KARAKTERISASI ZAT PADAT ANORGANIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARAKTERISASI ZAT PADAT ANORGANIK"

Transkripsi

1

2 ii

3 BAB IV KARAKTERISASI ZAT PADAT ANORGANIK Standard Kompetensi Setelah menyelesaikan matakuliah ini, mahasiswa mampu menganalisis hubungan sifat dan struktur padatan termasuk pembuatan dan karakterisasinya Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa teknik karakterisasi zat padat yang meliputi teknik spektroskopi, mikroskopi dan difraksi Pendahuluan Pertanyaan paling sederhana tentang suatu zat (material) yang biasanya muncul adalah apakah zat tersebut? dan berikutnya adalah bagaimana struktur zat tersebut? Untuk menjawab pertanyaan tersebut seorang (material) chemist dapat melakukan sederetan teknik karakterisasi material. Pertanyaan pertanyaan yang lebih rinci sebagaimana dikemukakan berikut akan muncul pada saat melakukan karakterisasi material: 1) Apakah material tersebut murni? 2) Apakah material tersebut mengandung material baru? 3) Gugus (fungsi) apa saja yang terkandung pada material yang diteliti? 4) Bagaimanakah gugus fungsi tersebut terikat satu dengan lainnya? 5) Bagaimana struktur kristal material yang diteliti? 6) Bagaimana morfologi dari material tersebut? 7) Bagimana sifat-sifat material tersebut misalnya sifat mekanik, magnet dan listrik nya? Langkah-langkah karakterisasi material yang dilakukan bertujuan untuk : 1) Mengetahui apakah sintesis material yang telah dilakukan sudah berhasil ataukah masih perlu dilakukan treatment lebih lanjut 2) Merencanakan tindakan/treatment selanjutnya terhadap material yang telah berhasil di sintesis sebagai contoh mengetahui sifat-sifat materialnya untuk tujuan aplikasi tertentu 1

4 Identifikasi fasa kristal atau amorf Unit sel, geometri Struktur kristal Cacat kristal Struktur permukaan Tekstur polikristalin Analisa Unsur Struktur elektron Jenis Ikatan Pada Tabel 4.1 tercantum berbagai jenis teknik karakterisasi beserta sifat (fisika/kimia) dari materi yang sedang dikaji. Dari table tersebut bisa diketahui bahwa masing-masing teknik sangat spesifik untuk mengkarakterisasi material yang sedang dikaji sehingga untuk mendapatkan informasi terkait dengan material tersebut diperlukan lebih dari satu teknik. Tabel 4.1 Teknik-teknik yang digunakan untuk karakterisasi material (West, 1984) Sifat materi yang diteliti Teknik Karakterisasi Difraksi sinar X Difraksi neutron Mikroskop optic Spektroskopi IR Spektroskopi UV-Vis Spektroskopi NMR, ESR Spektroskopi elektron: XPS, UPS, AES, EELS Spektroskopi sinar X : XRF, AEFS, EXAFS Dasar dari hampir seluruh teknik karakterisasi material/senyawa kimia adalah interaksi antara sumber energi dengan karakter tertentu (foton, elektron, neutron, sinar X, medan magnet, kalor, dsb.) dengan materi yang dikaji. Berdasarkan, jenis sumber energi, model interaksi sinar dengan materi dan respon yang dideteksi setelah interaksi, maka teknik karakterisasi material dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: 1) Teknik Spektroskopi 2) Teknik Mikroskopi 3) Teknik Difraksi 4) Analisa Thermal 2

5 Dalam bab ini akan dibahas beberapa instrument mengani prinsip dan apilkasi untuk masingmasing teknik karakterisasi yang telah dikelompokkan di atas. Teknik Spektroskopi UV-Vis Sebagaimana dijelaskan dalam tabel 4.1 bahwa spectrophotometer UV-Vis dimanfaatkan untuk memperoleh informasi material yang dikaji yang meliputi jenis ikatan, struktur elektronik, analisa unsure dan juga mengetahui adanya cacat kristal sebuah material. Spektrofotometri UV-vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet ( nm) dan sinar tampak ( nm) oleh suatu senyawa. Serapan cahaya UV atau cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Panjang gelombang cahaya UV atau cahaya tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah tampak (senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan dari pada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang lebih pendek. Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis adalah interaksi yang terjadi antara energi yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi yang berupa molekul. Besar energi yang diserap tertentu dan menyebabkan electron tereksitasi dari ground state ke keadaan tereksitasi yang memiliki energi lebih tinggi. Serapan tidak terjadi seketika pada daerah ultraviolet-visible untuk semua struktur elektronik tetapi hanya pada sistem-sistem terkonjugasi, struktur elektronik dengan adanya ikatan dan non bonding elektron. Komponen-komponen dalam instrument UV-Vis meliputi: sumber radiasi, wadah sampel, monokromator, detektor, amplifier dan rekorder. Bagan mengenai komponen utama instrument UV-Vis dan prinsip kerjanya diilustrasikan dalam gambar

6 Gambar 4.1 Skema instrument UV-Vis (Wikipedia, 2014) Spektroskopi UV-Vis telah diterpkan untuk menkaji beberapa material terkait dengan struktur material yang dikaji. Hal ini disebabkan posisi pita absorpsi sensitif terhadap lingkungan koordinasi dan karakter ikatan. Salah satu contoh aplikasi pemanfaatan instrument UV-Vis adalah studi tentang material yang dimanfaatkan sebagai laser. Laser material sering mengandung ion logam transisi sebagai spesies aktif, misalnya laser ruby yang berasal dari material Al 2 O 3 yang ditambahkan sedikit Cr 3+ ; laser gelas neodinium yang terdiri dari gelas material dengan tambahan ion Nd 3+. Informasi mengenai ion Cr 3+, ion Nd 3+ dan lingkungan koordinasinya dalam struktur host-nya bisa diperoleh dari spektra absorpsi UV-Vis. Perilaku laser berasal dari inverse populasi yang mana sejumlah elektron dipromosikan ke tingkat energi yang lebih tinggi. Elektron-elektron tersebut selanjutnya kembali ke tingkat energy yang lebih rendah; pada waktu yang bersamaan, sinar laser akan diemisikan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki informasi detail mengenai tingkat energy yang ada dan transisi elektron yang mungkin (West, 1984). Fourier Transform InfraRed (FTIR) Spektroskopi FTIR merupakan teknik yang umu digunakan untuk analis material. teknik ini merupakan teknik absorpsi yang didasarkan pada vibrasi molekul ketika molekulmolekul tersebut menyerap radiasi infra red. Hanya frekuensi (energy) yang spesifik infra red yang diabsorb oleh molekul untuk meningkatkan amplitudo gerak vibrasi antara ikatan-ik 4

7 atom dalam sebuah molekul. Setiap molekul terdiri dari atom-atom yang berbeda sehingga tidak ada dua senyawa yang memiliki spektra IR yang sama. Oleh karena itu, spektra IR menunjukkan fingerprint (cirri khas) dari sebuah sampel. Diagram instrument FTIR diilustrasikan pada gambar 4.2. Spektra infra red dihasilkan melalui pengumpulan interferogram dari sinyal sampel dengan interferometer yang terdiri dari pemecah sinar (beam splitter), fixed mirror dan moving mirror. Ketika cahaya mengenai beam splitter, beam splitter mentransmisikan dan merefleksikan radiasi ke kaca tetap dan kaca bergerak dalam jumlah yang sama (50%:50%). Setelah mengenai kedua kaca tersebut, sinar direfleksikan kembali ke beam splitter dan selanjutnya bergabung menjadi sinar baru yang kemudian dilewatkan ke sampel. Sampel akan mengabsorbsi panjang gelombang cahaya yang tergabung. Selanjutnya detector merekam energy total pada setiap panjang gelombang atau frekuensi yang telah diabsorb oleh sampel untuk menghasilkan spektra FTIR. Sample Compartment Gambar 4.2 Diagram prinsip kerja instrument FTIR Spektroskopi inframerah berfokus pada radiasi elektromagnetik pada rentang frekuensi cm -1, di mana cm -1 yang dikenal sebagai wavenumber (1/wavelength), yang merupakan ukuran unit untuk frekuensi. Spektra FTIR merupakan plot intensitas (absorbansi atau % transmitansi) sebagai fungsi dari bilangan gelombang atau frekuensi. Sebelum memperoleh spektra akhir, interferogram harus diukur tanpa sampel yang akan memberikan spektra background. Setelah itu, interferometer diukur dengan sampel untuk menghasilkan spektra sampel. 5

8 FTIR digunakan secara langsung untuk identifikasi gugus fungsi khususnya untuk senyawa-senyawa organik. Dalam padatan anorganik, gugus fungsi yang terikat secara kovalen seperti OH, air yang terperangkap dan oxianion karbonat, nitrat, sulfat, dll memberikan signal tajam di IR spektra dimana gerak vibrasi dari gugus-gugus tersebut berada pada frekuensi tinggi, di atas 300 cm -1. Pada frekuensi yang lebih rendah dalam wilayah IR jauh, vibrasi kisi juga mempertajam spektra IR; sebagai contoh alkali halide memberikan pita absorpsi kisi lebar pada wilayah cm-1. Posisi puncak berbanding terbalik dengan massa anion dan kation sebagaimana ditunjukkan pada urutan berikut : LiF (307 cm -1 ), NaF (246 cm -1 ), KF (190 cm -1 ), RbF (156 cm -1 ), CsF (127 cm -1 ); dan LiCl (191 cm -1 ), NaCl (164 cm -1 ), KCl (141 cm -1 ), RbCl (118 cm -1 ), CsCl (99 cm -1 ). Karena padatan anorganik menunjukkan spektra vibrasi yang spesifik, hal ini dimanfaatkan untuk tujuan pengidentifikasian; hal ini sesuai dan cocok untuk identifikasi senyawa-senyawa anorganik. Akan tetapi, untuk senyawa anorganik tidaklah cukup sehingga memerlukan teknik lain seperti XRD agar informasi yang diperoleh lebih lengkap (West, 1984). Teknik Mikroskopi Scanning Electron Microscopy (SEM) SEM merupakan teknik yang secara umum digunakan untuk mempelajari morfologi dan topografi permukaan sampel. Alat ini biasanya dilengkapi dengan energy dispersive X- ray spectroscopy (EDX) untuk memperoleh informasi tentang komposisi unsur-unsur penyusun sampel. Pada prinsipnya, informasi yang diperoleh dari instrument ini adalah signal yang berasal dari emisi elektron sekunder sebagai hasil dari interaksi antara sinar yang menegnai specimen. Elektron sekunder adalah elektron yang dari sampel dan memiliki energy rendah sehingga elektron yang berasal dari permukaan sampel yang mampu mencapai detektor. Elektron sekunder digunakan untuk penggambaran morfologi dan topografi sampel. Alat SEM terdiri dari electron gun, lensa elektromagnetik, scanning coils, pemegang sampel, detector dan perangkat output data. Elektron yang berasal dari electron gun difokuskan ke spot kecil yang berdiameter sekitar 50 sampai 100 Å pada permukaan sampel. Sinar elektron discan-kan secara sistematis ke sampel sebagaimana spot dalam layar TV. Ketika elektron berinteraksi dengan sampel, beberapa mekanisme reaksi pun terjadi. Salah satu kemungkinannya adalah produksi elektron sekunder. Elektron sekunder ini dihasilkan paling banyak karena berada pada wilayah yang dekat sekali dengan permukaan sampel. 6

9 Dalam SEM, elektron-elektron tersebut dimanfaatkan untuk menghasilkan sinyal yang selanjutnya dipantulkan ke secondary electron detector (SED) yang ditempatkan pada sebelah kompartemen sampel (lihat gambar 4.3). Gambar 4.3 Skema peralatan SEM-diambil dari Iowa SEM State-diambil dari Purdue University (Purdue University, 2013) Transmission Electron Microscopy (TEM) TEM merupakan teknik yang sangat cocok untuk karakterisasi objek-objek yang sangat tipis karena resolusi spasialnya sekitar 0.2 nm. Teknik ini memberikan informasi tentang morfologi, ukuran partikel, fase kristal dan struktur kristal sampel. Pada dasarnya, alat ini berkeja sebagaimana mikroskop konvensional kecuali sinar yang digunakan bukanlah cahaya biasa melainkan sinar yang berasal dari elektron. Selanjutnya, agar sampel mampu untuk dianalisa, sampel harus cukup tipis sehingga sinar elektron tersebut mampu menembus sampel. Kemampuan sinar elektron untuk menetrasi sample tipis tersebut karena voltase yang digunakan sekitar kv sehingga mampu mempercepat 7

10 sinar elektron tersebut untuk menembus sampel. Sinar elektron yang mengenai sampel tersebut selanjutnya dapat ditransmisikan dalam bentuk tak terhamburkan (unscattered), terhamburkan secara elastik dan tidak elastik. Dalam hal ini, elektron yang dihamburkan secara elastic lah yang dimanfaatkan untuk menciptakan gambar. Instrument TEM dibangun oleh beberapa komponen yaitu sistem iluminasi, pemegang sampel, lensa objektif dan sistem imaging. Gambar 4.4 Skema peralatan TEM-diambil dari Chin et al (Chin and Wee, c2010). Imaging dalam teknik TEM terdiri dari tiga mekanisme yang memberikan kontras gambar hasil yang berbeda. Ketiga mekanisme itu adalah fase ketebalan massa (massthickness phase), kontras difraksi (diffraction contrast) dan kontras fase (phase-contrast). 8

11 Kontras ketebalan-mass dapat diaplikasikan untuk sampel yang bersifat kristalin maupun amorf. Peningkatan kontras dapat dilakukan melalui perpotongan sinar difraksi dalam back-focal plane lensa objektif dan membiarkan sinar yang ditransmisikan tersebut berkontribusi dalam pembentukan gambar. Jadi, ketika aperture objektif ditempatkan pada sumbu optic, wilayah yang dikaji akan muncul terang jika tidak ada specimen dan sebaliknya, adanya specimen akan memberikan warna gelap. Sistem imaging ini disebut sebagai bright field (BF) image. Kontras difraksi umumnya diamati dalam specimen kristal. Dibandingkan dengan mekanisme kontras yang pertama, kontras imaging ini menyebabkan dark field (DF) image karena hanya sinar yang didifraksi diijinkan untuk melewati objective aperture lensa objektif. Hal ini menyebabkan wilayang observasi yang mengandung specimen akan muncul terang. Kontras fase (phase contrast) diperoleh ketika elektron yang ditransmisikan dalam fase yang berbeda bergabung untuk menghasilkan image. Hal ini bisa dicapai dengan menggunakan objective aperture yang lebih besar atau menghilangkan nya sehingga baik sinar yang ditransmisikan maupun didifraksikan mampu melewati objective aperture dan berjalan sepanjang sumbu optis (Kelsall et al., 2005). Teknik Difraksi X-Ray Diffraction (XRD) Sinar-X ditemukan pertama kali oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun Karena asalnya tidak diketahui waktu itu maka disebut sinar-x. Sinar-X digunakan untuk tujuan pemeriksaan yang tidak merusak pada material maupun manusia. Disamping itu, sinar- X dapat juga digunakan untuk menghasilkan poladifraksi tertentu yang dapat digunakan dalam analisis kualitatif dan kuantitatif material. Pada waktu suatu material dikenai sinar-x, maka intensitas sinar yang ditransmisikan lebih rendah dari intensitas sinar datang. Hal ini disebabkan adanya penyerapan oleh material dan juga penghamburan oleh atom-atom dalam material tersebut. Berkas sinar-x yang dihamburkan tersebut ada yang saling menghilangkan karena fasanya berbeda dan ada juga yang saling menguatkan karena fasanya sama. Berkas sinar-x yang saling menguatkan itulah yang disebut sebagai berkas difraksi. 9

12 Dasar dari prinsip pendifraksian sinar-x yaitu difraksi sinar-x terjadi pada hamburan elastis foton-foton sinar-x oleh atom dalam sebuah kisi periodik. Hamburan monokromatis sinar-x dalam fasa tersebut memberikan interferensi yang konstruktif. Dasar dari penggunaan difraksi sinar-x untuk mempelajari kisi kristal adalah berdasarkan persamaan Bragg: n.λ = 2.d.sin θ ; n = 1,2,... Berdasarkan persamaan Bragg, jika seberkas sinar-x di jatuhkan pada sampel kristal, maka bidang kristal itu akan membiaskan sinar-x yang memiliki panjang gelombang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut. Sinar yang dibiaskan akan ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan sebagai sebuah puncak difraksi. Makin banyak bidang kristal yang terdapat dalam sampel, makin kuat intensitas pembiasan yang dihasilkannya. Tiap puncak yang muncul pada pola XRD mewakili satu bidang kristal yang memiliki orientasi tertentu dalam sumbu tiga dimensi. Puncak-puncak yang didapatkan dari data pengukuran inikemudian dicocokkan dengan standar difraksi sinar-x untuk hampir semua jenis material. Standar ini disebut JCPDS (Joint Committee of Powder Difraction Standard). Prinsip kerja XRD secara umum adalah sebagai berikut: XRD terdiri dari tiga bagian utama, yaitu tabung sinar-x, tempat objek yang diteliti, dan detektor sinar-x. Sinar-X dihasilkan di tabung sinar-x yang berisi katoda memanaskan filamen, sehingga menghasilkan elektron. Perbedaan tegangan menyebabkan percepatan elektron akan menembaki objek. Ketika elektron mempunyai tingkat energi yang tinggi dan menabrak elektron dalam objek sehingga dihasilkan pancaran sinar-x. Objek dan detektor berputar untuk menangkap dan merekam intensitas refleksi sinar-x. Detektor merekam dan memproses sinyal sinar-x dan mengolahnya dalam bentuk grafik. Penggunaan XRD untuk membedakan antara material yang bersifat kristal dengan amorf, mengukur macam-macam keacakan dan penyimpangan kristal, karakterisasi material kristal, dan identifikasi mineral-mineral yang berbutir halus seperti tanah liat. Penentuan dimensi-dimensi sel satuan. Sedangkan aplikasi XRD diantaranya yaitu menetukan struktur kristal dengan menggunakan Rietveld refinement, mengalisis kuantitatif dari mineral, dan karakteristik sampel film. Kelebihan penggunaan sinar-x dalam karakterisasi material adalah kemampuan penetrasinya, sebab sinar-x memiliki energi sangat tinggi akibat panjang gelombangnya yang pendek. Sedangkan kekurangannya adalah untuk objek berupa kristal tunggal sangat sulit mendapatkan senyawa dalam bentuk kristalnya.sedangkan untuk objek berupa bubuk (powder) sulit untuk menentukan strukturnya. 10

13 Metode XRD berdasarkan sifat difraksi sinar-x, yakni Sinar-X terjadi jika suatu bahan ditembakkan dengan elektron dengan kecepatan dan tegangan yang tinggi dalam suatu tabung vakum. Elektron-elektron dipercepat yang berasal dari filamen (Anoda) menumbuk target (Katoda) yang berada dalam tabung sinar-x sehingga elektron-elektron tersebut mengalami perlambatan (Cullity, 1978). Data yang diperoleh dari metode karakterisasi XRD adalah sudut hamburan (sudut Bragg) dan intensitas. Berdasarkan teori difraksi, sudut difraksi bergantung kepada lebar celah kisi sehingga mempengaruhi pola difraksi, sedangkan intensitas cahaya difraksi bergantung dari berapa banyak kisi kristal yang memiliki orientasi yang sama.dengan menggunakan metode ini dapat ditentukan sistem kristal, parameter kisi, derajat kristalinitas dan fase yang terdapat dalam suatu sampel (Cullity, 1978). Metode analisis difraksi sinar-x dikenal dengan sebutan X-Ray Diffraction (XRD) ini digunakan untuk mengetahui fasa kristalin meliputi transformasi struktur fasa, ukuran partikel bahan seperti keramik, komposit, polimer dan lain-lain (Cullity, 1978). Difraksi sinar-x dalam analisis padatan kristalin memegang peranan penting untuk meneliti parameter kisi dan tipe struktur, selain itu dimanfaatkan untuk mempelajari cacat pada kristal individu dengan mendeteksi perbedaan intensitas difraksi di daerah kristal dekat dislokasi dan daerah kristal yang mendekati kesempurnaan (Smallman and Bishop, 2000). Kegunaan dan aplikasi XRD: Membedakan antara material yang bersifat kristal dengan amorf Membedakan antara material yang bersifat kristal dengan amorf. Mengukur macam-macam keacakan dan penyimpangan kristal. Karakterisasi material kristal Identifikasi mineral-mineral yang berbutir halus seperti tanah liat Penentuan dimensi-dimensi sel satuan 11

14 DAFTAR PUSTAKA CHIN, W. S. & WEE, C. H. S. A. T. S. c2010. Science at the nanoscale: an introductory textbook, Singapore : Pan Stanford CULLITY, B. D Elements of x-ray diffraction, NotreDame, Addison-Wesley, Publishing Company, Inc. E.SMART, L. & A.MOORE, E Solid state chemistry - an introduction, New York, US, CRC Taylor & Francis. KEENAN, KLEINFEKTER & P., W. A. H Ilmu kimia untuk Universitas, Jakarta, Indonesia, Erlangga. KELSALL, R., HAMLEY, I. W. & GEOGHEGAN, M Nanoscale science and technology, England, John Wiley & Sons. KITTEL, C Introduction to Solid State Physics, New York, US, John Wiley & Sons. Radiological & Environmental Management, Purdue University (07 th September 2013). Scanning electron microscope. Retrieved from WEST, A. R Solid State Chemistry and Its Applications, John Wiley and Sons. Ultraviolet Visible Spectroscopy, didonwload pada tanggal 10 Januari Bravais Lattice, didownload pada tanggal 10 Januari

Hand out ini merupakan kelengkapan perkuliahan Karakterisasi Material dan merangkum prinsip dasar teknik karakterisasi material padat serta

Hand out ini merupakan kelengkapan perkuliahan Karakterisasi Material dan merangkum prinsip dasar teknik karakterisasi material padat serta Hand out ini merupakan kelengkapan perkuliahan Karakterisasi Material dan merangkum prinsip dasar teknik karakterisasi material padat serta dasar-dasar interpretasinya. Tujuan tersebut merupakan bagian

Lebih terperinci

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd)

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi difraksi sinar-x (X-ray difraction/xrd) merupakan salah satu metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan

Lebih terperinci

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) Oleh: Kusnanto Mukti / M0209031 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012 I. Pendahuluan

Lebih terperinci

Spektrofotometer UV /VIS

Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optic dan elektronika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sinar-X ditemukan pertama kali oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun 1895. Karena asalnya tidak diketahui waktu itu maka disebut sinar-x. Sinar-X digunakan untuk tujuan

Lebih terperinci

Karakterisasi XRD. Pengukuran

Karakterisasi XRD. Pengukuran 11 Karakterisasi XRD Pengukuran XRD menggunakan alat XRD7000, kemudian dihubungkan dengan program dikomputer. Puncakpuncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi

Lebih terperinci

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut : METODE X-RAY Kristalografi X-ray adalah metode untuk menentukan susunan atom-atom dalam kristal, di mana seberkas sinar-x menyerang kristal dan diffracts ke arah tertentu. Dari sudut dan intensitas difraksi

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI 140310110018 JURUSAN FISIKA OUTLINES : Sinar X Difraksi sinar X pada suatu material Karakteristik Sinar-X Prinsip

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ampas Tebu Ampas tebu adalah bahan sisa berserat dari batang tebu yang telah mengalami ekstraksi niranya pada industri pengolahan gula pasir. Ampas tebu juga dapat dikatakan

Lebih terperinci

CATATAN KULIAH PENGANTAR SPEKSTOSKOPI. Diah Ayu Suci Kinasih Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016

CATATAN KULIAH PENGANTAR SPEKSTOSKOPI. Diah Ayu Suci Kinasih Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016 CATATAN KULIAH PENGANTAR SPEKSTOSKOPI Diah Ayu Suci Kinasih -24040115130099- Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016 PENGANTAR SPEKTROSKOPI Pengertian Berdasarkan teori klasik spektoskopi

Lebih terperinci

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia Pendahuluan ALAT ANALISA Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks Secara umum instrumentasi

Lebih terperinci

X- RAY DIFFRACTION. Naufal Fauzan You and Affandy Baskoro Adhi Pradana Gilmar Wicaksono M. Helmi Faisal Nicky Rahmana Putra KELOMPOK VI

X- RAY DIFFRACTION. Naufal Fauzan You and Affandy Baskoro Adhi Pradana Gilmar Wicaksono M. Helmi Faisal Nicky Rahmana Putra KELOMPOK VI X- RAY DIFFRACTION Naufal Fauzan You and Affandy Baskoro Adhi Pradana Gilmar Wicaksono M. Helmi Faisal Nicky Rahmana Putra KELOMPOK VI Agenda Persentasi X-ray Diffraction Latar Belakang Dasar Teori Metedologi

Lebih terperinci

Berdasarkan interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat dari interaksi.

Berdasarkan interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat dari interaksi. TEKNIK SPEKTROSKOPI Teknik Spektrokopi adalah suatu teknik fisiko-kimia yang mengamati tentang interaksi atom maupun molekul dengan radiasi elektromagnetik (REM) Hasil interaksi tersebut bisa menimbulkan

Lebih terperinci

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS PRINSIP DASAR HUKUM BEER INSTRUMENTASI APLIKASI 1 Pengantar Istilah-Istilah: 1. Spektroskopi : Ilmu yang mempelajari interaksi materi dengan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan

Lebih terperinci

Hukum Dasar dalam Spektrofotometri UV-Vis Instrumen Spektrofotometri Uv Vis

Hukum Dasar dalam Spektrofotometri UV-Vis Instrumen Spektrofotometri Uv Vis Spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) UV (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer.

Lebih terperinci

+ + MODUL PRAKTIKUM FISIKA MODERN DIFRAKSI SINAR X

+ + MODUL PRAKTIKUM FISIKA MODERN DIFRAKSI SINAR X A. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari karakteristik radiasi sinar-x 2. Mempelajari pengaruh tegangan terhadap intensitas sinar x terdifraksi 3. Mempelajari sifat difraksi sinar-x pada kristal 4. Menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sehingga untuk mentransmisikan energi yang besar digunakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. pesat sehingga untuk mentransmisikan energi yang besar digunakan sistem BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permintaan kebutuhan energi listrik akan terus mengalami peningkatan secara pesat sehingga untuk mentransmisikan energi yang besar digunakan sistem tegangan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material dan struktur fungsional dalam skala nanometer. Perkembangan nanoteknologi selalu dikaitkan

Lebih terperinci

Spektroskopi IR Dalam Penentuan Struktur Molekul Organik Posted by ferry

Spektroskopi IR Dalam Penentuan Struktur Molekul Organik Posted by ferry Spektroskopi IR Dalam Penentuan Struktur Molekul Organik 08.30 Posted by ferry Spektrofotometri inframerah lebih banyak digunakan untuk identifikasi suatu senyawa melalui gugus fungsinya. Untuk keperluan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE FTIR (FOURIER TRANSFORM INFRA RED) UNTUK STUDI ANALISIS GUGUS FUNGSI SAMPEL MINYAK GORENG DENGAN PERLAKUAN VARIASI PEMANASAN

PENGGUNAAN METODE FTIR (FOURIER TRANSFORM INFRA RED) UNTUK STUDI ANALISIS GUGUS FUNGSI SAMPEL MINYAK GORENG DENGAN PERLAKUAN VARIASI PEMANASAN PENGGUNAAN METODE FTIR (FOURIER TRANSFORM INFRA RED) UNTUK STUDI ANALISIS GUGUS FUNGSI SAMPEL MINYAK GORENG DENGAN PERLAKUAN VARIASI PEMANASAN oleh : Siti Cholifah /J2D 004 194 Jurusan Fisika FMIPA UNDIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dengan semakin kompleksisitas berbagai keperluan saat ini, analisis kimia dengan mempergunakan metoda fisik dalam hal identifikasi dari berbagai selektifitas fungsi polimer

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

MAKALAH Spektrofotometer

MAKALAH Spektrofotometer MAKALAH Spektrofotometer Nama Kelompok : Adhitiya Oprasena 201430100 Zulfikar Adli Manzila 201430100 Henky Gustian 201430100 Riyan Andre.P 201430100 Muhammad Khairul Huda 20143010029 Kelas : A Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM ANALITIK III SPEKTROSKOPI UV-VIS

JURNAL PRAKTIKUM ANALITIK III SPEKTROSKOPI UV-VIS JURNAL PRAKTIKUM ANALITIK III SPEKTROSKOPI UV-VIS Disusun Oleh : RENI ALFIYANI (14030194086 ) PENDIDIKAN KIMIA A 2014 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 Penganalisa Ukuran Partikel (PSA) (Malvern 2012) Analisis ukuran partikel, pengukuran ukuran partikel, atau hanya ukuran partikel adalah nama kolektif prosedur teknis, atau teknik laboratorium yang

Lebih terperinci

BAB 14. SPEKTROSKOPI SINAR-X Oleh : Tri Siswandi Pendahuluan

BAB 14. SPEKTROSKOPI SINAR-X Oleh : Tri Siswandi Pendahuluan BAB 14 SPEKTROSKOPI SINAR-X Oleh : Tri Siswandi 14.1 Pendahuluan Seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman, William Conrad Rontgen pada tahun 1895 berhasil menemukan sinar-x atau sinar rontgen. Penemuan sinar-x

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION Yolanda Oktaviani, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas e-mail: vianyolanda@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Kaidah difraksi sinar x dalam analisis struktur kristal KBr

Kaidah difraksi sinar x dalam analisis struktur kristal KBr Kaidah difraksi sinar x dalam analisis struktur kristal KBr Esmar Budi a,* a Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta Jl. Pemuda No. 10 Rawamangun Jakarta

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENT INDUSTRI PERALATAN ANALISIS (SPEKTROFOTOMETER)

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENT INDUSTRI PERALATAN ANALISIS (SPEKTROFOTOMETER) LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENT INDUSTRI PERALATAN ANALISIS (SPEKTROFOTOMETER) I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Spektrofotometer sangat berhubungan dengan pengukuran jauhnya pengabsorbansian energi cahaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Serapan Fourier Transform Infrared (FTIR) Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis FTIR. Analisis serapan FTIR dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6

Lebih terperinci

Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer UV-Vis Spektrofotometer UV-Vis Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm)

Lebih terperinci

MOTTO DAN PERSEMBAHAN...

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xii INTISARI... xiii ABSTRACT...

Lebih terperinci

Overview Microscope Optik v.s SEM Scanning Electron Microscopy (SEM)

Overview Microscope Optik v.s SEM Scanning Electron Microscopy (SEM) Overview Microscope Optik v.s SEM Scanning Electron Microscopy (SEM) Pengenalan SEM; Interaksi Berkas elektron-materi Preparasi Sample Kegunaan/Kelebihan SEM Beberapa contoh SEM image bentonit Microscope

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i LEMBAR PERSEMBAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x GLOSARIUM... xi INTISARI.... xii ABSTRACT...

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian terhitung sejak bulan Maret 2015 sampai dengan Mei 2015. Tempat penelitian dilaksanakan dibeberapa tempat yang berbeda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium Riset (Research Laboratory) dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa, mengidentifikasi, menentukan suatu zat dalam suatu cuplikan. Dalam menganalisa terdapat 3 aspek komprehensif

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA Oleh : Frischa Marcheliana W (1109100002) Pembimbing:Prof. Dr. Darminto, MSc Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut

Lebih terperinci

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS OLEH NAMA : RAHMAD SUTRISNA STAMBUK : F1F1 11 048 KELAS : FARMASI A JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.I Sintesis dan Karakterisasi Zeolit Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kaolin alam Cicalengka, Jawa Barat, Indonesia. Kaolin tersebut secara fisik berwarna

Lebih terperinci

12/03/2015 SEKILAS SEJARAH. PERTEMUAN KE-3 PEMBENTUKAN DAN PENDETEKSIAN SINAR-X Nurun Nayiroh, M.Si TABUNG SINAR-X SKEMA TABUNG SINAR-X

12/03/2015 SEKILAS SEJARAH. PERTEMUAN KE-3 PEMBENTUKAN DAN PENDETEKSIAN SINAR-X Nurun Nayiroh, M.Si TABUNG SINAR-X SKEMA TABUNG SINAR-X MK DIFRAKSI SINAR-X SEKILAS SEJARAH PERTEMUAN KE-3 PEMBENTUKAN DAN PENDETEKSIAN SINAR-X Nurun Nayiroh, M.Si William Roentgen menemukan sinar-x yang memiliki sifat: 1. Merambat dengan lintasan lurus 2.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Biodiesel merupakan bahan bakar berupa senyawa mono-alkil ester dari asam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Biodiesel merupakan bahan bakar berupa senyawa mono-alkil ester dari asam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar berupa senyawa mono-alkil ester dari asam lemak minyak nabati maupun lemak hewan yang sering disebut dengan FAME (Fatty Acid Methyl Esther).

Lebih terperinci

Analisis Puncak Difraksi

Analisis Puncak Difraksi Pertemuan ke-8 Analisis Puncak Difraksi Nurun Nayiroh, M.Si DIFRAKSI SINAR-X ANALISIS PUNCAK DIFRAKSI Keluaran utama dari pengukuran data difraksi serbuk dengan difraktometer adalah sudut 2θ dan intensitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-15 CAKUPAN MATERI

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-15 CAKUPAN MATERI MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-15 CAKUPAN MATERI 1. EKSITASI ATOMIK 2. SPEKTRUM EMISI HIDROGEN 3. DERET SPEKTRUM HIDROGEN 4. TINGKAT ENERGI DAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I DAFTAR ISI ABSTRAK... Error! Bookmark not ABSTRACT... Error! Bookmark not KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR ISTILAH... v DAFTAR SINGKATAN

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI. elektron valensi memiliki tingkat energi yang disebut energi valensi.

BAB III DASAR TEORI. elektron valensi memiliki tingkat energi yang disebut energi valensi. BAB III DASAR TEORI 3.1 Semikonduktor Semikonduktor adalah bahan yang mempunyai energi celah (Eg) antara 2-3,9 elektron volt. Bahan dengan energi celah diatas kisaran energi celah semikonduktor adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar

Lebih terperinci

X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF)

X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF) X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF) X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF) Philips Venus (Picture from http://www.professionalsystems.pk) Alat X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF) memanfaatkan sinar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich Schönbein pada tahun 1838, sel bahan bakar telah berkembang dan menjadi salah

Lebih terperinci

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 3 Pendahuluan ZnO merupakan bahan semikonduktor tipe-n yang memiliki lebar pita energi 3,37 ev pada suhu ruang dan 3,34 ev pada temperatur rendah dengan nilai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Spektrofotometer Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Morfologi Analisis struktur mikro dilakukan dengan menggunakan Scanning Electromicroscope (SEM) Philips 515 dengan perbesaran 10000 kali. Gambar 5. menunjukkan morfologi hidroksiapatit

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Spektrofotometri Inframerah

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Spektrofotometri Inframerah 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Spektrofotometri Inframerah Spektrofotometri inframerah (IR) merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menganalisa senyawa kimia. Spektra inframerah suatu senyawa dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Raman merupakan teknik pembiasan sinar yang memiliki berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Raman merupakan teknik pembiasan sinar yang memiliki berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Spektroskopi Raman Raman merupakan teknik pembiasan sinar yang memiliki berbagai keunggulan dalam penggunaannya. Dalam spektrum Raman tidak ada dua molekul yang

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan dimulai dengan penjelasan mengenai keramik, kalsium

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan dimulai dengan penjelasan mengenai keramik, kalsium II. TINJAUAN PUSTAKA Bab II menjelaskan tentang beberapa konsep dasar teori yang mendukung topic penelitian. Pembahasan dimulai dengan penjelasan mengenai keramik, kalsium silikat, silika sekam padi, kalsium

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu: PENDAHULUAN Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorbans suatu sampel yang dinyatakan sebagai fungsi panjang gelombang. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL 4.1.1. Difraksi Sinar-X Sampel Analisis XRD dilakukan untuk mengetahui fasa apa saja yang terkandung di dalam sampel, menghitung derajat kristalinitas sampel, parameter

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Kesetimbangan energi dari interaksi cahaya yang masuk dengan sampel [13]

Gambar 2.1 Kesetimbangan energi dari interaksi cahaya yang masuk dengan sampel [13] 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Reflektansi Cahaya Spektroskopi reflektansi adalah studi tentang cahaya yang terpantul atau terhambur dari padat, cair atau gas sebagai fungsi panjang gelombang. Jika suatu

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zeolit merupakan mineral alumina silikat hidrat yang tersusun atas tetrahedraltetrahedral alumina (AlO4 5- ) dan silika (SiO4 4- ) yang membentuk struktur bermuatan

Lebih terperinci

Penentuan struktur senyawa organik

Penentuan struktur senyawa organik Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum

Lebih terperinci

ANALISIS SPEKTROSKOPI UV-VIS. PENENTUAN KONSENTRASI PERMANGANAT (KMnO 4 )

ANALISIS SPEKTROSKOPI UV-VIS. PENENTUAN KONSENTRASI PERMANGANAT (KMnO 4 ) ANALISIS SPEKTROSKOPI UV-VIS PENENTUAN KONSENTRASI PERMANGANAT (KMnO 4 ) Kusnanto Mukti W, M 0209031 Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta kusnantomukti@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 21 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Bahan Baku Chitosan Chitosan merupakan bahan dasar yang dipergunakan dalam pembuatan film elektrolit polimer. Hasil analisis terhadap chitosan yang digunakan adalah

Lebih terperinci

commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA

commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dye-Sensitized Solar Cells (DSSC) Perkembangan sel surya atau photovoltaic menjadi penelitian yang dikembangkan pemanfaatannya sebagai salah satu penghasil energi. Salah satu

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya alat teknologi yang diciptakan untuk mempermudah pekerjaan manusia.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian terhidung sejak bulan Juni 2013 sampai dengan

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian terhidung sejak bulan Juni 2013 sampai dengan 29 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian terhidung sejak bulan Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat yaitu di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN BAB IV HASIL PENGAMATAN 4.1 Absorbansi Panjang Gelombang Maksimal No λ (nm) Absorbansi 1 500 0.634 2 510 0.555 3 520 0.482 4 530 0.457 5 540 0.419 6 550 0.338 7 560 0.293 8 570 0.282 9 580 0.181 10 590

Lebih terperinci

I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI

I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI Pendahuluan Spektroskopi adalah studi mengenai antaraksi cahaya dengan atom dan molekul. Radiasi cahaya atau elektromagnet dapat dianggap menyerupai gelombang. Beberapa sifat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. X-Ray Fluoresence TULISAN ILMIAH. Muhammad Arfiadi Pratama ( ) Giri Yudho Prakoso ( )

UNIVERSITAS INDONESIA. X-Ray Fluoresence TULISAN ILMIAH. Muhammad Arfiadi Pratama ( ) Giri Yudho Prakoso ( ) UNIVERSITAS INDONESIA X-Ray Fluoresence TULISAN ILMIAH Muhammad Arfiadi Pratama (1206238936) Giri Yudho Prakoso (1206237463) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN FISIKA DEPOK 2015 KATA

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian 28 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terbagi dalam empat tahapan kerja, yaitu : Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan film tipis ZnO yang terdiri

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 ABSTRAK

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

BAB 4 DATA DAN ANALISIS BAB 4 DATA DAN ANALISIS 4.1. Kondisi Sampel TiO 2 Sampel TiO 2 disintesa dengan memvariasikan jenis pelarut, block copolymer, temperatur kalsinasi, dan kelembaban relatif saat proses aging. Kondisi sintesisnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baterai Baterai adalah sel elektrokimia yang mengubah energi kimia menjadi energi listrik dengan suatu reaksi elektrokimia. Komponen utama baterai, yaitu: 1. Elektroda negatif

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA) PENULIS : 1. Nur Chamimmah Lailis I,S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT

Lebih terperinci

Prof.Dr.Ir.Krishna Purnawan Candra, M.S. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FAPERTA UNMUL

Prof.Dr.Ir.Krishna Purnawan Candra, M.S. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FAPERTA UNMUL Prof.Dr.Ir.Krishna Purnawan Candra, M.S. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FAPERTA UNMUL Abstrak Spektrofotometri: pengukuran dengan menggunakan prinsip spektroskopi / cahaya Cahaya terdiri dari banyak

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Prinsip Kerja Perangkat Fourier Sumber cahaya laser menghasilkan berkas cahaya berdiameter kecil dengan distribusi intensitas mendekati Gaussian. Untuk mendapatkan diameter berkas

Lebih terperinci

INTERAKSI RADIASI DENGAN BAHAN

INTERAKSI RADIASI DENGAN BAHAN SPEKTROSKOPI DEFINISI Merupakan teknik analisis dengan menggunakan spektrum elektrtomagnetik Spektrum elektromagnetik meliputi kisaran panjang gelombang yang sangat besar Misal: sinar tampak: 380-780 nm

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang mendukung topik penelitian. Pembahasan dimulai dengan penjelasan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang mendukung topik penelitian. Pembahasan dimulai dengan penjelasan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam tinjauan pustaka ini akan dijelaskan tentang beberapa konsep dasar teori yang mendukung topik penelitian. Pembahasan dimulai dengan penjelasan mengenai komposit, biokeramik,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%) Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA PLA A1 A2 A3 A4 65 80 95 35 05 Pembuatan PCL/PGA/PLA Metode blending antara PCL, PGA, dan PLA didasarkan pada metode Broz et al. (03) yang disiapkan

Lebih terperinci