BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN"

Transkripsi

1 BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kajian Pustaka Manajemen Risiko Menurut Chapman (2006), manajemen risiko adalah bagian dari pengendalian internal. Manajemen risiko ditujukan untuk memfasilitasi keefektifan dan keefisienan operasi bisnis, mengembangkan laporan internal dan ekternal serta membantu hukum dan peraturan yang sudah ditetapkan dengan benar. Tujuannya adalah untuk memastikan identifikasi dan penilaian atas risiko bisnis yang dihadapi dan tanggapan dari mereka apakah akan dikeluarkan atau dikurangkan atau bila dimungkinkan memindahkan risiko tersebut kepada pihak ketiga. Menurut Hanggraeni (2010), manajemen risiko merupakan suatu rangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memonitor dan mengontrol risiko yang timbul dari bisnis operasional suatu perusahaan. Manajemen risiko ditujukan untuk memastikan kesinambungan profitabiltas dan pertumbuhan usaha sejalan dengan visi dan misi perusahaan. Di dalam strategi pengendalian dan pengelolaan risiko usaha, perusahaan melakukan identifikasi dan pembuatan peta risiko (risk mapping), kuantifikasi dan pengukuran risiko (risk measurement and assessment), penanganan risiko (risk treatment) serta kebijakan manajemen risiko. 21

2 22 Menurut Banker Association for Risk Management (2010), agar penerapan manajemen risiko dapat berjalan efektif pada bank maka bank harus melakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut: 1) Managing Risk Pengelolaan risiko kredit terbagi menjadi front end, middle end dan back end. 2) Menyediakan modal setelah adanya upaya pengelolaan risiko. Dalam aktivitas manajemen risiko terdapat beberapa proses penerapan, yaitu antara lain sebagai berikut: 1) Identifikasi risiko yaitu tahapan mengidentifikasi seluruh jenis risiko yang melekat pada seluruh aktivitas operasional yang berpotensi merugikan bank. 2) Pengukuran risiko yaitu mengukur profil risiko untuk mendapatkan prediksi efektifitas penerapan manajemen risiko yang dilakukan. 3) Pemantauan dari limit risiko yaitu berfungsi untuk memantau dari limit risiko agar dapat segera ditindaklanjuti sesuai dengan prosedur yang berlaku. 4) Pengendalian risiko yaitu mengelola risiko terutama risiko-risiko yang berdampak langsung terhadap kelangsungan operasional bank. Perhitungan kebutuhan modal dan ketentuan seluruh bank di dunia dalam menjalankan kegiatan operasional mengacu kepada Basel II yang sebelumnya adalah Basel I. Pada Basel I, perhitungan kebutuhan modal

3 23 untuk menutup risiko kredit dan risiko pasar menggunakan pendekatan yang tidak membedakan kualitas pengelolaan aset. Selain itu, tidak mencakup risiko yang dihadapi oleh bank pada saat ini seperti risiko likuiditas, strategi, kepatuhan, hukum dan lain-lain. Menurut Hotmaria (2009), Basel I dirancang sebagai standar yang sederhana dengan mensyaratkan bank-bank untuk memisahkan exposurenya ke dalam kelas yang lebih luas dengan menggambarkan kesamaan tipe debitur. Exposure nasabah dengan tipe yang sama akan memiliki persyaratan modal yang sama tanpa memperhatikan perbedaan yang potensial pada kemampuan pembayaran kredit dan risiko yang dimiliki oleh masing-masing individu nasabah. Dengan adanya perkembangan kegiatan operasional dan peraturan yang dihadapi oleh industri perbankan, pihak-pihak regulator perbankan internasional menganggap perlu dilakukan pembaharuan peraturan kegiatan operasional perbankan. Atas alasan tersebut lahirlah Basel II untuk melengkapi kekurangan Basel I. Basel II bertujuan meningkatkan keamanan dan kesehatan sistem keuangan dengan menitikberatkan pada perhitungan permodalan berbasis risiko, supervisory review process, dan market discipline (Widayanti, 2010). Menurut Basel Committe on Banking Supervision (2001), terdapat tiga pendekatan untuk menghitung kecukupan modal dalam Basel II yaitu antara lain:

4 24 1) Standardized Approach Pendekatan yang digunakan adalah perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) berdasarkan bobot tertentu untuk menetapkan besarnya aset berisiko. 2) Foundation Internal Ratings-Based Approach (IRB-Foundation) Pendekatan yang digunakan adalah model internal dalam menghitung kebutuhan modal bank. Melalui model ini, bank dapat menerapkan diferensiasi yang lebih tepat pada setiap kategori aset. 3) Advanced Internal Rating-Based Approach Pendekatan ini menggunakan perhitungan probability of default (PD), exposure of default (EAD), loss given default (LGD) dan jangka waktu. Pendekatan ini hanya berlaku untuk sovereign bank dan perusahaan namun tidak berlaku untuk portofolio retail Risiko Kredit Risiko kredit adalah risiko kerugian yang diderita oleh bank terkait dengan kemungkinan bahwa pada saat jatuh tempo counterparty-nya gagal memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada bank. Dengan kata lain, risiko kredit adalah risiko kerugian bagi bank karena debitur tidak melunasi kembali pokok pinjaman maupun bunga. Namun, bagi bank, risiko kredit merupakan risiko yang wajar terjadi mengingat hal itu terkait dengan bisnis intinya berupa lending based business. Oleh sebab itu, bank merupakan lembaga dengan tingkat leverage atau debt ratio yang tinggi

5 25 sehingga apabila para debitur memiliki default rates yang tinggi dapat menyebabkan permodalan bank dapat tergerus (Ali, 2006). Dalam memperhitungkan probability of default yang dilakukan debitur, bank harus mempertimbangkan seberapa jauh hal tersebut dapat berpengaruh terhadap permodalan bank. Probability of default terjadi pada saat debitur tidak mampu membayar bunga dan melunasi pokok pinjaman. Menurut Credit Suisse First Boston (1997), terdapat dua macam risiko kredit yaitu antara lain: 1) Credit Spread Risk Risiko spread kredit yang ditampilkan oleh portofolio kredit dimana spread kredit diperdagangkan dari pasar ke pasar. Perubahan pengamatan dari spread kredit tersebut berdampak pada nilai portofolio. 2) Credit Default Risk Seluruh exposure portofolio menampilkan risiko default kredit sebagai hasil dari kerugian yang disebabkan oleh gagal bayar debitur. Menurut Besis (2010), Basel II membagi empat komponen utama risiko kredit, yaitu antara lain: 1) Probability of Default (PD) Default didefinisikan sebagai gagal bayar atas pinjaman yang telah jatuh tempo, kebangkrutan atau restruktur hutang yang disebabkan karena debitur mengalami kesulitan dalam melunasi kewajibannya.

6 26 Basel II menyatakan kejadian default apabila debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya lebih dari 90 hari. 2) Exposure at Default (EAD) Pengukuran jumlah maksimum yang dapat hilang diakibatkan oleh gagal bayar (default). 3) Loss Given Default (LGD) Bagian dari jumlah ririsko yang efektif akan hilang seiring dengan terjadinya default, setelah mencoba berbagai cara dan melakukan re-cover atas jaminannya. 4) Credit Conversion Factor (CCF) Pemetaan exposure komitmen dibandingkan exposure kas atau kontijensi dan komitmen off balance sheet Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Menurut Savitri et. al, (2014) kredit bermasalah atau non perfoming loan secara umum adalah semua kredit yang mengandung risiko tinggi atau kredit yang mengandung kelemahan yaitu tidak memenuhi standar kualitas yang ditetapkan bank. Menurut ketentuan Bank Indonesia pada Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/11/DPNP, kredit bermasalah digolongkan ke dalam kolektibilitas kurang lancar, diragukan dan macet. Untuk meminimalisasi risiko kredit akibat kredit default, dibutuhkan modal yang cukup agar dapat mengurangi kerugian yang

7 27 dihadapi oleh Bank. Modal seharusnya dapat menutupi unexpected loss yang tidak dapat ditutupi oleh expected loss. Pada umumnya bank memiliki cadangan dana yang disebut sebagai cadangan umum (general provision) atau cadangan kerugian kredit (Fatimah, 2012). Menurut Anandarajan et. al (2005), provisi untuk penurunan kredit dapat menjadi sinyal terhadap laba bank dan managemen modal. Dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998, pembentukan atau penyisihan dana cadangan kerugian kredit disebut dengan istilah PPAP atau Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif. Dalam PPAP, menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/148/KEP/DIR tentang pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif, pembentukan cadangan atau penyisihan tersebut dinilai berdasarkan tingkat kolektibilitas dari kredit debitur dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Kredit kategori Lancar maka PPAP sebesar < 1% dari aktiva produktif. 2) Kredit kategori Dalam Perhatian Khusus (DPK) maka PPAP sebesar 5% dari aktiva produktif. 3) 15% dari aktiva produktif yang dikategorikan Kurang Lancar dikurangi nilai agunan. 4) 50% dari aktiva produktif yang dikategorikan Diragukan dikurangi nilai agunan.

8 28 5) 100% dari aktiva produktif yang dikategorikan Macet dikurangi nilai agunan. Setelah adanya revisi PSAK 55 pada tahun 2006, maka istilah dari PPAP pun diganti menjadi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai atau yang sering disebut dengan istilah CKPN. Dalam CKPN, pembentukan atau penyisihan dana dinilai dari hasil evaluasi kredit debitur yang dilakukan oleh bank. Jika menurut suatu bank terdapat bukti objektif bahwa kredit dari debitur itu mengalami impairment (penurunan), maka bank tersebut harus membentuk dana atau cadangan atas kredit tersebut. Hasil evaluasi kredit debitur tersebut didasarkan kepada keputusan masing-masing bank, maka tiap-tiap bank memiliki kebijakan tersendiri dalam membentuk cadangan dana untuk kreditnya. Walaupun begitu, kebijakan bank itupun tidak boleh melenceng dari beberapa kriteria yang terdapat dalam PAPI setelah adanya revisi PSAK 55. Adapun ketentuan pengukuran CKPN berdasarkan PAPI revisi 2008 adalah sebagai berikut: 1) Individual Setiap bank dapat memilih perhitungan untuk mengukur nilai CKPN Individual dengan menggunakan metode sebagai berikut: a. Discounted Cash Flow Estimasi arus kas masa akan datang (pembayaran pokok + bunga) yang didiskonto dengan suku bunga. b. Fair Value of Collateral

9 29 Dengan memperhitungkan nilai arus kas atas jaminan atau agunan di masa yang akan datang. c. Observable Market Price Ditentukan dari harga pasar dari kredit tersebut. 2) Kolektif Setiap bank dapat memilih beberapa ketentuan dalam menentukan nilai CKPN pada kelompok kolektif ini sebagai berikut: a. Dilihat dari perhitungan arus kas kontraktual kreditur di masa akan datang. b. Dilihat dari perhitungan tingkat kerugian historis dari kredit debitur setelah dikurangi tingkat pengembalian kreditnya Untuk menentukan besarnya nilai penyisihan atau cadangan dana dari kredit suatu bank berdasarkan perhitungan CKPN, maka terlebih dahulu kredit dilakukan penentuan kredit yang mengalami impairment (penurunan nilai dari kualitas kredit). Setelah itu, besarnya nilai cadangan dana kredit ditentukan dari selisih antara nilai tunggakan kredit debitur tersebut sebelum dan sesudah terjadinya impairment (penurunan nilai). Perhitungan CKPN yang lebih rumit, yaitu dengan melakukan pengecekan kredit secara satu per satu atau individual sehingga pengontrolan kredit menjadi lebih terarah. Hal tersebut sebagai mitigasi risiko apabila terjadi impairment kredit sehingga bank dapat segera mencari solusi agar kredit debitur tersebut tidak sampai merugikan bank.

10 30 Perhitungan CKPN secara kolektif dilakukan untuk portofolio kredit dengan karakterisktik yang sama dengan jumlah debitur yang besar. Sedangkan untuk debitur yang memiliki outstanding kredit di atas batasan materialitas yang ditetapkan oleh masing-masing bank dan atau bila bank memiliki bukti objective atas impairment maka CKPN akan dihitung secara individual. Perhitungan CKPN kolektif dilakukan untuk exposure kredit dengan kategori default. Default adalah kejadian gagal bayar atas pinjaman yang sudah jatuh tempo, kebangkrutan, atau restruktur hutang yang disebabkan karena debitur mengalami kesulitan dalam pelunasan kewajibannya. Tidak ditetapkannya metode perhitungan yang khusus dari Bank Indonesia selaku badan regulator perbankan untuk memperhitungkan CKPN kolektif, menyebabkan bank harus menetapkan model perhitungannya sendiri. Perhitungan CKPN kolektif akan berdampak pada perhitungan penyediaan modal (economic capital) yang harus disediakan oleh Bank untuk mengantisipasi risiko kredit yang dihadapi Bank. Dengan demikian model untuk memperhitungkan CKPN kolektif harus menggunakan metode yang tepat untuk mengantisipasi kerugian yang dihadapi oleh Bank (Fatimah, 2012) Migration Analysis Menurut Altman and Saunders (1998), migration analysis adalah salah satu metode pengukuran risiko kredit dengan cara mengukur

11 31 transition probabilities dari kredit yang relatif homogen sehingga dapat melihat pergerakan kemungkinan terjadinya default. Migration analysis memainkan peranan yang penting dalam pengukuran Credit Metrics. Menurut Gavalas and Syriopoulos (2014), metode migration analysis adalah metode yang melihat kemungkinan migrasi kejadian default. Hal tersebut menjadi sangat penting untuk mengetahui sifat migrasi dalam metode ini. Hasil ini kemungkinan dapat menjadi bias karena sifatnya bergantung pada terjadinya peristiwa default yang berurutan dan tidak mewakili seluruh kejadian historis CreditRisk + Terdapat beberapa metode pengukuran risiko kredit yang dikembangkan oleh Basel Committee yaitu antara lain Credit Metrics dari JP Morgan, Portfolio Manager dari KMV, Credit Portfolio View dari Mc Kinsey dan Credit Risk + dari Credit Suisse First Boston (CSFP). Menurut Sakti (2010), metode CreditRisk + dinilai cukup efektif dan praktis dalam penerapan perhitungan risiko kredit dikarenakan bank hanya menggunakan data internal berupa jumlah exposure kredit, jumlah debitur, tingkat kolektibilitas dan recovery rate. Dengan menggunakan metode CreditRisk + bank dapat menghitung kecukupan cadangan modal untuk mengantisipasi kerugian pada periode waktu tertentu. CreditRisk + pertama kali diperkenalkan oleh Credit Suisse First Boston (CSFB) tahun 1997 yang dapat diaplikasikan untuk exposure kredit

12 32 pada semua tipe produk termasuk untuk kredit retail dan korporasi beserta turunannya. Menurut Kollar dan Cisko (2014), model CreditRisk + sangat mudah dan sederhana untuk diaplikasikan dalam menghitung expected loss. Model ini dapat digunakan pada portofolio dengan jumlah debitur yang besar. Hal tersebut didasarkan pada distribusi Poisson pada setiap kejadian gagal bayar debitur. Kelebihan utama dari model CreditRisk + adalah pendekatan yang dilakukan secara analitis dari loss distribution pada portofolio sehingga fungsi distribusi dapat diperoleh secara cepat (Vandendorpe, et al. 2008). Menurut Szotek, (2015) terdapat 2 tahap dalam mengukur risiko kredit menggunakan metode CreditRisk +, yaitu mengukur probability number of default dan selanjutnya number of default secara agregat. Tabel 3.1 Komponen CreditRisk + CreditRisk + Credit Risk Economic Measurement Capital Applications Exposures Default Rates Credit Default Loss Distribution Provisioning Recovery Rates Default Rates Volatilities CreditRisk + Model Scenario Analysis Sumber: Credit Suisse First Boston, 1997 Limits Portfolio Management Tabel 3.1 menunjukkan tiga komponen utama dalam model CreditRisk + yaitu antara lain Credit Risk Measurement, Economic Capital dan Applications.

13 33 Menurut Fatimah (2012) komponen data dalam perhitungan model CreditRisk + seperti pada Tabel 3.1 yaitu antara lain: 1) Credit Exposures adalah total exposure kredit debitur secara menyeluruh. 2) Default Rates adalah jumlah peristiwa yang mewakili kemungkinan terjadinya default pada setiap debitur. Default rates dapat diperoleh dengan beberapa cara, yaitu: a. Observasi credit spread dari instrument keuangan yang diperdagangkan dapat digunakan untuk mendapatkan probability of default dari penilaian pasar. b. Menggunakan credit rating, bersama dengan mapping dari default rates ke credit ratings, dapat digunakan untuk menetapkan cara terbaik dalam mengetahui probability of default dari debitur. c. Menggunakan countinous scale, yaitu sebagai pengganti kombinasi credit rating dan default rate. 3) Default Rate Volatilities adalah actual default rates yang berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang dapat digambarkan dengan standar deviasi (volatility) dari default rates. Standar deviasi dari default rates bila dibandingkan dengan actual default rates akan merefleksikan fluktuasi default selama siklus ekonomi. 4) Recovery Rates adalah nilai exposure pada saat terjadinya default yang dapat ditagih kembali oleh bank setelah fasilitas kredit

14 34 dihapusbukukan. Namun nilai exposure yang tidak dapat ditagih kembali merupakan jumlah kerugian yang ditanggung oleh bank. Kerugian tersebut dapat dihitung dengan rumusan nilai sebesar jumlah pinjaman yang diberikan kepada debitur dikurangi jumlah recovery. Sumber pelunasan yang umum digunakan untuk perhitungan recovery rate terbagi menjadi dua yaitu recovery rate pinjaman macet yang bersumber dari likuidasi agunan dan dari angsuran pinjaman macet. Metode CreditRisk + digunakan untuk menghitung besarnya economic capital untuk risiko kredit. Aplikasi dari metode ini adalah penentuan provisions atau penyedian dana untuk antisipasi risiko dan mengukur diversifikasi serta konsentrasi dalam manajemen portfolio. Menurut Kurniawan (2009), terdapat beberapa tahapan setelah data input model CreditRisk +, adalah sebagai berikut: 1) Frequency of Default Events Frequency of defaul events merupakan jumlah default kredit pada satu periode. Dalam metode CreditRisk +, penyebab terjadinya default tidak diasumsikan. Default dianggap suatu peristiwa yang tidak dapat ditentukan secara tepat kapan terjadinya dan berapa jumlahnya. Diasumsikan bahwa terdapat suatu eksposur yang tergolong default yang berasal dari sejumlah debitur yang banyak namun masingmasing dengan probability of default yang kecil dan bersifat random. Model yang tepat untuk menggambarkannya adalah distribusi

15 35 Poisson. Rumus probability of default dengan distribusi Poisson adalah sebagai berikut: Probability (n defaults) = e -λ λ n (3.1) n! dimana e = bilangan eksponensial, λ = mean = angka rata-rata default n = banyaknya kejadian default, dinyatakan dalam 0,1,2,3,4,5,...n n! = n faktorial 2) Severity of The Losses Severity of the losses merupakan besarnya tingkat kerugian yang diakibatkan oleh terjadinya default. Eksposur pinjaman masingmasing debitur disesuaikan dengan anticipated recovery rate, sehingga akan mendapatkan loss given default (LGD). Penyesuaian eksposur bersifat exogenous terhadap model serta independen terhadap risiko pasar dan downgrade risk. 3) Disribution of Default Losses Distribution of default losses merupakan hasil dari perkalian antara probability of default dengan severity of losses. Pada Poisson model, nilai rata-rata dari default rate portofolio pinjaman sama dengan Varian, sehingga: Standar deviasi = σ = mean (3.2)

16 36 Untuk melakukan pengukuran risiko kredit dengan CreditRisk + atas eksposur yang berupa portofolio, maka portofolio dibagi menjadi beberapa kelompok atau band. Berdasarkan Credit Suisse First Boston (1997), hasil akhir dari CreditRisk + digunakan untuk menggambarkan tingkat economic capital required dengan rumus: Economic Capital = Unexpected Loss - Expected Loss (3.3) Besarnya economic capital adalah selisih dari unexpected loss pada tingkat persentile tertentu dengan nilai expected loss. Menurut Widayanti (2010), expected loss adalah kerugian yang dapat diperkirakan terjadinya. Adapun perkiraan terjadinya didasarkan pada data historis munculnya credit events tersebut. Untuk mengatasi kejadian expected loss, bank telah melakukan pencadangan modal yang diperoleh dari pengenaan provisi kepada debitur dan dari penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP). Besarnya expected loss diperkirakan dengan mengambil nilai mean dari distribusi probabilitas. Rumus expected loss adalah sebagai berikut: λ (mean) = total outstanding default pada Band tertentu (3.4) Band Expected loss = PD x EAD x LGD (3.5) Dimana: PD : Probability of Default, atau peluang debitur mengalami default dari setiap band

17 37 EAD : Exposure at Default, atau nilai exposure kredit yang default berdasarkan band dalam suatu kelompok band LGD : Loss Given Default, atau besarnya kerugian yang akan timbul apabila debitur default. Unexpected Loss merupakan bagian yang mungkin bisa terjadi pada suatu debitur tertentu. Karena sifat pengukurannya adalah perkiraan, maka pengukuran ini harus diyakini dengan derajat keyakinan tertentu dengan rumus perhitungannya adalah sebagai berikut : UL = Zα x EAD x StDev x (1-RR) (3.6) Dimana : UL Zα EAD : Unexpected Loss : tingkat keyakinan dari perkiraan : Exposure at Default StDev : Standar Deviasi dari default rates RR : Recovery Rates Unexpected loss diukur dengan mengambil nilai kerugian maksimum pada tingkat persentile yang dipilih, misalnya 95% berarti hanya ada 5% kemungkinan bahwa kerugian akan melebihi nilai unexpected loss dan nilai unexpected loss ini dianggap sebagai ukuran Value at Risk (VaR). Basel Committee mensyaratkan bahwa backtesting dan validasi model harus dilakukan untuk menjaga agar akurasi model tetap layak digunakan. Menurut Fatimah (2012), backtesting adalah suatu kerangka

18 38 kerja untuk melakukan verifikasi apakah kerugian aktual masih dapat diatasi oleh nilai kerugian yang diprediksi. Backtesting dapat dilakukan dengan menghitung jumlah kesalahan yang terjadi dibandingkan dengan jumlah data. Validasi model menggunakan metode Likelihood Ratio (LR) test, yaitu dengan menghitung banyaknya jumlah real loss yang melebihi nilai VaR setiap bulan selama periode observasi dan selanjutnya dibandingkan dengan jumlah kesalahan yang masih dapat diterima selama periode observasi. Nilai uji statistik likelihood ratio dibandingkan dengan nilai chi-squared dengan derajat bebas pada level yang diharapkan. Hipotesis untuk pengujian LR adalah sebagai berikut: H0 H1 : LR < Chi-Squared, permodelan diterima, backtesting teruji : LR > Chi-Squared, permodelan ditolak, backtesting tidak teruji 3.2. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menggunakan metode CreditRisk + untuk mengetahui nilai expected loss, unexpected loss dan economi capital pada portofolio kredit antara lain kartu kredit, kredit usaha kecil, mikro, kendaraan bermotor dan kepemilikan rumah. Hasil penelitian Fatimah (2012), dalam mengukur cadangan kerugian penurunan nilai dan risiko kredit kepemilikan rumah menggunakan metode CreditRisk + pada Bank ABC menunjukkan bahwa metode CreditRisk + valid dalam mengukur risiko kredit pemilikan rumah dan nilai expected loss yang lebih kecil dibandingkan versi Bank ABC. Pada penelitian Sakti (2010), dalam

19 39 mengukur risiko kredit usaha kecil pada Bank X menunjukkan hasil yang sama dengan Fatimah (2012). Selain itu, penelitian Kurniawan (2009) dalam melakukan analisis perhitungan CreditRisk + untuk kredit bisnis mikro pada Bank Rakyat Indonesia menunjukkan hasil yang akurat dalam mengukur risiko kredit bisnis mikro pada Bank Rakyat Indonesia dengan menggunakan model CreditRisk + yang terlihat dari hasil pengujian validitas dengan backtesting. Penelitian mengenai penerapan model CreditRisk + juga dilakukan oleh Maelani (2010) yang melakukan pengukuran risiko kredit pada kredit pembiayaan kendaraan bermotor PT. X. Hasil pengujian model dengan menggunakan backtesting dan Likelihood Ratio, menunjukkan bahwa selama periode pengamatan jumlah kejadian yang merugikan PT. X dengan tingkat kerugian yang melebihi nilai VaR kredit pembiayaan kendaraan bermotor masih di bawah ambang batas jumlah kerugian yang dapat ditolerir. Dengan kata lain metode pengukuran risiko pembiayaan kendaraan bermotor dengan menggunakan CreditRisk + dapat diterima dan cukup akurat untuk mengukur risiko pembiayaan kendaraan bermotor PT. X. Pada penelitian ini akan dilakukan perhitungan cadangan kerugian penurunan nilai serta risiko kredit usaha kecil dan menengah pada Bank XYZ menggunakan metode CreditRisk +. Penelitian ini akan mengukur risiko kredit pada segmen UKM dengan produk kredit berupa kredit modal kerja dan investasi dengan range exposure dari Rp50 juta sampai dengan Rp juta. Penelitian ini memperluas jangkauan exposure at default dari penelitian sebelumnya.

20 Kerangka Pemikiran Penyusunan penelitian ini sebagai karya akhir didasarkan pada peraturan Bank Indonesia dimana setiap bank harus melakukan penyisihan aktiva produktif dalam memitigasi risiko kredit yang mungkin terjadi. Berdasarkan PSAK 55 (Revisi 2006), PPAP diganti menjadi CKPN. Tidak ditetapkannya metode perhitungan CKPN oleh Bank Indonesia sebagai regulator memungkinkan setiap bank memiliki kebijakan sendiri dalam pemilihan metode. Untuk itu pemilihan metode yang tepat dapat membantu bank untuk memaksimalkan cadangan yang harus disisihkan dalam menutupi risiko kredit yang ada. Pada penelitian ini metode yang digunakan dalam perhitungan CKPN dan risiko kredit adalah metode CreditRisk +. Data yang digunakan adalah data bulanan portofolio kejadian gagal bayar debitur untuk fasilitas kredit modal kerja dan investasi pada Bank XYZ periode Januari 2012 sampai dengan Desember Bagan kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 3.1 serta skema dan alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2.

21 41 Penyaluran Kredit Kredit Lancar Kredit Default (NPL) Risiko Kredit (Gagal Bayar) Metode CreditRisk + Probability of Default CKPN CreditRisk + CKPN Bank XYZ Perbandingan Nilai Lebih Besar/Kecil? Unexpected Loss Economic Capital Uji bactesting dan loglikelihood test Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran

22 42 Mulai Pengumpulan Data Penyusunan Band Penyusunan Exposure at Default per Band Perhitungan Default Rates/Number of Default Penentuan Recovery Rate Perhitungan Loss Given Default Perhitungan Unexpected Number of Default Perhitungan Probability of Default Perhitungan Cum. Probability of Default Perhitungan Expected Loss Perhitungan Unexpected Loss Perhitungan Economic Capital Validasi Model dan Backtesting Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 3.2 Skema dan Alur Penelitian

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam karya akhir ini pengukuran risiko yang ditunjukan terhadap pembiayaan murabahah pada BNI Syariah dengan menggunakan Metode CreditRisk +, Dalam penerapan metode pengukuran

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini akan memberikan penjelasan secara deskriptif mengenai hasil perhitungan statistik dalam mengukur risiko kredit menggunakan metode CreditRisk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 43 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang akan dianalisis dalam karya akhir ini adalah mengenai pengukuran risiko kredit di bagian Consumer Banking, khususnya untuk kredit

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X 51 BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK + Dalam Bab 4 secara lebih mendalam akan dibahas analisis mengenai pengukuran risiko kredit konsumtif pada bank X dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Dalam Bab 4 secara lebih mendalam akan dibahas seacara deskriptif mengenai hasil pengukuran risiko kredit pada segmen Kredit Tanpa Agunan pada bank XYZ dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penelitian dalam karya akhir ini dilakukan melalui studi pustaka, pengumpulan data dan analisa kuantitatif. Studi pustaka digunakan untuk menyusun landasan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Kredit Tanpa Agunan (KTA) di Bank XYZ Kredit Tanpa Agunan merupakan salah satu produk perbankan yang memberikan fasilitas pinjaman tanpa beban memberikan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan pemecahan masalah dalam mengukur risiko kredit dengan menggunakan metode Credit Risk +. Dimana pemecahan masalah tersebut akan sesuai mengikuti metodologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 49 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Berdasarkan UU No. 21 Pasal 38 Tahun 2008 Tentang UU Perbankan Syariah disebutkan bahwa bank syariah dan UUS wajib menerapkan manajemen risiko,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Kredit UKM di Bank XYZ Penyaluran kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan usaha dalam rangka membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan memiliki peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi tantangan dunia usaha dan industri

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian untuk karya akhir ini akan dilakukan perhitungan risiko Kartu Kredit dengan menggunakan metode CreditRisk dalam mengukur nilai risiko kredit

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 1.1 Kajian Pustaka 1.1.1 Pengertian Kredit Kredit menurut bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan dan bahasa Latin creditum yang berarti kepercayaan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam Bab 4 ini akan dibahas mengenai, analisis pengukuran risiko kredit consumer khususnya mortgage (KPR) pada Bank X dengan menggunakan Internal Model CreditRisk+. Dengan

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Data Penelitian BNI Syariah memiliki visi menjadi bank umum syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja dengan menjalankan bisnis sesuai kaidah sehingga insya

Lebih terperinci

3. METODE. Kerangka Pemikiran Penelitian

3. METODE. Kerangka Pemikiran Penelitian 18 3. METODE Kerangka Pemikiran Penelitian Salah satu parameter kinerja jangkauan layanan LKM mencakup adalah luasnya jangkauan kepada nasabah berupa besarnya jumlah nasabah yang dilayani LKM. Untuk menjangkau

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengantar Metodologi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada sub bab 1.2, yaitu besarnya Capital Charge yang harus disediakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBAYARAN RENTAL KENDARAAN BERMOTOR SECARA KREDIT (STUDI KASUS PADA PT. SURYA DARMA PERKASA)

ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBAYARAN RENTAL KENDARAAN BERMOTOR SECARA KREDIT (STUDI KASUS PADA PT. SURYA DARMA PERKASA) ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PEMBAYARAN RENTAL KENDARAAN BERMOTOR SECARA KREDIT (STUDI KASUS PADA PT. SURYA DARMA PERKASA) SUHERI PURNOMO Jl. Srengseng Raya No.45 RT 008/06 Kembangan Jakarta Barat. 11630

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pembiayaan Murabahah Pembiayaan murabahah merupakan penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dalam bentuk penyediaan dana pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut dengan intermediasi (Maretha, 2015). Menyalurkan suatu dana

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut dengan intermediasi (Maretha, 2015). Menyalurkan suatu dana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga intermediasi yang memiliki kegiatan inti yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana dan menyalurkan kembali kepada

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Portofolio Kartu Kredit Secara umum portofolio kartu kredit di Bank X mengalami peningkatan selama kurang lebih dua tahun terakhir. Secara umum total eksposur mengalami

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA PENGUKURAN CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI DAN RISIKO KREDIT DENGAN MENGGUNAKAN CREDITRISK + TERHADAP KREDIT PEMILIKAN RUMAH PADA BANK ABC TESIS Kristianti Mutia Fatimah 0906586272

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Kredit

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Kredit Pengelolaan Risiko Kredit Manajemen Risiko, Sesi 6 Latar Belakang 1. Risiko Kredit didefinisikan sebagai risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. 2. Pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 55 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan dari Bab III adalah nilai minimum capital requirement Divisi Usaha Menengah PT. Bank X, selama tahun tahun 2007 yaitu sebagai berikut : Tabel 4.1 Minimum

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas secara teoritis dasar-dasar yang digunakan dalam mendukung penulisan penelitian dan penjelasan masing-masing variabel yang berkaitan dalam proses pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sebelum krisis tahun 1998 sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak dilirik oleh perbankan karena mereka menilai sektor ini tidak layak untuk dibiayai,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan 31 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Risiko kredit atau dalam bahasa asing disebut credit risk adalah suatu potensi kerugian yang disebabkan oleh ketidak mampuan (gagal bayar) dari debitur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi yang mengacu pada International

BAB I PENDAHULUAN. PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi yang mengacu pada International BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi yang mengacu pada International Accounting Standard (IAS) 39 mengenai Recognition and Measurement of Financial Instruments

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Internal Rating PT. Bank X PT. Bank X yang merupakan salah satu bank BUMN di Indonesia yang termasuk 3 besar dalam nilai aset. PT. Bank X membagi portepel

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN CREDIT RISK + UNTUK KREDIT BISNIS MIKRO PADA BANK RAKYAT INDONESIA TESIS

ANALISIS PERHITUNGAN CREDIT RISK + UNTUK KREDIT BISNIS MIKRO PADA BANK RAKYAT INDONESIA TESIS UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PERHITUNGAN CREDIT RISK + UNTUK KREDIT BISNIS MIKRO PADA BANK RAKYAT INDONESIA TESIS INDRA KURNIAWAN 0806432985 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA DESEMBER

Lebih terperinci

7 Universitas Indonesia

7 Universitas Indonesia BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1 Tinjauan Konsep Risiko Kredit Lembaga perbankan dalam melakukan kegiatannya menghadapi berbagai kemungkinan, di mana kegiatan yang dilakukan tersebut dapat berdampak negatif

Lebih terperinci

PROSPEK USAHA Kurang Lancar

PROSPEK USAHA Kurang Lancar LAMPIRAN 85 86 Lampiran. Pedoman umum penggolongan kualitas kredit Bank Syariah Komponen Lancar Dalam Perhatian Khusus Potensi pertumbuh an usaha Kondisi pasar dan potensi debitur dalam persaingan Kualitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1 Manajemen Risiko Risiko secara umum didefinisikan sebagai ketidakpastian yang memiliki potensi untuk terjadi yang secara bervariasi dapat menghasilkan keuntungan maupun kerugian.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis pengukuran..., Fatchur Rochman, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis pengukuran..., Fatchur Rochman, FE UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam era globalisasi dewasa ini di mana perekonomian berkembang dengan pesat, perbankan merupakan salah satu institusi yang mempunyai peran dalam upaya

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. . a Laporan Kebijakan Moneter Triwulan IV http//www.bi.go.id (diakses tanggal 18 April 2015).

DAFTAR PUSTAKA. . a Laporan Kebijakan Moneter Triwulan IV http//www.bi.go.id (diakses tanggal 18 April 2015). DAFTAR PUSTAKA Ali, Masyhud. 2006. Manajemen Risiko: Strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan Global Bisnis. Rajagrafindo Perkasa. Jakarta. Altman, Edward I dan Anthony Saunders. 1998. Credit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian Perbankan Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PENGUKURAN RISIKO KREDIT MENGGUNAKAN METODE CREDIT RISK + DENGAN MEMPERTIMBANGKAN VARIABEL MAKRO EKONOMI (STUDI KASUS DI BANK X)

UNIVERSITAS INDONESIA PENGUKURAN RISIKO KREDIT MENGGUNAKAN METODE CREDIT RISK + DENGAN MEMPERTIMBANGKAN VARIABEL MAKRO EKONOMI (STUDI KASUS DI BANK X) UNIVERSITAS INDONESIA PENGUKURAN RISIKO KREDIT MENGGUNAKAN METODE CREDIT RISK + DENGAN MEMPERTIMBANGKAN VARIABEL MAKRO EKONOMI (STUDI KASUS DI BANK X) TESIS IRA WIDAYANTI 0806432991 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu 2.1.1. Lusia Estine Martin, Saryadi, dan Andi Wijayanto (2014) Lusia Estine Martin, Saryadi, dan Andi Wijayanto melakukan penelitian ini dengan tujuan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE CREDITRISK+ DALAM PENGUKURAN RISIKO KREDIT KENDARAAN BERMOTOR (KASUS PADA PT X )

PENERAPAN METODE CREDITRISK+ DALAM PENGUKURAN RISIKO KREDIT KENDARAAN BERMOTOR (KASUS PADA PT X ) PENERAPAN METODE CREDITRISK+ DALAM PENGUKURAN RISIKO KREDIT KENDARAAN BERMOTOR (KASUS PADA PT X ) Any Meilani (any@mail.ut.ac.id) Fakultas Ekonomi, Universitas Terbuka ABSTRACT Identify and measure credit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan standar akuntansi yang dikhususkan bagi industri perbankan di

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan standar akuntansi yang dikhususkan bagi industri perbankan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) bekerja sama dengan Bank Indonesia mengeluarkan standar akuntansi yang dikhususkan bagi industri perbankan di Indonesia. Standar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Pengertian Kredit Kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan dan bahasa Latin creditum yang artinya kepercayaan akan kebenaran. Oleh sebab itulah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga financial intermediary mempunyai fungsi utama, yaitu menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkannya dalam bentuk pinjaman

Lebih terperinci

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULANAN

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULANAN LAPORAN PERHITUNGAN Posisi Laporan : Triwulan IV 2016 No. Komponen Nilai (dalam jutaan rupiah) INDIVIDUAL KONSOLIDASIAN 31 Desember 2016 30 September 2016 31 Desember 2016 30 September 2016 Nilai Nilai

Lebih terperinci

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN. Nilai HQLA setelah pengurangan nilai

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN. Nilai HQLA setelah pengurangan nilai LAPORAN PERHITUNGAN (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN Posisi Laporan : Triwulan II 2017 No. Komponen Nilai (dalam jutaan rupiah) INDIVIDUAL KONSOLIDASIAN 30 Juni 2017 31 Maret 2017 30 Juni 2017 31

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Return on Assets (ROA) Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui Return on Assets (ROA). Return on Assets (ROA) digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Singapore yang telah mengadopsi Kerangka Basel II tentang Risk Based Capital

BAB I PENDAHULUAN. Singapore yang telah mengadopsi Kerangka Basel II tentang Risk Based Capital BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Bank UOB Indonesia sebagai salah satu anak perusahaan Grup UOB Singapore yang telah mengadopsi Kerangka Basel II tentang Risk Based Capital Adequacy Requirements

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bersama, kegiatan penyaluran dana dalam bentuk kredit

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bersama, kegiatan penyaluran dana dalam bentuk kredit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diketahui bersama, kegiatan penyaluran dana dalam bentuk kredit masih merupakan aktivitas yang dominan bagi usaha perbankan di Indonesia, atau dengan kata

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 50 & 55 ATAS CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI (CKPN) PADA PT. BANK SUMUT

ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 50 & 55 ATAS CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI (CKPN) PADA PT. BANK SUMUT ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 50 & 55 ATAS CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI (CKPN) PADA PT. BANK SUMUT Atika, S.EI, MA Dosen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Pembangunan Panca Budi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemberian kredit merupakan salah satu bisnis yang rentan dengan risiko. sehingga bank dituntut untuk mengelola risiko kredit agar kualitas aset tetap baik. Salah satu indikator

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengantar Pada bab ini akan dibahas sifat, jenis dan sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini serta metodologi yang akan digunakan. 3.2 Data dan Pengambilan

Lebih terperinci

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN. Nilai HQLA setelah pengurangan nilai

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN. Nilai HQLA setelah pengurangan nilai LAPORAN PERHITUNGAN (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN Posisi Laporan : Triwulan I 2017 No. Komponen Jumlah data Poin yang 1 digunakan dalam perhitungan LCR HIGH QUALITY LIQUID ASSET (HQLA) Total High

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak pertengahan tahun 1997, Indonesia dan sebagian negara Asia Tenggara dan Timur mengalami krisis ekonomi yang disebabkan oleh beberapa faktor baik yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami perkembangan pesat yang diikuti dengan semakin kompleksnya risiko kegiatan usaha perbankan, sehingga

Lebih terperinci

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN LAPORAN PERHITUNGAN (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN Posisi Laporan : Triwulan III 2017 No. Komponen Nilai (dalam jutaan rupiah) INDIVIDUAL KONSOLIDASIAN 29 September 2017 30 Juni 2017 29 September

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif

Lebih terperinci

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULANAN. Nilai HQLA setelah pengurangan nilai

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULANAN. Nilai HQLA setelah pengurangan nilai LAPORAN PERHITUNGAN Posisi Laporan : Triwulan I 2018 No. Komponen Nilai (dalam jutaan rupiah) INDIVIDUAL KONSOLIDASIAN 31 Maret 2018 30 Desember 2017 31 Maret 2018 30 Desember 2017 Nilai Nilai Nilai Jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga intermediasi berperan dalam pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional suatu negara karena bank mempunyai fungsi menyalurkan dana dari

Lebih terperinci

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Risiko merupakan potensi terjadinya suatu kerugian dari suatu proses yang dilakukan oleh seseorang maupun suatu organisasi. Secara sadar maupun tidak sadar, risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan terutama untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan terutama untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan lembaga perantara yang menjembatani sektor yang kelebihan dana (surplus) dengan sektor yang kekurangan dana (minus). Dalam hal ini bank menerima simpanan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Profil Perusahaan Bank ABC pada mulanya didirikan dengan menggunakan nama NV Perseroan Dagang dan Industrie Semarang Knitting Factory. Perusahaan mulai beroperasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 50 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk menganalisa data pembiayaan bank syari ah akan digunakan pendekatan dengan model CreditRisk+, metode yang telah diakui bisa digunakan dalam menghitung risiko

Lebih terperinci

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Laporan Tahunan Bank Umum dan Laporan Tahunan Tertentu yang Disampaikan kepada

Lebih terperinci

Hal 9-2. C tive by Ticha. Hal 9-4. C tive by Ticha

Hal 9-2. C tive by Ticha. Hal 9-4. C tive by Ticha PENDAHULUAN Bab 9 PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (CAMELS) Penilaian tingkat kesehatan bank secara kuantitatif dilakukan terhadap 6 faktor, yaitu 1. CAPITAL ( Permodalan ), 2. ASSET QUALITY ( Kualitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Produk Kredit Komersil adalah kredit yang bersifat umum, individu, selektif, dan berbunga wajar untuk mengembangkan atau meningkatkan usaha kecil yang

Lebih terperinci

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN LAPORAN PERHITUNGAN (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN Posisi Laporan : Triwulan III 2016 No. Komponen Jumlah data Poin yang 1 digunakan dalam perhitungan LCR HIGH QUALITY LIQUID ASSET (HQLA) Total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk para nasabah dan investor global agar tetap survive di percaturan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk para nasabah dan investor global agar tetap survive di percaturan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi persaingan internasional, perbankan berlomba-lomba menciptakan produk baru dan layanan yang kompetitif dengan perbankan berskala internasional

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK. Muniya Alteza

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK. Muniya Alteza ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK Muniya Alteza Laporan Keuangan Bank Tujuan pembuatan laporan keuangan bank: 1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva da jenis aktiva yang dimiliki

Lebih terperinci

LAMPIRAN. : Interview PT. Ganesha Cipta Informatika tentang kebutuhan aplikasi. 1. Bagaimana sistem penghitungan risiko kredit yang ada saat ini?

LAMPIRAN. : Interview PT. Ganesha Cipta Informatika tentang kebutuhan aplikasi. 1. Bagaimana sistem penghitungan risiko kredit yang ada saat ini? LAMPIRAN Wawancara Pengguna Nama Lokasi Subyek : Oktario Sitorus : PT. Ganesha Cipta Informatika : Interview PT. Ganesha Cipta Informatika tentang kebutuhan aplikasi basis data untuk pengukuran risiko

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian, Unsur Kredit, dan Jenis Kredit 2.1.1. Pengertian Kredit Kata kredit berasal dari bahasa Yunani, Credete yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa Latin disebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perlakuan Akuntansi Perlakuan akuntansi adalah standar yang melandasi pencatatan suatu transaksi yang meliputi pengakuan, pengukuran atau penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masih banyak perbankan yang tidak melakukan Peraturan Bank Indonesia (PBI)

BAB I PENDAHULUAN. Masih banyak perbankan yang tidak melakukan Peraturan Bank Indonesia (PBI) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Risiko bisnis, bencana alam, perampokan, pencurian, serta kebangkrutan menjadi risiko yang sering terjadi pada banyak perusahaan, khususnya perbankan. Masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima simpanan (deposit) dari masyarakat, kemudian simpanan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima simpanan (deposit) dari masyarakat, kemudian simpanan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah sebuah lembaga yang diberikan izin oleh otorisasi perbankan untuk menerima simpanan (deposit) dari masyarakat, kemudian simpanan tersebut disalurkan

Lebih terperinci

2. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sisa Jangka Waktu Kontrak (Dalam Jutaan Rp)

2. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sisa Jangka Waktu Kontrak (Dalam Jutaan Rp) A. RISIKO KREDIT 1. Pegungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah. Tagihan bersih berdasarkan Wilayah Wilayah 1 Wilayah 2 Wilayah 3 Wilayah 4 Jakarta Medan Surabaya Lainnya (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 99 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Setelah dicabutnya PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan, PT. Bank Tabungan Negara (Persero) mulai tanggal 1 Januari 2012 dalam menyajikan aset keuangan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Ada tiga penelitian sebelumnya yang sangat bermanfaat bagi penulis sebagai bahan acuan, yaitu dilakukan oleh : 1. Riski Yudi Prasetyo 2012 Penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar pendapatan bank berasal dari pendapatan bunga yang berasal dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei 2004 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal: Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Return On Asset Tujuan dasar dari manajemen suatu unit usaha bisnis adalah untuk memaksimalkan nilai dari investasi yang ditanamkan oleh pemilik modal terhadap

Lebih terperinci

No. 15/28/DPNP Jakarta, 31 Juli 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

No. 15/28/DPNP Jakarta, 31 Juli 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA No. 15/28/DPNP Jakarta, 31 Juli 2013 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal: Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Sehubungan dengan Peraturan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Peran Bank Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. Undang-undang No.7 tahun1992 tentang Perbankan yang telah diubah

BAB II TELAAH PUSTAKA. Undang-undang No.7 tahun1992 tentang Perbankan yang telah diubah BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank Undang-undang No.7 tahun1992 tentang Perbankan yang telah diubah menjadi Undang-undang No.10 tahun1998 pasal 1 ayat 2, Bank adalah badan usaha yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan dan dipublikasikan. Data sekunder yaitu laporan keuangan publikasi

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN PERSIAPAN IMPLEMENTASI BASEL II DI BANK MEGA

BAB 4 PEMBAHASAN PERSIAPAN IMPLEMENTASI BASEL II DI BANK MEGA BAB 4 PEMBAHASAN PERSIAPAN IMPLEMENTASI BASEL II DI BANK MEGA Sehubungan dengan rencana pemerintah dalam melakukan implementasi Basel II pada industri perbankan di Indonesia dimana masih terdapat banyak

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DATA. 26 Universitas Indonesia

BAB 4 ANALISA DATA. 26 Universitas Indonesia BAB 4 ANALISA DATA 4.1 Data Kolektibilitas Debitur Tahun 2008 Bank Indonesia melalui PBI No:9/14/PBI/2007 tentang Sistem Informasi Debitur mewajibkan bank umum melaporkan kualitas debitur untuk pemenuhan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil penelitian terdahulu yang relevan

Lampiran 1. Hasil penelitian terdahulu yang relevan LAMPIRAN 53 54 55 Lampiran 1. Hasil penelitian terdahulu yang relevan No Tahun Peneliti Judul Metode Hasil 1 2004 Dewi CreditRisk Corry + 3 2006 Prias moro 4 2010 Meilani, A 5 2010 N.Nuruz zaman Penerapan

Lebih terperinci

PENYESUAIAN PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN INDONESIA (PAPI) 2008

PENYESUAIAN PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN INDONESIA (PAPI) 2008 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/ 33 /DPNP tanggal 8 Desember 2009 PENYESUAIAN PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN INDONESIA (PAPI) 2008 BAB III : Penjelasan Umum 2. Ketentuan Transisi D. Estimasi Penurunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan saat ini, perlu dilakukan peninjauan terhadap berbagai penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya sebagai referensi untuk penelitian

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang

Lebih terperinci

RISIKO KREDIT 1. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank secara Individu

RISIKO KREDIT 1. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank secara Individu RISIKO KREDIT 1. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank secara Individu Tagihan bersih berdasarkan wilayah Kategori Portofolio Kalimantan & Central Java East Java & Bali Jakarta Sumatera

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Bank Pengertian bank menurut PSAK No. 31 adalah: Suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/12/KEP/DIR tanggal

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. 3.1 Latar Belakang PT. Ganesha Cipta Informatika

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. 3.1 Latar Belakang PT. Ganesha Cipta Informatika BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang PT. Ganesha Cipta Informatika PT. Ganesha Cipta Informatika pertama kali didirikan pada 10 April 1989 dan mulai menggunakan perangkat lunak

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS MUNGNIYATI STIE TRISAKTI mungniyati@stietrisakti.ac.id PENDAHULUAN K esehatan merupakan aspek yang sangat penting dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan diatas, berikut adalah tabel perhitungan RWA untuk masing-masing metode, yaitu: 1. Berdasarkan portfolio CRR (Customer Risk Rating)

Lebih terperinci

Sekilas Implementasi Basel II

Sekilas Implementasi Basel II Sekilas Implementasi Basel II Peningkatan Standardisasi Perhitungan Kecukupan Modal Bank merupakan suatu perusahaan yang menjalankan fungsi intermediasi atas dana yang diterima dari nasabah. Jika sebuah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Institusi Perbankan Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, pengertian bank diatur dalam Pasal 1 ayat 2. Bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MEKANISME MANAJEMEN RISIKO PADA PEMBIAYAAN MODAL KERJA UNTUK KOPERASI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS MEKANISME MANAJEMEN RISIKO PADA PEMBIAYAAN MODAL KERJA UNTUK KOPERASI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN BAB IV ANALISIS MEKANISME MANAJEMEN RISIKO PADA PEMBIAYAAN MODAL KERJA UNTUK KOPERASI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN A. Analisis Manajemen Risiko Pada Pembiayaan Modal Kerja Untuk Koperasi di BNI Syariah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PENGUKURAN RISIKO KREDIT KORPORASI DENGAN METODE CREDITMETRICS (STUDI KASUS DI BANK XYZ) TESIS CHRISTOVENY

UNIVERSITAS INDONESIA PENGUKURAN RISIKO KREDIT KORPORASI DENGAN METODE CREDITMETRICS (STUDI KASUS DI BANK XYZ) TESIS CHRISTOVENY UNIVERSITAS INDONESIA PENGUKURAN RISIKO KREDIT KORPORASI DENGAN METODE CREDITMETRICS (STUDI KASUS DI BANK XYZ) TESIS CHRISTOVENY 0806432392 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA JULI 2010

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Perubahan Penerapan PSAK No.50 (revisi 2006) pada Bank. yang berkaitan dengan penyajian instrumen keuangan:

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Perubahan Penerapan PSAK No.50 (revisi 2006) pada Bank. yang berkaitan dengan penyajian instrumen keuangan: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Perubahan Penerapan PSAK No.50 (revisi 2006) pada Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk. IV.1.1. Penyajian Instrumen Keuangan Terdapat beberapa perubahan pada pos instrumen

Lebih terperinci