BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan industri dengan pemegang saham dan pemangku kepentingan yang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan industri dengan pemegang saham dan pemangku kepentingan yang lebih banyak daripada sektor industri lainnya karena lebih dari 90% modalnya adalah utang (Mehran, 2011). Fungsi bank yang strategis dalam kehidupan masyarakat karena melibatkan dana masyarakat luas menjadikan banyaknya peraturan-peraturan sehingga industri perbankan sering disebut juga high regulated industry (Jasuni, 2013). Pembahasan mengenai regulasi dan peraturan usaha tidak akan lepas dari tata kelola perusahaan. Tata kelola perusahaan telah menarik banyak perhatian praktisi, masyarakat sebagai manajer, pemegang saham, investor, regulator, dan peneliti akademik sejak pertengahan 1980-an (Abu-Tapanjeh, 2006 dalam Abu-Tapanjeh, 2009). Isu tata kelola perusahaan ini menjadi perhatian khusus bagi lembaga internasional seperti OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) serta ICGN (International Corporate Governance Network). Terdapat pula lembaga dalam negeri yang dibentuk melalui keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri agar secara khusus menangani tata kelola di Indonesia yaitu Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). Pentingnya tata kelola ini ditegaskan dari pernyataan OECD bahwa tata kelola perusahaan perlu menjadi prinsip dasar daripada sekedar menjadi dasar bagi aturan dan regulasi (OECD, 2004). Tata kelola menjamin kepercayaan terhadap saham dengan memantau dan mengendalikan operasi perusahaan (Abu-Tapanjeh, 2009). 1

2 Industri perbankan dikenal memiliki tingkat risiko yang tinggi sehingga perlu penerapan dan pengkomunikasian yang baik pada tata kelola perusahaannya, baik bank dengan prinsip konvensional maupun prinsip syariah. Salah satu pilar perbankan syariah adalah bagi hasil dan bagi rugi dan bukan pengenaan bunga, sehingga tata kelola sangat penting untuk memastikan bahwa deposan tidak menderita kerugian karena mereka lebih rentan daripada deposan bank konvensional (Satkunasingam dan Shanmugam, 2004). Selain itu, Ariffin (2009: 153) juga menyatakan pentingnya bank syariah untuk lebih transparan dalam pelaporan risiko mereka. The unique characteristics of Islamic banks, which are based, among other things, on mobilising funds through profit-sharing and loss-bearing investment accounts, logically require these banks to be more transparent than conventional banks in reporting their risks Tata kelola pada bank tidak luput dari regulasi pemerintah dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 yang kemudian direvisi dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006. Awal mulanya peraturan ini berlaku baik bagi bank konvensional maupun bank syariah. Pertumbuhan bank syariah yang semakin baik dari awal mula berdiri membuat kebutuhan akan regulasi yang terpisah dari regulasi bank konvensional ditanggapi secara serius oleh Bank Indonesia. Pada tahun 2009 BI mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009. Kedua peraturan ini mengatur persyaratan minimum tata kelola perusahaan serta pedoman pelaporan pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG). Penelitian mengenai pengungkapan identitas etis pada perbankan Islam pernah dilakukan oleh Haniffa dan Hudaib (2007) dengan menggunakan data yang berasal dari beberapa negara dan memberikan perspektif yang luas. Namun, penelitian dalam satu negara dinilai 2

3 perlu dilakukan karena perekonomian dalam satu negara memiliki karakteristik nasional yang unik (Darmadi, 2013). Penelitian Darmadi (2013) menemukan pelaporan GCG yang paling baik, dengan menggunakan CDGI (Corporate Governance Disclosure Index) sebagai alat ukurnya, dipegang oleh Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri. Adiono dan Sholihin (2014) juga menemukan bahwa Bank Syariah Mandiri, BCA Syariah, dan Bank Muamalat memiliki tingkat pengungkapan paling tinggi berdasarkan aturan PBI Nomor 11/33/PBI/2009. Penelitian ini menggunakan syarat minimum pelaporan tata kelola perusahaan sesuai PBI Nomor 8/14/PBI/2006 untuk bank konvensional dan PBI Nomor 11/33/PBI/2009 untuk bank syariah. Laporan tahunan yang digunakan adalah laporan tahun 2010 sampai 2013 dengan metode content analysis. Khusus untuk bank umum, penambahan sampel dilakukan untuk laporan tahun 2007 hingga 2009 sebagai upaya peningkatan komparabilitas kualitas pelaporan antara Bank Umum Syariah (BUS) dan bank umum saat pertama kali PBI tentang Good Corporate Governance untuk masing-masing bank umum dan BUS diterapkan. Penggunaan peraturan ini dinilai lebih sesuai dengan keadaan di Indonesia dan dianggap mampu mencerminkan tingkat informasi yang diharapkan regulator (Adiono dan Sholihin, 2014). Keunikan pada penelitian ini adalah diperbandingkannya pengungkapan tata kelola antara bank syariah dan bank konvensional yang ada di Indonesia dan secara spesifik mempertemukan antara bank konvensional dengan bank syariah dengan posisi induk anak maupun yang bernaung dalam satu holding company yang sama. Pemilihan memperbandingkan perusahaan dengan prinsip operasi yang berbeda dilandaskan pada dua alasan. Pertama, hampir seluruh BUS yang ada merupakan anak perusahaan dari bank umum 3

4 maupun berada dalam satu holding company yang sama. Kedua, untuk mengetahui pengungkapan tata kelola mana yang lebih baik antara yang dilakukan BUS dengan bank umum berdasarkan PBI tentang Good Corporate Governance. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan perbandingan praktik pengungkapan tata kelola perusahan yang dilakukan oleh bank syariah dan bank konvensional yang masing-masing berdasarkan pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 dalam laporan tahunan perusahaan yang dipublikasikan. Perumusan masalah untuk penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Apakah pengungkapan tata kelola pada laporan tahunan Bank Umum Syariah di Indonesia telah memenuhi persyaratan minimal sesuai Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 pada periode 2010 sampai 2013? 2. Apakah pengungkapan tata kelola pada laporan tahunan bank umum di Indonesia telah memenuhi persyaratan minimal sesuai Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 pada periode 2010 sampai 2013? 3. Apakah ada peningkatan ataupun penurunan pengungkapan tata kelola baik Bank Umum Syariah maupun bank umum dari tahun 2010 sampai 2013? 4. Bagaimana perbandingan tingkat pengungkapan tata kelola perusahaan yang dilakukan oleh bank umum dan Bank Umum Syariah secara umum? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 4

5 1. Mengetahui kesesuaian pengungkapan tata kelola pada laporan tahunan Bank Umum Syariah dan bank umum dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/ Mengetahui peningkatan maupun penurunan pengungkapan tata kelola pada Bank Umum Syariah maupun bank umum 3. Mengetahui kualitas pengungkapan tata kelola yang lebih baik antara Bank Umum Syariah dan bank umum 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut: 1. Bagi regulator Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam penyusunan kebijakan dimasa yang akan datang yang berkaitan dengan kualitas pelaporan tata kelola bankbank syariah maupun bank umum. 2. Bagi investor Memperluas pengetahuan akan kualitas pengungkapan tata kelola perusahaan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam melakukan investasi. 3. Bagi perbankan Menjadi perhatian bagi bank-bank yang melaporkan pengungkapan tata kelola perusahaannya untuk meningkatkan maupun mempertahankan kualitas informasi pada laporannya. 4. Bagi akademisi Menambah pengetahuan mengenai praktik pelaporan tata kelola perusahaan dalam laporan tahunan bank umum baik yang berprinsip syariah maupun konvensional 5

6 1.5 Sistematika Penulisan Secara keseluruhan, penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Bagian pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab tinjuan pustaka membahas mengenai teori-teori yang digunakan dalam melakukan penelitian seperti teori tata kelola secara umum dan dalam pandangan Islam, serta beberapa penelitian terdahulu. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian menjelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian meliputi jenis penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, serta metode analisis data. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berisi analsis dari penelitian yang dilakukan beserta penjelasan dari data-data tersebut. BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran yang mungkin dapat diaplikasikan pada penelitian yang akan datang. 6