BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. dimaksud ialah variabel independen (bebas) pembelajaran yaitu metode Directed

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. dimaksud ialah variabel independen (bebas) pembelajaran yaitu metode Directed"

Transkripsi

1 7 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Penelitian Relevan 1. Penelitian dengan judul Efektivitas Model Directed Reading Activity (DRA) dalam Pengajaran Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Asing oleh Wawan Danasasmita Persamaan dari penelitian relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan ini ialah terletak pada variabel penelitian dan jenis metode penelitian.variabel yang dimaksud ialah variabel independen (bebas) pembelajaran yaitu metode Directed Reading Activity (DRA). Selain itu, kedua penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian studi eksperimen. Dalam studi eksperimen terdapat perlakuan tertentu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suatu perlakuan yang telah diujicobakan. Metode penelitian ini menggunakan rumus statistik untuk mengetahui hasil uji coba. Perbedaan dari penelitian relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan ini terletak pada variabel penelitian dan objek penelitian. Variabel yang dimaksud dalam penelitian ini ialah variabel dependen (terikat). Pada penelitian relevan metode DRA diujicobakan untuk mengetahui peningkatan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Dalam penelitian ini metode DRA diujicobakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca cepat siswa. Selain itu, objek penelitian relevan tidak dijelaskan secara spesifik. Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Purwokerto. 2. Penelitian dengan judul Pengaruh Pelatihan Gerak Mata terhadap Kecepatan dan Efektivitas Membaca Siswa (Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Tambak, Banyumas) oleh Susilo Persamaan dari penelitian relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan ini ialah terletak pada variabel penelitian dan jenis metode penelitian.variabel yang 7

2 8 dimaksud ialah jenis variabel dependen atau variabel terikat. Variabel dependen kedua penelitian ini ialah membaca cepat. Membaca cepat merupakan salah satu dari beberapa jenis membaca yang diajarkan di satuan pendidikan. Selain itu, kedua penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian studi eksperimen. Dalam studi eksperimen terdapat perlakuan tertentu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suatu perlakuan yang telah diujicobakan. Metode penelitian ini menggunakan rumus statistik untuk mengetahui hasil uji coba. Perbedaan dari penelitian relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan ini terletak pada variabel penelitian dan objek penelitian. Variabel yang dimaksud dalam penelitian ini ialah variabel independen (bebas). Pada penelitian relevan menggunakan variabel metode gerak mata untuk meningkatkan kecepatan membaca. Dalam penelitian ini menggunakan variabel metode DRA untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat siswa. Selain itu, objek penelitian relevan ialah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tambak. Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Purwokerto. 3. Penelitian dengan judul Efektivitas Penggunaan Metode Speed Reading dan Metode Gerak Mata dalam Pembelajaran Membaca Cepat pada Siswa SMA Negeri 1 Sigaluh Banjarnegara Tahun Ajaran oleh Sholihun Persamaan dari penelitian relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan ini ialah terletak pada variabel penelitian dan metode penelitian. Variabel yang dimaksud ialah variabel dependen (terikat). Variabel dependen kedua penelitian ini ialah membaca cepat. Membaca cepat merupakan salah satu dari beberapa jenis membaca yang diajarkan di satuan pendidikan. Selain itu, kedua penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian studi eksperimen. Dalam studi eksperimen terdapat perlakuan

3 9 tertentu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suatu perlakuan yang telah diujicobakan. Metode penelitian ini menggunakan rumus statistik untuk mengetahui hasil uji coba. Perbedaan dari penelitian relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan ini terletak pada variabel penelitian dan objek penelitian. Variabel yang dimaksud ialah variabel independe (bebas). Pada penelitian relevan menggunakan variabel Speed Reading dan Gerak Mata untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat siswa. Metode Speed Reading diujicobakan dalam kelas eksperimen sedangkan metode gerak mata diujicobakan dalam kelas kontrol. Penelitian ini menggunakan variabel metode DRA untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat siswa. Selain itu objek dalam penelitian yang relevan ialah siswa SMA Negeri 1 Sigaluh. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Purwokerto. 4. Penelitian dengan judul Pengaruh Penguasaan Kosakata terhadap Keterampilan Membaca Cepat pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Pekuncen Kabupaten Banyumas oleh Dwi Jumiatun Persamaan penelitian relevan dengan penelitian ini ialah terletak pada variabel penelitian dan metode penelitian. Variabel yang dimaksud ialah jenis variabel dependen (terikat). Variabel dependen kedua penelitian ini ialah membaca cepat. Membaca cepat merupakan salah satu dari beberapa jenis membaca yang diajarkan di satuan pendidikan. Selain itu, kedua penelitian ini menggunakan jenis metode studi eksperimen. Dalam studi eksperimen terdapat perlakuan tertentu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suatu perlakuan yang telah diujicobakan. Metode penelitian ini menggunakan rumus statistik untuk mengetahui hasil uji coba.

4 10 Perbedaan penelitian relevan dengan penelitian ini terletak pada variabel penelitian dan objek penelitian. Variabel yang dimaksud ialah variabel independen (bebas). Pada penelitian yang relevan ini menggunakan variabel penguasaan kosakata untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat siswa. Dalam penelitian ini menggunakan variabel metode DRA untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat siswa. Selain itu objek dalam penelitian relevan ialah siswa kelas IX SMP Negeri 3 Pekuncen. Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Purwokerto. B. Membaca 1. Pengertian Membaca Anderson dalam Tarigan (2008:7) mengatakan bahwa membaca merupakan suatu proses penyandian kembali (recording process) dan proses pembacaan sandi (decoding process). Aspek pembacaan sandi ialah menghubungkan kata-kata tulis (written words) dengan makna bahasa lisan (oral languange meaning). Aspek tersebut mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna. Istilah-istilah linguistik decoding dan encoding tersebut dapat kita mengerti jika kita memahami bahwa bahasa (language) adalah sandi (code) yang membawa/mengandung makna (meaning). Saat menyimak tuturan lawan bicara, sebenarnya kita meng-decode (membaca sandi) makna tersebut. Apabila kita berbicara sebenarnya kita meng-code (menyandikan) bunyi-bunyi bahasa untuk membuat/mengutarakan makna (meaning). Beberapa ahli lebih cenderung memakai istilah recording (membaca) sebab pertama kali lambang tertulis (written symbols) diubah menjadi bunyi, kemudian barulah sandi itu dibaca (oral decoded).

5 11 Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca guna memperoleh pesan, yang hendak disampaiakan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (Hodgson dalam Tarigan 2008:7). Proses tersebut menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Setiap kata harus dipahami guna mengetahui makna yang disampaikan oleh penulis bagi pembacanya. Jika hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. Apabila pesan itu tidak ditangkap dengan baik maka pembaca tidak memperoleh tujuan membaca secara optimal. Membaca adalah satu dari empat kemampuan bahasa pokok dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. Lambang-lambang bunyi bahasa dalam komunikasi tulisan diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf. Pengubahan tersebut dapat kita pahami bahwa pada tingkatan membaca permulaan, proses pengubahan inilah yang terutama dibina dan dikuasai. Hal ini dilakukan terutama pada masa anak-anak, khususnya pada tahun permulaan sekolah. Jika pengubahan yang dimaksud tersebut dikuasai, maka penekanan diberikan pada pemahaman isi bacaan. Proses pengubahan yang dibina dan dikembangkan bertahap di sekolah (Tampubolon, 1990:5). Kegiatan membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan (Nurgiyantoro, 2001:246). Jika dalam kegiatan menyimak diperlukan pengetahuan tentang sistem bunyi bahasa yang bersangkutan, dalam kegiatan membaca diperlukan pengetahuan tentang sistem penulisan, khususnya yang menyangkut huruf dan ejaan. Sesungguhnya huruf atau

6 12 tulisan hanya sebagai lambang bunyi bahasa tertentu. Maka dari itu, dalam kegiatan membaca kita harus mengetahui dan mengenali lambang tertentu itu mewakili (melambangkan atau menyarankan) bunyi tertentu yang mengandung makna tertentu pula. Hubungan antara penutur (penulis) dengan penerima (pembaca) bersifat tidak langsung, yakni melalui lambang tulisan. Menurut Soedarso (1991:4) membaca adalah aktivitas kompleks dengan mengarahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah. Tindakan tersebut misalnya, orang harus mengamati dan mengingat-ingat saat membaca. Kita tidak dapat membaca tanpa menggerakan mata atau tanpa menggunakan pikiran kita. Pemahaman dan kecepatan membaca bergantung pada kecakapan dalam menggunakan setiap organ tubuh yang diperlukan untuk membaca. Organ tersbut antara lain mata dan otak. Selain itu, membaca yang juga dikemukakan oleh Bond (dalam Abdurrahman, 2003:200) bahwa membaca merupakan pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang dimiliki. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Membaca bukan hanya sekadar mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa. Pembaca diharuskan mampu menanggapi dan memahami isi bacaan. Dengan demikian, membaca sesungguhnya ialah suatu bentuk komunikasi tulis. Dari uraian pengertian membaca menurut beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan kegiatan memahami isi bacaan, baik yang tersurat maupun yang tersirat dari suatu bacaan. Hal itu dilakukan dengan menggunakan segenap kemampuan pembacanya. Kemampuan itu ialah kecakapan

7 13 dalam menggunakan setiap organ tubuh yang diperlukan dalam kegiatan membaca sehingga akan mendapatkan informasi yang dibutuhkan dari isi bacaan tersebut. 2. Tujuan Membaca Tujuan membaca ialah untuk mencari informasi dalam bacaan. Dalam tujuan ini mencakup pemahaman terhadap isi dan makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan atau intensif kata dalam membaca. Berikut ini akan dikemukakan beberapa tujuan membaca menurut Anderson (dalam Tarigan, 1990:9-11) pertama, membaca untuk memperoleh perincian atau fakta-fakta. Kedua, membaca untuk memperoleh ide-ide utama. Ketiga, membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita. Keempat, membaca untuk menyimpulkan. Kelima, membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan. Keenam, membaca untuk menilai, mengevaluasi. Ketujuh, membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan. Pertama, membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta atau reading for details or fact (Anderson dalam Tarigan, 1990:9). Membaca dalam hal ini ialah untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh seorang tokoh. Membaca seperti ini dapat mencakup apa saja yang telah ditemukan oleh sang tokoh. Kemudian apa yang terjadi pada tokoh. Selain itu, dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dibuat oleh sang tokoh. Kedua, membaca untuk memperoleh ide-ide utama atau reading for main ideas (Anderson dalam Tarigan, 1990:10). Dalam kegiatan membaca ini dilaksanakan untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik. Membaca untuk mengetahui masalah yang terdapat dalam cerita. selain itu, membaca untuk

8 14 mengetahui apa saja yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh. Serta dapat digunakan untuk merangkum hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Ketiga, membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita atau reading for sequence or organization (Anderson dalam tarigan, 1990:10). Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi di setiap bagian cerita. Membaca ini juga untuk menemukan apa yang terjadi mula-mula, kedua, dan ketiga hingga seterusnya. Setiap tahap membaca dibuat untuk memecahkan suatu masalah pada adegan-adegan kejadian. Dari tujuan tersebut pembaca dapat mengetahui urutan cerita dengan baik. Keempat, membaca untuk menyimpulkan atau reading for inference (Anderson dalam Tarigan, 1990:10). Membaca ini digunakan untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh mengalami kejadian tertentu. Kegiatan membaca tersebut dapat mengetahui apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para pembaca. Kemudian juga untuk mengetahui mengapa para tokoh berubah. Serta untuk mengetahui kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Kelima, Membaca untuk mengelompokan/mengklasifikasikan atau reading to classify (Anderso dalam Tarigan, 1990:10). Kegiatan membaca ini dilakukan untuk menemukan serta mengetahui sesuatu yang tidak biasa dalam bacaan. Membaca dalam hal ini juga untuk mengetahui sesuatu yang tidak wajar mengenai seorang tokoh. Selain itu juga, kegiatan membaca ini untuk mengetahui apa yang lucu dalam cerita. Tujuan membaca ini juga dilaksanakan untuk mengetahui apakah cerita itu benar atau tidak benar.

9 15 Keenam, membaca untuk menilai, mengevaluasi atau reading to evaluate (Anderson dalam tarigan, 1990:10). Kegiatan membaca ini digunakan untuk mengetahui apakah sang tokoh berhasil dalam melakukan sebuah misi. Kemudian, pembaca dapat menentukan apakah ia ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh. Pembaca juga dapat menentukan apakah ia ingin bekerja seperti yang dilakukan tokoh dalam cerita itu. Selain itu, tujuan membaca ini digunakan oleh pembaca untuk menolak atas apa yang dilakukan oleh tokoh. Ketujuh, membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan, dalam istilah lain disebut reading to compare or contrast (Anderson dalam tarigan, 1990:11). Dalam hal ini, pembaca dapat menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah. Kemudian pembaca dapat mengetahui bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal. Selain itu, pembaca dapat mengetahui bagaimana dua cerita mempunyai persamaan. Serta dapat merasakan bagaimana sang tokoh seolaj menyerupai pembaca. 3. Manfaat Membaca Sebuah peribahasa mengatakan bahwa membaca adalah jendela dunia. Hal ini karena dengan membaca kita akan memperoleh banyak pengetahuan dari segala penuru dunia. Melalui kegiatan membaca, banyak ilmu pengetahuan yang dapat kita peroleh. Kita dapat memperluas wawasan dengan membaca. Beraneka kejutan dan hiburan juga dapat kita peroleh melalui membaca. Selain itu, kita dapat memahami kehidupan manusia di belahan dunia lain dengan latar belakang sosial dan kultur mereka yang beraneka ragam. Tanda-tanda jalan mengarahkan orang yang bepergian

10 16 sampai pada tujuannya, menginformasikan pengemudi mengenai bahaya di jalan. Maka dari itu, membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks (Rahim, 2008:1). 4. Tujuan Pengajaran Membaca Tujuan pengajaran membaca ialah untuk membangkitkan, membina, serta memupuk minat anak untuk membaca. Anak perlu dibimbing dengan berbagai pengalaman membaca agar mereka merasa sanggup mengembangkan sikap yang diinginkan ketika membaca. Anak harus mampu membaca melalui pembelajaran dan pembiasaan sejak dini. Tujuan akhir membaca ialah siswa mampu membaca disertai minat dan sikap senang membaca. Guru sebagai pengemudi dan fasilitator dituntut agar mampu mengembangkan keterampilan siswa, khususnya dalam kegiatan membaca. Secara umum, tujuan pengajaran membaca dapat dibagi menjadi dua yaitu tujuan behavioral dan tujuan ekspresif (Tarigan, 1984:2). Tujuan behavioral mencakup tiga hal yaitu memahami makna kata, keterampilan-keterampilan studi, dan pemahaman. Tujuan ekspresif mencakup tiga hal yaitu membaca pengarahan diri, membaca interpretatif, dan membaca kreatif. Memahami makna kata (word attack) ialah memahami maksud yang tersimpul dari suatu kata (Tarigan, 1984:2). Dalam bacaan seringkali terdapat beberapa kata dengan makna tertentu. Kata-kata tersebut kadang memiliki makna yang berbeda dalam konteks yang berbeda pula. Beberapa kata memiliki makna yang diketahui secara umum berdasarkan pengertiannya. Ada pula kata yang maknanya timbul karena situasi tertentu. Maka dari itu, pembaca harus pandai menghubungkan makna kata dengan konteksnya.

11 17 Keterampilan-keterampilan studi (study skills) diperoleh siswa dari kegiatan pembelajaran (Tarigan, 1984:2). Keterampilan belajar, khususnya membaca, merupakan suatu cara yang dipakai siswa untuk memperoleh pengetahuan. Keterampilan studi digunakan sebagai cara untuk menyelesaikan masalah. Keterampilan studi tentu membutuhkan kesadaran diri yang tinggi. Melalui keterampilan itu, siswa dapat dengan mudah menerima dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Pemahaman (comprehension) terhadap isi bacaan (Tarigan, 1984:2). Saat membaca kita dituntut untuk dapat memahami isi bacaan dengan memperhatikan rangkain kata. Pembaca harus mengerti hubungan gagasan antar kalimat ataupun paragraf. Melatih pemahaman dapat dilakukan dengan sering membaca. Apabila kita mampu memahami isi bacaan dengan baik maka kita akan semakin mudah menyerap isi bacaan itu dengan baik pula. Sementara itu, Abidin (2012:7) juga menjelaskan tujuan membaca dilaksanakan untuk memperoleh tingkat pemahaman yang cukup terhadap isi bacaan. Kegiatan membaca dapat memicu perasaan bahwa ada sesuatu pada awalnya tidak sepenuhnya dapat dipahami. Kemudian setelah membaca, pembaca menjadi paham dengan maksud yang disampaikan oleh penulis. Pemahaman membaca harus sering dilatih dengan memperbanyak kegiatan membaca. Selain itu, memperkaya kosakata juga akan memudahkan pembaca memahami isi bacaan. Membaca pengarahan diri sendiri (self-directed reading) digunakan untuk mengarahkan siswa memiliki minat membaca yang tinggi dan mampu memilih bacaan yang sesuai dengan kebutuhan (Tarigan:1984). Selain itu, harus disediakan bahanbahan bacaan untuk menyerasikan minat siswa dengan bacaan. Apabila minat baca

12 18 dan bahan-bahan bacaan terpenuhi, maka anak akan berusaha mencari sendiri bahan bacaan yang sesuai kebutuhannya. Jika anak dapat menentukan bahan bacaan sesuai kebutuhannya, maka keterampilan membacanya akan semakin berkembang. Guru perlu membimbing siswa agar terampil memilih bahan bacaan. Penjelasan di atas sama dengan pendapat Abidin (2012:5) bahwa tujuan pengajaran membaca dilaksanakan agar siswa mampu menikmati kegiatan membaca. Tujuan tersebut dapat ditafsirkan agar siswa mampu menumbuhkan rasa cinta terhadap buku atau bacaan. Tujuan ini tentu sangat penting karena mencintai membaca digunakan sebagai modal awal agar siswa dapat membaca dan terus menjadi pembaca. Umumnya pembelajaran membaca di sekolah hanya mampu membuat siswa mampu membaca tetapi tidak suka membaca. Mereka membaca karena merasa suatu tuntutan untuk menghafal materi pelajaran. Guru harus mampu menumbuhkan rasa cinta membaca pada diri siswa. Membaca penafsiran, membaca interpretatif (interpretative reading) ialah membaca untuk menafsirkan maksud dari penulis, sifat-sifat tokoh, reaksi emosional, gaya bahasa, serta dampak cerita tersebut terhadap pembacanya (Tarigan:1984). Seorang penulis biasanya mempunyai maksud tertentu dengan karyanya itu untuk disampaikan kepada pembaca. Sifat-sifat tokoh yang terkandung dalam cerita berupaya untuk mengekspresikan atau mengungkapkan hakikat kemanusiaan seseorang. Reaksi emosional pembaca ditujukan kepada tokoh dalam sebuah cerita. Gaya bahasa diguunakan oleh penulis untuk memberikan nilai estetis pada cerita itu sendiri. Dampak cerita terhadap pembacanya berupa pertimbangan pembaca apakah ingin melakukan hal yang dilakukan tokoh atau menolak hal tersebut.

13 19 Membaca kreatif (creative reading) bertujuan agar para siswa terampil berkreasi dalam hal-hal dramatisasi, interpretasi lisan atau musik, narasi pribadi, ekspresi tulis, dan ekspresi visual (Tarigan:1984). Membaca kreatif bukan sekedar membaca untuk menangkap ide dari bacaan tetapi secara kreatif menerapkan hasil membacanya dalam kehidupan sehari-hari. Kreatif berarti tindak lanjut seseorang setelah melakukan kegiatan membaca. Setelah membaca, pembaca melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi kehidupannya. Pembaca juga menuangkan ide-ide bacaan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. 5. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, rumit, mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Menurut Broughton (dalam Tarigan, 2008:11) keterampilan membaca mencakup tiga komponen. Pertama, pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca. Kedua, korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal. Ketiga, makna atau meaning. Pertama, pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca (Broughton dalam Tarigan, 2008:11) adalah keterampilan terhadap aksara serta tanda-tanda baca. Keterampilan terhadap aksara serta tanda baca merupakan suatu kemampuan untuk mengenal bentuk-bentuk yang disesuaikan dengan model yang berupa gambar. Gambar di atas suatu lembaran, lengkungan-lengkungan, garis-garis dan titik-titik hubungan-hubungan berpola yang teratur dan rapi. Gambar itu digunakan sebagai model aksara tulis. Melalui aksara tersebut, pembaca akan memahami maksud yang disampaikan oleh penulis.

14 20 Kedua, korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal (Broughton dalam Tarigan, 2008:11). Mengorelasikan aksara beserta tanda baca dengan unsur linguistik merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan tanda-tanda hitam di atas kertas dengan bahasa. Kita tidak dapat belajar membaca tanpa kemampuan memperoleh serta memahami bahasa. Hubungan tersebut terjadi antara unsur-unsur pola di atas kertas dengan unsur-unsur bahasa yang formal. Unsur tersebut dapat berupa kata, frasa, kalimat, paragraf, atau wacana. Ketiga, makna atau meaning (Broughton dalam Tarigan, 2008:11). Dari kedua keterampilan sebelumnya, makna pada hakikatnya mencakup keseluruhan keterampilan membaca yang merupakan keterampilan intelektual. Keterampilan memahami makna merupakan kemampuan untuk menghubungkan tanda-tanda hitam di atas kertas. Hubungan tanda-tanda itu terjadi melalui unsur-unsur bahasa yang formal. Bahasa formal merupakan kata-kata sebagai bunyi dengan makna yang dilambangkan oleh kata-kata tersebut. C. Membaca Cepat 1. Pengertian Membaca Cepat Membaca cepat merupakan ragam kegiatan membaca dalam hati yang dilaksanakan dalam waktu singkat. Membaca cepat dilaksanakan untuk memilih unsur-unsur tertentu dalam sebuah bacaan. Pada kegiatan ini, arah pandangan mata menyapu halaman demi halaman dalam bacaan. Kemampuan membaca cepat yang dimiliki setiap orang tidak serta merta mengukur berapa banyak kata dalam satu menit. Kemampuan membaca cepat juga harus dilihat berapa besar persentase pemahaman pembaca terhadap isi bacaan tersebut (Pudji, 2009:62).

15 21 Membaca cepat adalah jenis membaca dalam hati dengan tujuan memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dalam waktu sesingkat-singkatnya (Alwi, 2007:83). Hal ini berarti kegiatan membaca cepat tidak sekadar membaca secara tepat mengetahui isinya, tetapi dalam membaca cepatpun pembaca dituntut untuk mengetahui isi bacaan sebanyak-banyaknya. Membaca cepat bertujuan agar melatih kemampuan mata pembaca untuk secepat-cepatnya bergerak saat membaca. Selain itu, membaca cepat juga menjangkau sebanyak-banyaknya kata yang dibaca dalam teks. Pembaca difokuskan pada pemahaman gagasan pokok secara tepat dalam waktu yang relatif singkat. Membaca secara cepat dan sistematis adalah seni untuk memahami sebuah buku sebanyak mungkin dalam waktu yang terbatas (Adler dan Doren, 2015:58). Seseorang yang kompeten akan menyelesaikan bacaannya dengan baik, baik itu bacaan panjang atau pun pendek. Semua orang memang harus bisa membaca cepat. Ada hal-hal yang harus kita baca yang tidak benar-benar menghabiskan banyak waktu membaca. Apabila tidak dapat membaca dengan cepat maka hanya akan menghamburkan banyak waktu. Jadi, kesimpulan dari pengertian membaca cepat adalah kecepatan membaca dalam waktu sesingkat-singkatnya untuk memperoleh informasi atau pesan secara tepat. Kegiatan membaca cepat dilakukan dalam hati atau tidak bersuara agar kegiatan membaca dapat berlangsung dengan baik. Apabila membaca seseorang dapat membaca dengan waktu yang sedikit dan pemahaman yang tinggi maka seseorang dapat dikatakan sebagai pembaca cepat. Perlu diingat bahwa tidak semua materi bacaan dapat diterapkan dengan membaca cepat. Hal tersebut karena kesan yang diperoleh dari hasil membaca cepat

16 22 akan lebih mudah dan lebih cepat terlupakan dari pada kesan yang diperoleh dari hasil membaca jenis lain. Keterampilan membaca cepat ini penting kita kuasai berkenaan dengan perolehan informasi sehari-hari, seperti berita dan reportase/laporan utama berita di media massa (surat kabar dan majalah). Membaca cepat dilaksanakan secara zigzag atau vertikal, punya prinsip melaju terus. Tidak lagi horisontal baris lepas baris, tidak lagi membaca huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat untuk mencapai pengertian, tetapi mengenal dan mengerti sekelompok kata atau kalimat pada sekilas pandang saja. Ketika membaca mata tidak mengambang liar dan tidak mengalir seperti yang kita rasakan, tetapi berhenti mengarah (fixate) ke suatu sasaran (kata) sebentar lalu meloncat ke sasran berikutnya (satu atau dua kata berikutnya), melompat, berhenti, melompat, berhenti, dan seterusnya (Soedarso, 1991:28). Tidak mengarahkan fokus mata ke kiri atau ke kanan baris yang sedang dibaca, tetapi meluncur dengan cepat secara vertikal untuk menangkap ide dan pikiran-pikiran untuk mendapatkan gambaran konsep keseluruhan dari maksud penulis. Ia hanya mementingkan kata-kata kunci atau hal-hal penting saja. Hal ini ditempuh dengan jalan melompati kata-kata dan ide-ide penjelas. Sehingga pembaca mampu menangkap ide pokok bacaan dengan waktu yang relatif singkat. 2. Tujuan Membaca Cepat Pada umumnya tujuan membaca cepat yaitu menangkap ide pokok pada buku secara cepat pula (Nurhadi, 1989:69). Pembaca dapat menangkap gagasan utama yang melandasi penjabaran bacaan itu. Sebuah teks bacaan yang utuh dibangun atas gagasan-gagasan yang lebih kecil. Untuk menangkap ide pokok secara cepat ialah

17 23 dengan menyerap ide-ide yang lebih kecil. Maka dari itu, kita harus memperbanyak melatih diri menemukan ide pokok secara cepat. 3. Mengukur Kecepatan Membaca Petunjuk yang paling jelas dari tingkat kemampuan membaca seseorang adalah kecepatan membacanya. Kecepatan membaca biasanya diukur dengan berapa banyak kata yang terbaca setiap menitnya. Bukan hanya kecepatan yang terpenting, tentu saja dengan tidak mengabaikan pemahaman terhadap isi bacaan. Pemahaman rata-rata 50% atau dengan kata lain pembaca dapat menjawab pertanyaan bacaan berkisar antara 40-60% (Nurhadi, 1989:29). Pada taraf pemahaman yang sekian, kecepatan membaca yang diukur dianggap memadai. Ada beberapa langkah yang dilakukan ketika kita akan mengukur kecepatan membaca. Sebelum mulai membaca, catat waktunya secara tepat. Setelah itu, kita mulai membaca teks bacaan hingga selesai. Ketika sudah menyelesaikan bacaan tersebut, segera lihat berapa waktu yang ditempuh dan catat dengan tepat. Lalu hitung dalam berapa menit dan detik. Setelah itu hitunglah kecepatan membaca dengan rumus. Kemudian teruskanlah mengecek pemahaman dengan menjawab pertanyaanpertanyaan yang dibaca itu. berikut ini rumus mengukur kecepatan membaca: a. Saat akhir membaca : Jam... menit... detik... Saat mulai membaca Waktu yang diperlukan : Jam... menit... detik...- :... detik b. Jumlah kata x 60 detik = jumlah total kata c. Jumlah total kata Waktu yangdiperlukan = jumlah kata per menit

18 24 Sedangkan untuk mencari kemampuan pemahaman dapat dilakukan dengan cara: Contoh soal: seorang siswa dapat membaca sebuah teks yang berjumlah 990 kata. Ia berhasil membaca dalam waktu 3 menit. Ia dapat menjawab soal sebanyak 8 dari 10 soal ditentukan secara benar. Berapa kecepatan baca siswa tersebut? Jawab: Kecepatan baca : X = kata Pemahaman : Kemampuan baca = 330 x 80% = 264 kpm 4. Faktor-faktor Penentu Kecepatan Membaca Menurut Nurhadi (1989:30) ada enam cara dalam meningkatkan kecepatan membaca. Pertama, membaca pada kelompok-kelompok kata. Kedua, jangan mengulang kalimat yang telah dibaca. Ketiga, jangan selalu berhenti lama di awal baris atau kalimat. Keempat, cari kata-kata kunci yang menjadi tanda awal dari adanya gagasan utama sebuah kalimat. Kelima, abaikan kata-kata tugas yang sifatnya berulang-ulang. Keenam, sesuaikan gerakan mata dengan bahan bacaan. Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut. Pertama, biasakan membaca pada kelompok kata. Membaca pada kelompok kata ialah bukan membaca kata demi kata, tetapi frasa demi frasa. Kegiatan membaca kata per kata kurang baik dilakukan karena akan menyita banyak waktu. Selain itu,

19 25 kita akan berusaha memahami kata perkata bukan inti dari paragraf. Hal tersebut dapat diatasi dengan melatih diri untuk membaca frasa demi frasa. Membaca frasa demi frasa akan memperkecil jumlah aspek bacaan (Nurhadi, 1989:30). Kedua, jangan mengulang kalimat yang telah dibaca atau disebut dengan regresi. Biasanya pembaca yang melakukan regresi ialah akibat kurang memahami kata, frasa, atau kalimat yang dibaca. Hal tersebut jelas akan memboroskan waktu. Selain itu, regresi pula mengacaukan susunan kata sehingga dapat mengacaukan artinya (Nurhadi, 1989:30). Kebiasaan buruk ini harus dihilangkan yaitu dengan meningkatkan konsentrasi. Ketiga, jangan berhenti lama diawal kalimat atau baris. Berhenti di awal baris atau kalimat dapat memutuskan hubungan makna antar kalimat atau antar paragraf. Kita bisa lupa dengan apa yang baru kita baca sebelumnya. Hal itu tentu memakan waktu lebih lama. Selain itu, juga hanya membuang waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk kegiatan lain (Nurhadi, 1989:30). Keempat, mencari kata kunci. Kata kunci tersebut digunakan sebagai tanda awal dari adanya gagasan utama sebuah kalimat. Kita harus mampu menentukan katakata kunci dalam bacaan tersebut. Kata kunci akan memudahkan kita untuk menentukan inti dari bacaan. Selain itu, kata kunci juga dapat memudahkan kita mengingat inti dari bacaan itu (Nurhadi, 1989:30). Kelima, abaikan kata tugas yang sifatnya berulang-ulang. Kata tugas itu misalnya, di, dari, ke, pada, dan sebagainya. Hal ini hanya akan memboroskan waktu. Apabila kata-kata itu diabaikan tidak akan membuat kita kehilangan gagasan. Kita masih bisa menngkap gagasan utama tiap paragraf walaupun mengabaikan kata-kata tugas (Nurhadi, 1989:30).

20 26 Keenam, sesuaikan arah pandangan mata dengan bacaan. Sebuah bacaan ada yang berbentuk kolom-kolom ada juga seperti halnya sebuah buku. Jika dalam bacaan itu berbentuk kolom kecil seperti halnya di dalam koran maka arahkan gerak mata ke bawah (vertikal) bukan ke samping secara horisontal. Arahkan pandangan bola mata itu ke bawah lurus. Arah horisontal dapat digunakan ketika kita membaca buku (Nurhadi, 1989:30). 5. Faktor Penghambat Membaca Cepat Ada enam faktor yang menjadi menjadi penghambat membaca cepat menurut Soedarso (1991:5-7), yaitu vokalisasi, gerakan bibir, gerakan kepala, menunjuk dengan jari, regresi, dan subvokalisasi. Vokalisasi ialah membaca dengan bersuara. Gerakan bibir ialah menggerakan bibir saat membaca baik bersuara ataupun tidak bersuara. Gerakan kepala ialah menggerakan kepala saat proses membaca berlangsung karena mengikuti baris kata yang dibaca. Menunjuk dengan jari ialah menggunakan salah satu jari untuk megikuti baris kata ketika membaca. Regresi ialah mengulang kembali kata atau kalimat yang telah dibaca. Subvokalisasi merupakan pelafalan dalam batin. Berikut ini akan diuraikan penjelasannya lebih lanjut. a. Vokalisasi Vokalisasi atau membaca dengan bersuara akan memperlambat membaca (Soedarso, 1991:5). Vokalisasi berarti mengucapkan kata demi kata dengan lengkap. Menggumam, sekalipun dengan mulut terkatup dan suara tidak terdengar, termasuk membaca dengan bersuara. Cara membaca yang demikian akan memperlambat membaca cepat mengingat kerja otak jauh lebih cepat dari pada bibir mengucapkan

21 27 kata demi kata secara lengkap. Maka dari itu, akan lebih baik jika pembaca tidak mengeluarkan suara ketika membaca guna memperlancar saat proses membaca cepat berlangsung. Mengatasi vokalisasi dengan cara kita meniupkan bibir sebagaimana kita sedang bersiul dan bisa dengan meletakkan lengan di leher sampai di tenggorokan tidakterasa lagi ada getaran. Vokalisasi juga disebutkan oleh Nurhadi (1989:31) sebagai salah satu faktor penghambat membaca cepat. Membaca bagian dari proses berpikir. Kemampuan berpikir jelas lebih cepat dari kemampuan berbicara. Kebiasaan melafalkan apa yang dibaca akan memperlambat kita dalam membaca. Kebiasaan tersebut harus dihilangkan. b. Gerakan Bibir Menggerakan atau komat-kamit sewaktu membaca, sekalipun tidak mengeluarkan suara, sama lambatnya membaca dengan bersuara (Soedarso, 1991:5). Kecepatan membaca bersuara atau dengan gerakan bibir hanya seperempat dari kecepatan membaca secara diam. Dengan cara menggerakan bibir kita lebih sering regresi (kembali ke belakang). Hal ini karena ketika mata akan dengan cepat bergerak maju, suara kita masih di belakang. Kebiasaan mengulang kata-kata yang telah dibaca ini dilakukan karena pembaca kurang menangkap arti atau merasa ada sesuatu yang hilang. Mengatasi gerakan bibir dengan merapatkan bibir, menekan lidah ke langitlangit, mengunyah permen, menjepit pulpen dengan bibir sampai tidak ada lagi getaran di bibir dan tenggorokan. Uraian di atas sependapat dengan Nurhadi (1989:31) yang mengatakan bahwa salah satu faktor penghambat kecepatan membaca adalah bergumam atau

22 28 bersenandung. Bergumam atau bersenandung juga bagian dari menggerakan bibir. Bergumam tentu akan mudah membuat konsentrasi kita pecah. Apabila konsentrasi kita terganggu tentu membuat kita akan membaca ulang kata atau kalimat yang telah dibaca. Hal tersebut membuat kita semakin membutuhkan waktu lebih banyak. c. Gerakan Kepala Gerakan kepala dalam membaca adalah menggerakan kepala dari kanan ke kiri untuk dapat membaca baris-baris bacaan secara lengkap (Soedarso, 1991:6). Setelah dewasa pengelihatan kita telah mampu secara optimal sehingga seharusnya cukup mata saja yang bergerak. Mengatasi gerakan kepala dengan meletakkan telunjuk ke pipi dan menyandarkan kedua siku di atas meja. Kemudian tangan memegang dagu seperti kita sedang memegang janggut. Selain itu, dapat juga dengan cara meletakkan ujung telunjuk di hidung. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Nurhadi (1989:31) bahwa salah satu faktor penghambat membaca cepat adalah menggerakan kaki atau anggota tubuh lain. Menggerakan kepala sama halnya dengan menggerakan anggota tubuh. Menggerakan anggota tubuh ketika membaca tentu akan membuat konsentrasi kita terganggu. Otak kita secara tidak langsung juga memberikan ruang fokus pada gerakan anggota tubuh tersebut. Kebiasaan ini tentu harus dihilangkan agar membaca cepat dapat terlaksana dengan baik. d. Menunjuk dengan Jari Cara membaca dengan menunjuk dengan jari atau benda lain itu sangat menghambat membaca (Soedarso, 1991:6). Hal ini karena gerakan tangan lebih

23 29 lambat dari pada gerakan mata. Ada beberapa cara untuk mengatasi membaca dengan menggunakan jari atau menunjuk kata-kata yang dibaca. Salah satu caranya yaitudengan tangan memegang buku yang sedang dibaca. Cara lain yang dapat dilakukan ialah dengan memasukkan kedua tangan ke dalam saku. Hal di atas juga selaras dengan pendapat Nurhadi (1989:31) bahwa menunjuk dengan jari atau dengan alat bantu lain akan menghambat membaca. Kecepatan mata melihat bacaan jauh lebih cepat dari gerakan tangan. Selain itu, pandangan kita juga akan mengikuti jari atau alat bantu tunjuk. Tanpa menggunakan jari atau alat bantu tunjuk, pandangan mata kita akan menjangkau bacaan secara luas. Kebiasaan ini perlu dihilangkan agar mampu membaca dengan lebih cepat. e. Regresi Regresi merupakan kebiasaan selalu kembali ke belakang untuk melihat kata atau beberapa kata yang baru dibaca itu menjadi hambatan yang serius dalam membaca (Soedarso, 1991:7). Regresi akan mengacaukan susunan kata yang dengan sendirinya mengacaukan artinya. Ada beberapa cara mengatasi regresi saat membaca. Mengatasi membaca yang diulang-ulang (regresi) salah satunya dengan tekad di dalam hati untuk tidak mengulang-ulang membaca kata-kata yang sudah dibacanya. Cara lain yang dapat dilakukan ialah memusatkan perhatian terus pada kata-kata atau unit pikiran yang dibacanya. Pendapat lain tentang regresi sebagai salah satu faktor penghambat membaca cepat dikemukakan oleh Nurhadi (1989:31). Regresi ialah mengulang kembali bagian yang telah dibaca. Biasanya regresi dilakukan karena kita kurang dapat memahami makna kata, frasa, maupun kalimat. Hal itu akan memperlambat kita dalam membaca. Kebiasaan ini harus dihilangkan dengan meningkatkan konsentrasi.

24 30 f. Subvokalisasi Subvokalisasi atau melafalkan dalam batin/pikiran terhadap kata-kata yang dibaca, hal ini juga dilakukan oleh pembaca yang kecepatannya telah tinggi (Soedarso, 1991:7). Subvokalisasi juga menghambat karena kita menjadi lebih memperhatikan bagaimana melafalkan secara benar dari pada berusaha memahami ide yang terkandung dalam kata-kata yang kita baca. Subvokalisasi dapat diatasi dengan cara tertentu. Mengatasi membaca dengan lafal kata-kata walaupun tidak diucapkan secara nyaring (subvokalisasi) dapat dilakukan dengan memperlebar jangkauan mata untuk menangkap beberapa kata dan menangkap ide-idenya. Dalam menangkap ideide bukan hanya membaca simbol kata-kata saja. D. Metode Directed Reading Activity (DRA) 1. Pengertian Metode DRA Metode DRA adalah metode pembelajaran terstruktur yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman siswa dalam hal membaca melalui kegiatan baca pilih (Abidin, 2012:78). Metode DRA juga dimaksudkan agar siswa mempuyai tujuan membaca yang jelas dengan menghubungkan berbagai pengetahuan yang telah dipunyai siswa sebelumnya untuk membangun pemahaman. Metode DRA dirancang oleh Betts. Langkah-langkahnya mengikuti petunjuk mempersiapkan siswa sebelum, saat membaca dalam hati, melanjutkan kegiatan membaca dengan pengecekan pemahaman dan keterampilan memahami pelajaran. Metode DRA didefinisikan sebagai kerangka berpikir untuk merencanakan pembelajaran membaca suatu mata pelajaran yang menekankan membaca sebagai media pengajaran sebagai alat belajar (Eanes dalam Abidin:2012). Rahim (2008:44)

25 31 mengatakan bahwa metode DRA dimaksudkan agar siswa mempunyai tujuan membaca yang jelas dengan menghubungkan berbagai pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya untuk membangun pemahaman. Jadi kesimpulan dari dua ahli tersebut ialah metode DRA merupakan metode pembelajaran membaca yang terarah dengan mempersiapkan siswa pada saat sebelum membaca, membaca, dan setelah membaca dengan menghubungkan berbagai pengetahuan siswa untuk membangun pemahaman terhadap isi bacaan. 2. Tujuan Metode DRA Ada empat tujuan metode DRA menurut Abdidin (2012:78). Tujuan pertama ialah memberi guru format dasar dalam memperkenalkan pembelajaran yang sistematis. Kedua, meningkatkan rekognisi dan pemahaman siswa. Ketiga, memandu siswa melaksanakan baca pilih. Keempat, meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca teks. Pertama, memberi guru format dasar dalam memperkenalkan pembelajaran yang sistematis (Abidin, 2012:78). Pembelajaran membaca harus mampu mengarahkan perhatian siswa terhadap bacaan. Guru terlebih dahulu memberikan tugas membaca. Kegiatan tersebut dapat mengaktifkan skemata membaca. Memberikan tugas membaca kepada siswa juga dapat membantu membangkitkan minat siswa untuk membaca. Selain itu, juga dapat membangkitkan rasa ingin tahu tentang topik bacaan. Kedua, meningkatkan rekognisi dan pemahaman siswa (Abidin, 2012:78). Guru memandu siswa menghubungkan isi pelajaran dengan pengetahuan dan pengalaman siswa. Hal tersebut dilakukan agar siswa memahami hubungan bacaan

26 32 dengan konteksnya. Selain itu, pengenalan kosakata baru juga perlu dilakukan oleh guru kepada siswa. Kegiatan itu dilakukan agar siswa mudah menerima dan memproses informasi baru. Ketiga, memandu siswa melaksanakan baca pilih (Abidin, 2012:78). Guru harus mampu membimbing siswa dalam memilih bacaan sesuai kebutuhannya. Pembelajaran yang efektif mendorong siswa menjadi terampil menyesuaikan kegiatan membaca mereka dengan tujuan membaca. Dengan demikian, siswa dapat memecahkan masalah dengan mudah. Siswa juga akan terampil menggunakan srategi membaca sesuai karakteristik bacaannya. Keempat, meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca teks (Abidin, 2012:78). Pembelajaran membaca yang baik akan mendorong siswa mampu mendalami isi bacaan. Guru harus mampu mendorong siswa untuk memperluas pengetahuan melalui bacaan tersebut. Siswa juga harus memiliki kesadaran akan pentingnya manfaat membaca. Kemampuan membaca perlu dilatih dengan sering membaca. 3. Tahapan Metode DRA Menurut Abidin (2012:79) metode DRA dilaksanakan dalam lima tahap. Pertama adalah tahap persiapan membaca cepat yang dilakukan sebelum kegiatan membaca dimulai. Kedua,tahap membaca dalam hati yang dilakukan saat siswa membaca cepat. Ketiga, mengecek pemahaman dalam diskusi. Keempat, membaca nyaring untuk membacakan jawaban siswa selama diskusi. Kelima, tahap tindak lanjut yang dilaksanakan oleh guru sebagai evaluasi. Kelima tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut:

27 33 a. Tahap Prabaca (Persiapan) Tahap ini dilakukan agar siswa memiliki persiapan sebelum membaca cepat. Guna mempersiapkan siswa membaca cepat haruslah dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut: pertama, mengembangkan latar belakang konsep (membangkitkan skemata) dengan cara menghubungkan isi teks dengan pengalaman siswa ataupun dengan materi yang pernah dibahas. Kedua, membangkitkan dan antusiasme siswa untuk membaca cepat dengan cara menggunakan berbagai media pembelajaran yang menarik atau dengan cara menyajikan bagian teks yang menumbuhkan keingintahuan siswa atas isi teks secara lengkap. Ketiga, memperkenalkan beberapa kosakata baru, guru menyampaikan beberapa kosa kata yang mungkin baru dikenal siswa yang terkandung dalam teks yang dibaca siswa. Keempat, menetapkan tujuan membaca cepat, guru secara jelas menjelaskan tujuan membaca cepat yang harus dicapai siswa setelah mereka membaca. Misalnya Bacalah wacana berikut untuk mengetahui peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada peristiwa tsunami 2004, tujuan membaca cepat juga dapat dinyatakan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan pemandu sehingga siswa memiliki arah yang jelas selama membaca (Rahim, 2008:44). b. Tahap Membaca Cepat Dalam tahap membaca terdapat tiga kegiatan yang dilakukan. Pertama, membaca dalam hati. Kedua, mengecek pemahaman melalui diskusi. Ketiga, membaca nyaring (Abidin, 2012:79). Pada tahap pertama, yaitu membaca dalam hati siswa melaksanakan kegiatan membaca cepat guna menemukan jawaban atas pertanyaan tujuan (pertanyaan pemandu) yang disampaikan guru pada tahap prabaca. Usahakan guru mengurangi bantuan pada saat siswa membaca cepat, namun tetap

28 34 memperhatikan berbagai perilaku siswa selama membaca. Setelah membaca cepat, siswa menjawab soal-soal yang telah diberikan guru dalam waktu yang telah ditentukan. Perilaku yang perlu diluruskan ialah perilaku buruk siswa ketika membaca cepat. Guru harus bisa mengevaluasi kebiasaan buruk tersebut (Abidin, 2012:79). Kedua, tahap mengecek pemahaman dalam diskusi. Pada tahap ini siswa berdiskusi dengan temannya setelah siswa selesai mengerjakan soal. Kegiatan diskusi ini bertujuan agar menampung pendapat satu kelompok. Kegiatan diskusi ini dilakukan agar setiap kelompok mampu memecahkan permasalahan yang mereka temukan ketika membaca cepat pada soal dan pertanyaan (Abidin, 2012:80). Ketiga, tahap membaca nyaring. Tahap ini berhubungan dengan tahap sebelumnya. Hal yang dibacakan nyaring dalam kegiata ini ialah jawaban-jawaban pertanyaan yang ditulis siswa selama diskusi. Biasanya yang paling ditekankan adalah jawaban yang kebenarannya masih diragukan oleh siswa ketika menjawab soal sehingga perlu pemecahan masalah secara bersama-sama dengan bantuan guru. Jika ditemukan masalah demikian, siswa akan melaksanakan kegiatan baca cepat untuk menemukan informasi tersebut sehingga keraguan atas jawaban pertanyaan tidak lagi terjadi (Abidin, 2012:80). c. Tahap Pascabaca (Tindak Lanjut) Tahap ini bertujuan agar siswa semakin memahami wacana yang telah dibacanya. Selain itu, kegiatan pascabaca juga dapat memperkaya pemahaman tentang konsep isi bacaan. Guru juga dapat menyampaikan perilaku membaca cepat siswa yang kurang baik. Kegiatan tindak lanjut ini dapat diwujudkan dengan pemberian tugas kepada siswa. Tugas itu sebagai kegiatan pengayaan untuk membantu siswa mengambil kesempatan melanjutkan memproses isi bacaan (Abidin, 2012:80).

29 35 E. Kerangka Pikir dan Hipotesis 1. Kerangka Pikir Metode DRA merupakan metode sederhana yang komponen kegiatannya terdiri dari prabaca, membaca, dan pascabaca yang dapat diterapkan dengan mudah oleh guru maupun siswa dalam pembelajaran membaca cepat. Metode DRA ialah metode pembelajaran terstruktur yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman siswa dalam hal membaca melalui kegiatan baca pilih (Eanes dalam Abidin:2012). Tahap prabaca, guru dapat memberikan informasi mengenai makna kosakata baru kepada siswa agar mereka tidak mengalami kesulitan saat memahami isi bacaan. Dalam tahap membaca cepat terdapat kegiatan diskusi. Melalui kegiatan diskusi akan tercipta suasana pembelajaran yang tidak membosankan karena siswa dapat bertukar pikiran untuk memcahkan permasalahan yang mereka temukan dalam kegiatan membaca. Kemudian dalam tahap pascabaca dilakukan pengecekan pemahaman dan keterampilan memahami pelajaran. Peneliti menemukan permasalahan membaca cepat pada siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Purwokerto Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap beberapa siswa, dapat diketahui bahwa kemampuan membaca cepat siswa kelas VIII di sekolah tersebut rendah. Hal tersebut dibuktikan dari empat siswa yang diamati oleh peneliti, hanya satu siswa yang sudah memenuhi kriteria ideal dalam hal membaca cepat. Berdarkan wawancara peneliti kepada beberapa siswa, mereka mengaku kesulitan menangkap makna kosakata baru yang mereka temukan. Selain itu, para siswa mengatakan bahwa pembelajaran membaca cukup membosankan. Kesulitan siswa dalam menangkap makna kosakata baru dapat diatasi dengan cara guru memberikan informasi kepada siswa mengenai makna kosakata baru sehingga siswa mampu

30 36 memahami isi bacaan dengan baik. Untuk mengatasi suasana pembelajaran yang membosankan, guru dapat melaksanakan kegiatan diskusi agar pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa dapat bertukar pikiran dan bekerja sama memecahkan masalah yang mereka temukan pada saat membaca. Dengan demikian, metode DRA dimungkinkan dapat meningkatkan potensi membaca cepat siswa. Hal ini didasarkan pada penyebab kemampuan membaca cepat siswa rendah adalah kesulitan siswa menangkap kosakata baru dan pembelajaran membaca yang membosankan. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan metode DRA. 2. Hipotesis Dari uraian kerangka pikir di atas, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut, ada perbedaan yang signifikan antara kelas yang diberi metode DRA dengan kelas yang tidak diberi metode pembelajaran pada siswa kelas VIII SMP N 9 Purwokerto Kriteria Penerimaan Hipotesis Kriteria penerimaan hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut, Ha = ada perbedaan signifikan antara kelas yang diberi metode DRA dengan kelas yang tidak diberi metode pembelajaran. Dari perumusan hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja diterima apabila t hitung lebih besar daripada t tabel (Ha= t hitung > t tabel).

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Modul ke: 05 Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id MATA KULIAH BAHASA INDONESIA MEMBACA UNTUK MENULIS SUPRIYADI, S.Pd., M.Pd. HP. 0815 1300 7353/ 0812 9479 4583 E-Mail:

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan temuan-temuan selama penelitian, peneliti membuat beberapa

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan temuan-temuan selama penelitian, peneliti membuat beberapa 201 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan temuan-temuan selama penelitian, peneliti membuat beberapa simpulan sebagai berikut. 1. Teknik membaca skimming dan scanning dapat meningkatkan kecepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membaca merupakan salah satu aspek dari empat keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membaca merupakan salah satu aspek dari empat keterampilan berbahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan salah satu aspek dari empat keterampilan berbahasa (membaca, menyimak, menulis, dan berbicara). Menurut Nurgiyantoro (2001:246) kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Membaca Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Membaca 1. Pengertian Membaca Menurut Soedarso (1989: 4) Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

PEMAHAMAN WACANA FIKSI DAN NONFIKSI PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 3 SAMBUNGMACAN TAHUN AJARAN 2007/2008

PEMAHAMAN WACANA FIKSI DAN NONFIKSI PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 3 SAMBUNGMACAN TAHUN AJARAN 2007/2008 PEMAHAMAN WACANA FIKSI DAN NONFIKSI PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 3 SAMBUNGMACAN TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

Modul ke: BAHASA INDONESIA MEMBACA UNTUK MENULIS. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN

Modul ke: BAHASA INDONESIA MEMBACA UNTUK MENULIS. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN Modul ke: BAHASA INDONESIA Fakultas EKONOMI DAN BISNIS MEMBACA UNTUK MENULIS Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Definisi Membaca 1.Menurut Kamus Bahasa Indonesia, definisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Membaca Menurut Dechant (melalui Zuchdi, 2008:21), membaca adalah proses pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca pada hakikatnya

Lebih terperinci

Pezi Awram

Pezi Awram 315 PROBLEMATIKA MEMBACA CEPAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Pezi Awram Pezi.awram@yahoo.com ABSTRAK Makalah ini disusun untuk menjelaskan problema apa saja dalam membaca cepat khususnya siswa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Membaca 2.1.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE CIRC UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN WACANA FIKSI DAN WACANA NON FIKSI DI KELAS X SMA AL ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010

PENERAPAN METODE CIRC UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN WACANA FIKSI DAN WACANA NON FIKSI DI KELAS X SMA AL ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENERAPAN METODE CIRC UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN WACANA FIKSI DAN WACANA NON FIKSI DI KELAS X SMA AL ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenui Persyaratan Guma Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia sehingga memegang peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan pada keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan salah satu pemersatu bangsa. Melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dengan manusia lainnya karena manusia merupakan makhluk sosial yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) pada Siswa Kelas

BAB II LANDASAN TEORI. Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) pada Siswa Kelas 7 BAB II LANDASAN TEORI H. Penelitian Relevan Penelitian tindakan kelas tentang kemampuan membaca dengan menggunakan metode PQ4R sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Lina Indriyani tahun 2012 dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perbandingan. Adapun kajian-kajian yang relevan diantaranya adalah sebagai berikut.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perbandingan. Adapun kajian-kajian yang relevan diantaranya adalah sebagai berikut. BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Penelitian yang Relevan Kajian yang relevan dengan penelitian ini digunakan peneliti sebagai bahan perbandingan. Adapun kajian-kajian yang relevan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia diharapkan dapat saling mengenal dan berhubungan satu sama lain, saling berbagi pengalaman dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teoretis. Membaca merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai oleh

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teoretis. Membaca merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai oleh BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoretis 1. Hakikat Membaca Membaca merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai oleh setiap individu. Tarigan (2008: 7), membaca adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pengupayaan ini akan mengakibatkan peserta diidk dapat mempelajari sesuatu

BAB II KAJIAN TEORI. pengupayaan ini akan mengakibatkan peserta diidk dapat mempelajari sesuatu BAB II KAJIAN TEORI A. Hakekat Pembelajaran Bahasa Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan peserta diidk. Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan peserta diidk dapat mempelajari sesuatu dengan cara

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia UMB MEMBACA UNTUK MENULIS. Kundari, S.Pd, M.Pd. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Sistem Informasi

Bahasa Indonesia UMB MEMBACA UNTUK MENULIS. Kundari, S.Pd, M.Pd. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Sistem Informasi Bahasa Indonesia UMB Modul ke: MEMBACA UNTUK MENULIS Fakultas Ilmu Komunikasi Kundari, S.Pd, M.Pd. Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Standar Kompetensi : Mahasiswa dapat memahami berbagai

Lebih terperinci

MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA. Sumarni. Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA. Sumarni. Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA Sumarni Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas muhammadiyah Makassar Sumarnisape9@gmail.com

Lebih terperinci

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan membaca merupakan modal utama peserta didik. Dengan berbekal kemampuan membaca, siswa dapat mempelajari ilmu, mengkomunikasikan gagasan, dan mengekspresikan

Lebih terperinci

ANALISIS BUKU TEKS BAHASA INDONESIA TINGKATAN SMP KELAS VIII, ERLANGGA: KETERBACAAN DAN TINGKAT KETERBACAAN

ANALISIS BUKU TEKS BAHASA INDONESIA TINGKATAN SMP KELAS VIII, ERLANGGA: KETERBACAAN DAN TINGKAT KETERBACAAN ANALISIS BUKU TEKS BAHASA INDONESIA TINGKATAN SMP KELAS VIII, ERLANGGA: KETERBACAAN DAN TINGKAT KETERBACAAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMBINAAN KEGIATAN MEMBACA SEBAGAI IMPLIKASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UCI SUGIARTI ABSTRAK

PENTINGNYA PEMBINAAN KEGIATAN MEMBACA SEBAGAI IMPLIKASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UCI SUGIARTI ABSTRAK PENTINGNYA PEMBINAAN KEGIATAN MEMBACA SEBAGAI IMPLIKASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UCI SUGIARTI ABSTRAK Perlu disadari bahwa kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat bagi semua orang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, tidak langsung dapat berdiri sendiri, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya mengarah pada tujuan pengetahuan bahasa sampai penggunaannya, oleh karena itu harus benar-benar dipahami siswa. Penggunaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik serta merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan juga disebut kompetensi.

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan juga disebut kompetensi. BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan 1. Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini dititikberatkan pada keterampilan siswa. Berdasarkan kurikulum 2006 siswa dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung pada kemampuan dan keterampilannya dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat

Lebih terperinci

Tampubolon menyebutnya sebagai Kemampuan Efektif Membaca. Walaupun keduanya

Tampubolon menyebutnya sebagai Kemampuan Efektif Membaca. Walaupun keduanya Kemampuan Efektif Membaca 1. Definisi KEM Penggunaan KEM di kalangan para ahli bahasa memiliki istilah berbeda-beda. Ahmadslamet menyebutkan KEM sebagai Kecepatan Efektif Membaca, sedangkan Tampubolon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum sekolah keterampilan berbahasa biasanya mencakup empat segi,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum sekolah keterampilan berbahasa biasanya mencakup empat segi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum sekolah keterampilan berbahasa biasanya mencakup empat segi, yaitu: keterampilan menyimak/mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Sebagai

Lebih terperinci

dan menentukan jalannya pengajaran. Pembelajaran tidak lagi satu arah, tetapi

dan menentukan jalannya pengajaran. Pembelajaran tidak lagi satu arah, tetapi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proses Pembelajaran Proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks dan akan terjalin komunikasi timbal balik antara guru sebagai pengajar dan siswa sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Bahasa Indonesia Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rahmawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua jenis kegiatan yang kita lakukan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun di dalam masyarakat, tidak terlepas dari bahasa. Manusia menyadari pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah

BAB II KAJIAN TEORI. Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu bentuk penerapan kurikulum yang berlaku di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan kegiatan kebahasaan yang memegang peranan penting dalam dinamika peradaban manusia. Dengan menulis orang dapat melakukan komunikasi, mengemukakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN METODE SQ3R PADA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 2 GATAK, SUKOHARJO

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN METODE SQ3R PADA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 2 GATAK, SUKOHARJO PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN METODE SQ3R PADA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 2 GATAK, SUKOHARJO Isminatun 7 SMP Negeri 2 Gatak Kabupaten Sukoharjo A. PENDAHULUAN Salah satu tujuan membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhenti. Usaha tersebut dilakukan untuk penyesuaian dan mengimbangi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. berhenti. Usaha tersebut dilakukan untuk penyesuaian dan mengimbangi tuntutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia sampai saat ini tidak pernah berhenti. Usaha tersebut dilakukan untuk penyesuaian dan mengimbangi tuntutan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. Perkembangan ini memiliki dampak semakin terbuka dan tersebarnya informasi dan pengetahuan

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa yang mumpuni serta dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Membaca Cepat

Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Membaca Cepat Penelitian Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Membaca Cepat Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Membaca Cepat Keke T. Aritonang*) Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kata per menit kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mempertunjukkan kepada siswa suatu proses atau benda tertentu yang sedang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mempertunjukkan kepada siswa suatu proses atau benda tertentu yang sedang 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Demonstrasi 1. Pengertian Metode Demonstrasi 6 Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan mempertunjukkan kepada siswa suatu proses atau benda tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Membaca merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang diajarkan sejak peserta didik mengikuti pendidikan formal di bangku sekolah. Membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 disebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Risca Olistiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Risca Olistiani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki empat keterampilan berbahasa. Dua keterampilan berbahasa reseptif yaitu membaca dan menyimak, dan dua keterampilan

Lebih terperinci

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran A. Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah dasar (SD) ditujukan untuk memberikan pengetahuan dan latihan pada siswa agar mereka mampu

Lebih terperinci

MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA)

MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA) MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA) Riska Aulia Sartika. Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. riskaauliasartika66@gmail.com.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

PENGARUH KEEFEKTIFAN MEMBACA CEPAT TERHADAP KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF

PENGARUH KEEFEKTIFAN MEMBACA CEPAT TERHADAP KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Galuh ABSTRAK Pengaruh keefektifan membaca cepat terhadap kemampuan menemukan ide pokok paragraf yang diteliti di SMA Informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi, aktivitas membaca tidak hanya kegiatan yang dilakukan para siswa di kelas tetapi juga dilakukan oleh hampir setiap orang. Membaca telah menjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mengidentifikasi Unsur Kalimat Efektif dalam Teks Eksposisi Berdasarkan Kurikulum 2013 SMA/SMK Kelas X 2.1.1 Kompetensi Inti Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI)

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI) MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI) Icah 08210351 Icah1964@gmail.com Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan

Lebih terperinci

IMAS MASKIAH Program Studi Pendidikan Bahasa Dan sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012

IMAS MASKIAH Program Studi Pendidikan Bahasa Dan sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012 EFEKTIFITAS PENGGUNAAN TEKNIK MEMBACA PREVIEW QUESTION, READ, SUMMARIZE DAN TES (PQRST) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP CERPEN MALAIKAT PELINDUNG KARYA GISHA RIZKY PRADITA PADA SISWA KELAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang: (i) hakikat menulis, (ii) fungsi, tujuan, dan manfaat menulis, (iii) jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Dengan belajar tentunya seseorang berharap akan ada perubahan. yang didapatkan sebagai efek dari kegiatan tersebut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Dengan belajar tentunya seseorang berharap akan ada perubahan. yang didapatkan sebagai efek dari kegiatan tersebut. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar adalah sebuah proses yang ditempuh oleh seseorang dalam usaha mengembangkan potensi dan kemampuan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa sebagai kebutuhan utama yang harus dipelajari dan dikembangkan karena bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Chaer (2009: 3) berpendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa pada dasarnya kegiatan berkomunikasi. Oleh karena itu, belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan berkomunikasi

Lebih terperinci

SPEED READING / MEMBACA CEPAT BERMANFAAT UNTUK :

SPEED READING / MEMBACA CEPAT BERMANFAAT UNTUK : SPEED READING / MEMBACA CEPAT BERMANFAAT UNTUK : Memilah Informasi Penting Cepat Menguasai Informasi Meningkatkan Pemahaman Speed Reading dalam banyak hal justru membantu menyerap informasi dengan lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis serta menimbulkan

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA. Membaca untuk Menulis. Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

BAHASA INDONESIA. Membaca untuk Menulis. Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi Modul ke: BAHASA INDONESIA Membaca untuk Menulis Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM Program Studi Akuntansi http://www.mercubuana.ac.id Membaca adalah suatu proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan membaca erat kaitannya dengan proses belajar, seperti kita

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan membaca erat kaitannya dengan proses belajar, seperti kita 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan membaca erat kaitannya dengan proses belajar, seperti kita berada di ruang sekolah atau kampus. Dengan melakukan kegiatan membaca, kita

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam kehidupan modern saat ini, penguasaan bahasa bagi seseorang mutlak diperlukan. Keterampilan berbahasa seseorang harus mengacu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Keterampilan Menulis Menulis adalah sebuah kegiatan yang sering dilakukan oleh setiap orang, apapun bentuknya. Mendengar kata menulis tidak banyak

Lebih terperinci

UPAYA MENUMBUHKAN MINAT BACA PADA ANAK. Oleh I Ketut Artana. Pustakawan Utama Universitas Pendidikan Ganesha.

UPAYA MENUMBUHKAN MINAT BACA PADA ANAK. Oleh I Ketut Artana. Pustakawan Utama Universitas Pendidikan Ganesha. Oleh I Ketut Artana Pustakawan Utama Universitas Pendidikan Ganesha Email: Bagasartana@gmail.com Abstrak Kondisi minat baca anak-anak belum menggembirakan. Anak-anak belum memandang bahwa bahan bacaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk karakter bangsa. Menyadari akan hal tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Riama N Sihombing, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Riama N Sihombing, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Proses belajar yaitu proses interaksi antara guru dan siswa dimana saat siswa tidak tahu menjadi tahu atau proses belajar dimana adanya perubahan

Lebih terperinci

MEMBACA UNTUK MENULIS

MEMBACA UNTUK MENULIS Modul ke: Fakultas. MEMBACA UNTUK MENULIS Pengertian Membaca, Jenis-jenis Membaca, Tahapantahapan Dalam Membaca, Berbagai Teknik Membaca Cepat, Kecepatan Efektif Membaca (KEM), Hambatanhambatan dalam Membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting terhadap kemajuan suatu bangsa di dunia. Pendidikan diproses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia sehingga memegang peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitik beratkan keterampilan

Lebih terperinci

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam  /2007/11/19/snowballthrowing/) 8 BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA 2.1 Teknik Snowball Throwing 2.1.1 Pengertian Teknik Snowball Throwing Kiranawati (dalam http://gurupkn.wordpress.com /2007/11/19/snowballthrowing/)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkomunikasi dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkomunikasi dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di sekolah, baik pada tingkat dasar, tingkat menengah, maupun tingkat atas. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran keterampilan menyimak

BAB I PENDAHULUAN. bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran keterampilan menyimak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan survei yang telah dilakukan dan wawancara dengan guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran keterampilan menyimak masih kurang efektif,

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KARTU BERGAMBAR SISWA KELAS SATU

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KARTU BERGAMBAR SISWA KELAS SATU PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KARTU BERGAMBAR SISWA KELAS SATU Suhrianati Sekolah Dasar Negeri Mabu un Murung Pudak Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi terasa semakin penting pada saat manusia membutuhkan eksistensinya diakui,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia tidak akan lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia dalam berkomunikasi dengan tujuan menyampaikan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan siswa dalam membaca, merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan siswa dalam membaca, merupakan salah satu faktor yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan siswa dalam membaca, merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar dapat berjalan apabila siswa

Lebih terperinci

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B)

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) 33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu, dengan

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia, sebagai salah satu identitas atau pembeda dari bangsa lain, selain sebagai bahasa persatuan juga berkedudukan sebagai bahasa negara dan sebagai

Lebih terperinci

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang disadari atau tidak, selalu hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain. Kelompok tersebut dimulai dari suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana yang strategis untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia, sebab pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

MEMBACA INTENSIF. Menentukan

MEMBACA INTENSIF. Menentukan MEMBACA INTENSIF Menentukan STANDAR KOMPETENSI 11. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca ekstensif, membaca intensif, dan membaca nyaring KOMPETENSI DASAR 11.2 Menemukan informasi untuk bahan diskusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rianti Febriani Setia, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rianti Febriani Setia, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di sekolah. Oleh karena itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa menduduki posisi dan peran yang sangat penting dalam konteks kehidupan manusia. Siswa mampu membaca bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, mengapa,

BAB I PENDAHULUAN. dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, mengapa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyimak merupakan proses menangkap pesan atau gagasan yang disajikan melalui ujaran. Keterampilan menyimak merupakan dasar keterampilan dalam komunikasi lisan. Apabila

Lebih terperinci

MEMBACA DAN PEMBELAJARANNYA 5. MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATIF DNGAN

MEMBACA DAN PEMBELAJARANNYA 5. MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATIF DNGAN MEMBACA DAN PEMBELAJARANNYA 1. HAKIKAT MEMBACA 2. JENIS MEMBACA 3. KEM 4. STRATEGI MEMBACA CEPAT 5. MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATIF DNGAN FOKUS MEMBACA 1. HAKIKAT MEMBACA SBB: A. Proses pengubahan lambang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia dalam berekspresi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia yaitu menyangkut bahasa yang digunakan oleh warga negara Indonesia dan sebagai bahasa persatuan antar warga, yang merupakan salah satu

Lebih terperinci