BAB I PENDAHULUAN. rentan terjadi kekerasan. Sebagai negara agraris seperti Indonesia, tanah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. rentan terjadi kekerasan. Sebagai negara agraris seperti Indonesia, tanah"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan kondisi archipelago yang luas dan kaya akan hasil bumi, Indonesia rentan terjadi kekerasan. Sebagai negara agraris seperti Indonesia, tanah merupakan faktor produksi sangat penting karena menentukan kesejahteraan hidup penduduk negara bersangkutan. Suparman Marzuki, seorang peneliti dari Pusat Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia mengatakan bahwa kepincangan atas pemilikan tanah inilah yang membuat seringnya permasalahan tanah di negara-negara agraris menjadi salah satu sumber utama destabilisasi politik. 1 Bahkan dalam seminar Perhimpunan Agronomi Indonesia di Pontianak, Arya Hadi Dharmawan mengatakan bahwa benturan sosial demi benturan sosial berlangsung dengan mengambil bentuk aneka-rupa serta menyentuh hampir di segala aspek ( frame of conflict ) kehidupan masyarakat (konflik agraria, sumber daya alam, nafkah, ideologi, identitas-kelompok, batas teritorial, dan semacamnya). 2 It is not really politically correct for me to say this, especially as an Indonesian speaking before so many foreigners, but like it or not, politically correct or not, this whole culture in Indonesia is a culture of violence between tribes and ethnic groups. Indonesians can very quickly turn to violence. 3 1 Marzuki, Suparman Konflik Tanah di Indonesia. Dalam workshop hasil penelitian di tiga wilayah di Lombok. h. 1 2 Dharmawan, Arya Hadi Konflik-Sosial dan Resolusi Konflik: Analisis Sosio-Budaya. Dalam seminar PERAGI di Pontianak. h. 1 3 Subianto, Prabowo dalam Charles A. Coppel Violent and the state. Dalam bunga rampai Violent Conflict in Indonesia. New York:Routledge. h. 3

2 2 Pernyataan Prabowo Subianto menunjukkan bahwa kekerasan sudah menjadi bagian dalam kebudayaan bangsa Indonesia yang dapat dijumpai dalam kekerasan antar etnik. Oleh karenanya, perlu adanya pengendalian terhadap konflik agar tak mengarah kepada kekerasan. Pemerintah Indonesia misalnya, mengubah status provinsi Papua menjadi daerah otonomi khusus. Pengubahan tersebut ditujukan untuk mengendalikan konflik yang tengah berlangsung di Papua. Usaha serius yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia (PI) untuk menangani permasalahan dengan efektif dimulai sejak tahun 1999, dengan penetapan provinsi tersebut sebagai Daerah Otonomi Khusus. 4 Kasus konflik di tanah Papua kiranya layak mendapat perhatian khusus, bukan hanya dari pemerintah tetapi juga oleh akademisi. Pasalnya, meski telah dipilih sebagai daerah otonomi khusus sejak 1999, konflik kekerasan yang terjadi di Papua terus bergulir hingga sekarang. Dalam sejarahnya, konflik di Papua telah bergulir sejak 1960an. Dimana rakyat Papua menuntut pemisahan karena termotivasi serangkaian permasalahan sejarah, ekonomi dan politik. 5 Salah satu pemicunya adalah kesenjangan dengan hadirnya perusahaan multinasional PT. Freeport McMorran Copper and Gold, kini PT Freeport Indonesia. 4 Buchanan, Cate (Ed) Pengelolaan Konflik di Indonesia. Geneva: Centre for Humanitarian Dialoque. h Ibid.

3 3 Kekayaan alam dieksploitasi tetapi masyarakat jauh dari kehidupan sejahtera. 6 Pada 30 Juni 2009, sebuah studi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) meluncurkan buku versi bahasa Indonesia yang berisikan proposal detil menyoal tentang Papua, Road Map Papua. 7 Pemetaan dalam Road Map Papua menghasilkan 4 akar penyebab konflik, yakni: 1. Marginalisasi orang asli Papua, terutama soal ekonomi, sebagai efek migrasi 2. Kegagalan program pembangunan di Papua untuk mengatasi marginalisasi ekonomi. 3. Perbedaan pemahaman yang mendasar terhadap sejarah antara Jakarta dan Papua. 4. Warisan kekerasan yang dilakukan negara terhadap masyarakat Papua. Pemetaan tersebut menunjukkan bahwa adanya marginalisasi soal ekonomi, marginalisasi dalam kehidupan bermasyarakat dan perbedaan pemahaman soal integrasi Papua ke dalam Republik Indonesia. Marginalisasi ekonomi dapat dilihat dengan ada ketimpangan kesejahteraan antara penduduk dengan karyawan Freeport. Marginalisasi dalam kehidupan ditunjukkan dengan adanya pelecehan mahasiswa asal Papua yang studi di Yogyakarta. Sedangkan, perbedaan pemahaman melahirkan Kongres Papua yang ingin memisahkan diri dari NKRI. Menjelang akhir tahun 2011, tepatnya dalam rentang September-Desember, Papua kembali membara. Setelah terjadinya pemogokan karyawan PT. Freeport Indonesia, rangkaian kekerasan terjadi di tanah Papua. Mulai dari penembakan di Mimika, pemukulan oleh aparat TNI saat diadakannya Kongres Papua III, hingga 6 Sujito, Arie Meretas Perdamaian di Tanah Papua. Yogyakarta: IRE. h Buchanan, Cate (Ed). op. cit.h. 39

4 4 pelecehan mahasiswa Papua yang studi di Yogyakarta. Tiga kasus ini sepintas tidak memiliki kaitan. Namun jika dilihat dari sisi kronologinya, kasus ini memiliki kaitan sebagai dampak dari ekspose yang dilakukan media. Awalnya pada tanggal 15 September 2011, ribuan pekerja PT. Freeport Indonesia melakukan mogok kerja, yang berakibat aktivitas penambangan lumpuh. Pemogokan tersebut dikarenakan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) PT. Freeport Indonesia meminta kenaikan upah dari US $1,5 menjadi US $7,5 per jam. 8 Spontan, lumpuhnya penambangan di PT. Freeport Indonesia mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Pasalnya, pemerintah rugi 8,2 juta dolar per hari dari pajak yang disetor oleh PT. Freeport Indonesia. 9 Konflik internal perusahaan ini merambat luas, saat dibenturkan dengan rencana pemerintah untuk merenegosiasi kontrak pertambangan di seluruh Indonesia. Parahnya, pada 10 Oktober 2011, terjadi bentrok di PT. Freeport dan satu orang tertembak. Penembakan tersebut kemudian mendapat perhatian dari dunia internasional melalui Amnesty International yang mendesak pemerintak mengusut tuntas kasus penembakan tersebut. 10 Konflik pun menjadi sangat luas, saat terjadi penembakan misterius terhadap Margono yang merupakan paman 8 Lihat BBC edisi 26 Oktober Tanggal akses: 14 September Lihat MetroTVNews edisi 13 Oktober PT-Freeport-Negara. Tanggal akses: 14 September Lihat Kompas edisi 11 Oktober 2011, nya.buruh.freeport?utm_source=wp&utm_medium=ktpidx&utm_campaign= Tanggal akses: 14 September 2012

5 5 dari politisi senayan, Roy Suryo. 11 Bahkan, penembakan pun terus berlanjut hingga mencuat ke media bahwa ada dugaan duit PT Freeport Indonesia mengalir ke Polri yang akhirnya membawa masyarakat mendesak KPK mengusutinya. 12 Konflik pun merambat ke kasus lain, Kongres Papua III. Dimana dalam Kongres Papua III, aparat mengeluarkan rentetan tembakan dalam pembubaran massa. 13 Bahkan Susilo Bambang Yudhoyono menilai bahwa aksi deklarasi Negara baru di Kongres Papua 3 adalah makar yang tidak bisa ditolerir. 14 Pemberitaan media yang intens terhadap kasus Kongres Papua 3 akhirnya efek negatif kepada pembacanya. Intimidasi secara rasial ditudingkan kepada mahasiswa asal Papua di Yogyakarta. 15 Pemberitaan media terhadap kasus kekerasan di Papua menjadi menarik. Dengan perannya sebagai issue intensifier, media berpotensi memunculkan isu atau konflik dan mempertajamnya. 16 Bahkan ketika media melakukan blow-up, maka potensi untuk munculnya konflik susulan menjadi semakin besar. 17 Contohnya, pasca Kompas meliput Konggres Papua III 20 Oktober 2011, yang kemudian diikuti Koran Tempo yang turut 11 Lihat Vivanews edisi 22 Oktober paman-roy-suryo-dimakamkan-siang-ini Tanggal akses: 14 September Lihat Jurnas edisi 31 Oktober ksa/1/nasional/keamanan Tanggal akses: 14 September Lihat Kompas edisi 19 Oktober pua.3 Tanggal akses: 14 September Lihat Tempo edisi 21 Oktober Makar Tanggal akses 14 September Lihat Tempo edisi 15 November Mengaku-Diintimidasi Tanggal akses: 14 September Setriati, Eni Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan: Strategi Wartawan Menghadapi Tugas Jurnalistik. Yogyakarta: Andi Offset. h Wijayanti, Chory Angela Jurnalisme Damai dalam Berita Televisi: Analisis Isi Pemberitaan Konflik Israel-Palestina di Liputan 6 Petang SCTV. Skripsi. Universitas Petra Surabaya. h. 1

6 6 meliput Konggres Papua III pada 23 Oktober 2011, mahasiswa asal Papua yang studi di Yogyakarta mendapatkan intimidasi. Intimidasi itu terkait keberadaan mereka sebagai orang Papua yang dipersepsikan mempunyai keinginan untuk melepaskan diri dari NKRI. 18 Di sisi lain, dalam peliputan konflik, media juga memiliki peran sebagai conflict diminisher, yakni media menenggelamkan isu atau konflik tertentu. 19 Bahkan secara sengaja media meniadakan isu tersebut, terutama bila menyangkut kepentingan media bersangkutan, entah kepentingan ideologis atau pragmatis. Ada yang suka memelintir berita karena memang punya conflict of interest. 20 Dalam peliputan konflik, informasi dari jurnalis bisa menjadi aset atau pendorong konflik, tapi informasi dari jurnalis juga bisa menjadi penyalur kebuntuan komunikasi. 21 Di sini dapat dipahami bahwa media memainkan perannya sebagai conflict resolution, yakni media menjadi mediator dengan menampilkan isu dari berbagai perspektif serta mengarahkan pihak yang bertikai pada penyelesaian konflik. 22 Bertolak dari pemahaman tersebut, maka dibutuhkan media yang mampu mencegah konflik ke arah kekerasan, yakni dengan pendekatan jurnalisme damai. 18 Lihat Tempo edisi 15 November Mengaku-Diintimidasi Tanggal akses: 14 September Stanley The Media As A Control And As A Spur For Acts Of Violence. Dalam bunga rampai Violent Conflict in Indonesia. New York:Routledge. h Sirait, P. Hasudungan Jurnalisme Sadar Konflik: Meliput Konflik dengan Perspektif Damai. Jakarta: Aliansi Jurnalis Independen (AJI). h Syahputra, Iswandi Jurnalisme Damai: Meretas Ideologi Peliputan di Area Konflik. Yogyakarta: P_Idea. h Stanley. op. cit. h. 204

7 7 Jurnalisme damai menjalankan prinsip objektivitas yang memandang jurnalis sebagai pihak yang tidak memihak atau tidak membiaskan realitas. 23 Penelitian soal konflik di surat kabar dengan metode analisis isi telah banyak dilakukan. Hanya saja, dalam konteks penelitian di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, penelitian soal Jurnalisme Damai yang banyak dilakukan, menggunakan Surat Kabar Harian Kompas sebagai obyek penelitiannya. Penelitian Adrianus Satrio Adinugroho misalnya, mengangkat masalah Klaim Malaysia atas karya Seni Budaya Indonesia tahun Penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian ini. Persamaan tersebut soal penerapan jurnalisme damai di dalam pemberitaan media. Kesamaan yang lain ialah soal unit analisis. Penulis juga menggunakan 4 unit analisis yaitu orientasi pemberitaan, penyajian fakta, keberpihakan dan kecenderungan pemberitaan. Hanya saja, penelitian yang peneliti lakukan memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut terdapat pada objek penelitian. Peneliti memilih menggunakan dua media yakni Koran Tempo dan Surat Kabar Harian Kompas sebagai objek penelitian. Pasalnya, Koran Tempo menduduki peringkat pertama dalam hal jumlah berita soal konflik Papua. Selain itu, peneliti melihat bahwa adanya kemungkinan jurnalisme damai diterapkan dalam pemberitaan Koran Tempo. Koran Tempo merupakan salah satu dari empat media besar di Indonesia. Anett Keller dalam penelitiannya yang dibukukan, menyebut bahwa Koran Tempo merupakan media yang memiliki budaya perusahaan lain dari yang lain 23 Lee, Seow Ting dan Crispin c. Maslog War or Peace Journalism? Asian Newspaper Coverage of Conflict.Journal of Communication Edisi Juni. h Adinugroho, Adrianus Satrio Jurnalisme Damai dalam Pemberitaan Masalah Klaim Malaysia atas Karya Seni Budaya Indonesia tahun Skripsi: Universitas Atma Jaya Yogyakarta. h. 1

8 8 dan besarnya otonomi redaksi serta memiliki nilai-nilai yang mendekati nilai idealisme dari sebuah pers. 25 Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa wartawan Koran Tempo dalam peliputan memiliki independensi yang lebih karena sedikitnya intervensi di dalam redaksi. Minimnya intervensi di dalam redaksi Koran Tempo, dapat mencegah terjadinya conflict of interest dari media dalam meliput konflik. Minimnya conflict of interest di dalam redaksi media inilah yang memungkinkan Koran Tempo menerapkan prinsip-prinsip Jurnalisme Damai. Dalam kasus Konflik Papua, wartawan Koran Tempo yang meliput kasus tersebut bukanlah seorang reporter, melainkan koresponden. Para koresponden harus menjaga ideologi independensi yang memang diterapkan dengan ketat oleh Tempo. 26 Keunikan Koran Tempo ini menarik peneliti untuk mengeksplorasi bagaimana pemberitaan yang dilakukan Koran Tempo dalam Kasus Konflik Papua. Pasalnya, semenjak 16 September 2011, Koran Tempo terus mengekspose kasus ini hingga 15 Desember Di saat koran lain memberitakan Sea Games Palembang, November 2011, Koran Tempo justru intens menghadirkan kasus ini sebagai berita utama. Total pemberitaan kasus ini di Koran Tempo untuk periode 5 September Desember 2011 sebanyak 101 berita. Jumlah tersebut sangat banyak jika dibandingkan dengan Surat Kabar Harian Kompas yang menampilkan sebanyak 96 berita. 25 Keller, Anett Tantangan dari Dalam: Otonomi Redaksi di 4 Media Cetak Nasional. Jakarta: FES Indonesia Office. h Setyarso, Budi Cerita di Balik Dapur Tempo Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia). h. 95

9 9 Dalam sejarahnya meliput konflik, SKH Kompas selalu menggunakan prinsip humanisme transendental. Kemanusiaan di tempat kita itu namanya humanisme transendental. Berusaha untuk tidak menyakiti orang karena kemanusiaan itu benar-benar kemanusiaan, karena ketika satu orang pun kita tulis itu adalah kemanusiaannya dia, kita berusaha tidak menyakiti, mengeluarkan kalimat yang vulgar karena basisnya kemanusiaan memang seperti itu dimana saja. 27 Menurut Jong, penamaan itu (humanisme transendental) merupakan pengembangan makna compassion, yang antara lain memuat harapan manusia untuk bisa bertenggang rasa karena setiap orang bisa berbuat salah. 28 Prinsip humanisme transendental ini mungkin mendekati prinsip jurnalisme damai. Pasalnya, pendekatan jurnalisme damai adalah untuk membantu pihak-pihak yang bertikai untuk menyusun kembali persepsi masing-masing kelompok atas adanya informasi baru. 29 Prinsip humanisme transendental SKH Kompas yang tidak menyakiti pihak mana pun, akan sangat bermanfaat untuk membangun jurnalisme damai dalam peliputan konflik. Meskipun demikian, dari sisi sejarah peliputannya, SKH Kompas dianggap menyembunyikan konflik yang sebenarnya dalam meliput kasus konflik di Maluku. Kompas dan Suara Pembaruan cenderung melakukan self-censorship yang berlebihan, dan cenderung menyembunyikan konflik yang sebenarnya Nughoro dalam Eka Nada Shofa Alkhajar, Anastasia Lilin Yuliantina dan Bagus Sandi Tratama Komunikasi Politik Elit Nahdlatul Ulama Di Media. Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Dalam jurnal online : Tanggal akses 22 Mei Sularto, St Syukur Tiada Akhir: Jejak Langkah Jakob Oetama. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. h Wijayanti, Chory Angela.op. cit. h Stanley. op. cit. h. 200

10 10 Meski sama-sama memiliki kemungkinan untuk membangun peliputan konflik ke arah jurnalisme damai, namun perbedaan karakteristik dari dua media inilah yang kemudian mendasari peneliti untuk membandingkan pemberitaan Konflik Papua di Koran Tempo dan SKH Kompas. B. Rumusan Masalah Bagaimana Jurnalisme Damai dalam pemberitaan Koran Tempo dan Surat Kabar Harian Kompas terkait Konflik Papua dalam sub topik PT. Freeport vs Karyawan, Konggres Papua III dan Pelecehan Mahasiswa Asal Papua? Jika diturunkan lagi menjadi pertanyaan yang lebih operasional untuk menuntun penelitian, peneliti mendefinisikannya sebagai berikut: 1. Media manakah yang lebih menerapkan Jurnalisme Damai dalam pemberitaan soal Konflik Papua, Koran Tempo ataukah SKH Kompas? 2. Media manakah yang lebih menerapkan Jurnalisme Perang dalam pemberitaan soal Konflik Papua, Koran Tempo ataukah SKH Kompas? C. Rumusan Tujuan Untuk mengetahui penerapan Jurnalisme Damai dalam pemberitaan Koran Tempo dan Surat Kabar Harian Kompas terkait Konflik Papua. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan untuk perkembangan Ilmu Komunikasi dan referensi bagi penelitian berikutnya, terutama tentang berita di surat kabar harian dengan menggunakan metode analisis isi kuantitatif. Diharapkan para peneliti

11 11 selanjutnya yang hendak melihat isi pemberitaan di surat kabar harian lainnya bisa menggunakan penelitian ini sebagai salah satu referensi. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan menambah pandangan para pelaku media massa cetak terhadap penulisan berita surat kabar harian, khususnya dalam pemberitaan konflik. Dengan penelitian ini, diharapkan agar pelaku media massa cetak mengetahui berita-berita seperti apakah yang termasuk dalam jurnalisme damai dan berita-berita apakah yang termasuk dalam jurnalisme perang. E. Batasan Masalah Berita Konflik Papua yang diteliti dibatasi pada 3 kasus yang secara kronologi dan dampaknya berkaitan yakni: PT. Freeport vs Karyawan, Kekerasan dalam Kongres Papua III, dan Pelecehan Mahasiswa Asal Papua yang terdapat pada Koran Tempo dan SKH Kompas edisi 5 September Desember 2011 F. Kerangka Teoritik Konflik Papua yang berlangsung sejak 1960an dan melibatkan banyak pihak baik warga Papua, pemerintah, aparat, dan perusahaan tambang, layak untuk dikaji secara teoritis. Perubahan kebijakan dan cara pandang banyak pihak menunjukkan terjadinya perubahan dialektika dalam kasus ini. Namun masih banyaknya korban yang berjatuhan menunjukkan bahwa perubahan dialektika belum dikelola dengan baik sehingga konflik mengarah kepada kekerasan.

12 12 Insan pers memiliki peran penting dalam membawa perubahan dialektika kepada pihak yang bertikai, yakni dengan mengusung jurnalisme damai dalam peliputan konflik. Konsep maupun teori yang relevan untuk penelitian ini ialah teori konflik, konsep tentang penerapan peliputan konflik di media massa, serta konsep tentang jurnalisme damai. 1. Konflik Ralf Dahrendorf memandang konflik secara universal yang hadir dalam semua hubungan manusia. 31 Teori konflik Dahrendorf didasarkan pada kekuasaan dan perubahan dialektika. Kekuasaan di sini dipandang secara lebih umum, karena banyak dari tipe-tipe dari hubungan-hubungan sosial dari masyarakat dapat berlatih untuk mempengaruhi. 32 Sesuai dengan perkembangan konflik Papua yang oleh Centre for Humanitarian Dialog disebut sebagai "Dialog yang tengah Berproses" 33, maka sangat tepat bila Teori Konflik Dialektika Dahrendorf digunakan sebagai referensi untuk memahami Konflik Papua. Pasalnya, konflik Papua dapat dilihat sebagai konflik yang tengah berproses, konflik yang tengah berdialektika. Di sini media memiliki peran penting dalam membangun proses dialektika tersebut. Dialektika tidak hanya bermain pada locus keseharian hubungan-hubungan antar manusia di tanah Papua, tetapi juga dapat mengambil locus di media massa. 31 Allan, Kenneth The Social Lens: An Invitation to Social and Sociology Theory. Thousand Oaks: Sage Publication. h Ibid. h Buchanan, Cate (Ed). op. cit. h. 32

13 13 Dialektika akan terus berlangsung bila aktor-aktor dalam konflik aktif untuk berdialektika. Dahrendorf mengisyaratkan 3 kondisi yang harus dipenuhi agar sebuah grup menjadi aktif dalam konflik: technical, political dan kondisi sosial. 34 Pertemuan dari perbedaan kondisi baik technical, political dan kondisi sosial dalam grup, tidak jauh-jauh membuat konflik menjadi kekerasan. 35 Selain itu, kekerasan dalam konflik juga dihubungkan secara negatif di hadapan legitimasi dari aturan-aturan konflik. 36 Dengan kata lain, besarnya level formal atau informal dari norma-norma yang mengatur konflik, maka besar kemungkinan kedua pihak akan menggunakan norma-norma atau bentuk-bentuk yuridis untuk menyelesaikan konflik. Dahrendorf menegaskan bahwa konflik tidak dapat dilenyapkan, tetapi hanya dapat dikendalikan agar konflik latent tidak menjadi manifest dalam bentuk violence/kekerasan. Di sinilah Teori Dahrendorf sejalan dengan Jurnalisme damai, yakni agar pemberitaan yang dilakukan media sebagai penengah tidak berujung pada kekerasan di pihak-pihak yang bertikai. 2. Media dan Konflik Posisi media di tengah konflik tercermin dari sisi penentuan angle dan konstruksi beritanya. 37 Konstruksi berita pada dasarnya merupakan sebuah kesatuan informasi verbal maupun visual yang dapat dilihat secara kuantitatif maupun kualitatif. 34 Allan, Kenneth. op. cit.h Ibid. h Ibid. 37 Syahputra, Iswandi. op. cit. h.53

14 14 Menurut Iswandi Syahputra, kesalahan yang biasanya dilakukan media dalam pemberitaan konflik biasanya bermula dari pengiriman reporter ke medan konflik. 38 Selain itu, kepada beberapa media yang melakukan agenda setting, Iswandi menambahkan bahwa media akan memberikan arahan kepada reporter sebelum melakukan tugas di lapangan. Arahan biasanya seputar pendalaman berita terhadap isu yang sedang hangat dibicarakan publik. Penelitian soal surat kabar di Amerika Serikat menemukan bahwa jurnalis memiliki tendensi kesengajaan untuk menyampaikan suatu berita melalui lensa peperangan. 39 Di Indonesia sendiri, arah media kepada jurnalisme peperangan juga ditampilkan dalam berbagai media baik cetak maupun elektronik. Ada kecenderungan bahwa semakin parah konflik kian semangat pula pers, baik cetak maupun elektronik, mewartakannya. 40 Dari pemahaman di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberitaan soal konflik dijadikan komoditi oleh media. Karena panasnya konflik berbanding lurus dengan oplah, maka dengan sendirinya pers punya kepentingan langsung dalam eskalasi dan kelanggenan konflik. 41 Hal tersebut tampak dalam pemberitaan Koran Tempo dan Surat Kabar Harian Kompas. Dalam rentang waktu 5 September 2011 hingga 15 Desember 2011, Koran Tempo menampilkan sebanyak 101 berita, sedangkan SKH Kompas sebanyak 96 berita. 38 Ibid. h Ibid 40 Sirait, P. Hasudungan. op. cit.h Ibid.

15 15 Banyak jumlah berita soal konflik ini menimbulkan pertanyaan, apakah dalam peliputannya, Koran Tempo dan SKH Kompas menjadi pers partisan? Pasalnya, dalam meliput konflik, pers menuai banyak kritikan. Ada yang pers partisan merupakan provokator atau pers mengail di air keruh. 42 Di sisi lain, peliputan pers dalam konflik dinilai dangkal. Konflik biasanya digambarkan seakan hanya melibatkan dua pihak, pokok masalahnya sederhana dan persoalannya berdimensi tunggal. 43 Dangkalnya peliputan yang dilakukan insan pers, menunjukkan bahwa media di Indonesia lebih terarah kepada jurnalisme perang. Dengan demikian, sangatlah penting insan pers di Indonesia mengubah cara peliputan dengan arah jurnalisme damai, agar media juga turut serta sebagai bagian dari resolusi konflik. 3. Jurnalisme Damai Johan Galtung Jurnalisme damai berusaha meminimalkan celah antara pihak yang berlawanan dengan tidak mengulangi fakta yang memperparah atau meningkatkan konflik. 44 Dari pemahaman tersebut dapat dipahami bahwa jurnalisme damai memberikan kesempatan kepada wartawan untuk mengambil kesempatan agar mereka dapat menjadi bagian dari solusi atas konflik untuk menyelesaikan, bukan malah memicu konflik. Perbedaan jurnalisme damai dengan jurnalisme perang, terlihat pada kategorisasi yang telah dibuat oleh Johan Galtung. 42 Ibid. h Ibid. h Syahputra, Iswandi. op. cit. h. 89

16 16 Tabel 1.1 Klasifikasi Jurnalisme Damai Johan Galtung Jurnalisme Damai I. Orientasi kepada perdamaian/ konflik - Orientasi pada win-win - Keterbukaan waktu dan ruang; sebab dan hasil, juga histori/budaya - Membuat konflik menjadi transparan - Memberikan suara kepada semua partai/kelompok kepentingan; empati, pengertian - Melihat konflik/perang sebagai masalah, fokus pada pemciptaan konflik - Humanisasi di setiap sisi - Proaktif: pencegahan sebelum terjadinya konflik / perang - Fokus pada efek kekerasan yang tak nampak (trauma, kerusakan struktur/budaya) Jurnalisme Perang I. Orientasi kepada perang/ kekerasan - Fokus pada area konflik, 2 partai, 1 goal (win) war - Zero-sum orientation - Ruang dan waktu tertutup; - Membuat perang menjadi tidak transparan - Cenderung propaganda, menyuarakan satu pihak - Dehumanisasi pada them atau liyan/lain - Reaktif: menunggu kekerasan sebelum meliput - Fokus pada efek kekerasan yang tampak (korban terluka/terbunuh, kerusakan materi) II. Orientasi pada kebenaran II. Orientasi propaganda - Mengekspos ketidakjujuran di semua sisi III. Orientasi pada rakyat - Fokus pada penderitaan semua pihak; perempuan, anak-anak. - Mengekspos ketidakjujuran pihak liyan/them/out group III. Orientasi pada pihak elit - Fokus pada penderitaan diri sendiri /in group, menjadi

17 17 Memberikan suara untuk pihak yang lemah - Fokus pada orang-orang yang berjuang utk perdamaian IV. Orientasi pada solusi - Damai= tanpa kekerasan +creativity - Fokus pada inisiatif untuk menciptakan perdamaian, mencegah perang - Fokus pada kondisi struktur, budaya, dan kedamaian masyarakat - Berujung pada resolusi, rekonstruksi, dan rekonsiliasi corong para elit - Fokus pada kaum elit IV. Orientasi pada kemenangan - Perdamaian= kemenangan + gencatan senjata - Menyembunyikan inisiatif perdamaian sebelum mendapat kemenangan. - Fokus pada institusi, masyarakat yang dikontrol, perjanjian/pakta - Meninggalkan suatu perang, kemudian kembali lagi jika perang lama timbul kembali Sumber: Diterjemahkan dari Galtung, Johan The Missing On Conflict and Peace And The Middle East. Dalam Database Artikel Transcend. Tanggal Akses: 16 September 2012 Klasifikasi Jurnalisme Damai di atas sulit diterapkan oleh jurnalis dalam meliput konflik, maupun peneliti dalam meneliti pemberitaan soal konflik. Jurnalisme damai telah muncul lebih dari tiga dekade yang lalu, tetapi tidak memperoleh penerimaan diantara jurnalis maupun menarik perhatian peneliti. 45 Akhirnya, TRANSCEND, organisasi yang fokus di kajian jurnalisme damai, membuat model yang lebih aplikatif. Pada akhir tahun 1990, Forum Conflict and 45 Lee, Seow Ting dan Crispin C. Maslog. op. cit. h. 312

18 18 Peace (CPF) memungut ide Galtung dan mengolah model ini melalui dialog dengan jurnalis. 46 McGoldrick dan Lynch, pada tahun 2000 mengembangkan klasifikasi jurnalisme damai / perang milik Galtung ke dalam 17 kategori dalam meliput perang. 47 Ketujuh belas kategori tersebut ditujukan untuk membantu jurnalis dalam meliput di area konflik. Advice to journalists included focusing on solutions, reporting on long-term effects, orientating the news on ordinary people, reporting on all sides, and using precise language. 48 Dari penjelasan tersebut, maka klasifikasi yang telah dibuat oleh McGoldrick dan Lynch lebih kepada praktek jurnalis di area konflik. Di sini, jurnalisme damai telah membuat lompatan dari teori ke praktek tanpa keuntungan untuk penelitian. 49 Oleh karenanya, perlu sebuah klasifikasi yang membantu peneliti dalam melakukan studi media. Seow Ting Lee dan Crispin C. Maslog pada tahun 2005 kemudian mencoba melakukan kombinasi antara kategorisasi Galtung dengan Mc. Goldrik dan Lynch. This study, as an attempt to fill that gap by operationalizing war journalism and peace journalism in a content analysis, focused on four Asian conflicts. 50 Dalam penelitian tersebut, Seow Ting Lee dan Crispin C. Maslog kemudian membuat 13 indikator yang terbagi menjadi 2 kriteria. 46 Ibid. 47 Ibid. h Ibid. 49 Ibid. h Ibid.

19 19 Tabel 1.2 Kriteria Jurnalisme Damai Seow Ting Lee dan Crispin C.Maslog JURNALISME DAMAI Pendekatan 1. Proaktif (pengantisipasian, memulai jauh sebelum pecahnya perang) 2. Juga mereportase efek kasat mata dari perang (trauma emosial, kerusakan kepada masyarakat dan kebudayaan) 3. Orientasi kepada masyarakat (fokus kepada banyak orang sebagai actor dan sumber informasi) 4. Mereportase soal kesepakatan yang mungkin dapat menjadi solusi dari konflik. 5. Mereportase sebab-sebab dan konsekuensi dari konflik. 6. Menghindari labeling good guys dan bad guys 7. Orientasi kepada banyak pihak (Memberikan suara kepada banyak pihak yang terlibat konflik) 8. Tidak Memihak (netral dan tidak memihak pihak-pihak yang terlibat konflik) JURNALISME PERANG 1. Reaktif (menunggu hingga pecahnya perang atau memicu pecahnya perang sebelum mereportasi) 2. Mereportase hanya pada efek yang tampak (korban, kematian dan melukai, perusakan property) 3. Orientasi kepada elit (fokus kepada pemimpin dan elit sebagai actor dan sumber informasi) 4. Fokus hanya kepada perbedaan yang mendorong konflik. 5. Fokus kepada apa yang sekarang terjadi di lokasi 6. Membelah antara good guys dan bad guys, korban dan penjahat. 7. Orientasi hanya pada dua pihak (satu menang, satu kalah) 8. Memihak (memihak pada salah satu pihak dalam konflik) 9. Orientasi zero- (Satu tujuan:

20 20 9. Orientasi win-win (banyak tujuan dan isu, orientasi kepada solusi) 10.Tetap bertahan mereportase pasca perang rekonstruksi, rehabilitasi dan implementasi dari perjanjian) Bahasa 11. Menghindari bahasa yang menjadikan korban (victimizing language), mereportase apa yang telah dilakukan, apa yang akan dilakukan oleh masyarakat dan bagaimana mereka memecah kebuntuan. 12. menghindari bahasa kejam, lebih menggunakan deskripsi presisi. 13. Obyektif dan moderat, menghindari kata-kata emotive. Mencadangkan kata-kata kuat hanya untuk situasi darurat, tidak melebih-lebihkan. untuk menang) 10. Berhenti mereportasi saat perjanjian disepakati, gencatan senjata, dan memikirkan perang di tempat lain. 11. Menggunakan bahasa yang menjadikan korban (seperti: miskin-papa-melarat, merusakmenghancurkan-meluluhkanpasrah, menyedihkanmenghiraukan, tragis, tidak bermoral) yang menunjukkan hanya pada apa yang telah dilakukan oleh masyarakat. 12. Menggunakan bahasa kejam (seperti: ganas-jahat-keji-burukkejam-licik, bengis-lalim, brutal-kasar, biadab, tak berperikemanusiaan, tirani, liar, tanpa ampun, teroris, ekstrimis, fanatic, fundamentalis) 13. Menggunakan kata-kata emotif seperti genocidepemusnahan-pembantaian, pembunuhan, penyembelihan, sistematik (seperti pemerkosaan

21 21 sistematik, atau pemaksaan orang keluar dari rumahnyapengusiran) Sumber: Diterjemahkan dari Lee, Seow Ting dan Crispin c. Maslog War or Peace Journalism? Asian Newspaper Coverage of Conflict.Journal of Communication Edisi Juni. h. 325 Dari kategorisasi di atas dapat dilihat bahwa teknik Galtung yang lama, Orientasi pada perdamaian, Orientasi pada kebenaran, Orientasi pada Rakyat, Orientasi pada Solusi dapat dimasukkan ke dalam kategorisasi pendekatan. Kesamaan inilah yang pada akhirnya membuat peneliti menggunakan keempat kategorisasi Johan Galtung yang lama. Hanya saja dalam penelitian ini, peneliti juga menambahkan kategorisasi bahasa. Kategori bahasa dipilih agar mendapat penggambaran yang lebih operasional dengan melihat kata-kata yang muncul dalam berita. G. Operasionalisasi 1. Tujuan Pemberitaan Tujuan Pemberitaan di sini dapat dipahami sebagai tujuan atau dampak yang ingin dicapai pemberitaan soal konflik yang terbagi ke dalam: a. Berorientasi perdamaian, yakni pemberitaan tentang konflik yang bertujuan pada upaya yang menciptakan perdamaian. Berita berfokus pada efek kekerasan yang tidak terlihat seperti trauma, rasa kemenangan, kerusakan pada struktur dan budaya. Mengecam penggunaan senjata dalam konflik, memberikan efek negative dari penggunaan senjata.

22 22 Menonjolkan konflik sebagai masalahnya, bukan kepada pihak yang bertikai, serta tidak menyoroti kemenangan/kekalahan salah satu pihak. Beritanya cover both side/multi side. Di sini dapat dilihat dari sisi jumlah narasumber yang muncul. Dari PT. Freeport dan juga karyawan, atau dari OPM dan juga aparat dan pemerintah, atau pemerintah dan mahasiswa asal Papua. Orientasi pemberitaan tidak hanya soal lokasi dan peristiwa konflik, tetapi juga mengenai latar belakang konflik serta akibat yang ditimbulkan konflik dimana saja. b. Berorientasi perang, yakni pemberitaan tentang konflik yang bertujuan pada upaya yang mendorong konflik terus berlanjut. Berita berfokus pada efek yang dapat dilihat mata seperti korban yang tewas dan terluka, serta yang mengalami kerusakan material. Melihat orang yang terlibat konflik bukan sebagai manusia, adanya penggunaan senjata. Berfokus pada siapa yang menang dalam perang. Orientasi pemberitaan berfokus pada lokasi dan peristiwa konflik, siapa yang lebih dulu memicu pertikaian. 2. Penyajian Fakta a. Berorientasi pada kebenaran, yakni pemberitaan soal konflik yang mengekspose fakta-fakta dari semua sisi, memberitakan fakta apa adanya. Berkonsentrasi pada hal yang tidak benar dalam segala sisi, membongkar semua kepalsuan.

23 23 b. Berorientasi pada propaganda, yakni pemberitaan soal konflik yang turut mengekspose fakta-fakta dari luar pelibat konflik, fakta-fakta yang disajikan mengandung interpretasi yang bermuatan propaganda. Berkonsentrasi pada hal yang tidak benar dari kelompok liyan, membantu menciptakan kepalsuan dari pihak yang mendominasi. 3. Keberpihakan a. Berorientasi pada rakyat, yakni pemberitaan yang memperlihatkan keberpihakan kepada pihak yang lemah, pihak-pihak yang mengusahakan perdamaian. Dominasi berita ditujukan untuk kepentingan rakyat, dalam hal ini warga Papua. Narasumber yang dikutip bukan dari kalangan elit (pemerintah, aparat maupun petinggi Freeport) Berita berfokus pada korban wanita maupun anak-anak. Menyoroti usaha perdamaian yang terjadi di kalangan rakyat, bukan yang ditempuh oleh kalangan elit. b. Berorientasi pada elit, yakni pemberitaan yang memperlihatkan pihak-pihak tertentu yang ingin mengambil keuntungan dari konflik. Dominasi berita ditujukan untuk kepentingan elit, dalam hal ini pemerintah maupun Freeport. Narasumber yang dikutip dari kalangan elit (pemerintah, aparat maupun petinggi Freeport) Menyoroti usaha perdamaian yang ditempuh kalangan elit.

24 24 4. Kecenderungan Berita a. Berorientasi pada solusi, yakni pemberitaan yang memiliki kecenderungan untuk mengupayakan perdamaian, mencegah terjadinya perang. Tanpa kekerasan yang berarti tidak menyakiti atau melukai pihak manapun. Menunjukkan ada sesuatu yang beubah baik idea tau gagasan yang bisa mendobrak situasi yang terjadi, dan tidak terpaku pada gagasan para elit yang terlibat. b. Berorientasi pada kemenangan, yakni pemberitaan yang memiliki kecenderungan memenangkan salah satu pihak. Menunjukkan perdamaian sebagai kemenangan dan gencatan senjata. Berfokus pada perjanjian, pada institusi dan masyarakat yang telah dikontrol. 5. Bahasa a. Jurnalisme Damai, yakni pemberitaan yang tidak menggunakan bahasa kejam dan victimizing language. Tidak menggunakan bahasa yang menjadikan korban (seperti: miskin -papa - melarat, merusak - menghancurkan - meluluhkan - pasrah, menyedihkan - menghiraukan, tragis, tidak bermoral) yang menunjukkan hanya pada apa yang telah dilakukan oleh masyarakat. Tidak menggunakan bahasa kejam (seperti: ganas jahat keji buruk kejam-licik, bengis-lalim, brutal-kasar, biadab, tak berperikemanusiaan, tirani, liar, tanpa ampun, teroris, ekstrimis, fanatic, fundamentalis)

25 25 Tidak menggunakan kata-kata emotif seperti genocide-pemusnahanpembantaian, pembunuhan, penyembelihan, sistematik (seperti pemerkosaan sistematik, atau pemaksaan orang keluar dari rumahnya-pengusiran) b. Jurnalisme Perang, yakni pemberitaan yang menggunakan bahasa kejam dan victimizing language. Menggunakan bahasa yang menjadikan korban (seperti: miskin-papa-melarat, merusak-menghancurkan-meluluhkan-pasrah, menyedihkan-menghiraukan, tragis, tidak bermoral) yang menunjukkan hanya pada apa yang telah dilakukan oleh masyarakat. Menggunakan bahasa kejam (seperti: ganas-jahat-keji-buruk-kejam-licik, bengis-lalim, brutal-kasar, biadab, tak berperikemanusiaan, tirani, liar, tanpa ampun, teroris, ekstrimis, fanatic, fundamentalis) Menggunakan kata-kata emotif seperti genocide-pemusnahan-pembantaian, pembunuhan, penyembelihan, sistematik (seperti pemerkosaan sistematik, atau pemaksaan orang keluar dari rumahnya-pengusiran) No Unit Analisis Kategori 1. Tujuan Pemberitaan a. Berorientasi Perdamaian b. Berorientasi perang 2. Penyajian Fakta a. Berorientasi pada kebenaran b. Berorientasi pada propaganda 3. Keberpihakan a. Beroentasi pada rakyat b. Berorientasi pada elit

26 26 4. Kecenderungan Berita a. Berorientasi pada solusi b. Berorientasi pada kemenangan 5. Bahasa a. Jurnalisme Damai b. Jurnalisme Perang H. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis isi komparatif dikarenakan salah satu fungsinya untuk mendapat gambaran pesan dari suatu teks. Menurut Berelson, analisis isi merupakan teknik penelitian untuk mendeskripsikan secara obyektif, sistematik dan kuantitatif isi komunikasi yang tampak (manifest). 51 Pasalnya, analisis isi media menjadi metode riset utama untuk mempelajari penggambaran dari kekerasan, rasis dan perempuan. 52 Dengan maraknya kekerasan yang terjadi, mulai dari pelecehan, pemukulan hingga penembakan dalam Konflik Papua, peneliti akan menggunakan Analisis Isi untuk menggambarkan pesan dari Konflik Papua. Namun, peneliti tidak hanya terbatas pada penggambaran pesan dari teks Konflik Papua, peneliti lebih menekankan pada perbandingan pesan terkait prinsip Jurnalisme Damai dalam teks Konflik Papua. Analisis Isi yang menggunakan uji perbandingan dapat dikategorikan sebagai analisis isi eksplanatif. Analisis isi eksplanatif adalah analisis isi yang di 51 Krippendorff, Klaus Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta: Citra Niaga Rajawali Pers. h Macnamara, Jim Media Content Analysis: Its Uses, Benefits and Best Practice Methodology. Dalam Asia Pacific Public Relation Journal edisi 6 (1). h. 1

27 27 dalamnya terdapat pengujian hipotesis tertentu. 53 Dengan menggunakan uji perbedaan, peneliti akan menguji kategorisasi jurnalisme damai untuk melihat perbedaan penerapan jurnalisme damai di Koran Tempo dan SKH Kompas. Koran Tempo dengan otonomi redaksinya, memiliki peluang untuk menerapkan jurnalisme damai. Pasalnya, dengan minimnya intervensi dari pihak lain terhadap redaksi, maka conflict of interest dapat dihindari. Begitu pula dengan SKH Kompas. Dengan menerapkan prinsip humanisme transendental, ideologi yang tidak menyakiti pihak manapun, SKH Kompas juga memiliki peluang untuk menerapkan jurnalisme damai. Pasalnya dengan menerapkan prinsip ini, informasi-informasi baru yang mengarah kepada resolusi konflik dapat ditampilkan di dalam media. Karena, dengan pihak-pihak yang bertikai merasa tidak disakiti maka pihak-pihak yang bertikai mampu menyalurkan aspirasinya kepada media. Dengan demikian, media memainkan perannya sebagai penyalur kebuntuan komunikasi antara pihak-pihak yang bertikai. 1. Paradigma Penelitian Seperti yang telah peneliti jelaskan di atas, bahwa analisis isi yang menggunakan uji perbandingan dapat dikategorikan analisis isi eksplanatif, maka peneliti menggunakan cara pandang positivisme dalam penelitian ini. Positivisme dan post-positivisme mempunyai tujuan eksplanasi (explanation) sehingga dapat meramalkan dan mengendalikan gejala, baik fisik atau perilaku manusia. 54 Paradigma positivisme merujuk pada desain penelitian yang bersifat objektif sehingga memerlukan sebuah kerangka penelitian yang sistematik. Paradigma 53 Eriyanto. op. cit. h Salim, Agus Teori & Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana. h. 75

28 28 positivisme terutama melakukan hal-hal yang bersifat teknis seperti pengukuran, desain dan metode kuantitatif. 55 Dalam kasus Konflik Papua yang diterbitkan media massa, peneliti ingin meramalkan perilaku manusia (jurnalis konflik) melalui bentuk jurnalisme yang mereka terapkan dalam penulisannya, jurnalisme damai ataukah jurnalisme perang. Serta mengeksplanasi, media manakah yang lebih condong ke jurnalisme damai, Koran Tempo ataukah SKH Kompas. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian ini ialah kuantitatif. Penelitian kuantitatif ialah penelitian yang memiliki karakteristik adanya pengukuran fakta objektif pada variabel, memberi tekanan pada reliabilitas, bebas nilai, melakukan analisis statistik. 56 Di sini, peneliti mengukur fakta soal penerapan jurnalisme damai di media massa Koran Tempo dan SKH Kompas pada kasus Konflik Papua menggunakan variabel karakteristik jurnalisme damai dan jurnalisme perang dari Johan Galtung. Variabel tersebut kemudian diteliti dengan metode analisis isi dan dilakukan analisis uji statistik perbandingan untuk mengetahui penerapan jurnalisme damai di Koran tempo dan SKH Kompas pada Kasus Konflik Papua. 3. Objek Penelitian Objek penelitan ini dititikberatkan pada pemberitaan Koran Tempo pada tanggal 5 September 2011 sampai dengan 15 Desember 2011 soal Konflik Papua 55 Ibid. 56 Neuman, William Lawrence Social Research Methods, Qualitative and Quantitative Approaches,4 th,ed. Melbourne: Longman. h. 16

29 29 yang terbagi ke dalam tiga sub topik: PT. Freeport Indonesia vs Karyawan, Kongres Papua III, dan Pelecehan Mahasiswa Asal Papua. Pembagian tiga sub-topik ini berdasarkan fokus pemberitaan dalam kurun waktu tersebut. Media, baik Koran Tempo dan SKH Kompas memberitakan ketiga sub topik tersebut sebagai bagian dari konflik Papua. Sedangkan time frame yang dipilih 5 September 2011 hingga 15 Desember 2011 didasarkan atas awal pemberitaan dimulai pada tanggal 5 September 2011 dan solusi atas mogok karyawan Freeport pada tanggal 15 Desember Di sisi lain, media pada tanggal 15 Desember 2011 mulai berpindah kepada konflik Mesuji di Lampung. 4. Jenis Sumber Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis sumber data, yakni: a. Data Primer Data primer diperoleh dari hasil pengkodean peneliti terhadap berita mengenai Konflik Papua (PT. Freeport Indonesia vs Karyawan, Konggres Papua III, dan Pelecehan Mahasiswa Asal Papua di Yogyakarta) pada Koran Tempo dan SKH Kompas. b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari studi pustaka dengan membaca buku, hasil seminar, jurnal, hasil penelitian dan literatur lain yang mendukung penelitian ini. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah: a. Observasi dokumentasi yaitu mencermati pemberitaan tentang Konflik Papua yang terbagi ke dalam 3 sub berita: Karyawan vs PT. Freeport Indonesia,

30 30 Kongres Papua III, dan Pelecehan Mahasiswa asal Papua di Yogyakarta di Koran Tempo dan SKH Kompas pada 5 September Desember b. Kepustakaan, yaitu dengan cara pengumpulan data dengan membaca buku, hasil penelitian yang sudah ada serta literatur yang mendukung dan relevan dengan penelitian ini. c. Pengkodingan, yaitu melakukan pengkodingan dalam analisis isi menggunakan unit analisis yang telah penulis tentukan terhadap artikelartikel sesuai dengan sampel yang telah penulis tentukan. Encoder (pengkoding) dalam penelitian ini sebanyak 2 orang yang telah penulis tentukan yang dianggap mempunyai kemampuan terhadap topik yang diteliti. Dimana penulis akan menjelaskan terlebih dahulu tentang definisi dan batasan-batasan dalam unit analisis dan kategorisasi yang berkaitan dengan lembar koding (coding sheet) agar mempermudah decoder dalam melakukan pengkodingan. Hasil koding tersebut nantinya akan diuji reliabitas agar penelitian ini memperoleh hasil yang obyektif dan reliabel. 6. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini ialah keseluruhan berita tentang Konflik Papua yang dimuat di Koran Tempo dan SKH Kompas pada 5 September Desember Jumlah keseluruhan populasi yakni 197 berita yang terdiri dari 101 dari Koran Tempo dan 96 berita dari SKH Kompas. Eriyanto menawarkan rumus untuk penentuan jumlah sample jika telah diketahui jumlah populasi. 57 Rumusnya ialah: 57 Eriyanto. op. cit. h. 167

31 31 Z : Mengacu kepada nilai z (tingkat kepercayaan). Peneliti menggunakan tingkat kepercayaan 90%. Oleh karenanya nilai z adalah 1,65 p(1-p) : variasi populasi yang dinyatakan dalam bentuk proporsi 1 E : Peneliti menggunakan sampling error 10% atau 0,1 N : jumlah populasi Koran Tempo 101 berita dan Kompas 96 berita. Koran Tempo:. SKH Kompas:

32 32 Maka jumlah sampel yang diteliti untuk Koran Tempo sebanyak 74 berita sedangkan untuk SKH Kompas 72 berita. 7. Teknik Analisis Data a. Intercoder Reliability Peneliti akan meneliti keseluruhan sampel, namun encoder hanya meneliti sebanyak 15 persen dari keseluruhan sampel, seperti yang disarankan oleh Shoemaker. 58 Dengan demikian, encoder hanya meneliti 12 berita Koran Tempo dan 11 berita SKH Kompas. Dari 23 berita tersebut, kemudian dilihat kesesuaian untuk melakukan checking apakah coding sheet yang telah penulis buat sudah reliable untuk digunakan meneliti keseluruhan sampel dengan melakukan uji reliabilitas. b. Reliabilitas Data Disini peneliti menggunakan jenis reliabilitas antar coder (intercoder reliability). Reliabilitas ini menggunakan tiga coder, salah satunya peneliti, untuk melihat persamaan dan perbedaan dari unit analisis yang peneliti gunakan. Peneliti menggunakan penghitungan reliabilitas yang dirumuskan oleh R.Holsti. 59 Dalam formula Holsti, angka reliabilitas minimum yang ditoleransi di atas 0,7 atau 70%. 60 Rumus reliabilitas Holsti: 58 Lihat penjelasan Pamela J. Shoemaker dalam Pamela Morris dan Suman Lee Culture and Advertising: An Empirical Study of Cultural Dimensions on The Characteristic of Advertisements. Paper untuk International Communication Association. h Wimmer, R.D. dan Dominick, J.R Mass Media Research: An Introduction. Belmont,CA: Wadsworth Publishing Company. h Eriyanto. op. cit.h. 290

33 33 Keterangan: CR M : coeffisien reliability : jumlah penyataan yang disetujui antara decoder dengan encoder N1,N2 : jumlah pernyataan yang diberi kode oleh encoder dengan decoder. c. Analisis Data Peneliti menggunakan uji komparatif, di sini peneliti membandingkan temuan dari Koran Tempo dengan SKH Kompas. Sebelumnya, peneliti menggunakan tabel frekuensi untuk melihat kecenderungan berita (jurnalisme damai atau jurnalisme perang) di masingmasing media, Koran Tempo dan SKH Kompas. Kecenderungan tersebut didapat dari banyaknya jumlah unit analisis yang mengarah kepada jurnalisme damai dan mengarah kepada jurnalisme perang. Misal didapatkan 3 unit analisis yang termasuk ke dalam jurnalisme perang, maka berita tersebut dapat dikategorikan sebagai jurnalisme perang. Sebaliknya jika didapat 3 unit analisis yang termasuk ke dalam jurnalisme damai, maka berita tersebut dapat dikategorikan sebagai jurnalisme damai. Setelah memperoleh kategori berita (jurnalisme damai atau jurnalisme perang di tiap-tiap media, peneliti melakukan uji perbandingan dengan menggunakan Uji Chi Kuadrat. Peneliti menggunakan uji chi square, karena data yang peneliti gunakan ialah data nominal. Di sini, Chi Kuadrat digunakan untuk melihat apakah

34 34 ada perbedaan yang signifikan antara kategori pemberitaan (jurnalisme damai dan jurnalisme perang) antara Koran Tempo dan SKH Kompas. Rumus chi kuadrat:!! =!!!! Keterangan: x 2 : chi kuadrat O : frekuensi operasi E : frekuensi harapan 8. Langkah Penelitian a. Seleksi Media Peneliti melakukan observasi terhadap 4 media besar berskala nasional menurut Anett Keller 61, yakni Koran Tempo, SKH Kompas, Media Indonesia dan Republika dalam hal kasus Konflik Papua yang bergulir September-Desember Dari keempat media tersebut peneliti menghitung fluktuasi pemberitaan untuk menentukan 2 media yang akan dibandingkan. Peneliti kemudian memilih Koran Tempo dan SKH Kompas. Pasalnya, Koran Tempo menduduki peringkat pertama dengan 101 berita, disusul SKH Kompas dengan 96 berita. Untuk peringkat 3 dan 4 diduduki oleh Media Indonesia dan Republika dengan 64 berita dan 48 berita. 61 Lihat penelitian Anett Keller yang dibukukan. Keller, Anett Tantangan dari Dalam: Otonomi Redaksi di 4 Media Cetak Nasional. Jakarta: FES Indonesia Office.

35 35 b. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan ini meliputi pencarian penelitian soal jurnalisme damai, penelitian soal Koran Tempo dan SKH Kompas, serta sumber-sumber buku maupun jurnal soal jurnalisme damai, konflik Papua, Koran Tempo dan SKH Kompas. Studi kepustakaan ini, peneliti gunakan untuk memperkuat pemilihan Koran Tempo dan SKH Kompas sebagai media yang dibandingkan. c. Mapping Berita Pada bagian ini, peneliti melakukan pencatatan seluruh pemberitaan di Koran Tempo maupun SKH Kompas. Pencatatan dilakukan dengan mencantumkan judul, letak rubrik dan tanggal terbit. Pencatatan ini berfungsi untuk menentukan jumlah populasi sehingga peneliti dapat menghitung jumlah sampel yang diteliti. Selain itu, pencatatan juga berfungsi sebagai guide, untuk mengetahui berita mana yang ditonjolkan melalui letak rubriknya. Misal: Koran Tempo TNI dan Polisi Diduga Langgar HAM di Papua (Headline), SKH Kompas Situasi di Papua Memanas (Headline). d. Penyusunan Coding Sheet Pada bagian ini, peneliti menyusun coding sheet sesuai dengan teori yang peneliti gunakan. Coding sheet disusun sesuai dengan kategorisasi Jurnalisme Damai yang dibuat oleh Johan Galtung yang tercantum dalam artikel Transcend. 62 Peneliti kemudian menambahkan satu kategorisasi, yakni bahasa, berdasarkan penelitian yang dilakukan Seow Ting Lee dan Crispin C. Maslog pada tahun 62 Lihat database artikel Transcend. Galtung, Johan The Missing On Conflict and Peace And The Middle East. Dalam Database Artikel Transcend. Tanggal Akses: 16 September 2012

36 Coding sheet ini ditujukan untuk memilah berita mana yang termasuk ke dalam jurnalisme damai dan berita mana yang termasuk ke dalam jurnalisme perang dalam kasus Konflik Papua. e. Uji Reliabilitas Coding sheet yang telah peneliti buat diuji dulu pada 15 persen dari total sampel yang akan diteliti. Pengujian yang dimaksud ialah melihat berapa kesamaan item dari jawaban peneliti jawab dengan jawaban encoder. Uji reliabilitas ditujukan agar coding sheet yang peneliti buat telah reliable untuk digunakan meneliti keseluruhan sampel. f. Proses Pengkodingan Pada bagian ini, peneliti mencatat kesuluruhan hasil coding dari seluruh sampel berita. Pencatatan ini digunakan untuk mengetahui berita mana yang termasuk jurnalisme damai dan berita mana yang termasuk jurnalisme perang. Pencatatan ini juga digunakan untuk menentukan jumlah berita di masing-masing media, baik Koran Tempo maupun SKH Kompas, yang termasuk ke dalam jurnalisme damai atau jurnalisme perang. g. Uji Perbandingan Pada bagian ini, peneliti membandingkan hasil coding dari Koran Tempo dan SKH Kompas. Pembandingan ini ditujukan agar peneliti memperoleh apakah ada beda yang signifikan antara hasil coding dari Koran Tempo dengan SKH Kompas. 63 Lihat penelitian Seow Ting Lee dan Crispin C. Maslog dalam jurnal komunikasi edisi Juni.Lee, Seow Ting dan Crispin. C. Maslog War and Peace Journalism? Asian Newspaper Coverage of Conflict.Journal of Communication Edisi Juni.

Azmi Gumay-Lukas S. Ispandriarno

Azmi Gumay-Lukas S. Ispandriarno Berita Konflik di Lampung Selatan dalam Media Online (Studi Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Jurnalisme Damai Pemberitaan Konflik di Lampung Selatan dalam Tribun Lampung Online Terbitan 28 Oktober sampai

Lebih terperinci

SKRIPSI MEDIA DAN RESOLUSI KONFLIK

SKRIPSI MEDIA DAN RESOLUSI KONFLIK SKRIPSI MEDIA DAN RESOLUSI KONFLIK (Analisis Isi Komparatif Kuantitatif Pemberitaan Media dalam Konflik Papua pada Koran Tempo dan Surat Kabar Harian Kompas edisi 5 September 2011-15 Desember 2011 ) Dosen

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. yang terjadi di Papua. Kompleksitas konflik Papua peneliti gunakan untuk

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. yang terjadi di Papua. Kompleksitas konflik Papua peneliti gunakan untuk 39 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN Dalam bab ini, peneliti ingin membahas bagaimana kompleksitas konflik yang terjadi di Papua. Kompleksitas konflik Papua peneliti gunakan untuk memperoleh penggambaran

Lebih terperinci

Veronika/ Mario Antonius Birowo. Program Studi Ilmu Komunikasi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Abstrak

Veronika/ Mario Antonius Birowo. Program Studi Ilmu Komunikasi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Abstrak Pemberitaan Kongres Luar Biasa Partai Demokrat pada Harian Jurnal Nasional dan Harian Kompas (Analisis Isi Kuantitatif Objektivitas Pemberitaan Kongres Luar Biasa Partai Demokrat pada Harian Jurnal Nasional

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. 1 Metode

III. METODE PENELITIAN. didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. 1 Metode III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Konflik merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat dihindarkan,

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Konflik merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat dihindarkan, BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Konflik merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat dihindarkan, khususnya dalam kehidupan bermasyarakat. Di Indonesia sendiri, banyak konflikkonflik bernuansa SARA yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Tipe penelitian deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi. Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan pemenuhan kebutuhan dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. kondusif. SKH Radar Timika yang mengusung ideologi jurnalisme damai, memiliki

BAB IV PENUTUP. kondusif. SKH Radar Timika yang mengusung ideologi jurnalisme damai, memiliki BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Pembunuhan terhadap Korea Waker yang disusul dengan pembunuhan berantai serta konflik lainnya menyebabkan situasi Kota Timika menjadi tidak kondusif. SKH Radar Timika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam prakteknya, kehidupan sosial masyarakat Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam prakteknya, kehidupan sosial masyarakat Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam prakteknya, kehidupan sosial masyarakat Indonesia tidak jauh dari adanya konflik, selalu ada pertentangan, perdebatan, antara satu kelompok masyarakat dengan kelompok

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 31 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tentang kecenderungan ketidakberpihakan (impartiality) media dalam pemberitaan konflik KPK dan POLRI dalam kasus pengadaan simulator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan pertentangan antara warga setempat dengan perusahaan swasta terkait dengan akses dan kepemilikan lahan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 233 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Setelah peneliti melakukan analisis mulai dari level teks, level konteks, hingga menemukan frame besar Kompas, peneliti menarik beberapa kesimpulan untuk menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta Sebagai Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga pendatang. (http://www.kemendagri.go.id/, diakses pada 30 November

BAB I PENDAHULUAN. warga pendatang. (http://www.kemendagri.go.id/, diakses pada 30 November 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintahan Orde Baru mempunyai program transmigrasi yang bertujuan untuk meratakan persebaran penduduk. Salah satu daaerah yang menjadi tempat tujuan transmigrasi

Lebih terperinci

Berita Konflik di Lampung Selatan dalam Media Online SKRIPSI

Berita Konflik di Lampung Selatan dalam Media Online SKRIPSI Berita Konflik di Lampung Selatan dalam Media Online (Studi Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Jurnalisme Damai Pemberitaan Konflik di Lampung Selatan dalam Tribun Lampung Online Terbitan 28 Oktober sampai

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, ditarik

BAB IV KESIMPULAN. Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, ditarik 66 BAB IV KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, ditarik beberapa kesimpulan berikut. Pemberitaan tentang kriminalisasi KPK menunjukkan adanya keberpihakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. elemen yang saling membutuhkan. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. elemen yang saling membutuhkan. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa telah begitu erat dengan masyarakat. Keduanya merupakan elemen yang saling membutuhkan. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai pembawa berita, media

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam mengkaji sebuah penelitian terdapat dua pendekatan penelitian yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi bukan lagi menjadi isu baru di Indonesia. Rencana tersebut sudah ada sejak tahun 2010. Dikutip dari

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian ini diuraikan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan dan analisa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis isi dilakukan secara objektif. Ini berarti tidak boleh ada

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis isi dilakukan secara objektif. Ini berarti tidak boleh ada BAB IV PEMBAHASAN A. HASIL UJI RELIABILITAS Analisis isi dilakukan secara objektif. Ini berarti tidak boleh ada penafsiran antara satu coder dengan coder yang lain. Reliabilitas ini melihat apakah alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah aspek penting interaksi manusia. Dengan bahasa, baik itu bahasa lisan, tulisan maupun isyarat, orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. antara variabel. Analisis isi semata untuk deskripsi, menggambarkan aspek-aspek

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. antara variabel. Analisis isi semata untuk deskripsi, menggambarkan aspek-aspek 50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis dan pendekatan penelitian ini adalah analisis isi deskriptif. Analisis isi deskriptif adalah analisis isi yang dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesanpesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi. 1 Media massa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sifat Penelitian Secara harafiah, metodologi dibentuk dari kata metodos, yang berarti cara, teknik, atau prosedur, dan logos yang berarti ilmu. Jadi metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian besar oleh media massa. Hal ini karena kasus kekerasan oleh aparat

BAB I PENDAHULUAN. perhatian besar oleh media massa. Hal ini karena kasus kekerasan oleh aparat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kongres Rakyat Papua III yang baru-baru ini terjadi mendapat perhatian besar oleh media massa. Hal ini karena kasus kekerasan oleh aparat negara kembali terjadi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif, merupakan penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Metode penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif, yakni berupaya mendeskripsikan gejala atau fenomena dari satu variabel

Lebih terperinci

Kata Kunci: Agenda Media, Analisis Isi, Jurnalisme Lingkungan, Pers Lokal

Kata Kunci: Agenda Media, Analisis Isi, Jurnalisme Lingkungan, Pers Lokal AGENDA PERS LOKAL DALAM PEMBERITAAN ISU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP (Studi Analisis Isi Kuantitatif Berita Kerusakan Lingkungan Hidup pada SKH Kedaulatan Rakyat dan SKH Tribun Jogja Periode 22 Mei 19 Juni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Media massa menjadi salah satu kebutuhan bagi masyarakat di era modern. Media massa memerankan beberapa fungsi, yakni fungsi penyalur informasi, fungsi mendidik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian Data yang hendak dikumpulkan oleh peneliti dalam hal ini adalah tentang pemberitaan terkait kasus Dahlan Iskan terkait korupsi penjualan aset

Lebih terperinci

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua Oleh Dr. Muridan S. Widjojo (Koordinator Tim Kajian Papua LIPI) Ballroom B Hotel Aryaduta Jakarta, Senin,13 Desember 2010 Refleksi: 1. catatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perempuan pada kompas.com tahun 2011, tindak kekerasan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Perempuan pada kompas.com tahun 2011, tindak kekerasan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kasus kekerasan seksual merupakan salah satu tindak kriminalitas yang jumlahnya tergolong tinggi di Indonesia. Berdasarkan data dari Komnas Perempuan pada

Lebih terperinci

PROSEDUR PENELITIAN Metode Penelitian Populasi dan Sampel Populasi

PROSEDUR PENELITIAN Metode Penelitian Populasi dan Sampel Populasi PROSEDUR PENELITIAN Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis isi. Analisis isi didefinisikan sebagai suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengeluarkan pendapatnya secara bebas. Hal ini tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengeluarkan pendapatnya secara bebas. Hal ini tertuang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebebasan pers merupakan salah satu dimensi hak asasi manusia, yaitu hak manusia untuk mengeluarkan pendapatnya secara bebas. Hal ini tertuang dalam undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa sebagai four estate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh masyarakat dikarenakan pada era kemajuan teknologi, masyarakat lebih cenderung memanfaatkan

Lebih terperinci

Bab III. Objek Penelitian

Bab III. Objek Penelitian Bab III Objek Penelitian 3.1 Pendekatan penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yang merupakan sebuah penyelidikan mengenai masalah sosial atau masalah manusia yang berdasarkan pada

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik 1 Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik dalam diri seseorang, terutama wartawan. Seorang wartawan sebagai penulis yang selalu

Lebih terperinci

BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA)

BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA) BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA) Karina Pinem 100904046 Abstrak Penelitian ini berjudul Literasi Media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Judul. Konflik di Mata Media. B. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Judul. Konflik di Mata Media. B. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Judul Konflik di Mata Media (Studi Analisis Framing terkait Pemberitaan Konflik di Sape pada SKH Lombok Post) B. Latar Belakang Peristiwa konflik di Indonesia sering terjadi, baik

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. tuntutan kemerdekaan rakyat Papua di Harian Cenderawasih Pos edisi Januari

BAB IV PENUTUP. tuntutan kemerdekaan rakyat Papua di Harian Cenderawasih Pos edisi Januari BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis isi yang dilakukan secara kualitatif terhadap berita tuntutan kemerdekaan rakyat Papua di Harian Cenderawasih Pos edisi Januari hingga Juni tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kabar yang bersangkutan. Penyajian sebuah isi pesan dalam media (surat

BAB I PENDAHULUAN. kabar yang bersangkutan. Penyajian sebuah isi pesan dalam media (surat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita merupakan isi utama dalam sebuah media (surat kabar). Isi berita yang baik dan berkualitas akan berdampak baik pula bagi surat kabar yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pewarta. Dalam melakukan kerjanya, wartawan berhadapan dengan massa,

BAB I PENDAHULUAN. pewarta. Dalam melakukan kerjanya, wartawan berhadapan dengan massa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi pers di Indonesia dewasa ini mengalami berbagai problematika, seperti kekerasan terhadap pers hingga permasalahan somasi atau tuntutan. Dewan Pers menyatakan

Lebih terperinci

Modul. SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) MATERI: 3 INDEPENDENSI DAN OBYEKTIFITAS MEDIA MASSA 1. Kamaruddin Hasan

Modul. SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) MATERI: 3 INDEPENDENSI DAN OBYEKTIFITAS MEDIA MASSA 1. Kamaruddin Hasan Modul SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) MATERI: 3 INDEPENDENSI DAN OBYEKTIFITAS MEDIA MASSA 1 Kamaruddin Hasan Diakui bahwa berita yang dibuat oleh media massa mengambil bahan baku dari pengalaman

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal Batu Televisi (Batu TV) Kota Batu Jawa Timur pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. di Lampung Selatan dalam Tribun Lampung online pada 28 Oktober sampai 5

BAB IV PENUTUP. di Lampung Selatan dalam Tribun Lampung online pada 28 Oktober sampai 5 78 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan analisis isi pada 56 berita yang terkait dengan konflik di Lampung Selatan dalam Tribun Lampung online pada 28 Oktober sampai 5 November 2012, peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lainlain),

BAB III METODE PENELITIAN. keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lainlain), BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Secara umum, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu suatu jenis penelitian yang menggambarkan semua data atau keadaan

Lebih terperinci

Frietz Calvin Madayanto / Ike Devi Sulistyaningtyas

Frietz Calvin Madayanto / Ike Devi Sulistyaningtyas CITRA PT. PLN DALAM PEMBERITAAN KRISIS LISTRIK SUMATERA UTARA DAN SEKITARNYA (Analisis Isi Pemberitaan Surat Kabar Harian Nasional Periode September 2013-April 2014) ABSTRAK Frietz Calvin Madayanto / Ike

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia yang senantiasa membutuhkan informasi yang dapat memperkaya hidupnya. Media merupakan

Lebih terperinci

Keberimbangan Pemberitaan. Dalam Pemberitaan Kasus Korupsi

Keberimbangan Pemberitaan. Dalam Pemberitaan Kasus Korupsi Keberimbangan Pemberitaan Dalam Pemberitaan Kasus Korupsi Irdiana / Lukas S. Ispandriarno Program Studi Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jl. Babarsari No

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang terutama kaum awam (karena tidak tahu) bahwa pers memiliki sesuatu kekhususan dalam menjalankan Profesi nya yaitu memiliki suatu Kemerdekaan dan

Lebih terperinci

Advokasi Kreatif Melalui Media (Sosial) Oleh: Rofiuddin AJI Indonesia

Advokasi Kreatif Melalui Media (Sosial) Oleh: Rofiuddin AJI Indonesia Advokasi Kreatif Melalui Media (Sosial) Oleh: Rofiuddin AJI Indonesia Advokasi Kreatif Melalui Media (Sosial) penelitian Analisis isi Sampel: Suara Merdeka, Wawasan, Jawa Pos Radar Semarang, Koran Sindo

Lebih terperinci

OBJEKTIVITAS BERITA LINGKUNGAN HIDUP DI HARIAN KOMPAS

OBJEKTIVITAS BERITA LINGKUNGAN HIDUP DI HARIAN KOMPAS OBJEKTIVITAS BERITA LINGKUNGAN HIDUP DI HARIAN KOMPAS (Analisis Isi pada Berita Lingkungan dalam Pemberitaaan Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut Di Indonesia Di Harian Kompas Periode Februari September

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara demokrasi dalam menjalankan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara demokrasi dalam menjalankan pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara demokrasi dalam menjalankan pemerintahan memiliki lembaga-lembaga khusus berdasarkan tugas masing-masing. Dalam rangka untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara sederhana jurnalistik adalah proses kegiatan meliput, membuat, dan menyebarluaskan berita dan pandangan kepada khalayak melalui saluran media massa (Romli: 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Tajuk rencana SKH Kompas lebih banyak menjalankan fungsi

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Tajuk rencana SKH Kompas lebih banyak menjalankan fungsi BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Tajuk rencana SKH Kompas lebih banyak menjalankan fungsi menjelaskan berita, bentuk tajuk lebih bersifat informatif, dan penulis tajuk rencana SKH Kompas lebih banyak memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan presiden 2014 cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan presiden 2014 cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan presiden 2014 cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia. Dapat dilihat dari survei Komisi Pemilihan Umum (KPU), seperti dikutip dalam artikel Kompas.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita cukup penting peranannya bagi kehidupan kita sehari-hari. Berita dapat digunakan sebagai sumber informasi atau sebagai hiburan bagi pembacanya. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembicaraan mengenai kemacetan sudah ada sejak lama. Bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembicaraan mengenai kemacetan sudah ada sejak lama. Bagi masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan mengenai kemacetan sudah ada sejak lama. Bagi masyarakat Indonesia, khususnya di Jakarta, kemacetan bukan hal yang asing lagi. Hampir setiap hari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian analisis isi deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian analisis isi deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian analisis isi deskriptif. Dalam Eriyanto (2010: 47) analisis isi deskriptif adalah analisis isi yang

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. tanggungjawab sosial memiliki asumsi utama bahwa di dalam kebebasan terkandung

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. tanggungjawab sosial memiliki asumsi utama bahwa di dalam kebebasan terkandung BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Teori tanggungjawab sosial dapat diterapkan secara luas karena teori ini meliputi beberapa jenis media massa dan lembaga siaran publik, salah satunya yaitu media

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penalitian Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu memberikan gambaran atau penjabaran tentang kondisi empiris

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. penelitian berkaitan dengan jenis-jenis pelanggaran iklan jasa periode 1 Agustus 31

BAB III PEMBAHASAN. penelitian berkaitan dengan jenis-jenis pelanggaran iklan jasa periode 1 Agustus 31 BAB III PEMBAHASAN Dalam bab pembahasan memuat penjelasan secara rinci mengenai hasil penelitian berkaitan dengan jenis-jenis pelanggaran iklan jasa periode 1 Agustus 31 Agustus 2016 berdasarkan Etika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai berita (news value). Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna, atau yang

BAB I PENDAHULUAN. nilai berita (news value). Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna, atau yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media memiliki peran penting dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Hal ini tergambarkan dalam salah satu fungsi media massa sebagai penyebar informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemuda Arab, diduga pelaku adalah warga Palestina. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemuda Arab, diduga pelaku adalah warga Palestina. Seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berita konflik Timur Tengah antara Israel Palestina kembali menghangatkan pemberitaan media massa, baik media elektronik, cetak maupun media online. Memanasnya perseteruan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sejak awal integrasi ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tahun 1976, Timor Timur selalu berhadapan dengan konflik, baik vertikal maupun

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat.

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari hampir seluruh aktivitas manusia selalu berhubungan dengan media massa. Baik media massa cetak seperti koran, tabloid, dan majalah atau media massa

Lebih terperinci

menjadi pemberitaan yang sering kali dikaitkan dengan isu agama. Budi Gunawan dalam bukunya Terorisme : Mitos dan Konspirasi (2005, 57) menekankan : K

menjadi pemberitaan yang sering kali dikaitkan dengan isu agama. Budi Gunawan dalam bukunya Terorisme : Mitos dan Konspirasi (2005, 57) menekankan : K BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Belakangan ini Indonesia sedang digemparkan dengan berita ledakan bom yang terjadi di Solo pada 18 Agustus lalu. Bom meledak di depan Pos Polisi Tugu Gladak, Solo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam menjembatani atau sebagai penghubung informasi kepada khalayak luas dalam bidang politik, sosial, keamanan,

Lebih terperinci

JURNALISME BERPERSPEKTIF GENDER DAN ETIKA JURNALISME DALAM JURNALISME ONLINE

JURNALISME BERPERSPEKTIF GENDER DAN ETIKA JURNALISME DALAM JURNALISME ONLINE JURNALISME BERPERSPEKTIF GENDER DAN ETIKA JURNALISME DALAM JURNALISME ONLINE (Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Berperspektif Gender dan Etika Jurnalisme pada Berita Kasus Pelecehan Seksual RI dalam Kompas.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah pemilik peran penting dalam menyampaikan berbagai informasi pada masyarakat. Media komunikasi massa yaitu cetak (koran, majalah, tabloid), elektronik

Lebih terperinci

NASKAH PUBIKASI. Disusun Oleh Jaya Priyantoko L

NASKAH PUBIKASI. Disusun Oleh Jaya Priyantoko L PEMBERITAAN KASUS PENYERANGAN DI LAPAS CEBONGAN OLEH OKNUM KOPASSUS (Analisis Isi Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat dan Jawa Pos, edisi 24 Maret -30 April 2013) NASKAH PUBIKASI Disusun Oleh Jaya Priyantoko

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar BAB V Penutup A. Kesimpulan Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar Kompas dan Republika dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, produksi wacana mengenai PKI dalam berita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Dari catatan Komnas Perempuan, yang dimuat pada harian Kompas

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Dari catatan Komnas Perempuan, yang dimuat pada harian Kompas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan kekerasan terhadap wanita adalah fenomena sosial yang sering kali terdengar di telinga masyarakat dan sudah lama terjadi. Baru-baru ini menjadi topik hangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Peristiwa Bom Thamrin yang terjadi pada tanggal 14 Januari 2016 ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan banyak pihak karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat meliputi aspek sosial, politik, agama, budaya, dan moralitas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat meliputi aspek sosial, politik, agama, budaya, dan moralitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Media massa memberikan dampak yang sangat besar bagi masyarakat. Internet masih menduduki tingkat teratas sebagai alat akses informasi termudah saat ini, namun dalam

Lebih terperinci

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi 41 PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS (Studi Analisis Framing head line Pemberitaan Kasus Korupsi Sport Center di Hambalang Pada Surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah. Salah

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi yang tidak lepas dari banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak karena melibatkan anak menteri. kecelakaan maut yang kembali terjadi di Tol Jagorawi KM yang

BAB I PENDAHULUAN. banyak karena melibatkan anak menteri. kecelakaan maut yang kembali terjadi di Tol Jagorawi KM yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Awal tahun 2013 silam, masyarakat dikejutkan oleh kecelakaan maut yang menimpa anak salah satu tokoh publik di Indonesia, yaitu Rasyid Rajasa, anak dari Menteri Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

Jurnalisme damai dalam pemberitaan surat kabar harian Solopos mengenai konflik Keraton Kasunanan Surakarta periode Mei 2012-April 2013

Jurnalisme damai dalam pemberitaan surat kabar harian Solopos mengenai konflik Keraton Kasunanan Surakarta periode Mei 2012-April 2013 Jurnalisme damai dalam pemberitaan surat kabar harian Solopos mengenai konflik Keraton Kasunanan Surakarta periode Mei 2012-April 2013 Serafica Gischa Prameswari Dr. Lukas S. Ispandriarno, MA Program Studi

Lebih terperinci

meningkat, terlebih informasi terkini atau up to date, yang dapat diperoleh dengan

meningkat, terlebih informasi terkini atau up to date, yang dapat diperoleh dengan Abstrak Seiring berjalannya waktu, kebutuhan masyarakat akan informasi semakin meningkat, terlebih informasi terkini atau up to date, yang dapat diperoleh dengan cepat dan praktis. Kecil kemungkinan media

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif

BAB 1 PENDAHULUAN. konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa berfungsi mengkonstruksi realitas yang terjadi. Bagi kaum konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif

Lebih terperinci

Etika Jurnalistik Dalam Media Komunitas

Etika Jurnalistik Dalam Media Komunitas Etika Jurnalistik Dalam Media Komunitas (Analisis Isi Penerapan Etika Jurnalistik pada Berita Daerah Istimewa Yogyakarta di Portal Komunitas Suarakomunitas.net periode Januari Desember 2013) Yosephine

Lebih terperinci