4.2.4 Pintu. Gambar Grafik Pembilasan Sedimen Camp Untuk Aliran Turbulen (Camp, 1945) BAB IV KRITERIA PERENCANAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4.2.4 Pintu. Gambar Grafik Pembilasan Sedimen Camp Untuk Aliran Turbulen (Camp, 1945) BAB IV KRITERIA PERENCANAAN"

Transkripsi

1 Gambar Grafik Pembilasan Sedimen Camp Untuk Aliran Turbulen (Camp, 1945) Pintu diujung pembilas bawah akan tetap terbuka selama aliran air rendah pada musim kemarau, pintu pembilas ditutup agar air tidak mengalir. Untuk membilas kandungan sedimen dan agar pintu tidak tersumbat, pintu tersebut akan dibuka setiap hari selama 1 jam. Lebar bersih bangunan pembilas (B sc ) adalah 0,6 x lebar total pengambilan. Ada beberapa macam pintu bilas yang bisa digunakan : Satu pintu tanpa pelimpah Dua pintu biasanya dengan pelimpah Pintu radial dengan katup agar dapat membilas benda-benda terapung Pintu Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan pintu: berbagai beban yang bekerja pada pintu alat pengangkat tenaga mesin tenaga manusia kedap air dan sekat bahan bangunan a. Pembebanan pintu Pada pintu sorong tekanan air diteruskan ke sponeng fan pada pintu radial ke bantalan pusat. Pintu sorong kayu direncana sedemikian rupa, sehingga masing-

2 masing balok kayu mampu menahan beban dan meneruskan ke sponeng; untuk pintu sorong baja, gaya tersebut harus dibawa oleh balok. Lihat gambar Gambar Gaya-gaya yang bekerja pada pintu b. Alat penqanqkat Alat pengangkat dengan stang biasanya untuk pintu-pintu lebih kecil. untuk pintupintu yang dapat menutup sendiri, karena digunakan rantai berat sendiri atau kabel baiu Pcuc_inguri imgai. remiiir,.c7n Te,n,ngn ma,,,ulsia aiau mesin bergantung pada waktu ekspioitasi, mudah/tidaknya eksploitasi pertimbanganperfimbangan ekonomis. c. Kedap air Umumnya pintu sorong memperoleh kekedapannya dari pelat perunggu yang dipasang untuk mengurangi gesekan. Jika pintu sorong harus dibuat kedap sama sekali, maka sekat atasnya juga kayu atau karet. Pintu sorong dan radial dari baja menggunakan sekat karet tipe modern seperti ditunjukkan pada gambar Gambar Sekat air dari karet untuk bagian samping (A), dasar (B) dan atas (C) pada pintu baja.

3 a. Bahan bangunan Pintu yang dipakai untuk pengambilan dan pembilas dibuat dari kayu dengan kerangka (mounting) baja, atau dibuat dari pelat baja yang diperkuat dengan gelegar baja. Pelat-pelat perunggu dipasang pada pintu untuk mengurangi gesekan diantara pintu dengan sponengnya. Pintu berukuran kecil jarang memerlukan rol. 1. Pintu pengambilan Biasanya pintu pengarnbilan adalah pintu sorong kayu sederhana. Bila di daerah yang bersanakutan horga kaym -,ahal, maka dapat dipakai baja. Gambar 4. 1 Tipe-tipe pinfu pengambilan; pintu sorong kayu dan baja 2. Pintu bilas Ada bermacam-macam pintu bilas yang bisa digunakan, yakni : satu piniu tanpa pelimpah (bagian depan terfutup lihat Gambar 4.19 a). satu pintu tanpa pelimpah (bagian depan tertutup iihat Gambar 4.19 b). dua pintu, biasanya hanya dengan pelimpah (lihat Gambar 4.19 c). pintu radial dengan katup agar dapat membilas benda-benda terapung Gambar 4.19 d).

4 Gambar 4. 2 Tipe-tipe pintu pembilas Apabila selama banjir aliran air akan lewat di atas pintu, maka bagian atas pintu harus direncana sedemikian rupa, sehingga tidak ada getaran dan tirai luapannya harus diaerasi secukupnya (lihat Gambar 4.20). Gambar 4. 3 Gerasi pintu sorong yang terendam Saluran Penghantar Walaupun telah ada usaha untuk merencanakan sebuah bangunan pengambilan dan pengelak sedimen yang dapat mencegah masuknya sedimen ke dalam saluran penghantar, namun masih ada banyak partikel-partikel halus yang masuk ke saluran tersebut. Untuk mencegah agar sedimen ini tidak mengendap di saluran, bagian awal dari saluran persis di belakang pengambilan direncanakan untuk berfungsi sebagai desand.

5 Desand ini merupakan pembesaran potongan melintang saluran sampai panjang tertentu untuk mengurangi kecepatan aliran dan memberi kesempatan kepada sedimen untuk mengendap. Untuk menampung endapan sedimen ini, dasar bagian saluran tersebut diperdalam atau diperlebar. Tampungan ini dibersihkan tiap jangka waktu tertentu (kurang lebih sekali seminggu atau setengah bulan) dengan cara membilas sedimennya kembali ke sungai dengan panjang desand tersebut bergantung kepada : - diameter sedimen yang akan mengendap. - topografi. - kemungkinan dilakukannya pembilasan. Pengambilan keputusan untuk merencanakan dan membuat desand pada ekonomis. Pertimbangan tersebut akan mencakup semua faktor yang akan mempengaruhi biaya dan kemudian eksploitasi jaringan itu. Perencanaan kantong lumpur yang memadai bergantung kepada tersedianya data data mengenai sedimen di sungai. Adapun data-data yang diperlukan adalah : - Pembagian butir. - Penyebaran ke arah vertikal. - Sedimen layang. - Sedimen dasar. - Volume Jika tidak ada data yang tersedia, ada beberapa harga praktis yang bisa dipakai untuk bangunan utama berukuran kecil, dalam hal ini volume bahan layang yang harus diendapkan, diandalkan 0,5 0/00 (per mil) dari volume air yang mengalir melalui kantong. Ukuran butir yang harus diendapkan bergantung kepada kapasitas angkutan sedimen di jaringan saluran selebihnya. Dianjurkan bahwa sebagian besar (60-70 %) dari pasir halus terendapkan. a. Kondisi-kondisi batas a1. Bangunan penqambilan Yang pertama kali mencegah masuknya sedimen ke dalam saluran penghantar adalah bangunan pengambilan dan pembilas, dan oleh karena itu banguan pengambilan yang direncanakan dengan baik dapat mengurangi biaya pembuatan desand yang mahal. a2. Saluran

6 Jaringan saluran direncana untuk membuat kapasitas angkutan sedimen konstan atau makin bertambah di arah hilir. Dengan kata lain; sedimen yang memasuki jaringan saluran akan diangkut lewat jaringan tersebut ke kolam penenang. Dalam kaitan dengan perencanaan desand, ini berarti bahwa kapasitas angkutan sedimen pada bagian awal dari saluran penting artinya untuk ukuran partikel yang akan diendapkan. Biasanya ukuran partikel ini diambil 0,5 mm guna memperkecil kemiringan saluran penghantar. a3. Topografi Keadaan topografi tepi sungai maupun kemiringan sungai itu sendiri akan sangat berpengaruh terhadap kelayakan ekonomi pembuatan desand. Desand dan bangunan-bangunan pelengkapnya memerlukan banyak ruang, yang tidak selalu tersedia. Oleh sebab itu, kemungkinan pemampatannya harus ikut dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi bangunan utama. Kemiringan sungai harus cukup curam untuk menciptakan kehilangan tinggi energi yang diperlukan untuk pembilasan di sepanjang desand. Tinggi energi dapat diciptakan dengan cara menambah elevasi mercu, tapi hal ini juga jelas akan memperbesar biaya pembuatan bangunan. a.4. Dimensi Desand Pada Gambar 4.22 diberikan tipe tata letak desand sebagai bagian dari bangunan utama. Gambar 4. 4 Tipe tata letak desand

7 "Panjang dan leher desand" Dimensi-dimensi L(panjang) dan B(lebar) desand dapat diturunkan dari Gambar Partikel yang masuk kekolam pada A, dengan kecepatan endap partikel w dan kecepatan air v harus mencapai dasar pada C ini berakibat bahwa, partikel selama waklu (H/w) yang diperlukan ujntuk mencapai dasar, akan berjalan (berpindah) secara horisontal sepanjang jarak L dalam waktu L/v. Jadi : Gambar 4. 5 Skema.Desand H L Q =, dengan V = W V HB dimana : H = kedalaman aliran saluran, m. W = kecepatan endapan partikel sedimen, m/dt. L = panjang desand. v = kecepatan aliran air, m/dt. Q = debit saluran, m 3 /dt. B = lebar kantong lumpur, m. ini menghasilkan : LB = Q/W Karena sangat sederhana, rumus ini dapat dipakai untuk membuat perkiraan awal dimensi-dimensi tersebut. Untuk perencanaan yang lebih detail, harus dipakai faktor koreksi guna menyelaraskan faktor-faktor yang mengganggu, seperti : - turbulensi air. - pengendapan yang terhalang. bahan layang sangat banyak. Velikanov menganjurkan faktor-faktor koreksi dalam rumus berikut :

8 dimana : L = panjang kantong lumpur, m. B = lebar kantong lumpur, m. Q = debit saluran, m 3 /dt. W = kecepatan endap partikel sedimen, m/dt. ). λ = koefisien pembagian/distribusi Gauss λ adalah fungsi D/T, dimana D = jumlah sedimen yang diendapkan dan T = jumlah sedimen yang diangkut. λ = 0 untuk D/T = 0,5; λ = 1,2 uniuk D/T = 0,95 dan λ = 1,55 untuk D/T = 0,98. v = kecepatan rata-rata aliran, m/dt. H = kedalaman aliran air di saluran, m. Dimensi kantong sebaiknya juga sesuai dengan kaidah bahwa L/B > 8 untuk mencegah agar aliran tidak "meander" di dalam kantong Apabila topografi tidak memungkinkan diturutinya kaidah ini, maka kantong harus dibagi-bagi kearah memanjang dengan dinding-dinding pemisah (devider wall) untuk mencapai perbandingan antara L dan B ini. Dalam rumus-rumus ini, penentuan kecepatan endap amat penting karena sangat berpengaruh terhadap dimensi desand. Ada dua metode yang bisa dipakai untuk menentukan kecepatan endap, yakni : (1) Pengukuran di tempat. (2) Dengan rumus / Grafik. (1) Pengukuran kecepatan endap terhadap contoh-contoh yang diambil dari sungai adalah metode yang paling akurat jika dilaksanakan oleh tenaga berpengalaman. Metode ini dijelaskan dalam "Konstruksi Cara-cara untuk Mengurangi Angkutan Sedimen yang Akan Masuk ke Intake dan Saluran" (DPMA, 1981). Dalam metode ini dilakukan analisis tabung pengendap (setlling tube) terhadap contoh air yang diambil dari lapangan. (2) Dalam metode kedua, digunakan grafik Shields untuk kecepatan endap bagi partikel - partikel individual (discrate particels) dalam air yang tenang. Rumus Veliykanov menggunakan faktor koreksi guna mengkompensasi penggunaan harga - harga kecepatan endap ini.

9 Faktor-faktor lain yang akan dipertimbangkan dalam pemilihan dimensi desand adalah : (1) kecepatan aliran dalam desand hendaknya cukup rendah, sehingga partikel yang telah mengendap tidak menghambur lagi. (2) turbulensi yang mengganggu proses pengendapan harus dicegah. (3) kecepatan hendaknya tersebar secara merata di seluruh potongan melintang, sehingga sedimentasi juga dapat tersebar merata. (4) kecepatan aliran tidak boleh kurang dari 0,30 m/dt, guna mencegah tumbuhnya vegetasi. (5) peralihan/transisi dari pengambilan ke kantong dan dari kantong ke saluran primer harus mulus, tidak menimbulkan turbulensi atau pusaran. b. Volume tampungan Tampungan sedimen di luar (dibawah) potongan melintang air bebas dapat mempunyai beberapa macam bentuk. Volume tampungan bergantung kepada banyaknya sedimen (sedimen dasar maupun sedimen layang) yang akan diendapkan hingga tiba saat pembilasan. c. Pencekan terhadap berfungsinya Desand Perencanaan desand hendaknya mencakup cek terhadap efisiensi pembilasan. c1. Efisiensi Pengendapan. Untuk mencek efisiensi desand, dapat dipakai grafik pembuangan sedimen dari Camp. Grafik pada Gambar 4.28 memberikan efisiensi sebagai fungsi dari dua parameter. Kedua parameter itu adalah W/Wa dan W/Vo. dimana : W = kecepatan endap partikel-partikel) yang ukurannya di luar ukuran partikel yang direncana, m/dt. W o = kecepatan endap rencana, m/dt. V o = kecepatan rata-rata aliran dalam desand, m/dt. Dengan menggunakan grafik Camp., efisiensi proses pengendapan untuk partikel partikel dengan kecepatan endap yang berbeda-beda dari kecepatan endap partikel rencana, dapat dicek.

10 Suspensi sedimen dapat dicek dengan menggunakan kriteria Shinohara tsubaki. Bahan tetap berada dalam suspensi penuh jika : V * 5 > W 3 dimana : v' = kecepatan geser = (g h I) 0.5, m/dt. g = percepatan gravitasi, m/dt 2 ( 9,8) h = kedalaman air, m. l = kemiringan energi. w = kecepatann endap sedimen, m/dt. Efisiensi pengendapan sebaiknya dicek untuk dua keadaan yang berbeda : - untuk kantong kosong. - untuk kantong penuh. Untuk kontong kosong, kecepatan minimum harus di cek. Kecepatan ini boleh terlalu kecil yang memungkinkan tumbuhnya vegetasi atau mengendapnya partikel-partikel lempung. Menurut Vlugter, untuk : V > W/1,6 l dimana : v = kecepatan rata-rata, m/dt. w = kecepatan endap sedimen, m/dt. l = kemiringan energi. Semua bahan dengan kecepatan endap w akan berada dalam suspensi pada sembarang konsentrasi.

11 Gambar 4. 6 Grafik Pembuangan sedimen Camp untuk saluran turbulensi (Camp. 1945) Apabila kantong penuh, maka sebaiknya di cek apakah pengendapan masih efektif dan apakah bahan yang sudah mengendap tidak akan menghambur lagi. Yang pertama dapat di cek dengan menggunakan grafik Camp, dan yang kedua dengan grafik Shields. c2. Efisiensi Pembilasan Efisiensi pembilasan bergantung kepada terbentuknya gaya geser yang memadai pada permukaan sedimen yang telah mengendap dan pada kecepatan yang cukup menjaga agar bahan tetap dalam keadaan suspensi sesudah itu. Gaya geser dapat di cek dengan grafik Shield dan kriteria suspensi dari Shinohara/Tsubaki. d. Tata Letak Desand, Pembilas dan Pengambilan di Saluran Primer. d 1. Tata Letak. Tata letak desand, saluran pembilas dan saluran primer dapat dilihat pada Gambar Pembilas terletak di samping kantong. Agar pembilasan berlangsung mulus, perlu dibuat dinding pengarah rendah yang mercunya sama dengan tinggi maksimum sedimen dalam kantong.

12 Gambar 4. 7 Tata letak desand dengan saluran primer berada pada trase yang sama dengan kantong. Kadang-kadang karena keadaan topografi, desand dibuat jauh dari pengambilan. Kedua bangunan tersebut akan dihubungkan dengan saluran pengarah (feeder canal). Kecepatan aliran dalam saluran pengarah harus cukup memadai agar dapat mengangkut semua traksi sedimen yang masuk ke jaringan saluran pada lokasi pengambilan ke desand. Di mulut desand kecepatan aliran harus banyak dikurangi dan dibagi secara merata di seluruh lebar kantong. Oleh karena itu peralihan/transisi antara saluran pengarah dan desand hendaknya direncana dengan seksama menggunakan dinding pengarah dan alat-alat distribusi aliran lainnya. d2. Pembilas. Dianjurkan agar aliran pada pembilas direncana sebagai aliran bebas selama pembilasan berlangsung. Dengan demikian pembilasan tidak akan terpengaruh oleh tinggi muka air di hilir pembilas. Kriteria utama dalam perencanaan bangunan adalah bahwa operasi dari lubang pembilas dan bahwa kecepatan untuk pembilasan akan tetap di jaga. Dianjurkan untuk membuat bangunan pembilas lurus dengan desand. Agar aliran melalui pembilas bisa mulus, lebar total lubang pembilas termasuk pilar dibuat sama dengan lebar rata-rata desand. Pintu bangunan pembilas harus kedap air dan mampu menahan tekanan air dari kedua sisi. Pintu-pintu itu dibuat dengan bagian depan tertutup.

13 d3. Pengambilan Saluran Pengambilan dari desand ke saluran primer digabung menjadi satu bangunan dengan pembilas agar seluruh panjang desand dapat dimanfaatkan agar supaya air tidak mengalir kembali Ke saluran primer selama pembilasan, pengambilan harus ditutup (dengan pintu) atau ambang dibuat cukup tinggi agar air tidak mengalir kembali. Gambar 4. 8 Saluran Pengarah d4. Saluran Pembilas Selama pembilasan, air yang penuh dengan sedimen dialirkan kembali ke sungai asal, atau sungai yang sama terjadi di hilir bangunan utama, sungai lain atau ke cekungan. Kecepatan dalam saluran pembilas akan berkisar antara 1 sampai 1,5 m/dt. Untuk perencanaan potongan memanjang saluran, diperlukan kurve muka air debit sungai pada aliran keluar dan bagan frekuensi terjadinya muka air tinggi di tempat itu. Lebih disukai jika saluran pembilas dihubungkan langsung dengan dasar sungai. Bila sungai sangat dalam pada aliran keluar, maka pembuatan salah satu dari kemungkinan - kemungkinan berikut hendaknya dipertimbangkan : - bangunan terjun dengan kolam olak dekat sungai. - got miring di sepanjang saluran.

14 - bangunan terjun dengan kolam olak Dengan kedalaman yang cukup, tepat dihilir bangunan pembilas. Saluran Saluran ini berfungsi menyalurkan air dari desand ke kolam penenang. Bantuan trase dan jenis saluran didasarkan kepada keadaan topografi, geologi setempat, aspek teknis dan kemudahan konstruksi, dengan mempertimbangkan; kemudahan pelaksanaan dan pemeliharaan biaya yang murah, dan kehilangan energi yang kecil. Beberapa tipe saluran yang biasa digunakan antara lain, saluran terbuka, saluran tertutup, atau terowongan. Bahan tersebut dari : pasangan batu, beton bertulang dan sebagainya. dimana : Q = debit perencanaan (m3/dt) A = luas penampang basah (m2) V = kecepatan (m/dt) Kemiringan saluran terbuka dinyatakan oleh persamaan strickler : dimana : I = kemiringan saluran V = kecepatan (m/dt) k = koefisien kekasaran strickler R = jari-jari hidrolis Beda elevasi muka air antara hulu dan hilir dinyatakan : hf = I x L dimana : hf = kehilangan tekanan akibat gesekan (m) I = kemiringan saluran

15 L = panjang saluran (m) Tinggi jagaan ditentukan berdasarkun efek gelombang rambatan pengoperasian turbin dan pintu. Ada dua kemungkinan gelombang rambatan yaitu gelombang rambatan positif dan negatif. Gelombang rambatan ini biasanya timbul karena kecepatan V 2 menjadi nol pada saat pintu di tutup tiba-tiba dan atau pengurangan debit akibat pengoperasian turbin. Tinggi jagaan ditentukan berdasarkan gelombang rambatan pada kondisi : - Pintu tertutup tiba-tiba, Vz diasumsikan = 0 - Volume air dihulu direduksi dengan 1/3 bagian - Volume air dihulu direduksi dengan 2/3 bagian Minimum tinggi jagaan dapat dilihat pada tabel dibawah : Tabel 4. 1 Tinggi Jagaan (Free Board) Jari-jari minimum tikungan saluran untuk saluran pasangan batu adalah : - Q< lom3/dt =>R 3h - Q < lom3/dt =>R 3h Sedangkan untuk saluran dari tanah jari-jari minimumnya adalah R 8 h Kolam Penenang Kolam penenang terletak setelah saluran penghantar dan sebelum mulut pipa pesat dengan fungsi antara lain : - menetralkan tekanan air pada Saluran. - mengurangi kecepatan aliran dan menyerapkan energi listrik - berfungsi sebagai reservoir bila turbin dijalankan, dimana menurut inlet harus tetap terendam dan harus dihindarkan terjadinya vortex. Komponen-komponen dari kolam penenang adalah : - kolam penenang

16 - saringan - penggerak arus masuk ke pipa pesat - intake pipa pesat Beberapa kriteria ditetapkan untuk menentukan dimensi kolam penenang : B = 3b L = 2B dimana : B = lebar kolam penenang (m) b = lebar saluran (m) L = panjang kolam penenang (m) Pada struktur intake pipa pesat, kedalaman pipa pesat terhadap tinggi air di kolam penenang harus ditentukan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari hampa udara bila turbin dijalankan atau gerbang dibuka mendadak. Penentuan ke dalam pipa pesat dari permukaan air berdasarkan referensi dari J.L. Gordon "vortices at intake", Water Power. - Untuk pipa pesat yang sejajar dengan datangnya air dari saluran. S = 0,54 V.D 1/2. - Untuk pipa pesat yang tegak lurus dengan datangnya air dari saluran. S = 0,72 V.D 1/2. dimana : S = kedalaman pipa pesat terhadap muka air (m) V = kecepatan air dalam pipa pesat D = diameter dalam pipa pesat (m) (lihat gambar 4.31) Kehilangan tinggi tekan di dalam kolam penenang dihitung sebagai berikut di saluran

17 Dengan : k = 1.0 V = kecepatan di saluran (m/dt) - saringan - ambang pipa pesat dimana : Q b h z = debit rencana (m 3 /dt) = koefisien debit = 0,80 = lebar ambang = tinggi air di atas ambang (m) = kehilangan tinggi tekan dibawah ini adalah gambar tipe mulut pipa pesat Gambar 4. 9 Slink of Penstock Mouth

18 4.1.3 Pipa Pesat Pipa pesat adalah pipa yang melewatkan air dari pintu pipa pesat ke Gedung Sentral. Pipa pesat di disain dengan pertimbangan sebagai berikut : - Pipa pesat di rancang sampai diperoleh panjang minimum. - Aman terhadap momenlientur, baik vertikal maupun horisontal. - Pipa pesat harus mempunyai tekanan hidraulik yang minimum untuk menghindari tekanan udara dibawah tekanan atmosfir. - Efek terhadap turbin juga harus dipertimbangkan. - Akibat katup dibuka dan ditutup, kenaikan tekanan harus diperhitungkan. Menurut penempatannya, pipa pesat di bagi 3 tipe : - Pipa pesat yang ditanam. - Pipa pesat permukaan. - Sebagian di tanam dan sebagian di permukaan tanah. Menurut kekakuan tumpuan, ada 3 tipe : - Pipa kaku - Pipa fleksible dengan sambungan ekspansi. - Pipa semi kaku dengan sambungan pada masing-masing bagian pada tumpuan menerus alau tumpuan tetap. Bahan-bahan yang biasa digunakan untuk pipa pesat antara lain, baja, beton bertulang, kayu, polythiene. Pipa pesat dengan diameter ekonomis ditentukan berdasarkan kecepatan, sebesar 2-3 m/dt sedangkan tebalnya ditentukan dengan rumus : t = (D + 800) / 401 dimana : t = tebal pipa pesat (mm) D = diameter pipa pesat (mm) Dalam beberapa kasus, tebal pipa pesat tidak boleh kurang dari 6 mm, meskipun digunakan pengkaku. Bila debit pada baja pesat akan dibagi sesuai dengan debit turbin, maka diperlukar pipa bercabang. Biasanya cabang mempunyai bentuk yang simetris dan sudutnya harus kurang dari 90 0, antara Sudut percabangnya yang lebih kecil, mempunyai sifat hidraulik yang lebih baik. Sebelum memasuki Gedung Sentral, pipa

19 pesat harus mendatar. Panjang bagian yang mendatar adalah antara 5 sampai 10 kal diameter pipa pesat. Syarat-syarat struktural pipa pesat adalah : - Blok angker diletakkan maksimal pada jarak 150 m pada pipa pesat exposed. Fungsi blok angker selain untuk mengukur mengkakukan pipa pada saat pemasangan, juga untuk menahan gaya-gaya yang timbul akibat pergeseran pada tikungan. - Diantara blok angker, dipasang tumpuan model pada setiap 6 m, masingmasing titik tumpuan dipasang cincin penopang (lihat gambar 4.28 dan 4.29). - Pipa pesat dengan sambungan kaku memerlukan sambungan ekspansi untuk antisipasi terhadap perubahan temperatur. Gambar Pipa pesat Steel Sadle Support

20 Gambar Pipa Pesat Steel Ring Galder Support

21 4.1.4 Perencanaan Turbin Di dalam perencanaan PLTM Pekatan, jumlah turbin terpasang tergantung pada kriteria yang disesuaikan dengan kondisi beban pekerjaan dan biaya proyek. Beberapa kriteria penting adalah sebagai berikut a. Tipe jaringan, interkoneksi atau isolasi b. Kurva beban harian c. Optimasi daya yang dihasilkan d. Tingkat kehandalan yang diinginkan, dan ketersediaan sumber tenaga alternatif. e. Perkiraan kebutuhan listrik f. Kondisi dan posisi aliran air yang tersedia g. Batasan teknik, seperti pengaturan kestabilan dan dimensi mesin h. Ketersediaan turbin yang memenuhi standar i. Biaya pemasangan berikut pekerjaan sipil j. Transportasi. Secara umum, pengurangan terhadap jumlah pemakaian turbin akan mengurangi total biaya keseluruhan, sedangkan penambahan unit turbin akan meningkatkan kualitas dan fleksibilitas operasi serta memaksimalkan energi yang dapat dihasilkan sebuah pembangkit listrik tenaga mini hidro. Dari sebuah perencanaan PLTM Pekatan yang dinterkoneksikan dengan PLTD, kebutuhan maksimum akan daya listrik pada kurun waktu tertentu dapat dipenuhi oleh sekurang-kurangnya 75 % dari kapasitas maksimum. Untuk alasan diatas, maka dapat dipertimbangkan untuk menggunakan satu unit turbin, agar produksi tenaga yang dihasilkan dapat diandalkan. Keterbatasan transportasi terkadang mengharuskan kita untuk memakai beberapa unit turbin yang berukuran kecil untuk mengurangi dimensi dan berat yang berlebihan dari komponen sistem pembangkit. Kriteria utama dalam penentuan jumlah turbin yang akan digunakan adalah kurva laju aliran (massa) air dan optimasi daya yang dihasilkan. a. Output Daya Mengingat daya air yang tersedia dan perkiraan debit tahunan, untuk optimasi cukup digunakan lebih satu unit turbin dimana diharapkan mampu memanfaatkan potensi air secara optimal. b. Kurva Laju Air

22 Dalam kasus Pekatan, bentuk kurva laju alir menyatakan bahwa satu unit turbin harus berhenti beroperasi (shut-down) untuk beberapa waktu dalam satu tahun operasi, terutama pada saat musim kering (kemarau). Jumlah turbin mempengaruhi lamanya shut-down. Untuk kasus pada PLTM Pekatan dibutuhkan adanya sumber tenaga cadangan. Dari masalah tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa keberadaan satu unit turbin sudah mencukupi. c. Operasi Beban Sebagian Salah satu cara untuk mengatasi keterbatasan aliran air akibat musim kemarau adalah dengan pengoperasian beban sebagian. Perilaku turbin pada kondisi operasi beban sebagian sangat sulit diprediksi.

23 KRITERIA PERENCANAAN... Error! Bookmark not defined. 4.1 PARAMETER BANGUNAN... Error! Bookmark not defined Tanah... Error! Bookmark not defined Analisis Stabilitas... Error! Bookmark not defined Reaksi Pondasi... Error! Bookmark not defined. 4.2 PERENCANAAN BANGUNAN AIR... Error! Bookmark not defined Bendung... Error! Bookmark not defined Bangunan Pengambilan (Intake)... Error! Bookmark not defined Bangunan Pembilas... Error! Bookmark not defined Pintu... Error! Bookmark not defined Saluran Penghantar Kolam Penenang Pipa Pesat Perencanaan Turbin...45 Gambar 4. 1 Kurva-kurva Taylor untuk stabilitas tanggul (dari Capper, 1976)... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 2 metode irisan untuk perhitungan stabilitas lereng...error! Bookmark not defined. Gambar 4. 3 Faktor-faktor daya dukung beban garis dekat permukaan (dari Capper, 1976)... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 4 Potongan tanah... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 5 Tegangan samping Aktif dan Pasif cara pemecahan Rankine a) aktif; b) pasif... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 6 Tekanan Aktif dan Pasif menurut Rankine a) aktif; b) pasif.. Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 7 Gaya Angkat Untuk Bangunan Yang Dibangun Pada Pondasi Batuan... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 8 Daya angkat pada pondasi bendung... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 9 Unsur-Unsur Persamaan Distribusi Tekanan Pada Pondasi... Error! Bookmark not defined. Gambar Tebal Lantai Kolam Olak... Error! Bookmark not defined. Gambar Metode Angka Rembesan Lane... Error! Bookmark not defined. Gambar Harga-harga Koefisien C 0 Untuk Bendung Gambar Bulat Sebagai Fungsi Perbandingan H 1 /r... Error! Bookmark not defined. Gambar Koefisien C 1 Sebagai Fungsi Perbandingan p/h 1...Error! Bookmark not defined. Gambar Tekanan Pada Mercu Bendung Bulat Sebagai Fungsi Perbandingan H 1 /r... Error! Bookmark not defined. Gambar Sketsa Pintu Pengambilan... Error! Bookmark not defined. Gambar Grafik Pembilasan Sedimen Camp Untuk Aliran Turbulen (Camp, 1945)... Error! Bookmark not defined.

24 Gambar Gaya-gaya yang bekerja pada pintu... Error! Bookmark not defined. Gambar Sekat air dari karet untuk bagian samping (A), dasar (B) dan atas (C) pada pintu baja.... Error! Bookmark not defined. Gambar Tipe-tipe pinfu pengambilan; pintu sorong kayu dan baja...27 Gambar Tipe-tipe pintu pembilas...28 Gambar Gerasi pintu sorong yang terendam...28 Gambar Tipe tata letak desand...30 Gambar Skema.Desand...31 Gambar Grafik Pembuangan sedimen Camp untuk saluran turbulensi (Camp. 1945) 35 Gambar Tata letak desand dengan saluran primer berada pada trase yang sama dengan kantong Gambar Saluran Pengarah...37 Gambar Slink of Penstock Mouth...41 Gambar Pipa pesat Steel Sadle Support...43 Gambar Pipa Pesat Steel Ring Galder Support...44 Tabel 4. 1 Standar saringan AS... Error! Bookmark not defined. Tabel 4. 2 Bentuk telapak pondasi... Error! Bookmark not defined. Tabel 4. 3 Harga-harga perkiraan daya dukung izin... Error! Bookmark not defined. Tabel 4. 4 Modulus kemampatan... Error! Bookmark not defined. Tabel 4. 5 Harga-harga koefisien tegangan aktif K a untuk dinding...error! Bookmark not defined. Tabel 4. 6 Harga-harga koefisien tegangan aktif K a untuk dinding miring kasar dengna permukaan tanah datar... Error! Bookmark not defined. Tabel 4. 7 Harga-harga X... Error! Bookmark not defined. Tabel 4. 8 Harga-harga perkiraan untuk koefisien gesekan f Error! Bookmark not defined. Tabel 4. 9 Harga-Harga Minimum Angka Rembesan Lane (C L )...Error! Bookmark not defined. Tabel Harga koefisien kontraksi... Error! Bookmark not defined. Tabel Tinggi Jagaan (Free Board)...39

BAB IV ANALISA HASIL

BAB IV ANALISA HASIL BAB IV ANALISA HASIL 4.1 Bendung Tipe bendung yang disarankan adalah bendung pelimpah pasangan batu dengan diplester halus. Bagian bendung yang harus diperlihatkan adalah mercu bendung, bangunan pembilas,

Lebih terperinci

BAB IV KRITERIA PERENCANAAN PLTM

BAB IV KRITERIA PERENCANAAN PLTM BAB IV KRITERIA PERENCANAAN PLTM 4.1. KRITERIA PERENCANAAN BANGUNAN AIR Dalam mendesain suatu Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) diperlukan beberapa bangunan utama. Bangunan utama yang umumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masuk.(sumber: Standar Perencanaan Irigasi KP-02). potensial yang dapat diairi dari sungai yang bersangkutan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masuk.(sumber: Standar Perencanaan Irigasi KP-02). potensial yang dapat diairi dari sungai yang bersangkutan. BAB II BAB II-Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA.1. Pengertian Bangunan Hidrolis Bangunan utama dapat didefinisikan sebagai : semua bangunan yang direncakan di sungai atau aliran air untuk membelokkan air

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN» KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK. 1.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN» KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK. 1. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL l HALAMAN PENGESAHAN» KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK jl1 v v111 x xi xu BAB I PENDAHULUAN1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah

Lebih terperinci

DESAIN BANGUNAN IRIGASI

DESAIN BANGUNAN IRIGASI DESAIN BANGUNAN IRIGASI 1. JENIS JENIS BANGUNAN IRIGASI Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai

Lebih terperinci

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET Bendung karet adalah bendung gerak yang terbuat dari tabung karet yang mengembang sebagai sarana operasi pembendungan air. Berdasarkan media pengisi tabung karet, ada

Lebih terperinci

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Sungai Cisadane 4.1.1 Letak Geografis Sungai Cisadane yang berada di provinsi Banten secara geografis terletak antara 106 0 5 dan 106 0 9 Bujur Timur serta

Lebih terperinci

Perencanaan Bangunan Air. 1. Umum

Perencanaan Bangunan Air. 1. Umum . Umum Pada saat memilih suatu bangunan air, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, baik dari segi kriteria tujuan, tinjauan hidraulika, adanya sedimentasi, ketersediaan material pembuatnya, maupun

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI Perencanaan Sistem Suplai Air Baku 4.1 PERENCANAAN SALURAN PIPA Perencanaan saluran pipa yang dimaksud adalah perencanaan pipa dari pertemuan Sungai Cibeet dengan Saluran

Lebih terperinci

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih BANGUNAN IRIGASI GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih DEFINISI GORONG-GORONG Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air (saluran irigasi atau pembuang)

Lebih terperinci

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU Sih Andayani 1, Arif Andri Prasetyo 2, Dwi Yunita 3, Soekrasno 4 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bangunan Utama Bangunan utama merupakan suatu bangunan yang direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan aliran air ke dalam jaringan irigasi agar dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III UMUM

BAB III METODOLOGI III UMUM III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. UMUM Sebagai langkah awal sebelum menyusun Tugas Akhir secara lengkap, terlebih dahulu disusun metodologi untuk mengatur urutan pelaksanaan penyusunan Tugas Akhir. Metodologi

Lebih terperinci

ANALISIS SKEMA PLTM DAN STUDI OPTIMASI

ANALISIS SKEMA PLTM DAN STUDI OPTIMASI Bab 5 ANALISIS SKEMA PLTM DAN STUDI OPTIMASI 5.1 UMUM Studi optimasi pada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro ini dimaksudkan untuk mendapatkan skema PLTM yang paling optimal ditinjau dari

Lebih terperinci

PERENCANAAN BENDUNG. Perhitungan selengkapnya, disajikan dalam lampiran. Gambar 2.1 Sketsa Lebar Mercu Bendung PLTM

PERENCANAAN BENDUNG. Perhitungan selengkapnya, disajikan dalam lampiran. Gambar 2.1 Sketsa Lebar Mercu Bendung PLTM PERENCANAAN BENDUNG. Perencanaan Hidrolis Bendung. Lebar dan Tinggi Bendung Lebar bendung adalah jarak antara kedua pangkal bendung (Abutment). Lebar bendung sebaiknya diambil sama dengan lebar rata-rata

Lebih terperinci

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy. SOAL HIDRO 1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran 0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien kekasaran Manning

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-4 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

PERTEMUAN KE-4 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya PERTEMUAN KE-4 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Bangunan Pengatur Overflow Weir Side Weir PERENCANAAN HIDROLIS OVERFLOW WEIR Bangunan dapat digolongkan

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA

BAB VI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA BAB VI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA 6.1 UMUM Bendung direncanakan untuk mengairi areal seluas 1.32700 ha direncanakan dalam 1 (satu) sistem jaringan irigasi dengan pintu pengambilan di bagian kiri bendung.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged Cabang Teluknaga Kabupaten Tangerang. Pemilihan tempat penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 1 KATA PENGANTAR

BAB 1 KATA PENGANTAR BAB 1 KATA PENGANTAR Sebagai negara agraria tidaklah heran jika pemerintah senantiasa memberikan perhatian serius pada pembangunan di sector pertanian. Dalam hal ini meningkatkan produksi pertanian guna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Mikrohidro dibangun berdasarkan kenyataan bahwa adanya air yang mengalir di suatu daerah dengan kapasitas dan ketinggian yang memadai.

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-2 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

PERTEMUAN KE-2 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya PERTEMUAN KE-2 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Bangunan Ukur Debit Cypoletti Ambang lebar Flume tenggorok panjang BANGUNAN UKUR DEBIT Agar pengelolaan

Lebih terperinci

GALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT

GALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT PEMANFAATAN KEHILANGAN ENERGI PADA BANGUNAN TERJUN SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (studi kasus bangunan terjun (BT2 BT4) pada saluran primer Padi Pomahan, D.I Padi Pomahan, Desa Padi, Kecamatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN B BATASAN TEKNIS

LAMPIRAN B BATASAN TEKNIS LAMPIRAN B BATASAN TEKNIS UNTUK PLTM...... X... MW PROVINSI... LAMPIRAN B BATASAN TEKNIS DAFTAR ISI 1. Definisi 2. Ketersediaan Debit Sungai 3. Batasan Bangunan Sipil 4. Kapasitas Desain dan Produksi Energi

Lebih terperinci

Stenly Mesak Rumetna NRP : Pembimbing : Ir.Endang Ariani,Dipl. H.E. NIK : ABSTRAK

Stenly Mesak Rumetna NRP : Pembimbing : Ir.Endang Ariani,Dipl. H.E. NIK : ABSTRAK STUDI PERENCANAAN TEKNIS BENDUNG DI SUNGAI INGGE DAERAH IRIGASI BONGGO KABUATEN SARMI PAPUA Stenly Mesak Rumetna NRP : 0721017 Pembimbing : Ir.Endang Ariani,Dipl. H.E. NIK : 210049 ABSTRAK Daerah Irigasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi Teknis Kriteria perencanaan jaringan irigasi teknis berisi instruksi standard dan prosedur bagi perencana dalam merencanakan irigasi teknis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai untuk meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran sungai bisa bisa disadap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan penguapan suhu tanaman akan relatif tetap terjaga. Daerah Irigasi di Sumatera Utara adalah Daerah Irigasi Sungai Ular.

BAB I PENDAHULUAN. dengan penguapan suhu tanaman akan relatif tetap terjaga. Daerah Irigasi di Sumatera Utara adalah Daerah Irigasi Sungai Ular. BAB I PENDAHULUAN I. Umum Air mempunyai arti yang penting dalam kehidupan, salah satunya adalah dalam usaha pertanian. Di samping sebagai alat transportasi zat makanan untuk pertumbuhan, air memegang peranan

Lebih terperinci

BAB VIII PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY)

BAB VIII PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY) VIII-1 BAB VIII PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY) 8.1. Tinjauan Umum Bangunan pelimpah berfungsi untuk mengalirkan air banjir yang masuk ke dalam embung agar tidak membahayakan keamanan tubuh embung.

Lebih terperinci

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Kriteria Desain Kriteria Desain Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Perancang diharapkan mampu menggunakan kriteria secara tepat dengan melihat kondisi sebenarnya dengan

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN TEKNIS BANGUNAN PENANGKAP SEDIMEN PADA BENDUNG INGGE KABUATEN SARMI PAPUA ABSTRAK

STUDI PERENCANAAN TEKNIS BANGUNAN PENANGKAP SEDIMEN PADA BENDUNG INGGE KABUATEN SARMI PAPUA ABSTRAK STUDI PERENCANAAN TEKNIS BANGUNAN PENANGKAP SEDIMEN PADA BENDUNG INGGE KABUATEN SARMI PAPUA Agnes Tristania Sampe Arung NRP : 0821024 Pembimbing : Ir.Endang Ariani, Dipl. H.E. NIK : 210049 ABSTRAK Papua

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Tujuan Lokasi proyek Analisis Curali Hujan Rata-rata Rerata Aljabar 12

1.1 Latar Belakang Tujuan Lokasi proyek Analisis Curali Hujan Rata-rata Rerata Aljabar 12 DAI TAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR x DAFTAR TABEL xii DAFTAR LAMPIRAN xiv BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 2 1.2 Tujuan 2 1.3 Manfaat

Lebih terperinci

BAB VI STUDI OPTIMASI

BAB VI STUDI OPTIMASI BAB VI STUDI OPTIMASI 6.1. PENENTUAN SKEMA PLTM SANTONG Dalam studi kelayakan ini ditetapkan satu skema PLTM terpilih berdasarkan tinjauan topografi, geologi, debit yang tersedia, dan besarnya daya yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Sungai Sungai adalah suatu alur yang panjang diatas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan dan senantiasa tersentuh air serta terbentuk secara alamiah (Sosrodarsono,

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA 7.1 UMUM Untuk dapat mengalirkan air dari bendung ke areal lahan irigasi maka diperlukan suatu jaringan utama yang terdiri dari saluran dan bangunan pelengkap di jaringan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), 2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), 3. Pembangkit Listrik Tenaga Angin,

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), 2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), 3. Pembangkit Listrik Tenaga Angin, BAB 2 LANDASAN TEORI Pusat listrik memiliki berbagai macam sumber tenaga, diantaranya adalah: 1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), 2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), 3. Pembangkit Listrik

Lebih terperinci

EVALUASI KANTONG LUMPUR DI.AEK SIGEAON PADA BENDUNG AEK SIGEAON KABUPATEN TAPANULI UTARA PROPINSI SUMATERA UTARA

EVALUASI KANTONG LUMPUR DI.AEK SIGEAON PADA BENDUNG AEK SIGEAON KABUPATEN TAPANULI UTARA PROPINSI SUMATERA UTARA EVALUASI KANTONG LUMPUR DI.AEK SIGEAON PADA BENDUNG AEK SIGEAON KABUPATEN TAPANULI UTARA PROPINSI SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh ujian

Lebih terperinci

JARINGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

JARINGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Definisi Irigasi Irigasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring (Dalam Jaringan/Online) Edisi III, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Lebih terperinci

Pembuatan bendung beronjong dengan sekat semikedap air pada irigasi desa

Pembuatan bendung beronjong dengan sekat semikedap air pada irigasi desa Konstruksi dan Bangunan Pembuatan bendung beronjong dengan sekat semikedap air pada irigasi desa Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 360/KPTS/M/2004 Tanggal : 1 Oktober 2004 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR Penyusunan RKS Perhitungan Analisa Harga Satuan dan RAB Selesai Gambar 3.1 Flowchart Penyusunan Tugas Akhir BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR 4.1 Data - Data Teknis Bentuk pintu air

Lebih terperinci

PERENCANAAN BENDUNG UNTUK DAERAH IRIGASI SULU

PERENCANAAN BENDUNG UNTUK DAERAH IRIGASI SULU PERENCANAAN BENDUNG UNTUK DAERAH IRIGASI SULU Vicky Richard Mangore E. M. Wuisan, L. Kawet, H. Tangkudung Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email: vicky_mangore@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai, erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : a. Quarrying, yaitu pendongkelan batuan

Lebih terperinci

Bab KRITERIA PERENCANAAN 4.1 PARAMETER BANGUNAN Tanah

Bab KRITERIA PERENCANAAN 4.1 PARAMETER BANGUNAN Tanah Bab 4 KRITERIA PERENCANAAN 4.1 PARAMETER BANGUNAN 4.1.1 Tanah Unified Soil Classification System diperkenalkan oleh US Soil Conservation Service (Dinas Konservasi Tanah di A.S). Sistem ini digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Air merupakan elemen yang sangat mempengaruhi kehidupan di alam. Semua makhluk hidup sangat memerlukan air dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Siklus hidrologi yang terjadi

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Bendungan Semantok, Nganjuk, Jawa Timur PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR Faris Azhar, Abdullah

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG LAPORAN PENELITIAN PENGGERUSAN DI HILIR BENDUNG DENGAN MERCU TYPE VLUGTER PENELITI / TIM PENELITI Ketua : Ir.Maria Christine Sutandi.,MSc 210010-0419125901 Anggota : Ir.KanjaliaTjandrapuspa T.,MT 21008-0424084901

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN BENDUNG MRICAN KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN BENDUNG MRICAN KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN EVALUASI DAN PERENCANAAN BENDUNG MRICAN KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Disusun oleh : Apriyanti Indra.F L2A 303 005 Hari Nugroho L2A 303 032 Semarang, April 2006

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HIDROLIS DAN STRUKTUR BENDUNG

BAB V ANALISIS HIDROLIS DAN STRUKTUR BENDUNG BAB V ANALISIS HIDROLIS DAN STRUKTUR BENDUNG 5.1 Uraian Umum 5.1.1 Latar Belakang Pembangunan Bendung Kaligending menjadi bendung permanen untuk melayani areal seluas 948 ha, dengan tinggi mercu m dan

Lebih terperinci

BAB V STABILITAS BENDUNG

BAB V STABILITAS BENDUNG BAB V STABILITAS BENDUNG 5.1 Kriteria Perencanaan Stabilitas perlu dianalisis untuk mengetahui apakah konstruksi bangunan ini kuat atau tidak, agar diperoleh bendung yang benar-benar stabil, kokoh dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro adalah bentuk Pembangkit Listrik Tenaga Air dalam skala kecil dimana daya yang dihasilkan < 1 Mega Watt, yang merupakan bentuk

Lebih terperinci

HYDRO POWER PLANT. Prepared by: anonymous

HYDRO POWER PLANT. Prepared by: anonymous HYDRO POWER PLANT Prepared by: anonymous PRINSIP DASAR Cara kerja pembangkit listrik tenaga air adalah dengan mengambil air dalam jumlah debit tertentu dari sumber air (sungai, danau, atau waduk) melalui

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN

BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN 5.1 Tinjauan Umum Sistem infrastruktur merupakan pendukung fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK

LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK UNTUK PLTM...... X... MW PROVINSI... LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK DAFTAR ISI 1. Definisi 2. Informasi Umum Pembangkit 3. Informasi Finansial Proyek 4. Titik Interkoneksi 1. Definisi

Lebih terperinci

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE PERMUKAAN UNTUK JALAN RAYA a) Mengalirkan air hujan dari permukaan jalan agar tidak terjadi genangan. b) Mengalirkan air permukaan yang terhambat oleh

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gerusan Lokal

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gerusan Lokal 7 BAB III LANDASAN TEORI A. Gerusan Lokal Gerusan merupakan fenomena alam yang terjadi akibat erosi terhadap aliran air pada dasar dan tebing saluran alluvial. Juga merupakan proses menurunnya atau semakin

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY JARINGAN IRIGASI PERPIPAAN

EXECUTIVE SUMMARY JARINGAN IRIGASI PERPIPAAN EXECUTIVE SUMMARY JARINGAN IRIGASI PERPIPAAN Desember 2012 KATA PENGANTAR Executive Summary ini merupakan ringkasan dari Laporan Akhir kegiatan Penelitian Jaringan Irigasi Perpipaan yang dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan morfologi pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan morfologi pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai secara umum memiliki suatu karakteristik sifat yaitu terjadinya perubahan morfologi pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi dikarenakan oleh faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai merupakan suatu saluran terbuka atau saluran drainase yang terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang mengalir di dalam sungai akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bendung Kaligending terletak melintang di Sungai Luk Ulo, dimana sungai ini merupakan salah satu sungai yang cukup besar potensinya dan perlu dikembangkan untuk dimanfaatkan

Lebih terperinci

RC MODUL 1 TEKNIK IRIGASI

RC MODUL 1 TEKNIK IRIGASI RC14-1361 MODUL 1 TEKNIK IRIGASI PENDAHULUAN PENGERTIAN DAN MAKSUD IRIGASI Irigasi: Berasal dari istilah Irrigatie (Bhs. Belanda) atau Irrigation (Bahasa Inggris) diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan

Lebih terperinci

Detail Desain Bendung Karet Sungai Pappa Kabupaten Takalar BAB II

Detail Desain Bendung Karet Sungai Pappa Kabupaten Takalar BAB II BAB II 2.1. UMUM Bendung karet merupakan hasil pengembangan jenis bendung tetap menjadi bendung gerak dengan membuat tubuh bendung dari tabung karet yang dikembangkan. Pembukaan bendung bisa dilakukan

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-2 Metodologi dalam perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air mempunyai arti yang penting dalam kehidupan, salah satunya adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Air mempunyai arti yang penting dalam kehidupan, salah satunya adalah sebagai BAB I Bab I-Pendahuluan PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air mempunyai arti yang penting dalam kehidupan, salah satunya adalah sebagai sumber air baku yaitu air yang dapat berasal dari sumber air

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Hidram Pompa merupakan salah satu jenis alat yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 5 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Microsoft Excel dan Bendung Microsoft Excel atau Microsoft Office Excel adalah sebuah program aplikasi lembar kerja spreadsheet yang dibuat dan didistribusikan oleh Microsoft

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) ISSN: Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) ISSN: Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan Dicky Rahmadiar Aulial Ardi, Mahendra Andiek Maulana, dan Bambang Winarta Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No. 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Pemeriksaan material dasar dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pasir Ynag digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

6 BAB VI EVALUASI BENDUNG JUWERO

6 BAB VI EVALUASI BENDUNG JUWERO 6 BAB VI EVALUASI BENDUNG JUWERO 6.1 EVALUASI BENDUNG JUWERO Badan Bendung Juwero kondisinya masih baik. Pada bagian hilir bendung terjadi scouring. Pada umumnya bendung masih dapat difungsikan secara

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii BERITA ACARA BIMBINGAN TUGAS AKHIR/SKRIPSI... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PENANGANAN

BAB V RENCANA PENANGANAN BAB V RENCANA PENANGANAN 5.. UMUM Strategi pengelolaan muara sungai ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah pemanfaatan muara sungai, biaya pekerjaan, dampak bangunan terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Mikrohidro adalah istilah yang berarti mikro adalah kecil, dan hidro adalah air. Jadi mikrohidro adalah

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Analisis Kajian

Bab III Metodologi Analisis Kajian Bab III Metodologi Analisis Kajian III.. Analisis Penelusuran Banjir (Flood Routing) III.. Umum Dalam kehidupan, banjir adalah merupakan musibah yang cukup sering menelan kerugian materi dan jiwa. Untuk

Lebih terperinci

STRATEGI PEMILIHAN PEREDAM ENERGI

STRATEGI PEMILIHAN PEREDAM ENERGI Spectra Nomor 8 Volume IV Juli 2006: 50-59 STRATEGI PEMILIHAN PEREDAM ENERGI Kustamar Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Peredam energi merupakan suatu bagian dari bangunan air yang berguna

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 21 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Secara umum erosi dapat dikatakan sebagai proses terlepasnya buturan tanah dari induknya di suatu tempat dan terangkutnya material tersebut oleh gerakan air atau angin

Lebih terperinci

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Stabilitas Talud (Stabilitas Lereng) Suatu tempat yang memiliki dua permukaan tanah yang memiliki ketinggian yang berbeda dan dihubungkan oleh suatu permukaan disebut lereng (Vidayanti,

Lebih terperinci

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase Bab III HIDROLIKA Sub Kompetensi Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase 1 Analisis Hidraulika Perencanaan Hidraulika pada drainase perkotaan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR 3.1. ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR PELAT Struktur bangunan gedung pada umumnya tersusun atas komponen pelat lantai, balok anak, balok induk, dan kolom yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 SISTEM IRIGASI Irigasi secara umum didefinisikan sebagai kegiatan yang bertalian dengan usaha untuk mendapatkan air guna menunjang kegiatan pertanian seperti sawah, ladang

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN CHECK DAM

BAB VI PERENCANAAN CHECK DAM VI- BAB VI PERENCANAAN CHECK DAM 6.. Latar Belakang Perencanaan pembangunan check dam dimulai dari STA. yang terletak di Desa Wonorejo, dan dilanjutkan dengan STA berikutnya. Dalam perencanaan ini, penulis

Lebih terperinci

IRIGASI AIR. Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

IRIGASI AIR. Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2013 PENGERTIAN TENTANG IRIGASI Sejak ratusan tahun lalu atau bahkan ribuan

Lebih terperinci

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN BANGUNAN KP 04

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN BANGUNAN KP 04 STANDAR PERENCANAAN IRIGASI KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN BANGUNAN KP 04 Pendahuluan 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Ruang lingkup Kriteria Perencanaan Bangunan ini merupakan bagian dari Standar Perencanaan Irigasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam Perancangan saluran berarti menentukan dimensi saluran dengan mempertimbangkan sifat-sifat bahan pembentuk tubuh saluran serta kondisi medan sedemikian

Lebih terperinci

Makalah Pembangkit listrik tenaga air

Makalah Pembangkit listrik tenaga air Makalah Pembangkit listrik tenaga air Di susun oleh : Muhamad Halfiz (2011110031) Robi Wijaya (2012110003) Alhadi (2012110093) Rari Ranjes Noviko (2013110004) Sulis Tiono (2013110008) Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB III KOLAM PENENANG / HEAD TANK

BAB III KOLAM PENENANG / HEAD TANK BAB III KOLAM PENENANG / HEAD TANK 3.1 KONDISI PERENCANAAN Kolam penenang direncanakn berupa tangki silinder baja, berfungsi untuk menenangkan air dari outlet headrace channel. Volume tampungan direncanakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bab Metodologi III TINJAUAN UMUM

BAB III METODOLOGI. Bab Metodologi III TINJAUAN UMUM III 1 BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan menganalisa semua data-data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Debit Banjir Rencana Debit banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan tanpa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN LABORATORIUM

BAB III METODE PENELITIAN LABORATORIUM BAB III METODE PENELITIAN LABORATORIUM Kajian Laboratorium mengenai gerusan yang terjadi di sekitar abutment bersayap pada jembatan dilakukan di Laboratorium Uji Model Hidraulika Program Studi Teknik Sipil

Lebih terperinci

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI RC14-1361 MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI SISTEM PENGAMBILAN AIR Irigasi mempergunakan air yang diambil dari sumber yang berupa asal air irigasi dengan menggunakan cara pengangkutan yang paling memungkinkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Saluran Terbuka Saluran terbuka adalah salah satu aliran yang mana tidak semua dinding saluran bergesekan dengan fluida yang mengalir, oleh karena itu terdapat ruang bebas dimana

Lebih terperinci

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Dalam suatu perencanaan bendungan, terlebih dahulu harus dilakukan survey dan investigasi dari lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data perencanaan yang lengkap

Lebih terperinci

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang BAB II TINJAUAN PIISTAKA 2.1 Pendahuluan Pekerjaan struktur secara umum dapat dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahap (Senol,Utkii,Charles,John Benson, 1977), yaitu : 2.1.1 Tahap perencanaan (Planningphase)

Lebih terperinci

Hidrometri Hidrometri merupakan ilmu pengetahuan tentang cara-cara pengukuran dan pengolahan data unsur-unsur aliran. Pada bab ini akan diberikan urai

Hidrometri Hidrometri merupakan ilmu pengetahuan tentang cara-cara pengukuran dan pengolahan data unsur-unsur aliran. Pada bab ini akan diberikan urai Hidrometri Hidrometri merupakan ilmu pengetahuan tentang cara-cara pengukuran dan pengolahan data unsur-unsur aliran. Pada bab ini akan diberikan uraian tentang beberapa cara pengukuran data unsur aliran

Lebih terperinci

SESSION 8 HYDRO POWER PLANT. 1. Potensi PLTA 2. Jenis PLTA 3. Prinsip Kerja 4. Komponen PLTA 5. Perencanaan PLTA

SESSION 8 HYDRO POWER PLANT. 1. Potensi PLTA 2. Jenis PLTA 3. Prinsip Kerja 4. Komponen PLTA 5. Perencanaan PLTA SESSION 8 HYDRO POWER PLANT 1. Potensi PLTA 2. Jenis PLTA 3. Prinsip Kerja 4. Komponen PLTA 5. Perencanaan PLTA 6. Kelebihan dan Kekurangan PLTA 1. POTENSI PLTA Teoritis Jumlah potensi tenaga air di permukaan

Lebih terperinci

1. DEFINISI BENDUNGAN

1. DEFINISI BENDUNGAN 1. DEFINISI BENDUNGAN Bendungan atau Dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air ke

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA II - 1 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Sedimentasi Keandalan suatu waduk didefinisikan oleh Lensley (1987) sebagai besarnya peluang bahwa waduk tersebut mampu memenuhi kebutuhan yang direncanakan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fakultas teknik Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. fakultas teknik Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian yang dilakukan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat penelitian Penelitian dilakukan di labolatorium hirolika pengairan jurusan teknik sipil fakultas teknik Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian yang dilakukan meliputi

Lebih terperinci

3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN. Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian

3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN. Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian 3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian 7 3.2. Data Yang Diperlukan Untuk kelancaran penelitian maka diperlukan beberapa data yang digunakan sebagai sarana

Lebih terperinci

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan Kelengkapan Saluran Sambungan Persil Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan Bentuk: Saluran terbuka Saluran tertutup Dibuat

Lebih terperinci