PERBAIKAN KERAGAAN BIBIT JERUK PAMELO (Citrus maxima (Burm) Merr) MELALUI APLIKASI STRANGULASI YUSUFA PUTRI CATUR SUSILOWATI A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBAIKAN KERAGAAN BIBIT JERUK PAMELO (Citrus maxima (Burm) Merr) MELALUI APLIKASI STRANGULASI YUSUFA PUTRI CATUR SUSILOWATI A"

Transkripsi

1 PERBAIKAN KERAGAAN BIBIT JERUK PAMELO (Citrus maxima (Burm) Merr) MELALUI APLIKASI STRANGULASI YUSUFA PUTRI CATUR SUSILOWATI A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

2 RINGKASAN YUSUFA PUTRI CATUR SUSILOWATI. Perbaikan Keragaan Bibit Jeruk Pamelo (Citrus maxima (Burm) Merr) Melalui Aplikasi Strangulasi. (Dibimbing oleh SLAMET SUSANTO). Penelitian bertujuan mempelajari pengaruh strangulasi tunggal dan ganda terhadap keragaan bibit jeruk besar (Citrus maxima (Burm) Merr). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Februari 2012 bertempat di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Institut Pertanian Bogor. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yang dicobakan yaitu perlakuan strangulasi yang terdiri dari empat taraf yaitu tanpa strangulasi (T0), strangulasi tunggal dengan ketinggian 5 cm dari okulasi (T1), strangulasi ganda dengan ketinggian 5 cm dari okulasi dan jarak antar kawat 5 cm (T2), 10 cm (T3), dan 15 cm (T4). Setiap perlakuan diulang sebanyak 8 kali dengan menggunakan 1 tanaman untuk setiap ulangan sehingga terdapat 40 satuan percobaan. Tanaman yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah bibit jeruk pamelo Citrus maxima (Burm) Merr kultivar Nambangan hasil okulasi dengan batang bawah Javance citrun. Bibit telah berumur 14 bulan setelah okulasi atau 25 MSS (Minggu Setelah Strangulasi). Perlakuan strangulasi dilakukan di batang utama yaitu 5 cm di atas sambungan. Strangulasi dilakukan menggunakan kawat berdiameter 1 mm. Pengikatan kawat pada perlakuan strangulasi ganda dilakukan dua kali dengan jarak berbeda yaitu 5 cm, 10 cm dan 15 cm. Aplikasi strangulasi telah dilakukan pada umur 8 bulan setelah okulasi. Pengamatan vegetatif tanaman dilakukan tiap dua minggu sekali. Pemeliharaan tanaman yang dilakukan adalah penyiraman, pemupukan dengan pupuk NPK dan ZA, dan pengendalian OPT secara manual dan kimia. Perlakuan strangulasi dapat memperbaiki keragaan pada bibit jeruk pamelo varietas Nambangan. Perlakuan strangulasi menghasilkan cabang lebih banyak daripada perlakuan tanpa strangulasi. Perlakuan strangulasi gandamemberikan pengaruh peningkatan jumlah cabang lebih banyak daripada perlakuan strangulasi tunggal. Perlakuan strangulasi ganda jarak 15 cm memiliki pengaruh terbaik dibanding perlakuan strangulasi lainnya.

3 PERBAIKAN KERAGAAN BIBIT JERUK PAMELO (Citrus maxima (Burm) Merr) MELALUI APLIKASI STRANGULASI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor YUSUFA PUTRI CATUR SUSILOWATI A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

4 Judul : PERBAIKAN KERAGAAN BIBIT JERUK PAMELO (Citrus maxima (Burm) Merr) MELALUI APLIKASI STRANGULASI Nama : YUSUFA PUTRI CATUR SUSILOWATI NIM : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M. Sc. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB Dr. Ir. Agus Purwito, M. Sc. Agr. NIP Tanggal Lulus :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Magetan, Jawa Timur pada tanggal 29 Oktober Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara anak pasangan Bapak Tarmunadji, SP dan Ibu Muga Rahayu. Tahun 1995 penulis lulus dari TK Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM), Takeran. Tahun 2001 lulus dari MIN PSM Takeran. Penulis melanjutkan sekolah di SMPN 1 Kawedanan selama 1 tahun sampai 2002 dan lulus dari SMPN 1 Maospati pada tahun Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Unggulan Darul Ulum 2 Peterongan, Jombang. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur USMI. Selama perkuliahan penulis menjabat sebagai sekretaris divisi eksternal Ikatan Alumni Darul Ulum (IKALUM) Bogor periode Tahun 2010 penulis menjadi panitia pada acara Farmer Field Days 2010 dan Festival Tanaman XXXI. Tahun 2011 penulis menjadi asisten mata kuliah Dasar dasar Hortikultura selama satu semester pada tahun ajaran 2010/ 2011.

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Yang Maha Menguasai Ilmu atas rahmat, petunjuk, dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi berjudul Perbaikan Keragaan Bibit Jeruk Pamelo (Citrus maxima (Burm) Merr) melalui Aplikasi Strangulasi dengan baik. Shalawat dan salam selalu tercurah pada junjungan agung nabi besar Muhammad SAW yang telah menghijrahkan ummatnya dari kebodohan. Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya pada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian dan penulisan skripsi ini: 1. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M. Sc., selalu pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak pengetahuan, bantuan, dorongan, doa, dan waktu selama kuliah dan membimbing skripsi penulis 2. Dr. Winarso D. Widodo dan Dr. Endah Retno Palupi selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang sangat membangun penulisan skripsi. 3. Bapak Dr. Ir. Muhammad Syukur selaku pembimbing akademik atas bantuan, semangat, kesabaran dan doanya selama penulis menuntut ilmu di institusi ini. 4. Bapak Tarmunadji dan Ibu Muga Rahayu (Mama) yang senantiasa memberikan teladan, didikan, pengorbanan, dukungan, dan lindungan doa yang tidak akan terbalas walau sedikit. 5. Mas Aris Siswanto, Mbak Hana Agustinawati, Mas Adhitya Sukarno Widodo, Mbak Eska Kurnia Yuliarti, Mas Tri Chandra Setyo Wibowo, Cahaya Surga, Ibrahim Sultan Adjie, Muhammad Wibawa Sakti Romadhon, serta seluruh keluarga besar 6. Ibu Arifah dan Ibu Mardjani atas bantuan, ilmu, dan semangatnya. 7. Pak Agus, Pak Mamat, dan Pak Milin 8. Redi Rosadi, R. M. Zaenudin,Zaenal Arifin, Annisa Rachmi Ayurihana, Achmad Dimyati, Afifah Farida, M. Habib Chirzin, Riska Aprisa, Dita Actaria, Evi Song, Nendy Rizka Halandevi, Nana Gosleana, Mey Sulistyo

7 vii Putri, Indri Fariroh, Pitri Ratna Asih, Dian Ayu, Agung Firmansyah, dan Wahyu Fikrinda atas bantuan selama penelitian berlangsung. 9. Nugroho Besar Pratama, Yenny Fitria, Retno Dwi Hastiti, Marinda Sari Sofiyana, Bangun, Euis, Nisa, Priska, Mega, Mbak Yul, Mbak Ii, Ana, dan Bibi. 10. Seluruh keluarga besar AGH 44 Bersatu, karena kita adalah keluarga Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis selama ini, semoga segala urusannya selalu dimudahkan Allah. Penulis berharap hasil penelitian ini berguna dan memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan. Bogor, Februari 2013 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Jeruk Pamelo Kultivar Nambangan... 4 Ekologi... 5 Pembibitan Jeruk Pamelo... 5 Pemeliharaan... 6 Strangulasi... 7 BAHAN DAN METODE Waktu Dan Tempat Bahan Dan Alat Metode Penelitian Pelaksanaan Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Jumlah Cabang Panjang Cabang dan Diameter Batang Jumlah Daun, Luas Daun, dan Diameter Tajuk KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 27

9 ix DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Jumlah cabang pada berbagai jarak strangulasi Panjang cabang pada berbagai jarak strangulasi Diameter batang pada berbagai jarak strangulasi Jumlah daun pada berbagai jarak strangulasi Luas daun pada berbagai jarak strangulasi Diameter tajuk pada berbagai jarak strangulasi... 21

10 x DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Aplikasi Strangulasi... 12

11 xi DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Layout Penelitian Bentuk Kanopi Tajuk Pamelo Masing-masing Perlakuan Error! Bookmark not defined.

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Jeruk merupakan komoditas hortikultura yang dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat. Jeruk besar memiliki rasa yang enak dengan kandungan zat gizi yang cukup tinggi yang dapat menunjang kebutuhan gizi keluarga. Setiap 100 g jeruk pamelo mengandung 89 g air, 0.5 g protein, 0.4 g lemak, 9.3 g karbohidrat, 49 SI vitamin A, 0.07 mg vitamin B1, 0.02 vitamin B2, 0.4 mg niasin dan 44 mg vitamin C. Jeruk banyak dimanfaatkan sebagai buah segar atau makanan olahan seperti manisan (Niyomdham, 1997). Jeruk pamelo merupakan tanaman yang bersifat alternate bearing yaitu berbuah banyak pada satu musim dan berbuah sedikit pada musim berikutnya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti iklim mikro dan faktor endogen tanaman. Produksi jeruk besar berfluktuasi. Fluktuasi ini bisa dilihat dari data BPS (2010) dimana pada tahun 2005 sampai tahun 2008 produksinya masingmasing sebesar ton, ton, ton, tondan ton. Secara umum produksi jeruk pamelo di Indonesia masih rendah. Rendahnya produksi selain diakibatkan karena lahan pertanaman yang terbatas juga cara budidaya yang kurang maksimal. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian nomor 48 tahun 2006, budidaya tanaman yang baik ditentukan oleh pemilihan wilayah produksi yang tepat, bibit berkualitas, penanaman yang tepat, pemupukan, manajemen air dan perlindungan tanaman. Bibit yang bermutu dan berkualitas merupakan langkah pertama yang penting dalam keberhasilan budidaya. Bibit berkualitas mempunyai penampilan fisik (keragaan) yang baik dan membentuk tajuk yang kokoh. Menurut Gilman dan Black (2011) tajuk yang terbentuk dengan baik akan memaksimalkan pemanfaatan sinar matahari dalam berfotosintesis sehingga pohon menjadi kokoh dan dapat berproduksi tinggi. Pada pamelo, masih terdapat kendala yang dihadapi dalam pembentukan tajuk, antara lain bentuk yang tidak beraturan, berdaun lebar,cabang produktif lebih sedikit, bentuk percabangan keatas, dan percabangan cukup rapat (Santoso et al., 2009)

13 2 Salah satu solusi untuk membentuk bibit pamelo dengan keragaan yang baik bisa dilakukan melalui strangulasi. Strangulasi adalah suatu usaha untuk memberikan tekanan atau memperpanjang keadaan istirahatnya pucuk-pucuk melalui perlakuan gangguan pada sistem transportasi pada batang (Susanto et al., 2002). Tujuan perlakuan ini adalah untuk menghambat aliran karbohidrat dari daun (atas) ke daerah perakaran (bawah), sehingga pada tajuk terjadi penumpukan karbohidrat. Salah satu akibat dari akumulasi karbohidrat di bagian tajuk akibat strangulasi menurut Ryugo (1988) adalah memunculkan tunas baru. Pembentukan tunas yang banyak akan mendukung perbaikan keragaan bibit melalui seleksi cabang primer yang kokoh dan terbuka. Tujuan Penelitian bertujuan mempelajari pengaruh strangulasi tunggal dan ganda terhadap keragaan bibit jeruk besar (Citrus maxima (Burm) Merr). Hipotesis 1. Perlakuan strangulasi meningkatkan jumlah cabang bibit jeruk pamelo dibanding tanaman yang tidak distrangulasi. 2. Strangulasi ganda memberikan pengaruh peningkatan pertumbuhan vegetatif yang lebih baik daripada perlakuan strangulasi tunggal. 3. Terdapat pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan pertumbuhan vegetatif antara strangulasi ganda dengan jarak antar kawat 5 cm, 10 cm, dan 15 cm terhadap perbaikan keragaan bibit jeruk pamelo (Citrus maxima(burm) Merr).

14 TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Pamelo Kultivar Nambangan Indonesia memiliki tiga jenis jeruk komersial dan diunggulkan, yakni jeruk siem, jeruk keprok, dan jeruk besar (Citrus maxima Merr). Tanaman jeruk besar (pamelo) termasuk ke dalam famili Rutaceae. Secara sistematis klasifikasi jeruk besar dapat dilihat sebagai berikut Famili : Rutaceae Sub-famili : Aurantioidae Tribe : Citriae Sub-tribe : Citrinae Genus : Citrus Spesies :Citrus grandis (L.) Osbeck /Citrus maxima(burm) Merr Salah satu varietas jeruk pamelo yang sudah dilepas di Indonesia adalah jeruk Pamelo Nambangan. Jeruk pamelo Nambangan sangat populer di Indonesia dan merupakan varietas unggulan. Jeruk ini merupakan salah satu jenis unggul yang berasal dari daerah Nambangan. Saat ini jeruk besar Nambangan banyak dibudidayakan di daerah Kabupaten Magetan tepatnya di daerah Beta Suka Mangu, yaitu kecamatan: Bendo, Takeran, Sukomoro, Kawedanan, Magetan, dan Nguntoronadi. Menurut Setiawan dan Sunarjono (2003) pergeseran sentra produksi terjadi akibat adanya perluasan kota sehingga lahan yang digunakan untuk perkebunan jeruk besar semakin berkurang. Jeruk Pamelo Nambangan memiliki batang berbentuk pohon seperti payung, percabangan jorong ke atas, tinggi 4-5 m, diameter cm, warna tunas hijau muda, dan permukaan pucuk berbulu. Daun bertipe tunggal, warna bagian atas hijau tua dan bagian bawah hijau muda, bentuk daun brevi petiolata, panjang daun cm, lebar daun cm, tepi daun dentata, ketiak tidak berduri, keadaan daun evergreen. Bunga bertipe tunggal, posisi bunga axiliary, aroma bunga harum, panjang tangkai cm, warna mahkota putih berbintik hijau, warna kelopak bunga hijau berbintik putih, jumlah bunga per tunas buah 6-

15 5 7 buah. Buah berbentuk bundar, sedikit pipih, kurang simetris dengan dasar agak tegak. Kulit buah berwarna hijau kekuningan, daging merah muda-merah, jumlah juring buah, tekstur agak lunak, aroma kuat dan rasa buah manis segar, produksi buah/ pohon (Susanto, 2000). Selain ukurannya yang relatif besar dibandingkan spesies jeruk lainnya, buah memiliki kulit yang relatif lebih tebal. Tiap tangkai jeruk besar rata-rata menghasilkan satu buah (Niyomdham, 1997). Buah jeruk ini banyak mengandung air dan tahan disimpan pada suhu kamar hingga 4 bulan(setiawan, 1993). Ekologi Jeruk di Indonesia kebanyakan tumbuh di tiga daerah utama yaitu Jawa, Sumatra, dan Kalimantan Barat (Sugiyarto, 1992). Jeruk Pamelo dapat tumbuh baik di dataran rendah tropik dengan suhu bulanan rata-rata C dan kelembaban 50-85%. Tanaman menyukai daerah dengan musim kemarau 3-4 bulan dan curah hujan tahunan sekitar mm/tahun. Ketinggian tempat ideal untuk pertanaman ini tidak lebih dari 400 m dpl. Jeruk Pamelo mampu beradaptasi pada kisaran tanah yang luas, mulai dari tanah berpasir hingga lempung berat; namun tipe tanah idealnya adalah yang mampu menunjang perakaran yang dalam, tekstur tanah sedang, gembur dan subur serta bebas kadar garam yang membahayakan (Niyomdham, 1997). Jenis tanah yang ringan sampai sedang merupakan media tumbuh yang baik dengan kisaran ph 5-6 dimana pada ph 6 produksi maksimal dapat diperoleh. Jika ph dibawah 5, daun jeruk akan menguning dan buah tidak berkembang (Setiawan, 1993) dan pada ph 6-7 tanaman masih bisa berproduksi dengan baik. Pembibitan Jeruk Pamelo Tanaman jeruk dapat diperbanyak secara generatif (biji) dengan masa berbuahsetelah berumur 6-8 tahun (Niyomdham, 1997). Perbanyakan secara vegetatif (okulasi) memiliki masa berbuah sekitar 3 sampai 5 tahun setelah tanaman ditanam. Ryugo (1988) menyatakan bahwa jeruk yang berasal dari bibit

16 6 dengan perbanyakan vegetatif akan cepat berbuah, yakni 2-4 tahun lebih cepat dibandingkan dengan bibit yang berasal dari biji. Ciri-ciri bibit jeruk pamelo yang baik menurut antara lain berumur 6 bulan ke atas, diameter batang bawah cm, tinggi minimal sambungan dari pangkal akar ± 20 cm, tinggi bibit minimal 70 cm dari pangkal akar, bibit lurus dan vigor, perakaran lurus dan sehat, serta daunnya hijau cerah dan subur (Direktorat Jendral Hortikultura, 2006). Pemeliharaan Pada setiap tanaman yang dibudidayakan perlu dilakukan pemeliharaan. Pemeliharaan tersebut dilakukan agar tanaman menghasilkan produksi yang optimal. Beberapa aspek pemeliharaan yang penting dilakukan antara lain: pemangkasan, pemupukan, pengairan pengendalian OPT. Tanaman jeruk yang masih muda dipangkas dan disisakan tiga cabang kerangka utama, yang terbawah berjarak cm dari permukaan tanah. Pemangkasan berikutnya adalah pemangkasan pemeliharaan agar bagian dalam pohon dapat terbuka, untuk memastikan agar buah yang ada di cabang yang menjuntai tidak akan menyentuh permukaan tanah; pemangkasan ini juga dimaksudkan untuk membuang cabang-cabang yang mati (Niyomdham, 1997). Kebutuhan pemupukan untuk jeruk pada umumnya berlaku juga untuk jeruk pamelo, mencakup hara mikro (mg, Zn, Mn, Cu dan B) dan makro (N, P, dan K). Pemupukan dengan pupuk kandang setahun sekali atau dua tahun sekali akan menjadi dasar yang baik. Petani jeruk dianjurkan memupuk jeruk sebanyak 5 kg NPK ( ) per pohon per tahun dengan pemberian dua bulan sekali dan pemupukan daun pada setiap habis munculnya daun secara serempak. Pemupukan terakhir sebelum pemanenan digunakan NPK ( ) yang kaya akan kalium untuk memperbaiki rasa buah. Pemupukan dianjurkan sebanyak dua kali, yaitu sebelum berbunga dan 4-5 bulan kemudian (Niyomdham, 1997). Pengairan penting sejak sebelum pohon berbunga sampai setelah buah dipanen. Selama periode kering berikutnya pengairan dihentikan sampai pohon menunjukkan tanda-tanda layu. Hal ini dilakukan untuk memaksa pembungaan

17 7 awal dengan cara mengairi tanaman yang layu, asalkan pasokan air itu dapat dijamin kelangsungannya sampai musim hujan mulai lagi (Niyomdham, 1997). Penyakit yang sering menyerang jeruk pamelo antara lain CVPD (Citrus Virus Phloem Degeneration) (Shalimar, 1993), kanker bakteri,busuk akar, gummosis di pangkal batang, busuk coklat pada buah (Niyomdham, 1997).Serangan OPT umumnya berkorelasi dengan kelembaban tinggi (Ashari, 1995) Oleh karena itu kualitas drainase harus selalu dijaga. Strangulasi Strangulasi merupakan salah satu cara memanipulasi tanaman dengan pencekikan batang ataupun cabang tanaman. Strangulasi terutama ditujukan untuk memanipulasi transportasi asimilat dari daun menuju akar agar lebih lambat atau berhenti sama sekali. Unsur hara bersama air mengalir dari tanah ke jaringan xylem yang diakar dan batang pada sel-sel xylem, dan sampai di daun untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Jaringan yang ada di sebelah luar (floem), yang dilapisi kulit dan jaringan gabus, mengangkut hasil fotosintesis dari daun untuk diedarkan ke seluruh tubuh tanaman. Strangulasi pada batang sebatas melukai xylem maka memungkinkan terjadi penumpukan karbohidrat di tajuk tanaman. Kandungan karbohidrat di daun pada tanaman jeruk yang distrangulasi selama 3 dan 20 bulan nyata meningkat dibandingkan dengan tanaman kontrol (Yamanishi dan Hasegawa., 1993) Adanya gangguan pada metabolisme tanaman terutama yang berkaitan dengan translokasi hasil-hasil asimilat dari daun ke perakaran berkorelasi positif dengan akumulasi karbohidrat di tajuk tanaman. Perlakuan penghambatan translokasi karbohidrat ke bagian bawah tanaman seperti strangulasi dan pengeratan batang mampu meningkatkan akumulasi karbohidrat di bagian atas tanaman sehingga akan merangsang pembungaan (Biale dan Young, 1981). Hasil penelitian Sari (2006) menunjukkan periode strangulasi berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan kandungan karbohidrat daun. Yamanishi dan Hasegawa (1995) menyatakan bahwa kandungan karbohidrat yang tinggi pada daun tanaman dewasa akan merangsang tanaman untuk pembungaan dan pembentukan buah. Menurut Yamanishidan Hasegawa (1995) strangulasi juga

18 8 dapat mempengaruhi pertumbuhan tunas, transpirasi dan laju fotosintesis pada daun tanaman jeruk besar. Menurut Ramda (2005) tanaman yang diberi perlakuan strangulasi memiliki tunas yang lebih pendek dan lebih sedikit daripada tanaman tanpa strangulasi.

19 BAHAN DAN METODE Waktu Dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Februari 2012 bertempat di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Institut Pertanian Bogor. Bahan Dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit pamelo kultivar Nambangan hasil okulasi dengan Javance citrun. Bibit berumur 25 minggu dan telah distrangulasi tunggal dan ganda pada umur 8 bulan. Bahan lain yang digunakan adalah pupuk NPK mutiara ( ), pupuk ZA, insektisida Decis 2.5 EC, dan kertas koran. Peralatan yang digunakan adalah kawat, tang, gunting pangkas,sprayer,gelas ukur, jangka sorong, timbangan, penggaris, kain, dan ember. Metode Penelitian Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yang dicobakan yaitu perlakuan strangulasi yang terdiri dari empat taraf yaitu : T0 : tanpa strangulasi T1 : aplikasi tunggal T2 : aplikasi ganda dengan jarak 5 cm T3 : aplikasi ganda dengan jarak 10 cm T4 : aplikasi ganda dengan jarak 15 cm Setiap perlakuan diulang sebanyak 8 kali dengan menggunakan 1 tanaman untuk setiap ulangan sehingga terdapat 40 satuan percobaan. Model aditif linier yang digunakan adalah : Yij = µ + τ i + ε ij (i = 1, 2, 3, 4, 5 ; j = 1, 2, 3, 4, 5)

20 12 Yij :Nilai pengamatan pengaruh perlakuan strangulasi ke-i dan ulangan ke-j µ : Nilai tengah umum τ i : Pengaruh perlakuan strangulasi ke-i ε ij : Pengaruh galat percobaan pengaruh perlakuan strangulasike-i dan ulangan ke-j Pengolahan data dilakukan dengan analisis menggunakan sidik ragam dan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test). Pelaksanaan Penelitian Aplikasi Strangulasi Penelitian ini merupakan penelitian strangulasi lanjutan. Strangulasi telah dilaksanakan pada saat bibit berumur 8 bulan setelah okulasi. Sebelum aplikasi perlakuan, tanaman terlebih dulu dipangkas di bagian pucuknya, selanjutnya dilakukan splikasi strangulasi. Aplikasi strangulasi tunggal dan ganda dilakukan pada bagian pangkal batang atas. Jarak strangulasi dari pangkal batang atasadalah 10 cm di atas okulasi. Gambar 1. Aplikasi Strangulasi (a). Pemasangan Kawat Berdiameter 1 mm, (b). Kondisi Tanaman Saat Setelah Pelepasan Kawat (Sumber: Fikrinda. 2012) Pelaksanaan strangulasi dilakukan dengan melilitkan kawat berdiameter 1 mm pada pangkal batang atas. Kawat ditekan sedalam diameter kawat tersebut. Strangulasi dilaksanakan secara serentak pada batang, dengan aplikasi tunggal dan

21 13 ganda. Beda jarak pada aplikasi ganda yaitu 5 cm, 10 cm dan 15 cm. Kawat dilepas 3 bulan setelah aplikasi. Pemeliharaan Bibit jeruk pamelo yang digunakan sebagai bahan penelitian berumur 14 bulan setelah okulasi atau 25. Bibit diletakkan di greenhouse dengan jarak 1 m x 1 m antar tanaman. Jumlah satuan tanaman yang digunakan adalah 40 tanaman. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah: 1. Pemupukan Pemupukan dilakukan setiap dua minggu sekali. Pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK ( ) mutiara dan ZA dengan konsentrasi masingmasing 15 gram/ liter. Setelah dilarutkan, masing-masing tanaman memeperoleh 100 ml pupuk cair. 2. Penyiraman Penyiraman dilakukan setiap dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Diameter air adalah 1 liter per tanaman. 3. Pengendalian OPT Pengendalian OPT dilakukan dengan cara manual dan kimiawi. Pengendalian secara manual dilakukan menggunakan tangan. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida setiap sebulan sekali. Insektisida yang digunakan adalah Decis 2.5 EC dengan konsentrasi 5 cc/ L. Pengamatan Pengamatan dilakukan pada umur 7 bulan setelah perlakuan strangulasi. Pengamatan dilakukan tiap dua minggu sekali dengan peubah yang diamati meliputi :

22 14 1. Diameter batang Diameter batang yang diukur adalah pangkal batang atas yang berada dibawah perlakuan strangulasi. 2. Jumlah cabang Jumlah cabang dihitung berdasarkan banyaknya tunas yang membentuk cabang. Cabang yang diamati adalah cabang yang keluar dari batang utama. 3. Panjang rata-rata cabang per tanaman Panjang rata-rata cabang per tanaman dihitung dengan membagi panjang total cabang dengan jumlah cabang yang terdapat pada tanaman 4. Jumlah daun Daun yang dihitung adalah keseluruhan daun yang menempel pada cabang. Daun yang dihitung adalah daun yang muncul dan berkembang sempurna. 5. Luas daun Luas daun diukur setiap sebulan sekali. Daun yang diukur adalah daun dewasa dimana daun telah berkembang penuh dengan warna yang masih hijau. Luas daun diukur tiap bulan dengan menggunakan metode gravimetri (perbandingan berat) yaitu membandingkan berat kertas replika dengan berat kertas standar yang telah diketahi luasannya. Pertama membuat kertas standar yaitu memotong kertas dengan ukuran tertentu kemudian ditimbang. Setelah itu membuat kertas replika. Contoh daun yang diamati sebanyak lima daun per tanaman. Daun terlebih dulu digambar di atas kertas sehingga menghasilkan replika daun lalu digunting dan ditimbang. Luas daun didapatkan dengan perhitungan:

23 15 Dari setiap satuan percobaan dihitung luas dari lima daun terpilih, kemudian hasilnya dirata-ratakan. Berdasarkan hal ini dapat dihitung luas daun per tanaman dengan mengalikan rata-rata luas daun dengan jumlah daun per tanamannya. 6. Diameter tajuk Pengukuran diametertajuk dilakukan dengan mengukur sisi terpanjang tajuk dan tegak lurusnya.

24 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung, secara umum tanaman berada dalam kondisi baik. Kondisi tanaman yang baik dapat dilihat dari keadaan bibit yang tidak layu, daun berwarna hijaucerah dan tidak menggulung. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelembaban media tanam sehingga mencegah layu permanen. Jeruk pamelo tumbuh dengan baik pada kisaran suhu C (Niyomdham, 1997). Suhu di dalam rumah kaca Cikabayan pada siang hari sangat panas hingga mencapai 40 0 C. Hal ini dapat menyebabkan tanaman stress karena suhu lingkungan yang tinggi dapat menyebabkan cekaman kekeringan. Cekaman kekeringan terjadi karena adanya transpirasi yang berlebihan pada tajuk. Transpirasi yang berlebihan dapat menyebabkan layu pada tanaman. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi transpirasi berlebih di tajuk adalah dengan meletakkan bak berisi air pada beberapa celah pertanaman. Hama dan penyakit tidak banyak muncul dan hanya menyerang sebagian kecil tanaman. Hama yang muncul adalah tungau (Tetranycus urticae) dan kutu perisai (Aspidiella hartii) sedangkan penyakit yang muncul adalah cendawan jelaga, dimana kemunculan tiga organisme ini saling berkaitan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual dan kimia. Jumlah Cabang Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jumlah cabang dipengaruhi secara nyata oleh strangulasi pada umur Perlakuan strangulasi mempengaruhi peningkatan jumlah cabang pada pengamatan pertama hingga keempat (Gambar 1). Tanaman yang mengalami perlakuan strangulasi memunculkan cabang lebih banyak dibandingkan perlakuan tanpa strangulasi. Perlakuan strangulasi tunggal tidak berbeda dengan perlakuan tanpa strangulasi (T0) sedangkan perlakuan strangulasi ganda berbeda dengan perlakuan tanpa strangulasi (T0). Perlakuan strangulasi ganda 5 cm (T2) dan strangulasi ganda 10 cm (T3) tidak berbeda dengan perlakuan tanpa strangulasi namun berbeda dengan

25 17 perlakuan strangulasi ganda 15 cm (T4). Perlakuan strangulasi ganda jarak 15 cm T4 memiliki jumlah cabang paling banyak (5 cabang). Tabel 1. Jumlah cabang pada berbagai jarak strangulasi Strangulasi Jumlah cabang Tanpa strangulasi 3 b 3,25 b 3,25 b 3,25 b 3,25 3,5 Strangulasi tunggal 2,75 b 3,25 b 3,25 b 3,25 b 3,5 4 Strangulasi ganda jarak 5 cm 3 b 3 b 3 b 3,25 b 3,5 3,5 Strangulasi ganda jarak 10 cm 3,75 b 4 ab 4 ab 4 ab 4 4 Strangulasi ganda jarak 15 cm 4,75 a 4,75 a 4,75 a 4,75 a 5 5 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Pamelo merupakan salah satu tanaman yang mempunyai kecenderungan dominansi apikal dimana pertumbuhan mengarah ke pucuk. Adanya pemangkasan pucuk pada tahap awal akan mematahkan dominansi apikal. Menurut Acquaah (2004) dominansi tunas apikal akan menekan pertumbuhan tunas aksilar. Pematahan dominansi apikal akan memicu pertumbuhan baru yaitu memunculkan tunas aksilar. Salah satu usaha untuk mengatur tunas aksilar adalah dengan strangulasi. Strangulasi adalah perlakuan melukai batang menggunakan kawat untuk mengganggu aliran transportasi dari tajuk ke akar. Gangguan translokasi akibat pemangkasan atau pelukaan dapat mengubah jalur source ke sink (Taiz dan Zeiger, 2006). Menurut Susanto et al. (2002) strangulasi pada batang sebatas kambium dimungkinkan untuk menekan hasil fotosintesis dari daun ke akar sehingga terjadi penumpukan karbohidrat pada daun. Putra (2002) menyatakan bahwa perlakuan strangulasi meningkatkan kandungan gula dan karbohidrat serta nisbah C/N pada daun. Salah satu akibat akumulasi karbohidrat di bagian tajuk menurut Ryugo (1988) adalah memunculkan tunas baru. Perlakuan strangulasi ganda pada jarak 15 cm (T4) merupakan perlakuan strangulasi yang memunculkan tunas baru paling banyak yaitu 5 buah. Banyaknya tunas yang muncul akan memudahkan seleksi. Seleksi dilakukan dengan memilih 3cabang kerangka utama (Shalimar, 1993 dan

26 18 Niyomdham, 1997) yang kuat dan seimbang untuk dipertahankan sebagai cabang. Sisa cabang dibuang melalui pemangkasan. Pada perlakuan tanpa strangulasi (T0) cabang cenderung terbentuk di bagian atas dan tidak menyebar sehingga tajuk menjadi lebih rapat dan banyak daun ternaungi. Menurut Jaya (2009) daun yang ternaungi atau terhalang sinar matahari akan bertindak sebagai sink. Pada bibit yang distrangulasi (T1, T2, T3, dan T4) kebanyakan cabang terbentuk di bagian atas dan di bagian bawah sehingga kanopi tidak terlalu rimbun atau lebih terbuka. Acquuah (2004) menyatakan kanopi yang terbuka membuat sirkulasi udara lebih bebas. Hal ini menunjukkan strangulasi berperan dalam mengatur letak percabangan dalam rangka membentuk arsitektur kanopi yang tidak terlalu rimbun. Panjang Cabang dan Diameter Batang Perlakuan strangulasi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang cabang dan pembesaran diameter batang pada umur Panjang cabang total pada seluruh perlakuan berkisar antara cm. Diameter batang berkisar antara cm. Panjang cabang dan diameter batang bibit tidak berbeda antar perlakuan. Tabel 2. Panjang cabang pada berbagai jarak strangulasi Strangulasi Panjang cabang (cm) tn Tanpa strangulasi 67,70 74,06 79,91 90,52 99,60 101,78 Strangulasi tunggal 51,53 57,88 66,50 71,96 78,98 80,69 Strangulasi ganda jarak 5 cm 84,93 93,27 107,96 114,47 131,34 134,73 Strangulasi ganda jarak 10 cm 102,03 108,16 118,42 126,83 135,21 136,78 Strangulasi ganda jarak 15 cm 68,99 78,51 84,96 92,80 95,74 101,01

27 19 Tabel 3. Diameter batang pada berbagai jarak strangulasi Strangulasi 27 Diameter batang (cm) Tanpa strangulasi 1,11 1,26 1,27 1,33 1,39 1,46 Strangulasi tunggal 0,79 0,88 0,94 0,96 1,11 1,25 Strangulasi ganda jarak 5 cm 0,83 0,90 0,94 0,98 1,06 1,14 Strangulasi ganda jarak 10 cm 1,18 1,19 1,25 1,27 1,32 1,36 Strangulasi ganda jarak 15 cm 1,08 1,08 1,13 1,18 1,21 1,21 Batang merupakan distribusi makanan antara tajuk dan akar. Menurut Acquuah (2004) batang berfungsi memindahkan air dan mineral melalui pembuluh xylem ke daun untuk produksi makanan dan menyalurkan makanan dari daun ke organ lain pada tanaman melalui pembuluh floem. Taiz danzeiger (2006) menyatakan bahwa perpindahan fotosintat dipengaruhi oleh kekuatan sink. Kekuatan sink terdiri dari dua faktor, ukuran sink dan aktivitas sink. Ukuran sink adalah total biomassa dari jaringan sink, dan aktivitas sink adalah tingkat kenaikan fotosintesis per unit biomassa dan jaringan sink. Pada vase vegetatif, aktivitas sink yang terkuat adalah pucuk.banyaknya pucuk aksilar menyebabkan karbohidrat dialokasikan pada pucuk-pucuk tersebut. Jumlah Daun, Luas Daun, dan Diameter Tajuk Hasil sidik ragam menunjukkan rata-rata jumlah dan luas daun tidak dipengaruhi perlakuan strangulasi pada umur Jumlah daun berkisar antara lembar. Luas daun tanaman berkisar antara m 2 hingga m 2. Jumlah dan luas daun pada bibit tidak berbeda antar perlakuan.

28 20 Tabel 4. Jumlah daun pada berbagai jarak strangulasi Strangulasi Jumlah daun Tanpa strangulasi 87,00 99,00 105,75 114,75 124,25 126,00 Strangulasi tunggal 78,75 87,00 93,00 101,00 109,50 108,75 Strangulasi ganda jarak 5 cm 92,00 99,75 104,50 109,25 124,00 136,25 Strangulasi ganda jarak 10 cm 114,75 117,75 120,00 121,00 146,00 156,25 Strangulasi ganda jarak 15 cm 91,75 96,25 120,00 120,00 122,75 127,25 Tabel 5. Luas daun pada berbagai jarak strangulasi Strangulasi Luas daun (m2) Tanpa strangulasi 46,70 59,17 68,51 Strangulasi tunggal 49,41 54,72 59,12 Strangulasi ganda jarak 5 cm 58,27 62,90 74,48 Strangulasi ganda jarak 10 cm 59,35 70,67 74,70 Strangulasi ganda jarak 15 cm 61,19 62,18 71,16 Daun merupakan organ source yang memproduksi fotosintat (Taiz dan Zeiger, 2006) yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Banyaknya daun yang dihasilkan akan mempengaruhi luas daun total. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan semakin banyak daun yang dihasilkan dengan luas daun yang besar maka fotosintat yang dihasilkan juga tinggi. Menurut Sitompul (1995) kemampuan daun untuk menghasilkan produk fotosintat ditentukan oleh produktivitas per satuan luas daun dan luas total daun. Fotosintat ini diperlukan untuk proses pemanjangan sel, pembesaran sel dan diferensiasi sel. Meskipun demikian, tidak semua daun bisa dikatakan sebagai source, karena daun yang efektif memproduksi fotosintat adalah daun dewasa (Taiz dan Zeiger, 2006) dan tidak ternaungi cahaya matahari (Jaya, 2009). Oleh karena itu, selain melihat jumlah dan luas daun, perlu diperhatikan juga diameter tajuk.

29 21 Tabel 6. Diameter tajuk pada berbagai jarak strangulasi Strangulasi Diameter tajuk Tanpa strangulasi 0,16 0,18 0,21 0,21 0,20 0,21 Strangulasi tunggal 0,17 0,17 0,18 0,17 0,22 0,24 Strangulasi ganda jarak 5 cm 0,18 0,21 0,19 0,20 0,22 0,24 Strangulasi ganda jarak 10 cm 0,27 0,27 0,25 0,25 0,24 0,26 Strangulasi ganda jarak 15 cm 0,17 0,22 0,24 0,28 0,28 0,28 Hasil sidik ragam menunjukkan diameter tajuk tidak dipengaruhi perlakuan strangulasi pada umur Perlakuan strangulasi tidak memberikan pengaruh nyata pada diameter tajuk. Diameter tajuk berkisar antara 0.21 m m 3 tidak berbeda antar perlakuan. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam menentukan terbuka atau tidaknya suatu tajuk adalah diameter tajuk. Semakin besar diameter tajuk menandakan tajuk semakin terbuka. Arsitektur tajuk yang baik mempunyai bentuk tajuk yang kokoh dan terbuka sehingga tanaman tidak terlalu rimbun dan cahaya dapat masuk. Menurut Ashari (1995) posisi tajuk yang teratur memungkinkan daun menjerap sinar matahari secara leluasa dan dapat memperkecil atau meniadakan efek naungan sesama daun dalam tajuk tanaman.ryugo (1988), Verheij dan Coronel (1992) sertagilman dan Black (2011) menyatakan pembentukan arsitektur kanopi yang baik dapat meningkatkan efisiensi pemanenan energi matahari, mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

30 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Perlakuan strangulasi dapat memperbaiki keragaan pada bibit jeruk pamelo Nambangan. Perlakuan strangulasi menghasilkan jumlah cabang lebih banyak daripada perlakuan tanpa strangulasi. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah total cabang terbentuk pada perlakuan terstrangulasi dalam jumlah yang lebih banyak dengan letak percabangan yang menyebar dibandingkan kontrol. Perlakuan strangulasi ganda memberikan pengaruh peningkatan jumlah cabang lebih banyak daripada perlakuan strangulasi tunggal. Pada semua perlakuan strangulasi ganda, perlakuan strangulasi ganda dengan jarak 15 cm merupakan perlakuan yang menghasilkan jumlah cabang terbanyak dengan arah yang menyebar. Saran Perbaikan keragaan bibit jeruk pamelo Nambangan dapat dilakukan dengan strangulasi ganda dengan jarak 15 cm. Aplikasi dilakukan pada batang atas dengan jarak 10 cm dari batas okulasi.

31 DAFTAR PUSTAKA Acquaah, G Horticulture : principles and practices 3rd ed.pearson Education, Inc., New Jersey. Ashari, S Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta. Badan Pusat Statistik Katalog BPS: Jakarta: BPS. Direktorat Jendral Hortikultura Standar Prosedur Operasional Pamelo Betasuka. Direktorat Budidaya Tanamn Buah, Ditjen Hortikultura. Jakarta. 33 hal. Fikrinda, W Pengaruh Strangulasi Single dan Double terhadap Perbaikan Keragaan Bibit Jeruk Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck). Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Gilman, E. F., dan Black, R. J Prunning Landscape Trees and Shrubs. University of Florida. 863:1-13. Niyomdham, C Citrus maxima (Burm.) Merr. Hal dalam : E. W. M. Verheij dan R. E. Coronel (Ed). PROSEA. Sumberdaya Nabati Asia Tenggara 2. P. T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Peraturan Menteri Pertanian Permentan No. 48 tentang Pedoman Budidaya Tanaman yang Baik dan Benar (Good Agricultural Practices). Jakarta. Kementrian Pertanian. Ramda, V. H Pengaruh Periode Strangulasi terhadap Pembungaan Jeruk Besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) Kultivar Nambangan. Skripsi. Program Studi Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 41 hal. Ryugo, K Fruit Culture. It Science and Art. United State of America Salisbury, F. B., danc. W. Ross Fisiologi Tumbuhan jilid 1. ITB Press. Bandung. 241 hal Santoso, A. P., Hayati, N. E., Haryanti, S. E., Pinem, R. T. R Sertifikasi Benih Jeruk. Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi Direktorat Jenderal Hortikultura. Sari, H. R Pengaruh Waktu Strangulasi yang Berbeda terhadap Pembungaan Jeruk Besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) Kultivar Nambangan. Skripsi. Program Studi Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 36 hal.

32 26 Setiawan, I. A Usaha Pembudidayaan Jeruk Besar. Penebar Swadaya. Jakarta. 56 hal. Setiawan, A. I., dan H. Sunarjono Jeruk Besar, Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar Swadaya. Jakarta. 111 hal. Shalimar, A. N. T Budidaya Jeruk. Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 20hal Sitompul, S. M., B. Guritno Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Malang Sugiyarto, M Review of Citrus Cultivars in Indonesia. Proceedings of Asian Citrus Rehabilitation Conference. Ministry of Agriculture, Republic of Indonesia Agency for Agricultural Research and Development, Central research Institute for Horticulture, FAO/UNDP. p Susanto, S Studi tentang Penyediaan dan Perbaikan Penampilan Pertumbuhan Bibit Jeruk Besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) Kultivar Cikoneng dan Nambangan Bebas Penyakit Sistemik. Laporan penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi. 120 hal. Susanto, S., S. Minten, dan A. Mursyada Pengaruh strangulasi terhadap pembungaan jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) kultivar Nambangan. J. Agrotropika, 7 (1) : hal. Taiz, L., Zeiger,E., Plant Physiology 4th ed. Sinauer Associates Inc. Sunderland, Massachutes. 764 p Verheij, E. W. M., dan B. C. Stone Citrus (L). Hal dalam : E. W. M. Verheij dan R. E. Coronel (Ed). PROSEA. Sumberdaya Nabati Asia Tenggara 2. P. T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Yamanishi, O. K., Y. and Hasegawa, K Effect of branch strangulation in late session on reproductive phase of young pummelo tress grown in a plastic house. J. Jpn. Trop. Agr., 37(4): Yamanishi, O. K., and Hasegawa, K Trunk strangulation responses to the detrimental effect of heavy shade on fruit size and quality of tosa buntan pummelo. J Hort. Sci., 70(6)

33 LAMPIRAN

34 Lampiran 1. Layout Penelitian 28

35 29 Lampiran 2. Bentuk Kanopi Tajuk Pamelo Masing-masing Perlakuan Perlakuan tanpa strangulasi (T0) Perlakuan strangulasi tunggal (T1) Perlakuan strangulasi ganda jarak 5 cm (T2) Perlakuan strangulasi ganda jarak 10 cm (T3) Perlakuan strangulasi ganda jarak 15 cm (T4)

TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar

TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar xii TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar Jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) yang sering disebut pamelo berasal dari Asia Tenggara, yaitu Indonesia, India, Cina Selatan dan beberapa jenis berasal dari Florida,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Jemk Besar. Indonesia jeruk besar juga bisa ditemui hampir di seluruh Asia Tenggara. Jeruk besar

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Jemk Besar. Indonesia jeruk besar juga bisa ditemui hampir di seluruh Asia Tenggara. Jeruk besar TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Jemk Besar Jeruk besar (Citrus grarrdis L) merupakan tanaman asli Indonesia. Selain di Indonesia jeruk besar juga bisa ditemui hampir di seluruh Asia Tenggara. Jeruk besar dikenal

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada areal pertanaman jeruk pamelo di lahan petani Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN Zamriyetti 1 dan Sawaluddin Rambe 2 1 Dosen Kopertis Wilayah I dpk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo) Tanaman jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) termasuk ke dalam famili Rutaceae. Famili Rutaceae memiliki sekitar 1 300 spesies yang dikelompokkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari 2009 sampai Juni 2009. Bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah Staf Pengajar fakultas pertanian Universitas Lancang kuning Jurusan Agroteknologi ABSTRAK Permintaan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan April 2009 sampai dengan Agustus 2009. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada bulan Mei sampai bulan Desember 2015 di kebun salak Tapansari, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Salak yang

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Parung Farm yang terletak di Jalan Raya Parung Nomor 546, Parung, Bogor, selama satu bulan mulai bulan April sampai dengan Mei 2011. Bahan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI 1 KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI (Tectona grandis) Ferdi Asdriawan A.P (20110210016) Prodi Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September Oktober 2012. Tempat penelitian di Kebun Kartini Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW.

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Dari (tabel 1) rerata tinggi tanaman menunjukkan tidak ada interaksi antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan pemangkasan menunjukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Januari 2016 di kebun salak Tapansari, Candibinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Luas

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA Roganda Panagaman Opusunggu 1), Nerty Soverda 2), dan Elly Indra Swari 2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi 1) Alumni Program

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Diskripsi Tanaman Melon Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu anggota famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Melon berasal dari Afrika Timur dan Afrika Timur-Laut. Melon

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM KARYA ILMIAH TENTANG BUDIDAYA PAKCHOI (brassica chinensis L.) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERPA JENIS PUPUK ORGANIK Oleh SUSI SUKMAWATI NPM 10712035 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 I.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri dari (1) pengambilan contoh tanah Podsolik yang dilakukan di daerah Jasinga, (2) analisis tanah awal dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Tingkat Keberhasilan Okulasi Varietas Keprok So E dan Keprok Tejakula Pada Berbagai Dosis Pupuk Organik

Tingkat Keberhasilan Okulasi Varietas Keprok So E dan Keprok Tejakula Pada Berbagai Dosis Pupuk Organik Biocelebes, Juni 2011, hlm. 22-30 ISSN: 1978-6417 Vol. 5 No. 1 Tingkat Keberhasilan Okulasi Keprok So E dan Keprok Tejakula Pada Berbagai Dosis Abdul Hamid Noer 1) dan Yusran 2) 1,2) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Tanaman cabai (Capsicum annum) dalam klasifikasi tumbuhan termasuk ke dalam family Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI DAN TARAF PEMBERIAN AIR RISZKY DESMARINA A

RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI DAN TARAF PEMBERIAN AIR RISZKY DESMARINA A RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI DAN TARAF PEMBERIAN AIR RISZKY DESMARINA A24053423 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RISZKY DESMARINA.

Lebih terperinci

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan yang salah satunya adalah cokelat yang berasal dari buah kakao.kakao merupakan salah satu komoditas

Lebih terperinci

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan IV. Hasil dan pembahasan A. Pertumbuhan tanaman 1. Tinggi Tanaman (cm) Ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi

I. PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada periode Juli 2015 sampai dengan Februari 2016. Bertempat di screen house B, rumah kaca B dan laboratorium ekologi dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA BUDIDAYA TANAMAN MANGGA (Mangifera indica) Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ReGrI Tanaman mangga (Mangifera indica L.) berasal dari India, Srilanka, dan Pakistan. Mangga

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN

III.METODE PENELITIAN 20 III.METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2015 sampai dengan bulan Februari 2016 di lahan percobaan di desa Giriharjo, Ngrambe, Ngawi, Jawa Timur.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan 13 diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap pertumbuhan tanaman leek

5. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap pertumbuhan tanaman leek 5. PEMBAHASAN Pembahasan mengenai pengaruh waktu pemberian Giberelin (GA 3 ) terhadap induksi pembungaan dan pertumbuhan tanaman leek (Allium ampeloprasum L.) meliputi umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah

Lebih terperinci

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH Oleh Baiq Wida Anggraeni A34103024 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kacang Tanah Kacang tanah tergolong dalam famili Leguminoceae sub-famili Papilinoideae dan genus Arachis. Tanaman semusim (Arachis hypogaea) ini membentuk polong dalam

Lebih terperinci

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9 PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9 Benih Inovasi IPB Teknik Penanaman Benih Pepaya - Sebelum benih disemai, rendam dahulu benih selama 24 jam mengunakan air hangat. - Media tanam untuk pembibitan adalah

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS (Asparagus officinalis L.) OLEH MUTIARA HANUM A

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS (Asparagus officinalis L.) OLEH MUTIARA HANUM A PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS (Asparagus officinalis L.) OLEH MUTIARA HANUM A24050822 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di III. TATA CARA PENELITIAN A. Rencana Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di Laboratorium Penelitian, Lahan Percobaan fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2010 Juli 2011. Pengambilan sampel urin kambing Kacang dilakukan selama bulan Oktober Desember 2010 dengan

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempatdan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, JalanH.R. Soebrantas No.155

Lebih terperinci