HUBUNGAN REMUNERASI DENGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP ETOS KERJA DI SUBDEN I DETASEMEN C PELOPOR BRIMOB SURAKARTA
|
|
- Teguh Jayadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 46 HUBUNGAN REMUNERASI DENGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP ETOS KERJA DI SUBDEN I DETASEMEN C PELOPOR BRIMOB SURAKARTA Dedi Hermawan Saputro Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sahid Surakarta Jl. Adi Sucipto 154 Surakarta Werkudoro_44@yahoo.com Abstract Bureaucratic reform within the police has been implemented since Namely by imposing and implementing several changes and reforms in the field of Instrumental, fields of structural and cultural fields. Past policies before the reform may be in the eyes of members, the leadership knows only demanding change and performance improvement without any compensation. But this time it was clear they would be rewarded with either an increase in welfare benefits or salary increases and performance. The purpose of this study was to determine the relationship between remuneration and job satisfaction with the work ethic and the members of staff employees in the first sub-detachment Detachment C Pioneers Brimob Surakarta. Subjects in this study were members and staff employees in the first subdetachment Detachment C Brimob Surakarta Pioneers 40 people. Sampling studies using random sampling. Using questionnaire data collection tool (questionnaire). Methods of data analysis using product moment correlation technique. Based on the calculation of the product moment analysis technique remuneration relationship with work ethic correlation coefficient ( rxy ) at = 0.656, p = (p < 0.01 ) and the relationship of job satisfaction with work ethic values obtained correlation coefficient ( rxy ) of = 0.692, p = ( p < 0.01 ). These results indicate there is a significant positive correlation between the remuneration of the work ethic and satisfaction with work ethic, therefore it can be interpreted that both job satisfaction and remuneration variable can be used as predictors (independent variables) to predict or measure the work ethic that has members and Detachment C sub-detachment staff Pioneers Brimob Surakarta. Keywords : remuneration, job satisfaction, work ethic, Brimob
2 47 ABSTRAK Reformasi birokrasi dilingkungan Polri sudah dilaksanakan sejak tahun 2002 yang lalu. Yaitu dengan mencanangkan dan melaksanakan beberapa perubahan dan pembaharuan dibidang Instrumental, bidang struktural dan bidang kultural. Kebijakan masa lalu sebelum reformasi mungkin saja dimata anggota, pimpinan tahunya hanya menuntut perobahan dan peningkatan kinerja tanpa ada imbalan apapun. Tapi kali ini mereka sudah jelas akan diberi imbalan dengan peningkatan kesejahteraan baik berupa tunjangan kinerja dan atau kenaikan gaji. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara remunerasi dan kepuasan kerja dengan etos kerja anggota dan staff pegawai di Subden I Detasemen C Pelopor Brimob Surakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah anggota dan staff pegawai di Subden I Detasemen C Pelopor Brimob Surakarta sebanyak 40 orang. Pengambilan sampel penelitian menggunakan random sampling. Alat pengumpulan data menggunakan angket (kuisioner). Metode analisis data menggunakan teknik korelasi product moment. Berdasarkan hasil perhitungan teknik analisis product moment dari hubungan remunerasi dengan etos kerja diperoleh nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar = 0,656, p = 0,000 (p < 0,01) dan hubungan kepuasan kerja dengan etos kerja diperoleh nilai koefisiensi korelasi (rxy) sebesar = 0,692, p = 0,000 (p<0,01). Hasil ini menunjukkan ada korelasi positif yang sangat signifikan antara remunerasi dengan etos kerja dan kepuasan dengan etos kerja, oleh karena itu dapat diinterpretasi bahwa baik variabel kepuasan kerja maupun remunerasi dapat dijadikan sebagai prediktor (variabel bebas) untuk memprediksikan atau mengukur etos kerja yang memiliki anggota dan staff Subden 1 Detasemen C Pelopor Brimob Surakarta. Kata kunci: remunerasi, kepuasan kerja, etos kerja, brimob
3 48 PENDAHULUAN Sumber daya manusia tidak dapat dipungkiri lagi merupakan faktor penentu yang strategis untuk tercapainya keberhasilan suatu usaha. Kebutuhan akan pegawai yang mampu berprestasi, bersemangat kerja tinggi, setia dan mau bekerja sebaik mungkin demi kepentingan dalam kelembagaannya dimana dia bekerja, merupakan suatu hal yang tak dapat dihindarkan lagi. Agar mendapatkan pegawai dengan aspek-aspek demikian bukanlah yang mudah namun diperlukan suatu upaya tertentu untuk mengembangkan kualitasnya. Pegawai yang mempunyai etos kerja yang tinggi pastilah akan membantu kemajuan lembaganya, sebaliknya pegawai yang mempunyai etos kerja yang rendah akan merugikan atasannya atau dinasnya. Banyak sekali dijumpai suatu usaha gulung tikar akibat pegawai yang tidak mempunyai etos kerja yang tinggi. Begitu juga seperti pada dinas kepolisian sebagai bagian dari aparatur negara, dan lembaga penegak hukum. Jika tidak memiliki etos kerja yang baik akan mengakibatkan gulung tikar dan penegakkan hukum. Motif adalah dorongan atau kekuatan dari dalam diri seseorang yang mendorong orang untuk bertingkah laku atau berbuat sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Motif dapat berupa kebutuhan dan cita-cita, motif ini merupakan tahap awal dari proses motivasi, sehingga motif baru merupakan suatu kondisi intern atau disposisi (kesiap-siagaan) saja. Karena motif tidak selamanya aktif. Motif aktif pada saattertentu saja, yaitu apabila kebutuhan untuk
4 49 mencapai tujuan sangat mendesak (Saleh, 2004). Maka, apabila suatu kebutuhan dirasakan mendesak untuk dipenuhi maka motif atau daya penggerak menjadi aktif. Motif atau daya penggerak yang telah menjadi aktif inilah yang disebut motivasi. Motivasi dalam bekerja atau etos kerja berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut: Pertama, kebutuhan akan prestasi (need for kesempatan. Siswa menyadari bahwa hanya dengan mencapai prestasi belajar yang baik akan dapat memperoleh hasil yang baik pula. Kedua, kebutuhan akan afiliasi (need for Affiliation) menjadi daya penggerak yang akan memotivasi semangat belajar seseorang. Kebutuhan akan afiliasi ini merangsang gairah belajar siswa karena setiap orang menginginkan achievement),merupakan daya seperti: kebutuhan akan perasaan penggerak yang memotivasi semangat belajar seseorang. Kebutuhan akan prestasi akan mendorong siswa untuk mengembangkan kreativitas dan mengarahkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi belajar yang maksimal. Siswa akan antusias untuk berprestasi tinggi, asalkan kemungkinan untuk itu diberi diterima oleh orang lain dilingkungan ia tinggal dan bekerja (sense of belonging), kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa dirinya penting (sense of importance), kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal (sense of achievement), dan kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense of participation). Seseorang karena kebutuhan akan afiliasi akan
5 50 memotivasi dan mengembangkan dirinya serta memanfaatkan semua energinya untuk menyelesaikan pegawai merupakan sarana. Disini kompensasi dalam bentuk tunjangan kinerja (remunerasi) adalah salah tugas-tugasnya. Ketiga,kebutuhan satu bentuk pemberian penghargaan akan kekuasaan (need for power). Menurut McClelland (1985), ada tiga tipe dasar kebutuhan motivasi yaitu kebutuhan untuk prestasi (need for achievement), kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation), dan kebutuhan akan kekuasaan (need for power). Siswanto (Halim dan Tjahjono, 2000) menyatakan kompensasi adalah imbalan jasa yang diberikan perusahaankepada tenaga kerja karena memberikan sumbangan tenaga dan pikiran demi kemajuan sert kontinuitas perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sistem rewarddan pengakuan atas kinerja (reward) atas prestasi yang telah dicapai oleh kinerja pegawai. Menurut teori manajemen tersebut dapat dimengerti bahwa remunerasi atau tunjangan kinerja merupakan satu bentuk kompensasi yang menarik perhatian pegawai dan memberi informasi atau mengingatkan akan pentingnya sesuatu yang diberi rewardberupa finansial dibandingkan dengan yang lain, remunerasi juga meningkatkan motivasi pegawai terhadap ukuran kinerja, sehingga membantu karyawan mengalokasikan waktu dan usaha karyawan. Remunerasi berbasis kinerja mendorong pegawai dapat mengubah kecenderungan semangat untuk
6 51 memenuhi kepentingan diri sendiri ke semangat untuk memenuhi tujuan organisasi (Mulyadi dan Johny, menarik perhatian pegawai dan memberi informasi atau mengingatkan akan pentingnya 1999).Reformasi birokrasi sesuatu yang diberi reward berupa dilingkung-an Polri sudah dilaksanakan sejak tahun 2002 yang lalu, yaitu dengan mencanangkan dan melaksanakan beberapa perubahan dan pembaharu-an dibidang Instrumental, bidang struktural dan bidang kultural. finansial dibandingkan dengan yang lain, remunerasi juga meningkatkan motivasi pegawai terhadap ukuran kinerja, sehingga membantu karyawan mengalokasikan waktu dan usaha karyawan. Remunerasi berbasis kinerja Pertengahan tahun 2008 (pasca mendorong pegawai dapat mengubah pergantian Pimpinan Polri) upaya untuk mewujudkan out come daripada reformasi Polri tersebut, lebih dipacu lagi dengan dikeluarkan dan diimplementasikannya kebijakan Akselerasi transformasi Polri yang sasarannya meliputi 27 program. Menurut teori manajemen tersebut dapat dimengerti bahwa remunerasi atau tunjangan kinerja merupakan satu bentuk kompensasi yang kecenderungan semangat untuk memenuhi kepentingan diri sendiri ke semangat untuk memenuhi tujuan organisasi (Mulyadi dan Johny, 1999). Oleh sebab itu, momentum remunerasi harus dijadikan sebagai media atau momentum dengan sebaik-baiknya oleh para Kapolda dalam memotivasi anggotanya merobah kultur dan peningkatan profesionalismenya. Kebijakan masa
7 52 lalu sebelum reformasi mungkin saja dimata anggota, pimpinan tahunya hanya menuntut perubahan dan peningkatan kinerja tanpa ada imbalan apapun. Namun kali ini mereka sudah jelas akan diberi imbalan dengan peningkatan kesejahteraan baik berupa tunjangan kinerja dan atau kenaikan gaji. Perubahan dan peningkatan kinerja Polri dalam melaksanakan tugas Penegakkan hukum, Pengayoman, perlindungan dan pelayanan kepada masyarakatnya, harus diawali dengan perubahan kultur anggotanya. Hal ini diawali dengan pemberian keteladanan, dorongan serta kontrol oleh para Perwiranya. Berdasarkan uraian diatas, maka munculah rumusan masalah Apakah terdapat hubungan antara remunerasi dengan kepuasan kerja anggota dan staff pegawai di Subden I Detasemen C Pelopor Brimob Surakarta? Remunerasi Surya (2004) mengemukakan remunerasi merupakan sebuah istilah yang sering dikaitkan dengan dunia ketenagakerjaan, terutama dalam konteks sistem pengupahan atau penggajian. Perkembangan sekarang istilah ini juga kerap kali digunakan secara kontekstual, sehingga memiliki keragaman arti. Konteks birokrasi pemerintah, remunerasi dikaitkan dengan penataan kembali sistim penggajian pegawai yang didasarkan pada penilaian kinerja, dengan tujuan terciptanya sistim tata kelola pemerintah yang baik dan bersih. Sementara dalam konteks perusahaan, remunerasi diartikan sebagai sebuah bentuk tindakan balas jasa atau imbalan yang diterima
8 53 pekerja atas prestasi kinerjanya menurut Robbins (2009). Pora (2011) memaparkan berbagai tujuan diadakannya remunerasi disuatu perusahaan, antara lain: a. Mendorong sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas b. Memelihara SDM yang produktif sehingga tidak pindah ke sektor swasta dan membentuk perilaku yang berorientasi pada pelayanan serta mengurangi tindak Korupsi Kolusi dan Nepostime (KKN). c. Sistem remunerasi dapat menciptakan persaingan yang positif antarkaryawan. Akan terlihat sekali, mana karyawan yang rajin, dan mana yang pemalas, mana karyawan yang mau belajar, mana juga yang tidak. Dengan begitu, pegawai akan terpacu untuk mengembangkan dirinya. d. Memaksimumkan keuntungan atau memperoleh laba sebesarbesarnya bagi perusahaan dengan memanfaatkan biaya seefisien mungkin. e. Menciptakan tata kelola perusahaan yang baik dan bersih. f. Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan hal ini akan secara langsung berdampak pada peningkatan produktivitas. Unsur Remunerasi a. Gaji tarif bayaran mingguan, bulanan, atau tahunan (terlepas dari lamanya jam kerja) yang diberikan secara tetap baik secara jumlah dan waktu pemberiannya secara konsisten. b. Insentif perorangan sesuai dengan komponen penilaian kinerja tiap pekerja. Insentif didapatkan dari potongan pendapatan organisasinya.
9 54 c. Benefit (bonus) Tambahan upah yang diterima karena hasil kerja melebihi standar yang ditentukan, dimana karyawan juga mendapatkan upah pokok. Pora (2011). Kepuasan Kerja Kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seorang, selisih antara banyaknya ganjaran diterima seorang pekerja dan banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima. Keyakinan bahwa pegawai yang terpuaskan lebih produktif dari pada pegawai yang tak terpuaskan merupakan suatu ajaran dasar di antara para pimpinan. Seorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap kerja itu. Seorang yang tak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif terhadap kerja itu (Robbins, 1996). Menurut Handoko (Martje Pais, 2004), kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenagkan dengan mana para pegawai mamandang pekerjaan mereka. Ini tampak dalam sikap positif pegawai terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi dilingkungan kerjanya. Hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Siagian (Martje Pais, 2004), bahwa kepuasan kerja merupakan sikap umum seseorang yang positif terhadap kehidupan organisasionalnya. Menurut As ad (2001), faktorfaktor yang mempengaruhi kepuasan kerja diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Faktor Psikologis
10 55 Faktor psikologis merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan pegawai yang meliputi minat ketentraman dalam kerja, sikap terhadap kerja, bakat dan keterampilan. 2. Faktor sosial Faktor sosial merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik antara sesama pegawai dengan atasannya maupun dengan pegawai yang berbeda jenis pekerjaannya. 3. Faktor Fisik Faktor fisik merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik pegawai meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan pegawai, umur dan sebagainya. 4. Faktor Finansial Faktor finansial merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan pegawai yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, berbagai macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi dan sebagainya. Etos Kerja Berdasarkan kamus Webster (2007), etos didefinisikan sebagai keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang, sekelompok, atau institusi. Jadi, etos kerja dapat diartikan sebagai doktrin tentang kerja yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai baik dan benar yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku kerja mereka (Sinamo, 2002).
11 56 Banyak tokoh lain yang menyatakan defenisi dari etos kerja. Salah satunya ialah Harsono dan Santoso (2006) yang menyatakan etos kerja sebagai semangat kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukriyanto (2000) yang menyatakan bahwa etos kerja adalah suatu semangat kerja yang dimiliki oleh masyarakat untuk mampu bekerja lebih baik guna memperoleh nilai hidup mereka. Etos kerja menentukan penilaian manusia yang diwujudkan dalam suatu pekerjaan. Selanjutnya, Hill (1999) menyatakanetos kerja adalah suatu norma budaya yang mendukung seseorang untuk melakukan dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya berdasarkan keyakinan bahwa pekerjaan tersebut memiliki nilai instrinsik. Berdasarkan pendapat tokoh diatas, dapat dilihat bahwa etos kerja erat kaitannya dengan nilai-nilai yang dihayati secara intrinsik oleh seseorang. Hal ini diperkuat oleh Hitt (Boatwright &Slate, 2000) yang menyamakan etoskerja sebagai suatu nilai dan menyatakan bahwa gambaran etos kerja seseorang merupakan gambaran dari nilai-nilai yang dimilikinya yang berfungsi sebagai panduan dalam tingkah lakunya. Cherrington (Boatwright & Slate, 2000) menyimpulkan etos kerjadengan lebih sederhana yaitu etos kerja mengarah kepada sikap positif terhadap pekerjaan. Ini berarti bahwa seseorang yang menikmati pekerjaannya memilikietos kerja yang lebih besar dari pada seseorang yang tidak menikmati pekerjaannya. Pandangan yang sama juga
12 57 dikemukakan oleh Anoraga (2001) yang menyatakan etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atausuatu umat terhadap kerja. Jika pandangan dan sikap itu melihat kerja sebagai suatu hal yang luhur untuk eksistensi manusia, maka etos kerja akan tinggi. Sebaliknya, jika melihat kerja sebagai suatu hal yang tidak berarti untuk kehidupan manusia, apalagi kalau sama sekali tidak ada pandangan dan sikap terhadap kerja, maka etos kerja itu dengan sendirinya akan rendah. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari etos kerja adalah suatu sikap jiwa seseorang untuk melaksanakan suatu pek erjaandengan perhatian yang penuh. Maka pekerjaaan itu akan terlaksana dengan sempurna walaupun banyakkendala yang harus diatasi, baik karena motivasi kebutuhan atau karena tanggungjawab yang tinggi. Menurut Petty (1993), etos kerja memiliki tiga aspek atau karakteristik, yaitu keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan. 1. Keahlian interpersonal Keahlian interpersonal adalah aspek yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan orang lain atau bagaimana pekerja berhubungan dengan pekerja lain di lingkungan kerjanya. Keahlian interpersonal meliputi kebiasaan, sikap, cara, penampilan dan perilaku yang digunakan individu pada saat berada di sekitar orang lain serta mempengaruhi bagaimana individu berinteraksi dengan orang lain. Indikator yang digunakan untuk mengetahui keahlian interpersonal seorang pekerja adalahmeliputi
13 58 karakteristik pribadi yang dapat dihubungkan dengan situasi di memfasilitasi terbentuknya hubungan interpersonal yang baik dan dapat memberikan kontribusi dalam performansi kerja seseorang, dimana kerjasama merupakan suatu hal yang sangat penting. Terdapat 17 sifat yang dapat tempat kerja yang tidak lancar. Halhal seperti penundaan pekerjaan, hasil kerja yang buruk, kehilangan kesempatan karena tidak dimanfaatkan dengan baik dan kehilangan pekerjaan, dapat muncul jika individu tidak memiliki inisiatif menggambarkan keahlian dalam bekerja (Petty, 1993). interpersonal seorang pekerja (Petty, 1993), yaitu: sopan, bersahabat, gembira, perhatian, menyenangkan, kerjasama, menolong, disenangi, tekun, loyal, rapi, sabar, apresiatif, kerja keras, rendah hati, emosi yang stabil, dan keras kemauan. 2. Inisiatif Inisiatif merupakan karakteristik yang dapat memfasilitasi seseorang agar terdorong untuk lebih meningkatkan kinerjanya dan tidak langsung merasa puas dengan kinerja 3. Dapat diandalkan Dapat diandalkan adalah aspek yang berhubungan dengan adanya harapan terhadap hasil kerja seorang pekerja dan merupakan suatu perjanjian implisit pekerja untuk melakukan beberapa fungsi dalam kerja. Seorang pekerja diharapkan dapat memuaskan harapan minimum perusahaan, tanpa perlu terlalu berlebihan sehingga melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya. Aspek ini merupakan salah satu hal yang biasa. Aspek ini sering
14 59 yang sangat diinginkan oleh pihak perusahaan terhadap pekerjanya. Menurut hasil penelitian Buchholz s dan Gooding s (dalam Boatwright & Slate, 2000). Terdapat beberapa faktor internal yang mempengaruhi etos kerja, yaitu: 1. Usia Pekerja yang berusia di bawah 30 tahun memiliki etos kerja lebih tinggi daripada pekerja yang berusia diatas 30 tahun 2. Jenis kelamin Wanita memiliki etos kerja yang lebih tinggi dari pada pria. 3. Latar belakang pendidikan Etos kerja tertinggi dimiliki oleh pekerja dengan latar belakang pendidikan S1 dan terendah dimiliki oleh pekerja dengan latar belakang pendidikan SMU. 4. Lama bekerja Pekerja yang sudah bekerja selama 1-2 tahun memiliki etos kerja yang lebih tinggi aripada yang bekerja dibawah 1 tahun. Semakin lama individu bekerja, semakin tinggilah kemungkinan individu untuk memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan menggunakan kapasitasnya dan memperoleh peluang untuk pertumbuhan dan mendapatkan jaminan. Kedua hal diatas akan membentuk persepsi seseorang terhadap kualitas kehidupan bekerjanya. METODE Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah etos kerja yaitu suatu sikap jiwa seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan perhatian yang penuh. Maka pekerjaaan itu akan terlaksana dengan sempurna walaupun banyak kendala yang harus diatasi, baik karena motivasi kebutuhan atau karena tanggungjawab yang tinggi. Populasi dalam penelitian ini asalah Populasi penelitian ini adalah kumpulan dari seluruh elemen yang menjadi subjek penelitian. Dalam Penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh anggota dan pegawai tanpa membedakan pangkat atau golongan, usia, lama bekerja dan pendidikan dengan jumlah personil atau anggota 129 orang di lingkungan kerja Subden 1
15 60 Detasemen C Pelopor Brimob Surakarta. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket (Quesioner) sebagai alat pengumpul data. Adapun maksud dari angket adalah suatu usaha untuk mengumpulkan informasi berkaitan dengan data primer melalui penyampaian sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Untuk membuktikan hubungan remunerasi dengan kepuasan kerja terhadap etos kerja metode analisa yang digunakan adalah dengan korelasi produk momen Pearson (Pearson Product Moment) dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2002). Kriteria pengujian, apabila nilai rxy pada = 0,05 memiliki nilai signifikan (p) lebih kecil dari p < 0,05), maka hipotesis nol ditolak, dengan demikian ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat secara signifikan. Teknik analisis digunakan dengan bantuan program komputer statistik SPSS Windows versi 15. HASIL 1. Hubungan Remunerasi dengan Etos Kerja Hasil pengujian korelasi product moment pearson menunjukkan bahwa r = 0,656 signifikan p < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa remunerasi memiliki hubungan dengan etos kerja sebesar 0, Hubungan Kepuasan Kerja dengan Etos Kerja Hasil pengujian korelasi product moment pearson menunjukkan bahwa r = 0,692 signifikan p < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja memiliki hubungan dengan etos kerja sebesar 0,692. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan teknik analisis product moment dari hubungan remunerasi dengan etos kerja diperoleh nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar = 0,656, p = 0,000 (p < 0,01) dan hubungan kepuasan kerja dengan etos kerja diperoleh nilai koefisiensi korelasi (rxy) sebesar = 0,692, p = 0,000 (p <
16 61 0,01). Hasil ini menunjukkan ada korelasi positif yang sangat signifikan antara remunerasi dengan etos kerja dan kepuasan dengan etos kerja, oleh karena itu dapat diinterpretasi bahwa baik variabel kepuasan kerja maupun remunerasi dapat dijadikan sebagai prediktor (variabel bebas) untuk memprediksikan atau mengukur etos kerja yang memiliki anggota dan staff Subden 1 Detasemen C Pelopor Brimob Surakarta. Dimana semakin tinggi kepuasan kerja maupun remunerasi yang diterima maka semakin tinggi pula etos kerjanya. Nilai koefisien determinan (R2) sebesar 0,550, menunjukkan bahwa remunerasi dan kepuasan kerja memberikan sumbangan terhadap etos kerja pada anggota dan staff Subden 1 Detasemen C Pelopor Brimob Surakarta sebesar 55%, sedangkan sisanya 45% disumbangkan oleh faktor lain misalnya, loyalitas, keadaan fisik, jenis kelamin dan tingkat pendidikan (Schneiders, 2008). Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian oleh Bambang Sancoko (2010) dengan judulpenelitian Pengaruh Remunerasi terhadap Kualitas Pelayanan Publik. Dari penelitian ini terdapat kesamaan yaitu pada variable remunerasi pemberlakuan remunerasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pelayanan pegawai KPPN Jakarta I yang dirasakan pelanggan. Sedangkan penelitian Rina Purwani (2009) dengan judul Hubungan Sistem Remunerasi Baru dengan Motivasi dan Kinerja Pegawai PT. Pertamina Geotermal EnergyKantor Pusat Jakarta. Menunjukkan hasil penelitian bahwa ada pengaruh pemberian sistem remunerasi dengan aspek finansial terhadap motivasi kerja dan kinerja pegawai, pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan identifikasi aspek non finansial serta faktor-faktor lain selain remunerasi yang menyangkut motivasi dan kinerja, sehingga dapat lebih menjelaskan pembentukan motivasi dan kinerja secara lebih baik.
17 62 SIMPULAN 1. Ada hubungan yang positif dan signifikan pada pemberian remunerasi (tunjangan kerja) terhadap peningkatan etos kerja pegawai pada Subden I Detasemen C Pelopor Brimob Surakarta. 2. Ada hubungan yang positif dan signifikan pada peningkatan kepuasan kerja terhadap etos kerja pegawai pada dinas Subden I Detasemen C Pelopor Brimob Surakarta. DAFTAR RUJUKAN Abdul Halim, Achmad Tjahjono, dan Muh. Fakhri Husein Sistem Pengendalian Manajemen. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Pora, De Antonio Remunerasi, Kompensasi dan Benefit. Jakarta: Rana Pustaka Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multiva riate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Harsono, J dan Santoso, S Etos Kerja Pengusaha Muslim Perkotaan di Kota Ponorogo. Jurnal Penelitian Humaniora, Edisi Khusus, Juni 2006: Ponorogo: Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Steers, R.M and Porter, R. W Motivation and Work Behavior. New York: Mc Graw Hill. Robbins dalam Priyadi. Pengaruh Umur, Masa Kerja dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan PT. Mondrian Klaten. Skripsi Universitas Muhammadiah Surakarta /1/B pdf
BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan kamus Webster (2007), etos didefinisikan sebagai keyakinan. secara khas dalam perilaku kerja mereka (Sinamo, 2002).
BAB II LANDASAN TEORI A. ETOS KERJA 1. Pengertian Etos Kerja Berdasarkan kamus Webster (2007), etos didefinisikan sebagai keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang, sekelompok,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KOMPENSASI DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN LUWES GADING
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KOMPENSASI DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN LUWES GADING PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Psikologi Fakultas
Lebih terperinciHUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA DENGAN MOTIVASI KERJA PEGAWAI BAGIAN SEKRETARIAT DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI SUMATERA BARAT
HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA DENGAN MOTIVASI KERJA PEGAWAI BAGIAN SEKRETARIAT DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI SUMATERA BARAT Sari Andamdewi Jurusan/Program Studi Administrasi Pendidikan FIP UNP
Lebih terperinciBAB I. Era globalisasi telah melanda berbagai aspek kehidupan manusia, dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah melanda berbagai aspek kehidupan manusia, dimana dunia semakin menyatu sehingga tidak bisa lagi kejadian di suatu negara tertutup bagi dunia luar.
Lebih terperinciDETERMINAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT. X MEDAN. BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan
DETERMINAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT. X MEDAN BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan baguscipta@gmail.com ABSTRAK This research aimed to find out the correlation between motivation
Lebih terperinciBisma, Vol 1, No. 7, Nopember 2016 FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI KERJA PADA PD JAYA HARDWARE DI PONTIANAK
FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI KERJA PADA PD JAYA HARDWARE DI PONTIANAK Lily Indriani Email: lily.indriani99@yahoo.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah
Lebih terperinciHUBUNGAN KEPUASAN TERHADAP GAJI DENGAN ETOS KERJA KARYAWAN KPRI DI KOTA SEMARANG
1 HUBUNGAN KEPUASAN TERHADAP GAJI DENGAN ETOS KERJA KARYAWAN KPRI DI KOTA SEMARANG ERWIN PRASETIO RAHARJO I, PRASETYO BUDI WIDODO* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Erwin.kawul@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciBAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
7 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia sebagai salah satu unsur dalam organisasi dapat diartikan sebagai manusia
Lebih terperinci1.1. Penelitian Terdahulu
BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penyusunan yang dilakukan pada penelitian ini, peneliti juga mempelajari penelitian terdahulu yang sudah pernah dilakukan. Berikut ini akan diuraikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal penting dalam agenda bisnis. Para pemimpin perusahaan yang berhasil adalah mereka yang mampu
Lebih terperinciDIPONEGORO JOURNAL OF SOCIAL AND POLITIC Tahun 2013, Hal 1-7
Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus pada Karyawan Bagian Produksi PT. Estika Pulau Mas Tegal) Edi Sumarno 1, Ari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor terpenting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor terpenting dalam organisasi, karena berfungsi sebagai perencana, penggerak, dan pelaku segala kegiatan operasional.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepentingan umum. Beralamat di Jl. Basuki Rachmad No. 100 Malang.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Malang merupakan perusahaan listrik negara yang bertugas menyediakan tenaga listrik bagi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pimpinan mampu mempengaruhi motivasi kerja SDM-nya agar mereka mampu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Grand Theory 2.1.1. Teori Motivasi Secara psikologi, aspek penting dalam kepemimpinan kerja adalah sejauh mana pimpinan mampu mempengaruhi motivasi kerja SDM-nya agar mereka
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN SALES PROMOTION GIRL (SPG) LAPANGAN
HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN SALES PROMOTION GIRL (SPG) LAPANGAN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Psikologi Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan, karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karyawan merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan, karena memiliki bakat, tenaga dan kreativitas yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada sumber daya manusia (human resources) guna menjalankan fungsinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi yang baik, tumbuh dan berkembang akan menitikberatkan pada sumber daya manusia (human resources) guna menjalankan fungsinya dengan optimal, khususnya
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH MOTIVASI KERJA, LINGKUNGAN KERJA, DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI KASUS PADA SPBU
ANALISIS PENGARUH MOTIVASI KERJA, LINGKUNGAN KERJA, DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI KASUS PADA SPBU 44.594.02 JEPARA) PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kompensasi memiliki defenisi yang beragam oleh parah pakar. Hasibuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Kompensasi Kompensasi memiliki defenisi yang beragam oleh parah pakar. Hasibuan (2012:118) menyatakan Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keinginan individu bersumber pada kebutuhan masing-masing individu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keinginan individu bersumber pada kebutuhan masing-masing individu. Masing-masing individu meletakkan titik berat yang berlainan mengenai kebutuhan dan keinginannya.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Motivasi Kerja. dan bantuan yang kuat untuk bertahan hidup. Motivasi adalah memberikan
BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Kerja 1. Pengertian Motivasi Kerja Pamela & Oloko (2015) Motivasi adalah kunci dari organisasi yang sukses untuk menjaga kelangsungan pekerjaan dalam organisasi dengan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Remunerasi Menurut Panggabean (2004:75), remunerasi adalah setiap bentuk penghargaan yang diberikan kepada karyawan sebagai balas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Pengertian Kinerja Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah perusahaan. Ketika kinerja dari karyawan meningkat maka bisa dipastikan
Lebih terperinciPERAN KEPUASAN KERJA DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI
86 PERAN KEPUASAN KERJA DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI (ROLE OF JOB SATISFACTION IN IMPROVING THE PERFORMANCE OF EMPLOYEES) Rini Suntari, Rasto 1) 1) Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan (Steers
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Motivasi Kerja 1.1 Definisi Motivasi Kerja Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan (Steers & Porter, 1975 dalam Wijono, 2010). Motivasi juga sering
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN. KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. PUPUK KALTIM Tbk
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. PUPUK KALTIM Tbk Oleh: ADHY PURWANTO MIFTAHUN NI MAH SUSENO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya pada sektor usaha yang berorientasi pada laba, sektor pendidikan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Semua organisasi pasti memerlukan manajemen yang berkaitan dengan usaha usaha untuk mencapai tujuan tertentu bagi organisasi tersebut. Tidak hanya pada sektor
Lebih terperinciPENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KOMPENSASI DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN CV. INDYFERYTO GROUP YOGYAKARTA
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KOMPENSASI DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN CV. INDYFERYTO GROUP YOGYAKARTA Dwi Haryanto Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas PGRI Yogyakarta ABSTRAK
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN KOMPENSASI NON FINANSIAL TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI SE KECAMATAN BANTUL ARTIKEL E-JURNAL
PENGARUH PEMBERIAN KOMPENSASI NON FINANSIAL TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI SE KECAMATAN BANTUL ARTIKEL E-JURNAL Dhendhi Bagus Prasojo NIM 08101241019 PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN ADMINISTRASI
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan
BAB II URAIAN TEORITIS A. PENELITIAN TERDAHULU Menurut Febya (2008) Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu
Lebih terperinciPENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA MANAJER PADA PT POS INDONESIA SURABAYA SELATAN SKRIPSI
Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Manajer pada PT Pos Indonesia Surabaya Selatan Lely Kurniawati / 0613010052/FE/EA PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KEPUASAN KERJA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan aset paling penting dalam suatu organisasi karena merupakan sumber yang mengarahkan organisasi serta mempertahankan dan mengembangkan
Lebih terperinciRETNO SAWITRIAVI F
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN ATAS PENGHARGAAN (REWARD) YANG DITERIMA DARI PERUSAHAAN DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN Skripsi Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai
Lebih terperinciPENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN KOMPENSASI NON FINANSIAL TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE KABUPATEN SLEMAN
PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN KOMPENSASI NON FINANSIAL TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE KABUPATEN SLEMAN ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. bebas X (independent variable) sedangkan yang menjadi variabel terikat Y
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek yang diambil dalam penelitian ini adalah kompensasi sebagai variabel bebas X (independent variable) sedangkan yang menjadi variabel terikat Y (dependent
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH HARGA, KUALITAS PRODUK DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN (Surve pada Cafe Kedai Mat Moen di Boyolali)
ANALISIS PENGARUH HARGA, KUALITAS PRODUK DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN (Surve pada Cafe Kedai Mat Moen di Boyolali) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Progam Sarjana
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI ANTARPERSONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN DI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI ANTARPERSONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN DI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organizational Citizenship Behavior 2.1.1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational citizenship behavior
Lebih terperinciPENGARUH KEPUASAN DAN DISIPLIN TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PT JASA MARGA (PERSERO) TBK. CABANG JAKARTA-CIKAMPEK. Utin Wigiatri Endang Hendrayanti
PENGARUH KEPUASAN DAN DISIPLIN TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PT JASA MARGA (PERSERO) TBK. CABANG JAKARTA-CIKAMPEK Utin Wigiatri Endang Hendrayanti ABSTRACT The aim of this study is to know about employee
Lebih terperinciPENGARUH KOMPENSASI, GAYA KEPEMIMPINAN, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DEVI PUSPITO SARI B
PENGARUH KOMPENSASI, GAYA KEPEMIMPINAN, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DEVI PUSPITO SARI B100 130 060 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional 2.1.1 Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional Menurut Bass dalam Robbins & Judge (2009:90) gaya kepemimpinan transaksional adalah model kepemimpinan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KOMPENSASI DAN SEMANGAT KERJA PADA KARYAWAN OPERASIONAL PT KAI (PERSERO) PURWOKERTO
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KOMPENSASI DAN SEMANGAT KERJA PADA KARYAWAN OPERASIONAL PT KAI (PERSERO) PURWOKERTO Harlina Nurtjahjanti Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Jl. Prof Sudharto. SH,
Lebih terperinciABSTRACT. Key words: motivation, compensation, achievement of sales targets. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT Problems in meticulous in this thesis is how big the influence of compensation on employee motivation in the achievement of sales target on the sale of PT Mitra Bandung Consortium. The study aims
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : penilaian kinerja, kompensasi, produktivitas kerja. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh Penilaian kinerja dan Kompensasi terhadap Produktivitas kerja (Studi Pada PT Sinar Sakti Matra Nusantara). Populasi dalam penelitian
Lebih terperinciABSTRACT. Key words: Perception of compensation systems, employee motivation
ABSTRACT Development in technology and information era has impact on changing the way companies in doing business and change behavior, consumer preferences and demands. The key to success for the company
Lebih terperinciKEPUASAN KERJA DITINJAU DARI MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN KONTRAK DI PT.X
Volume 6, Nomor 2, Oktober 2017 http://doi.org/10.21009/jppp KEPUASAN KERJA DITINJAU DARI MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN KONTRAK DI PT.X Ratna Dyah Suryaratri* ** *Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut perubahan dalam berbagai bidang termasuk organisasi. Organisasi merupakan tempat atau wadah bagi orang-orang yang
Lebih terperinciPENGARUH MOTIVASI, DISIPLIN KERJA, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN
PENGARUH MOTIVASI, DISIPLIN KERJA, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN Melyna Putri Wijayasari 1, Wahyu Hidayat 2 & Saryadi 3 Abstract The research
Lebih terperinciHUBUNGAN PENDEKATAN MANAJEMEN KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
HUBUNGAN PENDEKATAN MANAJEMEN KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA Agustin Sa adah Maisyaroh Ahmad Supriyanto E-mail: umifaiza18@yahoo.com Jurusan AP FIP UM, Jl. Semarang 5 Malang 65145 Abstract: The purpose
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen 2.1.1.1 Definisi Manajemen Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan pengarahan suatu
Lebih terperinciPENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN BALAI LATIHAN KERJA (BLK) PERTANIAN KLAMPOK DI BANJARNEGARA
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN BALAI LATIHAN KERJA (BLK) PERTANIAN KLAMPOK DI BANJARNEGARA Artikel Publikasi Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh
Lebih terperinciBab 2 Landasan Teori
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Motivasi Kerja 2.1.1 Definisi Motivasi Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan usaha yang tinggi untuk tujuan organisasi, yang dikondisikan dalam memenuhi beberapa kebutuhan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
57 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam membicarakan tentang metode penelitian akan dibahas tentang (a) Tempat dan Waktu Penelitian, (b) Identifikasi Variabel
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA.1
16 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, kompensasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam suatu organisasi atau perusahaan, karena sumber daya manusia itu sendiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan salah satu aset dan elemen yang penting dalam suatu organisasi atau perusahaan, karena sumber daya manusia itu sendiri ikut menentukan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN INTENSI TURNOVER PADA KARYAWAN PT DAN LIRIS SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN INTENSI TURNOVER PADA KARYAWAN PT DAN LIRIS SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciABSTRACT RELATED LEARNING MOTIVATION AND LEARNING FACILITY WITH STUDENT ACHIEVEMENT IPS
1 ABSTRACT RELATED LEARNING MOTIVATION AND LEARNING FACILITY WITH STUDENT ACHIEVEMENT IPS by Yuda Ardi Saputra *, Erni Mustakim **, Syaifuddin Latif *** Bandar Lampung City Email: Yudaardisaputra@gmail.com
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF DENGAN KINERJA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF DENGAN KINERJA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh: Wijaya Mukti Sri Untari F 100 080
Lebih terperinciPENGARUH MOTIVASI, PERILAKU PEMIMPIN, DAN KESEMPATAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KINERJA PEGAWAI
PENGARUH MOTIVASI, PERILAKU PEMIMPIN, DAN KESEMPATAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KINERJA PEGAWAI (Survey PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN KLATEN) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh negara, telah terjadi pula perkembangan penyelenggaraan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pegawai Negeri Sipil adalah salah satu elemen yang memegang tanggung jawab dalam suatu organisasi, baik itu dalam perencana, pelaksana dan penggerak serta sekaligus
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;
BAB II LANDASAN TEORI A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen organisasi dapat didefenisikan dengan dua cara yang amat berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan
Lebih terperinciPENGARUH PERSEPSI KARYAWAN TENTANG KEADILAN KOMPENSASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DI PERUSAHAAN X. Wahyudhi Sutrisno ABSTRACT
PENGARUH PERSEPSI KARYAWAN TENTANG KEADILAN KOMPENSASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DI PERUSAHAAN X Wahyudhi Sutrisno Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia, Jalan
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR
HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR Nur Widia Wardani Nurul Ulfatin E-mail: nurwidia_wardani@yahoo.co.id, Universitas Negeri Malang, Jl.
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PTPN IX PABRIK GULA TASIKMADU
ANALISIS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PTPN IX PABRIK GULA TASIKMADU PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak
12 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak atau menggerakkan. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan sumber daya yang menggerakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Literatur. Robbins (2009). Teori Herzberg (1966) dalam Kanungo (1979) membedakan antara
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Literatur 2.1.1 Extrinsic Motivation 2.1.1.1 Definisi Extrinsic Motivation Extrinsic Motivation dapat didefinisikan sebagai kesediaan individu untuk mengerahkan upaya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap orang yang bekerja mengharapkan untuk memperoleh kepuasan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Definisi Kepuasan Kerja Setiap orang yang bekerja mengharapkan untuk memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang
Lebih terperinciHUBUNGAN KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PASAMAN
HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PASAMAN Harry Mulyadi Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract The purpose of this resear is to see the information abuot
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS. karyawan selalu menyelesaikan pekerjaannya dengan sebaik mungkin. Tanpa
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Prestasi Kerja 2.1.1 Pengertian Prestasi Kerja Setiap perusahaan pada dasarnya menginginkan dan menuntut agar seluruh karyawan selalu menyelesaikan pekerjaannya dengan sebaik
Lebih terperinciHubungan Work Family Conflict Dengan Quality Of Work Life Pada Karyawan Wanita Perusahaan X
UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI Hubungan Work Family Conflict Dengan Quality Of Work Life Pada Karyawan Wanita Perusahaan X Arlinda Ashar 11511192 3PA09 Pembimbing : Marchantia Andranita, Mpsi
Lebih terperinciLaila Itsnaini Agus Timan Ahmad Yusuf Sobri
Hubungan Persepsi Guru tentang Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Etos Kerja Guru terhadap Produktivitas Kerja Guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri Laila Itsnaini Agus Timan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang sangat pesat dan persaingan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang sangat pesat dan persaingan yang semakin ketat menjadikan setiap organisasi harus menghadapi tantangan yang menuntut sumber daya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 PRODUKTIVITAS KERJA 1.1.1 Pengertian Produktivitas Kerja Produktivitas kerja adalah suatu ukuran dari pada hasil kerja atau kinerja seseorang dengan proses input sebagai masukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Kerja Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an employee feels about his or her job. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN MEMPERHATIKAN KEPUASAN KERJA. Oleh RETNO LARAS PALUPI
ABSTRAK PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN MEMPERHATIKAN KEPUASAN KERJA Oleh RETNO LARAS PALUPI This study aimed to determine the influence of compensation and work
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, aktivitas perekonomian dan teknologi secara terus menerus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, aktivitas perekonomian dan teknologi secara terus menerus berkembang, dan bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan kinerja disegala sektor usaha
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas tentang teori dari kepuasan kerja dan komitmen organisasi yang akan mendasari penelitian ini. Pemabahasan ini akan menjadi panduan dalam memahami secara
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA PERAWAT RUMAH SAKIT NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA PERAWAT RUMAH SAKIT NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1. Motivasi Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Liqa Yasifa, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Organisasi merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang didalamnya terdapat sejumlah kegiatan sekelompok orang yang bekerja sama dengan tata cara yang diatur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terkait dengan kesejaheteraan hidup, gaji yang diterima betul-betul harus
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem penggajian Pegawai Negeri di Indonesia masih menjadi persoalan penting terkait dengan kesejaheteraan hidup, gaji yang diterima betul-betul harus menjamin
Lebih terperinciPENGARUH KOMPENSASI FINANSIAL DAN NON FINANSIAL TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN KINERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PG. Kebon Agung Malang)
PENGARUH KOMPENSASI FINANSIAL DAN NON FINANSIAL TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN KINERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PG. Kebon Agung Malang) Rima Fitri Rufaidah Hamidah Nayati Hutami Yuniadi Mayowan
Lebih terperinciPENGARUH KOMPENSASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA SAMARINDA
ejournal Ilmu Pemerintahan, 2017, 5 (4) : ISSN 0000-0000, ejournal.ipfisip-unmul.ac.id Copyright 2017 PENGARUH KOMPENSASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan yang terakumulasi dalam diri anggota organisasi. menunjang keberhasilan pelaksanaan pekerjaannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya manusia merupakan sumber pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang terakumulasi dalam diri anggota organisasi. Sumberdaya manusia merupakan aset organisasi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Dalam Mulyadi (2015: 2) manajemen dapat didefinisikan adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pendayagunakan sumber daya manusia dengan sumber daya alam, dengan menggunakan
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN INSENTIF TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. SURACO JAYA ABADI MOTOR DI MASAMBA KABUPATEN LUWU UTARA
PENGARUH PEMBERIAN INSENTIF TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. SURACO JAYA ABADI MOTOR DI MASAMBA KABUPATEN LUWU UTARA Haedar 1, Muh. Ikbal 2, Gunair 3 1) Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Palopo
Lebih terperinciISU ADMINISTRASI PERKANTORAN. Oleh : MAYA MUTIA, SE, MM Analis Kepegawaian Pertama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
ISU ADMINISTRASI PERKANTORAN Oleh : MAYA MUTIA, SE, MM Analis Kepegawaian Pertama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur PEMERINTAH ADALAH PELAYAN MASYARAKAT SETUJUKAH ANDA?? Kantor Pemerintah Kantor Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara mendalam. Menurut Terry dan Rue dalam Suharto dan Cahyono (2005), motivasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pentingnya motivasi dalam bekerja membuat kita perlu memahami tentang motivasi secara mendalam. Menurut Terry dan Rue dalam Suharto dan Cahyono (2005), motivasi
Lebih terperinciPENGARUH INSENTIF DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR DINAS PERTANIAN PROVINSI SUMATERA UTARA
PENGARUH INSENTIF DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR DINAS PERTANIAN PROVINSI SUMATERA UTARA Oleh : Mangasa Panjaitan, SE, M.Si Dosen Universitas Methodist Indonesia, Medan Abstrak
Lebih terperinciProsiding Manajemen ISSN:
Prosiding Manajemen ISSN: 2460-6545 Pengaruh Kompensasi Finansial dan Nonfinansial terhadap Kinerja Karyawan PT. Pikiran Rakyat Bandung Influence of Financial and Nonfinancial Compensation to Employee
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya kepemimpinan suatu organisasi merupakan salah satu faktor lingkungan intern yang sangat jelas mempunyai pengaruh terhadap perumusan kebijaksanaan dan penentuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut Spence dan Helmreich yang terdiri dari mastery of needs, work orientation dan competition akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manajemen (tools of management) yang terdiri dari man, money, methods,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu organisasi. Pendapat ini diperkuat dengan ditempatkannya tenaga kerja
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Terbentuknya persepsi positif pekerja terhadap organisasi, secara teoritis merupakan determinan penting terbentuknya motivasi kerja yang tinggi. Para pekerja adalah manusia
Lebih terperinciKONTRIBUSI GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU DI SD NEGERI KECAMATAN SUNGAI PAGU KABUPATEN SOLOK SELATAN
KONTRIBUSI GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU DI SD NEGERI KECAMATAN SUNGAI PAGU KABUPATEN SOLOK SELATAN Siska Handayani Jurusan/Program Studi Administrasi Pendidikan FIP UNP
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGAWASAN DENGAN DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN DHARMASRAYA
HUBUNGAN PENGAWASAN DENGAN DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN DHARMASRAYA Asri Inayati Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract This research aimed to see
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia harus
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki era globalisasi, laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia harus ditingkatkan agar mampu bersaing dengan negara lain. Salah satu cara untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Retensi Perawat 1. Pengertian Retensi adalah tindakan penahan dimana ini merupakan kemampuan untuk melanjutkan kerja individu yang berkualitas, yaitu perawat dan/penyedia layanan
Lebih terperinci