PENGARUH PACLOBUTRAZOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN GLOKSINIA (Sinningia speciosa Pink) Oleh Retno Santiasrini A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PACLOBUTRAZOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN GLOKSINIA (Sinningia speciosa Pink) Oleh Retno Santiasrini A"

Transkripsi

1 PENGARUH PACLOBUTRAZOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN GLOKSINIA (Sinningia speciosa Pink) Oleh Retno Santiasrini A PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 PENGARUH PACLOBUTRAZOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN GLOKSINIA (Sinningia speciosa Pink) Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh Retno Santiasrini A PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

3 RINGKASAN RETNO SANTIASRINI. Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Gloksinia (Sinningia speciosa Pink). Dibimbing oleh NURHAJATI ANSORI MATTJIK. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis pengaruh perbedaan cara pemberian dan konsentrasi retardan paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan pembungaan gloksinia (Sinningia speciosa Pink). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus Penelitian dilaksanakan di rumah kaca, kebun percobaan Cikabayan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan laboratorium Pendidikan Hortikultura. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu rancangan perlakuan faktorial disusun dalam rancangan lingkungan acak kelompok (RAK), terdiri dari dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama yaitu cara pemberian paclobutrazol yang terdiri atas penyiraman larutan paclobutrazol ke media tanam (drenches) dan penyemprotan larutan paclobutrazol ke daun tanaman (sprays). Faktor kedua yaitu konsentrasi paclobutrazol yang terdiri dari 5 taraf konsentrasi yaitu 0 ppm (kontrol), 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm dan 400 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan cara pemberian paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 8, 9, 10 MSP, pertambahan tinggi tanaman pada 4, 7, 8 MSP, pertambahan panjang daun 3, 6, 8, 9 MSP, jumlah bunga 7, 8 MSP serta diameter bunga. Selain itu berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada 5, 6 MSP dan jumlah bunga 9, 10 MSP. Sedangkan konsentrasi paclobutrazol secara umum berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman dan pertambahan tinggi tanaman mulai dari awal hingga akhir penelitian, pertambahan panjang daun pada 3, 4 MSP dan pertambahan lebar daun pada 3 MSP. Konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh terhadap peubah saat muncul tunas bunga, jumlah bunga, diameter bunga, jumlah daun kecuali pada 6 MSP. Interaksi cara pemberian dan konsentrasi paclobutrazol yang diberikan, hanya berpengaruh nyata pada peubah pertambahan panjang daun pada 2 MSP dan pertambahan lebar daun pada 3 MSP.

4 Judul : PENGARUH PACLOBUTRAZOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN GLOKSINIA (Sinningia speciosa Pink) Nama : Retno Santiasrini NRP : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Nurhajati Ansori Mattjik, MS. NIP: Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP: Tanggal Lulus :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bangkalan Madura, Jawa Timur, pada tanggal 28 Maret Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Susanto Budiyono dan Ibu Sri Murni. Penulis memiliki dua orang adik yaitu Hikma Romdiyatu Apriyani dan Aminullah Fatoni. Tahun 1991 penulis memulai studi di TK Perwanida Bangkalan, kemudian tahun 1992 melanjutkan studi di SD Negeri Demangan 1 Bangkalan hingga tahun Tahun 2001 penulis menamatkan studi di SLTP Negeri 2 Bangkalan. Tiga tahun kemudian, penulis juga lulus dari SMA Negeri I Bangkalan. Pada tahun 2004, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selama menempuh studi di SD, SLTP dan SMA, penulis aktif dalam kegiatan PRAMUKA dan Palang Merah Remaja (PMR). Kemudian selama menempuh studi di IPB penulis juga pernah aktif di Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Madura. Tahun 2005/2006 penulis menjadi pengurus HIMAGRON sebagai staf kesekretariatan. Tahun 2006/2007 penulis menjadi bendahara pada Festifal Tanaman XXVIII dan bergabung dalam kepanitiaan penyambutan mahasiswa baru Departemen Agronomi dan Hortikultura. Tahun 2007 penulis juga bergabung dalam kepanitiaan Penyambutan Mahasiswa Baru Fakultas Pertanian (Saung Tani 2007).

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi nikmat berupa penyelesaian penulisan skripsi dengan judul Pengaruh Paclobutrazol Terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Gloksinia (Sinningia speciosa Pink) dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Nurhajati Ansori Mattjik, MS. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Agus Purwito MSc. Agr. dan Dr. Ir. Endah Retno Palupi MSc. Selaku dosen penguji yang telah memberi saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini. 3. Prof Dr. Ir. Bambang Sapta Purwoko, MSc. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberi saran akademik selama studi di IPB. 4. University Farm yang telah memberi kesempatan untuk melakukan penelitian di rumah kaca Cikabayan. 5. Pak Diding yang telah menyediakan bibit gloksinia, Pak Mamat dan kawankawan yang telah membantu dalam melakukan penelitian. 6. Papa, Mama dan seluruh keluarga besar H. Abdul Aziz atas kasih sayang, doa serta bantuannya baik moril maupun materiil. 7. Keluarga NJ (Bul-bul, Dede, Mbah, Ndahouz, Purna, mbak iik, Aci, April, Ida, Nanae, Fru, Gita, Fuji, Dede_Nur, Riska, Wawat, dan Dian) atas bantuan dan doanya selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini. 8. Horti Family 41 atas semua bantuannya selama penelitian dan atas semua kenangan yang akan menjadi sebuah memori dalam hidup penulis. 9. Semua pihak yang belum tertulis diatas yang telah memberikan bimbingan dan bantuannya dalam penelitian dan penulisan skripsi ini. Bogor, Juni 2009 Penulis

7 DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Hipotesis... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Botani Gloksinia... 4 Syarat Tumbuh Gloksinia... 5 Pembungaan... 6 Zat Pengatur Tumbuh... 7 Paclobutrazol... 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Pelaksanaan Pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Hasil Jumlah Daun Tinggi Tanaman Pertambahan Tinggi Tanaman Pertambahan Panjang Daun Pertambahan Lebar Daun Waktu Muncul Tunas Bunga Diameter Bunga Jumlah Bunga Pembahasan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 35

8 Nomor DAFTAR TABEL Teks Halaman 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol serta Interaksi Cara Pemberian dengan Konsentrasi Paclobutrazol Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Jumlah Daun Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Tinggi Tanaman Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Pertambahan Tinggi Tanaman Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Pertambahan Panjang Daun Interaksi Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Pertambahan Panjang Daun Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Pertambahan Lebar Daun Interaksi Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Pertambahan Panjang Daun Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Saat Muncul Tunas Bunga dan Diameter Bunga Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Jumlah Bunga Lampiran 1. Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Jumlah Daun Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Tinggi Tanaman... 36

9 3. Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Pertambahan Tinggi Tanaman Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Pertambahan Panjang Daun Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Pertambahan Lebar Daun Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Waktu Muncul Tunas Bunga dan Diameter Bunga Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Jumlah Bunga Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Jumlah Daun Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Tinggi Tanaman Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Pertambahan Tinggi Tanaman Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Pertambahan Panjang Daun Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Pertambahan Lebar Daun Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Saat Muncul Tunas Bunga Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Diameter Bunga Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Jumlah Bunga... 48

10 Nomor DAFTAR GAMBAR Teks Halaman 1. Rumus Bangun Paclobutrazol Skema Penghambatan Sintesis Giberelin oleh Paclobutrazol a. Bibit Gloksinia pada Awal Penanaman b. Bibit di dalam Greenhouse dengan naungan paranet 70% Kerusakan Daun Akibat Hama Belalang Grafik Linier Pengaruh Berbagai Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Tinggi Tanaman Gloksinia pada 10 MSP Tanaman Gloksinia dengan Aplikasi Paclobutrazol secara Drench (Penyiraman Media) pada 6 MSP Tanaman Gloksinia dengan Aplikasi Paclobutrazol secara Spray (Penyemprotan Daun) pada 6 MSP... 22

11 PENDAHULUAN Latar belakang Perkembangan bisnis hortikultura saat ini, terutama untuk tanaman hias berkembang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan masyarakat terhadap tanaman hias. Permintaan terhadap tanaman hias meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk memenuhi nilai estetika maupun kebutuhan rohaninya. Selain itu meningkatnya permintaan tanaman hias disebabkan oleh semakin meningkatnya kesejahteraan dan tanggapan masyarakat terhadap kenyamanan dan keindahan lingkungan (Ashari, 1995). Berdasarkan catatan kinerja Ditjen Hortikultura Deptan tahun 2007, ekspor komoditas tanaman hias selama 2007 terdiri dari anggrek dan tanaman hias lainnya mencapai ,2 ton lebih tinggi dari tingkat impor yang mencapai 1.148,1 ton. Kebutuhan akan tanaman hias inilah yang mendorong persaingan antar produsen tanaman hias untuk dapat menyediakan jenis tanaman hias yang berkualitas tinggi dan memiliki daya tarik tersendiri. Produksi tanaman hias baik kualitas maupun kuantitas saat ini, belum seluruhnya dapat memenuhi keinginan konsumen. Hal ini dikarenakan jumlah tanaman yang masih terbatas, waktu produksi yang tidak menentu serta kualitas dari tanaman yang masih kurang baik. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman, sehingga dapat memenuhi keinginan konsumen. Berbagai usaha untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas tanaman hias perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak terutama para petani dan peneliti. Tanaman mempunyai berbagai jenis karakter dan ciri khas sendiri. Karakter dan ciri khas tersebut, dipengaruhi oleh habitat dan lingkungan tumbuh tanaman. Misalnya, famili Gesneriaceae yang umumnya merupakan tanaman dalam pot. Pada perkebunan komersial, salah satu komoditas yang penting dari famili Gesneriaceae yaitu Sinningia speciosa. Sinningia speciosa pertama kali diberi nama Gloksinia speciosa yaitu pada tahun 1917, oleh Conrad Loddiges,

12 seorang pembudidaya tanaman dari Inggris. Pada industri florikultur komersial, Sinningia speciosa lebih banyak dikenal dengan nama gloksinia (Kimmins, 1980). Gloksinia merupakan tanaman hias bunga yang bernilai ekonomis cukup tinggi. Warna dan bentuk bunganya sangat beragam dan menarik, sehingga gloksinia populer sebagai tanaman rumah/house plant. Gloksinia mendekorasi jendela-jendela, taman-taman, rumah-rumah kaca penduduk Brazil (Moore, 1957). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas tanaman hias dan menginduksi pembungaannya yaitu dengan penggunaan retardan. Retardan dapat mempengaruhi sifat fisiologis tanaman. Penggunaan taraf konsentrasi retardan yang tepat pada jenis tanaman tertentu akan menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang baik. Penelitian mengenai pemberian retardan terhadap berbagai jenis tanaman telah banyak dilakukan. Gianfagna dan Wulster (1986) melaporkan hasil penelitiannya terhadap berbagai kultivar Freesia hybrida yaitu pemberian paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Dilaporkan juga oleh Newman dan Tant (1995) bahwa pemberian paclobutrazol dapat mengurangi tinggi tanaman poinsettia dan perlakuan paclobutrazol secara spray lebih efisien daripada media drenches. Herlina dan Dwiatmini (1996) menyatakan bahwa pemberian paclobutrazol 600 ppm menghasilkan ruas batang lebih pendek, luas daun semakin sempit dan meningkatkan jumlah tunas berbunga pada tanaman melati (Jasminum sambac). Selain itu, Sefiani (2004) menyatakan aplikasi paclobutrazol mampu menginduksi pembungaan kastuba, mempercepat waktu coloring daun, mempercepat waktu mekar braktea dan mengurangi diameter braktea. Tujuan Mempelajari dan menganalisis pengaruh perbedaan cara pemberian dan konsentrasi retardan paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan pembungaan Gloksinia (Sinningia speciosa).

13 Hipotesis 1. Terdapat konsentrasi paclobutrazol yang tepat yang dapat berpengaruh baik terhadap pertumbuhan dan pembungaan gloksinia. 2. Terdapat cara pemberian paclobutrazol yang tepat untuk menginduksi pertumbuhan dan pembungaan gloksinia. 3. Terdapat interaksi antara cara pemberian dan konsentrasi paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan pembungaan gloksinia.

14 TINJAUAN PUSTAKA Botani Gloksinia Gloksinia (Sinningia speciosa) merupakan salah satu tanaman hias penting yang termasuk dalam famili Gesneriaceae. Famili Gesneriaceae merupakan tanaman dengan iklim tropis. Gloksinia berasal dari Brazil, Amerika Latin (Moore, 1957; Grabe, 1958). Ada sekitar 125 genus dan lebih dari 2000 spesies yang termasuk dalam famili Gesneriaceae. Sekitar 300 spesies telah dibudidayakan dari seluruh jumlah spesies yang ada. Spesies-spesies tersebut tersebar di seluruh dunia, termasuk Amerika, Spanyol, Asia dan Afrika. Spesies ini banyak ditemukan di batuan kapur, hutan hujan tropis, dasar hutan serta pegunungan yang tingginya dapat mencapai kaki atau lebih (Burtt, 1967). Menurut klasifikasi Bessey, Sinningia speciosa digolongkan ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, superordo Sympetalae, ordo Scrophulariales, famili Gesneriaceae, subfamili Gesnerioideae, dan genus Sinningia (Benson, 1957). Gloksinia merupakan tumbuhan herba berbatang pendek dengan ukuran berkisar 5 cm (Sinningia pusills) tetapi ada beberapa jenis yang berupa pohon kecil yaitu (Cytandras species). Gloksinia mempunyai satu atau lebih batang dengan daun yang berpasangan, helai daunnya lebar dan sangat berbulu (Kimmins, 1980). Daun berbentuk bulat telur dengan tepi bergerigi dan berwarna hijau tua. Permukaan bawah daun berwarna hijau pucat dan urat daun berwarna agak putih. Panjang daun pada jenis-jenis liar dapat mencapai 20 cm dan lebar 15 cm (Grabe, 1958). Sinningia speciosa ada yang tumbuh tegak dan ada yang tumbuh agak mendatar, mempunyai umbi dengan akar muncul disekelilingnya. Bunga gloksinia berbentuk lonceng, berbulu halus dengan diameter sekitar 7,5 hingga 15 cm. Mahkota bunga ada yang tunggal dengan lebih dari lima cuping serta ganda dengan banyak cuping (Crockett, 1974). Tangkai bunga tidak terlalu panjang dan muncul di ketiak daun. Kelopak bunga berwarna hijau dengan bentuk tabung bersudut dan bulat telur ramping berbulu dengan panjang cuping 1,9 hingga 2,2

15 cm. Kelopak ini tumbuh tegak dan ada sebagian yang membentang di dasar mahkota bunga. Berdasarkan hasil hibridisasi dan seleksi, gloksinia merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di dalam pot ukuran 10 hingga 15 cm, tergantung dari jenisnya. Mahkota bunga ada yang tunggal maupun ganda, dengan warna bervariasi dari putih polos hingga pink, lavender, merah hingga ungu gelap. Kultivar tunggal yang populer termasuk seri velvet, bridget s best, dan small super compact untuk ukuran pot 10 cm (Kimmins, 1980). Gloksinia mengalami masa pertumbuhan dan masa dormansi. Menurut Grabe (1958) pertumbuhan dari umbi memerlukan satu periode dengan dormansi penuh. Umumnya apabila bunga mulai layu satu persatu, maka daun pun akan mati satu persatu, sehingga hanya tersisa umbinya saja. Masa dormansi berlangsung antara dua sampai empat bulan. Pada masa dormansi, umbi tetap dipelihara pada kondisi media yang kering (Crockett, 1974). Gloksinia dapat diperbanyak dengan menggunakan biji, stek daun atau batang serta dengan umbi (Crockett, 1974). Tanaman yang diperbanyak dengan umbi dapat berbunga sekitar 4 bulan. Sedangkan produksi bunga pada tanaman yang diperbanyak melalui biji yaitu sekitar 6 bulan. Tanaman yang tumbuh dari biji memiliki ruas yang lebih pendek, lebih kompak serta lebih menarik jika dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh dari umbi (Anonim, 2007). Selain dapat diperbanyak dengan biji, stek daun atau umbi, gloksinia juga dapat diperbanyak melalui kultur jaringan dengan eksplan daun. Syarat Tumbuh Gloksinia Gloksinia dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian antara m di atas permukaan laut. Air adalah salah satu faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan pertumbuhan tanaman. Pengairan yang berlebih dapat menyebabkan umbi busuk dan kematian tanaman (Laurie et.al., 1958). Suhu air yang lebih rendah akan menyebabkan bintik daun dan menghambat perkembangan tunas baru (Clark, 1979). Intensitas cahaya dapat mempengaruhi ukuran daun. Tanaman Gloksinia membutuhkan cahaya yang cukup tinggi, tetapi tidak secara langsung menyinari

16 tanaman (Bonar et.al., 1994). Ketika intensitas cahaya terlalu tinggi, klorofil dalam sel daun akan mati dan menyebabkan daun menjadi kuning (Boodley, 1998). Daun akan memucat jika cahaya yang diterima tidak mencukupi (De Vertuil dan Burton, 1984). Gloksinia membutuhkan suhu optimum untuk pertumbuhannya yaitu pada suhu siang 24 O C dan suhu malam berkisar 18 o -21 o C (Kimmins, 1980). Kelembaban udara yang diperlukan yaitu 50% atau lebih. Pembungaan Pembungaan merupakan peristiwa yang menandakan telah terjadinya perubahan pola pertumbuhan dan perkembangan dari proses-proses vegetatif menjadi reproduktif (Noggle dan Fritz, 1986). Peralihan fase ini dipengaruhi oleh faktor genetik yaitu genotip dan faktor lingkungan antara lain suhu, cahaya, air, pupuk C/N. Tanaman dapat terganggu pertumbuhan dan perkembangannya, jika salah satu faktor yang mempengaruhi tersebut tidak sesuai (Darjanto dan Satifah, 1990). Tanaman akan menghasilkan bunga bila tanaman tersebut telah melewati masa vegetatif dimana terjadi pertambahan besar, berat dan menimbunnya zat cadangan makanan lebih banyak, terutama karbohidrat sebagai bahan utama pembentukan bunga. Salisbury dan Ross (1978) menyatakan tanaman akan berbunga setelah mencapai tingkat kematangan tertentu. Poerwanto (2003) menyatakan induksi bunga merupakan fase yang paling penting dalam proses pembungaan. Pada fase ini terjadi perubahan fisiologis atau biokimia pada mata tunas dari pertumbuhan vegetatif mengarah pada pertumbuhan generatif. Fase ini menjadi penting karena tidak ada perubahan morfologi yang nampak pada kuncup. Ada beberapa faktor yang berperan dengan induksi pembungaan. Faktor pertama yaitu faktor eksternal meliputi suhu, stress air dan panjang hari. Faktor kedua yaitu faktor internal meliputi kandungan nitrogen, karbohidrat, asam amino dan hormon, serta faktor ketiga yaitu faktor manipulasi oleh manusia seperti ringing, pemangkasan, pengeringan, pemangkasan akar, pelengkungan cabang, pengeringan dan pemberian zat pengatur tumbuh.

17 Zat Pengatur Tumbuh Menurut Wattimena (1988) dikenal 2 macam hormon tumbuh, yaitu fitohormon, dan zat pengatur tumbuh eksogen yang dibuat oleh manusia (sintesis). Hormon tanaman atau sering disebut oleh para ahli fisiologi tumbuhan sebagai zat pengatur tumbuh tanaman merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah yang relatif kecil ( mm) yang disintesis pada bagian tertentu dari tanaman. Pada umumnya zat pengatur tumbuh ini diangkut ke bagian lain tanaman dimana zat tersebut menimbulkan tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis (Wattimena, 1988). Beberapa golongan senyawa organik (fitohormon) merupakan zat-zat penggerak atau pemacu, yang mengawali reaksi-reaksi biokimia mengubah komposisi di dalam tanaman. Sebagai akibat dari perubahan komposisi kimia, terjadilah pembentukan organ-organ tanaman seperti tunas, daun, akar, bunga dan lain-lain. Zat penghambat tumbuh (retardan) merupakan salah satu zat pengatur tumbuh eksogen. Retardan adalah sekelompok senyawa pengatur tumbuh yang dapat menghambat proses fisiologis dan biokimia dalam tubuh tumbuhan (Weaver, 1972). Cathey (1975) mendefinisikan zat penghambat tumbuh merupakan suatu tipe senyawa organik baru yang menghambat perpanjangan batang, meningkatkan warna hijau dari daun dan secara tidak langsung mempengaruhi pembungaan tanpa menyebabkan pertumbuhan abnormal. Menurut Dicks (1979), zat penghambat tumbuh yaitu senyawa-senyawa organik sintetik yang bila diberikan kepada tanaman yang responsif menghambat perpanjangan sel pada meristem sub apikal, mengurangi laju perpanjangan batang tanpa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan daun atau tanpa mendorong pertumbuhan yang abnormal. Retardan berkemampuan untuk menghambat biosintesis giberelin, oleh karena itu senyawa retardan lebih banyak dikenal dengan nama anti giberelin (Wattimena, 1988). Pemberian zat penghambat tumbuh pada beberapa tanaman, dapat mempengaruhi sifat fisiologis tanaman antara lain menghambat pemanjangan sel pada meristem sub apikal, memperpendek ruas tanaman, mempertebal batang, mencegah kerebahan, menghambat etiolasi, mempertinggi perakaran stek,

18 menghambat senescence, memperpanjang masa simpan, meningkatkan pembuahan, membantu perkecambahan dan pertunasan (Wattimena, 1988). Pemberian zat penghambat tumbuh secara tidak langsung menginduksi pembungaan. Hal ini diduga sebagai akibat dari terhambatnya fase vegetatif sehingga hasil fotosintesis dialokasikan untuk pembentukan kuncup bunga. Apabila tanaman responsif terhadap retardan maka akan menghambat perpanjangan sel pada meristem sub apikal, sehingga mengurangi laju perpanjangan batang tanpa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan daun (Dicks, 1979; Khrisnamoorthy, 1981). Tetapi jika zat penghambat tumbuh yang diberikan dalam konsentrasi yang sangat tinggi, maka dapat menghambat pembungaan yang diduga disebabkan penghambatan sintesis giberelin yang sangat besar. Oleh karena itu ketepatan jumlah atau konsentrasi zat penghambat tumbuh yang digunakan pada tanaman sangat penting untuk memperoleh hasil yang optimum. Khrisnamoorthy (1981) menyatakan bahwa pengaruh retardan pada pembungaan merupakan pengaruh sekunder, sedangkan pengaruh primernya adalah penekanan pertumbuhan vegetatif. Respon tiap tanaman terhadap zat penghambat tumbuh berbeda-beda, tergantung pada susunan kimia senyawa dan spesies tanaman (Weaver, 1972). Persistensi retardan dalam mempengaruhi tanaman juga bervariasi, dari beberapa hari hingga beberapa tahun (Khrisnamoorthy, 1981). Selain itu menurut Menhennet (1979), respon tanaman terhadap zat penghambat tumbuh dapat berbeda-beda karena disebabkan oleh : 1. kemampuan yang berbeda-beda dari daun, batang dan akar pada spesies yang berbeda-beda untuk mengabsorpsi dan translokasi senyawa kimia. 2. adanya mekanisme penonaktifan dalam beberapa spesies misalnya kompartemenisasi dan metabolisme. 3. perbedaan pola aksi zat penghambat tumbuh dalam hubungannya dengan mekanisme endogen yang mengontrol perpanjangan ruas.

19 Paclobutrazol Paclobutrazol merupakan turunan pirimidin yang memiliki rumus empirik C 15 H 20 ClN 3 O dengan nama kimia ICI-PP-333 (2RS, 3RS)-1-(4-cholorophenyl)-4, 4-dimethyl-2-(1H-1, 2, 4-triazol-1-yl) pentan-3-ol. Paclobutrazol biasa disebut dengan PP 333, dengan nama dagang Cultar, Bonzi, Clipper atau Parlay. Rumus bangun dari paclobutrazol (Gambar 1), berdasarkan Wattimena (1988) yaitu N N CH CH 2 CL N CHOH C (CH 3 ) 3 Gambar 1. Rumus bangun Paclobutrazol Paclobutrazol merupakan senyawa aktif yang bergerak relatif lambat menuju meristem sub apikal, dan dapat diserap tanaman baik melalui daun maupun akar, yang kemudian ditranslokasikan melalui xilem ke bagian tanaman lainnya (ICI, 1984). Penggunaan paclobutrazol dapat melalui beberapa cara, antara lain dengan penyemprotan pada daun tanaman (foliar spray), penyiraman pada media tumbuh (media drench), serta melalui injeksi pada batang tanaman (injection). Mekanisme kerja paclobutrazol yaitu menghambat produksi giberelin dengan cara menghambat oksidasi kaurene menjadi asam kaurenat, yang selanjutnya dapat menyebabkan pengurangan kecepatan dalam pembelahan sel, pengurangan pertumbuhan vegetatif, dan secara tidak langsung akan mengalihkan asimilat ke pertumbuhan reproduktif untuk pembentukan bunga dan perkembangan buah (Weaver, 1972; ICI, 1984).

20 3 Aceyl CoA MVA IPP GPP FPP GGPP CPP ent-kaurene Paclobutrazol Keterangan : MVA = mevalonic acid IPP = isopentenyl pyrophosphate GPP = geranyl pyrophosphate FPP = farnesyl pyrophosphate GGPP = geranyl-geranyl pyrophosphate CPP = copalyl pyrophosphate ent-kaurene acid 7x-hidroxy kaurenoic acid GAs12 aldehide Gibberellin Gambar 2. Skema Penghambatan Sintesis Giberelin oleh Paclobutrazol (sumber : Arteca, 1995) Beberapa penelitian mengenai penggunaan paclobutrazol terhadap berbagai jenis tanaman telah dilakukan, baik tanaman hias, tanaman buah maupun jenis tanaman lainnya. Penelitian Martin dan Dabek (1987) pada tanaman cengkeh muda yang diberikan lewat daun dan tanah menghasilkan penekanan terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman dan meningkatkan pembungaan. Hagiladi dan Watad (1992) menyatakan bahwa aplikasi paclobutrazol secara penyiraman pada media mempunyai efisiensi yang lebih baik daripada aplikasi paclobutrazol secara penyemprotan pada daun. Menurut Margianasari (1993), pemberian paclobutrazol efekif menekan tinggi batang tanaman pelargonium yang diaplikasikan secara spray dengan konsentrasi 80 ppm. Selain itu, Santi et.al., (1998) konsentrasi paclobutrazol 300 ppm dapat memunculkan bunga sedap malam 20 hari lebih cepat. Hasil penelitian Rochimah (1996) menunjukkan bahwa penggunaan, cycocel, paclobutrazol dan daminozide belum mampu mempercepat inisiasi kuncup bunga. Selain itu menurut penelitian Sirait (2002) pemberian paclobutrazol melalui penyemprotan

21 pada daun, dengan konsentrasi paclobutrazol 75 ppm, 150 ppm dan 300 ppm pada tanaman gardenia tidak berpengaruh terhadap saat terbentuknya kuncup bunga. Andayani (2004) menyatakan bahwa pemberian paclobutrazol 500 ppm dan 1000 ppm melalui penyemprotan pada daun, tidak berpengaruh secara nyata terhadap diameter bunga melati.

22 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus Penelitian dilaksanakan di rumah kaca, kebun percobaan Cikabayan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan laboratorium Pendidikan Hortikultura. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman gloksinia (Sinningia speciosa) yang berumur sekitar 12 minggu yang ditanam didalam pot plastik. Tanaman penelitian diperoleh dari salah satu petani tanaman hias di Tajur Halang Cijeruk Bogor. Media tanam yang digunakan yaitu sekam bakar, serasah bambu dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1 (V/V). Bahan lain yang digunakan yaitu paclobutrazol (patrol), pupuk daun (growmore), furadan dan pestisida (curacron). Alat yang digunakan antara lain neraca, gelas ukur, labu takar, sprayer, pot plastik, paranet, penggaris/meteran dan alat tulis. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan perlakuan faktorial disusun dalam rancangan lingkungan acak kelompok (RAK), terdiri dari dua faktor. Faktor pertama yaitu cara pemberian paclobutrazol yang terdiri atas penyiraman larutan paclobutrazol ke media tanam (media drenches) dan penyemprotan larutan paclobutrazol ke daun tanaman (foliar sprays). Faktor kedua yaitu konsentrasi paclobutrazol yang terdiri dari 5 taraf konsentrasi yaitu 0 ppm (kontrol), 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm dan 400 ppm. Dengan demikian terdapat 10 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi perlakuan terdiri dari 3 ulangan, sehingga terdapat 30 satuan percobaan. Kombinasi perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini, dinotasikan sebagai berikut : C1P1 : penyiraman paclobutrazol 0 ppm (kontrol) C1P2 : penyiraman paclobutrazol 100 ppm C1P3 : penyiraman paclobutrazol 200 ppm

23 C1P4 : penyiraman paclobutrazol 300 ppm C1P5 : penyiraman paclobutrazol 400 ppm C2P1 : penyemprotan paclobutrazol 0 ppm (kontrol) C2P2 : penyemprotan paclobutrazol 100 ppm C2P3 : penyemprotan paclobutrazol 200 ppm C2P4 : penyemprotan paclobutrazol 300 ppm C2P5 : penyemprotan paclobutrazol 400 ppm Model matematika yang digunakan sebagai analisis statistik dalam penelitian ini adalah: Y ijk = µ + i + j + () ij + k + ijk Keterangan: Y ijk = Nilai pengamatan pada cara pemberian paclobutrazol ke-i dan konsentrasi paclobutazol ke-j dan kelompok ke-k µ = Nilai rataan umum i j () ij k ijk = Pengaruh cara pemberian paclobutrazol ke-i = Pengaruh konsentrasi paclobutazol ke-j = Pengaruh interaksi antara cara pemberian paclobutrazol ke-i dan konsentrasi paclobutazol ke-j = Pengaruh kelompok ke-k = Galat pada perlakuan cara pemberian paclobutrazol ke-i dan konsentrasi paclobutazol ke-j dan kelompok ke-k Pengolahan data dilakukan dengan uji F. Perlakuan yang berpengaruh nyata pada uji F diuji lanjut dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%. Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian pengaruh paclobutrasol terhadap pertumbuhan dan pembungaan Gloksinia (Sinningia speciosa) dimulai dengan kegiatan : 1. Tahap Persiapan Penelitian dimulai dengan menyiapkan media tanam yaitu sekam bakar, serasah bambu dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1 (V/V). Media dicampur hingga rata dan dimasukkan ke dalam pot. Kemudian bibit

24 gloksinia ditanam dalam pot yang telah berisi media campuran, dengan 1 bibit gloksinia dalam 1 pot tanaman. Setelah itu tanaman disiram dengan air secukupnya. Pot diberi label sesuai kombinasi perlakuan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam proses pengamatan. Selanjutnya pot diletakkan diatas meja besi dan diletakkan berdasarkan masing-masing ulangan. 2. Perlakuan Pembuatan larutan paclobutrazol dilakukan dengan melarutkan larutan patrol dalam aquades dengan volume berdasarkan konsentrasi masing-masing perlakuan. Penyemprotan dan penyiraman paclobutrazol dilakukan satu kali yaitu 4 minggu sebelum masa berbunga yaitu ketika tanaman berumur kurang lebih 12 minggu. Penyemprotan paclobutrazol dilakukan sampai permukaan daun basah secara merata. Penyiraman paclobutrazol ke media berdasarkan masing-masing konsentrasi dan volume yaitu 100 ml/pot. 3. Pemeliharaan Pemupukan dilakukan setiap minggu selama pertumbuhan vegetatif tanaman. Ketika tanaman mulai berbunga, pemupukan dihentikan. Tanaman disiram secara teratur dengan volume yang sama terhadap masing-masing pot dan disesuaikan dengan kondisi media tanaman. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kebusukan umbi akibat kelebihan penyiraman. Pengendalian gulma dilakukan setiap minggu, dengan cara mencabut gulma dari pot hingga ke akar-akarnya. Pengendalian hama dilakukan satu minggu sekali, yaitu dengan menyemprotkan larutan curacron pada daun tanaman. Konsentrasi curacron yang digunakan yaitu 2 ml curacron dilarutkan ke dalam 1 liter air. Pengamatan Pengamatan yang dilakukan meliputi : 1. Jumlah daun Perhitungan jumlah daun dilakukan setiap minggu, dimulai pada saat kondisi awal sebelum perlakuan hingga minggu akhir pengamatan. Jumlah daun yang dihitung merupakan daun yang telah mekar sempurna

25 2. Tinggi tanaman Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap minggu, dimulai pada saat kondisi awal sebelum perlakuan hingga minggu akhir pengamatan. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga titik tumbuh tanaman 3. Pertambahan tinggi tanaman Pertambahan tinggi tanaman dihitung berdasarkan selisih tinggi tanaman di setiap minggunya 4. Pertambahan panjang daun Pertambahan panjang daun dihitung berdasarkan selisih panjang daun di setiap minggunya 5. Pertambahan lebar daun Pertambahan lebar daun dihitung berdasarkan selisih lebar daun di setiap minggunya 6. Saat muncul bunga pertama Pengamatan dilakukan saat muncul bunga pertama, lama hari dihitung setelah perlakuan 7. Jumlah bunga tiap tanaman Jumlah bunga yang dihitung merupakan jumlah tunas bunga dan bunga yang telah mekar sempurna 8. Diameter bunga Pengukuran diameter bunga dilakukan pada bunga yang telah mekar sempurna

26 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian ini dilakukan di dalam rumah kaca kebun percobaan Cikabayan Darmaga Bogor dengan ketinggian sekitar 250 m diatas permukaan laut. Suhu rata-rata di dalam rumah kaca pada pagi hingga siang hari yaitu berkisar antara o C sedangkan kelembabannya berkisar antara %. Bibit gloksinia dipelihara di dalam greenhouse selama 4 minggu sebelum diberi perlakuan. Pada awal penanaman bibit gloksinia mempunyai jumlah daun rata-rata 4 helai (Gambar 3a) dengan tinggi berkisar antara 1-2 cm. Tanaman diletakkan pada meja besi disusun berdasarkan ulangan. Tanaman diberi naungan paranet 70 % (Gambar 3b) untuk menghindari sinar matahari secara berlebih. (a) (b) Gambar 3. Bibit Gloksinia pada awal penanaman (a); Bibit di dalam greenhouse dengan naungan paranet 70 % (b). Secara umum seluruh tanaman gloksinia tumbuh dengan baik, walaupun beberapa tanaman terserang hama belalang (Gambar 4) yaitu pada umur 4 MSP (Minggu Setelah Perlakuan) dan kutu kebul pada umur 8 MSP. Serangan kedua hama tersebut tidak mengakibatkan kerusakan yang parah serta tidak berpengaruh terhadap hasil penelitian. Penanggulangan hama tersebut dilakukan dengan menyemprotkan larutan curacron dengan konsentrasi 2 ml/l. Larutan disemprotkan ke permukaan atas dan bawah daun seminggu sekali.

27 Gambar 4. Kerusakan daun akibat hama belalang Tanaman yang dapat bertahan hingga akhir penelitian sebesar 99%, hanya satu tanaman yang mati yaitu tanaman dengan kombinasi C2P5 pada ulangan ketiga. Tanaman yang telah diberi perlakuan paclobutrazol umumnya memiliki penampakan yang cukup baik jika dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi perlakuan apapun (kontrol). Tanaman yang diberi perlakuan paclobutrazol memiliki tinggi, diameter bunga yang lebih kecil serta daun berwarna lebih hijau daripada tanaman kontrol. Hasil Berdasarkan hasil rekapitulasi sidik ragam (Tabel 1), diketahui bahwa cara pemberian paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 8, 9, 10 MSP, pertambahan tinggi tanaman pada 4, 7, 8 MSP, pertambahan panjang daun 3, 6, 8, 9 MSP, jumlah bunga 7, 8 MSP serta diameter bunga. Selain itu berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada 5, 6 MSP dan jumlah bunga 9, 10 MSP. Sedangkan konsentrasi paclobutrazol secara umum berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman dan pertambahan tinggi tanaman mulai dari awal hingga akhir penelitian, pertambahan panjang daun pada 3, 4 MSP dan pertambahan lebar daun pada 3 MSP. Konsentrasi paclobutrazol juga berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang daun pada 2, 5, 7, 8 MSP, pertambahan lebar daun pada 2, 5 MSP. Konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh terhadap peubah saat muncul tunas bunga, jumlah bunga, diameter bunga, jumlah daun kecuali pada 6 MSP. Interaksi cara pemberian dan konsentrasi

28 paclobutrazol yang diberikan, hanya berpengaruh nyata pada peubah pertambahan panjang daun pada 2 MSP dan pertambahan lebar daun pada 3 MSP. Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Cara Pemberian dan Konsentras Paclobutrazol serta Interaksi Cara Pemberian dengan Konsentrasi Paclobutrazol Peubah Cara Pemberian Konsentrasi Interaksi Tinggi Tanaman 1 MSP tn * tn 2 MSP tn ** tn 3 MSP tn ** tn 4 MSP tn ** tn 5 MS tn ** tn 6 MSP tn ** tn 7 MSP tn ** tn 8 MSP * ** tn 9 MSP * ** tn 10 MSP * ** tn Pertambahan *(4,7,8 MSP), *(7 MSP) tn Tinggi Tanaman **(5,6 MSP) **(1,2,3,4,5,6, 8,9,10 MSP) Pertambahan *(3,6,8,9 MSP) *(2,5,7,8 MSP) *(2 MSP) Panjang Daun **(3,4 MSP) Pertambahan tn *(2,5 MSP) *(3 MSP) Lebar Daun **(3 MSP) Jumlah Daun tn *(6 MSP) tn Saat Muncul Tunas Bunga tn tn tn Diameter Bunga * tn tn Jumlah Bunga *(7,8 MSP) tn tn **(9,10 MSP) Keterangan : * = berbeda nyata pada taraf 5%, ** = berbeda nyata pada taraf 1%, tn = tidak berbeda nyata MSP = Minggu Setelah Perlakuan Jumlah Daun Jumlah daun yang dihitung merupakan daun yang telah membuka dengan sempurna dan tidak terserang hama dan penyakit. Hasil pengamatan (Tabel 2) menunjukkan bahwa tanaman kontrol mempunyai rata-rata jumlah daun yang lebih banyak jika dibandingkan dengan tanaman yang diberi perlakuan paclobutrazol.

29 Tabel 2. Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Jumlah Daun Waktu Pengamatan (MSP) Perlakuan helai Cara pemberian : C1: Penyiraman media C2: Penyemprotan daun Uji F. tn tn tn tn tn Konsentrasi : P1 : Kontrol a P2 : 100 ppm ab P3 : 200 ppm b P4 : 300 ppm b P5 : 400 ppm b Uji F. tn tn * tn tn Interaksi tn tn tn tn tn Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidakberbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %. tn= tidak berbeda nyata Perlakuan cara pemberian paclobutrazol tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun selama penelitian dilakukan (Tabel 2, Tabel Lampiran 1). Jumlah daun pada perlakuan penyemprotan paclobutrazol pada daun lebih banyak daripada perlakuan penyiraman paclobutrazol pada media tanam. Konsentrasi paclobutrazol yang diberikan pada tanaman hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 6 MSP. Perlakuan kontrol tidak berbeda nyata dengan konsentrasi paclobutrazol 100 ppm, tetapi berbeda nyata terhadap konsentrasi paclobutrazol yang lainnya. Hasil analisis sidik ragam masing-masing perlakuan antar konsentrasi paclobutrazol 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm dan 400 ppm tidak berbeda nyata. Perlakuan paclobutrazol 0 ppm (kontrol), memiliki rata-rata jumlah daun yang paling banyak yaitu pada 6 MSP sebesar 11,72 helai. Sedangkan tanaman dengan perlakuan paclobutrazol 400 ppm mempunyai jumlah daun yang paling sedikit yaitu 8,78 helai, jika dibandingkan dengan tanaman dengan perlakuan paclobutrazol lainnya. Interaksi cara pemberian dan konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman gloksinia hingga akhir pengamatan.

30 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman 0 MSP adalah tinggi tanaman awal yang telah berumur 12 minggu sebelum diberi perlakuan paclobutrazol. Cara Pemberian paclobutrazol pada tanaman berbeda nyata pada 8 dan 10 MSP (Tabel 3). Tinggi tanaman dengan penyiraman paclobutrazol pada media lebih pendek daripada tanaman dengan penyemprotan paclobutrazol pada daun. Pengaruh penghambatan tinggi tanaman mulai terlihat sejak minggu ke-2 setelah perlakuan sampai akhir pengamatan yaitu minggu ke-10. Tanaman kontrol berbeda nyata jika dibandingkan dengan tanaman yang diberi paclobutrazol. Tanaman yang diberi paclobutrazol memiliki tinggi yang relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan tanaman kontrol. Perlakuan paclobutrazol 100, 200 dan 300 ppm tidak berbeda nyata pada 3 MSP hingga 10 MSP, sedangkan perlakuan 100 dan 400 ppm berbeda nyata pada 8, 9 dan 10 MSP (Tabel Lampiran 2). Tabel 3. Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Tinggi Tanaman Waktu Pengamatan (MSP) Perlakuan Cm Cara pemberian : C1: Penyiraman media C2: Penyemprotan daun Uji F. tn tn tn * * Konsentrasi : P1 : Kontrol 3.27a 4.16a 4.92a 5.47a 6.01a P2 : 100 ppm 2.92b 3.32b 3.72b 3.99b 4.23b P3 : 200 ppm 2.89b 3.26b 3.58bc 3.87bc 4.06bc P4 : 300 ppm 2.57c 2.93b 3.27bc 3.51bc 3.73bc P5 : 400 ppm 2.73bc 2.90b 3.01c 3.38c 3.53c Uji F. ** ** ** ** ** Interaksi tn tn tn tn tn Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %. tn= tidak berbeda nyata Tanaman kontrol pada 10 MSP memiliki tinggi rata-rata 6,01 cm, berbeda nyata dengan semua perlakuan konsentrasi paclobutrazol lainnya. Tanaman yang diberi paclobutrazol 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm tidak berbeda nyata. Tanaman yang diberi paclobutrazol 400 ppm paling pendek diantara tanaman dengan perlakuan lainnya yaitu 3,53 cm, tetapi tidak berbeda nyata dengan tanaman yang

31 diberi paclobutrazol 200 ppm dan 300 ppm (Tabel 3). Interaksi cara pemberian dan konsentrasi paclobutrazol tidak berbeda nyata dari minggu awal hingga minggu akhir pengamatan. Perlakuan konsentrasi paclobutrazol hingga 400 ppm menurun secara linier terhadap tinggi tanaman gloksinia (Gambar 5). Persamaan linear yang didapat yaitu y = 0,22-0, x dengan R 2 = 0,29. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian paclobutrazol dengan konsentrasi semakin tinggi menyebabkan tinggi tanaman semakin rendah pula. y = 0,2200-0, (x) Tinggi Tanaman (cm) Konsentrasi (ppm) Gambar 5. Grafik Linier Pengaruh Berbagai Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Tinggi Tanaman Gloksinia pada 10 MSP Pertambahan Tinggi Tanaman Berdasarkan hasil uji lanjut (Tabel 4), cara pemberian paclobutrazol berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman pada 6 MSP. Cara pemberian paclobutrazol melalui daun memiliki pertambahan tinggi tanaman yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan cara penyiraman paclobutrazol pada media tanam (Gambar 6 dan 7). Pertambahan tinggi tanaman pada 6 MSP melalui penyiraman media yaitu 0,19 cm sedangkan dengan penyemprotan pada daun yaitu 0,27 cm (Tabel 4).

32 0 PPM 100 PPM 200 PPM 300 PPM 400 PPM Gambar 6. Tanaman Gloksinia dengan aplikasi paclobutrazol secara media drench (penyiraman media) pada 6 MSP. 0 PPM 100 PPM 200 PPM 300 PPM 400 PPM Gambar 7. Tanaman Gloksinia dengan aplikasi paclobutrazol secara foliar spray (penyemprotan daun) pada 6 MSP. Konsentrasi paclobutrazol berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman dari awal hingga akhir penelitian kecuali pada 7 MSP yaitu berpengaruh nyata (Tabel Lampiran 3). Pertambahan tinggi tanaman kontrol berbeda nyata jika dibandingkan dengan tanaman dengan semua perlakuan paclobutrazol. Sedangkan pengaruh antar perlakuan paclobutrazol 100, 200, 300, dan 400 ppm tidak berbeda nyata kecuali pada 6 MSP (Tabel 4). Perlakuan P2 dan P4 tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan P3 dan P5. Interaksi antara cara pemberian dan konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman dari minggu awal hingga akhir pengamatan.

33 Tabel 4. Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Pertambahan Tinggi Tanaman. Waktu Pengamatan (MSP) Perlakuan Cm Cara pemberian : C1: Penyiraman media b 0.19b 0.12b 0.13 C2: Penyemprotan daun a 0.27a 0.18a 0.17 Uji F. tn * ** * tn Konsentrasi : P1 : Kontrol 0.51a 0.43a 0.41a 0.27a 0.27a P2 : 100 ppm 0.23b 0.18b 0.24b 0.14b 0.13b P3 : 200 ppm 0.20b 0.18b 0.16c 0.14b 0.12b P4 : 300 ppm 0.22b 0.17b 0.18bc 0.12b 0.13b P5 : 400 ppm 0.25b 0.14b 0.16c 0.07b 0.10b Uji F. ** ** ** ** ** Interaksi tn tn tn tn tn Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %. tn= tidak berbeda nyata Pertambahan Panjang Daun Pertambahan panjang dan lebar daun diukur setiap minggu sejak perlakuan. Pertambahan panjang daun diukur berdasarkan selisih antara panjang daun minggu pengamatan ke x dengan panjang daun pada minggu pengamatan ke x-1. Hal ini juga berlaku untuk pengukuran pertambahan lebar daun tanaman. Hasil statistik sidik ragam pada Tabel 5 dan Tabel Lampiran 4 menunjukkan bahwa cara pemberian paclobutrazol berpengaruh nyata pada 3, 6, 8 dan 9 MSP terhadap pertambahan panjang daun tanaman gloksinia. Pertambahan panjang daun dengan aplikasi paclobutrazol secara penyemprotan pada daun lebih besar jika dibandingkan dengan aplikasi paclobutrazol secara penyiraman media. Konsentrasi paclobutrazol berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan panjang daun pada 4 MSP (Tabel 5). Tanaman gloksinia yang diberi perlakuan paclobutrazol memiliki pertambahan panjang daun yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman kontrol. Pertambahan panjang daun tanaman kontrol pada 2, 4, 5 dan 7 MSP berbeda nyata dengan perlakuan paclobutrazol 100, 200, 300 dan 400 ppm (Tabel Lampiran 4).

34 Tabel 5. Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Pertambahan Panjang Daun. Waktu Pengamatan (MSP) Perlakuan Cm Cara pemberian : C1: Penyiraman media b 0.15b 0.11 C2: Penyemprotan daun a 0.25a 0.19 Uji F. tn tn * * tn Konsentrasi : P1 : Kontrol 0.44a 0.28a a 0.17 P2 : 100 ppm 0.28b 0.16b ab 0.17 P3 : 200 ppm 0.23b 0.15b ab 0.17 P4 : 300 ppm 0.27b 0.14b b 0.13 P5 : 400 ppm 0.28b 0.15b b 0.09 Uji F. * ** tn * tn Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %. tn= tidak berbeda nyata Interaksi antara cara pemberian dan konsentrasi paclobutrazol hanya berpengaruh nyata pada 2 MSP (Tabel 6). Kombinasi C1P1 berbeda nyata dan mempunyai pertambahan panjang daun tertinggi dibandingkan dengan kombinasi yang lainnya yaitu sebesar 0,56 cm, sedangkan kombinasi C1P3 memiliki pertambahan panjang daun yang terendah sebesar 0,13 cm. Tabel 6. Interaksi Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Pertambahan Panjang Daun. Cara Pemberian C1 : Penyiraman media C2 : Penyemprotan daun Keterangan : Konsentrasi Paclobutrazol Waktu Pengamatan (MSP) Cm P1 : Kontrol 0 ppm 0.56a P2 : 100 ppm 0.25bc P3 : 200 ppm 0.13c P4 : 300 ppm 0.23bc P5 : 400 ppm 0.24bc P1 : Kontrol 0 ppm 0.32bc P2 : 100 ppm 0.30bc P3 : 200 ppm 0.33b P4 : 300 ppm 0.30bc P5 : 400 ppm 0.31bc Respon * tn tn tn tn Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %. tn= tidak berbeda nyata

35 Pertambahan Lebar Daun Pertambahan lebar daun tanaman gloksinia menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antara cara pemberian paclobutrazol dengan penyiraman media tanam dengan penyemprotan pada daun tanaman dari awal hingga akhir pengamatan (Tabel Lampiran 5). Hasil analisis statistik untuk perlakuan konsentrasi paclobutrazol menunjukkan berbeda sangat nyata pada 3 MSP (Tabel 7). Pertambahan lebar daun tanaman kontrol berbeda nyata dengan semua perlakuan konsentrasi paclobutrazol 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm dan 400 ppm. Tetapi sejak minggu ke- 6 hingga berakhirnya pengamatan tanaman kontrol tidak berbeda nyata dengan tanaman yang diberi perlakuan paclobutrazol. Interaksi antara cara pemberian dan konsentrasi paclobutrazol terhadap pertambahan lebar daun tanaman hanya berpengaruh nyata pada 3 MSP (Tabel 8). Kombinasi C1P1 berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan yang lainnya, dan memiliki pertambahan lebar daun tertinggi yaitu sebesar 0,27 cm. Sedangkan kombinasi C1P5 memiliki pertambahan lebar daun terkecil dari semua kombinasi perlakuan yaitu 0,08 cm. Tabel 7. Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Pertambahan Lebar Daun. Waktu Pengamatan (MSP) Perlakuan cm Cara pemberian : C1: Penyiraman media b 0.12b 0.09 C2: Penyemprotan daun a 0.13a 0.13 Uji F. tn tn tn tn tn Konsentrasi : P1 : Kontrol 0.30a 0.21a P2 : 100 ppm 0.24ab 0.14b P3 : 200 ppm 0.16b 0.13b P4 : 300 ppm 0.19b 0.12b P5 : 400 ppm 0.24ab 0.11b Uji F. * ** tn tn tn Interaksi tn * tn tn tn Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %. tn= tidak berbeda nyata

36 Tabel 8. Interaksi Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Pertambahan Lebar Daun. Cara Pemberian C1 : Penyiraman media (drenches) C2 : Penyemprotan daun (sprays) Keterangan : Konsentrasi Paclobutrazol Waktu Pengamatan (MSP) cm P1 : Kontrol 0 ppm a P2 : 100 ppm b P3 : 200 ppm b P4 : 300 ppm b P5 : 400 ppm b P1 : Kontrol 0 ppm b P2 : 100 ppm b P3 : 200 ppm b P4 : 300 ppm b P5 : 400 ppm b Respon tn * tn tn tn Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %. tn= tidak berbeda nyata Waktu Muncul Tunas Bunga Berdasarkan Tabel 9, cara pemberian dan konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap parameter waktu munculnya tunas bunga. Berdasarkan hasil penelitian, waktu munculnya tunas bunga antara 7 66 hari setelah perlakuan paclobutrazol. Terdapat 13 pot tanaman yang belum berbunga dari 90 pot tanaman gloksinia yang diamati yaitu pada perlakuan P2, P3, P4 dan P5. Pembungaan yang terjadi pada perlakuan P1 (kontrol) sebesar 100%, P2 = 89%, P3 = 83% dan P4 = 89% serta untuk perlakuan P5 inisiasi pembungaan terjadi hanya sebesar 66,7 % (Tabel 9). Interaksi cara pemberian dan konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap waktu munculnya tunas bunga. Diameter Bunga Cara pemberian paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap diameter bunga gloksinia. Tanaman gloksinia dengan aplikasi penyemprotan pada daun memiliki diameter bunga sebesar 6,05 cm lebih besar daripada tanaman dengan aplikasi penyiraman paclobutrazol pada media tanam yaitu 3,94 cm (Tabel 9).

37 Konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh secara nyata terhadap diameter bunga. Tanaman kontrol memiliki diameter bunga yang relatif lebih besar daripada tanaman yang diberi perlakuan paclobutrazol. Tanaman dengan perlakuan paclobutrazol 400 ppm memiliki diameter yang paling kecil yaitu 3,64 cm dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Tidak terjadi interaksi antara cara pemberian dan konsentrasi paclobutrazol terhadap diameter bunga. Tabel 9. Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Waktu Muncul Tunas Bunga dan Diameter Bunga Perlakuan % Berbunga Waktu Muncul Tunas Bunga (hari setelah perlakuan) Diameter Bunga (cm) Cara pemberian paclobutrazol : C1 : Penyiraman media b C2 : Penyemprotan daun a Uji F. tn * Konsentrasi Paclobutrazol : P1 : Kontrol P2 : 100 ppm P3 : 200 ppm P4 : 300 ppm P5 : 400 ppm Uji F. - tn tn Interaksi - tn tn Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %. tn= tidak berbeda nyata Jumlah Bunga Berdasarkan Tabel 10 cara pemberian paclobutrazol berpengaruh terhadap jumlah bunga tanaman gloksinia pada minggu-minggu akhir pengamatan. Cara pemberian paclobutrazol berpengaruh nyata pada 7 dan 8 MSP serta berpengaruh sangat nyata pada 9 dan 10 MSP (Tabel Lampiran 7). Pada akhir pengamatan tanaman dengan aplikasi paclobutrazol disemprotkan pada daun memiliki jumlah bunga yang lebih banyak yaitu 5,20 jika dibandingkan dengan tanaman yang diberi paclobutrazol melalui media tanam yaitu 3,56.

38 Tabel 10. Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Jumlah Bunga. Waktu Pengamatan (MSP) Perlakuan cm Cara pemberian : C1: Penyiraman media b 3.56b C2: Penyemprotan daun a 5.20a Uji F. tn tn tn * ** Konsentrasi : P1 : Kontrol P2 : 100 ppm P3 : 200 ppm P4 : 300 ppm P5 : 400 ppm Uji F. tn tn tn tn tn Interaksi tn tn tn tn tn Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %. tn= tidak berbeda nyata Konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga yang dihasilkan (Tabel 10), namun tanaman kontrol memiliki jumlah bunga yang paling banyak yaitu 5,89 dibandingkan dengan tanaman yang diberi perlakuan paclobutrazol. Pada akhir pengamatan, tanaman dengan perlakuan paclobutrazol 200 ppm dan 400 ppm memiliki jumlah bunga paling sedikit yaitu 3,72. Tidak terjadi interaksi antara cara pemberian dan konsentrasi paclobutrazol terhadap jumlah bunga yang diamati. Pembahasan Pemberian paclobutrazol secara statistik tidak mempengaruhi jumlah daun tanaman gloksinia. Menurut Khrisnamoorthy (1981) efek fisiologis retardan yaitu menghambat pemanjangan sel-sel di meristem sub apikal sedangkan pertumbuhan daun terletak pada meristem apikal sehingga jumlah daun tidak terpengaruh oleh pemberian paclobutrazol. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa paclobutrazol dapat mempengaruhi tinggi dan pertambahan tinggi tanaman. Tanaman yang diberi paclobutrazol lebih pendek dibandingkan tanaman kontrol. Hal ini diduga berhubungan dengan terhambatnya produksi giberelin akibat pemberian

39 paclobutrazol. Paclobutrazol mempunyai pengaruh yang berlawanan dengan giberelin atau biasa disebut dengan anti giberelin (Wattimena, 1988). Paclobutrazol menghambat sintesis giberelin dengan cara menghambat oksidasi kaurene menjadi asam kaurenat. Terhambatnya sintesis giberelin mengakibatkan pemanjangan sel pada meristem sub apikal berjalan lambat (Krishnamoorthy, 1981). Hasilnya dapat dilihat dari pemanjangan batang tanaman yang berkurang. Penambahan konsentrasi paclobutrazol yang lebih tinggi juga menyebabkan tanaman menjadi lebih pendek. Pertambahan panjang daun dan lebar daun tanaman tertinggi yaitu pada minggu-minggu awal pengamatan. Hal ini diduga karena efek paclobutrazol yang masih belum optimal dalam menghambat panjang daun maupun lebar daun tanaman gloksinia. Pengurangan ukuran daun menunjukkan bahwa aplikasi paclobutrazol berpengaruh terhadap panjang dan lebar daun. Interaksi cara pemberian dan konsentrasi paclobutrazol juga berpengaruh terhadap pertambahan panjang dan lebar daun. Tanaman kontrol memiliki pertambahan panjang dan lebar yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang diberi perlakuan paclobutrazol. Menurut Chaney (2001), daun tanaman tanpa perlakuan (kontrol) dan daun tanaman yang telah diberi perlakuan paclobutrazol mengandung jumlah sel yang sama, tetapi sel pada daun tanaman yang telah diberi perlakuan paclobutrazol menjadi lebih kecil sehingga menyebabkan ukuran daun lebih kecil jika dibandingkan daun tanaman kontrol. Pengurangan ukuran daun dapat disebabkan juga karena paclobutrazol yang dalam hal ini berperan sebagai retardan menghambat sintesis dari giberelin. Menurut Wattimena (1988), giberelin dapat memperluas daun dari berbagai jenis tanaman, tetapi akibat pemberian retardan pada tanaman, menyebabkan terhambatnya sintesis giberelin sehingga fungsi giberelin dalam memperluas daun juga terhambat, hal ini dapat dilihat dari pengurangan luas daun. Fase pertumbuhan generatif umumnya ditandai dengan munculnya tunastunas bunga. Pembungaan merupakan tahapan selanjutnya dari pertumbuhan tanaman setelah masa vegetatif, sehingga pembungaan terjadi karena tanaman sudah memasuki fase generatif. Menurut Harjadi (1996), fase generatif tanaman

40 berhubungan dengan proses-proses penting diantaranya pembentukan sel-sel yang relatif lebih sedikit, pendewasaan jaringan, penebalan serabut-serabut, pembentukan hormon yang diperlukan dalam perkembangan kuncup bunga, serta perkembangan kuncup bunga, buah dan biji. Pemberian paclobutrazol dengan dosis tinggi mengurangi persentase inisiasi pembungaan. Hal ini diduga konsentrasi paclobutrazol yang diberikan terlalu tinggi sehingga menghambat pembungaan. Menurut Weaver (1972), pemberian retardan dengan konsentrasi yang sangat tinggi juga dapat mengakibatkan terhambatnya pembungaan, hal ini disebabkan karena sintesis giberelin yang dihambat juga dalam jumlah yang besar. Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa pemberian retardan pada berbagai tanaman tidak selalu dapat menginduksi pembungaan dengan lebih cepat. Pengaruh pemberian retardan terhadap pembungaan pada beberapa jenis tanaman masih belum konsisten. Berdasarkan penelitian Susilawati (1993), paclobutrazol belum mampu menginduksi pembungaan tanaman rambutan. Hasil penelitian Rochimah (1996) menunjukkan bahwa penggunaan, cycocel, paclobutrazol dan daminozide belum mampu mempercepat inisiasi kuncup bunga. Selain itu menurut penelitian Sirait (2002) pemberian paclobutrazol 75 ppm, 150 ppm dan 300 ppm serta daminozide pada tanaman gardenia tidak berpengaruh terhadap saat terbentuknya kuncup bunga. Aplikasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap diameter bunga gloksinia. Hal ini sesuai dengan penelitian Andayani (2004) yang menyatakan bahwa pemberian paclobutrazol 500 ppm dan 1000 ppm tidak berpengaruh secara nyata terhadap diameter bunga melati. Pemberian paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga yang dihasilkan tanaman gloksinia. Krishnamoorthy (1981) menyatakan bahwa retardan merupakan senyawa kimia yang mempunyai efek fisiologis menghambat pemanjangan sel di meristem apikal sedangkan jumlah daun, bunga dan buah tidak dipengaruhinya.

41 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Perlakuan Cara pemberian paclobutrazol berpengaruh nyata pada peubah tinggi tanaman, pertambahan tinggi tanaman, pertambahan panjang daun, diameter bunga dan jumlah bunga. 2. Konsentrasi paclobutrazol memberikan pengaruh yang nyata dalam menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman gloksinia untuk tinggi tanaman, pertambahan tinggi tanaman, pertambahan panjang daun dan pertambahan lebar daun. 3. Konsentrasi paclobutrazol pada tanaman gloksinia tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan generatifnya yaitu saat munculnya tunas bunga, diameter bunga maupun terhadap jumlah bunga. 4. Interaksi antara cara pemberian dan konsentrasi paclobutrazol memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan panjang daun pada 2 MSP dan pertambahan lebar daun pada 3 MSP, sedangkan untuk peubah yang lain tidak terjadi interaksi antara cara pemberian dan konsentrasi paclobutrazol. Saran Dari hasil penelitian ini masih perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh paclobutrazol dengan aplikasi lebih dari 1 kali dengan konsentrasi yang lebih rendah. Perlu dilakukan pula pengamatan terhadap warna daun, waktu layunya bunga serta warna dari braktea bunga.

42 DAFTAR PUSTAKA Andayani, W Pengaruh Paclobutrazol dan Pupuk Organik terhadap Pembungaan Melati (Jasminum sambac var. Menur Mekar Sari). Skripsi. Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 35 hal. Anonim Gloxinias. (19 November 2007). Arteca, R. N Plant Growth Substances Principles and Application. Chapman and Hall. New York. Ashari, S Hortikultura Aspek Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. 490 hal. Benson, L Plant Classification. D. C. Health and Company. Boston. 688 p. Bonar, A., A. Toogood, D. G. Adam and R. Waite Indoor, Conservatory and Greenhouse Gardening. The Royal Horticultural Society. London. 192 p. Boodley, J. W The Commercial Greenhouse. Delmas Publishers. New York. 612 p. Burtt, B. L Gesneriads as a family. Plants and Gard. 23: Cathey, H. M Comparative plant growth retarding activities with ACPC, phosphon, chlormequat, and SADH on ornamental spesies. HortSci. 10 (3): Chaney, W. R Tree Growth Retardants Provide Multiple Benefits. (3 Februari 2009) Clark, E. D How to Grow African Violet. Lane Publ. Co. California. 79 p. Crockett, J. M Flowering House Plant. Time Life Books. New York. 160 p. Darjanto dan S. Satifah Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik Penyerbukan Silang Buatan. PT. Gramedia. Jakarta. 156 hal. De Verteuil, A. and V. Burton Houseplants Graficas Reunidas, S. A. Madrid. 144 p. Dicks, J. W Mode of action of growth retardants. p In: D.R. Clifford and J.R. Lenton (Eds.). Recent Developments in the Use of Plant Growth Retardants. British Plant Growth Regulator Group. London.

43 Gianfagna, T. J. and G. J. Wulster Growth retardants as an aid to adapting freesia to pot culture. HortSci. 21(2): Grabe, A Complete Book of House Plants. Randai House. New York. 128 p. Hagiladi, A. and A.A. Watad Cordyline terminalis plants respond to foliarsprays and medium drenches of paclobutrazol. Hort Sci. 27(2): Harjadi, M. M. S Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 196 hal. Herlina, D. dan K. Dwiatmini Peran Zat pengatur Tumbuh dan Dosis Pupuk Organik terhadap Induksi Pembungaan Melati (Jasminum sambac) sebagai Tanaman Pot. Laporan Penelitian Balai Penelitian Tanaman Hias. Jakarta. 14 hal. ICI Paclobutrazol Plant Growth Regulator for Ornamental Plant. Plant Protection Division. London. 41 p. Kimmins, R. K Gloksinia, african violets, and other gesneriads, p In: Roy. A. Larson (Ed.). Introduction to Floriculture. Academic Press, Inc. New York. Khrisnamoorthy, H. N Plant Growth Substances Including Aplication in Agriculture. Tata Mc. Graw-Hill Pub. Co. Ltd. New Delhi. 241 p. Laurie, A., D. C. Kiplinger and K. S. Nelson Commercial Flower Forcing the Fundamental and Their Practical Aplication to the Culture Greenhouse Crops. 6 th edition. Mc. Graw-Hill Book Co., Inc. New York. 509 p. Margianasari, A. F Pengaruh Zat Penghambat Tumbuh Ethepon, Paclobutrazol, Cyclocel terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Induk dan Stek Tanaman Pelargonium. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 59 hal. Martin, P. J. and A. J. Dabek Effect of paclobutrazol on the vegetatif growth and flowering of young clove trees. Trop. Agric. 65(1): Menhennet, R Use of retardant on glasshouse crops. P In: DR. Clifford and J.R. Lenton (Eds.). Recent Development In the Use of Plant Growth Retardants. British Plant Growth Regulator Group. London. Moore, H.E., Jr African Violets, Gloxinias and Their Relatives. The Macmillan Co. NewYork. 323 p.

44 Newman, S. E. and J. S. Tant Root-zone medium influences growth of poinsettias treated with paclobutrazol impregnated spikes and drenches. Hort Sci. 30(7): Noggle, G. R. and G. J. Fritz Introductory Plant Physiology. Prentice Hall of India. New Delhi. 627 p. Poerwanto, R Proses Pembungaan dan Pembuahan. Bahan Kuliah Budidaya Buah. Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 45 hal. Rochimah Pengaruh Konsentrasi Cycocel, Paclobutrazol dan B-9 terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Kalanchoe (Kalanchoe blossfeldiana POELLN.). Skripsi. Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 44 hal. Salisbury, F. B. and C. W. Ross Plant Physiology. Woodsworth Publ. Co. Belmont California. Santi, A., S. Kusumo dan E. Sitorus Induksi pembungaan dengan zat pengatur tumbuh pada sedap malam. J. Hort. 8(1): Sefiani, D Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Kastuba (Euphorbia pulcherrima Willd.) kultivar Millenium. Skripsi. Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 34 hal.. Sirait, R. I. M Pengaruh Zat Penghambat Tumbuh Pazlobutrazol dan Daminozide terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Gardenia Jasminoides Ellis. Skripsi. Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 34 hal.. Susilawati Pengaruh Paclobutrazol, Daminozide dan Cycocel terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Rambutan (Nephelium lappceum Han.). Skripsi. Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 51 hal. Wattimena, G. A Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas (PAU) Bioteknologi IPB. Bogor. Weaver, R. J Plant Growth Substances in Agriculture. W. H. Freeman and Co. San Francisco. 594 p.

45 LAMPIRAN

46 Tabel Lampiran 1. Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Jumlah Daun Perlakuan Waktu Pengamatan (MSP) cm Cara pemberian paclobutrazol : C1 : Penyiraman media C2 : Penyemprotan daun Uji F. tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn Konsentrasi paclobutrazol : P1 : Kontrol a P2 : 100 ppm ab P3 : 200 ppm b P4 : 300 ppm b P5 : 400 ppm b Uji F. tn tn tn tn tn tn * tn tn tn tn Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %. tn= tidak berbeda nyata 1

47 Tabel Lampiran 2. Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Tinggi Tanaman Perlakuan Waktu Pengamatan (MSP) cm Cara pemberian paclobutrazol : C1 : Penyiraman media b 3.98b 4.10b C2 : Penyemprotan daun a 4.34a 4.52a Uji F. tn tn tn tn tn tn tn tn * * * Konsentrasi Paclobutrazol : P1 : Kontrol a 3.27a 3.73a 4.16a 4.51a 4.92a 5.24a 5.47a 5.74a 6.01a P2 : 100 ppm a 2.92b 3.14b 3.32b 3.48b 3.72b 3.85b 3.99b 4.09b 4.23b P3 : 200 ppm a 2.89b 3.08b 3.26b 3.43b 3.58bc 3.73b 3.87bc 3.94bc 4.06bc P4 : 300 ppm b 2.57c 2.76b 2.93b 3.09b 3.27bc 3.39b 3.51bc 3.60bc 3.73bc P5 : 400 ppm ab 2.73bc 2.76b 2.90b 3.02b 3.01c 3.31b 3.38c 3.45c 3.53c Uji F. tn * ** ** ** ** ** ** ** ** ** Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %. tn= tidak berbeda nyata 2

48 Tabel Lampiran 3. Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Pertambahan Tinggi Tanaman Perlakuan Waktu Pengamatan (MSP) cm Cara pemberian paclobutrazol : C1 : Penyiraman media b 0.16b 0.19b 0.12b 0.12b C2 : Penyemprotan daun a 0.22a 0.27a 0.22a 0.18a Uji F. tn tn tn * ** ** * * tn tn Konsentrasi Paclobutrazol : P1 : Kontrol 0.44a 0.51a 0.47a 0.43a 0.36a 0.41a 0.32a 0.27a 0.22a 0.27a P2 : 100 ppm 0.16b 0.23b 0.22b 0.18b 0.16b 0.24b 0.15b 0.14b 0.10b 0.13b P3 : 200 ppm 0.14b 0.20b 0.19b 0.18b 0.17b 0.16c 0.15b 0.14b 0.08b 0.12b P4 : 300 ppm 0.14b 0.22b 0.19b 0.17b 0.16b 0.18bc 0.12b 0.12b 0.10b 0.13b P5 : 400 ppm 0.10b 0.25b 0.20b 0.14b 0.12b 0.16c 0.13b 0.07b 0.07b 0.10b Uji F. ** ** ** ** ** ** * ** ** ** Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %. tn= tidak berbeda nyata 3

49 Tabel Lampiran 4. Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Pertambahan Panjang Daun Perlakuan Waktu Pengamatan (MSP) cm Cara pemberian paclobutrazol : C1 : Penyiraman media b b b 0.09b 0.11 C2 : Penyemprotan daun a a a 0.16a 0.19 Uji F. tn tn * tn tn * tn * * tn Konsentrasi Paclobutrazol : P1 : Kontrol a 0.25a 0.28a 0.44a a 0.35a P2 : 100 ppm b 0.24ab 0.16b 0.14b b 0.21ab P3 : 200 ppm b 0.16b 0.15b 0.14b b 0.21ab P4 : 300 ppm b 0.16b 0.14b 0.15b b 0.14b P5 : 400 ppm b 0.29a 0.15b 0.16b b 0.08b Uji F. tn * ** ** * tn * * tn tn Interaksi antara Cara Pemberian Paclobutrazol dan Konsentrasi Paclobutrazol C1P a C1P bc C1P c C1P bc C1P bc C2P bc C2P bc C2P b C2P bc C2P bc Uji F. tn * tn tn tn tn tn tn tn tn Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %. tn= tidak berbeda nyata 4

50 Tabel Lampiran 5. Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Pertambahan Lebar Daun Perlakuan Waktu Pengamatan (MSP) cm Cara pemberian paclobutrazol : C1 : Penyiraman media C2 : Penyemprotan daun Uji F. tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn Konsentrasi Paclobutrazol : P1 : Kontrol a 0.21a a P2 : 100 ppm ab 0.14b b P3 : 200 ppm b 0.13b b P4 : 300 ppm b 0.12b b P5 : 400 ppm ab 0.11b b Uji F. tn * ** tn * tn tn tn tn tn Interaksi antara Cara Pemberian Paclobutrazol dan Konsentrasi Paclobutrazol C1P a C1P b C1P b C1P b C1P b C2P b C2P b C2P b C2P b C2P b Uji F. tn tn * tn tn tn tn tn tn tn Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %. tn= tidak berbeda nyata 5

51 6 Tabel Lampiran 6. Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Waktu Muncul Tunas Bunga dan Diameter Bunga Perlakuan Waktu Muncul Tunas Bunga (hari) Diameter Bunga (cm) Cara pemberian paclobutrazol : C1 : Penyiraman media b C2 : Penyemprotan daun a Uji F. tn * Konsentrasi Paclobutrazol : P1 : Kontrol P2 : 100 ppm P3 : 200 ppm P4 : 300 ppm P5 : 400 ppm Uji F. tn tn Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %. tn= tidak berbeda nyata

52 Tabel Lampiran 7. Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Jumlah Bunga Perlakuan Waktu Pengamatan (MSP) cm Cara pemberian paclobutrazol : C1 : Penyiraman media b 3.25b 3.38b 3.56b C2 : Penyemprotan daun a 4.51a 4.98a 5.20a Uji F. tn tn tn tn tn tn * * ** ** Konsentrasi Paclobutrazol : P1 : Kontrol P2 : 100 ppm P3 : 200 ppm P4 : 300 ppm P5 : 400 ppm Uji F. tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %. tn= tidak berbeda nyata 7

53 Tabel Lampiran 8. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Jumlah Daun MSP Sumber db jk KT F Pr>f kk 0 Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi * Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata, * = berpengaruh nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT 8

54 Tabel Lampiran 9. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Tinggi Tanaman MSP Sumber db jk KT F Pr>f kk 0 Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi * 9.30 Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi ** 8.58 Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi ** Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi ** Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi ** Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi ** Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi ** Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi ** Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian * Konsentrasi ** Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian * Konsentrasi ** Cara Pemberian*Konsentrasi Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata, * = berpengaruh nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT 9

55 Tabel Lampiran 10. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Pertambahan Tinggi Tanaman MSP Sumber db jk KT F Pr>f kk 1 Cara Pemberian Konsentrasi ** 4.10 Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi ** 5.44 Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi ** 5.29 Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian * Konsentrasi * 3.84 Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian ** Konsentrasi ** 3.55 Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian ** Konsentrasi ** 3.66 Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian * Konsentrasi * 6.54 Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi ** 5.61 Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi ** 3.49 Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi ** 5.12 Cara Pemberian*Konsentrasi Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata, * = berpengaruh nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT 10

56 Tabel Lampiran 11. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Pertambahan Panjang Daun MSP Sumber db jk KT F Pr>f kk 1 Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi * 5.28 Cara Pemberian*Konsentrasi * 3 Cara Pemberian * Konsentrasi * 4.44 Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi ** 4.27 Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi * 9.65 Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian ** Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi * 6.34 Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian * Konsentrasi * 8.46 Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian * Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata, * = berpengaruh nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT 11

57 Tabel Lampiran 12. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Pertambahan Lebar Daun MSP Sumber db jk KT F Pr>f kk 1 Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi * 4.17 Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi ** 2.95 Cara Pemberian*Konsentrasi * 4 Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi * 6.02 Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata, * = berpengaruh nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT 12

58 Tabel Lampiran 13. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Saat Muncul Tunas Bunga Sumber db jk KT F Pr>f kk Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata, * = berpengaruh nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT Tabel Lampiran 14. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Diameter Bunga Sumber db jk KT F Pr>f kk Cara Pemberian * Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata, * = berpengaruh nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT 13

59 Tabel Lampiran 15. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Cara Pemberian dan Konsentrasi Paclobutrazol terhadap Jumlah Bunga MSP Sumber db jk KT F Pr>f kk 1 Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian * Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian * Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian ** Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Cara Pemberian ** Konsentrasi Cara Pemberian*Konsentrasi Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata, * = berpengaruh nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT 14

60 (a) (b) Gambar 1. Tanaman Gloksinia Tanpa Perlakuan Paclobutrazol (Kontrol) Tampak Depan (a); Tampak Atas (b). (a) (b) Gambar 2. Tanaman Gloksinia Dengan Perlakuan Paclobutrazol 100 ppm Tampak Depan (a); Tampak Atas (b). (a) (b) Gambar 3. Tanaman Gloksinia Dengan Perlakuan Paclobutrazol 200 ppm Tampak Depan (a); Tampak Atas (b). 15

61 (a) (b) Gambar 4. Tanaman Gloksinia Dengan Perlakuan Paclobutrazol 300 ppm Tampak Depan (a); Tampak Atas (b). (a) (b) Gambar 5. Tanaman Gloksinia Dengan Perlakuan Paclobutrazol 400 ppm Tampak Depan (a); Tampak Atas (b). 16

TINJAUAN PUSTAKA. adalah sebagai berikut: kerajaan: Plantae; divisio: Magnoliophyta; kelas:

TINJAUAN PUSTAKA. adalah sebagai berikut: kerajaan: Plantae; divisio: Magnoliophyta; kelas: TINJAUAN PUSTAKA Botani Bunga Matahari Menurut Benson (1957), klasifikasi ilmiah dari tanaman bunga matahari adalah sebagai berikut: kerajaan: Plantae; divisio: Magnoliophyta; kelas: Magnoliophyta; ordo:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Gerbera. Gerbera merupakan tanaman bunga hias yang berupa herba. Masyarakat

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Gerbera. Gerbera merupakan tanaman bunga hias yang berupa herba. Masyarakat 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Gerbera Gerbera merupakan tanaman bunga hias yang berupa herba. Masyarakat Indonesia menyebut gerbera sebagai Gebras atau Hebras. Tanaman gerbera

Lebih terperinci

Percobaan 2: Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Jahe

Percobaan 2: Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Jahe 23 hasil rimpang ini selain karena keterbatasan suplai air dari media, juga karena tanaman mulai memasuki akhir fase pertumbuhan vegetatif. Ketersediaan air dalam media mempengaruhi perkembangan luas daun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai penghias meja kerja dalam bentuk vas bunga, dan dapat dikombinasikan

I. PENDAHULUAN. sebagai penghias meja kerja dalam bentuk vas bunga, dan dapat dikombinasikan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bisnis bunga pot menjadi salah satu usaha yang banyak dikembangkan karena memiliki daya tarik. Bunga pot dapat dijadikan sebagai penghias dalam ruangan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Secara umumm planlet anggrek Dendrobium lasianthera tumbuh dengan baik dalam green house, walaupun terdapat planlet yang terserang hama kutu putih Pseudococcus spp pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Ubikayu Dalam taksonomi tumbuhan, klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae (tumbuhan)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Dari (tabel 1) rerata tinggi tanaman menunjukkan tidak ada interaksi antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan pemangkasan menunjukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja atau Soja max, tetapi pada tahun 1984 telah disepakati nama botani yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH

cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PENINGKATAN PRODUKSI BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PACLOBUTRAZOL PADA BERBAGAI KONSENTRASI Oleh WAHYU OKTAVIANI A 34104010 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah termasuk ke dalam devisi Spematophyta, famili Papilionaceae, genus Arachis, species Arachis hypogaea L.

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah termasuk ke dalam devisi Spematophyta, famili Papilionaceae, genus Arachis, species Arachis hypogaea L. TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kacang tanah termasuk ke dalam devisi Spematophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, ordo Rosales, famili Papilionaceae, genus Arachis, species Arachis hypogaea

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO

PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO Oleh : SITI SYARA A34301027 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Keragaman mutu tiga jenis jahe (dalam %, pada lokasi 450 mdpl) Oleoresin Gingerol Pati Serat Air Abu Sari dalam air

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Keragaman mutu tiga jenis jahe (dalam %, pada lokasi 450 mdpl) Oleoresin Gingerol Pati Serat Air Abu Sari dalam air 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jahe (Zingiber officinale Roxb.) Menurut klasifikasi tanaman, jahe adalah tanaman herba tahunan yang termasuk famili Zingiberaceae. Berdasarkan ukuran, bentuk dan warna kulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Widdy Hardiyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Widdy Hardiyanti, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia yang merupakan negara agraris memiliki masyarakat yang banyak bekerja di bidang pertanian. Tanaman holtikultura merupakan salah satu tanaman yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari 4 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari Menurut Kristio (2007) dalam taksonomi tumbuhan, bunga matahari dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu komoditi tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Perumusan Masalah Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang telah lama dibudidayakan petani, bahkan pada lokasi yang telah

Lebih terperinci

III. INDUKSI PEMBUNGAAN PADA TANAMAN KAKAO. Abstrak

III. INDUKSI PEMBUNGAAN PADA TANAMAN KAKAO. Abstrak III. INDUKSI PEMBUNGAAN PADA TANAMAN KAKAO Abstrak Kakao merupakan komoditas penting bagi Indonesia, baik secara ekonomi maupun sosial. Namun demikian, produktivitas perkebunan kakao di Indonesia masih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) OLEH: YULIANA RIYANTI A

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) OLEH: YULIANA RIYANTI A PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) OLEH: YULIANA RIYANTI A34304039 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. jumlah bunga, saat berbunga, jumlah ruas, panjang ruas rata-rata, jumlah

HASIL DAN PEMBAHASAN. jumlah bunga, saat berbunga, jumlah ruas, panjang ruas rata-rata, jumlah III. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter yang diamati terdiri dari tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah bunga, saat berbunga, jumlah ruas, panjang ruas rata-rata, jumlah buku, dan panjang tangkai bunga. Hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Ubikayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan ketiga sebagai sumber karbohidrat bagi masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan perkembangan stek pada awal penanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti air, suhu, kelembaban dan tingkat pencahayaan di area penanaman stek.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanaan di kebun percobaan IPB, Leuwikopo, Dramaga dengan jenis tanah latosol Dramaga. Percobaan dilaksanakan pada tanggal 26 September 2010 sampai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan bahan pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan bahan pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan bahan pangan utama ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Ubi kayu yang berasal dari Brazil,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian berlangsung dari bulan Mei 2011 sampai bulan Juli 2011 di lahan Pembibitan Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian diawali dengan pemilihan pohon

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour

PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour Oleh : Ita Lestari A34301058 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI IAA, IBA, BAP, DAN AIR KELAPA TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR POINSETTIA (Euphorbia pulcherrima Wild Et Klotzch) IN VITRO

PENGARUH KONSENTRASI IAA, IBA, BAP, DAN AIR KELAPA TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR POINSETTIA (Euphorbia pulcherrima Wild Et Klotzch) IN VITRO PENGARUH KONSENTRASI IAA, IBA, BAP, DAN AIR KELAPA TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR POINSETTIA (Euphorbia pulcherrima Wild Et Klotzch) IN VITRO Oleh : Pratiwi Amie Pisesha (A34303025) DEPARTEMEN AGRONOMI DAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gladiol Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan pada bentuk daunnya yang sempit dan panjang seperti pedang. Genus gladiolus terdiri

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK GROWMORE (20:20:20) DAN GROW QUICK F TERHADAP PERTUMBUHAN ENTRES ADENIUM (Adenium obesum) SETELAH PEMANGKASAN. Oleh

PENGARUH PUPUK GROWMORE (20:20:20) DAN GROW QUICK F TERHADAP PERTUMBUHAN ENTRES ADENIUM (Adenium obesum) SETELAH PEMANGKASAN. Oleh PENGARUH PUPUK GROWMORE (20:20:20) DAN GROW QUICK F TERHADAP PERTUMBUHAN ENTRES ADENIUM (Adenium obesum) SETELAH PEMANGKASAN Oleh Whenny Fahruroh A34404009 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN

EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN (Apium graveolens L. Subsp. secalinum Alef.) KULTIVAR AMIGO HASIL RADIASI DENGAN SINAR GAMMA COBALT-60 (Co 60 ) Oleh Aldi Kamal Wijaya A 34301039 PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong yang berpotensi untuk dibudidayakan secara intensif. Prospek agribisnis

Lebih terperinci

KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI. Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A

KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI. Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A34403065 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan 3, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB selama sembilan minggu sejak Februari hingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) dikenal sebagai The King of Vegetable dan produksinya menempati urutan keempat dunia setelah beras, gandum dan jagung (The International

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI DAN TARAF PEMBERIAN AIR RISZKY DESMARINA A

RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI DAN TARAF PEMBERIAN AIR RISZKY DESMARINA A RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI DAN TARAF PEMBERIAN AIR RISZKY DESMARINA A24053423 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RISZKY DESMARINA.

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SETELAH TRANSPORTASI

PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SETELAH TRANSPORTASI PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SETELAH TRANSPORTASI Oleh : ANUM PETALARIFARRDHI A 34303057 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH Oleh Baiq Wida Anggraeni A34103024 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada areal pertanaman jeruk pamelo di lahan petani Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias khususnya bunga merupakan salah satu komoditas hortikultura

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias khususnya bunga merupakan salah satu komoditas hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman hias khususnya bunga merupakan salah satu komoditas hortikultura yang cukup diperhitungkan. Selain memiliki fungsi estetika, bunga juga mendatangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Gladiol Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis (Herlina, 1991). Tanaman gladiol berasal dari Afrika Selatan dan menyebar di Asia dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV, 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV, Gedung Meneng Bandar Lampung dari bulan Desember 2011 sampai bulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Percobaan 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Perkecambahan benih-benih purwoceng terjadi pada waktu yang berbedabeda karena tidak dilakukan persemaian serempak. Tanaman dikelompokkan sesuai umur untuk

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai keanekaragaman tanaman hortikultura meliputi tanaman buah, tanaman sayuran dan tanaman hias. Menurut Wijaya (2006), Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bunga Gladiol (Gladiolus hybridus L) merupakan bunga potong yang menarik

I. PENDAHULUAN. Bunga Gladiol (Gladiolus hybridus L) merupakan bunga potong yang menarik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bunga Gladiol (Gladiolus hybridus L) merupakan bunga potong yang menarik dan cukup popular. Bunga gladiol memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan menduduki

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Tanah Tanaman kacang tanah dapat diklasifikasikan

BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Tanah Tanaman kacang tanah dapat diklasifikasikan BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Tanah Tanaman kacang tanah dapat diklasifikasikan (Kasno, dkk. 1993) sebagai berikut: Devisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

KAJIAN KONSENTRASI SITOKININ (CPPU) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DUA SUMBER BIBIT BULBIL TANAMAN PORANG (Amorphophallus onchophyllus) SKRIPSI

KAJIAN KONSENTRASI SITOKININ (CPPU) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DUA SUMBER BIBIT BULBIL TANAMAN PORANG (Amorphophallus onchophyllus) SKRIPSI KAJIAN KONSENTRASI SITOKININ (CPPU) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DUA SUMBER BIBIT BULBIL TANAMAN PORANG (Amorphophallus onchophyllus) SKRIPSI Diajukan Oleh : DIAN AYUNING RAKHMAWATI NPM : 1025010040

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan yang teramati selama aklimatisasi menunjukkan suhu rata-rata 30 o C dengan suhu minimum hingga 20 o C dan suhu maksimum mencapai 37 o C. Aklimatisasi

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh: ASLIH SRILILLAH A34303030 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Volume 16, Nomor 2, Hal. 63-68 Juli - Desember 211 ISSN:852-8349 PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Muswita Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67%

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67% III. Metode Penelitian A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober 2013 bertempat di Desa Karanggeneng, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman hias mempunyai peran sangat penting dalam perdagangan komoditas pertanian dan akan selalu dibutuhkan oleh masyarakat. Menurut Sari (2008), komoditas agribisnis

Lebih terperinci

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap pertumbuhan tanaman leek

5. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap pertumbuhan tanaman leek 5. PEMBAHASAN Pembahasan mengenai pengaruh waktu pemberian Giberelin (GA 3 ) terhadap induksi pembungaan dan pertumbuhan tanaman leek (Allium ampeloprasum L.) meliputi umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Kacang Tanah (Arachis hypogaeal.) Fachruddin (2000), menjelaskan bahwa klasifikasi tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan 13 diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet 18 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet Kampung Muteran, Pudak Payung, Banyumanik, Semarang dan Laboratorium Fisiologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini mulai

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini mulai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini mulai banyak diminati oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari fungsi tanaman hias yang kini

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BAP DAN NAA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUNAS MIKRO KANTONG SEMAR (Nepenthes mirabilis) SECARA IN VITRO

PENGARUH PEMBERIAN BAP DAN NAA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUNAS MIKRO KANTONG SEMAR (Nepenthes mirabilis) SECARA IN VITRO PENGARUH PEMBERIAN BAP DAN NAA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUNAS MIKRO KANTONG SEMAR (Nepenthes mirabilis) SECARA IN VITRO Oleh: YAYU ALITALIA A34304025 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN STEK DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI TERUBUK (Saccharum edule Hasskarl) Oleh: Nia Kurniatusolihat A

PENGARUH BAHAN STEK DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI TERUBUK (Saccharum edule Hasskarl) Oleh: Nia Kurniatusolihat A PENGARUH BAHAN STEK DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI TERUBUK (Saccharum edule Hasskarl) Oleh: Nia Kurniatusolihat A34304020 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahap kultur in vitro dan aklimatisasi. Tahap kultur in vitro dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Volume 13, Nomor 1, Hal. 15-20 ISSN 0852-8349 Januari Juni 2011 PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Muswita Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam sistem taksonomi tumbuhan, sorgum diklasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam sistem taksonomi tumbuhan, sorgum diklasifikasikan sebagai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Karakteristik Tanaman Sorgum Dalam sistem taksonomi tumbuhan, sorgum diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Class:

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di MJ Flora, desa JambuLuwuk, Bogor dengan curah hujan 3000 mm/tahun. Lokasi penelitian berada pada ketinggian tempat kurang lebih 700 meter di atas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo) Tanaman jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) termasuk ke dalam famili Rutaceae. Famili Rutaceae memiliki sekitar 1 300 spesies yang dikelompokkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci