BAB I PENDAHULUAN. keuntungan (Haniffa dan Hudaib, 2007). Perbankan syariah sejak awal kemunculannya

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian. Bank syariah adalah representasi dari gelombang baru korporasi yang tujuan sosialnya sama penting (atau bahkan mungkin lebih penting) daripada tujuan mencari keuntungan (Haniffa dan Hudaib, 2007). Perbankan syariah sejak awal kemunculannya pada tahun 1970-an telah menjadi industri dengan pertumbuhan tercepat serta diakui baik oleh Muslim maupun non-muslim (Iqbal dan Molyneux, 2005 dalam Awan dan Bukhari, 2011). Indonesia sebagai Negara dengan populasi muslim terbesar di dunia pun mengalami pertumbuhan pesat di sektor perbankan syariah. Hasil kajian Direktorat Perbakan Syariah Bank Indonesia tahun 2012 menunjukkan bahwa pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia mencapai 40,2 % per tahun dalam 5 tahun terakhir, jauh melebihi laju pertumbuhan industri perbankan nasional yang berkisar 20% per tahun. Selain itu, jaringan bank syariah di Indonesia meliputi 11 bank umum syariah (BUS), 24 unit usaha syariah (UUS), dan 156 BPR syariah, dengan unit jaringan kantor yang tersebar luas di seluruh 33 provinsi. Disematkannya label syariah berarti bahwa bank syariah mengemban mandat untuk menjalankan bisnisnya dalam kepatuhan yang ketat terhadap peraturan dan prinsipprinsip syariah (Archer et al, 1998). Prinsip syariah Islam merupakan aturan universal yang penerapannya tidak terbatas pada wilayah tertentu saja. Bank syariah diharapkan memenuhi kriteria adl (adil), amanah (terpercaya), dan ihsan (kebajikan atau ekselensi) (Beekun dan Badawi, 2005), mempromosikan keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat dan mencari keberkahan dari Allah SWT (Hassan dan Harahap, 2010), 1

2 menjunjung tujuan sosial, mempromosikan nilai-nilai Islami kepada karyawan, nasabah dan masyarakat umum, serta berkontribusi nyata dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan (Dusuki, 2008). Hanif (2011) memaparkan bahwa di antara berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh bank syariah, ada tiga tantangan yang sangat vital, yaitu (a) kepatuhan bank terhadap prinsp-prinsip syariah di dalam sebuah lingkungan yang didominasi oleh praktik berbasis riba, (2) persepsi praktisi industri keuangan tentang apakah kinerja perbankan syariah mampu melayani semua kebutuhan perdagangan dan industri, dan (3) persepsi dari mayoritas muslim apakah praktik perbankan syariah sudah mematuhi prinsip-prinsip syariah atau hanya sekedar menyalin kembali praktik konvensional dengan memakai istilah syariah. Dengan demikian, sangat penting bagi bank syariah untuk meyakinkan para stakeholder tentang komitmennya terhadap prinsip syariah. Untuk menunjukkan akuntabilitas dan keadilannya kepada masyarakat umum, bank syariah dituntut untuk melakukan transparansi bisnisnya lebih daripada entitas bisnis lainnya. Namun demikian, Haniffa dan Hudaib (2007) menemukan hasil yang mengejutkan ketika membandingkan ideal dan communicated identity tujuh bank syariah di kawasan Timur Tengah. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa hanya ada satu buah bank syariah yang memiliki tingkat pengungkapan laporan tahunan di atas rata-rata. Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa dari delapan dimensi kepatuhan yang diteliti, nilai terendah berada pada dimensi Komitmen terhadap Masyarakat, Pengungkapan Visi dan Misi, Kontribusi dan Manajemen Zakat, Donasi, dan Pinjaman Kebajikan, serta Informasi tentang Manajemen 2

3 Puncak, yakni dimensi yang seharusnya menjadi pembeda antara bank syariah dan bank konvensional. Temuan Haniffa dan Hudaib (2007) tersebut juga memunculkan pertanyaan, apakah kesenjangan antara apa yang seharusnya dan apa yang nyatanya diungkapkan dalam laporan tahunan bank syariah juga terjadi di Indonesia. Prasetyaningsih (2010) mencoba mereplikasi penelitian Haniffa dan Hudaib untuk menjawabnya. Menggunakan data laporan tahunan tiga bank umum syariah (BUS) di Indonesia tahun 2008, Prasetyaningsih pun menemukan hal yang tak jauh berbeda. Kesenjangan antara apa yang seharusnya dan apa yang nyatanya diungkapkan oleh bank syariah ternyata juga terjadi. Pascapenelitian Prasetyaningsih telah terjadi perkembangan perbankan syariah yang signifikan di Indonesia, di antaranya adalah bertambahnya jumlah BUS dari 3 buah di tahun 2008 menjadi 11 buah sejak akhir tahun Selain itu, telah terbit pula Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang turut mempengaruhi tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh bank syariah. Perkembangan-perkembangan tersebut patut dicermati lebih lanjut untuk menilai apakah penelitian Prasetyaningsih (2010) masih relevan dengan kondisi perbankan syariah Indonesia saat ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai identitas bank syariah di Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 3

4 Bagaimanakah tingkat kesesuaian identitas etis bank syariah sebagaimana terungkap dalam laporan tahunan bank umum syariah di Indonesia dan beberapa bank umum syariah di luar Indonesia dibandingkan dengan identitas etis bank syariah yang ideal? 1.3 Batasan Masalah Karena luasnya cakupan entitas bisnis syariah, maka penelitian ini akan membatasi objek penelitian yaitu bank umum syariah saja sebagai entitas yang akan diteliti mengenai identitas etis sebagaimana diungkapkan dalam laporan tahunannya. 1.4 Tujuan Penelitian 1. Mendapatkan bukti empiris mengenai identitas etis bank syariah sebagaimana terungkap dalam laporan tahunan bank umum syariah di Indonesia dan di luar Indonesia; 2. Menilai seberapa besar tingkat kesesuaian identitas etis bank syariah sebagaimana terungkap dalam laporan tahunan bank umum syariah di Indonesia dan di luar Indonesia dibandingkan dengan identitas etis bank syariah ideal. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi berbagai pihak diantaranya: a. Bagi bank syariah, penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran yang ideal mengenai komunikasi melalui laporan tahunan bank syariah dalam rangka 4

5 membentuk kesesuaian antara identitas etis perusahaan ideal dan identitas yang dikomunikasikan. b. Bagi badan regulasi, penelitian ini diharapkan mampu menjadi pandangan dasar pembuatan pedoman pengelolaan bank syariah agar sesuai dengan nilai dan prinsip syariah. c. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang praktik pengelolaan bank syariah yang semoga dapat menumbuhkan ketertarikan untuk mempelajari ekonomi Islam secara lebih mendalam. d. Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan mampu menjadi wacana mengenai identitas etis bank syariah sehingga diharapkan dapat menghilangkan keraguan maupun skeptisme terhadap entitas bisnis syariah, terutama perbankan syariah. 1.6 Sistematika Pembahasan Pembahasan dalam skripsi ini terbagi ke dalam lima bab sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. BAB II: LANDASAN TEORI Bab ini memaparkan teori yang menjadi dasar penelitian, yakni meliputi konsepkonsep yang terdapat dalam penelitia-penelitia terdahulu, seperti konsep bank syariah, transparansi dan pengungkapan, serta identitas etis perusahaan. 5

6 BAB III: METODE PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian, yaitu meliputi jenis penelitian, metode pengumpulan data, sumber data, alat penelitian yang digunakan, serta metode penganalisisan data. BAB IV: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini memaparkan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian, meliputi hasil pengujian reliabilitas alat penelitian dan analisis terhadap hasil-hasil dari pengolahan data. BAB V: PENUTUP Bab ini berisi pembahasan ringkas mengenai penelitian serta hasil-hasil yang diperoleh. Dalam bab ini juga disajikan simpulan penelitian, keterbatasan penelitian, serta saran untuk penelitian selanjutnya. 6