BAB I PENDAHULUAN. terutama di kalangan pebisnis atau pelaku usaha. Kebutuhan akan barang modal
|
|
- Liani Lesmana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah Sewa guna usaha sudah sering terdengar di masyarakat umum terutama di kalangan pebisnis atau pelaku usaha. Kebutuhan akan barang modal sebagai sarana utama penunjang kegiatan usaha membutuhkan dana yang cukup besar, dan tidak sedikit para pengusaha yang memiliki keterbatasan dana tersebut. Untuk itu, sewa guna usaha merupakan salah satu solusi lembaga pembiayaan di luar metode pembiayaan yang disediakan oleh bank konvensional. Perusahaan sewa guna usaha di Indonesia lebih dikenal dengan nama sewa guna usaha. Kegiatan utama perusahaan sewa guna usaha adalah bergerak di bidang pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal yang diinginkan nasabah. Pembiayaan di sini maksudnya jika seseorang nasabah membutuhkan barang-barang modal seperti alat-alat berat, peralatan kantor, mobil dengan cara disewa atau dibeli secara kredit dapat diperoleh dari perusahaan sewa guna usaha. 1 Sewa guna usaha dalam arti modern pertama kali berkembang di Amerika Serikat tahun 1850 dalam bentuk sewa guna usaha kereta api, dan kemudian menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. 2 Sewa guna usaha mulai dikenalkan di Indonesia sejak tahun 1974 berdasarkan surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan No. Kep. 122/MK/IV/2/1974, No. 32/M/SK/2/1974 dan No. 30/Kpb/I/1974, tanggal 7 1 Anna Maria. Sewa Guna Usaha (Sewa guna usaha). Wartawarga.gunadarma.ac.id. 1 Maret Munir Fuady (I). Hukum tentang Pembiayaan: dalam Teori dan Praktek, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung, Hal. 12
2 Februari 1974 tentang Perizinan Usaha Sewa guna usaha. Saat ini pengaturan sewa guna usaha dapat dilihat dalam Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan. Sewa guna usaha semakin berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah, khususnya di bidang perkebunan (agribisnis) dan pertambangan, dipercaya ikut mendorong bisnis pembiayaan alat berat. Pasalnya, hampir seluruh pembiayaan alat-alat berat menggunakan skema Sewa guna usaha. Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Wiwie Kurnia menyatakan dari prediksi norma pembiayaan multifinance yang mencapai Rp130 triliun pada tahun ini, sekitar Rp15 hingga 20 triliun merupakan pembiayaan alat berat. Sementara itu, norma pembiayaan peralatan berat pada 2006 diperkirakan tumbuh sekitar 10%. 3 Penyaluran pembiayaan terbesar dilakukan untuk sektor pertambangan, khususnya batu bara. Pembiayaan alat berat lainnya disalurkan untuk sektor agribisnis dengan porsi 14% dan 21% sisanya pembiayaan alat berat untuk sektor perkebunan, konstruksi, dan lain-lain. 4 Pertumbuhan penyaluran pembiayaan sektor sewa guna usaha (sewa guna usaha) hingga akhir 2011 meningkat 44,06% dibanding 2010 berdasarkan data Bank Indonesia. Peningkatan sektor pembiayaan sewa guna usaha (sewa guna usaha) ini melampaui pembiayaan konsumen yang hanya tumbuh 26,75% dari Menurut Departemen Riset IFT, sektor pertambangan menopang penjualan alat berat sepanjang tahun lalu. Berdasarkan data penjualan Komatsu, yang 3 Nilai pembiayaan sewa alat berat sampai Rp 20 trilliun.sewa alat berat terkendala SDM & pajak Augustus ibid.
3 memiliki market share 49% terhadap penjualan alat berat di Indonesia tahun lalu, sektor pertambangan memberikan kontribusi terbesar terhadap total penjualan alat berat sebanyak unit. 5 Perusahaan pembiayaan yang memiliki lini bisnis pembiayaan alat berat (Sewa guna usaha) juga tidak ketinggalan memanfaatkan peluang tersebut. Salah satunya, PT Clipan Finance Tbk, emiten pembiayaan dengan porsi bisnis pembiayaan alat berat 30%. Suhendra, Direktur Marketing Clipan Finance, mengatakan perseroan menargetkan penyaluran pembiayaan alat berat pada tahun ini sebesar Rp625 miliar. Clipan Finance memberikan fasilitas pembiayaan alat berat baru bekerja sama dengan supplier alat berat Komatsu, Hitachi, Kobelco, dan Catterpilar. 6 Dalam perkembangannya, masyarakat Indonesia masih banyak yang berpendapat bahwa sewa guna usaha adalah sama dengan sewa beli (hire purchase). Padahal pengertian sewa guna usaha atau sewa guna usaha sebenarnya lebih luas daripada pengertian sewa beli, sebab sewa guna usaha ada yang berbentuk finance lease (dengan hak opsi) serta operating lease (tanpa hak opsi). Mekanisme kerja dalam sewa beli memang mirip dengan finance lease sehingga tidak salah jika ada orang yang menyimpulkan bahwa sewa beli merupakan bagian dari sewa guna usaha (sewa guna usaha). 7 Lembaga Sewa guna usaha tidak dikenal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sebagai salah satu sumber hukum yang mengatur tentang 5 Abdul Wahid Fauzie, dkk. Pertumbuhan Sewa Guna Usaha Lampaui Pembiayaan Konsumen Pembiayaan alat berat tumbuh 40% Oktober Iswi Hariyani & R. Serfianto. Gebyar Bisnis Dengan Cara Sewa guna usaha. Pustaka Yustisia, Yogyakarta, Hal. 2.
4 perikatan, namun Buku III KUH Perdata menganut sistem terbuka (open system), artinya para pihak bebas untuk mengadakan kontrak dengan siapa pun, menentukan syarat-syaratnya, pelaksanaannya, dan bentuk kontrak, baik berbentuk lisan maupun tulisan. Hal itu dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menganut asas kebebasan berkontrak yang berbunyi, Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. 8 Berbicara tentang akibat dari persetujuan/perjanjian tidak bisa lepas dari ketentuan Pasal 1338 dan Pasal 1339 KUH Perdata yang membawa arti penting tentang iktikad baik dan kepatutan serta kebiasaan. Bila dalam perjanjian tidak sesuai dengan maksud para pihak maka kita harus berpaling pada ketentuan tersebut, agar perjanjian yang patut dan pantas sesuai asas kepatutan yang membawa pada keadilan. Oleh karena itu perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik dan kepatutan tujuannya sama untuk mencapai keadilan yang diharapkan Pasal 1338 dan Pasal 1339 KUH Perdata merupakan Pasal yang artinya senafas atau senada. 9 Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengangkat judul Analisis Hukum Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Sewa guna usaha dengan Objek Alat Berat apakah sudah sesuai dengan norma kepatutan, dan pembahasan mengenai penyelesaian masalah yang timbul dari kontrak Sewa guna usaha tersebut terutama apabila objek perjanjian Sewa guna usaha mengalami kerusakan selama jangka waktu perjanjian belum berakhir. 8 Salim H.S. (I) Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia. Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, Hal. 1 9 Perjanjian. Hennyolgarebekka.wordpress.com 23 Mei 2011.
5 B. Rumusan Masalah Adanya perumusan masalah dalam penulisan skripsi ini tidak lain guna mencegah pembahasan yang melebar dari tujuan yang dikehendaki, dan juga sebagai bahan yang membedakan skripsi ini dengan judul serupa. Melalui tema hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Sewa guna usaha (sewa guna usaha) objek alat-alat berat, penulis menemukan beberapa permasalahan yang berusaha untuk menggali lebih dalam lagi dari segi yuridis. Rumusan masalah tersebut antara lain: 1. Apakah hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Sewa guna usaha dengan objek alat berat sudah sesuai dengan norma kepatutan? 2. Bagaimana tanggung jawab para pihak dan penyelesaiaanya apabila terjadi kerusakan pada objek perjanjian Sewa guna usaha selama jangka waktu perjanjian belum berakhir? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan skripsi ini selain guna melengkapi tugas akhir sebagai sarjana, juga bertujuan yang sesuai dengan judul skripsi maupun dengan permasalahan yang dikemukakan dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hak dan kewajiban yang terkandung dalam klausulaklausula kontrak sewa guna usaha yang disediakan oleh perusahaan pembiayaan apakah sudah memenuhi unsur-unsur kepatutan. 2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pertanggungjawaban para pihak dalam perjanjian Sewa guna usaha alat berat serta, proses penyelesaian apabila
6 timbul sengketa akibat masalah kerusakan terhadap objek yang diperjanjikan sedangkan jangka waktu perjanjian masih berjalan. D. Manfaat Penulisan Manfaat penulisan secara umum dapat dilihat dari 2 (dua) sudut, yakni: 1. Manfaat Teoritis: penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang mendalam dalam dunia ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu hukum dalam kaitannya hukum perdata dan lembaga pembiayaan bagi kalangan akademis maupun masyarakat luas. 2. Manfaat Praktis: dengan adanya penulisan skripsi yang menyangkut tentang perjanjian Sewa guna usaha (sewa guna usaha) khususnya dengan objek alat-alat berat ini, dengan memperoleh pengetahuan tentang hak dan kewajiban para pihak, dan tentang penyelesaian masalah yang timbul, dapat memperlancar mekanisme Sewa guna usaha serta memberi jaminan kepastian hukum bagi para pihak dalam hubungan ini maupun yang hendak terjun ke dalam pembiayaan Sewa guna usaha. E. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan menulis skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif membahas doktrin-doktrin atau asasasas dalam ilmu hukum, umumnya lebih mengutamakan data sekunder, yakni data yang diperoleh melalui hasil tulisan para ahli hukum atau buku-buku hukum dan peraturan hukum yang berkaitan dengan topik pembahasan.
7 2. Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah deskriptif, yang menyajikan gambaran lengkap mengenai gejala-gejala yang terjadi di masyarakat yang diperoleh dari penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. 3. Pendekatan Penelitian Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif. 4. Jenis Data dan Sumber Data Dalam penyusunan Skripsi ini, data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari lapangan berupa wawancara langsung dengan Bapak Sulaiman sebagai Credit Marketing Officer PT. Clipan Finance Indonesia Tbk., serta data tertulis berhubungan dengan Sewa guna usaha dengan objek alat berat, berupa kontrak sewa guna usaha PT. Clipan Finance Indonesia Tbk. Dan PT. Dipo Star Finance dan lain sebagainya yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian hukum normatif yang terbagi atas 3 (tiga) bagian, yaitu: Bahan hukum primer, yakni bahan-bahan hukum yang mengikat, terdiri atas Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata) dan peraturan perundang-undangan lain diluar KUH Perdata yang berkaitan dengan sewa guna usaha. 10 Zainuddin Ali. Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, Hal. 23.
8 4.2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer, misalnya: buku-buku hasil karya dari pakar hukum, dan pendapat para sarjana Bahan hukum tertier yaitu bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya: kamus atau tesaurus. 5. Teknik Pengumpulan Data Dalam penulisan skripsi ini digunakan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni: 5.1. Studi Pustaka atau Penelitian Kepustakaan (Library Research) penelitian yang dilakukan dengan membaca, mempelajari, dan menganalisis secara sistematis berbagai sumbber bacaan atau bahan tulisan, seperti buku-buku, peraturan perundang-undangan, karya ilmiah, makalah, dan sumber bacaan lainnya yang berhubungan dengan topik pembahasan dalam Skripsi ini untuk mendapatkan data yang diperlukan. Selain itu juga menggunakan fasilitas teknologi, yakni melalui media internet dengan mencari berbagai situs yangberkenaan dengan topik yang dibahas, termasuk dengan membaca dan menganalisis beberapa artikel yang terkait didalamnya yang ditulis oleh orangorang yang ahli di bidang tersebut atau yang memiliki pengetahuan akan hal itu. Ini guna melengkapi data yang diperlukan Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian lapanngan adalah penelitian dengan cara wawancara langsung dengan salah satu Credit Marketing Officer dari PT. Clipan Finance Indonesia yakni Bapak Sulaiman dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang
9 berhubungan dengan data yang diperlukan. (wawancara ini merupakan wawancara yang bersifat terbuka dengan membuat beberaapa pertanyaan secara tertulis, namun dengan kemungkinan adanya pertanyaan yang timbul selama dalam proses tanya jawab berlangsung) 6. Analisis Data Dalam penelitian kali ini menggunakan analisis data kualitatif, yaitu pendekatan data yang terbentuk atas suatu penormaan atau ukuran secara tidak langsung dengan kata lain yaitu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan. F. Keaslian Penulisan Penulisan skripsi ini dengan judul Analisis Hukum Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Sewa guna usaha (sewa guna usaha) dengan objek alat-alat berat merupakan suatu judul yang belum pernah diangkat sebelumnya. Kalaupun ada judul-judul lain yang serupa, terutama mengenai perjanjian Sewa guna usaha (sewa guna usaha) ini dan apabila ada beberapa redaksi yang mirip dengan beberapa skripsi sebelumnya atau karya tulis lainnya, hal tersebut tidak lain untuk menunjang perbendaharaan dari materi skripsi ini. Secara substansial, penulis dapat bertanggung jawab penulisan skripsi ini berbeda dengan yang telah ada sebelumnya dan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. Dan terbukti judul skripsi ini telah diperiksa sebelumnya oleh Perpustakaan Universitas Cabang FH USU / Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum FH USU, pada tanggal 12 September 2011.
10 G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini dibagi ke dalam beberapa bagian yang disebut dengan bab. Pada setiap bab memiliki maksud dan makna tertentu dalam penelitian ini, yang satu sama lain saling berkaitan merangkai menjadi satu karya tulis yang sistematis dan berstruktural. Adanya sistematika penulisan yang dibagi ke dalam beberapa bab ini memberikan kemudahan tersendiri untuk penyelesaian skripsi ini, serta memberi batasan-batasan penjabaran agar skripsi ini tidak menceritakan hal-hal yang bersifat melebar dari topik yang dipilih, tetapi justru terfokus pada judul yang dipilih sesuai dengan pemecahan masalah yang hendak dicapai. Adapun gambaran skripsi ini secara sistematis dapat diuraikan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan dijelaskan secara singkat latar belakang masalah, perumusan masalah, manfaat dan tujuan penelitian, serta memaparkan metode penelitian yang terdiri dari tipe penelitian, data, teknik pengumpulan data, metode analisis data, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN Pada bab ini, di uraikan mengenai pengertian perjanjian, asas-asas dan syarat sah perjanjian, teori kepatutan menurut para ahli, kepatutan sebagai elemen perjanjian dan berakhirnya perjanjian secara umum. BAB III : PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA SEBAGAI LEMBAGA PEMBIAYAAN.
11 Dalam bagian ini, membahas pengertian dan dasar hukum perjanjian sewa guna usaha, karakteristik perjanjian sewa guna usaha, jenis-jenis sewa guna usaha, subjek dan objek perjanjian sewa guna usaha, serta wanprestasi dan berakhirnya perjanjian sewa guna usaha. BAB IV : ANALISIS HUKUM MENGENAI HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA DENGAN OBJEK ALAT BERAT. (PT. CLIPAN FINANCE INDONESIA DAN PT. DIPO STAR FINANCE) Dalam bagaian ini akan membahas penelitian penulis tentang mekanisme pelaksanaan perjanjian sewa guna usaha, analisis hukum mengenai hak dan kewajiban dalam perjanjian sewa guna usaha, sehingga dapat dilihat kepatutan sebagai dasar merumuskan isi perjanjian sewa guna usaha. Serta menguraikan tanggung jawab para pihak sesuai perjanjian sewa guna usaha dilengkapi dengan cara penyelesaiannya apabila terjadi kerusakan pada objek perjanjian sebelum masa perjanjian berakhir. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Dalam Bab ini menjelaskan kesimpulan menyeluruh sesuai dengan topik penelitian dan kemudian menguraikan saran yang relevan dengan kesimpulan.
ANALISIS HUKUM HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN LEASING DENGAN OBJEK ALAT BERAT (PADA
ANALISIS HUKUM HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN LEASING DENGAN OBJEK ALAT BERAT (PADA KONTRAK PT. CLIPAN FINANCE INDONESIA TBK. DAN PT. DIPO STAR FINANCE) SKRIPSI Disusun untuk melengkapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan keberadaan lembaga-lembaga pembiayaan. Sejalan dengan semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam suatu masyarakat diikuti dengan kebutuhan keberadaan lembaga-lembaga pembiayaan. Sejalan dengan semakin berkembang dan meningkatnya pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersifat terbuka, perdagangan sangat vital bagi upaya untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perdagangan merupakan sektor jasa yang menunjang kegiatan ekonomi antar anggota masyarakat dan antar bangsa. Bagi Indonesia dengan ekonominya yang bersifat terbuka,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembiayaan. Bank sebagai lembaga keuangan ternyata tidak cukup mampu untuk
8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dana atau modal bagi seseorang saat ini sangatlah penting, untuk memenuhi kebutuhan dana atau modal maka diperlukan suatu lembaga pembiayaan. Bank sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi perekonomian tersebut tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia otomotif di Indonesia dari tahun-ketahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia otomotif di Indonesia dari tahun-ketahun mengalami peningkatan, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya permintaan akan kendaraan bermotor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing lagi di masyarakat dan lembaga jaminan memiliki peran penting dalam rangka pembangunan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian yang pesat telah menghasilkan berbagai jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan dikonsumsi. Barang dan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman telah menuntut berbagai jenis bidang usaha untuk memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan dalam rangka mendukung efisiensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat telah memberikan kemajuan yang luar biasa kepada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian, perdagangan, dan perindustrian yang semakin meningkat telah memberikan kemajuan yang luar biasa kepada konsumen karena ada beragam variasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari hukum. Hampir seluruh hubungan hukum harus mendapat perlindungan dari hukum. Oleh karena itu terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat. Banyaknya produk barang dan/atau jasa yang ditawarkan para pelaku usaha kepada masyarakat sama-sama
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT
TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DIVISI REGIONAL II SUMATERA BARAT DENGAN PIHAK KETIGA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat memberikan jaminan. Untuk benda jaminan yang berupa benda bergerak, maka hak kebendaan tersebut adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakan oleh manusia atau mesin. Transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi perekonomian tersebut tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya pembangunan dan perkembangan Ekonomi di Indonesia semakin tahun semakin meningkat. Hal tersebut ditandai dengan semakin pesatnya laju perekonomian di
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan
III. METODE PENELITIAN A. Penelitian Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologi, sistematis, dan konsisten. Metodologi berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam suasana abad perdagangan dewasa ini, boleh dikatakan sebagian besar kekayaan umat manusia terdiri dari keuntungan yang dijanjikan oleh orang lain yang akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan negara di zaman sekarang begitu pesat dan cepat dari perkembangan Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam, bahkan di negara Indonesia yang menganut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya lembaga keuangan di Indonesia dibedakan atas dua bagian, yakni lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank, namun dalam praktek sehari-hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari
8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Banyak perusahaan lokal dan internasional mencari berbagai kegiatan dalam rangka menanamkan modalnya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Cabang USU. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2015 sampai
65 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian tesis ini dilakukan di Bank Negara Indonesia (BNI) Cabang USU. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2015 sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat kita lihat dalam praktek sehari-hari, banyaknya peminat dari
BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang Dalam dunia perdagangan kita mengenal berbagai macam perjanjian, salah satu diantaranya adalah Perjanjian Sewa Beli. Perjanjian ini timbul dalam praktek karena adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia dalam era globalisasi ini sedang giatnya melakukan pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana diberbagai sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan hubungan atau pergaulan antar masyarakat memiliki batasan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara hukum pada prinsipnya mengakui bahwa kehidupan hubungan atau pergaulan antar masyarakat memiliki batasan yang menjamin hak-hak pribadi dan komunal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan Pembangunan Nasional, peranan pihak swasta dalam kegiatan pembangunan semakin ditingkatkan juga. Sebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya dapat meraih keberhasilan. Selain itu pemanfaatan pasar kerja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki era globalisasi khususnya di sektor ketenagakerjaan akan menghadapi tantangan yang cukup besar, persaingan antara dunia usaha akan semakin ketat dan penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mempromosikan produknya. perjanjian itu sah, diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis di Indonesia sekarang ini sangat pesat, karena munculnya para pembisnis muda yang sangat inovatif dan kreatif di segala bidang. Apalagi bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus dapat berdampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memproduksi dapat tetap berproduksi. Pada dasarnya kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat sebagai pelaku utama dalam pembangunan perlu mendapatkan perhatian dan dukungan yang serius dari pemerintah yang berkewajiban mengarahkan, membimbing,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan. Perbankan, dalam pasal 1 angka 2 dinyatakan bahwa:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam kemajuan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Hal ini dikarenakan manusia diberikan
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian terus berlangsung di manapun dan oleh siapapun sebagai pelaku usaha, baik pribadi, badan hukum privat atau publik, bahkan oleh gabungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam perkembangan kebutuhan manusia pada umumnya dan pengusaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kebutuhan manusia pada umumnya dan pengusaha khususnya yang semakin meningkat, menyebabkan kegiatan ekonomi yang juga semakin berkembang.
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan laut ini. Tetapi karena
BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Mengikuti perkembangan dari perekonomian yang moderen, adanya pengangkutan merupakan salah satu sarana yang cukup penting dalam menunjang pembangunan ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda bergerak maupun yang tidak berwujud. Pesatnya perkembangan masyarakat dewasa ini, kebutuhan akan sarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh terhadap semakin banyaknya kebutuhan masyarakat akan barang/ jasa tertentu yang diikuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi terutama dalam sektor perdagangan sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ekonomi terutama dalam sektor perdagangan sangat mempengaruhi kegiatan bisnis di dunia, tidak terkecuali Indonesia sebagai negara yang ingin mencapai tujuannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjangkau didalam perumahan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, rumah merupakan kebutuhan dasar manusia mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyelerasikan dan menyeimbangkan unsur-unsur itu adalah dengan dana (biaya) kegiatan untuk menunjang kehidupan manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka pelaksanaan pembangunan nasional harus lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia
7 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Majunya perekonomian suatu bangsa, menyebabkan pemanfaatan tanah menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia itu sendiri. Hal ini terlihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal yang sehat, transfaran dan efisien. Peningkatan peran di bidang pasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebijakan dalam sektor ekonomi adalah pengembangan pasar modal yang sehat, transfaran dan efisien. Peningkatan peran di bidang pasar modal, merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata merupakan sekumpulan aturan yang memuat ketentuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Perdata merupakan sekumpulan aturan yang memuat ketentuan bagaimana seseorang bertingkah laku baik di keluarga maupun di masyarakat sekitar.salah satu aspek dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan masyarakat (financial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga perbankan, seperti juga lembaga perasuransian, dana pensiun, dan pegadaian merupakan suatu lembaga keuangan yang menjembatani antara pihak yang berkelebihan
Lebih terperinciPENGANGKUTAN BARANG (Studi Tentang Tanggung Jawab Pengangkutan Kereta Api dalam Penyelengaraan Melalui Kereta api Oleh PT Bimaputra Express)
PENGANGKUTAN BARANG (Studi Tentang Tanggung Jawab Pengangkutan Kereta Api dalam Penyelengaraan Melalui Kereta api Oleh PT Bimaputra Express) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS WANPRESTASI PADA PERJANJIAN LEASING
TINJAUAN YURIDIS WANPRESTASI PADA PERJANJIAN LEASING ( Studi Kasus di PT. Dharmatama Megah Finance Cabang Surakarta) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Februari 1974, tentang Perizinan Usaha Leasing, mendorong pelaku bisnis jasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai kemudahan diberikan oleh penyedia jasa keuangan, khususnya dalam hal pemberian kredit kendaraan bermotor yang dewasa ini banyak bermunculan lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu perjanjian accsoir yang ada dalam suatu perjanjian kredit.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu Perjanjian Kredit biasanya terdapat perjanjian accesoir (perjanjian ikutan) yang mengikuti perjanjian kredit tersebut. Fidusia merupakan salah satu perjanjian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam masyarakat. Oleh karena itu hampir setiap orang pasti mengetahui mengenai peranan bank
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahap permulaan usaha maupun pada tahap pengembangan. usaha yang dilakukan oleh perusahaan, permodalan merupakan faktor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahap permulaan usaha maupun pada tahap pengembangan usaha yang dilakukan oleh perusahaan, permodalan merupakan faktor yang relatif penting dan harus tersedia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jasa pengiriman paket dewasa ini sudah menjadi salah satu kebutuhan hidup. Jasa pengiriman paket dibutuhkan oleh perusahaan, distributor, toko, para wiraswastawan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di pisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan para pelaku ekonomi yang secara terus menerus dari waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berjudul Tentang Sewa-Menyewa yang meliputi Pasal 1548 sampai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian sewa-menyewa diatur di bab VII Buku III KUHPerdata yang berjudul Tentang Sewa-Menyewa yang meliputi Pasal 1548 sampai dengan Pasal 1600 KUHPerdata. Defenisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk menghasilkan produk electronic yang semakin canggih dan beragam. Kelebihan-kelebihan atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai makhluk individu, manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan, baik yang baru berdiri maupun yang sudah
i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya perekonomian dan dunia usaha, masyarakat semakin banyak yang ingin memulai usaha baik dalam bidang jasa maupun dagang. Semakin banyak
Lebih terperinciFAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
SKRIPSI PELAKSANAAN PERJANJIAN BAKU DALAM PENERBITAN KARTU KREDIT DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH PADA BANK BNI SYARIAH CABANG PADANG Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Dalam perkembangan bisnis dan usaha dana merupakan salah satu sarana penting dalam rangka pembiayaan. Kalangan perbankan selama ini diandalkan sebagai satu-satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke waktu. Pembangunan yang
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya lembaga anjak piutang (Factoring) dapat mengatasi berbagai kendala yang muncul dalam dunia usaha dan dapat menjadi alternatif pembiayaan suatu usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya modal dalam mengembangkan unit usaha yang sedang dijalankan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, seiring dengan pertumbuhan perekonomian yang terjadi, kebutuhan masyarakat atas barang atau jasa semakin meningkat sekaligus bervariasi. Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberian kredit bagi bank merupakan kegiatan yang utama, karena pendapatan terbesar dari bank berasal dari sektor kredit baik dalam bentuk bunga, provisi, ataupun
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma,
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, artinya penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang. menghasilkan berbagai macam produk kebutuhan hidup sehari-hari,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang menghasilkan berbagai macam produk kebutuhan hidup sehari-hari, yang dipasarkan secara terbuka baik pasar-pasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebijakan bidang ekonomi adalah mempercepat pemulihan ekonomi dan. mewujudkan landasan yang lebih kokoh bagi pembangunan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman modern ini, perkembangan arus globalisasi dunia dan kerjasama di segala bidang berkembang sangat pesat.dampak yang dirasakan akibat dari perkembangan tersebut
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA PENJUALAN SEPEDA MOTOR BEKAS ANTARA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE CABANG MUARA BUNGO DENGAN DEALER OEDAY MOTOR
No. Alumni Universitas: HADITYA SANJAYA No. Alumni Fakultas: (a) Tempat/Tgl.Lahir: Solok/ 7 Januari 1990 (f) Tanggal Lulus: 4 Mei 2011 (b) Nama Orang Tua: Basri Tasmin dan Surmiati Latin (g) Predikat Lulus:
Lebih terperinciA. Kesimpulan BAB I PENDAHULUAN
5. Berakhirnya Perjanjian Kredit...... 30 C. Tinjauan Umum Tentang Kredit Usaha Rakyat...37 1. Pengertian Kredit Usaha Rakyat...37 2. Tujuan dan Lembaga Penjamin Kredit Usaha Rakyat...37 BAB III PEMBAHASAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah pendekatan empiris dan
31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah pendekatan empiris dan pendekatan normatif, yaitu: 45 1. Pendekatan yuridis empiris adalah pendekatan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal agar suatu kegiatan usaha atau bisnis tersebut dapat terwujud terlaksana. Dalam suatu kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, pemenuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat dapat dilihat pada perkembangan lembaga yang ada pada masyarakat tersebut, baik di bidang ekonomi, sosial, budaya dan politik. Sejalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peraturan Perundangan yang terbaru. Yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun tentang Perdaganganyang terkait dengan e Commerce.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjual barang melalui media internet tak lagi hemat bagi pengusaha. Mereka harus berpikir ulang mencari untung setelah pemerintah melalui Direktorat Jenderal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah badan usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pembiayaan (financing institution) merupakan badan usaha yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Pembiayaan (financing institution) merupakan badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak untuk saling mengikatkan diri. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan bisnis tentunya didasarkan pada suatu perjanjian atau kontrak. Perjanjian atau kontrak merupakan serangkaian kesepakatan yang dibuat oleh para pihak untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 salah satunya adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan dari Negara Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 salah satunya adalah memajukan kesejahteraan umum.
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA
0 PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Persyaratan guna Mencapai Derajat Hukum dan Ilmu Hukum pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi
1 BAB I PENDAHULUAN Perkembangan masyarakat terlihat pada lembaga yang ada pada masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi maupun hukum. Untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengusaha untuk mengembangkan usahanya. kedua belah pihak, yakni pembeli dan penjual.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia bisnis saat ini berbagai macam usaha dan kegiatan dapat dilakukan dalam rangka untuk memenuhi pangsa pasar di tengah-tengah masyarakat.permintaa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia pada umumnya sudah mengenal siapa itu konsumen. 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia pada umumnya sudah mengenal siapa itu konsumen. 2 Konsumen sebagaimana yang dikenal dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa asing,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang terus berkembang di segala bidang. Usaha yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi yang semakin maju harus menjamin perlindungan dalam dunia usaha. Perkembangan tersebut memunculkan berbagai usaha yang terus berkembang di segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangkutan adalah perpindahan tempat, baik mengenai benda-benda maupun orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan meninggikan manfaat serta
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa,
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perseroan Terbatas 1. Pengertian Perseroan Terbatas Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perseroan Terbatas 1. Pengertian Perseroan Terbatas Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. gejala yuridis yang ada dan fakta empiris yang terjadi. 1. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya.
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian hukum secara filosofi berupaya mencari kebenaran hakiki dari setiap gejala yuridis yang ada dan fakta empiris yang terjadi. 1 Peneltian sangat diperlukan untuk memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dan. dan peningkatan pembangunan yang berasaskan kekeluargaan, perlu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dan berdasarkan Pancasila dan Undang undang Dasar 1945 secara berkesinambungan dan peningkatan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemenuhan akan sarana transportasi saat ini merupakan kebutuhan pokok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemenuhan akan sarana transportasi saat ini merupakan kebutuhan pokok setiap manusia. Transportasi sendiri dikelompokkan menjadi jalur darat, laut, dan udara.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. normatif-terapan (aplicated legal case study) yaitu penelitian hukum yang
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Tipe Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif-terapan (aplicated legal case study) yaitu penelitian hukum yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada instansi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum. Setiap interaksi antar individu maupun kelompok memiliki akibat hukum. Oleh karena itu, untuk mengatasi semua akibat hukum
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan ini tak ada seorangpun yang dapat memprediksi atau meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang dengan baik dan sempurna. Meskipun telah
Lebih terperinciRAKA PRAMUDYA BEKTI
PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR DI PT.PARA MULTI FINANCE CABANG PADANG Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Oleh : RAKA PRAMUDYA BEKTI 07940072
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdiri atas perairan laut, sungai, dan danau.diatas teritorial daratan dan perairan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan, dengan beribu-ribu pulau besar dan kecil berupa daratan dan sebagian besar perairan yang terdiri atas perairan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada
44 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang besar akan jasa keuangan di kalangan masyarakat yang
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fakta tentang kemiskinan dan pengangguran menunjukkan bahwa terdapat kebutuhan yang besar akan jasa keuangan di kalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah/rumah
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS TERHADAP KONTRAK SEWA BELI
65 TINJAUAN YURIDIS Abstrak : Perjanjian sewa beli merupakan gabungan antara sewamenyewa dengan jual beli. Artinya bahwa barang yang menjadi objek sewa beli akan menjadi milik penyewa beli (pembeli) apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dengan arus lalu lintas transportasi. Semua kebutuhan dan kegiatan yang dilakukan dalam pekerjaan sehari-hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia penuh dengan ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut biasanya berhubungan dengan takdir dan nasib manusia itu sendiri yang telah ditentukan oleh Tuhan.
Lebih terperinci