begitu sulit, hal ini disebabkan karena ternak domba badannya relatif kecil dan menghasilkan wol dan daging (Murtidjo, 1992).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "begitu sulit, hal ini disebabkan karena ternak domba badannya relatif kecil dan menghasilkan wol dan daging (Murtidjo, 1992)."

Transkripsi

1 Ternak Domba Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang dalam pemeliharaan tidak begitu sulit, hal ini disebabkan karena ternak domba badannya relatif kecil dan cepat dewasa sehingga secara otomatis cukup menguntungkan karena dapat menghasilkan wol dan daging (Murtidjo, 1992). Domba dapat diklasifikasikan pada sub famili caprinae dan semua jenis domba domestikasi termasuk genus Ovis aries. Ada empat jenis spesies domba liar yaitu : domba Mouffon (O.musimon) terdapat di Eropa dan Asia Barat, domba Urial (O. orientalis, O. Vignei) terdapat di Asia tengah, dan Domba Bighorn (O. Canadensis) terdapat di Asia Utara dan Amerika Utara. Tiga jenis yang pertama diatas merupakan domba yang membentuk genetik dari domba-domba modern sekarang (Williamson and Payne, 1993). Secara umum ternak domba menurut Tomaszeweska, et al., (1993) mempunyai beberapa keuntungan dilihat dari segi pemeliharaan seperti : 1. Cepat berkembang biak dan dapat beranak lebih dari satu ekor dan dapat beranak dua kali setahun. 2. Berjalan dengan jarak lebih dekat sehingga lebih mudah dalam pemeliharaan. 3. Pemakan rumput, kurang memilih pakan yang diberikan dan penciumannya tajam sehingga lebih mudah dalam pemeliharaan. 4. Dapat memberikan pupuk kandang dan sebagai sumber keuangan untuk keperluan pertanian atau untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang mendadak. Domba termasuk sub familia Coprinae dan semua domba yang telah diternakkan mengalami domestikasi masuk genus Ovis aries. Di Asia Tenggara 5

2 domba yang berkembang biak adalah domba berambut dan domba bulu (wool). Di Indonesia hanya domba ekor gemuk yang termasuk kedalam jenis domba berambut, sedangkan jenis lain seperti domba jawa, domba sumatera dan domba pariangan adalah domba berbulu (Reksohadiprodjo, 1984). Domba sumatera pada umumnya sangat produktif dan dapat beranak sepanjang tahun. Domba lokal sumatera dapat beranak 1.82 ekor dalam setahun dan dapat memproduksi anak sapihan 2.2 ekor pertahun dengan bobot sapih 21 kg per 22 kg bobot induk. Akan tetapi pada umumnya domba sumatera ini relatif kecil dan tidak memenuhi persyaratan bobot badan ekspor yakni diatas 35 kg. Dari proses persilangan dengan domba St. croix (yang berasal dari Amerika Tengah) diharapkan terbentuk bangsa domba bertipe bulu yang memenuhi prsyaratan eksport dan dapat beradaptasi terhadap lingkungan (Subandriyo, 1995). Bobot lahir maupun bobot sapih anak domba hasil persilangan lebih tinggi dari anak domba lokal sumatera. Keunggulan dari penampilan anak hasil persilangan tampak bahwa anak mortalitas pra sapih dan jarak beranak relatif lebih rendah dari anak domba murni baik lokal Sumatera maupun St. Croix. Tabel 1. Produktivitas domba murni dan hasil persilangannya Uraian Lokal sumatera St. Croix Hasil silang Bobot induk 16,8 17,6 27,2 Bobot pejantan 34,6 42,6 Td Litter size 1,08 1,35 1,29 Rataan bobot lahir (kg) 1,50 2,74 2,02 Bobot sapiah (kg) 9,2 12,8 11,7 PBB (g/hari) 42,7 95,2 69,6 Sumber : Doloksaribu et al., (1995). Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Badan Ternak Domba

3 Pada domba sampai umur 2,5 bulan pertumbuhan absolut akan berjalan lambat yang digambarkan pada kurva pertumbuhan. Umur 2,5 bulan sampai dengan masa pubertas (6-8 bulan) pertumbuhan akan berjalan maksimum yang digambarkan dengan peningkatan garis yang tajam pada kurva pertumbuhan saat domba mencapai pubertas, terjadi kembali perlambatan pertumbuhan dan kurva akan kembali landai pada saat mencapai titik belok atau inflection point (Tillman, et al., 1984). Bobot badan (kg) Umur (Minggu) Gambar 1. Kurva sigmoid pertumbuhan pada domba Laju pertumbuhan ternak setelah disapih ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia (Cole, 1982). Potensi pertumbuhan dalam periode ini dipengaruhi oleh faktor bangsa, heterosis (hybrid vigor) dan jenis kelamin. Pola pertumbuhan ternak tergantung pada sistem manajemen (pengelolaan) yang dipakai, tingkat nutrisi yang tersedia, kesehatan dan iklim. Menurut Tomaszewska et al., (1993) bahwa laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan dan

4 genetik dimana berat tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan berat dewasa. Ternak yang mempunyai potensi genetik pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai respon yang baik terhadap pakan yang diberikan dan memiliki efisiensi produksi yang tinggi dan adanya ragam yang besar dalam konsumsi bahan kering (Devendra, 1997). Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia Perkembangan sistem pencernaan ternak domba mengalami tiga fase perubahan. Fase pertama, pada waktu domba dilahirkan sampai dengan umur tiga minggu yang disebut non ruminansia karena pada tahapan ini fungsi sistem pencernaan sama dengan pencernaan mamalia lain. Fase kedua mulai umur 3-8 minggu disebut fase transisi yaitu perubahan dari tahap non ruminansia menjadi ruminansia yang ditandai dengan perkembangan rumen. Tahap ketiga fase ruminansia dewasa yaitu setelah umur domba lebih dari 8 minggu (Van Soest, et al., 1983) Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik ataupun mikrobial. Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau penguyahan dalam mulut dan gerakan-gerakan saluran pencernaan yang di hasilkan oleh kontraksi otot sepanjang usus. Pencernaan secara enzimatik atau kimiawi di lakukan oleh enzim yang di hasilkan oleh sel-sel dalam tubuh hewan dan yang berupa getah-getah pencernaan (Tillman et al., 1984). Frandson (1992) menyatakan bagian-bagian sistem pencernaan adalah mulut, pharink, oesophagus (pada ruminansia merupakan perut depan atau

5 forestomach), perut glandular, usus halus, usus besar serta glandula aksesoris yang terdiri dari glandula saliva, hati dan pankreas. Pakan Ternak Domba Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat tergantung jenis ternak, umur, fase, (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembapan, nisbi udara) serta berat badannya. Jadi setiap ekor ternak berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda (Kartadisastra, 1997). Pakan yang di berikan jangan sekedar di maksudkan untuk mengatasi lapar atau sebagai pengisi perut saja melainkan harus benar-benar bermanfaat untuk kebutuhan hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk produksi (Widayati dan Widalestari, 1996). Pakan adalah semua bahan pakan yang bisa di berikan dan bermanfaat bagi ternak. Pakan yang di berikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zatzat yang di perlukan oleh tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, karbohidrat, lemak, protein, mineral dan air (Parakkasi, 1995). Kebutuhan ternak akan zat makanan terdiri dari kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan untuk produksi. Kebutuhan hidup pokok pengertiannya sederhana yaitu untuk mempertahankan hidup. Ternak yang memperoleh makanan hanya sekedar cukup untuk memenuhi hidup pokok, bobot badan ternak tersebut tidak akan naik dan turun. Tetapi jika ternak tersebut memperoleh lebih dari kebutuhan hidup pokoknya maka sebagian dari kelebihan makanan itu akan dapat dirubah

6 menjadi bentuk produksi misalnya air susu, pertumbuhan dan reproduksi ini disebut kebutuhan produksi (Tillman, et al., 1984). Tabel 2. Kebutuhan nilai nutrisi domba untuk pertumbuhan dan penggemukan Bobot Pertambahan Energi Protein Badan Berat Badan DE (Mkal) ME (Mkal) TP (Kg) DP (Kg) Bahan Kering (Kg) (Kg/hari) Total 10 0,5 1,49 1,22 73,7 35,2 0,51 1 1,98 1,62 102,7 54,0 0, ,5 1,81 1,49 86,9 52,0 0,62 1 2,30 1,89 116,9 70,7 0, ,5 2,14 1,75 93,6 68,7 0,68 1 2,62 2,15 122,6 70,7 0, ,5 2,30 1,88 106,8 87,4 0,78 1 2,78 2,28 135,8 95,8 0,98 Sumber : (Haryanto dan Andi, 1993) Hijauan Pada umunya pakan domba berasal dari hijauan yang terdiri atas berbagai rumput dan daun-daunan. Hijauan merupakan bahan pakan yang kandungan serat kasarnya relatif tinggi yang termasuk kelompok bahan pakan hijauan segar yaitu hay dan silase. Ternak domba merupakan hewan yang memerlukan hijauan dalam jumlah yang besar kurang lebih 90% (Sugeng, 1995). Konsumsi hijauan pakan dapat ditingkatkan dengan pemberian pakan secara adlibitum. Peningkatan konsumsi akibat meningkatnya tingkat pemberian pakan disebabkan oleh semakin besarnya peluang untuk memilih (seleksi terhadap pakan yang diberikan). Bagian daun tanaman hijauan tropis dikonsumsi lebih banyak dibandingkan dengan bagian batang. Ternak kambing dan domba yang diberi hijauan pakan potongan memilih bagian daun yang umumnya lebih tinggi kecernaannya dibandingkan batang. Pemilihan daun dibandingkan batang mungkin terutama disebabkan oleh perbedaan sifat fisik dari

7 tanaman tersebut. Daun yang berbulu mungkin tidak akan dikonsumsi yang berarti bahwa pemilihan terjadi bukan hanya karena faktor gizi, tetapi juga dipengaruhi perbedaan tekstur yang mempengaruhi palatabilitas (Woozicka-Tomaszewska, et al., 1993). Banyaknya jumlah pakan yang dikonsumsi oleh seekor ternak merupakan salah satu faktor penting yang secara langsung mempengaruhi produktivitas ternak. Konsumsi pakan dipengaruhi terutama oleh faktor kualitas pakan dan oleh faktor kebutuhan energi ternak yang bersangkutan. Makin baik kualitas pakannya, makin tinggi konsumsi pakan seekor ternak. Akan tetapi konsumsi pakan ternak berkualitas baik ditentukan oleh status fisiologi seekor ternak. Konsumsi bahan kering pakan oleh ternak ruminansia dapat berkisar antara 1,5 3,5%, tetapi pada umumnya 2 3% dari berat badannya (Bamualim, 1988). Jumlah bahan kering yang dapat dimakan oleh seekor hewan selama sehari perlu diketahui. Dengan mengetahi jumlah bahan kering yang dimakan dapat dipenuhi kebutuhan seekor hewan akan zat pakan yang perlu untuk pertumbuhannya, hidup pokok maupun produksinya. Bahan kering merupakan tolak ukur dalam menilai palatabilitas pakan yang diperlukan untuk menentukan mutu suatu pakan. Hijauan pakan ternak merupakan pakan utama bagi ternak ruminansia dan berfungsi tidak saja sebagai pengisi perut, tetapi juga sumber gizi, yaitu protein, sumber tenaga vitamin dan mineral. Untuk dapat mencapai tingkat produksi domba yang tertinggi maka usaha perbaikan kearah penyediaan, pengadaan dan nilai pakan hijauan haruslah ditingkatkan, misalnya dengan memasukkan beberapa jenis hijauan dari luar negeri. Rumput lapangan merupakan salah satu jenis rumput yang telah lama dikenal oleh petani peternak dan disenangi domba.

8 Namun pemberian rumput lapangan sebagai sumber hijauan untuk domba tidak dapat meningkatkan produksi dan hanya menyokong kebutuhan zat-zat pakan untuk memenuhi kebutuhan pokok (Obst, et al., 1978). Tabel 3. Komposisi nilai nutrisi rumput lapangan Uraian Jumlah Bahan kering (%) 27,91 Protein kasar (%) 10,62 Lemak kasar (%) 8,33 Serat kasar (%) 23,25 BETN (%) 47,56 Kadar abu (%) 9,98 Energi (Kg.Cal) 4,32 Sumber : Laboratorium IP2TP Sei Putih Galang (1997). Amoniasi Amoniasi merupakan proses perlakuan terhadap bahan pakan limbah perkebunan dengan menambahkan bahan kimia berupa kaustik soda, sodium hidroksi atau urea. Umumnya masyarakat lebih banyak menggunakan urea ini sebagai bahan kimia yang digunakan karena lebih mudah untuk memperolehnya. Urea dengan rumus molekul CO(NH 2 ) 2 banyak digunakan dalam ransum ternak ruminansia karena mudah diperoleh, harganya murah dan sedikit resiko keracunan (Ernawati, 1995). Urea yang ditambahkan dalam ransum ruminansia dengan kadar yang berbeda-beda ternyata dirombak menjadi protein oleh mikroorganisme rumen. Sejumlah protein dan urea dalam ransum nampaknya mempertinggi daya cerna sellulosa dalam hijauan (Anggorodi, 1979). Ada tiga sumber amoniak yang dapat dipergunakan dalam proses amoniasi yaitu : NH 3 dalam bentuk gas cair, NH4OH dalam bentuk larutan dan urea dalam bentuk padat.

9 Amoniasi merupakan proses perlakuan terhadap pakan limbah pertanian (pada umumnya jerami) dengan menambahkan bahan kimia berupa kaustik soda, sodium hidroksi atau urea. Umumnya masyarakat lebih banyak menggunakan urea ini sebagai bahan kimia yang digunakan karena lebih mudah untuk memperolehnya. Keuntungan menggunakan amoniasi, antara lain : 1). Sederhana cara pengerjaannya dan tidak berbahaya; 2). Lebih murah dan mudah dikerjakan dibanding dengan NaOH; 3). Cukup efektif untuk menghilangkan aflaktosin khususnya pada jerami; 4). Meningkatkan kandungan protein kasar; 5). Tidak menimbulkan polusi dalam tanah (Sugeng, 1995). Menurut Siregar (1995) satu-satunya sumber NH 3 + yang murah dan mudah diperoleh adalah urea. Urea dengan rumus molekul CO (NH2)2 banyak digunakan dalam ransum ternak ruminansia karena mudah diperoleh, harga murah. Secara fisik urea berbentuk kristal padat berwarna putih dan higoskopis. Urea mengandung nitrogen sebanyak 42 45% atau setara dengan potein kasar antara % (Belasco, 1945). Urea yang diberikan pada ransum ternak ruminansia di dalam rumen akan dipecah oleh enzim urease menjadi amonium. Amonium bersama mikroorganisme rumen akan membentuk protein mikroba dengan bantuan energi. Apabila urea berlebih atau tidak dicerna oleh tubuh ternak maka urea akan diabsorbsi oleh dinding rumen, kemudian dibawa oleh aliran darah ke hati dan di dalam hati dibentuk kembali amonium yang akhirnya di eskresikan melalui urine dan feses (Sutardi, 1980).

10 Konsentrat Pemberian pakan penguat pada ternak domba pada prinsipnya adalah untuk menyempurnakan kekurangan zat-zat pakan yang terkandung pada rumput lapangan dan hijauan, karena protein dapat diperoleh dari protein mikroba, maka lebih diutamakan konsentrat sebagai sumber energi. Dimana energy tersebut digunakan oleh mikroorganisme untuk mensintesa protein mikroba. Penyediaan protein yang diserap oleh tubuh ternak dapat bersumber dari ransum dan protein mikroba (Williamson dan Payne, 1987). Keuntungan yang diperoleh dari pemberian hijauan bersama pakan penguat adalah adanya kecenderungan mikroorganisme rumen memanfaatkan pakan penguat terlebih dahulu sebagai sumber energi dan selanjutnya dapat dimanfaatkan pakan kasar yang ada dimikrooraganisme rumen lebih mudah dan lebih cenderung populasinya sehingga semakin banyak pakan harus dikonsumsi ternak domba dengan demikian semakin banyak pula protein masuk ke abomasum ruminansia yang sangat penting artinya bagi pertumbuhan dan perkembangbangan ternak domba yang optimal (Murtijo, 1992). Menurut Siregar (1994) ternak yang digemukkan semakin banyak konsentrat dalam pakannya akan semakin baik asalkan konsumsi serat kasar tidak kurang dari 15% BK pakan. Oleh karena itu banyaknya pemberian konsentrat dalam formula pakan harus terbatas agar ternak tidak terlalu gemuk. Parakkasi (1995) menyatakan bahwa pemberian konsentrat terlampau banyak akan meningkatkan energi konsentrasi pakan yang dapat menurunkan tingkat konsumsi sehingga tingkat konsumsi energi sendiri dapat berkurang.

11 Pelepah Kelapa Sawit Rataan jumlah pohon kelapa sawit per hektar sangat tergantung pada kondisi dan topogafi lahan. Pelepah daun sawit dapat diperoleh sepanjang tahun bersamaan panen tandan buah segar. Pelepah kelapa sawit dipanen 1-2 pelepah/panen/pohon. Setiap tahun dapat menghasilkan pelepah/tahun dengan rataan berat pelepah daun sawit 4-6 kg/pelepah, bahkan produksi pelepah dapat mencapai pelepah/pohon/tahun dengan berat sebesar 4.5 kg/pelepah (Hutagalung dan Jalaluddin, 1982). Pelepah daun kelapa sawit merupakan hasil samping dari pemanenan buah kelapa sawit yang keberadaannya cukup melimpah di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara. Dilihat dari kandungan protein kasar pelepah daun kelapa sawit sebanding dengan rumput lapangan (Prayitno dan Darmoko, 1994). Tabel 4. Kandungan nilai nutrisi pelepah kelapa sawit Zat Nutrisi Kandungan (%) Berat kering 30,00 Abu Protein kasar 14,43 6,50 Lemak kasar 4,47 Serat kasar 32,55 TDN 56,00 Sumber : Laboratorium Ilmu Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2005) Disitasi : Prof. Dr. Ir. Sayed Umar, MS. (2009). Lumpur Sawit Lumpur sawit merupakan limbah yang dihasilkan selama proses estraksi minyak, mengandung padatan, sisa minyak dan air, biasanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Lumpur sawit dapat diberikan secara langsung atau setelah mendapat perlakuan. Pada ternak ruminansia, lumpur sawit tanpa perlakuan dapat diberikan sampai 50% dari konsentrat (Hutagalung dan Jalaluddin, 1982).

12 Tabel 5. Kandungan nilai nutrisi lumpur sawit Zat Nutrisi Kandungan (%) Abu 13,90 a Protein kasar 13,25 a Lemak 13,00 a Serat kasar 16,00 a Beta-N 39,60 b Bahan kering 10,00 a TDN 79,00 a Sumber : a. Laboratorium Ilmu Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2005) b. Laboratorium Pakan Ternak IPB Bogor (2000) Disitasi : Prof. Dr. Ir. Sayed Umar, MS. (2009) Bungkil Inti Sawit Devendra (1997) mengatakan bahwa bungkil inti sawit dapat diberikan sebesar 30% dalam pakan domba tanpa memberikan efek samping yang merugikan. Batubara et al, (1993) mengatakan bahwa bungkil inti sawit dapat digunakan sebesar 40% dalam pakan domba ditambah molases 20%. Aritonang (1986) melaporkan bahwa pemberian konsentrat yang mengandung serat buah sawit, lumpur sawit, bungkil inti sawit, molases, urea, dan mineral memberikan pertambahan bobot badan sapi sebesar 0,47 kg/hari. Zat makanan yang terkandung di dalamnya cukup bervarias, protein kasar berkisar antara 18 19%. Kandungan serat kasarnya cukup tinggi untuk ternak menogastrik namun sangat baik sebagai pakan tambahan pada ternak ruminansia seperti sapi perah dan kerbau. Pemberian bungkil inti sawit pada ternak akan meningkatkan kandungan lemak susu, kekentalan keju, dan mutu daging. Pemberian bungkil inti sawit pada sapi dapat meningkatkan bobot badan antara 0,6 1 kg/hari dengan tingkat konsumsi antara 4,8 6kg (Babjee, 1986).

13 Tabel 6. Kandungan nilai nutrisi bungkil inti sawit Zat Nutrisi Kandungan (%) Berat kering 91,11 Abu Protein kasar 5,18 15,40 Lemak kasar 7,71 Serat kasar 10,50 TDN 81,00 ME (Cal/g) 2810 Sumber : Laboratorium Ilmu Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2005) Disitasi : Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP. (2009). Dedak Padi Dedak padi merupakan hasil ikutan dalam proses pengolahan gabah menjadi beras yang mengandung bagian luar yang tebal, tetapi bercampur dengan bagian penutup beras. Hasil yang mempengaruhi tinggi rendahnya serat kasar dedak. Bila dilihat dari pengolahan gabah menjadi beras dapat dipastikan serat kasarnya tinggi (Rasyaf, 1992). Tabel 7. Kandungan nilai nutrisi dedak padi Zat Nutrisi Kandungan (%) Berat kering 89,6 Protein kasar 13,8 Lemak kasar 7,2 Serat kasar 8 TDN 67 Sumber : Laboratorium Ilmu Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2005) Onggok Dalam pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka dihasilkan limbah yang disebut onggok. Ketersediaan onggok sangat bergantung pada jumlah varietas dan mutu ubikayu yang diolah menjadi tepung tapioca, efisiensi proses ekstrasi pati dan penanganannya. Jumlah onggok yang dihasilkan sebesar 50% dari ubi kayu yang diolah. Moertinah (1984) menyatakan bahwa pengolahan ubi

14 kayu dihasilkan 15-20% pati, 5-20% onggok kering sedangkan onggok basah yang dihasilkan 70-79%. Molases Molases dapat dipergunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan penggunaan molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (48-60% sebagai gula), kadar mineral cukup dan rasanya disukai ternak. Molases juga mengandung vitamin B komples dan unsure-unsur mikro yang penting bagi ternak seperti Cobalt, Boron, Yodium, Tembaga, Magnesium dan seng sedangkan kelemahannya ialah kadar kaliumnua yang tinggi dapat menyebabkan diare jika dokonsumsi terlalu banyak (Rangkuti, et al., 1985). Tabel 8. Kandungan nilai nutrisi molases Zat Nutrisi Kandungan (%) Berat kering 67,5 Protein kasar 4,00 Lemak kasar 0,08 Serat kasar 0,38 TDN 81,00 Sumber : Laboratorium Ilmu Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2005) Urea Urea merupakan bahan pakan sumber nitrogen yang dapat difermentasi. Urea dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positif terhadap peningkatan konsumsi protein kasar dan daya cerna. Urea bila diberikan kepada ruminansia akan melengkapi sebagian dari kebutuhan protein bagi ternak, karena dapat membantu kerja mikroorganisme dalam rumen (Anggorodi, 1984). Urea sebagai pakan ternak berfungi sebagai sumber NPN (Non Protein Nitrogen) dan mengandung lebih kurang 45% unsur Nitrogen sehigga pemakaian

15 urea mampu memperbaiki kualitas rumput yang diberikan kepada domba, namun perlu diingat bahwa penggunaan urea terlalu tinggi konsentrasinya dalam rumen dapat menimbulkan keracunan. Penggunaan urea tidak bisa lebih dari setengah persen dari jumlah bahan kering dan lebih dari 2 g untuk setiap bobot badan 100Kg ternak (Basri, 1990). Ultra Mineral Mineral adalah zat anorganik, yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, namun berperan penting agar proses biologis dapat berlangsung dengan baik. Mineral digunakan sebagai kerangka pembentukan tulang, gigi, pemebntukan darah, pembentukan jaringan tubuh serta diperlukan sebagai komponen enzim yang berperan dalam proses metabolisme di dalam sel (Setiadi dan Inouno, 1991). Tabel 9. Kebutuhan mineral esensial pada domba Nutrien Kebutuhan Level Maksimum Mineral Makro % BK % BK Kalsiam (Ca) 0,20-0,80 - Fosfor (P) 0,16-0,36 - Kalium (K) 0,50-0,80 - Natrium (Na) 0,09-0,18 - Khlor (Cl) 0,16 - Sulfur (S) 0,14-0,26 - Magnesium (Mg) 0,12-0,18 - Mineral Mikro Ppm/Kg BK Ppm/Kg BK Seng (Zn) Besi (Fe) Tembaga (Cu) Mangan (Mn) Mineral Langka Ppm/Kg BK Ppm/Kg BK Iodium (I) 0,10-0,80 50 Kobalt (Co) 0,10-0,20 10 Molibdenum (Mo) 0,50 10 Selenium (Se) 0,10-0,20 2 Sumber : NRC (1985)

16 Garam Garam atau biasanya dikenal dengan NaCl merangsang sekresi saliva. Terlalu banyak garam akan mengakibatkan retensi air sehingga menimbulkan udema. Defisiensi garam lebih sering terdapat pada hewan herbivore daripada hewan lainnya. Menurut Parakkasi (1995), kebutuhan domba akan garam sebanyak 9% dalam pakan. Kulit Daging Buah Kopi Pemanfaatan kulit biji kopi sebagai pakan ternak belum optimal. Dalam pengolahan kopi akan dihasilkan 45% kulit kopi, 10% lender, 5% kulit arid an 40% biji kopi (untuk manusia). Utomo (1982) mengatakan bahwa daging buah kopi dihasilkan pada pengolahan buah kopi baik secara kering atau basah. Lebih lanjut dikatakan bahwa pada pengolahan cara kering akan dihasilkan daging buah yang berserat dan sedikit kasar. Namun demikian kulit kopi hanya sebagian kecil dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia dan sebagian besar lainnya dibuang atau dibenamkan dalam tanah untuk digunakan sebagai pupuk organik pada lahan perkebunan. Tabel 10. Kandungan nilai nutrisi kulit daging buah kopi Zat Nutrisi Tanpa diamoniasi Setelah diamoniasi Bahan Kering 56,79 b 93,84 b Lemak Kasar 1,45 b 1,02 b Serat Kasar 27,52 a 34,11 a Protein Kasar 13,46 b 22,47 b Abu 9,03 b 11,76 b Kadar Air 9,48 b 5,15 b Beta-N 10,07 b 17,54 b Energi Bruto 3257 b 3254 b Sumber : a). Hasil Analisis Laboratorium Ilmu Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2010) b). Hasil Analisis Laboratorium Ilmu Nutrisi Pakan Ternak IPB (2010) Konsumsi Pakan

17 Tingkat konsumsi adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak, bila pakan diberikan secara ad libitum. Kesehatan ternak juga sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan. Ternak yang sedikit, walaupun gejala penyakitnya belum jelas, nafsu makannya turun dan cenderung malas berjalan ketempat pakan maupun minum. Pada keadaan suhu lingkungan yang lebih tinggi dari yang dibutuhkan, nafsu makan akan menurun dan konsumsi air meningkat. Akibatnya, otot-otot daging lambat membesar dan daya tahan tubuhpun menurun (Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000). Tingkat konsumsi (Voluntary Feet Intake) adalah jumlah pakan yang tidak sengaja dikonsumsi oleh hewan bila bahan pakan tersebut diberikan secara ad libitum. Konsumsi adalah faktor essensial yang merupakan dasar untuk hidup dan menyesuaikng dan kondisi tubuh serta stress yang diakibatkan oleh lingkungan, pakan yaitu sifat dan komposisi kimia pakan yang dapat mempengaruhi konsumsi (Parakkasi, 1995). Menurut Cahyono (1998) konsumsi juga dipengaruhi oleh palatabilitas pakan tersebut. Jumlah konsumsi bahan kering pakan dipengaruhi beberapa varibel meliputi palatabilitas, jumlah pakan yang tersedia dan konsumsi kimia serta kualitas pakan. Salah satu yang menjadi penentu tingkat konsumsi adalah keseimbangan zat pakan dan makna palatabilitas. Tingkat perbedaan konsumsi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan palatabilitas). Menurut Departemen Pertanian (2002) yang dapat membuat daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsi pakan adalah palatabilitas. Pakan yang berkualitas baik tingkat konsumsinya lebih baik dibandingkan dengan pakan berkualitas rendah, sehingga

18 kualitas pakan yang relative sama maka tingkat konsumsinya juga relative sama (Parakkasi, 1995). Semakin banyak serat kasar yang terdapat dalam suatu bahan pakan maka semakin tebal dinding sel dan akibatnya semakin rendah daya cerna dari bahan pakan (Anggorodi, 1979). Pertambahan Bobot Badan Maynard dan Loosli (1979) menyatakan bahwa pertumbuhan merupakan peningkatan dalam struktur jaringan seperti otot, tulang dan organ, serta deposit lemak jaringan adiposa. Menurut Preston dan Leng (1987), pertumbuhan jaringan banyak berhubungan dengan sintesis lemak dan protein. Bahan (substrat) yang dibutuhkan adalah asam-asam amino untuk deposit protein; asam asetat, butirat, dan asam-asam lemak rantai panjang untuk sintesis lemak. Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas bahan makan ternak, karena pertumbuhan yang diperoleh dari suatu percobaan merupakan salah atu indikasi pemanfaatan zat-zat pakan dari ransum yang diberikan. Dari data pertambahan bobot badan akan diketahui nilai suatu bahan pakan bagi ternak (Church dan Pond, 1980). Pertambahan bobot badan domba akan lebih besar bila pemberian hijauan disertai dengan pemberian konsentrat. Penambahan pakan penguat komerisal pada hijauan yang ada di pedesaan dapat menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 80,9 114,3 g/ekor/hari (Obst et al., 1980). Martawidjaja et al., (1986) menyebutkan bahwa penambahan konsentrat komersial menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 71 g/ekor/hari, lebih besar bila domba hanya diberi rumput gajah, yaitu 18 g/ekor/hari.

19 Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan melalui penimbangan berulang-ulang, yaitu setiap hari, setiap minggu atau setiap waktu lainnya (Tillman et al., 1989). Konversi Pakan Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah yang dikonsumsi pada waktu tertentu dengan produksi yang dihasilkan (pertambahan bobot badan atau produksi yang dihasilkan) dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan adalah indicator teknis yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, semakin rendah angka konversi pakan berarti semakin baik (Anggorodi, 1979). Faktor yang mempengaruhi konversi pakan yaitu lingkungan (suhu, penyakit, pakan dan minuman), kemampuan genetik, nilai gizi pakan dan tingkat energi pakan (Neshum, et al., 1979). Konversi pakan diukur dari jumlah bahan kering yang dikonsumsi dibagi dengan pertambahan bobot badan persatuan waktunya. Konversi pakan khususnya pada ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, pertambahan bobot badan dan nilai kecernaan. Dengan memberikan kualitas pakan yang baik ternak akan tumbuh lebih cepat dan lebih bak konversi pakannya (Martawidjaya, et al,. 1999). Angka konversi ransum menunjukkan tingkat penggunaan ransum dimana jika angka konversi semakin kecil maka penggunaan ransum semakin efisien dan sebaliknya jika angka konversi besar maka penggunaan ransum tidak efisien (Campbell, 1984). BAHAN DAN METODE PENELITIAN

20 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak, Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian,, Medan. Penelitian berlangsung selama 3 bulan dimulai bulan 20 Agustus 2010 sampai 11 November Bahan dan Alat Penelitian Bahan Adapun domba yang digunakan adalah domba lokal jantan lepas sapi sebanyak 20 ekor dengan rataan bobot awal ± 1.27 kg. Bahan pakan yang diberikan terdiri atas : hijauan (rumput lapangan), obat-obatan seperti obat cacing (Kalbazen), anti bloat untuk obat kembung, terramycin (salep mata), vitamin B- Kompleks diberikan untuk menjaga daya tahan tubuh domba, air minum, desinfektan (Rodalon) dan obat tradisional. Konsentrat terdiri atas: kulit daging buah kopi tanpa diamoniasi, bungkil inti sawit, dedak padi, onggok, pelepah daun sawit, lumpur sawit, ultra mineral, garam, urea, molasses. Alat Kandang terdiri atas kandang individu 20 unit dengan ukuran 1 x 1 m 2 beserta perlengkapannya, ember sebanyak 20 buah tempat pakan dan 20 buah tempat minum, timbangan untuk menimbang bobot hidup berkapasitas 150 kg dengan kepekaan 50 g, timbangan berkapasitas 2 kg dengan kepekaan 10 g untuk menimbang pakan, terpal plastik untuk menjemur bahan pakan, alat penerangan, chopper, mixer, goni plastik, alat tulis.

21 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Adapun perlakuan tersebut adalah P0 = Pemberian konsentrat yang mengandung kulit daging buah kopi tanpa diamoniasi dengan level sebesar 15 % + rumput lapangan P1 = Pemberian konsentrat yang mengandung kulit daging buah yang diamoniasi dengan level sebesar 15 % + rumput lapangan P2 = Pemberian konsentrat yang menggunakan kulit kopi diamoniasi dengan level sebesar 30 % + rumput lapangan P3 = Pemberian konsentrat yang yang mengandung kulit daging buah yang diamoniasi dengan level sebesar 45 % + rumput lapangan Dengan ulangan yang didapat berasal dari rumus : T (n-1) 15 4(n-1) 15 4n n 19 n 5

22 Denah penelitian adalah sebagai berikut : P 1 U 3 P 0 U 2 P 3 U 3 P 3 U 1 P 0 U 5 P 1 U 1 P 2 U 5 P 0 U 1 P 3 U 2 P 2 U 1 P 1 U 5 P 2 U 2 P 3 U 5 P 2 U 4 P 1 U 2 P 0 U 4 P 1 U 4 P 0 U 3 P 3 U 4 P 2 U 3 Dimana : Perlakuan (P0, P1, P2 dan P3) Ulangan (U1,U2,U3,U4 dan U5) Menurut Hanafiah (2003) model linear untuk rancangan acak lengkap (RAL) adalah : Yij Dimana = µ + αi + ij + ij : Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah umum αi ij = Pengaruh blok ke-i = Pengaruh blok ke-j ij = Pengaruh galat (Experimental error) perlakuan ke-i ulangan ke-j Konsentrat merupakan campuran dari kulit daging buah kopi tanpa diamoniasi, kulit daging buah kopi yang diamoniasi, bungkil inti sawit, dedak padi, pelepah daun sawit, onggok, lumpur sawit, urea, molasses, garam, ultra mineral.

23 Parameter Penelitian 1. Pertambahan Bobot Badan (g) Pertambahan bobot badan ternak domba dihitung berdasarkan selisih penimbangan bobot badan akhir dikurangi dengan bobot awal dibagi dengan jumlah hari pengamatan pertumbuhan bobot badan yang dihitung setiap dua minggu sekali. Pertambahan bobot badan dirumuskann sebagai berikut : Keterangan : PBB B2 B1 T2 T1 : Pertambahan bobot badan (g/ekor/hari) : Bobot badan akhir penimbangan (kg) : Bobot badan awal penimbangan (kg) : Waktu akhir penimbangan : Waktu awal penimbangan 2. Konsumsi Pakan (g) Konsumsi pakan dihitung setiap hari satu malam (24 jam). Data konsumsi pakan diperoleh dengan cara melakukan penimbangan pakan yang diberikan pada pagi hari kemudian dikurangkan dengan penimbangan pakan sisa pada pagi esok harinya. Konsumsi pakan dapat dirumuskan sebagai berikut : Konsumsi pakan = Pakan yang diberikan Pakan sisa 3. Konversi Pakan

24 Banyaknya pakan yang dikonsumsi (g/ekor/hari) dibagi dengan bobot badan ternak (g/ekor/hari) yang dihasilkan. Konversi pakan dapat dirumuskan sebagai berikut : Pelaksanaan Penelitian Persiapan kandang Kandang dipersiapkan dengan tipe kandang individu, kemudian di fumigasi dengan desinfektan. Kandang dan semua peralatan yang digunakan seperti tempat pakan dan tempat minum dibersihkan dengan larutan desinfektan. Pengacakan Domba Domba yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 ekor. Penempatan domba dengan sistem acak yang tidak membedakan bobot badan domba. Sebelumnya dilakukan penimbangan bobot badan domba. Pemberian Pakan dan Air Minum Pakan yang diberikan adalah pakan dalam bentuk tepung tanpa hijauan dimana semua bahan pakan yang digunakan dijadikan dalam bentuk seperti konsentrat. Pakan diberikan pada pagi hari pada pukul WIB dan pada sore hari pukul WIB. Sisa pakan ditimbang pada waktu pagi hari keesokan harinya sesaat sebelum ternak diberi makan kembali untuk mengetahui konsumsi ternak tersebut. Sebelum dilaksanakan penelitian diberikan waktu untuk beradaptasi selama 2 minggu sedikit demi sedikit. Pemberian air minum diberikan secara ad libitum, air diganti setiap harinya dan tempatnya dicuci bersih.

25 Pemberian Obat-Obatan Ternak domba pertama masuk kandang diberikan obat cacing selama adaptasi dengan adaptasi dengan dosis 1 cc/5 Kg bobot badan. Sedangkan obatobatan yang lainya diberikan berdasarkan kebutuhan bila ternak sakit. Penimbangan Bobot Badan Penimbangan bobot badan dilakukan pada awal dilakukannya perlakuan penelitian dan pengambilan data pertambahan bobot badan selama dua minggu sekali penimbangan selama tiga bulan.

26 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi pakan adalah jumlah yang dikonsumsi oleh ternak dalam jangka waktu tertentu. Konsumsi pakan terus meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan zat nutrisi untuk hidup pokok dan pertumbuhan ternak domba. Rataan konsumsi pakan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Rataan konsumsi pada pakan domba lokal lepas sapih selama penelitian (g/ekor/hari) Perlakuan Ulangan I II III IV V Total Rataan ± sd P0 346,64 340,64 351,19 346,98 509, ,42 379,08 ± 73,27 P1 367,79 621,86 440,70 451,49 408, ,36 458,07 ± 97,18 P2 436,10 433,43 412,09 437,20 436, ,66 431,13 ± 10,75 P3 342,81 364,87 351,82 346, ,33 281,27 ± 9, ,55 ± Total 1493, , , , , ,77 14,71 Rataan 373,33 440,20 388,95 395,62 338, ,94 387,39 ± 28,68 Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa rataan konsumsi domba lokal lepas sapih dari semua perlakuan adalah 387,39 g/ekor/hari. Rataan konsumsi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (pakan yang mengandung kulit daging buah kopi yang diamoniasi sebesar 15%) yaitu sebesar 458,07 ± 97,18 g/ekor/hari dan rataan konsumsi pakan terendah terdapat pada perlakuan P3 (pakan yang mengandung kulit daging buah kopi sebesar 45%) yaitu sebesar 281,27 ± 9,59 g/ekor/hari. Untuk melihat pengaruh pemberian pakan yang mengandung kulit daging buah kopi yang diamoniasi terhadap konsumsi pakan domba lokal lepas sapih dilakukan analisis ragam seperti yang tertera pada Tabel 12.

27 Tabel 12. Analisis ragam konsumsi pakan domba lokal jantan lepas sapih selama penelitian SK DB JK KT F,Hitung F. Tabel 0, Perlakuan , ,69 2,85 tn 3, Galat , ,12 Total ,01 Ket. tn = tidak nyata Hasil analisis ragam pada Tabel 12 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel, artinya pemberian pakan dengan menggunakan kulit daging buah kopi yang diamoniasi dalam pakan domba lokal jantan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P<0,05) terhadap konsumsi domba lokal jantan lepas sapih. Hal ini di asumsikan bahwa setiap perlakuan (P0, P1, P2 dan P3) memberikan respon yang sama erhadap terhadap konsumsi. Hasil analisis yang tidak nyata mengindikasikan bahwa susunan konsentrat dari ke empat perlakuan tersebut mempunyai kandungan nutrisi yang relatif sama dan ternak yang digunakan homogen baik dari bobot badan maupun umurnya. Menurut Parakkasi (1995) bahwa tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas). Makanan yang berkualitas baik tingkat bila pemberian pakan mempunyai kualitas yang relatif sama maka tingkat konsumsinya juga tidak berbeda. Hal ini juga diutarakan oleh Tomazweska et al., (1993) yang menyatakan bahwa kualitas pakan berpengaruh terhadap konsumsi. Pengaruh tidak nyata terhadap konsumsi total pakan (dalam bahan kering) memilik dasar yang sama seperti pada konsumsi rumput (dalam bahan kering) dan konsumsi konsentrat (dalam bahan kering), yaitu disebabkan oleh keseimbangan protein dan energi seperti dinyatakan Parakkasi (1995) bahwa yang menjadi

28 penentu tingkat konsumsi adalah palatabilitas zat makanan. Total konsumsi adalah penjumlahan antara konsumsi konsentrat dengan konsumsi rumput. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Church (1986), yakni faktor yang mempengaruhi konsumsi antara lain adalah palatabilitas dan kandungan nutrisi pakan. Pertambahan Bobot Badan Pengambilan data pertambahan bobot badan dilakukan dengan cara penimbangan setiap 2 minggu. Pertambahan bobot badan dihitung berdasarkan bobot badan akhir dikurangi bobot badan awal dalam satuan g/ekor/2minggu. Hasil perhitungan dikonversikan dalam bentuk pertambahan bobot badan harian dalam satuan (g/ekor/hari). Rataan pertambahan bobot badan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Rataan pertambahan bobot badan domba jantan lokal lepas sapih selama penelitian (g/ekor/hari) Perlakuan Ulangan I II III IV V Total Rataan ± sd P0 25,00 22,62 28,57 26,19 31,55 133,93 26,79 ± 3,42 P1 37,50 65,71 33,33 51,79 51,67 240,00 48,00 ± 12,91 P2 41,07 28,10 54,76 42,26 38,69 204,88 40,98 ± 9,52 P3 22,02 36,79 14,29 13,21-86,31 21,58 ± 13,48 Total 125,60 153,21 130,95 133,45 121,90 665,12 137,34±12,15 Rataan 31,40 38,30 32,74 33,36 30,48 166,28 34,33±3,04 Tabel 13 menunjukkan bahwa rataan pertambahan bobot badan domba jantan lokal lepas sapih selama penelitian adalah 34,33 g/ekor/hari. Rataan pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (pakan yang mengandung 15% kulit daging buah kopi yang diamoniasi) yaitu sebesar 48,00 ± 12,91 g/ekor/hari, sedangkan rataan pertambahan bobot badan terendah terdapat pada perlakuan P3 (pakan yang mengandung 45% kulit daging buah kopi yang diamoniasi) yaitu sebesar 21,58 ± 13,48 g/ekor/hari.

29 Pemberian kulit daging buah kopi yang diamoniasi dapat digunakan sebagai pakan ternak domba, hal ini terlihat dari perlakuan P1 (15% kulit daging buah kopi yang diamoniasi dalam pakan) bisa menjadi pakan dasar, suplemen makanan dan sumber protein sehingga peningkatan PBB harian sangat baik. Pengaruh pemberian pakan dengan menggunakan kulit daging buah kopi yang diamoniasi dengan kulit daging buah kopi tanpa diamoniasi terhadap pertumbuhan bobot badan domba jantan lokal lepas sapih dapat diketahui dengan analisis ragam seperti tertera pada Tabel 14. Tabel 14. Analisis ragam pertambahan bobot badan domba lokal jantan lepas sapih selama penelitian SK DB JK KT F,Hitun g F. Tabel 0,05 0,01 Perlakua n ,61 693,87 7,76** 3,24 5,29 Galat ,16 89,45 Total ,77 Ket. ** = Sangat nyata KK = 8,10 % Tabel 14 menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan menggunakan kulit daging buah kopi tanpa diamoniasi dan kulit daging buah kopi yang diamonasi dalam pakan domba lokal jantan lepas sapih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertambahan bobot badan domba lokal jantan lepas sapih selama 3 bulan. Pemberian pakan yang mengandung kulit daging buah kopi yang tidak diamoniasi dan yang diamoniasi memberikan peningkatan pertambahan bobot badan. Perlakuan P1 dengan level 15% pertambahan bobot badan lebih optimal karena keseimbangan bahan penyusun pakan, sehingga aroma dan palatabilitasnya sangat disukai oleh ternak dan pakan dapat dicerna secara optimal.

30 Menurut Cole (1982) laju pertumbuhan setelah disapih ditentukan oleh beberapa faktor antara lain potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia. Pemberian pakan yang mengandung kulit daging buah kopi yang diamoniasi dapat meningkatkan pertambahan bobot badan berbeda sangat nyata. Nilai KK (Koefisien ragam) = 8,10 %, maka dengan demikian perlu dilakukan uji lanjut yaitu uji BNT 0,01 seperti pada Tabel 15. Tebel 15. Uji BNT 0,01 pertambahan bobot badan Perlakuan Rataan ± sd Notasi P1 P2 P0 P3 48,00 ± 12, ± 9, ± 3,42 21,57 ± 13,48 A A B B Dari Tabel 15 menunjukkan bahwa perlakuan P1 (pakan yang mengandung 15% daging kulit buah kopi yang diamoniasi) lebih baik tetapi dalam uji BNT pertambahan bobot badan pada perlakuan P1 dan P2 memiliki notasi yang sama artinya pertambahan bobot badan pada kedua perlakuan tersebut adalah sama dan pertambahan bobot badan di perlakuan P0 dan P3 dengan uji BNT adalah sama. Konversi Pakan Konversi pakan dihitung berdasarkan perbandingan konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan dengan satuan yang sama. Rataan konversi pakan domba lokal jantan lepas sapih tertera pada Tabel 16.

31 Tabel 16. Rataan konversi pakan domba lokal jantan lepas sapih selama penelitian Perlakuan Ulangan I II III IV V Total Rataan ± sd P0 13,87 15,06 12,29 13,25 16,17 70,63 14,13 ± 1,52 P1 9,81 9,46 13,22 8,72 7,91 49,12 9,82 ± 2,04 P2 10,62 15,43 7,53 10,34 11,29 55,21 11,04 ±2,84 P3 15,57 9,92 24,63 26,25-76,36 19,09 ±7,71 Total 49,86 49,87 57,67 58,56 35,36 251,31 50,26 ± 4,78 Rataan 12,46 12,47 14,42 14,64 8,84 62,83 13,52 ± 1,19 Berdasarkan rataan konversi pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa rataan konversi pakan domba lokal jantan lepas sapih selama penelitian adalah 13,52 ± 1,19. Rataan konversi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (pakan yang mengandung kulit daging buah kopi yang diamoniasi sebesar 45%) yaitu sebesar 19,09 ±7,71. Hal ini disebabkan oleh konsumsi pakan sangat kurang dipengaruhi oleh kualitas pakan yang kurang sehingga sulit untuk dicerna oleh ternak tersebut, sedangkan rataan konversi terendah terdapat pada perlakuan P1 pakan sangat disukai oleh ternak (pakan yang mengandung kulit daging buah kopi yang diamoniasi sebesar 15%) yaitu sebesar 9,82 ± 2,04. Untuk mengetahui signifikasi pemberian pakan dengan menggunakan kulit daging buah kopi yang diamoniasi dan kulit daging buah kopi tanpa amoniasi terhadap konversi pakan domba lokal jantan lepas sapih, maka dilakukan analisis ragam seperti yang tertera pada Tabel 17. Tabel 17. Analisis ragam konversi pakan domba lokal jantan lepas sapih selama penelitian SK DB JK KT F,Hitung F. Tabel 0,05 0,01 Perlakuan 3 223,33 74,44 5,04 * 3,24 5,29 Galat ,54 14,78 Total ,87 Ket. * = Nyata KK = 7,6 %

32 Setelah dilakukan analisis ragam seperti pada Tabel 17 maka diperoleh hasil pemberian pakan dengan menggunakan kulit daging buah kopi yang diamoniasi dan kulit daging buah kopi tanpa diamoniasi dalam pakan domba lokal jantan lepas sapih memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap konversi pakan domba lokal jantan lepas sapih. Pakan yang mengandung kulit daging buah kopi yang diamoniasi dalam berbagai level masih baik digunakan untuk pakan domba karena nilai akan yang diberikan berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan bobot badan dengan demikian bahwa konversi dalam penelitian ini juga memberikan respon yang berbeda nyata. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Parakkasi (1995) yang mengatakan bahwa pakan adalah semua bahan pakan yang bisa di berikan dan bermanfaat bagi ternak. Pakan yang di berikan berkualitas tinggi yaitu mengandung nutrisi yang di perlukan oleh tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, karbohidrat, lemak, protein, mineral dan air. Kebutuhan ternak akan zat makanan terdiri dari kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan untuk produksi. Kebutuhan hidup pokok pengertiannya sederhana yaitu untuk mempertahankan hidup. Ternak yang memperoleh makanan hanya sekedar cukup untuk memenuhi hidup pokok, bobot badan ternak tersebut tidak akan naik dan turun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tillman, et, al., (1984) yang menyatakan bahwa ternak yang memperoleh lebih dari kebutuhan hidup pokoknya maka sebagian dari kelebihan makanan itu akan dapat dirubah menjadi bentuk produksi misalnya air susu, pertumbuhan dan reproduksi ini disebut kebutuhan produksi.

33 Pemberian pakan yang mengandung kulit daging buah kopi yang diamoniasi dalam konversi pakan memberikan pengaruh secara nyata dengan nilai KK (Koefisien ragam) = 7.7 %, maka dengan demikian perlu dilakukan uji BNT seperti pada Tabel 18. Tebel 18. Uji BNT 0,05 konversi pakan Perlakuan Rataan Notasi P3 P0 P2 P1 19,09 ± 7,71 14,13 ± 1,52 11,04 ± 2,84 9,82 ± 2,04 a a a b Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa pada perlakuan P3, P0 dan P2 mempunyai notasi sama yang artinya memberikan pengaruh yang tidak beda nyata dibandingkan P1 yang mempunyai rataa angka konversi paling baik yaitu 9,82 ± 2,04. Rekapitulasi Hasil Penelitian Rataan dari ketiga parameter yaitu: konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Rekapitulasi hasil penelitian pemanfaatan kulit daging buah kopi tanpa diamoniasi dan kulit daging buah kopi yang diamoniasi terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan Peralakuan P0 P1 P2 P3 Konsumsi Pakan g/ekor/hari 379,08 ± 73,27 tn 458,07 ± 97,18 tn 431,13 ± 10,75 tn Pertambahan bobot badan (g/ekor/hari) 26,79 ± 3,42 B 48,00 ± 12,91 A 40,98 ± 9,52 A 21,58 ± 13,48 B Konversi pakan 14,13 ± 1,52 a 9,82 ± 2,04 b 11,04 ± 2,84 a 19,09 ± 7,71 a 281,27 ± 9,59 tn Ket : tn. tidak nyata Notasi yang tidak sama memberikan pengaruh yang nyata (a,b) dan sangat nyata (A,B).

34 Tabel 19 menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan menggunakan kulit daging buah kopi yang diamoniasi dan tidak diamoniasi dalam pakan domba lokal jantan lepas sapih memberikan respon tidak berbeda nyata pada parameter konsumsi pakan, sedangkan pertambahan bobot badan memberikan pengaruh sangat nyata yaitu pada perlakuan P1 (48,00 ± 12,91 g/ekor/hari) dan P2 (40,98 ± 9,52 g/ekor/hari). Konversi ransum terbaik pada perlakuan P1 yaitu 9,82 ± 2,04

35 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemberian kulit daging buah kopi yang diamoniasi dengan kisaran level 15 45% memberikan pertambahan bobot badan dan konversi ransum terbaik pada level 15%. Saran Meskipun hasil terbaik pemanfaatan kulit daging buah kopi selama penelitian pada level 15%, namun bila mengingat melimpahnya limbah kulit daging buah kopi disarankan menggunakan kulit daging buah kopi yang diamoniasi sampai level 30% karena masih memberikan pertambahan bobot badan yang cukup baik. 38

begitu sulit, hal ini disebabkan karena ternak domba badannya relatif kecil dan menghasilkan wol dan daging (Murtidjo, 1992).

begitu sulit, hal ini disebabkan karena ternak domba badannya relatif kecil dan menghasilkan wol dan daging (Murtidjo, 1992). Ternak Domba Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang dalam pemeliharaan tidak begitu sulit, hal ini disebabkan karena ternak domba badannya relatif kecil dan cepat dewasa sehingga secara otomatis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Domba sudah sejak lama diternakkan orang. Semua jenis domba memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. Domba sudah sejak lama diternakkan orang. Semua jenis domba memiliki TINJAUAN PUSTAKA Ternak Domba Domba sudah sejak lama diternakkan orang. Semua jenis domba memiliki karakteristik yang sama. Semua adalah golongan atau kerajaan (kingdom) hewan yang termasuk Phylum : Chordata,

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil analisis proksimat bahan pakan No Bahan Protein (%)

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil analisis proksimat bahan pakan No Bahan Protein (%) DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil analisis proksimat bahan pakan No Bahan Protein LK SK TDN 1 Kulit Daging Buah Kopi tanpa amoniasi 13,46 1,45 34,11 60,50 2 Kulit Daging Buah Kopi yang diamoniasi 22,47

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Kec. Binjai Kota Sumatera Utara. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan Oktober sampai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki beberapa karakteristik yang sama. Adapun klasifikasi domba tersebut

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki beberapa karakteristik yang sama. Adapun klasifikasi domba tersebut 17 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Domba Domba sudah sejak lama diternakan oleh manusia. Semua jenis domba memiliki beberapa karakteristik yang sama. Adapun klasifikasi domba tersebut yaitu : Kingdom :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor genetik ternak menentukan kemampuan yang dimiliki oleh seekor

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor genetik ternak menentukan kemampuan yang dimiliki oleh seekor TINJAUAN PUSTAKA Sapi Faktor genetik ternak menentukan kemampuan yang dimiliki oleh seekor ternak sedang faktor lingkungan memberi kesempatan kepada ternak untuk menampilkan kemampuannya. Ditegaskan pula

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan. banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan.

TINJAUAN PUSTAKA. dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan. banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan. TINJAUAN PUSTAKA Ternak Domba dan Potensinya Ternak domba menyebar rata diseluruh wilayah Nusantara. Hal ini menunjukkan bahwa domba mempunyai potensi cepat menyesuaikan diri baik dengan lingkungan maupun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pakan Ternak Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan beragam dan tidak bisa tumbuh dengan baik bila terus diberi pakan yang sama dalam jangka waktu yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Chairudin P Lubis (CPL) Desa Simalingkar Kelurahan Kuala Bekala, Medan. Penelitian berlangsung selama 4

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi keseluruhan kecernaan ransum. Nilai kecernaan yang paling

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Produksi Bobot Badan Akhir dan Pertambahan Bobot Badan Harian Bobot badan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui performa produksi suatu ternak. Performa produksi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura termasuk dalam sapi lokal Indonesia, yang berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura memiliki

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan Konsumsi Bahan Kering (BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan proses produksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Rataan konsumsi rumput, konsentrat

Lebih terperinci

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI I. Pendahuluan Ternak ruminansia diklasifikasikan sebagai hewan herbivora karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan hasil analisa proksimat, kandungan zat makanan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 10. Terdapat adanya keragaman kandungan nutrien protein, abu

Lebih terperinci

LAMPIRAN. % dari pakan

LAMPIRAN. % dari pakan LAMPIRAN Lampiran 1. Formulasi Pakan dengan penambahan 30 % kulit daging buah kopi tanpa diamoniasi. No % dari pakan PK LK SK TDN Bahan pakan 1 Kulit Daging Buah Kopi tanpa amoniasi 15.00 2.02 0.22 5.12

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Friesian Holstein (FH) dan Peranakan Friesian Holstein (PFH) (Siregar, 1993). Sapi FH memiliki ciri-ciri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi khususnya protein hewani menyebabkan semakin meningkatnya konsumsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5 TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan kadar protein dan energi berbeda pada kambing Peranakan Etawa bunting dilaksanakan pada bulan Mei sampai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia yang banyak dipelihara masyarakat dan dimanfaatkan produksinya sebagai ternak penghasil daging dan sebagai tabungan. Domba memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah FH merupakan sapi yang memiliki ciri warna putih belang hitam atau hitam belang putih dengan ekor berwarna putih, sapi betina FH memiliki ambing yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jln. Prof. Dr. A Sofyan No.3 Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik yang sama. Domba adalah golongan atau kerajaan (kingdom) hewan

TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik yang sama. Domba adalah golongan atau kerajaan (kingdom) hewan TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Ternak Domba Domba sudah sejak lama diternakkan orang. Semua jenis domba memiliki karakteristik yang sama. Domba adalah golongan atau kerajaan (kingdom) hewan yang termasuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4. PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Rata-rata suhu lingkungan dan kelembaban kandang Laboratotium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja sekitar 26,99 0 C dan 80,46%. Suhu yang nyaman untuk domba di daerah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi dan Kecernaan Bahan Kering Konsumsi dan kecernaan bahan kering dapat dilihat di Tabel 8. Penambahan minyak jagung, minyak ikan lemuru dan minyak ikan lemuru terproteksi tidak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberlanjutan ekonomi rumah tangga. Kondisi demikian memperlihatkan. kecenderungan peternak memelihara ternak belum mempertimbangkan

TINJAUAN PUSTAKA. keberlanjutan ekonomi rumah tangga. Kondisi demikian memperlihatkan. kecenderungan peternak memelihara ternak belum mempertimbangkan TINJAUAN PUSTAKA Analisa Usaha Ternak Domba Usaha ternak domba yang dikelola masyarakat pedesaan secara umum masih merupakan usaha pola budidaya yang sifatnya sebagai tabungan, yang pengolahannya bersifat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 20 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 yang bertempat di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biskuit Pakan Biskuit pakan merupakan inovasi bentuk baru produk pengolahan pakan khusus untuk ternak ruminansia. Pembuatan biskuit pakan menggunakan prinsip dasar pembuatan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak 24 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ternak Penelitian, Ternak yang digunakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi Pembuatan biskuit limbah tanaman jagung dan rumput lapang dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi 1 I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dikembangbiakan oleh masyarakat. Pemeliharaan domba yang lebih cepat dibandingkan ternak sapi, baik sapi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ransum merupakan campuran bahan pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting dalam pemeliharaan ternak,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan 14 METODE PENELITIAN Penelitian ini dibagi menjadi dua percobaan yaitu 1) Percobaan mengenai evaluasi kualitas nutrisi ransum komplit yang mengandung limbah taoge kacang hijau pada ternak domba dan 2)

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Ternak Domba. Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Ternak Domba. Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang 3 TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Ternak Domba Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani, terutama daging kambing, menyebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Buah nenas merupakan produk terpenting kedua setelah pisang. Produksi nenas mencapai 20%

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Nutrien Konsumsi pakan merupakan faktor penting untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan kadar

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat yakni pada tahun 2011 berjumlah 241.991 juta jiwa, 2012 berjumlah 245.425 juta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi Kandungan nutrien biomineral tanpa proteksi dan yang diproteksi serta mineral mix dapat dilihat pada Tabel 7. Kandungan nutrien biomineral

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Salah satu jenis ternak pengahasil daging dan susu yang dapat dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Filum: Chordata, Sub Filum: Vertebrata (bertulang belakang), Marga:

TINJAUAN PUSTAKA. Filum: Chordata, Sub Filum: Vertebrata (bertulang belakang), Marga: TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Domba Domba memiliki kedudukan yang sama dalam sistematika hewan yaitu: Filum: Chordata, Sub Filum: Vertebrata (bertulang belakang), Marga: Gnatostomata (mempunyai rahang),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging Ternak kambing merupakan komponen peternakan rakyat yang cukup potensial sebagai penyedia daging. Ternak kambing mampu beradaptasi

Lebih terperinci

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Secara umum penelitian ini dapat berjalan dengan baik. Meskipun demikian terdapat hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya, diantaranya adalah kesulitan mendapatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Jantan

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Jantan TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Jantan Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang masih tergolong kerabat kambing, sapi dan kerbau (Mulyono, 2005). Domba dapat diklasifikasikan pada sub famili caprinae

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak puyuh mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan baik sebagai penghasil telur maupun penghasil daging. Menurut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang untuk proses pembuatan silase daun singkong,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b)

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai Oktober 2011 di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berskala kecil dengan lahan dan modal terbatas (Kariyasa, 2005).

TINJAUAN PUSTAKA. berskala kecil dengan lahan dan modal terbatas (Kariyasa, 2005). TINJAUAN PUSTAKA Potensi Ternak Sapi Potong Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia. Namun, produksi daging sapi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan karena populasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia. Selain menghasilkan produksi utamanya berupa minyak sawit dan minyak inti sawit, perkebunan kelapa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai rataan konsumsi protein kasar (PK), kecernaan PK dan retensi nitrogen yang dihasilkan dari penelitian tercantum pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Konsumsi, Kecernaan PK, Retensi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Lapisan bagian luar tipis yakni yang disebut Exocarp ; lapisan ini kalau

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Lapisan bagian luar tipis yakni yang disebut Exocarp ; lapisan ini kalau TINJAUAN PUSTAKA Kulit Daging Buah Kopi Kulit kopi terdiri dari: 1. Lapisan bagian luar tipis yakni yang disebut Exocarp ; lapisan ini kalau sudah masak berwarna merah. 2. Daging buah; daging buah ini

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Tinggi dan rendahnya konsumsi ransum dapat diperoleh dari selisih antara jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan (g/ekor/hari). Konsumsi ransum dihitung setiap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja untuk tahap pemeliharaaan serta analisis sampel di Laboratorium Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung Madu Plantation Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan dengan rata-rata bobot badan sebesar 21,09 kg dan koevisien

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawa (PE) Kambing merupakan jenis ruminansia kecil yang memiliki tingkat pemeliharaan lebih efesien dibandingkan domba dan sapi. Kambing dapat mengkomsumsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal-hal tertentu diantaranya berdasarkan perbandingan banyaknya daging atau wol, ada tidaknya tanduk atau berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi 22 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi Madura Jantan yang Mendapat Kuantitas Pakan Berbeda dilaksanakan pada bulan Juni September 2015. Lokasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Pellet Kandungan nutrien suatu pakan yang diberikan ke ternak merupakan hal penting untuk diketahui agar dapat ditentukan kebutuhan nutrien seekor ternak sesuai status

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang dan Peralatan Ransum

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang dan Peralatan Ransum MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pemeliharaan ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B dan analisis plasma di Laboratorium Nutrisi Ternak Kerja dan Olahraga Unit

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September 16 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September 2012 yang bertempat di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus. Analisis

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dengan melakukan persiapan dan pembuatan ransum di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci merupakan ternak mamalia yang mempunyai banyak kegunaan. Kelinci dipelihara sebagai penghasil daging, wool, fur, hewan penelitian, hewan tontonan, dan hewan kesenangan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penyusunan ransum bertempat di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Pembuatan pakan bertempat di Indofeed. Pemeliharaan kelinci dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Domba dapat diklasifikasikan pada sub family caprinae dan semua jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Domba dapat diklasifikasikan pada sub family caprinae dan semua jenis TINJAUAN PUSTAKA Ternak Domba Domba dapat diklasifikasikan pada sub family caprinae dan semua jenis domba domestikasi termasuk genus Ovis aries. Ada empat jenis spesies domba liar yaitu: Domba Mouffon

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pedet Pedet merupakan ternak replacement stock. Pemberian suplemen pada pedet prasapih pada awal laktasi diharapkan akan dapat mengendalikan penyebab terjadinya penurunan kemampuan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2010 hingga April 2011 di peternakan sapi rakyat Desa Tanjung, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, dan di Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

TINJAUAN PUSTAKA. Domba TINJAUAN PUSTAKA Domba Domba merupakan ternak yang pertama kali didomestikasi, dimulai dari daerah Kaspia, Iran, India, Asia Barat, Asia Tenggara dan Eropa sampai ke Afrika. Ternak domba secara umum termasuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Pemberian Pakan Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Pemberian Pakan Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Sapi Fries Holland (FH) berasal dari Propinsi Belanda Utara dan Propinsi Friesland Barat. Bulu sapi FH murni umumnya berwarna hitam dan putih, namun

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak 10 BAB III MATERI DAN METODE Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak Potong dan Kerja, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Penelitian dilaksanakan mulai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. (2015) kelinci dapat mengubah dan memanfaatkan bahan pakan kualitas rendah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan subsektor peternakan provinsi Lampung memiliki peranan yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan ini sejalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing, menyebabkan ketersediaan produk hewani yang harus ditingkatkan baik dari segi

Lebih terperinci

MATERI. Lokasi dan Waktu

MATERI. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pelet ransum komplit

Lebih terperinci