AKTIVITAS OKSIDASI AMONIUM DAN REDUKSI NITRAT Pseudomonas stutzeri ASLT2 PADA SUMBER KARBON YANG BERBEDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AKTIVITAS OKSIDASI AMONIUM DAN REDUKSI NITRAT Pseudomonas stutzeri ASLT2 PADA SUMBER KARBON YANG BERBEDA"

Transkripsi

1 1 AKTIVITAS OKSIDASI AMONIUM DAN REDUKSI NITRAT Pseudomonas stutzeri ASLT2 PADA SUMBER KARBON YANG BERBEDA Oleh : Lena Novita G DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

2 2 AKTIVITAS OKSIDASI AMONIUM DAN REDUKSI NITRAT Pseudomonas stutzeri ASLT2 PADA SUMBER KARBON YANG BERBEDA Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Oleh : Lena Novita G DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

3 3 Judul Nama NRP : Aktivitas Oksidasi Amonium dan Reduksi Nitrat Pseudomonas stutzeriaslt2 pada Sumber Karbon yang Berbeda : Lena Novita : G Menyetujui : Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Ir. Iman Rusmana, M.Si. Dr. Tri Widiyanto, M.Si. NIP NIP Mengetahui : Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S. NIP Tanggal Lulus :

4 4 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 7 Nopember 1983 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Sukardi, SPd. dan Rohmah, AmdPd.. Pada tahun 2002 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Sumedang dan pada tahun yang sama diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama kuliah di Departemen Biologi FMIPA IPB, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Mikrobiologi Dasar pada tahun ajaran 2004/2005 dan 2005/2006, asisten praktikum mata kuliah Biologi Dasar pada tahun ajaran 2005/2006. Penulis juga pernah aktif di BIOWORLD periode 2003/2004 dan Himpunan Mahasiswa Biologi (Himabio) periode 2004/2005. Pada bulan Juli-Agustus 2004 penulis melaksanakan praktik magang di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah (Balittro), Bogor. Pada bulan Juni-Juli 2005 penulis melaksanakan Praktik Lapangan di Research and Development Syngenta stasiun Cikampek dengan topik Pengujian Suatu Bahan Aktif Fungisida di Research and Development Syngenta Stasiun Cikampek.

5 5 PRAKATA Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Karya ilmiah dengan judul Aktivitas Oksidasi Amonium dan Reduksi Nitrat Pseudomonas stutzeri ASLT2 pada Sumber Karbon yang Berbeda ini disusun berdasarkan hasil penelitian dari bulan Desember 2005 sampai April Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan karya ilmiah ini, terutama kepada Dr. Ir. Iman Rusmana, MSi. dan Dr. Tri Widiyanto, MSi. selaku pembimbing yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan karya ilmiah serta Dr. Ir. Juliarni MAgr. yang telah memberikan saran dan petunjuknya. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf Laboratorium Mikrobiota, Pusat Penelitian Limnologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, Bogor atas bantuan dan kerjasamanya selama pelaksanaan penelitian. Ungkapan terima kasih untuk sahabat-sahabat Ghazali Kost dan teman-teman Biologi 39 atas kebersamaannya. Terima kasih yang tidak terhingga kepada mama, papa, A Yudi dan Leni atas segala do a, dukungan, serta kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juli 2006 Lena Novita

6 6 ABSTRAK LENA NOVITA. Aktivitas Oksidasi Amonium dan Reduksi Nitrat Pseudomonas stutzeri ASLT2 pada Sumber C yang Berbeda. Dibimbing oleh IMAN RUSMANA dan TRI WIDIYANTO. Isolat ASLT2 merupakan bakteri pengoksidasi amonium yang diisolasi dari perairan tambak udang. Berdasarkan analisis molekuler 16S rrna, isolat ini memiliki kemiripan sebesar 99 % dengan bakteri pereduksi nitrat P. stutzeri. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa isolat ASLT2 dapat mengoksidasi amonium pada kondisi autotrof dengan karbonat sebagai sumber karbon dan kondisi heterotrof dengan asetat, suksinat, glukosa, dan gliserol sebagai sumber C. Konsentrasi amonium menurun hinggá tujuh hari inkubasi pada semua perlakuan sumber C. Penurunan konsentrasi amonium yang terjadi disebabkan penggunaan amonium sebagai sumber nitrogen dan sumber energi melalui proses nitrifikasi. Isolat ini memiliki aktivitas oksidasi amonium paling tinggi pada medium dengan menggunakan suksinat sebagai sumber C. Isolat ASLT2 dapat mereduksi nitrat pada kondisi aerob dan anaerob dengan asetat, suksinat, glukosa dan gliserol sebagai sumber C. Aktivitas reduksi nitrat secara aerob paling tinggi terjadi pada medium dengan menggunakan glukosa sebagai sumber C dan secara anaerob aktivitas paling tinggi terjadi pada medium dengan menggunakan suksinat sebagai sumber C. Perbedaan aktivitas reduksi nitrat pada masing-masing perlakuan sumber C disebabkan oleh perbedaan banyaknya elektron yang dihasilkan dari proses oksidasi sumber C yang berbeda. ABSTRACT LENA NOVITA. Activity of Ammonium Oxidation and Nitrate Reduction by Pseudomonas stutzeri ASLT2 on Different Carbon Sources. Supervised by IMAN RUSMANA and TRI WIDIYANTO. Isolate ASLT2 was an ammonium oxidizing bacterium isolated from shrimp pond. Based on mollecular analysis of 16S rrna sequences, the isolate was 99 % closely related to nitrate reducing bacterium P. stutzeri. The result showed that isolate ASLT2 was able to oxidize ammonium autothrophically with carbonate as a carbon source and heterotrophycally with acetate, succinate, glucose, and glycerol as C sources. Ammonium concentration was decreased up to seven days of incubation in all C source treatments. The declining of ammonium concentration was due to the utilization of amonium as nitrogen and energy source through nitrification process. The highest activity of ammonium oxidation was found in the medium using succinate as C source. Isolate ASLT2 was able to reduce nitrate aerobically and anaerobically with acetate, succinate, glucose, and glycerol as C sources. The highest activity of aerobic nitrate reduction was found in the medium using glucose as C source and anaerobically was found in the medium using succinate as C source. The different of nitrate reduction activity in each C sources was due to the different amount of electron generated by oxidation process using different C sources.

7 7 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 1 Waktu dan Tempat Penelitian... 1 BAHAN DAN METODE Bahan... 1 Metode Penyiapan Medium... 1 Pemurnian dan Peremajaan Isolat... 1 Uji Aktivitas Oksidasi Amonium... 2 Kinetika Oksidasi Amonium... 2 Uji Aktivitas Reduksi Nitrat... 2 Kinetika Reduksi Nitrat... 2 Analisis Kadar Amonium... 3 Analisis Kadar Nitrit... 3 Analisis Kadar Nitrat... 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemurnian dan Peremajaan Isolat... 3 Aktivitas Oksidasi Amonium... 3 Aktivitas Reduksi Nitrat... 5 SIMPULAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii vii vii

8 8 DAFTAR TABEL Halaman 1 Kemampuan P. stutzeri ASLT2 untuk mengoksidasi amonium dengan menghasilkan senyawa nitrit dan gas setelah 7 hari inkubasi Laju oksidasi amonium (µ NH3 ) dan laju pertumbuhan spesifik (µ sel ) isolat ASLT2 pada medium nitrifikasi dengan sumber C yang berbeda Kemampuan isolat ASLT2 dalam mereduksi nitrat dan menghasilkan senyawa nitrit dan gas pada kondisi aerob dengan sumber C yang berbeda Kemampuan isolat ASLT2 dalam mereduksi nitrat dan menghasilkan senyawa nitrit dan gas pada kondisi anaerob dengan sumber C yang berbeda Laju reduksi nitrat (µ N03 ) dan laju pertumbuhan spesifik (µ sel ) isolat ASLT2 dengan sumber C yang berbeda pada kondisi aerob dan anaerob... 8 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Profil penurunan senyawa amonium (a) oleh isolat ASLT2 pada sumber C yang berbeda dengan senyawa nitrit (b) dan nitrat (c) yang dihasilkan Pertumbuhan isolat ASLT2 pada medium nitrifikasi dengan sumber C yang berbeda Profil penurunan senyawa nitrat oleh isolat ASLT2 pada kondisi aerob (a) dan anaerob (b) dengan sumber C yang berbeda Profil akumulasi senyawa nitrit medium selama proses reduksi nitrat oleh isolat ASLT2 pada kondisi aerob (a) dan anaerob (b) Pertumbuhan isolat ASLT2 pada kondisi aerob (a) dan anaerob (b) dengan sumber C yang berbeda... 7 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Profil senyawa amonium pada medium kontrol pengujian aktivitas oksidasi amonium Profil senyawa nitrat pada medium kontrol pengujian aktivitas reduksi nitrat secara aerob (a) dan anaerob (b)... 13

9 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isolat ASLT2 merupakan hasil penelitian sebelumnya yang diisolasi pada medium nitrifikasi dan telah diuji kemampuan nitrifikasinya. Isolat ini diisolasi dari lingkungan perairan tambak udang di Kendari (Widiyanto 2006). Nitrifikasi merupakan proses oksidasi senyawa amonium menjadi nitrit dan nitrat. Proses ini dapat terjadi pada kondisi pertumbuhan autotrof maupun heterotrof (Bock et al. 1992, Atlas & Bartha 1998). Isolat ASLT2 memiliki kemampuan oksidasi amonium yang paling tinggi dibandingkan isolat-isolat bakteri nitrifikasi yang telah berhasil diisolasi. Hasil analisis molekuler 16S rrna menunjukkan bahwa isolat ASLT2 memiliki kemiripan sebesar 99 % dengan Pseudomonas stutzeri (Widiyanto 2006). P. stutzeri merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk batang, bersifat nonfermentatif dan motil (Madigan et al. 2000, Rius et al. 2001). Bakteri ini dapat ditemukan di tanah dan lingkungan perairan. P. stutzeri termasuk bakteri denitrifikasi. Denitrifikasi ialah proses reduksi nitrat menjadi nitrit, nitrit menjadi nitrik oksida, nitrik oksida menjadi gas nitrous oksida hingga pada akhirnya dihasilkan gas nitrogen (Atlas & Bartha 1998, Richardson 2000). Richardson (2000) mengemukakan bahwa denitrifikasi merupakan proses reduksi nitrat yang berhubungan langsung dengan proses transfer elektron dan senyawa organik berperan sebagai donor elektron. P. stutzeri merupakan bakteri denitrifikasi yang mampu mereduksi nitrat dengan menghasilkan gas nitrogen (Korner & Zumft 1989, Zumft 1997, Rius et al. 2001). Laju oksidasi amonium dan reduksi nitrat pada bakteri dipengaruhi oleh ketersediaan sumber karbon sebagai sumber utama untuk memperoleh energi bagi pertumbuhan (Kelso et al. 1999, Firth & Edwards 2000). Bakteri pereduksi nitrat merupakan mikroorganisme heterotrof yang memerlukan sumber karbon organik seperti asam asetat, asam propionat, asam benzoat, gliserol, metanol dan glukosa untuk pertumbuhannya (Teixeira & Oliveira 2002). Kemampuan P. stutzeri dalam mengoksidasi amonium hingga saat ini belum pernah dilaporkan. Isolat ASLT2 yang merupakan P. stutzeri telah diketahui memiliki kemampuan untuk mengoksidasi amonium tetapi belum pernah diuji kemampuan reduksi nitratnya. Oleh karena itu, diperlukan pengujian aktivitas oksidasi amonium dan reduksi nitrat dari isolat bakteri tersebut. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menelaah pengaruh berbagai jenis sumber karbon terhadap aktivitas oksidasi amonium dan reduksi nitrat oleh P. stutzeri ASLT2. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2005 sampai dengan April 2006 di Laboratorium Mikrobiota, Pusat Penelitian Limnologi, LIPI Cibinong, Bogor. BAHAN DAN METODE Bahan Bahan yang digunakan ialah isolat bakteri pengoksidasi amonium asal tambak udang P. stutzeri ASLT2 koleksi Laboratorium Mikrobiota, Pusat Penelitian Limnologi, LIPI Cibinong, Bogor. Metode Penyiapan Medium Medium cair nitrifikasi yang digunakan memiliki komposisi (g/l) sebagai berikut 13.5 KH 2 PO 4, 0.7 K 2 HPO 4, 0.1 MgCl 2.6H 2 O, 0.5 NaHCO 3, FeCl 3.6H 2 O, 0.18 CaCl 2.2H 2 O, 0.1 NH 4 Cl, 0.2 EDTA, dan 0.5 glukosa (Rodina 1972) dengan salinitas 2% dan ph 7. Medium cair denitrifikasi yang digunakan memiliki komposisi (g/l) sebagai berikut 10 Na-asetat, 5 KNO 3, 0.5 (NH 4 ) 2 SO 4, 0.2 KH 2 PO 4, 0.9 K 2 HPO 4, 0.1 CaCl 2.2H 2 O, 0.5 MgSO 4.7H 2 O, dan 0.2 EDTA (Rodina 1972) dengan salinitas 2% dan ph 7. Kondisi anaerob dibuat dengan metode Oxygen-Free Nitrogen (OFN). Gas N 2 dialirkan ke dalam medium dengan menggunakan syringe steril selama 10 menit. Medium padat nitrifikasi dan denitrifikasi dibuat dengan menambahkan 20 g/ l bacto agar. Pemurnian dan Peremajaan Isolat Pemurnian isolat dilakukan dengan menumbuhkan isolat bakteri pada medium agar nitrifikasi melalui metode kuadran dan diinkubasi pada suhu ruang (28-31 C) selama

10 2 tujuh hari. Koloni murni yang diperoleh ditumbuhkan kembali pada medium agar nitrifikasi dan denitrifikasi, kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 3-4 hari. Uji Aktivitas Oksidasi Amonium Inokulum untuk uji aktivitas disiapkan dengan menumbuhkan isolat pada 50 ml medium cair nitrifikasi, kemudian diinkubasi di atas inkubator berpenggoyang pada kecepatan 80 rpm dan suhu ruang (28-31 C) selama tiga hari. Sebanyak 1 ml kultur isolat ditumbuhkan pada 50 ml medium nitrifikasi dengan sumber karbon dari karbonat, glukosa, asetat, suksinat, dan gliserol dengan konsentrasi amonium ± 5000 µm. Kemudian diinkubasi selama tujuh hari di atas inkubator berpenggoyang pada kecepatan 80 rpm dan suhu ruang (28-31 C). Masing-masing perlakuan sumber karbon diulang tiga kali. Kontrol masing-masing perlakuan dibuat tanpa diinokulasi kultur bakteri. Pengukuran pertumbuhan sel dan aktivitas oksidasi amonium dilakukan pada hari ke-0, 2, 3, 5, dan 7. Pengukuran pertumbuhan sel dilakukan melalui analisis kerapatan optik (OD) dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm. Pengukuran aktivitas oksidasi amonium dilakukan melalui analisis kadar amonium, nitrit, dan nitrat (Greenberg et al. 1992). Filtrat yang digunakan untuk analisis kadar amonium, nitrit, dan nitrat diperoleh melalui teknik penyaringan dengan menggunakan membran nitroselulosa berdiameter pori 0.45 µm (Whatman). Jumlah amonium yang dioksidasi dari medium diperoleh dengan menghitung selisih kadar amonium awal dengan kadar amonium saat analisis. Laju pertumbuhan spesifik (µ sel ) bakteri dalam masing-masing medium perlakuan dan laju oksidasi amonium (µ NH3 ) ditentukan berdasarkan hasil pengukuran tersebut (White 2000). Kinetika Oksidasi Amonium Inokulum untuk pengujian disiapkan dengan menumbuhkan isolat pada 50 ml medium cair nitrifikasi yang menggunakan suksinat sebagai sumber C, kemudian diinkubasi di atas inkubator berpenggoyang pada kecepatan 80 rpm dan suhu ruang (28-31 C) selama tiga hari. Kultur bakteri dibuat pelet dengan cara sentrifugasi pada kecepatan 5000 rpm selama 15 menit. Pelet dipisahkan dan diresuspensi dengan medium nitrifikasi tanpa amonium. Sebanyak 2 ml kultur bakteri diinokulasikan ke dalam 50 ml medium nitrifikasi dan suksinat sebagai sumber C dengan konsentrasi amonium 0, 500, 1000, 1500, dan 2000 µm. Kemudian diinkubasi selama 20 jam di atas inkubator berpenggoyang pada kecepatan 80 rpm dan suhu ruang (28-31 C). Masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Kontrol masingmasing perlakuan dibuat tanpa diinokulasi kultur bakteri. Pengukuran pertumbuhan sel dan pengukuran aktivitas oksidasi amonium dilakukan setiap 4 jam. Analisis kinetika oksidasi amonium dilakukan dengan menggunakan persamaan kinetika Michaelis - Menten (White 2000). Uji Aktivitas Reduksi Nitrat Pengujian aktivitas reduksi nitrat dilakukan pada kondisi aerob dan anaerob. Inokulum untuk pengujian disiapkan dengan menumbuhkan isolat pada 50 ml medium cair denitrifikasi, kemudian diinkubasi di atas inkubator berpenggoyang pada kecepatan 80 rpm dan suhu ruang (28-31 C) selama 3 hari. Sebanyak 1 ml kultur isolat ditumbuhkan pada 50 ml medium denitrifikasi dengan sumber karbon dari glukosa, asetat, suksinat, dan gliserol dengan konsentrasi nitrat ± 5000 µm kemudian diinkubasi selama tujuh hari di atas inkubator berpenggoyang pada kecepatan 80 rpm dan suhu ruang (28-31 C). Masingmasing perlakuan sumber karbon diulang tiga kali dan kontrol masing-masing perlakuan dibuat tanpa diinokulasi kultur bakteri. Pengujian aktivitas reduksi nitrat pada kondisi anaerob dilakukan dengan menggunakan medium denitrifikasi anaerob dan tanpa aerasi. Pengukuran pertumbuhan sel dan pengukuran aktivitas reduksi nitrat dilakukan pada hari ke-0, 2, 3, 5, dan 7. Pengukuran pertumbuhan sel dilakukan melalui analisis OD pada panjang gelombang 550 nm. Pengukuran aktivitas reduksi nitrat dilakukan melalui analisis kadar nitrat, nitrit, dan amonium (Greenberg et al. 1992). Jumlah nitrat yang direduksi dari medium diperoleh dengan menghitung selisih kadar nitrat awal dengan kadar nitrat yang diperoleh saat analisis. Laju pertumbuhan spesifik (µ sel ) bakteri dalam masing-masing medium perlakuan dan laju reduksi nitrat (µ NO3 ) ditentukan berdasarkan hasil pengukuran tersebut (White 2000).

11 3 Kinetika Reduksi Nitrat Inokulum untuk pengujian disiapkan dengan menumbuhkan isolat pada 50 ml medium cair denitrifikasi dengan glukosa sebagai sumber C, kemudian diinkubasi di atas inkubator berpenggoyang pada kecepatan 80 rpm dan suhu ruang (28-31 C) selama tiga hari. Kultur bakteri dibuat pelet dengan cara sentrifugasi pada kecepatan 5000 rpm selama 15 menit. Pelet dipisahkan dan diresuspensi dengan medium denitrifikasi tanpa nitrat. Sebanyak 2 ml kultur bakteri diinokulasikan ke dalam 50 ml medium denitrifikasi dan glukosa sebagai sumber C dengan konsentrasi nitrat 0, 500, 1000, 1500, dan 2000 µm kemudian diinkubasi selama 20 jam di atas inkubator berpenggoyang pada kecepatan 80 rpm dan suhu ruang (28-31 C). Masingmasing perlakuan diulang tiga kali. Kontrol masing-masing perlakuan dibuat tanpa diinokulasi kultur bakteri. Pengukuran pertumbuhan sel dan pengukuran aktivitas reduksi nitrat dilakukan setiap 4 jam. Analisis kinetika reduksi nitrat dilakukan dengan menggunakan persamaan kinetika Michaelis -Menten (White 2000). Analisis Kadar Amonium Kadar amonium ditentukan dengan metode spektrofotometri. Sebanyak 5 ml sampel yang telah disaring ditambah dengan 0.2 ml fenol alkohol 10 %, 0.2 ml nitroprusid 0.5 %, dan 0.5 ml campuran hipoklorit teknis dan asam sitrat 20 % (1:4), kemudian didiamkan selama 1 jam. Setiap setelah pemberian pereaksi dilakukan pengadukan. Pemberian pereaksi akan menghasilkan warna biru. Warna yang terbentuk dibaca serapannya pada panjang gelombang 640 nm (Greenberg et al. 1992). Nilai absorbans yang diperoleh dikonversi menggunakan standar hingga diperoleh satuan dalam konsentrasi (µm). Analisis Kadar Nitrit Sebanyak 5 ml sampel yang telah disaring ditambah dengan 0.1 ml sulfanilamid 1 % dan 0.1 ml NED (Naftalena Etilena Diamina) 0.1 %, kemudian didiamkan selama 10 menit. Setiap setelah pemberian pereaksi dilakukan pengadukan. Pemberian pereaksi akan menghasilkan warna merah muda hingga keunguan. Warna yang terbentuk dibaca serapannya pada panjang gelombang 540 nm (Greenberg et al. 1992). Nilai absorbans yang diperoleh dikonversi menggunakan standar hingga diperoleh satuan dalam konsentrasi (µm). Analisis Kadar Nitrat Sebanyak 5 ml sampel yang telah disaring ditambah dengan 0.2 ml brusin 0.5 % dan 4 ml asam sulfat pekat, kemudian didiamkan selama 0.5 jam. Setiap setelah pemberian pereaksi dilakukan pengadukan. Pemberian pereaksi akan menghasilkan warna kuning. Warna yang terbentuk dibaca serapannya pada panjang gelombang 420 nm (Greenberg et al. 1992). Nilai absorbans yang diperoleh dikonversi menggunakan standar hingga diperoleh satuan dalam konsentrasi (µm). HASIL DAN PEMBAHASAN Pemurnian dan Peremajaan Isolat Isolat murni ASLT2 diperoleh pada medium nitrifikasi setelah 7-10 hari inkubasi dengan bentuk koloni bulat, berwarna putih dengan diameter koloni ± 1 mm. ASLT2 diisolasi pada medium nitrifikasi autotrof (Widiyanto 2006). Isolat ASLT2 dapat tumbuh pada medium agar nitrifikasi dan denitrifikasi setelah 2-3 hari inkubasi. Aktivitas Oksidasi Amonium P. stutzeri ASLT2 dapat mengoksidasi amonium baik pada medium autotrof dengan pemberian karbonat sebagai sumber C maupun pada medium heterotrof dengan asetat, suksinat, glukosa, dan gliserol sebagai sumber C. Kemampuan isolat dalam mengoksidasi amonium ditunjukkan oleh penurunan konsentrasi amonium pada medium pertumbuhannya (Gambar 1(a)). Konsentrasi senyawa amonium tidak mengalami perubahan pada medium kontrol (Lampiran 1). Konsentrasi senyawa amonium menurun hingga tujuh hari inkubasi pada setiap perlakuan sumber C. Penurunan konsentrasi senyawa amonium diduga disebabkan penggunaan amonium oleh isolat ASLT2 sebagai sumber nitrogen dan sumber energi. Penggunaan amonium sebagai sumber N yaitu melalui proses asimilasi, dimana amonium diubah menjadi senyawa nitrogen organik untuk sintesis material sel. Penggunaan senyawa amonium sebagai sumber energi yaitu melalui proses nitrifikasi, dimana amonium dioksidasi menjadi senyawa nitrit dan nitrat (Bock et al. 1992, Arp & Stein 2003). Proses ini diduga terjadi pada kultur isolat dengan adanya akumulasi senyawa nitrat dalam medium (Gambar 1 (c)).

12 4 Penurunan senyawa amonium tidak diikuti oleh akumulasi senyawa nitrit dalam médium dengan asetat, suksinat, glukosa, dan gliserol sebagai sumber C (Gambar 1 (b)). Senyawa nitrit hanya dihasilkan pada medium dengan karbonat sebagai sumber C (Gambar 1 (b), Tabel 1). Amonium (µm) Nitrit (µm) Nitrat (µm) Asetat Suksinat Glukosa Gliserol Karbonat (a) Asetat Suksinat Glukosa Gliserol Karbonat (b) -2 Asetat Suksinat Glukosa Gliserol Karbonat (c) Gambar 1 Profil penurunan senyawa amonium (a) oleh isolat ASLT2 pada sumber C yang berbeda dengan senyawa nitrit (b) dan nitrat (c) yang dihasilkan. Penurunan senyawa amonium pada masing-masing perlakuan sebanding dengan peningkatan biomassa sel bakteri dalam mediu m pertumbuhan (Gambar 2). Kemampuan isolat ASLT2 untuk mengoksidasi amonium pada medium heterotrof lebih tinggi dibandingkan autotrof. Isolat ASLT2 memiliki aktivitas oksidasi amonium paling tinggi pada medium dengan suksinat sebagai sumber C, walaupun pertumbuhan selnya cenderung lebih rendah (Gambar 2). Dengan demikian, dapat diduga bahwa aktivitas oksidasi amonium dengan suksinat sebagai sumber C per sel bakteri lebih tinggi. Isolat ini pada medium dengan suksinat sebagai sumber C dapat mereduksi nitrat hingga 68.34% setelah tujuh hari inkubasi (Tabel 1). Pertumbuhan isolat lebih tinggi pada medium dengan glukosa sebagai sumber C dibandingkan dengan sumber C yang lainnya (Gambar 2) tetapi aktivitas oksidasi amoniumnya lebih rendah dibandingkan dengan suksinat sebagai sumber C. OD Sel (550 nm) Asetat Suksinat Glukosa Gliserol Karbonat Gambar 2 Pertumbuhan isolat ASLT2 pada medium nitrifikasi dengan sumber C yang berbeda. Penurunan senyawa amonium pada masing-masing perlakuan sumber C oleh isolat ASLT2 mempunyai laju yang berbeda (Tabel 2). Nilai laju penurunan senyawa amonium yang tinggi pada medium dengan suksinat sebagai sumber C sebanding dengan jumlah amonium yang dapat dioksidasi oleh isolat pada medium dengan sumber C tersebut. Berdasarkan analisis kinetika diperoleh nilai laju penurunan senyawa amonium maksimum (V max ) oleh isolat ASLT2 sebesar µm/jam dengan K M sebesar µm.

13 5 Tabel 1 Kemampuan P. stutzeri ASLT2 untuk mengoksidasi amonium dengan menghasilkan senyawa nitrit dan nitrat setelah 7 hari inkubasi Sumber C dalam medium Amonium yang Amonium dioksidasi Nitrit yang terbentuk Nitrat yang terbentuk Awal (µm) µm % µm % µm % Karbonat Asetat Suksinat Glukosa Gliserol Tabel 2 Laju penurunan senyawa amonium (µ NH3 ) dan laju pertumbuhan spesifik (µ sel ) isolat ASLT2 pada medium nitrifikasi dengan sumber C yang berbeda Sumber C dalam medium µ NH3 (µm/ hari) R-sq (µ NH3) µ sel(sel/hari) R-sq (µ sel) Karbonat Asetat Suksinat Glukosa Gliserol Nitrifikasi merupakan proses oksidasi amonium menjadi hidroksilamin, oksidasi hidroksilamin menjadi nitrit, dan oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat dengan produk samping gas NO dan N 2 O (Paul & Clark 1996 diacu dalam Rusmana 2003). Tahapan reaksi dalam proses ini melibatkan enzim yang berbeda, yaitu amonia monooksigenase (AMO) yang mengubah amonium menjadi hidroksilamin, hidroksilamin oksidoreduktase (HAO) yang mengubah hidroksilamin menjadi nitrit, dan nitrit oksidoreduktase (NO) yang mengubah nitrit menjadi nitrat (Bock et a1 1992, Atlas & Bartha 1998). Proses nitrifikasi dapat terjadi pada kondisi pertumbuhan autotrof maupun heterotrof. Perbedaan oksidasi amonium pada masing-masing perlakuan sumber C diduga dipengaruhi oleh kemampuan bakteri untuk memperoleh energi dari sumber C yang tersedia. Bakteri nitrifikasi autotrofik memanfaatkan CO 2 sebagai sumber C dan memperoleh energi dari oksidasi amonium atau nitrit. Sedangkan bakteri nitrifikasi heterotrofik memanfaatkan senyawa organik sebagai sumber C dan memperoleh energi dari oksidasi senyawa tersebut (Atlas & Bartha 1998). Kemampuan mikroorganisme untuk memperoleh energi pada kondisi heterotrof bergantung pada kemampuan metabolismenya untuk mengoksidasi senyawa karbon (bahan organik) sebagai sumber energi utama. Senyawa karbon dalam metabolisme berperan penting yaitu menghasilkan energi melalui oksidasi senyawa tersebut dan menyediakan unsur C untuk pembentukan material sel (Prescott et al. 2000). Oksidasi suksinat dalam sistem metabolisme di dalam sel berlangsung melalui siklus asam sitrat (TCA). Oksidasi senyawa suksinat menjadi fumarat dikatalisis oleh enzim suksinat dehidrogenase (Prescott et al. 2000, White 2000). Suksinat dehidrogenase merupakan enzim flavin yang terikat pada protein membran dan secara langsung mentransfer elektron dari matriks ke koenzim Q pada rantai respirasi. Potensial redoks suksinat/fumarat memiliki nilai yang hampir sama dengan potensial redoks QH 2 /Q sehingga perubahan energi bebas yang terjadi pada tahap ini tidak cukup untuk memompa elektron dari matriks ke ruang intermembran (White 2000). Hal ini diduga menyebabkan bakteri kesulitan untuk mendapatkan energi sehingga pertumbuhan selnya cenderung lebih rendah dibandingkan pada medium heterotrof

14 6 lainnya (Gambar 2). Aliran elektron pada ruang intermembran melalui rantai respirasi akan menyebabkan sintesis energi (Prescott et al. 2000, White 2000). Oleh karena itu, diduga oksidasi amonium merupakan proses utama untuk memperoleh energi bagi pertumbuhan sel bakteri pada saat suksinat sebagai satu-satunya sumber C yang tersedia sehingga kadar amonium yang dioksidasi lebih tinggi. Aktivitas oksidasi amonium yang tinggi ditunjukkan oleh laju penurunan senyawa amonium yang tinggi pada medium dengan sumber C tersebut (Tabel 2). Oksidasi amonium menjadi nitrit dan nitrat merupakan proses metabolisme mikroorganisme untuk memperoleh energi (Atlas & Bartha 1998, Madigan et al. 2000). Kelompok bakteri Pseudomonas dapat memanfaatkan glukosa sebagai sumber C dengan lintasan oksidasi Entner-Doudoroff (Prescott et al. 2000). Oksidasi 1 molekul glukosa secara total melalui rantai respirasi dengan oksigen sebagai akseptor elektron menghasilkan 38 ATP (Prescott et al. 2000, White 2000). Perolehan energi ini lebih besar dibandingkan hasil oksidasi satu molekul asetat, suksinat dan gliserol sehingga dapat mendukung pertumbuhan sel bakteri dengan baik. Proses oksidasi amonium menjadi nitrit dan nitrat diduga dapat berperan sebagai lintasan untuk memperoleh energi ketika bakteri tidak memperoleh energi yang cukup dari oksidasi senyawa karbon. Pertumbuhan bakteri heterotrofik sangat bergantung pada oksidasi senyawa karbon untuk memperoleh energi (Bock et al. 1992). Pertumbuhan sel isolat ASLT2 (Gambar 2) dan aktivitas oksidasi amonium pada medium autotrof sangat rendah dibandingkan pada kondisi heterotrof (Gambar 1). Bakteri autotrofik harus mampu memfiksasi CO 2 untuk membentuk material sel. Energi untuk fiksasi tersebut dapat diperoleh dari oksidasi senyawa anorganik. Bakteri pengoksidasi amonium autotrofik memperoleh energi melalui proses oksidasi amonium menjadi nitrit dan nitrat (Bock et al. 1992, Arp & Stein 2003). Senyawa nitrit yang tidak diperoleh saat analisis dan nitrat yang rendah (Tabel 1) diduga senyawa amonium dioksidasi menjadi senyawa nitrogen organik. Selain itu, amonium diduga dioksidasi menjadi hidroksilamin. Bock et al. (1992) mengemukakan bahwa senyawa nitrit dapat diperoleh pada kultur bakteri nitrifikasi heterotrofik apabila aktivitas enzim nitrit reduktase dihambat oleh kadar oksigen yang rendah. Aktivitas Reduksi Nitrat P. stutzeri ASLT2 dapat mereduksi nitrat pada kondisi aerob maupun anaerob. Kemampuan isolat dalam mereduksi nitrat ditunjukkan oleh penurunan konsentrasi senyawa nitrat dalam médium pertumbuhan (Gambar 3). Perubahan konsentrasi senyawa nitrat tidak terjadi pada medium kontrol (Lampiran 2). Penurunan senyawa nitrat diduga disebabkan penggunaan nitrat sebagai akseptor elektron alternatif pengganti oksigen dalam rantai respirasi. Peningkatan kadar nitrat yang direduksi sebanding dengan peningkatan biomassa sel dalam medium pertumbuhan (Gambar 5). Penurunan senyawa nitrat oleh isolat ASLT2 pada medium diikuti oleh akumulasi senyawa nitrit (Gambar 4). Isolat ASLT2 dapat mereduksi senyawa nitrat menjadi nitrit dan diduga dapat menghasilkan gas baik pada kondisi aerob (Tabel 3) maupun anaerob (Tabel 4) dengan sumber C asetat, glukosa, dan gliserol. Sedangkan dengan suksinat sebagai sumber C pada kondisi aerob tidak menghasilkan senyawa nitrit (Tabel 3). Senyawa nitrit yang terakumulasi dalam medium pada kondisi pertumbuhan anaerob relatif lebih tinggi dibandingkan kondisi aerob. Penurunan senyawa nitrit dalam medium diduga disebabkan penggunaan nitrit oleh isolat ASLT2 sebagai akseptor elektron alternatif pengganti oksigen dalam rantai respirasi. Pemberian sumber C yang berbeda pada medium memberikan pengaruh yang berbeda terhadap aktivitas dan laju reduksi nitrat. Isolat ASLT2 memiliki aktivitas reduksi nitrat dan pertumbuhan sel yang lebih tinggi pada medium dengan glukosa dibandingkan gliserol dan asetat sebagai sumber C baik pada kondisi aerob maupun anaerob. Aktivitas reduksi nitrat paling tinggi pada kondisi aerob terjadi dengan glukosa sebagai sumber C dan paling rendah dengan suksinat sebagai sumber C. Aktivitas reduksi nitrat (Gambar 3) dan pertumbuhan isolat (Gambar 5) paling tinggi pada kondisi anaerob terjadi dengan suksinat sebagai sumber C. Laju reduksi senyawa nitrat pada masingmasing perlakuan sumber C dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan analisis kinetika diperoleh nilai laju reduksi nitrat maksimum (V max ) oleh isolat ASLT2 sebesar µm/jam dengan K M sebesar µm.

15 7 Nitrat (µm) Asetat Suksinat Glukosa Gliserol (a) Nitrat (µm) Asetat Suksinat Glukosa Gliserol (b) Gambar 3 Profil penurunan senyawa nitrat oleh isolat ASLT2 pada kondisi aerob (a) dan anaerob (b) dengan sumber C yang berbeda. Nitrit (µm) Asetat Suksinat Glukosa Gliserol (a) Nitrit (µm) Asetat Suksinat Glukosa Gliserol (b) Gambar 4 Profil akumulasi senyawa nitrit dalam medium selama proses reduksi nitrat oleh isolat ASLT2 pada kondisi aerob (a) dan anaerob (b). OD sel (550 nm) Asetat Suksinat Glukosa Gliserol OD (550 nm) Asetat Suksinat Glukosa Gliserol (a) (b) Gambar 5 Pertumbuhan isolat ASLT2 pada kondisi aerob (b). (a) dan anaerob (b) dengan sumber C yang berbeda.

16 8 Tabel 3 Kemampuan isolat ASLT2 dalam mereduksi nitrat dan menghasilkan senyawa nitrit dan gas pada kondisi aerob dengan sumber C yang berbeda Sumber C dalam medium Nitrat yang direduksi Nitrit yang terbentuk Gas yang terbentuk Nitrat Awal (µm) µm % µm % µm % Asetat Suksinat Glukosa Gliserol Tabel 4 Kemampuan isolat ASLT2 dalam mereduksi nitrat dan menghasilkan senyawa nitrit dan gas pada kondisi anaerob dengan sumber C yang berbeda Sumber C dalam medium Nitrat yang direduksi Nitrit yang terbentuk Gas yang terbentuk Nitrat Awal (µm) µm % µm % µm % Asetat Suksinat Glukosa Gliserol Tabel 5 Laju reduksi nitrat (µ N03 ) dan laju pertumbuhan spesifik (µ sel ) isolat ASLT2 dengan sumber C yang berbeda pada kondisi aerob dan anaerob Sumber C dalam medium µ N03 (µm/ hari) R-sq (µ N03) Aerob µ sel (sel/hari) R-sq (µ sel) µ N03 (µm/ hari) Anaerob R-sq (µ N03) µ sel (sel/hari) R-sq (µ sel) Asetat Suksinat Glukosa Gliserol Perbedaan aktivitas reduksi nitrat pada masing-masing perlakuan diduga berhubungan dengan jalur metabolisme sumber C yang merupakan senyawa organik yang sangat diperlukan bagi bakteri pereduksi nitrat (Kelso et al. 1999) baik pada kondisi aerob maupun anaerob. Richardson (2000) mengemukakan bahwa denitrifikasi merupakan proses reduksi nitrat yang berhubungan langsung dengan proses transfer elektron, dimana senyawa organik berperan sebagai donor elektron dan nitrat sebagai akseptor elektron terakhir. Perbedaan kadar nitrat yang direduksi pada masing-masing perlakuan diduga dipengaruhi oleh banyaknya elektron yang dapat diperoleh dari oksidasi senyawa karbon yang tersedia dalam medium. Elektron yang diperoleh dari oksidasi senyawa karbon tersim pan pada molekul NADH dan FADH 2 yang akan berperan sebagai donor elektron antara pada rantai respirasi (Madigan et al. 2000, White 2000). Richardson (2000) mengemukakan bahwa bakteri denitrifikasi dapat memanfaatkan nitrat, nitrit, nitrik oksida, atau nitrous oksida sebagai akseptor elektron terakhir pengganti oksigen dalam rantai respirasi. Oksidasi molekul glukosa pada sistem metabolisme aerob akan berlangsung melalui lintasan glikolisis yang dilanjutkan dengan oksidasi piruvat menjadi CO 2 melalui siklus TCA. Gliserol akan masuk ke dalam lintasan glikolisis melalui pembentukan gliseraldehida-3-fosfat sedangkan asetat akan masuk ke dalam siklus TCA setelah diubah menjadi asetil-coa (Prescott et al. 2000). Oksidasi satu molekul glukosa melalui

17 9 lintasan glikolisis dan siklus TCA akan menghasilkan ATP, NADH, dan FADH 2 yang lebih banyak dibandingkan dari hasil oksidasi satu molekul asetat, suksinat, dan gliserol. Perolehan energi yang lebih banyak akan mendukung untuk pertumbuhan sel sedangkan perolehan molekul NADH dan FADH 2 yang lebih banyak sebagai donor elektron yang akan masuk ke rantai respirasi memungkinkan aktivitas reduksi nitrat yang lebih tinggi. P. stutzeri merupakan bakteri non fermentatif (Madigan et al. 2000). Dengan demikian, pada kondisi anaerob molekul NADH dan FADH 2 yang diperoleh dari oksidasi sumber C direoksidasi melalui rantai respirasi. Dalam hal ini, isolat ASLT2 diduga menggunakan nitrat, nitrit, nitrik oksida, atau nitrous oksida sebagai akseptor elektron terakhir untuk memperoleh energi. Pertumbuhan isolat ASLT2 (Gambar 5 (a)) dan aktivitas reduksi nitrat pada kondisi aerob yang sangat rendah dengan suksinat sebagai sumber C (Gambar 3 (a)) diduga berhubungan dengan kesulitan untuk mendapatkan elektron dari oksidasi senyawa tersebut. Asam-asam organik termasuk suksinat pada kondisi anaerob akan diubah menjadi piruvat dan diokidasi lebih lanjut setelah diubah menjadi asetil-coa (Madigan et al. 2000). Dari metabolisme tersebut dihasilkan molekul NADH yang diduga oleh isolat ASLT2 direoksidasi melalui rantai respirasi dengan memanfaatkan nitrat, nitrit, nitrik oksida atau nitrous oksida sebagai akseptor elektron. Firth dan Edwards (2000) melaporkan bahwa P. stutzeri dapat tumbuh dan mereduksi nitrat dengan maksimal pada medium mikroaerofil yang mengandung nitrat dengan penambahan suksinat dibandingkan penambahan glukosa, gliserol, dan piruvat. P. stutzeri merupakan bakteri denitrifikasi yang mampu mereduksi nitrat dengan menghasilkan gas nitrogen (Korner & Zumft 1989, Zumft 1997, Rius et al. 2001). Denitrifikasi merupakan proses reduksi senyawa nitrat menjadi nitrit, nitrit menjadi nitrik oksida, nitrik oksida menjadi gas nitrous oksida hingga pada akhirnya dihasilkan gas nitrogen (Richardson 2000). Setiap tahapan reaksi dikatalisis oleh enzim yang berbeda. Reduksi nitrat menjadi nitrit dikatalisis oleh enzim nitrat reduktase. Ada dua macam nitrat reduktase yaitu nitrat reduktase terikat membran (NAR) dan nitrat reduktase pada periplasmik (NAP). Aktivitas enzim NAP terjadi pada kondisi aerob dan anaerob, sedangkan aktivitas enzim NAR diduga hanya terjadi pada kondisi anaerob. Hal ini disebabkan adanya penghambatan sistem transfer nitrat ke dalam sel oleh oksigen (Moreno-Vivian et al. 1991, Zumft 1997). Richardson (2000) mengemukakan bahwa proses reduksi nitrat oleh enzim NAR berhubungan dengan konservasi energi yaitu sebagai akseptor elektron terakhir dalam rantai respirasi pada kondisi anaerob, sedangkan aktivitas enzim NAP cenderung untuk mengontrol keseimbangan energi pereduksi. Bakteri heterotrofik memperoleh energi dari serangkaian proses oksidasi sumber C organik. Hasil oksidasi sumber C yang lebih tereduksi pada kondisi aerob sangat memungkinkan terjadinya kelebihan energi pereduksi. Oleh karena itu, untuk menjaga keseimbangan energi pereduksi diperlukan lintasan untuk mengalirkan elektron-elektron hasil oksidasi tersebut tetapi dengan tujuan bukan untuk konservasi energi yaitu melalui reduksi nitrat oleh enzim NAP (Richardson 2000). Peranan enzim NAP dalam mengontrol keseimbangan energi pereduksi selama metabolisme oksidatif senyawa karbon telah banyak dilaporkan. Sears et al. (1997) dalam Ellington et al. (2002) menunjukkan bahwa jenis sumber C mempengaruhi aktivitas enzim NAP. Pada kondisi aerob, aktivitas enzim NAP Paracoccus denitrificans Pd22 lebih rendah dengan sumber C yang lebih teroksidasi (malat dan suksinat) dibandingkan dengan sumber C yang lebih tereduksi (kaproat dan butirat). Selain itu, Ellington et al. (2002) melaporkan bahwa ekspresi nap dan aktivitas enzim NAP pada Paracoccus pantotrophus lebih tinggi pada kondisi pertumbuhan aerob dengan sumber C yang lebih tereduksi dibandingkan dengan sumber C yang lebih teroksidasi (suksinat < asetat < butirat). Reduksi nitrit menjadi nitrik oksida dikatalisis oleh enzim nitrit reduktase (NIR). Nitrik oksida diubah menjadi gas nitrous oksida dengan melibatkan enzim nitrik oksidoreduktase (NOR) sedangkan nitrous oksida diubah menjadi gas nitrogen dengan melibatkan enzim nitrous oksidoreduktase (NOS) (Zumft 1997, Richardson 2000). Akumulasi senyawa nitrit pada kultur bakteri pereduksi nitrat menurut Blaszczyk (1993) dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adanya penghambatan nitrit reduktase oleh nitrat karena nitrat lebih kompetitif sebagai akseptor elektron dibandingkan nitrit, ketidakseimbangan reaksi reduksi nitrat atau

18 10 nitrit oleh masing-masing reduktase, dan induksi nitrit reduktase yang lebih lambat daripada nitrat reduktase. SIMPULAN Sumber C dapat mempengaruhi aktivitas oksidasi amonium dan reduksi nitrat. P. stutzeri ASLT2 dapat mengoksidasi amonium baik pada medium autotrof dengan karbonat sebagai sumber C maupun pada medium heterotrof dengan asetat, suksinat, glukosa, dan gliserol sebagai sumber C. Aktivitas oksidasi amonium isolat ASLT2 yang paling tinggi terjadi pada medium dengan suksinat sebagai sumber C. Isolat ASLT2 dapat mereduksi nitrat pada medium dengan asetat, suksinat, glukosa dan gliserol sebagai sumber C baik pada kondisi aerob maupun anaerob. Aktivitas reduksi nitrat yang paling tinggi pada kondisi aerob terjadi dengan glukosa sebagai sumber C sedangkan pada kondisi anaerob aktivitas paling tinggi terjadi dengan suksinat sebagai sumber C. SARAN Diperlukan pengujian lebih lanjut dari isolat ASLT2 melalui deteksi gen-gen yang terlibat dalam proses oksidasi amonium dan reduksi nitrat untuk memperkuat hasil analisis bahwa P. stutzeri ASLT2 memiliki kemampuan dalam melakukan proses tersebut. DAFTAR PUSTAKA Arp DJ, Stein LY Metabolism of inorganic N compound by ammoniaoxidizing bacteria. Critical rev in Biochemist and Mol Biol 38: Atlas RM, Bartha R Microbial Ecology: Fundamentals and Applications. 4 th Edition. California: Benjamin/Cumming Sciences Publishing. Blaszczyk M Effect of medium composition on the denitrification of nitrate by Paracoccus denitrificans. Appl Environ Microbiol 59: Bock E, Koops HP, Ahlers B, Harms H Oxidation of Inorganic Compounds as Energy Sources. Di dalam Balows A, Truper GH, Dworkin M, Harder W, Schleifer KZ, editor. The Prokaryotes. A Hand Book on the Biology of Bacteria. New York: Springer Verlag. Ellington MJK, Bhakoo KK, Sawers G, Richardson DJ, Ferquson SJ Hierarchy of carbon sources selection in Paracoccus pantothrophus: strict correlation between reduction state of the carbon substrate and aerobic expression of the nap operon. J of Bacteriol 184: Firth JR, Edwards C Analysis of denitrification by Pseudomonas stutzeri under nutrient-limited condition using membran inlet mass spectrometry. J of Appl Microbiol 88: Greenberg AE, Clesceri LS, Eaton AD Standard Methods for Examination of Water and Wastewater. 18 th Edition. Washington DC: Publication Office American Public Health Association. Kelso BHL, Smith RV, Laughlin RJ Effect of carbon substrates on nitrite accumulation in freshwater sediment. Appl Environ Microbiol 65: Korner H, Zumft WG Expression of denitrification enzymes in response to the dissolved oxygen level and respiratory substrate in continuos culture of Pseudomonas stutzeri. Appl Environ Microbiol 55: Madigan MT, Martinko JM, Parker J Biology of Microorganism. 9 th edition. New Jersey: Prentice Hall. Moreno-Vivian C, Cabello P, Martinez-Luque M, Blasco R, Castillo F Procaryotic nitrate reduction; Molecular properties and functional distinction among bacterial nitrate reductase. J of Bacteriol 181: Prescott LM, Harley JP, Klein DA Microbiology. 5 th Edition. USA: McGraw-Hill Companie. Richardson DJ Bacterial respiration: a flexible process for a changing environment. Microbiology 146: Rius N, Fuste MC, Guasp C, Lalucat J, Loren JG Clonal population structure of Pseudomonas stutzeri, a species with exc eptional diversity. J of Bacteriol 183: Rodina GA Methods in Aquatic Microbiology. Rita RC, Machael S, editor. USA: University Park Press Baltimore. Rusmana I Nitrous oxida formation in bacteria. J Microbiol Indones 8:

19 Teixe ira P, Oliveira R Metabolism of Alcaligenes denitrificans in bio film vs planktonic cells. J Of Appl Microbiol 92: White D The Physiology and Biochemistry of Procaryotes. 2 nd Edition. USA: Oxford University Press. Widiyanto T Seleksi Bakteri Nitrifikasi dan Denitrifikasi untuk Bioremediasi di Tambak Udang [Disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Zumft WG Cell biology and molecular basic of denitrification. Microbiol and Mol Biol Rev:

20 LAMPIRAN 12

21 13 Lampiran 1 Profil senyawa ammonium pada medium kontrol pengujian aktivitas oksidasi amonium 5000 Amonium (µm) Asetat Suksinat Glukosa Gliserol Karbonat Lampiran 2 Profil senyawa nitrat pada medium kontrol pengujian aktivitas reduksi nitrat secara aerob (a) dan anaerob (b) Nitrat (µm) Asetat Suksinat Glukosa Gliserol (a) Nitrat (µm) Asetat Suksinat Glukosa Gliserol (b)

PENGARUH SUMBER KARBON DAN AERASI TERHADAP AKTIVITAS DENITRIFIKASI ISOLAT BAKTERI ASLT2

PENGARUH SUMBER KARBON DAN AERASI TERHADAP AKTIVITAS DENITRIFIKASI ISOLAT BAKTERI ASLT2 PENGARUH SUMBER KARBON DAN AERASI TERHADAP AKTIVITAS DENITRIFIKASI ISOLAT BAKTERI ASLT2 Lena Novita Pusat Penelitian Limnologi LIPI Cibinong Sience Center Jln. Raya Bogor Km. 46 Cibinong, Bogor, Jawa Barat

Lebih terperinci

NFR4, berarti isolat ini paling mampu beradaptasi dengan faktor lingkungan yang ada walaupun kurang responsif terhadap perubahan konsentrasi udara

NFR4, berarti isolat ini paling mampu beradaptasi dengan faktor lingkungan yang ada walaupun kurang responsif terhadap perubahan konsentrasi udara PEMBAHASAN Pangamatan morfologi sel menunjukkan bentuk sel batang, dan ada yang bulat. Sementara koloni bervariasi dari bentuk, tepian, elevasi dan warna. Hasil pewarnaan gram menunjukan bahwa ada isolat

Lebih terperinci

AKTIVITAS REDUKSI NITRAT BAKTERI AMONIFIKASI DISIMILATIF PADA SUMBER KARBON BERBEDA AHADIYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

AKTIVITAS REDUKSI NITRAT BAKTERI AMONIFIKASI DISIMILATIF PADA SUMBER KARBON BERBEDA AHADIYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR AKTIVITAS REDUKSI NITRAT BAKTERI AMONIFIKASI DISIMILATIF PADA SUMBER KARBON BERBEDA AHADIYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

akseptor elektron pada saat medium aerob. Disisi lain keberadaan akseptor elektron nitrat dapat menimbulkan interaksi dan berpengaruh terhadap jalur

akseptor elektron pada saat medium aerob. Disisi lain keberadaan akseptor elektron nitrat dapat menimbulkan interaksi dan berpengaruh terhadap jalur PEMBAHASAN Isolat FR1, FR2, HF7 dan LF6 adalah kelompok bakteri fermentatif, tumbuh pada medium denitrifikasi yang mengandung nitrat baik secara anaerob maupun aerob. Rusmana dan Nedwell (2004), melaporkan

Lebih terperinci

KINETIKA AKTIVITAS REDUKSI NITRAT BAKTERI NITRAT AMONIFIKASI DISIMILATIF DARI MUARA SUNGAI PADA KONSENTRASI OKSIGEN (O 2 ) YANG BERBEDA TETI MARDIATI

KINETIKA AKTIVITAS REDUKSI NITRAT BAKTERI NITRAT AMONIFIKASI DISIMILATIF DARI MUARA SUNGAI PADA KONSENTRASI OKSIGEN (O 2 ) YANG BERBEDA TETI MARDIATI KINETIKA AKTIVITAS REDUKSI NITRAT BAKTERI NITRAT AMONIFIKASI DISIMILATIF DARI MUARA SUNGAI PADA KONSENTRASI OKSIGEN (O 2 ) YANG BERBEDA TETI MARDIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MOLASE, FISHMEAL, DAN SOYMEAL SEBAGAI MEDIA PRODUKSI Pseudomonas stutzeri ASLT2 UNTUK PROBIOTIK DI TAMBAK UDANG IMA RACHMAWATI

PENGGUNAAN MOLASE, FISHMEAL, DAN SOYMEAL SEBAGAI MEDIA PRODUKSI Pseudomonas stutzeri ASLT2 UNTUK PROBIOTIK DI TAMBAK UDANG IMA RACHMAWATI PENGGUNAAN MOLASE, FISHMEAL, DAN SOYMEAL SEBAGAI MEDIA PRODUKSI Pseudomonas stutzeri ASLT2 UNTUK PROBIOTIK DI TAMBAK UDANG IMA RACHMAWATI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

Pengaruh oksigen terhadap pertumbuhan isolat lebih jelas terlihat pada grafik pertumbuhan isolat terpilih HF7 dan LF6 yang diukur setiap selang waktu

Pengaruh oksigen terhadap pertumbuhan isolat lebih jelas terlihat pada grafik pertumbuhan isolat terpilih HF7 dan LF6 yang diukur setiap selang waktu PEMBAHASAN Isolat FR1, FR2, HF7 dan LF6 bersifat fermentatif, tumbuh pada medium denitrifikasi yang mengandung nitrat dan tumbuh pada kondisi saturasi udara dari variasi 0-100%. Hal ini menunjukkan keempat

Lebih terperinci

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD)  HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri 11 didinginkan. absorbansi diukur pada panjang gelombang 410 nm. Setelah kalibrasi sampel disaring dengan milipore dan ditambahkan 1 ml natrium arsenit. Selanjutnya 5 ml sampel dipipet ke dalam tabung

Lebih terperinci

AKTIVITAS BAKTERI PENGOKSIDASI AMONIUM ISOLAT ASR1 DAN ASR2 ASAL TAMBAK UDANG PADA SUMBER KARBON DAN SALINITAS YANG BERBEDA.

AKTIVITAS BAKTERI PENGOKSIDASI AMONIUM ISOLAT ASR1 DAN ASR2 ASAL TAMBAK UDANG PADA SUMBER KARBON DAN SALINITAS YANG BERBEDA. AKTIVITAS BAKTERI PENGOKSIDASI AMONIUM ISOLAT ASR1 DAN ASR2 ASAL TAMBAK UDANG PADA SUMBER KARBON DAN SALINITAS YANG BERBEDA Oleh : TIKA TRESNAWATI G34102061 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

HASIL. Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif

HASIL. Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif HASIL Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif Hasil konfirmasi kemurnian dari keempat isolat dengan metoda cawan gores, morfologi koloninya berbentuk bulat, elevasi

Lebih terperinci

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. BIO210 Mikrobiologi Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. Kuliah 4-5. METABOLISME Ada 2 reaksi penting yang berlangsung dalam sel: Anabolisme reaksi kimia yang menggabungkan bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Muara Sungai

TINJAUAN PUSTAKA Muara Sungai TINJAUAN PUSTAKA Muara Sungai Menurut Dahuri et al. (1996) ekosistem muara sungai adalah merupakan bagian dari wilayah pesisir. Muara adalah bentuk pantai yang tertutup, dimana air tawar dan air laut bertemu

Lebih terperinci

BAB IV METABOLISME. Proses pembentukan atau penguraian zat di dalam sel yang disertai dengan adanya perubahan energi.

BAB IV METABOLISME. Proses pembentukan atau penguraian zat di dalam sel yang disertai dengan adanya perubahan energi. BAB IV METABOLISME Proses pembentukan atau penguraian zat di dalam sel yang disertai dengan adanya perubahan energi METABOLISME ANABOLISME Proses Pembentukan Contoh: Fotosintesis, Kemosintesis Sintesis

Lebih terperinci

Oleh: Tim Biologi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 2013

Oleh: Tim Biologi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 2013 Energi & METABOLISME Oleh: Tim Biologi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 2013 Sesuatu yang diperlukan untuk aktivitas seluler, seperti pertumbuhan, gerak, transport molekul maupun ion

Lebih terperinci

HASIL. Tekstur dan komposisi tanah Hasil analisis tekstur dan komposisi bahan organik pada tabel 1 menunjukkan bahwa

HASIL. Tekstur dan komposisi tanah Hasil analisis tekstur dan komposisi bahan organik pada tabel 1 menunjukkan bahwa Analisa Reduksi Asetilen (ARA : Acetylene Reduction Assay). Sebanyak,5 ml inokulum bakteri pertama pertama dan,5 ml inokulum bakteri kedua diinokulasikan kedalam campuran 2 ml NMS cair bebas nitrogen yang

Lebih terperinci

AKTIVITAS BAKTERI DENITRIFIKASI ASAL SAWAH DI BOGOR, JAWA BARAT

AKTIVITAS BAKTERI DENITRIFIKASI ASAL SAWAH DI BOGOR, JAWA BARAT AKTIVITAS BAKTERI DENITRIFIKASI ASAL SAWAH DI BOGOR, JAWA BARAT Oleh: Nirliani G34102070 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK NIRLIANI.

Lebih terperinci

KARAKTERISASI BAKTERI NITRIFIKASI KOLAM IKAN AIR TAWAR PROVINSI RIAU DAN JAMBI MEGAWATI

KARAKTERISASI BAKTERI NITRIFIKASI KOLAM IKAN AIR TAWAR PROVINSI RIAU DAN JAMBI MEGAWATI KARAKTERISASI BAKTERI NITRIFIKASI KOLAM IKAN AIR TAWAR PROVINSI RIAU DAN JAMBI MEGAWATI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

organel yang tersebar dalam sitosol organisme

organel yang tersebar dalam sitosol organisme STRUKTUR DAN FUNGSI MITOKONDRIA Mitokondria Mitokondria merupakan organel yang tersebar dalam sitosol organisme eukariot. STRUKTUR MITOKONDRIA Ukuran : diameter 0.2 1.0 μm panjang 1-4 μm mitokondria dalam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, IPB, dari bulan Oktober 2011 Mei 2012. Bahan Isolasi untuk memperoleh isolat B. thuringiensis

Lebih terperinci

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen. Secara kimiawi: OKSIDASI BIOLOGI

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen. Secara kimiawi: OKSIDASI BIOLOGI Proses oksidasi Peranan enzim, koenzim dan logam dalam oksidasi biologi Transfer elektron dalam sel Hubungan rantai pernapasan dengan senyawa fosfat berenergi tinggi Oksidasi hidrogen (H) dalam mitokondria

Lebih terperinci

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang dilakukan oleh organisme. Metabolisme juga dapat dikatakan sebagai proses

Lebih terperinci

DOSEN PENGAMPU : Dra.Hj.Kasrina,M.Si

DOSEN PENGAMPU : Dra.Hj.Kasrina,M.Si DISUSUN OLEH : WIDIYA AGUSTINA (A1F013001) FEPRI EFFENDI (A1F013021) DIAN KARTIKA SARI (A1F013047) DHEA PRASIWI (A1F013059) TYAS SRI MURYATI (A1F013073) DOSEN PENGAMPU : Dra.Hj.Kasrina,M.Si RESPIRASI Respirasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, aktivitas pengurangan amonium oleh bakteri nitrifikasi dan anamox diamati pada dua jenis sampel, yaitu air limbah industri dan lindi. A. Pengurangan amonium

Lebih terperinci

RESPIRASI SELULAR. Cara Sel Memanen Energi

RESPIRASI SELULAR. Cara Sel Memanen Energi RESPIRASI SELULAR Cara Sel Memanen Energi TIK: Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan cara sel memanen energi kimia melalui proses respirasi selular dan faktorfaktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. biologis. Biohidrogen berpotensi sebagai bahan bakar alternatif karena kandungan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. biologis. Biohidrogen berpotensi sebagai bahan bakar alternatif karena kandungan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biohidrogen merupakan gas hidrogen yang dihasilkan melalui proses biologis. Biohidrogen berpotensi sebagai bahan bakar alternatif karena kandungan energi yang tinggi,

Lebih terperinci

AKTIVITAS BAKTERI DENITRIFIKASI ASAL SAWAH DI BOGOR, JAWA BARAT

AKTIVITAS BAKTERI DENITRIFIKASI ASAL SAWAH DI BOGOR, JAWA BARAT AKTIVITAS BAKTERI DENITRIFIKASI ASAL SAWAH DI BOGOR, JAWA BARAT Oleh: Nirliani G34102070 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK NIRLIANI.

Lebih terperinci

KARAKTERISASI BAKTERI DENITRIFIKASI YANG DIISOLASI DARI KOLAM IKAN AIR TAWAR PROVINSI RIAU DAN JAMBI TIARA APRILLINDA DEWI

KARAKTERISASI BAKTERI DENITRIFIKASI YANG DIISOLASI DARI KOLAM IKAN AIR TAWAR PROVINSI RIAU DAN JAMBI TIARA APRILLINDA DEWI KARAKTERISASI BAKTERI DENITRIFIKASI YANG DIISOLASI DARI KOLAM IKAN AIR TAWAR PROVINSI RIAU DAN JAMBI TIARA APRILLINDA DEWI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Bakteri Penitrifikasi Sumber isolat yang digunakan dalam penelitian ini berupa sampel tanah yang berada di sekitar kandang ternak dengan jenis ternak berupa sapi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Muara Sungai

TINJAUAN PUSTAKA Muara Sungai TINJAUAN PUSTAKA Muara Sungai Sungai Cimandiri merupakan bagian dari kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terletak di bagian timur Teluk Pelabuhan Ratu. Posisi geografis kawasan Teluk Pelabuhan Ratu

Lebih terperinci

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK 1. Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan limiting factor yang harus diperhatikan dalam suatu ekosistem perairan. Nitrgen di perairan terdapat

Lebih terperinci

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen OKSIDASI BIOLOGI

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen OKSIDASI BIOLOGI Proses oksidasi Peranan enzim, koenzim dan logam dalam oksidasi biologi Transfer elektron dalam sel Hubungan rantai pernapasan dengan senyawa fosfat berenergi tinggi Oksidasi hidrogen (H) dalam mitokondria

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Muara sungai

TINJAUAN PUSTAKA Muara sungai TINJAUAN PUSTAKA Muara sungai Muara sungai termasuk ke dalam ekosistem estuari, dimana air tawar dan air laut bercampur. Bahanbahan organik dan anorganik yang terdapat di muara sungai sebagian diendapkan,

Lebih terperinci

Metabolisme karbohidrat

Metabolisme karbohidrat Metabolisme karbohidrat Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila PENCERNAAN KARBOHIDRAT Rongga mulut

Lebih terperinci

1. Glikolisis, yakni proses pemecahan molekul c6 atau glukosa menjadi senyawa bernama asam piruvat atau dikenal dengan rumus kimia C3.

1. Glikolisis, yakni proses pemecahan molekul c6 atau glukosa menjadi senyawa bernama asam piruvat atau dikenal dengan rumus kimia C3. MEKANISME PERNAPASAN Aerob Dan Anaerob Secara kompleks, respirasi diartikan sebagai sebuah proses pergerakan atau mobilisasi energi oleh makhluk hidup dengan cara memecah senyawa dengan ebergi tinggi yakni

Lebih terperinci

Greenberg AE, Clesceri LS, Eaton AD Standard Methods for Examination of Water and Wastewater. 18 th Edition. Washington DC: Publication Office

Greenberg AE, Clesceri LS, Eaton AD Standard Methods for Examination of Water and Wastewater. 18 th Edition. Washington DC: Publication Office Greenberg AE, Clesceri LS, Eaton AD. 1992. Standard Methods for Examination of Water and Wastewater. 18 th Edition. Washington DC: Publication Office American Public Health Assosiation. Hadioetomo RS.

Lebih terperinci

LAJU POTENSIAL NITRIFIKASI, DENITRIFIKASI, DNRA (DISSIMILATIVE NITRATE REDUCTION TO AMMONIUM), DAN KELIMPAHAN BAKTERI DI LAHAN PERKEBUNAN SAWIT JAMBI

LAJU POTENSIAL NITRIFIKASI, DENITRIFIKASI, DNRA (DISSIMILATIVE NITRATE REDUCTION TO AMMONIUM), DAN KELIMPAHAN BAKTERI DI LAHAN PERKEBUNAN SAWIT JAMBI LAJU POTENSIAL NITRIFIKASI, DENITRIFIKASI, DNRA (DISSIMILATIVE NITRATE REDUCTION TO AMMONIUM), DAN KELIMPAHAN BAKTERI DI LAHAN PERKEBUNAN SAWIT JAMBI RANDI HADIANTA DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

Giant Panda (Ailuropoda melanoleuca)

Giant Panda (Ailuropoda melanoleuca) Giant Panda (Ailuropoda melanoleuca) METABOLISME merupakan keseluruhan reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Transformasi energi selalu mengikuti setiap proses metabolisme. Transformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kosmetik, pembuatan karet sintetis, hingga industri bahan bakar.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kosmetik, pembuatan karet sintetis, hingga industri bahan bakar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etanol banyak digunakan dalam dunia industri obat obatan, kosmetik, pembuatan karet sintetis, hingga industri bahan bakar. Penggunaan etanol pada industri bahan bakar

Lebih terperinci

Aliran elektron pembawa elektron berupa satu seri protein pembawa elektron dan lipid (quinone)

Aliran elektron pembawa elektron berupa satu seri protein pembawa elektron dan lipid (quinone) Aliran elektron pembawa elektron berupa satu seri protein pembawa elektron dan lipid (quinone) Setiap pembawa elektron mempunyai potensial elektroda yang berbeda serta mentransfer elektron ke pembawa dengan

Lebih terperinci

Metabolisme Energi. Pertemuan ke-4 Mikrobiologi Dasar. Prof. Ir. H. Usman Pato, MSc. PhD. Fakultas Pertanian Universitas Riau

Metabolisme Energi. Pertemuan ke-4 Mikrobiologi Dasar. Prof. Ir. H. Usman Pato, MSc. PhD. Fakultas Pertanian Universitas Riau Metabolisme Energi Pertemuan ke-4 Mikrobiologi Dasar Prof. Ir. H. Usman Pato, MSc. PhD. Fakultas Pertanian Universitas Riau Sumber Energi Mikroba Setiap makhluk hidup butuh energi untuk kelangsungan hidupnya

Lebih terperinci

BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN

BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN 8.1. Fotosintesis Fotosintesis atau fotosintesa merupakan proses pembuatan makanan yang terjadi pada tumbuhan hijau dengan bantuan

Lebih terperinci

METABOLISME HETEROTROF. Kelompok 8 : Mica Mirani ( ) Ulin Ni'mah Setiawati ( )

METABOLISME HETEROTROF. Kelompok 8 : Mica Mirani ( ) Ulin Ni'mah Setiawati ( ) METABOLISME HETEROTROF Kelompok 8 : Mica Mirani (1717021019) Ulin Ni'mah Setiawati (1717021020) Metabolisme Semua reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup (sel). Reaksi kimia disusun/ diataur

Lebih terperinci

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2 Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2 Peta Konsep Kofaktor Enzim Apoenzim Reaksi Terang Metabolisme Anabolisme Fotosintesis Reaksi Gelap Katabolisme Polisakarida menjadi Monosakarida

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata... i ii

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung dan Laboratorium Pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 1 I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium Biokimia, Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SERTA INTERAKSI ANTARA Lactobacillus casei DAN Bifidobacterium longum TERHADAP Escherichia coli PADA SUMBER KARBON PATI DAN MI SAGU

PERTUMBUHAN SERTA INTERAKSI ANTARA Lactobacillus casei DAN Bifidobacterium longum TERHADAP Escherichia coli PADA SUMBER KARBON PATI DAN MI SAGU PERTUMBUHAN SERTA INTERAKSI ANTARA Lactobacillus casei DAN Bifidobacterium longum TERHADAP Escherichia coli PADA SUMBER KARBON PATI DAN MI SAGU TRIA MAULIANY PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia

Lebih terperinci

LAJU POTENSIAL DAN KELIMPAHAN BAKTERI NITRIFIKASI, DENITRIFIKASI, DAN DISIMILATORY NITRATE REDUCTION TO AMMONIUM PADA LAHAN PERKEBUNAN KARET DI JAMBI

LAJU POTENSIAL DAN KELIMPAHAN BAKTERI NITRIFIKASI, DENITRIFIKASI, DAN DISIMILATORY NITRATE REDUCTION TO AMMONIUM PADA LAHAN PERKEBUNAN KARET DI JAMBI LAJU POTENSIAL DAN KELIMPAHAN BAKTERI NITRIFIKASI, DENITRIFIKASI, DAN DISIMILATORY NITRATE REDUCTION TO AMMONIUM PADA LAHAN PERKEBUNAN KARET DI JAMBI MASRUKHIN DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

Pemberian larutan kimia ke dalam contoh air laut.

Pemberian larutan kimia ke dalam contoh air laut. LAMPIRAN Lampiran 1. Dokumentasi 59 Foto kegiatan survei Kapal survei. Persiapan sebelum survei. Pemindahan contoh air laut dari sampler ke dalam botol. Penyaringan contoh air laut. Pemberian larutan kimia

Lebih terperinci

Pertemuan : Minggu ke 7 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Respirasi dan metabolisme lipid Sub pokok bahasan : 1. Respirasi aerob 2.

Pertemuan : Minggu ke 7 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Respirasi dan metabolisme lipid Sub pokok bahasan : 1. Respirasi aerob 2. Pertemuan : Minggu ke 7 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Respirasi dan metabolisme lipid Sub pokok bahasan : 1. Respirasi aerob 2. Respirasi anaerob 3. Faktor-faktor yg mempengaruhi laju respirari

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dari bulan April hingga bulan September 2010 di Laboratorium Bioteknologi Tanah serta Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik dan Klasifikasi Bakteri Metanotrof Metanotrof sebagai Bakteri Pengoksidasi Metan

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik dan Klasifikasi Bakteri Metanotrof Metanotrof sebagai Bakteri Pengoksidasi Metan TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik dan Klasifikasi Bakteri Metanotrof Bakteri metanotrof adalah bakteri Gram negatif, bersifat aerob dan menggunakan metan sebagai sumber karbon dan energi (Auman 2001). Karakteristik

Lebih terperinci

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt BIOLOGI Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt Metabolisme Sel Metabolisme Metabolisme merupakan totalitas proses kimia di dalam tubuh. Metabolisme meliputi segala aktivitas hidup yang bertujuan agar sel

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Hrp -, IAA +, BPF Hrp -, IAA + + , BPF Hrp. , BPF Hrp -, IAA +, BPF + Hrp. , BPF Hrp. , BPF Hrp. Penambat Nitrogen Penambat Nitrogen

BAHAN DAN METODE. Hrp -, IAA +, BPF Hrp -, IAA + + , BPF Hrp. , BPF Hrp -, IAA +, BPF + Hrp. , BPF Hrp. , BPF Hrp. Penambat Nitrogen Penambat Nitrogen BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, FMIPA, IPB dan lahan pertanian Kampung Bongkor, Desa Situgede, Karang Pawitan-Wanaraja,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME DAN INFORMASI GENETIK PERCOBAAN 2 UJI AKTIVITAS SUKSINAT DEHIDROGENASE

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME DAN INFORMASI GENETIK PERCOBAAN 2 UJI AKTIVITAS SUKSINAT DEHIDROGENASE LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME DAN INFORMASI GENETIK PERCOBAAN 2 UJI AKTIVITAS SUKSINAT DEHIDROGENASE Nama : Imana Mamizar NIM : 10511066 Kelompok : 5 Nama Asisten : Bunga (20513032) Tanggal Percobaan :

Lebih terperinci

KINETIKA AKTIVITAS REDUKSI NITRAT BAKTERI NITRAT AMONIFIKASI DISIMILATIF DARI MUARA SUNGAI PADA KONSENTRASI OKSIGEN (O 2 ) YANG BERBEDA TETI MARDIATI

KINETIKA AKTIVITAS REDUKSI NITRAT BAKTERI NITRAT AMONIFIKASI DISIMILATIF DARI MUARA SUNGAI PADA KONSENTRASI OKSIGEN (O 2 ) YANG BERBEDA TETI MARDIATI KINETIKA AKTIVITAS REDUKSI NITRAT BAKTERI NITRAT AMONIFIKASI DISIMILATIF DARI MUARA SUNGAI PADA KONSENTRASI OKSIGEN (O 2 ) YANG BERBEDA TETI MARDIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan 4 Metode Penelitian ini dilakukan pada beberapa tahap yaitu, pembuatan media, pengujian aktivitas urikase secara kualitatif, pertumbuhan dan pemanenan bakteri, pengukuran aktivitas urikase, pengaruh ph,

Lebih terperinci

Potensi Desikator untuk Inkubator Anaerob

Potensi Desikator untuk Inkubator Anaerob Potensi Desikator untuk Inkubator Anaerob DISUSUN OLEH: Siti Humaidah NRP. 1506 100 030 DOSEN PEMBIMBING: Dr. rer.nat. Maya Shovitri, M.Si Nengah Dwianita Kuswytasari, S.Si., M.Si PROGRAM STUDI BIOLOGI

Lebih terperinci

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tingkat tinggi merupakan organisme autotrof dapat mensintesa komponen molekular organik yang dibutuhkannya, selain juga membutuhkan hara dalam bentuk anorganik

Lebih terperinci

Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol)

Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol) Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol) I. TUJUAN Mengamati hasil dari peristiwa fermentasi alkohol II. LANDASAN TEORI Respirasi anaerob merupakan salah satu proses katabolisme yang tidak menggunakan oksigen

Lebih terperinci

oksaloasetat katabolisme anabolisme asetil-koa aerobik

oksaloasetat katabolisme anabolisme asetil-koa aerobik Siklus Kreb s Sumber asetil-koa Pembentukan energi pada siklus Kreb s Fungsi amfibolik siklus Kreb s Siklus asam sitrat pada metabolisme karbohidrat, lipid dan protein Proses metabolisme karbohidrat dan

Lebih terperinci

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt BIOLOGI Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt Metabolisme Sel Metabolisme Metabolisme merupakan totalitas proses kimia di dalam tubuh. Metabolisme meliputi segala aktivitas hidup yang bertujuan agar sel

Lebih terperinci

A.1 Reduksi Nitrat dan Nitrit Reduksi nitrat terjadi di dalam sitoplasma, sedangkan reduksi nitrit terjadi di kloroplas.

A.1 Reduksi Nitrat dan Nitrit Reduksi nitrat terjadi di dalam sitoplasma, sedangkan reduksi nitrit terjadi di kloroplas. Pertemuan : Minggu ke 8 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Asimilasi N - S - P pada tumbuhan Sub pokok bahasan : 1. Asimilasi nitrogen (sintesis protein) 2. Asimilasi sulfur 3. Asimilasi fosfat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

A. Respirasi Selular/Aerobik

A. Respirasi Selular/Aerobik UNSYIAH Universitas Syiah Kuala Pendahuluan METABOLISME Pengantar Biologi MPA-107, 3 (2-1) Kuliah 4 SEL: RESPIRASI Tim Pengantar Biologi Jurusan Biologi FMIPA Unsyiah ANABOLISME (Pembentukan molekul kompleks

Lebih terperinci

Energi & METABOLISME. Oleh: Mochamad Nurcholis

Energi & METABOLISME. Oleh: Mochamad Nurcholis Energi & METABOLISME Oleh: Mochamad Nurcholis Sesuatu yang diperlukan untuk aktivitas seluler, seperti pertumbuhan, gerak, transport molekul maupun ion melalui membran. Hukum Termodinamika I : Jumlah energi

Lebih terperinci

Metabolisme : Enzim & Respirasi

Metabolisme : Enzim & Respirasi Metabolisme : Enzim & Respirasi SMA Regina Pacis Ms. Evy Anggraeny August 2014 1 Pengantar Metabolisme Yaitu modifikasi reaksi biokimia dalam sel makhluk hidup Aktivitas sel Metabolit Enzim/fermen Macamnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

Lebih terperinci

III. NUTRISI DAN MEDIUM KULTUR MIKROBA

III. NUTRISI DAN MEDIUM KULTUR MIKROBA III. NUTRISI DAN MEDIUM KULTUR MIKROBA Medium pertumbuhan (disingkat medium) adalah tempat untuk menumbuhkan mikroba. Mikroba memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energi dan untuk bahan pembangun

Lebih terperinci

Effect of ammonium concentration on alcoholic fermentation kinetics by wine yeasts for high sugar content

Effect of ammonium concentration on alcoholic fermentation kinetics by wine yeasts for high sugar content NAMA : FATMALIKA FIKRIA H KELAS : THP-B NIM : 121710101049 Effect of ammonium concentration on alcoholic fermentation kinetics by wine yeasts for high sugar content 1. Jenis dan sifat Mikroba Dalam fermentasi

Lebih terperinci

METABOLISME MIKROORGANISME

METABOLISME MIKROORGANISME METABOLISME MIKROORGANISME Mengapa mempelajari metabolisme? Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB Tujuan mempelajari metabolisme mikroorganisme Memahami jalur biosintesis suatu metabolit (primer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses hidrolisis minyak/lemak menjadi asam lemak dan gliserol secara komersial yang sampai kini digunakan, beroperasi pada suhu 240-250 o C dan tekanan 45-50 bar.

Lebih terperinci

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium 28 III. METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan Bab IV Data dan Hasil Pembahasan IV.1. Seeding dan Aklimatisasi Pada tahap awal penelitian, dilakukan seeding mikroorganisme mix culture dengan tujuan untuk memperbanyak jumlahnya dan mengadaptasikan mikroorganisme

Lebih terperinci

Pendahuluan PRODUKSI ASAM SITRAT SECARA FERMENTASI. Sejarah Asam sitrat. Kegunaan asam sitrat

Pendahuluan PRODUKSI ASAM SITRAT SECARA FERMENTASI. Sejarah Asam sitrat. Kegunaan asam sitrat Pendahuluan PRODUKSI ASAM SITRAT SECARA FERMENTASI Asam sitrat merupakan asam organik Berguna dalam industri makanan, farmasi dan tambahan dalam makanan ternak Dapat diproduksi secara kimiawi, atau secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Keberadaan amonium di alam dapat berasal dari dekomposisi senyawa-senyawa protein. Senyawa ini perlu didegradasi menjadi gas nitrogen (N2) karena amonium menyebabkan

Lebih terperinci

RESPIRASI BAKTERI LAPORAN PRAKTIKUM. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi. Yang dibina oleh Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.

RESPIRASI BAKTERI LAPORAN PRAKTIKUM. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi. Yang dibina oleh Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M. RESPIRASI BAKTERI LAPORAN PRAKTIKUM Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi Yang dibina oleh Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si Oleh : Kelompok 2 / Kelas H Lely Hermawati (140342600679)

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS PASCASARJANA PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS PASCASARJANA PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI RESPIRASI BAKTERI LAPORAN Disusun untukntuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi yang dibimbing oleh Prof. Dr. Utami Sri Hastuti M.Pd dan Dr. Endang Suarsini, M.Pd Disusun oleh: Kelompok 1/ Kelas A

Lebih terperinci

METODE MEMPERTAHANKAN KUALITAS DAN KUANTITAS ASAM RIBONUKLEAT (RNA) TANAMAN M. REZEKI MUAMMAR

METODE MEMPERTAHANKAN KUALITAS DAN KUANTITAS ASAM RIBONUKLEAT (RNA) TANAMAN M. REZEKI MUAMMAR METODE MEMPERTAHANKAN KUALITAS DAN KUANTITAS ASAM RIBONUKLEAT (RNA) TANAMAN M. REZEKI MUAMMAR PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK

Lebih terperinci

Media Kultur. Pendahuluan. Komposisi Media 3/9/2016. Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Minggu ke 3 Nur Hidayat

Media Kultur. Pendahuluan. Komposisi Media 3/9/2016. Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Minggu ke 3 Nur Hidayat Media Kultur Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Minggu ke 3 Nur Hidayat Pendahuluan Medium untuk pertumbuhan skala laboratorium umumnya mahal sehingga dibutuhkan perubahan agar dapat dipakai medium yang

Lebih terperinci

4. Respirasi aerob menghasilkan produk berupa A. sukrosa B. glukosa C. CO D. oksigen

4. Respirasi aerob menghasilkan produk berupa A. sukrosa B. glukosa C. CO D. oksigen 1. Pada respirasi terjadi proses pemakaian karbohidrat menjadi piruvat yang disebut... A. siklus Krebs B. siklus Calvin C. fermentasi D. glikolisis E. fiksasi Pada proses glikolisis, glukosa (C6) di pecah

Lebih terperinci

AKTIVITAS OKSIDASI METAN DAN REDUKSI DINITROGEN OKSIDA (N 2 O) KULTUR KOMBINASI BAKTERI METANOTROF DAN Ochrobactrum anthropi RANI MAHARANI

AKTIVITAS OKSIDASI METAN DAN REDUKSI DINITROGEN OKSIDA (N 2 O) KULTUR KOMBINASI BAKTERI METANOTROF DAN Ochrobactrum anthropi RANI MAHARANI AKTIVITAS OKSIDASI METAN DAN REDUKSI DINITROGEN OKSIDA (N 2 O) KULTUR KOMBINASI BAKTERI METANOTROF DAN Ochrobactrum anthropi RANI MAHARANI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Populasi Bakteri Penambat N 2 Populasi Azotobacter pada perakaran tebu transgenik IPB 1 menunjukkan jumlah populasi tertinggi pada perakaran IPB1-51 sebesar 87,8 x 10 4 CFU/gram

Lebih terperinci

Proses Nitrifikasi Dan Denitrifikasi Dalam Pengolahan Limbah

Proses Nitrifikasi Dan Denitrifikasi Dalam Pengolahan Limbah Proses Nitrifikasi Dan Denitrifikasi Dalam Pengolahan Limbah Salmah Fakultas Teknik Program Studi Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara BAB I 1.1 Nitrifikasi yang Menggunakan Proses Lumpur Aktif Dua

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium 24 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, bertempat di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada Januari

Lebih terperinci

GLIKOLISIS DAN SIKLUS KREBS. Anggota :

GLIKOLISIS DAN SIKLUS KREBS. Anggota : GLIKOLISIS DAN SIKLUS KREBS Anggota : Ibrahim Febrizky Hadi Winata Mujibur Rahman (G84070035) (G84070024) (G84070020) DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Penemunya adalah Dr. Hans Krebs; disebut juga sebagai siklus asam sitrat atau jalur asam trikarboksilik. Siklus yang merubah asetil-koa menjadi CO 2.

Penemunya adalah Dr. Hans Krebs; disebut juga sebagai siklus asam sitrat atau jalur asam trikarboksilik. Siklus yang merubah asetil-koa menjadi CO 2. Siklus Kreb s Sumber asetil-koa Pembentukan energi pada siklus Kreb s Fungsi amfibolik siklus Kreb s Siklus asam sitrat pada metabolisme karbohidrat, lipid dan protein Proses metabolisme karbohidrat dan

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium 28 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium Biokimia Jurusan Kimia, Laboraturium Instrumentasi Jurusan Kimia

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Chaetoceros sp. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi parameter kualitas air terkontrol (Lampiran 4). Selama kultur berlangsung suhu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung. 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung. 3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan

Lebih terperinci

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan didefenisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Nannochloropsis sp. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama hidupnya tetap dalam bentuk plankton dan merupakan makanan langsung bagi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Bioremediasi Limbah Cair Tercemar Kromium (Cr) Menggunakan Mixed Culture Bakteri Bacillus subtilis dan Bacillus megaterium.

Bioremediasi Limbah Cair Tercemar Kromium (Cr) Menggunakan Mixed Culture Bakteri Bacillus subtilis dan Bacillus megaterium. Bioremediasi Limbah Cair Tercemar Kromium (Cr) Menggunakan Mixed Culture Bakteri Bacillus subtilis dan Bacillus megaterium. Anindita Meitamasari *) dan Ipung Fitri Purwanti Institut Teknologi Sepuluh Nopember,

Lebih terperinci