KARAKTERISASI BAKTERI NITRIFIKASI KOLAM IKAN AIR TAWAR PROVINSI RIAU DAN JAMBI MEGAWATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARAKTERISASI BAKTERI NITRIFIKASI KOLAM IKAN AIR TAWAR PROVINSI RIAU DAN JAMBI MEGAWATI"

Transkripsi

1 KARAKTERISASI BAKTERI NITRIFIKASI KOLAM IKAN AIR TAWAR PROVINSI RIAU DAN JAMBI MEGAWATI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakterisasi Bakteri Nitrifikasi Kolam Ikan Air Tawar Provinsi Riau dan Jambi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Megawati NIM G

4 ABSTRAK MEGAWATI. Karakterisasi Bakteri Nitrifikasi Kolam Ikan Air Tawar Provinsi Riau dan Jambi. Dibimbing oleh IMAN RUSMANA dan YUNI PUJI HASTUTI. Akumulasi senyawa nitrogen anorganik dalam kolam budidaya ikan air tawar dapat menurunkan kualitas kolam ikan. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan pendekatan bioremediasi yang melibatkan aktivitas metabolisme mikroba untuk menurunkan konsentrasi nitrogen anorganik sampai tingkat konsentrasi yang aman. Salah satu proses mikrobial yang terlibat dalam bioremediasi adalah nitrifikasi. Nitrifikasi adalah proses oksidasi amonium menjadi nitrit dan oksidasi nitrit menjadi nitrat. Penelitian ini bertujuan melakukan karakterisasi bakteri nitrifikasi yang diisolasi dari kolam ikan air tawar di Provinsi Riau dan Jambi. Karakterisasi dilakukan terhadap 14 isolat yang merupakan bakteri Gram negatif. Hasil uji oksidasi amonium menunjukkan bahwa terdapat 6 isolat mampu melakukan aktivitas oksidasi amonium di atas 80%. Tiga isolat yang diuji kinetika oksidasi amonium, yaitu RCC1, RCSC2, dan JCSC2 mempunyai nilai konstanta Michaelis-Menten (Km) sebesar 2.44, 3.95, dan 7.99 mm. Isolat RCC1 yang mempunyai nilai Km lebih kecil dibandingkan keduanya menunjukkan bahwa isolat RCC1 mempunyai enzim dengan afinitas tinggi terhadap substratnya. Kata kunci: karakterisasi bakteri, kualitas air, oksidasi amonium, nitrifikasi ABSTRACT MEGAWATI. Characterization of Nitrifying Bacteria of Freshwater Pond in Riau and Jambi Province. Supervised by IMAN RUSMANA and YUNI PUJI HASTUTI. Accumulation of inorganic nitrogen compounds in a freshwater pond could decrease water quality of a freshwater pond. This problem could be solved using bioremediation approach involving microbial metabolic activities to decrease the inorganic nitrogen concentration until the safe level. One of microbial processes involved in bioremediation is nitrification. Nitrification is oxidation process of ammonium to nitrite and nitrate. The objective of this research was to characterize nitrifying bacteria isolated from freshwater ponds in Riau and Jambi Province. The characterization was carried out on 14 isolates which were Gram-negative bacteria. Ammonium oxidation test showed that 6 isolates could oxidize ammonium up to 80%. Michaelis-Menten constant values (Km) of three isolates i.e. RCC1, RCSC2, and JCSC2 isolates were 2.44, 3.95, and 7.99 mm respectively. The RCC1 isolate had the smallest Km values, it indicated that this isolate had enzymes with high affinity to their substrates. Keywords: characterization of bacteria, water quality, ammonium oxidation, nitrification

5 KARAKTERISASI BAKTERI NITRIFIKASI KOLAM IKAN AIR TAWAR PROVINSI RIAU DAN JAMBI MEGAWATI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah nitrogen, dengan judul Karakterisasi Bakteri Nitrifikasi Kolam Ikan Air Tawar Provinsi Riau dan Jambi. Ungkapan terimakasih penulis sampaikan kepada: 1 Bapak Dr Ir Iman Rusmana, MSi dan Ibu Yuni Puji Hastuti, SPi, MSi selaku pembimbing atas saran dan dukungan dalam penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. 2 Keluarga tercinta, yaitu Bapak Atmaja (ayah), Ibu Asenih (ibu), Siti Hardiyanti (adik), dan Oktavia Rahmawati (adik) serta keluarga besar atas limpahan doa, kasih sayang, dan motivasinya. 3 Rekan satu bimbingan, yaitu Tiara AD, Nurlatiefah, Nindya S, Yuli SF, Erma S, Kak Randi, Kak Masrukhin, Kak Aay, Kak Antri, dan Kak Hendri atas motivasi dan bantuannya. 4 Rekan-rekan Mikrobiologi atas segala motivasi dan arahannya selama penelitian. 5 Rekan-rekan Biologi 47 atas segala pengalaman dan motivasi. 6 Sahabat Pondok Aisyah, yaitu Desty, Tiara, Lupita, Tri, Khairunnisa, Wanda, Astri, Sulis, dan Indah atas doa, motivasi, dan pengalaman berharga menjadi keluarga kedua bagi saya. 7 Sahabat terkasih, antara lain Desty, Angga, Hanafi, Dwi, Olivia, dan sahabat Rohis 22 atas doa dan motivasinya. 8 Semua pihak yang turut memberikan doa dan semangatnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, September 2014 Megawati

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 Manfaat Penelitian 2 METODE 2 Waktu dan Tempat Penelitian 2 Bahan 2 Prosedur Analisis Data 2 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 Hasil 4 Pembahasan 9 SIMPULAN 11 DAFTAR PUSTAKA 11 LAMPIRAN 13 RIWAYAT HIDUP 15

10 DAFTAR TABEL 1 Karakteristik isolat bakteri nitrifikasi 6 2 Perbandingan hasil pengukuran OD sel pada media nitrifikasi autotrof dan heterotrof per hari 7 3 Kemampuan isolat untuk mengoksidasi amonium dengan menghasilkan senyawa nitrit dan nitrat setelah 5 hari inkubasi 7 4 Hasil uji kinetika nilai Km dan Vmaks 9 DAFTAR GAMBAR 1 Hasil pemurnian dengan metode kuadran. (a) Isolat RCSC2, (b) Isolat RCC1, (c) Isolat JCSC2 5 2 Hasil pewarnaan Gram. (a) Isolat RCSC2, (b) Isolat RCC1, (c) Isolat JCSC2 5 3 Laju oksidasi amonium dan akumulasi nitrit isolat RCSC2, RCC1 dan JCSC2 8 DAFTAR LAMPIRAN 1 Kurva standar amonium 13 2 Kurva standar nitrit 13 3 Kurva standar nitrat 13 4 Komposisi media nitrifikasi 14

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Provinsi Riau dan Jambi memiliki sumberdaya perikanan yang cukup besar. Berdasarkan data pada tahun 2007, Riau memiliki potensi perikanan budidaya kolam seluas 8200 Ha dengan realisasi seluas 3685 Ha sedangkan Jambi memiliki 3000 Ha dengan realisasi seluas 1606 Ha (KKP 2009). Produksi perikanan budidaya ikan air tawar di Provinsi Jambi pada tahun 2011 sebanyak ton dengan budidaya terbesar berupa budidaya ikan patin (BPS 2013). Hasil produksi tersebut tidak terlepas dari sistem budidaya yang dilakukan secara intensif. Pada sistem budidaya intensif, ikan dipelihara dengan kepadatan tinggi dan semua nutrisi diperoleh secara langsung dari pakan yang diberikan dengan kandungan protein yang tinggi (Rohmana 2009). Aktivitas budidaya ikan air tawar yang dilakukan dengan sistem intensif menghasilkan limbah pakan yang tinggi, dari semua pakan yang diberikan hanya 70% yang dimakan oleh ikan dan sisanya sebanyak 30% akan lepas ke badan perairan sebagai bahan pencemar atau limbah (Rachmansyah 2004). Degradasi sisa pakan (bahan organik) tersebut akan menghasilkan senyawa nitrogen anorganik berupa NH 3 (amonia), NO 3 - (nitrat), dan NO 2 - (nitrit) (Widiyanto 2006). Akumulasi senyawa nitrogen anorganik tersebut dapat menghambat pertumbuhan bahkan menyebabkan kematian massal ikan-ikan yang dibudidayakan (Erlania et al. 2010). Permasalahan akumulasi senyawa nitrogen anorganik tersebut dapat diatasi melalui pendekatan bioremediasi yang melibatkan aktivitas metabolisme mikroba dengan tujuan menurunkan tingkat akumulasi sampai tingkat konsentrasi yang aman (Widiyanto 2006). Konsentrasi yang aman untuk budidaya ikan air tawar, yaitu amonia kurang dari 0.01 mg/l dan nitrit kurang dari 0.06 mg/l (BBPBAT 2014). Salah satu proses yang terlibat dalam menurunkan akumulasi senyawa nitrogen anorganik tersebut adalah nitrifikasi. Nitrifikasi merupakan proses mikrobial yang mengoksidasi komponen nitrogen (amonium) menjadi nitrit dan nitrat. Nitrifikasi berlangsung melalui dua tahapan reaksi, yaitu pada tahap pertama oksidasi amonium menjadi nitrit yang dilakukan oleh mikroba pengoksidasi amonium, contohnya Nitrosomonas dan Nitrosococcus. Tahap kedua adalah oksidasi nitrit menjadi nitrat oleh mikroba pengoksidasi nitrit, contohnya Nitrobacter. Selain itu, ada kelompok bakteri heterotrofik dapat melakukan nitrifikasi, contohnya Pseudomonas (EPA 2002). Salah satu pendekatan bioremediasi dalam mengatasi permasalahan lingkungan perairan budidaya memerlukan gambaran karakteristik bakteri nitrifikasi. Karakteristik secara morfologi dan aktivitas bakteri mengoksidasi amonium dan nitrit adalah hal yang perlu diamati dalam katakterisasi ini. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan melakukan karakterisasi bakteri nitrifikasi yang diisolasi dari kolam ikan air tawar Provinsi Riau dan Jambi.

12 2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai acuan dalam melakukan karakterisasi bakteri nitrifikasi yang diisolasi dari kolam ikan air tawar dan mengetahui kemampuan bakteri dalam mengoksidasi amonium. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai Juli 2014 di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, FMIPA IPB. Sampel merupakan isolat yang diambil dari kolam ikan air tawar di Provinsi Riau dan Jambi. Bahan Bahan yang digunakan ialah isolat bakteri nitrifikasi kolam ikan air tawar sebanyak 14 isolat terdiri atas 5 isolat asal Jambi dan 9 isolat asal Riau koleksi Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, FMIPA IPB. Nama isolat dari Riau ditandai dengan huruf awal R sedangkan isolat dari Jambi ditandai dengan huruf awal J. Media yang digunakan adalah media cair nitrifikasi dan media padat nitrifikasi (Rodina 1972 dalam Novita 2006). Reagen yang digunakan adalah reagen amonium, reagen nitrit, dan reagen nitrat. Prosedur Analisis Data Pemurnian dan peremajaan isolat Pemurnian isolat dilakukan dengan menumbuhkan isolat bakteri pada media agar nitrifikasi melalui metode kuadran dan diinkubasi pada suhu ruang (28-31 C) selama 5 hari. Koloni murni yang diperoleh ditumbuhkan kembali pada media agar nitrifikasi, kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 3-4 hari hingga sel bersifat murni. Karakterisasi morfologi Isolat murni hasil isolasi diamati morfologi koloninya, meliputi bentuk, warna, elevasi, dan tepiannya. Bentuk sel diamati dan reaksi Gram dari tiap isolat ditentukan dengan teknik pewarnaan Gram. Warna merah muda menunjukkan bahwa sel bakteri bersifat Gram negatif sedangkan warna ungu menunjukkan bahwa sel bakteri bersifat Gram positif (Hadioetomo 1983). Pengujian isolat pada media autotrof dan heterotrof Media agar nitrifikasi terdiri dari dua macam, yaitu media nitrifikasi autotrof (CaCO 3 sebagai sumber karbon) dan media nitrifikasi heterotrof (glukosa

13 sebagai sumber karbon). Isolat ditumbuhkan pada kedua media cair nitrifikasi dan diinkubasi pada inkubator berpenggoyang dengan suhu ruang (28-31 C). Pertumbuhan sel isolat pada media nitrifikasi heterotrof dianalisis pada hari ketiga sedangkan pertumbuhan sel isolat pada media nitrifikasi autotrof dianalisis pada hari keempat dengan kerapatan optik (OD) menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm. Uji aktivitas oksidasi amonium Sebanyak 2 lup isolat murni diinokulasikan pada 10 ml media cair nitrifikasi, kemudian diinkubasi pada inkubator berpenggoyang dengan suhu ruang (28-31 C) selama 5 hari. Pengukuran aktivitas oksidasi amonium dilakukan pada hari ke-5. Pengukuran ini dilakukan melalui analisis kadar amonium, nitrit, dan nitrat. Presentase jumlah amonium yang teroksidasi (AO) dan senyawa nitrat atau nitrit yang terbentuk dihitung dengan rumus sebagai berikut: 3 [ ] [ ] [ ] Keterangan: AO : Persentase amonium yang teroksidasi AK : Konsentrasi amonium pada media kontrol AP : Konsentrasi amonium pada media yang diinokulasi bakteri Persentase jumlah nitrat yang terbentuk (PNA) atau persentase jumlah nitrit yang terbentuk (PNI) dihitung dengan rumus sebagai berikut: [ ] [ ] [ ] Keterangan: PNA : Persentase jumlah nitrat yang terbentuk NT : Kandungan nitrat pada suspensi perlakuan (diinokulasi isolat bakteri) NK : Kandungan nitrat pada kontrol (tidak diinokulasi bakteri) AK : Kandungan amonium pada kontrol AP : Kandungan amonium pada suspensi perlakuan Kinetika oksidasi amonium Inokulum untuk pengujian disiapkan dengan menumbuhkan isolat pada 100 ml medium cair nitrifikasi yang menggunakan glukosa sebagai sumber karbon, kemudian diinkubasi di atas inkubator berpenggoyang pada kecepatan 100 rpm dan suhu ruang (28-31 C) selama tiga hari. Kultur bakteri dibuat pelet dengan cara sentrifugasi pada kecepatan rpm selama 15 menit. Pelet dipisahkan dan diresuspensi dengan medium nitrifikasi tanpa amonium. Sebanyak 2 ml kultur bakteri diinokulasikan ke dalam 10 ml medium nitrifikasi dengan konsentrasi amonium sebesar 0, 500, 1000, 1500, dan 2000 μm dilakukan secara duplo. Kemudian diinkubasi selama 3 jam di atas inkubator berpenggoyang pada kecepatan 100 rpm dan suhu ruang (28-31 C). Kontrol masing-masing perlakuan

14 4 dibuat tanpa diinokulasi kultur bakteri. Pengukuran aktivitas oksidasi amonium dilakukan setelah 3 jam inkubasi. Analisis kinetika oksidasi amonium dilakukan dengan menggunakan persamaan kinetika Michaelis-Menten (White 2000). Nilai Km (konstanta Michaelis-Menten) digunakan dalam menentukan ukuran afinitas enzim-substrat (E-S), yang merupakan suatu indikator kekuatan ikatan kompleks E-S atau suatu tetapan keseimbangan untuk disosiasi kompleks E-S menjadi E dan S. Nilai Km kecil berarti afinitas enzim tinggi terhadap substrat, sedangkan bila Km besar berlaku kebalikannya (Fox 1991 diacu dalam Putra 2009). Analisis kadar amonium Kadar amonium ditentukan dengan metode spektrofotometri. Sebanyak 2 ml sampel yang telah disaring ditambah dengan 0.08 ml fenol alkohol 10%, 0.08 ml sodium nitroprusid, dan 0.2 ml campuran hipoklorit teknis dan alkalin sitrat 20% (1 : 4), kemudian didiamkan selama 1 jam pada kondisi gelap. Setiap setelah pemberian pereaksi dilakukan pengadukan. Pemberian pereaksi akan menghasilkan warna biru. Warna yang terbentuk dibaca serapannya pada panjang gelombang 640 nm (Eaton et al. 2005). Nilai absorban yang diperoleh dikonversi menggunakan standar hingga diperoleh satuan dalam konsentrasi (μm). Analisis kadar nitrit Sebanyak 2 ml sampel yang telah disaring ditambah dengan 0.08 ml pewarna nitrit. Pewarna nitrit dibuat dengan mencampurkan 1 gram sulfanilamid, 10 ml phosphoric acid 85%, dan 80 ml aquades dengan 0.1 gram NED (Naftalena Etilena Diamina). Kemudian didiamkan selama 10 menit. Setiap setelah pemberian pereaksi dilakukan pengadukan. Pemberian pereaksi akan menghasilkan warna merah muda hingga keunguan. Warna yang terbentuk dibaca serapannya pada panjang gelombang 543 nm (Eaton et al. 2005). Nilai absorban yang diperoleh dikonversi menggunakan standar hingga diperoleh satuan dalam konsentrasi (μm). Analisis kadar nitrat Sebanyak 1 ml sampel yang telah disaring ditambah dengan 0.2 ml larutan natrium klorida, 1 ml asam sulfat 80%, dan 0.05 ml brucine sulfanilic acid, kemudian dipanaskan selama 20 menit. Setiap setelah pemberian pereaksi dilakukan pengadukan. Pemberian pereaksi akan menghasilkan warna kuning. Warna yang terbentuk dibaca serapannya pada panjang gelombang 410 nm (Rand et al. 1979). Nilai absorban yang diperoleh dikonversi menggunakan standar hingga diperoleh satuan dalam konsentrasi (μm). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemurnian dan Peremajaan Isolat Pemurnian dan peremajaan isolat bakteri berhasil dilakukan terhadap 14 isolat terdiri atas 5 isolat asal Jambi dan 9 isolat asal Riau. Semua isolat dapat

15 hidup secara aerobik dalam media yang mengandung amonium sebagai sumber nitrogen dan karbonat sebagai sumber karbonnya. Pemurnian bakteri dilakukan dengan metode kuadran agar menghasilkan koloni tunggal (Gambar 1). Hasil pewarnaan Gram menunjukkan sel berwarna merah muda (Gambar 2). 5 (a) (b) (c) Gambar 1 Hasil pemurnian dengan metode kuadran. (a) Isolat RCSC2, (b) Isolat RCC1, (c) Isolat JCSC2 (a) (b) (c) Gambar 2 Hasil pewarnaan Gram. (a) Isolat RCSC2, (b) Isolat RCC1, (c) Isolat JCSC2 Berdasarkan pengamatan pada keempat belas isolat, terlihat bahwa isolat mempunyai bentuk koloni yang didominasi oleh bentuk bundar dan tepian licin. Warna koloninya sebagian besar berwarna putih, sedangkan isolat lainnya berwarna kuning dan bening. Karakteristik morfologi pada sel dilakukan dengan pewarnaan Gram, warna merah muda pada sel bakteri menunjukkan bahwa semua sel bakteri berjenis Gram negatif. Sel pada sepuluh isolat berbentuk kokus sedangkan empat isolat lainnya berbentuk basil (Tabel 1).

16 6 Tabel 1 Karakteristik isolat bakteri nitrifikasi Koloni Sel No Isolat Jenis Warna Bentuk Elevasi Tepian Gram Bentuk 1. RBA1 Putih Bundar Seperti tetesan Licin Negatif Kokus 2. RCC1 Kuning Bundar Seperti tetesan Licin Negatif Basil 3. RCC2 Putih Bundar Seperti tetesan Licin Negatif Kokus 4. RCSC1 Kuning Bundar Seperti tetesan Licin Negatif Kokus 5. RCSC2 Kuning Bundar Seperti tetesan Licin Negatif Basil 6. JASC Putih Bundar Seperti tetesan Licin Negatif Kokus 7. JCSC2 Putih Bundar Timbul Licin Negatif Basil 8. RCSA2 Putih Bundar Seperti tetesan Licin Negatif Basil 9. JCC Putih Bundar Seperti kawah Licin Negatif Kokus 10. RAA1 Putih Bundar Timbul Licin Negatif Kokus 11. RASA1 Putih Bundar Timbul Licin Negatif Kokus 12. JDSA Bening Bundar Seperti kawah Licin Negatif Kokus 13. RDSC3 Putih Bundar Timbul Licin Negatif Kokus 14. JBSA1 Bening Bundar Seperti tetesan Licin Negatif Kokus Pengujian Isolat pada Media Autotrof dan Heterotrof Media nitrifikasi yang digunakan terdiri atas dua jenis, yaitu media nitrifikasi autotrof dengan sumber karbon karbonat dan media nitrifikasi heterotrof dengan sumber karbon glukosa. Berdasarkan hasil, pertumbuhan bakteri pada media nitrifikasi heterotrof lebih cepat dibandingkan pertumbuhan bakteri pada media nitrifikasi autotrof. Nilai Optical Density (OD) menunjukkan kerapatan sel isolat pada masing-masing media. OD sel pada media nitrifikasi heterotrof sebesar sedangkan OD sel pada media nitrifikasi autotrof sebesar (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan sel pada media nitrifikasi heterotrof lebih besar dibandingkan pada media nitrifikasi autotrof.

17 Tabel 2 Perbandingan hasil pengukuran OD sel pada media nitrifikasi autotrof dan heterotrof per hari OD sel No. Isolat Media nitrifikasi autotrof Media nitrifikasi heterotrof 1. RBA RCC RCC RCSC RCSC JASC JCSC RCSA JCC RAA RASA JDSA RDSC JBSA Uji Aktivitas Oksidasi Amonium Kemampuan 14 isolat dalam mengoksidasi amonium diuji pada kondisi aerob dengan konsentrasi amonium sebesar M. erdasarkan hasil ji aktivitas oksidasi amonium, terlihat bahwa semua isolat dapat mengoksidasi amonium, bahkan terdapat 6 isolat yang mempunyai aktivitas di atas 80%. Konsentrasi nitrit yang terakumulasi dari semua isolat relatif rendah, yaitu sekitar %. Sebelas isolat mempunyai aktivitas menghasilkan nitrat dengan persentase %. Isolat RCSC2 mempunyai akumulasi nitrat sebesar 1.07%. Tabel 3 Kemampuan isolat untuk mengoksidasi amonium dengan menghasilkan senyawa nitrit dan nitrat setelah 5 hari inkubasi No Isolat Amonium Awal Amonium yang dioksidasi Nitrit yang terbentuk Nitrat yang terbentuk (µm) µm % µm % µm % 1. RBA RCC RCC RCSC RCSC JASC JCSC RCSA JCC RAA RASA JDSA RDSC JBSA

18 8 Laju rata-rata dan Kinetika Oksidasi Amonium Bedasarkan uji aktivitas oksidasi amonium, dipilih tiga isolat untuk laju rata-rata dan uji kinetika oksidasi amonium, yaitu isolat RCC1, RCSC2, dan JCSC2. Isolat RCC1 mempunyai aktivitas oksidasi amonium sangat baik sekitar 97% dengan konsentrasi nitrit yang terbentuk sekitar 0.05% dan nitrat sebesar 0.02%. Isolat JCSC2 mempunyai aktivitas oksidasi amonium sebesar 87.95%, nitrit yang terbentuk sebesar 0.28%, dan nitrat 0.07%. Isolat RCSC2 mempunyai aktivitas pembentukan nitrat sebesar 1.07% dengan amonium yang teroksidasi sebesar 78.09% dan nitrit 0.05% (Tabel 3). Laju rata-rata oksidasi amonium isolat RCSC2 lebih tinggi dibandingkan laju pada isolat JCSC2 dan RCC1. Laju rata-rata oksidasi amonium pada RCC1, RCSC2, dan JCSC2 mengalami kenaikan seiring dengan pertambahan substrat yang diberikan (Gambar 3) Keterangan : Laju Oksidasi Amonium (µm/jam) Konsentrasi Substrat (µm) Laju Akumulasi Nitrit (µm/jam) Laju Oksidasi Amonium RCSC2 Laju Oksidasi Amonium RCC1 Laju Oksidasi Amonium JCSC2 Laju Akumulasi Nitrit RCSC2 Laju Akumulasi Nitrit RCC1 Laju Akumulasi Nitrit JCSC2 Gambar 3 Laju oksidasi amonium dan akumulasi nitrit isolat RCSC2, RCC1 dan JCSC2 Uji kinetika oksidasi amonium dilakukan dengan konsentrasi amonium 0, 500, 1000, 1500, dan 2000 M. erdasarkan hasil ji kinetika oksidasi amonium, isolat JCSC2 memiliki nilai kecepatan maksimum (Vmaks) dan konstanta Michaelis-Menten (Km) lebih tinggi dibandingkan isolat RCC1 dan RCSC2. Nilai Km terendah dimiliki oleh isolat RCC1 (Tabel 4).

19 9 Tabel 4 Hasil uji kinetika nilai Km dan Vmaks No. Isolat Km (mm) Vmaks (mm/jam) 1. RCC RCSC JCSC Pembahasan Berdasarkan hasil peremajaan pada 14 isolat, semua bakteri dapat tumbuh secara aerobik pada media agar yang mengandung amonium sebagai sumber nitrogen dan karbonat sebagai sumber karbon. Menurut Moat dan Foster (1988), bakteri nitrifikasi hidup secara aerobik. Bakteri tersebut memerlukan oksigen sebagai penerima elektron terakhir di dalam rangkaian proses respirasi untuk pembentukan energi. Isolat-isolat tersebut ditumbuhkan pada media agar dengan kondisi ph sekitar dan suhu berkisar o C. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bakteri dapat tumbuh setelah 3 hari masa inkubasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Holt et al. (1994) bahwa bakteri nitrifikasi umumnya dapat tumbuh optimal pada ph antara dan suhu 5-30 o C. Hasil pewarnaan Gram menunjukkan bahwa semua bakteri tersebut merupakan bakteri Gram negatif dan sebanyak 4 isolat berbentuk basil dan 10 isolat berbentuk kokus. Menurut Holt et al. (1994), bakteri nitrifikasi umumnya mempunyai ciri Gram negatif dan berbentuk kokus, basil, spiral, atau ellipsoid. Isolat-isolat yang telah murni ditumbuhkan pada media nitrifikasi autotrof dengan sumber karbon berupa karbonat dan media nitrifikasi heterotrof dengan sumber karbon berupa glukosa. Berdasarkan pengamatan, pertumbuhan sel bakteri pada media nitrifikasi heterotrof menunjukkan pertumbuhan sel lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sel pada media nitrifikasi autotrof (Tabel 2). William et al. (1998) menyatakan bahwa media karbonat merupakan media nitrifikasi autotrof yang membuat pertumbuhan bakteri lambat dan perbanyakan selnya rendah. Menurut Tresnawati (2006), media nitrifikasi heterotrof menghasilkan pertumbuhan sel yang lebih tinggi daripada pertumbuhan sel pada media nitrifikasi autotrof. Berdasarkan penelitiannya, pertumbuhan sel pada media heterotrof yang paling tinggi terjadi pada media glukosa sebagai sumber karbon dengan aktivitas mengoksidasi amonium cukup tinggi. Perbedaan pertumbuhan sel pada kedua media diduga karena perbedaan senyawa yang digunakan untuk pembentukan energi, yaitu glukosa dan amonium. Menurut Widiyanto (2006), isolat pada media heterotrof memanfaatkan sumber karbon dari glukosa. Isolat tersebut mengoksidasi glukosa melalui siklus asam sitrat sehingga didapatkan 38 ATP per molekul glukosa. Sedangkan isolat pada media nitrifikasi autotrof memanfaatkan amonium sebagai sumber energi. Proses oksidasi amonium menghasilkan 2 ATP per molekulnya sehingga mendapatkan energi lebih sedikit daripada glukosa. Hal ini menyebabkan pertumbuhan isolat pada media heterotrof lebih tinggi dibandingkan pada media autotrof. Pada uji aktivitas oksidasi amonium, isolat ditumbuhkan di dalam media cair nitrifikasi dengan ph sekitar 7.0 dan diinkubasi pada suhu 30 o C. Menurut Paul dan Clark (1989), faktor-faktor yang mempengaruhi proses nitrifikasi di antaranya keasaman (ph) dan suhu. Nitrifikasi dapat berjalan optimal pada ph

20 tetapi dapat terhambat pada ph di bawah 4.5, sedangkan suhu yang optimal berkisar o C tetapi dapat berjalan lambat pada suhu di bawah 5 o C dan di atas 40 o C. Nitrifikasi merupakan proses oksidasi amonium menjadi nitrit dengan perantara hidroksilamin dan oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat (Paul dan Clark 1989). Uji aktivitas oksidasi amonium pada 14 isolat menunjukkan bahwa semua isolat dapat mengoksidasi amonium, bahkan terdapat 6 isolat mempunyai kemampuan mengoksidasi amonium di atas 80% (Tabel 3). Aktivitas oksidasi amonium ini terlihat dari pengurangan konsentrasi amonium pada masing-masing isolat. Pengurangan konsentrasi amonium mengindikasikan bahwa isolat tersebut dapat memanfaatkan amonium sebagai sumber energi atau sumber nitrogen untuk pembentukan biomassa sel. Amonium yang teroksidasi membentuk nitrit, terlihat dari adanya konsentrasi nitrit pada setiap isolat. Hal ini mengindikasikan bahwa isolat tersebut mempunyai enzim amonia monooksigenase (AMO) dan hidroksilamin oksidase (HAO). Menurut Moir et al. (1996), amonium dioksidasi menjadi nitrit dengan perantara hidroksilamin dan enzim yang terlibat dalam aktivitas oksidasi tersebut adalah AMO dan HAO. Berdasarkan hasil uji aktivitas isolat, konsentrasi nitrit pada semua isolat menunjukkan persentase yang rendah, yaitu berkisar % (Tabel 3). Hal ini dapat menjadi salah satu indikator adanya bakteri yang potensial sebagai agen bioremediasi. Menurut Widiyanto (2006), tidak terbentuknya senyawa nitrit merupakan salah satu dasar seleksi bakteri yang potensial sebagai agen bioremediasi karena senyawa nitrit bersifat toksik terhadap hewan budidaya. Sutka et al. (2006) mengemukakan bahwa terdapat aktivitas bakteri saat mengoksidasi amonium menjadi nitrit, yaitu produksi N 2 O dari oksidasi hidroksilamin (NH 2 OH) oleh bakteri nitrifikasi, Nitrosomonas europaea. Sebelas isolat mempunyai aktivitas menghasilkan nitrat dengan persentase %. Isolat RCSC2 mempunyai persentase nitrat sebesar 1.07%. Isolat tersebut diduga mempunyai enzim nitrit oksidase. Menurut Steinmuller dan Bock (1977), aktivitas bakteri dalam mengoksidasi nitrit melibatkan enzim nitrit oksidase. Laju rata-rata oksidasi amonium yang diujikan pada isolat RCC1, RCSC2, dan JCSC2 mempunyai pola kenaikan laju yang berbeda. Laju isolat RCSC2 dan JCSC2 dalam mengoksidasi amonium mengalami kenaikan seiring dengan penambahan substrat yang diberikan, yaitu dari konsentrasi amonium 0, 500, 1000, 1500, hingga 2000 µm. Sedangkan pada isolat RCC1 mengalami kenaikan laju rata-rata pada konsentrasi µm dan memberikan reaksi yang berbeda pada konsentrasi µm yaitu tidak mengalami kenaikan yang signifikan (Gambar 3). Perbedaan laju tersebut menunjukkan perbedaan kemampuan ketiga isolat dalam memanfaatkan amonium berdasarkan tingkat konsentrasi amonium yang diberikan. Berdasarkan hasil analisis kinetika Michaelis-Menten, isolat RCC1, RCSC2, dan JCSC2 mempunyai nilai Vmaks (kecepatan maksimum) sebesar 0.56, 1.00, dan 1.46 mm/jam dan nilai Km (konstanta Michaelis-Menten) sebesar 2.44, 3.95, dan 7.99 mm (Tabel 4). Isolat RCC1 yang mempunyai nilai Km lebih kecil dibandingkan keduanya menunjukkan bahwa isolat RCC1 mempunyai enzim dengan afinitas tinggi terhadap substratnya.

21 11 SIMPULAN Empat belas isolat bakteri nitrifikasi asal kolam ikan air tawar Riau dan Jambi yang dikarakterisasi bersifat Gram negatif dengan bentuk sel kokus dan basil. Enam isolat mampu melakukan aktivitas oksidasi amonium di atas 80%. Tiga isolat yang diuji kinetika oksidasi amonium, yaitu RCC1, RSCS2, dan JCSC2 mempunyai nilai konstanta Michaelis-Menten (Km) sebesar 2.44, 3.95, dan 7.99 mm. Isolat RCC1 yang mempunyai nilai Km terkecil menunjukkan bahwa isolat RCC1 mempunyai enzim dengan afinitas tinggi terhadap substratnya. DAFTAR PUSTAKA [BBPBAT] Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar Baku Mutu Kualitas Air Budidaya. BBPBAT [internet]. [diunduh 2014 Sep 1]. Tersedia pada: [BPS] Badan Pusat Statistik Jambi dalam angka. BPS [internet]. [diunduh 2013 Des 17]. Tersedia pada: files/assets/basichtml/page353.html. Eaton AD, Clesceri LS, Greenberg AE, Rice EW Standard Method of Examination of Water and Wastewater. Ed ke-21. Washington DC (US): APHA-AWWA-WPCF. [EPA] US Enviromental Protection Agency Nitrification. USEPA [internet]. [diunduh 2013 Des 12]. Tersedia pada: lawsregs/ rulesregs/ sdwa/tcr/upload/ nitrification.pdf. Erlania, Rusmaedi, Prasetio AB, Haryadi J Dampak manajemen pakan dari kegiatan budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) di keramba jaring apung terhadap kualitas keramba jaring apung terhadap kualitas perairan Danau Maninjau. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Jakarta (ID): Pusat Riset Perikanan Budidaya. hlm Hadioetomo RS Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Holt JG, Krieg NR, Smeath PHA. Stanley JT. Williams ST Bergey s Manual of Determinative Bacteriology. Ed ke-9. Baltimore (US): Williams and Wilkins Company. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan Kelautan dan Perikanan dalam Angka Jakarta (ID): Pusat Data, Statistik dan Informasi. Moat AG, Foster JW Microbial Physiology. Ed ke-2. New York (US): John Wiley & Sons, Inc. Moir JWB, Crossman LC, Spiro S, Richardson DJ The purification of ammonia monooxygenase of Paracoccus denitrificans. FEBS Letters 387: Novita L Aktivitas oksidasi amonium dan reduksi nitrat ASLT2 pada sumber karbon yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

22 12 Paul EA, Clark FE Soil Microbiology and Biochemistry. London (UK): Academic Press. Putra GPG Penentuan kinetika enzim poligalakturonase (PG) endogenous dari pup biji kakao. J Biol 8(1): Rachmansyah Analisis daya dukung lingkungan Perairan Teluk Awarange Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan bagi pengembangan budidaya bandeng dalam keramba jaring apung [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rand MC, Greenberg AE, Taras MJ Standard Method of Examination of Water and Wastewater. Ed ke-14. Washington DC (US): APHA-AWWA- WPCF. Rohmana D Konversi limbah budidaya ikan lele, Clarias sp. menjadi biomassa bakteri heterotrof untuk perbaikan kualitas air dan makanan udang galah, Macrobrachium rosenbergii. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Steinmuller W, Bock E Enzymatic studies on autotrophically, mixotrophically, and heterotrophically grown Nitrobacter agilis with special reference to nitrite oxidase. Arch Microbiol 115: Sutka RL, Ostrom NE, Ostrom PH, Breznak JA, Gandhi H, Pitt AJ, Li F Distinguishing nitrous oxide production from nitrification and denitrification on the basis of isotopomer abundances. J Appl and Envir Microbiol 72(1): Tresnawati T Aktivitas bakteri pengoksidasi amonium isolat ASR1 dan ASR2 asal tambak udang pada sumber karbon dan salinitas yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. White D The Physiology and Biochemistry of Procaryotes. Ed ke-2. New York (US): Oxford University Press. Widiyanto T Seleksi bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi untuk bioremediasi di tambak udang [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. William EH et al Molecular analisis of bacterial communities in a threecompartement granular activated sludge system indicates community level control by incompatile nitrification processes. J Appl and Envir Microbiol 64:

23 13 Lampiran 1 Kurva standar amonium Absorban (640 nm) 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 Lampiran 2 Kurva standar nitrit y = 0,017x + 0,023 R² = 0, Konsentrasi (µm) Absorban (543 nm) 0,4 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0 y = 0,0352x + 0,0033 R² = 0, Konsentrasi (µm) Lampiran 3 Kurva standar nitrat Absorban (410 nm) 0,16 0,14 0,12 0,1 0,08 0,06 0,04 0,02 0 y = 0,0099x + 0,006 R² = 0, Konsentrasi (µm)

24 14 Lampiran 4 Komposisi media nitrifikasi Komposisi media nitrifikasi (g/l) (Rodina 1972 dalam Novita 2006) 13.5 KH 2 PO K 2 HPO MgCl. 2 6H 2 O 0.5 NaHCO FeCl. 3 6H 2 O 0.18 CaCl. 2 2H 2 O 0.1 NH 4 Cl 0.2 EDTA 0.5 Glukosa

25 15 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Depok pada tanggal 16 September 1992 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, Siti Hardianti dan Oktavia Rahmawati, dengan ayah bernama Atmaja dan ibu bernama Asenih. Pada tahun 2010, penulis lulus dari SMA Negeri 3 Depok dan pada tahun yang sama diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis aktif pada berbagai organisasi mahasiswa. Penulis pernah menjadi pengurus BEM KM Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010/ 2011 dan melanjutkan kembali pada tahun 2011/2012 di dalam Kementerian Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat dengan menjadi Ketua Program Rumah Harapan. Penulis pernah juga menjadi pengurus HIMABIO divisi Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa pada tahun 2012/2013. Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitian di kampus dan di organisasi. Penulis mendapatkan beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) dari semester tiga hingga semester delapan. Pada tahun 2012, penulis melaksanakan studi lapang di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dengan topik Identifikasi Tumbuhan Paku di TNGGP berdasarkan Ketinggian. Pada tahun 2013, penulis melaksanakan praktik lapangan di PT Herlina Indah, Pulogadung, Jakarta dengan topik Pengolahan dan Pengawasan Mutu Aquademin di PT Herlina Indah.

KARAKTERISASI BAKTERI DENITRIFIKASI YANG DIISOLASI DARI KOLAM IKAN AIR TAWAR PROVINSI RIAU DAN JAMBI TIARA APRILLINDA DEWI

KARAKTERISASI BAKTERI DENITRIFIKASI YANG DIISOLASI DARI KOLAM IKAN AIR TAWAR PROVINSI RIAU DAN JAMBI TIARA APRILLINDA DEWI KARAKTERISASI BAKTERI DENITRIFIKASI YANG DIISOLASI DARI KOLAM IKAN AIR TAWAR PROVINSI RIAU DAN JAMBI TIARA APRILLINDA DEWI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

AKTIVITAS REDUKSI NITRAT BAKTERI AMONIFIKASI DISIMILATIF PADA SUMBER KARBON BERBEDA AHADIYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

AKTIVITAS REDUKSI NITRAT BAKTERI AMONIFIKASI DISIMILATIF PADA SUMBER KARBON BERBEDA AHADIYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR AKTIVITAS REDUKSI NITRAT BAKTERI AMONIFIKASI DISIMILATIF PADA SUMBER KARBON BERBEDA AHADIYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

KINETIKA AKTIVITAS REDUKSI NITRAT BAKTERI NITRAT AMONIFIKASI DISIMILATIF DARI MUARA SUNGAI PADA KONSENTRASI OKSIGEN (O 2 ) YANG BERBEDA TETI MARDIATI

KINETIKA AKTIVITAS REDUKSI NITRAT BAKTERI NITRAT AMONIFIKASI DISIMILATIF DARI MUARA SUNGAI PADA KONSENTRASI OKSIGEN (O 2 ) YANG BERBEDA TETI MARDIATI KINETIKA AKTIVITAS REDUKSI NITRAT BAKTERI NITRAT AMONIFIKASI DISIMILATIF DARI MUARA SUNGAI PADA KONSENTRASI OKSIGEN (O 2 ) YANG BERBEDA TETI MARDIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata... i ii

Lebih terperinci

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD)  HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri 11 didinginkan. absorbansi diukur pada panjang gelombang 410 nm. Setelah kalibrasi sampel disaring dengan milipore dan ditambahkan 1 ml natrium arsenit. Selanjutnya 5 ml sampel dipipet ke dalam tabung

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Bakteri Penitrifikasi Sumber isolat yang digunakan dalam penelitian ini berupa sampel tanah yang berada di sekitar kandang ternak dengan jenis ternak berupa sapi,

Lebih terperinci

KARAKTERISASI BAKTERI NITRIFIKASI KOLAM IKAN AIR TAWAR DI KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT MEILIANA CHOIRIYAH

KARAKTERISASI BAKTERI NITRIFIKASI KOLAM IKAN AIR TAWAR DI KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT MEILIANA CHOIRIYAH KARAKTERISASI BAKTERI NITRIFIKASI KOLAM IKAN AIR TAWAR DI KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT MEILIANA CHOIRIYAH DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

HASIL. Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif

HASIL. Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif HASIL Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif Hasil konfirmasi kemurnian dari keempat isolat dengan metoda cawan gores, morfologi koloninya berbentuk bulat, elevasi

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Keberadaan amonium di alam dapat berasal dari dekomposisi senyawa-senyawa protein. Senyawa ini perlu didegradasi menjadi gas nitrogen (N2) karena amonium menyebabkan

Lebih terperinci

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK 1. Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan limiting factor yang harus diperhatikan dalam suatu ekosistem perairan. Nitrgen di perairan terdapat

Lebih terperinci

AKTIVITAS OKSIDASI AMONIUM DAN REDUKSI NITRAT Pseudomonas stutzeri ASLT2 PADA SUMBER KARBON YANG BERBEDA

AKTIVITAS OKSIDASI AMONIUM DAN REDUKSI NITRAT Pseudomonas stutzeri ASLT2 PADA SUMBER KARBON YANG BERBEDA 1 AKTIVITAS OKSIDASI AMONIUM DAN REDUKSI NITRAT Pseudomonas stutzeri ASLT2 PADA SUMBER KARBON YANG BERBEDA Oleh : Lena Novita G34102005 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung dan Laboratorium Pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

NFR4, berarti isolat ini paling mampu beradaptasi dengan faktor lingkungan yang ada walaupun kurang responsif terhadap perubahan konsentrasi udara

NFR4, berarti isolat ini paling mampu beradaptasi dengan faktor lingkungan yang ada walaupun kurang responsif terhadap perubahan konsentrasi udara PEMBAHASAN Pangamatan morfologi sel menunjukkan bentuk sel batang, dan ada yang bulat. Sementara koloni bervariasi dari bentuk, tepian, elevasi dan warna. Hasil pewarnaan gram menunjukan bahwa ada isolat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, IPB, dari bulan Oktober 2011 Mei 2012. Bahan Isolasi untuk memperoleh isolat B. thuringiensis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) merupakan ikan lele hasil persilangan antara induk betina F 2 dengan induk jantan F 6 sehingga menghasilkan F 26. Induk jantan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata...

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 1 Oktober 2014 ISSN: 2302-3600 EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN Riska Emilia Sartika

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Populasi Bakteri Penambat N 2 Populasi Azotobacter pada perakaran tebu transgenik IPB 1 menunjukkan jumlah populasi tertinggi pada perakaran IPB1-51 sebesar 87,8 x 10 4 CFU/gram

Lebih terperinci

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan 4 Metode Penelitian ini dilakukan pada beberapa tahap yaitu, pembuatan media, pengujian aktivitas urikase secara kualitatif, pertumbuhan dan pemanenan bakteri, pengukuran aktivitas urikase, pengaruh ph,

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat Isolat bakteri koleksi Laboratorium Mikrobiologi hasil isolasi Laut Belawan ditumbuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi terdapat kendala yang dapat menurunkan produksi berupa kematian budidaya ikan yang disebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budidaya ikan lele merupakan salah satu jenis usaha budidaya perikanan yang semakin berkembang. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan teknologi budidaya yang relatif

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Chaetoceros sp. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi parameter kualitas air terkontrol (Lampiran 4). Selama kultur berlangsung suhu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dari bulan April hingga bulan September 2010 di Laboratorium Bioteknologi Tanah serta Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNIK RADIOISOTOP P-32 UNTUK PENENTUAN VIABILITAS ISOLAT BAKTERI ASAM LAKTAT A1 SEBAGAI PROBIOTIK PADA IKAN PATIN (Pangasius pangasius)

PEMANFAATAN TEKNIK RADIOISOTOP P-32 UNTUK PENENTUAN VIABILITAS ISOLAT BAKTERI ASAM LAKTAT A1 SEBAGAI PROBIOTIK PADA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) PEMANFAATAN TEKNIK RADIOISOTOP P-32 UNTUK PENENTUAN VIABILITAS ISOLAT BAKTERI ASAM LAKTAT A1 SEBAGAI PROBIOTIK PADA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) Adria P.M. dan Irawan Sugoro Pusat Aplikasi Teknologi

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1: Komposisi dan Penyiapan Media Skim Milk Agar, Komposisi Media Feather Meal Agar, Komposisi Media Garam Cair.

LAMPIRAN Lampiran 1: Komposisi dan Penyiapan Media Skim Milk Agar, Komposisi Media Feather Meal Agar, Komposisi Media Garam Cair. LAMPIRAN Lampiran 1: Komposisi dan Penyiapan Media Skim Milk Agar, Komposisi Media Feather Meal Agar, Komposisi Media Garam Cair. a. Komposisi media skim milk agar (Widhyastuti & Dewi, 2001) yang telah

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA 825 Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap... (Moch. Nurdin) PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA Mochamad

Lebih terperinci

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif 75 Lampiran 1. Metode Kerja L.1.1 Bagan kerja Air Panas - Isolasi dan Seleksi Bakteri Pemurnian Bakteri Isolat Murni Bakteri Uji Bakteri Penghasil Selulase Secara Kualitatif Isolat Bakteri Selulolitik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, aktivitas pengurangan amonium oleh bakteri nitrifikasi dan anamox diamati pada dua jenis sampel, yaitu air limbah industri dan lindi. A. Pengurangan amonium

Lebih terperinci

AKTIVITAS BAKTERI PENGOKSIDASI AMONIUM ISOLAT ASR1 DAN ASR2 ASAL TAMBAK UDANG PADA SUMBER KARBON DAN SALINITAS YANG BERBEDA.

AKTIVITAS BAKTERI PENGOKSIDASI AMONIUM ISOLAT ASR1 DAN ASR2 ASAL TAMBAK UDANG PADA SUMBER KARBON DAN SALINITAS YANG BERBEDA. AKTIVITAS BAKTERI PENGOKSIDASI AMONIUM ISOLAT ASR1 DAN ASR2 ASAL TAMBAK UDANG PADA SUMBER KARBON DAN SALINITAS YANG BERBEDA Oleh : TIKA TRESNAWATI G34102061 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan bahan persediaan bahan bakar fosil berkurang. Seiring menipisnya

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan bahan persediaan bahan bakar fosil berkurang. Seiring menipisnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan bahan bakar fosil saat ini semakin meningkat sehingga dapat menyebabkan bahan persediaan bahan bakar fosil berkurang. Seiring menipisnya persediaan bahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif meliputi karakteristik

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan, mulai bulan Juli hingga November 2009. Pemeliharaan ikan dilakukan di Kolam Percobaan, Departemen Budidaya

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH BUDIDAYA IKAN LELE, Clarias sp. OLEH IKAN NILA, Oreochromis niloticus MELALUI PENGEMBANGAN BAKTERI HETEROTROF

PEMANFAATAN LIMBAH BUDIDAYA IKAN LELE, Clarias sp. OLEH IKAN NILA, Oreochromis niloticus MELALUI PENGEMBANGAN BAKTERI HETEROTROF PEMANFAATAN LIMBAH BUDIDAYA IKAN LELE, Clarias sp. OLEH IKAN NILA, Oreochromis niloticus MELALUI PENGEMBANGAN BAKTERI HETEROTROF LELYANA MAJAW RACHMIWATI C 14103002 SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung. 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung. 3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Prosedur Penelitian Isolasi dan Seleksi Bakteri Proteolitik Isolasi Bakteri Proteolitik

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Prosedur Penelitian Isolasi dan Seleksi Bakteri Proteolitik Isolasi Bakteri Proteolitik BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Kegiatan isolasi dan seleksi bakteri proteolitik dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Nutrisi, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar (BRPBAT) Bogor, kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp.

PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp. PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp. YENI GUSTI HANDAYANI SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran, III. METODOLOGI PENELITIAN.. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran, Lampung. Penelitian ini secara umum mencakup tahapan yaitu survei lapangan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

Sampel air panas. Pengenceran 10-1 Lampiran 1. Metode kerja Sampel air panas Diambil 10 ml Dicampur dengan media selektif 90ml Di inkubasi 24 jam, suhu 50 C Pengenceran 10-1 Di encerkan sampai 10-10 Tiap pengenceran di tanam di cawan petri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Udang putih (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Udang putih (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udang putih (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas perikanan laut Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi baik di pasar domestik maupun global. 77%

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, bertempat di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai Maret 2011 sampai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4 Isolat-isolat yang diisolasi dari lumpur aktif.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4 Isolat-isolat yang diisolasi dari lumpur aktif. 7 diidentifikasi dilakukan pemurnian terhadap isolat potensial dan dilakukan pengamatan morfologi sel di bawah mikroskop, pewarnaan Gram dan identifikasi genus. Hasil identifikasi genus dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Isolat Lumpur Aktif Penghasil Bioflokulan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Isolat Lumpur Aktif Penghasil Bioflokulan HASIL DAN PEMBAHASAN Isolat Lumpur Aktif Penghasil Bioflokulan Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bioflokulan dapat bersumber dari mikrob yang ada di dalam lumpur aktif (LA) dan tanah (Shimizu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini dibandingkan beberapa parameter polutan dalam limbah cair tapioka yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto LAMPIRAN Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto Lampiran 2. Pembuatan Media dan Reagen 2.1 Pembuatan Media Skim Milk Agar (SMA) dalam 1000 ml (Amelia, 2005) a. 20 gram susu

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah organik. Limbah industri tahu yang dihasilkan dapat berupa limbah padat dan cair, tetapi limbah

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR NITRAT DAN KLASIFIKASI TINGKAT KESUBURAN DI PERAIRAN WADUK IR. H. DJUANDA, JATILUHUR, PURWAKARTA

ANALISIS KADAR NITRAT DAN KLASIFIKASI TINGKAT KESUBURAN DI PERAIRAN WADUK IR. H. DJUANDA, JATILUHUR, PURWAKARTA Analisis Kadar Nitrat dan... Ir. H. Djuanda, Jatiluhur, Purwakarta (Kusumaningtyas, D.I.) ANALISIS KADAR NITRAT DAN KLASIFIKASI TINGKAT KESUBURAN DI PERAIRAN WADUK IR. H. DJUANDA, JATILUHUR, PURWAKARTA

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi Media Bushnell-Haas, Larutan Standar Mc. Farland, Larutan Orsinol

LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi Media Bushnell-Haas, Larutan Standar Mc. Farland, Larutan Orsinol LAMPIRAN Lampiran 1. Komposisi Media Bushnell-Haas, Larutan Standar Mc. Farland, Larutan Orsinol a. Komposisi Media Bushnell-Haas per liter (Atlas, 1946) 1) KH 2 PO 4 = 1,0 g 5) FeCl 3 = 0,05 g 2) K2HPO

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Enzim α-amilase Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan menanam isolat bakteri dalam media inokulum selama 24 jam. Media inokulum tersebut

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

AKTIVITAS BAKTERI DENITRIFIKASI ASAL SAWAH DI BOGOR, JAWA BARAT

AKTIVITAS BAKTERI DENITRIFIKASI ASAL SAWAH DI BOGOR, JAWA BARAT AKTIVITAS BAKTERI DENITRIFIKASI ASAL SAWAH DI BOGOR, JAWA BARAT Oleh: Nirliani G34102070 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK NIRLIANI.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK) Peremajaan dan purifikasi terhadap kedelapan kultur koleksi isolat bakteri dilakukan terlebih dahulu sebelum pengujian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolat Actinomycetes Amilolitik Terpilih 1. Isolat Actinomycetes Terpilih Peremajaan isolat actinomycetes dilakukan dengan tujuan sebagai pemeliharaan isolat actinomycetes agar

Lebih terperinci

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele.

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele. 17 3. METODE Rangkaian penelitian ini terdiri dari empat tahap penelitian. Seluruh kegiatan dilakukan dalam kurun waktu tahun 2009 sampai dengan 2011 di Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (d/h Loka Riset

Lebih terperinci

PENGARUH APLIKASI KONSORSIUM MIKROBA PENITRIFIKASI TERHADAP KONSENTRASI AMONIA (NH3) PADA AIR TAMBAK KASUS : DI DESA GRINTING KABUPATEN BREBES

PENGARUH APLIKASI KONSORSIUM MIKROBA PENITRIFIKASI TERHADAP KONSENTRASI AMONIA (NH3) PADA AIR TAMBAK KASUS : DI DESA GRINTING KABUPATEN BREBES PENGARUH APLIKASI KONSORSIUM MIKROBA PENITRIFIKASI TERHADAP KONSENTRASI AMONIA (NH3) PADA AIR TAMBAK KASUS : DI DESA GRINTING KABUPATEN BREBES Wage Komarawidjaja Peneliti di Pusat Pengkajian dan Penerapan

Lebih terperinci

Modul 5 Bioremediasi Polutan Organik

Modul 5 Bioremediasi Polutan Organik Modul 5 Bioremediasi Polutan Organik MODUL 5 Bioremediasi Polutan Organik POKOK BAHASAN : Bioremediasi limbah cair organik dengan tanaman air dan bakteri TUJUAN PRAKTIKUM : 1. Memahami dan mampu merancang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai

I. PENDAHULUAN. Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai ekonomis tinggi dan merupakan spesies asli Indonesia. Konsumsi ikan gurami (Osphronemus gouramy)

Lebih terperinci

VIII. AKTIVITAS BAKTERI NITROGEN

VIII. AKTIVITAS BAKTERI NITROGEN VIII. AKTIVITAS BAKTERI NITROGEN TUJUAN 1. Mendemonstrasikan peran mikroba dalam proses pengubahan senyawa nitrogen organik menjadi ammonia (amonifikasi). 2. Mendemonstrasikan peran mikroba dalam biokonversi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah

Lebih terperinci

akseptor elektron pada saat medium aerob. Disisi lain keberadaan akseptor elektron nitrat dapat menimbulkan interaksi dan berpengaruh terhadap jalur

akseptor elektron pada saat medium aerob. Disisi lain keberadaan akseptor elektron nitrat dapat menimbulkan interaksi dan berpengaruh terhadap jalur PEMBAHASAN Isolat FR1, FR2, HF7 dan LF6 adalah kelompok bakteri fermentatif, tumbuh pada medium denitrifikasi yang mengandung nitrat baik secara anaerob maupun aerob. Rusmana dan Nedwell (2004), melaporkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan lele sangkuriang merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah umum

I. PENDAHULUAN. Ikan lele sangkuriang merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah umum I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele sangkuriang merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah umum dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Karakteristik dari ikan lele yang memiliki pertumbuhan

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1 Metode Pengumpulan Data 2.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di UPT Laboratorium Biosain dan Bioteknologi Universitas Udayana. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium 24 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi penduduk dunia pertengahan 2012 mencapai 7,058 milyar dan diprediksi akan meningkat menjadi 8,082 milyar pada tahun 2025 (Population Reference Bureau, 2012).

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 1 I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium Biokimia, Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Abstract. Advisors : Dr. Dea Indriani Astuti. Degree : Science Bachelor (S.Si), Conferred July 2010

Abstract. Advisors : Dr. Dea Indriani Astuti. Degree : Science Bachelor (S.Si), Conferred July 2010 Analysis of Nitrifying Bacteria Stability in Postlarva Freshwater Prawn Culture (Macrobrachium rosenbergii de Mann) in Laboratory Scale With and Without Addition of Substrate Student : Eleanor Louana Urfa

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan α-amilase adalah enzim menghidrolisis ikatan α-1,4-glikosidik pada pati. α-amilase disekresikan oleh mikroorganisme, tanaman, dan organisme tingkat tinggi. α-amilase memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda-beda. Tingkat kelangsungan hidup yang paling

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Komposisi (g/l) 1.5 0,

3 METODE PENELITIAN. Komposisi (g/l) 1.5 0, 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB dan Indonesian Center

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Udang vannamei merupakan salah satu jenis udang yang potensial untuk

I. PENDAHULUAN. Udang vannamei merupakan salah satu jenis udang yang potensial untuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udang vannamei merupakan salah satu jenis udang yang potensial untuk dibudidayakan karena memiliki laju pertumbuhan yang relatif cepat serta kemampuan adaptasi yang relatif

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MOLASE, FISHMEAL, DAN SOYMEAL SEBAGAI MEDIA PRODUKSI Pseudomonas stutzeri ASLT2 UNTUK PROBIOTIK DI TAMBAK UDANG IMA RACHMAWATI

PENGGUNAAN MOLASE, FISHMEAL, DAN SOYMEAL SEBAGAI MEDIA PRODUKSI Pseudomonas stutzeri ASLT2 UNTUK PROBIOTIK DI TAMBAK UDANG IMA RACHMAWATI PENGGUNAAN MOLASE, FISHMEAL, DAN SOYMEAL SEBAGAI MEDIA PRODUKSI Pseudomonas stutzeri ASLT2 UNTUK PROBIOTIK DI TAMBAK UDANG IMA RACHMAWATI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

HASIL. Tekstur dan komposisi tanah Hasil analisis tekstur dan komposisi bahan organik pada tabel 1 menunjukkan bahwa

HASIL. Tekstur dan komposisi tanah Hasil analisis tekstur dan komposisi bahan organik pada tabel 1 menunjukkan bahwa Analisa Reduksi Asetilen (ARA : Acetylene Reduction Assay). Sebanyak,5 ml inokulum bakteri pertama pertama dan,5 ml inokulum bakteri kedua diinokulasikan kedalam campuran 2 ml NMS cair bebas nitrogen yang

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung dari bulan Januari sampai dengan April 2014.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2015 di Balai Besar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2015 di Balai Besar III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2015 di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung (BBPBL), Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri

Lebih terperinci

PENGARUH SUMBER KARBON DAN AERASI TERHADAP AKTIVITAS DENITRIFIKASI ISOLAT BAKTERI ASLT2

PENGARUH SUMBER KARBON DAN AERASI TERHADAP AKTIVITAS DENITRIFIKASI ISOLAT BAKTERI ASLT2 PENGARUH SUMBER KARBON DAN AERASI TERHADAP AKTIVITAS DENITRIFIKASI ISOLAT BAKTERI ASLT2 Lena Novita Pusat Penelitian Limnologi LIPI Cibinong Sience Center Jln. Raya Bogor Km. 46 Cibinong, Bogor, Jawa Barat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada Januari

Lebih terperinci

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Isolasi dan identifikasi bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Isolasi dan identifikasi bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik Tahap I BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Isolasi dan identifikasi bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik Hasil pengukuran sampel tanah yang digunakan pada percobaan 1 meliputi ph tanah, kadar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada April 2013 sampai dengan Mei 2013 di laboratorium Nutrisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

Pengambilan sampel tanah yang terkontaminasi minyak burni diambil dari

Pengambilan sampel tanah yang terkontaminasi minyak burni diambil dari BAB IH METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA-UNRI. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan November 2007 sampai

Lebih terperinci

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium 28 III. METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN DI LINGKUNGAN TAMBAK UDANG INTENSIF FERIDIAN ELFINURFAJRI SKRIPSI

STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN DI LINGKUNGAN TAMBAK UDANG INTENSIF FERIDIAN ELFINURFAJRI SKRIPSI 2 STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN DI LINGKUNGAN TAMBAK UDANG INTENSIF FERIDIAN ELFINURFAJRI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

Sampel air kolam, usus ikan nila dan endapan air kolam ikan. Seleksi BAL potensial (uji antagonis)

Sampel air kolam, usus ikan nila dan endapan air kolam ikan. Seleksi BAL potensial (uji antagonis) Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian Sampel air kolam, usus ikan nila dan endapan air kolam ikan. Seleksi BAL potensial (uji antagonis) Str Isolasi dan Karakteristik Bakteri Asam Laktat Isolat Bakteri Asam

Lebih terperinci

Changes of Ammonia, Nitrite and Nitrate at Recirculation System of Red Tilapia (Oreochromis sp.) Rearing. D. Djokosetiyanto, A. Sunarma dan Widanarni

Changes of Ammonia, Nitrite and Nitrate at Recirculation System of Red Tilapia (Oreochromis sp.) Rearing. D. Djokosetiyanto, A. Sunarma dan Widanarni Perubahan Jurnal Akuakultur ammonia Indonesia, (NH 3 -N) 5(1): 13- (6) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 13 http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PERUBAHAN AMMONIA (NH 3 -N), NITRIT

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN KADAR C (KARBON) DAN KADAR N (NITROGEN) MEDIA KULTIVASI Hasil analisis molases dan urea sebagai sumber karbon dan nitrogen menggunakan metode Walkley-Black dan Kjeldahl,

Lebih terperinci