelitian, Bapak Dr. Dede Setiadi, MS. selaku penguji yang telah memberikan masukan yang berharga dalam penulisan ini, Bapak Joko Ciangsana pembudidaya cacing tanah dan Dian Permata dari Fakultas Peternakan IPB atas bantuan dan informasinya. Di samping itu, terima kasih kepada Bian, Gema, Ria, Riza, Tongki dan sahabat-sahabat Biologi 39 lainnya yang selalu memberikan bantuan dan dukungannya kepada penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak, Mama, Uni dan Iin atas segala doa, dukungan, nasihat dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2007 M. Iqbal Kurniadi

6 vi RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lhokseumawe pada tanggal 18 Desember 1983 dari ayah Asril Dahlan dan ibu Siti Rochmawati. Penulis merupakan putra kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2002 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Lhokseumawe dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Program Studi Biologi, Departemen Biologi, fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Divisi Tanaman Obat BIOWORLD pada tahun 2003, anggota Departemen Kewirausahaan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam tahun ajaran 2003/2004, koordinator sie. acara Lomba Fotografi BIOGRAF dalam rangkaian acara BIOIN pada tahun 2004, ketua acara Silaturrahmi Biologi pada tahun 2004, Kepala Divisi Dana dan Usaha Wahana Muslim Biologi tahun ajaran 2004/2005, Praktek Kerja Lapangan di PT. PUPUK KUJANG CIKAMPEK pada tahun 2005, dan pada tahun 2005/2006 penulis bekerja dan menjabat sebagai Duta Wisata DKI JAKARTA.

7 vii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar belakang 1 Tujuan 1 Waktu dan tempat 1 BAHAN DAN METODE 1 Persiapan hewan percobaan 1 Persiapan media sarang pemeliharaan 1 Perlakuan 1 Pemanenan kascing 2 Analisis data 2 HASIL 2 Suhu ruangan dan media selama pengamatan 2 Persentase pertambahan bobot cacing 2 Rataan jumlah cacing dan kokon 3 Rataan produksi kascing dan persentase bobot tanah yang dicerna oleh cacing tanah 3 Persentase dekomposisi kertas dan sampah oleh cacing tanah 4 PEMBAHASAN 5 SIMPULAN 6 SARAN 6 DAFTAR PUSTAKA 6 LAMPIRAN 8

8 viii DAFTAR TABEL Halaman 1 Analisis statistik parameter yang diamati setelah 30 hari 4 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Rataan suhu media pada jenis wadah berbeda 2 2 Rataan bobot cacing tanah pada jenis wadah berbeda 3 3 Rataan jumlah cacing tanah pada jenis wadah berbeda 3 4 Rataan jumlah kokon pada jenis wadah berbeda 3 5 Rataan produksi kascing pada jenis wadah berbeda 3 6 Persentase bobot tanah yang dicerna pada jenis wadah berbeda 4 7 Persentase dekomposisi kertas pada jenis wadah berbeda 4 8 Persentase dekomposisi tanah pada jenis wadah berbeda 4

9 ix DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Data rataan suhu harian media per 30 hari 9 2 Data rataan bobot tubuh (gram) per cacing tanah per 30 hari 9 3 Data rataan jumlah akhir cacing tanah (ekor) 9 4 Data rataan produksi kokon (butir) per cacing per 30 hari 9 5 Data rataan produksi kascing (gram) per cacing per 30 hari 9 6 Data rataan bobot tanah yang dicerna (gram) per cacing per 30 hari 9 7 Data rataan bobot kertas yang didekomposisi (gram) per cacing per 30 hari 10 8 Data rataan bobot sampah yang didekomposisi (gram) per cacing per 30 hari 10 9 Analisis sidik ragam bobot tubuh per cacing tanah per 30 hari Analisis sidik ragam jumlah akhir cacing tanah Analisis sidik ragam produksi kokon per cacing per 30 hari Analisis sidik ragam produksi kascing per cacing per 30 hari Analisis sidik ragam bobot tanah yang dicerna per cacing per 30 hari Analisis sidik ragam bobot kertas yang didekomposisi per cacing per 30 hari Analisis sidik ragam sampah yang didekomposisi (gram) per cacing per 30 hari 14

10 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap material yang digunakan sehari-hari. Jenis sampah juga tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia ataupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis (Keraf 2002). Data dari Dinas Kebersihan Kota Bogor (2001) menunjukkan komposisi sampah terbanyak berasal dari sampah organik yang mencapai 68%. Ada beberapa proses pengolahan sampah, diantaranya: penumpukan, pengomposan, pembakaran dan penimbunan (Keraf 2002). Penggolongan tersebut dianggap baik jika sampah yang diolah tidak mencemari udara, air atau tanah dan tidak menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit. Penumpukan, pembakaran dan penimbunan relatif lebih praktis bila dibandingkan dengan pengomposan namun dapat menimbulkan resiko kebakaran, polusi dan banjir. Sedangkan apabila menggunakan sistem pengomposan, bahan-bahan yang terdekomposisi akan lebih terkondisikan dan prosesnya berlangsung lebih baik dengan bantuan organisme yang ada. Vermicomposting merupakan salah satu metode pengomposan dengan bantuan cacing tanah. Mikroorganisme dan cacing tanah secara bersama-sama terlibat dalam penguraian bahan organik (Marsh 2003; Dominguez dan Edwards 2004). Penggunaan cacing tanah dalam pengomposan membutuhkan waktu relatif lebih singkat bila dibandingkan dengan kompos biasa yang hanya mengandalkan aktifitas mikroorganisme (Dominguez et al 1997). Proses vermicomposting dapat menghasilkan dua macam produk, yakni cacing tanah dan kotoran cacing (kascing). Cacing tanah dapat memperbaiki kesuburan dan struktur dari tanah, bahkan dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik, makanan dan obatobatan. Sedangkan kascing yang dihasilkan kaya akan nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Teksturnya berupa partikel kecil yang mudah diserap oleh tumbuhan, berwarna kehitam-hitaman, tidak berbau, menarik dari segi estetika dan lebih stabil dari kompos konvensional (Riggle dan Holmes 1994). Kascing juga memiliki nilai jual yang tinggi bila dibandingkan dengan kompos lainnya (Jumiono 2000). Keberhasilan proses vermicomposting sangat ditentukan oleh media hidup (bedding) yang mengandung bahan organik. Bedding dapat digunakan sebagai habitat hidup serta sumber pakan bagi cacing tanah. Media yang baik untuk hidup cacing tanah adalah kotoran ternak. Tetapi, apabila hal ini diterapkan ke masyarakat mungkin sebagian besar masyarakat akan meninggalkannya karena terlihat kotor dan bau dari segi estetika. Oleh karena itu, pada penelitian ini bedding yang digunakan tidak menggunakan kotoran hewan ternak. Penelitian mengenai vermicomposting ini telah banyak dilakukan. Namun, belum ada kejelasan mengenai jenis wadah sarang yang baik bagi cacing dalam proses vermicomposting. Menurut Mashur et al (2001) jenis wadah sarang berpengaruh nyata terhadap produksi kokon dan kenaikan bobot cacing tanah. Tujuan Mengetahui jenis wadah sarang yang efektif dalam mengolah sampah organik dapur. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2006 hingga April 2007 di Laboratorium Zoologi FMIPA, Institut Pertanian Bogor. BAHAN DAN METODE Persiapan Hewan Percobaan Cacing yang digunakan ialah cacing Eisenia foetida dewasa yang umum digunakan dalam proses vermicomposting (Dickerson 2001). Cacing diperoleh dari peternakan cacing di daerah Ciangsana, Kampung Rambutan Jakarta. Perbanyakan dan pembudidayaan dilakukan di Laboratorium Zoologi FMIPA-IPB dalam kondisi ruangan dengan menggunakan bakul dan ember plastik. Persiapan Media Sarang Pemeliharaan Sebelum percobaan dilakukan, cacing tanah dipelihara terlebih dahulu dalam media sarang yang terdiri atas tanah serta kotoran sapi yang telah dikering-anginkan selama satu minggu. Sebagai tambahan diberikan pula ampas tahu. Perlakuan Percobaan menggunakan tiga macam wadah yang berbeda, yakni: bakul, ember plastik (bagian dasarnya telah dilubangi), dan

11 2 pot tanah liat yang masing-masing bervolume 1.5 L dengan tiga ulangan. Tiap wadah tidak menggunakan kotoran sapi sebagai media hidupnya, namun diisi sobekan kertas HVS sebanyak 70 gram dengan lebar ± 2 cm (dibasahkan dengan air, namun tidak sampai menyebabkan air tergenang dan menetes), tanah 30 gram, sampah yang telah dikeringkan dalam oven sebanyak 20 gram dan cacing tanah yang telah dipuasakan selama satu hari sebanyak 10 ekor. Sampah sayuran yang digunakan terdiri atas daun singkong, kol, bayam dan selada dengan perbandingan sama. Sayuran dicacah dan direndam terlebih dahulu selama 2 hari ke dalam air untuk meminimalisir bau yang ditimbulkan akibat proses pembusukan. Selanjutnya ditiriskan sampai tidak ada lagi air yang menetes. Hal ini merujuk pada percobaan yang telah dilakukan sebelum penelitian dimulai dengan menggunakan campuran EM4 dan pemaparan pada panas matahari selama 2 hari yang mengakibatkan bau yang menyengat dan berlendir pada sampah serta cacing banyak yang mengalami kematian. Sedangkan tanah ditumbuk sampai halus dan disaring ( 1.7 mm). Tanah yang telah dihaluskan dipanaskan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 80 o C dan dibiarkan mendingin (Sulastri 2005). Kandungan tanah terdiri atas: 16% pasir, 28% debu dan 56% liat (Balai Penelitian Tanah 2007). Semua bahan dimasukkan ke dalam tiap wadah. Tanah dan sampah diletakkan dalam potongan gelas plastik yang telah dilubangi sisi-sisinya. Sedangkan sobekan kertas diletakkan di bagian dasar wadah hingga menutupi gelas plastik yang telah berisi tanah dan sampah. Cacing tanah yang telah dipuasakan dimasukkan kedalam gelas plastik yang telah berisi sampah. Tiap wadah ditutup dengan plastik berwarna hitam yang telah dilubangi untuk sirkulasi udara. Air disemprotkan untuk menjaga kelembaban media. Pencatatan suhu dilakukan setiap hari pada pukul 12 siang. Pemanenan kascing Pemanenan dilakukan setelah 30 hari pemeliharaan. Saat pemanenan dilakukan pengukuran terhadap bobot cacing yang telah dipuasakan, jumlah cacing, jumlah kokon, bobot kering: kascing, tanah, kertas, dan sampah yang belum terdekomposisi. Jumlah cacing dan kokon dihitung secara manual. Kascing, tanah, kertas dan sampah yang belum terdekomposisi dipisahkan secara manual dan dikeringkan dengan oven lalu ditimbang menggunakan timbangan digital CHQ Pocket Scale PS 200A. Analisis data Data yang diperoleh dianalisis dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah, dengan satu faktor perlakuan yakni jenis wadah sarang yang terdiri atas bakul, ember plastik, dan pot tanah liat. Perlakuan yang berpengaruh nyata terhadap peubah yang diamati diuji lanjut dengan uji Duncan s (α = 0.05) untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan. HASIL Suhu ruangan dan media selama pengamatan Suhu ruangan relatif stabil, berkisar antara o C dengan rataan o C. Rataan suhu media tertinggi terjadi pada wadah ember plastik sebesar 27 o C, sedangkan pot tanah liat o C. Rataan suhu terendah terjadi pada wadah bakul, yakni o C (Gambar 1). Rataan suhu media ( o C) 27, , ,5 25 bakul ember pot Jenis wadah Gambar 1 Rataan suhu media pada jenis wadah berbeda. Persentase pertambahan bobot cacing Bobot cacing tanah saat pemanenan mengalami penurunan pada wadah bakul sebesar 1.54%. Pada wadah ember dan pot tanah liat mengalami kenaikan masing-masing 27.23% dan 25.96% (Gambar 2). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa jenis wadah tidak mempengaruhi bobot tubuh cacing tanah (Tabel 1).

12 3 Rataan bobot tubuh cacing (g) 0,45 0,4 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0 bakul ember pot Jenis wadah awal akhir Gambar 2 Rataan bobot tubuh (gram) per cacing pada jenis wadah berbeda. Rataan jumlah cacing dan kokon Jumlah tertinggi cacing tanah yang tetap hidup selama pengamatan terdapat pada wadah bakul dengan rataan 9.34 ekor (mortalitas 0.67%). Sedangkan pada ember dan pot masing-masing rataanya hanya 7 ekor (mortalitas 30%) dan 5.34 ekor (mortalitas 40.67%) cacing tanah (gambar 3). Rataan jumlah cacing/30 harii bakul ember pot Jenis wadah Gambar 3 Rataan jumlah cacing pada jenis wadah berbeda Produksi kokon tertinggi terdapat pada jenis wadah bakul dengan rataan 1.92 butir per cacing per 30 hari. Wadah pot memiliki rataan produksi kokon per cacing per 30 hari sebesar 0.87 butir, sedangkan terendah dialami oleh jenis wadah berupa ember plastik sebesar 0.54 butir per cacing per 30 hari (Gambar 4). Jumlah kokon (butir)/ cacing/ 30 hari 2,5 2 1,5 1 0,5 0 bakul ember pot Jenis wadah Gambar 4 Rataan jumlah kokon pada jenis wadah berbeda. Analisis statistik menunjukkan bahwa jenis wadah tidak berpengaruh nyata terhadap rataan jumlah cacing, namun berpengaruh nyata terhadap rataan jumlah kokon yang dihasilkan (Tabel 1). Rataan produksi kascing dan persentase bobot tanah yang dicerna oleh cacing tanah Pot merupakan jenis wadah yang memiliki rataan produksi kascing tertinggi sebesar 1,56 gram per cacing per 30 hari. Rataan produksi kascing pada bakul tidak jauh berbeda dengan pot sebesar 1.45 gram. Ember merupakan jenis wadah yang paling sedikit menghasilkan kascing yakni 0,95 gram per cacing per 30 hari (Gambar 5). Produksi kascing (g)/cacing/30 hari 2,5 2 1,5 1 0,5 0 bakul ember pot Jenis wadah Gambar 5 Rataan produksi kascing pada jenis wadah berbeda. Cacing tanah yang terdapat pada pot memiliki persentase tertinggi dalam mencerna tanah sebesar 3.79% per cacing per 30 hari. Tanah yang dicerna pada wadah bakul sebesar 2.69% per cacing per 30 hari. Persentase terendah terdapat pada wadah ember sebesar 2.38% per cacing per 30 hari (Gambar 6).

13 4 Tanah yang dicerna (%)/cacing/30hari bakul ember pot Jenis wadah Gambar 6 Persentase bobot tanah yang dicerna pada jenis wadah berbeda. Analisis statistik menunjukkan bahwa jenis wadah tidak berpengaruh nyata terhadap rataan bobot kascing dan persentase bobot tanah yang dicerna oleh cacing tanah dalam 30 hari (Tabel 1). Persentase dekomposisi kertas dan sampah oleh cacing tanah Di awal percobaan penggunaan kertas koran menyebabkan cacing tanah banyak yang mati, karena itu untuk sarang digunakan potongan kertas HVS. Persentase dekomposisi kertas oleh cacing tanah tertinggi terdapat pada wadah bakul, yakni 2.76% per cacing per 30 hari, sedangkan ember plastik dan pot masing-masing sebesar 1.32% per cacing per 30 hari dan 2.30% per cacing per 30 hari (Gambar 7). Bobot sampah yang terdekomposisi oleh cacing tanah pada wadah pot memiliki persentase tertinggi dibandingkan ember dan bakul. Cacing tanah pada pot tanah liat mampu mendekomposisikan sampah sebesar 13.96% per cacing per 30 hari. Wadah berupa ember plastik dan bakul masing-masing mampu mendekomposisikan sampah sebesar 12.51% per cacing per 30 hari dan 10.48% per cacing per 30 hari (Gambar 8). Dekomposisi sampah (%)/cacing/30hari bakul ember pot Jenis wadah Gambar 8 Persentase dekomposisi sampah pada jenis wadah berbeda. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa jenis wadah tidak berpengaruh nyata terhadap dekomposisi kertas dan dekomposisi sampah (Tabel 1). Dekomposisi kertas (%)/cacing/30hari 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 bakul ember pot Jenis wadah Gambar 7 Persentase dekomposisi kertas pajenis wadah berbeda. Tabel 1 Analisis statistik parameter yang diamati setelah 30 hari No. Parameter Perlakuan Nilai rataan Bakul 0.32a 1 Bobot cacing (gram) Ember 0.34a Pot 0.31a 2 Bakul 9.34a Jumlah cacing Ember 7.00a (ekor) Pot 5.34a Nilai probabilitas

14 5 No. Parameter Perlakuan Nilai rataan Nilai probabilitas Bakul 1.92a 3 Produksi kokon (butir) Ember 0.54b Pot 0.87b Bakul 1.45a 4 Produksi kascing (gram) Ember 0.95a Pot 1.56a 5 Bakul 0.79a Tanah yang tercerna Ember 0.75a (gram) Pot 1.36a Bakul 1.92a Dekomposisi kertas Ember 0.95a (gram) Pot 1.74a Bakul 2.12a Dekomposisi sampah Ember 2.55a (gram) Pot 3.02a *Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama menunjukkan beda nyata pada taraf 5% PEMBAHASAN Hasil percobaan menunjukkan bahwa jenis wadah hanya berpengaruh nyata (P=0.0052) terhadap rataan jumlah kokon. Bakul merupakan jenis wadah yang menghasilkan rataan jumlah kokon tertinggi dibandingkan wadah ember dan pot. Rataan jumlah kokon dari ketiga jenis wadah selama pengamatan jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan pernyataan Mashur et al (2001) dimana seekor induk cacing E. foetida dewasa mampu menghasilkan kokon 7 butir selama 40 hari atau 1 butir kokon dihasilkan setiap 6 hari. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mashur et al (2001) menyatakan bahwa persentase produksi kokon tertinggi terjadi pada wadah ember. Perbedaan asupan makanan yang diberikan ke cacing mungkin menjadi penyebab sedikitnya jumlah kokon yang dihasilkan selama pengamatan. Mashur et al (2001) menggunakan media hidup cacing tanah (bedding) berupa kotoran ternak. Menurut Garg et al (2005) kotoran ternak mempengaruhi pertumbuhan maupun reproduksi cacing tanah. Kotoran ternak adalah sumber protein dan mineral yang dapat digunakan sebagai media hidup cacing tanah (Catalan 1981). Kondisi suhu ruangan dan suhu media juga merupakan faktor yang mempengaruhi hidup cacing tanah. Suhu ruangan selama penelitian relatif stabil. Menurut Minnich (1977) dalam Permata (2006) suhu mempengaruhi aktifitas biologi cacing tanah seperti metabolisme, pertumbuhan, respirasi, dan reproduksi. Rataan suhu media tiap jenis wadah berbeda-beda pada tiap jenisnya. Perbedaan suhu media ini terjadi akibat struktur dan bahan wadah yang berbeda-beda. Bakul terbuat dari susunan anyaman bambu yang berpori dan memiliki celah disetiap sisisisinya. Penyerapan air yang berasal dari media oleh dinding bakul juga berlangsung cepat dan mampu bertahan lama pada dinding-dinding wadah tersebut, hal ini sangat membantu dalam proses aerasi dan ketahanannya dalam menjaga kelembaban media. Berbeda dengan wadah berupa pot tanah liat, air yang terserap tidak tahan lama sehingga media cepat kering. Ember plastik memiliki kelembaban media yang tinggi dibandingkan wadah lainnya (Mashur et al 2001). Penyerapan air yang berasal dari media oleh dinding ember plastik tidak terjadi karena dinding wadah tersebut tidak berpori. Namun, tidak berporinya wadah plastik menyebabkan rataan suhu media cenderung tinggi. Penyerapan panas akibat proses pembusukan yang terjadi di dalam ember plastik juga menjadi terhambat dan media pun menjadi semakin panas. Mortalitas cacing tanah pada tiap jenis wadah tidak berbeda secara nyata (P=0.0582). Hal ini disebabkan suhu media yang terjadi selama pengamatan masih dalam kisaran suhu media optimum bagi hidup cacing tanah yakni sebesar o C (Sihombing 2002). Bobot tubuh cacing tanah pada tiap jenis wadah juga tidak berbeda secara nyata (P=0.5952). Menurut Edward dan Lofty (1972) penurunan dan kenaikan bobot tubuh cacing tanah dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti: suhu, kepadatan cacing tanah, nutrisi, kelembaban, dan faktor lainnya.

15 6 Penggunaan bedding sangat penting bagi hidup cacing tanah dalam pengolahan sampah organik dapur. Bedding berfungsi sebagai tempat tinggal dan sumber makanan. Selain itu, bedding juga berfungsi agar cacing tidak terkena cahaya secara langsung. Seluruh tubuh cacing tersebar sel-sel fotosensitif sehingga sangat peka terhadap cahaya terutama sinar ultraviolet (Lee 1985). Bedding dapat berasal dari berbagai jenis bahan, diantaranya dapat berasal dari sobekan kertas koran, serutan gergaji, kotoran hewan, sekam, serta bahan lain yang mengandung bahan organik (Catalan 1981). Dominguez dan Edward (2004) menyatakan bahwa campuran media menggunakan kertas akan mempercepat produksi kokon. Kertas juga cenderung lebih banyak dimiliki oleh masyarakat khususnya di lingkungan perkotaan. Kertas menurut data dari Dinas Kebersihan Kota Bogor (2001) merupakan komposisi sampah terbanyak setelah sampah organik sebesar 12.17%. Berdasarkan pengamatan, permukaan dari kertas juga lebih halus dan cepat menyerap air bila dibandingkan dengan serutan gergaji. Penyusutan media yang terjadi diakhir pengamatan dianggap salah satu parameter yang menunjukkan adanya aktifitas makan oleh cacing tanah dan mikroorganisme lainnya (Roslim 1994). Sampah merupakan bahan media yang terdekomposisi oleh cacing tanah tertinggi dibandingkan kertas dan tanah. Hasil ini menunjukkan bahwa cacing tanah khususnya Eisenia foetida mampu mendekomposisi sampah organik. Menurut Blakemore (1995) dan Dominguez & Edwards (2004) Eisenia foetida merupakan jenis cacing tanah yang mampu mendekomposisikan sampah lebih cepat dibandingkan spesies lainnya. Namun analisis statistik menunjukkan bahwa perbedaan jenis wadah tidak mempengaruhi kecepatan dekomposisi sampah, kertas dan tanah yang dicerna oleh cacing tanah. Berdasarkan hasil pengamatan saat pemanenan, kascing yang dihasilkan tidak berbau, berwarna coklat kehitaman dan berbentuk partikel-partikel kecil yang remah dan seragam. Rataan kadar C/N rasio tiap jenis wadah berkisar antara dan ph kascing Nilai ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh oleh Mashur et al (2001) sebesar Kadar C/N rasio maksimal yang ditetapkan oleh Tim Pemantau Pupuk Organik Alternatif NTB adalah 15 (Sembiring 1999 dalam Mashur et al 2001). Perbedaan kadar C/N rasio yang tinggi berdasarkan pengamatan diasumsikan akibat jenis bedding yang berbeda. Menurut Gaddie dan Douglas (1977) dalam Roslim (1994) kandungan unsur atau mineral kascing tergantung dari spesies cacing tanah yang menghasilkannya, bahan makanan, dan umur kascing sejak dihasilkan. Proses pemisahan kascing dan media lainnya secara manual pada saat pemanenan juga kurang sempurna. Bercampurnya kascing dengan remahan kertas, tanah dan sampah memerlukan ketelitian yang tinggi pada saat pemisahannya. SIMPULAN Perbedaan jenis wadah tidak berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah sampah yang terdekomposisi dan bobot kascing yang dihasilkan. Perbedaan jenis wadah hanya berpengaruh terhadap rataan produksi kokon (P=0.0052). Bakul merupakan jenis wadah yang menghasilkan rataan jumlah kokon tertinggi yakni, 1.92 butir per cacing per 30 hari. SARAN Semua jenis wadah (bakul, ember plastik dan pot tanah liat) dapat digunakan sebagai wadah sarang cacing tanah karena tidak berpengaruh terhadap kecepatan dekomposisi sampah. Namun apabila dilihat dari segi ekonomi, ember plastik cenderung memiliki tingkat keawetan yang lebih tahan lama bila dibandingkan dengan jenis wadah lainnya. Bedding sangat baik bila ditambahkan kotoran ternak untuk meningkatkan produktivitas cacing tanah. Kotoran ternak dapat diolah terlebih dahulu menjadi bubuk kering sehingga tidak diketahui lagi bentuk dan bau aslinya apabila akan diterapkan ke masyarakat. Ulangan dalam percobaan harus lebih banyak. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, sehingga dapat dibandingkan dengan penelitianpenelitian sebelumnya. DAFTAR PUSTAKA Catalan. GI Earthworm a New Source of Protein. Philippine Earthworm Center. Sanjuan. Metro Manila, Philippines.

16 7 Dickerson GW Vermicomposting. Cooperative Extention Service. New Mexico State University. Dominguez J, Edwards CA Vermicomposting Organic Waste: A Review dalam Hanna S and Mikhail WZ, editor. Soil Zoologi For Sustainable Development In The 21st Century. Cairo. Dominguez J, Edwards CA and Subler S A Comparison Of Vermicomposting And Composting. BioCycle. page Edward CA, Lofty JR Biology of Earthworm. London: Champman and Hall, ltd. Gaddie SRRE, Douglas DE Earthworms for Ecology and Profit. Volume I,II. Bookworms Publishing Company. California dalam Roslim DI Cacing Tanah Pheretima sp. dan Eisenia foetida Sebagai Penghasil Pupuk Kasting. Skripsi. Jurusan Biologi. Institut Pertanian Bogor. Garg VK, Chand S, Chhillar A, Yadav A Growth and Reproduction of Eisenia foetida In Various Animal Wastes During Vermicomposting. Applied Ecology and Environmental Research 3(2): Jumiono A Prospek Pendirian Industri Vermikompos Berbahan Baku Sampah Kota (Studi kasus di Kota Bogor) [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Keraf AS Etika Lingkungan. Penerbit Buku Kompas, Jakarta. Lee KE Earthworms Their Ecology and Relationships With Soils and Land Use. CSIRO Division of Soils Adelaide. Academic Press (Harcourt Brace Jovanovich Publishers) Sydney Orlando San Diego New York London Toronto Montreal Tokyo. Marsh L Composting Your Organic Kitchen Wastes With Worms. Biological System Engineering. Virginia Cooperative Extention. Mashur, Djajakirana G, Muladno, Sihombing DTH Kajian Perbaikan Teknologi Budidaya Cacing Tanah E. foetida Savigny untuk Meningkatkan Produksi Biomassa dan Kualitas Eksmecat dengan Memanfaatkan Limbah Organik Sebagai Media. Med.Pet. Vol 24 No.1 Minnich J The Earthworm Book. Rodale Press Emmaus, PA. USA dalam Permata D Reproduksi Cacing Tanah (E. foetida) dengan Memanfaatkan Daun dan Pelepah Kimpul (X. sagittifolium) Pada Media Kotoran Sapi Perah. Skripsi. Program Studi Produksi Ternak. Institut Pertanian Bogor. Riggle D, Holmes H New Horizons for Comercial Vermiculture. BioCycle. Roslim DI Cacing Tanah Pheretima sp. dan Eisenia foetida Sebagai Penghasil Pupuk Kascing. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas MIPA. Institut Pertanian Bogor. Sihombing DTH Satwa Harapan l. Pengantar Ilmu dan Teknologi Budidaya. Pustaka Wirausaha Mandiri, Bogor. Sulastri Uji Lengos Cacing Tanah untuk Mendeteksi Imidakloprid pada Ekosistem Terestrial. Skripsi. Departemen Biologi. Institut Pertanian Bogor.

17 LAMPIRAN 8

18 9 Lampiran 1 Data rataan suhu harian media per 30 hari ( o C) JENIS ULANGAN STANDAR RATAAN WADAH DEVIASI Bakul Ember ,025 Pot ,065 Lampiran 2 Data rataan bobot tubuh (gram) per cacing tanah per 30 hari ULANGAN STANDAR JENIS RATAAN DEVIASI WADAH awal akhir awal akhir awal akhir awal akhir awal akhir Bakul Ember Pot Lampiran 3 Data rataan jumlah akhir cacing tanah (ekor) JENIS ULANGAN STANDAR RATAAN WADAH DEVIASI Bakul Ember Pot Lampiran 4 Data rataan produksi kokon (butir) per cacing per 30 hari JENIS ULANGAN STANDAR RATAAN WADAH DEVIASI Bakul Ember Pot Lampiran 5 Data rataan produksi kascing (gram) per cacing per 30 hari JENIS ULANGAN STANDAR RATAAN WADAH DEVIASI Bakul Ember Pot Lampiran 6 Data rataan bobot tanah yang dicerna (gram) per cacing per 30 hari JENIS ULANGAN STANDAR RATAAN WADAH DEVIASI Bakul Ember Pot

19 10 Lampiran 7 Data rataan bobot kertas yang didekomposisi (gram) per cacing per 30 hari JENIS ULANGAN STANDAR RATAAN WADAH DEVIASI Bakul Ember Pot Lampiran 8 Data rataan bobot sampah yang didekomposisi (gram) per cacing per 30 hari JENIS ULANGAN STANDAR RATAAN WADAH DEVIASI Bakul Ember Pot Lampiran 9 Analisis sidik ragam bobot tubuh per cacing tanah per 30 hari Class Level Information Class Levels Values JENIS 3 BAKUL EMBER POT ULANGAN Number of observations in data set = 9 Dependent Variable: BA_CNG (Bobot Akhir Tubuh Cacing) Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F JENIS Error Corrected Total R-Square C.V. Root MSE BA_CNG Mean Duncan's Multiple Range Test for variable: BA_CNG Alpha= 0.05 df= 6 MSE= Number of Means 2 3 Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N JENIS A EMBER A BAKUL A POT

20 11 Lampiran 10 Analisis sidik ragam jumlah akhir cacing tanah Class Level Information Class Levels Values JENIS 3 BAKUL EMBER POT ULANGAN Number of observations in data set = 9 Dependent Variable: JA_CNG (Jumlah Akhir Cacing) Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F JENIS Error Corrected Total R-Square C.V. Root MSE JA_CNG Mean Duncan's Multiple Range Test for variable: JA_CNG Alpha= 0.05 df= 6 MSE= Number of Means 2 3 Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N JENIS A BAKUL A EMBER A POT Lampiran 11 Analisis sidik ragam produksi kokon per cacing per 30 hari Class Level Information Class Levels Values JENIS 3 BAKUL EMBER POT ULANGAN Number of observations in data set = 9 Dependent Variable: JM_KOKON (Jumlah Kokon) Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F JENIS Error Corrected Total

21 12 R-Square C.V. Root MSE JM_KOKON Mean Duncan's Multiple Range Test for variable: JM_KOKON Alpha= 0.05 df= 6 MSE= Number of Means 2 3 Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N JENIS A BAKUL B POT B EMBER Lampiran 12 Analisis sidik ragam produksi kascing per cacing per 30 hari Class Level Information Class Levels Values JENIS 3 BAKUL EMBER POT ULANGAN Number of observations in data set = 9 Dependent Variable: BKSC (Bobot Kascing) Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F JENIS Error Corrected Total R-Square C.V. Root MSE BKSC Mean Duncan's Multiple Range Test for variable: BKSC Alpha= 0.05 df= 6 MSE= Number of Means 2 3 Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N JENIS A POT A BAKUL A EMBER

22 13 Lampiran 13 Analisis sidik ragam bobot tanah yang dicerna per cacing per 30 hari Class Level Information Class Levels Values JENIS 3 BAKUL EMBER POT ULANGAN Number of observations in data set = 9 Dependent Variable: BTNH (Bobot Tanah) Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F JENIS Error Corrected Total R-Square C.V. Root MSE BTNH Mean Duncan's Multiple Range Test for variable: BTNH Alpha= 0.05 df= 6 MSE= Number of Means 2 3 Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N JENIS A POT A BAKUL A EMBER Lampiran 14 Analisis sidik ragam bobot kertas yang didekomposisi per cacing per 30 hari Class Level Information Class Levels Values JENIS 3 BAKUL EMBER POT ULANGAN Number of observations in data set = 9 Dependent Variable: BKTS (Bobot Kertas) Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F JENIS Error Corrected Total

23 14 R-Square C.V. Root MSE BKTS Mean Duncan's Multiple Range Test for variable: BKTS Alpha= 0.05 df= 6 MSE= Number of Means 2 3 Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N JENIS A BAKUL A POT A EMBER Lampiran 15 Analisis sidik ragam sampah yang didekomposisi (gram) per cacing per 30 hari Class Level Information Class Levels Values JENIS 3 BAKUL EMBER POT ULANGAN Number of observations in data set = 9 Dependent Variable: BKSPH (Bobot Sampah) Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F JENIS Error Corrected Total R-Square C.V. Root MSE BKSPH Mean Duncan's Multiple Range Test for variable: BKSPH Alpha= 0.05 df= 6 MSE= Number of Means 2 3 Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N JENIS A POT A EMBER A BAKUL

Lampiran 1. Skema pengolahan limbah sayuran. Sayuran dikumpulkan, dipilah dan dicuci dengan air. Ditiriskan menggunakan jaring

Lampiran 1. Skema pengolahan limbah sayuran. Sayuran dikumpulkan, dipilah dan dicuci dengan air. Ditiriskan menggunakan jaring 33 Lampiran 1. Skema pengolahan limbah sayuran Sayuran dikumpulkan, dipilah dan dicuci dengan air Ditiriskan menggunakan jaring Dicacah dan diangin-anginkan dilapangan terbuka Dikeringkan sampai kadar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pertambahan bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pengambilan data pertambahan biomassa cacing tanah dilakukan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN TIGA SPESIES CACING TANAH AKIBAT PENYIRAMAN AIR DAN PENGAPURAN YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN TIGA SPESIES CACING TANAH AKIBAT PENYIRAMAN AIR DAN PENGAPURAN YANG BERBEDA ISSN 1411 0067 Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 8, No. 1, 2006, Hlm. 69-75 69 PERTUMBUHAN TIGA SPESIES CACING TANAH AKIBAT PENYIRAMAN AIR DAN PENGAPURAN YANG BERBEDA GROWTH OF THREE EARTHWORM

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

1. Water Holding Capacity (WHC) (Modifikasi Agvise Laboratories). 2. Ammonia Holding Capacity (AHC) (Modifikasi Nurcahyani 2010).

1. Water Holding Capacity (WHC) (Modifikasi Agvise Laboratories). 2. Ammonia Holding Capacity (AHC) (Modifikasi Nurcahyani 2010). LAMPIRAN 47 Lampiran 1. Metode Analisis Proksimat 1. Water Holding Capacity (WHC) (Modifikasi Agvise Laboratories). Pengujian WHC dilakukan dengan mengurangi berat bahan setelah ditambahkan air dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah beban pencemaran yang melampaui daya dukung lingkungan. Pencemaran di Indonesia telah menunjukan

Lebih terperinci

PERFORMA REPRODUKSI CACING TANAH Lumbricus rubellus YANG MENDAPAT PAKAN SISA MAKANAN DARI WARUNG TEGAL

PERFORMA REPRODUKSI CACING TANAH Lumbricus rubellus YANG MENDAPAT PAKAN SISA MAKANAN DARI WARUNG TEGAL PERFORMA REPRODUKSI CACING TANAH Lumbricus rubellus YANG MENDAPAT PAKAN SISA MAKANAN DARI WARUNG TEGAL SKRIPSI ENHA DIKA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 5 kelompok perlakuan yaitu, 1 kelompok perlakuan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 5 kelompok perlakuan yaitu, 1 kelompok perlakuan dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen yang terdiri dari 5 kelompok perlakuan yaitu, 1 kelompok perlakuan dengan median onggok aren, 1 kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman

BAB I PENDAHULUAN. kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Limbah organik adalah limbah yang berasal dari makhluk hidup seperti kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman dan lain-lain. Limbah

Lebih terperinci

Kualitas Eksmecat dari Beberapa Spesies Cacing Tanah pada Tingkat Penyiraman dan Pengapuran yang Berbeda

Kualitas Eksmecat dari Beberapa Spesies Cacing Tanah pada Tingkat Penyiraman dan Pengapuran yang Berbeda ISSN 1978 3000 Kualitas Eksmecat dari Beberapa Spesies Cacing Tanah pada Tingkat Penyiraman dan Pengapuran yang Berbeda The Quality of Casting of Three Earthworm Species at Different Watering and Lime

Lebih terperinci

, seperti castingnya yang berguna dalam menyuburkan

, seperti castingnya yang berguna dalam menyuburkan RINGKASAN Rini Dyah Permini. Pengomposan Berbagai Limbah Organik dengan Menggunakan Cacing Tanah. (Dibawah bimbingan Iswandi Anas dan Rahayu Widyastuti). Adanya pencemaran lingkungan oleh limbah-limbah,

Lebih terperinci

BAB 2. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP 1 FAKTOR

BAB 2. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP 1 FAKTOR BAB 2. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP 1 FAKTOR Rancangan Acak Lengkap (RAL) merupakan rancangan yang paling sederhana dibanding rancangan lainnya. Penggunaan RAL di berbagai bidang penelitian telah banyak

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Lebih terperinci

Pengaruh Nisbah C/N Campuran Awal...Kabul Ibrahim

Pengaruh Nisbah C/N Campuran Awal...Kabul Ibrahim PENGARUH NISBAH C/N CAMPURAN AWAL FESES SAPI POTONG DAN JERAMI PADI TERHADAP BIOMASSA CACING TANAH DAN BIOMASSA KASCING HASIL VERMICOMPOSTING RESIDU PUPUK ORGANIK CAIR THE INFLUENCE OF INITIAL C/N RATIO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pupuk Bokasi adalah pupuk kompos yang diberi aktivator. Aktivator yang digunakan adalah Effective Microorganism 4. EM 4 yang dikembangkan Indonesia pada umumnya

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN

III. TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green House untuk melakukan fermentasi dari urin kelinci dan pengomposan azolla, dilanjutkan dengan pengaplikasian pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kerbau dan Sapi di Indonesia Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak kerbau tersebar merata di seluruh pulau di Indonesia dengan

Lebih terperinci

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu: 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapang pada bulan Februari hingga Desember 2006 di Desa Senyawan, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 3). Analisis

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. adalah sebagai berikut :

V. SIMPULAN DAN SARAN. adalah sebagai berikut : V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan adalah sebagai berikut : 1. Kualitas vermikompos yang dihasilkan dalam berbagai kombinasi adalah sebagai

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN HASIL KONVERSI DARI ANALISIS LABORATORIUM No bahan berat segar(gr/plot) produksi bs(ton/ha/tahun) %air total %BK LK SK PK 1 A1B0U1 1097,48 131,6976 76,84 23,16 2,83 43,39 17,55 2 A1B0U2 1094,48

Lebih terperinci

BAB 4. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP DUA FAKTOR

BAB 4. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP DUA FAKTOR BAB 4. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP DUA FAKTOR Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) umumnya dipakai pada kondisi lingkungan yang homogen diantaranya

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) Antonius Hermawan Permana dan Rizki Satria Hirasmawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Kombinasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Onggok Aren terhadap Pertumbuhan Cacing Eisenia foetida Salah satu indikator untuk

Lebih terperinci

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan maupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai.

Lebih terperinci

BAB 3 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK 1 FAKTOR

BAB 3 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK 1 FAKTOR BAB 3 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK 1 FAKTOR Rancangan Acak Kelompok atau biasa disingkat RAK digunakan jika kondisi unit percobaan yang digunakan tidak homogen. Dalam rancangan ini, petakan percobaan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. feses sapi dan feses kerbau dilaksanakan dari bulan Desember 2013 sampai

BAB III MATERI DAN METODE. feses sapi dan feses kerbau dilaksanakan dari bulan Desember 2013 sampai 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai perbandingan kualitas vermikompos yang dihasilkan dari feses sapi dan feses kerbau dilaksanakan dari bulan Desember 2013 sampai Januari 2014 di daerah Kramas,

Lebih terperinci

PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGBIAKAN CACING TANAH

PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGBIAKAN CACING TANAH PENGARUH PEMBERIAN AMPAS TAHU DAN KULIT PISANG KEPOK Musa acuminata SEBAGAI PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGBIAKAN CACING TANAH Lumbricus rubellus THE EFFECT OF TOFU WASTE AND KEPOK Musa acuminata

Lebih terperinci

BAB III METODE. 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring,

BAB III METODE. 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring, BAB III METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Magelang dan Laboratorium FMIPA

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Greenhouse) Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kecamatan Kasihan,

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan Green House

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan Green House III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus) SEBAGAI AKTIVATOR TERHADAP BENTUK FISIK DAN HARA VERMIKOMPOS DARI FESES SAPI BALI SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus) SEBAGAI AKTIVATOR TERHADAP BENTUK FISIK DAN HARA VERMIKOMPOS DARI FESES SAPI BALI SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus) SEBAGAI AKTIVATOR TERHADAP BENTUK FISIK DAN HARA VERMIKOMPOS DARI FESES SAPI BALI SKRIPSI RITA WAHYUNI E10013162 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015. 21 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015. Tempat yang digunakan yaitu di tempat peneliti di desa Pacing, Kecamatan

Lebih terperinci

Pembuatan Kompos - - Yogyakarta, 30 Mei 2008

Pembuatan Kompos - - Yogyakarta, 30 Mei 2008 Pembuatan Kompos Yogyakarta, 30 Mei 2008 Drs. Iqmal Tahir, M.Si Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Sekip Utara Yogyakarta 55281 - - - Bahan baku Pada dasarnya bahan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisa proksimat serbuk daun dan ranting jarak pagar kering. diulangi hingga diperoleh bobot tetap.

Lampiran 1. Prosedur analisa proksimat serbuk daun dan ranting jarak pagar kering. diulangi hingga diperoleh bobot tetap. LAMPIRAN 53 Lampiran 1. Prosedur analisa proksimat serbuk daun dan ranting jarak pagar kering a. Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 2-5 g sampel serbuk kering dimasukkan ke dalam cawan aluminium yang

Lebih terperinci

STUDY POTENSI DAN PEMANFAATAN CACING TANAH UNTUK PAKAN UNGGAS

STUDY POTENSI DAN PEMANFAATAN CACING TANAH UNTUK PAKAN UNGGAS STUDY POTENSI DAN PEMANFAATAN CACING TANAH UNTUK PAKAN UNGGAS (Study of Potensial and Using of Earthworms for Poultry Feed) R. H. MATONDANG, P. P. KETAREN, H. RESNAWATI dan A. NATAAMIJAYA Balai Penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai pada bulan April 2010 sampai bulan Maret 2011 yang dilakukan di University Farm Cikabayan, Institut Pertanian Bogor untuk kegiatan pengomposan,

Lebih terperinci

VERMIKOMPOS A. Pengertian Vermikompos B. Keunggulan Vermikompos

VERMIKOMPOS A. Pengertian Vermikompos B. Keunggulan Vermikompos VERMIKOMPOS A. Pengertian Vermikompos Salah satu cara untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman dan sekaligus menjaga ketersediaan unsur hara di dalam tanah, petani selalu menggunakan pupuk. Pada mulanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah true experiment atau eksperimen murni dengan desain yaitu post test with control group desain. T0 V 1 T 1 T0 V 2

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan selama bulan November 2016-Februari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD

PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD SKRIPSI RISNA HAIRANI SITOMPUL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI PETERNAKAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Laboratorium Daya Alat dan Mesin Pertanian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia adalah kebutuhan akan pangan. Seiring meningkatnya permintaan masyarakat akan pemenuhan pangan, maka banyak industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup atau makhluk hidup yang telah mati, meliputi kotoran hewan, seresah, sampah, dan berbagai produk

Lebih terperinci

Lampiran I. Bagan Penelitian Menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) Vol. Volll. Vol! Villi. V,ll. Villi. Vdll V.I. Keterangan : Vi V2V3V4V5

Lampiran I. Bagan Penelitian Menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) Vol. Volll. Vol! Villi. V,ll. Villi. Vdll V.I. Keterangan : Vi V2V3V4V5 33 Lampiran I. Bagan Penelitian Menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) Vol Vol! Volll Villi V21 V2III V4 V4III V2II V,ll Villi V.I V31I Vdll Keterangan : Vi V2V3V4V5 = Perlakuan berbagai bahan dasar pembuatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN CACING Pontoscolex corethrurus PADA MEDIA KULTUR DENGAN BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK DAN TEKSTUR TANAH SKRIPSI OLEH :

PERKEMBANGAN CACING Pontoscolex corethrurus PADA MEDIA KULTUR DENGAN BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK DAN TEKSTUR TANAH SKRIPSI OLEH : PERKEMBANGAN CACING Pontoscolex corethrurus PADA MEDIA KULTUR DENGAN BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK DAN TEKSTUR TANAH SKRIPSI OLEH : ANDI 120301004 Ilmu Tanah PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang bertempat di Lapangan (Green House) dan Laboratorium Tanah Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan selama dua bulan pada bulan Maret 2011 sampai dengan April 2011 di Laboratorium Pengelolaan Limbah Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah beban pencemaran yang melampaui daya dukung lingkungan. Pencemaran di Indonesia telah menunjukkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Ampas Tahu sebagai Campuran Pakan terhadap Pertumbuhan Cacing Tanah Pheretima sp

Pengaruh Pemberian Ampas Tahu sebagai Campuran Pakan terhadap Pertumbuhan Cacing Tanah Pheretima sp Pengaruh Pemberian Ampas Tahu sebagai Campuran Pakan terhadap Pertumbuhan Cacing Tanah Pheretima sp The Effect of Providing Tofu Waste as Feed Additive on Growth of Earthworm Pheretima sp B. Brata, A.

Lebih terperinci

AKTIVITAS UREASE DAN FOSFOMONOESTERASE ASAM, SERTA PRODUKTIVITAS KACANG TANAH DENGAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KURTADJI TOMO

AKTIVITAS UREASE DAN FOSFOMONOESTERASE ASAM, SERTA PRODUKTIVITAS KACANG TANAH DENGAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KURTADJI TOMO AKTIVITAS UREASE DAN FOSFOMONOESTERASE ASAM, SERTA PRODUKTIVITAS KACANG TANAH DENGAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KURTADJI TOMO PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai Mei 2008. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

BAB 5. APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK DUA FAKTOR

BAB 5. APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK DUA FAKTOR A 5. APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK DUA FAKTOR Dalam percobaan faktorial, pengaruh dua faktor atau lebih diselidiki secara bersama-sama. Apabila pengaruh suatu faktor diperkirakan akan berubah menurut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE 10 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Instalasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor, pada bulan Januari sampai April 2008. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 220 m di

Lebih terperinci

Respon Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Pada Media Yang Menggunakan Vermikompos Limbah Budidaya Jamur Merang * Oleh : Suhartini **

Respon Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Pada Media Yang Menggunakan Vermikompos Limbah Budidaya Jamur Merang * Oleh : Suhartini ** Respon Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Pada Media Yang Menggunakan Vermikompos Limbah Budidaya Jamur Merang * Oleh : Suhartini ** ABSTRAK Penelitian ini bertujuan: 1) untuk mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN PROTEIN KASAR RANSUM YANG MENGANDUNG TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR

KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN PROTEIN KASAR RANSUM YANG MENGANDUNG TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN PROTEIN KASAR RANSUM YANG MENGANDUNG TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR (Butis amboinensis) SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG IKAN PADA BROILER SKRIPSI Oleh : RAHMAYANTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memudahkan hewan tanah khususnya cacing untuk hidup di. sebagai pakan ayam dan itik. Para peternak ikan juga memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memudahkan hewan tanah khususnya cacing untuk hidup di. sebagai pakan ayam dan itik. Para peternak ikan juga memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dengan iklim tropik basahnya memberikan keuntungan terhadap kesuburan tanah. Beraneka ragam jenis tumbuhan dapat ditanami. Adanya hujan menyebabkan tanah tidak

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B. III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan milik Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di laboratorium. Pengamatan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 7 APLIKASI RANCANGAN PETAK TERPISAH

BAB 7 APLIKASI RANCANGAN PETAK TERPISAH BAB 7 APLIKASI RANCANGAN PETAK TERPISAH Rancangan split plot design atau dalam bahasa Indonesia disebut Rancangan Petak Terpisah atau Rancangan Petak Terbagi (RPT) merupakan jenis percobaan faktorial (lebih

Lebih terperinci

Pengaruh Nisbah C/N Campuran Feses Itik Dan Serbuk Gergaji (Albizzia falcata) Terhadap Biomassa Cacing Tanah Lumbricuss rubellus

Pengaruh Nisbah C/N Campuran Feses Itik Dan Serbuk Gergaji (Albizzia falcata) Terhadap Biomassa Cacing Tanah Lumbricuss rubellus Pengaruh Nisbah C/N Campuran Feses Itik Dan Serbuk Gergaji (Albizzia falcata) Terhadap Biomassa Cacing Tanah Lumbricuss rubellus Oki Imanudin, Tb. Benito A. Kurnani, Siti Wahyuni. Pascasarjana Ilmu Peternakan

Lebih terperinci

BAB 6 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK TIGA FAKTOR

BAB 6 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK TIGA FAKTOR BAB 6 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK TIGA FAKTOR Pada bab sebelumnya telah dibahas aplikasi rancangan acak kelompok satu faktor dan dua faktor. Bab ini akan membahas aplikasi SPSS dan SAS untuk analisis

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN Oleh: Siti Marwati Jurusan Penidikan Kimia FMIPA UNY siti_marwati@uny.ac.id Pendahuluan Disadari atau tidak,

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian UMY. B. Bahan dan Alat Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN Pangasius hypophthalmus UKURAN 1 INCI UP (3 CM) DALAM SISTEM RESIRKULASI FHEBY IRLIYANDI SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENYERAPAN Ca DAN P, KADAR AIR DAN KANDUNGAN AMONIA MANUR AYAM PETELUR DENGAN RANSUM BERZEOLIT DAN RENDAH Ca SKRIPSI SUSILAWATI

EFEKTIVITAS PENYERAPAN Ca DAN P, KADAR AIR DAN KANDUNGAN AMONIA MANUR AYAM PETELUR DENGAN RANSUM BERZEOLIT DAN RENDAH Ca SKRIPSI SUSILAWATI EFEKTIVITAS PENYERAPAN Ca DAN P, KADAR AIR DAN KANDUNGAN AMONIA MANUR AYAM PETELUR DENGAN RANSUM BERZEOLIT DAN RENDAH Ca SKRIPSI SUSILAWATI PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan lingkungan hidup tidak bisa dipisahkan dari sebuah pembangunan. Angka pertumbuhan penduduk dan pembangunan kota yang makin meningkat drastis akan berdampak

Lebih terperinci

PENAMBAHAN DAUN KATUK

PENAMBAHAN DAUN KATUK PENAMBAHAN DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr) DALAM RANSUM PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT REPRODUKSI DAN PRODUKSI AIR SUSU MENCIT PUTIH (Mus musculus albinus) ARINDHINI D14103016 Skripsi ini merupakan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN AMPAS SAGU FERMENTASI DAN NON FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARKAS AYAM KAMPUNG (Gallus domesticus) UMUR 12 MINGGU

PEMANFAATAN AMPAS SAGU FERMENTASI DAN NON FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARKAS AYAM KAMPUNG (Gallus domesticus) UMUR 12 MINGGU PEMANFAATAN AMPAS SAGU FERMENTASI DAN NON FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARKAS AYAM KAMPUNG (Gallus domesticus) UMUR 12 MINGGU SKRIPSI OLEH FERBINA MALEMTA GINTING 100306026 PROGRAM STUDI PETERNAKAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH RUMPUT LAUT (Sargassum polycystum) SEBAGAI BAHAN PUPUK CAIR UNTUK SAWI ( Brassica juncea L. ) ORGANIK PADA TANAH ULTISOL

PEMANFAATAN LIMBAH RUMPUT LAUT (Sargassum polycystum) SEBAGAI BAHAN PUPUK CAIR UNTUK SAWI ( Brassica juncea L. ) ORGANIK PADA TANAH ULTISOL PEMANFAATAN LIMBAH RUMPUT LAUT (Sargassum polycystum) SEBAGAI BAHAN PUPUK CAIR UNTUK SAWI ( Brassica juncea L. ) ORGANIK PADA TANAH ULTISOL S K R I P S I OLEH: HAFSAH WINDA NST 080303004 AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN PENDAHULUAN Tanah yang terlalu sering di gunakan dalam jangka waktu yang panjang dapat mengakibatkan persediaan unsur hara di dalamnya semakin berkurang, oleh karena itu pemupukan merupakan suatu keharusan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidroponik Hidroponik merupakan cara budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak keuntungan seperti: 1)

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR (Kaempferia galanga Linn) PADA RANSUM AYAM BROILER RENDAH ENERGI DAN PROTEIN TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER, KADAR KOLESTROL, PERSENTASE HATI DAN BURSA FABRISIUS SKRIPSI

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sketsa lokasi tambak penelitian

Lampiran 1. Sketsa lokasi tambak penelitian Lampiran 1. Sketsa lokasi tambak penelitian 58 59 Lampiran 2. Data bobot basah (gr) pada masing-masing perlakuan Bobot Jarak Tanam Ulangan Minggu Ke- 0 7 14 21 28 35 42 50 gr 20 cm 1 50 85 105 145 150

Lebih terperinci

Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Kompos

Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Kompos Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Yuli Astuti Hidayati, Eulis Tanti Marlina, Tb.Benito A.K, Ellin Harlia 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEWIRAUSAHAAN

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEWIRAUSAHAAN LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEWIRAUSAHAAN VERMIKOMPOS PENGHASIL BIOMASSA CACING TANAH (Lumbricus rubellus) DAN CACING KALUNG SERTA KOMPOS DENGAN METODE BUDIDAYA EFEKTIF BIDANG KEGIATAN:

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BROODER DENGAN BERBAGAI JENIS ENERGI PADA PEMELIHARAAN AYAM KAMPUNG FASE STARTER

PENGGUNAAN BROODER DENGAN BERBAGAI JENIS ENERGI PADA PEMELIHARAAN AYAM KAMPUNG FASE STARTER PENGGUNAAN BROODER DENGAN BERBAGAI JENIS ENERGI PADA PEMELIHARAAN AYAM KAMPUNG FASE STARTER SKRIPSI Oleh : RIDO HIDAYAT 120306044 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara jumlah sampah yang dihasilkan dengan sampah yang diolah tidak seimbang. Sampah merupakan

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Febuari 2016 di Screen house Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarata.

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil determinasi tanaman alpukat. lxiv

Lampiran 1 Hasil determinasi tanaman alpukat. lxiv LAMPIRAN lxiii Lampiran 1 Hasil determinasi tanaman alpukat lxiv lxv Lampiran 2 Analisa statistik urea serum Urea Serum (mg/dl) Class Level Information Class Levels Values kelompok 4 Dosis10% Dosis5% Induksi

Lebih terperinci

Tata Cara penelitian

Tata Cara penelitian III. Tata Cara penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Lahan Percobaan, Labaratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium pengolahan limbah Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan di Laboratorium

Lebih terperinci

The Effects of Variety of Media Added on Kaur Cattle Feces Fed Setaria Grass and Palm Leaves on Biomass and Vermicompost of Worm

The Effects of Variety of Media Added on Kaur Cattle Feces Fed Setaria Grass and Palm Leaves on Biomass and Vermicompost of Worm Pengaruh Beberapa Campuran Media pada Feses Sapi Kaur yang Diberi Pakan Rumput Setaria dan Pelepah Sawit terhadap Biomassa dan Kualitas Vermikompos Cacing Tanah Pheretima sp The Effects of Variety of Media

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI SKRIPSI Ajeng Widayanti PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH SAYUR FERMENTASI TERHADAP PERSENTASE KARKAS PADA DOMBA LOKAL

PEMANFAATAN LIMBAH SAYUR FERMENTASI TERHADAP PERSENTASE KARKAS PADA DOMBA LOKAL PEMANFAATAN LIMBAH SAYUR FERMENTASI TERHADAP PERSENTASE KARKAS PADA DOMBA LOKAL SKRIPSI Oleh : IDAMAYANTI DAMANIK 120306012 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016 PEMANFAATAN

Lebih terperinci

Kata kunci: jerami padi, kotoran ayam, pengomposan, kualitas kompos.

Kata kunci: jerami padi, kotoran ayam, pengomposan, kualitas kompos. I Ketut Merta Atmaja. 1211305001. 2017. Pengaruh Perbandingan Komposisi Jerami dan Kotoran Ayam terhadap Kualitas Pupuk Kompos. Dibawah bimbingan Ir. I Wayan Tika, MP sebagai Pembimbing I dan Prof. Ir.

Lebih terperinci

Biosaintifika 5 (1) (2013) Biosantifika. Berkala Ilmiah Biologi.

Biosaintifika 5 (1) (2013) Biosantifika. Berkala Ilmiah Biologi. Biosaintifika 5 (1) (2013) Biosantifika Berkala Ilmiah Biologi http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosaintifika KARAKTER MORFOLOGI DAN PERTUMBUHAN TIGA JENIS CACING TANAH LOKAL PEKANBARU PADA DUA

Lebih terperinci