BAB II DASAR TEORI SEISMOELEKTRIK. 2.1 Fenomena Seismoelektrik Akibat Efek Elektrokinetik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DASAR TEORI SEISMOELEKTRIK. 2.1 Fenomena Seismoelektrik Akibat Efek Elektrokinetik"

Transkripsi

1 BAB II DASAR TEORI SEISMOELEKTRIK. Fenomena Seismoelektrik Akibat Eek Elektrokinetik Sejarah perkembangan metode seismoelektrik dimulai pada dekade 930-an ketika ditemukan hubungan antara kelistrikan dan siat-siat elastisitas pada batuan berpori. R. R. Thompson merupakan orang pertama yang melakukan pengukuran di lapangan dan menemukan bahwa terjadi perubahan konduktivitas listrik pada material bumi yang dilewati oleh gelombang seismik (Thompson, 936). Penelitian dan pengukuran di lapangan terus dilakukan dalam beberapa dekade kemudian hingga penelitian yang dilakukan oleh Karl E. Butler dan Ron D. Russel (003) serta Seth S. Haines et. al. (004). Penelitian yang dilakukan oleh Russel et. al. pada tahun 997 berhasil membedakan 4 eek yang dapat menimbulkan enomena seismoelektrik yaitu ) perubahan konduktivitas listrik oleh perubahan tekanan di sekitar gelombang seismik (Thompson, 939; Long dan Rivers, 975); ) eek piezo-elektrik di butiran-butiran kuarsa (Maxwell et. al., 99); 3) sinyal-sinyal listrik yang disebabkan oleh tubuh mineral sulida dalam skala besar (Kepic et. al., 995) i ; 4) sinyal listrik yang disebabkan oleh eek elektrokinetik dari perpindahan luida pengisi batuan berpori terhadap butiran matriks. i Ada juga yang menyatakan sinyal-sinyal rekuensi radio dihasilkan oleh rekahan-rekahan mikro sebagai akibat dari gelombang seismik 0

2 Gbr.. Fenomena seismoelektrik yang disebabkan oleh pemisahan muatan. (Haines, 004) Eek elektrokinetik merupakan enomena munculnya medan listrik atau medan elektromagnetik akibat adanya perpindahan asa cairan (luida pengisi batuan berpori) terhadap asa padatan (butiran matriks) (Glasstone, 94). Dalam studi geoisika, eek elektrokinetik terjadi pada batuan berpori tersaturasi luida. Pada tataran mikroskopis, eek elektrokinetik terjadi akibat absorbsi ion-ion negati pada permukaan butiran padatan (matriks) batuan yang menimbulkan kelebihan ion-ion positi bebas pada luida pengisi batuan. Dengan kata lain, telah terjadi pemisahan (separasi) muatan molekuler pada bidang batas matriks dan luida. Bidang batas ini disebut lapisan dua elektrik atau EDL (electric double layer) (Mikhailov, 997). Pemisahan muatan ini terjadi ketika gelombang seismik melewati suatu batuan dan menimbulkan perpindahan relati luida pembawa ion terhadap matriks batuan (lihat gambar.) sehingga menimbulkan arus listrik alir (streaming electric current). Arus listrik alir ini akan menghasilkan separasi muatan makroskopik yang menjadi sumber induksi medan listrik atau medan elektromagnetik. Besar medan ini dipengaruhi oleh siatsiat elektrokimia bidang batas luida dan matriks batuan serta mobilitas luida pengisi batuan. Berdasarkan hasil-hasil eksperimen dan perumusan teoritis, besar dari medan listrik terinduksi ini bergantung pada jenis-jenis luida pengisi batuan (air,

3 minyak), jenis matriks batuan (karbonat, silika), siat-siat mekanik dan struktur dari bahan tersebut (porositas, permeabilitas, konduktivitas listrik, modulus elastik, dan tersaturasi).. Karakteristik Gelombang Seismoelektrik Gelombang seismik yang menjalar melalui batuan berpori tersaturasi luida menciptakan gradien tekanan luida dan matriks batuan berkecepatan yang keduanya menyebabkan aliran luida pengisi batuan. Adanya EDL yang berada pada bidang batas luida-matriks batuan dan pergerakan luida pengisi batuan membawa sejumlah kecil muatan listrik yang berhubungan dengan muatan tertentu pada matriks-matriks batuan terdekat. Separasi muatan ini berhubungan dengan medan listrik yang sering disebut sebagai medan koseismik. Hal ini sering terjadi dan teramati pada enomena seismoelektrik. Gbr.. Medan koseismik dari gelombang P (akibat akumulasi muatan + dan - ) (Haines, 004) Gbr..3 Diagram konversi seismoelektrik pada bidang batas. (ketika gelombang seismik

4 seris merambat pada bidang batas sehingga terjadi pemisahan muatan dipol pada bidang batas. Dipol listrik yang terbentuk meradiasi medan elektromagnetik yang dapat dideteksi oleh antena dipol di permukaan) (Mikhailov et. al., 997) Fenomena seismoelektrik kedua yang dikenal terjadi ketika gelombang P bertemu di bidang batas siat isis material (seperti elastik, kimiawi, yang berkenaan dengan aliran, dsb.). Akibatnya separasi muatan di gelombang terganggu yang menyebabkan asimetri dalam distribusi muatan dan hasilnya sebagai osilasi dipole listrik yang kontribusi dominannya berasal dari zona Fresnel seismik pertama. Unsur terpenting dari zona Fresnel ini yaitu peranannya sebagai cincin dipol listrik yang terorientasi normal terhadap bidang batas. Cincin dipol ini berosilasi dengan bentuk gelombang dari gelombang seismik. Tetapi karena adanya gelombang elektromagnetik, skin depth pada rekuensi seismik biasanya lebih besar km ( km) dari garis pengukuran yang penting dalam sebuah survei dangkal, sedangkan medan listrik yang dihasilkan pada bidang batas dapat dimodelkan sebagai hasil yang muncul oleh dipol quasi-statik. Gbr..4 Respon bidang batas yang terbentuk ketika gelombang P mengenai bidang batas. Jenis ketiga dari enomena seismoelektrik diprediksi oleh Pride dan Haartsen (996) dan pertama kali dilaporkan oleh Haines et. al. (004). Kita dapat menyebut hal ini sebagai medan langsung atau direct ield karena medan ini dapat dipandang paralel dengan gelombang seismik langsung. Sumber titik yang diarahkan seperti 3

5 yang dihasilkan oleh tumbukan palu besar menciptakan tekanan luida yang relati lebih tinggi pada satu sisi dari titik tumbukan (di bawah permukaan pukulan palu). Distribusi tekanan luida yang berada dalam keadaan seimbang menghasilkan separasi muatan terinduksi secara elektrokinetik. Separasi muatan di titik vertikal tumbukan akan memiliki komponen dipol vertikal yang kuat. Medan listrik yang menyertainya berasal dari daerah tumbukan yang biasa disebut medan langsung (lihat gambar di bawah) Gbr..5 Gambaran skematik dari medan langsung seismoelektrik. Gelombang bertekanan dari sumber menciptakan distribusi muatan asimetris yang bertindak sebagai dipol listrik berosilasi. (Haines, 004).3 Persamaan-Persamaan Pengendali (Governing Equations) Kopling Elektromagnetik dan Elastik Pada Batuan Berpori Jenuh Tersaturasi Fluida ii Adapun landasan teoritik enomena seismoelektrik yang disebabkan oleh eek elektrokinetik dijelaskan melalui persamaan-persamaan pengendali yang diajukan oleh Steven R. Pride iii (994)..3. Pendahuluan ii Mikhailov, Oleg V., Matthijs W. Haartsen, dan M. Nai Toksoz. Electroseismic Investigation o the Shallow Subsurace: Field Measurements and Numerical Modeling. Geophysics Vol., No. (Januari-Februari 997), hal iii Steven R. Pride, Institut de Physique du Globe de Paris, Department de Geomagnetisme, Prancis 4

6 Thompson dan Gist (993), Butler et. al. (994), serta Mikhailov dan Haartsen (996) telah mengumpulkan data-data yang membuktikan bahwa ketika gelombang seismik merambat melalui lapisan sedimen dekat permukaan (kedalaman kurang dari 300 meter), gangguan elektromagnetik akan dihasilkan dan terekam di permukaan. Thompson dan Gist (993) serta Pride (994) berhipotesis bahwa dalam kebanyakan kasus, mekanisme kopling merupakan siat alami elektrokinetik. Berawal dari prinsip ini, Pride (994) menurunkan persamaan-persamaan yang mengendalikan enomena seperti elektroseismik dengan asumsi mekanisme kopling elektrokinetik terpenuhi. Ide utamanya seperti berikut. Butiran-butiran yang yang berada di sekitar material sedimen kelebihan muatan yang terabsorbsi ke permukaan material sedimen tadi (biasanya muatan negati) karena adanya reaksi-reaksi kimiawi yang terjadi antara ion-ion elektrolit dan terminal sites pada permukaan matriks. Muatan yang terikat secara kimiawi ini statis tetapi mencapai keseimbangan oleh lapisan yang berisi ion-ion positi bebas di luida yang berdekatan. Lapisan luida yang mengandung ion-ion berlawanan tetapi bergerak ini disebut lapisan dua elektrik (electric double layer: EDL) seperti yang dijelaskan pada section sebelumnya. Ketika gelombang seismik merambat melalui sedimen ini, pergerakan luida-padatan virtual terinduksi sehingga transport ion-ion berlawanan ini terhadap muatan-muatan statis tadi yang kemudian menginduksi arus listrik alir (streaming electric current). Arus alir inilah yang menjadi sumber terciptanya kopling elektromagnetik..3. Sejarah Umum iv iv Dari Pride, Steve R Governing Equations or the Coupled Electromagnetics and Acoustics o Porous Media: Physical Review B, Vol. 50, No., hal

7 Dari beberapa pekerjaan analisis teoritik yang dilakukan sebelumnya, Frenkel (994) mempostulatkan persamaan-persamaan yang dapat memperkirakan jumlah pergerakan virtual luida yang terinduksi oleh gelombang seismik. Ia mencoba menyesuaikan aliran terinduksi medan listrik dengan menggunakan persamaan Helmholtz-Smoluchowski. Persamaan ini mengasumsikan bahwa arus listrik total dalam material berpori yang merupakan jumlah dari arus listrik alir (akibat adanya EDL) dan arus konduksi adalah nol. Dengan demikian dalam model Frankel medan listrik yang dihasilkan hanya berada di daerah aliran yang terinduksi seismik. Jumlah arus yang sesungguhnya dihitung dengan menggunakan hukum Ampere dan persamaan Maxwell yang sudah dikembangkan. Neev dan Yeatts juga mempostulatkan sejumlah persamaan-persamaan untuk mencoba memodelkan interaksi antara gelombang mekanik dan medan listrik akibat eek elektrokinetik. Mereka tidak menggunakan sejumlah persamaanpersamaan Maxwell yang mengarahkan mereka pada kesimpulan yang salah bahwa gelombang mekanik geser tidak dihasilkan dari gangguan elektromagnetik. Mereka hanya memperbolehkan medan listrik dihasilkan oleh pemisahan muatan. Meskipun demikian, gelombang mekanik geser menghasilkan arus listrik alir bebas deviasi arus alir yang bukan berasal dari kelebihan muatan induksi yang bertindak sebagai sumber arus dalam hukum Ampere. Baik Neev dan Yeatts serta Frankel menolak adanya kebergantungan waktu dalam usulan mereka. Dalam tugas akhir ini, persamaan-persamaan continuum yang diketahui dioperasikan pada butiran-butiran (matriks) padatan dan elektrolit luida dengan perata-rataan volume untuk memperoleh persamaan-persamaan pengendali mikroskopik. Persamaan-persamaan akhir memiliki bentuk persamaan Maxwell yang berkopling dengan persamaan Biot. Kopling ini muncul dari postulat: ) 6

8 butiran-butiran padatan memiliki kesamaan densitas muatan permukaan yang terabsorbsi ke permukaan, dan ) sebelum gangguan tiba, jumlah muatan yang terkandung dalam volume material berpori adalah nol. Kebergantungan rekuensi dari koeisien transport juga akan diberikan. Adapun asumsi-asumsi yang digunakan dalam penurunan persamaan-persamaan pengendali antara lain hanya gangguan linear saja yang diperbolehkan yaitu gangguan yang mentaati prinsip superposisi gelombang linear; luida diasumsikan sebagai elektrolit ideal sehingga dapat membatasi konsentrasi hingga kurang dari mol/liter; baik butiran-butiran padatan dan hukum-hukum mikroskopis diasumsikan dalam kondisi isotropik; semua eek diusi terinduksi gelombang contohnya luks yang muncul akibat gradien konsentrasi ion terinduksi gelombang pada akhirnya dapat diabaikan. Seperti dijelaskan bahwa ada kondisi yang harus dipenuhi supaya asumsi-asumsi ini dapat diormulasikan pada butiran dan material berpori: ) konstanta dielektrik butiran harus lebih kecil daripada konstanta dielektrik elektrolit, dan ) ketebalan EDL haruslah lebih kecil dari radius kurva butiran-butiran padatan..3.3 Persamaan-Persamaan Pengendali (Governing Equations) Adanya asumsi bahwa ion-ion elektrolit dan molekul-molekul air yang secara isis dan kimia terabsorbsi ke permukaan butiran-butiran padatan. Lapisan ini termasuk daerah permukaan yang sekarang terionisasi pada permukaan butiran. Molekul dan ion di lapisan ini diasumsikan statis. Dalam kamus EDL, lapisan penyerap ini mewakili lapisan Stern atau dengan kata lain bagian luar dan bagian dalam 7

9 lapisan Helmholtz. Jika ada muatan yang lebih yang masih tinggal di lapisan penyerap akan distabilkan oleh kelebihan jumlah muatan dinamis yang terdistribusi di luida terdekatnya. Daerah di mana luida menstabilkan muatan di lapisan penyerap disebut lapisan diusi. Lapisan penyerap dan lapisan diusi keduanya membentuk EDL. Daerah yang memisahkan lapisan diusi dari lapisan penyerap disebut shear plane dan akan digunakan untuk mendeinisikan bidang batas luida-padatan S w (w berarti wall: dinding). Lapisan penyerap begitu tipis 0 Angstrom. Dengan demikian, dalam penjelasan continuum berikutnya, siatsiat isis lapisan penyerap menyatakan syarat batas pada S w khususnya kerapatan muatan permukaan yang identik Q o. Adapun persamaan-persamaan pengendali yang diajukan oleh Pride diturunkan dari perata-rataan volume untuk seluruh V A terhadap hukum-hukum continuum yang mengendalikan respon lokal pada butiran dan pori batuan. Dan hasil peratarataan ini diperoleh persamaan-persamaan elektromagnetik Maxwell, mekanika Biot, dan transport makroskopik untuk bahan/medium/batuan sedimen berpori tersaturasi luida. Persamaan-persamaan pengendali untuk menjelaskan enomena seismoelektrik di continuum berpori dengan asumsi e -it bergantung waktu dalam domain rekuensi untuk semua medan dan perpindahan ini seperti berikut v t B v v [ ρ + ρ w] + F, τ B =...(.) Bu r t v v t v v τ = t...(.) v v v vt [ K u + C w] I + G[ u + u ui ], G v v v v = C u + M w...(.3) p Dari persamaan-persamaan di atas, respon mekanik dikarakteristik oleh bulk tensor stress/tegangan t τ, tekanan luida p, dideinisikan u r sebagai perpindahan seismik pada matriks batuan (asa padatan), w r sebagai perpindahan relati luida terhadap 3 8

10 matriks, dan F r menyatakan aktor sumber seismik, serta I t merupakan tensor identitas. Selain itu ada variabel lain seperti ρ yang menyatakan densitas bulk medium yang dapat dirumuskan dari asumsi Biot-Gassmann sebagai berikut ( φ) ρ s ρ φρ +...(.4) dengan ρ dan ρ s masing-masing menyatakan densitas luida dan densitas matriks batuan. Dalam kasus enomena gelombang, densitas bulk ini dideinisikan ulang menjadi densitas eekti luida yang sedang bergerak relati terhadap ase padat batuan. Densitas eekti ini dirumuskan sebagai berikut: ~ ρ ( ) i = k η ( )...(.5) dengan η menyatakan viskositas luida pada rongga, merupakan rekuensi (angular) gelombang, dan k ( ) merupakan permeabilitas medium. Pada medium berpori berase ganda, variabel-variabel elastik seperti K G dideinisikan sebagai modulus bulk Gassmann, G merupakan modulus geser, C, M, dan H merupakan modulus-modulus Biot. Modulus-modulus elastik ini didapatkan melalui perumusan sebagai berikut K G C M = K r + φk + + D ( + φ) KsD,...(.6) = K + KsD, + D...(.7) = K, φ + D...(.8) 4 H = K G + G...(.9) 3 dengan, K D = φ φk [( + ) K K ] s r...(.0) s 9

11 dengan φ menyatakan porositas medium; serta K r, K, dan K s masing-masing menyatakan modulus bulk kerangka (r: ramework) butiran batuan, luida pengisi pori, dan butiran/ase padatan batuan. Keempat rumusan modulus elastik ini berlaku valid apabila butiran-butiran pembentuk batuan bersiat homogenisotropik untuk seluruh ruang volume V A. Perambatan gelombang elektromagnetik pada bahan/medium dapat dijelaskan dari keempat persamaan Maxwell dan dua persamaan konstituti berdomain rekuensi v r D = φ L l= ez l N,...(.) B r = 0,...(.) v r r E = ib,...(.3) v r r r v B = J i D + C,...(.4) r r φ r D = ε oκe = ε o ( κ κ s ) + κ s E, α...(.5) r B H r = μo...(.6) Besaran-besaran isis penting yang tercantum pada keenam persamaan ini ialah rapat arus listrik J v, perpindahan elektrik D r, medan listrik E r, medan magnetik H r, induksi magnetik B r, dan aktor sumber C v berupa rapat arus injeksi. Siat-siat isik yang juga tercantum pada enam persamaan di atas, antara lain: permitivitas listrik vakumε o, permeabilitas magnetik vakum μ o, konstanta dielektrik medium κ, konstanta dielektrik relati luida κ, konstanta dielektrik relati padatan κ s, dan turtuositas medium α. Sedangkan, variabel-variabel seperti muatan elektron e, elektron valensi bahan z dan ase rata-rata luida N menunjukkan eek makroskopik bahan akibat perata-rataan persamaan mikroskopik. Untuk kasus 30

12 enomena gelombang, permitivitas listrik medium dideinisikan kembali menjadi permitivitas listrik eekti dari medium berpori yang dirumuskan sebagai berikut ~ ε i = ~...(.7) ( ) ε ( ) + σ ( ) ρ( ) L ( ) di mana L merupakan koeisien kopling elektrokinetik dan σ() menyatakan konduktivitas listrik medium. Sekarang akan diturunkan persamaan kopling elastik dan medan elektromagnetik. Diasumsikan bahwa kopling ini disebabkan oleh arus listrik alir dan elektroosmosis. Adapun kopling elastik dan medan eletromagnetik terdapat dalam persamaan-persamaan transport di medium berikut ini! r J r v = σ E + L[ p + ρ u],...(.8) v r k v i w = LE + [ p + ρ u],...(.9) η di mana σ adalah konduktivitas listrik medium, k merupakan permeabilitas, η sebagai viskositas luida, σ merupakan konduktivitas listrik bahan, dan L merupakan koeisien kopling elektrokinetik (kedua persamaan di atas bergantung rekuensi). Koeisien kopling elektromagnetik L adalah komponen kunci dalam persamaan-persamaan ini sebabnya dapat menjelaskan hubungan antara pergerakan butiran ataupun luida dan medan listrik. Dari sudut pandang seismoelektrik, hal yang menarik dari setiap hubungan ini adalah persamaan (.7) dan (.8) sebab persamaan-persamaan ini merupakan persamaan transport yang berkaitan dengan elektromagnetik dan eek mekanik. Persamaan (.8) pada dasarnya merupakan hukum Darcy untuk aliran air yang disebabkan oleh perbedaan hydraulic head (gradien tekanan luida), juga mencakup dalam ungkapan LE yang menjelaskan bagaimana medan listrik dapat menyebabkan perpindahan butiran ataupun luida. 3

13 3 Ketika besaran-besaran isis di atas dapat dikaitkan dengan perumusan yang diberikan oleh Pride (994) seperti di bawah ini. ( ) 0 4 = t t i m i k k...(.0) ( ) 3 0 ~ ~ 4 Λ = δ d i d m i L L t...(.) ( ) ( ) Λ + + = C em C os σ α φσ σ 0...(.)

14 (halaman ini sengaja dikosongkan) 33

FENOMENA ELEKTROKINETIK DALAM SEISMOELEKTRIK DAN PENGOLAHAN DATANYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGURANGAN BLOK. Tugas Akhir

FENOMENA ELEKTROKINETIK DALAM SEISMOELEKTRIK DAN PENGOLAHAN DATANYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGURANGAN BLOK. Tugas Akhir FENOMENA ELEKTROKINETIK DALAM SEISMOELEKTRIK DAN PENGOLAHAN DATANYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGURANGAN BLOK Tugas Akhir Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di Program

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. [1] Butler, Karl E., dan R. Don Russell Cancellation of Multiple Harmonic Noise

DAFTAR PUSTAKA. [1] Butler, Karl E., dan R. Don Russell Cancellation of Multiple Harmonic Noise DAFTAR PUSTAKA [1] Butler, Karl E., dan R. Don Russell. 2003. Cancellation of Multiple Harmonic Noise Series In Geophysical Records. Geophysics, No. 68, hal. 1083-1090. [2] Garambois, S., dan M. Dietrich.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1 Latar belakang Secara umum geofisika atau fisika bumi adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena-fenomena fisika yang terjadi di lapisan-lapisan

Lebih terperinci

BAB III TEORI FISIKA BATUAN. Proses perambatan gelombang yang terjadi didalam lapisan batuan dikontrol oleh

BAB III TEORI FISIKA BATUAN. Proses perambatan gelombang yang terjadi didalam lapisan batuan dikontrol oleh BAB III TEORI FISIA BATUAN III.1. Teori Elastisitas Proses perambatan gelombang yang terjadi didalam lapisan batuan dikontrol oleh sifat elastisitas batuan, yang berarti bahwa bagaimana suatu batuan terdeformasi

Lebih terperinci

GEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata

GEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata GEOFISIKA EKSPLORASI [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata PENDAHULUAN Metoda geofisika merupakan salah satu metoda yang umum digunakan dalam eksplorasi

Lebih terperinci

BAB II GELOMBANG ELASTIK DAN EFEK VIBRASI

BAB II GELOMBANG ELASTIK DAN EFEK VIBRASI BAB II GELOMBANG ELASTIK DAN EFEK VIBRASI 2. 1 Gelombang Elastik Gelombang elastik adalah gelombang yang merambat pada medium elastik. Vibroseismik merupakan metoda baru dikembangkan dalam EOR maupun IOR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA SEISMOELEKTRIK. palu. Dari referensi pengukuran seismoelektrik di antaranya yang dilakukan oleh

BAB III METODE PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA SEISMOELEKTRIK. palu. Dari referensi pengukuran seismoelektrik di antaranya yang dilakukan oleh BAB III METODE PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA SEISMOELEKTRIK 3.1 Metode Pengambilan Data Ada beberapa konfigurasi pengukuran yang digunakan dalam pengambilan data seismoelektrik di lapangan. Konfigurasi

Lebih terperinci

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1) Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1) 1) Program Studi Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

C iklm = sebagai tensor elastisitas

C iklm = sebagai tensor elastisitas Teori elastisitas menjadi dasar pokok untuk mendiskripsikan perambatan gelombang elastik. Tensor stress σ ik dan tensor strain ε ik dihubungkan oleh persamaan keadaan untuk suatu medium. Pada material

Lebih terperinci

Semua benda di sekeliling kita mempunyai sifat magnetik. Akibatnya semua benda terpengaruh oleh medan magnet. Efek yang

Semua benda di sekeliling kita mempunyai sifat magnetik. Akibatnya semua benda terpengaruh oleh medan magnet. Efek yang BAB II TEORI DASAR 2.1 Perilaku Bahan Dalam Medan Magnetik 2.1.1 Permeabilitas Magnetik Material Semua benda di sekeliling kita mempunyai sifat magnetik. Akibatnya semua benda terpengaruh oleh medan magnet.

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIK. Elastisitas Medium

PENDEKATAN TEORITIK. Elastisitas Medium PENDEKATAN TEORITIK Elastisitas Medium Untuk mengetahui secara sempurna kelakuan atau sifat dari suatu medium adalah dengan mengetahui hubungan antara tegangan yang bekerja () dan regangan yang diakibatkan

Lebih terperinci

BAB II PROPAGASI GELOMBANG MENENGAH

BAB II PROPAGASI GELOMBANG MENENGAH BAB II PROPAGASI GELOMBANG MENENGAH. GELOMBANG MENENGAH Berdasarkan spektrum frekuensi radio, pita frekuensi menengah adalah gelombang dengan rentang frekuensi yang terletak antara 300 khz sampai 3 MHz

Lebih terperinci

saluran-saluran kosong ke segala arah, berisi air dan ion-ion yang mudah tertukar, seperti: sodium, potasium, magnesium, dan kalsium.

saluran-saluran kosong ke segala arah, berisi air dan ion-ion yang mudah tertukar, seperti: sodium, potasium, magnesium, dan kalsium. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Zeolit merupakan kelompok aluminium silikat terhidrasi, memiliki rongga-rongga yang berhubungan satu dengan yang lainnya,

Lebih terperinci

matematis dari tegangan ( σ σ = F A

matematis dari tegangan ( σ σ = F A TEORI PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIk Gelombang seismik merupakan gelombang yang merambat melalui bumi. Perambatan gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas batuan. Gelombang seismik dapat ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK

BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK.1 Teori Perambatan Gelombang Seismik Metode seismik adalah sebuah metode yang memanfaatkan perambatan gelombang elastik dengan bumi sebagai medium rambatnya. Perambatan

Lebih terperinci

APLIKASI METODE GEOFISIKA UNTUK GEOTEKNIK. Oleh: Icksan Lingga Pradana Irfan Fernando Afdhal Joni Sulnardi

APLIKASI METODE GEOFISIKA UNTUK GEOTEKNIK. Oleh: Icksan Lingga Pradana Irfan Fernando Afdhal Joni Sulnardi APLIKASI METODE GEOFISIKA UNTUK GEOTEKNIK Oleh: Icksan Lingga Pradana Irfan Fernando Afdhal Joni Sulnardi Pengertian Geofisika Geofisika: bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi melalui kaidah atau

Lebih terperinci

KAJIAN JURNAL : PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL BATA MERAH PEJAL

KAJIAN JURNAL : PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL BATA MERAH PEJAL KAJIAN JURNAL : PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL BATA MERAH PEJAL Disusun Oleh : Brigita Octovianty Yohana W 125100601111030 Jatmiko Eko Witoyo 125100601111006 Ravendi Ellyazar 125100600111006 Riyadhul

Lebih terperinci

Modul 2 Elektromagnetika Telekomunikasi Medan Berubah Terhadap Waktu dan Persamaan Maxwell

Modul 2 Elektromagnetika Telekomunikasi Medan Berubah Terhadap Waktu dan Persamaan Maxwell Revisi Februari 2002 EE 2053 Modul 2 Elektromagnetika Telekomunikasi Medan Berubah Terhadap Oleh : driansyah, ST Organisasi Modul 2 Medan Berubah Terhadap Waktu dan Persamaan Maxwell A. Persamaan Maxwell

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapasitor Kapasitor banyak digunakan dalam sirkuit elektronik dan mengerjakan berbagai fungsi. Pada dasarnya kapasitor merupakan alat penyimpan muatan listrik yang dibentuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Batuan Sedimen Batuan Sedimen adalah salah satu kelompok utama dari batuan di muka bumi. Batuan ini sering membentuk reservoir berpori dan permeabel pada cekungan sedimen dengan

Lebih terperinci

Keselarasan dan Ketidakselarasan (Conformity dan Unconformity)

Keselarasan dan Ketidakselarasan (Conformity dan Unconformity) Keselarasan dan Ketidakselarasan (Conformity dan Unconformity) a) Keselarasan (Conformity): adalah hubungan antara satu lapis batuan dengan lapis batuan lainnya diatas atau dibawahnya yang kontinyu (menerus),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Analisis Elektrohidrodinamik Analisis elektrohidrodinamik dimulai dengan mengevaluasi medan listrik dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik

Lebih terperinci

BAB III GROUND PENETRATING RADAR

BAB III GROUND PENETRATING RADAR BAB III GROUND PENETRATING RADAR 3.1. Gelombang Elektromagnetik Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang terdiri dari medan elektrik (electric field) dan medan magnetik (magnetic field) yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukaan bumi mempunyai beberapa lapisan pada bagian bawahnya, masing masing lapisan memiliki perbedaan densitas antara lapisan yang satu dengan yang lainnya, sehingga

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SELF POTENSIAL. (Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah Metode Survei Geofisik)

LAPORAN PRAKTIKUM SELF POTENSIAL. (Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah Metode Survei Geofisik) LAPORAN PRAKTIKUM SELF POTENSIAL (Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah Metode Survei Geofisik) Oleh : Irwan Romadon (M0212046) JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber energi bahan bakar minyak yang berasal dari fosil saat ini diprediksi sudah tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan konsumsi hidup penduduk dunia di masa datang

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DATA MANUAL DAN SOFTWARE GEOLISTRIK INDUKSI POLARISASI DENGAN MENGGUNAKAN KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

PENGOLAHAN DATA MANUAL DAN SOFTWARE GEOLISTRIK INDUKSI POLARISASI DENGAN MENGGUNAKAN KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE PENGOLAHAN DATA MANUAL DAN SOFTWARE GEOLISTRIK INDUKSI POLARISASI DENGAN MENGGUNAKAN KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE Try Fanny Poerna Maulana 115.140.058 Program Studi Teknik Geofisika, Universitas Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Injeksi Air Injeksi air merupakan salah satu metode Enhanced Oil Recovery (aterflood) untuk meningkatkan perolehan minyak yang tergolong injeksi tak tercampur. Air injeksi

Lebih terperinci

FENOMENA LISTRIK PADA PERMUKAAN. 1. Lapis rangkap listrik 2. Potensial Zeta 3. Jenis potensial

FENOMENA LISTRIK PADA PERMUKAAN. 1. Lapis rangkap listrik 2. Potensial Zeta 3. Jenis potensial FENOMENA LISTRIK PADA PERMUKAAN 1. Lapis rangkap listrik. Potensial Zeta 3. Jenis potensial LAPIS RANGKAP LISTRIK Suatu permukaan dengan kerapatan muatan homogen (mis. bermuatan positif) kontak dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Skema Teori Listrik dan Magnetik Untuk mempelajari tentang ilmu kelistrikan dan ilmu kemagnetikan diperlukan dasar dari kelistrikan dan kemagnetikan yang ditunjukkan oleh gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena optik dapat mendeskripsikan sifat medium dalam interaksinya dengan gelombang elekromagnetik. Hal tersebut ditentukan oleh beberapa parameter optik, yaitu indeks

Lebih terperinci

Oleh : Ya Asurandi Jurusan Fisika Bidang Minat Geofisika MIPA ITS Surabaya 2011

Oleh : Ya Asurandi Jurusan Fisika Bidang Minat Geofisika MIPA ITS Surabaya 2011 ANALISA BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE GROUND PENETRATING RADAR (GPR),STUDI KASUS DI RUAS JALAN RAYA PORONG DEKAT JEMBATAN PUTUL, DESA MINDI DAN LOKASI BUBBLE SIRING Oleh : Ya Asurandi Jurusan Fisika Bidang

Lebih terperinci

Elektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam

Elektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam Elektron Bebas Beberapa teori tentang panas jenis zat padat yang telah dibahas dapat dengan baik menjelaskan sifat-sfat panas jenis zat padat yang tergolong non logam, akan tetapi untuk golongan logam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mud volcano (gunung lumpur) adalah suatu fenomena geologi yang menyebabkan ekstrusinya material lumpur yang biasanya bercampur dengan air, gas dan minyak keluar melalui

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free wave karena dapat menjalar

III. TEORI DASAR. melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free wave karena dapat menjalar III. TEORI DASAR 3.1. Jenis-jenis Gelombang Seismik 3.1.1. Gelombang Badan (Body Waves) Gelombang badan (body wave) yang merupakan gelombang yang menjalar melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA Mata Kode / SKS Program Studi Fakultas : Medan Elektromagnetik : IT012221 / 2 SKS : Sistem Komputer : Ilmu Komputer & Teknologi Informasi 1 Pendahuluan Menjelaskan latar belakang sejarah dan 2 Analisis

Lebih terperinci

Cara arus mengalir di bumi Elektronik (Ohmik) Arus mengalir lewat media padat (logam, batuan, dll.)

Cara arus mengalir di bumi Elektronik (Ohmik) Arus mengalir lewat media padat (logam, batuan, dll.) 1 I. PENDAHULUAN Metoda geofisika merupakan salah satu metoda yang umum digunakan dalam eksplorasi endapan bahan galian. Meskipun eksplorasi mineral sudah dilakukan semenjak ratusan tahun yang lalu tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA digilib.uns.ac.id 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Kelistrikan Suatu Batuan Sifat kelistrikan yang terdapat di bumi dapat dimanfaatkan untuk membantu penelitian geolistrik. Aliran arus listrik di dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan teknologi membran saat ini telah meluas pada berbagai kalangan, baik kalangan akademis maupun industri. Salah satu aplikasi teknologi membran adalah teknologi pemisahan

Lebih terperinci

I. Pendahuluan Listrik Magnet Listrik berkaitan dengan teknologi modern: komputer, motor dsb. Bukan hanya itu

I. Pendahuluan Listrik Magnet Listrik berkaitan dengan teknologi modern: komputer, motor dsb. Bukan hanya itu I. Pendahuluan Listrik Magnet Listrik berkaitan dengan teknologi modern: komputer, motor dsb. Bukan hanya itu 1 Muatan Listrik Contoh klassik: Penggaris digosok-gosok pada kain kering tarik-menarik dengan

Lebih terperinci

Bab 12. SIFAT KELISTRIKAN BATUAN I

Bab 12. SIFAT KELISTRIKAN BATUAN I LOGO Universitas Gadjah Mada Bab 12. SIFAT KELISTRIKAN BATUAN I Konsep Dasar Sifat kelistrikan batuan yang utama adalah sifat konduktivitas listrik (transport muatan) dan polarisasi dielektrik (pemisahan

Lebih terperinci

TEORI MAXWELL Maxwell Maxwell Tahun 1864

TEORI MAXWELL Maxwell Maxwell Tahun 1864 TEORI MAXWELL TEORI MAXWELL Maxwell adalah salah seorang ilmuwan fisika yang berjasa dalam kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi yang berhubungan dengan gelombang. Maxwell berhasil mempersatukan penemuanpenumuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN LAPANGAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA SEISMOELEKTRIK

BAB IV HASIL PENGUKURAN LAPANGAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA SEISMOELEKTRIK BAB IV HASIL PENGUKURAN LAPANGAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA SEISMOELEKTRIK 4.1 Data Hasil Pengukuran Lapangan Dalam bab ini akan dijelaskan hasil-hasil yang diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit dari penyakit kulit ringan seperti infeksi kulit, acne vulgaris, cellulitis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit dari penyakit kulit ringan seperti infeksi kulit, acne vulgaris, cellulitis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Bakteri Staphylococcus aureus Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang hidup secara fakultatif anaerob, berbentuk bulat nampak seperti sekumpulan anggur,

Lebih terperinci

SIMAK UI Fisika

SIMAK UI Fisika SIMAK UI 2016 - Fisika Soal Halaman 1 01. Fluida masuk melalui pipa berdiameter 20 mm yang memiliki cabang dua pipa berdiameter 10 mm dan 15 mm. Pipa 15 mm memiliki cabang lagi dua pipa berdiameter 8 mm.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.4. Hipotesis 1. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki perbedaan mulai kisaran energi 0.3 sampai 1.0. 2. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki kesamaan pada kisaran energi

Lebih terperinci

Bab 10 Atenuasi Gelombang SEISMIK

Bab 10 Atenuasi Gelombang SEISMIK Bab 0 Atenuasi Gelombang SEISMIK DEFINISI DAN SATUAN Amplitudo gelombang seismik direduksi sebagai gelombang yang merambat melalui medium anelastis dan hasil reduksi ini umumnya tergantung pada frekuensi.

Lebih terperinci

DETEKSI ALIRAN AIR DALAM MEDIA PORI PEMODELAN FISIK DENGAN METODE SELF-POTENSIAL ABSTRAK

DETEKSI ALIRAN AIR DALAM MEDIA PORI PEMODELAN FISIK DENGAN METODE SELF-POTENSIAL ABSTRAK DETEKSI ALIRAN AIR DALAM MEDIA PORI PEMODELAN FISIK DENGAN METODE SELF-POTENSIAL 1,3 Muhammad Hamzah, S., 1 Djoko, S., 1 Wahyudi, W.P., 2 Budi, S. 1 Department Geophysics Engineering ITB, 2 Department

Lebih terperinci

Hal ini akan memberikan kestabilan terhadap sistem koloid.

Hal ini akan memberikan kestabilan terhadap sistem koloid. 1.1 Fenomena Elektrokinetik dan sistem koloid Sistem koloid dibentuk dari suspensi fasa terdispersi dalam suatu sistem pendispersi, dalam sistem ini kedua fasa tidak terpisah. Koloid yang umum adalah suatu

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Gambar 2.1 Interaksi antara air tanah dengan struktur geologi

BAB 2 DASAR TEORI. Gambar 2.1 Interaksi antara air tanah dengan struktur geologi 5 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Hidrogeologi Ilmu yang mempelajari interaksi antar struktur batuan dan air tanah adalah hidrogeologi. Dalam prosesnya ilmu ini juga berkaitan dengan disiplin ilmu fisika dan kimia

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA 301) Cahaya

Fisika Umum (MA 301) Cahaya Fisika Umum (MA 301) Topik hari ini (minggu 11) Cahaya Cahaya adalah Gelombang Elektromagnetik Apa itu Gelombang Elektromagnetik!!! Pendahuluan: Persamaan Maxwell Listrik dan magnet awalnya dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB II GROUND PENETRATING RADAR (GPR)

BAB II GROUND PENETRATING RADAR (GPR) BAB II GROUND PENETRATING RADAR (GPR).1 Prinsip Dasar GPR Ground Penetrating Radar (GPR) biasa disebut georadar. Berasal dari dua kata yaitu geo berarti bumi dan radar singkatan dari radio detection and

Lebih terperinci

Rheologi. Stress DEFORMASI BAHAN 9/26/2012. Klasifikasi Rheologi

Rheologi. Stress DEFORMASI BAHAN 9/26/2012. Klasifikasi Rheologi Rheologi Sifat-sifat rheologi didefinisikan sebagai sifat mekanik yang menghasilkan deformasi dan aliran bahan yang disebabkan karena adanya stress/gaya Klasifikasi Rheologi Stress DEFORMASI BAHAN 1 Stress

Lebih terperinci

BAB 16. MEDAN LISTRIK

BAB 16. MEDAN LISTRIK DAFTAR ISI DAFTAR ISI... BAB 6. MEDAN LISTRIK... 6. Muatan Listrik... 6. Muatan Listrik dalam Atom... 6.3 Isolator dan Konduktor...3 6.4 Hukum Coulomb...3 6.5 Medan Listrik dan Kondusi Listrik...5 6.6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Panas merupakan suatu bentuk energi yang ada di alam. Panas juga merupakan suatu energi yang sangat mudah berpindah (transfer). Transfer panas disebabkan oleh adanya

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Di dalam ilmu kebumian, permeabilitas (biasanya bersimbol κ atau k)

BAB II TEORI DASAR. Di dalam ilmu kebumian, permeabilitas (biasanya bersimbol κ atau k) BAB II TEORI DASAR.1 Permeabilitas Di dalam ilmu kebumian, permeabilitas (biasanya bersimbol κ atau k) merupakan kemampuan suatu material (khususnya batuan) untuk melewatkan fluida. Besaran ini dapat diperoleh

Lebih terperinci

Sistem Telekomunikasi

Sistem Telekomunikasi Sistem Telekomunikasi Pertemuan ke,6 Gelombang Elektromagnetik Taufal hidayat MT. email :taufal.hidayat@itp.ac.id ; blog : catatansangpendidik.wordpress.com 1 10/21/2015 Outline I Pengertian gelombang

Lebih terperinci

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR A V PERAMATAN GELOMANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR 5.. Pendahuluan erkas (beam) optik yang merambat pada medium linier mempunyai kecenderungan untuk menyebar karena adanya efek difraksi; lihat Gambar

Lebih terperinci

ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN

ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN GELOMBANG DATAR SERBASAMA D W I A N D I N U R M A N T R I S U N A N G S U N A R YA H A S A N A H P U T R I AT I K N O V I A N T I POKOK BAHASAN 1. Definisi Gelombang Datar ( Plane

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Diskusi

Bab IV Analisis dan Diskusi Bab IV Analisis dan Diskusi IV.1 Hasil Perhitungan Permeabilitas Pemodelan Fisis Data yang diperoleh dari kelima model fisis saluran diolah dengan menggunakan hukum Darcy seperti tertulis pada persamaan

Lebih terperinci

MODUL METODE MAGNETOTELLURIK

MODUL METODE MAGNETOTELLURIK MODUL METODE MAGNETOTELLURIK Asnin Nur Salamah, Rizandi Gemal Parnadi, Heldi Alfiadi, Zamzam Multazam, Mukhlis Ahmad Zaelani, Nanda Tumangger, Surya Wiranto Jati, Andromeda Shidiq 10210045, 10210001, 10210004,

Lebih terperinci

BAB II SALURAN TRANSMISI

BAB II SALURAN TRANSMISI BAB II SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Penyampaian informasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampaian di antara keduanya. Jika jarak

Lebih terperinci

Propagasi gelombang radio atau gelombang elektromagnetik dipengaruhi oleh banyak faktor dalam bentuk yang sangat kompleks kondisi yang sangat

Propagasi gelombang radio atau gelombang elektromagnetik dipengaruhi oleh banyak faktor dalam bentuk yang sangat kompleks kondisi yang sangat Propagasi gelombang radio atau gelombang elektromagnetik dipengaruhi oleh banyak faktor dalam bentuk yang sangat kompleks kondisi yang sangat bergantung pada keadaan cuaca dan fenomena luar angkasa yang

Lebih terperinci

DEFINISI Gelombang adalah suatu usikan (gangguan) pada sebuah benda, sehingga benda bergetar dan merambatkan energi.

DEFINISI Gelombang adalah suatu usikan (gangguan) pada sebuah benda, sehingga benda bergetar dan merambatkan energi. DEFINISI Gelombang adalah suatu usikan (gangguan) pada sebuah benda, sehingga benda bergetar dan merambatkan energi. MACAM GELOMBANG Gelombang dibedakan menjadi : Gelombang Mekanis : Gelombang yang memerlukan

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 10-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 10 Sifat Listrik Dielektrik Berbeda dari konduktor, material ini tidak

Lebih terperinci

BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan

BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan Dalam suatu eksplorasi sumber daya alam khususnya gas alam dan minyak bumi, para eksplorasionis umumnya mencari suatu cekungan yang berisi

Lebih terperinci

Conductor dan Dielektrik

Conductor dan Dielektrik Conductor dan Dielektrik Pendahuluan Sebuah kapasitor adalah perangkat yang menyimpan muatan listrik. Kapasitor bervariasi dalam bentuk dan ukuran, tetapi konfigurasi dasar adalah dua konduktor yang membawa

Lebih terperinci

Batuan berpori merupakan media dengan struktur fisik yang tersusun atas bahan

Batuan berpori merupakan media dengan struktur fisik yang tersusun atas bahan BAB II TEORI DASAR.1 Batuan Berpori Batuan berpori merupakan media dengan struktur fisik yang tersusun atas bahan padat (matriks) dan rongga-rongga kosong (pori). Pada batuan, bagian pori inilah yang terisi

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Pelapisan massa air merupakan sebuah kondisi yang menggambarkan

2. TINJAUAN PUSTAKA. Pelapisan massa air merupakan sebuah kondisi yang menggambarkan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kestabilan Massa Air Pelapisan massa air merupakan sebuah kondisi yang menggambarkan bahwa dalam kolom air massa air terbagi secara vertikal kedalam beberapa lapisan. Pelapisan

Lebih terperinci

BAB II ANTENA MIKROSTRIP BIQUAD

BAB II ANTENA MIKROSTRIP BIQUAD BAB II ANTENA MIKROSTRIP BIQUAD 2.1. STRUKTUR DASAR ANTENA MIKROSTRIP Antena mikrostrip merupakan sebuah antena yang tersusun atas 3 elemen yaitu: elemen peradiasi (radiator), elemen substrat (substrate),

Lebih terperinci

BAB II ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT

BAB II ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT BAB II ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT 2.1 STRUKTUR DASAR ANTENA MIKROSTRIP Antena mikrostrip merupakan antenna yang tersusun atas 3 elemen : elemen peradiasi ( radiator ), elemen substrat ( substrate

Lebih terperinci

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD.

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD. BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET Hani Nurbiantoro Santosa, PhD hanisantosa@gmail.com 2 BAB 4 KAPASITOR Kapasitas, Kapasitor Pelat Sejajar, Kapasitor Bola, Kapasitor Silinder, Kapasitor Pengganti Seri dan Paralel,

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT KONDUKTIVITAS LISTRIK PADA BEBERAPA JENIS MATERIAL DENGAN METODE POTENSIAL JATUH. Said, M.

ANALISIS SIFAT KONDUKTIVITAS LISTRIK PADA BEBERAPA JENIS MATERIAL DENGAN METODE POTENSIAL JATUH. Said, M. ANALISIS SIFAT KONDUKTIITAS LISTRIK PADA BBRAPA JNIS MATRIAL DNGAN MTOD POTNSIAL JATUH ISSN : 1858-330X Said, M. Jurusan Fisika Universitas Islam Negeri Makassar ABSTRAK Telah dilakukan pengukuran konduktivitas

Lebih terperinci

Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331. Oleh Endi Suhendi 1

Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331. Oleh Endi Suhendi 1 Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331 Oleh Endi Suhendi 1 Menu hari ini (2 minggu): Medan dan Gaya Magnet Oleh Endi Suhendi 2 Medan Gravitasi Listrik Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga

Lebih terperinci

Dikumpulkan pada Hari Sabtu, tanggal 27 Februari 2016 Jam di N107, berupa copy file, bukan file asli.

Dikumpulkan pada Hari Sabtu, tanggal 27 Februari 2016 Jam di N107, berupa copy file, bukan file asli. Nama: NIM : Kuis I Elektromagnetika II TT38G1 Dikumpulkan pada Hari Sabtu, tanggal 27 Februari 2016 Jam 14.30 15.00 di N107, berupa copy file, bukan file asli. Kasus #1. Medium A (4 0, 0, x < 0) berbatasan

Lebih terperinci

SIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN. mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

SIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN. mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : REKAYASA TANAH & BATUAN 1 SIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui dalam mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Sifat fisik batuan

Lebih terperinci

Rangkuman Listrik Statis

Rangkuman Listrik Statis Nama : Adinda Dwi Putri Kelas : XII MIA 2 Rangkuman Listrik Statis (Hukum Coulomb, Medan Listrik dan Potensial Listrik) Hukum Coulomb Pada tahun 1785, seorang ahli fisika Prancis bernama Charles Augustin

Lebih terperinci

GROUND PENETRATING RADAR (GPR)

GROUND PENETRATING RADAR (GPR) BAB II GROUND PENETRATING RADAR (GPR) 2.1 Gelombang Elektromagnetik Gelombang adalah energi getar yang merambat. Bentuk ideal dari suatu gelombang akan mengikuti gerak sinusoidal. Selain radiasi elektromagnetik,

Lebih terperinci

Bab 3 MODEL MATEMATIKA INJEKSI SURFACTANT POLYMER 1-D

Bab 3 MODEL MATEMATIKA INJEKSI SURFACTANT POLYMER 1-D Bab 3 MODEL MATEMATIKA INJEKSI SURFACTANT POLYMER 1-D Pada bab ini akan dibahas model matematika yang dipakai adalah sebuah model injeksi bahan kimia satu dimensi untuk menghitung perolehan minyak sebagai

Lebih terperinci

Gelombang Elektromagnetik

Gelombang Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik Teori gelombang elektromagnetik pertama kali dikemukakan oleh James Clerk Maxwell (83 879). Hipotesis yang dikemukakan oleh Maxwell, mengacu pada tiga aturan dasar listrik-magnet

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 12. Hubungan Tegangan Membran terhadap Variasi Suhu pada Konsentrasi 100 mm Larutan NaCl, MgCl 2 dan AlCl 3

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 12. Hubungan Tegangan Membran terhadap Variasi Suhu pada Konsentrasi 100 mm Larutan NaCl, MgCl 2 dan AlCl 3 9 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Perlakuan Pasif untuk Tegangan Membran 1.1 Tinjauan Perlakuan Variasi Konsentrasi Gambar 11 memperlihatkan grafik tegangan membran telur terhadap variasi konsentrasi larutan

Lebih terperinci

Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p. Menghasilkan: Merasakan:

Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p. Menghasilkan: Merasakan: KEMAGNETAN Menu hari ini (2 minggu): Medan dan Gaya Magnet Medan Gravitasi Listrik Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p Menghasilkan: Merasakan: Magnet Batang Kutub sejenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gelombang Bunyi Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang terjadi sebagai hasil dari fluktuasi tekanan karena perapatan dan perenggangan dalam media elastis. Sinyal

Lebih terperinci

Konversi Konstanta Elastik Dinamik ke Statik pada Porositas Hidrokarbon Batupasir (Sandstone)

Konversi Konstanta Elastik Dinamik ke Statik pada Porositas Hidrokarbon Batupasir (Sandstone) Konversi Konstanta Elastik Dinamik ke Statik pada Porositas Hidrokarbon Batupasir (Sandstone) Mochammad Ahied Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura Jalan Raya Telang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Gelombang dan klasifikasinya. Gelombang adalah suatu gangguan menjalar dalam suatu medium ataupun tanpa medium. Dalam klasifikasinya gelombang terbagi menjadi yaitu :. Gelombang

Lebih terperinci

FISIKA MODERN. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB

FISIKA MODERN. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB FISIKA MODERN Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB 1 MANFAAT KULIAH Memberikan pemahaman tentang fenomena alam yang tidak dapat dijelaskan melalui fisika klasik Fenomena alam yang berkaitan

Lebih terperinci

penetrant dan developer. Umumnya warna yang digunakan adalah putih untuk developer dan merah untuk penetrant.

penetrant dan developer. Umumnya warna yang digunakan adalah putih untuk developer dan merah untuk penetrant. penetrant dan developer. Umumnya warna yang digunakan adalah putih untuk developer dan merah untuk penetrant. Metode yang lain adalah menggunakan penetrant bercahaya/fluoresens. Langkah-langkah inspeksinya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Aliran hele shaw..., Azwar Effendy, FT UI, 2008

BAB II DASAR TEORI. Aliran hele shaw..., Azwar Effendy, FT UI, 2008 BAB II DASAR TEORI 2.1 KLASIFIKASI ALIRAN FLUIDA Secara umum fluida dikenal memiliki kecenderungan untuk bergerak atau mengalir. Sangat sulit untuk mengekang fluida agar tidak bergerak, tegangan geser

Lebih terperinci

Optimalisasi Desain Parameter Lapangan Untuk Data Resistivitas Pseudo 3D

Optimalisasi Desain Parameter Lapangan Untuk Data Resistivitas Pseudo 3D Optimalisasi Desain Parameter Lapangan Untuk Data Resistivitas Pseudo 3D Makhrani* * ) Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin E-mail : rani_anshar@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Pertambahan arus ΔI yang melalui pertambahan permukaan ΔS yang normal pada rapatan arus ialah

Pertambahan arus ΔI yang melalui pertambahan permukaan ΔS yang normal pada rapatan arus ialah KONDUKTOR DIELEKTRIK DAN KAPASITANSI Muatan listrik yang bergerak membentuk arus. Satuan arus ialah ampere (A) yang didefinisikan sebagai laju aliran muatan yang melalui titik acuan sebesar satu coulomb

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron PENDAHUUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron bebas dalam satu dimensi dan elektron bebas dalam tiga dimensi. Oleh karena itu, sebelum mempelajari modul

Lebih terperinci

BATERAI BATERAI ION LITHIUM

BATERAI BATERAI ION LITHIUM BATERAI BATERAI ION LITHIUM SEPARATOR Membran polimer Lapisan mikropori PVDF/poli(dimetilsiloksan) (PDMS) KARAKTERISASI SIFAT SEPARATOR KOMPOSIT PVDF/POLI(DIMETILSILOKSAN) DENGAN METODE BLENDING DEVI EKA

Lebih terperinci

KAPASITOR MINGGU KE-5

KAPASITOR MINGGU KE-5 KAPASITOR MINGGU KE-5 Kapasitor: Penyimpan Muatan & Energi Listrik Kapasitor: dua konduktor terisolasi dengan muatan yang sama Q dan berbeda tanda dan beda potensial ΔV diantaranya. Satuan: Coulomb/Volt

Lebih terperinci

BAB II SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP

BAB II SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP BAB II SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP 2.1 Umum Suatu informasi dari suatu sumber informasi dapat diterima oleh penerima informasi dapat terwujud bila ada suatu sistem atau penghubung diantara keduanya. Sistem

Lebih terperinci

Gelombang Elektromagnetik

Gelombang Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik Agus Suroso (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Agus Suroso (FTETI-ITB) Gelombang EM 1 / 29 Materi 1 Persamaan

Lebih terperinci

Bab 2. Teori Gelombang Elastik. sumber getar ke segala arah dengan sumber getar sebagai pusat, sehingga

Bab 2. Teori Gelombang Elastik. sumber getar ke segala arah dengan sumber getar sebagai pusat, sehingga Bab Teori Gelombang Elastik Metode seismik secara refleksi didasarkan pada perambatan gelombang seismik dari sumber getar ke dalam lapisan-lapisan bumi kemudian menerima kembali pantulan atau refleksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) pertama kali muncul pada tahun 1858 ketika minyak mentah ditemukan oleh Edwin L. Drake di Titusville (IATMI SM STT MIGAS

Lebih terperinci

Jenis dan Sifat Gelombang

Jenis dan Sifat Gelombang Jenis dan Sifat Gelombang Gelombang Transversal, Gelombang Longitudinal, Gelombang Permukaan Gelombang Transversal Gelombang transversal merupakan gelombang yang arah pergerakan partikel pada medium (arah

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci