SINTESIS PEREKAT POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SINTESIS PEREKAT POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL"

Transkripsi

1 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) SINTESIS PEREKAT POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL Sari Meiwika Sulistyoningsih dan Lukman Atmaja Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya sari.meiwika10@mhs.chem.its.ac.id Abstrak Sintesis polivinil asetat berbasis pelarut metanol telah dilakukan dengan variasi rasio pelarut metanol-air 1:1, 1:2, 1:3, 1:4 dan 2:3. Sintesis tersebut terstabilkan oleh suatu disponil yang mengandung kombinasi antara surfaktan anionik dan non-ionik, serta polivinil alkohol yang berperan sebagai agen pengemulsi. Polimerisasi vinil asetat diinisiasi oleh radikal bebas dari gugus persulfat. Sintesis PVAc masing-masing variasi rasio pelarut dikarakterisasi menggunakan FTIR (Fourier Transform Infrared), TMA (Thermomechanical Analysis), Tensile Strength dan uji viskositas rotasional. Hasil FTIR menunjukkan gugus fungsi yang tepat sebagai senyawa penyusun polivinil asetat. Hasil TMA menunjukkan data koefisien muai panas yang rendah pada produk PVAc dengan rasio pelarut metanol-air 1:4, sehingga ukuran/dimensi polimer tersebut lebih rapat dan kekuatan ikat silangnya juga lebih tinggi. Hasil uji Tensile Strength menunjukkan produk PVAc dengan rasio pelarut metanol-air 1:3 memiliki nilai stress dan modulus elastisitas paling tinggi yaitu masing-masing sebesar 23,4 MPa dan 17,891 MPa. Hasil uji viskositas menunjukkan bahwa PVAc dengan rasio pelarut metanol-air 2:3 memiliki nilai viskositas paling besar yaitu sebesar 5000 cp. Dengan demikian pelarut metanol dapat meningkatkan ketahanan, sifat termal dan mekanik pada material polivinil asetat. Kata Kunci Polivinil asetat berbasis pelarut metanol, disponil, polimerisasi emulsi. I. PENDAHULUAN idang polimer jenis polivinil asetat mulai dikembangkan Buntuk kebutuhan industri-industri modern. Polivinil asetat yang diproduksi di Indonesia adalah polivinil asetat berbasis pelarut air dalam bentuk lem berwarna putih untuk perekat kayu dan semacamnya. Perekat kayu tersebut tidak cocok apabila digunakan untuk merekatkan material yang lebih keras, sehingga polivinil asetat tersebut dimodifikasi dengan pelarut bukan air yang terbukti memiliki sifat lebih baik dari polivinil asetat berbasis pelarut air [1]. Polivinil asetat tersusun dari unit perulangan monomer vinil asetat melalui proses polimerisasi emulsi [2]. Polivinil asetat memiliki gugus asetat yang bersifat polar akibat adanya ikatan hidrogen. Polimer ini umumnya digunakan sebagai bahan penstabil emulsi, dan pembentuk film. Selain itu, juga sebagai bahan perekat dan pengikat pada cat berbahan dasar air atau emulsi, sebagai pengikat pada kertas, kayu, kaca, logam, dan porselen, serta perekat pada resin [3]. Sintesis polivinil asetat dimodifikasi dengan pelarut metanol. Metanol berperan dalam reaksi alkoholisis pada polimerisasi vinil asetat [4]. Polimer ini terstabilkan oleh suatu surfaktan, yaitu suatu zat yang aktif pada permukaan larutan aqueous. Molekul surfaktan bersifat amfilik yaitu memiliki dua sifat yang bertolak belakang yakni hidrofilik dan hidrofobik. Kedua sifat tersebut menyebabkan surfaktan berperan mengadsorb kuat pada antarmuka air-udara, sehingga mengurangi energi permukaan pada substansi larutannya [5]. Sintesis poivinil asetat menggunakan agen pengemulsi atau koloid pelindung yaitu polivinil alkohol yang berperan mencegah terjadinya aglomerasi pada proses pembentukan polimer. Koloid pelindung pada polivinil asetat umumnya bersifat polar dan merupakan polimer non-ionik. Koloid pelindung akan menghasilkan efek kestabilan dan mempengaruhi viskositas dalam produk polimer [6]. Produk polivinil asetat berbasis pelarut metanol dikarakterisasi menggunakan FTIR (Fourier Transform Infrared) untuk mengetahui susunan gugus fungsi polivinil asetat, TMA (Thermomechanical Analysis) untuk mengidentifikasi sifat termal polimer, uji Tensile Strength untuk menganalisis sifat mekanik polimer dan uji viskositas rotasional untuk mengetahui kekentalan produk polimer. Pada penelitian ini akan digunakan emulsifier untuk memperbaiki kinerja atau peran metanol. Kombinasi surfaktan anionik dan non-ionik, yakni suatu Disponil, diduga gugus hidroksi dan muatan negatifnya dapat mengalami ikatan hidrogen yang kuat dengan metanol dan diduga satu-satunya pengemulsi yang tepat untuk jenis polimerisasi emulsi. Penggabungan beberapa bahan tersebut merupakan inovasi baru untuk sintesis polivinil asetat berbasis pelarut bukan air untuk aplikasi bahan perekat plat baja dengan styrofoam. II. URAIAN PENELITIAN A. Bahan Percobaan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu air demineralisasi, monomer vinil asetat, polivinil alkohol (PVA), methanol, sodium bikarbonat (SBK), ammonium persulfat (APS), Surfaktan Disponil AES 72, Dibutil Phtalat (DBP), Anti-mikrobial (AM), dan gas N 2. B. Alat Percobaan Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah neraca analitik, 1 buah reaktor terbuat dari glass dengan penutup berleher lima, 1 buah mechanical stirrer Wise Stir HS-50A, 2 buah syringe ukuran 50 ml, 1 buah kondensor refluks, 1 buah pemanas elektrik, 1 buah pengaduk besi

2 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) berdaun dua, viskometer rotasional, instrumen FTIR (Fourier Transform Infrared), TMA (Thermomechanical Analysis), dan alat uji kuat tarik (Tensile Strength). C. Sintesis Polivinil Asetat Berbasis Pelarut Metanol Proses polimerisasi dilakukan dengan metode semi batch di dalam reaktor yang telah dilengkapi peralatan pendukung khusus untuk polimerisasi. Seluruh bahan ditimbang sesuai komposisi bahan yang telah ditentukan (dilampirkan). Sintesis ini menggunakan pelarut metanol-air dengan masing-masing variasi antara lain 1:1, 1:2, 1:3, 1:4 dan 2:3. Sintesis dimulai dengan memasukkan air demineralisasi dan metanol, lalu disemprotkan N 2 selama 2 menit. Kemudian larutan dipanaskan hingga mencapai temperatur < 90 C, lalu dimasukkan padatan PVA dan mulai dilakukan pengadukan. Larutan SBK, APS dan surfaktan dimasukkan dalam reaktor. Kemudian dimasukkan tetes demi tetes 10 % campuran VAM dengan surfaktan yang ada pada syringe, bersamaan dengan dimasukkannya 2/3 bagian larutan APS yang ada pada syringe lain. Ditunggu hingga mengalami polimerisasi yang ditandai dengan timbulnya gelembung-gelembung atau busa berwarna putih yang bergerak naik. Kemudian selang beberapa lama gelembung atau busa tersebut akan turun. Selanjutnya ditambahkan tetes demi tetes larutan APS dan campuran VAM dengan surfaktan, dengan perbandingan 1:8 tetes hingga habis. Setelah habis, temperatur diturunkan secara bertahap hingga mencapai suhu ruang. Kemudian ditambahkan DBP dan AM sesuai komposisi, dan dihentikan pengadukan. D. Analisis Gugus Fungsi Seluruh sampel PVAc dikeringkan dalam bentuk lembaran terlebih dahulu dengan ketebalan ± 0,1-0,2 mm minimal selama 2 hari sebelum dilakukan analisis. Hasil polimerisasi emulsi PVAc dikarakterisasi menggunakan FTIR untuk membuktikan gugus fungsi dalam material PVAc berbasis pelarut methanol. Material PVAc diletakkan pada holder FTIR lalu ditembakkan sinar inframerah dalam material pada interval bilangan gelombang cm -1. Pada monitor akan muncul spektra inframerah sesuai dengan gugus yang ada dalam material. E. Analisis Termal Analisis termal dilakukan untuk mengetahui perubahan sifat polimer akibat degradasi thermal menggunakan alat Thermomechanical Analysis (TMA). Analisis ini menginformasikan nilai koefisien muai panas terhadap perubahan dimensi ataupun perubahan modulus akibat pemanasan pada temperatur tertentu. Diambil sampel PVAc kering dan dibentuk lembaran dengan ketebalan ± 0,1-0,2 mm, kemudian dianalisis pada suhu 25 C sampai 80 C dengan laju pemanasan 10 C/menit. Berdasarkan uji ini akan diperoleh data perubahan ukuran sampel pada koefisien muai panas dan temperatur tertentu. F. Analisis Sifat Mekanik Sifat mekanik dari PVAc berbasis pelarut methanol dikarakterisasi menggunakan alat uji kuat-tarik (Tensile Strength) dengan kecepatan tarik 100 mm/menit. Sampel PVAc kering dibentuk lembaran dengan ketebalan ± 0,1-0,2 mm. Berdasarkan uji ini akan diperoleh besarnya nilai kuat putus dan perpanjangan saat putus, sehingga dapat diolah untuk mendapatkan nilai regangan dan modulus elastisitasnya. G. Analisis Viskometri Analisis viskometri pada sampel PVAc menggunakan alat viskositas rotasional dengan pemakaian suhu 3 C. Sampel PVAc dalam bentuk cair dimasukkan dalam gelas beker untuk dilakukan pengujian viskositas. Berdasarkan uji ini akan diketahui kekentalan sampel PVAc dari masing-masing variasi pelarut. III. HASIL DAN DISKUSI A. Sinstesis Polivinil Asetat Berbasis Pelarut Metanol Sintesis polivinil asetat termasuk dalam polimerisasi emulsi yang dilakukan dengan metode semibatch. Sintesis ini dilakukan di dalam reaktor yang telah dilengkapi peralatan pendukung khusus untuk polimerisasi. Sintesis ini menggunakan pelarut metanol-air dengan masing-masing variasi antara lain 1:1, 1:2, 1:3, 1:4 dan 2:3. Sintesis dimulai dengan memasukkan air demineralisasi dan metanol, lalu disemprotkan N 2 selama 2 menit. Larutan dipanaskan hingga mencapai temperatur < 90 C. PVA dimasukkan dalam reaktor, dimana sebagai material koloid pelindung untuk mencegah aglomerasi pada proses sintesis dan stabilisator penting polimerisasi emulsi pada material perekat polivinil asetat [7]. Mulai dilakukan pengadukan pada 750 rpm secara konstan, lalu larutan SBK, APS dan surfaktan dimasukkan dalam reaktor. 10 % campuran VAM dengan surfaktan dimasukkan tetes demi tetes yang ada pada syringe, bersamaan dengan dimasukkannya 2/3 bagian larutan APS yang ada pada syringe lain. Ditunggu hingga mengalami polimerisasi yang ditandai dengan timbulnya gelembung-gelembung naik. Kemudian beberapa lama gelembung tersebut akan turun, dimana menandakan polimerisasi telah berhasil. Selanjutnya ditambahkan tetes demi tetes larutan APS dan campuran VAM dengan surfaktan, dengan perbandingan 1:8 tetes hingga habis. SBK berfungsi sebagai larutan buffer agar ph di dalam proses sintesis tetap dikondisikan pada ph 4,5-5,5. APS berfungsi sebagai inisiator penyedia ion radikal yang akan bereaksi secara aktif dengan monomer vinil asetat, dimana tingkat dekomposisi inisiator tersebut dipercepat oleh kondisi asam [6]. Pada saat inisiator menyerang monomer inilah reaksi inisiasi sedang berlangsung. Penambahan VAM tetap berjalan tetes demi tetes, sehingga mengalami reaksi propagasi yaitu monomer yang telah diinisiasi bereaksi dengan monomer-monomer selanjutnya. Setelah bahan di dalam syringe habis, temperatur diturunkan secara bertahap hingga mencapai suhu ruang. Perlakuan ini merupakan bagian dari reaksi terminasi yaitu penghentian reaksi propagasi [8]. Kemudian ditambahkan DBP dan AM sesuai komposisi, dan dihentikan pengadukan, perlakuan ini menandakan reaksi telah selesai. B. Analisis Gugus Fungsi Analisis gugus fungsi dilakukan pada seluruh sampel yang terdiri dari sampel PVAc berbasis pelarut air, PVAc berbasis pelarut metanol dengan variasi pelarut metanol-air yaitu 1:1, 1:2, 1:3, 1:4, 2:3. Perbandingan spektrum inframerah antarsampel tidak menunjukkan perbedaan yang

3 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) signifikan, karena pada dasarnya seluruh sampel tersusun oleh zat-zat yang sama. Spektrum IR pada keenam sampel PVAc hanya memiliki sedikit perbedaan intensitas pada bilangan gelombang antara 3316, ,69 cm -1 yang menunjukkan puncak khas gugus O-H yang memiliki ikatan hidrogen. Perbedaan tersebut menunjukkan semakin banyak reaksi hidrolisis dan alkoholisis pada PVA, maka semakin besar intensitas puncak O-H yang terdeteksi. Kemudian puncakpuncak lain muncul pada 2933,99 cm -1 yang menunjukkan vibrasi ulur C-H sp 3, pada 1730,64 cm -1 menunjukkan vibrasi regang C=O khas gugus ester yang mengalami pergeseran bilangan gelombang lebih kecil karena efek rantai panjang vinil, pada 1431,96 cm -1 menunjukkan vibrasi tekuk CH yang khas untuk gugus metilen, pada 1370,62 cm -1 menunjukkan vibrasi tekuk CH 3, dan pada 1227, ,55 menunjukkan vibrasi ulur C-O ester dan pada 794,52 cm -1 menunjukkan vibrasi tekuk CH 2 yang terasosiasi untuk senyawa dengan rantai panjang. sampel PVAc tersebut dapat dikatakan sebagai sampel dengan sifat termal yang lebih baik. Gambar 3.1 Spektrum IR PVAc Berbasis Pelarut Air dan PVAc Berbasis Pelarut Metanol dengan Variasi Rasio Metanol-Air 1:1, 1:2, 1:3, 1:4 dan 2:3 C. Analisis Termal Berdasarkan grafik hasil TMA, sampel PVAc dengan rasio pelarut metanol-air 1:1, 1:2, 1:3 dan 2:3, serta pelarut air memperlihatkan koefisien muai panas yang berbeda-beda, sehingga dapat diindikasikan bahwa ukuran/dimensi dan kekuatan ikat silangnya polimer tersebut juga tidak sama. Semakin rendah koefisien muai panas, maka ukuran/dimensi polimer semakin rapat dan kekuatan ikat silangnya lebih tinggi karena mampu menahan kenaikan panas yang diberikan [9]. Sampel PVAc dengan rasio pelarut metanol-air 1:1 dan sampel PVAc memiliki koefisien muai panas lebih rendah dibandingkan PVAc dengan rasio pelarut metanol-air 1:2, 1:3, 1:4 dan 2:3. Namun jika ditinjau ulang dari keberhasilan polimerisasi, PVAc dengan rasio pelarut metanol-air 1:1 dan 1:2 tidak mengalami polimerisasi sempurna, sehingga kedua sampel tersebut tidak dapat dikatakan sebagai sampel dengan sifat lebih baik. Sampel PVAc dengan rasio pelarut metanolair 1:4 menunjukkan koefisien muai panas lebih rendah dibandingkan PVAc dengan rasio 1:3 dan 2:3, lalu sampel PVAc tersebut juga mengalami polimerisasi sempurna. Jadi, Gambar 3.2 Grafik Hasil TMA Seluruh Sampel D. Analisis Sifat Mekanik Berdasarkan hasil uji tensile strength, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 3.1 Hasil Uji Tensile Strength Sampel PVAc jangan (mm) Pelarut metanolair Kuat Putus (N) Perpan- Stress (MPa) Strain Modulus Elastisitas (MPa) 1:1 2,05 1,2 0,095 12, ,94 1:2 7, ,597 16, ,67 1:3 11,95 23,4 1,308 17, ,41 1:4 13,3 24 1,4 17, ,04 2:3 14,45 21,8 1,636 13, ,15 Pelarut air - 15,05 14,5 0,865 16, ,46 Berdasarkan data di atas, komposisi pelarut metanolair sangat berpengaruh terhadap perpanjangan (elongation) polimer [10]. Hal ini disebabkan karena ukuran atau dimensi pada masing-masing sampel berbeda-beda. Semakin besar ukuran atau dimensi sampel, maka semakin besar gaya yang diberikan, sehingga akan semakin besar pula nilai perpanjangan sampel polimer tersebut. Nilai stress dan modulus elastisitas mengindikasikan sifat mekanik suatu polimer. Nilai stress merupakan besarnya kekuatan tarik yang dihasilkan suatu sampel polimer. Nilai modulus elastisitas merupakan besarnya ketahanan suatu polimer terhadap kekuatan tarik yang diberikan. Berdasarkan data pada Tabel 4.2 diperoleh nilai stress dan modulus elastisitas untuk masing-masing sampel PVAc. Pada sampel PVAc dengan rasio pelarut metanol-air 1:3 memiliki nilai stress dan modulus elastisitas paling tinggi yaitu masingmasing sebesar 23,4 MPa dan 17,891 MPa. Pada sampel PVAc dengan rasio pelarut metanol-air 1:3 dan 1:4 memiliki nilai stress dan modulus elastisitas lebih tinggi dibandingkan

4 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) sampel PVAc yang lain, dengan selisih nilai yang tidak berbeda secara signifikan. Namun jika ditinjau dari hasil TMA, PVAc dengan rasio pelarit metanol-air 1:4 memiliki sifat termal lebih baik daripada PVAc dengan rasio pelarut metanol-air 1:3, sehingga PVAc dengan rasio pelarut metanolair 1:4 dapat dikatakan sebagai sampel yang memiliki sifat termal dan mekanik lebih baik dibandingkan sampel PVAc yang lain. PVAc dengan rasio pelarut metanol-air 1:4 memiliki nilai stress dan modulus elastisitas lebih tinggi daripada PVAc dengan pelarut air. Hal ini disebabkan adanya penambahan pelarut metanol dapat meningkatkan kekuatan dari sampel PVAc, sehingga gaya yang dibutuhkan untuk meregangkan polimer tersebut semakin besar. E. Analisis Viskometri Tabel 3.2 berikut akan ditunjukkan data viskositas sampel pada masing-masing variasi pelarut : Tabel 3.2 Hasil Uji Viskometer Rotasional Seluruh Sampel PVAc Sampel PVAc Nilai Viskositas (cp) 1:1 - Pelarut metanol-air 1:2-1: : : Pelarut air Berdasarkan data di atas, nilai viskositas PVAc dengan rasio pelarut metanol-air 1:1 dan 1:2 tidak dapat terdeteksi karena produk larutan tersebut tidak homogen dan telah mengeras. Sedangkan untuk PVAc dengan rasio pelarut metanol-air 1:3 dan 1:4 mengalami penurunan nilai viskositas karena komposisi pelarut metanol-air pada PVAc rasio pelarut metanol-air 1:3 lebih sedikit daripada 1:4, dimana mempengaruhi kelarutan dan kekentalan dari koloid pelindung polivinil alkohol, sehingga nilai viskositas pada variasi 1:3 lebih besar daripada 1:4. Pada PVAc dengan rasio pelarut metanol-air 2:3, diperoleh nilai viskositas paling besar yaitu sebesar 5000 cp karena komposisi pelarut metanol-air pada sampel tersebut paling sedikit digunakan. Sedangkan untuk sampel PVAc pelarut air memiliki nilai viskositas paling kecil karena menghasilkan produk yang encer. Jadi dapat dikatakan bahwa pelarut metanol dapat menambah kekentalan pada produk PVAc. IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sintesis polivinil asetat berbasis pelarut metanol dapat dilakukan dengan metode polimerisasi emulsi semi batch dan terstabilkan oleh suatu disponil. Sintesis PVAc dilakukan dengan variasi rasio pelarut metanol-air 1:1, 1:2, 1:3, 1:4 dan 2:3, kemudian akan dibandingkan dengan produk PVAc berbasis pelarut air. Produk PVAc berbasis pelarut metanol tersebut dikarakterisasi menggunakan FTIR dan TMA, serta dilakukan uji Tensile Strength dan uji viskositas rotasional. Hasil FTIR menunjukkan gugus fungsi yang tepat sebagai senyawa penyusun polivinil asetat. Hasil TMA menunjukkan data koefisien muai panas yang semakin menurun pada produk PVAc dengan rasio pelarut metanol-air 1:1, 1:2, 1:3 dan 2:3, sehingga ukuran/dimensi polimer tersebut lebih rapat dan kekuatan ikat silangnya juga lebih tinggi. Hasil uji Tensile Strength menunjukkan produk PVAc dengan rasio pelarut metanol-air 1:3 memiliki nilai stress dan modulus elastisitas paling tinggi yaitu masing-masing sebesar 23,4 MPa dan 17,891 MPa. Hasil uji viskositas menunjukkan bahwa PVAc dengan rasio pelarut metanol-air 2:3 memiliki nilai viskositas paling besar yaitu sebesar 5000 cp. Dengan demikian pelarut metanol dapat meningkatkan ketahanan, sifat termal dan mekanik pada material polivinil asetat. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dalam pengerjaan skripsi ini. Terima kasih kepada orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan dukungan moril dan materiil. Terima kasih kepada jurusan Kimia FMIPA ITS yang telah memberikan ilmunya kepada saya. Terima kasih kepada Bapak Lukman Atmaja selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dalam seluruh pengerjaan skripsi, dan rekan-rekan tim polimer yang telah bekerja sama dalam skripsi ini, serta semua orang-orang tersayang yang telah memberikan doa-doanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. DAFTAR PUSTAKA [1] Rolando T. E. (1998) Solvent-Free Adhesives., H.B. Fuller Company. [2] Steven M. (2001) Polymer Chemistry: An Introduction., Oxford University Press, Inc, Oxford. [3] Kirk R. E. and Othmer D. F. (1980) Encyclopedia of Chemical Technology. 3rd ed., The Inter Science Encyclopedia, Inc, New York. [4] Olayemi J. Y. and Adeyeye A. A. (1982) Some Properties of Polyvinyl Acetate Films Cast From Methanol, Acetone, and Chloroform as Solvent. Departement of Chemistry, Ahmadu Bello University 3, [5] Pashley R. M. and Karaman M. E. (2004) Applied Colloid and Surface Chemistry., Departement of Chemistry National University of Australia, Australia. [6] Chern C. S. (2006) Emulsion Polymerization Mechanisms and Kinetics. Progress in Polymer Science 31, [7] Wen N., Tang Q., Chen M. and Wu L. (2007) Synthesis of PVAc/SiO2 Latices Stabilized by Silica Nanoparticles. Science Direct 320, [8] Chern C.-S. (2008) Principle and Application Emulsion Polymerization., John Willey and Sons, New Jersey. [9] Askeland D., Fulay P. and Wright W. (2011) The Science and Engineering of Materials. 6th ed., Global Engineering, USA. [10] Suprijadi (2003) Pengembangan Sistem Pengukuran Sifat Mekanik Bahan dengan Prinsip Uji Tarik.,

5 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung, Bandung.

SINTESIS POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL SKRIPSI

SINTESIS POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL SKRIPSI SINTESIS POLIVINIL ASETAT BERBASIS PELARUT METANOL YANG TERSTABILKAN OLEH DISPONIL SKRIPSI 7 AGUSTUS 2014 SARI MEIWIKA S. NRP. 1410.100.032 Dosen Pembimbing Lukman Atmaja, Ph.D Pendahuluan Metodologi Hasil

Lebih terperinci

POLIMERISASI EMULSI POLIVINIL ALKOHOL DAN MONOMER VINIL ASETAT DALAM CAMPURAN PELARUT ETIL ASETAT- AIR PADA SINTESIS POLIVINIL ASETAT

POLIMERISASI EMULSI POLIVINIL ALKOHOL DAN MONOMER VINIL ASETAT DALAM CAMPURAN PELARUT ETIL ASETAT- AIR PADA SINTESIS POLIVINIL ASETAT JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) 1-5 1 POLIMERISASI EMULSI POLIVINIL ALKOHOL DAN MONOMER VINIL ASETAT DALAM CAMPURAN PELARUT ETIL ASETAT- AIR PADA SINTESIS POLIVINIL ASETAT Malinda Fitri

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Montmorillonite pada Sifat Ketahanan Termal Polivinil Asetat

Pengaruh Penambahan Montmorillonite pada Sifat Ketahanan Termal Polivinil Asetat JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) C-31 Pengaruh Penambahan Montmorillonite pada Sifat Ketahanan Termal Polivinil Asetat Muchammad Izzuddin Jundullah Hanafi dan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Emulsi 2.1.1 Definisi Polimer Emulsi Polimer emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana 34 BAB III METODE PENELITIAN Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana reaktor diisi dengan seed stirena berupa campuran air, stirena, dan surfaktan dengan jumlah stirena yang

Lebih terperinci

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap: 1. Pembuatan (sintesis) material. Pada tahap ini, dicoba berbagai kombinasi yaitu suhu, komposisi bahan, waktu pemanasan dan lama pengadukan.

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisis Sintesis PS dan Kopolimer PS-PHB Sintesis polistiren dan kopolimernya dengan polihidroksibutirat pada berbagai komposisi dilakukan dengan teknik polimerisasi radikal

Lebih terperinci

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting Reni Silvia Nasution Program Studi Kimia, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia reni.nst03@yahoo.com Abstrak: Telah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material dan Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Kimia ITB, serta di Laboratorium Polimer Pusat Penelitian

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Pada umumnya peralatan yang digunakan berada di Laboratorium Kimia Fisik Material, sedangkan untuk FTIR digunakan peralatan yang berada di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN MONTMORILLONITE PADA SIFAT KETAHANAN TERMAL POLIVINIL ASETAT

PENGARUH PENAMBAHAN MONTMORILLONITE PADA SIFAT KETAHANAN TERMAL POLIVINIL ASETAT SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN MONTMORILLONITE PADA SIFAT KETAHANAN TERMAL POLIVINIL ASETAT M. IZZUDDIN JUNDULLAH H. NRP 1412100050 Dosen Pembimbing Lukman Atmaja, Ph. D. JURUSAN KIMIA Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : - Hot Plate Stirer Coming PC 400 D - Beaker Glass Pyrex - Hot Press Gotech - Neraca Analitik Radwag

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena yang berwarna putih susu atau milky seperti terlihat pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Hasil polimer emulsi

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Pada tahap sintesis, pemurnian, dan sulfonasi polistiren digunakan peralatan gelas, alat polimerisasi, neraca analitis, reaktor polimerisasi, oil

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis melalui polimerisasi dari monomer (stiren). Polimerisasi ini merupakan polimerisasi radikal, dengan pusat aktif berupa radikal bebas.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

Sintesis ZSM-5 Mesopori menggunakan Prekursor Zeolit Nanocluster : Pengaruh Waktu Hidrotermal

Sintesis ZSM-5 Mesopori menggunakan Prekursor Zeolit Nanocluster : Pengaruh Waktu Hidrotermal Sintesis ZSM-5 Mesopori menggunakan Prekursor Zeolit Nanocluster : Pengaruh Waktu Hidrotermal Oleh: Risa Fitriya H. Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, M.Sc. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1. Tahapan Penelitian Secara Umum Secara umum, diagram kerja penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : Monomer Inisiator Limbah Pulp POLIMERISASI Polistiren ISOLASI

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian menggunakan metode eksperimental yang dilakukan di laboratorium, dimana secara garis besar terdiri dari 3 tahap : 1. Tahap 1 yaitu mempersiapkan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kelompok Keilmuan (KK) Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung. Penelitian dimulai dari

Lebih terperinci

Respon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.)

Respon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.) 1 Respon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.) Kartika Tanamal Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Jalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA Firmansyah, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail: firman_bond007@yahoo.com

Lebih terperinci

16! 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

16! 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 16 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Bahan Baku Chitosan dan Larutan Chitosan-PVA Bahan dasar yang digunakan pada pembuatan film adalah chitosan. Menurut Khan et al. (2002), nilai derajat deasetilasi

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 1 Universitas Diponegoro/Kimia, Semarang (diannurvika_kimia08@yahoo.co.id) 2 Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer superabsorbent di bawah radiasi microwave dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet siklo (CNR) merupakan material turunan dari karet alam yang menjadi produk unggulan industri hilir karet. Karet siklo merupakan salah satu hasil modifikasi karet

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Poliuretan Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis poliuretan dengan menggunakan monomer diisosianat yang berasal dari toluena diisosianat (TDI) dan monomer

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen, Jurusan Pendidikan Kimia,

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Rancangan kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN DESY TRI KUSUMANINGTYAS (1409 100 060) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November PENGARUH PENAMBAHAN KHITOSAN DAN PLASTICIZER GLISEROL PADA KARAKTERISTIK PLASTIK BIODEGRADABLE DARI PATI LIMBAH KULIT SINGKONG Disusun oleh : 1. I Gede Sanjaya M.H. (2305100060) 2. Tyas Puspita (2305100088)

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Sektor industri termasuk industri kimia di dalamnya, dewasa ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia, baik dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fisik dan Kimia Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Material yang digunakan dalam pembuatan organoclay Tapanuli, antara lain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Material yang digunakan dalam pembuatan organoclay Tapanuli, antara lain BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Material Material yang digunakan dalam pembuatan organoclay Tapanuli, antara lain bentonit alam dari daerah Tapanuli, aquades, serta surfaktan heksadesiltrimetillammonium

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG A. LATAR BELAKANG Prarancangan Pabrik Polivinil Alkohol BAB I PENGANTAR Industri polivinil alkohol merupakan salah satu industri yang berkembang cukup baik dewasa ini dengan angka pertumbuhan permintaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspal adalah material perekat berwarna coklat kehitam hitaman sampai hitam dengan unsur utama bitumen. Aspal merupakan senyawa yang kompleks, bahan utamanya disusun

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan 3 Percobaan 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, seperti gelas kimia, gelas ukur, cawan petri, labu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Untuk keperluan Analisis digunakan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak.

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

Universitas Jember Oktober 2013

Universitas Jember Oktober 2013 ABSTRACT and EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI OPTIMALISASI PREPARASI SUPERABSORBENT DARI UMBI ILES-ILES UNTUK PEMBENAH TANAH DAN PEMBAWA PUPUK LEPAS KENDALI Tahun ke 1 dari rencana

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 2, No. 1, (2013) ( X Print) 1

JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 2, No. 1, (2013) ( X Print) 1 JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 2, No. 1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 PENGARUH PERBANDINGAN JUMLAH POLI(VINIL ALKOHOL) DAN PATI JAGUNG DALAM MEMBRAN POLI(VINIL FORMAL) TERHADAP PENGURANGAN ION KLORIDA

Lebih terperinci

Kata Kunci : styrofoam, polistyren, polistyren tersulfonasi, amilosa, polibled

Kata Kunci : styrofoam, polistyren, polistyren tersulfonasi, amilosa, polibled KAJIAN FISIKA KIMIA LIMBAH STYROFOAM DAN APLIKASINYA Ni Ketut Sumarni 1, Husain Sosidi 2, ABD Rahman R 3, Musafira 4 1,4 Laboratorium Kimia Fisik Fakultas MIPA, Universitas Tadulako 2,3 Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen

Lebih terperinci

MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI MAHKOTA BUAH NANAS (Ananas Comocus) SEBAGAI FILTER DALAM TAHAPAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SARUNG TENUN SAMARINDA

MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI MAHKOTA BUAH NANAS (Ananas Comocus) SEBAGAI FILTER DALAM TAHAPAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SARUNG TENUN SAMARINDA MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI MAHKOTA BUAH NANAS (Ananas Comocus) SEBAGAI FILTER DALAM TAHAPAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SARUNG TENUN SAMARINDA CELLULOSE ACETATE MEMBRANE FROM PINEAPPLE CROWN (Ananas Comocus)

Lebih terperinci

Pembuatan Nitroselulosa dari Kapas (Gossypium Sp.) dan Kapuk (Ceiba Pentandra) Melalui Reaksi Nitrasi

Pembuatan Nitroselulosa dari Kapas (Gossypium Sp.) dan Kapuk (Ceiba Pentandra) Melalui Reaksi Nitrasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012 1-6 1 Pembuatan Nitroselulosa dari Kapas (Gossypium Sp. dan Kapuk (Ceiba Pentandra Melalui Reaksi Nitrasi Bayu Erlangga P., Ilman Tafdhila, Mahfud dan Rr. Pantjawarni

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 sampai April 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik BAB IV HASIL DA PEMBAHASA Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik berbasis garam benzotriazolium yaitu 1,3-metil oktadesil-1,2,3-benzotriazolium bromida 1, 1,3- metil heksadesil-1,2,3-benzotriazolium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel plastik layak santap dibuat dari pencampuran pati tapioka dan pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran ini diperoleh 6 sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Polimer merupakan makromolekul yang dibangun oleh unit-unit

BAB I PENDAHULUAN. Polimer merupakan makromolekul yang dibangun oleh unit-unit 5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Polimer merupakan makromolekul yang dibangun oleh unit-unit molekul sederhana yang tersusun secara berulang. Polimer ditemukan pada sekitar tahun 1920-an.

Lebih terperinci

Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan.

Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan. Lampiran 1 Prosedur analisis surfaktan APG 1) Rendemen Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan. % 100% 2) Analisis

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 19 Sesi NGAN Polimer Polimer adalah suatu senyawa raksasa yang tersusun dari molekul kecil yang dirangkai berulang yang disebut monomer. Polimer merupakan kelompok

Lebih terperinci

ESTERIFIKASI ASAM LEMAK BEBAS DALAM MINYAK JELANTAH MENGGUNAKAN KATALIS H-ZSM-5 MESOPORI DENGAN VARIASI WAKTU AGING

ESTERIFIKASI ASAM LEMAK BEBAS DALAM MINYAK JELANTAH MENGGUNAKAN KATALIS H-ZSM-5 MESOPORI DENGAN VARIASI WAKTU AGING ESTERIFIKASI ASAM LEMAK BEBAS DALAM MINYAK JELANTAH MENGGUNAKAN KATALIS H-ZSM-5 MESOPORI DENGAN VARIASI WAKTU AGING Oleh: Tyas Auruma Pembimbing I : Drs. Djoko Hartanto, M.Si. Pembimbing II : Dr. Didik

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM UREA FORMALDEHID

PETUNJUK PRAKTIKUM UREA FORMALDEHID PETUNJUK PRAKTIKUM UREA FORMALDEHID I. PENDAHULUAN Resin urea-formaldehid merupakan produk yang sangat penting saat ini di bidang plastik, pelapisan dan perekat. Hasil reaksi antara urea dan formaldehida

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorim Fisika Material Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Laboratorium Metalurgi ITS Surabaya

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK OLEH NAMA : ISMAYANI NIM : F1F1 10 074 KELOMPOK : III ASISTEN : SYAWAL ABDURRAHMAN, S.Si. LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Surfaktan Surfaktan (surface active agent) adalah senyawa amphiphilic, yang merupakan molekul heterogendan berantai panjangyang memiliki bagian kepala yang suka air (hidrofilik)

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

Universitas Pakuan, Bogor

Universitas Pakuan, Bogor PENDAHULUAN Perekat merupakan salah satu bahan utama yang amat penting dalam industri pengolahan kayu. Namun dari total biaya produksi kayu yang dibuat dalam berbagai bentuk, lebih dari 32% adalah biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lateks karet alam didapat dari pohon Hevea Brasiliensis yang berasal dari famili Euphorbia ceae ditemukan dikawasan tropikal Amazon, Amerika Selatan. Lateks karet

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Surfaktan methyl ester sulfonat (MES) dibuat melalui beberapa tahap. Tahapan pembuatan surfaktan MES adalah 1) Sulfonasi ester metil untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

Uji Densitas dan Porositas pada Batuan dengan Menggunakan Neraca O Houss dan Neraca Pegas

Uji Densitas dan Porositas pada Batuan dengan Menggunakan Neraca O Houss dan Neraca Pegas FISIKA LABORATORIUM- LAB. MATERIAL 2015 1-4 1 Uji Densitas dan Porositas pada Batuan dengan Menggunakan Neraca O Houss dan Neraca Pegas Puji Kumala Pertiwi, Agustin Leny, Khoirotul Yusro dan Gonjtang Prajitno

Lebih terperinci

5009 Sintesis tembaga ftalosianin

5009 Sintesis tembaga ftalosianin P 59 Sintesis tembaga ftalosianin (H H ) 6 Mo 7 2 2. H2 + 8 + CuCl H 2-8 H 3-8 C 2 - H 2 - HCl Cu C 8 H 3 CH 2 CuCl H 2 Mo 7 6 2. H 2 C 32 H 16 8 Cu (18.1) (6.1) (99.) (1235.9) (576.1) Literatur Classic

Lebih terperinci

3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 10 3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April-Juli 2012. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi Bab IV Pembahasan IV.1 Ekstraksi selulosa Kayu berdasarkan struktur kimianya tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa sebagai kerangka, hemiselulosa sebagai matrik, dan lignin sebagai

Lebih terperinci

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat Kualitas pektin dapat dilihat dari efektivitas proses ekstraksi dan kemampuannya membentuk gel pada saat direhidrasi. Pektin dapat membentuk gel dengan baik apabila pektin tersebut memiliki berat molekul,

Lebih terperinci