BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
|
|
- Hendra Cahyadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mekanika kuantum mulanya disusun atas dua buah pemikiran yang terkesan berbeda, yaitu mekanika gelombang Schrödinger dan mekanika matriks dari Heisenberg. Kemudian, von Neumann secara rigor berhasil membuktikan ekuivalensi dari kedua pemikiran tersebut, dan berhasil menurunkan swanilai energi dari atom hidrogen dengan menggunakan ruang Hilbert. Kemudian dalam bukunya, di mana formalisme ruang Hilbert untuk mekanika kuantum diberikan secara elegan, von Neumann juga menyertakan suatu permasalahan mengenai pengukuran mekanika kuantum. Secara spesifik, dalam penyelesaian dari permasalahan tersebut, von Neumann juga menyertakan suatu bagian yang bersifat layaknya tafsiran. Pada bagian tersebut, von Neumann memperkenalkan pengamat, yaitu suatu sistem yang memiliki kesadaran sebagai sesuatu yang memunculkan berbagai fenomena kuantum, misalnya kaitan antara peluang dengan hasil-hasil pengukuran. Bagian yang bersifat layaknya tafsiran tersebut kemudian disebut sebagai tafsiran dasar dari mekanika kuantum. Sebagai akibat dari permasalahan tersebut adalah diperkenalkannya dua buah proses dari mekanika kuantum [Von Neumann, 1932], yaitu 1. Proses 1. Perubahan diskontinyu yang disebabkan oleh suatu pengukuran, yang mana keadaan awal ψ akan berubah menjadi swakeadaan φ j dengan peluang φ j ψ 2 2. Proses 2. Proses deterministik, yang kontinyu, yang berperilaku menurut persamaan Schrödinger. Banyak fisikawan yang menolak tafsiran yang diberikan oleh von Neumann tersebut. Berikutnya, muncul berbagai tafsiran berbeda yang diberikan oleh fisikawanfisikawan yang lain untuk menjelaskan permasalahan pengukuran yang diberikan oleh von Neumann. Dalam tafsiran Von Neumann, kesadaran dari pengamatlah yang meruntuhkan fungsi gelombang (yaitu munculnya proses 1) [Jaeger, 2009]. Sebagai contoh, dalam permasalahan kucing Schrödinger, menurut Von Neumann kucing berada dalam keadaan hidup dan mati sekaligus sebelum seorang pengamat mengamati kotak di mana kucing tersebut berada. Ketika pengamat membuka kotak, pada saat 1
2 2 itulah fungsi gelombang dari kucing runtuh. Pengamat akan mendapati bahwa kucing berada pada keadaan hidup atau mati, namun tidak keduanya sekaligus. Tafsiran semacam ini akan menemui masalah ketika terdapat lebih dari satu pengamat (misalnya kucing diganti dengan manusia) atau tidak ada pengamat sama sekali [Everett, 1957]. Tafsiran kedua yang selama bertahun-tahun menjadi aliran paling utama, adalah tafsiran yang diberikan oleh Niels Bohr. Solusi dari permasalahan pengukuran menurut Bohr adalah bahwa alat ukur adalah suatu objek yang berukuran makroskopis sehingga berperilaku sesuai dengan mekanika klasik [Omnés, 1994]. Sehingga tidak mungkin menyematkan vektor ruang Hilbert pada alat ukur. Menurutnya, batas makroskopis dan mikroskopis tidak tetap, dan berubah-ubah sesuai dengan keinginan pengamat. Tafsiran ketiga diberikan oleh Einstein. Menurutnya, ada sebuah parameter tersembunyi dari fungsi gelombang, yang menyebabkan hasil eksperimen terlihat acak. Mudahnya, vektor ruang Hilbert tidak cukup digunakan untuk menjelaskan keadaan dari suatu sistem. Karena adanya struktur tambahan tersebut, maka permasalahan pengukuran dapat diselesaikan. Namun telah dibuktikan oleh John Bell bahwa keberadaan parameter tersembunyi yang lokal (maksudnya interaksi merambat paling cepat sebesar kecepatan cahaya), tidak konsisten dengan mekanika kuantum yang ada (yang sudah diuji kemampuan prediksinya) [Griffiths, 2005]. Sehingga kemungkinan yang tersisa adalah keberadaan parameter tersembunyi yang non-lokal. Hingga saat ini, masih ada banyak fisikawan yang berusaha mengembangkan pemikiran mengenai parameter tersembunyi ini, baik dengan mengubah keadaan yang disematkan pada suatu sistem (mekanika Bohmian), maupun dengan mengubah dinamika dari sistem tersebut (proses Ghirardi-Rimini-Weber)[Wallace, 2012]. Tafsiran keempat dari permasalahan tersebut diberikan oleh Hugh Everett dalam disertasinya di bawah bimbingan J. A. Wheeler [Byrne, 2007]. Jawaban dari permasalahan tersebut dinamakan sebagai teori fungsi gelombang semesta dari mekanika kuantum (atau bisa juga tafsiran Everett, teori keadaan relatif, atau fungsi gelombang semesta saja). Inti dari tafsiran ini adalah, bahwa yang masalah pengukuran pada dasarnya bukanlah suatu masalah. Everett menekankan bahwa formalisme standar (vektor ruang Hilbert dan evolusi uniter seperti persamaan Schrödinger) mekanika kuantum tidak perlu diubah. Tidak perlu ada tambahan postulat pada mekanika kuantum, semisal keberadaan pengamat maupun keberadaan parameter tersembunyi. Ditekankan juga bahwa mekanika kuantum berlaku pada segala macam sistem yang ada, baik yang berukuran mikroskopik maupun makroskopik. Alasan mengapa hasil
3 3 dari permasalahan pengukuran bertentangan dengan pengamatan sehari-hari, menurut Everett disebabkan oleh subjektivitas suatu pengamatan, yakni pengamat sendiri juga tunduk pada mekanika kuantum. Namun pada tafsiran yang diberikannya, diperlukan keberadaan dari pengamat-pengamat dan dunia-dunia yang bercabang, dan tidak pernah dapat diamati melalui eksperimen. Karenanya, pada waktu awal dikemukakannya tafsiran tersebut, tidak banyak fisikawan yang menanggapinya secara serius. Namun saat ini, banyak fisikawan (dan juga filsuf), yang mempertimbangkan tafsiran ini secara serius [Tegmark, 2010]. Bahkan menurut Bub, tafsiran ini kini sedang dalam perjalanan menuju tafsiran orthodoks yang baru. Hal tersebut sepengetahuan penulis disebabkan tafsiran ini adalah satu-satunya tafsiran mengenai mekanika kuantum (tanpa ada formalisme tambahan semisal mekanika Bohmian) yang menempatkan pengamat (suatu istilah yang belum didefinisikan) sebagai sesuatu yang objektif [Jaeger, 2009]. Hal itu akan sangat berguna ketika seorang ilmuwan menyusun teori mengenai asal muasal alam semesta di mana pengamat dalam konteks sehari-hari, yakni manusia, belum ada. Dalam skripsi ini, akan dilakukan kajian mengenai teori fungsi gelombang semesta yang pertama kali dituliskan oleh Everett dalam disertasinya. Telaah mengenai teori fungsi gelombang semesta akan dibatasi pada versi asli dari teori ini, meskipun ada beberapa versi yang lebih baru yang berbeda dalam teori ini. Perubahan itu terutama ada pada bagian ontologi dari teori ini (apakah hal yang paling dasar adalah dunia, atau kesadaran, atau fungsi gelombang) dan bagaimana peluang pada mekanika kuantum dapat dipahami. Namun akan disertakan juga suatu mekanisme yang pada masa Everett belum dikenal, yang dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana fenomena klasik dapat diperoleh dengan menggunakan mekanika kuantum. 1.2 Perumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini: 1. Bagaimana cara membuat mekanika kuantum bersifat objektif (yakni tanpa proses 1)? 2. Apa konsekuensi yang muncul dari mekanika kuantum yang objektif, yang tidak didapat pada mekanika kuantum standar?
4 4 1.3 Batasan Masalah Dinamika sistem kuantum akan ditinjau dengan menggunakan evolusi uniter berupa persamaan Schrödinger (nonrelativistik). 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan di atas, kajian teoretis ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Menelaah ulang karya Hugh Everett mengenai mekanika kuantum dengan membuang proses 1 (wave function collapse) dalam permasalahan pengukuran. 2. Mengkaji konsekuensi-konsekuensi tafsiran fungsi gelombang semesta (yaitu mekanika kuantum hanya dengan proses 2). 1.5 Manfaat Penelitian Dengan mengacu pada tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Kajian ini dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa mekanika kuantum bisa disusun secara objektif, yakni tanpa melibatkan proses runtuhnya fungsi gelombang atau proses 2 yang diberikan oleh von Neumann. 2. Selain itu kajian ini juga dapat digunakan sebagai dasar suatu teori yang ditujukan untuk menjelaskan mengenai alam semesta mula-mula. Hal tersebut disebabkan karena tafsiran ini merupakan tafsiran yang menggambarkan prosesproses kuantum secara objektif, tanpa melibatkan pengamat. 1.6 Tinjauan Pustaka Formalisme matematika dari mekanika kuantum pertama kali dirumuskan oleh Von Neumann dalam bukunya Mathematische Grundlagen der Quantenmechanik [Omnés, 1994]. Dalam buku itu juga dikumkakan mengenai masalah pengukuran [Von Neumann, 1932]. Ada beberapa ilmuwan yang memberikan jawaban untuk permasalahan tersebut. Beberapa diantaranya diberikan oleh Bohr dengan prinsip complementarity [Primas, 1983], Von Neumann dengan kesadaran pengamat [Von Neumann, 1932], dan Einstein dengan hidden variable [Einstein, 1935]. Jawaban yang
5 5 paling banyak diterima adalah pemikiran Bohr dan Von Neumann [Jaeger, 2009]. Dua jawaban tersebut memunculkan konsep subjektivitas dari pengamatan, membuatnya tidak kompatibel dengan relativitas. Pada pertengahan dekade 1950, Wheeler melakukan penelitian tentang pengkuantuman gravitasi [Byrne, 2010]. Untuk itu, dibutuhkan formulasi mekanika kuantum yang bersifat objektif, yang kemudian penelitian tersebut dilakukan oleh Everett [Everett, 1957]. Pada tahun 1973, karya Everett yang tidak diedit diterbitkan pertama kali oleh Princeton University Press dalam sebuah buku berjudul Many Worlds Interpretation of Quantum Mechanics yang diedit oleh Bryce S. DeWitt dan Neill Graham [DeWitt, 1973]. Dalam buku tersebut, DeWitt dan Graham juga menyertakan artikel mereka sendiri mengenai topik masalah pengukuran. Dalam karya mereka, mereka mengharuskan komitmen ontologis mengenai keberadaan dunia-dunia yang tidak dapat diamati. Istilah Many Worlds Interpretation pertama kali diperkenalkan oleh DeWitt dalam karyanya. Karya yang mirip dengan tambahan interpretation basis dituliskan oleh David Deutsch pada tahun 1984 [Deutsch, 1984]. Setelah karya Deutsch tersebut, teori fungsi gelombang semesta dengan keberadaan dunia-dunia yang diusulkan DeWitt mulai ditinggalkan [Wallace, 2002]. Salah satu varian dari teori fungsi gelombang semesta diajukan oleh Albert dan Loewer [Albert, 1988] yang disebut sebagai many minds interpretation. Pemikiran ini didukung oleh Lockwood, Donald, dan Sudberry [Wallace, 2002]. Versi dari teori fungsi gelombang semesta yang dominan belakangan ini adalah versi yang menggunakan pendekatan decoherence. Versi ini didukung oleh Wallace, Saunders, Zurek, Vaidman, dan juga Deutsch [Wallace, 2002]. Upaya terbaru dalam mengembangkan teori fungsi gelombang semesta adalah memahami peran peluang dalam teori ini. Deutsch mengklaim bahwa aturan Born dapat diperoleh dengan menggunakan teori keputusan [Deutsch, 1999]. Peran peluang juga diteliti lebih lanjut oleh koleganya, Saunders [Saunders, 2010] dan Wallace [Wallace, 2012] juga dengan menggunakan teori keputusan. Bantahan untuk klaim yang dikemukakan oleh Deutsch diberikan oleh Barnum dkk [Barnum, 1999]. Sedangkan penelitian lanjut mengenai penggunaan teori keputusan untuk menjelaskan peluang pada teori fungsi gelombang semesta dilakukan oleh Price dan Hemmo, masing-masing memiliki pandangan yang berbeda [Wallace, 2012]. Beberapa penerapan dari teori fungsi gelombang semesta ada pada kosmologi dan komputasi kuantum. Penerapan fungsi gelombang semesta pada kosmologi beberapa diantaranya dilakukan oleh Gell-Mann dan Hartle [Gell-Mann, 1989], Aguirre
6 6 dan Tegmark [Aguirre, 2012], dan Bousso dan Susskind [Bousso, 2011]. Sedangkan untuk komputasi kuantum, beberapa diantaranya dilakukan oleh Deutsch [Deutsch, 1985] dan Hewitt-Horsman [Hewitt-Horsman, 2009]. 1.7 Metode Penelitian Dalam pengerjaan skripsi, penulis menggunakan metode studi literatur. Literaturliteratur yang digunakan, dituliskan pada bab II dan III. 1.8 Sistematika Penelitian Penulis membagi skripsi ini menjadi beberapa bab, yang masing-masing bab secara berurutan diperlukan sebagai dasar dari topik bab selanjutnya. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut: 1. Bab I: Pendahuluan; bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penelitian. 2. Bab II: Fondasi Matematika; pada bab 2 dijabarkan mengenai landasan matematika yang digunakan untuk menjabarkan bab 3. Landasan tersebut antara lain teori peluang dalam bahasa ukuran, teori informasi klasik beserta turunannya, dan mengenai pemurnian. 3. Bab III: Formulasi Fungsi Gelombang Semesta; pada bab 3 dijabarkan megenai mekanika kuantum, lebih spesifiknya mengenai sistem komposit (karena akan ditinjau banyak sistem sekaligus), teori informasi klasik untuk mekanika kuantum, dan pengukuran dengan menggunakan sistem komposit dan teori informasi. Permasalahan pengukuran yang menjadi latar berlakang dirumuskannya teori ini akan dibahas pada bagian ini. Bab ini juga merupakan bagian operasional dari fungsi gelombang semesta. 4. Bab IV: Pengamatan; pada bab 4, akan dibahas mengenai jawaban dari permasalahan pengukuran yang ada pada bab sebelumnya, versi teori fungsi gelombang semesta. Dalam bab tersebut, akan dijabarkan bagaimana pengamat masuk ke dalam formalisme mekanika kuantum.
7 7 5. Bab V: Konsekuensi dari Fungsi Gelombang Semesta; pada bab 5, akan dikaji mengenai hasil-hasil yang didapat pada bab 4. Selain itu, akan dibahas pula mengenai mekanisme yang menyebabkan mengapa hasil pengamatan seharihari berbeda dengan implikasi-implikasi dari mekanika kuantum. Kemudian, akan dibahas bagaimana alam semesta ini dijelaskan dengan mekanika kuantum, yakni vektor ruang Hilbert dan transformasi uniter.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah ciptaan Tuhan yang sangat istimewa. Manusia diberi akal budi oleh sang pencipta agar dapat mengetahui dan melakukan banyak hal. Hal lain yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN FISIKA KUANTUM. Asep Sutiadi (1974)/( )
PENDAHULUAN FISIKA KUANTUM FI363 / 3 sks Asep Sutiadi (1974)/(0008097002) TUJUAN PERKULIAHAN Selesai mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pada kondisi seperti apa suatu permasalahan
Lebih terperinciPOK O O K K O - K P - OK O O K K O K MAT A ERI R FISIKA KUANTUM
POKOK-POKOK MATERI FISIKA KUANTUM PENDAHULUAN Dalam Kurikulum Program S-1 Pendidikan Fisika dan S-1 Fisika, hampir sebagian besar digunakan untuk menelaah alam mikro (= alam lelembutan micro-world): Fisika
Lebih terperinciCacat dalam Mekanika Kuantum dan Beberapa Kesalahan Konsep dalam Buku Teks Mekanika Kuantum
Cacat dalam Mekanika Kuantum dan Beberapa Kesalahan Konsep dalam Buku Teks Mekanika Kuantum M. Ardhi K. email : muhammad ardhi@walisongo.ac.id web : http://abu-khadijah.web.id 2 Mei 2013 However, if you
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fisika merupakan upaya menemukan pola-pola keteraturan alam dan membingkainya dalam bagan berpikir runtut yang berupa kaitan logis antara konsep-konsep tertentu.
Lebih terperinciPROJEK 2 PENCARIAN ENERGI TERIKAT SISTEM DI BAWAH PENGARUH POTENSIAL SUMUR BERHINGGA
PROJEK PENCARIAN ENERGI TERIKAT SISTEM DI BAWAH PENGARUH POTENSIAL SUMUR BERHINGGA A. PENDAHULUAN Ada beberapa metode numerik yang dapat diimplementasikan untuk mengkaji keadaan energi terikat (bonding
Lebih terperinciSchrodinger s Wave Function
SPEKTRA RADIASI ELEKTROMAGNET SPEKTRUM KONTINYU TEORI MAX PLANK TEORI ATOM BOHR SIFAT GELOMBANG Schrodinger s Wave Function MODEL ATOM MEKANIKA KUANTUM Persamaan gelombang Schrodinger TEORI MEKANIKA KUANTUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia sains, ilmu fisika mempunyai peran penting untuk memahami fenomena alam dari yang sederhana sampai yang kompleks. Hal itu dapat dilihat
Lebih terperinciSebuah Algoritma Sederhana untuk Menentukan Validitas Argumentasi dalam Logika Kuantum
Sebuah Algoritma Sederhana untuk Menentukan Validitas Argumentasi dalam Logika Kuantum Arief Hermanto Program Studi Fisika, Jurusan Fisika, FMIPA-UGM ABSTRAK Logika kuantum merupakan salah satu interpretasi
Lebih terperinciPrinsip relativtas (pestulat pertama): Hukum-hukum fisika adalah sma untuk setiap kerangka acuan
Konsep teori relativitas Teori relativitas khusus Einstein-tingkah laku benda yang terlokalisasi dalam kerangka acuan inersia, umumnya hanya berlaku pada kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya. Transforasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (konsep-konsep fisika) klasik memerlukan revisi atau penyempurnaan. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada akhir abad ke -19 dan awal abad ke -20, semakin jelas bahwa fisika (konsep-konsep fisika) klasik memerlukan revisi atau penyempurnaan. Hal ini disebabkan semakin
Lebih terperinciStephen Hawking. Muhammad Farchani Rosyid
Stephen Hawking Muhammad Farchani Rosyid Kelompok Penelitian Kosmologi, Astrofisika, Partikel, dan Fisika Matematik (KAMP), Laboratorium Fisika Atom dan Inti, Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Gadjah Mada,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam dunia mikroskopik, fisika klasik mengalami kegagalan untuk menjelaskan setiap fenomena yang ada. Spektrum khas yang dimiliki oleh atom, teramatinya dua komponen
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensial Coulomb untuk Partikel yang Bergerak Dalam bab ini, akan dikemukakan teori-teori yang mendukung penyelesaian pembahasan pengaruh koreksi relativistik potensial Coulomb
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB I. 1.1.Latar Belakang. Fisika kuantum merupakan bagian dari fisika modern yang mempelajari
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Fisika kuantum merupakan bagian dari fisika modern yang mempelajari partikel pada level konstanta planck (Planck Order) yang saat ini merupakan ilmu yang sangat penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persamaan Diferensial Parsial (PDP) digunakan oleh Newton dan para ilmuwan pada abad ketujuhbelas untuk mendeskripsikan tentang hukum-hukum dasar pada fisika.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Upaya para fisikawan, khususnya fisikawan teoretik untuk mengungkap fenomena alam adalah dengan diajukannya berbagai macam model hukum alam berdasarkan
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN
SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMA... Kelas / Semester : XII / II Mata Pelajaran : FISIKA Standar : 3. Menganalisis berbagai besaran fisis pada gejala kuantum dan batas-batas berlakunya relativitas Einstein
Lebih terperinciKONDENSASI BOSE-EINSTEIN. Korespondensi Telp.: , Abstrak
KONDENSASI BOSE-EINSTEIN Wipsar Sunu Brams Dwandaru Laboratorium Fisika Teori dan Komputasi, Jurusan Pendidikan Fisika, F MIPA UNY, Karangmalang, Yogyakarta, 55281 Korespondensi Telp.: 082160580833, Email:
Lebih terperinciTeori Atom Mekanika Klasik
Teori Atom Mekanika Klasik -Thomson -Rutherford -Bohr -Bohr-Rutherford -Bohr-Sommerfeld Kelemahan Teori Atom Bohr: -Bohr hanya dapat menjelaskan spektrum gas hidrogen, tidak dapat menjelaskan spektrum
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN
SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMA NEGERI 3 DUMAI Kelas / Semester : XII / II Mata Pelajaran : FISIKA Standar : 3. Menganalisis berbagai besaran fisis pada gejala kuantum dan batas-batas berlakunya relativitas
Lebih terperinciAtom menyusun elemen dengan bilangan sederhana. Setiap atom dari elemen yang berbeda memiliki massa yang berbeda.
Review Model Atom Model Atom Dalton Atom menyusun elemen dengan bilangan sederhana. Setiap atom dari elemen yang berbeda memiliki massa yang berbeda. Model Atom Thomson Secara garis besar atom berupa bola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
Lebih terperinciFISIKA HAKIKAT FISIKA
K-13 Kelas X FISIKA HAKIKAT FISIKA TuJuAN PEmBElAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Memahami pengertian fisika. 2. Memahami hakikat fisika sebagai produk, fisika
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.4. Hipotesis 1. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki perbedaan mulai kisaran energi 0.3 sampai 1.0. 2. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki kesamaan pada kisaran energi
Lebih terperinciIII. SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata kuliah : FISIKA KUANTUM Kode : FI 363 SKS : 3 Nama Dosen : Yuyu R.T, Parlindungan S. dan Asep S
III. SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata kuliah : FISIKA KUANTUM Kode : FI 363 SKS : 3 Nama Dosen : Yuyu R.T, Parlindungan S. dan Asep S Standar : Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan memiliki
Lebih terperinciBunyi Teori Atom Dalton:
Bunyi Teori Atom Dalton: Pada 1808, ilmuwan berkebangsaan Inggris, John Dalton, mengemuka- kan teorinya tentang materi atom yang dipublikasikan dalam A New System of Chemical Philosophy. Berdasarkan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadaan energi (energy state) dari sebuah sistem potensial sumur berhingga. Diantara
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Ada beberapa metode numerik yang dapat diimplementasikan untuk mengkaji keadaan energi (energy state) dari sebuah sistem potensial sumur berhingga. Diantara metode-metode
Lebih terperinciSILABUS. Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu. Sumber Belajar. Penilaian kinerja sikap, tugas dan tes tertulis
Nama Sekolah : SMA Negeri 78 Jakarta Mata Pelajaran : Fisika 4 Beban : 4 sks Standar Kompetensi : 1. Menerapkan konsep termodinamika dalam mesin kalor Kompetensi Dasar Indikator Materi SILABUS 1.1 Mendeskripsikan
Lebih terperinciSILABUS. : 2. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi
Nama Madrasah Kelas/Semester/Th SILABUS : SMAN 1 RANTAU : 2. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi Kegiatan Indikator Penilaian Alokasi 2.2
Lebih terperinciBAGAIMANA MENCINTAI FISIKA?
BAGAIMANA MENCINTAI FISIKA? Oleh: Roniyus MS, S.Si., M.Si. (Ketua Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung) Tak Kenal Maka Tak Cinta Ada sebuah pepatah yang terkenal di negeri ini yaitu tak kenal maka
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan fisika teoritik melalui Teori Relativitas Umum (TRU) yang dikemukakan oleh Albert Einstein sudah sangat pesat dan cukup baik dalam mendeskripsikan ataupun memprediksi fenomena-fenomena
Lebih terperinciPendahuluan. Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan
1 Pendahuluan Tujuan perkuliahan Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan 1. Mengetahui gambaran perkuliahan. Mengerti konsep dari satuan alamiah dan satuan-satuan dalam fisika partikel 1.1.
Lebih terperinciAnalisis Energi Osilator Harmonik Menggunakan Metode Path Integral Hypergeometry dan Operator
ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2012) Vol.2 No.1 halaman 6 April 2012 Analisis Energi Osilator Harmonik Menggunakan Metode Path Integral Hypergeometry dan Operator Fuzi Marati Sholihah
Lebih terperinciPROBABILITAS PARTIKEL DALAM KOTAK TIGA DIMENSI PADA BILANGAN KUANTUM n 5. Indah Kharismawati, Bambang Supriadi, Rif ati Dina Handayani
PROBABILITAS PARTIKEL DALAM KOTAK TIGA DIMENSI PADA BILANGAN KUANTUM n 5 Indah Kharismawati, Bambang Supriadi, Rif ati Dina Handayani Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember email: schrodinger_risma@yahoo.com
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) FISIKA MODERN OLEH : Tim Penyusun PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2009 Nama Matakuliah Kode / SKS : Fisika Modern
Lebih terperinciSilabus dan Rencana Perkuliahan
Silabus dan Rencana Perkuliahan Mata kuliah : PEND.FISIKA KUANTUM Kode : FI 363 SKS : 3 Nama Dosen : Team Dosen Pend fisika Kuantum Yuyu R.T, Parlindungan S. dan Asep S Standar Kompetensi : Setelah mengikuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam fisika, dualisme partikel gelombang menyatakan bahwa setiap. dijelaskan melalui teori kuantum (Krane, 1992).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam fisika, dualisme partikel gelombang menyatakan bahwa setiap partikel dalam kondisi-kondisi tertentu dapat menunjukkan sifat gelombang, dan sebaliknya setiap gelombang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. klasik dan mempunyai dua cabang utama yaitu mekanika klasik Newtonian dan teori
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika yang berkembang sampai akhir abad yang ke 19 dikenal sebagai fisika klasik dan mempunyai dua cabang utama yaitu mekanika klasik Newtonian dan teori medan
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 3 JP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 3 JP Standar Kompetensi 1. Memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun bidang IPA yang fokus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun bidang IPA yang fokus mempelajari materi dan energi yang ditinjau dari segi sifat-sifat, reaksi, struktur, komposisi,
Lebih terperinciREDEFINISI ANGKA MENURUT PRINSIP RELATIVITAS DAN KONSEKUENSINYA TERHADAP TEORI BILANGAN
REDEFINISI ANGKA MENURUT PRINSIP RELATIVITAS DAN KONSEKUENSINYA TERHADAP TEORI BILANGAN Jaki Umam Program Studi Fisika Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta jakiumam@gmail.com Abstrak Prinsip Relativitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logam-logam yang bernilai ekonomi sangat tinggi, diantaranya emas, perak, platina, dan paladium, dikenal sebagai logam-logam yang berharga. Platina sangat berguna
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. A. Kemagnetan Bahan. Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet. seperti terlihat pada Gambar 2.
BAB II DASAR TEORI A. Kemagnetan Bahan Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet seperti terlihat pada Gambar 2. Gambar 2: Diagram pengelompokan bahan magnet (Stancil &
Lebih terperinciBAB 8 Teori Relativitas Khusus
Berkelas BAB 8 Teori Relativitas Khusus Standar Kompetensi: Menganalisis berbagai besaran fisis pada gejala kuantum dan batas-batas berlakunya relativitas Einstein dalam paradigma fisika modern. Kompetensi
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN
Mata Kuliah : Fisika Kuantum Kode : SKS : 2 sks Semester : VIII/VII Nama Dosen : Drs. Iyon Suyana, M.Si Pustaka : Buku utama SATUAN ACARA PERKULIAHAN Standar Kompotensi : Menguasai pengetahuan yang mendalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilasi waktu (time dilation) adalah perbedaan waktu yang teramati oleh dua pengamat yang bergerak relatif satu sama lain dan/atau karena perbedaan keadaan gravitasi.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MODEL ATOM DI SUSUN OLEH YOSI APRIYANTI A1F012044
PERKEMBANGAN MODEL ATOM DI SUSUN OLEH YOSI APRIYANTI A1F012044 PERKEMBANGAN MODEL ATOM Seorang filsuf Yunani yang bernama Democritus berpendapat bahwa jika suatu benda dibelah terus menerus, maka pada
Lebih terperinciArtikel Fisika. : Purnomo Satria NIM : Astronut dan bumi mengalami kaidah jatuh bebas akibat gaya gravitasi
Nama : Purnomo Satria NIM : 1133467162 Artikel Fisika Astronut dan bumi mengalami kaidah jatuh bebas akibat gaya gravitasi Fisika (bahasa Yunani: φυσικός (fysikós), "alamiah", dan φύσις (fýsis), "alam")
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telah banyak model fisika partikel yang dikembangkan oleh fisikawan untuk mencoba menjelaskan keberadaan partikel-partikel elementer serta interaksi yang menyertainya.
Lebih terperinciBAB 2 STRUKTUR ATOM PERKEMBANGAN TEORI ATOM
BAB 2 STRUKTUR ATOM PARTIKEL MATERI Bagian terkecil dari materi disebut partikel. Beberapa pendapat tentang partikel materi :. Menurut Democritus, pembagian materi bersifat diskontinyu ( jika suatu materi
Lebih terperinciPartikel Elementer dan Interaksi Alamiah
Partikel Elementer dan Interaksi Alamiah By. Agus Mulyono Atom adalah partikel kecil dengan ukuran jari-jari 1 Amstrong. Atom bukanlah partikel elementer. John Dalton (1766-1844) pada tahun 1803 memberikan
Lebih terperinciMATERI PERKULIAHAN. Gambar 1. Potensial tangga
MATERI PERKULIAHAN 3. Potensial Tangga Tinjau suatu partikel bermassa m, bergerak dari kiri ke kanan pada suatu daerah dengan potensial berbentuk tangga, seperti pada Gambar 1. Pada daerah < potensialnya
Lebih terperinciENERGI TOTAL KEADAAN DASAR ATOM BERILIUM DENGAN TEORI GANGGUAN
Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika Vol. 0, No. 02 (207) 28 33 Departemen Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran ENERGI TOTAL KEADAAN DASAR ATOM BERILIUM DENGAN TEORI GANGGUAN LIU KIN MEN *, SETIANTO, BAMBANG
Lebih terperinciPeran Matematika, Sains dan Teknologi dalam Pengembangan Berkelanjutan
Peran Matematika, Sains dan Teknologi dalam Pengembangan Berkelanjutan The Houw Liong Pengembangan Matematika, Sains dan Teknologi Matematika mempunyai landasan yang sangat kokoh karena selalu dibangun
Lebih terperincijadi olahragawan, jadi wartawan, jadi pengusaha, jadi anggota DPR, jadi menteri, atau mungkin juga jadi presiden. Bagi mereka itu pemahaman ilmu
ix K Tinjauan Mata Kuliah emajuan dalam bidang teknologi pengajaran rupanya berjalan sangat cepat. Kalau kita menengok hal itu lewat internet misalnya, sudah ada program yang dinamakan Visual Quantum Mechanics,
Lebih terperinciAdapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah informasi dan referensi mengenai interaksi nukleon-nukleon
F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah informasi dan referensi mengenai interaksi nukleon-nukleon di dalam inti atom yang menggunakan potensial Yukawa. 2. Dapat
Lebih terperinciRelativitas Khusus Prinsip Relativitas (Kelajuan Cahaya) Eksperimen Michelson & Morley Postulat Relativitas Khusus Konsekuensi Relativitas Khusus
RELATIVITAS Relativitas Khusus Prinsip Relativitas (Kelajuan Cahaya) Eksperimen Michelson & Morley Postulat Relativitas Khusus Konsekuensi Relativitas Khusus Transformasi Galileo Transformasi Lorentz Momentum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi yang semakin canggih, teori dan observasi mengenai benda-benda langit seperti bintang, planet, galaksi serta benda
Lebih terperinciKEMBAR IDENTIK TAPI USIA TAK SAMA
KEMBAR IDENTIK TAPI USIA TAK SAMA Nuril Tsalits Uswatun Nafilah Program Studi Pendidikan Fisika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya Abstrak Jurnal ini membahas mengenai postulat pertama pada
Lebih terperinciFISIKA MODERN I (Pendekatan Konseptual) Dr. A.Halim, M.Si
FISIKA MODERN I (Pendekatan Konseptual) Dr. A.Halim, M.Si Syiah Kuala Univesity Press 2011 FISIKA MODERN I (Pendekatan Konseptual) Dr. A. HALIM, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah
Lebih terperinciFISIKA MODERN. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB
FISIKA MODERN Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB 1 MANFAAT KULIAH Memberikan pemahaman tentang fenomena alam yang tidak dapat dijelaskan melalui fisika klasik Fenomena alam yang berkaitan
Lebih terperinciASAL USUL PERKEMBANGAN FISIKA YANG TERCATAT SEJARAH. Oleh : Agus Sudarmanto
ASAL USUL PERKEMBANGAN FISIKA YANG TERCATAT SEJARAH Oleh : Agus Sudarmanto I. PENDAHULUAN Dalam era sekarang ini, untuk memahami fisika modern kita harus mengenali lebih dalam kejadian-kejadian penting
Lebih terperinciANALISIS SOAL UJIAN HARIAN KELAS XI BAB: TEORI ATOM MEKANIKA KUANTUM, BENTUK MOLEKUL, DAN GAYA ANTARMOLEKUL
ANALISIS SOAL UJIAN HARIAN KELAS XI BAB: TEORI ATOM MEKANIKA KUANTUM, BENTUK MOLEKUL, DAN Petunjuk Umum : GAYA ANTARMOLEKUL Telitilah soal terlebih dahulu, perangkat soal terdiri dari 20 soal pilihan ganda
Lebih terperinci10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA
10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi
Lebih terperinciBAB FISIKA ATOM. Model ini gagal karena tidak sesuai dengan hasil percobaan hamburan patikel oleh Rutherford.
1 BAB FISIKA ATOM Perkembangan teori atom Model Atom Dalton 1. Atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur yang tidak dapat dibagi-bagi 2. Atom-atom suatu unsur semuanya serupa dan tidak dapat berubah
Lebih terperinciORBITAL DAN IKATAN KIMIA ORGANIK
ORBITAL DAN IKATAN KIMIA ORGANIK Objektif: Pada Bab ini, mahasiswa diharapkan untuk dapat memahami, Teori dasar orbital atom dan ikatan kimia organik, Orbital molekul orbital atom dan Hibridisasi orbital
Lebih terperinciSemua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini
KIMIA KUANTUM DASAR, oleh Dr. I Made Kirna, M.Si. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id Hak Cipta dilindungi
Lebih terperinci52. Mata Pelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang B. Tujuan
52. Mata Pelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penelaahan gejala dan sifat berbagai sistem mikroskopik. Perkembangan
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mekanika kuantum sudah lama dikenal sebagai ilmu dasar bagi penelaahan gejala dan sifat berbagai sistem mikroskopik. Perkembangan mekanika kuantum
Lebih terperinciLembar Pengesahan JURNAL. Telaah Fundamental Weak Interaction dan Nambu-Goldstone. ( Suatu Penelitian Teori Berupa Studi Pustaka )
Lembar Pengesahan JURNAL Telaah Fundamental Weak Interaction dan Nambu-Goldstone ( Suatu Penelitian Teori Berupa Studi Pustaka ) Oleh La Sabarudin 4 4 97 Telah diperiksa dan disetujui oleh TELAAH FUNDAMENTAL
Lebih terperinciKegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu. Sumber/ Bahan/Alat. Penilaian kinerja (sikap dan praktik), test tertulis
SILABUS Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : XII/1 Standar Kompetensi: 1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan masalah 1.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemodelan difusi dan sebaran temperatur pada geometri menjadi hal yang penting dalam berbagai bidang, seperti bidang fisika, kimia maupun kedokteran. Persamaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akibat dari interaksi di antara penyusun inti tersebut. Penyusun inti meliputi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem inti dapat dipelajari melalui kesatuan sistem penyusun inti sebagai akibat dari interaksi di antara penyusun inti tersebut. Penyusun inti meliputi proton
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah menunjukkan adanya peranan saling memengaruhi antara matematika dan fisika. Banyak fisikawan mencurahkan perhatian mereka dalam menggali lebih jauh
Lebih terperinciBahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi :
Bahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi : Teori Relativitas Umum Sebelum teori Relativitas Umum (TRU) diperkenalkan oleh Einstein pada tahun 1915, orang mengenal sedikitnya tiga
Lebih terperinciXpedia Fisika. Soal Fismod 1
Xpedia Fisika Soal Fismod 1 Doc. Name: XPPHY0501 Version: 2013-04 halaman 1 01. Pertanyaan 01-02 : Sebuah botol tertutup berisi 100 gram iodin radioaktif. Setelah 24 hari, botol itu berisi 12,5 gram iodin
Lebih terperinciBAB 19 A T O M. A. Pendahuluan
BAB 19 A T O M A. Pendahuluan Pemikiran ke arah penemuan atom dan inti atom telah berkembang di setiap peradaban sejak manusia mengenal tulisan atau yang lebih dikenal sebagai zaman permulaan sejarah.
Lebih terperinciAristoteles. Leukipos dan Demokritos. John Dalton. Perkembangan Model Atom. J.J. Thomson. Rutherford. Niels Bohr. Mekanika Kuatum
What is an Atom? Aristoteles Leukipos dan Demokritos Perkembangan Model Atom John Dalton J.J. Thomson Rutherford Niels Bohr Mekanika Kuatum 1. Pendapat Aristoteles Materi bersifat kontinue, artinya materi
Lebih terperinciRira/ Resume paper Albert Einstein: On the Electrodynamics of Moving Bodies 1) Kinematika a. Pendefinisian Kesimultanan
Rira/10204002 Resume paper Albert Einstein: On the Electrodynamics of Moving Bodies Dalam papernya, Einstein membuka dengan mengemukakan fenomena elektrodinamika Maxwell. Saat diterapkan pada benda-benda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alam tersusun atas empat jenis komponen materi yakni padat, cair, gas, dan plasma. Setiap materi memiliki komponen terkecil yang disebut atom. Atom tersusun atas inti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan, sifat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan, sifat, perubahan materi, serta energi yang menyertainya (Departemen Pendidikan Nasional, 2004). Sebagai
Lebih terperinciXV. PENDAHULUAN FISIKA MODERN
XV - 1 XV. PENDAHULUAN FISIKA MODERN 15.1 Pendahuluan. Pada akhir abad ke-xix dan awal abad ke-xx semakin jelas bahwa fisika (konsepkonsep fisika) memerlukan revisi atau perubahan/penyempurnaan. Hal ini
Lebih terperinciKONSEKUENSI HASIL PENELITIAN TIM ICARUS TENTANG KELAJUAN NEUTRINO TERHADAP TEORI RELATIVITAS
KONSEKUENSI HASIL PENELITIAN TIM ICARUS TENTANG KELAJUAN NEUTRINO TERHADAP TEORI RELATIVITAS Bertha Wikara Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret wikasih54@gmail.com Perum Puri
Lebih terperinciSTRUKTUR ATOM. Perkembangan Teori Atom
STRUKTUR ATOM Perkembangan Teori Atom 400 SM filsuf Yunani Demokritus materi terdiri dari beragam jenis partikel kecil 400 SM dan memiliki sifat dari materi yang ditentukan sifat partikel tersebut Dalton
Lebih terperinciStatistik + konsep mekanika. Hal-hal yang diperlukan dalam menggambarkan keadaan sistem partikel adalah:
Bab 4 Deskripsi Statistik Sistem Partikel Bagaimana gambaran secara statistik dari sistem partikel? Statistik + konsep mekanika Hal-hal yang diperlukan dalam menggambarkan keadaan sistem partikel adalah:
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Keterbatasan Ilmu
PENDAHULUAN Latar Belakang Filsafat berperan dalam mendasari berbagai aspek keilmuan baik pada tataran teoritis maupun praktis. Filsafat sebagai suatu sistem berpikir dengan cabang-cabangnya (ontologi,
Lebih terperinciSTANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN FISIKA
STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN FISIKA A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
Lebih terperinciFUNGSI GELOMBANG. Persamaan Schrödinger
Persamaan Schrödinger FUNGSI GELOMBANG Kuantitas yang diperlukan dalam mekanika kuantum adalah fungsi gelombang partikel Ψ. Jika Ψ diketahui maka informasi mengenai kedudukan, momentum, momentum sudut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Elektromagnetika merupakan cabang fisika yang menjadi tonggak munculnya teori-teori fisika modern dan banyak diterapkan dalam perkembangan teknologi saat ini,
Lebih terperinciILMU FISIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.
ILMU FISIKA Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DEFINISI ILMU FISIKA? Ilmu Fisika dalam Bahasa Yunani: (physikos), yang artinya alamiah, atau (physis), Alam
Lebih terperinciFisika Modern : Definisi, Konsep dan Aplikasinya
MAKALAH Fisika Modern : Definisi, Konsep dan Aplikasinya Oleh: Dr. Ayi Bahtiar Makalah ini disampaikan pada Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Diseminasi Pengajaran Fisika Modern dalam Upaya Peningkatan
Lebih terperinciMekanika Kuantum. Orbital dan Bilangan Kuantum
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Mendeskripsikan struktur atom dan sifat-sifat periodik serta struktur molekul dan sifat-sifatnya. Menerapkan teori atom mekanika kuantum untuk menuliskan konfigurasi
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pada salah satu cabang ilmu fisika yaitu kosmologi merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Kosmologi merupakan ilmu yang mengulas alam semesta beserta dinamikanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arin Ardiani, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan cabang dari ilmu pengetahuan yang penting dapat dipergunakan untuk memahami apa yang terjadi di sekitar kita. Kimia mengandung hal yang abstrak dan dianggap
Lebih terperinciApa itu Atom? Miftachul Hadi. Applied Mathematics for Biophysics Group. Physics Research Centre, Indonesian Institute of Sciences (LIPI)
Apa itu Atom? Miftachul Hadi Applied Mathematics for Biophysics Group Physics Research Centre, Indonesian Institute of Sciences (LIPI) Kompleks Puspiptek, Serpong, Tangerang 15314, Banten, Indonesia E-mail:
Lebih terperinciAnalisis Energi Osilator Harmonik Menggunakan Metode Path Integral Hypergeometry dan Operator
ISSN:089 033 Indonesian Journal of Applied Physics (0) Vol. No. halaman 6 April 0 Analisis Energi Osilator Harmonik Menggunakan Metode Path Integral Hypergeometry dan Operator Fuzi Marati Sholihah, Suparmi,
Lebih terperinciBAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM
BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM 1.1 Teori Atom Perkembangan teori atom merupakan sumbangan pikiran dari banyak ilmuan. Konsep dari suatu atom bukanlah hal yang baru. Ahli-ahli filsafah Yunani pada tahun
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 2 JP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 2 JP Standar Kompetensi 1. Memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat
Lebih terperinciSejarah Teori Kuantum. Efek Fotolistrik
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN Pendidikan Fisika http://pf.uad.ac.id Sejarah Teori Kuantum Kuliah Sejarah Fisika Rachmad Resmiyanto http://rachmadresmi.staff.uad.ac.id Efek Fotolistrik Philip Lenard (1862-1947)
Lebih terperinci