RISIKO HARGA BUNGA KRISAN CIPANAS DAN KRISAN PT DI PASAR BUNGA RAWABELONG, JAKARTA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RISIKO HARGA BUNGA KRISAN CIPANAS DAN KRISAN PT DI PASAR BUNGA RAWABELONG, JAKARTA BARAT"

Transkripsi

1 RISIKO HARGA BUNGA KRISAN CIPANAS DAN KRISAN PT DI PASAR BUNGA RAWABELONG, JAKARTA BARAT SKRIPSI PUTRI NURSAKINAH H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 A

2 RINGKASAN PUTRI NURSAKINAH. Risiko Harga Bunga Krisan Cipanas dan Krisan Pt di Pasar Bunga Rawabelong, Jakarta Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan HENY K. DARYANTO) Hortikultura merupakan salah satu subsektor unggulan dalam sektor pertanian di Indonesia. Hal tersebut terlihat dari kontribusi hortikultura pada pendapatan nasional yang terlihat pada nilai produk domestik bruto (PDB) hortikultura yang meningkat. Pada tahun 2007, PDB hortikultura sebesar Rp 76,79 trilliun, dan pada tahun 2008 PDB Hortikultura sebesar Rp 80,29 trilliun. Florikultura merupakan salah satu jenis komoditas hortikultura dimana ASBINDO mengklasifikasikannya menjadi tanaman hias dan bunga potong. Salah satu jenis bunga yang semakin banyak dikenal dan semakin banyak penggunaannya saat ini adalah bunga krisan. Penggunaan bunga krisan yang semakin meningkat menyebabkan permintaan bunga krisan juga meningkat. Namun, permintaan bunga krisan tersebut masih bersifat musiman. Permintaan bunga krisan yang bersifat musiman tersebut berpengaruh pada berfluktuasi dan tidak pastinya permintaan bunga krisan. Hal tersebut menyebabkan timbulnya ketidakpastian harga dan berpengaruh pada ketidakpastian pendapatan pada pedagang di Pasar Bunga Rawabelong yang merupakan Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko harga dari bunga krisan di Pasar Bunga Rawabelong serta menganalisis alternatif strategi dalam mengatasi risiko harga pada bunga krisan di Pasar Bunga Rawabelong. Penelitian ini dilakukan di Pasar Bunga Rawabelong, Jakarta Barat pada bulan Mei hingga Juli Data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder merupakan data time series harian selama dua tahun ( ) sebanyak 720 data dan data yang digunakan adalah data harga harian, pasokan harian, serta permintaan harian. Data sekunder ini akan dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan metode ARCH-GARCH dan VAR yang bertujuan untuk mengetahui model peramalan ragam serta mengetahui tingkat risiko harga. Alat analisis yang digunakan adalah Microsoft Excel dan Eviews 6. Sedangkan data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari wawancara dengan pedagang bunga krisan dan pihak UPT (Unit Pelaksana Teknis) di Pasar Bunga Rawabelong. Penggunaan data primer ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi yang dilakukan pedagang dalam meminimalisir risiko harga yang dihadapi. Identifikasi strategi tersebut dilakukan secara kualitatif dengan melakukan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan strategi apa saja yang telah dilakukan pedagang dalam hal meminimalisir risiko harga. Bunga krisan di Pasar Bunga Rawabelong terdiri dari dua jenis, yaitu krisan cipanas yang merupakan krisan yang bersumber dari petani dan krisan pt yang merupakan krisan yang bersumber dari perusahaan-perusahaan penghasil bunga potong dan tanaman hias. Berdasarkan hasil analisis dengan ARCH- B

3 GARCH, diperoleh bahwa model terbaik untuk bunga krisan cipanas dan krisan pt adalah GARCH 1 dimana pola pergerakan harga bunga krisan cipanas maupun krisan pt hanya dipengaruhi varian harga satu hari sebelumnya, dan tidak dipengaruhi oleh volatilitas harga satu hari sebelumnya. Berdasarkan perhitungan Value at Risk (VAR) diperoleh bahwa risiko harga krisan cipanas oleh pedagang memiliki tingkat risiko yang lebih besar dibandingkan risiko harga krisan pt yang dihadapi pedagang. Ketika pedagang berinvestasi untuk krisan cipanas sebesar Rp maka risiko atau kerugian yang dihadapi dalam periode waktu satu hari sebesar Rp , periode tiga hari sebesar Rp , dan periode seminggu sebesar Rp Sedangkan, ketika pedagang krisan pt berinvestasi sebesar Rp maka risiko atau kerugian yang dihadapi dalam periode waktu satu hari sebesar Rp , periode tiga hari sebesar Rp , dan periode seminggu sebesar Rp Semakin meningkatnya investasi yang dilakukan para pedagang pada komoditas krisan cipanas maupun krisan pt, maka akan semakin meningkat pula risiko yang harus dihadapi. Periode penjualan yang semakin lama, akan membuat risiko yang dihadapi petani dan pedagang semakin besar. Dalam menghadapi risiko tersebut maka terdapat beberapa alternatif strategi risiko yang dihadapi pedagang bunga krisan di Pasar Bunga Rawabelong. Beberapa alternatif strategi tersebut diantaranya dengan menjalin kerjasama dengan banyak pemasok, memproduksi bunga krisan sendiri, menjalin kerjasama antar pedagang di rawabelong, menjalin kerjasama dengan konsumen besar dengan menerapkan sistem abodement, dan mengolah sendiri bunga krisan menjadi bunga rangkai. Pemerintah juga telah melakukan beberapa strategi untuk mengurangi risiko tersebut. Pihak UPT Rawabelong telah mengadakan pasar lelang bunga setiap tahunnya. Pasar lelang bunga dan tanaman hias ini bertujuan untuk mewujudkan pola pemasaran yang lebih efektif dan efisien dengan prinsip sehat, transparan, terbuka, dan perlakuan yang adil pada semua pihak para pelaku agribisnis khususnya florikultura. Dari kegiatan ini diharapkan banyak pihak yang datang serta tertarik untuk menjalin kerjasama dengan pedagang yang ada di pasar Rawabelong, dengan adanya kerjasama tersebut diharapkan akan memberikan kepastian penjualan bagi para pedagang sehingga bisa mengurangi risiko yang dihadapi pedagang. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian juga melakukan pemberdayaan koperasi atau kelompok tani hortikultura. Selain itu, Dirjen Hortikultura juga memberikan kesempatan untuk dilakukannya penelitian terkait bunga krisan atau bunga potong lainnya. Acuan standar mutu serta standar operasional prosedur juga telah diberikan kepada para petani dan pedagang bunga potong. C

4 RISIKO HARGA BUNGA KRISAN CIPANAS DAN KRISAN PT DI PASAR BUNGA RAWABELONG, JAKARTA BARAT PUTRI NURSAKINAH H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 D

5 Judul Skripsi : Risiko Harga Bunga Krisan Cipanas dan Krisan Pt di Pasar Bunga Rawabelong, Jakarta Barat Nama : Putri Nursakinah NIM : H Disetujui, Pembimbing Dr. Ir. Heny K. Daryanto, M. Ec. NIP Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus : E

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Risiko Harga Bunga Krisan Cipanas dan Krisan Pt di Pasar Bunga Rawabelong, Jakarta Barat adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 2013 Putri Nursakinah H F

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Agustus 1989 sebagai anak pertama dari lima bersaudara dari keluarga Bapak Sugeng Satidjo dan Ibu Mulyanah Husin. Penulis memulai bangku sekolahnya pada tahun 1995 di TK Rumah Pendidikan Islam (RPI) di Kuningan, Jakarta selama dua tahun. Kemudian penulis melanjutkan sekolahnya pada tahun 1997 di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Yayasan Darussa adah (YASDA) yang setingkat dengan pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan diselesaikan pada tahun Pada tingkat SMP, penulis menempuh pendidikannya di SMP Islam Terpadu (SMP IT) di RPI yang diselesaikan pada tahun Selanjutnya penulis masuk ke SMA Negeri 3 di Jakarta dan lulus pada tahun Selepasnya dari SMA Negeri 3 Jakarta, penulis di terima sebagai mahasiswa di jurusan Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Semasa perkuliahannya penulis aktif dalam mengikuti kegiatan organisasi. Pada Tingkat Persiapan Bersama (TPB) penulis merupakan salah satu pengurus Dewan Musholla di Asrama Rusunawa. Setelah masuk fakultas penulis aktif sebagai pengurus BEM FEM Kabinet Orasi pada tingkat dua, serta BEM FEM Kabinet Sinergi pada tingkat tiga. Penulis juga merupakan salah satu penerima besiswa Karya Salemba Empat (KSE) serta ikut aktif berbagai kegiatan di dalamnya. G

8 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur bagi ALLAH SWT atas karunia, nikmat, dan anugerah yang diberikan kepada hambanya, shalawat serta salam semoga tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Risiko Harga Bunga Krisan Cipanas dan Pt di Pasar Bunga Rawabelong, Jakarta Barat. Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh adanya fluktuasi harga bunga krisan pada Pasar Bunga Rawabelong yang merupakan pusat dari pemasaran hortikultura di Indonesia. Adanya fluktuasi tersebut berpengaruh pada adanya tingkat risiko atau kemungkinan kerugian yang harus dihadapi pedagang bunga krisan. Oleh karena itu, diperlukan suatu analisis risiko yang dihadapi pedagang untuk mengetahui sampai sejauh mana risiko harga yang dihadapi pedagang. Selain itu juga dilakukan pengidentifikasian strategi yang telah dilakukan pedagang bunga krisan dalam menghadapi risiko harga selama ini. Upaya dan usaha dalam memberikan yang terbaik telah dilakukan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi berbagai pihak yang terkait dan bagi pembaca pada umumnya. Bogor, Januari 2013 Putri Nursakinah H

9 UCAPAN TERIMAKASIH Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan syukur yang tak terhingga pada Allah SWT, serta ucapan terimakasih kepada : 1. Dr. Ir. Heny K. Daryanto, M.Ec selaku dosen pembimbing akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, memberikan bantuan, arahan, bimbingan, serta motivasi saat masa-masa perkuliahan serta dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Ir. Burhanuddin, MM. dosen penguji utama yang telah memberikan saran serta masukan untuk perbaikan skripsi ini. 3. Rahmat Yanuar, SP, M.Si. dosen penguji komdik yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini. 4. Papah, Mamah, serta Nenekku yang selalu memberikan dukungan serta doa agar skripsi ini diberikan kemudahan dan cepat selesai. 5. Bapak Yudi (Kasubag TU) dan Bapak Sunarto (Kasie Pelayanan Usaha) sebagai pembimbing di Pasar Bunga Rawabelong yang telah membantu, memberikan informasi dan saran untuk skripsi ini. 6. Ibu Endah dan Mas Agus sebagai pembimbing di Pasar Bunga Rawabelong yang telah membantu dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan. 7. Sahabat satu bimbingan skripsi Jauhar, Tia Okta, dan Fadli yang selalu saling mendukung dan mengingatkan satu sama lain. 8. Teh Lili yang telah membantu saya belajar dan memahami Eviews dan statistika ria. 9. Yayasan Karya Salemba Empat (KSE) yang telah mensupport saya dalam menyelesaikan kuliah dan memberikan pelatihan-pelatihan yang positif. Bogor, Januari 2013 Putri Nursakinah I

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN. Halaman iii iv v I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian.. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA Bunga Krisan Penelitian Terdahulu Penelitian Terdahulu Mengenai Risiko Studi Terdahulu Mengenai Krisan Studi Terdahulu di Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga / Tanaman Hias, Rawa Belong Jakarta. 13 III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Risiko Risiko Pertanian Konsep Permintaan dan Penawaran Ketidakstabilan Harga Barang Pertanian Strategi Mengatasi Risiko Analisis Risiko Kerangka Pemikiran Operasional.. 28 IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Data dan Instrumentasi Metode Pengolahan dan Analisis Data Model ARCH-GARCH Value at Risk (VaR) Definisi Operasional.. 36 V. GAMBARAN UMUM PASAR BUNGA RAWABELONG Pasar Bunga Rawabelong Sejarah Pasar Bunga Rawabelong Fungsi dan Tugas Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rawabelong Fasilitas Pasar Bunga Rawabelong Kegiatan di Pasar Bunga Rawabelong Bunga Krisan di Pasar Bunga Rawabelong.. 43 i

11 5.2. Perkembangan Harga Bunga Krisan di Pasar Bunga Rawabelong Perkembangan Harga Bunga Krisan Cipanas Perkembangan Harga Bunga Krisan Pt 46 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Model ARCH-GARCH untuk Risiko Harga Bunga Krisan Cipanas dan Krisan Pt Tingkat Risiko Harga Bunga Krisan Cipanas dan Krisan Pt Strategi Mengurangi Risiko Harga Strategi Mengurangi Risiko Harga Bunga Krisan oleh Pedagang di Pasar Bunga Rawabelong, Jakarta Barat Strategi Mengurangi Risiko Harga oleh Pemerintah VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran. 66 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN. 69 ii

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Kontribusi Kelompok Komoditas pada PDB Hortikultura Tahun Perkembangan dan Peningkatan Luas Panen, Rata-rata Hasil dan Produksi Krisan di Indonesia Tahun Ringkasan Hasil Uji White Heteroskedasticity Ringkasan Hasil Uji LM Test Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Harga Bunga Krisan Cipanas dengan Model GARCH Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Harga Bunga Krisan Pt dengan Model GARCH Besar Risiko Harga Bunga Krisan Cipanas dan Krisan Pt Berdasarkan Modal yang Dikeluarkan oleh Pedagang. 54 iii

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Volume Penjualan Bunga Krisan Cipanas dan Krisan Pt di Pasar Bunga Rawabelong Jakarta Bulan Januari-Desember Harga Rata-rata Penjualan Krisan Cipanas dan Krisan Pt di Pasar Bunga Rawabelong Jakarta Tahun Akibat Perubahan Harga Terhadap Harga Akibat Perubahan Penawaran Terhadap Harga Kerangka Pemikiran Operasional Plot Harga Bunga Krisan Cipanas Periode Januari Desember Plot Harga Bunga Krisan Pt Periode Januari Desember Hasil Uji Normalitas Bunga Krisan Cipanas Hasil Uji Normalitas Bunga Krisan Pt. 49 iv

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hasil Output Analisis Regresi Berganda Krisan Cipanas Hasil Output White Heteroskedasticity Krisan Cipanas Hasil Output LM Test Krisan Cipanas Model GARCH (1) Krisan Cipanas Hasil Output Analisis Regresi Berganda Krisan Pt Hasil Output White Heteroskedasticity Krisan Pt Hasil Output LM Test Krisan Pt Model GARCH (1) Krisan Pt Perhitungan VaR untuk Bunga Krisan Cipanas Perhitungan VaR untuk Bunga Krisan Pt Kuisioner Penelitian.. 74 v

15 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor unggulan dalam sektor pertanian di Indonesia. Perkembangan hortikultura di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan produksi dan luas panennya. Produksi hortikultura pada tahun 2007 hingga 2008 terlihat mengalami peningkatan secara keseluruhan sebesar 7,43 persen. Sedangkan, luas panen hortikultura sendiri juga mengalami peningkatan sebesar 7,86 persen 1. Peningkatan produksi serta luas panen tersebut mengindikasikan bahwa subsektor hortikultura memiliki potensi untuk berkontribusi pada pendapatan nasional. Subsektor hortikultura terbukti mampu memberikan kontribusinya pada pendapatan nasional. Kontribusi subsektor hortikultura tersebut terlihat pada nilai produk domestik bruto (PDB) hortikultura yang meningkat. Pada tahun 2007, PDB hortikultura sebesar Rp 76,79 trilliun, dan pada tahun 2008 PDB Hortikultura sebesar Rp 80,29 trilliun. Nilai tersebut menggambarkan adanya peningkatan PDB hortikultura sebesar 4,55 persen 2. Dengan peningkatan nilai PDB hortikultura tersebut, subsektor hortikultura memiliki peranan penting dalam berkontribusi di perekonomian nasional. Peningkatan nilai PDB hortikultura didukung oleh empat kelompok komoditas utama pada subsektor hortikultura, yaitu buah-buahan, sayuran, biofarmaka, dan tanaman hias. Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa buah-buahan memiliki rata-rata nilai kontribusi yang paling besar diantara ketiga kelompok komoditas lainnya. Sedangkan tanaman hias memiliki rata-rata nilai kontribusi yang paling kecil diantara kelompok komoditas yang lain. Namun demikian, sejak tahun 2005 hingga 2008, kontribusi nilai PDB tanaman hias terus mengalami peningkatan seperti ketiga kelompok komoditas lainnya. 1 2 Gambaran Kinerja Makro Hortikultura [Diakses pada 1 November 2012] Gambaran Kinerja Makro Hortikultura [Diakses pada 1 November 2012] 1

16 Tabel 1. Kontribusi Kelompok Komoditas pada PDB Hortikultura Tahun No Kelompok Nilai PDB (Milyar Rp) Rata-rata Komoditas * 1 Buah-buahan Sayuran Biofarmaka Tanaman Hias Total Hortikultura Keterangan : *) Angka Sementara Sumber : Ditjen Hortikultura (2010) Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2010, hortikultura didefinisikan sebagai semua hal yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan obat nabati, dan florikultura, termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air yang berfungsi sebagai sayuran, bahan obat nabati, dan/atau bahan estetika. Sedangkan, menurut Asosiasi Bunga Indonesia (Asbindo 2001), tanaman hias dan bunga potong digolongkan menjadi komoditas yang disebut florikultura. Pada komoditas bunga potong terdapat jenis-jenis bunga potong yang merupakan bunga potong unggulan untuk diusahakan. Jenis-jenis bunga potong tersebut adalah anggrek, mawar, krisan, anyelir, anthurium, gerbera, gladiol, sedap malam, bunga kecombrang, dan heliconia. Sedangkan untuk komoditas tanaman hias yang banyak diusahakan dan sudah diekspor adalah palm, pakupakuan, dan tanaman dracaena. Salah satu jenis bunga yang sudah dikenal dan banyak disukai oleh konsumen adalah bunga krisan. Saat ini, penggunaan bunga krisan tidak hanya untuk bunga potong. Selain sebagai bunga potong, bunga krisan juga digunakan untuk bahan dekorasi ruangan, vas bunga, serta rangkaian bunga. Bunga krisan sebagai tanaman pot krisan dapat digunakan untuk menghias meja kantor, ruangan hotel, restaurant dan rumah tempat tinggal. Selain digunakan sebagai tanaman hias, krisan juga berpotensi untuk digunakan sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga (hama). Dengan semakin berkembangnya penggunaan bunga krisan oleh konsumen, maka dapat menyebabkan permintaan bunga krisan meningkat. Permintaan bunga krisan biasanya meningkat ketika hari-hari raya besar. Ketika itu pula harga bunga krisan cenderung tinggi. Harga bunga krisan juga akan 2

17 mengalami peningkatan ketika pasokan sedang rendah. Namun demikian, permintaan bunga krisan masih bersifat musiman, sehingga harga bunga krisan juga cenderung berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi permintaan musiman. Sedangkan, ketika bunga krisan sedang mengalami panen raya, harga bunga krisan mengalami penurunan. Hal tersebut karena pada saat panen raya terjadi penumpukan produksi bunga krisan, sehingga harga untuk bunga krisan menurun. Menurunnya harga bunga krisan tersebut akan mempengaruhi tingkat pendapatan para pedagang dimana pendapatan pedagang akan berkurang karena adanya kerugian yang harus dihadapi. Kondisi harga bunga krisan yang tidak pasti dan berfluktuatif tersebut menyebabkan bunga krisan termasuk dalam komoditi yang berisiko terhadap harga di pasaran. Salah satu pasar yang menyediakan beragam bunga krisan adalah Pasar Bunga Rawabelong, Jakarta Barat. Pasar Bunga Rawabelong ini merupakan salah satu pasar yang menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) perdagangan tanaman hias yang menyediakan beragam bunga potong dan tanaman hias. Pasar ini merupakan pasar yang dijadikan Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura (P3H) oleh Dinas Pertanian DKI Jakarta. Umumnya, produsen tanaman hias dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur memasarkan produknya di Pasar Bunga Rawabelong. Banyak konsumen tanaman hias yang datang dari berbagai daerah untuk membeli tanaman hias di Pasar Bunga Rawabelong. Dengan semakin berkembangnya permintaan yang pesat, Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga/ Tanaman Hias berkembang menjadi pusat promosi dan pemasaran bunga potong terbesar di Indonesia. Oleh karena itu, Pasar Bunga Rawabelong dapat dijadikan acuan dalam industri florikultur di Indonesia Perumusan Masalah Pasar Bunga Rawabelong, Jakarta Barat merupakan pasar yang menyediakan beragam bunga dan merupakan pusat pemasaran dari beragam bunga dan tanaman hias. Di pasar ini beragam bunga dan tanaman hias dijual secara besar-besaran (grosir). Pada awalnya pasar ini merupakan pasar yang menyediakan bunga dan tanaman hias, namun seiring dengan waktu serta melihat adanya perkembangan permintaan akan bunga dan tanaman hias yang pesat di 3

18 pasar ini, maka pemerintah menjadikannya sebagai pusat pemasaran bunga dan tanaman hias. Dengan resminya pasar ini sebagai Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga/ Tanaman Hias, maka pasar ini dijadikan acuan para petani dan pedagang dalam menentukan harga dari produk mereka. Bunga Krisan (Chrysanthemum) merupakan salah satu bunga yang ditawarkan di Pasar Rawabelong. Terdapat dua jenis krisan yang ditawarkan, yaitu krisan cipanas dan krisan pt. Krisan cipanas merupakan bunga krisan yang dipasok dari petani bunga krisan. Sedangkan krisan pt merupakan bunga krisan yang pemasoknya berasal dari perusahaan penghasil bunga krisan. Secara umum, bunga krisan memiliki sumber pasokan yang cukup bagus. Hal tersebut terlihat dari adanya perkembangan dan peningkatan luas panen, hasil rata-rata, dan produksi bunga krisan yang meningkat setiap tahunnya (Tabel 2). Tabel 2. Perkembangan dan Peningkatan Luas Panen, Rata-rata Hasil dan Produksi Krisan di Indonesia Tahun Tahun Luas Panen (m 2 ) Krisan Ratarata Hasil (tgk/ m 2 ) Produksi (m 2 ) Peningkatan/ Penurunan terhadap Tahun Sebelumnya Luas Panen Rata-rata Hasil Produksi Abso Absolut lut Absolut (m 2 % % ) (tgk/ (m 2 ) % m 2 ) , , ,62-0,85 12, , , ,7 0,3 4, , , ,27 3,78 59, , , ,54-0,21-2, , , ,89 7,66 77, ,76 Sumber : Statistik Produksi Hortikultura Tahun 2010 Bunga krisan tidak hanya memilki luas panen, rata-rata hasil, dan produksi yang bernilai positif. Akan tetapi, permintaan bunga krisan juga memiliki nilai yang positif. Hal tersebut dapat terlihat pada Gambar 1 yang menunjukkan volume penjualan bunga krisan cipanas dan pt di Pasar Bunga Rawabelong. Volume penjualan bunga krisan tersebut merupakan gambaran tentang jumlah permintaan bunga krisan di Pasar Bunga Rawabelong. Walaupun nilai permintaan bunga krisan cipanas dan pt bernilai positif, namun ternyata jumlah permintaan akan kedua bunga tersebut masih bersifat fluktuatif. 4

19 Gambar 1. Volume Penjualan Bunga Krisan Cipanas dan Krisan Pt di Pasar Bunga Rawabelong Jakarta Bulan Januari-Desember 2010 Jumlah pasokan dan permintaan bunga krisan di Pasar Bunga Rawabelong tidak selalu dalam jumlah yang tinggi. Penawaran bunga krisan biasanya meningkat ketika terjadi panen raya. Terjadinya panen raya tersebut menyebabkan menumpuknya persediaan bunga krisan. Sehingga, dengan keadaan tersebut akan membuat harga bunga krisan, baik bunga krisan cipanas ataupun krisan pt menurun. Harga bunga krisan juga akan menurun ketika jumlah permintaan bunga krisan sedang menurun dipasaran. Secara umum, permintaan bunga krisan masih bersifat musiman. Jumlah permintaan bunga krisan akan sangat tinggi ketika terjadi hari-hari besar. Harihari besar tersebut diantaranya adalah lebaran, tahun baru imlek, natalan, serta tahun baru masehi. Jumlah permintaan juga akan meningkat ketika terdapat kegiatan-kegiatan tertentu yang akan berlangsung, seperti pernikahan, seminar, dan lain-lain 3. Namun, jumlah permintaan serta waktu untuk kegiatan-kegiatan tertentu tersebut tidak dapat diperkirakan oleh pedagang. Sehingga menyebabkan ketidakpastian harga pada bunga krisan cipanas dan pt setiap harinya, dan menyebabkan harga kedua bunga krisan tersebut berfluktuasi (Gambar 2). 3 Katalog Bunga Potong dan Tanaman Hias UPT Rawabelong Jakarta Barat. 5

20 2011 Gambar 2. Harga Rata-rata Penjualan Krisan Cipanas dan Krisan Pt di Pasar Bunga Rawabelong Jakarta Tahun Adanya fluktuasi harga dari kedua bunga krisan tersebut menunjukkan adanya risiko yang harus ditanggung oleh pihak terkait yang mengusahakan kedua komoditas tersebut. Risiko harga merupakan salah satu risiko yang harus ditanggung. Harga dari suatu komoditas bisa meningkat secara drastis, namun bisa juga turun secara drastis dan dengan tiba-tiba. Kondisi harga yang bisa berubah secara tiba-tiba dan drastis tersebut menimbulkan kerugian yang besar bagi pihakpihak yang berkepentingan dengan bunga krisan, salah satunya bagi pedagang bunga krisan di Pasar Bunga Rawabelong. Oleh karena itu, diperlukan suatu analisis yang dapat membantu mengurangi kerugian-kerugian yang harus dihadapi oleh pedagang krisan di Pasar Bunga Rawabelong. Salah satu analisis yang dapat dilakukan adalah dengan menganalisis risiko harga bunga krisan cipanas dan krisan pt di Pasar Bunga Rawabelong, Jakarta Barat. Dari permasalahan diatas, maka dapat dilakukan pengkajian dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana risiko harga dari bunga krisan di Pasar Bunga Rawabelong? 2. Bagaimana strategi pedagang bunga krisan di Pasar Bunga Rawabelong dalam mengahadapi risiko harga? 6

21 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis risiko harga dari bunga krisan di Pasar Bunga Rawabelong 2. Mengidentifikasi strategi pedagang bunga krisan di Pasar Bunga Rawabelong dalam mengahadapi risiko harga 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi terutama yang berhubungan dengan agribisnis pertanian. Bagi pedagang, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait dengan risiko harga dan besarnya kerugian yang akan dihadapi pedagang bunga krisan serta memberikan informasi strategi dalam meminimalisir risiko bagi para pedagang lainnya; baik bagi pedagang didalam maupun diluar Pasar Bunga Rawabelong. Bagi pemerintah khususnya Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk membuat kebijakan mulai dari produksi hingga pemasaran sehingga dapat mengurangi risiko harga dari komoditas bunga krisan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan akademik sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya, dan sumber informasi bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan. Dan bagi penulis, penelitian ini juga memberikan kesempatan belajar dan menambah pengalaman serta sebagai salah satu sarana penerapan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan Ruang Lingkup Penelitian 1. Analisis risiko dilakukan melalui pengamatan terhadap fluktuasi harga masing-masing komoditi dengan menggunakan model ARCH-GARCH dan perhitungan nilai VaR (Value at Risk). 2. Identifikasi strategi pengurangan risiko dilakukan dengan pendekatan kualitatif. 3. Analisis risiko yang dilakukan didasarkan pada fluktuasi harga bunga krisan yang terdapat di pasar bunga Rawabelong, Jakarta Barat. 7

22 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bunga Krisan Krisan (Chrysanthemum) merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthemum indicum (kuning), C. morifolium (ungu dan pink) dan C. daisy (bulat, ponpon). Di Jepang abad ke-4 mulai membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East. Tanaman krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Perancis tahun Tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsa mengembangkan 8 varietas krisan di Inggris. Jenis atau varietas krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17. Krisan masuk ke Indonesia pada tahun Sejak tahun 1940, krisan dikembangkan secara komersial. Klasifikasi botani tanaman hias krisan adalah sebagai berikut: Divisi : Spermathophyta Sub Divisi : Angiospermae Famili : Asteraceae Genus : Chrysanthemum Species : C. morifolium Ramat, C. indicum, C. daisy dll Bunga krisan digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu spray dan standard. Krisan jenis spray dalam satu tangkai bunga terdapat kuntum bunga berukuran kecil. Sedangkan bunga krisan jenis standard pada satu tangkai bunga hanya terdapat satu kuntum bunga berukuran besar. Bentuk bunga yang krisan yang biasa dibudidayakan adalah bunga berukuran besar. Jenis dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya hibrida berasal dari luar negeri, terutama berasal dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Jenis krisan yang ditanam di Indonesia terdiri atas: a) Krisan lokal (krisan kuno) Berasal dari luar negri, tetapi telah lama dan beradaptasi di Indoenesia maka dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya antara lain sifat hidup di hari netral dan siklus hidup antara 7-12 bulan dalam satu kali penanaman. 8

23 Contoh C. maximum berbunga kuning banyak ditanam di Lembang dan berbunga putih di Cipanas (Cianjur). b) Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida) Hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai tanaman annual. Contoh krisan ini adalah C. indicum hybr. Dark Flamingo, C. i.hybr. Dolaroid,C. i. Hybr. Indianapolis (berbunga kuning) Cossa, Clingo, Fleyer (berbunga putih), Alexandra Van Zaal (berbunga merah) dan Pink Pingpong (berbunga pink). c) Krisan produk Indonesia Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah melepas varietas krisan buatan Indonesia yaitu varietas Balithi , 13.97, , 28.7 dan 30.13A. Bunga krisan pada umumnya banyak dijumpai pada daerah yang mempunyai ketinggian meter, suhu udara antara 18 0 C 22 0 C dengan kondisi kelembapan udara tinggi. Selain dari itu untuk memperoleh bunga krisan yang berkualitas baik, bunga krisan membutuhkan cahaya yang lebih lama untuk merangsang proses pembungaannya. Bunga krisan sangat populer dikalangan masyarakat karena banyaknya jenis, bentuk, dan warna bunga. Selain bentuk mahkota dan jumlah bunga dalam tangkai, warna bunga juga menjadi pilihan konsumen. Pada umumnya, warna merah, putih, dan kuning merupakan warna dasar krisan. Namun, terdapat berbagai macam warna yang merupakan hasil persilangan ketiga warna tersebut. Bunga yang banyak diminati adalah bunga yang mekar sempurna, penampilan yang sehat dan segar serta mempunyai tangkai batang yang tegar dan kekar sehingga bunga menjadi awet dan tahan lama Penelitian Terdahulu Penelitian Terdahulu Mengenai Risiko Penelitian terdahulu mengenai risiko telah banyak dilakukan, seperti risiko produksi, risiko pernjualan, dan risiko harga. Penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini adalah penelitian tentang risiko harga. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini. 9

24 Penelitian tentang Risiko Harga Sayuran di Indonesia, merupakan penelitian yang dilakukan oleh Amri (2011). Pada penelitian ini peneliti ingin menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga sayuran, dan menganalisis alternatif strategi yang diperlukan untuk mengurangi risiko harga sayuran. Dalam melakukan penelitiannya, penulis menggunakan analisis kuantitatif model ARCH-GARCH dan Value at Risk (VAR) serta analisis kualitatif deskriptif sebagai metode penelitian. Berdasarkan analisis tersebut, model yang diajukan adalah model GARCH (1,1) yang berarti bahwa pola pergerakan harga komoditas dipengaruhi oleh volatilitas dan varian harga pada satu hari sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis nilai VaR, menunjukkan bahwa kenaikan penerimaan sebesar satu rupiah akan meningkatkan risiko harga kentang sebesar 6,42 persen, kubis sebesar 16,12 persen, dan tomat sebesar 15,46 persen. Nilai VaR semakin tinggi seiring dengan lamanya waktu berinvestasi. Dan hasil analisis untuk strategi yang diperoleh adalah melakukan pola tanam yang sesuai, melakukan hubungan kemitraan dengan perusahaan, mengolah produk untuk meningkatkan nilai tambah, dan pengaktifan koperasi. Penelitian lain yang juga terkait dengan risiko harga adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari (2009) dengan judul penelitian Risiko Harga Cabai Merah Keriting dan Cabai Merah Besar di Indonesia. Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis risiko harga cabai merah keriting dan cabai merah besar di Indonesia, serta menganalisis strategi terkait dengan adanya risiko harga komoditi cabai merah keriting dan cabai merah besar di Indonesia. Pada penelitian tersebut, metode penelitian yang digunakan adalah analisis kuantitatif yaitu Model ARCH-GARCH dan analisis VaR, serta analisis kuantitatif dengan analisis deskriptif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tersebut, maka diperoleh bahwa model terbaik untuk cabai merah keriting adalah ARCH 1 GARCH 2, sedangkan pada cabai merah besar adalah ARCH 1 GARCH 1. Berdasarkan perhitungan VaR diperoleh bahwa tingkat risiko yang diperoleh petani untuk komoditi cabai merah keriting adalah 14,68 persen, dan cabai merah besar adalah 4,85 persen. Berdasarkan hasil analisis kuantitatif melalui analisis deskriptif diperoleh bahwa strategi mengatasi risiko dari sisi petani dapat dilakukan dengan diversifikasi tanaman, rotasi tanaman, pembuatan produk 10

25 olahan cabai, dan sistem kontrak. Sedangkan strategi dari sisi pedagang untuk mengurangi risiko adalah penjualan cabai pada industri makanan dan pengeringan cabai. Dan strategi pengurangan risiko harga oleh pemerintah dilakukan melalui pembentukan atau pengaktifan koperasi dan kelompok tani, pengaturan pola produksi, serta penyuluhan yang intensif. Analisis Risiko Harga Day Old Chicken (DOC) Broiler dan Layer pada PT. Sierad Produce Tbk Parung, Bogor juga merupakan penelitian tentang risiko harga yang dilakukan oleh Siregar (2009). Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis risiko harga DOC pada PT. Sierad Produce Tbk, dan menganalisis alternatif strategi dalam mengatasi risiko harga DOC pada PT. Sierad Produce Tbk. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian tersebut yaitu analisis kuantitatif dengan model ARCH-GARCH dan perhitungan VaR, dan analisis kualitatif melalui analisis deskriptif. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada penelitian tersebut, maka diperoleh bahwa model terbaik untuk DOC broiler adalah GARCH (1,1) yang berarti bahwa risiko harga DOC broiler dipengaruhi oleh volatilitas dan varian harga DOC broiler periode sebelumnya. Sedangkan pada DOC layer hanya terdapat pada ARCH (1) yang berarti bahwa risiko harga DOC layer hanya dipengaruhi oleh volatilitas harga DOC layer periode sebelumnya. Pada analisis perhitungan VaR, diperoleh bahwa tingkat risiko yang diterima PT. Sierad Produce Tbk dari DOC broiler adalah sebesar Rp dari total penerimaan selama tahun 2007 sampai 2008 yaitu sebesar Rp dan risiko harga DOC layer sebesar Rp dari total penerimaan sebesar Rp Dan berdasarkan hasil analisis kualitatif dengan analisis deskriptif diperoleh bahwa untuk meminimalkan risiko harga yang dihadapi maka PT. Sierad Produce Tbk dapat melakukan pencatatan data DOC dari peternak, melihat atau mempelajari perilaku harga jual DOC periode sebelumnya dan perubahan pergerakan data harga DOC sebelumnya dengan melakukan analisis harga secara rutin, serta meningkatkan kegiatan kemitraan dengan peternak. 11

26 Studi Terdahulu Mengenai Krisan Beberapa penelitian terdahulu mengenai bunga krisan juga telah dilakukan. Strategi Pengembangan Usaha Bunga Potong Krisan, Mawar, dan Gerbera Kelompok Tani Rahayu di Kecamatan Cidahu, Sukabumi merupakan penelitian yang dilakukan Kartini (2009). Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhi Kelompok Tani Rahayu saat ini, mengembangkan alternatif strategi yang dapat diterapkan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan usaha, dan memilih strategi berdasarkan alternatif strategi yang telah diterapkan yang dapat digunakan sesuai dengan kondisi eksternal dan internal kelompok tani rahayu. Pada penelitian tersebut digunakan metode analisis tiga tahap formulasi strategi, yaitu identifikasi lingkungan eksternal-internal, pencocokan dengan melakukan analisis matriks IE, dan tahap keputusan menggunakan QSPM. Berdasarkan hasil analisis, maka diperoleh bahwa pada lingkungan eksternal diperoleh peluang yang dapat dimanfaatkan yaitu dukungan pemerintah, perubahan gaya hidup, peningkatan pembangunan gedung, banyaknya pemasok, hubungan baik dengan pemasok sarana produksi. Selain itu, diperoleh pula kekuatan Lingkungan internal yaitu anggota kelompok tani masih keluarga, pupuk dan bibit kandang tersedia sendiri, budidaya greenhouse, dll. Tahap kedua, posisi perusahaan terdapat pada sel V yaitu strategi pertahankan dan pelihara. Strategi yang dapat digunakan dalam strategi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Tahap ketiga, strategi pengembangan produk lebih menarik dilakukan dibandingkan penetrasi pasar. Penelitian lainnya tentang bunga krisan adalah Analisis Kelayakan Usaha Bunga Potong Krisan pada Pri s Farm, Cinagara, Cijeruk, Kab. Bogor. Penelitian tersebut dilakukan oleh Dharmika (2009). Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam usaha bunga potong krisan dan kondisi internal perusahaan di Pri s Farm, menganalisis kelayakan usaha finansial rencana pengembangan usaha bunga potong krisan yang diusahakan oleh Pri s Farm, serta menganalisis dengan menggunakan switching value (nilai pengganti) pada kelayakan rencana pengembangan usaha bunga potong krisan Pri s Farm terhadap faktor harga penjualan dan biaya 12

27 variabel. Alat analisis yang digunakan pada penelitian tersebut adalah kelayakan finansial dengan menggunakan kriteria finansial yaitu NPV, IRR, Net B/C, Payback Period, dan analisis sensitivitas dengan metode switching value. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, nilai NPV untuk skenario I, II, III adalah Rp ,71, Rp ,8, dan Rp Nilai IRR yang didapat dari skenario I, II, III adalh persen, persen, dan 36,69 persen. Nilai Net B/C yang didapat dr skenario I, II, dan III adalah 2.7, 1.7, dan 2.5. Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal pada skenario I, II, dan III adalah 3.06 tahun, 5.7 tahun, dan 3.3 tahun. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa rencana pengembangan usaha ini masih layak dijalankan saat terjadi penurunan harga penjualan sebesar persen untuk skenario I, persen untuk skenario II, dan persen untuk skenario III. Selain itu, rencana pengembangan bisnis ini juga masih layak dilaksanakan saat terjadi kenaikan biaya variabel sebesar persen untuk skenario I, persen untuk skenario II, dan persen untuk skenario III Studi Terdahulu di Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga/ Tanaman Hias, Rawa Belong Jakarta Beberapa penelitian telah dilakukan di Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga/ Tanaman Hias, Rawabelong Jakarta. Penelitian yang dilakukan oleh Aisah (2002) dilakukan di Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga/ Tanaman Hias, Rawabelong dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Florist di Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga/ Tanaman Hias, Rawa Belong Jakarta. Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan menganalisis aspek pasar, teknis, dan manajemen florist di Pasar Bunga Rawabelong, menganalisis kelayakan finansial usaha florist skala kecil dan usaha florist skala besar, dan menyarankan upaya pengembangan usaha florist yang layak. Metode penelitian yang digunakan oleh florist tersebut adalah metode Deskriptif untuk menganalisis aspek pasar, teknis, manajemen, dan finansial. Analisis finansial yang dilakukan menggunakan analisis NPV, Net B/C ratio, IRR, dan Payback Period. Hasil analisis aspek finansial usaha florist skala kecil pada tingkat suku bunga 17 persen diperoleh NPV sebesar Rp , Nilai Net B/C ratio sebesar 0.87 dan IRR sebesar 3 persen. Modal 13

28 tidak dapat kembali selama umur usaha. Sedangkan untuk usaha florist skala besar NPV Rp , Nilai Net B/C ratio sebesar 1.59, dan IRR sebesar 69 persen. Modal dapat kembali setelah bisnis berjalan selama 10 bulan 3 hari. Hasil perhitungan sensitivitas menunjukkan usaha florist skala besar sangat sensitif terhadap perubahan harga output dan input. Analisis aspek manajemen menunjukkan bahwa manajemen yang ada kurang layak. Aspek pemasaran, sistem pemasaran juga masih perlu diperbaiki, terutama pada sisi SDM, promosi, dan sedikit mutu produk. Penelitian yang juga dilakukan di Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga/ Tanaman Hias, Rawabelong Jakarta adalah Peramalan Penjualan Bunga Potong pada Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga dan Tanaman Hias, Rawa Belong, Jakarta Barat. Penelitian tersebut dilakukan oleh Anwari (2006). Tujuan dilakukannya penelitian tersebut adalah mengidentifikasi pola atau perilaku penjualan bunga potong di PPBTH Rawabelong, membandingkan beberapa metode peramalan time series sehingga diperoleh metode peramalan yang terbaik dan sesuai untuk meramalkan penjualan bunga potong serta hasil peramalannya di PPBTH Rawabelong sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bisnis untuk masa yang akan datang. Pada penelitian tersebut, metode yang digunakan adalah metode Naïve, metode rata-rata sederhana, metode rata- rata bergerak ganda, metode pemulusan eksponensial tunggal, pemulusan eksponensial ganda-brown, pemulusan eksponensial-holt, Winter Multiplikatif dan Aditif, Dekomposisi Multiplikatif dan Aditif serta metode ARIMA. Berdasarkan hasil analisis pada penelitian tersebut, maka diperoleh bahwa metode yang sesuai digunakan adalah metode Winter s Multiplikatif. Hasil peramalan yang diperoleh bahwa penjualan aster dan krisan untuk 22 periode kedepan (minggu pertama Agustus 2006 hingga minggu keempat 2006) relatif menurun. Diduga sementara yang mempengaruhi hal tersebut adalah trend penggunaan daun pelengkap lebih banyak pada komposisi rangkaian dekorasi pernikahan (konsep hijauan), dan adanya pesaing diluar PPBTH. Pada penelitian ini akan dilakukan penelitian mengenai Risiko Harga pada Bunga Krisan Cipanas dan Krisan pt di Pasar Binga Rawabelong, Jakarta Barat. 14

29 Penelitian ini memiliki kesamaan terhadap penelitian-penelitian terdahulu, ada yang memiliki kesamaan dalam hal topik, komoditas, ataupun lokasi penelitian. Namun, terdapat perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terutama pada topik risiko harga, yaitu terdapat pada objek yang diteliti. Pada penelitian ini objek yang diteliti adalah bunga krisan yang merupakan komoditas unggulan florikultura. Sedangkan pada penelitian terdahulu, lebih banyak berfokus pada komoditas sayur-sayuran seperti cabai, kubis, bawang merah, dan lain-lain. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang mengenai bunga krisan adalah terdapat pada topik yang dibahas. Pada penelitian sebelumnya bunga krisan diteliti dari segi strategi pengembangan usaha dan kelayakan usaha dari bunga krisan. Dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang berlokasi di Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga/ Tanaman Hias, Rawa Belong Jakarta adalah pada topik yang diteliti. Di Rawabelong sebelumnya telah dibahas kelayakan usaha florist di Rawabelong dan peramalan penjualan bunga potong. 15

30 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Risiko Risiko memiliki beberapa pengertian, menurut Harwood (1999) risiko merupakan kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan kerugian bagi pelaku bisnis yang mengalaminya. Menurut Kountur (2004), risiko berhubungan dengan ketidakpastian, ketidakpastian ini akibat dari kurangnya atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut dengan apa yang akan terjadi. Sedangkan Robison dan Barry (1987) menyatakan bahwa risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat keputusan berdasarkan pengalaman. Risiko juga menunjukkan peluang terjadinya peristiwa-peristiwa yang menghasilkan pendapatan diatas atau dibawah rata-rata dari pendapatan yang diharapkan. Secara umum, risiko dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : 1. Risiko Spekulatif (speculative risk) Risiko spekulatif adalah risiko yang mengandung dua kemungkinan, yaitu kemungkinan yang menguntungkan atau kemungkinan yang merugikan. Risiko ini biasanya berkaitan dengan risiko usaha atau bisnis. Beberapa jenis risiko yang tergolong dalam risiko spekulatif adalah risiko pasar, risiko kredit, risiko likuiditas, dan risiko operasional. 2. Risiko Murni (pure risk) Risiko murni adalah risiko yang hanya mengandung satu kemungkinan, yaitu kemungkinan rugi saja. Beberapa jenis risiko dari risiko murni yaitu risiko aset fisik, risiko karyawan, dan risiko legal. Analisis risiko berhubungan dengan teori pengambilan keputusan (decision theory) berdasarkan konsep expected utility model (Robison dan Barry 1987). Dalam menganalisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko dapat menggunakan expected utility model. Model ini digunakan karena adanya kelemahan yang terdapat pada expected return model, yaitu bahwa yang ingin dicapai oleh seseorang bukan nilai (return) tetapi kepuasan (utility). Hubungan fungsi kepuasan dengan pendapatan adalah berhubungan positif, 16

31 dimana jika tingkat kepuasan meningkat maka pendapatan yang akan diperoleh juga meningkat. Risiko adalah konsekuensi dari apa yang telah kita lakukan. Seluruh kegiatan yang dilakukan baik perorangan atau perusahaan juga mengandung risiko. Kegiatan bisnis sangat erat kaitannya dengan risiko. Risiko dalam kegiatan bisnis juga dikaitkan dengan besarnya return yang akan diterima oleh pengambil risiko. Semakin besar risiko yang dihadapi umumnya dapat diperhitungkan bahwa return yang diterima juga akan lebih besar. Pola pengambilan risiko menunjukkan sikap yang berbeda terhadap pengambilan risiko. Perilaku pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori (Robison dan Barry 1987), yaitu : 1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk aversion). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan yang merupakan ukuran tingkat kepuasan. 2. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan yang diharapkan. 3. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan atau menaikkan keuntungan yang diharapkan Risiko Pertanian Risiko pertanian merupakan beragam risiko yang dihadapi dibidang pertanian yang muncul dari berbagai sumber-sumber penyebab munculnya risiko. Harwood (1986) menjelaskan bahwa terdapat lima sumber utama yang menyebabkan munculnya risiko pada pertanian, yaitu : 17

32 1. Risiko Produksi atau Hasil Panen Risiko produksi dapat terjadi karena disebabkan oleh kejadian-kejadian yang tidak terduga. Kejadian tersebut seperti cuaca yang sering berubah-ubah tidak menentu, suhu yang ekstrim, hama, dan penyakit. Hal-hal tersebut dapat mengakibatkan mempengaruhi masa panen dan dapat menyebabkan hasil produksi yang tidak menentu. Sehingga, hal tersebut secara langsung akan mempengaruhi pendapatan petani. 2. Risiko Harga atau Pasar Harga atau risiko pasar mencerminkan risiko yang terkait dengan perubahan dalam harga output atau input yang mungkin terjadi setelah komitmen untuk produksi telah dimulai. Risiko pasar sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kondisi permintaan dan penawaran di pasar. Kondisi permintaan atau penawaran yang tersebut akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang akan diperoleh petani dan pedagang. Oleh karena itu, secara tidak langsung risiko pasar sangat mempengaruhi pendapatan yang akan diterima petani dan pedagang. 3. Risiko Kelembagaan Risiko karena kelembagaan terjadi karena adanya hasil dari perubahan dalam kebijakan dan peraturan, sehingga berpengaruh pada pertanian. Contohnya adalah perubahan peraturan pemerintah tentang penggunaan pestisida pada tanaman atau obat-obatan pada ternak. Dengan adanya kebijakan tersebut dapat mengubah biaya produksi seperti meningkatkan harga komoditas, sehingga membuat permintaan menurun dan pendapatan berkurag. Risiko akibat kelembagaan lainnya yang mungkin timbul dari adanya perubahan kebijakan adalah pembatasan dalam praktek konservasi atau penggunaan lahan, perubahan pajak penghasilan kebijakan, kebijakan kredit, dan lain-lain. 4. Risiko Personal Petani juga merupakan salah satu penyebab terjadinya risiko atau dapat disebut juga risiko yang diakibatkan oleh manusia. Kejadian-kejadian yang tidak terduga seperti kematian, kecelakaan, kesehatan dapat mempengaruhi perusahaan. Kejadian tersebut dapat berpengaruh pada sistem kinerja pada perusahaan, seperti menurunnya produktivitas. Selain itu, adanya kelalaian manusia seperti 18

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor unggulan dalam sektor pertanian di Indonesia. Perkembangan hortikultura di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan produksi

Lebih terperinci

Bunga potong yang banyak diminati adalah bunga yang mekar sempurna, penampilan

Bunga potong yang banyak diminati adalah bunga yang mekar sempurna, penampilan C.1. AGRIBISNIS BUNGA KRISAN I. LATAR BELAKANG Krisan atau Chrysanthenum merupakan salah satu jenis tanaman hias yang telah lama dikenal dan banyak disukai masyarakat serta mempunyai nilai ekonomi yang

Lebih terperinci

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai kekayaan hayati yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian dibidang pertanian. Sektor

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PASAR BUNGA RAWABELONG

V. GAMBARAN UMUM PASAR BUNGA RAWABELONG V. GAMBARAN UMUM PASAR BUNGA RAWABELONG 5.1. Pasar Bunga Rawabelong 5.1.1. Sejarah Pasar Bunga Rawabelong Pasar Bunga Rawabelong merupakan salah satu pasar yang dijadikan Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura.

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian Risiko harga suatu komoditas dapat bersumber dari fluktuasi harga output maupun harga input pertanian. Umumnya kegiatan produksi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Florikultura

II TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Florikultura II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Florikultura Sistem agribisnis terdiri atas berbagai macam subsistem yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Menurut Saragih (2001) 2, setidaknya terdapat

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 4  Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN yang telah diberlakukan pada akhir 2015 lalu tidak hanya menghadirkan peluang yang sangat luas untuk memperbesar cakupan bisnis bagi para pelaku dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat populer di mata dunia karena memiliki bunga yang cantik, indah dan menarik. Selain itu

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari definisi risiko, sumber dan kategori risiko, sikap individu terhadap risiko, pengukuran

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H14104071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha agribisnis tanaman hias saat ini sedang berkembang cukup pesat. Tanaman hias tidak hanya berperan dalam pembangunan sektor pertanian, akan tetapi juga

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sub sektor dalam sektor pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO HARGA

VI ANALISIS RISIKO HARGA VI ANALISIS RISIKO HARGA 6.1 Analisis Risiko Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembudidayaan tanaman hortikultura

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting karena selain sebagai penghasil komoditi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian juga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS VOLATILITAS HARGA SAYURAN DI PASAR INDUK KRAMAT JATI OLEH ACHMAD WIHONO H

ANALISIS VOLATILITAS HARGA SAYURAN DI PASAR INDUK KRAMAT JATI OLEH ACHMAD WIHONO H ANALISIS VOLATILITAS HARGA SAYURAN DI PASAR INDUK KRAMAT JATI OLEH ACHMAD WIHONO H14053966 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN ACHMAD WIHONO.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA EMIKIRAN 3.1. Kerangka emikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Risiko Risiko memiliki beberapa pengertian, menurut Harwood (1999) risiko merupakan kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan kerugian

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS VOLATILITAS HARGA BUAH-BUAHAN INDONESIA (KASUS PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA) OLEH BAYU SASONO AJI H

ANALISIS VOLATILITAS HARGA BUAH-BUAHAN INDONESIA (KASUS PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA) OLEH BAYU SASONO AJI H ANALISIS VOLATILITAS HARGA BUAH-BUAHAN INDONESIA (KASUS PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA) OLEH BAYU SASONO AJI H14052004 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A14104010 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Komoditas hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT Oleh YANDI ASDA MUSTIKA H 34066131 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pasar Bunga Rawabelong, Jakarta Barat yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Promosi dan Pemasaran Holtikultura

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H

SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA GESIT (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang Jawaa Barat) SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H34076008 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH RISIKO HARGA TERHADAP PENAWARAN APEL PT KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA KOTA BATU JAWA TIMUR

PENGARUH RISIKO HARGA TERHADAP PENAWARAN APEL PT KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA KOTA BATU JAWA TIMUR PENGARUH RISIKO HARGA TERHADAP PENAWARAN APEL PT KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA KOTA BATU JAWA TIMUR SKRIPSI INIKE RAHMADITIYANI H34063433 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan, sedangkan ketidakpastian merupakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala

Lebih terperinci

Salah satu tanaman hortikultura yang memiliki peranan cukup penting adalah

Salah satu tanaman hortikultura yang memiliki peranan cukup penting adalah ROZFAULINA. ' Analisis Pendapatan dan Produksi Usahatani Cabai Merah Keriting, kasus Tiga Desa di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Dibimbing oleh NUNUNG KUSNADI). Salah satu tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Disamping peranan sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sektor ini

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA Oleh : NURSYAMSIYAH A14102046 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H

ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE 1971-2006 OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H14050232 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (Asparagus officionalis) RAMAH LINGKUNGAN, PT AGRO LESTARI, BOGOR HERLIANA RIDHAWATI A

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (Asparagus officionalis) RAMAH LINGKUNGAN, PT AGRO LESTARI, BOGOR HERLIANA RIDHAWATI A KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (Asparagus officionalis) RAMAH LINGKUNGAN, PT AGRO LESTARI, BOGOR HERLIANA RIDHAWATI A14105555 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI BUNGA POTONG PADA PRI S FARM KECAMATAN CARINGIN BOGOR. Oleh : Mubarak Ahmad Silalahi A

OPTIMALISASI PRODUKSI BUNGA POTONG PADA PRI S FARM KECAMATAN CARINGIN BOGOR. Oleh : Mubarak Ahmad Silalahi A OPTIMALISASI PRODUKSI BUNGA POTONG PADA PRI S FARM KECAMATAN CARINGIN BOGOR Oleh : Mubarak Ahmad Silalahi A14102118 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 53

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, yaitu mengenai konsep risiko dan teori lainnya yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota yang memiliki julukan sebagai Kota Kembang. Hal tersebut karena lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. kota yang memiliki julukan sebagai Kota Kembang. Hal tersebut karena lebih dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Bandung salah satu kota besar yang ada di Indonesia, merupakan kota yang memiliki julukan sebagai Kota Kembang. Hal tersebut karena lebih dari 70% mata

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI YUNITA ARIANI ZEBUA H34096127 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI SKRIPSI MUHAMAD SOLIHIN H34067016 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang terus menerus telah ikut mempengaruhi perekonomian Indonesia baik secara makro maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A 1 ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A14104104 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bunga Potong Bunga potong adalah sebutan untuk tanaman hias yang ditanam untuk diambil bunga besarta tangkainya. Bunga potong adalah bunga yang dimanfaatkan untuk bahan rangkaian

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI DEFIETA H34066031 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 RINGKASAN DEFIETA.

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA AKARWANGI (Andropogon Zizanoid) PADA KONDISI RISIKO DI KABUPATEN GARUT. Oleh: NIA ROSIANA A

KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA AKARWANGI (Andropogon Zizanoid) PADA KONDISI RISIKO DI KABUPATEN GARUT. Oleh: NIA ROSIANA A KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA AKARWANGI (Andropogon Zizanoid) PADA KONDISI RISIKO DI KABUPATEN GARUT Oleh: NIA ROSIANA A14104045 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hortikultura tergolong sebagai komoditas komersial bernilai ekonomi tinggi (high value commodity). Kontribusi sub sektor hortikultura pada nilai Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR Oleh PITRI YULIAN SARI H 34066100 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian tentang risiko harga sayuran di Indonesia mencakup komoditas kentang, kubis, dan tomat dilakukan di Pasar Induk Kramat Jati, yang

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA (Kasus: Restoran Kentucky Fried Chicken (KFC) Taman Topi dan Rahat Cafe di Bogor) SKRIPSI BESTARI DEWI NOVIATNI

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tanaman Pangan ,42. Hortikultura

I PENDAHULUAN. Tanaman Pangan ,42. Hortikultura 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Hortikultura merupakan salah-satu subsektor penting dalam pembangunan pertanian. Secara garis besar, komoditas hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables),

Lebih terperinci