BAB III PERENCANAAN INSTALASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PERENCANAAN INSTALASI"

Transkripsi

1 BAB III PERENCANAAN INSTALASI Tahapan dalam perancangan sistem distribusi kelistrikan dibangun bertingkat dapat dibagi jadi 2 bagian, yaitu : 1. Perancangan skematik diagram distribusi listrik 2. Perancangan skematik diagram panel Tahapan-tahapan tersebut harus disusun dan diproses secara detail dan analisis, supaya mendapatkan hasil perencanaan instalasi listrik dalam gedung yang mumpuni sehingga saat pada masa pelaksanaan, dapat teraplikasikan dengan baik sesuai prosedur demi kenyamanan dan keselamatan para penghuni yang bertempat digedung tersebut setelah dibangun. 3.1 Perancangan Skematik Diagram Distribusi Listrik Tujuan pertama dari perancangan skematik diagram distribusi listrik adalah sebagai pemisahan dan sarana pengecekan, penempatan posisi lantai panel-panel, genset transformator dan gardu induk berada. Tahapan perancangan skematik yaitu : 1. Menggambarkan lantai-lantai gedung bertingkat secara keseluruhan. 2. Menaruh semua letak-letak panel yang akan digunakan, letak trafo ataupun letak gardu induk. 3. Melakukan pengecakan pada skematik diagram gedung. 21

2 22 Pada umumnya gambar gedung bertingkat tipe highrises building, minimal sudah mencakup item berikut : a. Gardu induk / gardu PLN. b. Panel tegangan menegah / MVMDP. c. Transformator penurun tegangan (step down tranfomator). d. Panel induk tegangan tendah / LVDP. e. Generator set. f. Panel distribusi tiap lantai. g. Panel supply darurat (panel emergency) 4. Kemudian menentukan hubungan antar panel-panel atau panel dengan transformator penurun atau penaik tegangan. Sedangkan tujuan kedua dari perancangan diagram vertikal adalah untuk melihat tinggi jarak antar lantai, sehingga bagi pelaksana lapangan seperti kontraktor ME bisa mengestimasi kebutuhan kabel feeder yang akan digunakan. 3.2 Perancangan Skematik Diagram Panel Tujuan dari skematik diagram panel adalah deskripsi rencana isi sistem proteksi yang ada di dalam panel, deskripsi rencana kabel yang akan menghubungkan panel dengan beban maupun deskripsi jenis penghantar yang akan digunakan antar panel atau transformator. Perancangan diagram rencana sistem distribusi kelistrikan di bangunan bertipe highrises building adalah dimulai dengan merancang sistem dari sisi beban (load). Beban dapat berupa jenis elektrikal seperti beban penerangan, beban stop kontak, beban stop kontak khusus seperti: stop kontak AC, stop kontak handryer, stop kontak gondola, beban penerangan luar (special lighting), dan beban motor yang digunakan di gedung. Beban juga ada dari jenis beban elektronik dan biasa diatur khusus dalam diagram rencana satu garis tersendiri. Beban elektronik ini meliputi: sistem alarm kebakaran (fire alarm system), sistem suara (sound system), sistem telepon, sistem kamera keamanan (CCTV), sistem televisi kabel (MATV) maupun sistem kontrol otomatis (building

3 23 automatic system). Diagram satu garis dalam perancangan distribusi gedung bertingkat biasanya meliputi : 1. Panel tipe ruangan 2. Panel distribusi lantai 3. Panel induk tegangan rendah (LVDP) 4. Panel tegangan menengah (MVMDP) 5. Hubungan trafo dengan panel induk tegangan rendah (LVDP) 6. Hubungan panel tegangan menengah dengan generator set. Untuk contoh skematik diagram panel distribusi dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah. Gambar 3.1 Contoh diagram panel distribusi Langkah-langkah yang perlu diambil dalam merancang diagram rencana panel tipe ruangan dan diagram rencana panel distribusi adalah: 1. Membuat diagram satu garis yang menghubungkan panel distribusi dengan beban. Beban dirancang dalam satuan watt, karena di Indonesia untuk acuan energi yang tertera pada armatur biasanya dalam satuan watt. Sehingga bisa memudahkan dalam suplai material. Beban diusahakan diatur seimbang pada masing-masing tarikan fasa R, fasa S, dan fasa T agar tidak banyak arus yang mengalir ke kawat netral.

4 24 2. Menentukan kabel untuk masing-masing tarikan ke beban. Tarikan ke beban yang berupa instalasi penerangan harus menggunakan kabel tembaga minimal 2,5 mm² (PUIL 2000). Pada umumnya para perancang merekomendasikan kabel NYM 3 2,5 mm² untuk instalasi penerangan pada gedung bertingkat. Tiga kawat dalam tiap tarikan tersebut adalah untuk keperluan kabel fasa, kabel netral dan kabel pembumian. Kabel pentanahan di gedung bertingkat adalah untuk proteksi internal arus lebih terutama peluang kemungkinan tersambar petir yang besar karena ketinggiannya. Tarikan ke beban yang berupa instalasi stop kontak minimal harus menggunakan kabel tembaga minimal 2,5 mm². 3. Menentukan proteksi arus lebih untuk masing-masing tarikan kabel. Ampere frame MCB yang biasa diproduksi di pabrik adalah MCB 2A, MCB 4A, MCB 6A, MCB 10A, MCB 16A, MCB 20A, MCB 25A, MCB 35A, MCB 50A, MCB 63A, dll. 4. Menentukan busbar untuk panel. Busbar dapat dihitung dengan cara yang mirip mencari penampang kabel yaitu menghitung arus nominalnya dahulu. Busbar yang diproduksi oleh pabrik adalah sesuai dengan tabel standar busbar yang ada di PUIL Menentukan proteksi incoming panel. Dalam perancangan panel ruangan, sesuai dengan pernyataan dalam PUIL 2000 tentang batasan aplikasi panel distribusi yaitu bahwa pada setiap penghantar keluar ke beban setidaknya dipasang satu proteksi arus dan dalam satu ruangan harus ada saklar putus hubung. Dalam pola perancangan skematik dari panel ruangan tertera pada gambar 3.2 dibawah.

5 25 Gambar 3.2 Panel ruangan secara sederhana. Proteksi arus lebih dapat berupa saklar hubung putus seperti: MCB, MCCB atau ACB, dengan tujuan utama adalah: 1. Pengisolasian terhadap gangguan ruangan agar gangguan tidak juga berdampak ke ruangan lain. 2. Pengisolasian ketika pemeliharaan atau ketika ada pelayanan kerusakan atau penambahan instalasi di dalam ruangan. Hal ini sesuai dengan PUIL 2000 yang menyatakan bahwa saklar putus hubung ini sudah seharusnya dilengkapi proteksi terhadap arus lebih dan untuk besar saklar putus hubung ini adalah minimal memiliki ketahanan sama besar dengan arus hubung pendek yang mungkin terjadi dalam rangkaian yang diamankan. Perancangan kabel instalasi listrik Kabel listrik adalah media untuk menyalurkan energi listrik. Sebuah kabel listrik terdiri dari isolator dan konduktor. Isolator disini adalah bahan pembungkus kabel yang biasanya terbuat dari bahan thermoplastik, sedangkan konduktornya terbuat dari bahan tembaga ataupun aluminium. Kemampuan hantar sebuah kabel listrik ditentukan oleh KHA (kemampuan hantar arus) yang dimilikinya, sebab parameter hantaran listrik ditentukan dalam satuan Ampere. Kemampuan hantar arus ditentukan oleh luas penampang konduktor yang berada dalam kabel listrik.

6 26 Adapun ketentuan mengenai KHA kabel listrik diatur dalam peraturan PUIL Sedangkan tegangan listrik dinyatakan dalam volt, besar daya yang diterima dinyatakan dalam satuan watt, yang merupakan perkalian dari ampere x volt = watt. Untuk menghitung kuat arus listrik yang melewati kabel, perlu dibedakan antara instalasi fasa satu dan fasa tiga. Instalasi fasa satu Rumus yang digunakan untuk menghitung kuat arus listrik untuk instalasi fasa satu adalah :...(3.1) Jika yang beban yang diketahui S (VA) maka persamaanya menjadi :...(3.2) Instalasi fasa tiga Rumus yang digunakan untuk menghitung kuat arus listrik untuk instalasi fasa tiga adalah :...(3.3) Jika yang beban yang diketahui S (VA) maka persamaanya menjadi :...(3.4) Dengan : I = Kuat arus listrik maksimum yang boleh dilewatkan (ampere) P = Daya beban terpasang (watt) = Tegangan fasa terpasang (volt) = Tegangan line terpasang (volt) Cos φ = Faktor daya Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PUIL 2000 pasal halaman 210 dimana Penghantar sirkit suplai harus mempunyai KHA yang tidak kurang dari besarnya arus beban yang tercatat ditambah dengan 25% dari arus beban penuhnya, dapat dituliskan dalam persamaan dibawah ini : I KHA = 125% x In...(3.5)

7 27 Untuk penentuan penggunaan kabel instalasi listrik bisa dilihat dari kemampuan kuat hantar arus. Berikut Tabel 3.1 untuk ukuran penentuan kabel sesuai kemampuan KHA, bedasarkan PUIL, SNI Tabel 3.1 KHA yang diizinkan untuk kabel instalasi dengan tegangan 230/400 volt Luas penampang (mm²) KHA (A) KHA pengenal gawai proteksi (A) 1, , Susut Tegangan Pada PUIL 2000 pasal halaman 110 dinyatakan bahwa susut tegangan antara terminal konsumen dan sembarang titik dari instalasi tidak boleh lebih dari 5% dari tegangan pengenal pada terminal konsumen bila semua penghantar dialiri arus listrik maksimum. Terjadinya susut tegangan yang melebihi batas yang ditetapkan oleh standar PUIL 2000, pasal maka jika pada suatu instalasi terjadi susut tegangan melebihi batas akan

8 28 mempengaruhi peningkatan jumlah arus listrik yang mengalir pada penghantar. Penghantar listrik yang banyak digunakan pada instalasi listrik gedung dari bahan tembaga (CU) karena tembaga memiliki resistan jenis yang kecil dan mudah didapatkan, sehingga kabel dengan inti berbahan tembaga memiliki daya hantar listrik yang bagus. Susut tegangan dipengaruhi oleh reaktansi induktif penghantar dan resistan penghantar. Resistan dan reaktansi penghantar akan berbanding lurus terhadap panjang penghantar. Susut tegangan juga dipengaruhi oleh daya listrik yang dipasang pada instalasi tersebut, semakin besar daya listrik terpasang maka jumalah susut tegangan akan meningkat. R X L I Vk Vt BEBAN Gambar 3.3 Rangkaian eqivalen saluran distribusi Dengan menggambarkan rangkaian eqivalen saluran distribusi seperti terlihat pada Gambar 3.3 dan kemudian digambarkan dengan diagram vektor seperti pada Gambar 3.4.

9 29 Vk d 0 Vt IR I I R cos IX L a b c IR g f I X L sin dv V e V δv Gambar 3.4 Diagram vektor saluran distribusi Susut tegangan ΔV seperti ditunjukan pada Gambar 3.4 merupakan perbedaan secara ilmu hitung antara tegangan kirim dan tegangan terima atau kemudian dapat dituliskan seperti pada persamaan 3.6, sesuai dengan definisi jatuh tegangan adalah : ΔV = Vk - Vt...(3.6) dengan: Vk = nilai mutlak tegangan ujung kirim. Vt = nilai mutlak tegangan ujung terima. Sebagai dasar dalam menghitung ΔV, misalkan suatu sirkuit fasa satu dua kawat, dimana resistan dan reaktansinya masing-masing dinyatakan dengan R dan XL dan pada ujung saluran terdapat suatu beban, seperti Gambar 3.4. Dalam perhitungan susut tegangan ini akan memakai secara pendekatan, dalam Gambar 3.4, yang merupakan pasor diagram dari Gambar 3.3. Dengan titik O sebagai titik pusat lingkaran dengan jari-jari Od = Vk, dibuat lingkaran sehingga memotong perpanjangan Vt pada titik e. Jadi Vk = oa+ac+ce. Oleh karena ce << Vk ; ce dapat diabaikan, sehingga Vk = oa+ac Selanjutnya, oa = Vt ; ac = ab + bc dimana ab = I.R Cosφ dan bc = I.XL Sin φ ; sehingga ac = dv = I.R Cosφ + I.XL Sin φ sesuai dengan definisi diatas : ΔV = Vk - Vt maka didapat :

10 30 ΔV = I.R Cosφ + I.XL Sin φ...(3.7) Mengacu pada Gambar 3.4, yang merupakan pasor diagram dari Gambar 3.3, maka dapat dicari persamaan yang berkaitan dengan Vk, Vt dan δv, persamaannya adalah : V²k = (Vt + dv )² + δv²...(3.8) V²k = (Vt + I.R Cosφ + I.XL Sin φ)² + (I.R Cosφ - I.XL Sin φ)²...(3.9) Bila beban fasa satu, daya aktif beban (P) dan daya reaktif beban (Q) diketahui, besar arusnya I = atau I =, maka persamaan 3.9 dapat dibentuk : V²k = ( ) ² + ( ) ²...(3.10) dimana : dv =...(3.11) dan δv =...(3.12) Jatuh tegangan secara pendekatan dapat juga dinyatakan dalam dayaaktif beban (P) dan daya-reaktif beban (Q) bedasarkan persamaan 3.8. Jika δv << Vt + dv, maka δv dapat diabaikan, sehingga persamaan tersebut menjadi : V²k = (Vt + )²...(3.13) atau Vk Vt =...(3.14) Sesuai dengan definisi ΔV = Vk - Vt maka didapat : ΔV =...(3.15) Jatuh tegangan dalam prosen, menurut definisi adalah : % = x (3.16) Vt, biasanya diambil tegangan sistem yang bersangkutan, dalam hal ini Vf yang merupakan tegangan fasa sistem. Jadi persamaan 3.16 biasa ditulis dalam bentuk :

11 31 % = x (3.17) Menurut persamaan 3.7 ΔV = Vk - Vt = I.R Cosφ + I.XL Sin φ, sehingga didapat persamaan seperti berikut 3) : % = = x (3.18) Dalam sebuah instalasi gedung bertingkat dikenal dengan instalasi fasa tiga dan fasa satu. Berikut persamaan untuk memperhitungkan susut tegangan pada instalasi listrik fasa satu dan fasa tiga. Dalam menentukan besar nilai susut tegangan pada instalasi listrik fasa satu tegangan yang digunakan adalah tegangan fasa (L-N) dan panjang saluran dikalikan dua. Sedangkan untuk instalasi tiga fasa digunakan tegangan pengenal fasa ke fasa (L-L) Untuk menentukan besar nilai susut tegangan pada instalasi listrik digunakan persamaan sebagai berikut: Susut tegangan pada instalasi fasa satu L R X L s Gambar 3.5 Sirkit fasa satu dengan beban S Terlihat pada Gambar 3.5 bila bebannya sama dengan S, maka didapat hubungan S = I, dan I =. Jika nilai arus ini disubsitusikan kedalam persamaan 3.18, maka didapat susut tegangannya adalah : δv = x100%...(3.19) Atau δv = x100%...(3.20) Susut tegangan pada instalasi fasa tiga Dalam menghitung jatuh tegangan pada sistem fasa tiga, tiga kawat, terlihat pada Gambar 3.6 diasumsikan bebannya fasa tiga empat kawat, yaitu bebannya seimbang per fasanya.

12 32 L R X L BEBAN Gambar 3.6 Sistem fasa tiga, tiga kawat Untuk sistem fasa tiga seimbang, dengan beban S = 3, maka arusjalanya adalah I =. Bila nilai arus ini dimasukan kedalam persamaan maka jatuh tegangannya dalam prosen adalah : % = = x 100 δv % = x100 δv % = x100...(3.21) Dengan : ΔV = Susut tegangan (V) S = Daya semu (VA) P = Daya aktif (W) Q = Daya reaktif (Var) r = Resistansi per fasa/panjang satuan (Ώ/km) x = Reaktansi per fasa/panjang satuan (Ώ/km) R = r. L dalam ohm X = x. L dalam ohm L = Panjang kabel (km) VL Vf = Tegangan jala jala (V) = Tegangan fasa (V) Persamaan 3.21 dapat ditulis dalam bentuk : (δv) % = S x L x k...(3.22) Dimana k adalah suatu konstanta yang besarnya ditentukan oleh persamaan : k = x100...(3.23)

13 33 Setelah diperhitungkan susut tegangan dan didapat nilai arus yang mengalir pada penghantar, maka arus nominal dikalikan dengan 125% seperti pada Persamaan 3.5 diatas. Hasil perhitungan arus KHA dicocokkan dengan tabel KHA kabel yang dapat dilihat pada data teknis produk kabel, data kabel. 3.4 Gangguan Hubung Singkat Fasa Tiga Hubung singkat pada penyulang motor dapat terjadi di jaringan sisi atas (tegangan menengah), transformator, kabel, rel, pemutus daya motor, ataupun di motor nya sendiri Formula Perhitungan Arus Hubung Singkat Dalam pendekatan simplifed, impedansi dari sistem MV diasumsikan diabaikan kecil, sehingga Isc = where In =...(3.24) P = kva rating transformator U20 = fasa-ke-fase sekunder volt pada rangkaian terbuka In Isc = arus nominal dalam ampere = arus pendek dalam amper Usc = impedansi tegangan hubung pendek transformator dalam %. Nilai-nilai Usc untuk trafo distribusi diberikan dalam tabel 3.2 berikut: Transformer rating (kva) Usc in % Oil-immersed Cast-resin dry type 50 to to Contoh : 400 kva tranformer, 420 V at no load Usc = 4% In = = 550 A Isc = = 13.7 ka

14 34 Gambar 3.7 Rangkaian trafo yang pararel Kasus beberapa transformator yang terhubung secara paralel pada busbar Nilai arus gangguan pada sirkuit keluar dari hilir busbar (lihat Gambar 3.7) dapat diperkirakan sebagai jumlah dari Isc masingmasing transformator yang dihitung secara terpisah. Hal ini diasumsikan bahwa semua transformator dipasok dari jaringan MV yang sama, di mana kasus nilai yang diperoleh dari Gambar 3.7 bila ditambahkan bersama-sama akan memberikan nilai tingkat kesalahan yang sedikit tinggi daripada yang benar-benar akan terjadi. Faktor lain yang belum diperhitungkan adalah impedansi dari busbar dan pemutus sirkuit. Nilai kesalahan saat konservatif yang diperoleh adalah cukup akurat untuk desain instalasi dasar. oleh : Dalam instalasi 3-fase Isc pada titik manapun adalah diberikan Isc =... (3.25) U20 = tegangan fasa-ke-fase transformator ZT = total impedansi per fase dari instalasi hulu dari lokasi gangguan (dalam Ω) R3 = or for reactances X3 =... (3.26) Tabel 3.3 Impedansi MV jaringan disebut sisi LV dari MV / LV transformator Psc Uo (V) Ra (m ) Xa (m ) 250 MVA MVA

15 35 Sebuah formula yang membuat deduksi dan pada saat yang sama mengubah impedansi dengan nilai setara di LV diberikan, sebagai berikut: ZS =...(3.27) Zs = impedansi jaringan sisi MV, dalam mili ohm Uo = tegangan fasa ke fasa, dalam Volt Psc = MV 3 phasa short cicuit, dalam kva Transformator Ztr adalah impedansi transformator dilihat dari terminal LV, diberikan oleh rumus : Ztr =...(3.28) Pn = rating transformer Usc = impedansi tegangan hubung singkat trafo dalam % Transformator gulungan Rtr resistensi dapat diturunkan dari kerugian total sebagai berikut : Pcu = 3In 2 x Rtr so that Rtr = in milli-ohms...(3.29) Di mana : Pcu = total losses in watts In = nominal full-load current in amps Rtr = resistanceof one phase of the transformer in milli-ohms (the LV and corresponding MV winding for one LV phase are included in this resistance value) Xtr = Untuk perhitungan perkiraan Rtr dapat diabaikan karena X Z dalam standar. Jenis distribusi transformator. Tabel 3.4 Resistensi, reaktansi dan impedansi nilai untuk type transformator distribusi 400 dengan MV gulungan y 20 kv

16 Perhitungan Arus Hubung Pendek Perhitungan arus hubung pendek secara rinci pada suatu titik instalasi. U20 = Fase-ke-fase tanpa beban tegangan sekunder dari MV/LV transformator (dalam volt) Psc = Daya hubung singkat 3-fase di terminal MV dari MV / LV transformer (kva) Pcu = Rugi daya total 3 fase MV/LV transformator (dalam watt). Pn = Rating trafo Penilaian MV/LV transformator (dalam kva). Usc = impedansi tegangan hubung pendek MV / LV transfomer (dalam%). Rt = resistansi total. XT: reaktansi total (1) ρ = resistivitas pada suhu normal konduktor dalam pelayanan ρ = 22,5 x MQ mm2 / m untuk tembaga ρ = 36 MQ x mm2 / m untuk aluminium (2)

17 37 Jika ada beberapa konduktor paralel per fase, kemudian membagi hambatan dari satu konduktor dengan jumlah konduktor. Reaktansi tetap praktis tidak berubah. Contoh 1 : Contoh 2 : Perhitungan arus hubung singkat dengan tabel. Isc pada akhir penerimaan pengumpan sebagai fungsi dari Isc di ujungnya kirim Gambar 3.8 Perhitungan Arus Hubung Singkat Pilih c.s.a. dari konduktor dalam kolom untuk konduktor tembaga (dalam hal ini contoh c.s.a. adalah 47,5 mm2). Cari di sepanjang baris yang sesuai dengan 47,5 mm2 untuk panjang konduktor yang samadengan yang dari sirkuit yang bersangkutan (atau mungkin terdekat di sisi rendah). Turun vertikal kolom yang panjang berada, dan berhenti pada baris di tengahbagian (dari 3 bagian Gambar

18 38 tersebut) sesuai dengan kesalahan yang dikenal saat initingkat (atau yang terdekat untuk itu pada sisi yang tinggi). Dalam kasus ini 30 ka adalah terdekat sampai 28 ka pada sisi yang tinggi. Nilai sirkuit pendek saat ini pada akhir hilir dari rangkaian meteran 20 diberikan di persimpangan kolom vertikal yang panjang berada, dan baris horisontal yang sesuai ke hulu Isc (atau terdekat untuk itu pada sisi yang tinggi). Nilai ini dalam contoh dipandang 14,7 ka. Prosedur untuk konduktor aluminium adalah serupa, tetapi kolom vertikal harus naik ke bagian tengah meja. Akibatnya, sebuah DIN-rel-mount pemutus sirkuit-nilai di A dan Isc 63 dari 25 ka (seperti unit 125N NG) dapat digunakan untuk 55 rangkaian A dalam Gambar 4. Sebuah Compact dinilai pada 160 A dengan kapasitas dari 25 ka Isc (seperti unit NS160) dapat di lihat pada tabel 3.5 berikut :

19 Busbar Busbar adalah penghantar arus listrik yang terbuat dari tembaga. Busbar memiliki fungsi yang sama dengan kabel. Tetapi kapasitas hantar arus busbar lebih besar daripada kabel. Untuk arus diatas 250 A maka disarankan untuk memakai busbar. Pemakaian busbar ini untuk mempermudah pemasangan sambungan komponen-komponen lainnya pada panel. Apabila arus 250 A ke atas dan menggunakan kabel maka pemasangannya akan lebih sulit untuk sambungan ke penghantar lainnya. Hal ini dikarenakan pada busbar pada tiap bagian penampangnya terdapat lubang-lubang yang dapat dijadikan tempat penghubung dengan penghantar lainnya. Berdasarkan standar pada PUIL, maka dalam penggunaan busbar untuk tiap fasanya diberi warna yang berbeda : Merah untuk fasa R Kuning untuk fasa S Hitam untuk fasa T Biru untuk netral Untuk menentukan besar luas penampang busbar panel dapat menggunakan rumusan seperti pada rumusan mencari besar luas penampang kabel tembaga, yaitu arus busbarnya dikalikan dengan 125% untuk KHA busbar. Berikut Tabel 3.6 untuk ukuran busbar tembaga sesuai kemampuan KHA pada PUIL. Tabel 3.6 Pembebanan penghantar untuk tembaga penampang persegi pembebanan kontinu ( A ) Luas Arus Bolak-Balik ukuran Berat penampang dilapisi lapisan konduktif (mm) (kg/m) telanjang (jumlah batang) (mm²) (jumlah batang) x2 24 0, x2 30 0, x3 45 0, x2 40 0, x3 60 0, x , x3 75 0, x ,

20 40 30x3 90 0, x , x , x , x , x , x , x , x , x , x , x , x , Perencanaan Sistem Penerangan Penerangan yang baik dan memadai merupakan salah satu hal terpenting yang diperlukan oleh sebuah gedung atau bangunan agar pekerjaan berlangsung didalamnya dapat dijalankan secara efisien dan aman sistem penerangan dapat dirancang dengan menggunakan berbagai jenis luminari dan fitting lampu. Luminari merupakan salah satu istilah modern yang diberikan kepada peralatan yang berfungsi mendukung lampu penerangan serta dapat mengendalikan distribusi cahaya dari lampu penerangan tersebut. Penerangan dalam menghasilkan cahaya yang ditujukan langsung pada permukaan dimana pekerjaan dilakukan. Dalam perencanaan penerangan ada nama istilah intensitas penerangan. Intensitas penerangan harus ditentukan ditempat dimana pekerjaannya akan dilakukan. Bidang kerja umumnya diambil 80 cm di atas lantai. Bidang kerja ini sebuah meja atau bangku kerja, atau juga suatu bidang horizontal khayalan, 80 cm di atas lantai. Gambar 3.9 bagaimana pembagian flux cahaya di ruangan dilihat seperti dibawah bidang kerja 0,80 m Gambar 3.9 Pembagian flux cahaya pada ruangan

21 41 Sistem penerangan dibedakan menjadi 5 tipe, yaitu: 1. System iluminasi langsung (Direct Lighting) System ini paling efektif dalam menyediakan penerangan karena 90%- 100% cahaya diarahkan langsung kepermukaan yang perlu diterangi. Tetapi kelemahan system ini adalah timbulnya bayangan-bayangan yang mengganggu serta memungkinkan kesilauan baik karena penyinaran langsung maupun karena pemantulan sinar lampu. Untuk mengatasinya dapat dilakukan pemberian warna-warna cerah pada langit-langit agar tampak menyegarkan. 2. System iluminasi semi langsung (Semi Direct Lighting) System ini mengarahkan 60%-90% cahaya kepermukaan yang perlu diterangi, selebihnya menerangi dan dipantulkan oleh langit-langit dan dinding. 3. System iluminasi difus dan langsung tak langsung (General Diffuse and Direct-Indirect Lighting) System ini mengarahkan 40%-60% cahaya kepermukaan yang perlu diterangi, sisanya menerangi dan dipantulkan oleh langit-langit dan dinding. Pada system ini masih ditemukan adanya masalah bayangan dan kesilauan. 4. System iluminasi semi tidak langsung (Semi Indirect Lighting) System ini mengarahkan cahaya 60%-90% ke langit-langit dan dinding bagian atas, selebihnya ke bawah. Pada system ini bayangan secara praktis tidak ada dan mengurangi kesilauan. 5. System iluminasi tidak langsung (Indirect Lighting) System ini mengarahkan cahaya 90%-100% ke langit-langit dan dinding bagian atas ruangan untuk dipantulkan yang kemudian menerangi seluruh ruangan berupa cahaya difus Dasar Perencanaan Penerangan Buatan Perencanaan penerangan buatan adalah kombinasi dari seni dan ilmu sains yang diaplikasikan. Pada tahap awal perencanaan perancangan instalasi penerangan, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah efek penerangan buatan di dalam ruangan. Pada tahap awal ini

22 42 dibutuhkan kerjasama dan koordinasi yang baik antara divisi arsitektur, struktur dan mekanikal-elektrikal. Hal ini diperlukan untuk memperoleh perencanaan instalasi yang baik dengan mempertimbangkan faktor keartistikan bangunan dan adanya kemungkinan untuk melakukan ekspansi gedung. Adapun data-data yang diperlukan untuk melakukan perencanaan instalasi penerangan adalah : 1. Gambar ruangan, dimensi ruangan, dan rencana tata letak lampu. 2. Detail konstruksi langit-langit. 3. Warna dan pantulan dari : langit-langit, dinding,lantai dan meja kursi. 4. Peruntukan ruangan (pekerjaan visual yang akan dilakukan didalam ruangan tersebut). 5. Perlengkapan mesin atau peralatan didalam ruangan.kondisi ruangan seperti ; temperatur, kelembaban dan debu. Berdasarkan data-data tersebut perencanaan instalasi penerangan dapat dibuat dan pada akhirnya diaplikasikan pada bangunan atau gedung. Setelah mengetahui data-data tersebut di atas, maka bagian desain dapat melakukan estimasi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan estimasi penerangan buatan adalah sebagai berikut: 1. Intensitas Penerangan Sebelum menentukan intensitas penerangan yang dibutuhkan terlebih dahulu harus diketahui jenis pekerjaan apa yang harus dilakukan diruangan tersebut. Intensitas penerangan harus ditentukan di tempat dimana pekerjaan itu akan dilakukan. Intensitas penerangan E dengan satuan lux sama dengan jumlah lumen. Φ per meter persegi. Jadi jumlah fluks cahaya yang diperlukan untuk bidang kerja seluas A m2 adalah ; Φ = E x A...(3.30) Namun fluks cahaya yang dipancarkan lampu tidak semuannya mencapai bidang kerja. Sebagian akan dipancarkan ke dinding

23 43 dan langit-langit. Karena itu untuk menentukan fluks cahaya harus diperhitungkan efisiensi dan rendemennya. =...(3.31) Dimana : Φg = Fluks cahaya yang mencapai bidang kerja,langsung maupun tidak langsung setelah dipantulkan dinding dan langit-langit. Φo = Fluks cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya yang ada dalam ruangan. 2. Efisiensi Penerangan Dari dua persamaan di atas,maka diperoleh rumus fluks cahaya : O =...(3.32) Dimana : A = luas bidang kerja (m2) E = Intensitas penerangan yang dibutuhkan di bidang kerja (lux) Efisiensi penerangannya ditentukan dari tabel-tabel, lihat pada tabel 3.7. Setiap tabel hanya berlaku untuk suatu armatur tertentu dengan jenis lampu tertentu dalam ruangan tertentu pula. Untuk menentukan efisiensi penerangannya harus diperhitungkan: a. Efisiensi armaturnya (v). b. Faktor refleksi dindingnya (rw), faktor langit-langitnya (rp) dan faktor refleksi bidang pengukurannya (rm). c. Indeks ruangannya. 3. Efisiensi Armatur Efisiensi /randemen armature (v) v =...(3.33) Efisiensi sebuah armatur ditentukan oleh konstruksi dan bahan yang digunakan. Dalam efisiensi penerangan selalu sudah ditentukan efisiensi armaturnya.

24 44 4. Faktor-faktor refleksi Bagian fluks cahaya yang dipantulkan ditentukan oleh factor refleksi r suatu permukaan. Faktor refleksi 0,6 atau 60% berarti bahwa 60% dari fluks cahaya yang mengenai permukaan dipantulkan. r =...(3.34) Faktor refleksi tergantung dari warna dan finishing. Pemantulan ini tidak penting dalam sistem penerangan langsung. Langitlangit dan warna dinding terang memantulkan 50-70%. Sedangkan untuk warna gelap 10-20%. Untuk lebih detailnya, warna putih dan warna sangat muda memiliki refleksi 0,7. Warna sedang 0,3. Warna gelap 0,1. 5. Indeks Ruangan/Indeks Bentuk Indeks ruangan/indeks bentuk k menyatakan perbandingan antara ukuran-ukuran utama suatu ruangan berbentuk bujur sangkar. Dimana : p = panjang ruangan (meter) l = lebar ruangan (meter) h = tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja (meter) k =...(3.35) 6. Faktor Depresiasi/Penyusutan Faktor depresiasi/penyusutan adalah intensitas penerangan dalam keadaan dipakai. Faktor depresiasi ini dibagi atas 3 golongan utama: Pengotoran Ringan Pengotoran ini terjadi didaerah-daerah yang hampir tidak berdebu. Misalnya di toko, kantor,sekolah, dan lain-lain. Pengotoran Berat Pengotoran ini terjadi di ruangan-ruangan yang banyak debu. Misalnya di perusahaan cor, pertambangan, pemintalan dsb.

25 45 Pengotoran biasa Pengotoran ini terjadi diperusahaan selain yang disebutkan diatas. Bila tingkat pengotoran tidak diketahui, maka digunakan faktor depresiasi 0.8. Dibawah ini adalah tabel 3.7 yang menunjukan efisiensi penerangan & depresiasi lampu seperti berikut : Tabel 3.7 Efisiensi penerangan & depresiasi lampu

26 46 7. Jumlah Lampu / Armatur (n) Jumlah armatur / lampu dapat ditentukan dengan persamaan dibawah ini : n =...(3.36) 8. Pengaruh Armatur Lampu Cahaya yang dikeluarkan, direfleksikan, dan diserap oleh Armatur Lampu Gelas. Tabel 3.8 Armatur Lampu Jenis Gelas Jenis Gelas Tebal Lampu Mm Daya Transmisi % Daya Refleksi % Daya Penyerapan Bola kaca bening permukaan rata Gelas prisma Gelas yang memakai ornamen Gelas warna susu Acrylic putih susu Tabel 3.9 Standar Kuat Penerangan dalam Ruangan

27 Perencanaan Gambar Instalasi Lampu Penerangan 1. Perhitungan Titik Lampu Untuk menghitung jumlah titik lampu di tiap ruangan menggunaksn perhitungan mengacu SNI, IEC, PUIL atau Standar lain adalah sebagai berikut : Untuk Lampu jenis TL kuat penerangan yang akan di capai 400 LUX. Untuk Lampu jenis Down Light kuat penerangan yang akan di capai 300 LUX. Rumus Perhitungan titik lampu sbb: N =... (3.37) Menurut SNI, daya pencahayaan maksimum : - Untuk ruang kantor/ industri adalah 15 watt/m2. - Untuk rumah tak melebihi 10 watt/m2. - Untuk toko watt/m2 - Hotel watt/m2, sekolah watt/m2, - Rumah sakit watt/m2 ). Jumlah lampu pada suatu ruang ditentukan / dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : N = Dimana : N E L W Ø = jumlah titik lampu = Kuat Penerangan /target kuat penerangan yang akan dicapai (Lux) = Panjang Ruang(Meter) = Lebar Ruang (Meter) = Total Lumen Lampu / Lamp Luminous Flux LLF = Light loss factor / Faktor Cahaya Rugi (0,7-0,8) CU = coeffesien of utilization / Faktor Pemanfaatan (50-65 %) n = Jumlah Lampu dalam 1 titik Lampu

28 48 Kuat Penerangan (E) Perkantoran = Lux Apartemen / Rumah = Lux Hotel = Lux Rumah sakit / Sekolah = Lux Basement / Toilet / Coridor / Hall / = Lux Gudang / Lobby Restaurant / Store / Toko = Lux Ø = W x L/w...(3.38) Dimana : W = Daya lampu, L/w = Luminous Efficacy Lamp / Lumen per watt (dapat dilihat pada box lampu yang kita beli). 3.7 Perbaikan Faktor Daya Menggunakan Kapasitor Bank Karena beban-beban listrik nantinya sebahagian besar adalah bersifat induktif seperti pompa, kompressor, elevator, mesin-mesin pengkondisian udara dan juga peralatan-peralatan yang menghasilkan harmonic. Peningkatan pemakaian daya reaktif inilah yang menyebabkan faktor daya dari pelanggan turun. Faktor daya (cos ) adalah perbandingan daya aktif dan daya nyata. Untuk itu perlu dipasang suatu alat yang berfungsi untuk mengkompensasi daya reaktif tersebut agar faktor daya tidak kurang dari standar yang telah ditetapkan oleh penyedia layanan jaringan listrik. Dalam hal ini PLN menetapkan batas minimum faktor daya sebesar Jika faktor daya kurang dari standar PLN, maka pelanggan wajib membayar denda sebanyak daya reaktif yang digunakan. Oleh karena itu, diperlukan pengurangan konsumsi daya reaktif dengan memperbaiki faktor daya. Untuk memperbaiki faktor daya secara umum digunakan kapasitor bank. Kapasitor bank memberikan sumbangan arus mendahului (leading), sehingga juga akan memberikan faktor daya leading. Dengan demikian kapasitor bank disebut juga kvar generator. Pemasangan kapasitor bank akan berpengaruh terhadap perbaikan faktor daya.

29 Faktor Daya Faktor daya merupakan salah satu indikator baik buruknya kualitas daya listrik. Faktor daya didefinisikan sebagai perbandingan antara daya aktif dan daya reaktif. Faktor daya disimbolkan sebagai cos φ, dimana: cos φ = pf =...(3.39) Daya aktif adalah daya yang digunakan sistem untuk bekerja. Sedang daya reaktif adalah daya yang digunakan sistem untuk membangkitkan medan. Pada suatu tegangan V, daya aktif, daya reaktif dan daya total adalah sebanding dengan arus dan akan sesuai dengan persamaan 2, yaitu: =... (3.40) Salah satu cara yang lazim untuk memperbaiki faktor daya adalah dengan cara kompensasi daya reaktif dimana sebagian kebutuhan daya reaktif yang dibutuhkan beban didapat dari kompensator daya reaktif. Salah satu kompensator daya reaktif adalah kapasitor bank dengan rating kvar sebagai berikut:... (3.41) Penambahan daya reaktif tersebut dibatasi pada nilai faktor daya maksimal 100% dan tidak merubah keadaan leading atau lagging sistem sehingga tidak merusak beban terpasang. Total Power Apparent Power (S) = Volt Amperes = I²Z Reactive Power (Q) = Vars = (XL-Xc) I² φ Real Power (P) = Watts = I²R Gambar 3.10 Hubungan Daya Pada Sistem AC

30 Kapasitor Bank Fungsi dari kapasitor bank yang tersedia dalam bentuk tunggal unit maupun dalam bentuk group adalah sebagai penyuply kilovars dengan faktor daya tertinggal (lagging) kepada suatu sistem dimana kapasitor tersebut dihubungkan. Kapasitor bank yang dipasang pada ujung beban dari sirkuit mensuplai beban dengan faktor daya tertinggal (lagging), mempunyai beberapa efek, yaitu : Kapasitor bank memperbaiki faktor daya (cos phi) Menghilangkan denda / kelebihan biaya (kvarh) yang timbul di tagihan PLN, sehingga pembayaran PLN akan turun (reduce cost) Menghindari kelebihan beban transformer Memberikan tambahan daya tersedia Menghindari kenaikan arus/suhu pada kabel Memaksimalkan pemakaian daya (kva) Menghemat daya / efesiensi Menghindari Drop Line Voltage Mengawetkan instalasi & peralatan listrik Kapasitor bank juga mengurangi rugi rugi lainnya pada instalasi listrik Gambar 3.11 Panel Kapasitor Bank

31 Perbaikan Faktor Daya Dalam sebuah sumber arus bolak-balik, bila beban yang diaplikasikan bersifat resistif murni, maka gelombang tegangan dan arus adalah sefasa seperti diperlihatkan pada Gambar Gambar 3.12 Beban Resistif Beban yang bersifat induktif atau kapasitif dapat menggeser titik persilangan nol antara tegangan dan arus. Bila bebannya merupakan beban induktif persilangan nol gelombang arus muncul beberapa saat setelah persilangan nol gelombang tegangan muncul. Hal ini biasa dikatakan sebagai arus tertinggal. Gambar 3.13 Beban Induktif Sebaliknya untuk arus beban yang bersifat kapasitif, persilangan nol gelombang arus akan muncul beberapa saat sebelum persilangan nol gelombang tegangan. Hal ini biasa dikatakan sebagai arus mendahului. Gambar 3.14 Beban Kapasitif

32 52 Sebuah kapasitor daya atau yang dikenal dengan nama kapasitor bank harus mempunyai daya Qc yang sama dengan daya reaktif dari sistem yang akan diperbaiki factor dayanya. Jika keadaan ini dipenuhi, kapasitor bank akan memperbaiki faktor daya menjadi bernilai maksimum (faktor daya = 1). Besarnya daya reaktif yang diperlukan untuk mengubah faktor daya dari cos φ1 menjadi cos φ2 dapat ditentukan dengan :...(3.42) Gambar 3.15 Prinsip Perbaikan Faktor Daya Komponen Utama yang terdapat pada Panel Kapasitor A. Main switch / load break switch Main switch ini sebagai peralatan kontrol dan isolasi jika ada pemeliharaan panel. Sedangkan untuk pengaman kabel / instalasi sudah tersedia disisi atasnya (dari) MDP. Mains switch atau lebih dikenal load break switch adalah peralatan pemutus dan penyambung yang sifatnya on load yakni dapat diputus dan disambung dalam keadaan berbeban, berbeda dengan on-off switch model knife yang hanya dioperasikan pada saat tidak berbeban. Untuk menentukan kapasitas yang dipakai dengan perhitungan minimal 25 % lebih besar dari perhitungan KVAR terpasang. Sebagai contoh : Jika daya kvar terpasang 400 KVAR dengan arus 600 Ampere, maka pilihan kita berdasarkan 600 A + 25 % = 757 Ampere, yang dipakai size 800 Ampere.

33 53 B. Kapasitor Breaker Kapasitor Breaker digunakan untuk mengamankan instalasi kabel dari breaker ke kapasitor bank dan juga kapasitor itu sendiri. Kapasitas breaker yang digunakan sebesar 1,5 kali dari arus nominal dengan Im = 10 x Ir. Untuk menghitung besarnya arus dapat digunakan rumus : I n = Qc / 3. VL...(3.43) Sebagai contoh : masing masing step dari 10 step besarnya 20 kvar maka dengan menggunakan rumus diatas didapat besarnya arus sebesar 29 ampere, maka pemilihan kapasitas breaker sebesar % = 43 A atau yang dipakai 40 Ampere. Selain breaker dapat pula digunakan Fuse, Pemakaian Fuse ini sebenarnya lebih baik karena respon dari kondisi over current dan Short circuit lebih baik namun tidak efisien dalam pengoperasian jika dalam kondisi putus harus selalu ada penggantian fuse. Jika memakai fuse perhitungannya juga sama dengan pemakaian breaker. C. Magnetic Contactor Magnetic contactor diperlukan sebagai Peralatan kontrol. Beban kapasitor mempunyai arus puncak yang tinggi, lebih tinggi dari beban motor. Untuk pemilihan magnetic contactor minimal 10 % lebih tinggi dari arus nominal (pada AC 3 dengan beban induktif/kapasitif). Pemilihan magnetic dengan range ampere lebih tinggi akan lebih baik sehingga umur pemakaian magnetic contactor lebih lama. D. Kapasitor Bank Kapasitor bank adalah peralatan listrik yang mempunyai sifat kapasitif yang akan berfungsi sebagai penyeimbang sifat induktif. Kapasitas kapasitor dari ukuran 5 KVar sampai 60 Kvar dari tegangan kerja 230 V sampai 525 Volt, atau Kapasitor Bank adalah sekumpulan beberapa kapasitor yang disambung secara parallel untuk mendapatkan kapasitas kapasitif tertentu. Besaran

34 54 yang sering dipakai adalah Kvar (Kilovolt ampere reaktif) meskipun didalamnya terkandung / tercantum besaran kapasitansi yaitu Farad atau microfarad. Kapasitor ini mempunyai sifat listrik yang kapasitif (leading). Sehingga mempunyai sifat mengurangi / menghilangkan terhadap sifat induktif (leaging) E. Reactive Power Regulator Peralatan ini berfungsi untuk mengatur kerja kontaktor agar daya reaktif yang akan disupply ke jaringan / system dapat bekerja sesuai kapasitas yang dibutuhkan. Dengan acuan pembacaan besaran arus dan tegangan pada sisi utama Breaker maka daya reaktif yang dibutuhkan dapat terbaca dan regulator inilah yang akan mengatur kapan dan berapa daya reaktif yang diperlukan. Peralatan ini mempunyai bermacam macam steps dari 6 steps, 12 steps sampai 18 steps. F. Peralatan Tambahan Push button on dan push button off yang berfungsi mengoperasikan magnetic contactor secara manual. Selektor auto off manual yang berfungsi memilih sistem operasional auto dari modul atau manual dari push button. Exhaust fan + thermostat yang berfungsi mengatur ambeint temperature (suhu udara sekitar) dalam ruang panel kapasitor. Karena kapasitor, kontaktor dan kabel penghantar mempunyai disipasi daya panas yang besar maka temperatur ruang panel meningkat.setelah setting dari thermostat terlampaui maka exhust fan akan otomatis berhenti.

35 Sumber Daya Listrik Transformator penurun tegangan (step down transformator) Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan tegangan dari 11 kv sampai 24 kv dinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan menjadi 70kV, 154kV, 220kV atau 500kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi. Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kv dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke peralatanperalatan yang bekerja pada tegangan rendah seperti pompa air, mesin pendingin, dan lain-lain. Dengan ini jelas bahwa transformator adalah bagian penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan pada gedung. Seperti pada gambar 3.16 untuk lebih jelas bagaimana bentuk transformator pada umumnya. Gambar 3.16 Transformator

36 56 Untuk menentukan kapasitas transformator dapat menggunakan prinsip dari segitiga daya. Pada gambar segitiga daya ditunjukkan bahwa besar daya semu dipengaruhi oleh besar sudut φ. Disaat sudut φ kecil maka besar daya semu dan daya nyata semakin mendekati sementara daya reaktif semakin kecil atau bisa dikatakan disaat cos φ 1 maka sudut φ adalah 0 sehingga tidak terjadi daya rektif atau S = P, tidak terjadi perbedaan sudut antar S dan P, sehingga Q = 0. Pada gambar 3.17 diperlihatkan polanya segitiga daya dibawah ini. S Q P Gambar 3.17 Segitiga daya Dari penggunaan prinsip segitiga daya tersebut, didapat hasil hitungan untuk menentukan kapasitas transformator. Yaitu dengan penjumlahan beban terpasang di gedung dibagi dengan perkiraan power factor dipanel induk tegangan rendah (LVDP) seperti berikut : P = S x Cos φ...(3.44) Dengan : S = Daya semu (volt ampere) Cos φ = Faktor daya yang diperkirakan terjadi P = Daya nyata (watt) Suplai tenaga listrik darurat (generator set). Sistem suplai tenaga listrik yang dapat beroperasi secara kontinu, harus dilengkapi dengan sumber cadangan tenaga dengan menggunakan generator set. Dengan demikian apabila sumber utama dari PLN mengalami pemadaman, maka sumber cadangan generator set dapat mengganti memasok untuk pendistribusian listrik pada gedung. Seperti pada gambar 3.18 untuk lebih jelas bagaimana bentuk generator set pada umumnya.

37 57 Gambar 3.18 Generator set Biasanya generator set difungsikan hanya sekitar 80% dari kapasitas daya yang terpasang digedung atau difungsikan untuk beban darurat. Karena diasumsikan pada saat PLN mati, generator set akan memberi cadangan sumber listrik yang paling diprioritaskan saja, seperti area publik, area service, area darurat seperti tangga kebakaran, & smoke area. Untuk menentukan kapasitas generator set dapat langsung dilihat dari jumlah beban yang ada dipanel unduk tegangan renadah (LVDP) atau dihitung dari beban emergency/darurat yang akan dipasang. Automatic Transfer Switch (ATS) Automatic Transfer Switch adalah inti dari sebuah sistem daya darurat, memberikan sebuah peralihan sumber daya listrik, antara utilitas dan generator darurat, atau antara tipe sumber daya yang lain dan beban fasilitas terkait. Ketika sumber daya normal gagal atau drop, transfer switch akan mendeteksi jumlah kehilangan sumber daya, dan mengirimkan sebuah sinyal ke generator dan kemudian terhubung dengan generator ke beban, ketika generator telah mencapai jumlah frekuensi dan voltasi yang sesuai.

38 58 Tipe automatic transfer switch : Automatic transfer switch dapat dikategorikan kedalam 2 jenis secara umum, diantaranya : - Open-Transition transfer devices : dimana membuka koneksi sumber daya sebelum memutus sumber daya yang baru, yang menyebabkan jumlah daya terinterupsi pada jangka waktu pendek. - Fast closed-transition transfer devices: dimana pengoperasiannya seperti saklar pemindahan peralihan terbuka ketika sumber daya drop atau gagal, dua sumber daya yang terparalel selama 100 milidetik atau kurang darinya, dan kemudian memutuskan ketika kedua sumber daya yang tersedia, maka total interupsi tegangan daya dapat dihindarkan. Untuk automatic transfer switch tipe open dengan kinerjanya yaitu, pada saklar ini memberikan sebuah tindakan pengalihan breakbefore-make. Secara spesifik didesain dalam pemindahan daya antara sebuah utilitas dan sistem daya dilokasi. Sebuah koneksi pada satu sumber yang dinyalakan sebelum koneksi ke sumber kedua dimatikan. Interlock mekanik yang mencegah interkoneksi pada sumber daya pada mode otomasi dan manual yang sering digunakan. Saklar digunakan di berbagai tipe aplikasi kelistrikan. Tipikal aplikasi peralatan ini, yang sering digunakan untuk bisnis skala kecil, seperti industri menengah dan gedung perkantoran yang dapat mentoleransi seubah interupsi selama sistem daya memindahkan kembali ke utilitas setelah penghentian. Pada gambar 3.19 dibawah adalah konfigurasi kinerja ATS open transition.

39 59 Gambar 3.19 Konfigurasi ATS open transition Untuk automatic transfer switch tipe fast closed dengan kinerja yaitu, memberikan sebuah tindakan pengalihan make-before-break dan mengutilisasi transisi tertutup sebuah parelelisasi sesaat dari kedua sumber (<100 milidetik) selama waktu pemindahan. Mekanisme saklar transisi tertutup lebih kompleks dan mahal daripada saklar transfer transisi terbuka. Secara umumnya, pada saat gangguan pasokan daya PLN ke beban yang disebabkan oleh beban yang tiba-tiba ada perubahan pada sumber daya, terjadi pemindahan beban dari sumber utama ke generator. Hal ini mencegah gangguan sementara. Saklar pemindahan transisi tertutup harus dilakukan pemindahan secara berurutan. Saklar transfer transisi terutup ini pengoperasiannya secara sinkronisasi, yang terdiri dari sebuah pengecekan sinkronisasi, untuk mendeteksi akan fase hubungan antara dua sumber daya yang hidup dan mengizinkan adanya interkoneksi antara sumber daya hanya ketika mereka sinkron. Sinkronisasi ini dikenal pasif dikarenakan tidak adanya kontrol langsung terhadap frekuensi generator. Melainkan ini bergantung pada perubahan beban atau perbedaan pada frekuensi sumber yang menginduksi kecocokan sudut fase dari sumber daya. Sebagaimana beban pada perubahan sistem, dan kecepatan perubahan genset, dua sumber daya tersebut akan tersinkornisasi. Pemindahan diukur berdasarkan waktu dan sinyal ketika sumber daya terhubung. Sumber tersebut tersinkronisasi secara singkat ketika generator

40 60 terintekoneksi dengan sumber utama. Secara paralel sebuah sumber daya terjadi pada waktu yang tetap (tidak lebih dari sepersepuluh detik). Durasi yang pendek dari paralelisasi membuat hal tersebut tidak diperlunya penambahan kontrol kompleks lagi dalam kontrol beban di generator saat terparalelisasi dengan jaringan utilitas. Pada gambar 3.20 dibawah adalah konfigurasi kinerja ATS closed transition. Gambar 3.20 Konfigurasi ATS closed transition Lalu dibawah ini adalah sebuah kurva perbandingan yang menunjukan kinerja ATS open type dan ATS fast closed type. Gambar 3.21 Kurva kinerja ATS open type dan ATS fast closed type.

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 3.1 TAHAP PERANCANGAN DISTRIBUSI KELISTRIKAN Tahapan dalam perancangan sistem distribusi kelistrikan di bangunan bertingkat

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda 25 BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA 3.1 Pengertian Faktor Daya Listrik Faktor daya (Cos φ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara daya aktif (watt) dan daya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. melakukan kerja atau usaha. Daya memiliki satuan Watt, yang merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. melakukan kerja atau usaha. Daya memiliki satuan Watt, yang merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Daya Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan kerja atau

Lebih terperinci

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive) 15 BAB III CAPACITOR BANK 3.1 Panel Capacitor Bank Dalam sistem listrik arus AC/Arus Bolak Balik ada tiga jenis daya yang dikenal, khususnya untuk beban yang memiliki impedansi (Z), yaitu: Daya Semu (S,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB V PERHTUNGAN DAN ANALSA 4.1 Sistem nstalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Dinas Teknis Kuningan menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai listrik berasal dari PLN.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 57 BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 4.1. Sistem Instalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Talavera Suite menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini akan diuraikan tentang teori dan kajian pustaka instalasi penerangan dan hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan instalasi penerangan gedung,

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB III KEBUTUHAN GENSET BAB III KEBUTUHAN GENSET 3.1 SUMBER DAYA LISTRIK Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini maka direncanakan sumber daya listrik dari : A. Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) B.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

METODE PERBAIKAN FAKTOR DAYA MENGGUNAKAN KAPASITOR BANK UNTUK MENGURANGI DAYA REAKTIF UNTUK PENINGKATAN KUALITAS DAYA LISTRIK PADA INDUSTRI

METODE PERBAIKAN FAKTOR DAYA MENGGUNAKAN KAPASITOR BANK UNTUK MENGURANGI DAYA REAKTIF UNTUK PENINGKATAN KUALITAS DAYA LISTRIK PADA INDUSTRI METODE PERBAIKAN FAKTOR DAYA MENGGUNAKAN KAPASITOR BANK UNTUK MENGURANGI DAYA REAKTIF UNTUK PENINGKATAN KUALITAS DAYA LISTRIK PADA INDUSTRI M. Khairil Anwar - 23211007 email : anwardz12@gmail.com Sekolah

Lebih terperinci

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN Distribusi Tenaga Listrik Ahmad Afif Fahmi 2209 100 130 2011 REGULASI TEGANGAN Dalam Penyediaan

Lebih terperinci

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan Setiap ruang pada bangunan rumah, kantor, apartement, gudang, pabrik, dan lainnya, membutuhkan penerangan. Baik penerangan / pencahayaan alami (pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Daya Listrik Peningkatan terhadap kebutuhan dan konsumsi energi listrik yang baik dari segi kualitas dan kuantitas menjadi salah satu alasan mengapa perusahaan utilitas

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN 4.1 Hasil 4.1.1 Proses Perancangan Instalasi Penerangan Perancangan instalasi penerangan di awali dengan pemilian tipe lampu, penetapan titik lampu, penentuan

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR M. Hariansyah 1, Joni Setiawan 2 1 Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT

RANCANG BANGUN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT RANCANG BANGUN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT BUILD DESIGN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT Tri Agus Budiyanto (091321063) Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Bandung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Daya 2.1.1 Pengertian Daya Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 4.1 Hasil 4.1.1 Proses Perancangan Diagram Satu Garis Sistem Distribusi Tenaga Listrik Pada Hotel Bonero Living Quarter Jawa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN

BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN 4.1 ANALISA SISTEM DISTRIBUSI Dalam menghitung arus yang dibutuhkan untuk alat penghubung dan pembagi sumber utama dan sumber tambahan dalam

Lebih terperinci

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV Oleh Endi Sopyandi Dasar Teori Dalam penyaluran daya listrik banyak digunakan transformator berkapasitas besar dan juga bertegangantinggi. Dengan transformator tegangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian 3.1.1. Metode Observasi Metode observasi dimasudkan untuk mengadakan pengamatan terhadap subyek yang akan diteliti, yaitu tentang perencanaan sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Daya Aktif, Daya Reaktif & Daya Semu Daya aktif (P) adalah daya beban listrik yang terpasang pada jaringan distribusi termasuk rugi-rugi yang ditimbulkan oleh kabel, trafo dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi daya Beban yang mendapat suplai daya dari PLN dengan tegangan 20 kv, 50 Hz yang diturunkan melalui tranformator dengan kapasitas 250 kva, 50 Hz yang didistribusikan

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT

BAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT BAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT 4.1. Perancangan Instalasi dan Jenis Koneksi (IEEE std 18-1992 Standard of shunt power capacitors & IEEE 1036-1992 Guide for Application

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik Generator Transformator Pemutus Tenaga Distribusi sekunder Distribusi Primer 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Secara garis besar, suatu sistem tenaga listrik yang lengkap

Lebih terperinci

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF BAB III PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF 3.1. Perancangan Perbaikan Faktor Daya ( Power Factor Correction ) Seperti diuraikan pada bab terdahulu, Faktor

Lebih terperinci

DAYA LISTRIK ARUS BOLAK BALIK

DAYA LISTRIK ARUS BOLAK BALIK DAYA LISTRIK ARUS BOLAK BALIK DASAR TEORI Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energi listrik dalam rangkaian listrik. Satuan SI daya listrik adalah watt. Arus listrik yang mengalir dalam rangkaian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Pada dasarnya penggunaan energi listrik di industri dibagi menjadi dua pemakaian yaitu pemakaian langsung untuk proses produksi dan pemakaian untuk penunjang proses produksi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN DESAIN SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK

BAB III METODOLOGI DAN DESAIN SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK BAB III METODOLOGI DAN DESAIN SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK 3.1 METODOLOGI DAN DESAIN SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK Perancangan distribusi energi listrik adalah dengan menetapkan dan menggambarkan diagram satu

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dari teknik perancangan yang

BAB IV IMPLEMENTASI. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dari teknik perancangan yang BAB IV IMPLEMENTASI Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dari teknik perancangan yang telah dijabarkan pada bab III yaitu perancangan sistem ATS dan AMF di PT. JEFTA PRAKARSA PRATAMA dengan mengambil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Gedung Keuangan Negara Yogyakarta merupakan lembaga keuangan dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat serta penyelenggaraan

Lebih terperinci

1.KONSEP SEGITIGA DAYA

1.KONSEP SEGITIGA DAYA Daya Aktif, Daya Reaktif dan Dan Pasif 1.KONSEP SEGITIGA DAYA Telah dipahami dan dianalisa tentang teori daya listrik pada arus bolak-balik, bahwa disipasi daya pada beban reaktif (induktor dan kapasitor)

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

TEORI LISTRIK TERAPAN

TEORI LISTRIK TERAPAN TEORI LISTRIK TERAPAN 1. RUGI TEGANGAN 1.1. PENDAHULUAN Kerugian tegangan atau susut tegangan dalam saluran tenaga listrik adalah berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban, berbanding terbalik

Lebih terperinci

SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk

SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk 1 Oleh: Dedy Syah Putra 1, Ghiri Basuki Putra, S. T., M. T 2 2 Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI TUGAS AKHIR ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI Oleh Senando Rangga Pitoy NIM : 12 023 030 Dosen Pembimbing Deitje Pongoh, ST. M.pd NIP. 19641216 199103 2 001 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Genset Diesel kva. Sub Distribution Panel = Panel utama distribusi listrik suatu zona tertentu, kapasitasdalam ampere.

Genset Diesel kva. Sub Distribution Panel = Panel utama distribusi listrik suatu zona tertentu, kapasitasdalam ampere. LVMDP / PUTR Low Voltage Main Distribution Panel / Panel Utama Tegangan Rendah = Pemutus sirkit utama tegangan rendah, kapasitas dalam ampere. Trafo Transformator step down dari tegangan menengah ke tegangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1]. BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui gandengan

Lebih terperinci

BAB III TAPPING DAN TAP CHANGER 3.1 Penentuan Jumlah Tap Pusat-pusat pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pusat beban, hal ini mengakibatkan kerugian yang cukup besar dalam penyaluran daya listrik.

Lebih terperinci

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Generator Sinkron Ahmad Qurthobi, MT. Teknik Fisika Telkom University Ahmad Qurthobi, MT. (Teknik Fisika Telkom University) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) 1 / 35 Outline 1

Lebih terperinci

Tarif dan Koreksi Faktor Daya

Tarif dan Koreksi Faktor Daya Tarif dan Koreksi Faktor Daya Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta HP: 0812 274 5354 giriwiyono @uny.ac.id Tujuan: Mahasiswa dapat: 1.

Lebih terperinci

Bahan Ajar Ke 1 Mata Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik. Diagram Satu Garis

Bahan Ajar Ke 1 Mata Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik. Diagram Satu Garis 24 Diagram Satu Garis Dengan mengasumsikan bahwa sistem tiga fasa dalam keadaan seimbang, penyelesaian rangkaian dapat dikerjakan dengan menggunakan rangkaian 1 fasa dengan sebuah jalur netral sebagai

Lebih terperinci

STUDI ANALISA PEMASANGAN KAPASITOR PADA JARINGAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV TERHADAP DROP TEGANGAN (APLIKASI PADA FEEDER 7 PINANG GI MUARO BUNGO)

STUDI ANALISA PEMASANGAN KAPASITOR PADA JARINGAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV TERHADAP DROP TEGANGAN (APLIKASI PADA FEEDER 7 PINANG GI MUARO BUNGO) STUDI ANALISA PEMASANGAN KAPASITOR PADA JARINGAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV TERHADAP DROP TEGANGAN (APLIKASI PADA FEEDER 7 PINANG GI MUARO BUNGO) Oleh : Sepanur Bandri 1 dan Topan Danial 2 1) Dosen

Lebih terperinci

STUDI PERKIRAAN SUSUT TEKNIS DAN ALTERNATIF PERBAIKAN PADA PENYULANG KAYOMAN GARDU INDUK SUKOREJO

STUDI PERKIRAAN SUSUT TEKNIS DAN ALTERNATIF PERBAIKAN PADA PENYULANG KAYOMAN GARDU INDUK SUKOREJO STUDI PERKIRAAN SUSUT TEKNIS DAN ALTERNATIF PERBAIKAN PADA PENYULANG KAYOMAN GARDU INDUK SUKOREJO Primanda Arief Yuntyansyah 1, Ir. Unggul Wibawa, M.Sc., Ir. Teguh Utomo, MT. 3 1 Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. BAB II TRANSFORMATOR II.1 Umum Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan energi listrik atau memindahkan dan mengubah energi listrik bolakbalik dari satu level ke level

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA)

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA) BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA) 4.1 Pola Penggunaan Energi Daya listrik yang dipasok oleh PT PLN (Persero) ke Gedung AUTO 2000 Cabang

Lebih terperinci

BAB II DISTRIBUSI ENERGI LISTRIK

BAB II DISTRIBUSI ENERGI LISTRIK BAB II DISTRIBUSI ENERGI LISTRIK 2.1 GEDUNG PENCAKAR LANGIT (SKYSCRAPER BUILDING)) Perkembangan kepadatan penduduk di suatu tempat memang memerlukan banyak tempat untuk beraktifitas. Dan secara logika

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Sistem distribusi tenaga listrik di gedung Fakultas Teknik UMY masuk pada sistem distribusi tegangan menengah, oleh karenanya sistim distribusinya menggunakan

Lebih terperinci

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem terpadu yang terbentuk oleh hubungan-hubungan peralatan dan komponen - komponen listrik, seperti generator,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah saluran listrik beserta gawai maupun peralatan yang terpasang baik di dalam maupun diluar bangunan untuk menyalurkan arus

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Pada dasarnya, definisi dari sebuah sistem tenaga listrik mencakup tiga bagian penting, yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi, seperti dapat terlihat

Lebih terperinci

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) 3 4.1 Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon Untuk menjalankan operasi produksi pada PT. Krakatau Steel

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya Pada desain fasilitas penunjang Bandara Internasional Kualanamu adanya tuntutan agar keandalan sistem tinggi, sehingga kecuali

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses Penyaluran Tenaga Listrik Gambar 2.1. Proses Tenaga Listrik Energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, gas, panas

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik

Gambar 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik 30%. 1 Alat penghemat daya listrik bekerja dengan cara memperbaiki faktor daya Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik Alat penghemat daya listrik adalah suatu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Adapun tampilan Program ETAP Power Station sebagaimana tampak ada gambar berikut:

PENDAHULUAN. Adapun tampilan Program ETAP Power Station sebagaimana tampak ada gambar berikut: PENDAHULUAN Dalam perancangan dan analisis sebuah sistem tenaga listrik, sebuah software aplikasi sangat dibutuhkan untuk merepresentasikan kondisi real.hal ini dikarenakan sulitnya meng-uji coba suatu

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA 32 BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA 4.1 Deskripsi Perancangan Dalam perancangan ini, penulis akan merancang genset dengan penentuan daya genset berdasar beban maksimum yang terukur pada jam 14.00-16.00 WIB

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI DAN PENGUKURAN LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS INDONESIA MODUL I [ ] 2012 PENGUKURAN ARUS, TEGANGAN, DAN DAYA LISTRIK

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR 7 BAB II TRANSFORMATOR 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan dan mengubah tegangan dan arus bolak-balik dari suatu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian

Lebih terperinci

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan pemasangan instalasi listrik secara seri, paralel, seri-paralel, star, dan delta. Mahasiswa mampu menganalisis rangkaian

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci

BAB III KRITERIA PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

BAB III KRITERIA PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 36 BAB III KRITERIA PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 3.1.Pendahuluan Sebagai gambaran untuk sistem listrik, proyek ini direncanakan dengan sistem yang mampu mengatasi segala kemungkinan terputusnya

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV 2.1. UMUM Gardu Induk adalah suatu instalasi tempat peralatan peralatan listrik saling berhubungan antara peralatan yang satu dengan peralatan

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat BAB II TRANSFORMATOR 2.1 UMUM Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkain listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya BAB IV ANALISA DATA Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya Genset di setiap area pada Project Ciputra World 1 Jakarta, maka dapat digunakan untuk menentukan parameter setting

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Blok Diagram dan Alur Rangkaian Blok diagram dan alur rangkaian ini digunakan untuk membantu menerangkan proses penyuplaian tegangan maupun arus dari sumber input PLN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEOR. Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan dapat mengakibatkan kerusakan yang cukup besar pada sistem tenaga listrik. Banyak sekali studi, pengembangan alat dan desain sistem perlindungan

Lebih terperinci

Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik

Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik Rita Prasetyowati Jurusan Pendidikan Fisika-FMIPA UNY ABSTRAK Masyarakat luas mengenal alat penghemat listrik sebagai alat yang dapat menghemat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pembahasan Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : 1. Study literature, yaitu penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media, pakar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi merupakan sistem pengaman yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga transmisi tenaga listrik dan generator listrik.

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya. BAB II TRANSFORMATOR II.. Umum Transformator merupakan komponen yang sangat penting peranannya dalam sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik elektromagnetis statis yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGOLAHAN DATA

BAB III METODE PENGOLAHAN DATA BAB III METODE PENGOLAHAN DATA 3.1 Pengumpulan Data Salah satu kegiatan studi kelayakan penggunaan dan penghematan energi listrik yang paling besar dan paling penting adalah pengumpulan data dan data yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik 1 Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan gedung bertingkat yang dipusatkan pada kawasan sentra bisnis dalam kota-kota besar cukup signifikan. Pada gedung sarana umum yang dilengkapi

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN

BAB III KONSEP PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN 26 BAB KONSEP PERHTUNGAN JATUH TEGANGAN studi kasus: Berikut ini proses perencanan yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan Mulai Pengumpulan data : 1. Spesifikasi Transformator 2. Spesifikasi Penyulang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sumber daya besar tersebut terletak pada daerah yang dilayani oleh sistem distribusi atau dapat juga terletak didekatnya. Sistem distribusi adalah semua

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA 4.1. Sistem Kelistrikan Dalam mengevaluasi kelistrikan yang ada di gedung PT Sambuja Lestari di jalan Pluit Raya, Jakarta Utara hal yang harus diperhitungkan adalah jumlah

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

BAB IV JATUH TEGANGAN PADA PANEL DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB IV JATUH TEGANGAN PADA PANEL DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB IV JATUH TEGANGAN PADA PANEL DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 4.1. Sistem Distribusi Listrik Dalam sistem distribusi listrik gedung Emporium Pluit Mall bersumber dari PT.PLN (Persero) distribusi DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB II AUDIT DAN MANAJEMEN ENERGI LISTRIK

BAB II AUDIT DAN MANAJEMEN ENERGI LISTRIK BAB II AUDIT DAN MANAJEMEN ENERGI LISTRIK 2.1. KONSUMSI ENERGI PADA BANGUNAN BERTINGKAT Peningkatan jumlah konsumsi energi oleh bangunan bertingkat seperti gedung perbelanjaan, perkantoran, rumah sakit,

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN CAPACITOR BANK BESERTA IMPLEMENTASINYA UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA LISTRIK DI POLITEKNIK KOTA MALANG

ANALISIS KEBUTUHAN CAPACITOR BANK BESERTA IMPLEMENTASINYA UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA LISTRIK DI POLITEKNIK KOTA MALANG M. Fahmi Hakim, Analisis Kebutuhan Capacitor Bank, Hal 105-118 ANALISIS KEBUTUHAN CAPACITOR BANK BESERTA IMPLEMENTASINYA UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA LISTRIK DI POLITEKNIK KOTA MALANG Muhammad Fahmi Hakim

Lebih terperinci