BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Entrepreneurship Menurut Hisrich et al., dalam Wijatno (2009:3) entrepreneurship merupakan sebuah proses menciptakan sesuatu yang baru dan bernilai, dengan memanfaatkan usaha dan waktu yang diperlukan, dengan memperhatikan risiko sosial, fisik, dan keuangan, dan menerima imbalan dalam bentuk uang dan kepuasan personal serta independensi. Dari definisi ini dapat dilihat adanya empat aspek dasar dari entrepreneurship yaitu : 1. Entrepreneurship melibatkan proses penciptaan. Proses penciptaan disini berarti menciptakan sesuatu yang baru. Penciptaan harus memiliki sebuah nilai, baik untuk entrepreneur sendiri maupun orang lain. 2. Entrepreneurship memerlukan waktu dan usaha. Hanya mereka yang melalui proses entrepreneurship menghargai waktu dan usaha yang mereka gunakan untuk menciptakan sesuatu yang baru. 3. Entrepreneurship memiliki risiko tertentu. Risiko ini mengambil berbagai bentuk pada area keuangan, psikologi, dan sosial. 4. Entrepreneurship melibatkan imbalan sebagai entrepreneur. Imbalan yang penting adalah independensi, diikuti oleh kepuasan pribadi. Morris dalam dalam buku Lambing dan Kuehl (2007:16) yang berjudul Entrepreneurship mendefinisikan entrepreneurship sebagai berikut : Entrepreneurship is a process activity. It generally involves the following inputs : an opportunity; one or more proactive individuals; an organizational context; risk; innovation; and resources. It can produce the following outcomes: a new venture or enterprise; value; new products and processes; profit or personal benefits; and growth. Berdasarkan kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa entrepreneurship adalah sebuah proses aktifitas yang meliputi sebuah peluang, satu atau lebih individu yang bersikap proaktif, menyangkut sebuah organisasi, berhubungan dengan risiko, inovasi, dan sumber daya yang dapat menghasilkan output yaitu sebuah usaha atau bisnis baru, nilai, produk dan proses yang baru, serta keuntungan pribadi dan pertumbuhan. Soegoto (2009:3) juga menyebutkan bahwa 9

2 10 entrepreneurship adalah usaha kreatif yang dibangun berdasarkan inovasi untuk menghasilkan sesuatu yang baru, memiliki nilai tambah, memberi manfaat, menciptakan lapangan kerja dan hasilnya berguna bagi orang lain. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa entrepreneurship merupakan sebuah proses atau usaha yang inovatif untuk menghasilkan nilai tambah produk yang bermanfaat bagi masyarakat dan mendatangkan kemakmuran bagi sang entrepreneur. Entrepreneur berasal dari bahasa Perancis, yaitu entreprende yang berarti petualang, pengambil risiko, kontraktor, pengusaha, dan pencipta yang menjual hasil ciptaannya (Hendro, 2011:29). Entrepreneur merupakan seseorang yang berusaha membuat kombinasi baru terhadap produk, proses, pasar, struktur organisasi dan pemasok (Lambing dan Kuehl, 2007:16). Menurut Schumpeter dan Hofer dalam Sesen (2012:625) entrepreneur merupakan seseorang yang membuat kombinasi baru melalui ide - ide kreatif dan mengenali peluang yang ada dan memanfaatkan peluang tersebut untuk membangun sebuah usaha baru. Menurut Hisrich, Peters, dan Shepherd (2004) yang diterjemahkan oleh Hendro (2011:23) entreprenur adalah orang yang berani memutuskan dan mengambil risiko dari satu pekerjaan, proyek, ide, atau lebih pilihan dimana semua pilihannya memiliki manfaat dan risiko yang berbeda. Menurut Mitton dalam Dinis et al., (2013:765) seorang entrepreneur memainkan beberapa karakteristik psikologis dalam entrepreneurship. Peran tersebut diantaranya adalah komitmen dalam melaksanakan pekerjaan, kontrol dan kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi tantangan yang tidak menentu. Dari definisi entrepreneur diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk melihat dan mengevaluasi peluang bisnis, memperoleh sumber daya yang diperlukan untuk mengambil keunggulan darinya dan berinisiatif mengambil tindakan yang tepat untuk mencapai kesuksesan. Entrepreneur memiliki kemampuan untuk mengelola sesuatu yang ada untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih baik sehingga bisa meningkatkan taraf hidup di masa mendatang Keuntungan dan Kerugian dari Entrepreneurship Menurut Lambing dan Kuehl (2007:23-24) terdapat beberapa keuntungan dan kerugian dari entrepreneurship, yaitu : Keuntungan dari entrepreneurship terdiri dari beberapa hal sebagai berikut :

3 11 1. Autonomy Kebutuhan akan kebebasan dan kemerdekaan untuk membuat suatu keputusan. Sebuah perasaan yang menyatakan sebuah kepuasan tersendiri menjadi seorang pemimpin sangat memuaskan bagi para entrepreneur. 2. Challenge of a start - up / feeling of achievement Bagi para entrepreneur, tantangan untuk memulai suatu usaha adalah suatu hal yang menyenangkan. Suatu kesempatan untuk mengembangkan sebuah konsep menjadi suatu bisnis yang menghasilkan keuntungan menyebabkan perasaan yang signifikan terhadap pencapaian, dan para entrepreneur mengetahui bahwa merekalah yang menentukan kesuksesan dari ide - ide mereka. 3. Financial Control Karena seringkali banyak pernyataan yang mengatakan bahwa entrepreneur mempunyai kebebasan dalam hal keuangan dan memberikan kesan bahwa entrepreneur adalah golongan kaya. Mungkin tidak harus selalu dikaitkan dengan kekayaan, tetapi para entrepreneur menginginkan kontrol lebih atas situasi keuangan mereka. Entrepreneur menghindari kemungkinan apabila suatu saat pemimpin mereka memberikan PHK setelah pengabdian mereka selama bertahun - tahun. Kerugian dari entrepreneurship terdiri dari beberapa hal sebagai berikut : 1. Personal Sacrifices Pada saat awal memulai bisnis, para entrepreneur biasanya memerlukan tenaga, waktu dan pengorbanan yang ekstra dalam memperjuangkan bisnisnya, dibandingkan jika mereka bekerja di perusahaan orang lain. 2. Burden of Responsibility / Jack - of - All Trades. Seorang entrepreneur mempunyai sebuah tanggung jawab yang besar dibandingkan dengan seorang karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan. Para karyawan dapat membagi tanggung jawab pekerjaannya dengan karyawan lain yang mempunyai kepentingan yang sama. Sedangkan seorang entrepreneur mempunyai tanggung jawab yang lebih berat dan besar, karena hanya berdiri sendiri di posisinya. Seorang Entrepreneur juga harus mengatur semua fungsi bisnis yang berhubungan dengan bisnisnya, seperti pemasaran, keuangan dan sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan sampai bisnis tersebut mendapatkan keuntungan dan mampu mempekerjakan karyawan dengan keahlian yang diperlukan. 3. Little margin for error Sebuah pengambilan keputusan yang keliru dan manajemen yang lemah akan

4 12 memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap kelangsungan hidup sebuah bisnis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Entrepreneurship Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keinginan seseorang untuk memilih jalur entrepreneurship sebagai jalan hidupnya (Hendro, 2011:61-63). Faktor - faktor tersebut diantaranya adalah : 1. Faktor Individual Faktor individual disini adalah pengaruh pengalaman hidup dari kecil hingga dewasa, baik oleh lingkungan ataupun keluarga. 2. Suasana Kerja Lingkungan pekerjaan yang tidak nyaman akan mempercepat seseorang untuk memilih jalan kariernya sebagai seorang entrepreneur. 3. Tingkat Pendidikan Seseorang yang tidak memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan cenderung mempunyai hasrat yang kuat untuk memilih karier sebagai seorang entrepreneur. 4. Kepribadian Seseorang yang mempunyai kepribadian yang dominan dan suka berbicara cenderung mempunyai hasrat yang tinggi untuk menjadi seorang entrepreneur. 5. Prestasi Pendidikan Seseorang yang mempunyai prestasi akademis yang tidak tinggi cenderung mempunyai keinginan yang lebih kuat untuk menjadi seorang entrepreneur. Hal itu didorong oleh suatu keadaan yang memaksa orang tersebut untuk berpikir bahwa menjadi entrepreneur adalah satu pilihan terakhir untuk sukses, mengingat persaingan yang sangat ketat dalam dunia pekerjaan dan banyak lulusan berpotensi yang belum mendapatkan pekerjaan. 6. Dorongan Keluarga Keluarga sangat berperan penting dalam menumbuhkan serta mempercepat seseorang untuk mengambil keputusan berkarier sebagai entrepreneur, karena orangtua berfungsi sebagai konsultan pribadi, penasehat dan pembimbingnya. 7. Lingkungan dan Pergaulan Pergaulan akan membentuk kepribadian seseorang. Seseorang yang bergaul dengan orang yang malas, akan cenderung menjadi seseorang yang malas. Seseorang

5 13 yang bergaul dengan entrepreneur akan cenderung berkeinginan untuk menjadi seorang entrepreneur. 8. Ingin Lebih Dihargai atau Self - Esteem Posisi tertentu yang dicapai seseorang akan mempengaruhi arah kariernya. Sesuai dengan teori Maslow, setelah kebutuhan sandang, pangan dan papan terpenuhi, kebutuhan yang ingin diraih seseorang berikutnya adalah self - esteem yaitu ingin lebih dihargai lagi. Dan itu terkadang tidak bisa didapati di dunia pekerjaan atau lingkungan, baik keluarga, teman ataupun yang lainnya. Self - Esteem akan memacu seseorang untuk mengambil karier menjadi entrepreneur. 9. Keterpaksaan dan Keadaan Kondisi yang diciptakan atau terjadi seperti PHK, pensiun dan menganggur akan dapat membuat seseorang memilih jalan hidupnya menjai entrepreneur karena memang sudah tidak ada pilihan lagi untuknya. 2.2 Entrepreneurial Intentions Menurut Saraswati dan Widaningsih (2008:146) intention adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Terbentuknya suatu intention diawali oleh perasaan senang dan sikap positif. Terdapat tiga karakteristik dari intention, yaitu : 1) Intention menimbulkan sikap positif dari suatu obyek. 2) Intention adalah sesuatu yang menyenangkan dan timbul dari suatu obyek. 3) Intention mengandung unsur penghargaan, mengakibatkan suatu keinginan, dan kegairahan untuk mendapat sesuatu yang diinginkan. Menurut Fishbein, Ajzen, dan Bandura dalam Wijaya (2007:119) intention merupakan sebuah komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu dan merupakan suatu kebulatan tekad untuk melakukan aktifitas tertentu atau menghasilkan suatu keadaan tertentu di masa depan. Hal ini mengindikasikan seberapa keras seseorang berusaha dan seberapa banyak usaha yang dilakukan agar perilaku yang diinginkan dapat dilakukan. Santoso dalam Wijaya (2007:19) juga menambahkan bahwa intention adalah halhal yang diasumsikan dapat menjelaskan faktor - faktor motivasi serta berdampak kuat pada tingkah laku. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa intention adalah hal yang secara personal diinginkan oleh pelaku perbuatan dengan maksud untuk

6 14 mencapai sasaran yang hendak dituju. Intention tersebut apabila sudah terbentuk pada diri seseorang maka cenderung menetap sepanjang objek intention tersebut menarik perhatian atau diinginkan olehnya, sehingga apabila objek intention tersebut sudah tidak menarik perhatian atau diinginkan maka kecenderungan intention tersebut juga akan berubah. Intention menjadi sangat penting untuk mempelajari tentang proses entrepreneurship (Mhango, 2006:16). Intention merupakan suatu kebulatan tekad untuk melakukan aktifitas tertentu atau menghasilkan suatu keadaan tertentu di masa depan. Oleh karena itu, intention dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar untuk memahami sejauh mana keinginan seseorang untuk menjadi seorang entrepreneur. Indarti dan Rostiani (2008:4) menyebutkan bahwa entrepreneurial intentions dapat diartikan sebagai proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha. Seseorang yang memiliki intention untuk memulai usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang dijalankan dibandingkan seseorang tanpa intention untuk memulai usaha. Menurut Ramdhani dalam Srimulyani (2013:98) entrepreneurial intentions adalah faktor motivasional yang mempengaruhi individu - individu untuk mengejar hasil - hasil wirausaha. Carsrud dan Brannback (2009:55) juga memberikan definisi dari entrepreneurial intentions yaitu keinginan untuk memulai suatu bisnis, untuk menciptakan suatu usaha baru. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa entrepreneurial intentions merupakan niat yang ada pada diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan entrepreneurship. 2.3 Personality Traits Menurut Nevid (2013:490) trait merupakan satu set karakteristik kepribadian seseorang yang cenderung stabil atau abadi. Menurut Allport (1951) dalam Sunaryo (2004:118) trait merupakan suatu sistem kestabilan emosional seseorang yang diarahkan terhadap kemampuan untuk menghadapi berbagai macam situasi atau keadaan. Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa trait merupakan kecenderungan untuk berperilaku dalam cara tertentu, seperti yang tercermin dalam perilaku seseorang pada berbagai situasi.

7 15 Menurut Sayyid (2007:185) personality adalah gabungan dari watak, kecenderungan, dan orientasi yang terdapat pada individu yang diperoleh lewat pengalaman dan menentukan respon individu dalam berbagai situasi. Tomb (2004:232) juga berpendapat bahwa personality merupakan suatu gaya perilaku yang menetap dan secara khas dapat dikenali pada setiap individu. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa personality merupakan suatu gaya perilaku yang menetap dalam setiap individu dan menentukan respon individu dalam menghadapi berbagai situasi. Menurut Robbins dan Judge (2008:130) personality traits adalah karakteristik yang sering muncul dan mendeskripsikan perilaku seorang individu. Karakteristik yang umumnya melekat dalam diri seorang individu adalah malu, patuh, agresif, malas, setia dan takut yang diwujudkan dalam menghadapi berbagai situasi. Semakin konsisten dan sering munculnya karakteristik tersebut dalam berbagai situasi, maka akan semakin mendeskripsikan karakteristik seorang individu. Menurut Martono dan Joewana (2006:61) personality traits adalah jati diri atau sifat dasar seseorang, yaitu pikiran, perasaan serta nilai - nilai hidup yang diwujudkan dalam perilaku sehari - hari. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa personality traits merupakan karakteristik yang sering muncul dan mendiskripsikan perilaku seorang individu yang diwujudkan dalam perilakunya sehari-hari Dimensi dari Personality Traits Menurut Sesen (2012:627) dimensi dari personality traits adalah : 1. Need for Achievement Menurut Schermerhorn (2012:310) need for achievement merupakan sebuah keinginan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik, untuk memecahkan persoalan, atau untuk menguasasi suatu tugas yang rumit. Semakin tinggi keinginan seseorang untuk mencapai kesuksesan biasanya mempunyai need for achievement yang tinggi dan dengan demikian dapat diartikan semakin berjalan kearah menjadi seorang entrepreneur. Seseorang yang memiliki need for achievement yang tinggi akan lebih menghargai tanggung jawab pribadinya, memecahkan masalah tanpa memerlukan bantuan orang lain, berani mengambil resiko, dan mempunyai ketertarikan yang kuat akan hasil yang dicapai dari usaha dan keputusannya (Sesen, 2012:627).

8 16 Menurut McClelland dalam Suharyadi, Nugroho, Purwanto, dan Faturohman (2007:72) seseorang yang memiliki need for achievement yang tinggi pada umumnya memiliki ciri - ciri sebagai berikut : 1. Senang terhadap pekerjaan yang menantang dan menghindari tugas dan tanggung jawab yang terlalu mudah untuk diselesaikan. 2. Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi. Selalu merasa bahwa apapun yang terjadi, sebagian besar menjadi tanggung jawabnya. 3. Dalam bekerja selalu ingin memperoleh umpan balik. Menurut Moeljono (2003:11) need for achievement menjadi sebuah acuan dari latar belakang motivasi seseorang untuk bertindak. Setiap perilaku digerakkan oleh sebuah tujuan, sementara tujuan didorong oleh motivasi, dan dibalik motivasi adalah keinginan untuk berprestasi. Pendekatan need for achievement dalam sumber daya manusia berperan sebagai kunci pertumbuhan ekonomi dan kemajuan masyarakat. Need for achievement memposisikan seseorang sebagai posisi yang tidak membutuhkan pekerjaan melainkan pasar yang membutuhkan mereka. 2. Locus of Control Menurut pendapat Strauser et al., dan Rotter dalam Sesen (2012:627) locus of control merupakan suatu atribut yang mengindikasikan rasa kontrol indvidu terhadap hasil, penghargaan, kesuksesan dan kegagalan atas hidupnya. Locus of control menentukan tingkatan sampai dimana seseorang meyakini bahwa perilaku mereka mempengaruhi apa yang terjadi pada mereka. Menurut Ivancevich, Konopaske, dan Matteson (2006:97) locus of control terdiri dari dua aspek, yaitu aspek internal dan aspek eksternal. Aspek eksternal dari locus of control adalah kepercayaan bahwa segala hal yang terjadi bergantung pada keberuntungan, nasib dan dikendalikan oleh kekuatan dari luar yang berasal dari luar individu seseorang. Ketika mereka berkinerja dengan baik, mereka yakin bahwa hal tersebut disebabkan oleh keberuntungan atau karena tugas tersebut merupakan tugas yang mudah. Sedangkan, aspek internal dari locus of control adalah kepercayaan seseorang bahwa segala hal yang terjadi adalah hasil dari usaha yang dilakukan orang tersebut. Ketika orang tersebut berkinerja dengan baik, mereka yakin bahwa hal tersebut disebabkan oleh usaha yang mereka lakukan. perilaku dan karakteristik dari orang tersebut.

9 17 Lambing dan Kuehl (2007:19) juga berpendapat bahwa internal locus of control merupakan sebuah kepercayaan bahwa untuk mencapai sebuah kesuksesan atau kegagalan yang dialami bergantung pada tindakan yang dilakukan. Seseorang yang mempercayai bahwa untuk mencapai sebuah kesuksesan ditentukan oleh aspek eksternal dari locus of control tidak mungkin akan menjadi seorang entrepreneur yang sukses. 3. Self - Efficacy Menurut Ivancevich, Konopaske, dan Matteson (2005:99) self - efficacy merupakan keyakinan pribadi mengenai kemampuan diri untuk menyelesaikan suatu tugas dengan berhasil. Faktor yang berperan penting dalam pengembangan self - efficacy seseorang adalah pengalaman masa lalu. Jika pada masa lalu seseorang berhasil dalam menyelesaikan suatu tugas, seseorang akan lebih memiliki rasa percaya diri dan keyakinan yang meningkat dalam kemampuannya untuk melaksanakan tugas dengan baik. Self - efficacy berhubungan dengan kinerja seseorang dalam pekerjaan, pilihan karier, pembelajaran dan pencapaian, serta kemampuan beradaptasi dengan teknologi baru. Bandura dalam Sesen (2012:627) juga menyebutkan bahwa self - efficacy merupakan kepercayaan dalam diri seseorang terhadap kemampuannya untuk sukses menyelesaikan tugas - tugas yang ada. Seseorang yang mempunyai kepercayaan bahwa orang tersebut akan menjadi seorang entrepreneur yang sukses maka semakin besar pula keinginan orang tersebut untuk menjadikan entrepreneurship sebagai pilihan dalam berkarier (Lambing dan Kuehl, 2007:21). 2.4 Environmental Factors Menurut Samadi (2006:112) environment merupakan semua benda dan kondisi termasuk didalamnya manusia dan aktivitasnya dalam suatu ruang yang saling berhubungan, saling ketergantungan dan saling mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia. Environmental factors adalah sekelompok sumberdaya yang akan mempengaruhi proses dalam memulai suatu usaha yang terdiri dari dukungan keuangan, pendidikan dan pelatihan, sektor bisnis potensial, keterbukaan dan daya saing di pasar domestik (Gomezelj dan Kusce, 2013:911). Environmental factors dapat memudahkan atau sebaliknya dapat menghambat aktifitas entrepreneurial dan juga mempengaruhi biaya dan

10 18 keuntungan dari penciptaan suatu usaha (Luthje dan Franke, 2011:13) Dimensi dari Environmental Factors Menurut Sesen (2012:628) dimensi dari environmental factors adalah 1. Access to Capital Menurut Madura (2007:11) modal meliputi mesin, peralatan, perlengkapan dan fasilitas fisik yang digunakan oleh sumber daya manusia untuk menghasilkan produk. Dalam membangun suatu usaha diperlukan modal yang cukup untuk membiaya operasional usaha (Rini, 2006:168). Dalam kamus Bahasa Indonesia modal didefinisikan sebagai uang pokok yang dipakai untuk berdagang. Menurut Sesen (2012:628) access to capital merupakan salah satu faktor penting dalam menciptakan suatu usaha baru. Modal tersebut dapat diperoleh melalui tabungan pribadi, keluarga, teman, bank ataupun para investor. yaitu : Menurut Soekarno (2010:3) modal dapat dibedakan menjadi dua kelompok, a) Modal sendiri Modal yang berasal dari diri sendiri, biasanya berasal dari tabungan pribadi maupun uang hasil pemberian dari pihak lain yang memiliki hubungan khusus dengan orang tersebut. Dalam penggunan modal sendiri, orang tersebut dapat menggunakannya sesuai dengan keinginan pribadinya. b) Modal pinjaman Modal pinjaman merupakan modal yang diperoleh dari pihak lain, dan pihak peminjam mempunyai kewajiban untuk mengembalikannya kepada pihak yang dipinjam. cara yaitu : Menurut Rini (2006:169) pembiayaan modal dapat diperoleh dari beberapa a) Modal sendiri Modal sendiri dapat diperoleh melalui simpanan uang yang dicairkan dari tabungan, deposito dan emas. Selain menggunakan simpanan, modal sendiri dapat juga diperoleh melalui penjualan harta pribadi seperti kendaraan dan properti. b) Meminjam Ketika tidak memiliki modal yang mencukupi dapat diupayakan dengan cara melakukan pinjaman kepada pihak lain seperti perorangan, lembaga keungan maupun nonbank. c) Kerjasama atau berbagi kepemilikan dengan pihak lain

11 19 Bekerjasama dengan pihak lain untuk menanamkan modal dalam usaha. Keuntungan usaha dibagi diantara pemilik modal atau pemilik usaha sesuai perjanjian pembagian keuntungan yang telah disepakati sebelumnya. 2. Business Information Menurut Madura (2007:322) seorang entrepreneur harus mempertimbangkan seluruh kondisi pasar sebelum memutuskan untuk menciptakan suatu usaha baru seperti pesaing, permintaan, tenaga kerja, peraturan dan perundang - undangan. Berbagai sumber dapat digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai bisnis. Menurut Griffin dan Ebert, (2007:10) business information memainkan peranan penting dalam membangun suatu usaha. Suatu bisnis bergantung pada prediksi pasar, orang - orang dengan keahlian tertentu, serta berbagai bentuk data ekonomi untuk mendukung dalam menjalankan proses bisnis. Menurut Sesen (2012:628) ketersediaan tentang business information merupakan suatu hal yang sangat penting untuk memulai suatu usaha. Seorang yang ingin membangun sebuah bisnis membutuhkan informasi mengenai pasar untuk dapat berkompetisi di pasar. Ketersediaan dari business information dibutuhkan pada saat ingin membangun suatu usaha (Gomezelj dan Kusce, 2013:911). Menurut Indarti dan Rosiani (2008:9) ketersediaan business information merupakan faktor penting yang mendorong keinginan seseorang untuk membuka usaha baru dan faktor kritikal bagi pertumbuhan dan keberlangsungan usaha. Pencarian informasi mengacu pada frekuensi kontak yang dibuat oleh seseorang dengan berbagai sumber informasi. Hasil dari aktifitas tersebut sering tergantung pada ketersediaan informasi, baik melalui usaha sendiri atau sebagai bagian dari sumber daya sosial dan jaringan. 3. Social Networks Menurut Martanto (2008:139) social networks merupakan sebuah proses interaksi sosial yang memungkinkan seseorang untuk berinteraksi dengan orang yang sudah dikenal maupun tidak dikenal. Social networks sangat berpengaruh bagi entrepreneur untuk mencapai kesuksesan (Gomezelj dan Kusce, 2013:911). Menurut Sesen (2012:629) social networks dapat dimanfaatkan bagi seorang entrepreneur untuk memperoleh sumber daya yang dapat digunakan dalam menjalankan atau membangun bisnis. Seorang entrepreneur mungkin kekurangan

12 20 sumber daya seperti modal dan informasi bisnis, walaupun demikian entrepreneur tersebut dapat memanfaatkan social networks yang dimilikinya untuk memperoleh sumber daya yang dibutuhkan. Menurut Indarti dan Rosiani (2008:9) social networks didefinisikan sebagai hubungan antara dua orang yang mencakup : a) Komunikasi atau penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain. b) Pertukaran barang dan jasa dari dua belah pihak. c) Ekspektasi yang dimiliki oleh seseorang terhadap orang lain karena karakter - karakter atau atribut khusus yang ada. Bagi entrepreneur, networks merupakan alat mengurangi resiko dan biaya transaksi serta memperbaiki akses terhadap ide - ide bisnis, informasi dan modal. 4. University Environment Menurut Luthje dan Franke (2011:24-25) seorang pelajar yang menilai bahwa lingkungan universitas tidak mendukung dalam entrepreneurship akan mengakibatkan entrepreneurial intentions yang rendah pada para pelajar. Kualitas pendidikan dan pelatihan mengenai entrepreneurship sangat penting, hal ini mengacu pada berbagai program pendidikan formal (Gomezelj dan Kusce, 2013:911). Lingkungan universitas mempengaruhi gaya hidup para calon entrepreneur yang potensial seperti melalui lingkungan pergaulan dalam universitas, nilai yang dianut oleh universitas dan program pendidikan dari universitas (Kuratko dan Hodgetts, 2004:35).

13 Kerangka Pemikiran Personality Traits (X 1 ) Internal Locus of Control Need for Achievement T 1 Self - Efficacy T 3 Entrepreneurial Intentions (Y) Intentions to be an Entrepreneur Environmental Factors (X 2 ) Access to Capital T 2 Business Information Social Networks University Environment Sumber : Data Peneliti, 2013 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

ANALISA PENGARUH PERSONALITY TRAITS DAN ENVIRONMENTAL FACTORS TERHADAP ENTREPRENEURIAL INTENTIONS

ANALISA PENGARUH PERSONALITY TRAITS DAN ENVIRONMENTAL FACTORS TERHADAP ENTREPRENEURIAL INTENTIONS ANALISA PENGARUH PERSONALITY TRAITS DAN ENVIRONMENTAL FACTORS TERHADAP ENTREPRENEURIAL INTENTIONS Oleh: Enny Noegraheni H 1) ; Idi Setyo Utomo 1); Amanda Nathalia S 1) E-mail: enny_noegraheni@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam suatu negara merupakan suatu hal yang sangat erat kaitannya dengan upaya untuk memakmurkan masyarakat. Karena pentingnya suatu pembangunan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Niat Berwirausaha Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,

Lebih terperinci

SEJARAH DAN PENTINGNYA ENTREPRENEURSHIP

SEJARAH DAN PENTINGNYA ENTREPRENEURSHIP SEJARAH DAN PENTINGNYA ENTREPRENEURSHIP Sejarah Abad 11 SM, Phoenicia Kuno, arus perdagangan dari Syria sampai Spanyol Abad 18 Ekonom Perancis Richard Cantillon, mengaitkan entrepreneur dengan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam penelitian ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan mengenai berbagai teori yang terkait dengan sikap kewirausahaan terhadap niat kewirausahaan mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang menjadi dasar dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha 1.1. Pengertian Intensi Berdasarkan teori planned behavior milik Ajzen (2005), intensi memiliki tiga faktor penentu dasar

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key words: Personality Traits, Environmental Factors, Entrepreneurial Intentions ABSTRAK

ABSTRACT. Key words: Personality Traits, Environmental Factors, Entrepreneurial Intentions ABSTRAK ANALISA PENGARUH PERSONALITY TRAITS DAN ENVIRONMENTAL FACTORS TERHADAP ENTREPRENEURIAL INTENTIONS PADA MAHASISWA (STUDI KASUS PADA MAHASISWA SEMESTER TUJUH SCHOOL OF BUSINESS MANAGEMENT UNIVERSITAS BINA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). hasil yang dapat dibanggakan (Sadono Sukirno, 2004:367).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). hasil yang dapat dibanggakan (Sadono Sukirno, 2004:367). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewirausahaan 2.1.1 Definisi Kewirausahaan Wirausaha berasal dari kata wira yang berarti pahlawan (berani) dan usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan dalam pembangunan suatu negara adalah menangani masalah pengangguran. Pengangguran merupakan salah satu masalah sosial yang dihadapi suatu

Lebih terperinci

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA B. ANALISIS SITUASI Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan

BAB II URAIAN TEORITIS. penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2009), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Kemandirian Pribadi Terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia kerja semakin menuntut manusia untuk lebih mampu bersaing dari kompetitornya, sehingga tidak mudah untuk memperoleh pekerjaan yang layak sesuai yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola 1. Pengertian Motivasi Berprestasi Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu usaha pada tiap individu dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dalimunthe dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dalimunthe dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dalimunthe dengan judul penelitian Pengaruh Karakteristik Individu, Kewirausahaan, Gaya Kepemimpinan

Lebih terperinci

Motif Technopreneur Sukses by: AGB

Motif Technopreneur Sukses by: AGB MOTIVASI WIRAUSAHA Motif Technopreneur Sukses by: AGB PC PE PG Harapan/ Perbandingan Hasil (Outcome) Keterangan : PC = Personal Characteristic PE = Personal Environment PG = Personal Goals BE = Business

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Wirausaha Lambing dan keulh (2000) dalam bukunya menyebutkan pendapatnya dari timmons, seorang professor kewirausahaan tentang pengertian dari wirausaha

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: Entrepreneurship and Inovation Management KEWIRAUSAHAAN DAN KARAKTER WIRAUSAHA (ENTREPRENEUR) Fakultas Ekonomi Dr Dendi Anggi Gumilang,SE,MM Program Studi Pasca Sarjana www.mercubuana.ac.id 1.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. khususnya adalah bisnis baru yang mendatangkan keuntungan (Uddin & Bose,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. khususnya adalah bisnis baru yang mendatangkan keuntungan (Uddin & Bose, BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Kewirausahaan Kewirausahaan adalah praktek dalam memulai suatu organisasi, lebih khususnya adalah bisnis baru

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motivasi Kewirausahaan Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu, sehingga motivasi dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

BAB 1 PENDAHULUAN. seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengangguran di Indonesia semakin hari semakin meningkat jumlahnya seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. faktor demografi (Ahmad et al 2013). Risiko berperan penting dalam pengambilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. faktor demografi (Ahmad et al 2013). Risiko berperan penting dalam pengambilan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Wirausahawan adalah hasil dari sifat asli manusia itu sendiri serta beberapa faktor demografi (Ahmad et al 2013). Risiko berperan penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. untuk meningkatkan niat berwirausaha mahasiswa. Niat berwirausaha menjembatani

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. untuk meningkatkan niat berwirausaha mahasiswa. Niat berwirausaha menjembatani BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Niat Berwirausaha Niat berwirausaha diartikan sebagai kebulatan tekad seseorang untuk memulai sebuah usaha. Niat berwirausaha

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility),

BAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility), BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Locus Of Control 2.1.1. Pengertian Locus Of Control Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali dikemukakan oleh Rotter (1966), seorang ahli teori pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarjana dan keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sarjana dan keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini masyarakat kesulitan dalam menemukan lapangan pekerjaan. Banyak sarjana yang hanya menjadi pengangguran, akibatnya pendidikan yang dulunya begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia wirausaha menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi orang-orang yang memiliki keinginan untuk memulai dan mengembangkan usahanya. Tidak semua orang terlahir dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ulina (2008) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ulina (2008) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Ulina (2008) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Keberhasilan Usaha Baru (Studi Kasus pada Crispo Accessories Grand Palladium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. Hal tersebut ditandai dengan adanya perkembangan dan perubahan budaya sosial, meningkatnya persaingan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. TUJUAN Memahami konsep kewirausahaan Memahami kunci sukses kewirausahaan

I. PENDAHULUAN. TUJUAN Memahami konsep kewirausahaan Memahami kunci sukses kewirausahaan I. PENDAHULUAN TUJUAN Memahami konsep kewirausahaan Memahami kunci sukses kewirausahaan ABSTRAK Pilihan masa depan buat negara kita, dalam mengatasi persoalan tenaga kerja, tidak lain adalah membuka lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada sekitar 730 ribu sarjana menganggur, yang terdiri dari 409 ribu lulusan S1

BAB I PENDAHULUAN. ada sekitar 730 ribu sarjana menganggur, yang terdiri dari 409 ribu lulusan S1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Masalah Angka pengangguran sarjana di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Data tahun 2004, tercatat 500 ribu lebih sarjana menganggur, terdiri dari 300

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTRAVERSI DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA PEGAWAI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTRAVERSI DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA PEGAWAI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTRAVERSI DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA PEGAWAI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Mia Novitaloka 1, Harlina Nurtjahjanti 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dalam bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di masa yang akan datang, sangatlah ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi penting dalam kemajuan peradaban modern (Sesen, 2013; Shane dan Venkataraman, 2000).

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. karena memiliki kemampuan kreatif dan inovatif (Suryana, 2010:2).

BAB II URAIAN TEORITIS. karena memiliki kemampuan kreatif dan inovatif (Suryana, 2010:2). BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengetahuan Kewirausahaan Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan

Lebih terperinci

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) 2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) 2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Bab 4 Hakekat, Karakteristik dan Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan 1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) Mahasiswa dapat menjelaskan hakekat, karakteristik dan nilai-nilai hakiki kewirausahaan 2. Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997) BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijabarkan teori-teori yang menjadi kerangka berfikir dalam melaksanakan penelitian ini. Beberapa teori yang dipakai adalah teori yang berkaitan dengan komitmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi pemerintah untuk meningkatkan perekonomian negara dan juga untuk menambahkan lapangan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut Spence dan Helmreich yang terdiri dari mastery of needs, work orientation dan competition akan

Lebih terperinci

Ciri dan Karakter Technopreneur. by: AGB

Ciri dan Karakter Technopreneur. by: AGB Ciri dan Karakter Technopreneur by: AGB CIRI UMUM MIMPI KETEGASAN PEKERJA KERAS KETETAPAN HATI DEDIKASI KESETIAAN TERPERINCI NASIB UANG SOSIAL WATAK UMUM Percaya Diri Berorientaskan Tugas dan Hasil Kepemimpinan

Lebih terperinci

01FEB. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

01FEB. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 01FEB Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata Program

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. mendapatkan pekerjaan, sehingga hal tersebut memberi kesempatan mereka yang tidak

BAB I. Pendahuluan. mendapatkan pekerjaan, sehingga hal tersebut memberi kesempatan mereka yang tidak BAB I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Rendahnya tingkat pendidikan seringkali dikatakan mempersempit akses untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga hal tersebut memberi kesempatan mereka yang tidak memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang banyak. Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi tidak disertai dengan peningkatan jumlah lapangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Definisi Intensi Menurut Ancok (1992 ), intensi merupakan niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Intensi merupakan sebuah istilah yang terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Berbagi Pengetahuan Berbagi pengetahuan adalah kegiatan bekerjasama yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar tercapai tujuan individu

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN. Oleh : Dhita Fajriastiti Sativa, S.Pd.

KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN. Oleh : Dhita Fajriastiti Sativa, S.Pd. KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN Oleh : Dhita Fajriastiti Sativa, S.Pd. APA YANG AKAN SAYA KERJAKAN??? DUNIA SEKOLAH---------DUNIA KERJA MEMPERSIAPKAN MENTAL PADA SETIAP ADA PERUBAHAN. THE FUTURE I WILL BE AN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu subtansi yang diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu subtansi yang diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mahasiswa adalah peserta didik yang melakukan proses pembelajaran pada perguruan tinggi. Mahasiswa dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, merupakan salah

Lebih terperinci

BAB VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. berupa kontribusi dalam keilmuan dan implikasi kebijakan. Masing-masing

BAB VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. berupa kontribusi dalam keilmuan dan implikasi kebijakan. Masing-masing BAB VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan hasil penelitian, dan selanjutnya dirumuskan implikasi penelitian berupa kontribusi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha Fishbein dan Ajzein (Sarwono, 2002) mengembangkan suatu teori dan metode untuk memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Secara umum keberadan perusahaan kecil dan menengah (UKM) di negara-negara berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan UKM terbukti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut Spence dan

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut Spence dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut Spence dan Helmreich yang terdiri dari mastery of needs, work orientation dan competition akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya, organisasi biasanya berusaha meningkatkan produktifitas, kemampuan berinovasi, dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Hierarki Kebutuhan Terdapat berbagai macam teori motivasi, salah satu teori motivasi yang umum dan banyak digunakan adalah Teori Hierarki Kebutuhan. Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak pulau dengan berbagai macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh banyaknya jumlah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kewirausahaan telah lama menjadi perhatian penting dalam mengembangkan pertumbuhan sosioekonomi suatu negara (Zahra dalam Peterson & Lee, 2000). Dalam hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Bekerja 1. Pengertian Motivasi Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar adalah motif ( motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Konsep Diri 2.1.1 Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Pengertian Kewirausahaan Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang niilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Sikap Suprapti (2010:135) mendefinisikan sikap sebagai suatu ekspresi perasaan seseorang yang merefleksikan kesukaan atau ketidaksukaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sepihak, dan berdampak pada meningkatknya pengangguran terdidik,

BAB I PENDAHULUAN. secara sepihak, dan berdampak pada meningkatknya pengangguran terdidik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis global telah menciptakan banyak perusahaan di Indonesia dengan sangat terpaksa telah membuat kebijakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fajrinur (2007) dengan judul penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha Kecil (Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Pribadi Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah kepemilikan sebuah nilai dalam diri seseorang yang mengarah kepada kedewasaan, sehingga dia mampu

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN DAN PROSES KEWIRAUSAHAAN Kelompok 1: Kelas D

KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN DAN PROSES KEWIRAUSAHAAN Kelompok 1: Kelas D KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN DAN PROSES KEWIRAUSAHAAN Kelompok 1: Kelas D 1. Dwi Putri Esthirahayu ( 105030201111006 ) 2. Shella Ekawati L ( 105030200111015 ) 3. Rizkya Haerani ( 105030201111001 ) 4. Nela

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan yang ketat antar Negara. Dalam persaingan global yang semakin terbuka saat ini memiliki banyak tantangan

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN 1 MOTIVASI MENJADI PENGUSAHA SUKSES. Ir. Agung Wahyudi B, M.T., M.M. Modul ke: Fakultas TEKNIK. Program Studi Teknik Mesin

KEWIRAUSAHAAN 1 MOTIVASI MENJADI PENGUSAHA SUKSES. Ir. Agung Wahyudi B, M.T., M.M. Modul ke: Fakultas TEKNIK. Program Studi Teknik Mesin Modul ke: KEWIRAUSAHAAN 1 MOTIVASI MENJADI PENGUSAHA SUKSES Fakultas TEKNIK Ir. Agung Wahyudi B, M.T., M.M. Program Studi Teknik Mesin www.mercubuana.ac.id Bagian Isi A. Pengantar B. Kisah sukses Tokoh

Lebih terperinci

5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Hasil Analisis Hasil yang diperoleh dari EOS menunjukkan nilai dimensi kunci dengan rentang angka 2.46 3.70 (skala 5) dimana rincian nilai untuk tiap dimensi

Lebih terperinci

Kebutuhan manusia sebagai sumber motivasi MOTIVASI KERJA. Disusun oleh: Ida Yustina

Kebutuhan manusia sebagai sumber motivasi MOTIVASI KERJA. Disusun oleh: Ida Yustina Kebutuhan manusia sebagai sumber motivasi MOTIVASI KERJA Disusun oleh: Ida Yustina Kesuksesan suatu organisasi sangat tergantung dari aktivitas dan kreativitas sumber daya manusianya Oleh karenanya, seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang harus dipenuhi Indonesia agar menjadi negara maju. Salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang harus dipenuhi Indonesia agar menjadi negara maju. Salah satunya dengan 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Saat ini negara Indonesia masih merupakan negara yang sedang berkembang, banyak indikator yang harus dipenuhi Indonesia agar menjadi negara maju. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Wirausahawan Memulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Wirausahawan Memulai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indra Hakim Matondang dengan judul penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan dalam pembangunan suatu negara adalah menangani masalah pengangguran. Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) menunjukkan bahwa angka pengangguran di Indonesia

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kewirausahaan pada pemilik percetakan Sinar Pandawa. kebebasan, nilai-nilai pribadi, pengalaman.

BAB V PENUTUP. kewirausahaan pada pemilik percetakan Sinar Pandawa. kebebasan, nilai-nilai pribadi, pengalaman. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong kewirausahaan pada pemilik percetakan Sinar Pandawa. Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan untuk memilih dan bebas memilih jenis pekerjaan sesuai dengan minat dan kompetensi yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perusahaan menyadari akan pentingnya sumber daya manusia. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalamnya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi organisasi Komunikasi organisasi pada umumnya membahas tentang struktur dan fungsi organisasi hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kewirausahaan Pada hakikatnya setiap insan telah tertanam jiwa wirausaha yang berarti memiliki kreativitas dan mempunyai tujuan tertentu, serta berusaha untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Pada masa bayi ketika

Lebih terperinci

baru dengan menggunakan sumber daya yang ada. Untuk mencapai tersebut tentunya

baru dengan menggunakan sumber daya yang ada. Untuk mencapai tersebut tentunya 2.1 Kewirausahaan 2.1.1 Pengertian Kewirausahaan Kewirausahaan merupakan sebuah alat dari pandangan hidup seseorang yang menginginkan adanya kebebasan dalam ekonomi untuk menciptakan sesuatu yang baru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan suatu nilai tambah (added value) guna menghasilkan nilai yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan suatu nilai tambah (added value) guna menghasilkan nilai yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Wirausaha Wirausaha adalah sebuah proses yang disebut creative destruction untuk menghasilkan suatu nilai tambah (added value) guna menghasilkan nilai

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN. Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan

KEWIRAUSAHAAN. Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan 1 PENDAHULUAN Jika dahulu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak

Lebih terperinci

School of Communication & Business Telkom University

School of Communication & Business Telkom University MEMULAI BISNIS DENGAN ADMINISTEASI BISNIS Week-12 By: Ida Nurnida Contents Pemahaman Wirausaha & Kewirausahaan Wirausaha Sebagai Profesi Memulai Bisnis Baru Memulai Bisnis dengan Administrasi ENTREPRENEURSHIP

Lebih terperinci

Motivasi Menjadi Pengusaha Sukses

Motivasi Menjadi Pengusaha Sukses Motivasi Menjadi Pengusaha Sukses Modul ke: 04 Widi Wahyudi,S.Kom, SE, MM. Fakultas Ilmu Komputer Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Tujuan Pembelajaran : Setelah mempelajari bab ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah ekonomi yang di alami Indonesia kian memprihatinkan.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah ekonomi yang di alami Indonesia kian memprihatinkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Masalah-masalah ekonomi yang di alami Indonesia kian memprihatinkan. Apalagi dengan tingginya inflasi di Indonesia dari tahun ke tahun sehingga terjadi pelemahan

Lebih terperinci

Kewirausahaan I. Berisi tentang Konsepsi Dasar Kewirausahaan. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ilmu Komputer

Kewirausahaan I. Berisi tentang Konsepsi Dasar Kewirausahaan. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ilmu Komputer Modul ke: Kewirausahaan I Berisi tentang Konsepsi Dasar Kewirausahaan. Fakultas Fakultas Ilmu Komputer Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Hakikat dan

Lebih terperinci

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta Sumber : Kementerian Pendidikan Nasional/Dirjen Dikti/Direktorat Kelembagaan 15 November 2008 Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta LATAR BELAKANG Hasil Survei Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh tingginya persaingan diantara para pencari kerja, terutama persaingan pada lulusan universitas. Data Biro Pusat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Terbentuknya persepsi positif pekerja terhadap organisasi, secara teoritis merupakan determinan penting terbentuknya motivasi kerja yang tinggi. Para pekerja adalah manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah klasik yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Tingginya angka pengangguran merupakan fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks. Hal ini dapat diamati dari jumlah pengangguran yang terus meningkat dan terbatasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi internet semakin banyak dimanfaatkan oleh berbagai organisasi terutama organisasi bisnis, kegiatan dunia usaha yang menggunakan teknologi internet

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penulis mengangkat teori Atribusi dari Kelley dan teori motivasi berprestasi dari David McClelland sebagai grand theory. Penemuan fakta lapangan akan didukungan pula dengan data

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Sumahamijaya, 2003 Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantungpada

Lebih terperinci

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI Modul ke: 01Fakultas FASILKOM KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM Matsani, S.E, M.M Program Studi SISTEM INFORMASI DISIPLIN ILMU KEWIRAUSAHAAN Menurut Thomas W. Zimmerer, Kewirausahaan adalah hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan bisa bersumber dari tabungan nasional dan pinjaman luar

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan bisa bersumber dari tabungan nasional dan pinjaman luar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tabungan dan Investasi merupakan indikator tingkat pertumbuhan ekonomi. Negara berkembang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan sumber dana yang besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan setiap peluang untuk sukses. Kewirausahaan adalah padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan setiap peluang untuk sukses. Kewirausahaan adalah padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan karakteristik yang melekat pada setiap individu yang memiliki kemauan keras untuk mewujudkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP KEWIRAUSAHAAN

RUANG LINGKUP KEWIRAUSAHAAN RUANG LINGKUP KEWIRAUSAHAAN 740.206 penganggur lulusan Perguruan Tinggi (Feb 2007) (Sumber berita: Kompas, tanggal 6 Februari 2008 halaman 12) Next Kementerian Pendidikan Nasional mencatat hingga akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kini dihadapkan pada masalah peningkatan pertumbuhan ekonomi untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Oleh karena itu pemerintah mulai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975) 9 TINJAUAN PUSTAKA Teori Perilaku yang telah Direncanakan (Theory of Planned Behavior) Para teoritikus sikap memiliki pandangan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek sudah dapat dijadikan prediktor

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: Entrepreneurship and Inovation Management POLA PIKIR DAN KARAKTER WIRAUSAHA, PERBEDAAN WIRAUSAHA VS MANAJER Fakultas Ekonomi Dr Dendi Anggi Gumilang,SE,MM Program Studi Pasca Sarjana www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitan Kewirausahaan tidak harus selalu dikaitkan dengan perilaku dan watak pengusaha, karena sifat ini juga dimiliki oleh mereka yang bukan pengusaha. Kewirausahaan

Lebih terperinci