BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
|
|
- Dewi Budiono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam dunia mikroskopik, fisika klasik mengalami kegagalan untuk menjelaskan setiap fenomena yang ada. Spektrum khas yang dimiliki oleh atom, teramatinya dua komponen spin pada eksperimen Stern-Gerlach, dan pola interferensi elektron merupakan beberapa contoh kasus ketika fisika klasik tidak dapat berperan untuk menjelaskan gejala alam pada tataran dunia mikroskopik. Hal ini kemudian diketahui disebabkan karena dunia mikroskopik memiliki perilaku yang sama sekali berbeda meskipun masih menjadi perdebatan di kalangan fisikawan dengan dunia makroskopik. Untuk itu, diperlukan suatu teori lain yang mampu menggantikan teori fisika klasik. Pada tataran mikroskopik, alam memiliki sifat yang diskrit (Max Planck menyebutnya sebagai terkuantisasi) dan probabilistik. Spektrum khas yang dimiliki oleh setiap atom, tidak lain adalah tingkat-tingkat energi yang terkuantisasi di dalam struktur atom tersebut. Spektrum tersebut menunjukkan besarnya nilai energi yang boleh dilepaskan atau diserap oleh elektron untuk berpindah dari satu kulit ke kulit yang lain di dalam struktur atom. Spektrum ini kemudian dapat dijelaskan dengan baik oleh mekanika kuantum, sebuah teori yang muncul pada seperempat awal abad keduapuluh. Dalam perkembangannya, mekanika kuantum tidak hanya mampu memberikan penjelasan bagi hasil-hasil pengamatan, namun ia juga mampu memberikan prediksi yang akurat mengenai gejala-gejala dunia mikroskopik. Dengan kata lain, dunia mikroskopik seolah menjadi wilayah kekuasaan mekanika kuantum. Sebagaimana hukum-hukum fisika lainnya, sistem koordinat merupakan salah satu hal penting yang perlu diperhatikan bagi suatu teori. Ia merupakan kerangka kerja yang dapat digunakan untuk menyederhanakan permasalahan yang sedang dihadapi. Sebagai contoh, masalah atom hidrogen yang berkaitan dengan potensial terpusat (central potential) akan lebih mudah untuk diselesaikan dalam sistem koordinat bola daripada sistem koordinat Cartesian. Di sisi lain, permasalahan seperti osilator harmonik atau potensial sumur tak-berhingga akan lebih mudah untuk diselesaikan jika dikerjakan dalam kerangka sistem koordinat Cartesian. Oleh karena itu, untuk setiap permasalahan yang sedang dihadapi, perlu dipilih sistem koordinat 1
2 2 yang memiliki karakter yang cocok untuk permasalahan tersebut. Pada reaktor fusi seperti tokamak dan stellarator, plasma yang terdiri dari partikel-partikel bermuatan berada di dalam ruang pengungkung yang berbentuk torus untuk jangka waktu tertentu agar terjadi reaksi fusi. Partikel-partikel ini bergerak di dalam potensial yang dihasilkan oleh arus pada kumparan-kumparan eksternal yang menghasilkan medan magnet toroidal, medan magnet poloidal, maupun potensial listrik yang menginduksi arus plasma. Dalam teori fisika plasma berbagai gejala yang teramati di dalam reaktor fusi tersebut berusaha untuk dijelaskan dalam kerangka sistem koordinat yang memanfaatkan bentuk simetri torus atau yang simetri dengan konfigurasi medan magnetnya. Sistem koordinat simetri torus yang paling mendasar adalah sistem koordinat toroidal dan sistem koordinat toroidal baku, sedangkan sistem koordinat yang memanfaatkan simetri konfigurasi medan magnet reaktor fusi disebut sebagai sistem koordinat fluks (terkadang juga disebut sebagai sistem koordinat magnetik). Sistem koordinat fluks yang paling umum dikenal meliputi sistem koordinat Hamada dan sistem koordinat Boozer, dimana keduanya menjadikan garis medan magnet atau fluks yang konstan sebagai sumbu-sumbu koordinatnya. Meski demikian, fisikawan plasma pada umumnya tidak menggunakan mekanika kuantum dalam teori plasma fusi. Hal ini karena teori klasik yang digunakan dianggap sudah cukup akurat dengan hasil pengamatan. Namun di sisi lain, masih ada begitu banyak permasalahan ketidakstabilan plasma di dalam reaktor fusi karena keterbatasan pemahaman atas sifat dan perilaku plasma, baik secara makroskopik maupun mikroskopik. Secara makroskopik, berkembang sebuah model yang memandang plasma sebagai suatu fluida termagnetisasi yang dikenal sebagai magnetohidrodinamika sedangkan secara mikroskopik, hanya sebatas memanfaatkan teori kinetik dari partikel-partikel penyusun plasma. Penelitian ini pada dasarnya berusaha untuk membangun dasar bagi mekanika kuantum untuk dapat mendeskripsikan sifat dan perilaku plasma secara mikroskopik. Oleh karena itu, teori mekanika kuantum tersebut perlu untuk diadaptasikan ke dalam sistem koordinat yang memanfaatkan simetri torus, khususnya sistem koordinat toroidal, sebelum ia dapat digunakan untuk membuat model kuantum bagi teori plasma fusi.
3 3 1.2 Perumusan Masalah 1. Bagaimana bentuk perumusan matematis operator posisi dalam sistem koordinat toroidal? 2. Bagaimana bentuk perumusan matematis operator momentum dalam sistem koordinat toroidal? 3. Bagaimana bentuk perumusan matematis operator Hamiltonan dalam sistem koordinat toroidal? 1.3 Batasan Masalah Agar pembahasan lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi pada perumusan operator observabel posisi, momentum, dan Hamiltonan untuk sistem koordinat toroidal, serta perumusan yang ditinjau adalah untuk kasus tak-relativistik. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian dalam Skripsi ini bertujuan untuk menjabarkan perumusan matematis berbagai observabel posisi, momentum, dan Hamiltonan mekanika kuantum dalam sistem koordinat toroidal. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian ini dapat digunakan pada sebarang kasus yang memiliki simetri torus, khususnya pada dinamika partikel dalam reaktor fusi tokamak dan stellarator. 2. Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan tambahan mengenai kebergantungan mekanika kuantum terhadap sistem koordinat, khususnya sistem koordinat toroidal, serta konsekuensinya terhadap penggambaran sistem yang ditinjau.
4 4 1.6 Tinjauan Pustaka Mekanika kuantum terbentuk melalui sejarah yang panjang. Istilah kuanta pertama kali digunakan oleh Max Planck ketika ia berusaha menjelaskan gejala radiasi benda hitam pada tahun Pada saat itu ia menyatakan bahwa energi pada spektrum radiasi benda hitam tidaklah kontinyu melainkan berupa paket-paket energi yang ia sebut kuanta. Gagasan Planck ini meraih sukses besar karena kecocokannya dengan hasil pengamatan dan berhasil mengatasi bencana ultraviolet yang dihadapi oleh hukum Rayleigh-Jeans. Gagasan terkuantisasi ini kemudian digunakan oleh Albert Einstein (meskipun pada akhirnya Einstein menjadi skeptis dengan teori kuantum) pada tahun 1905 untuk menjelaskan efek fotolistrik dengan menganggap gelombang elektromagnetik terkuantisasi sebagai foton. Berkebalikan dengan Einstein, Louis de Broglie pada tahun 1924 mengajukan sifat gelombang dari partikel dalam disertasinya. Tahun berikutnya muncul, bentuk mekanika kuantum yang formal pertama kali yang dirumuskan oleh Werner Karl Heisenberg. Perumusan Heisenberg ini disebut sebagai mekanika matriks, dimana setiap observabel dalam mekanika kuantum diwakili oleh suatu matriks. Max Born dan Ernst Pascual Jordan kemudian mendapati bahwa matriks Heisenberg memenuhi kondisi kuantum (Boffi, 2008), pq qp = h I, (1.1) 2πi dengan p, q, serta I, masing-masing adalah matriks momentum, posisi, dan identitas. Relasi ini kemudian dijadikan salah satu postulat fundamental dalam mekanika kuantum untuk berbagai operator posisi umum q dan operator momentum umum p. Tidak berselang lama, Erwin Schrödinger kemudian mempublikasikan mekanika gelombang untuk gelombang partikel de Broglie pada tahun Mekanika gelombang milik Schrödinger ini kemudian berakhir dengan diperkenalkannya persamaan Schrödinger gayut-waktu, 2 ψ 8π2 h V ψ + 4πi 2 h ψ t = 0 (1.2) dengan h adalah tetapan Planck serta massa partikel adalah m = 1. Secara terpisah dengan tulisan Schrödinger, Max Born memberikan salah satu sumbangan terbesar dengan interpretasi probabilistiknya bahwa ψ 2 adalah peluang untuk menemukan partikel. Perumusan mekanika matriks Heisenberg dan mekanika gelombang
5 5 Schrödinger ini kemudian disatukan oleh Paul Adrien Maurice Dirac dan ia juga memperkenalkan notasi bra-ket. Setelah era Heisenberg, Schrödinger, dan Dirac, mekanika kuantum kemudian semakin berkembang dengan munculnya beberapa perumusan yang berbeda. Berdasarkan perumusan matematiknya, mekanika kuantum setidaknya dapat diklasifikasikan menjadi sembilan perumusan yang berbeda. Bentuk perumusan mekanika kuantum yang lain di antaranya adalah perumusan integral lintasan, matriks kerapatann, variasional, gelombang pilot, dan Hamilton-Jacobi. Munculnya beberapa perumusan yang berbeda ini bukan tanpa alasan yang kuat, tetapi ada beberapa hal yang mendasari perlunya perumusan yang berbeda. Pertama karena adanya beberapa permasalahan yang rumit dalam satu perumusan, namun menjadi lebih sederhana pada perumusan yang lain. Selain itu, setiap perumusan memiliki cara pandangnya masing-masing terhadap permasalahan yang sedang ditinjau. Alasan yang terakhir adalah bentuk perluasan dari masing-masing perumusan tersebut (Styer et al., 2001). Perumusan mekanika kuantum untuk sistem koordinat yang bukan Cartesian pada dasarnya sudah dimulai sejak awal kelahirannya. Mekanika kuantum dirumuskan dalam sistem koordinat bola oleh Paul Dirac yang digunakan untuk menjelaskan elektron dalam potensial terpusat atom hidrogen. Meski demikian, perumusan mekanika kuantum dalam sistem koordinat bola untuk atom hidrogen tidak menyentuh pada bentuk operatornya, melainkan hanya sebatas perumusan persamaan Schrödingernya saja yang cukup dilakukan dengan mengganti operator Laplacian 2 dalam sistem koordinat bola. Di sisi lain, perumusan operator yang mewakili observabel dalam mekanika kuantum tidak dapat dilakukan hanya dengan mengganti operator begitu saja. Salah satu artikel yang mendiskusikan mengenai perumusan operator ini di antaranya dituliskan oleh Zhan (1988) yang membahas tentang operator mekanika kuantum, baik operator momentum maupun operator lainnya secara umum, serta aturan korespondensi dalam sistem koordinat lengkung ortogonal secara umum. Metode pengkuantuman ini lebih dikenal sebagai metode pengkuantuman kanonis (Merzbacher, 1998). Namun terdapat beberapa kelemahan dalam metode pengkuantuman semacam ini seperti yang disebutkan oleh Rosyid (2005) sehingga kemudian berkembang beberapa metode pengkuantuman lainnya, seperti misalnya pengkuantuman geometrik. Sejak tahun 1950-an, penelitian plasma untuk fusi nuklir sudah mulai dilakukan namun masih pada tahap yang dirahasiakan. Baik Amerika Serikat maupun Rusia, keduanya melakukan risetnya dengan memanfaatkan gerak partikel bermuat-
6 6 an dengan medan magnet yang berbentuk melingkar, yaitu menggunakan konfigurasi toroidal. Meski begitu, konfigurasi ini masih menyisakan masalah akibat gerak hanyut partikel bermuatan oleh kelengkungan medan magnet yang cenderung untuk melemparkan partikel-partikel plasma keluar dari daerah pengungkungan. Hal ini kemudian diatasi dengan diusulkan perlunya medan magnet tambahan berupa medan magnet poloidal. Ide tentang perlunya medan magnet poloidal ini diusulkan oleh Igor Tamm dan Andrei Sakharov pada 1951 di Rusia serta Lyman Spitzer, Jr. pada 1952 di Amerika Serikat secara terpisah. Ide Tamm dan Sakharov kemudian diwujudkan dalam bentuk tokamak (dari kata toroidalnaya kamera maknitanaya yang artinya kamar pengungkung toroidal bermedan magnet) oleh Yavlinsky dan Artsimovich (Furth, 1981) sedangkan ide Spitzer kemudian diwujudkan dalam bentuk stellarator di Princeton Plasma Physics Laboratory (Bosch, 2004). Perbedaan mendasar dari kedua reaktor fusi tersebut adalah arus yang menjadi sumber medan magnet poloidal. Pada tokamak, medan magnet poloidal dihasilkan oleh arus di dalam plasma serta dibantu oleh kumparan poloidal. Sementara pada stellarator, medan magnet poloidal murni dihasilkan oleh arus eksternal dari kumparan yang bentuknya terpilin. Berkaitan dengan sumber medan poloidal, stellarator dianggap lebih unggul daripada tokamak karena minimnya peluang munculnya ketidakstabilan plasma oleh arus plasma (current-driven instabilities). Kajian mengenai gerak partikel bermuatan dalam medan magnet merupakan salah satu aspek penting dalam memahami sifat plasma di dalam reaktor fusi. Penyelesaian analitik gerak partikel bermuatan untuk medan magnet yang tak seragam pertama kali dilakukan oleh Alfvén (1940). Kemudian hal ini juga mendapat perhatian dari seorang fisikawan Amerika, Lyman Spitzer, Jr., yang menunjukkan adanya gerak hanyut (drift) ketika partikel bermuatan berada di dalam medan magnet yang tak-seragam (Spitzer, 1956). Topik ini kemudian terus berkembang diikuti oleh Seymour (1959, 1970), Hurley (1961), serta Karlson (1962) yang memberikan penyelesaian klasik gerak hanyut partikel bermuatan untuk berbagai konfigurasi medan magnet yang berbeda dengan berbagai macam metode pendekatan. Di sisi lain, penjelasan atas dinamika partikel bermuatan dalam medan magnet seragam mengunakan tinjauan mekanika kuantum sudah diawali oleh Landau pada tahun 1933 (Landau dan Lifshitz, 1977). Jika tinjauan klasik atas gejala ini membolehkan partikel untuk memiliki bentuk distribusi energi yang kontinyu, sesuai dengan medan B serta kecepatan awal partikel, maka Landau menunjukkan bahwa partikel justru hanya boleh memiliki tingkat-tingkat energi tertentu yang ni-
7 7 lainya adalah E = ( n + 1 ) ω H + p2 z 2 2m µσh s, (1.3) yang disebut sebagai tingkat-tingkat Landau (Landau dan Lifshitz, 1977). Tinjauan mekanika kuantum untuk dinamika partikel tunggal dalam medan magnet baru dilakukan kembali oleh de Jesus et al. (1999), Chan et al. (2012),Oikawa et al. (2011) secara analitik dengan verifikasi numeriknya. Sementara pemodelan kuantum untuk sistem banyak partikel, yang disebut sebagai hidrodinamika kuantum, di antaranya dideskripsikan oleh Manfredi (2012) dengan menggunakan distribusi Fermi-Dirac. (2005), Vladimirov et al. (2011), serta Zamanian Salah satu gejala kuantum yang dicoba untuk dimasukan ke dalam model plasma pada model hidrodinamika kuantum adalah interaksi spin partikel dengan medan magnet seperti pada Zamanian (2012). Namun Krishnaswami et al. (2011) menunjukkan bahwa rasio momen magnet spin, µ s, terhadap momen magnet gerak girokinetik, µ g, untuk elektron adalah µ s µ g 10 7 (1.4) dan menyatakan bahwa efek kuantum ini dapat diabaikan. Meskipun momen magnet dari spin dapat diabaikan, namun perlu ditelisik lebih mendalam gejala kuantum lainnya yang mungkin saja terjadi di dalam plasma, secara mikroskopik maupun efeknya makroskopik. 1.7 Metodologi Penelitian Penelitian dalam Skripsi ini dilakukan dengan metode studi literatur dan penjabaran persamaan yang bersesuaian dengan kasus yang sedang ditinjau. 1.8 Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam memahami alur berpikir dalam topik usulan penelitian ini, maka penulisannya terbagi menjadi dua pokok bahasan utama, yaitu mengenai dasar-dasar mekanika kuantum dan tentang sistem koordinat toroidal. Pada bab I dipaparkan latar belakang permasalahan, tujuan penelitian, serta diberikan uraian singkat mengenai perkembangan teori kuantum dan fisika reaktor fusi. Kemudian pada Bab II, diuraikan mengenai prinsip-prinsip dasar mekanika kuantum. Pada Bab III, diuraikan mengenai bentuk geometri reaktor fusi serta sistem koordinat
8 8 toroidal. Pada Bab IV, diuraikan proses pengkuantuman operator posisi, momentum, serta Hamiltonan untuk partikel bebas dan partikel dalam medan magnet. Di dalam Bab IV juga diuraikan sifat-sifat dari tiap-tiap operator tersebut serta kesesuaiannya dengan postulat-postulat dasar mekanika kuantum. Kemudian pada Bab V diuraikan kesimpulan yang diperoleh serta saran untuk pengembangan berikutnya, sedangkan dua bab terakhir merupakan lampiran yang berisi detail tentang sistem koordinat toroidal serta pembuktian beberapa komutator dan penurunan operator.
POK O O K K O - K P - OK O O K K O K MAT A ERI R FISIKA KUANTUM
POKOK-POKOK MATERI FISIKA KUANTUM PENDAHULUAN Dalam Kurikulum Program S-1 Pendidikan Fisika dan S-1 Fisika, hampir sebagian besar digunakan untuk menelaah alam mikro (= alam lelembutan micro-world): Fisika
Lebih terperinciFISIKA MODERN. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB
FISIKA MODERN Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB 1 MANFAAT KULIAH Memberikan pemahaman tentang fenomena alam yang tidak dapat dijelaskan melalui fisika klasik Fenomena alam yang berkaitan
Lebih terperinciDUALISME GELOMBANG-PARTIKEL. Oleh: Fahrizal Eko Setiono
DUALISME GELOMBANG-PARTIKEL Oleh: Fahrizal Eko Setiono RADIASI BENDA HITAM Benda hitam adalah benda yang yang dapat menyerap semua radiasi yang dikenakan padanya. Radiasi yang dihasilkan oleh benda hitam
Lebih terperinciAtom menyusun elemen dengan bilangan sederhana. Setiap atom dari elemen yang berbeda memiliki massa yang berbeda.
Review Model Atom Model Atom Dalton Atom menyusun elemen dengan bilangan sederhana. Setiap atom dari elemen yang berbeda memiliki massa yang berbeda. Model Atom Thomson Secara garis besar atom berupa bola
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensial Coulomb untuk Partikel yang Bergerak Dalam bab ini, akan dikemukakan teori-teori yang mendukung penyelesaian pembahasan pengaruh koreksi relativistik potensial Coulomb
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah ciptaan Tuhan yang sangat istimewa. Manusia diberi akal budi oleh sang pencipta agar dapat mengetahui dan melakukan banyak hal. Hal lain yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN FISIKA KUANTUM. Asep Sutiadi (1974)/( )
PENDAHULUAN FISIKA KUANTUM FI363 / 3 sks Asep Sutiadi (1974)/(0008097002) TUJUAN PERKULIAHAN Selesai mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pada kondisi seperti apa suatu permasalahan
Lebih terperinciSilabus dan Rencana Perkuliahan
Silabus dan Rencana Perkuliahan Mata kuliah : PEND.FISIKA KUANTUM Kode : FI 363 SKS : 3 Nama Dosen : Team Dosen Pend fisika Kuantum Yuyu R.T, Parlindungan S. dan Asep S Standar Kompetensi : Setelah mengikuti
Lebih terperinciTeori Atom Mekanika Klasik
Teori Atom Mekanika Klasik -Thomson -Rutherford -Bohr -Bohr-Rutherford -Bohr-Sommerfeld Kelemahan Teori Atom Bohr: -Bohr hanya dapat menjelaskan spektrum gas hidrogen, tidak dapat menjelaskan spektrum
Lebih terperinciIII. SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata kuliah : FISIKA KUANTUM Kode : FI 363 SKS : 3 Nama Dosen : Yuyu R.T, Parlindungan S. dan Asep S
III. SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata kuliah : FISIKA KUANTUM Kode : FI 363 SKS : 3 Nama Dosen : Yuyu R.T, Parlindungan S. dan Asep S Standar : Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan memiliki
Lebih terperinciSchrodinger s Wave Function
SPEKTRA RADIASI ELEKTROMAGNET SPEKTRUM KONTINYU TEORI MAX PLANK TEORI ATOM BOHR SIFAT GELOMBANG Schrodinger s Wave Function MODEL ATOM MEKANIKA KUANTUM Persamaan gelombang Schrodinger TEORI MEKANIKA KUANTUM
Lebih terperinciPertanyaan Final (rebutan)
Pertanyaan Final (rebutan) 1. Seseorang menjatuhkan diri dari atas atap sebuah gedung bertingkat yang cukup tinggi sambil menggenggam sebuah pensil. Setelah jatuh selama 2 sekon orang itu terkejut karena
Lebih terperinciBAB FISIKA ATOM. Model ini gagal karena tidak sesuai dengan hasil percobaan hamburan patikel oleh Rutherford.
1 BAB FISIKA ATOM Perkembangan teori atom Model Atom Dalton 1. Atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur yang tidak dapat dibagi-bagi 2. Atom-atom suatu unsur semuanya serupa dan tidak dapat berubah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam fisika, dualisme partikel gelombang menyatakan bahwa setiap. dijelaskan melalui teori kuantum (Krane, 1992).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam fisika, dualisme partikel gelombang menyatakan bahwa setiap partikel dalam kondisi-kondisi tertentu dapat menunjukkan sifat gelombang, dan sebaliknya setiap gelombang
Lebih terperinciPendahuluan. Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan
1 Pendahuluan Tujuan perkuliahan Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan 1. Mengetahui gambaran perkuliahan. Mengerti konsep dari satuan alamiah dan satuan-satuan dalam fisika partikel 1.1.
Lebih terperinciBunyi Teori Atom Dalton:
Bunyi Teori Atom Dalton: Pada 1808, ilmuwan berkebangsaan Inggris, John Dalton, mengemuka- kan teorinya tentang materi atom yang dipublikasikan dalam A New System of Chemical Philosophy. Berdasarkan penelitian
Lebih terperinciFUNGSI GELOMBANG. Persamaan Schrödinger
Persamaan Schrödinger FUNGSI GELOMBANG Kuantitas yang diperlukan dalam mekanika kuantum adalah fungsi gelombang partikel Ψ. Jika Ψ diketahui maka informasi mengenai kedudukan, momentum, momentum sudut,
Lebih terperinciElektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam
Elektron Bebas Beberapa teori tentang panas jenis zat padat yang telah dibahas dapat dengan baik menjelaskan sifat-sfat panas jenis zat padat yang tergolong non logam, akan tetapi untuk golongan logam
Lebih terperinciHAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI
HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Kuantum Dosen Pengampu: Drs. Ngurah Made Darma Putra, M.Si., PhD Disusun oleh kelompok 8:.
Lebih terperinciPERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN
PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN TEORI FOTON Gelombang Elektromagnetik termasuk cahaya memiliki dwi-sifat (Dualisme)
Lebih terperinciXV. PENDAHULUAN FISIKA MODERN
XV - 1 XV. PENDAHULUAN FISIKA MODERN 15.1 Pendahuluan. Pada akhir abad ke-xix dan awal abad ke-xx semakin jelas bahwa fisika (konsepkonsep fisika) memerlukan revisi atau perubahan/penyempurnaan. Hal ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Atom Pion Atom pion sama seperti atom hidrogen hanya elektron nya diganti menjadi sebuah pion negatif. Partikel ini telah diteliti sekitar empat puluh tahun yang lalu, tetapi
Lebih terperinciKONTRAK PERKULIAHAN. Kode Mata Kuliah/SKS : FI 3412/3 (tiga) Semester/Tahun Akademi : Genap/2016/2017 : Telah mengikuti kuliah Fisika Modern
KONTRAK PERKULIAHAN Mata Kuliah : Fisika Kuantum Kode Mata Kuliah/SKS : FI 3412/3 (tiga) Semester/Tahun Akademi : Genap/2016/2017 Prasyarat : Telah mengikuti kuliah Fisika Modern Kelas : A Jumlah Pertemuan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Atom Bohr Pada tahun 1913, Niels Bohr, fisikawan berkebangsaan Swedia, mengikuti jejak Einstein menerapkan teori kuantum untuk menerangkan hasil studinya mengenai spektrum
Lebih terperinciPrinsip relativtas (pestulat pertama): Hukum-hukum fisika adalah sma untuk setiap kerangka acuan
Konsep teori relativitas Teori relativitas khusus Einstein-tingkah laku benda yang terlokalisasi dalam kerangka acuan inersia, umumnya hanya berlaku pada kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya. Transforasi
Lebih terperinciFISIKA MODERN. Pertemuan Ke-7. Nurun Nayiroh, M.Si.
FISIKA MODERN Pertemuan Ke-7 Nurun Nayiroh, M.Si. Efek Zeeman Gerakan orbital elektron Percobaan Stern-Gerlach Spin elektron Pieter Zeeman (1896) melakukan suatu percobaan untuk mengukur interaksi antara
Lebih terperinci16 Mei 2017 Waktu: 120 menit
OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) Tingkat Nasional Bidang Fisika: FISIKA MODERN & MEKANIKA KUANTUM (Tes 4) 16 Mei 2017 Waktu: 120 menit Petunjuk
Lebih terperinciKegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu. Sumber/ Bahan/Alat. Penilaian kinerja (sikap dan praktik), test tertulis
SILABUS Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : XII/1 Standar Kompetensi: 1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan masalah 1.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN
SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMA... Kelas / Semester : XII / II Mata Pelajaran : FISIKA Standar : 3. Menganalisis berbagai besaran fisis pada gejala kuantum dan batas-batas berlakunya relativitas Einstein
Lebih terperinciFungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1.
Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1. Hasil perhitungan klasik ini dikenal sebagai Hukum Rayleigh-
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alam tersusun atas empat jenis komponen materi yakni padat, cair, gas, dan plasma. Setiap materi memiliki komponen terkecil yang disebut atom. Atom tersusun atas inti
Lebih terperinciMekanika Kuantum. Orbital dan Bilangan Kuantum
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Mendeskripsikan struktur atom dan sifat-sifat periodik serta struktur molekul dan sifat-sifatnya. Menerapkan teori atom mekanika kuantum untuk menuliskan konfigurasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN (1-1)
BAB I PENDAHULUAN Penelitian tentang analisis system fisis vibrasi molekuler yang berada dalam pengaruh medan potensial Lenard-Jones atau dikenal pula dengan potensial 6-2 sudah dilakukan. Kajian tentang
Lebih terperinciCHAPTER I RADIASI BENDA HITAM
CHAPTER I RADIASI BENDA HITAM - Perpindahan panas matahari kebumi disebut salah satu contoh peristiwa radiasi - Setiap benda memancarkan radiasi panas - Pada suhu 1 K benda mulai berpijar kemerahan seperti
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 3 JP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 3 JP Standar Kompetensi 1. Memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN
SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMA NEGERI 3 DUMAI Kelas / Semester : XII / II Mata Pelajaran : FISIKA Standar : 3. Menganalisis berbagai besaran fisis pada gejala kuantum dan batas-batas berlakunya relativitas
Lebih terperinciFISIKA. Sesi TEORI ATOM A. TEORI ATOM DALTON B. TEORI ATOM THOMSON
FISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN TEORI ATOM A. TEORI ATOM DALTON 1. Atom adalah bagian terkecil suatu unsur yang tidak dapat dibagi lagi.. Atom suatu unsur serupa semuanya, dan tak
Lebih terperinciApa itu Atom? Miftachul Hadi. Applied Mathematics for Biophysics Group. Physics Research Centre, Indonesian Institute of Sciences (LIPI)
Apa itu Atom? Miftachul Hadi Applied Mathematics for Biophysics Group Physics Research Centre, Indonesian Institute of Sciences (LIPI) Kompleks Puspiptek, Serpong, Tangerang 15314, Banten, Indonesia E-mail:
Lebih terperinciSILABUS. : 2. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi
Nama Madrasah Kelas/Semester/Th SILABUS : SMAN 1 RANTAU : 2. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi Kegiatan Indikator Penilaian Alokasi 2.2
Lebih terperinciDualisme Partikel Gelombang
Dualisme Partikel Gelombang Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung agussuroso10.wordpress.com, agussuroso@fi.itb.ac.id 19 April 017 Pada pekan ke-10 kuliah
Lebih terperinci2. Deskripsi Statistik Sistem Partikel
. Deskripsi Statistik Sistem Partikel Formulasi statistik Interaksi antara sistem makroskopis.1. Formulasi Statistik Dalam menganalisis suatu sistem, kombinasikan: ide tentang statistik pengetahuan hukum-hukum
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.4. Hipotesis 1. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki perbedaan mulai kisaran energi 0.3 sampai 1.0. 2. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki kesamaan pada kisaran energi
Lebih terperinci#2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya
#2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Kerangka materi Tujuan: Memberikan pemahaman tentang sifat
Lebih terperinciFISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN
Kumpulan Soal Latihan UN UNIT FISIKA MODERN Radiasi Benda Hitam 1. Suatu benda hitam pada suhu 27 0 C memancarkan energi sekitar 100 J/s. Benda hitam tersebut dipanasi sehingga suhunya menjadi 327 0 C.
Lebih terperinciBAB 2 STRUKTUR ATOM PERKEMBANGAN TEORI ATOM
BAB 2 STRUKTUR ATOM PARTIKEL MATERI Bagian terkecil dari materi disebut partikel. Beberapa pendapat tentang partikel materi :. Menurut Democritus, pembagian materi bersifat diskontinyu ( jika suatu materi
Lebih terperinciXpedia Fisika. Soal Fismod 2
Xpedia Fisika Soal Fismod Doc. Name: XPPHY050 Version: 013-04 halaman 1 01. Peluruhan mana yang menyebabkan jumlah neutron di inti berkurang sebanyak satu? 0. Peluruhan mana yang menyebabkan identitas
Lebih terperinci10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA
10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi
Lebih terperinci#2 Dualisme Partikel & Gelombang Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya
#2 Dualisme Partikel & Gelombang Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Kerangka materi Tujuan: Memberikan pemahaman tentang sifat dualisme partikel dan gelombang
Lebih terperinciTEORI PERKEMBANGAN ATOM
TEORI PERKEMBANGAN ATOM A. Teori atom Dalton Teori atom dalton ini didasarkan pada 2 hukum, yaitu : hukum kekekalan massa (hukum Lavoisier), massa total zat-zat sebelum reaksi akan selalu sama dengan massa
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TEORI ATOM
DEMOKRITUS PERKEMBANGAN TEORI ATOM DALTON THOMSON RUTHERFORD BOHR MEKANIKA KUANTUM + + GAMBAR GAMBAR GAMBAR GAMBAR GAMBAR CATATAN : CATATAN : CATATAN : CATATAN : CATATAN : 1 PENEMUAN DERET BALMER Peralatan
Lebih terperinciDEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Alamat: Karangmalang, Yogyakarta 55281
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Alamat: Karangmalang, Yogyakarta 55281 RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER (Silabus) Fakultas : FMIPA
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MODEL ATOM DI SUSUN OLEH YOSI APRIYANTI A1F012044
PERKEMBANGAN MODEL ATOM DI SUSUN OLEH YOSI APRIYANTI A1F012044 PERKEMBANGAN MODEL ATOM Seorang filsuf Yunani yang bernama Democritus berpendapat bahwa jika suatu benda dibelah terus menerus, maka pada
Lebih terperinciUNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA. RPKPS (Rencana Program dan Pembelajaran Semester)
UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA RPKPS (Rencana Program Pembelajaran Semester) FISIKA DASAR II Semester 2/3 sks/mff 1012 Oleh Muhammad Farchani Rosyid Dengan a BOPTN P3-UGM tahun anggaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia sains, ilmu fisika mempunyai peran penting untuk memahami fenomena alam dari yang sederhana sampai yang kompleks. Hal itu dapat dilihat
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. A. Kemagnetan Bahan. Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet. seperti terlihat pada Gambar 2.
BAB II DASAR TEORI A. Kemagnetan Bahan Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet seperti terlihat pada Gambar 2. Gambar 2: Diagram pengelompokan bahan magnet (Stancil &
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) FISIKA MODERN OLEH : Tim Penyusun PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2009 Nama Matakuliah Kode / SKS : Fisika Modern
Lebih terperinciMAKALAH APLIKASI NUKLIR DI INDUSTRI
MAKALAH APLIKASI NUKLIR DI INDUSTRI REAKSI NUKLIR FUSI DISUSUN OLEH : Mohamad Yusup ( 10211077) Muhammad Ilham ( 10211078) Praba Fitra P ( 10211108) PROGAM STUDI FISIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena optik dapat mendeskripsikan sifat medium dalam interaksinya dengan gelombang elekromagnetik. Hal tersebut ditentukan oleh beberapa parameter optik, yaitu indeks
Lebih terperinciBAB 8 Teori Relativitas Khusus
Berkelas BAB 8 Teori Relativitas Khusus Standar Kompetensi: Menganalisis berbagai besaran fisis pada gejala kuantum dan batas-batas berlakunya relativitas Einstein dalam paradigma fisika modern. Kompetensi
Lebih terperinciSOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII
SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII 1. Tumbukan dan peluruhan partikel relativistik Bagian A. Proton dan antiproton Sebuah antiproton dengan energi kinetik = 1,00 GeV menabrak proton
Lebih terperinciBAB 19 A T O M. A. Pendahuluan
BAB 19 A T O M A. Pendahuluan Pemikiran ke arah penemuan atom dan inti atom telah berkembang di setiap peradaban sejak manusia mengenal tulisan atau yang lebih dikenal sebagai zaman permulaan sejarah.
Lebih terperinciFISIKA MODERN DAN FISIKA ATOM
MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-1 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-14 CAKUPAN MATERI 1. TEORI RELATIVITAS KHUSUS. EFEK FOTOLISTRIK 3. GELOMBANG DE BROGLIE 4. ATOM HIDROGEN 5. DIAGRAM
Lebih terperinciILMU FISIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.
ILMU FISIKA Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DEFINISI ILMU FISIKA? Ilmu Fisika dalam Bahasa Yunani: (physikos), yang artinya alamiah, atau (physis), Alam
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron
PENDAHUUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron bebas dalam satu dimensi dan elektron bebas dalam tiga dimensi. Oleh karena itu, sebelum mempelajari modul
Lebih terperinciBatasan KIMIA FISIKA DALTON BOHR M. KUANTUM
Batasan KIMIA FISIKA DATN BHR M. KUANTUM TUJUAN SMA KESE YA 2013 Perkembangan Teori Atom Stabilitas Hamburan α Fe Cu Bentuk atom + + - - + - - + Proust Teori atom avoiser Definisi atom Dalton Definisi
Lebih terperincijadi olahragawan, jadi wartawan, jadi pengusaha, jadi anggota DPR, jadi menteri, atau mungkin juga jadi presiden. Bagi mereka itu pemahaman ilmu
ix K Tinjauan Mata Kuliah emajuan dalam bidang teknologi pengajaran rupanya berjalan sangat cepat. Kalau kita menengok hal itu lewat internet misalnya, sudah ada program yang dinamakan Visual Quantum Mechanics,
Lebih terperinciMODUL 1 FISIKA MODERN MODEL MODEL ATOM
MODUL 1 FISIKA MODERN MODEL MODEL ATOM Oleh JAJA KUSTIJA, Drs. MSC. JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI J a k a r t a 2005 1 Nama Mata Kuliah / Modul Fisika Modern / Modul 1 Fakultas / Jurusan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Medan Bila bicara tentang partikel-partikel, maka akan selalu terkait dengan apa yang disebut dengan medan. Medan adalah sesuatu yang muncul merambah ruang waktu, tidak
Lebih terperinciApa yang dimaksud dengan atom? Atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur
Struktur Atom Apa yang dimaksud dengan atom? Atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur Atom tersusun atas partikel apa saja? Partikel-partikel penyusun atom : Partikel Lambang Penemu Muatan Massa 9,11x10-28g
Lebih terperinciSejarah Teori Kuantum
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN Pendidikan Fisika http://pf.uad.ac.id Sejarah Teori Kuantum Kuliah Sejarah Fisika Rachmad Resmiyanto http://rachmadresmi.staff.uad.ac.id Era Perang Fisika 3 dasawarsa (1900-1930)
Lebih terperinciUM UGM 2017 Fisika. Soal
UM UGM 07 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM07FIS999 Version: 07- Halaman 0. Pada planet A yang berbentuk bola dibuat terowongan lurus dari permukaan planet A yang menembus pusat planet dan berujung di permukaan
Lebih terperinciFungsi Gelombang Radial dan Tingkat Energi Atom Hidrogen
Fungsi Gelombang adial dan Tingkat Energi Atom Hidrogen z -e (r, Bilangan kuantum r atom hidrogenik Ze y x Fungsi gelombang atom hidrogenik bergantung pada tiga bilangan kuantum: nlm nl Principal quantum
Lebih terperinciStruktur Atom dan Sistem Periodik
Modul 1 Struktur Atom dan Sistem Periodik Drs. Ucu Cahyana, M.Si. M PENDAHULUAN odul Kimia Anorganik I merupakan suatu seri yang terdiri atas 9 modul. Dalam Modul 1 3, Anda akan mempelajari teori dasar
Lebih terperinciIsi Teori Niels Bohr. Kelebihan Niels Bohr. Kekurangan
dan Model Atom Kelompok 3 : Wahyu Trifandi Octa Cyntya Dewi Syarifah Aini Yayu Purnamasari Dini Andriani Shella Satiwi Guci Dian Apriliya KELUAR dan Model Atom Di dalam fisika atom, model adalah model
Lebih terperinciGerak lurus dengan percepatan konstan (GLBB)
Jenis Sekolah : SMA Mata Pelajaran : FISIKA Kurikulum : IRISAN (994, 2004, 2006) Program : ILMU PENGETAHUAN ALAM KISI-KISI PENULISAN SOAL TRY OUT UJI SMA NEGERI DAN SWASTA SA No. Urut 2 STANDAR KOMPETENSI
Lebih terperinciSpektrum Gelombang Elektromagnetik
Spektrum Gelombang Elektromagnetik Hubungan spektrum dengan elektron Berkaitan dengan energi energi cahaya. energi gerak elektron dan Keadaan elektron : Saat arus dilewatkan melalui gas pada tekanan rendah,
Lebih terperinci52. Mata Pelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang B. Tujuan
52. Mata Pelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis,
Lebih terperinciBAGIAN 1 PITA ENERGI DALAM ZAT PADAT
1.1. Partikel bermuatan BAGIAN 1 PITA ENERGI DALAM ZAT PADAT - Muatan elektron : -1,6 x 10-19 C - Massa elektron : 9,11 x 10-31 kg - Jumlah elektron dalam setiap Coulomb sekitar 6 x 10 18 buah (resiprokal
Lebih terperinciSIFAT GELOMBANG PARTIKEL DAN PRINSIP KETIDAKPASTIAN. 39. Elektron, proton, dan elektron mempunyai sifat gelombang yang bisa
SIFAT GELOMBANG PARTIKEL DAN PRINSIP KETIDAKPASTIAN 39. Elektron, proton, dan elektron mempunyai sifat gelombang yang bisa diobservasi analog dengan foton. Panjang gelombang khas dari kebanyakan partikel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Angin bintang dapat difahami sebagai aliran materi/partikel-partikel
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angin bintang dapat difahami sebagai aliran materi/partikel-partikel (plasma) dari permukaan atmosfer bintang dengan kecepatan cukup besar sehingga mampu melawan tarikan
Lebih terperinciKOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN FISIKA SMA NEGERI 78 JAKARTA
DAN MATA PELAJARAN FISIKA SMA NEGERI 78 JAKARTA FISIKA 1 (3 sks) responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
Lebih terperinciSTRUKTUR ATOM. Perkembangan Teori Atom
STRUKTUR ATOM Perkembangan Teori Atom 400 SM filsuf Yunani Demokritus materi terdiri dari beragam jenis partikel kecil 400 SM dan memiliki sifat dari materi yang ditentukan sifat partikel tersebut Dalton
Lebih terperinciB. Macam macam Model Atom a. Model Atom John Dalton. a. Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat. Makalah Struktur Atom 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atom adalah suatu satuan dasar materi, yang terdiri atas beberapa struktur. Istilah atom berasal dari Bahasa Yunani (átomos), yang berarti tidak dapat dipotong ataupun
Lebih terperinciSTRUKTUR ATOM DAN PERKEMBANGAN TEORI ATOM 0leh: Ramadani. sinar bermuatan negatif. kecil pembentuk atom tersebut yaitu
STRUKTUR ATOM DAN PERKEMBANGAN TEORI ATOM 0leh: Ramadani A. PENDAHULUAN Istilah atom pertama kali dikemukakan oleh filsuf Yunani bernama Demokritus dengan istilah atomos yang artinya tidak dapat dibagi.
Lebih terperinciBAB II PROSES-PROSES PELURUHAN RADIOAKTIF
BAB II PROSES-PROSES PELURUHAN RADIOAKTIF 1. PROSES PROSES PELURUHAN RADIASI ALPHA Nuklida yang tidak stabil (kelebihan proton atau neutron) dapat memancarkan nukleon untuk mengurangi energinya dengan
Lebih terperinciKISI PLPG 2013 MATA PELAJARAN FISIKA
KISI PLPG 2013 MATA PELAJARAN FISIKA Kompetensi Utama Standar Kompetensi Guru Standar Isi Kognitif Bloom Kompetensi Inti Kompetensi Guru Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Esensial C 1 C 2 C
Lebih terperinciFISIKA MODEREN. Edisi Ke - 2 SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS. Drs. Tarmizi, M.Pd
Edisi Ke - 2 Drs. Tarmizi, M.Pd FISIKA MODEREN Dicetak oleh : Percetakan & Penerbit SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS Telp. (0651) 8012221 Email. upt.percetakan@unsyiah.ac.id Darussalam, Banda Aceh SYIAH KUALA
Lebih terperinciTEORI ATOM Materi 1 : Baca teori ini, kerjakan soal yang ada di halaman paling belakang ini
TEORI ATOM Materi 1 : Baca teori ini, kerjakan soal yang ada di alaman paling belakang ini 1. Model atom Dalton a. Atom adala bagian terkecil suatu unsur yang tidak dapat dibagi-bagi lagi b. Atom suatu
Lebih terperinciAntiremed Kelas 12 Fisika
Antiremed Kelas 12 Fisika Fisika Kuantum - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0799 Version: 2012-09 halaman 1 01. Daya radiasi benda hitam pada suhu T 1 besarnya 4 kali daya radiasi pada suhu To, maka T 1
Lebih terperinciSTANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN FISIKA
STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN FISIKA A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
Lebih terperinciPELATIHAN OSN JAKARTA 2016 LISTRIK MAGNET (BAGIAN 1)
PLATIHAN OSN JAKATA 2016 LISTIK MAGNT (AGIAN 1) 1. Partikel deuterium (1 proton, 1 neutron) dan partikel alpha (2 proton, 2 neutron) saling mendekat dari jarak yang sangat jauh dengan energi kinetik masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persamaan Diferensial Parsial (PDP) digunakan oleh Newton dan para ilmuwan pada abad ketujuhbelas untuk mendeskripsikan tentang hukum-hukum dasar pada fisika.
Lebih terperinciFISIKA MODERN I (Pendekatan Konseptual) Dr. A.Halim, M.Si
FISIKA MODERN I (Pendekatan Konseptual) Dr. A.Halim, M.Si Syiah Kuala Univesity Press 2011 FISIKA MODERN I (Pendekatan Konseptual) Dr. A. HALIM, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah
Lebih terperincimodel atom mekanika kuantum
06/05/014 FISIKA MODERN Pertemuan ke-11 NURUN NAYIROH, M.Si Werner heinsberg (1901-1976), Louis de Broglie (189-1987), dan Erwin Schrödinger (1887-1961) merupakan para ilmuwan yang menyumbang berkembangnya
Lebih terperinciPETA MATERI FISIKA SMA UN 2015
PETA MATERI FISIKA SMA UN 2015 Drs. Setyo Warjanto setyowarjanto@yahoo.co.id 081218074405 SK 1 Ind 1 Memahami prinsip-prinsip pengukuran dan melakukan pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak
Lebih terperinciSILABUS. Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu. Sumber Belajar. Penilaian kinerja sikap, tugas dan tes tertulis
Nama Sekolah : SMA Negeri 78 Jakarta Mata Pelajaran : Fisika 4 Beban : 4 sks Standar Kompetensi : 1. Menerapkan konsep termodinamika dalam mesin kalor Kompetensi Dasar Indikator Materi SILABUS 1.1 Mendeskripsikan
Lebih terperinciStruktur dan Ikatan Kimia. Muhamad A. Martoprawiro
Struktur dan Ikatan Kimia Muhamad A. Martoprawiro i Daftar Isi Daftar Isi ii 1 Pendahuluan 1 2 Teori Kuantum: Fenomena dan Prinsip 3 2.1 Kuantisasi Energi dan Gelombang................ 3 2.1.1 Teori Planck
Lebih terperincidan penggunaan angka penting ( pembacaan jangka sorong / mikrometer sekrup ) 2. Operasi vektor ( penjumlahan / pengurangan vektor )
1. 2. Memahami prinsipprinsip pengukuran dan melakukan pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti, dan obyektif Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (konsep-konsep fisika) klasik memerlukan revisi atau penyempurnaan. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada akhir abad ke -19 dan awal abad ke -20, semakin jelas bahwa fisika (konsep-konsep fisika) klasik memerlukan revisi atau penyempurnaan. Hal ini disebabkan semakin
Lebih terperinciStatistik + konsep mekanika. Hal-hal yang diperlukan dalam menggambarkan keadaan sistem partikel adalah:
Bab 4 Deskripsi Statistik Sistem Partikel Bagaimana gambaran secara statistik dari sistem partikel? Statistik + konsep mekanika Hal-hal yang diperlukan dalam menggambarkan keadaan sistem partikel adalah:
Lebih terperinci