MODEL KANTONG PLASTIK BELANJA RAMAH LINGKUNGAN DI INDONESIA (STUDI KASUS: KANTONG PLASTIK BIODEGRADABLE) MELANIE CORNELIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL KANTONG PLASTIK BELANJA RAMAH LINGKUNGAN DI INDONESIA (STUDI KASUS: KANTONG PLASTIK BIODEGRADABLE) MELANIE CORNELIA"

Transkripsi

1 MODEL KANTONG PLASTIK BELANJA RAMAH LINGKUNGAN DI INDONESIA (STUDI KASUS: KANTONG PLASTIK BIODEGRADABLE) MELANIE CORNELIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul MODEL KANTONG PLASTIK BELANJA RAMAH LINGKUNGAN DI INDONESIA (STUDI KASUS: KANTONG PLASTIK BIODEGRADABLE) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Jakarta, 8 Nopember 2013 Melanie Cornelia P

4 RINGKASAN MELANIE CORNELIA. Model Kantong Plastik Belanja Ramah Lingkungan di Indonesia (Studi Kasus: Kantong Plastik Biodegradable) Dibimbing oleh RIZAL SYARIEF sebagai Ketua Komisi Pembimbing, HEFNI EFFENDI dan BUDI NURTAMA sebagai Anggota Komisi Pembimbing. Kantong plastik belanja telah menjadi kebutuhan masyarakat karena kegunaannya yang praktis dan ringan untuk dipakai sebagai wadah membawa barang, namun akhirnya juga dipakai sebagai tempat untuk membuang sampah. Penggunaan kantong plastik belanja makin besar jumlahnya dari tahun ke tahun sehingga menimbulkan masalah lingkungan seperti banjir dan longsor, karena kantong plastik belanja yang ada adalah jenis plastik konvensional yang memerlukan waktu sangat lama untuk bisa diurai. Pemerintah sudah mengeluarkan UU No 18/2008 tentang pengelolaan sampah, sehingga ritel dan pusat perbelanjaan telah menginisiasi menyediakan kantong plastik belanja jenis oxodegradable dan biodegradable selain jenis konvensional yang masih tetap dipakai. Dari FGD yang dilakukan, terungkap bahwa harga menjadi kendala dalam pemakaian dan penyediaan kantong plastik belanja ramah lingkungan. Dari 36 responden yang mengisi kuesioner AHP, dan setelah diolah datanya dengan expert choice software, hasil pilihan responden adalah pada kantong plastik biodegradable (38.89%), oxodegradable (36.11%), dan konvensional (25.0%). Beberapa kantong plastik belanja hanya diberi label degradabel, eco-friendly dan pelabelan sejenis, namun hanya sebagai piranti marketing saja. Perlu uji dan analisis berbagai jenis label kantong plastik tersebut, sehingga dapat dibedakan karakteristiknya. Pelabelan biodegradable yang dicantumkan tidak sesuai dengan karakteristiknya disebabkan oleh harga kantong plastik jenis ini lebih mahal, karena adanya komponen yang ditambahkan dalam pembuatannya, yang menyebabkan kenaikan harga jual. Biodegradable plastik (bioplastik) adalah plastik yang dapat didegradasi oleh mikroba tanah karena adanya kandungan pati di dalamnya. Bioplastik diharapkan menjadi salah satu solusi masalah lingkungan yang disebabkan oleh menumpuknya sampah kantong plastik belanja. Secara komersial sudah ada bioplastik yang diproduksi dengan penambahan pati singkong, namun kendalanya adalah harga produk masih mahal karena pati tersebut masih dibutuhkan sektor pangan dan energi. Dalam penelitian ini, bioplastik dibuat dengan memanfaatkan pati yang diekstraksi dari biji durian yang selama ini merupakan limbah, untuk dicampur dengan biji plastik LDPE dengan variasi penambahan pati 0-50%. Sebagai pembanding dipakai pati dari empulur sagu, sehingga karakteristik fisik seperti warna dan sifat mekanik seperti kekuatan tarik, perpanjangan putus dan kekerasan dapat diperbandingkan. Uji penurunan berat bioplastik dilakukan dengan pemendaman di dalam tanah selama 8 minggu. Hasil uji Anova menunjukkan perlakuan jenis pati dan konsentrasi pati yang ditambahkan tidak beda nyata (p>0.05) terhadap kehilangan berat plastik, hanya berbeda dalam hal warna. Analisis SEM dilakukan untuk membandingkan rongga di antara molekul pati dengan biji plastik pada perbesaran 2500x, yang menyebabkan kekuatan mekanik bioplastik menjadi berkurang dan menjadi rapuh ketika ditarik. Pati biji durian 10% terbukti optimal digunakan sebagai pengisi polimer tanpa penambahan aditif dalam pembuatan bioplastik, dengan sifat mekanik yang dapat dibandingkan dengan pati sagu dan pati singkong. Kata kunci: kantong plastik belanj, oxodegradable, biodegradable, ramah lingkungan

5 SUMMARY MELANIE CORNELIA. Model of Environmental Friendly Plastic Shopping Bags in Indonesia (Case Study: Biodegradable Plastic Bags ). Supervised by RIZAL SYARIEF, HEFNI EFFENDI and BUDI NURTAMA. Plastic shopping bags have become a necessity because of its practical useful, as a container to carry grocery items and finally were used as trash carriers prior to final disposing into landfill. The use of plastic shopping bags in Indonesia increasingly exponential growth from year to year, making environmental problems such as flooding and landslides. The government has issued Law No. 18/2008 to address this issue. In line with the regulations for using of environmentally friendly plastic bags, some retailers and shopping centers has initiated the program by providing environmental friendly plastic shopping bags such as biodegradable and oxodegradable types. However, the component ingredients are added in processing of environmentally friendly plastic bag, so it makes price higher than the conventional one, which in turn is a burden on consumers. From FGD result, the issue of price is the problem in the using of environmentally friendly plastic shopping bags. The results of some AHP questionnaires which are filled by 36 respondents, and after processing the data with expert choice software, the highest choice is biodegradable (38.89%, followed by oxodegradable (36.11%), and conventional (25.0%). Distinguishing characteristics of the plastic shopping bags are conventional and biodegradable in the supermarket, both domestically and compare them with plastic shopping bags in supermarkets abroad. Many plastic shopping bags at the supermarket that is normally labeled biodegradable products in accordance with government regulations. There are also some plastic shopping bags that do not include a specific label, but to include eco-friendly and the like related to the environment. There needs to analyze the characteristics of various types of plastic bags labeled by using the apparatus to differentiate its characteristics. Bioplastics are plastics that are able to be degraded by microbes in the soil due to its starch content. Bioplastics are expected to be the solution of environmental problems caused by the plastic shopping bags waste which became an environmental burden. Commercially, bioplastics were already being produced with the variation of percentage cassava addition. However the problem regarding such matter is the price of the product is still expensive compared to conventional plastic bags, because the starches are still needed in food and energy sectors. In this study, bioplastic is made from extracted durian seeds starch to be mixed with LDPE plastic ores, with the variation addition of starch concentration by 0-50%. For comparison, starch from sago is used, so that the physical characteristics such as color and mechanical properties such as tensile strength, elongation and hardness can be compared. Decreasing of bioplastics weight was evaluated with burial in soil for 8 weeks. Anova test results showed that types of starch and % starch are added, give no significant difference (p> 0.05) on weight loss of plastic except in color. SEM analysis was conducted to compare the cavity between starch molecules and plastic polymer at 2500x magnification, which causes plastic strength reduced and becomes brittle when being pulled. Addition of 10% durian seed starch is proven as optimal polymer substitution without additives in making bioplastics, with mechanical characteristics that can be compared with sago and cassava starch. Keywords: plastic shopping bags, oxodegradable, biodegradable, environmental friendly

6 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

7 MODEL KANTONG PLASTIK BELANJA RAMAH LINGKUNGAN DI INDONESIA (STUDI KASUS: KANTONG PLASTIK BIODEGRADABLE) MELANIE CORNELIA Disertasi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor padaprogram Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup: 1. Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo,MS 2. Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana,MS Penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka: 1.Prof.Dr.Ir.Tun Tedja Irawadi,MS 2.Prof. Dr. Manlian Ronald A.Simanjuntak,ST,MT

9 PRAKATA Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Es4 karena hanya atas berkat dan anugrahnya sajalalq maka disertasi ini berhasil diselesaikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL), di Sekolah Pascasarjana IPB' Penulis memilih tema tentang kantong plastik belanja ramah lingkungan, karena tema ini terkait dengan bidang keilmuan penulis, yaitu bidang teknologi, kimia dan manajemen yang berbasis sumberdaya alam. Sebagai masyarakat yang sehari-hari menggunakan kantong plastik untuk membawa baratrg belanjaan dan sekaligus membuangnya sebagai sampah, maka kita harus cerdik mencari altematif solusi dari berbagai masalah lingkungan yang diakibatkan oleh sarnpah kantong plastik belanja, yang tidak dapat di degradasi oleh alam. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tinggi kepada Tim Komisi Pembimbing, yang terdiri dari Prof. Dr. h. Rizal Syarief. DESS selaku ketua komisi, Dr. Ir. Heftri Effendi, M. Phil. Dan Dr. h. Budi Nurtama, M. Agr. selaku anggota komisi pembimbing atas bimbingan dan arahan serta masukan yang konstruktif kepada penulis, sejak awal penulisan proposal, pelaksanaan penelitian dan finalisasi hasil hingga penulisan disertasi ini. Kepada pimpinan dan dosen-dosen pengajar serta staf administrasi di lingkungan Program Studi PSL IPB, penulis juga mengueapkan terima kasih atas motivasi dan dukungannya selama perkuliahan dan kegiatan akademis lainnya. Tak lupa terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dikti - Kemdikbud atas beasiswa BPPS yang diberikan selama masa perkuliahan dan penelitian, dan kepada Universitas Pelita Harapan yang telah mengijinkan, memberi kesempatan dan mendukung penulis untuk mengikuti Progtam Doktor di Sekolah Pascasarjana IPBPenulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan sesama mahasiswa yang sedang mengambil program doktor di program studi PSL, atas kebersamaan kita selama -f trn rn. Juga kepada rekan-rekan kerja di UPH yang selalu mendukung dan mendoakan penulis, serta kepada teman-teman di bidang transportasi dan foto copy yang selama ini selalu mendukung kegiatan perkuliahan dan disertasi penulis sehingga dapat berjalan lancar. Terimakasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada ketiga buah hati penulis yaitu Rinan, Danar dan Amy yang selalu memberi dukungan dan bantuan baik moril dan tenag4 sehingga penulis dapat menyelesaikan program doktor ini. Semoga semangat dan usaha penulis untuk mencapai gelar yang lebih tinggi dapat menjadi teladan untuk kalian semua. Penulis menyadari bahwa karya disertasi ini masih perlu penyempurnaan melalui berbagai masukan dan sarano sehingga lebih banyak lagi manfaat yang dapat diberikan bagi - perkembangan ilmu pengetahuan, untuk menjaga kelestarian lingkungan kita melalui pemanfaatan teknologi dan manajemen, dalar4 mengolah sumberdaya alam yang ada di bumi pertiwi yang sudah dititipkan Tuhan kepada kita. Jakarta, 8 Nopember 2013 Penulis Melanie Cornelia

10 Judul Ilisertasi : Mqdel Kantong Ptastik Belanja Ramah Lingkungan di Indonesia (Studi Kasus: Kantong Plestrk Biodegradable) Nrma : Melanie Cornelia NIM : P Disetujui oleh Mr Dr Ir Hefni Effendi.IVLPhil Anggota Diketahni oleh Ketua Prugran Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingknngan Dekan Sekolah Pascaserjana Prof;Dr. Ir.Cecen Kusmana.MS Dr.Ir Dahrul Syah. MScAer Tanggal Ujian: 25 September 2013 Tanggal Lulus:..,

11 Judul Disertasi : Model Kantong Plastik Belanja Ramah Lingkungan di Indonesia (Studi Kasus: Kantong Plastik Biodegradable) Nama : Melanie Cornelia NIM : P Disetujui oleh Komisi Pembimbing Prof. Dr Ir Rizal Syarief, DESS Ketua Dr Ir Hefni Effendi, M.Phil Anggota Dr Ir Budi Nurtama, M.Agr Anggota Diketahui oleh Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Dekan Sekolah Pascasarjana Prof.Dr. Ir.Cecep Kusmana,MS Dr.Ir Dahrul Syah, MScAgr Tanggal Ujian: 25 September 2013 Tanggal Lulus:...

12 PRAKATA Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa, karena hanya atas berkat dan anugrahnya sajalah, maka disertasi ini berhasil diselesaikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL), di Sekolah Pascasarjana IPB. Penulis memilih tema tentang kantong plastik belanja ramah lingkungan, karena tema ini terkait dengan bidang keilmuan penulis, yaitu bidang teknologi, kimia dan manajemen yang berbasis sumberdaya alam. Sebagai masyarakat yang sehari-hari menggunakan kantong plastik untuk membawa barang belanjaan dan sekaligus membuangnya sebagai sampah, maka kita harus cerdik mencari alternatif solusi dari berbagai masalah lingkungan yang diakibatkan oleh sampah kantong plastik belanja, yang tidak dapat di degradasi oleh alam. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tinggi kepada Tim Komisi Pembimbing, yang terdiri dari Prof. Dr. Ir. Rizal Syarief. DESS selaku ketua komisi, Dr. Ir. Hefni Effendi, M. Phil. Dan Dr. Ir. Budi Nurtama, M. Agr. selaku anggota komisi pembimbing atas bimbingan dan arahan serta masukan yang konstruktif kepada penulis, sejak awal penulisan proposal, pelaksanaan penelitian dan finalisasi hasil hingga penulisan disertasi ini. Kepada pimpinan dan dosen-dosen pengajar serta staf administrasi di lingkungan Program Studi PSL IPB, penulis juga mengucapkan terima kasih atas motivasi dan dukungannya selama perkuliahan dan kegiatan akademis lainnya. Tak lupa terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dikti - Kemdikbud atas beasiswa BPPS yang diberikan selama masa perkuliahan dan penelitian, dan kepada Universitas Pelita Harapan yang telah mengijinkan, memberi kesempatan dan mendukung penulis untuk mengikuti Program Doktor di Sekolah Pascasarjana IPB. Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan sesama mahasiswa yang sedang mengambil program doktor di program studi PSL, atas kebersamaan kita selama 3 tahun. Juga kepada rekan-rekan kerja di UPH yang selalu mendukung dan mendoakan penulis, serta kepada teman-teman di bidang transportasi dan foto copy yang selama ini selalu mendukung kegiatan perkuliahan dan disertasi penulis sehingga dapat berjalan lancar. Terimakasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada ketiga buah hati penulis yaitu Rinan, Danar dan Amy yang selalu memberi dukungan dan bantuan baik moril dan tenaga, sehingga penulis dapat menyelesaikan program doktor ini. Semoga semangat dan usaha penulis untuk mencapai gelar yang lebih tinggi dapat menjadi teladan untuk kalian semua. Penulis menyadari bahwa karya disertasi ini masih perlu penyempurnaan melalui berbagai masukan dan saran, sehingga lebih banyak lagi manfaat yang dapat diberikan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, untuk menjaga kelestarian lingkungan kita melalui pemanfaatan teknologi dan manajemen, dalam mengolah sumberdaya alam yang ada di bumi pertiwi yang sudah dititipkan Tuhan kepada kita. Jakarta, 8 Nopember 2013 Penulis Melanie Cornelia

13 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xvi 1. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 3 Tujuan Penelitian... 4 Kerangka Pemikiran... 4 Manfaat Penelitian... 6 Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA... 7 Polimer... 7 Penggolongan Polimer Berdasarkan Asalnya... 8 Penggolongan Polimer Berdasarkan Proses Pembentukannya... 9 Penggolongan Polimer Berdasarkan Jenis Monomernya Penggolongan Polimer Berdasarkan Sifatnya Terhadap Panas Plastik Kantong Plastik Belanja Konvensional dan Lingkungan Fakta yang Berkaitan dengan Sampah Kantong Plastik dan Lingkungan. 14 Proses Pembuatan Kantong Plastik Belanja Konvensional Kantong Plastik Ramah Lingkungan Kantong Plastik Oxodegradable Kantong Plastik Biodegradable Pati (Starch) Berpikir Sistem (System Thinking) Pengertian AHP (Analytical Hierarchy Process) METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Metode Pengumpulan Data Rancangan Tahapan Penelitian Survei Tentang Kantong Plastik Belanja Ramah Lingkungan FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) TENTANG KANTONG PLASTIK BELANJA RAMAH LINGKUNGAN YANG SESUAI UNTUK INDONESIA Penggunaan Proses Hierarki Analitik Hasil Survei Tentang Kantong Plastik Belanja Ramah Lingkungan KARAKTERISASI KANTONG PLASTIK BELANJA YANG ADA DI PERTOKOAN DAN PASAR SWALAYAN Uji Fisik Berbagai Jenis Kantong Plastik Belanja Pengaruh Sinar UV dan Pemanasan terhadap Sifat Mekanik Kantong Plastik 38 Uji Tanam Analisis Gugus Fugsi dengan Fourier Thermal Infra Red (FTIR) Analisis Kandungan Logam dengan AAS xi

14 Analisis Morfologi dengan Scanning Electron Microscopy (SEM) PEMBUATAN BIOPLASTIK DENGAN MEMANFAATKAN PATI BIJI DURIAN DAN PATI SAGU Pati Biji Durian dan Pati Sagu Pembuatan Bioplastik Pencampuran Biji Plastik LDPE dengan Pati Analisis Degradasi Bioplastik Analisis Pengurangan Berat Plastik Analisis Kekuatan Mekanik Analisis Morfologi Bioplastik dengan SEM PEMBAHASAN UMUM SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP xii

15 DAFTAR TABEL 1. Jenis Polimer Alam Jenis Polimer Sintetik Contoh Polimer Adisi Karakteristik Berbagai Jenis Plastik Strategi Penanganan Sampah Plastik di Beberapa Negara Kandungan Pati pada Beberapa Bahan Pangan Skala Perbandingan Saaty Klasifikasi Sistem Model Kantong Plastik Belanja Biodegradable Analisis Kebutuhan Kantong Plastik Belanja Biodegradable Peringkat Pilihan Jenis Kantong Plastik Hasil FGD Data Fisik Berbagai Jenis Kantong Plastik Belanja Penurunan Tensile Strength akibat penyinaran UV dan pemanasan Penurunan % Elongation akibat penyinaran UV dan pemanasan Spektum FTIR Kantong Plastik Degradable dan Konvensional Spektrum FTIR Sampel Uji Kantong Plastik Biodegradable Hasil Analisis Kandungan Logam Fe, Co dan Mn Kombinasi Jenis Pati dan Variasi Konsentrasi Pati Analisis Kimia Pati Biji Durian dan Pati Sagu xiii

16 DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka Pikir Penelitian Jenis Plastik Biodegradable Struktur Kimia Amilosa Struktur Kimia Amilopektin Umbi Singkong Granula Pati Singkong Model Pendekatan Sistem Peta Pusat Layanan Kegiatan Perdagangan dan Jasa Karawaci Sampel Kantong Plastik Belanja Causal Loop Model Penggunaan Kantong Plastik Belanja Biodegradable Diagram Input Output Penggunaan Kantong Plastik Belanja Biodegradable Peringkat Pilihan Jenis Kantong Plastik Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kantong Plastik Tensile strength vs UV dan pemanasan Elongation vs UV dan pemanasan Penurunan tensile strength vs UV dan pemanasan Penurunan elongation vs UV dan pemanasan Kode D1 Konvensional Kode C3 Oxodegradable Kode B1 Biodegradable Kode A2 Biodegradable Kode C1 Oxodegradable Kode A1 Biodegradable Kode C2 Oxodegradable Kantong Plastik Carrefour Italy Kantong Plastik Green Laundry Ecoplast Kantong Plastik Oxodegradable Kantong Plastik Konvensional Lokal Kantong Plastik Konvensional China Kantong Plastik Degradable China Kantong Plastik Australia Kantong Plastik Martha Tilaar Ecoplast Kantong Plastik Sushi Tei Kantong Plastik FM Kantong Plastik Konvensional Diagram Alir Ekstraksi Pati Biji Durian Diagram Alir Pembuatan Bioplastik Pati Sagu, Pati Biji Durian, dan Biji Plastik LDPE Poliblen Bioplastik LDPE Index Putih Bioplastik Terhadap Jenis Pati dan Konsentrasi Pati Kehilangan Berat Bioplastik vs Jenis Pati dan Konsentrasi Pati Kekuatan tarik vs jenis pati Kekuatan tarik vs konsentrasi pati xiv

17 45. Kekerasan vs Jenis Pati Kekerasan vs Konsentrasi Pati %Perpanjangan putus vs konsentrasi pati dan jenis pati Modulus young vs jenis pati Modulus young vs konsentrasi pati Morfologi Pati Biji Durian, LDPE, Bioplastik Pati Biji Durian dan Pati Sagu 10% dan 50% xv

18 DAFTAR LAMPIRAN 1. Hasil Uji Kadar Logam Kantong Plastik Belanja (AAS) 2. Hasil Uji Morfologi Pati Biji Durian dan Kantong Plastik Belanja (SEM) 3. Hasil Uji Keberagaman Indeks Putih Bioplastik 4. Hasil Uji Keberagaman Kehilangan Berat Bioplastik 5. Hasil Uji Keberagaman Kekuatan Mekanik Bioplastik 6. Data Indeks Putih Bioplastik 7. Data Kehilangan Berat dan Uji Mikrobiologi Bioplastik 8. Data Kekuatan Mekanik Bioplastik 9. Data Hasil Analisis Proksimat Pati Sagu dan Pati Biji Durian 10. Hasil Uji Kadar Pati dan Rasio Amilosa/Amilopektin 11. Contoh Data Isian Kuesioner AHP Kantong Plastik Belanja (Pelaku Industri) 12. Pie Chart Hasil Survei Kantong Plastik Belanja Ramah Lingkungan xvi

19 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Kantong plastik belanja telah menjadi salah satu kebutuhan masyarakat karena kegunaannya yang praktis, ringan dipakai sebagai wadah untuk membawa barang-barang belanjaan. Penggunaan kantong plastik belanja di Indonesia makin besar jumlahnya dari tahun ke tahun. Tingkat konsumsi plastik untuk keperluan kemasan dan kantong belanja secara nasional mencapai ton/tahun, dengan pertumbuhan 8%/tahun (Kemenperin, 2012). Di Indonesia, industri ritel menjadi sektor yang paling banyak menggunakan kantong plastik untuk konsumennya (Lerdy, 2011). Kantong plastik belanja, selain dipakai untuk membawa barang belanjaan konsumen baik di pasar tradisional ataupun di tempat perbelanjaan modern seperti di mal dan supermarket, ternyata juga dipakai sebagai wadah atau tempat sampah sebelum sampah dibuang ke bak sampah dan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Kantong plastik belanja yang digunakan saat ini umumnya kantong plastik konvensional, bahan bakunya berupa produk polimer sintetik, terbuat dari minyak bumi (non-renewable resources) yang tidak dapat didegradasi oleh mikroorganisme yang ada di alam. Struktur kimiawinya mempunyai bobot molekul tinggi dan memiliki rantai ikatan yang kuat, sehingga kantong plastik jenis konvensional ini membutuhkan waktu yang sangat lama dapat terurai di alam dan menjadi masalah lingkungan seperti longsor (land sliding) dan banjir (flooding) (Vijaya, 2008). Menurut data statistik persampahan domestik Indonesia tahun 2008, jenis sampah plastik menduduki peringkat ke-2, yaitu sebesar 5,4 juta ton/tahun (14%). Jumlah sampah plastik ini mampu menggeser posisi sampah kertas yang menjadi peringkat ke-3, yaitu sebesar 3,6 juta ton/tahun (9%) (Kementerian Lingkungan Hidup, 2008). Jika solusi mengatasi volume sampah kantong plastik dilakukan dengan cara dibakar, maka akan timbul polusi udara yang berdampak pada lingkungan dan kesehatan. Usaha lain telah dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan sampah plastik seperti konsep 3R (reduce, reuse dan recycle) plastik dengan menggunakan teknologi pengolahan sampah plastik, namun plastik daur ulang hanya berkontribusi 0,6-1,0 % saja (Komunitas Save the Earth 2008). Bahkan hasil plastik daur ulang memiliki keterbatasan masa pakai dan kualitasnya menurun (Hicks, 2002). Selain itu, penggunaan plastik daur ulang dikhawatirkan akan menimbulkan migrasi monomer plastik yang dapat mencemari produk, khususnya bila digunakan sebagai bahan kemasan pangan. Pengolahan plastik bekas pakai untuk dijadikan bahan baku produk plastik yang baru, dinilai tidak efisien karena prosesnya lebih sulit dan biaya pengolahannya lebih mahal dibandingkan membeli bahan baku plastik yang baru. Kondisi ini menyebabkan kantong plastik belanja jenis konvensional sudah tidak layak dipertahankan penggunaannya secara lebih lama lagi, karena hanya akan menambah persoalan lingkungan di waktu mendatang. Adanya Undang-Undang No 18 tahun 2008 pasal 15 yang menyebutkan bahwa produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam, maka limbah kantong plastik juga menjadi masalah bagi para pelaku industri dan ritel di Indonesia.

20 2 Pelaku industri plastik dan ritel dituntut untuk bertanggung jawab menarik kembali produknya yang tidak dapat diurai oleh alam seperti kantong plastik konvensional. Setiap tahun sekitar 100 juta ton plastik sintetik (konvensional) telah diproduksi di dunia untuk digunakan di berbagai sektor industri, dan kirakira sebesar itulah sampah plastik yang akan dihasilkannya setiap tahun (Lerdy, 2011). Kondisi ini membuat kantong plastik konvensional di pasaran sebaiknya segera diganti dengan jenis kantong plastik belanja yang ramah lingkungan (oxodegradable atau biodegradable), kantong dari kain atau kantong dari kertas (paper bag). Penggantian kantong plastik belanja ini telah dilakukan di berbagai negara seperti Singapura, Hongkong, China, Belgia, Australia, Amerika dan masih banyak negara lainnya, dengan memakai jenis biodegradable yang umumnya menggunakan pati jagung atau kentang sebagai bahan alami yang diformulasikan kedalam biji plastik sebagai bahan baku utama (Vinhas, 2007). Di Indonesia upaya pengurangan kantong plastik belanja telah diinisiasi oleh berbagai pelaku ritel dan kelompok pusat perbelanjaan besar seperti Hypermart, Carrefour, Giant, Indomaret dan lainnya dengan menyediakan kantong plastik belanja yang oxodegradable (dapat hancur dalam waktu maksimal 2 tahun), dan hanya sebagian kecil saja yang menyediakan jenis kantong plastik biodegradable ( dapat hancur dalam waktu 10 minggu karena dapat diurai oleh mikroba tanah). Belum adanya aturan dan lembaga resmi yang berhak memberikan sertifikasi terhadap produk kantong plastik ramah lingkungan, maka label ramah lingkungan yang ada sangat beragam dan banyak yang hanya merupakan piranti marketing saja, tidak sepenuhnya dipahami perbedaan antara jenis yang oxodegradable dan biodegradable. Bagian pertama dari disertasi ini adalah berupa kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan dengan mengundang pakar industri plastik, ritel, pemerintah, akademisi/peneliti plastik dan masyarakat pengguna kantong plastik belanja. Kuesioner Analytical Hierarchy Process (AHP) diberikan pada saat diskusi dan data diolah dengan software expert choice. Tujuannya agar diperoleh data kantong plastik ramah lingkungan jenis apa yang sesuai dipakai di Indonesia. Juga dilakukan survei yang berupa kuesioner dalam bentuk pertanyaan kepada beberapa kelompok masyarakat di beberapa lokasi, untuk mengetahui penggunaan dan respon masyarakat terhadap kantong plastik belanja ramah lingkungan jenis biodegradable. Bagian kedua disertasi ini adalah melakukan karakterisasi dengan cara menganalisis berbagai label kantong plastik ramah lingkungan, dari jenis-jenis kantong plastik belanja yang ada di beberapa supermarket di dalam negeri dan membandingkannya dengan sampel kantong plastik belanja yang diambil dari beberapa supermarket di luar negeri. Pengujian dilakukan untuk melihat apakah karakteristiknya sesuai dengan kriteria yang ada pada SNI 7188: 2011 bagian 7: Kriteria Ekolabel untuk kantong belanja plastik. Permasalahan hanya sekedar mencantumkan label ramah lingkungan ini terjadi, disebabkan oleh masalah perbedaan harga antara kantong plastik konvensional yang selama ini selalu diberikan secara cuma-cuma kepada konsumen, dengan kantong plastik ramah lingkungan yang memerlukan biaya tambahan dari konsumen untuk memilikinya. Faktor ketersediaan dan harga pati singkong atau umbi2an lain yang selama ini dipakai di Indonesia untuk formulasi biji plastik, menyebabkan harga kantong plastik ramah lingkungan menjadi mahal.

21 3 Oleh sebab itu, pada bagian terakhir dari disertasi ini dilakukan kajian dan penelitian tentang kemungkinan penggunaan pati yang terkandung dari bahan pangan lainnya yang merupakan limbah, sehingga harga produk kantong plastik ramah lingkungan menjadi lebih murah. Dalam penelitian ini dikaji teliti pemakaian pati dari limbah biji durian dan pati sagu yang diformulasikan kedalam biji plastik sehingga dihasilkan plastik biodegradable (bioplastik). Selanjutnya dilakukan pengujian sifat-sifat fisik, mekanik serta morfologinya untuk dibandingkan dengan plastik biodegradable yang ada di pasaran. Perumusan Masalah Permasalahan limbah kantong plastik belanja tengah menjadi pusat perhatian masyarakat di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Setiap tahun, rata-rata setiap orang di Indonesia membuang 700 lembar plastik (Arlinda, 2012). Umumnya kantong plastik belanja yang digunakan hanya sekali pakai dan jenis kantong plastik konvensional (KLH, 2008). Undang-Undang No 18 tahun 2008 membuat para pelaku industri plastik dan ritel mulai mencantumkan label kantong plastik ramah lingkungan seperti degradable, biodegradable, totally biodegradable, tas ini dapat hancur dengan sendirinya dan banyak jenis label ramah lingkungan lainnya. Namun karena belum adanya aturan dan lembaga resmi yang berhak memberikan sertifikasi terhadap produk kantong plastik ramah lingkungan, maka banyak label ramah lingkungan yang ada yang hanya merupakan piranti marketing. Pelaku industri plastik banyak yang sudah memproduksi kantong plastik belanja jenis oxodegradable dengan menambahkan prodegradant tertentu yang diformulasikan bersama biji plastik. Untuk jenis biodegradable dilakukan formulasi dengan menambahkan sejumlah tertentu (persentase) pati singkong yang kedalam biji plastik, namun formula yang dibuat belum distandarisasi, hanya disesuaikan berdasarkan permintaan dan kepentingan konsumen. Belum adanya mandatory regulasi pemerintah agar kantong plastik yang dipakai di pasaran adalah jenis ramah lingkungan, maka para produsen plastik tersebut umumnya melakukan ekspor produknya dengan harga yang sangat kompetitif. Di Indonesia, harga kantong plastik jenis biodegradable masih relatif cukup mahal, karena pengadaan bahan baku pati singkong secara kuantitatif bersaing dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan energi. Penelitian dan pengembangan teknologi kemasan plastik ramah lingkungan masih terbatas, walau prospek pengembangan kantong plastik ramah lingkungan sangat potensial, karena didukung melimpahnya sumberdaya hasil pertanian yang dapat diperoleh sepanjang tahun (sustainable and renewable). Indonesia sebagai negara agraris memiliki sumberdaya pertanian yang memadai untuk diproduksi menjadi pati yang bisa ditambahkan kedalam biji plastik, sehingga dapat dihasilkan kantong plastik biodegradable dengan harga yang relatif murah. Masyarakat perlu di edukasi sejak dini tentang masalah lingkungan yang diakibatkan sampah kantong plastik konvensional, sehingga mau beralih menggunakan kantong plastik ramah lingkungan. Permasalahannya bagaimana agar kantong plastik yang dipakai di Indonesia adalah kantong plastik ramah lingkungan biodegradable atau setidaknya oxodegradable, dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam indigenous yang ada, berupa pati umbi2an dan biji2an.

22 4 Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah memberikan alternatif solusi bagi masalah lingkungan yang disebabkan sampah kantong plastik belanja yang tidak dapat didegradasi oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Misalnya masalah tertutupnya daerah resapan oleh plastik sehingga terjadi banjir dan tanah pemukiman yang longsor. Solusinya adalah penggunaan kantong plastik belanja ramah lingkungan yag dapat didegradasi. Untuk mencapai tujuan umum ini, maka dilakukan beberapa langkah sebagai berikut: 1. Mengambil data dengan melakukan Focus Group Discussion (FGD) antara para stakeholder kantong plastik belanja, sehingga diperoleh informasi jenis kantong plastik belanja ramah lingkungan yang sesuai dipakai di Indonesia saat ini, dan melakukan survei kepada sekelompok masyarakat tentang respon penggunaan kantong plastik biodegradable sebagai pengganti kantong plastik konvensional yang selama ini diberikan secara gratis dan kesediaan masyarakat untuk memakai jenis yang ramah lingkungan dengan membayar. 2. Melakukan karakterisasi berbagai jenis kantong plastik belanja yang ada di pasaran, yang didasarkan dari hasil uji dan analisis terhadap kantong plastik yang diberi label ramah lingkungan yang seperti : selamatkan bumi dengan penggunaan kantong plastik, biodegradable, go green, safe the environment, ecofriendly dan lain-lain. Sampel-sampel kantong plastik belanja berupa produk dalam negeri dan luar negeri, sehingga dapat diketahui apakah kantong plastik belanja tersebut tergolong sebagai kantong plastik yang ramah lingkungan ataukah kantong plastik konvensional yang hanya mencantumkan label lingkungan saja. 3. Memanfaatkan potensi sumberdaya alam indigenous yang berupa pati dari tanaman (umbi2an dan biji2an) yang selama ini merupakan limbah, sebagai bahan pengisi (filler) dalam pembuatan plastik biodegradable atau yang dikenal selama ini sebagai bioplastik. Kemungkinan penggunaan pati dari bahan biji durian dan pati sagu, diteliti dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan plastik biodegradable yang ada di pasaran yang umumnya terbuat dari pati singkong, melalui uji mekanik dan beberapa analisis lainnya sehingga diharapkan diperoleh diversifikasi pati selain singkong dan harga plastik biodegradable menjadi lebih murah. Kerangka Pemikiran Adalah tidak mungkin melarang penggunaan kantong plastik belanja, melihat fungsinya yang unggul dan belum tergantikan bila dibandingkan dengan kantong belanja kertas (paper bag) atau kantong kain. Tahun 2007 di China terjadi penurunan penghasilan dari para retailer dan supermarket karena jumlah penjualan yang menurun, sebagai akibat konsumen mengurangi volume belanjanya karena dilarang menggunakan kantong plastik, sehingga terjadi pemutusan hubungan kerja bagi karyawannya dan juga karyawan pabrik plastik (Sugianto, 2012).

23 5 Perkembangan peradaban manusia tidak terlepas dari lingkungan dan teknologi. Penemuan teknologi pembuatan kantong plastik 100 tahun silam merupakan terobosan. Namun dalam kurun 50 tahun kemudian, timbul kesadaran manusia bahwa sampah kantong plastik dapat mencemari lingkungan. Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian Plastik konvensional yang digunakan sebagai kantong belanja merupakan penyumbang sampah plastik terbesar terhadap lingkungan, karena akan terurai dalam waktu ratusan tahun bahkan ribuan tahun, menyumbat saluran air sehingga mengakibatkan banjir, dan membahayakan kelangsungan hidup biota air yang tanpa sengaja memakan lembaran plastik ini (Vijaya, 2008). Plastik konvensional terbuat dari hasil olahan minyak bumi, yang merupakan sumber alam yang tidak bisa diperbaharui, dan persediaannya semakin menipis dalam lapisan bumi, bahkan ada ahli yang memperkirakan minyak bumi akan habis di tahun Awalnya kepedulian terhadap lingkungan dianggap sebagai kegiatan yang membuang biaya, namun adanya isu global warming membuat para ecopreneur dan pelaku industri menjadikan isu lingkungan sebagai

24 6 salah satu peluang bisnisyang memiliki nilai jual dan diminati pasar lokal maupun internasional, karena banyak orang mulai menghindari produk-produk yang tidak ramah lingkungan. Salah satu terobosan baru adalah dengan memproduksi kantong plastik belanja yang ramah lingkungan jenis biodegradable. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah sampah kantong plastik belanja di Indonesia. Masyarakat, pelaku industri dan pelaku ritel dapat teredukasi dan berpartisipasi terhadap beban lingkungan, dengan menggunakan kantong plastik belanja yang ramah lingkungan, khususnya kantong plastik yang biodegradable yang terbuat dari biji plastik dan bahan indigeneous seperti pati dari limbah biji2an. Pemerintah diharapkan membuat ketegasan kebijakan dalam bentuk regulasi yang mengatur penyediaan dan pemakaian kantong plastik belanja jenis yang ramah lingkungan. Agar harga tidak menjadi beban masyarakat, maka pemerintah diharapkan memberikan insentif atau keringanan biaya pajak bagi pelaku industri dan ritel yang menyediakan kantong plastik ramah lingkungan. Membudayakan bring your own bag dalam berbelanja, juga merupakan manfaat lain dalam aplikasi penerapan penelitian ini. Diharapkan ketersediaan dan jumlah pemakaian kantong belanja jenis biodegradable makin meningkat, sehingga pati yang diperlukan sebagai bahan pengisi juga makin banyak diperlukan, sehingga masyarakat melalui UKM dapat menjadi pemasok pati untuk industri terkait, mengingat proses ekstraksi pati adalah teknologi yang sederhana dengan hanya menggunakan air dan proses pengeringan saja. Ruang Lingkup Penelitian Hingga saat ini solusi masalah lingkungan yang disebabkan sampah kantong plastik belanja adalah disediakannya dua jenis kantong plastik,yakni: (a). Oxodegradable dan (b). Biodegradable. Contoh plastik oxodegradable yang ada di pasaran saat ini adalah Oxium dan EPI. Keduanya dibuat dengan menggunakan aditif tertentu hasil formulasi masing-masing industri. Oxium adalah produk lokal brand plastik oxodegradable dari PT Tirta Marta yaitu resin yang ditambahkan aditif untuk mempercepat proses degradasi, hanya dalam dua tahun melalui mekanisme oksidasi yang dipercepat oleh sinar Ultra Violet, panas, oksigen dan mechanical stress. Produsen EPI di Canada juga mampu menyesuaikan lamanya plastik hancur dengan cara simulasi dosis aditif TDPA (Totally Degradable Plastic Aditif) yang ditambahkan kepada resin PE (PoliEtilen), PP (PoliPropilen) atau PS (Poli Stiren) sesuai kebutuhan konsumen. PT Tirta Marta juga memproduksi plastik yang menggunakan bahan pati singkong lokal dan sudah mempatenkan produk resin biodegradable sebagai bahan baku pembuatan kantong plastik belanja dengan label Ecoplas. Adanya pati singkong memudahkan mikroorganisme dan air dalam mengurai sampah plastik dalam waktu 10 minggu, tergantung jumlah mikroorganisme yang ada di dalam tanah. Semakin subur tanah tersebut, maka kantong plastik ecoplas lebih mudah hancur. Kandungan pati singkong yang ada dalam ecoplas mendorong

25 7 mikroorganisme tanah untuk mengurai sampah plastik tersebut sampai hancur, sehingga tidak menimbulkan pencemaran seperti kantong plastik konvensional. Keunggulan kantong plastik tapioka ini berhasil menyita perhatian konsumen di berbagai negara, sehingga pemasaran ecoplas kini telah menjangkau pasar lokal dan internasional (Singapura dan Amerika). Teknologi ini juga mempunyai dampak sosial yang luas, khususnya bagi masyrakat pedesaan yang mulai dikoordinir unruk menanam singkong. Awalnya dalam bentuk desa binaan, selanjutnya pemerintah perlu mengatur tata niaga singkong demi kesejahteraan petani dan menanggulangi jumlah pengangguran. Biaya produksi teknologi ecoplas hanya lebih mahal 20% dari Oxium (Sugianto, 2011). Peritel pengguna kantong plastik biodegradable dapat meningkatkan citra perusahaannya karena turut berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan dengan sedikit mengurangi biaya pemasaran / iklan perusahaan tersebut. Teknologi pembuatan kantong plastik ramah lingkungan biodegradable sudah banyak diteliti sebagai alternatif pemecahan masalah sampah kantong plastik belanja, namun belum banyak diaplikasikan dalam bentuk kantong plastik biodegradable atau bioplastik yang bisa dipakai oleh masyarakat. Selain perlu didukung ketegasan kebijakan pemerintah dalam pelaksanaannya, masalah utama terkait faktor harga. Oleh sebab itu perlu diteliti pemakaian pati lain selain pati singkong seperti yang dipakai selama ini di Indonesia, yaitu menggunakan pati dari bahan lain yang merupakan limbah, seperti pati dari biji durian ataupun pati sagu, yang diharapkan dapat membuat harga plastik ramah lingkungan jenis biodegradable menjadi lebih murah. Namun kualitas dari kantong plastik biodegradable (bioplastik) yang dihasilkan masih mempunyai sifat fisik dan mekanik yang sesuai peruntukannya dan sesuai dengan standar yang berlaku. 2. TINJAUAN PUSTAKA Polimer Polimer adalah molekul besar yang terdiri atas pengulangan satuan kecil (monomer). Monomer adalah senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap ini terbuka membentuk ikatan dengan monomer lain sampai jumlah yang diinginkan (polimer). Proses pembentukan polimer disebut polimerisasi (Coles et al, 2003). Proses pembentukan polimer terdiri dari tiga tahap yaitu pembentukan radikal bebas (inisiasi), perpanjangan monomer (propagasi), dan terminasi (penyetopan) reaksi. Pembentukan cabang dalam proses polimerisasi menyebabkan tiga bentuk struktur, yaitu struktur beraturan (isotaktik), struktur tak beraturan (ataktik), campuran (sindiotaktik). Struktur polimer sangat berpengaruh terhadap sifat polimernya (Sperling, 1992). Polimer dapat digolongkan berdasarkan asalnya, pembuatannya, jenis monomernya, sifatnya terhadap panas, dan reaksi pembentukannya.

26 8 Penggolongan Polimer Berdasarkan Asalnya Polimer dapat dibedakan atas polimer alam dan polimer sintesis (Strong, 2000). 1) Polimer Alam Polimer alam adalah polimer yang terdapat di alam yang membentuk senyawa secara alami dan berasal dari makhluk hidup. Umumnya polimer alam mempunyai sifat hidrofilik (suka air), sukar dilebur dan sukar dicetak, sehingga sangat sukar mengembangkan fungsi polimer alam untuk tujuan-tujuan yang lebih luas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Contoh polimer alam dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1 Jenis Polimer Alam No Polimer Monomer Polimerisasi Contoh 1. Pati/amilum Glukosa Kondensasi Biji-bijian, akar umbi 2. Selulosa Glukosa Kondensasi Sayur, kayu, kapas 3. Protein Asam amino Kondensasi Susu, daging, telur 4. Asam nukleat Nukleotida Kondensasi Molekul DNA dan RNA (sel) 5. Karet alam Isoprena Adisi Getah pohon karet (lateks) (Sumber: Strong, 2000) 2) Polimer Sintetik Polimer sintetik adalah polimer yang tidak terdapat di alam dan harus dibuat manusia. Para ahli kimia polimer telah melakukan penelitian struktur molekul alam guna mengembangkan polimer sintetiknya, sehingga dihasilkan polimer sintetik yang dapat dirancang sifat-sifatnya, seperti tinggi rendahnya titik lebur, kelenturan dan kekerasannya, serta ketahanannya terhadap zat kimia. Tujuannya agar diperoleh polimer yang penggunaannya sesuai yang diharapkan. Polimer sintetik yang telah dikembangkan guna kepentingan komersil, misalnya pembuatan berbagai jenis plastik. Ahli kimia saat ini sudah berhasil mengembangkan jenis polimer sintetik untuk tujuan yang lebih luas. Contoh polimer sintetik dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2 Jenis Polimer Sintetik No Polimer Monomer Terdapat pada 1. PoliEtena Etena Kantong plastik 2. PoliPropena Propena Tali, karung, botol plastik 3. PVC Vinil klorida Pipa pralon, pelapis lantai 4. Poli Vinil Alcohol Vinil alcohol Bak air 5. Teflon Tetrafluoroetena Wajan anti lengket 6. Dakron Metil tereftalat dan Etilena glikol Pipa rekam magnetik, kain atau tekstil (wol sintetis) 7. Nilon Heksametilena diamin Tekstil 8. Poli Butadiena Butadiena Ban motor 9. Poli Ester Ester dan etilena glikol Ban mobil 10. Melamin Fenol formaldehida Piring dan gelas melamin 11. Epoksi resin Metoksi benzena dan alcohol Penyalut cat (cat epoksi) sekunder (Sumber: Strong, 2000)

27 9 Penggolongan Polimer Berdasarkan Proses Pembentukannya Ada dua jenis polimerisasi, yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi (Strong, 2000). 1)Polimer adisi Reaksi adisi adalah reaksi pemecahan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal sehingga ada atom yang bertambah di dalam senyawa yang terbentuk. Polimerisasi adisi adalah reaksi pembentukan polimer dari monomer-monomer yang berikatan rangkap (ikatan tak jenuh). Pada reaksi ini monomer membuka ikatan rangkapnya lalu berikatan dengan monomer lain sehingga menghasilkan polimer yang berikatan tunggal (ikatan jenuh). Monomer pembentuk polimer adisi adalah senyawa yang ikatan karbon berikatan rangkap seperti alkena. Polimer adisi ini biasanya identik dengan plastik, karena hampir semua plastik dibuat dengan polimerisasi adisi. Misalnya polietilena, polipropena, polivinil klorida, teflon dan poliisoprena. Berikut beberapa contoh pembentukannya : a. Pembentukan (polietilena) dari etilena O 2 nch 2 = CH 2 - (CH 2 - CH 2 )n - etilena tekanan tinggi polietilena b. Pembentuka teflon dari tetrafluoro etilena ncf 2 = CF 2 - (CF 2 - CF 2 )n tetrafluoroetilena politetraetilena (teflon) c. Pembentukan polivinil dari isoprena (2-metil-1,3-butadiena) nch 2 = CH 2 - (CH 2 - CH)n Cl Cl d. Pembentukan polisoprena dari isoprena (2-metil-1,3-butadiena) CH 3 CH 3 nh 2 C = C CH = CH 2 - (HC = C - CH = CH)n - Dari contoh-contoh reaksi di atas, dapat disimpulkan bahwa pada polimerisasi adisi tidak terbentuk hasil samping dan monomernya harus mengandung ikatan rangkap. Contoh polimer adisi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Nama polimer Tabel 3 Contoh Polimer Adisi Kegunaan PoliEtilena Tas plastik, botol, mainan, isolasi listrik PoliPropilena Karpet plastik, botol PoliStirena Styrofoam, gelas plastik, mainan, bahan pengemas Poli Vinil Chlorida Pipa, genteng plastik Poli Vinil Dienklorida Plastik wrap Poli TetraEtilena (teflon) Alat masak, isolasi listrik (penutup kabel) PoliAkrilonitril Wig (rambut palsu), cat, benang PoliVinilasetat Tekstil, gumresin, cat PoliMetilmetakrilat Bahan pembuat gelas, pembuat bola bowling (Sumber: Strong, 2000)

28 10 2) Polimer kondensasi Kondensasi merupakan reaksi penggabungan gugus-gugus fungsi antara kedua monomernya. Artinya, polimerisasi kondensasi adalah reaksi pembentukan polimer dari monomer-monomer yang mempunyai dua gugus fungsi. Misalnya, senyawa polipeptida atau protein dan polisakarida merupakan senyawa biomolekul yang dibentuk oleh reaksi polimerisasi kondensasi. Berikut beberapa contoh pembentukan polimerisasi kondensasi : a) Pembentukan nilon Nilon merupakan suatu polimer yang ditemukan oleh Wallace Hume Carothers di tahun 1934 sewaktu bekerja di perusahaan Du Pont. Polimer nilon dibentuk dari monomer asam 6-aminoheksanoat. Dalam polimerisasi ini, gugus karboksil dari monomer berikatan dengan gugus amino dari monomer tersebut. b) Pembentukan polyester (polietilena terephtalat) atau dakron Sama halnya pada nilon-66, polyester dakron dibentuk oleh 2 polimer berlainan, yaitu dari etilena glikol (polialkohol) dengan dimetil tereftalat (senyawa ester). Dari contoh-contoh reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa polimerisasi kondensasi akan menghasilkan molekul kecil air dan monomernya mempunyai gugus fungsi pada kedua ujung rantainya. Apabila dirumuskan, secara umum reaksinya adalah sebagai berikut : n monomer 1 polimer + (n - 1) H 2 O Penggolongan Polimer Berdasarkan Jenis Monomernya Polimer dapat terdiri atas homopolimer dan kopolimer (Strong, 2000). 1)Homopolimer Homopolimer adalah polimer yang monomernya sejenis. Contohnya, selulosa dan protein. (-P-P-P-P-P-P-P-P-) n Pada polimer adisi homopolimer, ikatan rangkapnya terbuka lalu berikatan membentuk polimer yang berikatan tunggal. 2)Kopolimer Kopolimer adalah polimer yang monomernya tidak sejenis, misalnya melamin (fenol formaldehida). Proses pembentukan polimer berlangsung dengan suhu dan tekanan tinggi atau dibantu dengan katalis, namun tanpa katalis struktur molekul yang terbentuk tidak beraturan. Fungsi katalis adalah untuk mengendalikan proses pembentukan struktur molekul polimer agar lebih teratur sehingga sifat-sifat polimer yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Contoh struktur rantai molekul polimer tidak beraturan (produk polimerisasi tanpa katalis) adalah : (-P-S-S-P-P-S-S-S-P-S-P-) n Penggolongan Polimer Berdasarkan Sifatnya Terhadap Panas Polimer dapat dibedakan atas polimer termoplas (tidak tahan panas, seperti plastik) dan polimer termosting (tahan panas, seperti melamin).

29 11 1) Polimer termoplas Polimer termoplas adalah polimer yang tidak tahan panas. Polimer tersebut apabila dipanaskan akan meleleh (melunak), dan dapat dilebur untuk dicetak kembali (didaur ulang). Contohnya polietilene, polipropilena, dan PVC. 2) Polimer termosting Polimer termosting adalah polimer yang tahan panas, yaitu jika dipanaskan tidak akan meleleh (sukar melunak), dan sukar didaur ulang. Contohnya Melamin. Plastik Plastik merupakan polimer sintetis yang paling populer karena banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan jenis monomernya, ada beberapa jenis plastik yaitu sebagai berikut (Strong, 2000): a) PE (PoliEtilena atau PoliEtena) Poli Etilena merupakan polimer plastik yang sifatnya liat, massa jenis rendah, sukar rusak apabila lama dibiarkan dalam keadaan terbuka di udara maupun apabila terkena tanah lumpur, tetapi tidak tahan panas. PoliEtena adalah plastik yang banyak diproduksi, dicetak menjadi lembaran untuk kantong plastik, dsb. b) PP (PoliPropilena) PP atau polipropilen tergolong olefin yang dibuat melalui reaksi katalitik polimerisasi dari monomer propilen pada panas dan tekanan tertentu. Olefin merupakan hidrokarbon tidak jenuh yang diperoleh dari proses cracking dalam pengolahan minyak bumi. Plastik polipropilen mempunyai densitas yang terendah (0.90g/cc) dibandingkan seluruh polimer yang ada (Brown, 1992). Plastik polipropilen banyak diproduksi karena memiliki sifat utama mudah dibentuk dan ringan, kekuatan tarik lebih rendah dari pada polietilen, tidak mudah robek, tahan terhadap asam, basa, minyak, mempunyai sifat barrier yang rendah terhadap gas dan mempunyai sifat barrier yang tinggi terhadap uap air, stabil pada suhu tinggi dan mempunyai kejernihan yang baik (Robertson, 2006). c) PVC (Poli Vinil Chlorida) Plastik PVC bersifat termoplastik dengan daya tahan kuat. Plastik ini juga bersifat tahan serta kedap terhadap minyak dan bahan organik. Ada dua tipe plastik PVC yaitu bentuk kaku dan bentuk fleksibel. Plastik bentuk kaku digunakan untuk membuat konstruksi bangunan, mainan anak-anak, pipa PVC (pralon), dan beberapa komponen mobil. Plastik bentuk fleksibel digunakan untuk membuat selang plastik dan isolasi listrik. Dalam hal penggunaannya, plastik PVC menempati urutan ketiga dan sekitar 68 % digunakan untuk konstruksi bangunan (pipa saluran air). d) Teflon (Tetrafluoroetena) Teflon merupakan lapisan tipis yang sangat tahan panas dan tahan terhadap bahan kimia. Teflon digunakan untuk pelapis wajan (panci anti lengket), pelapis tangki di pabrik kimia, pipa anti patah, dan kabel listrik.

30 12 e) Bakelit (Fenol Formaldehida) Bakelit adalah jenis polimer yang dibuat dari dua jenis monomer, yaitu fenol dan formaldehida. Polimer ini sangat keras, titik leburnya sangat tinggi dan tahan api. Bakelit digunakan untuk instalasi listrik dan alat-alat yang tahan suhu tinggi. f) Flexiglass (Polimetil Metakrilat) Polimetil Metakrilat disingkat PMMA mempunyai nama dagang flexiglass. Polimetil metakrilat merupakan polimerisasi adisi dari monomer metil metakrilat (H 2 C = CH-COOH 3 ). PMMA merupakan plastik yang kuat dan transparan. Polimer ini digunakan untuk jendela pesawat terbang dan lampu belakang mobil. g) Plastik Poli Etilen Tereftalat (PET) Plastik PET merupakan serat sintetik poliester (dakron) transparan dengan daya tahan kuat, tahan terhadap asam, kedap udara, fleksibel, dan tidak rapuh. Dalam penggunaannya, plastik PET menempati urutan pertama. Sekitar 72 % PET digunakan sebagai kemasan minuman dengan kualitas yang baik. PET merupakan poliester yang dapat dicampur dengan polimer alam seperti sutera, wol dan katun menghasilkan bahan pakaian yang bersifat tahan lama dan mudah perawatannya. h) Plastik Nilon Plastik nilon merupakan polimer poliamida (proses pembentukannya seperti pembentukan protein). Plastik Nilon ditemukan pada tahun 1934 oleh Wallace Carothers dari Du Pont Company. Carothers mereaksikan asam adipat dan heksametilendiamin. Nilon bersifat sangat kuat (tidak cepat rusak) dan halus ini banyak digunakan untuk pakaian, peralatan kemah dan panjat tebing, peralatan rumah tangga serta peralatan laboratorium. Karakteristik berbagai jenis plastik Terdapat dua jenis plastik PE, yaitu Low Density Poly Ethylene (LDPE) dan High Density Poly Ethylene (HDPE). Tabel 4 Karakteristik Berbagai Jenis Plastik Parameter PP LDPE HDPE LLDPE PET Density (g/cc) Yield (in 2 /lb-mil x 10-3 ) Tensile Strength (kpsi) Impact Strength (kg-cm) Water Vapor Transmision Rate (g-mil/100 in 2 -day@100 0 F and 90%RH) Oxygen Transmision rate (cm mil/100 in 2 -day-atm@77 0 F and 0%RH) CO 2 Permeability (cm 3 -mil/ N/A in F and 0%RH) Heat seal temperature range ( 0 F) Sumber: Strong (2000)

31 13 Low Density Poly Ethylene (LDPE) yang dikenal sebagai plastik #4, adalah plastik yang mudah dibentuk ketika panas, terbuat dari minyak bumi, dan rumus molekulnya adalah (-CH2- CH2-)n, mulai diteliti pada tahun 1933 dengan mereaksikan etilena dan benzaldehida pada tekanan tinggi, sehingga dihasilkan Poli Etilen. Selanjutnya pada tahun 1939, perusahaan ICI (Imperial Chemical Industry) mulai memproduksi Poli Etilen dalam skala pabrik, dan sejak saat tersebut industri plastik berkembang pesat (Miller, 2010). LDPE adalah resin yang keras, kuat dan tidak bereaksi terhadap zat kimia lainnya, kemungkinan merupakan plastik yang paling tinggi mutunya. Plastik LDPE berkepadatan rendah, memiliki banyak cabang di sepanjang rantai hidrokarbon, dan ini mencegah rantai tersebut berdekatan satu sama lain dalam susunan yang rapi. Area (daerah) yang ditempati oleh rantai-rantai yang saling berdekatan satu sama lain dan terkemas secara beraturan dikatakan berhablur (kristalin). Apabila rantai-rantai bercampur, maka daerah tersebut dikatakan amorf. PE berkepadatan rendah memiliki banyak daerah amorf. Sebuah rantai terikat dengan rantai lain di dekatnya melalui gaya dispersi Van der Waals. Gaya tarik tersebut akan semakin besar jika rantai-rantai tersebut saling berdekatan satu sama lain. Daerah-daerah amorf dimana rantai-rantai tidak terkemas secara beraturan dapat mengurangi efektifitas gaya tarik Van der Waals sehingga juga mengurangi titik lebur dan kekuatan polimer. Daerah amorf ini juga akan mengurangi kepadatan polimer, sehingga disebut PE berkerapatan rendah yang biasa digunakan untuk barang-barang umum seperti tas plastik dan material-material serupa lainnya yang fleksibel dan berkekuatan rendah. Di tahun 1999, LDPE digunakan sebagai botol plastik di seluruh Amerika hanya 1% saja. Walaupun tidak banyak, plastik ini sangat mempengaruhi kehidupan kita. Plastik LDPE banyak digunakan sebagai kantong plastik dan pembungkus makanan.sedangkan HDPE adalah plastik Poli Etilena yang berkerapatan tinggi yang umumnya dimanfaatkan sebagai drum, pipa air, atau botol. Plastik HDPE memiliki cabang yang sangat sedikit di sepanjang rantai-rantai hidrokarbon, kristalinisasinya sebesar 95% atau lebih. Pengemasan cabang yang lebih baik ini berarti bahwa gaya tarik Van der Waals antara rantai-rantai lebih besar sehingga plastik lebih kuat dan memiliki titik lebur yang lebih tinggi. Kepadatannya juga lebih tinggi karena pengemasan yang lebih baik dan jumlah ruang yang tidak terpakai dalam struktur lebih kecil. Plastik Linear Low Density Polyethilene (LLDPE) mempunyai densitas yang sama dengan plastik Low Density Polyethilene (LDPE) namun dengan jumlah cabang polimer yang lebih sedikit. Ciri-ciri yang dimiliki oleh plastik LLDPE adalah mempunyai penampakan yang jernih dan kemampuan heat sealing yang lebih baik dibandingkan plastik LDPE serta mempunyai sifat kaku yang sama dengan plastik HDPE (Strong, 2000). Kantong Plastik Belanja Konvensional dan Lingkungan Menurut data Kementerian Perindustrian (2012), industri plastik hilir membutuhkan 1.2 juta ton PP dan 1.1 juta ton PE per tahun. Namun industri hulu hanya bisa memproduksi bahan baku ton PP dan sekitar ton PE per tahun. Kinerja Industri plastik hilir dalam negeri sepanjang tahun 2011 kurang beroperasi optimal, karena pasokan bahan baku yang terbatas

32 14 sehingga hanya mampu memasok sekitar 50% dari kebutuhan industri plastik. Kantong plastik belanja yang selama ini dipakai umumnya jenis kantong plastik konvensional, yang dibuat dengan menggunakan bahan baku utama PE atau PP. Kantong plastik ini mempunyai kelebihan dalam berbagai hal seperti ringan, mudah dibentuk, tidak berkarat karena kelembaban, mampu dipakai membawa berbagai jenis barang belanjaan, dan sangat mudah diperoleh terutama di area perbelanjaan, bahkan di beberapa negara masih diberikan secara cuma-cuma untuk menarik konsumen.namun ternyata daur hidup kantong-kantong plastik tersebut berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan limbah plastik konvensional ini dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan. Penyebabnya yaitu sifat plastik yang tidak dapat diuraikan atau hancur di dalam tanah atau didegradasi oleh mikroba yang ada dalam tanah. Fakta yang Berkaitan dengan Sampah Kantong Plastik dan Lingkungan (1) Sampah kantong plastik yang dibuang secara fisik dapat mengganggu jalur air yang terserap ke dalam tanah. Kesuburan tanah akan menurun, karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang gerak mikroorganisme bawah tanah yang mampu menyuburkan tanah. Pembuangan sampah plastik di sungai-sungai akan mengakibatkan pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran sungai yang menyebabkan banjir. (2) Secara fisik, berat kantong plastik sangat ringan sehingga mudah diterbangkan angin ketempat yang jauh dan menjadi limbah ditempat yang berbeda. Sekitar 80% sampah dilautan berasal dari daratan, dan hampir 90% nya adalah sampah kantong plastik. Dalam bulan Juni 2006 program lingkungan PBB memperkirakan dalam setiap mil persegi perairan di laut terdapat sampah plastik mengambang di lautan. (3) Fakta tentang bahan pembuat plastik yang tidak dapat terurai meskipun dimakan oleh mikroorganisme yang ada dalam tanah, ataupun oleh tanaman bahkan akan menjadi racun/toksin berantai sesuai urutan rantai makanan. Toksin yang keluar dari partikel plastik yang masuk ke tanah dapat membunuh mikroba pengurai di dalam tanah seperti cacing dan sejenisnya. Kantong plastik ini sulit diurai dalam tanah hingga membutuhkan waktu antara 100 hingga 1000 tahun. (4) Fakta bahwa kantong plastik dapat membunuhhewan-hewan yang terjerat dalam tumpukan plastik. Banyak artikel dan hasil penelitian yang telah mempublikasikan kenyataan ini dan selalu menjadi topik pembicaraan yang menarik dikalangan masyarakat. Hewan-hewan laut seperti lumba-lumba,penyu laut, dan anjing laut menganggap kantong-kantong plastik tersebut makanan dan akhirnya mati karena tidak dapat mencernanya. Ketika hewan-hewan ini mati, kantong plastik yang berada di dalam tubuhnya tetap tidak hancur. Kantong plastik sisa telah banyak ditemukan di kerongkongan anak elang laut di Pulau Midway, Lautan Pacific. Setiap tahun, plastik membunuh hingga burung laut, mamalia laut dan ikan-ikan yang tak terhitung jumlahnya. (5) Untuk menanggulangi sampah plastik, beberapa pihak mencoba untuk membakarnya. Tetapi proses pembakaran plastik umumnya menghasilkan senyawa dioksin di udara, karena secara umum pada semua proses pembakaran senyawa yang mengandung Chlor dan Carbon pada suhu C, akan terbentuk senyawa dioksin. Bila manusia menghirup dioksin, maka akan rentan

33 15 terhadap berbagai penyakit di antaranya kanker, gangguan sistem syaraf, hepatitis, dan berbagai penyakit lainnya. Tabel 5 Strategi Penanganan Sampah Plastik di Beberapa Negara Negara Strategi Penanganan Sampah Kantong Plastik China Melarang supermarket dan toko menggunakan kantong plastik sebagai kemasan Singapura Menetapkan hari-hari tertentu sebagai bring your own bag day, bagi yang tidak membawanya akan dikenai denda Australia Friends of the Earth, toko menjual produk dalam bentuk curah dan pelanggan diharuskan membawa kantung belanjaan sendiri Jepang UU tahun 1997 tentang Pengumpulan Sampah Terpilah dan Daur Ulang Kaleng dan Kemasan, melakukan pemilahan sampah mulai dari tingkat rumah tangga, daur ulang plastik dilakukan secara terpusat, adanya buku panduan Kairo Sistem pengumpulan dan daur-ulang sampah yang mampu memanfaatkan 85% sampah yang terkumpul dan mempekerjakan 40,000 orang Kanada Kotak biru, tempat sampah khusus untuk bahan yang dapat didaur ulang Sumber: Sugianto (2008), Anonim (2008), Ginting (2006) Proses Pembuatan Kantong Plastik Belanja Konvensional Bahan Baku Pemakaian jenis dan jumlah bahan baku ditentukan berdasarkan spesifikasi produk yang akan diproduksi. Produsen membuat barang contoh yang diminta sesuai dengan keinginan pihak pemesan. Setelah disetujui dan diketahui karakteristik plastik yang akan digunakan, proses pembuatan mulai dilakukan. Material bahan baku berbentuk pelletpolyethylene atau polypropylene, yang merupakan jenis thermoplasticdan memiliki karakteristik yang bervariasi. Polyethylene biasanya lunak pada temperatur C C, dan mencair pada suhu C C. Pada suhu yang rendah, dapat digunakan sampai C. Proses Pewarnaan Pada saat proses pewarnaan, bahan baku biji plastik dibawa ke mesin mixer untuk diberi campuran warna sesuai pesanan konsumen. Pemasukan Bahan Baku ke dalam Hopper Bahan baku yang telah selesai diberi campuran warna pada mixer, dimasukan kedalam hopper, kemudian siap untuk dilakukan proses pencetakan dengan menggunakan mesin injection moulding. Kapasitas hopper umumnya sekitar 20 kg - 50 kg. Hopper merupakan corong masuk bahan baku biji plastik yang terdapat pada bagian atas mesin injection moulding.

34 16 Injeksi Bahan baku yang masuk ke dalam hopper kemudian diteruskan ke dalam Reciprocating screw dan akan meleleh dengan cepat saat mencapai bagian kompresi dari screw, kemudian akan diinjeksikan ke dalam moulding dengan screw yang berputar untuk proses pencetakan. Bahan baku yang meleleh diinjeksikan kedalam cetakan melalui nozzle, proses injeksi membutuhkan waktu 7 20 detik untuk memenuhi ruang cetakan yang tergantung besarnya cetakan. Holding Time Holding time dilakukan setelah proses injeksi. Extruder akan berhenti sejenak, saat pemberhentian extruder ini dinamakan proses holding time. Proses holding time bertujuan untuk mencegah kembalinya material yang berbentuk lelehan ke dalam extruder akibat pembalikan arah.proses holding ini merupakan penahan waktu agar plastized yang ada dalam cetakan dapat segera dingin karena cetakan yang berpendingin air. Ejeksi (pengeluaran dari cetakan) Setelah holding time, cetakan akan membuka secara otomatis, lalu produk yang terdapat pada cetakan akan dikeluarkan oleh ejector pin secara otomatis. Quality Control Produk yang dikeluarkan dari cetakan memerlukan suatu proses pengontrolan kualitas oleh operator, agar produk yang mengalami cacat atau tidak diinginkan segera dipisahkan dari produk yang baik. Produk yang mempunyai kualitas baik akan diteruskan ke bagian perakitan, sedangkan yang tidak baik akan dihancurkan kembali atau didaur ulang oleh mesin crusher. Crusher machine Barang jadi yang tidak lolos pengontrolan kualitas akan segera di bawa ke ruang penghancur untuk dihancurkan menjadi serpihan-serpihan kecil. Selanjutnya serpihan-serpihan tersebut akan di bawa langsung ke mesin mixer untuk dilakukan pewarnaan ulang dan hasilnya dapat dipakai sebagai bahan baku. Packing Produk yang lolos dari pengontrolan kualitas barang jadi tersebut akan langsung dibawa ke ruang pengepakan. Di tempat ini akan produk akan disusun dengan dengan baik agar tidak rusak selama proses pengiriman. Kantong Plastik Ramah Lingkungan Kantong Plastik Oxodegradable Plastik Oxodegradable dikategorikan plastik ramah lingkungan karenapada proses pembuatannya dilakukan dengan cara menambahkan sebanyak 1-3 % additive prodegradant kepada plastik poliolefin konvensional PE yang akan mempercepat proses oksidasi polimer dengan pengaruh utama panas dan sinar ultraviolet untuk mempercepat degradasi. Additive prodegradant mempunyai berat molekul kecil,bersifat aktif, dan berfungsi untuk memecah rantai polimer PE. Additive ini hanya memicu pemecahan lembaran plastik secara

35 fisik setelah kontak dengan air dan sinar matahari menjadi partikel-partikel kecil yang bisa dikonsumsi oleh mikroorganisme. Kecepatan degradasi plastik jenis ini sangat tergantung pada kondisi tanah dan lingkungan, seperti suhu, kelembaban dan intensitas penyinaran ultra violet dan material dari plastik tersebut, seperti jenis resin, dan ketebalannya. Pakar lingkungan yang kontra terhadap plastik jenis oxodegradable ini mempermasalahkan apakah mikroorganisme bisa mencerna lebih lanjut partikel-partikel kecil plastik tersebut, sehingga tidak diharapkan hasil akhirnya adalah campuran biomasa dan residu plastik. Namun dari beberapa penelitian mikrobiologi yang dipublikasi oleh PT Tirta Marta sebagai salah satu produsen kantong plastik jenis oxodegradable (uji mikrobiologi dilakukan di Laboratorium BPPT), hasilnya adalah mikroba dalam cawan petri bertambah banyak jumlahnya dengan adanya partikel-partikel kecil plastik tersebut, dibandingkan dengan cawan petri yang berisi potongan kantong plastik konvensional (Sugianto, 2012). Di Indonesia ada beberapa perusahaan yang memproduksi dan mendistribusi resin plastik dan oxodegradable plastic packaging, diantaranya: 1) PT Tirta Marta di Cikupa, Tangerang- Propinsi Banten adalah perusahaan industri plastik kemasan lokal yang memproduksi berbagai jenis resin oxodegradable dengan brand Oxium. 2) PT Chandra Asri Petrochemical Tbk di Propinsi Banten. Produk yang dihasilkan bernama Asren HDPE degradable juga sudah memproduksi kantong plastik belanja jenis oxodegradable. 3) PT Agra Karya Prima Industry yang merupakan perusahaan mitra PT Merindo yang diberikan lisensi oleh EPI (Environmental Product Inc.) Canada untuk mendistribusikan resin oxo-biodegradable PE film, dan memproduksi kantong plastik belanja atau dikenal sebagai kantong kresek yg dipakai hotel-hotel, bank, perusahaan dan ritel seperti Ranch Market, Carrefour, Ace Hardware dan lainnya. EPI adalah perusahaan pelopor di dunia untuk teknologi oxo-biodegradable dan memiliki pengalaman, pengetahuan teknis untuk merancang sistem aditif untuk polietilen, polipropilen dan polistiren agar dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan pelayanan dan kinerja degradasi.tdpa (Total Degradable Plastic Additive) seperti yang dimiliki oleh pabrik resin EPI, ketika ditambahkan ke dalam resin PE, PP dan PS, menyebabkan plastik lebih mudah hancur dalam waktu tertentu (terkendali). Degradasi ini dipicu oleh paparan sinar ultraviolet (sinar matahari), suhu yang tinggi atau stres mekanik. Setelah awal proses degradasi, produk yang dibuat dengan polietilen seperti kantong plastik belanja yang hancur, juga akan dapat dikonsumsi oleh mikroba dalam tanah (termasuk biodegradable). Dosis penambahan TDPA sangat penting dalam merancang umur simpan dan memungkinkan produk ini untuk didaur ulang dengan aman di sungai dengan menunjukkan tanda-tanda visual dari degradasi - kerapuhan atau disintegrasi. Menurut EPI, proses keseluruhan dari polimer menjadi karbon dioksida, air dan biomassa disebut okso-biodegradasi. Kantong plastik PE dengan tebal cm diberi aditif prodegradant 2% akan terdegradasi dalam waktu 3 bulan, jika dibiarkan terbuka di lingkungan udara terbuka di Thailand dan sebuah wadah plastik dengan tebal 0.15 cm atau dalam bentuk lembaran PP akan menurunkan waktu degradasi menjadi waktu 3-6 bulan. Plastik jenis oxodegradable tidak dapat terdegradasi dengan cepat namun waktu degradasinya dapat dikendalikan (Morawietz, 2006). 17

36 18 Kantong Plastik Biodegradable Berdasarkan formulasi bahan baku yang dipakai, plastik biodegradable dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dengan bahan baku petrokimia menggunakan sumberdaya alam yang tidak terbarukan (non-renewable resources), dan kelompok dengan bahan baku produk tanaman seperti pati dan selulosayang menggunakan sumber daya alam terbarukan (renewable resources) yg mudah dicerna oleh mikroorganisme (bakteri dan jamur), sehingga disebut juga biodegradable atau compostable, karena jika dicerna oleh mikroba kantong plastik belanja tersebut berubah menjadi kompos/biomasa. Pengomposan yang sempurna sampai ke tahap mineralisasi akan menghasilkan karbon dioksida dan air (Pranamuda,2001). Biodegradable didefinisikan sebagai bahan yang bisa didekomposisi menjadi karbon dioksida, metana, air, komponen anorganik atau biomassa melalui mekanisme enzimatis mikroorganisme, yang bisa diuji dengan pengujian standar dalam periode waktu tertentu (Latief, 2001). Biodegradable merupakan salah satu mekanisme degradasi material, selain compostable, hydrobiodegradable, photobiodegradable, bioerodable (Nolan-ITU, 2002). Plastik Biodegradable dapat pula diartikan sebagai suatu material polimer yang berubah menjadi senyawa dengan berat molekul rendah dimana paling sedikit satu atau beberapa tahap degradasinya melalui metabolisme organisme secara alami (Latief, 2001). Polimer-polimer yang mampu terdegradasi harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu mengandung salah satu dari jenis ikatan asetal, amida, atau ester, memiliki berat molekul dan kristalinitas rendah, serta memiliki hidrofilitas yang tinggi (Pila, 2011). Persyaratan ini tidak sesuai dengan spesifikasi teknis plastik yang diinginkan dan dibutuhkan pasar, sehingga perlu adanya pengoptimalan pengaruh berat molekul, kristalinitas dan hidrofilitas terhadap biodegradabilitas dan sifat mekanik. Plastik biodegradable dapat dihasilkan melalui tiga cara yaitu: - Biosintesis, seperti pada pati dan selulosa - Bioteknologi, seperti pada polyhydroxyl fatty acid - Proses sintesis kimia seperti pada pembuatan poliamida, poliester dan polivinil alkohol Plastik Biodegradable yang didapat langsung dari sintesis alam memiliki keunggulan ketersediaan dalam jumlah besar dan murah, namun memiliki kelemahan dalam hal penyerapan air yang tinggi dan tidak dapat dilelehkan tanpa bantuan bahan aditif (Budiman, 2003). Kelompok biopolimer yang menjadi bahan dasar dalam pembuatan plastik biodegradable, yaitu: 1. Campuran biopolimer dengan polimer sintetis. Bahan ini memiliki nilai biodegradabilitas yang rendah dan biofragmentasi sangat terbatas. 2. Poliester. Biopolimer ini dihasilkan secara bioteknologi atau fermentasi dengan mikroba genus Alcaligenes dan dapat terdegradasi secara penuh oleh bakteri, jamur, dan alga. 3. Polimer pertanian. Polimer pertanian diantaranya, cellophan, seluloasetat, kitin, pullulan (Latief 2001). Jenis plastik biodegradable lain yang banyak diteliti adalah plastik campuran dari bahan non-biodegradable dengan bahan biodegradable, misalnya polietilena dicampurkan dengan pati. Pencampuran tersebut merupakan salah satu alternatif yang mungkin untuk diterapkan walaupun tidak terdegradasi sempurna.

37 19 Plastik Biodegradable yang berbasiskan pati dapat dibuat dengan cara sebagi berikut (Tokiwa et al, 2009) yaitu: (1) Mencampur pati dengan plastik konvensional (PE atau PP) dalam jumlah kecil (10-20%) (2) Mencampur pati dengan turunan hasil samping minyak bumi, seperti PCL,dalam komposisi yang sama (50%) (3) Menggunakan proses ekstrusi untuk mencampur pati dengan bahan seperti protein kedelai, gliserol, lignin sebagai plasticizer (Flieger et al. 2003) Gambar 2 Jenis Plastik Biodegradable (Sumber: Tokiwa et al.,2009) Potensi penggunaan pati sebagai plastik biodegradable berkisar 80-95% dari pasar plastik biodegradable yang ada (Vilpoux dan Averous, 2006). Sumber pati yang banyak digunakan antara lain jagung, ubi kayu atau singkong, gandum, beras dan kentang. Jika dikaitkan dengan sumber daya lokal, khususnya sumber daya alam penghasil pati yang ada di Indonesia, maka peluang dan potensi yang bisa dikembangkan akan semakin luas mengingat masih banyak sumber patipatianyang masih belum dimanfaatkan dengan maksimal, apalagi ketersediaan pati dari biji-bijian yang selama ini dianggap sebagai limbah. Pati sering digunakan dalam industri pangan sebagai biodegradable film untuk menggantikan polimer plastik karena beberapa faktor seperti faktor ekonomis, dapat diperbaharui, dan memberikan karakteristik fisik yang baik (Bourtoom, 2007). Menurut Stevens (2001), plastik biodegradable disebut juga bioplastik, yaitu plastik yang seluruh atau hampir seluruh komponennya berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui. Plastik biodegradable mengandung satu atau lebih biopolimer sebagai ingridien yang esensial. Plastik jenis ini merupakan bahan plastik yang ramah terhadap lingkungan karena sifatnya yang dapat kembali ke alam. Istilah bioplastik ditujukan untuk bahan kemasan yang berasal dari polimer yang biodegradabel dan bisa diuji biodegradabilitasnya berdasarkan standar yang berlaku seperti ASTM D (Vink et al., 2003). Di Indonesia ada beberapa perusahaan yang memproduksi resin plastik dan biodegradable plastic packaging, diantaranya: 1) PT Tirta Marta di Cikupa, Tangerang- Propinsi Banten adalah industri plastik kemasan lokal yang memproduksi jenis resin biodegradable dengan brand Ecoplas, dan sekaligus memproduksi kantong plastik belanja untuk dipasok ke berbagai perusahaan seperti kemasan plastik belanja produk Martha Tilaar. Namun kendala harga yang membuat plastik biodegradable ini akhirnya diekspor untuk memenuhi pesanan ritel atau perusahaan di luar negeri. Di Indonesia masih sulit mendapatkan kantong plastik belanja yang benar-benar biodegradable.

38 20 2) PT Inter Aneka Lestari Kimia di Cikupa, Tangerang - Propinsi Banten adalah perusahaan yang membuat kantong plastik dan kantong sampah biodegradable dengan brand name Enviplast. Plastik alternatif enviplast terbuat dari bahan baku yang tersedia terus menerus di alam dan dapat diperbaharui, yaitu pati dari tapioka, jagung, dan turunan minyak nabati antara lain kelapa sawit. Enviplast merupakan polimer biodegradable, yang dapat terurai di alam dengan bantuan mikroorganisme dan air menjadi karbon dioksida, air dan biomasa. Enviplast juga termasuk kelompok bahan compostable, yaitu dapat menjadi kompos di dalam tanah karena enviplast yang terurai di dalam tanah, akan menambah kemampuan tanah untuk mengikat air, sehingga meningkatkan daya serap air dari tanah. Selain oleh mikroorganisme, enviplast juga dapat dimakan oleh binatang seperti serangga, siput, serta hewan kecil lainnya, baik di darat maupun di air, tanpa menimbulkan akibat buruk seperti efek racun atau bahaya lainnya. Enviplast digolongkan sangat ramah lingkungan, yang bisa ditunjukkan bila enviplast ada di dalam air akan melunak dan tenggelam, sehingga memudahkan terdegradasi dan dimakan oleh mikro/makro organisme, serta tidak menyumbat saluran pembuangan air. Enviplast juga tidak menghasilkan gas kimia berbahaya atau residu lelehan bila dibakar. Plastik kemasan enviplast memang belum banyak digunakan oleh peritel atau pertokoan bahkan di pasar tradisional, karena terkendala oleh harga pati singkong, dan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Saat ini harganya hampir dua kali lipat dari plastik konvensional. Kelemahannya, selain harga jual yang dibebankan kepada konsumen bisa mencapai Rp 3000 per lembar kantong plastik belanja, enviplast juga akan meleleh jika terkena panas di atas 80 0 C. Untuk industri plastik hilir, kemasan ramah lingkungan memang telah menjadi suatu yang model, namun tidak semuanya menggunakan bahan baku dari tumbuhan yang dapat membuat sampah kantong plastik tersebut terurai dalam waktu 3-6 bulan, karena terkendala harga bahan baku. Beberapa pelaku industri tetap menggunakan bahan baku berbasis minyak bumi (konvensional) yang diberi campuran additive agar bisa didegradasi lebih cepat dalam waktu 2 tahun. Pati (Starch) Pati merupakan karbohidrat yang tersebar dalam tanaman terutama tanaman berklorofil, terdapat pada biji, batang dan bagian umbi tanaman yang merupakan cadangan makanan untuk masa pertumbuhan dan pertunasannya. Banyaknya kandungan pati pada tanaman tergantung asal pati, misalnya pati yang berasal dari biji beras mengandung pati 50-60%. Pati telah lama digunakan baik sebagai bahan makanan maupun non-food seperti perekat, dalam industri tekstil, polimer atau sebagai bahan tambahan dalam sediaan farmasi (Grag, 2006). Pati adalah suatu polisakarida yang mengandung amilosa, suatu cabang polimer linier dan amilopektin, polimer dengan banyak cabang (Mali, 2005). Pati bila dipanaskan dalam air, akan terbentuk larutan koloid hingga berat molekulnya tidak dapat ditentukan secara teliti, meskipun demikian berat molekulnya sangat besar. Amilosa merupakan bagian yang larut dalam air (10-20%) yang mempunyai berat molekul Amilopektin merupakan bagian yang tidak larut dalam air (80-90%) dengan berat molekul antara

39 21 Keduanya mempunyai rumus empiris (C 6 H 10 O 5 )n. Baik amilosa maupun amilopektin, bila terhidrolisis menunjukkan adanya sifat-sifat karbonil. Struktur amilosa merupakan struktur lurus dengan ikatan α-(1,4)-d-glukosa. Amilopektin terdiri dari struktur bercabang dengan ikatan α-(1,6)-d-glukosa dan titik percabanganamilopektin merupakan ikatan α-(1,6). Dalam amilosa satuan-satuan gula dihubungkan dengan ikatan 1,4, sedangkan dalam amilopektin ikatannya pada 1,6 atau dengan kata lain atom C1 dari satu gula dihubungkan dengn atom C6 dari satuan gula berikutnya (Hornback, 2006). Struktur kimia Amilosa dan Amilopektin dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 3 Struktur Kimia Amilosa (Sumber: Ann-Charlott, 2004) Gambar 4 Struktur Kimia Amilopektin (Sumber: Ann-Charlott, 2004) Ubi-ubian, serealia, dan biji polong-polongan merupakan sumber pati yang paling penting. Ubi-ubian yang sering dijadikan sumber pati antara lain ubi jalar, kentang, dan singkong (Liu, 2005 dalam Cui, 2005). Pati singkong sering digunakan sebagai bahan tambahan dalam industri makanan dan industri yang berbasis pati karena kandungan patinya yang cukup tinggi (Niba, 2006 dalam Hui, 2006). Menurut Biro Pusat Statistik (2009), produksi tanaman singkong di Indonesia tahun 2008 sebesar ton. Melihat kandungan pati pada singkong 90%, maka pada tahun 2008 dapat dihasilkan ,9 ton pati singkong. Produksi pati yang tinggi, penanamannya yang mudah, dan tanaman mudah diperoleh di Indonesia menjadikan singkong potensial dijadikan sebagai bahan dasar plastik biodegradable. Kandungan pati pada beberapa bahan pangan disajikan pada tabel berikut.

40 22 Tabel 6 Kandungan Pati pada Beberapa Bahan Pangan Bahan Pangan Pati (% basis kering) 1 Biji sorghum 67 2 Beras 89 3 Singkong 90 4 Ubi jalar 90 5 Kentang 75 6 Jagung 57 7 Biji gandum 67 Sumber: Liu (2005) dalam Cui (2005) Sumber Pati Singkong merupakan tanaman perdu yang berasal dari Amerika Selatan dengan lembah sungai Amazon sebagai tempat penyebarannya (Odigboh, 1983 dalam Chan 1983). Pohon singkong dapat tumbuh hingga 1-4 meter dengan daun besar yang menjari dengan 5 hingga 9 belahan lembar daun. Batangnya memiliki pola percabangan yang khas, yang keragamannya tergantungpada kultivar (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995). Gambar pohon singkong, akar umbi dan bentuk granula pati singkong dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 5 Umbi singkong Gambar 6 Granula Pati Singkong Sumber: Grahito, 2007 Sumber: Niba, 2006 dalam Hui, 2006 Proses pembuatan pati tapioka secara tradisional terdiri dari tiga tahap yang dilakukan secara terpisah. Tahap pertama adalah proses pemarutan ubi kayu yang sudah dikupas kulitnya, sedangkan tahap kedua dan ketiga adalah proses pemerasan dan penyaringan parutan ubu kayu yang sudah dicampur air, untuk mendapatkan pati tapioka. Pemarutan yang menghasilkan pati tapioka bertujuan untuk memecahkan dinding sel pada ubi kayu agar butir tepung /pati yang terdapat di dalam ubi kayu tersebut dapat diambil. Setelah proses pemarutan dilakukan, hasil parutan dicampur dengan air kemudian diperas dan disaring. Selanjutnya campuran pati dan air ini diendapkan. kemudian dijemur hingga kering (Soegihardjo, 2005). Pati merupakan biopolimer karbohidrat yang dapat terdegradasi secara mudah di alam dan bersifat dapat diperbarui. Untuk meningkatkan karakteristik, biasanya pati dicampur biopolimer yang bersifat hidrofobik atau bahan tahan air. Biji durian (Durio zibethinus Murr.) banyak mengandung lemak, protein, dan karbohidrat terutama pati (Sumarlin, 2011). Pati dapat ditemukan pada

41 23 seluruh bagian tanaman (daun, batang, akar, umbi, dan biji). Pati dapat dimanfaatkan secara luas dalam produk pangan, misalnya sebagai bahan pengikat air atau pegental dan pembentuk tekstur dalam pembuatan biskuit dan roti (Nielsen, 2003). Pati memiliki sifat yang berbeda-beda dipengaruhi oleh jenis tanaman sumber pati, bentuk dan ukuran granula pati, kandungan amilosa dan amilopektin. Untuk mendapatkan karakteristik pati yang diinginkan, maka dapat dilakukan modifikasi pati dengan tujuan untuk mendapatkan sifat pati yang spesifik. Pati termodifikasi dapat digunakan dalam produk pangan atau industri untuk memperbaiki viskositas, stabilitas, tekstur, penampakan, dan emulsifikasi (Jannsen, 2009). Berpikir Sistem (System Thinking) Berpikir sistemik merupakan kesadaran untuk mengapresiasi dan memikirkan kejadian sebagai sebuah sistem atau sistem approach. Sistem adalah suatu gugus dari elemen yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau suatu gugus dari tujuan-tujuan (Eriyatno, 2007). Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisa organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisa. Metode ini merupakan salah satu cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif (Marimin,2009). Pengkajian dalam pendekatan sistem seyogyanya memenuhi tiga karakteristik, yaitu: (1) kompleks, dimana interaksi antar elemen cukup rumit; (2) dinamis, dalam arti faktor yang terlibat ada yang berubah menurut waktu dan ada pendugaan ke masa depan; dan (3) probabilistik, yaitu diperlukannya fungsi peluang dalam inferensi kesimpulan maupun rekomendasi (Eriyatno, 2007). Dalam pelaksanaan metode pendekatan sistem diperlukan tahapan kerja yang sistematis. Menurut Marimin metodologi sistem pada prinsipnya melalui enam tahap analisis sebelum tahap sintesa (rekayasa), meliputi: (1) analisa kebutuha, (2) identifikasi sistem, (3) formulasi permasalahan, (4) pembentukan alternatif sistem, (5) determinasi dan realisasi fisik, social dan politik, (6) penentuan kelayakan ekonomi dan keuangan (finansial). Pendekatan sistem memiliki dua hal umum sebagai tandanya, yaitu (1) dalam semua faktor penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah; dan (2) dibuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional (Marimin, 2010). Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang penting dan tepat. Penemuan peubah tersebut sangat erat hubungannya dengan pengkajian hubungan-hubungan yang terdapat diantara peubah-peubah. Teknik kuantitatif dan simulasi digunakan untuk mengkaji keterkaitan antar peubah dalam sebuah model. Sistem yang diberi abstrak dan deskripsi yang disederhanakan memudahkan penggunaan model untuk menentukan usaha-usaha penelitian atau menguraikan garis besar suatu masalah untuk pengkajian yang lebih mendetail (Marimin, 2009). Metodologi yang digunakan dalam pendekatan sistem bisa berupa hard sistems thinking (HST), maupun soft sistem methodology (SSM). Pendekatan hard sistem memiliki asumsi bahwa: (1) masalah yang dimiliki sistem terdefinisi

42 24 dengan baik, (2) memiliki solusi optimum tunggal, (3) pendekatan sains untuk pemecahan masalah akan bekerja dengan baik, (4) didominasi faktor teknis. Dalam pendekatan hard sistem teknik dan prosedur kaku untuk menghasilkan data dan pengolahan masalah yang terdefinisi dengan baik, difokuskan pada implementasi komputer. Sementara SSM merupakan sebuah pendekatan untuk pemodelan proses pengorganisasian dan hal itu dapat digunakan baik untuk pemecahan masalah umum maupun dalam manajemen perubahan. SSM lebih mengarah pada model konseptual (normatif) yang bisa menghasilkan perencanaan dan strategi (Marimin, 2009). METODA MULAI Pendekatan Sistem Pemilihan Produk Alternatif Analasis Kebutuhan Formulasi AHP Gambar 7 Model Pendekatan Sistem (Sumber; Marimin, 2009) Pengertian AHP (Analitycal Hierarchy Process) AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multilevel dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, masalah yang kompleks dapat diurai ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan berikut : 1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. Tahapan AHP Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Masalah didefinisikan dan ditentukan solusi yang diinginkan. Dalam tahap ini masalah yang akan dipecahkan agar ditentukan secara jelas, detail dan mudah

43 25 dipahami. Dari masalah tersebut coba tentukan solusi yang mungkin cocok dan dapat berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut dikembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya. 2. Struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama harus dibuat. Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang diberikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan). 3. Matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya harus dibuat. Matriks bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgement dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. 4. Perbandingan berpasangan didefinisikan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty sebagai berikut dalam ujud Intensitas Kepentingan. 1 = Kedua elemen sama pentingnya, mempunyai pengaruh yang sama besar 3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yanga lainnya, pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya 5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya 7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya, Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek. 9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya,bukti yang mendukung memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan 2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan, nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2 pilihan. 5. Nilai eigen dihitung dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi. 6. Langkah 3, 4, dan 5 diulang untuk seluruh tingkat hirarki. 7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen

44 26 pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata. 8. Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat indeks konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 %. Nilai dan definisi kualitatif skala perbandingan Saaty dilihat pada Tabel berikut. Tabel 7 Skala Perbandingan Saaty Nilai Keterangan 1 Kriteria/Alternatif A sama penting dengan kriteria/alternatif B 3 A sedikit lebih penting dari B 5 A jelas lebih penting dari B 7 A sangat jelas lebih penting dari B 9 Mutlak lebih penting dari B 2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan (Sumber: Saaty, 1993) 3.METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 7 (tujuh) bulan, mulai bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Pebruari 2013 di daerah Karawaci - Tangerang, Propinsi Banten. Contoh uji yang berupa kantong plastik belanja diperoleh dari peritelperitel yang ada di pasaran di daerah Karawaci dan sekitarnya, bahkan dengan adanya sistem waralaba, maka peritel yang ada di Karawaci juga sama dengan peritel yang ada di seluruh Indonesia. Sampel yang diambil di daerah ini juga merepresentasikan sampel kantong plastik belanja yang umumnya digunakan oleh masyarakat di seluruh Indonesia. Sebagai data pembanding, maka diambil sampel kantong plastik belanja di beberapa supermarket di luar negeri. Penentuan dan penetapan wilayah kecamatan Karawaci sebagai lokasi sampling penelitian dengan pertimbangan bahwa Karawaci sudah merupakan suatu area pusat yang menopang kegiatan masyarakat modern dan tradisional di daerah ini. Karawaci adalah salah satu kecamatan di Kota Tangerang, Provinsi Banten dengan luas km², dan memiliki 16 desa/kelurahan. Jumlah penduduk jiwa (2001) dan kepadatan penduduknya jiwa/km² (Badan Pusat Statistik, 2011)

45 27 Gambar 8 Peta Pusat Layanan Kegiatan Perdagangan dan Jasa Karawaci (Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011) Beberapa pertimbangan pemilihan lokasi wilayah administrasi kecamatan Karawaci sebagai lokasi penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Wilayah kecamatan Karawaci merupakan daerah yang belum lama berkembang jika dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya di wilayah Tangerang. Sejak tahun 1993 saat didirikannya sekolah-sekolah dan rumah sakit serta hotel bertaraf internasional, maka daerah Karawaci mulai ramai dihuni masyarakat dan mempunyai tingkat pertumbuhan penduduk yang besar. Layaknya pendukung sebuah kota yang baru kerkembang, maka sarana lainnya seperti pusat perbelanjaan, restoran, toko swalayan dan perumahan meramaikan daerah ini. 2. Kecamatan dengan kecenderungan perkembangan infrastruktur yang semakin pesat selalu dapat menggeser dan merubah pola pikir dan pola hidup masyarakatnya, menjadi relatif konsumtif dan suka berbelanja. 3. Kecamatan Karawaci terletak dalam satuan wilayah pemukiman dengan beberapa ritel dan mal besar seperti Hypermart, Giant, Carrefour, Foodmart, Gramedia dan masih banyak lagi usaha-usaha yang selalu menyediakan kantong plastik belanja ( termasuk usaha londri dalam membungkus setiap helai pakaian). 4. Hampir semua toko dan ritel serta pasar modern merupakan representasi dari usaha sejenis yang berlokasi di Jakarta atau di daerah lainnya di Indonesia, karena adanya sistem waralaba yang diterapkan dalam semua usaha-usaha tersebut. Semuanya kegiatan ini memerlukan sarana kantong belanja untuk membawa barang-barangnya.

46 28 Jenis dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui survei lapang dan wawancara di lokasi penelitian terhadap jenis kantong belanja dan kantong plastik belanja yang berlabel ramah lingkungan. Sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran pustaka terkait di berbagai instansi, serta dari berbagai data uji dan analisis laboratorium yang dilakukan. Laboratorium yang dipakai sebagai tempat menganalisis adalah: - Laboratorium Kimia Universitas Pelita Harapan, Karawaci-Tangerang - Laboratorium Sentral Teknologi Polimer Puspitek, Serpong- Tangerang - Laboratorium Teknik Kimia Institut Teknologi Indonesia, Serpong- Tangerang - Laboratorium Balai Besar Kimia dan Kemasan, Pasar Rebo-Jakarta Timur Metoda pengumpulan sampel yang dipakai adalah Purposive Sampling Method yang merupakan teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu yang didasarkan kepentingan dan tujuan tertentu (Patton, 1990). Bahan yang dipakai untuk karakterisasi kantong plastik belanja yang ada di pasaran adalah 50 (lima puluh) sampel kantong plastik belanja yang diperoleh dari beberapa lokasi pasar swalayan dan ritel, yang terdiri dari 10 (sepuluh) kantong plastik yang ada di supermarket di luar negeri seperti Italy, Singapore, China, Australia, dan Amerika dan 40 (empat puluh) kantong plastik belanja yang ada di pasaran/ ritel/ supermarket lokal untuk dilakukan pengukuran tebal dan density nya. Untuk analisis parameter lainnya, dipilih beberapa sampel yaitu kantong plastik dari Carrefour Milan-Italy (biodegradable) dengan kode B1, Hypermart (Oxium, oxodegradable) dengan kode C1. Kantong plastik konvensional dengan kode D1, Martha Tilaar (Ecoplas, biodegradable), dengan kode A1, Roti Boy (EPI, oxodegradable) dengan kode C2, Green Laundry (Ecoplas, biodegradable), dengan kode A2, Carrefour Indonesia (Oxium, oxodegradable) dengan kode C3. Untuk analisis SEM juga diambil kantong plastik yang diperoleh dari supermarket di Australia (Biodegradable dan Compostable LN), ST EPI, oxodegradable DN), FM (Oxium, oxodegradable) dan no label (konvensional). Sedangkan bahan yang digunakan untuk pembuatan bioplastik skala laboratorium adalah biji plastik LDPE kualitas komersial, biji durian varietas montong, dan pati sagu komersial merk ALINI. Bahan untuk proses analisis mikroba (total count) adalah tanah, etanol 70%, akuades, media Potato Dextrose Agar (PDA), dan media Plate Count Agar (PCA). Peralatan yang dipakai untuk uji karakteristik kantong plastik belanja yang ada di pasaran adalah Mikrometer, Neraca Analitik, Lampu UltraViolet, Oven, Peralatan Uji Tanam, Fourier Thermal Infra Red (FTIR), Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS), Scanning Electron Microscopy (SEM) dan Material Testing Machine Lloyds Instrument. Sedangkan peralatan untuk membuat bioplastik antara lain Blender, Chromameter, Oven, Neraca Analitik, Rheomix, dan alat Hot Press. Peralatan yang digunakan untuk proses analisis bioplastik antara lain Material Testing Machine Lloyds Instrument, Texture Analyzer TA.XT.Plus, Scanning Electron Microscope, Pot untuk uji tanam, Mikrometer, Termometer, dan Higrometer.

47 29 Peralatan yang digunakan untuk analisis kandungan mikroba dalam tanah adalah Laminar air flow, Autoclave, Cawan Petri, Inkubator, dan Colony Counter. Metode penelitian yang digunakan adalah pengujian secara fisik seperti panjang, lebar dan tebal serta bobot setiap sampel kantong plastik, sehingga dapat dihitung berat jenis (density) nya. Selanjutnya dilakukan uji sifat fisik mekaniknya seperti uji kuat tarik (tensile strength), kelenturan (elongation at break) terhadap sampel dan dilihat perubahan sifat mekanik tersebut setelah sampel mengalami perlakukan oksidasi dengan sinar ultra violet selama 8 minggu dan panas 80 0 C selama 2 jam (ASTM D dan ASTM D (2008)). Dilakukan juga analisis gugus fungsi dengan FTIR untuk mengetahui jenis gugus fungsi yang ada pada kantong plastik belanja, dan analisis kandungan logam (Fe, Co dan Mn) dengan AAS serta analisis morfologi dari kantong plastik menggunakan SEM. Untuk melihat perubahan fisik dan laju degradasi yang terjadi, maka dilakukan uji tanam terhadap sampel bioplastik sampai dengan 10 minggu di dalam tanah dengan melakukan pengamatan setiap 2 minggu (ASTM D (1999) dan ASTM D ). Rancangan Tahapan Penelitian Kegiatan penelitian dibagi menjadi 3 (tiga) tahap, yaitu : (1) Focus Group Discussion (FGD) dengan mengundang pakar plastik ramah lingkungan, industri plastik yang memproduksi plastik ramah lingkungan dan pejabat pemerintah sebagai regulator serta para peneliti /akademisi. FGD ini dimaksudkan untuk mendapatkan masukan dari para peserta tentang kantong plastik belanja ramah lingkungan dengan mengisi AHP (Analytical Hierarchy Process) dan datanya diolah dengan mengunakan software expert choice. Survey dalam bentuk questionnaire juga dilakukan terhadap mahasiswa/siswa SLTA dan ibu rumah tangga sebagai pengguna kantong plastik, sehingga dapat disimpulkan jenis kantong plastik ramah lingkungan apa yang sesuai untuk masyarakat Indonesia (oxodegradable, partial biodegradable, fully biodegradable, kantong kertas atau kantong kain), dengan mempertimbangkan faktor daya beli masyarakat, pelestarian lingkungan dan pelaku industri masih tetap dapat melakukan investasi untuk memproduksi kantong plastik ramah lingkungan. (2) Pengambilan sampel dilakukan terhadap berbagai kantong plastik belanja berlabel ramah lingkungan yang ada di ritel/supermarket dalam dan luar negeri, dan dikelompokan menurut jenis label yang merepresentasikan jenis industri plastik pembuatnya untuk diteliti karakteristiknya (berlogo oxium, ecoplas, EPI, enviplast). Contohnya label ramah lingkungan yang tercetak di kantong plastik belanja: Ecofriendly Fully Plastic Bag, Heal the world,make it a better green, This bag is environment friendly, degradable in 10 weeks. Gambar 9 Sampel Kantong Plastik Belanja (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

48 30 (3) Penelitian skala laboratorium dilakukan untuk novelty penelitian ini, yaitu memanfaatkan pati dari biji durian yang merupakan limbah, dan pati sagu untuk dicampur dengan biji plastik agar menjadi bioplastik yaitu plastik yang biodegradable. Survei Tentang Kantong Plastik Belanja Ramah Lingkungan Survei tentang penggunaan kantong plastik belanja juga dilakukan dalam penelitian ini terhadap kelompok masyarakat, dengan tujuan memetakan persepsi masyarakat terhadap penggunaan kantong plastik belanja dan sejauh mana pendapat tentang kantong plastik ramah lingkungan. Teknik pengumpulan data akan dilakukan secara random terhadap beberapa komunitas, seperti ibu rumah tangga dan siswa SLTA serta mahasiswa non teknik di daerah sekitar Karawaci, Tangerang dan salah satu perumahan di Bogor. Instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan berupa kuesioner yang berisi daftar pertanyaan. Responden di setiap lokasi masing-masing 30 orang secara acak dalam selang waktu antara 25 September s/d 25 Oktober Lokasi penyebaran kuesioner dan pengambilan data dilakukan di beberapa lokasi sebagi berikut: 1. Perumahan Bukit Cimanggu Villa Bogor 2. Pasar Tradisional di Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan 3. Supermal Karawaci, Tangerang 4. SMA St. Laurensia, Alam Sutera-Serpong 5 UPH College di Karawaci, Tangerang 6. Mahasiswa UPH non Teknik di Karawaci, Tangerang 4. FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) TENTANG KANTONG PLASTIK BELANJA RAMAH LINGKUNGAN YANG SESUAI UNTUK INDONESIA Focus Group Discussion (FGD) dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan masukan dari para peserta diskusi tentang model dan jenis kantong plastik belanja yang ramah lingkungan. Diskusi ini mengundang para stakeholder kantong plastik belanja, seperti pihak industri sebagai produsen kantong plastik belanja, pihak retailer yang menyalurkan kantong plastik belanja ke konsumen, pihak akademisi dan peneliti sebagai pakar plastik ramah lingkungan, pihak masyarakat sebagai pengguna kantong plastik belanja dan pemerintah sebagai regulator. Dalam FGD juga diedarkan kuesioner AHP (Analitycal Hierarchy Process) yang bertujuan untuk mendapat masukan tentang kantong plastik belanja yang seperti apa yang sesuai untuk masyarakat Indonesia (konvensional, oxodegradable, atau biodegradable). Penggunaan kantong plastik belanja ramah lingkungan di Indonesia adalah sebuah sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling terkait yaitu dalam bentuk para stakeholder. Sebagai tahap awal penelitian tentang sistem model kantong plastik belanja ramah lingkungan di Indonesia, maka dibuat klasifikasinya sebagai berikut (Marimin, 2009):

49 31 Tabel 8 Klasifikasi Sistem Model Kantong Plastik Belanja Biodegradable System Input Proses Output Analysis Biji Plastik Produksi kantong plastik belanja Synthesis Pati dari bahan nabati banyak tersedia di Indonesia Design Control -Pati dari hasil umbi-umbian dan biji-bijian -Pengurangan kantong plastik konvensional Masyarakat pengguna kantong plastik belanja Teknologi pembuatan bioplastik dengan berbagai alternatif bahan baku nabati dengan harga yang relatif murah Rancangan model proses pemanfaatan bahan yang dapat diperbaharui sebagai bahan campuran biji plastik - Industri plastik - Industri pembuatan Pati -SNI kantong plastik ramah lingkungan Kantong plastik konvensional yang menjadi sampah yang terurai dalam waktu yang sangat lama Kantong plastik ramah lingkungan Formulasi yang menghasilkan kantong plastik ramah lingkungan yang mutunya sesuai SNI dengan harga yang relatif murah -Ketersediaan kantong plastik belanja ramah lingkungan -Masyarakat teredukasi tentang dampak sampah kantong plastik terhadap lingkungan Selanjutnya dilakukan analisis kebutuhan terhadap ketersediaan kantong plastik belanja yang ramah lingkungan di Indonesia, dengan mendata identifikasi pelaku, komponen informasi dan tingkat kebutuhannya Tabel 9 Analisis Kebutuhan Kantong Plastik Belanja Biodegradable Komponen Informasi Pelaku Masyarakat Industri Ritel Pemerintah Lembaga Penelitian Ketersediaan Bahan Baku Pati - Ketersediaan Produk KPBB - Teknologi Proses KPBB - - Harga Biji Plastik Harga KPBB - Instruksi Penggunaan - Kesadaran Menggunakan *) KPBB : Kantong Plastik Belanja Biodegradable

50 32 Identifikasi sistem yang merupakan hubungan antara analisis kebutuhan dengan permasalahannya dapat digambarkan sebagai berikut: (-) Produksi KPBB (+) Jumlah penduduk (+) Sampah kantong plastik konvensional (+) Pencemaran lingkungan karena plastik yang tidak bisa terurai (+) (+) (+) Industri pati nabati (+) Polusi perairan (+) Polusi darat (+) (-) (+) Kebijakan pemerintah Kesejahteraan petani (+) (+) (+) Pelaku ritel menyediakan KPBB (+) Model penggunaan KPBB Kesadaran masyarakat (+) (+) UU & SNI (+) Gambar 10 Causal Loop Model Penggunaan Kantong Plastik Belanja Biodegradable SNI: Standar Nasional Indonesia UU: Undang Undang Interpretasi causal loop kedalam diagram input -output terhadap penggunaan kantong plastik belanja ramah lingkungan dibuat sebagai berikut: INPUT TIDAK TERKENDALI Proses produksi KPBB relatif sulit Pajak untuk bahan baku Masyarakat tidak peduli bahaya plastik terhadap lingkungan Produsen tidak menyediakan KPBB karena harga lebih mahal INPUT LINGKUNGAN Undang Undang SNI (Standar Nasional Indonesia) Kebijakan Pemerintah Kondisi Lingkungan OUTPUT YANG DIKEHENDAKI Masyarakat mengurangi jumlah pemakaian kantong plastik (Reduce) Masyarakat mau menggunakan KPBB Tersedianya KPBB di tempat perbelanjaan Pendapat masyarakat meningkat (Industri pertanian dapat diolah menjadi pati) Lingkungan lebih lestari MODEL PENGGUNAAN KANTONG PLASTIK BELANJA BIODEGRADABLE (KPBB) SEBAGAI PENGGANTI KANTONG PLASTIK KONVENSIONAL DI INDONESIA INPUT TERKENDALI Tersedianya pati sebagai campuran bahan baku pembuatan KPBB Kesadaran masyarakat Kepedulian pelaku retel dan industri Lancar produksi KPBB sehingga bisa ekspor Edukasi masyarakat lewat media massa OUTPUT YANG TIDAK DIKEHENDAKI Kelangkaaan bahan bakar pati Masyarakat menolak menggunakan KPBB karena membayar lebih Harga KPBB mahal Pelaku industri enggan memproduksi KPBB Pencemaran lingkungan MANAJEMEN PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN TERSEDIANYA KPBB DI RITEL DAN SWALAYAN Gambar 11 Diagram Input Output Penggunaan Kantong Plastik Belanja Biodegradable

51 33 Penggunaan Proses Hierarki Analitik Dalam mengorganisir informasi yang diperoleh dari hasil diskusi persoalan jenis kantong plastik belanja ramah lingkungan yang sesuai untuk masyarakat Indonesia, maka digunakan Proses Hierarki Analitik (AHP) dengan 4 level sebagai berikut: Sasaran Kriteria Aktor : Kantong Belanja Ramah Lingkungan Yang Sesuai Untuk Indonesia : (1) Ketersediaan (2) Harga (3) Minat Konsumen (4) Proses : (1) Pemerintah (2) Pelaku Industri (3) Pelaku Ritel (4) Masyarakat Alternatif: (1) Kantong Plastik Konvensional (2) Kantong Plastik Oxodegradable (3) Kantong Plastik Biodegradable Hasil kuesioner yang diisi oleh 36 responden saat FGD dan diolah dengan menggunakan expert choice software, maka level alternatif yang dipilih adalah sebagai berikut. Tabel 10 Peringkat Pilihan Jenis Kantong Plastik Hasil FGD Jenis kantong plastik belanja Pemerintah Industri Retail LSM-Peneliti-Masyarakat Total Peringkat Konvensional III Oxodegradable II Biodegradable I Total

52 34 Gambar 12 Peringkat Pilihan Jenis Kantong Plastik Focus Group Discussion dihadiri oleh 38 peserta yang terdiri dari beberapa pimpinan industri plastik yang telah memproduksi kantong plastik belanja ramah lingkungan, ataupun industri yang mengimpor biji plastik yang sudah diproses dan tergolong ramah lingkungan, wakil-wakil dari ritel, wakil dari instansi pemerintah, LSM, akademisi, dan peneliti. Peserta di dominasi oleh masyarakat pengguna kantong plastik belanja. Kuesioner yang diisi oleh responden adalah sejumlah 36 (4 wakil dari Pemerintah, 5 wakil dari Industri, 2 wakil ritel dan 25 wakil dari LSM, akademisi, peneliti dan masyarakat pengguna). Dari hasil diskusi dapat disimpulkan bahwa jenis kantong plastik belanja ramah lingkungan yang diharapkan dapat dipakai di Indonesia adalah jenis biodegradable, namun karena faktor ketersediaan yang belum memadai, maka yang banyak di pasaran adalah jenis oxodegradable (tidak tersedia jenis pilihan alternatif yang ramah lingkungan lainnya). Sedangkan dari hasil perhitungan pengolahan data kuesioner AHP, yang diolah dengan software expert choice, maka jenis kantong plastik ramah lingkungan yang dipilih pada level alternatif adalah berturut-turut kantong plastik jenis biodegradable (38.89%), oxodegradable (36.11%) dan konvensional (25%). Persentase pilihan alternatif biodegradable dan oxodegradable relatif sangat kecil perbedaannya (hanya berbeda 1 responden). Faktor penyebab pemilihan alternatif tersebut terutama adalah faktor harga dan ketersediaan. Gambar 11 berikut menjelaskan faktor level kriteria yang mempengaruhi 36 responden dalam memutuskan memilih alternatif model kantong plastik belanja ramah lingkungan, yaitu faktor harga 44.44% (16 responden), ketersediaan 30.55% (11 responden), minat menggunakan 19.44% (7 responden) dan yang mementingkan proses pembuatan kantong plastik ramah lingkungan hanya 5.57% (2 responden).

53 35 Gambar 13 Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kantong Plastik Selama ini pihak ritel dan toko-toko memberikan kantong plastik secara gratis dan tidak dibatasi jumlahnya kepada para konsumen, sehingga agak sukar mengubah pola pikir masyarakat pengguna (konsumen) untuk memulai membayar kantong plastik belanjanya. Oleh sebab itu pihak ritel cenderung memilih kantong plastik konvensional agar omzet penjualan tetap stabil, karena konsumen bisa belanja barangnya dalam jumlah yang besar. Sebaliknya pihak industri plastik selama ini mengekspor kantong plastik belanja jenis biodegradable yang diproduksinya ke berbagai manca negara, karena faktor harga menjadi kendala jika jenis biodegradable tersebut dijual kepada ritel lokal. Mahalnya pati singkong yang dipakai sebagai bahan pengisi biji plastik menyebabkan kendala faktor harga. Jadi perlu intervensi pemerintah untuk membuat regulasi bahwa kantong plastik yang dipakai di pasaran, haruslah kantong plastik yang ramah lingkungan biodegradable dengan memberikan keringanan pajak dan memberikan kebijakan fiskal tertentu bagi industri yang memproduksi atau ritel yang menggunakan kantong plastik belanja ramah lingkungan dalam usaha mereka. Hasil Survei tentang Kantong Plastik Belanja Ramah Lingkungan Dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada responden di beberapa lokasi, maka diperoleh data sebagai berikut: - 80% responden menggunakan kantong plastik belanja dalam aktivitas kesehariannya, dan 67% rata2 mengunakan >5 kantong plastik per hari - 50% responden tidak pernah membawa kantong belanja sendiri dan 58% responden tidak pernah berniat mengurangi penggunaan kantong plastik - 27% responden menolak diberikan kantong plastik di supermarket atau di pasar dan hanya 57% yang menggunakan kembali kantong plastiknya (reuse) % responden mengetahui dampak buruk kantong plastik yang dibuang terhadap lingkungan - 56% responden dapat membedakan jenis kantong plastik ramah lingkungan (banyak responden yang mengetahui kantong plastik ramah lingkungan hanya dari membaca label yang tercetak pada kantong plastik tentang slogan degradable dan sejenisnya) dan 43% diantaranya adalah pelajar /mahasiswa

54 36-60% responden belum pernah menggunakan kantong plastik ramah lingkungan bahkan masih ada yang tidak mendukung penggunaan plastik ini - 93% responden merasa perlu menerapkan penggunaan kantong plastik ramah lingkungan di semua pasar di Indonesia - 67% responden merasa perlu adanya peraturan pemerintah tentang kewajiban menggunakan kantong plastik ramah lingkungan di semua tempat perbelanjaan Survei tentang kantong plastik belanja dan kantong plastik ramah lingkungan jenis biodegradable ini, dilakukan terhadap populasi responden yang berusia antara tahun, yang umumnya masih memerlukan banyak kantong plastik belanja dalam menunjang aktivitas kesehariannya. Ternyata para responden hampir tidak dapat membedakan mana jenis kantong plastik belanja yang ramah lingkungan, bahkan kantong plastik biodegradable masih merupakan jenis yang belum tersosialisasi dengan baik. Umumnya responden mengetahui manfaat penggunaan plastik ramah lingkungan, karena banyak melihat tumpukan sampah kantong plastik yang ditemukan hampir di semua tempat, yang menurut responden tidak dapat diurai atau tidak mudah hancur. Namun responden mempertanyakan ketersediaan kantong plastik biodegradable, bahkan bersedia membayar dengan harga antara Rp 200 Rp 500 untuk setiap lembar kantong plastik belanja ramah lingkungan jenis biodegradable. 5. KARAKTERISASI KANTONG PLASTIK BELANJA YANG ADA DI PERTOKOAN DAN PASAR SWALAYAN Uji Fisik Berbagai Jenis Kantong Plastik Belanja Sampel terdiri dari beberapa jenis kantong plastik belanja, yaitu kantong plastik konvensional yang tidak mempunyai label (kantong kresek biasa); kantongplastik belanja berlabel total degradable (oxodegradable); dan kantong plastik belanja biodegradable yang dibuat dari campuran biji plastik LDPE dengan pati singkong atau pati lainnya. Untuk membandingkan karakteristiknya dengan kantong plastik di luar negeri, maka diambil juga sampel kantong plastik belanja di beberapa pasar swalayan Italy, Singapore, Beijing, USA dan Japan. Hasil uji fisik yang berupa ukuran panjang, lebar dan tebal serta kepadatan atau densitas (density) dapat dilihat pada Tabel 11 berikut. diperlukan kurang lebih dua kali lebih luas area dan dua kali volume tempat sampah. Dari data pengukuran 40 sampel kantong plastik belanja yang diperoleh dari dalam negeri maupun 10 sampel dari luar negeri, diperoleh data bahwa tebalnya hampir sama namun densitas kantong plastik dalam negri lebih kecil 50% (tebal rata-rata 40 sampel DN cm dan densitas rata-rata gr/cm3), sedangkan 10 sampel luar negeri (tebal rata-rata cm dan densitas rata-rata gr/cm3).

55 37 Tabel 11 Data Fisik Berbagai Jenis Kantong Plastik Belanja No Kantong Plastik Belanja Panjang Lebar Tebal Berat Densitas (cm) (cm) (cm) (gram) (gram/cm 3 ) Warna Keterangan (Label ) IMPOR 1 Carrefour, Italy Transparan Biodegradable 2 Biolene, Italy Putih Biodegradable 3 Muji, Japan Putih Konvensional 4 Obat,China Putih Konvensional 5 Singapore Kuning Konvensional 6 K-Link Putih Green Save Lives 7 China Ungu Ungu Konvensional 8 China Transparan Konvensional 9 Nex, USA Hitam Reduce, Reuse,Recycle 10 Xissmei, China Putih Konvensional Rata-rata No Kantong Plastik Belanja Panjang Lebar Tebal Berat Densitas (cm) (cm) (cm) (gram) (gram/cm 3 ) Warna Keterangan (Label ) LOKAL 11 Green Laundry Putih Biodegradable 12 Martha Tilaar Putih Biodegradable 13 Ceria Mart Transparan Degradable 14 Hypertmart Putih Degradable 15 Giant Transparan Degradable 16 Guardian Putih Degradable 17 Toys City Transparan Degradable 18 Indomart(besar) Putih Degradable 19 Indomart biasa Putih Degradable 20 Alfamidi Putih Degradable 21 Hero Putih Degradable 22 Century Hijau Degradable 23 Gramedia Putih Degradable 24 Carrefour Putih Degradable 25 Kem-Chick Putih Eco Friendly 26 Alfa Mart Putih Degradable

56 38 27 Farmers Market Putih Degradable 28 Hoka Hoka Bento Putih Degradable 29 Dr. Kong Hijau Degradable 30 Chandra Asri Putih Degradable 31 Food Mart (besar) Putih Degradable 32 Food Mart (kecil) Putih EPI 33 Krisna bali Putih EPI 34 Rotiboy Putih EPI 35 Watsons Hijau EPI 36 Foodhall Breadlife Abu-abu Konvensional 38 Mc Donald Putih Konvensional 39 Sogo Merah Konvensional 40 Bread Talk Abu-abu Konvensional 41 Rapha Kimia Putih Konvensional 42 Kresek Pasar Putih Konvensional 43 Ace Hardware Putih Konvensional 44 Hitam Polos Hitam Konvensional 45 Plastik kresek Putih Konvensional 46 Pizza Hut Putih Konvensional 47 Kue Mochi Putih Konvensional 48 A & W Putih Konvensional 49 Matahari Hitam Konvensional 50 Roti Abadi Putih Konvensional Rata-rata Pengukuran data fisik kantong plastik belanja ini berkorelasi dengan fungsinya sebagai kantong belanja dan tempat membuang sampah. Densitas sampel kantong plastik belanja yang ada di pasaran dalam negeri adalah 49.55% dari densitas sampel luar negeri. Ini berarti tempat untuk menampung sampah kantong plastik di dalam negeri dengan berat yang sama (bila dibandingkan dengan di luar negeri) Pengaruh Sinar UV dan Pemanasan terhadap Sifat Mekanik Kantong Plastik Pada penelitian ini dilakukan pengujian berbagai kantong plastik belanja yang bertujuan untuk mengetahui perubahan sifat mekanik uji tarik (tensile strength), dan uji perpanjangan putus (elongation at break) setelah dilakukan penyinaran dengan sinar UV selama 8 minggu dan pemanasan 80 0 C selama 2 jam. Salah satu karakteristik mekanik yang sangat menentukan dari kantong plastik adalah tensile strength, yang menyatakan gaya tarik maksimum yang dapat

57 39 ditahan oleh plastik sebelum plastik tersebut rusak (Suyadi et al., 2007). Pengujian dilakukan menggunakan Material Testing Machine Lloyds Instrument yang sesuai dengan ASTM E8 dan JIS Dengan menarik suatu bahan, akan segera diketahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan sejauh mana material itu bertambah panjang lalu putus. Gambar 14 Tensile strength vs UV dan pemanasan Gambar 15 Elongation vs UV dan pemanasan Sinar UV dan pemanasan menyebabkan putusnya rantai polimer dan ikatan-ikatan kimia pada plastik sehingga terjadi penurunan tensile strength dan elongation dari kantong plastik. Tabel 12 Penurunan Tensile Strength Akibat Penyinaran UV dan Pemanasan No Nama Sampel 1 B1 2 C1 3 D1 4 A1 5 C2 6 A2 7 C3 Nilai Tensile Strength (MPa) Awal UV 8 minggu Pemanasan 80 0 C, 2 jam I II Rata2 I II Rata2 I II Rata2 17,664 15,969 16,8165 3,9715 3,8374 3,9044 6,4025 6,8568 6,6296 (76,78%) (60,57%) 21, , , , ,671 17,3509 (19,30%) 91, , ,4600 3,518 3,518 3,5180 (96.16%) 80,899 80,785 80, , , ,6772 (75,66%) 179, , , , , ,1156 (89,10%) 59, , ,7275 9,4804 9,4719 9,4761 (81,13%) 35, , , ,746 15,275 15,5100 (56,25%) 13, , ,8560 (35,56%) 8,6748 8,9535 8,8141 (90,36%) 24, , ,1046 (71,42%) 37, , ,5580 (87,36%) 5,6607 5,6607 5,6607 (90,53%) 24,973 24,981 24,9770 (29,55%) Dari Gambar 14 dapat dilihat bahwa kantong plastik kode D1 memiliki penurunan nilai tensile strength paling besar setelah disinari UV (96.16%) dan (90.36% setelah pemanasan) artinya paling mudah didegradasi dengan sinar UV dan pemanasan. Tabel 12 diatas menunjukkan bahwa penurunan % tensile strength dari semua jenis kantong plastik lebih besar jika potongan sampel tersebut disinari dengan sinar UV selama 8 minggu, dari pada dilakukan pemanasan 80 0 C selama 2 jam di dalam oven, seperti pada Gambar 16 dan Gambar 17 berikut.

58 40 Gambar 16 Penurunan TS vs UV dan pemanasan Gambar 17 Penurunan Elongation vs UV dan pemanasan Tensile Strength dipengaruhi oleh karakteristik kimia dari plastik seperti komposisi dan struktur kimia dari komponen-komponen penyusun plastik. Plastik konvensional, degradable dan biodegradable memiliki karakteristik kimia yang berbeda sehingga nilai tensile strength dan elongation dari masing-masing jenis plastik tersebut juga berbeda. Elongation at break merupakan karakteristik mekanik dari plastik yang menyatakan perubahan panjang maksimum yang dapat ditarik hingga plastik putus (Davis, 2004). Tabel 13 Penurunan %Elongation Akibat Penyinaran UV dan Pemanasan No Nama Sampel B1 C1 D1 A1 C2 A2 C3 I Nilai Elongation (mm) Awal UV, 8 minggu Pemanasan 80 0 C, 2 jam II Rata2 I II Rata2 I II Rata2 166, , , , , ,3360 (79,67%) 86, , , , , ,3595 (46,39%) 125, , , , , ,4660 (54,59%) 65, , , , , ,6205 (76,85%) 207, , , , , ,3327 (7,61%) 40, , , , , ,1350 (56,98%) 166, , , , , ,2025 (52,43%) 91, , ,7264 (32,87%) 73, , ,7583 (15,11%) 89, , ,7595 (46,31%) 24, , ,9770 (57,57%) 206, , ,7478 (0,17%) 29, , ,2605 (30,59%) 101, , ,6081 (33,70%) Gambar 17 menunjukkan kantong plastik kategori biodegradable yaitu kode B1 (Carrefour Italy) mempunyai penurunan % elongation paling besar (79.67%) dan kode A1 Martha Tilaar (76.85%). Ini menunjukkan bahwa kedua jenis plastik ini benar termasuk kategori biodegradable (memiliki kandungan polimer alami seperti pati singkong, atau pati sagu). Perlakuan sinar UV dan pemanasan pada berbagai jenis kantong plastik menunjukkan terjadinya penurunan nilai elongation seperti pada data Tabel 13 diatas. Uji Tanam Karakteristik kantong plastik dapat juga diuji dengan cara menanamnya di dalam tanah selama beberapa waktu (ASTM G21-09). Hasil uji tanam (pendam) dapat dilihat pada gambar-gambar berikut. Pada Gambar 18, kode D1 adalah kantong plastik konvensional terlihat tetap utuh, tidak terjadi degradasi

59 41 selama ditanam 2 hingga 10 minggu. Sedangkan pada Gambar 20 kode B1 dan Gambar 23 kode A1 terjadi degradasi, yang mengindikasikan kantong plastik tersebut benar biodegradable, berbeda dengan Gambar 21, kode A2 yang menunjukan karakteristik jenis konvensional walau mempunyai label biodegradable (ecoplas). Hal ini membuktikan bahwa komponen penyusun kantong plastik konvensional sedikitpun tidak dikonsumsi oleh mikroba tanah. Sampel uji ada yang tetap utuh atau tidak mengalami degradasi sampai 10 minggu seperti pada Gambar 22 kode C1 dan Gambar 24 kode C2, karena keduanya termasuk jenis oxodegradable yang melabelkan akan didegradasi maksimum dalam 2 tahun. Gambar 18 Kode D1 konvensional Gambar 19 Kode C3 oxodegradable Gambar 20 Kode B1 biodegradable Gambar 21 Kode A2 biodegradable Gambar 22 Kode C1 oxodegradable Gambar 23 Kode A1 biodegradable Gambar 24 Kode C2 oxodegradable

60 42 Analisis Gugus Fungsi dengan Fourier Thermal Infra Red (FTIR) Hasil FTIR dari sampel uji kantong plastik konvensional, degradable dan biodegradable dapat dilihat pada Tabel 14 dan Tabel 15. Adanya daerah serapan ( cm -1, cm -1 dan cm -1 ) menunjukkan adanya hidrokarbon jenuh dan tidak jenuh (alkena dan alkana) dan daerah serapan cm -1 menunjukkan adanya gugus OH yang khas dalam struktur pati. Tabel 14 Spektum FTIR Kantong Plastik Degradable dan Konvensional No Serapan (cm -1 ) Ikatan Senyawa CH Alkana C=C Alkena CH Alkena Tabel 15 Spektrum FTIR Sampel Uji Kantong Plastik Biodegradable No Serapan (cm -1 ) Ikatan Senyawa OH alkohol CH alkana C=C alkena C-O Alcohol C=O Aldehid/keton CH Alkena Berdasarkan kurva-kurva dibawah ini, dapat dilihat bahwa Gambar 30 yaitu kantong plastik Degradable China mempunyai kurva serapan yang sama dengan Gambar 28 kantong plastik konvensional lokal, artinya kedua jenis kantong plastik ini termasuk yang tidak ramah lingkungan walau menuliskan label degradable namun ternyata jenis konvensional. Pada Gambar 26, kantong plastik GL yang mempunyai label Ecoplas, namun kurva serapannya sama dengan Gambar 27 kantong plastik oxium oxodegradable, sehingga kebenaran label Ecoplas yang seharusnya biodegradable dari kantong plastik GL masih perlu diteliti lebih detail lagi. Berikut kurva-kurva analisis FTIR berbagai jenis kantong plastik : Gambar 25 Kantong Plastik Carrefour Italy Gambar 26 Kantong Plastik GL Ecoplas

61 43 Gambar 27 Kantong Plastik Oxodegradable Gambar 28 Kantong Plastik Konvensional Lokal Gambar 29 Kantong Plastik Konvensional China Gambar 30 Kantong Plastik Degradable China Analisis Kandungan Logam dengan AAS Teknologi oxodegradable menggunakan zat aditif seperti oxium atau prodegradant sebanyak 3-10% dari total bahan baku pembuatan plastik biasa, akan membuat kantong plastik dapat terdegradasi dalam waktu 6 bulan sampai 24 bulan (Sugianto, 2011). Untuk melihat data kandungan logam yang ditambahkan sebagai aditif agar komponen plastik lebih mudah teroksidasi dengan adanya sinar UV dan panas, maka terhadap beberapa sampel kantong plastik yang berbeda jenis dilakukan analisis dengan menggunakan AAS. Analisis dilakukan di Balai Besar Kimia dan Kemasan, Jakarta Timur. Hasil analisis kandungan logam Fe,Co dan Mn dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Hasil Analisis Kandungan Logam Fe, Co dan Mn Kantong Plastik Belanja (jenis) Logam Fe (mg/ kg) Logam Co ( mg/kg ) Logam Mn ( mg/kg) 1 A2 biodegradable ecoplas <3.3 2 C4 oxodegradable oxium <3.3 3 C2 oxodegradable EPI <3.3 4 C1 oxodegradable oxium <3.3 5 C3 oxodegradable oxium <3.3 6 D1 konvensional <2.3 <3.3 7 A1 biodegradable ecoplas <2.3 <1.0 8 D2, konvensional <2.3 <1.0 (Sumber: data analisis hasil Lab BBKK Jakarta, 2012)

62 44 Kantong plastik A2 yang diberi label biodegradable ecoplas seharusnya tidak mengandung logam, namun dari data pada Tabel 16 ditemukan logam Fe mg/kg, kemungkinan logam-logam tersebut berasal dari tinta cetak pada kantong plastik atau memang kantong plastik dengan kode A2 sebenarnya termasuk jenis oxodegradable, bukan biodegradable seperti yang tertulis pada labelnya. Analisis Morfologi dengan Scanning Electron Microscopy (SEM) Analisis dilakukan untuk melihat morfologi dari 5 (lima) jenis kantong plastik belanja yang diperkirakan berbeda karakteristiknya,sesuai dengan label yang tertera di kantong-kantong plastik belanja tersebut, yaitu: Sampel No 1. Kantong plastik yang diperoleh dari supermarket di Australia (terlabel Biodegradable dan Compostable) Sampel No 2. Kantong plastik Martha Tilaar dengan label ecoplas (ada campuran tepung singkong) Sampel No 3. Kantong plastik Sushi-tei dengan label EPI, go green 100% degradable) Sampel No 4. Kantong plastik dari Farmers market dengan label oxium tergolong oxodegradable Sampel No 5. Kantong plastik konvensional yang didapat dari pasar tradisional Sampel lembaran plastik dengan ukuran 1x0,5cm 2 langsung di coating dengan platina selama 60 detik. Analisis dilakukan pada accelerated voltage sebesar 20kV pada perbesaran 500 X, 100 X, 2500 X dan 5000 X. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 31 s/d Gambar 35 berikut. Gambar 31 Kantong Plastik Australia (Biodegradable dan Compostable Labelled) 500 X (a), 100 X (b), 2500 X (c) and 5000 X (d) Gambar 32 Kantong Plastik Martha Tilaar (Ecoplas) 500 X (a), 100 X (b), 2500 X (c), 5000 X (d))

63 45 Gambar 33 Kantong Plastik Sushitei (EPI Labelled) Gambar 34 Kantong Plastik Farmers Market (Oxium 500 X (a), 100 X (b), 2500 X (c),5000 X (d ) Labelled) 500 X (a), 100 X (b), 2500 X (c) 5000 X(d) Gambar 35 Kantong Plastik Konvensional (No Labelled) 500 X (a), 100 X (b), 2500 X (c) and 5000 X (d) Dari beberapa gambar hasil SEM diatas, dapat dilihat hasil perbedaan morfologi bentuk masing-masing jenis kantong plastik, seperti bentuk morfologi jenis konvensional (Gambar 35), jenis oxodegradable dengan penambahan additive yang berbeda (Gambar 33 dan Gambar 34) menyebabkan bentuk morfologi yang berbeda juga dan jenis biodegradable (Gambar 31 dan Gambar 32 ) yang mengandung pati di dalamnya (starch based). 6. PEMBUATAN BIOPLASTIK DENGAN MEMANFAATKAN PATI BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr.) DAN PATI SAGU (Metroxylon sp.) Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dua tahap. Penelitian tahap I bertujuan untuk memperoleh pati dari biji durian dengan cara ekstraksi menggunakan air. Prosedur ekstraksi pati biji durian dapat dilihat pada diagram alir yang ada pada Gambar 36 dibawah ini.

64 46 biji durian kulit biji dikupas biji dipotong dicuci hingga bebas lendir ditimbang ditambahkan air dengan perbandingan 1:10 dihancurkan menggunakan blender selama 5 menit diendapkan selama 24 jam dekantasi air diatas endapan endapan dicuci menggunakan akuades diendapkan kembali selama 24 jam endapan pati diletakkan dalam loyang dikeringkan dalam oven suhu 50 0 C selama 24 jam dihaluskan menggunakan blender kering Pati biji durian Gambar 36 Diagram Alir Ekstraksi Pati Biji Durian (Sumber: Modifikasi Jufri et. al, 2006) Penelitian tahap II bertujuan membuat plastik biodegradable (bioplastik) dengan mencampurkan pati biji durian dengan biji plastik LDPE (Low Density Poly Ethylene) dan sekaligus membuat bioplastik dengan menambahkan pati sagu dengan biji plastik LDPE. Prosedur pembuatan bioplastik dapat dilihat pada Gambar 37 berikut: Biji plastik LDPE Penimbangan biji plastik LDPE sesuai dengan perlakuan Penimbangan pati sagu/biji durian sesuai dengan perlakuan Pencampuran biji plastik dengan pati menggunakan mesin Rheomix suhu C, 50 rpm selama 10 menit Poliblend Pencetakan poliblend dengan mesin hot press suhu190 0 C, 10 Bar selama 18 menit Bioplastik Gambar 37 Diagram Alir Pembuatan Bioplastik (Sumber: Modifikasi Subowo dan Pujiastuti, 2003)

65 47 Rancangan percobaan penelitian tahap II adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor, yaitu jenis pati yang digunakan dan variasi penambahan konsentrasi pati. Kombinasi perlakuan jenis pati dan variasi penambahan konsentrasi pati dapat dilihat pada Tabel 17 dibawah ini. Tabel 17 Kombinasi Jenis Pati dan Variasi Konsentrasi Pati Jenis Pati Konsentrasi Penambahan Pati (%) Total 0% 10% 30% 50% Pelakuan Biji Durian Y 11 Y 12 Y 13 Y 14 Y.1 Sagu Y 21 Y 22 Y 23 Y 24 Y.2 Model matematika percobaan penelitian tahap II sebagai berikut: Y ij = i + j + ( ij + ij dimana: Y ij = kualitas bioplastik dengan menggunakan pati i dan konsentrasi j = nilai rataan populasi i = pengaruh akibat perlakuan sumber pati yang digunakan taraf ke-i j = pengaruh akibat konsentrasi pati taraf ke-j ( ) ij = pengaruh interaksi faktor taraf ke-i dengan faktor taraf ke-j ij = pengaruh galat dari perlakuan ke-i yang memperoleh perlakuan ijk Hipotesa : H 0 : Tidak ada pengaruh dari jenis pati yang digunakan terhadap karakteristik bioplastik H 0 : Tidak ada pengaruh dari variasi konsentrasi pati terhadap karakteristik bioplastik H 0 : Tidak ada pengaruh dari jenis pati dan variasi konsentrasi pati yang digunakan terhadap karakteristik bioplastik H 1 : Ada pengaruh dari jenis pati yang digunakan terhadap karakteristik bioplastik H 1 : Ada pengaruh dari variasi konsentrasi pati terhadap karakteristik bioplastik H 1 : Ada pengaruh dari jenis pati dan variasi konsentrasi pati terhadap karakteristik bioplastik Terhadap pati biji durian hasil ekstraksi dan terhadap pati sagu yang dipakai, dilakukan beberapa analisis (contoh perhitungan analisis terdapat dalam Lampiran 9, Lampiran 10 dan Lampiran 6): 1. Analisis proksimat (kadar air, protein, lemak, abu dan karbohidrat) 2. Analisis kadar pati (amilosa dan amilopektin) 3. Analisis derajat putih dengan Chromameter Terhadap bioplastik yang dihasilkan, maka dilakukan beberapa uji dan analisis: 1. Kekuatan tarik (tensile strength) 2. Kekuatan lentur atau perpanjangan putus (elongation at break) 3. Kekerasan plastik dengan Texture Analyzer 4. Morphology analysis dengan SEM 5. Derajat putih dengan Chromameter 6. Kehilangan berat (degradasi) 7. Perhitungan Modulus Young dari sampel

66 48 Pati Biji Durian dan Pati Sagu Pati termasuk salah satu jenis polisakarida penting yang banyak terkandung pada beberapa tanaman yang tersebar di alam dan dapat diekstrak dari sumbernya, seperti biji-bijian (jagung, beras), umbi-umbian (singkong, kentang, ubi jalar), dan empulur batang palma (sagu, aren). Pati yang didapat dari hasil ekstraksi biji durian berupa serbuk halus berwarna putih dan memiliki rendemen sebesar 19.36%. Analisis komposisi kimia pati sagu dan pati biji durian dapat dilihat pada Tabel 18 berikut: Tabel 18 Analisis Kimia Pati Biji Durian dan Pati Sagu Analisis Pati Sagu Pati Biji Durian Karbohidrat (%) Rasio Amilosa /Amilopektin 23/63 14/74 Protein (%) Lemak (%) Abu (%) Air (%) Granula Pati *) m 8-10 m Sumber: Soebagio et al., 2009 Pati yang terdapat pada tanaman ini terdiri atas tiga fraksi penyusun, yaitu amilosa, amilopektin, dan bahan antara seperti protein dan lemak. Pati disusun oleh molekul yang lurus (amilosa) dan molekul yang bercabang (amilopektin). Adanya amilosa membuat pati bisa membentuk gel ketika dipanaskan. Adanya amilopektin membuat pati memiliki sifat lengket. Rasio amilosa dan amilopektin bervariasi untuk tiap jenis pati tergantung sumber pati. Pati kentang memiliki rasio amilosa dan amilopektin 21% berbanding 79%, pati tapioka memiliki rasio amilosa dan amilopektin 17% berbanding 83%, sedang pati sagu memiliki rasio amilosa dan amilopektin 23% berbanding 63% (Brown, 2008). Pati hasil ekstraksi biji durian memiliki rasio amilosa dan amilopektin yang hampir sama dengan pati singkong (tapioka) yaitu 14% berbanding 74%, sehingga berpotensi baik untuk dijadikan bahan baku dalam pembuatan bioplastik. Pembuatan Bioplastik Bioplastik dibuat dari campuran pati sagu dengan biji plastik LDPE dan pati biji durian dengan biji plastik LDPE. Proses pembuatan bioplastik LDPE dalam penelitian ini dibagi dua tahap, yaitu tahap pencampuran dan tahap pencetakan. Pencampuran Biji Plastik LDPE dengan pati Penambahan pati ke dalam polimer sintetis akan memperbaiki kemampuan degradasi dari plastik dan bisa ditambahkan mulai dari konsentrasi pati 15% hingga 80% (Chinnaswamy dan Hanna, 1996). Ada tiga komposisi pencampuran baik untuk pati sagu maupun pati biji durian dalam penelitian ini, yaitu perbandingan pati sagu atau pati biji durian, dengan biji plastik LDPE: 10:90; 30:70 dan; 50:50 seperti dibawah ini.

67 49 Gambar 38 Pati Sagu, Pati Biji Durian, dan Biji Plastik LDPE (Sumber: dokumentasi pribadi) Pati sagu, pati biji durian dan biji plastik LDPE sulit untuk dicampur secara manual pada suhu ruang. Hal ini disebabkan karena perbedaan polaritas antara kedua material tersebut. Pati sagu dan pati biji durian bersifat polar, sedangkan biji plastik LDPE bersifat non polar. a. LDPE Durian 10% b. LDPE Sagu 10% c. LDPE Durian 30% d. LDPE Sagu 30% e. LDPE Durian 50% f. LDPE Sagu 50% Gambar 39 Poliblen (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2012) Agar hasil pencampuran bersifat homogen maka ditambahkan surfaktan yang hidrofobik seperti organosiloksan pada pati sagu dan pati biji durian. Pati yang telah ditambah surfaktan kemudian dicampur dengan biji plastik LDPE pada kondisi panas menggunakan mesin Rheomix (Subowo dan Pujiastuti, 2003). Dalam penelitian ini, pencampuran antara pati dan biji plastik LDPE dilakukan pada temperatur 1400C, kecepatan putar motor 50 rpm selama 10 menit. Hasil pencampuran berupa poliblen dapat dilihat pada Gambar 39 berikut.pencetakan Poliblen Hasil pencampuran antara biji plastik dengan pati disebut dengan poliblen (Subowo dan Pujiastuti, 2003). Sebelum dicetak menjadi bioplastik, poliblen akan diperkecil ukurannya menjadi bentuk yang menyerupai pelet. Pelet ini kemudian dicetak menggunakan mesin hot press pada suhu C, tekanan 10 bar, selama 18 menit.

68 50 Pencetakan pelet menghasilkan lembaran bioplastik LDPE dengan diameter 20 cm dan ketebalan 0.79 cm. Hasil cetakan bioplastik dapat dilihat pada Gambar 40. berikut. a. LDPE b. LDPE Durian 10% c. LDPE Sagu 10% d. LDPE-Durian 30% e. LDPE Sagu 30% f. LDPE-Durian 50% g. LDPE Sagu 50% Gambar 40 Bioplastik LDPE (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2012) Bioplastik yang telah dicetak diukur derajat putih menggunakan kromameter. Hasil pengukuran akan didapat nilai L*, a*, dan b* yang akan diolah menjadi indeks putih. Berdasarkan hasil Anova (Lampiran 7 ), perlakuan jenis pati berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap indeks putih bioplastik. Perlakuan variasi konsentrasi pati juga berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap indeks putih bioplastik. Interaksi antara jenis pati dan variasi penambahan pati berpengaruh nyata (p<0.05). Hasil uji lanjut dengan metode Tukey HSD (p<0.05) menunjukkan indeks putih bioplastik pati biji durian pada perlakuan rasio jenis pati dan konsentrasi pati berbeda nyata dengan indeks putih bioplastik pati sagu pada perlakuan yang sama. Tingkat indeks putih dapat dilihat pada Gambar 41 berikut. Gambar 41 Indeks Putih Bioplastik Terhadap Jenis Pati dan Konsentrasi Pati Keterangan: Notasi huruf yang beda di belakang angka menunjukkan beda nyata (p<0.05) Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa rentang nilai indeks putih yang dihasilkan berkisar antara 7.66 sampai yang menunjukkan rentang warna dari coklat hingga putih. Intensitas perubahan warna coklat bioplastik meningkat

69 51 seiring dengan bertambahnya pati dalam bioplastik. Bioplastik pati biji durian memiliki warna yang lebih coklat dari bioplastik pati sagu. Hal ini disebabkan pati biji durian yang digunakan belum mengalami proses bleaching dan pemurnian yang ditunjukkan dengan adanya kandungan protein yang tinggi pada pati. Adanya protein ini dapat memicu terjadinya reaksi maillard (Bourtom, 2007). Pati sagu yang digunakan adalah pati sagu komersial yang telah mengalami proses bleaching dan pemurnian, sehingga warna bioplastik yang dihasilkan lebih cerah. Hal ini berkorelasi pada pembuatan kantong plastik biodegradable (bioplastik), jika yang diinginkan warna putih maka perlu dilakukan proses pemutihan (bleaching) terhadap pati dari biji durian. Analisis Degradasi Bioplastik Lembaran bioplastik kemudian dianalisis tingkat degradasinya. Analisis degradasi yang dilakukan meliputi analisis berat plastik, analisis kekuatan mekanik, dan analisis SEM. Analisis Pengurangan Berat Bioplastik Penurunan berat bioplastik merupakan salah satu indikasi terjadinya proses degradasi pada bioplastik selama ditanam dalam tanah yaitu persentase pengurangan berat. Pada penelitian ini sampel bioplastik ditanam dalam tanah selama 8 minggu. Selama pemendaman bioplastik tidak mengalami perubahan warna yang menunjukkan bahwa tidak terjadi reaksi kimia (Aidzan, 2009). Pengurangan berat yang terjadi dapat disebabkan oleh adanya proses pelarutan pati kedalam tanah (leaching) atau degradasi pati oleh mikroorganisme tanah. Hasil uji mikrobiologi menunjukkan bahwa jumlah mikroba yang ada di dalam tanah adalah TBUD (Terlalu Banyak Untuk Dihitung). Umumnya spesies-spesies yang dominan yang terdapat pada sampel polietilena adalah Bacillus sp., Staphylococcus sp., Streptococcus sp., Diplococcus sp., Microccocus sp., Pseudomonas sp., Moraxella sp., Aspergillus niger, A. ornatus, A. flavus, dan A. candidus. Mikroba tersebut memanfaatkan polietilena sebagai sumber karbon untuk metabolisme mereka. Mikroorganisme tersebut umumnya terdapat pada permukaan plastik polietilena (Vijaya dan Reddy, 2008). Pengaruh perlakuan antara jenis pati dan konsentrasi pati terhadap persentase kehilangan berat dapat dilihat pada Gambar 42 berikut. Gambar 42 Kehilangan Berat Bioplastik vs Jenis Pati dan Konsentrasi Pati

70 52 Dari Gambar diatas, dapat dilihat bahwa tingkat biodegradasi dari bioplastik meningkat seiring dengan peningkatan kandungan pati yang ditambahkan ke dalam bioplastik tersebut. Kehilangan berat bioplastik sebanding dengan peningkatan konsentrasi pati yang ditambahkan. Makin banyak pati di dalam matriks bioplastik maka tingkat kehilangan berat akan semakin besar (Subowo dan Pujiastuti, 2003). Dari hasil analisa, dapat dilihat bahwa kehilangan berat pada bioplastik komposit pati sagu mengikuti pola polynomial (R 2 =0.8561), sedangkan kehilangan berat pada plastik biokomposit pati biji durian bergerak secara linier terhadap peningkatan persen substitusi (R 2 =0.9458). Hal ini menunjukkan laju degradasi bioplastik dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi substitusi pati. Makin kecil ukuran granula pati, maka enzyme dari mikroorganisme akan semakin mudah untuk menguraikannya (Franco, 2010). Granula pati dengan ukuran diatas 16 μm seperti pati sagu, akan mengalami penguraian pada permukaan granula dengan arah radial, sedangkan granula yang lebih kecil seperti pati biji durian akan mengalami erosi permukaan sehingga meleleh secara sempurna. Hal ini menyebabkan laju degradasi atau pengurangan berat dari bioplastik yang dibuat dengan penambahan pati biji durian dan pati sagu berbeda. Dari Gambar 42 terlihat bahwa bioplastik yang terbuat dari pati sagu mengalami persentase penurunan berat yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bioplastik pati biji durian, sedangkan secara teori seharusnya bioplastik biji durian yang lebih baik artinya mengalami persentase kehilangan berat lebih tinggi karena pati biji durian memiliki ukuran granula pati kecil yang membuat mikroorganisme mudah untuk menguraikan (Nakamura, 2005). Hal ini bisa saja terjadi karena adanya lubang diantara pencampuran pati biji durian dan biji plastik jika diamati struktur morfologisnya, sehingga membuat bioplastik menyerap air berlebih selama dipendam dalam tanah (Aht-Ong dan Charoenkongtum, 2002). Analisis Kekuatan Mekanik Analisis mekanik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis uji kekuatan tarik (tensile strength), analisis perpanjangan putus (elongation), dan analisis modulus elastisitas (modulus young) dengan menggunakan Material Testing Machine. Analisis kekerasan bioplastik juga diukur menggunakan Texture Analyzer TAT/X2. Kekuatan tarik didefinisikan sebagai tegangan maksimun yang dapat diterima oleh suatu sampel. Perpanjangan putus didefinisikan sebagai pertambahan panjang pada plastik sampai pada titik maksimum ketika ditarik sampai dengan putus. Perpanjangan putus merupakan indikator keelastisan dari plastik (Surdia dan Saito, 1995). Kekuatan Tarik (Tensile Strength) Kekuatan tarik menggambarkan kemampuan bioplastik untuk menerima beban tanpa mengalami kerusakan. Berdasarkan hasil Anova (Lampiran 9), perlakuan variasi konsentrasi pati berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap kekuatan tarik bioplastik sedangkan jenis pati yang digunakan tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap kekuatan tarik bioplastik. Interaksi antara jenis pati dan variasi

71 53 konsentrasi pati tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap kekuatan tarik bioplastik. Hasil uji lanjut dengan metode Tukey HSD menunjukkan kekuatan tarik bioplastik pada perlakuan konsentrasi pati sebesar 0% dan 10% berbeda dengan perlakuan konsentrasi pati 30% juga berbeda dengan perlakuan konsentrasi pati 50%. Pengaruh perlakuan jenis pati dan konsentrasi pati terhadap kekuatan tarik dapat dilihat pada Gambar 43 dan Gambar 44 sebagai berikut. Gambar 43 Kekuatan tarik vs jenis pati Gambar 44 Kekuatan tarik vs konsentrasi pati Keterangan: Notasi huruf yang sama di belakang angka menunjukkan tidak beda nyata (p>0.05) Gambar 43 di atas menunjukkan bahwa bioplastik pati sagu memiliki nilai kekuatan tarik yang lebih tinggi dari bioplastik pati biji durian. Hal ini sesuai dengan teori yang dimana bioplastik pati sagu (memiliki ukuran granula pati besar) memiliki gaya adhesi antara pati dan polimer yang kuat sehingga membuat nilai kekuatan tarik lebih besar (Moura, 2006). Gambar 44 menunjukkan penambahan konsentrasi pati menyebabkan menurunnya kekuatan tarik bioplastik. Semakin tinggi konsentrasi pati yang ditambahkan maka menyebabkan berkurangnya kompabilitas dari campuran, yang berarti plastik berubah menjadi rapuh (Aidzan et al, 2009). Kekerasan Berdasarkan hasil Anova (Lampiran 5), perlakuan variasi konsentrasi pati berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap kekerasan bioplastik. Sedangkan jenis pati tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap kekerasan bioplastik. Interaksi antara jenis pati dan konsentrasi pati tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap kekerasan bioplastik. Hasil uji lanjut dengan metode Tukey HSD menunjukkan bahwa kekerasan bioplastik berbeda nyata pada tiap variasi konsentrasi pati. Pengaruh perlakuan jenis pati dan konsentrasi pati terhadap kekerasan bioplastik dapat dilihat pada Gambar 45 dan Gambar 46. Gambar 45 Kekerasan vs Jenis Pati Gambar 46 Kekerasan vs Konsentrasi Pati Keterangan: Notasi huruf yang sama di belakang angka menunjukkan tidak beda nyata (p>0.05)

72 54 Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa jenis pati yang digunakan tidak terlalu berpengaruh terhadap nilai kekerasan bioplastik. Nilai kekerasan bioplastik pati biji durian juga tidak berbeda jauh dengan bioplastik pati sagu. Peningkatan konsentrasi pati dalam matriks LDPE membuat tingkat kekerasan plastik menjadi berkurang. Makin banyak pati yang ditambahkan membuat plastik menjadi rapuh. Perpanjangan Putus (Elongation at break) Nilai perpanjangan putus juga menggambarkan keelastisitasan suatu benda. Makin kecil nilai perpanjangan putus, benda makin tidak elastis (Askeland et al, 2010). Gambar 47 menunjukkan keelastisan bioplastik berkurang seiring dengan meningkatnya konsentrasi pati. Perpanjangan putus menggambarkan nilai pertambahan panjang plastik ketika plastik menerima beban. Berdasarkan hasil Anova (Lampiran 5), perlakuan variasi konsentrasi pati berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap nilai perpanjangan putus bioplastik. Jenis pati yang digunakan berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap nilai perpanjangan putus. Interaksi antara jenis pati dan variasi konsentrasi pati berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap nilai perpanjangan putus bioplastik. Hasil uji lanjut dengan metode Tukey HSD menunjukkan bahwa nilai perpanjangan putus pada perlakuan LDPE-pati biji durian konsentrasi 30% dan 50% berbeda dengan perlakuan LDPE-pati sagu konsentrasi 10% serta berbeda dengan konsentrasi 0%. Data Elongation bioplastik dapat dilihat pada Gambar 47 yang menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi pati penyebab terjadinya penurunan nilai perpanjangan putus bioplastik. Jenis pati yang digunakan berpengaruh terhadap tingkat nilai perpanjangan putus bioplastik. Perpanjangan putus bioplastik berkurang karena terjadinya pelemahan gaya adhesi antara molekul pati dengan molekul plastik. Penambahan komponen pati diatas 20% akan membuat bioplastik menjadi rapuh (Aidzan et al, 2009). Gambar 47 %Perpanjangan Putus vs Konsentrasi Pati dan Jenis Pati Keterangan: Notasi huruf yang berbeda di belakang angka menunjukkan beda nyata (p<0.05) Modulus Young Modulus Young atau sering disebut modulus elastisitas adalah perbandingan antara besaran kekuatan tarik dan perpanjangan putus. Modulus

73 55 Young berkaitan dengan nilai elastisitas dari bioplastik (Askeland et al., 2010). Berdasarkan Anova (Lampiran 5) perlakuan variasi konsentrasi pati berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap modulus young bioplastik. Perlakuan jenis pati tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap modulus young. Interaksi tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap modulus young dari bioplastik. Hasil uji lanjut dengan metode Tukey HSD menunjukkan bahwa modulus young bioplastik pada perlakuan konsentrasi pati 10% berbeda dengan perlakuan konsentrasi pati 50%. Pengaruh perlakuan jenis pati dan konsentrasi pati dapat dilihat pada Gambar 48 dan Gambar 49. Gambar 48 Modulus young vs jenis pati Gambar 49 Modulus young vs konsentrasi pati Keterangan: Notasi huruf yang sama di belakang angka menunjukkan tidak beda nyata (p>0.05) Dari gambar di atas dapat dilihat makin banyak pati yang ditambahkan akan membuat modulus young bioplastik menjadi berkurang. Gambar 48 menunjukkan bahwa modulus young bioplastik pati sagu lebih besar dari bioplastik pati durian. Menurut Moura (2006) bioplastik pati sagu (memiliki granula pati besar) memiliki kekuatan tarik dan nilai perpanjangan putus yang tinggi dari bioplastik pati biji durian. Analisis Morfologi Bioplastik dengan SEM Hasil analisis SEM pada Gambar 50 berikut dengan perbesaran 2500x menunjukkan bahwa penyebaran granula pati meningkat seiring dengan tingginya konsentrasi pati dalam campuran. Pencampuran pati yang kurang merata pada matrik LDPE dengan konsentrasi 10% berbeda dengan substitusi pati 50%. Pati Biji Durian (perbesaran 2500x) LDPE (perbesaran 2500x)

74 56 LDPE Pati Durian 10% (perbesaran 2500x) LDPE Pati Sagu 10 %(perbesaran 2500x) LDPE Pati Durian 50%(perbesaran 2500x) LDPE Pati Sagu 50%(perbesaran 2500x) Gambar 50 Morfologi Pati Biji Durian, LDPE, Bioplastik Pati Biji Durian dan Pati Sagu 10% dan 50% (Sumber: Hasil Analisis di Lab STP, 2012) Adanya lubang atau celah diantara molekul pati dengan biji menyebabkan kekuatan mekanik bioplastik menjadi berkurang karena menjadi rapuh ketika ditarik (Aht-Ong dan Charoenkungthum, 2002). Pati dengan warna putih tersebar sebagai fasa kontinyu pada matriks yg berwarna gelap dan menimbulkan adanya lubang warna hitam pada matriks. Adanya lubang ini kemungkinan disebabkan kareana adanya udara dan air yang terkandung dalam pati yang dicampurkan. Dengan bertambahnya jumlah pati yang ditambahkan sebagai campuran, maka ukuran dan bentuk pati dan lubang hitam pada hasil SEM makin bertambah. Makin besarnya ukuran bentuk pati yang ditambahkan, maka makin kecil luas permukaan pati yang terikat oleh biji plastik seperti LDPE, oleh sebab itu dengan bertambahnya pati yang dimasukkan ke dalam matriks, maka lubang yang terbentuk makin besar dan banyak sehingga lebih mudah di degradasi. 7. PEMBAHASAN UMUM Dari hasil diskusi (Focus Group Discussion), yang diadakan bersama beberapa pimpinan industri plastik, wakil ritel, wakil instansi pemerintah dan juga peserta yang didominasi oleh masyarakat pengguna kantong plastik belanja dan peneliti/akademisi, maka diperoleh data bahwa jenis kantong plastik yang dipilih responden adalah jenis kantong plastik ramah lingkungan (baik jenis biodegradable maupun oxodegradable). Sedangkan dari hasil perhitungan pengolahan data kuesioner, yang disukai adalah berturut-turut kantong plastik

75 57 jenis biodegradable, oxodegradable dan konvensional. Faktor kendala pemilihan alternatif tersebut terutama adalah faktor harga. Selama ini retailer dan toko-toko memberikan kantong plastik secara gratis, sehingga agak sukar mengubah pola pikir masyarakat pengguna untuk memulai membayar kantong plastik belanjanya. Sedangkan pihak ritel cenderung memilih kantong plastik oxodegradable dan konvensional agar omzet penjualan tetap stabil, karena konsumen bisa belanja barangnya dalam jumlah yang besar. Dari hasil uji karakteristik berbagai jenis kantong plastik belanja yang ada di pasaran, ternyata tidak semuanya sesuai dengan label ramah lingkungan yang tercetak, bahkan ada yang menggunakan isu lingkungan ini hanya sebagai piranti marketing saja. Tebal dari sampel kantong plastik belanja yang ada di pasaran hampir sama, namun densitas dari produk kantong plastik belanja lokal hanya 49.55% dari produk impor, sehingga perlu volume untuk sampah kantong plastik 2x lebih luas pada berat yang sama. Tensile Strength (TS) dan Elongation(E) semua jenis kantong plastik belanja mengalami penurunan setelah disinari UV dan pemanasan, namun % penurunan tiap jenis berbeda tergantung % pati atau % zat aditif yang ditambahkannya. Hanya kantong plastik dengan kode B1 dan A1 yang benar biodegradable jika dilihat dari karakteristiknya, sedangkan untuk jenis oxodegradable masih mengandung logam Fe yang cukup signifikan bagi lingkungan. Pati biji durian dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat plastik biodegradable, karena karakteristik mekanik plastik yang dihasilkannya hampir sama dengan bioplastik pati sagu dan pati singkong. Konsentrasi pati yang ditambahkan masih dalam jumlah yang relatif kecil, namun dari hasil uji tanam yang dilakukan ternyata bioplastik dapat hancur dalam waktu 10 minggu, karena keberadaan pati dalam jumlah tertentu tersebut dikonsumsi oleh mikroorganisme tanah. Formulasi jumlah pati yang ditambahkan perlu diteliti lebih lanjut, sehingga diperoleh jumlah yang optimum dan sifat mekanik kantong plastik yang sesuai. Potensi pati ini diharapkan dapat dipakai untuk membuat kantong plastik belanja biodegradable dengan harga yang murah, agar masyarakat mulai menggunakan kantong plastik belanja jenis ini, sehingga dampak negatif sampah kantong plastik belanja terhadap lingkungan dapat diminimisasi. 8.SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Masyarakat selaku pengguna kantong plastik belanja sudah menyadari dampak masalah lingkungan yang ditimbulkan akibat sampah kantong plastik konvensional, dan tidak berkeberatan menggunakan kantong plastik belanja ramah lingkungan. Jenis kantong plastik ramah lingkungan belum tersosialisasi dengan benar, yaitu informasi tentang biodegradable ataupun oxodegradable. Umumnya masyarakat hanya mengetahui dari pernyataan tertulis tentang slogan lingkungan (go green) yang tercetak pada kantong plastik belanja. Belum adanya law enforcement dan pengawasan Undang-Undang No 18 tahun 2008 pasal 15, membuat beberapa pelaku bisnis kantong plastik belanja hanya mencantumkan saja berbagai slogan tentang biodegradable atau yang bisa diurai alam.

76 58 Salah satu penyebabnya adalah kendala harga dari bahan tambahan (filler) yang dicampurkan kedalam biji plastik, baik berupa pati ataupun aditif prodegradant. Teknologi pemrosesan kantong plastik biodegradable dan oxodegradable sebenarnya sama dengan teknologi proses pembuatan kantong plastik konvensional, sehingga tidak perlu menggunakan sarana peralatan produksi yang baru atau investasi tambahan. Hal yang perlu dilakukan hanya memodifikasi atau memformulasi bahan baku biji plastik yang dipakai, dan selanjutnya mengikuti alur produksi yang sama dengan kantong plastik konvensional. Kemurnian (purity) dari pati yang dipakai untuk bahan pengisi (filler) biji plastik, juga tidak memerlukan kemurnian yang tinggi (high purity) seperti halnya untuk industri makanan dan farmasi, sehingga masyarakat dapat melakukan ekstraksi berbagai jenis sumberdaya pati yang banyak terdapat di Indonesia. Seperti dalam penelitian ini dipakai pati dari limbah biji durian dan pati sagu yang pemanfaatannya selama ini belum optimal. Oleh sebab itu, jika diatur tata niaga pati maka masyarakat dapat terpacu (encourage) menjadi pengusaha (enterpreneur) di sektor pati, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus mendapatkan solusi masalah lingkungan yang diakibatkan oleh sampah kantong plastik belanja. Saran Perlu intervensi pemerintah untuk membuat regulasi bahwa kantong plastik yang dipakai di pasaran, haruslah kantong plastik yang ramah lingkungan dengan memberikan keringanan pajak dan memberikan kebijakan fiskal tertentu bagi industri yang memproduksi atau retailer yang menggunakan kantong plastik belanja ramah lingkungan dalam usaha mereka. Teknologi sederhana dalam pembuatan pati dari berbagai potensi sumberdaya pertanian perlu diinformasikan, terutama pati yang tidak berasal dari bahan yang masih digunakan untuk pangan dan energi. Tata niaga pati perlu diatur, sehingga hasil pati dapat diserap oleh pabrik kantong plastik belanja. Sosialisasi kantong plastik belanja biodegradable perlu dilakukan melalui berbagai media masa dan jaringan sosial kepada masyarakat, sehingga masyarakat pengguna kantong plastik belanja dapat menerima informasi dengan benar, dan dapat membedakan jenis kantong plastik konvensional dan dampaknya, serta kantong plastik ramah lingkungan dan benefitnya terhadap lingkungan. DAFTAR PUSTAKA Adiwijaya,Michael Peran Pemerintah, Industri Ritel, dan Masyarakat dalam Membatasi Penggunaan Kantong Plastik sebagai Salah Satu Upaya Pelestarian Lingkungan. UK Petra. Surabaya. Aht-Ong, D. dan K. Charoenkongthum Thermal Properties and MoistureAbsroption of LDPE/Banana Starch Biocomposite Films. Journal of Metal, Material, and Minerals. 12 (2002): 1-10.

77 Aidzan W., R. A. Ali, J. Jamaluddin, dan I. I. Mohammad. Development of Polyethylene Sago Based Biofilm via Blown Film Molding Technique. Malaysia: Faculty of Chemical and Natural Resources. Ann-Charlott Eliasson Starch in Food. Cambridge: Woodhead Publishing Limited. Anthony L Andrady Plastic and The Environment. Canada: John Wiley and Sons Publication. Anonim Bioplastik: Potensi dan Tinjauan. Google Online. Home page Online. internet, diakses tanggal 20 Pebruari Anonim Criterias China Green Companies. diakses tanggal 1 Juni AOAC. Association of Official Analytical Chemist Official Method of Analysis.Gaithersburg, MD, USA: Association of Official Analytical Chemist Inc. Arlinda, Dwita Kegiatan Headbag MOB Tim Kampanye Diet Kantong Plastik Greeneration Indonesia. Jurnal Elektronik Universitas Pajajaran. Vol1(2012):1-17. Askeland, D.R., P.P. Fulay, dan W. J. Wright The Science and Engineering of Materials 6 th Edition. USA: Cengange Learning. [ASTM] American Society for Testing and Material D : Standard Practice for Fluorescent Ultra Violet (UV) Exposure of Photodegradable Plastics [ASTM] American Society for Testing and Material D (2008): Standard Practice for Degradation End Point in Degradable PE and PP Using a Tensile Test. [ASTM] American Society for Testing and Material D (1999): Standard Practice for Outdoor Exposure Testing of Photodegradable Plastics. [ASTM] American Society for Testing and Material D : Standard Guide for Exposing and Testing Plastics that Degrade in the Environmental by Combination of Oxidation and Biodegradation [ASTM] American Society for Testing and Material G21-09 Standard Practice for Determining Resistance of Synthetic Polymeric Materials to Fungi. [BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia Produksi Buah-buahan Menurut Propinsihttp:// &id_subyek=55&notab=1. Diakses 10 Juli Bastioli, C Handbook of Biodegradable Polymer. United Kingdom: Rapra Technology Limited. Biro Pusat Statistik Statistik Indonesia; Harvested Area, Yield Rate and Production of Cassava by Province. idtabel,111/itemid,165. Diakses tanggal 6 Januari Bishop, P. L Pollution Prevention: Fundamentals and Practice. Boston: McGraw-Hill. Bourtoom, T Effect of Some Process Parameters on The Properties of EdibleFilm Prepared From Starch. Department of Material Product Technology, Songkhala. up/rice%20starch%20film.doc. 59

78 60 Budiman N Polimer biodegradabel. Diakses tanggal 28 Juni Chaplin,M Starch. Diakses 20 Juli 2013 Charoenkul, N., Dudsadee, u., Worayudh, P., dan Yasuhito, T Physicochemical characteristics of starches and flours from cassava varieties having different cookedroot textures. Food Science and Technology. Vol. 44 (2011): Chinnaswamy, R. dan M. A. Hanna Biodegradable Polymer. USA. Coles, R., D. McDowel, dan M. J. Kirwan Food Packaging Technology. Iowa: Blackwell Publishing. Comhar Principle for Sustainable Development. Comhar-the-National Sustainable Development Partnership. Christianty, M. U Produksi Biodegradable Plastic Melalui Pencampuran Pati Sagu Termoplastis dan Compatibilized Linear Low Density Polyethylene. Thesis. Institut Pertanian Bogor, Cui, S. W Food carbohydrates: chemistry, physical properties, and applications. Boca Raton: Taylor & Francis. Corradini E, Carvalho AJF, Curvelo AAD, Agnelli JAMm Mattoso LHC Preparation and characterization of thermoplastic starch/zein blends. Mat Res 10(3). Corneliussen RD Linear Low Density Polyethylene Diakses tanggal 8 Juli Damayanthy D Teknologi proses pembuatan dan karakterisasi biodegradabel plastik dari bahan campuran polipropilen dan tapioka [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Davis, J. R Tensile Testing 2nd Edition. USA: ASM International. Dawn Thilmany, Jessica Hernandez, Anita Alves Pena and Phil Watson The Economic Contribution of Colorado s Green Industry. Working Paper at Department of Agricultural and Resource Economics Colorado State University. Dewi, Mariani Producers Responsible for Recycling Plastic Waste. Diakses tanggal 5 Maret EPI EPI%20launches%20OxoGreen.pdf. Diakses 26 Januari 2012 Eriyatno, Fajar S Riset Kebijakan. IPB Press. Bogor Escamilla, G. Canché, M. Canché-Canché, S. Duarte-Aranda, M. Cáceres-Farfán, R. Borges-Argáez Mechanical properties and biodegradation of thermoplastic starches obtained from grafted starches with acrylics. Carbohydrate Polymers 86 (2011) : Esti dan Prihatman Tepung tapioka. Diakses tanggal 1 Desember Food and Agriculture Organization (FAO) Cassava. Diakses tanggal 1 Desember 2012.

79 Fabunmi, Oyeyemi O, Tabil LG, Chang PR, Panigrahi S Developing Biodegradable Plastics from starch. Paper number RRV07130, ASABE /CSBE North Central Intersectional Meeting. The American Society of Agri cultural and Biological Engineers, St. Joseph, Michigan. Diakses tanggal 13 Maret Fang J, Fowler P The use of starch and its derivatives as biopolymer source of packaging material. J Food Agric Environ 1(3-4): Favis BD, Rodriguez F, Ramsay BA Method of making polymer composition containing thermoplastic starch. com/ html. Diakses tanggal 8 Juli Fenichell, Stephen Plastic the Making of a Synthetic Century. New York: Harper Collins. Firdaus F dan Mulyaningsih S Morfologi Film Plastik Biodegradable dari Komposit Pati Tropis- PLA, Pati Tropis-Khitosan, dan Pati Tropis- PLAKhitosan. Jurnal Teknoin ISSN (Terakreditasi) Edisi Juni Flieger MM, Kantorova A, Prell T, Rezanka, Votruba J Biodegradable plastics from renewable sources. J Folia Microbiology 48(1): Franco,TdS. A. P. d. A. Carneiro and C. M. L. Franco Effect of enzymatic hydrolysis on some physicochemical properties of root and tuber granular starches. Ciência e Tecnologia de Alimentos, vol. 30: Garg S, Jana AK Effect of starch blends on mechanical properties of low density polyethylene (LDPE). Film Indian Chemical Engr (48) 3. Ghosh, Premamoy Polymer Science and Technology of Plastics and Rubbers. 5 th edition. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company. Ginting, P Mengelola Sampah, Mengelola Gaya Hidup. Diakses tanggal 26 Maret Gould, J. H., Gordon, L.B. Dexter and C.L. Swanson Biodegradation of starch-containing plastics. New York: American Chemical Society. Greeneration Indonesia Lestarikan Bumi Kita Indonesia. g=enhttp:// &lang=enhttp://greeneration.org/sejarah/. Diakses tanggal 12 April Griffin, G Chemistry and Technology of Biodegradable Polymers. Blackie Academic&Proffesional. Gunawan, I. Deswita, Aloma, Sudirman. Sintesis dan Karakterisasi Komposit HDPE-Pati Tapioka. Jurnal Sains Materi Indonesia (2008): 5-8. Hicks, A Minimum Packaging Technology for Processed Foods: Environmental Considerations. AU J.T.6(2): Diakses tanggal 15 Oktober Hornback, J.M Organic Chemistry. USA: Thomson Leaning. Hutapea, P Pembuatan Tepung Biji Durian (Durio Zibethinus Murr) dengan Variasi Perendaman dalam Air Kapur dan Uji Mutunya. [Thesis]. Universitas Sumatera Utara. [Inaplas] Asosiasi Industri Aromatik Olefin dan Plastik Indonesia =190:chandra-asri-bangun-pabrik-butadiene-us-110- juta&catid=2:petrokimia&itemid=3dokumen. Diakses 5 September

80 62 International Trade Center The Packaging Legislation of Austria and Its Potential Impact on Export Packaging from Developing Countries. Pack data Factsheet No.29.April. ITC. UNCTAD/WTO. [IISD] International Institute for Sustainable Development National Strategies for Sustainable Development: Challenges, Approaches and Innovations in Strategic and Co-ordinated Action. IISD-GTZ. Unigraphics, Winnipeg, Manitoba. Ishizaka Alessio, Labib Ashraf Analytic Hierarchy Process and Expert Choice: Benefits and Limitations, ORInsight, 22(4), p Janssen, L. P. B. M and Moscicki, L Thermoplastic Starch: A Green Material forvarious Industries. Weinheim: Wiley-VCH. Jufri, M., R. Dewi, A. Ridwan, Firli Studi Kemampuan Pati Biji Durian Sebagai Bahan Pengikat dalam Tablet Ketoprofen Secara Granulasi Basah. Majalah Ilmu Kefarmasian. 3 (2006): Kalambur S, Rizvi SSH An overview of starch-based plastic blends from reactive extrusion. J Plast Film Sheet 22: Kementerian Lingkungan Hidup Makalah Seminar: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Seminar Nasional. Meretas Langkah Menuju Bumi Bebas Sampah Plastik dengan Bioplastik. Universitas Negeri Jogjakarta: 6 November Komunitas Save the Earth Makalah Seminar: Selamatkan Bumi Kita dari Kantong Plastik. Institut Pertanian Bogor: 17 Mei Kementrian Pertanian Indonesia, Ubi Kayu. /rb/ubi %20 Kayu.pdf; Diakses tanggal 27 Mei [Kemenperin] Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Industri konsumsi plastik akan terus meningkat. Diakses tanggal 1 September [Kemenperin] Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Pusat Standarisasi Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri. Diakses tanggal 1 Juli [Kemenperin] Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Konsumsi Kantong Plastik Belanja. Diakses tanggal 9 Juli Koswara, S., Teknologi Modifikasi Pati. Diakses tanggal 30 Agustus Latief R Teknologi kemasan plastik biodegradabel. hayati_ipb. com/users/rudyct/individu 2001/rindam_latief.htm-87k. Diakses tanggal 23 Juni Lerdy, Leonardus, Anityasari Maria Pemodelan Consumer Acceptance Terhadap Produk Pengganti Tas Plastik Dengan Metode SEM. Surabaya: Institut Teknologi Surabaya. Martaningtyas, D Potensi Plastik Biodegradable. Diakses tanggal 2 September 2011.

81 63 Masters, Gilbert M Introduction to Environmental Engineering and Science. New Jersey: Prentice Hall. Marimin, Maghfiroh N Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor: IPB Press. Marimin Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Teknologi Manajerial. Edisi ke 3. IPB Press. Bogor. Marimin Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Edisi ke 3. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Miller, G. T Environmental science: working with the earth (11. ed., internat. student ed.). Belmont, CA [u.a.: Thomson/Brooks/Cole. Morawietz K Industrial development of environmental degradable plastics from the idea to a commercial product. Workshop Sustainable Plastics in India and Asian Countries Desember 2006 in India. Biopolymer Technologies Germany. Moura, R.A The Effect of Physical Aging, Starch Particle Size, and Starch Oxidation on Thermal-Mechanical Properties of Poly (Lactic Acid)/Starch Composites. A Dissertation. Kansas.USA. Munasinghe, M Environmental Economics and Sustainable Development. The World Bank, Washington, D.C Miller, A.Ch.E Converting for Flexible Packaging. Technomic Publishing Co., Inc. Lancaster-Basel. Nakamura EM L. Cordi GSG, AlmeidaN. Duran LHI Study and development of LDPE/starch partially biodegradable compounds. Materials Processing Technology 162: Narayan R Biobased and Biodegradable Plastic. plasticsindustry.org/files/events/pdfs/bio-narayan pdf. Diakses tanggal 24 Agustus Nasiri, Syah Johan A., Plastik Ramah Lingkungan dalam Majalah Sentra Polimer. Tahun VII nomor 27. Jakarta. Nogoseno Arah dan Kebijakan Pengembangan Agribisnis Sagu di Indonesia dalam: Sagu untuk Ketahanan Pangan. Prosiding Seminar Nasional Sagu: Manado, 6 Oktober Manado: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Manado. Nolan-ITU Environment Australia: Biodegradable Plastics-Development and Environment Impact. Melbourne: Nolan-ITU Pty Ltd. Nwokocha, L. M., Ndubisi A. Aviara, Chandra Senan, dan Peter A. Williams. A Comparative Study of Some Properties of Cassava (Manihot esculenta, Crantz) and Cocoyam. Carbohydrate Polymers 76: (2009). Park HM, Lee SR, Chowdhury SR, Kang TK, Kim HK, Park SH, Ha CS Tensile Properties, Morphology, and Biodegradability of Blends of Starch with Various Thermoplastics. J Appl Polym Sci (86): Patton, Michael Quinn Qualitative Evaluation and Reasearch Methods 2nd Edition. New York: Sage Publication, Inc. Pila, S Handbook of Bioplastics and Biocomposites Engineering Application. New Jersey: John Wiley & Sons Phillips, G. O., P. A. Williams Handbook of Hydrocolloids. Cambridge: CRC Press, Cambridge. Pranamuda H Pengembangan bahan plastik biodegradabel berbahan baku pati tropis. Disampaikan pada Seminar on-air Bioteknologi untuk

82 64 Indonesia Abad 21, 1-14 Pebruari Jepang: Sinergy Forum-PPI Tokyo Institute oftechnology. Prihatman, K Ketela Pohon/Singkong (Manihot utilissima Pohl). Available at: Diakses tanggal 6 Pebruari Putri, W. D. R., Haryadi, D. W., Marseno, dan Cahyanto, M. N Effect of biodegradation by Lactic Acid Bacteria on physical properties of cassava starch. International Food Research Journal Vol.18(3) (2011) Rapra Plastic Material for Packaging: Development in Markets, Materials, and Processes. Shrewbury: Rapra Technology Limited. Robertson, GL Food Packaging Principles and Practice Second Edition. USA: CRC Taylor&Francis. [RoL] Republika on Line Kantong Plastik Ramah Lingkungan. indomaret-luncurkan-kantong-plastik-ramah-lingkungan Rubin, E. S., & Davidson, C. I Introduction to Engineering and The Environment. Boston: McGraw-Hill. Sanchez, A. C., Popineau, Y., Mangavel, C., Larre, C., & Geguen, J Effect of different plasticizers on the mechanical and surface properties of wheat gliadin films. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 46, Saaty,T.L Decision Making For Leaders: The Analytical Hierarchy Process for Decision in Complex World. Pittsburgh: RWS Publication. Saaty.T.L Rank from Comparisons and from Ratings in the Analitic Hierarchy Network Processes. European Journal of Operational Research 168 (2): Sanjaya, I. G. dan T. Puspita Pengaruh Penambahan Khitosan dan Plasticizer Glicerol Pada Karakteristik Plastik Biodegradable dari Pati Limbah Kulit Singkong. [Thesis]. Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya. Scott, Gregory J. and Princess I. Ferguson Product Development for Root and Tuber Crops. Lima: International Potato Center, Sharma, S. K. dan A. Mudhoo A Handbook of Applied Biopolymer Technology: Sythesis, Degradation, and Application. London: RSC Publishing. Sihaloho, Eva Evaluasi Biodegradabilitas Plastik Berbahan Dasar Campuran Pati dan Poli Etilen Menggunakan Metoda Enzimatik, Konsorsia Mikroba dan Pengomposan. [Skripsi]. UI. Jakarta. Silitonga, L. T. 2008, Penggunaan Plastik Supermarket Akan Dibatasi, edisi 29 Oktober, Bisnis Indonesia, Jakarta, Indonesia. [SNI] Standar Nasional Indonesia Kriteria ekolabel untuk produk kantong plastik belanja. SNI : Dewan Standarisasi Nasional : Jakarta. [SNI] Standar Nasional Indonesia Syarat Mutu dan Metoda Uji Tepung Sagu. SNI 3729:2008. Dewan Standarisasi Nasional Jakarta. Soebagio B., Sriwidodo, dan A. Aditya Pengujian Sifat Fisikokimia Pati Biji Durian (Durio zibethinus Murr) Alami dan Modifikasi Secara Hidrolisa Asam. [Thesis] Universitas Padjajaran. Sperling, R. H Introduction to Physical Polymer Science, 2nd Ed. New York: Wiley. Page 16, 314,

83 65 Srichuwong, Sathaporn, Titi Candra Sunarti, Takashi Mishima, Naoto Isono, Makoto Hisamatsu Starches from Different Botanical Sources I: Contribution of Amylopectin Fine Structure to Thermal Properties and Enzyme Digestibility. Carbohydrate Polymers. 60 (2005): Sriroth, K., Sangseethong K Biodegradable Plastics from Cassava Starch. Diakses tanggal 1 Maret Stevens, Eugene S Green Plastics. New Jersey: Princeton University Press. Stevens MP Polymer Chemistry. Iis Sopyan, penerjemah. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Strong, A. Brent Plastics, Materials and Processing. 2 nd Edition. New Jersey: Prentice Hall Pearson Education. Inc. Subowo, W. S. dan S. Pujiastuti Plastik yang Terdegradasi Secara Alami (Biodegredable) Terbuat Dari LDPE dan Pati Jagung Terlapis. Journal of Applied Polymer Science. 42 (2003): Sugianto, R tanggal 14 januari 2013 Sugianto, R Formula Rahasia Plastik Hijau. Diakses tanggal 15 Januari Sugianto, R Bahaya Kantong Plastik. Diakses tanggal 26 Maret Suismono, Hadi S., dan Widowati Pembuatan Tepung Kasava. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Sumarlin, Efendi R, Rahmayuni Karakterisasi Pati Biji Durian (Durio zibethinus Murr.,) dengan Heat Moisture Treatment (HMT). Universitas Riau. Surdia, T. dan S. Saito Pengetahuan Bahan Teknik. Pradnya Paramita Jakarta. Susilo, Nina Jumlah Penduduk Indonesia 259 Juta. Indonesia.259.Juta. Diakses tanggal 11 Juni Suyadi, et al Pembuatan Alat Uji Tarik Sampel Plastik Sistem Pneumatik Dengan Memanfaatkan Mikrokontroler Untuk Diversivikasi Pengujian Destruktif Non Metal. Penelitian Dosen Muda. Dikti.Jakarta. Syamsu, K., K. Setyowati, dan A. A. Khoiri Pengaruh Penambahan Pemlastis (Polietilen Glikol 400, Dietilen Glikol, dan Dimetil Ftalat) Terhadap Proses Biodegradasi Bioplastik Polib-hidroksialkanoat Pada Media Cair Dengan Udara Terlimitasi. Jurnal Teknologi Pertanian 4. 1 (2008): Tharanathan, R. N Biodegradable films and composite coatings: past, present and future. Trends Food Sci. Tech., 14, Tharoke, I.M., S.Desai, B.D.Sarawade, dan S. Devi Studies on Biodegradability, Morphology, and Thermomechanical Properties of LDPE/Modified Starch Blends. European Polymer Journal. 37 (2001):

84 66 Tokiwa, Y., B. P. Calabia, P. U. Ugwu, S. Aiba Biodegradability of Plastics. International Journal of Molecular Sciences. 10 (2009): Tongdang, T Some Properties of Starch Extracted from Three Thai Aromatic Fruit Seeds. Journal of Starch, vol. 60 (2008). no. 3-4, pp [UU RI] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. [UNEP] United Nations Environmental Program. Promoting Sustainable Trade for Green Economy Diakses tanggal 5 Juli [US EPA] United State Environmental Protection Agency Plastics. Diakses tanggal 5 Juli Van Berkel, R Cleaner Production for Achieving Eco-efficiency in Australian Industry. Curtin University of Technology, Perth, Vijaya, C. dan R. M. Reddy Impact of Soil Composting Using Municipal Solid Waste Biodegradation of Plastics. Indian Journal of Biotechnology. 7 (2008): Vilpoux, O., dan L. Averous. Starch Based Plastics. Diakses tanggal 3 Februari Vinhas GM, Lima SML, Santos LA, Gomes MA, Bastos YM Evaluation of the types of starch for preparation of LDPE/starch blends. Brazilian Archives Of Biol Technol 50(2007) 3: Vink E.T.H, Rabago K.R., Glassner D.A., dan Gruber P.R Apllications of life cycle assessment to Nature Works TM polylactide (PLA) production. Polym. Deg. Stab, 80, Yuniar,Vica Evaluasi Biodegradabilitas Plastik Berbahn Dasar Campuran Pati dan Poli Etilen Menggunakan ASTM G21-99, Uji Mikroorganisme dan Uji Lapangan. [Skripsi]. UI. Jakarta.

85 LAMPIRAN

86 Lampiran 1. Hasil Uji Kadar Logam Kantong Plastik Belanja (AAS)

87 eedan-f EN GKAJ tan lg ril.laxau r xl BALAI eesar Krrvun inn ffi 'niuru INDUSTRT i rn iln drdaidi- LABORATOruUM UJI DAN KALIBRASI Jl. BalaiKimia No. 1, Pekayon Pasar Rebo, Jakarta 13069, Kotak pos 6916 JATPK Te lp. (02 1 ) qll! Fq (H untins), Bt 2044e F ax. (021) e2B bbkk@ cbn.rle t.id ; http : / / Jakarta, April 2012 Kepada: UNIVERSITASPELITAHARAPAN No. Analisa : To. LIPPO KARAWACI 0026/ ln/12 Report Nr. Yanq bertanda tanqan dibawah ini meneranokan bahwa oenouiian/analisa di laboratorium TE undersigned cerlifies that laboratary testing / analysis D.atl cgntoh ( contoh-contoh : Plastik Martha Tilaar Of the sample (s) Yanolami terima dari saudara tanoqal 26 Maret 2012 Received on Hasilnva adalah sebaqai berikut : : ),) irmg jtr.e Results ft LAPORAN HASIL UJI $f;8 {!E hs H$ I *o I fr: fifr lbesi fji is; l:e 1. ujr,oruo* I to METODA,' I ms/kg I 21 AAS AAS PARAMETER UJI (Fe) L1lil' '- :, '.Fv: -J.::\ E* fie is {.s IEffi lir??,'f-o'r:'-rl *.-{;; l,r l *"1,,i:r'ir'd:i;*l,f,E; BalC i :s >s tq 36 E &:C.t. arsip i.t ]aponn hasit uji tidak dibenar*,an untuk dlpefuanyak, [j.='tnendapaf pers etujuan teftulis dari LUK BBKK Terkecuali secan tengkap dan :6 lc Ja o3 B ctr r +gl LrL!-E,Ia llf f\f j' t! o '!-.i 3 $ : H c ffi ----*-*ar*;i&,irr.ili;t'n t:, li,i

88 BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN Kementerian Perindustrian LABORAiTOhIUM UJI DAN KALIBRASE R#pi?* t,1{ iyi"{i*ijs,y.f,ip, Jl. Balai Kimia No. 1, Pekayon Pasar Rebo, Jakarta 13069, Kotak pos 6916 JATPK Telp. (021) (Hunting), Fax. (021) bbkk@ cbn.net.id Jakarta, 27 April ; http : / lwww.bbkk-lirbang.go.id 2012 Kepada: UNIVERSITASPELITAHARAPAN No. Analisa : To. LIPPO KARAWACI 0029/ ln/12 Repoft Nr. Yanq bertanda tanoan dibawah ini meneranokan bahwa oenouiian/analisa di laboratorium The undersigned certifies that laboratoty testing / analysis : Dari contoh ( conloh-contoh Plastik Carrefour Lokal Qf the sample (s) Yaqq kami terima dari saudara tanoqal : 26 Maret 2012 Received on Hasilnva adalah sebaoai berikut : : ) Results LAPORAN HASIL UJt tio FARAMETER UJI SATUAN Besi (Fe) Kobal (Co) H smg/kg ruffi,hr.,j"$q HASIL ':-:.-- METODA 29,gos AAS AAS : d ; itff#fl$ffi -,..,r,:,: ;:,j;5._l :i;r i : ffimr#c.-tr$e3w reffiffi.1;,];iti.i;.;i',, "1,',., i::11,:::-ii t: Ii ::.:.'ii.:j!l, l': ",tl+jl Kimia dan Kema san : ji ;1 lc.l. Arsip t',l^oonn hasil uji tidak dibenarkan untuk diperbanyalt Terkecuali secan lengkap dan persetujuan tertulis dari LUK BBKK 'iitndapat il Halaman,1r:11{i;;;:;t;,- t; * d f, # il &- -iii ll','+,,iti::.:ff,.,i,:..-r!rli+r,....'..:...rf,li''.:,. ;.: -i..:=: ii:iir',j']#if#tiiiif' i I dari 1

89 ---- *i:*' *gs s,*? 'a a (D!) n gt 3 la, :" (]I =ar!, (, 3= 5c*_i (o 3=' o-,, ro c. EA' t uep t ueweph iir uep.de46ua1i etexos os,rad!, [npeq r =3 df e: ' elueqadp 4n1un ualreuaqlp \epp th pseq uaodel d-! ap,v.r.cc i. l -'J SF rrp oj y)t1gynl yep silnyat uen[rypstadredepuaw ;Io. =st f= :'!, i.r ffiffis# '.,.1''. w wiq F H& *ry1izu t0rfl# 4 ryarl :-+=*.Tffi] Effi5 Tlff {Ej&! $.Y,Et ': :jlt::,,lll ;:ji-::- trn -{,.-14 i-:i* p#dr* E trp4t l,ii,i.r H) tsee ffi:z En"u3+llt1!sWd:r.' :,. AUONnv-r N33rue t; aqt spfieue = E 6 I I I gg z, l I ott..l 3 g 5+ ' qtr O =.t, ctld ilg stps?u 9. * uo :@I! vytrs\nd e sq I tlz lunr /0 7,1 po (s) eldwes 'al loca / X aq116 * :@3 rfuopnqe! pql saeyac peu'lslepun eql q' : nlrlljoleloqbl!p esllbue/ubllnduoo emqeq uelduerauaul lul qe Aeqlp ueouel Bpuepaq ouea lelaq oue^ 't1t1!_lj;r;:ll :@s qo-lt65nqi 'sjapun "t, I d ct 'ttin.ftrur"^l sllns2a ileet-6rei Iwes eq119 =' = todev=i ltsvhtmie p-remn5ef o psaracra 1tD ;.1u"..4';= tu #Fdffi F- e.=: i ",r,:".:;;# i:. i=r:," #%ArS & d#q ffifru E liiir; :!.,-(DF -_./+';:.. ii,i{. ':lt ':r,;l-"til yodag ztlnr/6900 EEflEEY--oN NVdVUVH itrmysicen Vlngd SVI SUSA Nn : 'ot :epedey t000'90trnr FTOO' -n@wifrd@,tiqq:t,ow-s (tzo) 'xet 6woz/9. '(6unung) e*tt tb (izo) tler,ogoej ^. 8z6vtL8 -^ vf'9t69 sod leloy eub)tbf:oqay'.resiijuolei;j1;:i,n'er-n ry teteg.lr 8l-tvx Nvq trn uunruo.tvuogvl Qna.,- WWeA EStt-W-6N NVSVl,tiliIy NVq VlUllly UVSitg tvtvg Yl$Xf,*##tdi Sil#i1ti,i I: ub!4snpuilod ueljolu0urey

90 J INDUS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI AN.lB Kementerian Perindustrian s 6916 JA fi *iluff Lii{ ;$;**id# BALAI BESAR KIMTA DAN KEMASAN I-ABORATORIUM UJI DAN KALIBRASI petqyqllasar Jl. Balai Kimia. No. I, $ i/.1 relp. Rebo, Jakarta 13069, Kotak pos 6916 JATPK 9!1i!39 (Huntins),'anoacs F;i. : (02 1 ) bbkk@ cbn.net.id Jakarta, 27 April ; nttp, t t_r_,oow- aoi ij'8? ilffi i qszs-' Kepada: UNIVERSITASPELTTAHARAPAN No. Analisa : To. LIPPO KARAWACT N112 Report Nr. Yeno bqrtanda tanoan dibawah ini menerangkan bahwa penouiian/analisa di laboratorium The undersigned cedifies that laboratory testing / analysis Dari contoh ( contoh-contoh : Plastik Food Hall Of the sample (s) Yanq kami terima dari saudara tanqoal : 26 Maret 2012 Received on Hasilnva adalah sebagai berikut : : ) Results LAFORAN HASIL UJI _-] NO -.,1 -t PARAMETER UJI 1. Besi (Fe) 2. Kobal (Co) ;1'*,n,., ;.-".: - SATUAN mg/kg,, *mg/kg.. ;,: ', i,::r,o:... }IASIL METODA 29,94 < " 3,3* AAS AAS ffi msws# m&m w#.m ** I..:, $ tr#$u4ffifl$h $ffi1f ii b*++ qlaa,*t-4.e#s i;::.;;{l:,r: ltl,r a:l ''' - *rir!::.j' :iiri:1i j:'.:i,t:!ii1:..{jr,:' Kimia dan Kemasan '-,lr.r-l-;. il.:,:-,. rik,,.f r.i 'l: hasil uji tidak dibenarkan untuk diperhanyak, Te*ecuali secara lengl<ap dan Noetuiuanleftulis dari LllK BBI{J( Halaman 1 dari jtir!!iir:+. r,i:..l-:lii:n'r:;r.il'i iii:+ : 6 fig {F I a g ' ', r,',''...'.r-'l -=l:'r: 'j.,;-l:::.,., ''+1.-i.:' f:.:,i-l.i -ri,:':-i.ii:,j''fii. "-:l.'.l:t:' I

91 BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU Kementerian Perindustrian ic l:i r tiisi-i g fi**?.1 il::li: LABORATORIUM UJI DAN KALIB Jl. Balai Kimia No. '1, Pekayon-Pasar Rebo, Jakarta 1306% Kotak Po.q 6916 JA Telp. (021) (Hunting), Fax. (021) Analisa : bbkk@cbn.net.id; http : // Jakarta, 27 April 2012 NJ2A4.A0I7 No. I BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN Kepada: UNIVERSITASPELITAHARAPAN : To. LIPPO KARAWACI lnl12 No. Analisa Repoft Nr. Pcpoft Nr. Yanq bertanda tanoan dibawah ini meneranqkan bahwa oenquiian/analisa di laboratorium The undersigned ceftifies that laboratory testing / analysis : Dari contoh ( contoh'contoh Plastik Hypermart Of the sanple (s) Yano kami terima dari saudara tanqqal : 26 l{aret 2012 Received on Hasilnva adalah sebaoai berikut : : Yanq bertan The undersi Dari contoh Of the samg. Yanq kami t Received ot ) (! l! '1 Hasilnva ad Results Results dt gt *'6 LAPORAN HASIL UJI 56 -ol oil g= LtE tt v *G g1' o= o,r: o.i Eb c}fl ()!s -o ;q EJ o6 l(rs Eo ffi'*-f-$f Eg.6- +$+*=.tw j Kimia dan Kemasan Teknik, o:= &o oo >t! gorgc E :: 4 4r I 0- tg! 4 II i I F SC.l. U.6 F Arsip $C.1. Arsip e E -Taporan hasil uji tidak dihenarkan f untuk diperbanyak, Terkecuali secara lengkap dan 'jn:,;dapat persetuiuan tedulis dari LUK BBKK '{aponn hasil uit 'nendapat perse; : ll e> =G Halaman =q) t5 -(u f,tc6 (,,ag re= r6 Jci s o (. I dari 1!?

92 INDUS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI in IB Kementerian Perindustrian 6916 JATPK R$ilijfii"lF BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN LABORATORIUM UJI DAN KALIERASI ;n:i'1*:';r"1;inn Jl. BalaiKimia No. 1, PglqyqllgqarRebo,^/q!qr!g 13069, Kotak pos 6916 JATpK retp- (021) 911-l!38 (Huntins), s rax. (ozt1 aiiqsza bbkk@ cbn.net.id ; http : / ltytw.bbkk_litbang.eo.id Jakarta, 27 April 2012 Kepada: UNIVERSITASPELITAHARAPAN No. Analisa : To. LIPPO K.ARAWACI N112 R:tpod Nr. Yanq bertanda tanqan ciibawah ini meneranqkan bahwa penouiian/analisa di laboratorium The undersigned certifies that laboratory testing / analysis Dari contoh ( contoh-contoh ) Plastik Boy Of the sample (s) Yanq kami terima dari saudara tanoqal 26 Mafet 2012 Received on Hasilnva adalah sebaqai berikut : : Roti,!!,& 5 a Results LAPORAN HASIL UJI ',PARAMEI ER,U{ I Besi (Fe) Kobal (Co) 16,33 < 3,3* {enrasan Kimia dan Kemasan Halaman r1::i:t1:it-j:'l i:i,i:ii;:::+:r;lr1:;i;;= ;.=:iril.::i:: $ 5 e* 3 flg. -1*R,-lf;i+.=.:.: I :-:. - l' -+:..;l _: ti: 1-,1;i,.1, 1; :.r*t,,.,,;.: ti-l,a-,. :':_.:1i:-',,t :. l r',. :trirrrri::1j :!:t; :rl : i+'i;1 I dari I

93 BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INT - &F* Kementerian qtu# Peri BALAI BESAR KIMIA DAN xrunsau n{*ffi *.ft?.?,ffitg5j"ytr ff"j,:_p,th ffi 1* 'N s Jakarta, 27 April 2A12 Kepada: UNIVERSITASPELTTAHARAPAN No. Analisa : To. LIPPO KARAWACI N112 Repo,t Nr. Yanq bertanda tanqan dibawah ini meneranqkan bahwa penquiian/analisa di laboratcrium The undersigned ceftifies that laboratory testing / analysis Dari contoh ( contoh-contoh : Plastik G Laundry Of the sample (s) Yanq kami terima dari saudara tanqoal : 26 Maret 2012 Received on Hasilnva adalah sebaqai berikut : No. Analisa Repoft Nr. : ) (g ro.)as!z Y Yano bertanr The undersil Dari contoh t Of the samp, Yanq kami t( Received on Hasilnva ad: Results!0 I *'6 LAPORAN HASIL UJI =lg lll d,it ad LIE=, Results 5G 9 o=' o,,,no SAT.T'AN HASIL.M-ETODA 1. mglkg 10,70 AAS AAS rc c; oif o!e -o o= 2. est,g'$g*.- FJ O'o;.:d E u'3'3,r=,,reft B.i,e"fi ss [* l, Fj iiir"ts s.1 * E,n t { ffi*f.#g*efl.ggog:i% _ie (g_ l1 r Kimia dan Kemasan I{! i o:=,0c' teo >(g ccl ctc -3.t' 4 I! x 3 3 i E c CC.l- Arsio 9F E f ; I ji i i $aporan has il uji tidek dibenarkan untuk dipefuanyak, Terkecuali secan lengkp dan 'lnendapat persetuiuan tedulis dari LUK BBKK! $C. rdc :'(9 cc Hala;nan :a'; G5 g, rt -(, SE :ls6 O(l EO jr.i E L.i::;i::: :r:;: :.::r: :..,r j,li'tl_.ll : =i-...r5-::_!:i:: r_i:r..rjn::'.:!: :ri::;;i:iij t:i:::.{::i :i::,_i'tiia. i _.-:'j : ',til' ;;:..'i:i tai tl:':: I dari 1 l. Arsip! fuporan hasil uii $endapaf perseft

94 INDU BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI N BALAI BESAR KIMIA DAT{ KEIUIASAN Kementerian Perindustrian IB LABORATOHUM UJI DAN KALIERASI pefqyqllasar r,{ r:'j.ll:ftj*rj;i JA I.jl. Balai Kimia, No. 1, retp. (02 1 ) 9-l j! 139 (H u Rebo, Jakarta 13069, Kotak pos 6916 JATPK ntins), e rax- (oz il'ai i igza- bbkk@cbrr.net.iri; http : /lwww.bbkk_litbanp.so_id- 26.luni 2012 Kepada: UNIVERSITAS Jakarta, To. No.Analisa Report Nr : PELITAHARAPAN LIPPO KARAWACI 0058/lN/12 Yanq bertanda tanqan dibawah ini meneranqkan bahwa penouiian/analisa di laboratorium The undersigned ceftifies that laboratory testing / analysis : Dari contoh ( contoh-contoh PLASTIK VENETA SYSTEM Of the sample (s) : ) Yanq kami terima dari saudara tanoqal Received on Hasilnva adalah sebaqai berikut : : 08 Februafi 2011 Resuhs LAPORAN HASIL UJI I ---l I I ffif"fff-e masan R"#ffigtFdan Kemasan. L Arsip hasil uji tidak dibenarkan untuk diperbanyak, Te*ecuali secara lengkap dan persetujuan terlulis dari LUK BBKK Halaman.,,..;,;,.,,t?..,,-.,,r.,..":.jL' r'::ili ': & 6 * I s t $ "'-;;rt:r,ii:f:::r: t...:+, r;. ::1.-i.r;iil rt: I! inr:-:: tiu.,i;l'..1:iff' I dari 1

95

96 BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU Kementerian Perindustrian R SF ii* t!t{ i },f **hi il ii} I BATAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN LABORATCRIT'M UJI DAN KALIB Jl. Balai Kimia No. 1, Pekayonpasar Rebo, Jakarta 13069, J(otak relp (021) 871!\39 (Hunrins), *znq,qs i,r: po_s 6916 JA rii. iozl'a?iie-2;"'. bbkk@ cbi.net.id ;-Wr,, t t-"*.tuh,_ ia rn Jakafta, 27 Apfl 2A12 Kepada: UNIVERSITASPELTTAHARAPAN No. Analisa : Ta. LIPPO KARAWACT 0028/ ln/12 Repoft Nr..g fi E.l Yano bertanda tanqan dibawah ini meneranokan bahwa penquiian/analisa di laboratorium The undersigned cefiifies that laboratory testing / analysis Dari contoh ( contoh-contoh : Plastik Control Of the sample (s) Yano.karTri terima dari saudara tanqqal 26 Mafet Z01Z Hecetvecl on Hasilnva adalah sebaqai berikut : : ) : V R"*tr;- dt n4 E.S LAPORAN HASIL UJI *,b fl )<.g ge gsl*ol,. PARAMerenult l sarunru I E.: F*lr.z. lbesi (Fe) lms/kg :i I Ixouat 1co; i",r:,r,,.i: lu*mo/ku I E; i; i'.+ E,i'i E!S EE Es I e:f.,ir;',,,,,.",t,:' >tf >$a. it, ca. c $C.1... $ l6th\jl /i'\.t"qltn:,i Kimia dan Kemasan is)19 i'-^1c ii:9 r.c $ 5 -=.: i:i. ffi r rt i fl$ 14ffi "'"1 '"F.F1-e;rB{{sEF*EAru "'i' *EF.#-'r.j:' l!g Gg iiw., "tl:i!!:ta' f$-' s S : g: Ei: HA ;, i,i i; :'{l Arsip E fl.aponn hasil uji tidak. dihdna*m untuk diperbanya& Tertecuali secara lengkap dan 'lnendapat persetuiuan lerlulk dari LUK BBKK i e> ={6 JC 56, c- Halaman 1 dari 1.xF.i5 :o gt :1 tr =S o)6 -a * : f.; i.e j3 G.c -d&l (u ;iiii.i;r,: : '.. ir,,',,.,*5;:'tl.;11* -l i':...j..,.'.,,,, 4... ft

97 SENTRATEKNOLOGI No.Lap: 1367 LAMPIRAN I '1 Gambar L. Foto Morfologisampel Pati Biji Durian Pembesaran 1.500X (a) dan 2.500X (b) I ( ( a Gambar 2. Foto Morfologi Sampel Pati Biji Durian Pembesaran 5.000X (a) dan 10'000X (b) Laporan hasil pengujian ini hanya berlaku untuk sampel ke Manajer Mutu STP; dilarang menggandakan lapora sampaikan uan tertulis dari STP

98 itp r-*xorocr Ho, Laj_: 36ZA5soaa fial.: r3s+ifef* *a= ZJ2 Laporan Pengujian No. Laporan: Order No. : l35363g6gl Pelanggan Kontak Person Jenis Sampel *"^ to' Tanggal: ZglZ Universitas Pelita Harapan Kampus UPH, Lippo KarawaciTangerang Banten 15g11 Bpk. Arief Tanjoyo 1. Sampet No. 2. Sampel No.2 3. Sampel No.3 4. Sampel No.4 5. Sampel No.5 1 Penerimaan Sampel 22 Nopember 2012 Tanggal Pengujian 29 Nopember 2012 Jenis Pengujian Analisa Morfologi dengan SEM, KONDISI PENGUJIAN s.."tq:t lembaran plastik dengan ukuran panjang sekitar 1 x 0,5 cm kemudian langsung dicoating dengan platina selama 60 detik. s"mp"irerudi"n dianalisa morfologinya dengan alat SEM' Analisa dilakukan pada accelerated voltage sebesar 20 kv pada perbe'saran S00 X 10Q0 X; 2500 X dan 5000 X. HASIL Hasil analisa morfologi sampel No 1 s/d bawah ini : 5 menggunakan SEM terlihat pada gambar di I l00x (b) :.=c*-++ hasi! pengujian ini han #t:pa*an ke Manajer Mutu stp; dilarang menggandarin laporan initanpa persetujuan tertulis dari STp. :bfei

99 ;ErtiRA fet(li,i ()cr i,l; No. Lap.: Gambar 1. Foto SEM Sampel No. 1 pada perbesaran 500 X (a); 1000 X (b); 2soO X (c) dan 5000 x (d)

100 r-er g {'. & ':(liri r:arq -6E %, il_e 1 serir? & -#*,# 'rrl;:,tc, "t i,ra;n"* No. Lap.; X 3ts (d) Gambar 2. Foto SEM Sampel No. 2 pada perbesaran 500 X (a); 1000 X (b); 2500 X (c) dan 5000 x (d) Gambar3. Foto sem sampel No. 3 pada perbesaran 500 x (a); 1000 x (b); 2500 x 5000 x (d) 1q-bg* Laporanhasilpengujianinihanyaberlakuuntuksampelyangdiujiois@ dapat disampaikan ke Manajer Mutu STP; dilarang menggandakan laporan ini tanpa p-ersetujuan terl J*-il le{a::,!:r':i,' i.i:ii!r" ir-r:i;-::.l::!-. : d*:.'f

101 (c) Gambar 4. Foto sem Sampel No. 4 pada perbesaran x (d) x (a); 10oo x (b); 2s00 Laporan hasil pengujian ini hanya berlaku untuk sampel yang diuji di STP, segala pengaduan sehubungan dapat disampaikan ke Manajer Mutu STP; dilarang menggandakan laporan ini tanpa persetujuan tert x (c) dan

102 s-hf"ffi No. Lap.: /5 Gambar 5. Foto sem Sampel No. 5 pada perbesaran x (d) x (a); 1000 x Manajer Pengujian Kimia, idi STP, segala Pengaduan sel persetujuan dapat disampaikai lie Manajer fu1utu STP; dilarang menggandakan laporan ini tanpa (b); 2500 x (c) dan

103 Lampiran 3: Hasil Uji Keberagaman Indeks Putih Bioplastik Dependent Variable:Indeks_Putih Source Tests of Between-Subjects Effects Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model a Intercept Jenis_Plastik Konsentrasi_Pati Jenis_Plastik * Konsentrasi_Pati Error Total Corrected Total a. R Squared =.985 (Adjusted R Squared =.978) One Way ANOVA dilakukan karena pada tabel Two Way ANOVA terdapat interaksi Indeks_Putih Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Post Hoc Tests Indeks_Putih Tukey HSD a Subset for alpha = 0.05 Interaksi N LDPE-Durian 50% LDPE-Durian 30% LDPE-Sagu 50% LDPE-Durian 10% LDPE-Sagu 30% LDPE-Sagu 10% LDPE-Durian 0% LDPE-Sagu 0% Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

104 Indeks_Putih Tukey HSD a Subset for alpha = 0.05 Interaksi N LDPE-Durian 50% LDPE-Durian 30% LDPE-Sagu 50% LDPE-Durian 10% LDPE-Sagu 30% LDPE-Sagu 10% LDPE-Durian 0% LDPE-Sagu 0% Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size =

105 Lampiran 4. Hasil Uji Keberagaman Kehilangan Berat Bioplastik Dependent Variable:Hilang_Berat Tests of Between-Subjects Effects Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model a Intercept Jenis_Plastik Konsentrasi_Pati Jenis_Plastik * Konsentrasi_Pati Error Total Corrected Total a. R Squared =.335 (Adjusted R Squared =.045)

106 Lampiran 5. Hasil Uji Keberagaman Kekuatan Mekanik Bioplastik Dependent Variable:Kekuatan_Tarik Source Tests of Between-Subjects Effects Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model a Intercept Jenis_Plastik Konsentrasi_Pati Jenis_Plastik * Konsentrasi_Pati Error Total Corrected Total a. R Squared =.428 (Adjusted R Squared =.412) Tukey HSD a,,b Konsentrasi_Pati N Kekuatan_Tarik 50% % Subset % % Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = a. Uses Harmonic Mean Sample Size = b. Alpha =.05. Dependent Variable:Kekerasan Source Tests of Between-Subjects Effects Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model a Intercept Jenis_Plastik Konsentrasi_Pati Jenis_Plastik * Konsentrasi_Pati Error Total Corrected Total

107 Kekuatan_Tarik Tukey HSD a,,b Konsentrasi_Pati 50% N 30% Subset % % Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = a. Uses Harmonic Mean Sample Size = b. Alpha =.05. Dependent Variable:Kekerasan Source Tests of Between-Subjects Effects Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model a Intercept Jenis_Plastik Konsentrasi_Pati Jenis_Plastik * Konsentrasi_Pati Error Total Corrected Total a. R Squared =.818 (Adjusted R Squared =.813) Tukey HSD a,,b Konsentrasi_Pati N Kekerasan 50% % Subset % % Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) =.475. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = b. Alpha =.05.

108 Dependent Variable:Perpanjangan_Putus Source Tests of Between-Subjects Effects Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 9.803E Intercept 1.671E E Jenis_Plastik Konsentrasi_Pati Jenis_Plastik * Konsentrasi_Pati Error Total 3.519E7 264 Corrected Total 1.848E7 263 a. R Squared =.531 (Adjusted R Squared =.518) One Way ANOVA dilakukan karena pada tabel two way ANOVA terdapat interaksi Oneway ANOVA Perpanjangan_Putus Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 1.090E Within Groups Total 1.922E7 263 Post Hoc Test Perpanjangan_Putus Tukey HSD a Subset for alpha = 0.05 Interaksi N LDPE-Durian 50% LDPE-Durian 30% LDPE-Sagu 50% LDPE-Durian 10% LDPE-Sagu 30% LDPE-Sagu 10% LDPE-Durian 0% LDPE-Sagu 0% Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size =

109 Dependent Variable:Modulus_Young Source Tests of Between-Subjects Effects Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model a Intercept 3.073E E Jenis_Plastik Konsentrasi_Pati Jenis_Plastik * Konsentrasi_Pati Error Total 3.811E7 264 Corrected Total a. R Squared =.115 (Adjusted R Squared =.091) Tukey HSD a,,b Konsentrasi_Pati N Modulus_Young 50% Subset % % % Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = a. Uses Harmonic Mean Sample Size = b. Alpha =.05.

110 Lampiran 6. Data Indeks Putih Bioplastik Chromameter Indeks Putih L a b L-3b LDPE LDPE-D LDPE-D LDPE-D LDPE-S LDPE-S LDPE-S

111 Lampiran 7. Data Kehilangan Berat dan Uji Mikrobiologi Bioplastik Data Kehilangan Berat M Ulangan Ratarata LDPE Mo M % Diff Durian Mo % M % Diff Durian Mo % M % Diff Durian Mo % M % Diff Sagu Mo % M % Diff Sagu Mo % M % Diff Sagu Mo % M % Diff Keterangan: Mo adalah massa plastik sebelum dipendam M1 adalah massa plastik setelah dipendam Data Uji Mikrobiologi Minggu ke- Total Mikroba Kapang/khamir 0 TBUD TBUD 1 TBUD TBUD 2 TBUD TBUD 3 TBUD TBUD 4 TBUD TBUD 5 TBUD TBUD TBUD: Terlalu Banyak Untuk Dihitung

112 Lampiran 8. Data Kekuatan Mekanik Bioplastik Bioplastik LDPE Kekuatan Tarik (MPa) Kekerasan (N) % Perpanjangan Putus Modulus Young (MPa)

113 Durian 10% Kekuatan Tarik % Perpanjangan Modulus Young (MPa) Kekerasan (N) Putus (MPa)

114 Durian 30% Kekuatan Tarik % Perpanjangan Modulus Young (MPa) Kekerasan (N) Putus (MPa)

115 Durian 50% Kekuatan Tarik % Perpanjangan Modulus Young (MPa) Kekerasan (N) Putus (MPa)

116 LDPE Kekuatan Tarik % Perpanjangan Modulus Young (MPa) Kekerasan (N) Putus (MPa)

117 Sagu 10% Kekuatan Tarik % Perpanjangan Modulus Young (MPa) Kekerasan (N) Putus (MPa)

118 Sagu 30% Kekuatan Tarik % Perpanjangan Modulus Young (MPa) Kekerasan (N) Putus (MPa)

119 Sagu 50% Kekuatan Tarik % Perpanjangan Modulus Young (MPa) Kekerasan (N) Putus (MPa)

120 Kekuatan Tarik % Perpanjangan Modulus Young (MPa) Kekerasan (N) Putus (MPa)

121 Kurva Uji Mekanik Bioplastik Nilai kekerasan plastik adalah puncak dari kurva Nilai kekerasan plastik adalah: kilogram force kgf x 1000 gf = gf 1 gf = N Nilai kekerasan (N) = gf x N = N

122 Data: Diketahui: lebar plastik (p) : 1cm = 0.01 m tebal plastik (l) : 0.79 mm = m Gaya tarik (F) : N Regangan tarik: mm Luas Penampang (A): l x t = 0.01 m x m = m 2 Kekuatan tarik ( ) = F/A = N / m 2 = N/m 2 = Pa x 10-6 MPa = MPa Regangan tarik ( ) = (Total perpanjangan - panjang awal) / panjang awal = ( mm 50 mm) / 50 mm = mm / 50 mm = % perpanjangan putus = regangan tarik x 100% = x 100% = % Modulus Young ( ) = F x L 0 ) / (A x L) = (43.90N x 0.05m) / ( m 2 x m) = Nm / m 3 = N/m 2 = Pa x 10-6 MPa = MPa

123 Lampiran 9. Data Hasil Analisis Proksimat Pati Sagu dan Pati Biji Durian Pati Sagu Kadar Abu Sampel 1: gram Cawan 1: gram Sampel 2: gram Cawan 2: gram Cawan 1+ Abu : gram Cawan 2+Abu : gram Kadar abu 1: ( ) x 100% = 0.246% Kadar abu 2: ( ) x 100% = 0.27% Rata-rata kadar abu: (0.246%+0.27%) = 0.258% Kadar Lemak Sampel 1: gram Labu lemak 1: gram Sampel 2: gram Labu lemak 2: gram Labu lemak 1+sampel 1 akhir: gram Labu lemak 2+ sampel 2 akhir: gram Kadar lemak 1: ( ) x 100% = % Kadar lemak 2: ( ) x 100% = % Rata-rata kadar lemak = (0.0388% %) = 0.04%

124 Kadar Air Sampel 1: gram Sampel 2: gram Cawan 1: gram Cawan 2: gram Cawan 1+ sampel 1 akhir: gram Cawan 2+ sampel 2 akhir: gram Kadar air 1: ( ) x 100% = 10.87% Kadar air 2: ( ) x 100% = 9.81% Rata-rata kadar air: (10.87%+9.81%) = 10.34% Kadar Protein Sampel 1: gram Sampel 2: gram Volume blanko: 0.2 ml Volume titrasi 1: 0.30 ml Volume titrasi 2: 0.30 ml %N 1= ( )x0.2x x 100% = % % Protein = % x 6.25 = 0.35% %N 2= ( )x0.2x x 100% = % % Protein = % x 6.25 = 0.35% Rata-rata kadar protein = 0.35% Kadar Karbohidrat: 100% - (0.258% % % %) = 88.94%

125 Pati Biji Durian Kadar Abu Sampel 1: gram Sampel 2: gram Cawan 1: gram Cawan 2: gram Cawan 1+abu 1: gram Cawan 2 +abu 2: gram Kadar abu 1: ( ) x 100% = 0.19% Kadar abu 2: ( ) x 100% = 0.31% Rata-rata kadar abu: (0.19% %) = 0.25% Kadar Lemak Sampel 1: gram Sampel 2: gram Labu lemak 1: gram Labu lemak 2: gram Labu lemak 1+ sampel 1 akhir: gram Labu lemak 2+ sampel 2 akhir: gram Kadar lemak 1: ( ) x 100% = 0.16% Kadar lemak 2: ( ) x 100% = 0.59% Rata-rata kadar lemak: (0.16% %) = 0.38%

126 Kadar Air Sampel 1: gram Cawan 1: gram Sampel 2: gram Cawan 2: gram Cawan 1+ sampel 1 akhir: gram Cawan 2+ sampel 2 akhir: gram Kadar air 1: ( ) x 100% = 11.68% Kadar air 2: ( ) x 100% = 9.74% Rata-rata kadar air: (11.68% %) = 10.71% Kadar Protein Sampel 1: gram Sampel 2: gram Vol. Blanko: 0.2 ml Vol. Sampel 1: 1.56 ml Vol. Sampel 2: 1.55 ml %N1 = ( ) x 0.2 x x 100% = % % protein: % x 6.25 = 4.76% %N2 = ( ) x 0.2 x x 100% = % % protein: % x 6.25 = 4.72% Rata-rata kadar protein: (4.76% %) = 4.764% Kadar Karbohidrat: 100% - (0.25% % % %) = 83.92%

127 s g s f."& Lampiran 10. Hasil Uji Kadar Pati dan Rasio Amilosa/Amilopektin : : it &.. KeasMr.*_. 9mdrl!dr*.imr+50!f p.lsoitr{ io* i fto.slndr tbi..6.{r A}qrta5i i.:: i lfll (Evrn0 : os i! lat lc= I : --: i 3 L2 t2a?4 4 r.6 o.9ar1 i ab s a o.9s5r ; c'' i DA'A T{ASTL PENcUKURITI KASAR F'I?I ṯ t 8..' : ff.-i, :i,! F t :i RASIO PATI OA'I AI{LOAA Bryol, *.*. :R6ruorr.;ro r: #,,.* {n%'e

128 Lampiran 11" contol' Data xsian Kuesiondn AFrp Kantong plastik Belanja (pelaku Industri) TUK INDONESIA KUESIONER PEI\TELITL{N Yth. Bapat</Ibu untuk memperoreh informasi guna mengetahui jenis kantong prastik berania nmah lingkungan yang seperti apa yaig patin;-;;r"k';rtuk Indonesia din dapat diterima oe1 2eyQ i1i[i 'pensambit- *upiliir, maka kami tim peneriti dari Fakurtas Teknotogi tiarltri1upn *e;;;';;;j"bnkan peneritian untuk lebih memahami.pengitaiii, pertimbangui"a;i-'.inat Anda sebaoai satah seonns pakar gtiry 6iig";'6i4, x"puiiiii' t"iiliirt diatas. suruei-ini hanva memakan waktu *iriig-iii'io iunitiir-ztrj sansat membantu kami nanrnva untuk ^"rr^'itij, te-nruk kantong ptastik beranja ramah,j:t:x:!e: seperti apa /uij' ;,;b cocok nantinya basi masyarakat Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu mengisi kuesioner ini. Inge Sefiawati PT Inter Aneka Lestaii Knlia Vice General Manager Keterangan Cara Mengisi Kuesioner Berilah randa X pada bobot atau angka yang sesuai dengan tingkat pembobotan, sesuai dengan masing-masing pertanyaan yang ada- Contoh pengisian kuesioner adalah sebagai berikut : Menurut pengalaman dan preferensi Anda berapa tuat kriteria proses lebih penting dan kriteria KETERSEDIAAN? Keterangan f. sama pentingnya dengan 3. agak lebih penting daripada 7. jauh lebih penting daripada 9. mutlak lebih penting daripada : kriteria KETERSEDIAAN- 5'- x *:,'&! Jawaban diatas menudukkan bahwa kriteria PROSES agak lebih penting dari pada

129 KANTONG BELANJA RAMAH LINGKUNGAN UNTUK INDONESIA untuk memudahkan Anda dalam memahami Iftiteria" berikut (tabel x) kami cantumkan keterangan untuk masing masing Kriteria yang dipertimbangkan dalam penelitian ini. Tabel X. Keterangan Kriteria LEWL A: TUJUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MINAT HARGA KANTONG BELANJA RAMAH LINGKUNGAN YANG SESUAI UNTUK INDONESIA LEYEL 1.' KRITERIA (Atribut yang akan mempengaruhi pemilihan alternatif) KETERSEDIAAN Minat untuk menggunakan jenis kantong plastik belaqia Harga yang harus dibayar untukjenis kantong plastik belanja Ketersediaan jenis kantong plastik belanja IP F F N _t N 1 3 PROSES Kemudahan proses pembuatan jenis kantong plastik belanja LEVEL 2: SUB KRITERIA (Stakeholder) Pelaku Ritel Masyarakat Pelaku Industri Pemerintah Supermarket atau pedagang tadisional Masyarakat pengguna kantong plastik belanja Industri yang memproduksi kantong plastik belanja Pemerintah selaku Regulator LEI/EL -t.' ALTERNATIF (Jenis kantong plastik) Konvensional Kantong plastik bela4iayang berbahan baku hanya polimer Oxodegradable Biodegradnble Kantong plastik belaqia berbahan baku polimer ditambah additive sehinesa hancur dalam waktu maksimal 2 tahun Kantong plastik belanja berbahan baku hanya polimer dan dicampur bahan pati dll yang bisa hancur oleh mikrobatanah dalam 10 minggu J F F F F J l 1 a t lj t, t a u -",--",**.j&r

130 KANTONG' BELANJA RAltfiAH LINGKUNGAN UNTUK INDONESIA DAFTAR PERTAI\TYAAN l. Menurut pengalaman dan preferensi Andq seberapa kuat Perbandingan kepentingan relative antar kriteria-kriteria berikut yang akan mempengaruhi keputusan penggunaan kantong plastik belaqia ramah lingkungan Kriteria PROSES PROSES PROSES I I I I I I KETERSEDIAAN KETERSEDIAAN HARGA I I E I I I Keterangan 1. sama pentingnya dengan 3. agak lebih penting daripada 5. lebih pentinq daripada 2. di Indonesia? Penilaian g E 3 4 t E E * I I I I I I I I 7 I 7 o Kriteria KETERSEDIAAN HARGA MINAT HARGA MINAT MINAT 7-iauh lebih per{ing daripada 9. mutlak lebih penting daripada 2,4,6,8. jika terdapat keterangan antara dua penilaian berd@@4 Menurut pengalaman dan preferensi AndA seberapa kuat Perbandingan kepentingan relative sub kriteria (PELAKU pengambil keputusan) dalam menentukan PROSES'pembuatan kantong plastik belanja ramah lingkungan di lndonesia? Sub Kriteria Penilaian Sub Kriteria PEMERINTAH I I E Keterangan 1. sama pentingnya dengan 3- agak lebih penting daripada 9. muflak lebih penting daripada 5. bbih oentino darioada 2,4,6, f. iika terdapat kderargan jauh lebih I I 7 PELAKU INDUSTRI pentirg daripada antara dua penilaia Menurut pengalaman dan preferensi Anda, seberapa kuat Perbandingan kepentingan relative sub lcriteria (PELAKU pengambil keputusan) dalam menentukan KETERSEDIAAN kantong plastik belanja ramah lingkungan di Indonesia? Sub Kriteria PtrMtrRINTAH PEMERINTAH PEMERINTAH PELAKU INDUSTE! PELAKU lnqqsie! MASYARAKAT Keterangan 1. sama pentingnya 3. agak lebih penting I I I I 7 E o o I I B dengan daripada darifbda s. felin *ntng 6 E E E 3 3 Penilaian Sub Kriteria E B 6 7 I B E 6 7 I I o I I I I PEI.AKU INDUSTRI MASYARAKAT PEI3KU RITEL MASYARAKAT PEISKU RITEL PEIAKU RITEL 7' iauh bttih pentirg daripada 9- mudak lebih penting daripada 2, 4, 6, 8. iika terdapai keterangan antara dua penilaian berdekatan

131 KANTONG BELANJA RAftNAH LINGKUNGAN UNTUK INDONESIA 't fi I! I 4. Menurut pengala'ra'da'preferensi Andq seberapa kuat perbandingan kcpcntingan relative sub kiteria (PELAKU pengambil keputusan) dalam menent'kan MINAT penggunaan kantong plastik belarja ramah ringkungan tli Indonesia? 1. sama pentingnya dengan 3. agak lebih penting daripada 7. jauh lebih penting daripada 9. mutlak lebih penting daripada IK j c K 5. Menurut pengalaman dan preferensi Anda seberapa kuat pe&andingan kepentingan relative sub kriteria (PELAKU pengambil keputusan) dalam kiteria p nentuan 1 a 5 HARGA kantong plastik belanja ramah lingkungan di Indonesia? Sub Kriteria Penilaian Sub Kriteria PEMERINTAH I I g I I PELAKU INDUSTRI PEMERINTAH E I MASYARAI<AT PEMERINTAH I I F o PELAKU RITEL PEI.AKU INDUSTRI I E I 9 MASYARAI(AT PELAKU INDUSTRI I E t 6 7 I 9 PELAKU RITEL MASYARAKAT 9 I q Keterangan 1. sama pentingnya dengan 7. jauh lebih penting daripada 3. agak lebih penting daripada 9. muflak lebih penting daripada 5- lebih penting daripada 2, 4, 6, 8. jika terdapat keterangan antara dua penilaian berdekatan I I PEI.AKU RITEL J I J I 1 t 6- Menurut pengalaman dan preferensi And4 seberapa kuat Perbandingan preferensi relative untuk Alternatif jenis kantong plastik yang disukai dalam kriteria IIARGA ditinjau dari Pengambil keputusan pihak PELAKU INDUSTRI Altematif Penilaian altematif KONVENSIONAL o I OXODEGRADABLE KONVENSIONAL E I o BIODEGRADABLE OXODEGRADABLE E o BIODEGRADABLE Keterangan 1. sama disukai dengan 3. agak lebih ciisukai daripada 7. jauh lebih disukaidaripada 9. mutlak lebih disukai daripada 5. lebih disukai daripada 2, 4, 6, 8, jika terdap?{ keterangan antara dua penilaian berdekatan a:

132 KANTONG BELANJA RAITJIAH LINGKUNGAN UNTUK INDONESIA 7. Menurut pengalaman dan preferensi And4 sebenlpa kuat perba'dingan prcferensi relative untuk Alternatif jenis kantong plastik yang disukai datam kriteria KETERSEDIAAN ditinjau dari pengarnbil keputusarr pihak PEI_AKU INDUSTRI Keterangan 1. sama disukai dengan 3. agak lebih disukai daripada 7. jauh lebih disukai daripada 9. mutlak lebih disukai daripada =l n'a -l,stri I = relative untuk Atternatif jenis kantong plastik yang disukai dalam kriteria proses ditinjau dari Pengambil keputusan pihak pelaku INDUSTRI altematif Penilaian altematif KONVENSIONAL o I 7 6 H I OXODEGRADABLE KONVENSIONAL E I I I BIODEGRADABLE OXODEGRADABLE 9 8 E I BIODEGRADABLE Keterangan 1. sama disukaidengan 7. jauh lebih disukai daripada 3. agak lebih disukaidaripada g. muflak lebih disukaidaripada 5. lebih disukai daripada 2, 4, 6, 8. jika terdqpat keterangan antara dua penilaian berdekatan 8. Menurut pengalaman dan preferensi And4 seberapa kuat perbandingan preferensi L] I)ABLE **-1 TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA MENGISI KUESIONER INI ; I **s"&

133 Lampiran 12. Pie Chart Hasil Survei Kantong Plastik Belanja Ramah Lingkungan

PEMANFAATAN PATI BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr.) DAN PATI SAGU (Metroxylon sp.) DALAM PEMBUATAN BIOPLASTIK

PEMANFAATAN PATI BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr.) DAN PATI SAGU (Metroxylon sp.) DALAM PEMBUATAN BIOPLASTIK PEMANFAATAN PATI BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr.) DAN PATI SAGU (Metroxylon sp.) DALAM PEMBUATAN BIOPLASTIK THE UTILIZATION OF DURIAN SEED STARCH (Durio zibethinus Murr.) AND SAGO STARCH (Metrixylon

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #13

Pembahasan Materi #13 1 TIN107 Material Teknik Pembahasan 2 Definisi Pengelompokkan Polimer Homopolimer dan Kopolimer Polimer Buatan Kegunaan Polimer 6623 - Taufiqur Rachman 1 Definisi 3 Polimer (Polymer) merupakan molekul

Lebih terperinci

TIN107 Material Teknik. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d

TIN107 Material Teknik. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d 1 TIN107 Material Teknik Definisi 2 Polimer (Polymer) merupakan molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia. Poly = banyak Mer = bagian

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 19 Sesi NGAN Polimer Polimer adalah suatu senyawa raksasa yang tersusun dari molekul kecil yang dirangkai berulang yang disebut monomer. Polimer merupakan kelompok

Lebih terperinci

Dari data di atas yang tergolong polimer jenis termoplastik adalah. A. 1 dan 5 B. 2 dan 5

Dari data di atas yang tergolong polimer jenis termoplastik adalah. A. 1 dan 5 B. 2 dan 5 Latihan contoh soal dan jawaban soal polimer Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang benar! 1. Polimer berikut yang tidak termasuk polimer alam adalah. A. tetoron B.

Lebih terperinci

Senyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti

Senyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti Senyawa Polimer 22 Maret 2013 Polimer (poly = banyak; mer = bagian) suatu molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia Suatu polimer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada lima puluh tahun terakhir, produk-produk yang dibuat dari bahan plastik telah menjadi kebutuhan sehari-hari. Bahan plastik ini mempunyai keunggulan

Lebih terperinci

Devy Lestari ( )

Devy Lestari ( ) Devy Lestari (0404517016) KOMPETENSI DASAR Menganalisis struktur, tata nama, sifat, penggolongan dan kegunaan polimer Mengintegrasikan kegunaan polimer dalam kehidupan sehari hari dengan struktur, tata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini pemanfaatan polimer telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Sebagai contoh yang sering kita jumpai sehari-hari adalah plastik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi di Indonesia secara umum meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan perekonomian maupun perkembangan teknologi. Pemakaian energi

Lebih terperinci

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 11

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 11 A. Pengertian Polimer Polimer adalah suatu molekul besar (makromolekul) yang terbentuk dari molekul- molekul kecil yang disebut monomer melalui reaksi pembentukan polimer (polimerisasi). B. Klasifikasi

Lebih terperinci

Dampak Lingkungan Polimer

Dampak Lingkungan Polimer Dampak Lingkungan Polimer Polimer didefinisikan sebagai substansi yang terdiri dari molekul-molekul yang menyertakan rangkaian satu atau lebih dari satu unit monomer. Dari berbagai jenis polimer yang banyak

Lebih terperinci

XII AK 3 TEACHER NAME. Agnia Nabila. Abdul Azis. Achmad Dwi Saputra. Andi Hadiana. Dini Nur Utami. Nisa Nurfitriani. Kresna Rangga Darmansyah

XII AK 3 TEACHER NAME. Agnia Nabila. Abdul Azis. Achmad Dwi Saputra. Andi Hadiana. Dini Nur Utami. Nisa Nurfitriani. Kresna Rangga Darmansyah XII AK 3 Agnia Nabila Abdul Azis Achmad Dwi Saputra Andi Hadiana Dini Nur Utami Nisa Nurfitriani Kresna Rangga Darmansyah Rangga Riana Saputra TEACHER NAME Pendahuluan Polimer merupakan suatu golongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berwarna hitam merupakan salah satu jenis plastik yang paling banyak beredar di

BAB I PENDAHULUAN. berwarna hitam merupakan salah satu jenis plastik yang paling banyak beredar di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan, lingkungan, perilaku

Lebih terperinci

A. zat pengoksidasi D. inhibitor B. zat pereduksi E. zat pembius C. katalis POLIMER, KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK

A. zat pengoksidasi D. inhibitor B. zat pereduksi E. zat pembius C. katalis POLIMER, KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK POLIMER, KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK 1. Diantara beberapa monomer di bawah ini : Monomer manakah yang dapat membentuk polimer adisi. A. zat pengoksidasi D. inhibitor B. zat pereduksi E. zat pembius

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. air, gas, aroma, dan zat-zat lain dari bahan ke lingkungan atau sebaliknya

I. PENDAHULUAN. air, gas, aroma, dan zat-zat lain dari bahan ke lingkungan atau sebaliknya I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pengemasan merupakan hal terpenting untuk mempertahankan kualitas bahan pangan karena pengemas mampu bertindak sebagai penahan migrasi uap air, gas, aroma, dan zat-zat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik banyak digunakan untuk berbagai hal, di antaranya sebagai pembungkus makanan, alas makan dan minum, untuk keperluan sekolah, kantor, automotif dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plastik, maka akan berkurang pula volume sampah yang ada di Tempat

BAB I PENDAHULUAN. plastik, maka akan berkurang pula volume sampah yang ada di Tempat 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sampah plastik adalah salah satu komponen terbanyak yang ada dalam sampah yang berbahaya apabila tidak ditindaklanjuti dengan bijaksana dan dukungan dari infrastruktur

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN BIOPLASTIK BERBASIS PATI SORGUM DENGAN PENGISI BATANG SINGKONG

PROSES PEMBUATAN BIOPLASTIK BERBASIS PATI SORGUM DENGAN PENGISI BATANG SINGKONG Deskripsi PROSES PEMBUATAN BIOPLASTIK BERBASIS PATI SORGUM DENGAN PENGISI BATANG SINGKONG Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan proses pembuatan bioplastik, lebih khusus lagi proses pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik adalah bahan yang banyak sekali di gunakan dalam kehidupan manusia, plastik dapat di gunakan sebagai alat bantu yang relative kuat, ringan, dan mempunyai

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI PLASTICIZER DAN KITOSAN TERHADAP SIFAT MEKANIK BIOPLASTIK DARI PATI UMBI KELADI (Colocasia esculenta)

PENGARUH KOMPOSISI PLASTICIZER DAN KITOSAN TERHADAP SIFAT MEKANIK BIOPLASTIK DARI PATI UMBI KELADI (Colocasia esculenta) PENGARUH KOMPOSISI PLASTICIZER DAN KITOSAN TERHADAP SIFAT MEKANIK BIOPLASTIK DARI PATI UMBI KELADI (Colocasia esculenta) Diajukan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan plastik semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia, karena memiliki banyak kegunaan dan praktis. Plastik merupakan produk polimer sintetis yang terbuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik merupakan suatu bahan yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak peralatan atau produk yang digunakan terbuat dari plastik dan sering digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plastik berperan penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai kemasan karena keunggulannya yang ringan, kuat, transparan, dan harga yang terjangkau oleh semua kalangan

Lebih terperinci

k = A. e -E/RT Secara sistematis hubungan suhu dan laju reaksi dapat ditulis sebagai berikut: v 2 = 2n x v 1 dan t 2 = t 1/ 2 n

k = A. e -E/RT Secara sistematis hubungan suhu dan laju reaksi dapat ditulis sebagai berikut: v 2 = 2n x v 1 dan t 2 = t 1/ 2 n POKOK BAHASAN I. LAJU REAKSI 1.1 Pengertian Laju Reaksi Laju reaksi didefinisikan sebagai laju berkurangnya konsentrasi zat pereaksi (reaktan) atau laju bertambahnya hasil reaksi (produk) tiap satu satuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. oleh aktivitas organisme pembusuk. Organisme pembusuk itu salah satunya

BAB II LANDASAN TEORI. oleh aktivitas organisme pembusuk. Organisme pembusuk itu salah satunya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Sampah adalah barang sisa suatu kegiatan/aktivitas manusia atau alam. Sampah dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: 2.1.1 Sampah Organik Yaitu sampah yang mudah membusuk atau

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SORBITOL DALAM PEMBUATAN BIOPLASTIK DARI PATI JAGUNG SKRIPSI ENDANG WIBIYANA NIM

PENGARUH PENAMBAHAN SORBITOL DALAM PEMBUATAN BIOPLASTIK DARI PATI JAGUNG SKRIPSI ENDANG WIBIYANA NIM PENGARUH PENAMBAHAN SORBITOL DALAM PEMBUATAN BIOPLASTIK DARI PATI JAGUNG SKRIPSI ENDANG WIBIYANA NIM. 1303020024 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2017 1 PENGARUH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau semisintetik, namun ada bebarapa polimer alami yang termasuk. peran sehingga terjadi peningkatan produksi otomotif dengan

BAB I PENDAHULUAN. atau semisintetik, namun ada bebarapa polimer alami yang termasuk. peran sehingga terjadi peningkatan produksi otomotif dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik adalah polimer rantai panjang dari atom yang mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang atau monomer. Istilah plastik mencakup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Polimer adalah makromolekul (molekul raksasa) yang tersusun dari satuan-satuan kimia sederhana yang disebut monomer, Misalnya etilena, propilena, isobutilena dan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMBUATAN EDIBEL FILM KOMPOSIT DARI KARAGENAN SEBAGAI PENGEMAS BUMBU MIE INSTANT REBUS

KAJIAN PEMBUATAN EDIBEL FILM KOMPOSIT DARI KARAGENAN SEBAGAI PENGEMAS BUMBU MIE INSTANT REBUS KAJIAN PEMBUATAN EDIBEL FILM KOMPOSIT DARI KARAGENAN SEBAGAI PENGEMAS BUMBU MIE INSTANT REBUS ENDANG MINDARWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2 0 0 6 Judul Tesis Nama NIM : Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini berbagai Negara mulai merespon terhadap bahaya sampah plastik, terutama

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini berbagai Negara mulai merespon terhadap bahaya sampah plastik, terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini berbagai Negara mulai merespon terhadap bahaya sampah plastik, terutama sampah yang berupa kantong plastik. seperti di Kenya dan Uganda malah sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan plastik tidak pernah terlepas dari kehidupan manusia. Hampir semua kegiatan manusia selalu menggunakan plastik, baik untuk perlengkapan sehari-hari seperti

Lebih terperinci

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam.

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam. III. TINJAUAN PUSTAKA A. Serat Alam Penggunaan serat alam sebagai bio-komposit dengan beberapa jenis komponen perekatnya baik berupa termoplastik maupun termoset saat ini tengah mengalami perkembangan

Lebih terperinci

POLIMER. Latin : Poli = Banyak Meros = Bagian. Molekul kecil Monomer (monos = satu) Contoh Polietilena. Molekul raksasa. Polimer

POLIMER. Latin : Poli = Banyak Meros = Bagian. Molekul kecil Monomer (monos = satu) Contoh Polietilena. Molekul raksasa. Polimer BAB 8 POLIMER Latin : Poli = Banyak Meros = Bagian Molekul kecil Monomer (monos = satu) ontoh Polietilena Polivinil Klorida (PV) Molekul raksasa Polimer Politetra Fluoro Etilena (TEFLON) Kantong plastik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada zaman sekarang ini perkembangan dunia bisnis di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada zaman sekarang ini perkembangan dunia bisnis di Indonesia sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini perkembangan dunia bisnis di Indonesia sudah sangat berkembang dan terus semakin berkembang. Segala macam produk dan jasa yang disediakan oleh

Lebih terperinci

VARIASI KONSENTRASI GLISERIN DARI MINYAK JELANTAH DALAM PEMBUATAN PLASTIK BIODEGRADABLE BERBAHAN BAKU KULIT SINGKONG

VARIASI KONSENTRASI GLISERIN DARI MINYAK JELANTAH DALAM PEMBUATAN PLASTIK BIODEGRADABLE BERBAHAN BAKU KULIT SINGKONG VARIASI KONSENTRASI GLISERIN DARI MINYAK JELANTAH DALAM PEMBUATAN PLASTIK BIODEGRADABLE BERBAHAN BAKU KULIT SINGKONG Diajukan sebagai Persyaratan untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis

BAB I PENDAHULUAN. Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis merupakan polimer alam dengan monomer isoprena. Karet alam memiliki ikatan ganda dalam konfigurasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik telah menjadi bagian penting dalam hidup manusia dan pemakaiannya telah meningkat tajam sejak 25 tahun terakhir (Felixon, 2011). Plastik digunakan sebagai bahan

Lebih terperinci

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran K-13 kimia K e l a s XI MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan pembentukan minyak bumi. 2. Memahami fraksi-fraksi

Lebih terperinci

bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Bayangkan saja jika kita berbelanja

bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Bayangkan saja jika kita berbelanja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor Indonesia, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak pada lingkungan ketika sudah tidak terpakai.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak pada lingkungan ketika sudah tidak terpakai. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan plastik telah meluas hampir ke seluruh bidang kehidupan. Berbagai produk dan peralatan dihasilkan dari bahan ini karena dinilai lebih ekonomis, tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa.

TINJAUAN PUSTAKA. Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa. TINJAUAN PUSTAKA Plastik Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa. Polimer adalah suatu bahan yang terdiri atas unit molekul yang disebut monomer. Jika monomernya sejenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penggunaan polimer dan komposit dewasa ini semakin meningkat di segala bidang. Komposit berpenguat serat banyak diaplikasikan pada alat-alat yang membutuhkan material

Lebih terperinci

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK Kertas Kasar Kertas Lunak Daya kedap terhadap air, gas, dan kelembaban rendah Dilapisi alufo Dilaminasi plastik Kemasan Primer Diresapi lilin,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DARI MODIFIKASI KIMIA FILM GELATIN DENGAN FORMALDEHIDA DAN GLUTARALDEHIDA

KARAKTERISTIK DARI MODIFIKASI KIMIA FILM GELATIN DENGAN FORMALDEHIDA DAN GLUTARALDEHIDA KARAKTERISTIK DARI MODIFIKASI KIMIA FILM GELATIN DENGAN FORMALDEHIDA DAN GLUTARALDEHIDA TESIS NURLINA MUNTHE NIM. 147006001 MAGISTER ILMU KIMIA SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM STUDI ILMU KIMIA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MODIFIKASI POLIPROPILENA SEBAGAI POLIMER KOMPOSIT BIODEGRADABEL DENGAN BAHAN PENGISI PATI PISANG DAN SORBITOL SEBAGAI PLATISIZER

MODIFIKASI POLIPROPILENA SEBAGAI POLIMER KOMPOSIT BIODEGRADABEL DENGAN BAHAN PENGISI PATI PISANG DAN SORBITOL SEBAGAI PLATISIZER MODIFIKASI POLIPROPILENA SEBAGAI POLIMER KOMPOSIT BIODEGRADABEL DENGAN BAHAN PENGISI PATI PISANG DAN SORBITOL SEBAGAI PLATISIZER Ely Sulistya Ningsih 1, Sri Mulyadi 1, Yuli Yetri 2 Jurusan Fisika, FMIPA

Lebih terperinci

MARI MENGURANGI PENGGUNAAN KANTONG PLASTIK

MARI MENGURANGI PENGGUNAAN KANTONG PLASTIK MARI MENGURANGI PENGGUNAAN KANTONG PLASTIK (Oleh : Arsaika Widasati) Lebih baik menggunakan plastik atau tidak, ya? Apa sih bahan-bahan penyusun plastik? Bagaimana nasib plastik setelah selesai kita gunakan?

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI POLIMER

TUGAS TEKNOLOGI POLIMER TUGAS TEKNOLOGI POLIMER Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Hamidah Harahap, M. Sc DISUSUN OLEH : NAMA NIM M. DEDE TAHER 120405 RIDHO NAWANSYAH 130405023 YUNI ALDRIANI LUBIS 130405039 HAMDA EKA AGUSTINI 130405042

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gaya hidup manusia yang kian praktis mendorong makin meningkatnya konsumsi plastik dalam berbagai sisi kehidupan. Akibatnya ketergantungan manusia terhadap kemasan plastik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini penanganan sampah kota di negara-negara berkembang seperti Indonesia hanya menimbun dan membakar langsung sampah di udara terbuka pada TPA (Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

MAKROMOLEKUL (POLIMER)

MAKROMOLEKUL (POLIMER) MAKROMOLEKUL (POLIMER) Bab VII Makromolekul (Polimer) Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini Anda dapat mendeskripsikan struktur, tata nama, klasifikasi, sifat, dan kegunaan makromolekul. Makromolekul

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR Tesis Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh RINA MELATI

Lebih terperinci

Makromolekul (Polimer)

Makromolekul (Polimer) Bab VII Makromolekul () Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini Anda dapat mendeskripsikan struktur, tata nama, klasifikasi, sifat, dan kegunaan makromolekul. Makromolekul (polimer) merupakan molekul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini penggunaan plastik di Indonesia sebagai bahan kemasan pangan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari sangat besar (mencapai 1,9 juta ton di tahun 2013) (www.kemenperin.go.id),

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN UNSATURATED POLYESTER RESIN TERHADAP MUTU BETON K-350 EFFECT OF ADDITION UNSATURATED POLYESTER RESIN IN MIXED CONCRETE K-350

PENGARUH PENAMBAHAN UNSATURATED POLYESTER RESIN TERHADAP MUTU BETON K-350 EFFECT OF ADDITION UNSATURATED POLYESTER RESIN IN MIXED CONCRETE K-350 PENGARUH PENAMBAHAN UNSATURATED POLYESTER RESIN TERHADAP MUTU BETON K-350 EFFECT OF ADDITION UNSATURATED POLYESTER RESIN IN MIXED CONCRETE K-350 Aditya Sanjaya Putra aditya.2012ts001@civitas.ukrida.ac.id

Lebih terperinci

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting Reni Silvia Nasution Program Studi Kimia, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia reni.nst03@yahoo.com Abstrak: Telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material logam mendominasi dalam bidang industri (Basuki, 2008). Namun,

BAB I PENDAHULUAN. material logam mendominasi dalam bidang industri (Basuki, 2008). Namun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini cukup maju, baik dalam bidang logam maupun non logam. Selama ini pemanfaatan material logam mendominasi

Lebih terperinci

KETAHANAN KOMPOSIT KAYU PLASTIK-DAUR-ULANG DENGAN PENAMBAHAN UV STABILIZER TERHADAP CUACA IWAN RISNASARI

KETAHANAN KOMPOSIT KAYU PLASTIK-DAUR-ULANG DENGAN PENAMBAHAN UV STABILIZER TERHADAP CUACA IWAN RISNASARI KETAHANAN KOMPOSIT KAYU PLASTIK-DAUR-ULANG DENGAN PENAMBAHAN UV STABILIZER TERHADAP CUACA IWAN RISNASARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. konsumsi masyarakat, khususnya untuk plastik kemasan. Berdasarkan data

I. PENDAHULUAN. konsumsi masyarakat, khususnya untuk plastik kemasan. Berdasarkan data 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Produksi plastik di Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan konsumsi masyarakat, khususnya untuk plastik kemasan. Berdasarkan data INAPLAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri, konsumsi akan barang-barang berbahan plastik semakin meningkat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. industri, konsumsi akan barang-barang berbahan plastik semakin meningkat. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring bertambahnya jumlah penduduk dunia dan kemajuan akan suatu industri, konsumsi akan barang-barang berbahan plastik semakin meningkat. Menurut data statistik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah; dan harganya yang sangat murah (InSWA). Keunggulan yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. berubah; dan harganya yang sangat murah (InSWA). Keunggulan yang dimiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik berasal dari gas alam dan minyak bumi yang dibuat melalui proses polimerisasi. Plastik mempunyai beberapa sifat istimewa yaitu mudah dibentuk sesuai dengan

Lebih terperinci

SINTESA DAN UJI BIODEGRADASI POLIMER ALAMI

SINTESA DAN UJI BIODEGRADASI POLIMER ALAMI SINTESA DAN UJI BIODEGRADASI POLIMER ALAMI Suryani Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh Medan Buketrata - Lhokseumawe Email : suryani_amroel@yahoo.com Abstrak Pati (khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk sehingga muncul banyak kendaraan-kendaraan

Lebih terperinci

Polimer. Pengertian Polimer

Polimer. Pengertian Polimer Polimer Pengertian Polimer Polimer adalah suatu senyawa makromolekul yang tersusun atas monomer-monomer. Molekul-molekul kecil disebut dengan monomer. Kata polimer berasal dari bahasa Yunani, yaitu poly

Lebih terperinci

KETAHANAN KOMPOSIT KAYU PLASTIK-DAUR-ULANG DENGAN PENAMBAHAN UV STABILIZER TERHADAP CUACA IWAN RISNASARI

KETAHANAN KOMPOSIT KAYU PLASTIK-DAUR-ULANG DENGAN PENAMBAHAN UV STABILIZER TERHADAP CUACA IWAN RISNASARI KETAHANAN KOMPOSIT KAYU PLASTIK-DAUR-ULANG DENGAN PENAMBAHAN UV STABILIZER TERHADAP CUACA IWAN RISNASARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Populasi dunia meningkat dan dengan perkiraan terbaru akan

BAB I PENDAHULUAN. Populasi dunia meningkat dan dengan perkiraan terbaru akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi dunia meningkat dan dengan perkiraan terbaru akan mencapai 10,4 miliar di tahun 2100 (Andrady, 2003). Meningkatnya populasi menuntut peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Interaksi Bahan dan Teknologi Pengemasan

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Interaksi Bahan dan Teknologi Pengemasan TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Interaksi Bahan dan Teknologi Pengemasan Interaksi Bahan dan Kemasan Pertukaran Udara dan Panas Kelembaban Udara Pengaruh Cahaya Aspek Biologi Penyimpanan Migrasi Zat

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Produksi plastik di dunia tahun 2012 dalam Million tones (PEMRG, 2013)

Gambar 1.1 Produksi plastik di dunia tahun 2012 dalam Million tones (PEMRG, 2013) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia saat ini banyak menggunakan peralatan sehari-hari yang terbuat dari plastik. Plastik dipilih karena memiliki banyak keunggulan yaitu kuat, ringan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berbagai produk dan peralatan dihasilkan dari bahan plastik karena dinilai lebih

I. PENDAHULUAN. Berbagai produk dan peralatan dihasilkan dari bahan plastik karena dinilai lebih 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan plastik telah meluas hampir ke seluruh bidang kehidupan. Berbagai produk dan peralatan dihasilkan dari bahan plastik karena dinilai lebih ekonomis, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komposit merupakan salah satu jenis bahan yang dibuat dengan penggabungan dua atau lebih macam bahan yang mempunyai sifat yang berbeda menjadi satu material dengan

Lebih terperinci

Jenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer.

Jenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer. Polimer Apakah Polimer? Polimer adalah suatu material yang tersusun dari suatu rantai molekul secara berulang. Polimer tersusun dari unit-unit yang disebut dengan monomer Contoh-contoh polimer yang sering

Lebih terperinci

BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012

BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012 BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012 FUNGSI KEMASAN WADAH PERLINDUNGAN FISIK PERLINDUNGAN BARRIER KOMUNIKASI KEAMANAN KENYAMANAN Identifikasi dan informasi produk Isi Ukuran Keamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurang-pedulian warga negara terhadap lingkungannya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. kekurang-pedulian warga negara terhadap lingkungannya sendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Permasalahan lingkungan sampai dengan saat ini masih menarik banyak perhatian Warga Negara, Perusahaan, Lembaga serta Pemerintah dari sekitar belahan dunia.

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI Na-CMC (Sodium Carboxymethyl Cellulose) DAN TAPIOKA TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA EDIBLE FILM

PENGARUH PROPORSI Na-CMC (Sodium Carboxymethyl Cellulose) DAN TAPIOKA TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA EDIBLE FILM PENGARUH PROPORSI Na-CMC (Sodium Carboxymethyl Cellulose) DAN TAPIOKA TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA EDIBLE FILM SKRIPSI OLEH : NATANIA ANDRIANI NRP 6103013112 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, pembuatan produk lateks karet alam dengan penambahan pengisi organik maupun anorganik telah menyita banyak perhatian peneliti karena menunjukkan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Limbah plastik sintetik menjadi salah satu permasalahan yang paling memprihatinkan di Indonesia. Jenis plastik yang beredar di masyarakat merupakan plastik sintetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan hasil aktivitas manusia yang tidak dapat dimanfaatkan. Namun pandangan tersebut sudah berubah seiring berkembangnya jaman. Saat ini sampah dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I-l. Bab I. Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, rrrekanis dan

BAB I PENDAHULUAN. I-l. Bab I. Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, rrrekanis dan I-l BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, rrrekanis dan kimia. Secara garis besar, plastik dapat digolongkan menjadi dua, yakni plastik yang

Lebih terperinci

Ilmu Bahan. Bahan Polimer

Ilmu Bahan. Bahan Polimer Ilmu Bahan Bahan Polimer Bahan Polimer Polimer disebut juga makromolekul merupakan molekul besar yang dibentuk dengan pengulangan molekul sederhana yang disebut monomer. Polimer berasal dari dua kata :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini masih tetap menjadi PR besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor

BAB I PENDAHULUAN. ini masih tetap menjadi PR besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini masih tetap menjadi PR besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor pembuangan limbah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Plastik Polyethylene Terephthalate (PET) Pada botol plastik yang transparan dan tembus pandang seperti botol air mineral, botol minuman sari buah, minyak goreng, kecap, sambal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pengemasan merupakan proses perlindungan suatu produk pangan yang bertujuan menjaga keawetan dan konsistensi mutu. Produk yang dikemas akan memiliki masa simpan relatif

Lebih terperinci

SINTESIS POLIBLEND ANTARA POLISTIREN DENGAN PATI TAPIOKA SERTA KARAKTERISASINYA

SINTESIS POLIBLEND ANTARA POLISTIREN DENGAN PATI TAPIOKA SERTA KARAKTERISASINYA SINTESIS POLIBLEND ANTARA POLISTIREN DENGAN PATI TAPIOKA SERTA KARAKTERISASINYA Skripsi NURHIDAYATI NIM 10503054 PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SINGKONG KARET UNTUK PEMBUATAN BIOPLASTIK DENGAN PENAMBAHAN GLISEROL DAN KITOSAN YANG BERBEDA

PEMANFAATAN SINGKONG KARET UNTUK PEMBUATAN BIOPLASTIK DENGAN PENAMBAHAN GLISEROL DAN KITOSAN YANG BERBEDA PEMANFAATAN SINGKONG KARET UNTUK PEMBUATAN BIOPLASTIK DENGAN PENAMBAHAN GLISEROL DAN KITOSAN YANG BERBEDA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Termoplastik Elastomer (TPE) adalah plastik yang dapat melunak apabila dipanaskan dan akan kembali kebentuk semula ketika dalam keadaan dingin juga dapat

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI KITOSAN DAN SORBITOL PADA PEMBUATAN PLASTIC BIODEGRADABLE DARI PATI TALAS DAN BAHAN TAMBAH PATI KULIT JAGUNG

PENGARUH KOMPOSISI KITOSAN DAN SORBITOL PADA PEMBUATAN PLASTIC BIODEGRADABLE DARI PATI TALAS DAN BAHAN TAMBAH PATI KULIT JAGUNG PENGARUH KOMPOSISI KITOSAN DAN SORBITOL PADA PEMBUATAN PLASTIC BIODEGRADABLE DARI PATI TALAS DAN BAHAN TAMBAH PATI KULIT JAGUNG Diajukan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi plastik membuat aktivitas produksi plastik terus meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau bahan dasar. Material plastik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Sutrisno Koswara, Bahaya di balik Kemasan Plastik, <ebookpangan.com> 2 Ibid.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Sutrisno Koswara, Bahaya di balik Kemasan Plastik, <ebookpangan.com> 2 Ibid. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Plastik merupakan bahan kemasan pangan yang paling populer digunakan. Banyak pelaku usaha yang memilih plastik sebagai kemasan bagi produk mereka. Hal ini karena

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh : Pembimbing Prof. Ir. Djuanda Suraatmadja. Co-Pembimbing Ir. Budi Lationo, MT

TUGAS AKHIR. Oleh : Pembimbing Prof. Ir. Djuanda Suraatmadja. Co-Pembimbing Ir. Budi Lationo, MT PENGARUH VISKOSITAS UP-RESIN TERHADAP WAKTU PENGERASAN, KEKUATAN TEKAN, KEKUATAN TARIK, MODULUS ELASTISITAS, DAN KONSTANTA POISSON MATRIKS BETON POLIMER TUGAS AKHIR Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Menyatakan polypropylene (PP) diperkenalkan sejak tahun 1950 dan saat ini menjadi plastik utama yang banyak digunakan dalam pembuatan produk plastik. Polypropylene

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi hutan di Indonesia menunjukkan tingkat produktivitas yang menurun, padahal kebutuhan bahan baku kayu di lingkungan masyarakat dari tahun ke tahun semakin meningkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Plastik sebagai kemasan produk menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat

I. PENDAHULUAN. Plastik sebagai kemasan produk menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Plastik sebagai kemasan produk menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat Indonesia, baik digunakan untuk produk pangan maupun non pangan. Berdasarkan data INAPLAS

Lebih terperinci

PENGARUH BERAT PATI DAN VOLUME PLASTICIZER GLISEROL TERHADAP KARAKTERISTIK FILM PLASTIK PATI KENTANG SKRIPSI

PENGARUH BERAT PATI DAN VOLUME PLASTICIZER GLISEROL TERHADAP KARAKTERISTIK FILM PLASTIK PATI KENTANG SKRIPSI PENGARUH BERAT PATI DAN VOLUME PLASTICIZER GLISEROL TERHADAP KARAKTERISTIK FILM PLASTIK PATI KENTANG SKRIPSI Oleh AFIIFAH RADHIYATULLAH 080405061 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kedelai yang melalui proses fermentasi. Berdasarkan data dari BPS, produksi

BAB I PENDAHULUAN. dari kedelai yang melalui proses fermentasi. Berdasarkan data dari BPS, produksi Produksi kedelai (ton) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempe merupakan salah satu makanan tradisional di Indonesia yang terbuat dari kedelai yang melalui proses fermentasi. Berdasarkan data dari BPS,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanah memiliki kondisi yang ideal. Hal ini dikarenakan kondisi tanah yang. memiliki kuat dukung dan sifat tanah yang buruk.

I. PENDAHULUAN. tanah memiliki kondisi yang ideal. Hal ini dikarenakan kondisi tanah yang. memiliki kuat dukung dan sifat tanah yang buruk. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan komponen dasar yang mempunyai peranan penting dalam pekerjaan-pekerjaan sipil. Tanah yang baik adalah tanah yang memiliki kuat dukung tanah yang tinggi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN POLIESTER AMIDA PADA BIOPLASTIK PROTEIN KEDELAI DARI LIMBAH PADAT INDUSTRI TAHU DENGAN GLISEROL SEBAGAI BAHAN PEMLASTIS TESIS OLEH

PENGGUNAAN POLIESTER AMIDA PADA BIOPLASTIK PROTEIN KEDELAI DARI LIMBAH PADAT INDUSTRI TAHU DENGAN GLISEROL SEBAGAI BAHAN PEMLASTIS TESIS OLEH PENGGUNAAN POLIESTER AMIDA PADA BIOPLASTIK PROTEIN KEDELAI DARI LIMBAH PADAT INDUSTRI TAHU DENGAN GLISEROL SEBAGAI BAHAN PEMLASTIS TESIS OLEH RENA NOVAYANTY 097022004/TK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PATI BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr.) DAN PATI SAGU (Metroxylon sp.) DALAM PEMBUATAN BIOPLASTIK

PEMANFAATAN PATI BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr.) DAN PATI SAGU (Metroxylon sp.) DALAM PEMBUATAN BIOPLASTIK PEMANFAATAN PATI BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr.) DAN PATI SAGU (Metroxylon sp.) DALAM PEMBUATAN BIOPLASTIK (THE UTILIZATION OF DURIAN SEED STARCH (Durio zibethinus Murr.) AND SAGO STARCH (Metroxylon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam perkembangan industri dibutuhkan material yang memiliki sifat-sifat istimewa seperti logam. Material komposit polimer merupakan salah satu material alternative

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, kebutuhan akan material juga cenderung bertambah dari tahun ke tahun sehingga dibutuhkan material-material baru

Lebih terperinci